Anda di halaman 1dari 9

Nama: Shofi Nuril Izzah

NIM: 17320027

Folklore di masyarakat

Mitos tentang masjid Tiban (pondok pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir
Rahmah)

(Kecamatan Turen, Malang, Jawa Timur)

Sebelum saya menceritakan tentang folklore yang ada di masyarakat, maka terlebih
dahulu saya akan memberikan sedikit penjelasan tentang apa itu folklore. Folklore itu sendiri
merupakan gabungan dari dua kata yaitu Folk dan Lore. Kata Folklore berasal dari bahasa
Inggris yang masing masing arti, Folk merupakan sekelompok orang yang memiliki ciri khas
tertentu seperti kebudayaan, fisik yang membedakan dengan kelompok lainnya (Sibarani.
2013). Sedangkan Lore memiliki arti kebudayaan yang diturunkan secara turun – temurun
secara lisan maupun isyarat (Sibarani. 2013). Jadi dapat kita simpulkan bahwa Folklore
adalah sebuah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional
baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu pengingat
(Sibarani. 2013). Nah, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor
adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
tidak dibukukan.

Folklor sendiri memiliki beberapa jenis. Salah satunya adalah mitos yang akan saya
bahas kali ini. Mitos sendiri adalah salah satu jenis folklor yang masuk dalam kategori cerita
rakyat. Mitos berasal dari kata Yunani muthos yang berarti dari mulut ke mulut, atau dengan
kata lain cerita informal suatu suku yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
(Christensen. 2008). Untuk mitos sendiri beberapa orang tidak mempercayainya. Tetapi, tidak
sedikit juga yang mempercayainya. Terkadang orang awam, orang yang sudah tua banyak
dari mereka yang mempercayai cerita – cerita mitos yang beredar di masyarakat.

Jadi saya akan membahas tentang pondok pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri
Fadlaailir Rahmah atau yang dikenal dengan nama masjid Tiban. Mengapa diberi nama
masjid Tiban? Itu karena para warga tidak mengetahui adanya aktivitas pembangunan masjid
tersebut. Karena itu, masyarakat sekitar kemudian menyebut sebagai masjid Tiban, yang
mana memiliki asrti masjid yang muncul secara ajaib, tiba – tiba, dan memiliki nuansa yang
ghaib. Jadi pondok pesantren ini terletak di Jl. KH. Wachid Hasyim Gg. Anggur No. 17 RT.27
/ RW.06 Sananrejo, Turen – Malang – Jawa Timur – Indonesia 65175. Nah, sedangkan
pengasuh pondok pesantren ini yaitu Romo KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al –
Mahbub Rahmat ‘Alam. Kemudian untuk sejarah pondok pesantren ini adalah dimulai tahun
1963 yang mana rintisan awal dari bangunannya masih sangat sederhana, berturtupkan
gedek, beratapkan daduk dan untuk tiangnya hanya tebuat dari bambu. Kemudian pondok
pesantren ini resmi berdiri pada tahun 1978, dan untuk bangunannya masih semi permanen.
Pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 mulai dibangun secara permanen. Dan pada
tahun 1998 bangunan sudah jadi, tapi sampai sekarang masih terus dibangun, dengan
ditambah lantai dan diperluas.

Kisah tentang masjid Tiban ini konon dibangun oleh jin dalam waktu semalam saja.
Namun, apakah benar semua itu?. Menurut cerita dari mulut ke mulut semakin menguatkan
kepercayaan kalau masjid megah yang memiliki 10 lantai tersebut dibangun olrh tentara Jin.
Pengunjung berdatangan dari penjuru daerah, meyakini kalau proses pembangunannya
hanya dikerjakan dalam waktu satu malam. Mereka beramai – ramai ingin melihat langsung
bangunan masjid tersebut. Tetapi menurut pak Imran seorang narasumber yang saya temui
dan juga pak Imran adalah salah satu santri disana, beliau mengatakan bahwa kabar yang
beredar di masyarakat tentang masjid Tiban ini adalah omong kosong belaka atau hanyalah
sebuah mitos. Jadi, masjid Tiban atau yang juga dikenal dengan pondok pesantren Salafiyah
Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah itu dibangun oleh para santri dan juga ada beberapa
masyarakat yang ikut membantu.

Saking terkenalnya cerita masjid Tiban ini dibangun oleh jin hingga terdengar ke
telinga masyarakat sekitar. Baik masyarakat daerah Malang ataupun luar Malang. Kemudian,
masyarakat yang percaya bahwa masjid Tiban ini dibangun oleh Jin berbondong – bondong
kesana untuk melihat masjid tersebut. Pihak pengelola menolak jika masjid tersebut disebut
lokasi wisata. Pasalnya masjid tersebut bukan hanya sekedar masjid, tetapi juga merupakan
pondok pesantren yang mana merupakan tempat para santri tinggal dan menuntut ilmu.
Mereka lebih senang dikenal sebagai Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali
Fadlaailir Rahmah. Karena itu, di beberapa sudut bangunan tertulis permintaan untuk
kesadaran para pengunjung agar bersikap selayaknya berada di pesantren, bukan di tempat
wisata. Untuk itu, para pengunjung diminta untuk memakai pakaian yang islami. Seperti
kerudung untuk wanita dan para pengunjung juga diminta untuk menjaga kebersihan.

Masjid Tiban memiliki bangunan dengan arsitektur bergaya Timur Tengah yang terlihat
begitu megah. Letak masjid Tiban atau pondok pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri Asali
Fadlaailir Rahmah ini berada di sekitar pemukiman warga. Pondok pesantren ini kini memiliki
10 lantai, dimana di lantai satu terdapat aquarium dan dinding-dindingnya dihiasi oleh
ornamen-ornamen khas Timur Tengah yang mana ornamen ini asli buatan manusia bukan
buatan jin.pada lantai satu juga terdapat bangunan yang terbuka atau tanpa atap, namun
dasar lantainya menggunakan konblok yang di cat berwarna merah, hijau, dan kuning.
Kemudian ada lorong-lorong masjid yang mana jalannya menurun dengan lantai, dinding
hingga langit-langitnya berwarna emas.

Masih di lantai satu juga terdapat kolam yang mana kolam tersebut juga memiliki
perahu. Biasanya kolam itu dinaiki oleh anak – anak. Tetapi perahu itu juga dinaiki oleh para
pengantin untuk mengelilingi kolam tersebut. Jadi, di pondok pesantren Salafiyah Bihaaru
Bahri Asali Fadlaailir Rahmah ini memiliki acara tahunan yaitu adanya “nikah masal” yang
diikuti oleh para santri ataupun masyarakat umum yang ingin mengikuti acara nikah masal
tersebut. Nah, acara pernikahan masal tersebut dilakukan pagi hari, ketika malam hari para
pengantin menaiki perahu bersama pasangannya masing-masing untuk mengelilingi kolam.
Dan juga pondok pesantren ini memiliki swalayan yang berada didalam pondok. Di swalayan
tersebut menyediakan berbagai macam peralatan rumah tangga, kue basah, snack, oleh –
oleh khas Malang, pakaian, aksesoris mulai dari topi, gelang, cincin hingga jam tangan, serta
masih banyak lagi. Masjid tiban ini juga memiliki tiang bendera yang tingginya melebihi 10
lantai. Tiang bendera ini digunakan untuk mengibarkan bendera pada hari Kemerdekaan
Indonesia dan juga pada hari raya Idul Fitri serta Idul Adha.

Kemudian, di pondok pesantren ini terdapat kebun, yang mana isi kebunnya berupa
buah – buahan, sayur – sayuran dan juga berbagai macam bibit tumbuhan. Tetapi yang
banyak saya temukan adalah bibit bunga Anggrek. Disebelah tanaman – tanaman tersebut
juga tersia toko yang mana menjual segala macam bunga dan hiasan. Untuk perawatan
tanaman – tanaman itu dilakukan oleh para santri. Jadi, bagi santri di pondok pesantren
tersebut juga memiliki kegiatan lain selain mengaji. Untuk santri laki – laki mereka akan dibagi
tugas. Untuk santri laki – laki ada yang bertugas di sawah, ada yang bertugas merawat kebun,
merawat hewan yang ada disana dan lain – lain. Sedangkan untuk santri putri bertugas untuk
membersihkan pondok dan sekitarnya. Kemudian, tanaman – tanaman tersebut dijual untuk
umum.

Di pondok pesantren ini juga ada santri yang sudah berkeluarga. Jadi bedanya santri
yang sudah berkeluarga dan tidak yaitu, kamar untuk santri yang belum menikah selayaknya
kamar seperti di pondok pesantren lainnya. Sedangkan kamar untuk santri yang sudah
berkeluarga, setiap satu keluarga akan diberi kamar pribadi, dimana dipintu kamarnya akan
ditulis nama keluarga dari masing – masing keluarga. Untuk santri yang sudah berkeluarga
jika mereka memiliki putra atau putri, maka ada kelas diniyah khusus di sore hari untuk putra
putri para santri.
Jadi, kesimpulannya adalah masjid Tiban ini bukan masjid yang dibangun oleh jin
dalam waktu hanya semalam, melainkan pondok pesantren yang di bangun oleh para santri.
Adanya kabar bahwa masjid ini dibangun oleh jin adalah mitos belaka yang tidak diketahui
kebenarannya. Dan juga bukan tempat wisata melainkan pondok pesantren tempat para
santri tinggal dan menuntut ilmu.

References:

- Sibarani, Robert. 2013. Folklore Nusantara Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta.
Penerbit Ombak.
- Christensen, P. 2008. The “Wild West”: The life and death of a myth. Southwest
Review. 310.
-

Anda mungkin juga menyukai