Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kimia Air”. Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas kimia lingkungan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
masih kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar makalah ini
kedepannya bisa diperbaiki.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam pendidikan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................... 2
1.4 Tujuan............................................................................................. 2
BAB II. Pembahasan
2.1 Siklus Hidrologi..............................................................................3
2.2 Baku Mutu Air................................................................................6
2.3 Pencemaran Air.............................................................................. 7
2.4 Indikator Pencemaran Air...............................................................8
2.5 Sumber dan Bahan Pencemar Air...................................................12
2.6 Keterakaitan Pencemaran Tanah dengan Air................................. 14
2.7 Cara Penanggulangan Pencemaran Air.......................................... 15
BAB III. Penutup
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
3.2 Saran............................................................................................... 16
Daftar Pustaka
Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan makhluk hidup.
Sebagian besar bumi adalah air, sehingga bumi terlihat biru dari angkasa. Air juga
terdapat dalam tubuh makhluk hidup, seperti manusia. Di dalam tubuh manusia,
tiga perempatnya adalah air. Selain dibutuhkan organ tubuh, air juga dibutuhkan
untuk keperluan industri, pertanian, sebagai sarana hiburan serta dalam hal
kesehatan.
Penggunaan air yang terus-menerus tidak mengurangi jumlah air yang
tersedia, hal ini disebabkan oleh adanya perputaran air dari lapisan hidrosfer ke
atmosfer. Air yang mengalami perputaran tersebut, tidak seterusnya terlindungi
dari polutan. Untuk membedakan air yang baik dengan air yang tercemar perlu
adanya standar mutu air.
Selain standar mutu air, ada indikator tertentu untuk mengetahui bahwa air
tersebut tercemar, salah satunya menggunakan pengamatan kimiawi dengan
memperhatikan zat kimia dan pH yang terkandung dalam air. Perubahan kualitas
air menjadi buruk dapat disebabkan karena aktivitas alam maupun aktivitas
manusia, seperti penggunaan pestisida yang berlebih, membuang sampah
sembarangan yang menyebabkan tanah tercemar. Seharunsya, sebagai manusia
yang memiliki akal, tentu bisa menjaga lingkungan sekitar untuk kesejahteraan
bersama.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang bersesuaian dengan rumusan masalahnya,
yaitu:
1. Bagi penulis, penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
aspek dalam kimia air.
2. Bagi pembaca, pembaca dapat membaca, memahami dan menambah
pengetahuan tentang kimia air.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Hidrologi
Hidrosfer berasal dari dua kata, yaitu hidros yang berarti air, dan sphere
yang berarti lapisan. Hidrosfer adalah lapisan air yang berada di permukaan bumi.
Air adalah salah satu hal yang paling dibutuhkan makhluk hidup. Air yang
tersedia di Bumi begitu banyak, yaitu 134 milyar meter kubik air (Prodjosantoso
dan Tutik, 2011). Sekitar 97% air di permukaan bumi adalah air laut/air asin yang
tidak dapat digunakan secara langsung. Sebanyak 2% adalah air yang membeku
di kutub, sisanya adalah 1% air tawar yang dapat digunakan oleh makhluk hidup.
Hanya 1% air tawar tersebut digunakan oleh seluruh makhluk hidup di Bumi, lalu
bagaimana air tersebut tidak bisa habis?
“Secara keseluruhan volume air di Bumi jumlahnya tetap dan tidak berubah,
hal itu terjadi karena adanya proses perputaran air yang disebut siklus hidrologi”
(Naharuddin dkk, 2018:15). Siklus hidrologi atau siklus air adalah proses
perputaran air yang ada di Bumi secara terus menerus. Menurut Tanika dkk.
dalam Naharuddin dkk. (2018), “siklus hidrologi melibatkan beberapa komponen
antara lain: hujan, aliran batang dan tetesan daun, infiltrasi, aliran bawah
permukaan, absorbsi oleh tanaman, aliran permukaan, evaporasi, dan transpirasi”.
Siklus hidrologi dibedakan menjadi 2, yaitu siklus hidrologi pendek dan siklus
hidrologi panjang.
Sumber: ilmugeografi.com
Gambar 3. Siklus Hidrologi Pendek
5
Sumber: ilmugeografi.com
Gambar 4. Siklus Hidrologi Panjang
partikel air menjadi es karena suhu udara yang sangat rendah pada ketinggian
tersebut. Partikel es tersebut saling mendekati dan menyatu menjadi awan,
semakin banyak es yang menyatu maka awan semakin tebal dan hitam.
Awan yang terbentuk selanjutnya akan mengalami tahap adveksi (tidak
terjadi pada siklus hidrologi pendek), awan yang berada di atmosfer lautan
berpindah ke daratan karena adanya arus angin maupun perbedaan tekanan udara.
Awan menyebar ke atmosfer daratan dan masuk pada tahap presipitasi, yang
menyebabkan awan mencair karena suhu udara yang tinggi dan menyebabkan
hujan jatuh. Apabila suhu udara disekitar atmosfer berada pada atau dibawah titik
beku air, maka salju tipis akan turun (hujan salju) seperti di daerah beriklim sub
tropis. Setelah turun hujan, selanjutnya air akan bergerak di permukaan bumi,
seperti mengalir pada selokan, sungai, danau, dan sampai ke samudera. Tahap ini
disebut dengan run off. Air tidak hanya mengalir pada permukaan tanah saja,
namun juga mengalir dan merembas ke dalam tanah dan mengalami tahap
infiltrasi atau penyaringan menjadi air tanah. Air tanah ini lambat laun akan
kembali ke laut. Terkumpulnya air di laut akan memulai kembali proses siklus
hidrologi melalui tahap evaporasi.
Tahap-tahap tersebut menyebabkan air di bumi tidak bisa berkurang atau
tetap. Walaupun air di bumi tetap, namun distribusi dan kualitas air setiap
waktunya tidak sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi air yakni
(Linsley, 1995 dalam Firmanila, 2016):
1. Iklim, kondisi iklim terutama pada musim kemarau sangat
mempengaruhi distribusi air, musim kemarau yang berkepanjangan
akan menyebabkan distribusi air yang tidak merata dan
membutuhkan air yang lebih besar daripada saat musim hujan.
2. Ciri-ciri penduduk, meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat,
akan diiringi dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat dan
peningkatan aktivitas yang selanjutnya membutuhkan sumber daya
yang besar termasuk air.
7
3. Harga air dan meteran, tarif yang dipatok untuk konsumsi air akan
mempengaruhi perilaku penduduk dalam mengkonsumsi air, dimana
semakin tinggi harga air orang akan semakin mengontrol pemakaian
airnya.
4. Ukuran kota, kota yang memiliki banyak jenis pemanfaatan lahan
seperti industri, fasilitas umum, maupun perdagangan mengakibatkan
pemakaian air yang digunakan akan semakin besar. Ukuran kota
diindikasikan dengan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki
sebuah kota.
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atauperuntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yangmempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Selanjutnya akan dijelaskan tentang standar baku mutu kesehatan
lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan higiene sanitasi, kolam
renang, solus per aqua, dan pemandian umum yang mengacu pada Peraturan
Menteri No. 32 Tahun 2017 (terlampir).
Selain diklasifikasikan ke dalam empat kelas, air juga dapat digolongkan
berdasarkan sumbernya, yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah.
a. Air hujan, merupakan air hasil dari penyubliman awan/uap air yang turun ke
bumi. Air hujan yang turun tidak dapat langsung dikonsumsi karena
dikhawatirkan tercampur dengan zat lain seperti, gas oksigen, CO2, debu, dan
zat lainnya. Jika ingin dikonsumsi hendaknya air hujan ditampung terlebih
dahulu agar kotoran yang ada terendapkan.
b. Air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di permukaan bumi, seperti pada
selokan, anak sungai, dan lain-lain. Air ini saat mengalir akan mengalami
pencemaran karena hampir semua sisa kegiatan manusia, flora dan fauna akan
mengotori tempat air permukaan mengalir.
9
c. Air tanah, yaitu air hujan yang mengalir pada permukaan bumi dan terfiltrasi
ke dalam tanah. Proses filtrasi ini membuat air tanah lebih baik dari pada air
hujan maupun air permukaan. Air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah
dangkal dan air tanah dalam. 1) air tanah dangkal terjadi karena proses
masuknya air ke dalam tanah dan tertahan pada lapisan tanah kedap air.
Biasanya air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 15 meter. 2) air tanah
dalam terjadi pada lapisan tanah kedap air yang lebih dalam. Air tanah dalam
biasanya terdapat pada kedalaman 100-300 meter. Air ini memiliki kualitas
yang lebih baik dari pada air tanah dangkal.
tercemar apabila sifat normalnya telah berubah karena adanya limbah didalamnya
yang menjadikan air tersebut berbahaya bagi makluk hidup.
tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen (air buangan) yang keluar
dari industri, TPA sampah, rumah tangga, transportasi dan sebagainya.
Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari
tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003).
Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga
(pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari
aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir
juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang
menghasilkan hujan asam.
b) Bahan Pencemar air
Menurut Wardhana (1995) dalam Warlina (2004), komponen
pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga dan pertanian dapat
dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1) Bahan buangan padat, bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan
yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah.
Buangan padat tersebut akan menimbulkan pelarutan, pengendapan dan
pembentukan koloidal.
2) Bahan buangan organik dan olahan bahan makanan, bahan buangan
organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi
oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan
populasi mikroorganisme dan juga menaikkan kadar BOD. Sama hal nya
dengan olahan bahan makanan yang juga bahan organik yang baunya
lebih menyengat.
3) Bahan buangan anorganik, bahan buangan anorganik sukar didegradasi
oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Bahan buangan anorganik
ini biasanya berasal dari limbah industri yang melibatkan penggunaan
unsur-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air
raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg).
4) Bahan buangan cairan berminyak, beberapa bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatile, maka apabila dibuang ke air
15
Pada dasarnya semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Zat
warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen
merupakan senyawa aromatic yang berisi chromopore, yaitu zat
pemberi warna yang berasal dari radikal kimia, misal nitroso (-NO),
azo (-N=N-) etilen (>C=C<) dan lain lain. Sedangkan auxochrome
adalah radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat
warna dapat mudah meresap dengan baik ke dalam bahan yang akan
diberi warna. Contoh auxochrome adalah –COOH atau –SO3H
atau kelompok pembentuk garam –NH2 atau –OH.
d. Zat radioaktif
Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan jelas sangat
membahayakan bagi lingkungan dan manusia karena zat radioaktif
dapat menimbulkan kerusakan biologis baik melalui efek langsung
atau efek tertunda. Kemungkinan karena aplikasi teknologi nuklir
yang menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak
dikembangkan, sebagai contoh adalah aplikasi teknologi nuklir pada
bidang pertanian, kedokteran, farmasi dan lain-lain.
yang turun akan meresap ke dalam tanah. Jika tanah tercemar, maka air yang
meresap pun ikut tercemar. Ini mengartikan bahwa air tanah tersebut tidak layak
lagi digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air di bumi tidak dapat habis karena mengalami proses perputaran yang
disebut siklus hidrologi. Sayangnya, air yang berputar tersebut bisa saja rusak
karena tercemar. Untuk membedakan air yang baik dengan air yang tercemar,
pemerintah membuat peraturan mengenai kesehatan mutu air. Pemeriksaan air
yang baik dengan yang tercemar dapat mengikuti indikator, seperti pemeriksaan
pH air, dan lain-lain.
Air tidak bisa tercemar dengan sendirinya, namun disebabkan aktivitas
manusia yang bersifat merusak. Manusia adalah penyokong terbanyak yang
membuat air, udara dan tanah tercemar, seperti limbah domestik dan limbah
industri. Selain itu, tercemarnya udara dan tanah dapat mempengaruhi kualitas air.
19
DAFTAR PUSTAKA
EG, Muhamad. 2014. Macam dan Sumber Air Baku. Universitas Lampung.
didapatkan dari http://digilib.unila.ac.id/3943/8/BAB%20II.pdf
Firmanila, Una Dika. 2016. Tugas Akhir: Keterkaitan Karakteristik Wilayah
Terhadap Distribusi Air Bersih di Perkotaan Sumbawa Besar. Surabaya:
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota - Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan.
Naharuddin, dkk. 2018. Buku Ajar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Aplikasinya Dalam Proses Belajar Mengajar. Palu: Untad Press.
Prodjosantoso, A.K. dkk. 2011. Kimia Lingkungan (Teori, Eksperimen, dan Aplikasi).
Yogyakarta: Kanisius.
Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan dan Pencemaran.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32 Tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Hygiene Sanitasi, Kolam Renang, Solur Per Aqua, dan
Pemandian Umum.
Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogor.
20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1a
21
22
23
24
Lampiran 2a
25
Lampiran 2b
26
Lampiran 2c
27
Lampiran 2d
28
Lampiran 2e
29