Anda di halaman 1dari 16

RADIO KIMIA

PENGGUNAAN ISOTOP 18F-FDG PADA PET SCAN UNTUK DETEKSI


DINI KANKER/TUMOR

OLEH
NAMA KELOMPOK:
1. DEWA PUTU GOGO BALAYOGA (1813031004)
2. KHAIRUN NISSA (1813031013)
3. HASANNUDIN (1813031020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah “Penggunaan Isotop 18F-FDG pada PET Scan untuk
Deteksi Dini Kanker/Tumor” dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun agar dapat membantu pembaca dalam memahami dan menambah
pengetahuan tentang proses belajar dan pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
didalamnya oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca.
Dengan terselesaikannya makalah “Penggunaan Isotop 18F-FDG pada
PET Scan untuk Deteksi Dini Kanker/Tumor” ini, maka terpenuhilah kewajiban
penulisterhadap tugas yang diberikan. Dan semoga selesainya makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Singaraja, 24 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi PET, Kanker, Isotop 18F-FDG................................................ 3
2.2 Proses Pembentukan 18F-FDG ............................................................. 4
2.3 Prinsip dan Cara Kerjadari PET ............................................................ 5
2.4 Kelebihan dan Kekurangan PET ........................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 8
3.2 Saran ..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Skema sistem metabolisme glukosa 18F-FDG ............................. 4


Gambar 2.2Prinsip Koinsidensi Annihilasi...................................................... 5
Gambar 2.3 Prinsip Kerja PET ........................................................................ 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Data sensus penduduk tahun 2010 menyatakan penduduk Indonesia
berjumlah 237.641.326 jiwa, dari jumlah ini sebanyak 671.353 jiwa (0,28%
dari jumlah penduduk didiagnosis menderita kanker. (Wahyuni, 2010).
Menurut data WHO angka kematian akibat kanker diseluruh dunia akan terus
meningkat dengan rata-rata peningkatan tiap tahun antara 7,6 juta sampai 13
juta (WHO, 2012).
Saatini, kanke rmerupakan salah satu penyakit yang paling mematikan
di seluruh dunia. Faktor yang menyebabkanpenyakitkankermuncul pada
dasarnya lingkungan yang ditinggali maupu gaya hidup yang sebenarnya
dapat dihindari, misalnya merokok dan pola makan tidak sehat.
Dalam makalah ini, dibahas mengenai penggunaan isotop 18F-FDG
padaPositron Emission scan Tomography (PET) untuk deteksi dini kanker
atau tumor. Positron emission scan Tomatography (PET) merupakan salah
satu modalitas kedokteran nuklir, yang pertama kali diperkenalkan oleh
Brownell dan Sweet pada tahun 1952. Sedangkanalatnyapertama kali
dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun 1920-
an. Positron merupakan inti darikinerja PET yang pertama kali diperkenalkan
oleh PAM Dirac pada akhirtahun 1920-an.
Salah satu bahan yang digunakan dalam pendeteksi kanker atau tumor
dengan menggunakan 2-[18F]-Fluoro2-deoxyglucose (F-FDG) yang akan
dijelaskan dalam makalahini.

1.2 RumusanMasalah
1. Apakahdefinisidari PET, kanker, dan Isotop 18F-FDG?
2. Bagaimana proses pembentukan 18F-FDG?
3. Bagaimanaprinsip dan carakerjadari PET?
4. Apa sajakelebihan dan kelemahandari PET?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan definisidari PET dan kanker
2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembentukan 18F-
FDG
3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan prinsip dan cara kerja dari
PET
4. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kelebihan dan kelemahan
PET

1.4 Manfaat
1. Bagipenulis
Agar penulis mampu untuk memahami dan menambah wawasan
atau pengetahuan dan literasi dalam penggunaan isotop 18F-FDG pada
Positron Emission scan Tomography(PET)untuk deteksi dini kanker
atau tumor.
2. Bagipembaca
Agar pembaca makalah ini menjadikan sumber belajar dalam
penggunaan isotop 18F-FDG pada Positron Emission scan
Tomography(PET) untuk deteksi dini kanker atau tumor.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi PET, Kanker, Isotop 18F-FDG


PET adalah kependekkan dari Positron Emission Tomographyyang biasa
digunakan dalam bidang kedokteran sebagai teknik pencitraan yang unik yang
menyediakan atau memberikan informasi tentang molekul dan perubahan
metabolik yang berhubungan dengan penyakit (Sulaiman dkk). PET memiliki
fungsi yang saama dengan CT ataupun MRI Scan, tetapi PET memiliki
kelebihan dibandingkan keduanya, yaitu dapat memberikan gambaran
fisiologis dan proses patofisiologis, metabolisme seluler, perfusi jaringan, dan
sintesis DNA maupun protein. PET biasanya digunakan untuk diagnosis
berbagai penyakit seperti kanker atau tumor.
Menurut Yayasan Kanker Indonesia, kanker adalah penyakit akibat
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi
sel kanker. Kanker biasanya sering disebut oleh masyarakat Indonesia sebagai
tumor. Tidak semua tumor termasuk ke dalam kanker. Kanker adalah tumor
yang sudah galak, pertumbuhannya lebih cepat atau disebut tumor ganas.
Kanker dapat menyerang siapa saja, terutama pada usia 40an tahun. Kanker
awalnya tidak memiliki gejala sampai akhirnya sel kanker terus meluas dan
meberikan gejala yang tampak, seperti waktu buang air besar atau kecil ada
perubahan kebiasaan atau gangguan, alat pencernaan terganggu dan susah
menelan, suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh, payudara atau di
tempat lain ada benjolan (tumor), tahi lalat yang berubah sifatnya menjadi
semakin besar dan gatal, darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh,
dan adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh. Untuk
mengetahui lebih lanjut, apakah seseorang terserang kanker dapat dilakukan
scanning menggunakan metode PET Scan. PET menggunakan ilmu kimia di
bidang radioaktivitas, yaitu menggunakan radioisotop 18F-FDG.
Radioisotop adalah isotop dari zatradioaktif yang mampu
memancarkanradiasi, dapat terjadi secara alamiah (radioisotop alam) ataupun

3
disengaja (dibuat oleh manusia), dan bisa dibuat sesuai dengan keperluan
(Senduk dkk, 2015:621). 18F-FDG adalah kependekan dari 2-[18F]-fluoro-2-
deoxyglucose yang merupakan isotop buatan.Menurut sistem metabolisme
glukosa di dalam jaringan tumor lebih besar dibandingkan pada jaringan biasa
(Sulaiman dkk, 2010:656). Hal ini dimanfaatkan pada bidang kedokteran
untuk menentukan letak tumor atau kanker di dalam tubuh secara tepat.

Gambar 2.1 Skema sistem metabolisme glukosa dan 18F-FDG dalam sel.
2.2 Proses Pembentukan 18F-FDG
Radioisotop memiliki berbagai jenis, diantaranya termasuk isotop buatan.
Isotop 18F-FDG dapat dibuat menggunakan alat tertentu, seperti menggunakan
modul TRACER Lab MX FDG. 18F-FDG memiliki jalan yang panjang dalam
proses pembentukkannya. Untuk membuat 18F-FDG menggunakan TRACER
Lab MX FDG harus melalui beberapa tahapan berikut (Sulaiman dkk, 2010:657-
659) (terlampir).
Setelah didapatkan isotop 18F-FDG, selanjutnya dapat digunakan untuk
mendiagnosis kanker menggunakan PET Scan.
2.3 Prinsip dan Cara Kerja
Dasar kinerja utama PET adalah positron yaitu partikel yang memiliki
massa yang sama dengan elektron tetapi bermuatan positif amin dkk (2017:119).
Setelah positron diemisi dari nucleus atom, ia harus menghilangkan energi
kinetiknya dan bergabung dengan elektron.Kedua partikel tersebut saling
menghilangkan muatan (annihilasi), kemudian mengemisikan dua radiasi gamma
511-KeV ke arah yang berlawanan. Jika dalam dua detektor yang diletakkan

4
berlawanan satu sama lain, suatu radiasi gamma 511-KeV dihasilkan pada waktu
yang bersamaan (koinsiden), annihilasi akan terjadi pada garis yang
menghubungkan kedua detektor. Apabila banyak detector diatur dalam suatu
cincin, membentuk suatu silinder, maka kejadian dapat ditampilkan dalam bentuk
tiga dimensi. Berdasarkan data tersebut, maka distribusi spasial radioaktif dalam
tubuh dapat direkonstruksi oleh algoritme computer yang sesuai.

Gambar 2.2 PrinsipKoinsidensiAnnihilasi [18F] dan Positron Emission


Tomography (PET).
Radiasi yang diserap jaringan tergantung pada massa radioaktif, hingga
zatradioaktif yang diserap dapat dihitung. Penyerapan dapat dihitung dengan alat
ukur khusus dalam scanner PET atau dengan komputer tomografi. PET bekerja
berdasarkan deteksi radioaktif yang dipancarkan sesudah sejumlah kecil zat
radioaktif pelacak disuntikkan ke vena perifer. Pelacak yang diberikan sebagai
suntikan intravena biasanya dilabel dengan 15O, 18F, 11C atau 13N. Total zat
radioaktif yang diperlukan sama dengan dosis yang digunakan pada CT. PET scan
membutuhkan waktu 10 sampai 40 menit untuk pengerjaannya.
Pada dasarnya PET bekerja menggunakan positron dengan karakteristik
fisik tertentu sebagai basis untuk deteksi resolusi tinggi dan gambaran rekontruksi
yang lebih baik. Gambaran yang dihasilkan dari PET dihasilkan melalui berbagai
reaksi radionuklir yang nantinya akan diterima oleh detektor kemudian dikalkulasi
secara matematis sehingga akhirnya didapat gambaran PET scanning.

5
Gambar. 2.3 PrinsipKerja PET
Positron merupakan antipartikel dari elektron, memiliki masa yang sama
dengan elektron, tetapi positron membawa muatan positif sedangkan elektron
bermuatan negatif. Tracer yang digunakan pada PET mengandung radionukleid
yang akan melepaskanpositron dari inti atom saat mereka pecah. Positron yang
terlepas akan berinteraksi dengan atom didekatnya, menghasilkan eksitasi dan
ionisasi yang menurunkan kecepatan positron. Selama melambat positron bertemu
dengan elektron di medium sekitarnya. Pertemuan positron dan elektron ini
menyebabkan positron dan elektron saling meniadakan karena sifatnya yang
antipartikel. Pertemuan kedua massa ini menghasilkan energi photon.
Selama proses ini dihasilkan dua photon 511 KeV yang dilepaskan 180°
satu dengan lainnya.Pelepasan ini ditangkap oleh detektor sebagai “coincidences”.
Data coincidences ini diubah menjadi gambaran tomografi dengan menggunakan
rekonstruksi matematis yang disesuaikan dengan ketipisian organ pada berbagai
densitas dan dari peluruhan fisik tracer, yang nantinya membentuk gambaran tiga
dimensional peta kuantitatif distribusi tracer di dalam tubuh. Selama proses PET
dilakukan dua macam scanning yaitu, emission scan yang merefleksikan emissi
photon dari dalam tubuh setelah injeksi tracer dan ancillarytransmission atau
attenuation scan, yang terlihat seperti CT scan resolusi rendah yang digunakan

6
untuk mencocokkan absorpsi photon oleh organ. PET tomography saat ini
memiliki resolusi spatial teoritis 3-4 mm. Pada praktek klinis resolusinya kira-kira
antara 5-10mm, jadi lesi (jaringan abnormal) yang berukuran dibawah ini tidak
dapat digambarkan secara meyakinkan.
2.4 Kelebihan dan Kekurangan PET
PET memiliki kelebihan dapat memberikan gambaran fisiologis dan proses
patofisiologis, metabolismeseluler, perfusijaringan, dan sintesis DNA maupun
protein.10 Di bidang onkologiendokrin, PET dapat memberikan gambaran
sintesislokal, uptake, penyimpanan, dan reseptor dari berbagai hormon. PET dapat
menilai status fungsional preoperative staging, evaluasi diagnostiklesi yang
dicurigaiganas, mengidentifikasi metastasis atau tumor recurrent, serta dapat
memberikan gambaran prognosis dan sebagai alat memilih dan mengevaluasi
terapi. PET scan memberikan resolusi yang lebih baik daripada single-photon
emission CT Karena memiliki aktifitasradioaktif dan coincidences yang intens
sehingga meningkatkan rasiosinya dibandingkan noise. Lama PET scan relative
singkat, PET mampumemberikanpenilaiankuantitatifbesarnyaaktivitasradioaktif di
berbagai jaringan dari waktu ke waktu.
Biaya dan keterbatasan ketersediaan teknologi merupakan kekurangan
utama PET, Selainitu PET membutuhkan produksi radioisotope karena waktu
paruh tracer yang singkat dan masalah penanganan sampah radioaktif.
Resolusispatial teoritis PET scan lebih rendah buruk disbandingkan dengan CT
ataupun MRI.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Positron Emission Tomography (PET) merupakan salah satu hasil di garis depan
pengembangan radioisotop untuk dunia kedokteran. Aplikasi radioisotop dalam
deteksi dini sel kanker dengan metode PET memiliki kemampuan untuk
memburu, bahkan membunuh sel kanker secara efektif pada tahap yang paling
dini ketika kanker masih berupa benih, yaitu saat metabolisme sel kanker mulai
terjadi. Penggunaan PET saat ini masih terbatas akibat kendala biaya dan
teknologi. PET menghasilkan gambaran tidak hanyaa natomis tetapi juga
fisiologis. Sehingg adengan menggunakan PET kita dapat menilai fungsi
fisiologis dari suatu jaringan. Gambaran anatomis yang dihasilkan PET lebih
buruk dibandingkan dengan MRI ataupun CT, namun hal ini dapat diatasi dengan
menggabungkan PET dan CT dalam satu alat scanner yang disebut PET/CT,
sehingga dihasilkan gambaran anatomis dan fisiologis yang lebih baik. Merujuk
kepada fungsi dari PET, terdapat potensi yang sangat besar untuk memanfaatkan
fungsi PET di berbagai bidang, salah satunya onkologiendokrin. Dimana PET
dengan 18-FDG sebaga itracer dapat dimanfaatkan pada penata laksanaan kanker
tiroid. PET berperan dalam menilai fungsi dan kelainan pada tiroid yang pada
kondisi tertentu tidak dapat di nilai dengan menggunakan alati maging lainnya.
Walaupun pemanfaatan PET masih terbatas pada bidang tertentu saja, PET
memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki alat imaging lainnya. Dengan
kelebihan yang dimilikinya PET diharapkan mampu berkembang dan dapat
dimanfaatkan di bidang yang lebih luas, sehingga tercapai penata laksanaan
penyakit yang lebih baik.
Saran
Saran dari penulisan makalah ini adalah diharapkan kita agar lebih menjaga
kesehatan dengan melakukan pola hidup yang sehat dengan menjaga pola hidup
yang sehat maka kita akan terhindar dari berbagai penyakit karena lebih baik
mencegah daripada mengobati. Harapan dari kami, semoga materi yang telah
dipaparkan mampu menambah wawasan mengenai deteksi radiasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkiflidkk. 2017. PeranPositron Emission Tomography dalam Diagnosis


dan EvaluasiKankerParu. 57(4): 119-120.
Islamiaty,Risda Rahmi dan Eli Halimah. 2018. Review: Tinjauan Pustaka
Mengenai Karakteristik Radioisotop yang Digunakan pada Pembuatan
Radiofarmaka.Farmaka Suplemen Volume 6 Nomor 1.
Senduk, dkk. 2015. Penggunaan Radioisotop pada Deteksi Dini Penyakit Kanker.
Jurnal e-Biomedik (eBm)Volume 3 Nomor 2.
Sulaiman, dkk. 2010. Uji Fungsi Modul Sintesis Otomatis dan Karakterisasi 18F-
FDG. STTN-BATAN-Fak. Saintek UIN SUKA hal 655-662.
Wismayana, I PutuAry dkk. 2013. 18F-Flourodeoxyglucose (18F-FDG) Positron
Emission Tomography (PET) SebagaiModalitas Imaging
PenatalaksanaanKankerTiroid. 2(7): 1-7.
Yayasan Kanker Indonesia. tanpa tahun. Tentang Kanker. Diakses pada tanggal
24 April 2019 dari Yayasan Kanker Indonesia
http://yayasankankerindonesia.org/tentang-kanker

9
LAMPIRAN

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai