PENDAHULUAN
Stunting. Stunting atau biasa disebut dengan balita pendek merupakan indikasi
buruknya status gizi dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk
gizi kurang pada anak (Senbanjo, Oshikoya, Odusanya, & Njokanma, 2011).
Stunting (balita pendek) ketika usia balita pada umumnya sering tidak disadari
oleh keluarga dan setelah 2 tahun baru terlihat dan berdampak pada
37,2 % dan pada tahun 2015 mencapai 36,8%. Lebih dari sepertiga anak di
Indonesia berusia di bawah lima tahun tingginya berada di bawah rata – rata
dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
1
2
yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (pemantauan status gizi, ditjen
kesehatan masyarakat).
profensi Jawa timur pada tahun 2017 Kejadian stunting pada balita usia 12-36
Kabupaten Sampang pada bulan Januari sampai juni tahun 2019 ditemukan
pernikahan dini, 4balita mempunyai riwayat faktor genetik dan riwayat faktor
besar masalah gizi buruk pada balita disebabkan oleh penyebab langsung dan
tidak langsung. Akar masalah dan pokok masalah penyebab langsung yaitu
asupan nutrisi yang kurang pada balita dan penyakit infeksi yang diderita
pemberian makan orang tua. Faktor tersebut diatas sangat terkait dengan
praktik gizi yang tidak tepat dan rendahnya pemberian makanan pendamping
3
Indonesia masih tergolong mahal,asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup
bulan, pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hingga
buruk terhadap status gizi anak, pola asuh yang tidak tepat dan sanitasi yang
buruk karena kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Hingga saat ini
masih banyak daerah yang kesulitan mengakses air bersih untuk kebutuhan
terbuka. Ini juga mempengaruhi kualitas air bersih yang pada gilirannya
Dampak yang diakibatkan oleh Stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka
pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari Stunting adalah di
Pernikahan dini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan ibu dan balita.
Salah satu dampaknya adalah terganggunya organ reproduksi pada ibu dan
dapat juga berakibat pada anak yang dilahirkannya. Anak yang lahir dari ibu
yang menikah dini memiliki kesempatan hidup yang rendah dan lebih besar
memiliki masalah gizi pada anaknya seperti pendek, kurus, dan gizi buruk.
Hal tersebut kemungkinan bisa terjadi karena ibu balita yang umurnya kurang
dari 18 tahun biasanya memiliki pola asuh terhadap anaknya kurang baik,
pola asuh yang kurang baik tersebut dapat berdampak pada status gizi
persentase anak pendek meningkat pada ibu yang menikah pada usia dini.
Semakin muda usia pernikahan ibu, maka proporsi balita dengan status gizi
tahun 2011-2015 dengan cara melakukan gerakan 1000 HPK (Hari Pertama
Presiden 83/2017 tentang Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi. Selain ini di
5
eksklusif dan pemberian MP-ASI yang benar dan juga memberikan edukasi
tentang bahaya pernikahan dan kehamilan dini terhadap ibu dan janin,
prevalensi. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku ibu
perempuan 10-54 tahun, terdapat 2,6% menikah pada usia di bawah 15 tahun
dan 23,9% pada rentang 15 sampai 19 tahun. Angka kehamilan yang terjadi
pada usia dibawah 15 tahun sebesar 0,02% dan pada rentang usia 15 sampai
yang lebih baik dari program keluarga berencana (KB) karena akan
(Riskesdas, 2013).
faktor pendidikan, ekonomi, dukungan sosial dan keluarga, nilai budaya dan
Faktor Internal:
a. Keturunan
b. Panjang lahir
c. Pengetahuan ibu
d. Pemberian ASI Eksklusif
e. Pola nutrisi (makan)
f. Pola asuh
g. BBLR
Faktor Eksternal:
Masih ada kejadian stunting
a. Nutrisi ibu hamil pada anak 44,5 %
b. Pernikahan dini
c. Pendidikan ibu
d. Sosial ekonomi
e. Riwayat imunisasi dasar
f. Kurangnya akses makanan yang
bergizi
g. Kurangnya akses air bersih dan
sanitasi ( lingkungan )
a. Keturunan
menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi badan <
b. Panjang lahir
badan lahir < 46,1 cm untuk laki – laki dan < 45,4 cm untuk
dkk 2013)
c. Pengetahuan ibu
perilaku.
tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk
ia belum mampu makanan selain ASI. Manfaat Asi eksklusif bagi bayi
dapat dilihat dari aspek gizi, yaitu kolostrum ASI pertama keluar
kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada
Semakin tinggi usia anak maka kebutuhan energi dan zat gizi
dari normal jika umur terus bertambah dan penyediaan makanan baik
9
mikro (seng, kalsium) dan jika asupan energi pada balita kurang
makanan makan anak, karena anak sudah mulai aktif dan pemantauan
f. Pola asuh
adat kebiasaan dari ibu. Status kesehatan merupakan salah satu aspek
pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi anak kearah kearah
g. BBLR
bayi yang kecil, lemah dan lambungnya kecil sehingga tidak dapat
10
Ismawati, 2013).
dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan makan ibu sejak usia
menggambarkan keadaan gizi ibu sejak masa lampau. Salah satu cara
adalah dengan mengukur LILA (lingkar lengan atas). Ibu hamil dengan
LILA < 23,5 cm berisiko mengalami KEK. Ibu yang mengalami KEK
gestation.
b. Pernikahan dini
seharusnya peran seorang ibu dan seorang istri atau peran seorang
stunting itu tubuhnya pendek, kecil, dan ukuran otak kecil. Risikonya
c. Pendidikan ibu
langsung dengan asupan gizi anak ( Boylan et al., 2017). Hal tersebut
d. Sosial ekonomi
penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa. Imunisasi
satu dosis hepatitis, satu dosis BCG, 4 dosis polio, 3 dosis DPT dan
sangat penting untuk memiliki status gizi yang baik. Imunisasi yang
lengkap akan menghasilkan status gizi yang baik, hal ini karena
sama lain dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi (Karina,
2013).
masyarakat dan keluarga terjamin baik. Akses sanitasi dan air besih
14
anak sebab lingkungan tempat anak bermain setiap hari. Karena jika
akses air bersih dan jamban tidak terpenuhi dengan baik maka tak
di batasi pada Menganalisis faktor kejadian stunting pada balita usia 12-36
Kecamatan Sokobana.
a. Bagaimana analisis faktor kejadian stunting pada balita usia 12-36 bulan
c. Bagaimana analisis faktor kejadian stunting pada balita usia 12-36 bulan
kabupaten Sokobana ?
15
Kecamatan Sokobana.
Sokobana ?
Sokobana ?
1.2.3 Teoritis
1.2.4 Praktis
kesehatan.
6 Hubungan status gizi Sukmawati, Status gizi ibu Penelitian 1. Ada hubungan
ibu saat hamil, berat hendrayati, saat hamil, observasio antara status gizi
badan lahir bayi dengan cherunnimah, berat badan naldengan ibu saat hamil
kejadian stunting pada nurhumaira, lahir bayi, cross dengan kejadian
balita. tahun 2018 stunting sectional stunting pada
study. balita usia 6-36
bulan di wilayah
kerja puskesmas
bontoa.
2. Ada hubungan
berat badan lahir
bayi dengan
kejadian stunting
pada balita usia
6-36 bulan di
wilayah kerja
puskesmas
bontoa.