Penanggunalan Hiv Aids
Penanggunalan Hiv Aids
BAB I PENDAHULUAN
Anak adalah amanah Tuhan Yang Maha Esa, merupakan potensi sumber daya manusia
yang strategis, penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu anak harus mendapatkan
kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, terjamin
kelangsungan hidupnya, bebas dari tindakan – tindakan kekerasan, diskriminasi, dan
perlakuan yang salah serta meningkatnya peran serta anak termasuk terlindungi dari
berbagai penyakit seperti HIV/AIDS.
1
tentang anak tahun 2000 di Beijing yang menegaskan komitmen dunia untuk
mengintegrasikan kepentingan terbaik anak dalam seluruh pembangunan nasional.
Dalam sidang umum PBB ke 27 disepakati menciptakan dunia yang layak bagi anak
(World Fit for children melalui 4 program utama yaitu : Promosi gaya hidup sehat,
Menyediakan pendidikan untuk semua anak, Perlindungan terhadap perlakuan yang
salah (Abuse), diskriminasi dan kekerasan serta memerangi dan mencegah
tertularnya HIV/AIDS pada anak.
Sementara itu kondisi dan situasi kesejahteraan dan perlindungan anak di Indonesia
masih memprihatinkan seperti yang ditunjukan oleh makin meningkatnya balita yang
gizi buruk, belum menurunnya angka kematian bayi, masih tingginya berbagai
penyakit menular dan walaupun kasus HIV/AIDS masih relatif rendah bila
dibandingkan dengan negara lain namun jumlah dan kecenderungannya makin
meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu rendahnya anak yang melanjutkan sekolah
ke tingkat yang lebih tinggi, belum tuntasnya penghapusan buta huruf dan makin
tinggi pendidikan, makin rendah partisipasi kelompok perempuan (Gender gap) serta
meningkatnya anak-anak yang dilacurkan (ESKA) anak yang diperdagangkan
(Traffiking), anak yang berkonflik dengan hukum, anak di daerah konflik bersenjata,
anak dipengungsian, anak diterlantarkan dan anak yang diperlakukan salah termasuk
anak jalanan makin meningkat.
Sebagai tindak lanjut upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada anak
disusunlah Program Nasional Bagi Anak Indonesia dengan memperhatikan kondisi
anak indonesia yang terpapar dan tertular HIV/AIDS saat ini tahun 2003 yang
diarahkan untuk mewujudkan anak indonesia yang terlindung dari HIV/AIDS melalui
2
3 misi utama yaitu mencegah dan mengurangi HIV/AIDS, mengurangi penderitaan
dan dampak sosial ekonomi serta meningkatkan dan mengembangkan perilaku hidup
sehat.
Dalam mencapai tujuan tersebut berbagai masalah masih harus dihadapi Indonesia
seperti: Kurangnya kesadaran orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah akan
kepedulian terhadap bahaya penularan dan dampak dari HIV/AIDS pada kelompok
rentan anak.
Dampak dari permasalahan pada anak tersebut diatas dapat mengarah pada penyebar
luasan HIV/ AIDS antara lain melalui hubungan sex yang tidak aman maupun
melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril oleh penyalahguna narkoba.
Ini semua dapat terjadi pada anak/ remaja penyalahguna narkoba, anak jalanan,
anak/remaja tuna susila atau yang dieksploitasi, anak/remaja nakal karena mereka
3
termasuk kelompok yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS selain itu pengetahuan
mereka terhadap permasalahan HIV/ AIDS masih sangat kurang. Untuk itu perlu
diadakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/ AIDS terhadap kelompok-
kelompok rawan, masyarakat termasuk kepada anak/remaja.
Pendidikan pencegahan HIV/AIDS pada anak pada dasarnya merupakan salah satu
upaya efektif dalam melaksanakan pencegahan penyakit, khususnya melalui upaya
pembudayaan hidup sehat yang akan lebih efektif dilaksanakan melalui jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah baik secara kurikulum maupun ekstra
kulikuler.
4
BAB II ANALISIS SITUASI
Hasil sero survei dari tahun 1993 hingga 1997 menunjukan bahwa pada
kelompok perilaku risiko tinggi yaitu wanita penjaja seks di daerah lokalisasi
pelacuran, media prevalensi syphilis menunjukan kisaran angka prevalensi
pada waria cukup tinggi yaitu antara 25– 75 persen.
Angka Chlamydia sangat terbatas akan tetapi penyakit ini merupakan PMS
terpenting pada kelompok perilaku resiko tinggi dan pada masyarakat umum,
data dari Jakarta, Surabaya dan Manado tahun 1993 – 1997 menunjukan angka
8 – 10,3 persen pada masyarakat umum dan pada 3 – 30 persen pada
kelompok perilaku risiko tinggi.
Di Indonesia, AIDS untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Jumlah
tersebut akan meningkat terus apalagi bila tidak diambil langkah-langkah yang
konkrit untuk mengatasinya. Sampai pertengahan dekade 1990-an penularan
HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual yang berisiko, tetapi bukti
akhir-akhir ini menunjukkan penularan melalui penyalagunaan Napza suntik
semakin meningkat pula terutama pada usia remaja. Hampir semua propinsi di
Indonesia melaporkan adanya HIV/AIDS dan paling sedikit terdapat tiga
kantong epidemi dimana prevalensi HIV/AIDS sangat tinggi, yakni di Propinsi
5
Papua (Kabupaten Merauke), DKI Jakarta dan Propinsi Riau (pulau Batam dan
Karimun).
6
Hasil surveilans Prevalensi infeksi HIV pada wanita penjaja seks (WPS)
bervariasi antar propinsi dan antar kabupaten dengan kisaran prevalensi antara
0 – 26,5 persen. Di beberapa tempat seperti di Propinsi Riau dan Propinsi
Papua prevalensi berkisar antara 6 – 26,5 persen. Tingkat infeksi di antara
penyalahguna napza suntik lebih tinggi misalnya di DKI Jakarta, Propinsi
Jawa Barat, dan Propinsi Bali yang berkisar antara 24,5 – 53 persen. Studi
prevalensi pada ibu hamil di salah satu tempat di Propinsi Riau pada tahun
1998/1999 menunjukkan bahwa 0,35 persen ibu hamil telah terinfeksi HIV,
sedangkan di Propinsi Papua sebesar 0,25 persen. Di Kota Jakarta Utara
melalui program voluntary counselling and testing (VCT) pada tahun 2000
diketahui bahwa prevalensi HIV pada ibu hamil adalah 1,5 persen, tahun 2001:
2,7 persen. Hal ini menunjukkan telah terjadinya penularan pada masyarakat
umum melalui populasi perantara (bridging population).
7
perlu intervensi khusus penanggulangan penularan HIV/AIDS pada kelompok
anak.
Dari laporan pasif sejak tahun 1996 s/d 2000 diketahui pula terdapat 26 orang
ibu hamil positif HIV dari DKI Jakarta, Propinsi Papua, Propinsi Jawa Barat,
Propinsi Jawa Timur, dan Propinsi Riau. Dilaporkan pula terdapat 13 bayi
tertular HIV.
Kegiatan yang sedang dilaksanakan pada saat ini adalah uji coba survai
surveilans perilaku (SSP) di 13 propinsi, pengembangan modul survai
surveilans perilaku, pemeriksaan dan pengobatan IMS, surveilans HIV/AIDS
& IMS, Pelatihan bagi petugas kesehatan, uji coba mengurangi dampak buruk
akibat IDU/harm reduction di DKI Jakarta dan Propinsi Bali, uji coba kondom
100 persen dan uji coba Prevention Mother To Child Transmition (PMTCT) di
Propinsi Papua.
8
BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN
Visi
Anak Indonesia terlindungi dari HIV/AIDS
Misi
mencegah atau membatasi penularan HIV/AIDS dan meningkatkan kualitas
hidup ODHA dan keluarga serta mengurangi dampak sosial ekonomi dari
penyakit tersebut.
Tujuan
1. Menyediakan atau menyebarluaskan informasi pencegahan infeksi
HIV pada bayi, anak dan remaja
2. Menyediakan perawatan, akses terhadap pengobatan dan
dukungan pada anak dengan HIV/AIDS
3. Meningkatkan peran serta keluarga, remaja, masyarakat dalam
penanggulangan HIV/AIDS pada bayi, anak dan remaja.
4. Meningkatkan kemitraan antara pemerintah, swasta, LSOM,
professional dan lembaga donor dalam merespons Program Nasional
Anak Indonesia dalam penanggulangan HIV/AIDS
5. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah yang
bersinergi dalam penanggulangan HIV/AIDS pada bayi, anak dan
remaja.
Sasaran
Sasaran dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah:
1. Bayi
Bayi dapat terkena HIV/AIDS dari ibu yang positif melalui perinatal
2. Balita
Kelompok Balita dapat tertular HIV/AIDS kemungkinan melalui tranfusi
darah yang tidak aman ketika balita tersebut sakit, kemudian pada
kelompok ini sering menjadi yatim piatu disebabkan karena orang tua
mereka meninggal karena AIDS.
9
3. Anak usia pra-sekolah,
Kelompok pra-sekolah dapat tertular HIV/AIDS kemungkinan melalui
tranfusi darah yang tidak aman ketika anak tersebut sakit, kemudian pada
kelompok ini sering menjadi yatim piatu disebabkan karena orang tua
mereka meninggal karena AIDS.
5. Remaja
Pada kelompok ini masih rendahnya pengetahuan tentang pencegahan
penularan HIV/AIDS dan pada kelompok ini rawan akan adanya Narkoba
khususnya Napza suntik serta kekerasan seks.
6. Wanita pranikah
Disebabkan pada kelompok ini masih rendah pengetahuan tentang
pencegahan akan penularan HIV/AIDS.
7. Ibu hamil
Yang menjadi sasaran dalam kelompok ini adalah ibu hamil yang positif
HIV, dimana ibu tersebut dapat menularkan HIV pada bayinya.
10
4. Semua darah donor, produk darah dan jaringan transplantasi bebas dari
pencemaran HIV/AIDS.
5. 80 persen ibu hamil yang datang ke klinik ANC mendapat informasi
dan konseling serta pelayanan pencegahan HIV, termasuk PMTCT.
6. Setiap ODHA dapat memperoleh pelayanan pengobatan, perawatan
dan dukungan yang dibutuhkan mulai tahun 2005.
11
prioritas kepada penanggulangan HIV/AIDS, dan memobilisasi sumber daya
penanggulangan. Pemerintah berkewajiban menciptakan suasana kondusif
guna mencegah timbulnya stigmatisasi, penyangkalan (denial), dan praktek
diskriminasi karena HIV/AIDS .
f. Kerjasama internasional
melalui badan- badan PBB, organisasi regional, lembaga donor dan LSM
internasional perlu ditingkatkan guna memperoleh:
1) Manfaat dari mobilisasi sumberdaya internasional,
2) Menerapkan pengalaman dalam menurunkan prevalensi HIV/AIDS
dari negara lain dan
3) Meningkatkan kerjasama penanggulangan penyakit di daerah
perbatasan.
12
BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI
13
14
BAB V KEGIATAN POKOK
15
10. Penyediaan layanan VCT bagi mereka yang kab/kota tahun 2010, 50 kab/kota
berisiko tahun 2015 Tersedianya layanan
VCT.
16
Diperkirakan biaya untuk sektor kesehatan sebesar 0,7 persen GNP (Data Bappenas).
Perkiraan biaya penanggulangan HIV/AIDS secara keseluruhan 1 persen dari biaya
sektor kesehatan. Perkiraan biaya penanggulangan HIV/AIDS pada anak sebesar 10
persen dari biaya penanggulangan HIV/AIDS keseluruhan.
17