Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... i
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................. 1
BAB III .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 2
A. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 01 .................................................. 2
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ...................................................................................................... 2
B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 02 ................................................... 3
LAPORAN REALISASI ANGGARAN ....................................................................................................... 3
C. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 03 ................................................... 4
LAPORAN ARUS KAS ............................................................................................................................ 4
D. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04 .................................................. 7
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ............................................................................................... 8
E. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) ...................................................................................... 9
F. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) ............................................................................ 12
G. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .................................................................................... 12
H. Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) .................................................... 17
I. Ilustrasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ...................................................................... 19
BAB III ........................................................................................................................................................ 38
PENUTUP................................................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting guna untuk memperoleh
informasi mengenai posisi keuangan dan apa saja hasil-hasil yang telah dicapai selama
tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan keuangan tidak hanya dibuat oleh
perusahaan saja, melainkan setiap pemerintah provinsi/kota/daerah beserta seluruh
badan, dinas dan instansi pun harus mampu membuat laporan keuangan. Jika dalam
perusahaan menggunakan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) sebagai pedoman
penyusunan laporan keuangan, lain halnya di pemerintahan yang menggunakan SAP
(Standar Akuntansi Pemerintahan) sebagai pedomannya. Pemerintah Daerah diberikan
wewenang untuk menyelenggarakan pengelolaan keuangannya sendiri, maka harus
melakukan pertanggungjawaban atas segala wewenang yang telah diberikan. Maka
dengan itu diperlukannya standar pelaporan keuangan. Namun selain adanya SAP
(Standar Akuntansi Pemerintahan) sebagai pedoman, proses penyusunan laporan
keuangan harus dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, cepat dan tentunya
data yang dihasilkan harus akurat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengilustrasikan laporan keuangan sebuah pemerintah daerah untuk


satu periode akuntansi yang mencakup:
a. Pemda : Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan SAL, dan Laporan
Perubahan Ekuitas
b. PPKD : Neraca
c. SKPD Dinas Pendapatan : Neraca

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah mengenai laporan keuangan Pemerintah Daerah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Selain itu tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Sektor Publik II yang bersangkuta
BAB III

PEMBAHASAN

A. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 01


PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi


keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai


posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerjakeuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi parapengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasisumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan
keuangan pemerintah adalahuntuk menyajikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan danuntuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan
atas sumber daya yangdipercayakan kepadanya.

Untuk memenuhi tujuan umum ini,laporankeuanganmenyediakan


informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

d. aset;
e. kewajiban;
f. ekuitas dana;
g. pendapatan;
h. belanja;
i. transfer;
j. pembiayaan; dan
k. arus kas.
KOMPONEN-KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok
adalah:
a) Laporan Realisasi Anggaran;
b) Neraca;

2
c) Laporan Arus Kas; dan
d) Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponenlaporankeuangan tersebutdisajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yanghanya disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.
B. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 02
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN
LaporanRealisasiAnggaransekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:

(a) Pendapatan
(b) Belanja
(c) Transfer
(d) Surplus atau defisit
(e) Penerimaan pembiayaan
(f) Pengeluaran pembiayaan
(g) Pembiayaan neto; dan
(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
INFORMASIYANGDISAJIKANDALAMLAPORANREALISASIANGGARAN ATAU
DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis


pendapatan dalam Laporan Realisasi Anggaran, dan rincian lebih lanjut jenis
pendapatan disajikan pada Catatan atasLaporan Keuangan.

Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam


Laporan Realisasi Anggaran. Klasifikasi belanjamenurut organisasi disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran atau di Catatan atas Laporan Keuangan. Klasifikasi
belanja menurut fungsidisajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

3
C. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHANPERNYATAAN NO. 03
LAPORAN ARUS KAS
ENTITAS PELAPORAN ARUS KAS
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undanganwajibmenyampaikanlaporanpertanggungjawaban berupa laporan
keuangan yang terdiri dari:
(a) Pemerintah pusat;
(b) Pemerintah daerah; dan
(c) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi
dimaksud wajib membuat laporan arus kas.

Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit
organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

Unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaanadalah unit yang ditetapkan


sebagai bendaharawan umum negara/daerahdan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.

PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas


selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi
aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

Aktivitas Operasi

Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:

(a) Penerimaan Perpajakan;


(b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
(c) Penerimaan Hibah;
(d) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan InvestasiLainnya; dan
(e) Transfer masuk.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran:

4
(a) Belanja Pegawai;
(b) Belanja Barang;
(c) Bunga;
(d) Subsidi;
(e) Hibah;
(f) Bantuan Sosial;
(g) Belanja Lain-lain/Tak Terduga; dan
(h) Transfer keluar.
Jikasuatu entitas pelaporan mempunyai surat berhargayang sifatnya sama
denganpersediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat
berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jikaentitaspelaporan mengotorisasikan dana untukkegiatan suatu entitas lain,
yang peruntukannya belum jelas apakahsebagai modal kerja, penyertaan modal, atau
untuk membiayai aktivitasperiode berjalan, maka pemberian dana tersebut harus
diklasifikasikansebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan
ataslaporan keuangan.
Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
Arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuanganterdiri dari:
(a) Penjualan Aset Tetap;
(b) Penjualan Aset Lainnya.
Arus keluar kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari:

(a) Perolehan Aset Tetap;


(b) Perolehan Aset Lainnya.

Aktivitas Pembiayaan

Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencerminkan penerimaan dan


pengeluaran kas bruto sehubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan
surplus anggaran, yang bertujuan untuk memprediksi klaimpihak lain terhadap arus
kas pemerintah dan klaim pemerintah terhadappihak lain di masa yang akan datang.

Arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:

(a) Penerimaan Pinjaman;

5
(b) Penerimaan Hasil Penjualan Surat Utang Negara;
(c) Penerimaan dari Divestasi;
(d) Penerimaan Kembali Pinjaman;
(e) Pencairan Dana Cadangan.
Arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan antara lain:
(a) Penyertaan Modal Pemerintah;
(b) Pembayaran Pokok Pinjaman;
(c) Pemberian Pinjaman Jangka Panjang; dan
(d) Pembentukan Dana Cadangan.
Aktivitas Nonanggaran
Aruskasdariaktivitasnonanggaranmencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara lain Perhitungan
Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas yang berasal dari
jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai
untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutase kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arusmasuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputipenerimaan PFK dan
kiriman uang masuk.
Aruskeluar kas dari aktivitas nonanggaran meliputi pengeluaran PFK dan
kiriman uang keluar.
PELAPORANARUSKASDARIAKTIVITAS OPERASI, INVESTASI ASET
NONKEUANGAN,PEMBIAYAAN, DAN NONANGGARAN
Entitas pelaporan melaporkan secara terpisah kelompokutama penerimaan
dan pengeluaran kas bruto dari aktivitas operasi,investasi aset nonkeuangan,
pembiayaan, dan nonanggaran kecualiyang tersebut dalam paragraf 35.
Entitas pelaporan dapat menyajikan arus kas dari aktivitasoperasi dengan cara:
(a) Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan
danpengeluaran kas bruto.
(b) Metode Tidak Langsung

6
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan(accrual)
penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang,serta unsur
pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitandengan aktivitas
investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.
Entitas pelaporan pemerintah pusat/daerah sebaiknyamenggunakan
metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitasoperasi. Keuntungan
penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut:
(a) Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan aruskas di masa
yang akan datang;
(b) Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan; dan
(c) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapatlangsung
diperoleh dari catatan akuntansi.
PELAPORAN ARUS KAS ATAS DASAR ARUSKAS BERSIH
Aruskasyangtimbuldariaktivitasoperasidapat dilaporkan atas dasar arus kas
bersih dalam hal:
(a) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan penerima manfaat
(beneficiaries) arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain
daripada aktivitas pemerintah. Salah satu contohnya adalah hasil kerjasama
operasional.
(b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang perputarannya
cepat, volume transaksi banyak, dan jangkawaktunya singkat.

TRANSAKSI BUKAN KAS


Transaksi investasi dan pembiayaan yang tidak mengakibatkan penerimaan
atau pengeluaran kas dan setara kas tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas.
Transaksi tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengecualian transaksi bukan kas dari Laporan Arus Kaskonsisten dengan tujuan
laporan arus kas karena transaksi bukan kastersebut tidak mempengaruhi
kasperiodeyang bersangkutan.Contoh transaksi bukan kas yang tidak mempengaruhi
laporan arus kas adalahperolehan aset melalui pertukaran atau hibah.
D. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04

7
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah
penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan
pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti
standar berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang
berhubungan. Misalnya, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan tentang
Persediaan mengharuskan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
pengukuran persediaan.
8
E. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah)
Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah
yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung
ataupun tidak. Untuk melaksanakan rugas pokok dan fungsi (Tupoksi)nya tersebut,
SKPD diberikan alokasi dana (anggaran) dan barang/aset yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, kepala SKPD disebut juga Pengguna Anggaran (PA) dan Pengguna Barang (PB).

Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD), kepala


daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) yang mendelegasilan sebagian kewenangannya
kepada kepala SKPD, pada akhirnya akan meminta kepala SKPD membuat
pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut bukanlah SPJ (surat pertanggungjawaban), tetapi berupa
laporan keuangan. Laporan keuangan yang disusun oleh SKPD adalah Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) sebagai pertanggungjawaban kepala SKPD selaku PA dan Neraca selaku
PB. Oleh karena kepala SKPD bukanlah pengguna uang/kas, maka kepala SKPD tidak
perlu menyusun Laporan Arus Kas.

Dengan demikian, penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity)


pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk
menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan kepada kepala daerah sebagai
bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (yang mencakup anggaran
dan barang, diiringi dengan dana yang dikelola oleh bendahara selaku pejabat
fungsional).

Pertanggungjawaban atas uang/kas yang ada di SKPD dilakukan oleh bendahara


pengeluaran selaku pejabat fungsional (pasal 14 Permendagri 13/2006)
keperbendaharaan. Artinya, selain membuat pertanggungjawaban administratif kepada
kepala SKPD, bendahara juga menyampaikan pertanggungjawaban fungsional kepada
Bendahara Umum Daerah (BUD). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam UU
1/2004 tentang perbendaharaan bahwa bendahara bertanggungjawab secara pribadi
atas seluruh pengeluaran yang dilakukannya.

Laporan Keuangan SKPD

9
SKPD diwajibkan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut dijelaskan secara ringkas ketiga laporan
keuangan tersebut.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


LRA menyajikan informasi tentang anggaran SKPD, yang terdiri dari
pendapatan dan belanja, dan realisasi atas anggaran tersebut. Informasi ini dapat
dianalisis dengan melihat (a) selisih antara anggaran dan realisasinya; (2) rasio-rasio
antar-rekening, misalnya rasio total belanja terhadap total pendapatan, belanja
langsung terhadap belanja tidak langsung, belanja langsung terhadap total
pendapatan, belanja langsung terhadap PAD, dsb.
Selisih antara anggaran dan realisasi disebut variansi (variance). Secara
teoretis, untuk pendapatan dan belanja, selisih tersebut bisa nol, positif atau
negatif. Pada praktiknya, jarang terjadi selisih nol atau sama antara anggaran dan
realisasinya. Untuk pendapatan, biasanya realisasi lebih besar daripada anggarannya
(selisih positif), sedangkan untuk belanja, biasanya negatif.
Selisih positif untuk rekening Pendapatan, khususnya PAD, menunjukkan
bahwa realisasi pendapatan melampaui target yang ditetapkan. Biasanya selisih ini
diartikan sebagai sebuah prestasi atau kinerja yang baik. Namun, harus dipahami
bahwa kemungkinan pencapaian (yang terlalu besar) tersebut diakibatkan karena
penetapan target pendapatan terlalu rendah. Dari perspektid keagenan, hal ini
menunjukkan perilaku moral hazard pelaksana (SKPD) yang terlibat dalam
penentuan target (aplikasi dari penganggaran partisipatif di pemerintah daerah).
Jika selisih atau variansi belanja negatif, berarti realisasi atau pengeluaran kas
masih berada di bawah anggaran (tidak melampaui anggaran). Selisih negatif ini bisa
bermakna banyak, yakni:
 Efisiensi: Hal ini terjadi jika capaian kinerja atau target output-outcome telah
tercapai, sementara dana yang disediakan tidak dihabiskan seluruhnya.
Namun, interpretasi seperti ini juga harus dikritisi lebih jauh karena mungkin
saja target dinyatakan terlalu rendah dan anggaran dialokasikan terlalu tinggi.
 Ada kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau dibayarkan. Karena
pekerjaan belum selesai atau belum dilakukan serah terima barang, maka

10
pembayaran belum dilakukan. Hal ini menyebabkan anggaran belanja belum
direalisasikan, sehingga di LRA tercantum nilai realisasi belanja yang lebih kecil
daripada anggarannya. Konsekuensinya, kegiatan/pembayaran akan
dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya. Untuk itu, SKPD akan menyusun
DPA-L (DPA Lanjutan), yang bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan
pembayaran, tanpa harus menunggu APBD di-Perda-kan.
 Ada kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan. Beberapa alasan yang menyebabkan
suatu kegiatan tidak jadi dilaksanakan adalah: (a) Kesalahan dalam
perencanaan; (2) ketiadaan sumber pendanaan; (3) keadaan luar biasa/tidak
terduga; dan (3) perubahan kebijakan pemerintah daerah dan pusat.
2. Neraca
Neraca memberikan informasi mengenai kondisi atau posisi keuangan pada
tanggal tertentu atau akhir tahun anggaran. Informasi tentang kekayaan SKPD dan
sumber-sumbernya tersaji dalam laporan keuangan ini. Sesuai dengan standar
akuntani untuk pemerintahan yang berlaku di Indonesia (PP No.24/2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan), hubungan antara aset dengan rekening di pasiva
bersifat paralel. Nilai komponen-komponen aset memiliki kaitan langsung dengan
sisi pasiva.
Perubahan aset/barang/kekayaan SKPD, yang tergambar dari pembandingan
antara neraca awal tahun dengan neraca akhir tahun, dapat terjadi karena beberapa
hal, di antaranya: (1) realisasi belanja barang, misalnya untuk memperoleh alat tulis
kantor; (2) realisasi belanja modal, yang menyebabkan aset tetap bertambah; (3)
pengahpusan aset, misalnya dengan menghibahkan, menjual, menukarkan, atau
memusnahkan; dan (4) penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
CALK memberikan informasi mengenai berbagai hal yang tidak “terbaca” dari
LRA dan Neraca. Berbeda dengan fungsi buku besar pembantu, CALK tidak hanya
merinci lebih jauh rekening-rekening dalam laporan keuangan tersebut, tetapi juga
menjelaskan berbagai kebijakan, pendekatan, metode, dan dasar penentuan dan
penyajian angka-angka LRA dan Neraca. Selain itu, di dalam CALK juga dapat
dijelaskan berbagai faktor, asumsi, dan kondisi yang mempengaruhi angka-angka LK.

11
F. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah)
Untuk bisa menyusun laporan keuangan Pemda, terlebih dahulu
disusun laporan keuangan Satuan Kerja secara terpisah, juga PPKD
menyusun laporan keuangan sebagai PPKD/BUD. Pada saat akan
disusunlaporan keuangan pemda maka laporan keuangan SKPD dan PPKDdigabungkan untuk me
njadi laporan keuangan tingkat Pemda. Formatlaporan keuangan PPKD sama dengan laporan
keuangan SKPD. Yangberbeda dari kedua laporan keuangan tersebut adalah cakupan transaksi
danakun yang digunakannya.
Laporan Keuangan PPKD dikeluarkan 2 kali dalam satu tahunanggaran, yaitu:
1. Semester, yang dimulai dari periode Januari – Juni
2. Tahunan, yang dimulai dari periode Januari – Desember.
Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD merupakan hasilproses akuntansi sesuai dengan
siklus akuntansi yang dilaksanakansebelumnya, yaitu tahap pengidentifikasian dokumen sumber,
tahappenjurnalan, dan tahap posting ke buku besar tiap-tiap akun.
Langkah-langkah dalam penyusunan laporan keuangan PKPDsesuai dengan kertas kerja yang
dibuat terdiri atas: Neraca saldo, JurnalPenyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian, Jurnal
Penutupan,Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebelum konversi dan Laporan
Realisasi Anggaran setelah konversi, kemudian menyusun Neraca sebelum konversidan
Neraca setelah konversi

G. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


1. Pengertian Laporan Keuangan Daerah
Laporan Keuangan Daerah merupakan informasi yang memuat data
berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan
pencerminan hasil aktivitas tertentu. Istilah “Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah” meliputi semua laporan dan berbagai penjelasannya yang mengakui
laporannya tersebut akan diakui sebagai bagian dari laporan keuangan.
2. Bentuk dan Unsur-Unsur Laporan Keuangan Daerah
a. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai esset kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang

12
dicakup oleh neraca terdiri dari asset, kewajiban dan ekuitas dana. Masing-
masing unsur didefinisikan sebagai berikut :

- Asset diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika diharapkan dapat


direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Asset yang tidak dapat dimasukkan
dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai asset nonlancar. Asset
lancar meliputi kas dan setara kas, piutang dan persediaan. Asset
nonlancar meliputi asset keuangan yang bersifat jangka panjang, asset
yang digunakan untuk kegiatan operasi pemerintah dan asset tidak
berwujud. Asset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi permanen,
asset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Asset nonlancar
lainnya diklasifikasikan sebagai asset lainnya, termasuk dalam asset lainnya
antara lain ; asset tidak berwujud dan dana cadangan.
- Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan aliran keluar sumber daya
ekonomi pemerintahan. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul
antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan
pegawai yang bekerja pada pemerintahan atau dengan pemberi jasa
lainnya. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum atau sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-
undangan. Kewajiban di kelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek
dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan
kewajiban yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas
bulan sejak tanggal pelaporan, kewajiban yang penyelesaiannya baru wajib
dilakukan setelah dua belas bulan sejak tanggal pelaporan.
- Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara asset dan kewajiban pemerintah.
Ekuitas Dana dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

13
1. Ekuitas Dana lancar, yaitu selisih antara asset lancar dan dana
cadangan atas kewajiban jangka pendek.

2. Ekuitas Dana Investasi, yaitu selisih antara asset nonlancar dan dana
cadangan atas kewajiban jangka panjang.

3. Ekuitas Dana Cadangan, yaitu dana yang dicadangkan untuk tujuan


yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

b. Laporan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Laporan realisasi menyajikan ikhtisar sumber, alokasi pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Komponen yang dicakup secara
langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran meliputi unsur pendapatan, belanja
dan pembiayaan.
Masing-masing komponen didefinisikan sebagai berikut :

1. Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum negara atau kas daerah
yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat atau daerah, yang tidak
perlu dibayar diperoleh dibayar kembali pembayarannya oleh pemerintah.

2. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum negara atau kas daerah yang
menguarangi ekuitas dana lancar dam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh kembali pembayarannya oleh
pemerintah.

3. Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,


baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk

14
pembayaran kembali pokok pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan
modal oleh pemerintah.

c. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi nonanggaran
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
pemerintah pada periode tertentu. Unsur yang dicakup secara langsung dalam
Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-
masing didefinisikan sebagai berikut :

1. Penerimaan adalah semua penerimaan kas umum negara atau kas yang
dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Pengeluaran adalah semua pengeluaran kas umum negara atau kas daerah
yang dibukukan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

d. Catatan Atas Laporan Keuangan


Dalam laporan pertanggungjawaban keuangan daerah, terdapat tiga
bentuk laporan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah ini,
yaitu laporan perhitungan APBD, laporan arus kas dan neraca daerah. Terdapat
satu bentuk laporan lagi yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku yaitu
nota perhitungan APBD. Catatan atas laporan keuangan APBD merupakan
dokumen yang disampaikan oleh Kepala Daerah dihadapan sidang paripurna
DPRD. Catatan atas laporan keuangan pada dasarnya menurut kinerja
keuangan daerah dan ringkasan realisasi APBD yang disajikan dalam laporan
perhitungan APBD.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :

1. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal atau keuangan, ekonomi


makro, pencapaian target Undang-Undang APBN atau Perda APBD, berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama tahun pelaporan.

15
3. Mengajukan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

4. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi


Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan.

5. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos asset dan kewajiban yang timbul


sehubungan dengan penerapan basis akrual yang dimodifikasi atas
pendapatan dan belanja serta rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.

6. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang


wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

4. Tujuan Laporan Keuangan Daerah


Menurut Indra Bastian yang diadopsi dari Public Sector Comitee-IFAC
(2001:128) tujuan Pelaporan Keuangan Sektor Publik yaitu :
1. Tujuan secara umum

 Memberikan informasi yang bermanfaat.

 Memenuhi kebutuhan pemakai

2. Tujuan secara khusus

1. Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan


anggaran yang telah disetujui secara umum.

2. Mengidentifukasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai.

3. Menyediakan informasi tentang sumber daya alokasi dan penggunaan


sumber daya keuangan.

4. Menyediakan informasi tentang cara organisasi sektor publik membiayai


aktivitas dan memenuhi kebutuhan kas.

5. Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan


manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi komitmen serta
kewajibannya.

16
6. Menyediakan informasi tentang kondisi keuangan dan perubahannya
oranisasi sektor publik.

7. Menyediakan informasi untuk mengevaluasi performansi organisasi sektor


publik terutama yang terkait dengan biaya operasi efisiensi dan
pencapaian target.

Laporan Keuangan Daerah merupakan representasi terstruktur posisi


keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pemerintah
daerah. Laporan Keuangan daerah untuk tujuan umum yaitu mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi
besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber
daya dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta resiko dan ketidakpastian yang
terkait.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan daerah menyediakan
informasi mengenai entitas dalam hal ini :

1. Aktiva;

2. Kewajiban;

3. Ekuitas Dana Pendapatan;

4. Belanja;

5. Pembiayaan dan;

6. Arus Kas

H. Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Dasar HUkum Keuangan daerah dan APBD, Tujuan APBD, Fungsi APBD - Cara
Penyusunan APBD. Seperti halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah baik
tingkat provinsi, kota/kabupaten pun juga menyusun perencanaan anggaran yang akan
dilaksanakan dalam satu tahun ke depan. Berikut ini akan dibahas halhal mengenai
APBD.

17
Pengertian APBD

Pengertian APBD APBD adalah suatu rancangan keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Seperti halnya dengan APBN, rencana APBD diajukan setiap tahun oleh
pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas dan kemudian disahkan sebagai
peraturan daerah.

Tujuan APBD

Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan


penyusunan APBN. APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran
penyelenggara negara di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dengan APBD maka pemborosan,
penyelewengan, dan kesalahan dapat dihindari.

Fungsi APBD

APBD yang disusun oleh setiap daerah memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Fungsi Otorisasi

APBD berfungsi sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan


pendapatan dan belanja untuk masa satu tahun.

b. Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun
perencanaan penyelenggaraan pemerintah daerah pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksanaan
pengawasan lainnya dalam menjalankan fungsi pengawasannya.
d. Fungsi Alokasi
Dalam APBD telah digambarkan dengan jelas sumber-sumber pendapatan
dan alokasi pembelanjaannya yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
e. Fungsi Distribusi

18
Sumber-sumber pendapatan dalam APBD digunakan untuk pembelanjaan-
pembelanjaan yang disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan
mempertimbangkan asas keadilan dan kepatutan.

Cara Penyusunan APBD

APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan. Kegiatan tersebut, antara lain,
sebagai berikut.

a. Pemerintah Daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah


(RAPBD).
b. Pemerintah Daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas bersama
antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam pembahasan ini pihak Pemerintah
Daerah (Eksekutif) dilakukan oleh Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan
Sekretaris Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu, sedangkan
DPRD dilakukan oleh Panitia Anggaran yang anggotanya terdiri atas tiap fraksi-
fraksi.
c. RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah
untuk dilaksanakan.

I. Ilustrasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


1. Neraca SKPD

NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
DINAS PENDAPATAN
PER 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

NO. URAIAN 2011 2010


1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah Rp300.000.000 Rp450.000.000
4 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp50.000.000 Rp100.000.000
5 Kas di Bendahara Penerimaan Rp50.000.000 Rp30.000.000
6 Investasi Jangka Pendek Rp100.000.000 Rp30.000.000
7 Piutang Pajak Rp2.000.000.000 Rp1.500.000.000
8 Piutang Retribusi Rp15.000.000 Rp9.000.000
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000

19
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Rp1.500.000.000 Rp1.000.000.000
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp280.000.000 Rp300.000.000
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan Rp450.000.000 Rp600.000.000
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi Rp300.000.000 Rp430.000.000
16 Piutang Lainnya Rp3.500.000.000 Rp1.800.000.000
17 Persediaan Rp200.000.000 Rp100.000.000
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) Rp13.745.000.000 Rp10.849.000.000
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp1.500.000.000 Rp1.750.000.000
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp1.350.000.000 Rp1.200.000.000
23 Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Rp1.000.000.000 Rp1.400.000.000
24 Investasi dalam Surat Utang Negara Rp1.370.000.000 Rp1.450.000.000
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan Rp1.850.000.000 Rp2.050.000.000
26 Investasi Nonpermanen Lainnya Rp200.000.000 Rp190.000.000
27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) Rp7.270.000.000 Rp8.040.000.000
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Rp650.000.000 Rp600.000.000
30 Investasi Permanen Lainnya Rp2.450.000.000 Rp2.300.000.000
31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) Rp3.100.000.000 Rp2.900.000.000
32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) Rp10.370.000.000 Rp10.940.000.000
33 ASET TETAP
34 Tanah Rp5.000.000.000 Rp4.900.000.000
35 Peralatan dan Mesin Rp3.200.000.000 Rp3.000.000.000
36 Gedung dan Bangunan Rp7.000.000.000 Rp6.600.000.000
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp8.000.000.000 Rp7.800.000.000
38 Aset Tetap Lainnya Rp400.000.000 Rp300.000.000
39 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp60.000.000 Rp100.000.000
40 Akumulasi Penyusutan -Rp7.500.000.000 -Rp5.000.000.000
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) Rp16.160.000.000 Rp17.700.000.000
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000
44 Jumlah Dana Cadangan (43) Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000
45 ASET LAINNYA
46 Tagihan Penjualan Angsuran Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000
47 Tuntutan Perbendaharaan Rp850.000.000 Rp700.000.000
48 Tuntutan Ganti Rugi Rp700.000.000 Rp750.000.000
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp500.000.000 Rp400.000.000
50 Aset Tak Berwujud Rp300.000.000 Rp200.000.000
51 Aset Lain-Lain Rp600.000.000 Rp400.000.000
52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) Rp3.950.000.000 Rp3.650.000.000
53 JUMLAH ASET (18+32+41+44+52) Rp44.225.000.000 Rp43.139.000.000
54
20
55 KEWAJIBAN
56 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
57 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Rp4.300.000.000 Rp5.000.000.000
58 Utang Bunga Rp20.000.000 Rp30.000.000
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Rp1.500.000.000 Rp1.650.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah
60 Lainnya Rp1.250.000.000 Rp1.300.000.000
61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Rp1.350.000.000 Rp1.000.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan
62 Bank Rp750.000.000 Rp900.000.000
63 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi Rp1.000.000.000 Rp800.000.000
64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya Rp1.750.000.000 Rp1.500.000.000
65 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp60.000.000 Rp100.000.000
66 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) Rp11.980.000.000 Rp12.280.000.000
67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
68 Utang Luar Negeri - Pemerintah Pusat Rp2.700.000.000 Rp2.500.000.000
69 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Rp1.100.000.000 Rp1.200.000.000
70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Utang Rp2.660.000.000 Rp3.000.000.000
71 Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Utang Rp1.200.000.000 Rp1.250.000.000
72 Dalam Negeri- Obligasi Rp1.150.000.000 Rp1.197.000.000
73 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp1.350.000.000 Rp1.500.000.000
74 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) Rp10.160.000.000 Rp10.647.000.000
75 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) Rp22.140.000.000 Rp22.927.000.000
76 EKUITAS DANA
77 EKUITAS DANA LANCAR
78 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Rp2.500.000.000 Rp312.000.000
79 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp400.000.000 Rp350.000.000
80 Cadangan Piutang Rp4.000.000.000 Rp3.000.000.000
81 Cadangan Persediaan Rp1.285.000.000 Rp2.000.000.000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
82 pendek -Rp100.000.000 -Rp150.000.000
83 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78 s/d 82) Rp8.085.000.000 Rp5.512.000.000
84 EKUITAS DANA INVESTASI
85 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp3.000.000.000 Rp4.000.000.000
86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp3.000.000.000 Rp2.750.000.000
87 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
88 panjang Rp3.000.000.000 Rp2.500.000.000
89 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d 88) Rp10.000.000.000 Rp10.450.000.000
90 EKUITAS DANA CADANGAN
91 Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan Rp4.000.000.000 Rp4.250.000.000
92 JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN (91) Rp4.000.000.000 Rp4.250.000.000
93 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) Rp22.085.000.000 Rp20.212.000.000
94 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (75+93) Rp44.225.000.000 Rp43.139.000.000

21
2. NERACA PPKD

NERACA
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PPKD
PER 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

N0. URAIAN 2011 2010


1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah Rp9.000.000.000 Rp7.500.000.000
4 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp3.500.000.000 Rp2.250.000.000
5 Kas di Bendahara Penerimaan Rp2.250.000.000 Rp2.160.000.000
6 Investasi Jangka Pendek Rp2.700.000.000 Rp2.500.000.000
7 Piutang Pajak Rp4.750.000.000 Rp3.000.000.000
8 Piutang Retribusi Rp2.350.000.000 Rp2.500.000.000
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp3.500.000.000 Rp2.700.000.000
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Rp3.000.000.000 Rp1.500.000.000
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Rp4.500.000.000 Rp3.000.000.000
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp2.800.000.000 Rp2.920.000.000
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan Rp3.450.000.000 Rp2.900.000.000
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi Rp4.250.000.000 Rp3.800.000.000
16 Piutang Lainnya Rp2.000.000.000 Rp1.800.000.000
17 Persediaan Rp5.200.000.000 Rp3.550.000.000
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) Rp55.750.000.000 Rp44.080.000.000
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp2.500.000.000 Rp2.100.000.000
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp2.370.000.000 Rp2.150.000.000
23 Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Rp2.700.000.000 Rp2.550.000.000
24 Investasi dalam Surat Utang Negara Rp3.480.000.000 Rp2.600.000.000
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan Rp3.950.000.000 Rp3.000.000.000
26 Investasi Nonpermanen Lainnya Rp2.000.000.000 Rp1.900.000.000
27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) Rp17.000.000.000 Rp14.300.000.000
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Rp4.450.000.000 Rp4.000.000.000
30 Investasi Permanen Lainnya Rp3.450.000.000 Rp2.650.000.000
31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) Rp7.900.000.000 Rp6.650.000.000
32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) Rp24.900.000.000 Rp20.950.000.000
33 ASET TETAP
34 Tanah Rp15.000.000.000 Rp10.900.000.000
35 Peralatan dan Mesin Rp8.200.000.000 Rp7.000.000.000
36 Gedung dan Bangunan Rp11.000.000.000 Rp9.000.000.000
22
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp20.000.000.000 Rp17.507.000.000
38 Aset Tetap Lainnya Rp7.725.000.000 Rp8.500.000.000
39 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp6.500.000.000 Rp4.500.000.000
- -
40 Akumulasi Penyusutan Rp65.000.000.000 Rp45.000.000.000
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) Rp3.425.000.000 Rp12.407.000.000
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan Rp3.550.000.000 Rp4.000.000.000
44 Jumlah Dana Cadangan (43) Rp3.550.000.000 Rp4.000.000.000
45 ASET LAINNYA
46 Tagihan Penjualan Angsuran Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000
47 Tuntutan Perbendaharaan Rp1.950.000.000 Rp800.000.000
48 Tuntutan Ganti Rugi Rp2.750.000.000 Rp850.000.000
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp1.720.000.000 Rp600.000.000
50 Aset Tak Berwujud Rp1.600.000.000 Rp500.000.000
51 Aset Lain-Lain Rp2.600.000.000 Rp400.000.000
52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) Rp13.120.000.000 Rp5.150.000.000
53 JUMLAH ASET (18+32+41+44+52) Rp97.195.000.000 Rp82.587.000.000
54
55 KEWAJIBAN
56 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
57 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Rp8.600.000.000 Rp10.000.000.000
58 Utang Bunga Rp500.000.000 Rp400.000.000
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Rp3.500.000.000 Rp2.950.000.000
60 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Rp2.250.000.000 Rp2.700.000.000
61 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Rp3.350.000.000 Rp2.900.000.000
62 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Rp1.550.000.000 Rp1.700.000.000
63 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi Rp2.000.000.000 Rp1.500.000.000
64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya Rp1.750.000.000 Rp1.500.000.000
65 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp310.000.000 Rp290.000.000
66 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) Rp23.810.000.000 Rp23.940.000.000
67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
68 Utang Luar Negeri - Pemerintah Pusat Rp5.800.000.000 Rp4.500.000.000
69 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Rp3.100.000.000 Rp2.850.000.000
70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Utang Rp6.600.000.000 Rp3.000.000.000
71 Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Utang Rp3.200.000.000 Rp2.950.000.000
72 Dalam Negeri- Obligasi Rp2.150.000.000 Rp1.975.000.000
73 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp2.550.000.000 Rp2.350.000.000
74 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) Rp23.400.000.000 Rp17.625.000.000
75 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) Rp47.210.000.000 Rp41.565.000.000
76 EKUITAS DANA
77 EKUITAS DANA LANCAR
78 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Rp5.500.000.000 Rp3.122.000.000
79 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp4.000.000.000 Rp3.500.000.000
80 Cadangan Piutang Rp6.000.000.000 Rp5.200.000.000

23
81 Cadangan Persediaan Rp8.585.000.000 Rp7.000.000.000
82 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka pendek -Rp800.000.000 -Rp750.000.000
83 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78 s/d 82) Rp23.285.000.000 Rp18.072.000.000
84 EKUITAS DANA INVESTASI
85 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp6.000.000.000 Rp7.000.000.000
86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp6.700.000.000 Rp5.750.000.000
87 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp3.000.000.000 Rp1.200.000.000
88 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka panjang Rp4.000.000.000 Rp2.500.000.000
89 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d 88) Rp19.700.000.000 Rp16.450.000.000
90 EKUITAS DANA CADANGAN
91 Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan Rp7.000.000.000 Rp6.500.000.000
92 JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN (91) Rp7.000.000.000 Rp6.500.000.000
93 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) Rp49.985.000.000 Rp41.022.000.000
94 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (75+93) Rp97.195.000.000 Rp82.587.000.000

24
3. NERACA GABUNGAN

NERACA GABUNGAN PPKD DAN SKPD


PPKD SKPD GABUNGAN
No Uraian
2011 2010 2011 2010 2011 2010
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah Rp9.000.000.000 Rp7.500.000.000 Rp300.000.000 Rp450.000.000 Rp9.300.000.000 Rp7.950.000.000
4 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp3.500.000.000 Rp2.250.000.000 Rp50.000.000 Rp100.000.000 Rp3.550.000.000 Rp2.350.000.000
5 Kas di Bendahara Penerimaan Rp2.250.000.000 Rp2.160.000.000 Rp50.000.000 Rp30.000.000 Rp2.300.000.000 Rp2.190.000.000
6 Investasi Jangka Pendek Rp2.700.000.000 Rp2.500.000.000 Rp100.000.000 Rp30.000.000 Rp2.800.000.000 Rp2.530.000.000
7 Piutang Pajak Rp4.750.000.000 Rp3.000.000.000 Rp2.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp6.750.000.000 Rp4.500.000.000
8 Piutang Retribusi Rp2.350.000.000 Rp2.500.000.000 Rp15.000.000 Rp9.000.000 Rp2.365.000.000 Rp2.509.000.000
Bagian Lancar Pinjaman kepada
9 Perusahaan Negara Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000 Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000 Rp5.000.000.000 Rp4.000.000.000
Bagian Lancar Pinjaman kepada
10 Perusahaan Daerah Rp3.500.000.000 Rp2.700.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000 Rp5.000.000.000 Rp4.000.000.000
Bagian Lancar Pinjaman kepada
11 Pemerintah Pusat Rp3.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000 Rp4.000.000.000 Rp2.700.000.000
Bagian Lancar Pinjaman kepada
12 Pemerintah Daerah Lainnya Rp4.500.000.000 Rp3.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.000.000.000 Rp6.000.000.000 Rp4.000.000.000
Bagian Lancar Tagihan Penjualan
13 Angsuran Rp2.800.000.000 Rp2.920.000.000 Rp280.000.000 Rp300.000.000 Rp3.080.000.000 Rp3.220.000.000
Bagian Lancar Tuntutan
14 Perbendaharaan Rp3.450.000.000 Rp2.900.000.000 Rp450.000.000 Rp600.000.000 Rp3.900.000.000 Rp3.500.000.000
Bagian lancar Tuntutan Ganti
15 Rugi Rp4.250.000.000 Rp3.800.000.000 Rp300.000.000 Rp430.000.000 Rp4.550.000.000 Rp4.230.000.000
16 Piutang Lainnya Rp2.000.000.000 Rp1.800.000.000 Rp3.500.000.000 Rp1.800.000.000 Rp5.500.000.000 Rp3.600.000.000
17 Persediaan Rp5.200.000.000 Rp3.550.000.000 Rp200.000.000 Rp100.000.000 Rp5.400.000.000 Rp3.650.000.000
25
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) Rp55.750.000.000 Rp44.080.000.000 Rp13.745.000.000 Rp10.849.000.000 Rp69.495.000.000 Rp54.929.000.000
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahaan
21 Negara Rp2.500.000.000 Rp2.100.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.750.000.000 Rp4.000.000.000 Rp3.850.000.000
Pinjaman kepada Perusahaan
22 Daerah Rp2.370.000.000 Rp2.150.000.000 Rp1.350.000.000 Rp1.200.000.000 Rp3.720.000.000 Rp3.350.000.000
Pinjaman kepada Pemerintah
23 Daerah Lainnya Rp2.700.000.000 Rp2.550.000.000 Rp1.000.000.000 Rp1.400.000.000 Rp3.700.000.000 Rp3.950.000.000
Investasi dalam Surat Utang
24 Negara Rp3.480.000.000 Rp2.600.000.000 Rp1.370.000.000 Rp1.450.000.000 Rp4.850.000.000 Rp4.050.000.000
Investasi dalam Proyek
25 Pembangunan Rp3.950.000.000 Rp3.000.000.000 Rp1.850.000.000 Rp2.050.000.000 Rp5.800.000.000 Rp5.050.000.000
26 Investasi Nonpermanen Lainnya Rp2.000.000.000 Rp1.900.000.000 Rp200.000.000 Rp190.000.000 Rp2.200.000.000 Rp2.090.000.000
Jumlah Investasi Nonpermanen
27 (21 s/d 26) Rp17.000.000.000 Rp14.300.000.000 Rp7.270.000.000 Rp8.040.000.000 Rp24.270.000.000 Rp22.340.000.000
28 Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah
29 Daerah Rp4.450.000.000 Rp4.000.000.000 Rp650.000.000 Rp600.000.000 Rp5.100.000.000 Rp4.600.000.000
30 Investasi Permanen Lainnya Rp3.450.000.000 Rp2.650.000.000 Rp2.450.000.000 Rp2.300.000.000 Rp5.900.000.000 Rp4.950.000.000
Jumlah Investasi Permanen (29
31 s/d 30) Rp7.900.000.000 Rp6.650.000.000 Rp3.100.000.000 Rp2.900.000.000 Rp11.000.000.000 Rp9.550.000.000
Jumlah Investasi Jangka Panjang
32 (27 + 31) Rp24.900.000.000 Rp20.950.000.000 Rp10.370.000.000 Rp10.940.000.000 Rp35.270.000.000 Rp31.890.000.000
33 ASET TETAP
34 Tanah Rp15.000.000.000 Rp10.900.000.000 Rp5.000.000.000 Rp4.900.000.000 Rp20.000.000.000 Rp15.800.000.000
35 Peralatan dan Mesin Rp8.200.000.000 Rp7.000.000.000 Rp3.200.000.000 Rp3.000.000.000 Rp11.400.000.000 Rp10.000.000.000
36 Gedung dan Bangunan Rp11.000.000.000 Rp9.000.000.000 Rp7.000.000.000 Rp6.600.000.000 Rp18.000.000.000 Rp15.600.000.000
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp20.000.000.000 Rp17.507.000.000 Rp8.000.000.000 Rp7.800.000.000 Rp28.000.000.000 Rp25.307.000.000
38 Aset Tetap Lainnya Rp7.725.000.000 Rp8.500.000.000 Rp400.000.000 Rp300.000.000 Rp8.125.000.000 Rp8.800.000.000
39 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp6.500.000.000 Rp4.500.000.000 Rp60.000.000 Rp100.000.000 Rp6.560.000.000 Rp4.600.000.000
40 Akumulasi Penyusutan - - -Rp7.500.000.000 -Rp5.000.000.000 -Rp72.500.000.000 -Rp50.000.000.000

26
Rp65.000.000.000 Rp45.000.000.000
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) Rp3.425.000.000 Rp12.407.000.000 Rp16.160.000.000 Rp17.700.000.000 Rp19.585.000.000 Rp30.107.000.000
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan Rp3.550.000.000 Rp4.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000 Rp5.050.000.000 Rp5.300.000.000
44 Jumlah Dana Cadangan (43) Rp3.550.000.000 Rp4.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.300.000.000 Rp5.050.000.000 Rp5.300.000.000
45 ASET LAINNYA
46 Tagihan Penjualan Angsuran Rp2.500.000.000 Rp2.000.000.000 Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000 Rp3.500.000.000 Rp3.200.000.000
47 Tuntutan Perbendaharaan Rp1.950.000.000 Rp800.000.000 Rp850.000.000 Rp700.000.000 Rp2.800.000.000 Rp1.500.000.000
48 Tuntutan Ganti Rugi Rp2.750.000.000 Rp850.000.000 Rp700.000.000 Rp750.000.000 Rp3.450.000.000 Rp1.600.000.000
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp1.720.000.000 Rp600.000.000 Rp500.000.000 Rp400.000.000 Rp2.220.000.000 Rp1.000.000.000
50 Aset Tak Berwujud Rp1.600.000.000 Rp500.000.000 Rp300.000.000 Rp200.000.000 Rp1.900.000.000 Rp700.000.000
51 Aset Lain-Lain Rp2.600.000.000 Rp400.000.000 Rp600.000.000 Rp400.000.000 Rp3.200.000.000 Rp800.000.000
52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) Rp13.120.000.000 Rp5.150.000.000 Rp3.950.000.000 Rp3.650.000.000 Rp17.070.000.000 Rp8.800.000.000
JUMLAH ASET
53 (18+32+41+44+52) Rp97.195.000.000 Rp82.587.000.000 Rp44.225.000.000 Rp43.139.000.000 Rp141.420.000.000 Rp125.726.000.000
54
55 KEWAJIBAN
56 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
57 (PFK) Rp8.600.000.000 Rp10.000.000.000 Rp4.300.000.000 Rp5.000.000.000 Rp12.900.000.000 Rp15.000.000.000
58 Utang Bunga Rp500.000.000 Rp400.000.000 Rp20.000.000 Rp30.000.000 Rp520.000.000 Rp430.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam
59 Negeri - Pemerintah Pusat Rp3.500.000.000 Rp2.950.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.650.000.000 Rp5.000.000.000 Rp4.600.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam
Negeri - Pemerintah Daerah
60 Lainnya Rp2.250.000.000 Rp2.700.000.000 Rp1.250.000.000 Rp1.300.000.000 Rp3.500.000.000 Rp4.000.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam
61 Negeri - Lembaga Keuangan Bank Rp3.350.000.000 Rp2.900.000.000 Rp1.350.000.000 Rp1.000.000.000 Rp4.700.000.000 Rp3.900.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam
Negeri - Lembaga Keuangan
62 Bukan Bank Rp1.550.000.000 Rp1.700.000.000 Rp750.000.000 Rp900.000.000 Rp2.300.000.000 Rp2.600.000.000

27
Bagian Lancar Utang Dalam
63 Negeri - Obligasi Rp2.000.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.000.000.000 Rp800.000.000 Rp3.000.000.000 Rp2.300.000.000
Bagian Lancar Utang Jangka
64 Panjang Lainnya Rp1.750.000.000 Rp1.500.000.000 Rp1.750.000.000 Rp1.500.000.000 Rp3.500.000.000 Rp3.000.000.000
65 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp310.000.000 Rp290.000.000 Rp60.000.000 Rp100.000.000 Rp370.000.000 Rp390.000.000
Jumlah Kewajiban Jangka
66 Pendek (57 s/d 65) Rp23.810.000.000 Rp23.940.000.000 Rp11.980.000.000 Rp12.280.000.000 Rp35.790.000.000 Rp36.220.000.000
67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Luar Negeri - Pemerintah
68 Pusat Rp5.800.000.000 Rp4.500.000.000 Rp2.700.000.000 Rp2.500.000.000 Rp8.500.000.000 Rp7.000.000.000
Utang Dalam Negeri -
69 Pemerintah Daerah Lainnya Rp3.100.000.000 Rp2.850.000.000 Rp1.100.000.000 Rp1.200.000.000 Rp4.200.000.000 Rp4.050.000.000
Utang Dalam Negeri - Lembaga
70 Keuangan Bank Utang Rp6.600.000.000 Rp3.000.000.000 Rp2.660.000.000 Rp3.000.000.000 Rp9.260.000.000 Rp6.000.000.000
Dalam Negeri - Lembaga
71 Keuangan Bukan Bank Utang Rp3.200.000.000 Rp2.950.000.000 Rp1.200.000.000 Rp1.250.000.000 Rp4.400.000.000 Rp4.200.000.000
72 Dalam Negeri- Obligasi Rp2.150.000.000 Rp1.975.000.000 Rp1.150.000.000 Rp1.197.000.000 Rp3.300.000.000 Rp3.172.000.000
73 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp2.550.000.000 Rp2.350.000.000 Rp1.350.000.000 Rp1.500.000.000 Rp3.900.000.000 Rp3.850.000.000
Jumlah Kewajiban Jangka
74 Panjang (68 s/d 73) Rp23.400.000.000 Rp17.625.000.000 Rp10.160.000.000 Rp10.647.000.000 Rp33.560.000.000 Rp28.272.000.000
75 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) Rp47.210.000.000 Rp41.565.000.000 Rp22.140.000.000 Rp22.927.000.000 Rp69.350.000.000 Rp64.492.000.000
76 EKUITAS DANA
77 EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
78 (SiLPA) Rp5.500.000.000 Rp3.122.000.000 Rp2.500.000.000 Rp312.000.000 Rp8.000.000.000 Rp3.434.000.000
79 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp4.000.000.000 Rp3.500.000.000 Rp400.000.000 Rp350.000.000 Rp4.400.000.000 Rp3.850.000.000
80 Cadangan Piutang Rp6.000.000.000 Rp5.200.000.000 Rp4.000.000.000 Rp3.000.000.000 Rp10.000.000.000 Rp8.200.000.000
81 Cadangan Persediaan Rp8.585.000.000 Rp7.000.000.000 Rp1.285.000.000 Rp2.000.000.000 Rp9.870.000.000 Rp9.000.000.000
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang Jangka
82 pendek -Rp800.000.000 -Rp750.000.000 -Rp100.000.000 -Rp150.000.000 -Rp900.000.000 -Rp900.000.000
Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78
83 s/d 82) Rp23.285.000.000 Rp18.072.000.000 Rp8.085.000.000 Rp5.512.000.000 Rp31.370.000.000 Rp23.584.000.000

28
84 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi
85 Jangka Panjang Rp6.000.000.000 Rp7.000.000.000 Rp3.000.000.000 Rp4.000.000.000 Rp9.000.000.000 Rp11.000.000.000
86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp6.700.000.000 Rp5.750.000.000 Rp3.000.000.000 Rp2.750.000.000 Rp9.700.000.000 Rp8.500.000.000
Diinvestasikan dalam Aset
87 Lainnya Rp3.000.000.000 Rp1.200.000.000 Rp1.000.000.000 Rp1.200.000.000 Rp4.000.000.000 Rp2.400.000.000
Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Utang Jangka
88 panjang Rp4.000.000.000 Rp2.500.000.000 Rp3.000.000.000 Rp2.500.000.000 Rp7.000.000.000 Rp5.000.000.000
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
89 (85 s/d 88) Rp19.700.000.000 Rp16.450.000.000 Rp10.000.000.000 Rp10.450.000.000 Rp29.700.000.000 Rp26.900.000.000
90 EKUITAS DANA CADANGAN Rp0 Rp0
Diinvestasikan Dalam Dana
91 Cadangan Rp7.000.000.000 Rp6.500.000.000 Rp4.000.000.000 Rp4.250.000.000 Rp11.000.000.000 Rp10.750.000.000
JUMLAH EKUITAS DANA
92 CADANGAN (91) Rp7.000.000.000 Rp6.500.000.000 Rp4.000.000.000 Rp4.250.000.000 Rp11.000.000.000 Rp10.750.000.000
JUMLAH EKUITAS DANA
93 (83+89+92) Rp49.985.000.000 Rp41.022.000.000 Rp22.085.000.000 Rp20.212.000.000 Rp72.070.000.000 Rp61.234.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
94 EKUITAS DANA (75+93) Rp97.195.000.000 Rp82.587.000.000 Rp44.225.000.000 Rp43.139.000.000 Rp141.420.000.000 Rp125.726.000.000

29
4. NERACA PEMDA

N0. URAIAN 2011 2010


1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Kas Daerah Rp9.300.000.000 Rp7.950.000.000
4 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp3.550.000.000 Rp2.350.000.000
5 Kas di Bendahara Penerimaan Rp2.300.000.000 Rp2.190.000.000
6 Investasi Jangka Pendek Rp2.800.000.000 Rp2.530.000.000
7 Piutang Pajak Rp6.750.000.000 Rp4.500.000.000
8 Piutang Retribusi Rp2.365.000.000 Rp2.509.000.000
9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp5.000.000.000 Rp4.000.000.000
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp5.000.000.000 Rp4.000.000.000
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Rp4.000.000.000 Rp2.700.000.000
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
12 Lainnya Rp6.000.000.000 Rp4.000.000.000
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Rp3.080.000.000 Rp3.220.000.000
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan Rp3.900.000.000 Rp3.500.000.000
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi Rp4.550.000.000 Rp4.230.000.000
16 Piutang Lainnya Rp5.500.000.000 Rp3.600.000.000
17 Persediaan Rp5.400.000.000 Rp3.650.000.000
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) Rp69.495.000.000 Rp54.929.000.000
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp4.000.000.000 Rp3.850.000.000
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp3.720.000.000 Rp3.350.000.000
23 Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Rp3.700.000.000 Rp3.950.000.000
24 Investasi dalam Surat Utang Negara Rp4.850.000.000 Rp4.050.000.000
25 Investasi dalam Proyek Pembangunan Rp5.800.000.000 Rp5.050.000.000
26 Investasi Nonpermanen Lainnya Rp2.200.000.000 Rp2.090.000.000
27 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 26) Rp24.270.000.000 Rp22.340.000.000
28 Investasi Permanen
29 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Rp5.100.000.000 Rp4.600.000.000
30 Investasi Permanen Lainnya Rp5.900.000.000 Rp4.950.000.000
31 Jumlah Investasi Permanen (29 s/d 30) Rp11.000.000.000 Rp9.550.000.000
32 Jumlah Investasi Jangka Panjang (27 + 31) Rp35.270.000.000 Rp31.890.000.000
33 ASET TETAP
34 Tanah Rp20.000.000.000 Rp15.800.000.000
35 Peralatan dan Mesin Rp11.400.000.000 Rp10.000.000.000
36 Gedung dan Bangunan Rp18.000.000.000 Rp15.600.000.000
37 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Rp28.000.000.000 Rp25.307.000.000
38 Aset Tetap Lainnya Rp8.125.000.000 Rp8.800.000.000
39 Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp6.560.000.000 Rp4.600.000.000
40 Akumulasi Penyusutan -Rp72.500.000.000 -Rp50.000.000.000
41 Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40) Rp19.585.000.000 Rp30.107.000.000
30
42 DANA CADANGAN
43 Dana Cadangan Rp5.050.000.000 Rp5.300.000.000
44 Jumlah Dana Cadangan (43) Rp5.050.000.000 Rp5.300.000.000
45 ASET LAINNYA
46 Tagihan Penjualan Angsuran Rp3.500.000.000 Rp3.200.000.000
47 Tuntutan Perbendaharaan Rp2.800.000.000 Rp1.500.000.000
48 Tuntutan Ganti Rugi Rp3.450.000.000 Rp1.600.000.000
49 Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp2.220.000.000 Rp1.000.000.000
50 Aset Tak Berwujud Rp1.900.000.000 Rp700.000.000
51 Aset Lain-Lain Rp3.200.000.000 Rp800.000.000
52 Jumlah Aset Lainnya (46 s/d 51) Rp17.070.000.000 Rp8.800.000.000
53 JUMLAH ASET (18+32+41+44+52) Rp141.420.000.000 Rp125.726.000.000
54
55 KEWAJIBAN
56 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
57 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Rp12.900.000.000 Rp15.000.000.000
58 Utang Bunga Rp520.000.000 Rp430.000.000
59 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Rp5.000.000.000 Rp4.600.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah
60 Lainnya Rp3.500.000.000 Rp4.000.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
61 Bank Rp4.700.000.000 Rp3.900.000.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
62 Bukan Bank Rp2.300.000.000 Rp2.600.000.000
63 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi Rp3.000.000.000 Rp2.300.000.000
64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya Rp3.500.000.000 Rp3.000.000.000
65 Utang Jangka Pendek Lainnya Rp370.000.000 Rp390.000.000
66 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (57 s/d 65) Rp35.790.000.000 Rp36.220.000.000
67 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
68 Utang Luar Negeri - Pemerintah Pusat Rp8.500.000.000 Rp7.000.000.000
69 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Rp4.200.000.000 Rp4.050.000.000
70 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Utang Rp9.260.000.000 Rp6.000.000.000
71 Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Utang Rp4.400.000.000 Rp4.200.000.000
72 Dalam Negeri- Obligasi Rp3.300.000.000 Rp3.172.000.000
73 Utang Jangka Panjang Lainnya Rp3.900.000.000 Rp3.850.000.000
74 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 73) Rp33.560.000.000 Rp28.272.000.000
75 JUMLAH KEWAJIBAN (66+74) Rp69.350.000.000 Rp64.492.000.000
76 EKUITAS DANA
77 EKUITAS DANA LANCAR
78 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) Rp8.000.000.000 Rp3.434.000.000
79 Pendapatan yang Ditangguhkan Rp4.400.000.000 Rp3.850.000.000
80 Cadangan Piutang Rp10.000.000.000 Rp8.200.000.000
81 Cadangan Persediaan Rp9.870.000.000 Rp9.000.000.000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
82 Jangka pendek -Rp900.000.000 -Rp900.000.000

31
83 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (78 s/d 82) Rp31.370.000.000 Rp23.584.000.000
84 EKUITAS DANA INVESTASI
85 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Rp9.000.000.000 Rp11.000.000.000
86 Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp9.700.000.000 Rp8.500.000.000
87 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp4.000.000.000 Rp2.400.000.000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
88 Jangka panjang Rp7.000.000.000 Rp5.000.000.000
89 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (85 s/d 88) Rp29.700.000.000 Rp26.900.000.000
90 EKUITAS DANA CADANGAN Rp0 Rp0
91 Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan Rp11.000.000.000 Rp10.750.000.000
92 JUMLAH EKUITAS DANA CADANGAN (91) Rp11.000.000.000 Rp10.750.000.000
93 JUMLAH EKUITAS DANA (83+89+92) Rp72.070.000.000 Rp61.234.000.000
94 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (75+93) Rp141.420.000.000 Rp125.726.000.000

5. PERUBAHAN EKUITAS

PEMERINTAH DAERAH
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

NO URAIAN 2011 2010


1 EKUITAS AWAL Rp61.234.000.000 Rp61.234.000.000
2 SURPLUS/DEFISIT-LO Rp50.500.000.000
DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN
3 MENDASAR: -Rp20.287.000.000
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP
6 LAIN-LAIN
7 EKUITAS AKHIR Rp91.447.000.000 Rp61.234.000.000

6. PERUBAHAN SAL

PEMERINTAH DAERAH
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 2011 DAN 2010

NO URAIAN 2011 2010


1 Saldo Anggaran Lebih Awal Rp130.000.000.000 Rp120.000.000.000
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
2 Berjalan Rp75.000.000.000 Rp60.000.000.000
3 Subtotal (1 - 2) Rp55.000.000.000 Rp60.000.000.000

32
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Rp8.000.000.000 Rp3.434.000.000
5 Subtotal (3 + 4) Rp63.000.000.000 Rp63.434.000.000
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya Rp50.000.000.000 Rp45.000.000.000
7 Lain-lain Rp75.000.000.000 Rp60.000.000.000
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) Rp188.000.000.000 Rp168.434.000.000

7. LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH DAERAH
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2011 dan 2010 Metode
Langsung

No. Uraian 2011 2010


1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah Rp155.000.000.000 Rp125.000.000.000
4 Pendapatan Retribusi Daerah Rp25.000.000.000 Rp27.000.000.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Rp2.500.000.000 Rp3.000.000.000
5 yang Dipisahkan
6 Lain-lain PAD yang sah Rp27.000.000.000 Rp25.000.000.000
7 Dana Bagi Hasil Pajak Rp4.500.000.000 Rp5.000.000.000
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Rp3.000.000.000 Rp3.500.000.000
9 Dana Alokasi Umum Rp300.000.000.000 Rp275.000.000.000
10 Dana Alokasi Khusus Rp3.000.000.000 Rp3.250.000.000
11 Dana Otonomi Khusus Rp15.000.000.000 Rp17.000.000.000
12 Dana Penyesuaian Rp45.000.000.000 Rp50.000.000.000
13 Pendapatan Hibah Rp1.250.000.000 Rp1.000.000.000
14 Pendapatan Dana Darurat Rp4.000.000.000 Rp5.000.000.000
15 Pendapatan Lainnya Rp20.000.000.000 Rp22.000.000.000
16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) Rp605.250.000.000 Rp561.750.000.000
17 Arus Keluar Kas
18 Belanja Pegawai Rp210.000.000.000 Rp200.000.000.000
19 Belanja Barang Rp150.000.000.000 Rp155.000.000.000
20 Bunga Rp10.000.000.000 Rp5.000.000.000
21 Subsidi Rp5.000.000.000 Rp6.000.000.000
22 Hibah Rp10.000.000.000 Rp12.000.000.000
23 Bantuan Sosial Rp1.750.000.000 Rp2.000.000.000
24 Belanja Tak Terduga Rp1.750.000.000 Rp1.000.000.000
25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota Rp1.000.000.000 Rp750.000.000
26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota Rp12.500.000.000 Rp15.000.000.000
27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota Rp750.000.000 Rp500.000.000

33
28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) Rp402.750.000.000 Rp397.250.000.000
29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) Rp202.500.000.000 Rp164.500.000.000
30 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
31 Arus Masuk Kas
32 Pendapatan Penjualan atas Tanah Rp10.000.000.000 Rp12.000.000.000
33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin Rp5.000.000.000 Rp3.000.000.000
34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan Rp15.000.000.000 Rp12.500.000.000
Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan
Rp20.000.000.000 Rp15.000.000.000
35 Jaringan
36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya Rp7.000.000.000 Rp8.500.000.000
37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya Rp5.000.000.000 Rp3.750.000.000
38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) Rp62.000.000.000 Rp54.750.000.000
39 Arus Keluar Kas
40 Belanja Tanah Rp2.200.000.000 Rp2.000.000.000
41 Belanja Peralatan dan Mesin Rp3.000.000.000 Rp2.500.000.000
42 Belanja Gedung dan Bangunan Rp7.000.000.000 Rp5.000.000.000
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp2.500.000.000 Rp3.000.000.000
44 Belanja Aset Tetap Lainnya Rp8.900.000.000 Rp9.000.000.000
45 Belanja Aset Lainnya Rp9.000.000.000 Rp8.750.000.000
46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) Rp32.600.000.000 Rp30.250.000.000
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
Rp29.400.000.000 Rp24.500.000.000
47 Nonkeuangan (38 - 46)
48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
49 Arus Masuk Kas
50 Pencairan Dana Cadangan Rp5.000.000.000 Rp5.750.000.000
51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp7.250.000.000 Rp7.000.000.000
52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Rp25.000.000.000 Rp22.500.000.000
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah
Rp22.500.000.000 Rp25.000.000.000
53 Lainnya
54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Rp17.500.000.000 Rp20.000.000.000
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan
Rp18.000.000.000 Rp15.000.000.000
55 Bank
56 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Rp15.000.000.000 Rp12.500.000.000
57 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Rp5.500.000.000 Rp5.000.000.000
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan
Rp8.000.000.000 Rp5.000.000.000
58 Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan
Rp3.500.000.000 Rp3.000.000.000
59 Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah
Rp7.000.000.000 Rp5.000.000.000
60 Daerah Lainnya
61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) Rp134.250.000.000 Rp125.750.000.000
62 Arus Keluar Kas
63 Pembentukan Dana Cadangan Rp15.000.000.000 Rp18.000.000.000
64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Rp20.000.000.000 Rp25.000.000.000
65 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Rp2.000.000.000 Rp2.500.000.000
34
Pemerintah Pusat
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri –
Rp5.000.000.000 Rp4.000.000.000
66 Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri –
Rp3.500.000.000 Rp3.000.000.000
67 Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri –
Rp4.000.000.000 Rp3.000.000.000
68 Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri –
Rp3.000.000.000 Rp5.000.000.000
69 Obligasi
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri –
Rp1.000.000.000 Rp1.500.000.000
70 Lainnya
71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Rp5.000.000.000 Rp3.000.000.000
72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Rp3.000.000.000 Rp4.000.000.000
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
Rp4.000.000.000 Rp2.000.000.000
73 Lainnya
74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) Rp65.500.000.000 Rp71.000.000.000
75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) Rp68.750.000.000 Rp54.750.000.000
76 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran
77 Arus Masuk Kas
78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Rp15.000.000.000 Rp18.000.000.000
79 Jumlah Arus Masuk Kas (78 s/d 78) Rp15.000.000.000 Rp18.000.000.000
80 Arus Keluar Kas
81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Rp12.000.000.000 Rp12.500.000.000
82 Jumlah Arus Keluar Kas (81 s/d 81) Rp12.000.000.000 Rp12.500.000.000
83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (79 - 82) Rp3.000.000.000 Rp5.500.000.000
84 Kenaikan/Penurunan Kas (29 + 47 + 75 + 83) Rp303.650.000.000 Rp249.250.000.000
85 Saldo Awal Kas di BUD Rp9.500.000.000 Rp7.950.000.000
86 Saldo Akhir Kas di BUD (84 + 85) Rp313.150.000.000 Rp257.200.000.000
87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran Rp550.000.000 Rp350.000.000
88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Rp200.000.000 Rp190.000.000
89 Saldo Akhir Kas (86 + 87 + 88) Rp313.900.000.000 Rp257.740.000.000

8. LAPORAN APBD

APBD KABUPATEN/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012

NO. KETERANGAN NILAI


1 PENDAPATAN
2 PAD
3 Pajak Daerah Rp150.000.000.000
4 Retribusi Daerah Rp25.000.000.000
5 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp2.000.000.000
6 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Rp25.000.000.000
7 Total PAD Rp202.000.000.000
35
8 Dana Perimbangan
9 Dana Bagi Hasil Pajak atau Bukan Pajak Rp5.000.000.000
10 Dana Alokasi Umum Rp350.000.000.000
11 Dana Alokasi Khusus Rp35.000.000.000
12 Total Dana Perimbangan Rp390.000.000.000

13 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah


14 Hibah Rp1.000.000.000
15 Dana Darurat Rp5.000.000.000
16 Dana Bagi Hasil Pajak Rp9.000.000.000
17 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Rp3.500.000.000
18 Bantuan Keuangan dari Propinsi/Pemda Rp2.500.000.000
19 Total Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah Rp21.000.000.000
20 TOTAL PENDAPATAN Rp613.000.000.000

21 BELANJA DAERAH
22 Belanja Tidak Langsung
23 Belanja Pegawai Rp215.000.000.000
24 Belanja Bunga Rp5.000.000.000
25 Belanja Subsidi Rp7.000.000.000
26 Belenja Hibah Rp9.000.000.000
27 Belanja Bantuan Sosial Rp1.500.000.000
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prop/Kab/Kota dan Pemerintah
28 desa dan Parpol Rp500.000.000
29 Belanja Tidak Terduga Rp1.000.000.000
30 Total Belanja Tidak Langsung Rp239.000.000.000

31 Belanja Langsung
32 Belanja Pegawai Rp20.000.000.000
33 Belanja Barang dan Jasa Rp140.000.000.000
34 Belanja Modal Rp130.000.000.000
35 Total Belanja Langsung Rp290.000.000.000
36 TOTAL BELANJA DAERAH Rp529.000.000.000

37 PEMBIAYAAN DAERAH
38 Penerimaan
39 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SILPA) Rp60.000.000.000
40 Pencairan Dana Cadangan Rp4.500.000.000
41 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Rp10.000.000.000
42 Total Penerimaan Rp74.500.000.000

43 Pengeluaran
36
44 Penyertaan Modal (Investasi) Pemda Rp2.000.000.000
45 Total Pengeluaran Rp2.000.000.000
46 TOTAL PEMBIAYAAN DAERAH Rp76.500.000.000

37
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulannya adalah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diatur dalam


PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) yang di mana dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan daerah dijadikan sebagai standar
atau pedoman penyusunannya. Laporan keuangan daerah terdiri dari Neraca,
Laporan APBD, Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan Daerah merupakan informasi yang memuat data


berbagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan
pencerminan hasil aktivitas tertentu. Istilah “Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah” meliputi semua laporan dan berbagai penjelasannya yang mengakui
laporannya tersebut akan diakui sebagai bagian dari laporan keuangan.

38
DAFTAR PUSTAKA

PSAP 01-04

http://repository.upi.edu/3863/4/S_PEA_0805670_Chapter1.pdf

http://sipkd.magelangkab.go.id/materi/27122011/PENYIAPAN_LAPORAN_KEUANGAN_PEM
ERINTAH_DAERAH.pdf

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-laporan-keuangan-
daerah.html

http://ekonomisku.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-hukum-tujuan-fungsi-penyusunan-
apbd.html

https://www.scribd.com/doc/192846166/Bab-6-Laporan-Keuangan-PPKD

39

Anda mungkin juga menyukai