PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kultur jaringan adalah upaya untuk mengisolasi atau mengelolah makhluk hidup baik
itu mengisolasi organ, jaringan, protoplasma, maupun organel dii tempat yang steril (aseptik
lingkungan sesuai) yang bertujuan untk menghasilkan tanaman mini yang sempurna.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secar akonvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptic di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
Karena itu teknik ini sering kali disebut kulltur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin),
berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu.
Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau
penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing bagian
dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam
percobaan atau penelitian yang dilakukandan dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara
penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat memperlancar jalannya suatu percobaan atau
penelitian. Sehingga dengan berbekal pengetahuan pemahaman akan fungsi dan cara kerja dari
alat yang digunakan kita dapat memperoleh hasil suatu percobaan atau penelitian yang
maksimal.
Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut untuk terampil dalam alat-
alat yang kita gunakan. Hal tersebut harus dibarengi dengan ketelitian dalam melakukan suatu
percobaan ataupun penelitian sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Penggunaan alat-alat
laboratorium merupakan suatu cara untuk mengetahui nama dan fungsi alat-alat laboratorium.
Dalam menggunakan alat-alat laboratorium, sebaiknya pengguna melakukan sterilisasi alat-
alat laboratorium yang akan digunakan. Sterilisasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menghilangkan mikroba yang tidak di inginkan.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum kultur
jaringan.
2. Mengetahui fungsi masing-masing setiap alat dan cara penggunaanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap (Tribowo, 2008).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan
dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang
identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu
membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu
yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat
dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Zulkarnain, 2009).
Alat-alat yang digunakan dalam kultur jaringan yaitu sebagai berikut; Botol kultur ,
Cawan Petri ,Oven,Tabung reaksi,Autoclave ,Bunsen, Erlenmeyer,Pinset,Neraca
Analitik,Pipet,Hot plate,Lamina air flow,scapel,labu ukur. Alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan di laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik
masing-masing.Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan
bahan di Laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan
kerja serta dapat menimbulkanpenyakit.Cara memperlakukan alat dan bahan di Laboratorium
secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Adapun perlakuan
terhadap alat-alat di laboratorium seperti membawa alat sesuai petunjuk penggunaan,
menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan, menjaga kebersihan alat, dan menyimpan
alat.Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu adanya pengetahuan tentang berbagai
peralatan yang digunakan dalam kultur jaringan.
Di dalam memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan.
Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang
akan dilakukan. Ruang yang diperlukan untuk kegiatan kultur jaringan yaitu laboratorium yang
ideal yang memiliki:
1. Ruang persiapan yang di dalamnya terdapat timbangan analitik, lemari pendingin,
hotplate, mikrowave, oven, pH meter, alat-alat gelas standar (labu takar, pipet volume,
erlenmeyer, gelas piala, batang pengaduk dari gelas, dan wadah kultur), alat untuk
mencuci (washtaple), lemari untuk alat dan bahan kimia, sentrifuse, fumehood,
destilator, dan kereta dorong;
2. Ruang transfer yang di dalamnya terdapat laminar air flow, dissecting, mikroskop, alat
diseksi, lemari tempat penyimpanan alat-alat steril, dan timbangan kecil.
3. Ruang kultur yang dilengkapi dengan rak kultur dan lampu fluorescent, timer untuk
mengatur lama penyinaran, AC untuk mengontrol temperatur, mikroskop binokuler,
dan shaker. (Barahima, 2011).
Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan
yaitu: timbangan analitik, destilator, pH meter, autoclaf, laminar air flow, dan gelas-gelas
standar. Peralatan ini kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada pemakainya atau
menimbulkan kerusakan apabila salah prosedur dalam mengoperasikannya. (Barahima, 2011).
Kultur jaringan tanaman terdiri dari sejumlah teknik untuk menumbuhkan organ,
jaringan dan sel tumbuhan. Jaringan dapat dikulturkan pada agar padat atau dalam medium
hara cair. Jika ditanam dalam agar, jaringan akan membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel
yang tak tertata. Kultur agar juga mempergunakan teknik untuk meristem (Suryo, 1992).
Keberhasilan dalam teknologi serta penggunaan metode in vitro terutama disebabkan
pengetahuan yang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan jaringan yang dikulturkan. Hara
terdiri dari komponen yang utama dan komponen tambahan. Komponen utama meliputi garam
mineral, sumber karbon (gula), vitamin dan pengatur tumbuh. Komponen lain seperti senyawa
nitrogen organic, berbagi asam organic, metabolit dan ekstak tambahan tidak multak, tetapi
dapat menguntungkan ketahan sel dan perbanyakannya (Anonim, 2011).
Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa medium padat
atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutkan diinduksi
membentuk tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair biasanya dugunakan untuk kultur
sel. Medium yang diggunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik,
sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suuplemen organik (Anonim, 2011).
Adapun gambaran secara sederhana proses kultur jaringan tanaman sampai akhirnya
menjadi tanaman yang lengkap dan dapat dipindahkan ke medium tanah atau medium bukan
artifisial lainnya. Secara garis besar meode perbanyakan tanaman secara kultur jaringan terdiri
atas empat tahapan, yaitu seleksi dan penyiapan kultur aseptic, multiplikasi kultur, regenerasi
plantlet, aklimatisasi, dan pemindahan ke tanah. Dalam tahapan seleksi dan penyiapan kultur
aseptic dilakukan pengambilan bahan awal dan penanamannya pada medium in vitro yang
sesuai. Setelah diperoleh tunas pada tahapan pertama, dilakukan multiplikasi kultur untuk
mendapatkan tunas-tuans baru dalam jumlah lebih banyak. Tunas-tunas baru hasil perbanyakan
kemudian dipindahkan ke medium yang khusus dibuat untk menginduksi pembentukan akar
sehingga akhirnya terbentuk plantlet yang lengkap. Planlet yang terbentuk selaniutnya
diadaptasi dengan lingkungan alami sebagi persiapan untuk dipindahkan dan ditanam di tanah
atau lapangan (Yuwono, 2008).
Secara sederhana, tahapan yang dilalui dalam proses kultivasi tanaman secara kultur
jaringan dapat disejikan sebagai berikut : (1) pengambilan eksplan, misalnya daun yang masih
muda. Daun yang muda dipotong sesuai dengan ukuran yang digunakan, selajutnya dilakukan
sterilisasi, (2) eksplan yang diporoleh kemudian ditanam pada medium (padat) yang sesuai dan
sudah disterilisasi. Medium yang digunakan dimsukkan dalam wadah yang akan digunakan
untuk kultivasi, misalnya tabung Erlenmeyer, sampai terbentuk struktur kalus, (3) sebagian
kalus terbentuk diambil untuk disub-kultur pada medium segar pada tabung lain, (4) sebagian
kalus terbentuk dari subkultur kemudian dipindahkan pada medium lain yang khusus
digunakan untuk induksi pembentukan organ, misalnya tunas, (5) jika induksi organogenesis
berhasil maka pada langkah ke-4 di atas akan terbentuk tunas adventif, (6) sebagian tunas yang
terbentuk kemudian dipotong dan dipindahkan ke medium lain yang digunakan untuk
menginduksi pembentukan akar, (7) jika induksi penbentukan akar berhasil maka sudah di
dapatkan planlet yang siap dipindahkan ke medium bukan artificial, misalnya medium tanah,
(8) yang sudah terbentuk selanjutnya dipindahkan ke medium tanha utuk proses aklimatisasi
(Yuwono, 2008).
Perlengkapan dan sarana yang digunakan pada percobaan kultur jaringan tanaman
meliputi (1) Sterilisasi, alat yang digunakan adalah lemari aliran udara laminari atau ruang
kecil (catatan: lemari ini tersedia dalam berbagai ukuran, dan dapat diletakkan di tempat yang
diperlukan tanpa diperlukan tanpa perlu ruang khusus untuk itu. Kipas angin pada lemari ini
seringkali dijalankan terus menerus dan pra filter diganti atau dibersihkan sebulan
sekali), Otoklaf, Oven untuk sterilisasi kering (sebaiknya ada tetapi tidak
muklat),Perlengkapan untuk sterilisasi dengan penyaringan, Radas penyulingan air dan atau
pembebas mineral air murni, (2) Kultur alat yang diperlukan adalah Ruang kultur dan atau
kotak berpengatur suhu(Catatan: baik terang ataupun gelap terus-terusan sama baiknya untuk
pertumbuhan sel. Umumnya cahaya yangdipancarkan dari lampu neon yang dingin dan putih
pada 25 W.m2 sudah mencukupi. Lampu ini dapat ditambah dengan bola lampu pijar. Atau,
dapat dipaki lampu Gro-Lux yang berspektur luas sebagi ganti lampu neon dan lampu pijar),
Rak (Rak dari kawat kasa yang kaku memungkinkan aliran udara sebanyak-banyaknya dan
naungan sekecil-kecilnya), Pengocok (Yang lebih baik adalah model putar. Bentuk ini tersedia
dari ukuran kecil untuk diletakkan di atas meja (ukuran meja) sampai ukuran besar untuk
ditempatkan di lantai), (3) Alat yang lainnya adalah Pisau klinis, tang dan pembakaran Bunsen.
Botol, cawan petri untuk kultur agar. Lebih cocok digunakan botol gelas dan cawan petri plastic
sekali pakai yang disterilkan lebih dahulu. Labu kultur, botol Delong mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan botol lainnya seperti labu Erlenmeyer, yang mempunyai leher
sehingga cenderung mengumpulkan debu.Sumbat, dapat digunnakan sumbat busa. Sumbat
kapas yang dibungkus dengan kain kasa tipis tidaklahmahal, tidak berubah bentuk dalam
pemanasan dengan autoclave dan dapat digunakan berulang-ulang. Pipet, tersedia pipet steril
sekali-pakai, tetapi lebih baik digunakan pepet gelas sengan ujung yang dapat
dilepaskan. Lemari pendingin dan pembeku (Yuwono, 2008).
BAB III
METODOLOGI
3 Prosedur Kerja
A. Hasil
NO Nama Alat Gambar Fungsi
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa:
1. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu : sprayer, botol kultur, grlas ukur,
elenmeyer, labu ukur, ph meter, pipet gondok, hand counter, laf, autoclaf, timbangan.
Sedangkan bahanya: NAOH, Alkohol, HCL 0,05M, Alumanium foil, Kertas saring,
dan aquades.
2. Adapun fungsi alat-alat yang digunakan dalam kultur jarSebagai tempat untuk ingan
yaitu : botol kultur (untukmenkulturkan atau menanam eksplan), cawan petridisk
(sebagai media perkembangan mikroorganisme), LAF (untuk menanam eksplan ke
dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi
dengan blower dan lampu UV), autoclaf (untuk mensterilkan media, baik media agar
atau pun media cair. Juga dapat digunakan untuk sterilisasi tanah atau kompos yang
akan digunakan untuk media tanaman), hand counter (Berfungsi sebagai alat
penghitung berapa bnyak explan yg masuk.