TIM PENELITI:
I G N JEMMY ANTON PRASETIA, S.Farm., Apt
I G N AGUNG DEWANTARA PUTRA,S.Farm., M.Sc.,Apt
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2011
4. Pembimbing
a. Nama lengkap dengan gelar : Dr. rer.nat. I M A G Wirasutha, M.Si., Apt.
b. Pangkat/Gol/NIP : Penata/IIId/ 196804201994021001
c. Jabatan Fungsional / Struktural : Lektor Kepala
d. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)
e. Program Studi / Jurusan : Farmasi
f. Fakultas : MIPA
8. Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000,- (Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)
(Ir. A.A. Gde Raka Dalem, M.Sc (Hons) (IGN Jemmy Anton P,S.Farm..Apt)
NIP: 196507081992031004 NIP: 198501052008121002
Mengetahui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Udayana
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan
Tambahan Amilum Jagung Untuk Tablet Multivitamin Pada Sediaan
Farmasi Veteriner Memenuhi Standar Farmasetik” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan penelitian ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada :
1. Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) Indonesia yang telah membantu dari
sisi pendanaan.
2. Rektor Universitas Udayana.
3. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana
4. Seluruh dosen dan staf pegawai di Jurusan Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Udayana yang telah membantu penulis.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan penelitian ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnan, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang anjing ............................................................ 4
2.2 Tinjauan tentang vitamin .......................................................... 5
2.3 Tinjauan tentang tablet .............................................................. 9
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .................................... 23
3.1 Tujuan penelitian ....................................................................... 23
3.2 Manfaat penelitian ..................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 24
4.1 Rancangan penelitian ................................................................. 24
4.2 Uji kualitatif bahan .................................................................... 24
4.3 Formula ...................................................................................... 24
4.4 Pembuatan granul ...................................................................... 26
4.5 Pengempaan tablet ..................................................................... 26
4.6 Evaluasi Farmasetik ................................................................... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 30
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................... 49
ABSTRAK
Penelitian mengenai Penggunaan amilum jagung, pada konsentrasi 20%, 25% dan
30% sebagai bahan pengikat maupun konsentrasi 2%, 4% dan 6% sebagai bahan
penghancur, untuk formulasi tablet vitamin B kompleks dan formulasi tablet
vitamin E telah dilakukan
Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu Konsentrasi amilum jagung 4%
sebagai bahan penghancur pada formula tablet vitamin B kompleks maupun pada
formula tablet vitamin E mampu menghasilkan sediaan tablet dengan karakteristik
nilai waktu hancur yang mendekati nilai waktu hancur dari produk acuan.
Kata kunci: Konsentrasi, Pati Jagung, Bahan penghancur, Tablet Anjing, Waktu
Hancur Tablet.
ABSTRACT
Research on the use of corn starch, at a concentration of 20%, 25% and 30% as a
binder and a concentration of 2%, 4% and 6% as a destroyer, for the tablet
formulation of vitamin B complex and vitamin E tablet formulation has been done
Before molded into tablets, the ingredients are made in advance granules. Against
the resulting granules, we evaluated the physical characteristics of granules.
Physical characteristics of granules from the three kinds of formula have fulfilled
all the requirements of good granules. Influence the use of corn starch as an
ingredient in the formula destroyer tablets of vitamin B complex and vitamin E in
the formula tablets for veterinary preparations with concentration concentration of
2%, 4% and 6% indicated that with increasing concentrations of corn starch that is
used to speed up the time crushed tablets.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Bagian-Bagian Saluran Pencernaan Anjing (Foster dan Smith, 1994)
Meskipun anjing memiliki fisiologi saluran cerna dan proses absorpsi obat
yang mirip dengan manusia tetapi terdapat perbedaan antara anjing dan manusia
dalam hal waktu hancur tablet. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan suatu
sediaan obat untuk dapat hancur secara sempurna di dalam tubuh untuk
selanjutnya mengalami proses absorbsi sehingga mampu memberikan efek
farmakologis di dalam tubuh. Pada manusia waktu hancur tablet dalam saluran
cerna yaitu tidak lebih dari 15 menit sedangkan pada anjing waktu hancur tablet
dalam saluran cerna yaitu 15-30 menit (Hussain, et al., 2004). Adanya perbedaan
inilah seingga perlu dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan tablet yang
khusus ditujukan untuk anjing sehingga bahan aktif yang diberikan tersebut
mampu memberikan efek farmakologi pada tubuh anjing.
Gambar 2.2 Struktur Kimia Amilum jagung (Amilum jagung) (Rowe, et al., 2003)
Tabel II.1 Hubungan Kompresibilitas dengan Sifat Alir Granul (Siregar, 1992)
Kompresibilitas (%) Sifat aliran
5-10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Cukup baik
21-25 Cukup
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
38-45 Sangat jelek
3. Sifat Alir
Sifat alir (fluiditas) merupakan salah satu faktor penting dalam pembuatan
dan homogenitas serbuk (Sheth et al., 1980). Laju alir granul memegang peranan
penting dalam pengisian granul ke dalam die (ruang kompresi). Granul yang tidak
dapat mengalir dengan baik tidak dapat mengisi ruang cetak secara maksimal dan
konstan sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki keseragaman bobot yang
kurang baik. Granul yang mengalir baik akan dapat mengisi ruang cetak secara
terus menerus, konstan dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan dapat
memenuhi keseragaman bobot yang baik (Kuswahyuning dkk., 2005). Sifat alir
Tabel II.2 Hubungan Laju Alir dengan Sifat Aliran Granul (Aulton, 1994)
b. Sudut Diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk dari timbunan serbuk berbentuk
kerucut dengan bidang horizontal (Banker and Anderson, 1986). Metode yang
sering digunakan untuk mengukur sudut diam adalaah metode corong.
Pengukuran sudut diam merupakan upaya untuk mengukur gaya geser serbuk atau
granul dalam keadaan bebas.
Sudut diam dihitung dengan rumus:
h
tan
.............................................................................……(5) (Fudholi, 1983)
r
Dimana; h = tinggi kerucut, r = jari-jari kerucut
Tabel 3. Hubungan Sudut Diam dengan Sifat Alir Granul (Aulton, 1994)
Gambar 2.3 Alat Pengukur Sudut Diam Dengan Metode Corong (Fudholi, 1983)
Tablet memenuhi syarat apabila tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing
obatnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari kolom A dan tidak
satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
kolom B.
3. Uji Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet
selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Bila tablet tidak cukup
kuat, maka akan merugikan konsumen, tetapi juga tidak boleh terlalu keras karena
akan mempengaruhi waktu hancur tablet, sehingga mempengaruhi pelepasan
bahan obat dalam tubuh. Untuk uji kekerasan pengujian dilakukan dengan
menggunakan 10 tablet yang diambil secara acak, kemudian di uji kekerasannya
satu persatu yang diletakan pada landasan mesin uji kekerasan Erweka, suatu
motor penggerak yang diberi beban akan bergerak sepanjang rel yang perlahan
dan merata akan memindahkan tekanan ke tablet, sehingga tablet akan pecah.
4. Uji kerapuhan tablet
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan, besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian dengan alat friabilator. Alat ini memperlakukan sejumlah tablet
terhadap pengaruh goresan dan guncangan dengan memakai sejenis kotak plastik
yang berputar pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh enam inci pada
setiap putaran. Biasanya tablet ditimbang terlebih dahulu dan dimasukkan ke
dalam alat kemudian alat dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet lalu
dibersihkan dan ditimbang ulang. Kehilangan berat tidak lebih dari 1% yang
masih dapat dibenarkan (Nurono, 1992). Rumus perhitungan % kerapuhan tablet:
% Kerapuhan
bobot awal - bobot akhir .......………(6) (Parrot, 1971)
100%
bobot awal
METODE PENELITIAN
III.3 Formula
Sebagai bahan tambahan dalam tablet vitamin B kompleks dan vitamin E,
amilum jagung dapat difungsikan sebagai bahan pengikat maupun bahan
penghancur. Dalam penelitian ini, kemampuan amilum jagung akan diujikan satu
persatu secara terpisah. Sebagai bahan pengikat, amilum jagung dibuat dalam
bentuk mucilago dengan cara mencampurkan 2 bagian amilum jagung dengan 98
bagian air kemudian diaduk terus-menerus sambil dididihkan sampai diperoleh
massa homogen. Sebagai penghancur, amilum jagung ditambahkan dalam bentuk
kering bersama dengan bahan tambahan lainnya. Berikut formula untuk pengujian
amilum jagung sebagai pengikat dan penghancur.
Hewan memiliki GIT transit time dan dosis yang berbeda dengan manusia dan
sediaan obat hewan (SOH) harus memenuhi standar farmasetik
Analisis hasil
Penarikan kesimpulan
BAB V
Tabel V.7 Hasil evaluasi karakteristik granul amilum jagung sebagai bahan penghancur
pada vitamin B kompleks dan vitamin E
Tabel V.8 Hasil evaluasi penampilan fisik tablet vitamin B kompleks dan vitamin E
Evaluasi Formula
No Penampilan
Fisik Tablet Ia Ib Ic II a II b II c
Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipih Bulat pipih
Bentuk dan
1 dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak dan tidak
permukaan
capping capping capping capping capping capping
Diameter
4 12 ± 0,05 12 ± 0,05 12 ± 0,05 12 ± 0,05 12 ± 0,05 12 ± 0,05
tablet (mm)
Tebal tablet
5 3,7 ± 0,05 3,7 ± 0,05 3,7 ± 0,05 3,7 ± 0,05 3,7 ± 0,05 3,7 ± 0,05
(mm)
Keterangan :
Formula I a :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula I b :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula I c :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Formula II a :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula II b :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula II c :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Keterangan :
x :rata – rata bobot tablet
SD :standar deviasi
KV :koefisien variasi
Formula I a :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula I b :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula I c :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Formula II a :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula II b :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula II c :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet dari ketiga macam formula tersebut
ditunjukkan pada tabel V.9. Menurut Farmakope Indonesia III, untuk tablet
dengan rata-rata berat lebih dari 300 mg, tidak boleh ada 2 tablet yang
menyimpang 5% dari bobot rata-rata dan tidak satupun tablet yang menyimpang
10% dari bobot rata-rata. Selain itu, penyimpangan keseragaman bobot tablet
dapat dilihat berdasarkan nilai KV dimana bobot ketiga formula tidak boleh lebih
dari 5% (Banker dan Anderson, 1986).
Berdasarkan dari tabel V.9 diperoleh hasil bahwa penyimpangan
keseragaman bobot tablet pada formula tablet vitamin B kompleks ataupun
formula tablet vitamin E telah memenuhi persyaratan penyimpangan
keseragamana bobot tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi III.
Hal ini membuktikan bahwa ketiga macam formula memiliki keseragaman bobot
yang memenuhi persyaratan standar farmasetik. Keseragaman bobot sangat
dipengaruhi oleh baik tidaknya sifat alir. Sifat alir yang baik menyebabkan
volume bahan yang masuk ke dalam ruang kompresi akan seragam sehingga
variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar (Kuswahyuni, 2005).
Keseragaman bobot tablet akan mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat
di dalamnya sehingga akan berpengaruh terhadap efek terapi yang dihasilkan
(Lachman dkk, 1994).
3. Uji kekerasan
Tabel V.10 Hasil evaluasi kekerasan tablet vitamin B kompleks dan vitamin E
Hasil
evaluasi Formula
Produk
kekerasan
acuan
tablet Ia Ib Ic II a II b II c
(Newton)
x ±SD 66,12±7,08 54,67±2,52 65,00±2,00 72,67±2,52 57,00 ± 1,00 66,02 ± 4,00 74,15 ± 2,27
Keterangan :
x :rata – rata kekerasan tablet
SD :standar deviasi
Formula I a :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula I b :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula I c :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Formula II a :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula II b :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula II c :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Kekerasan tablet mencerminkan ketahanan tablet dalam mengalami
perlakuan mekanik yang dapat memecahkan dan mengikisnya selama proses
pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sebelum digunakan (Lachman dkk.,
1976).
Berdasarkan hasil evaluasi kekerasan tablet vitamin B kompleks maupun
tablet vitamin E yang ditunjukkan pada tabel V.10 menandakan bahwa hasil tablet
tersebut telah memenuhi persyaratan kekerasan tablet yang baik yaitu 39,2-78,4
Newton (Parrot, 1971). Hasil tersebut dibandingkan dengan hasil dari produk
acuan. Setelah didapatkan hasil evaluasi kekerasan tablet maka masing-masing
tiga formula tablet vitamin B kompleks maupun tablet vitamin E dilakukan
pengujian secara statistik untuk menguji adanya perbedaan bermakna kekerasan
tablet yang dihasilkan dari formula tablet vitamin B kompleks maupun formula
tablet vitamin E dengan metode ANOVA One Way. Namun sebelumnya,
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan syarat kedua uji ini memiliki
nilai signifikansi > 0,05 (Anwar, 2005).
Pada uji normalitas dari formula tablet vitamin B kompleks maupun pada
formula tablet vitamin E terhadap produk acuan diperoleh nilai signifikansi >
0,05, maka dapat disimpulkan data nilai kekerasan tablet dari ketiga macam
formula telah memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas sehingga dapat
dilakukan uji selanjutnya yaitu ANOVA dengan syarat adanya perbedaan
bermakna nilai signifikansi < 0,05 (Santoso, 1999).
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik formula tablet vitamin B
kompleks dengan metode ANOVA diperoleh nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000.
Ini menandakan adanya perbedaan bermakna pengaruh penambahan konsentarasi
amilum jagung sebagai bahan penghancur terhadap kekerasan tablet yang
dihasilkan. Untuk mengetahui formula manakah yang memberikan perbedaan
bermakna maka dilakukan uji lanjutan dengan metode Least Significant
Difference (LSD) dengan syarat adanya perberbedaan bermakna jika nilai
signifikansi < 0,05 (Santoso, 1999). Berdasarkan uji LSD diperoleh data nilai
signifikansi pada formula Ia terhadap formula Ib yaitu 0,002 dan nilai signifikansi
pada formula Ia terhadap formula Ic yaitu 0,000. Sedangkan nilai signifikansi
yang dihasilkan pada formula Ib terhadap formula Ic yaitu 0,007. Ketiga nilai
signifikansi yang dihasilkan dari ketiga formula mempunyai nilai signifikansi <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga formula dengan perbedaan
konsentrasi amilum jagung menghasilkan efek kekerasan tablet yang berbeda
bermakna.
Dari hasil statistik ANOVA terhadap formula tablet vitamin E diperoleh
nilai signifikansinifikansi 0,001<0,05 maka ketiga formula tersebut terdapat
perbedaan bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
bermakna dari kekerasan masing-masing formula dilakukan uji LSD (Least
Significant Difference). Diketahui antara tablet formula IIa dengan formula IIb
dan IIc berbeda bermakna. Data ini menunjukan bahwa adanya pengaruh
penambahan variasi konsentrasi amilum jagung terhadap kekerasan tablet vitamin
E yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi amilum jagung sebagai
penghancur, maka kekerasannya semakin meningkat.
Antara formula Ia, Ib, dan Ic terhadap formula IIa, IIb, dan IIc sama-sama
memiliki trend peningkatan nilai rata-rata kekerasan tablet seiring dengan
peningkatan konsentrasi amilum jagung sebagai penghancur. Hal ini menandakan
bahwa peningkatan konsentrasi penggunaan amilum jagung pada formula tablet
vitamin B kompleks ataupun formula tablet vitamin E sebagai bahan penghancur,
menghasilkan efek peningkatan terhadap kekerasan tablet yang dihasilkan.
Kekerasan tablet yang paling rendah dihasilkan pada formula Ia dengan
konsentrasi amilum jagung paling rendah, dibandingkan kekerasan tablet pada
formula Ib dan Ic. Hal ini dikarenakan pada formula Ia kelembabannya yang
paling rendah dibandingkan formula Ib dan Ic. Pada evaluasi kompresibilitas
granul diperoleh hasil bahwa semakin meningkatnya konsentrasi amilum jagung
maka kompresibilitas yang dihasilkan semakin kecil. Hal ini dikarenakan adanya
kandungan fines yang terdapat pada masing-masing formula. Kompresbilitas
granul pada formula Ic lebih kecil dibandingkan dari formula Ia dan formula Ib
sehingga mengakibatkan granul akan semakin kompak ketika dicetak menjadi
tablet dan nilai kekerasan tablet akan semakin tinggi (Hadisoewignyo, 2007). Hal
yang sama juga tampak pada formula IIa, IIb dan IIc dimana kekerasan yang
paling rendah diperoleh pada formula IIa sedangkan yang tertinggi terdapat pada
formula IIc.
Adanya perbedaan bermakna efek kekerasan tablet yang dihasilkan seiring
dengan peningkatan konsentrasi amilum jagung sebagai bahan penghancur
disebabkan oleh adanya perbedaan kompresibilitas dan kelembaban granul yang
dihasilkan pada uji granul (Nugrahani, 2005). Kekerasan tablet meningkat,
dikarenakan kekerasan dipengaruhi oleh kelembaban, semakin tinggi kelembaban
akan menyebabkan daya ikat antarpartikel yang semakin kuat sehingga tablet
yang dihasilkan akan semakin keras (Jufri dkk., 2006). Peningkatan konsentrasi
amilum jagung yang digunakan menyebabkan kelembaban granul menjadi
semakin meningkat.
Rata-rata nilai kekerasan tablet dari ketiga formula kemudian dibandingkan
dengan rata-rata nilai kekerasan tablet yang dihasilkan dari produk acuan, dan
diperoleh hasil bahwa formula Ib dengan konsentrasi amilum jagung sebesar 4%
sebagai bahan penghancur yang paling mendekati nilai rata-rata kekerasan tablet
produk acuan. Hal yang sama juga tampak pada formula IIb dimana pada formula
tersebut diperoleh nilai rata-rata kekerasan tablet yang mendekati nilai rata-rata
kekerasan tablet produk acuan.
4. Uji kerapuhan
Tabel V.11 Hasil evaluasi kerapuhan tablet vitamin B kompleks dan vitamin E
Hasil Formula
evaluasi Produk
kerapuhan acuan
tablet (%) Ia Ib Ic II a II b II c
Keterangan :
x :rata – rata kerapuhan tablet
SD :standar deviasi
Formula I a :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula I b :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula I c :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Formula II a :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula II b :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula II c :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Kerapuhan adalah parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan
pengikisan dan goncangan. Besaran yang dipakai adalah persentase bobot yang
hilang selama pengujian dengan alat Abration test. Kerapuhan tablet menunjukkan
kekuatan ikatan partikel-partikel pada bagian tepi atau permukaan tablet yang
ditandai sebagai masa partikel yang terlepas dari tablet. Harga kerapuhan yang
tinggi dapat terjadi karena ikatan partikel pada bagian tepi tablet kurang kuat,
sehingga adanya gesekan pada bagian tersebut menyebabkan partikel lepas
dengan mudah (Lachman dkk., 1976). Tablet yang mudah rapuh dapat
menimbulkan pengotoran pada tempat pengangkutan dan pengepakan, juga dapat
menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet (Lachman dkk., 2008)
Berdasarkan hasil evaluasi kerapuhan tablet yang ditujukkan pada tabel
V.11 menandakan bahwa hasil tablet tersebut telah memenuhi persyaratan
kerapuhan tablet yang baik yaitu tidak lebih dari 1% (Voigt, 1984). Hasil tersebut
dibandingkan dengan hasil dari produk acuan. Setelah didapatkan hasil evaluasi
kerapuhan tablet maka masing-masing tiga formula tablet vitamin B kompleks
maupun tablet vitamin E dilakukan pengujian secara statistik untuk menguji
adanya perbedaan bermakna kerapuhan tablet yang dihasilkan dari formula tablet
vitamin B kompleks maupun formula tablet vitamin E dengan metode ANOVA
One Way. Namun sebelumnya, dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas dengan syarat kedua uji ini memiliki
nilai signifikansi > 0,05 (Anwar, 2005).
Pada uji normalitas dari formula tablet vitamin B kompleks maupun pada
formula tablet vitamin E terhadap produk acuan diperoleh nilai signifikansi >
0,05, maka dapat disimpulkan data nilai kerapuhan tablet dari ketiga macam
formula telah memenuhi syarat uji normalitas dan uji homogenitas sehingga dapat
dilakukan uji selanjutnya yaitu ANOVA dengan syarat adanya perbedaan
bermakna nilai signifikansi < 0,05 (Santoso, 1999).
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan metode ANOVA
diperoleh nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,001. Ini menandakan adanya perbedaan
bermakna pengaruh penambahan konsentarasi pati jagung sebagai bahan
penghancur terhadap kerapuhan tablet yang dihasilkan dari ketiga macam formula
tablet vitamin B kompleks. Untuk mengetahui formula manakah yang
memberikan perbedaan bermakna terhadap kerapuhan tablet vitamin untuk anjing
maka dilakukan uji lanjutan dengan metode Least Significant Difference (LSD)
dengan syarat adanya perberbedaan bermakna jika nilai signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (Santoso, 1999). Selanjutnya dengan pengolahan data secara statistik
dengan metode LSD dibandingkan nilai signifikansi antara formula Ia, Ib, Ic dan
diperoleh data nilai signifikansi pada formula Ia terhadap formula Ib yaitu 0,005
dan nilai signifikansi pada formula Ia terhadap formula Ic yaitu 0,000. Sedangkan
nilai signifikansi yang dihasilkan pada formula Ib terhadap formula Ic yaitu 0,020.
Ketiga nilai signifikansi yang dihasilkan dari ketiga formula mempunyai nilai <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga formula dengan perbedaan
konsentrasi amilum jagung menghasilkan efek kerapuhan tablet yang berbeda
bermakna.
Dari hasil statistik ANOVA terhadap formula tablet vitamin E diperoleh
nilai signifikansinifikansi 0,000<0,05 maka ketiga formula di atas ditinjau dari
segi kerapuhan tablet terdapat perbedaan bermakna. Selanjutnya untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna dari kerapuhan masing-
masing tablet dilakukan uji LSD (Least Significant Difference), diketahui bahwa
antara tablet formula IIa dengan tablet formula IIb dan IIc berbeda bermakna.
Data hasil uji statistik menunjukan bahwa penambahan variasi konsentrasi
amilum jagung sebagai penghancur berpengaruh terhadap kerapuhan tablet
vitamin E yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi amilum jagung maka
kerapuhan tablet akan semakin kecil.
Antara formula Ia, Ib, dan Ic terhadap formula IIa, IIb, dan IIc sama-sama
memiliki trend penurunan nilai rata-rata kerapuhan tablet seiring dengan
peningkatan konsentrasi amilum jagung sebagai penghancur. Hal ini menandakan
bahwa peningkatan konsentrasi penggunaan amilum jagung pada formula tablet
vitamin B kompleks ataupun formula tablet vitamin E sebagai bahan penghancur,
menghasilkan efek penurunan terhadap kerapuhan tablet yang dihasilkan.
Kerapuhan tablet yang dihasilkan pada formula Ia paling tinggi
dibandingkan formula Ib dan Ic. Hal yang sama juga tampak pada formula IIa, IIb
dan IIc dimana kerapuhan yang paling tinggi diperoleh pada formula IIa
sedangkan yang terendah terdapat pada formula IIc. Hal ini dikarenakan nilai
kekerasan tablet yang dihasilkan paling rendah dibandingkan formula lainnya.
Semakin rendah nilai kekerasan suatu tablet maka nilai karapuhannya akan
semakin bertambah (Nattapulwat, 2008). Tablet dengan nilai kekerasan yang
semakin rendah cenderung mengakibatkan tablet menjadi rapuh dan pecah
menjadi serpihan akibat adanya gesekan sehingga mengakibatkan nilai
kerapuhannya akan semakin besar (Jufri, 2006). Faktor lainnya yang juga
berpengaruh terhadap nilai kerapuhan tablet adalah kelembaban granul, dimana
granul dengan kelembaban yang rendah memiliki daya kohesifitas yang kecil,
sehingga tablet cenderung menjadi lebih rapuh dan menghasilkan nilai uji
kerapuhan yang tinggi (Banker dan Anderson, 1986). Berdasarkan hasil evaluasi
kelembaban granul dihasilkan bahwa kelembaban granul yang paling rendah
dihasilkan pada formula Ia dan juga pada IIa.
Rata-rata nilai kerapuhan tablet dari masing-masing ketiga macam formula
kemudian dibandingkan dengan rata-rata nilai kerapuhan tablet yang dihasilkan
dari produk acuan. Diperoleh hasil bahwa pada formula tablet vitamin B
kompleks, formula Ia menghasilkan nilai rata-rata kerapuhan yang mendekati nilai
rata-rata kerapuhan tablet produk acuan. Sedangkan pada formula tablet vitamin
E, formula IIb lebih mendekati nilai rata-rata kerapuhan tablet produk acuan.
5. Uji waktu hancur
Tabel V.12 Hasil evaluasi waktu hancur tablet vitamin B kompleks dan vitamin E
Waktu Formula
hancur Produk
tablet acuan
(menit) Ia Ib Ic II a II b II c
Keterangan :
x :rata – rata waktu hancur tablet
SD :standar deviasi
Formula I a :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula I b :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula I c :Tablet Vit. B kompleks dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Formula II a :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 2%
Formula II b :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 4%
Formula II c :Tablet Vit. E dengan konsentrasi amilum jagung 6%
Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas
kasa alat pengujian (Depkes RI, 1979). Semakin mudah air masuk ke dalam
matriks tablet, maka semakin kecil waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet
(Lachman dkk., 2008). Dalam pengujian ini, digunakan air sebagai media dengan
suhu 37±2 ºC.
Berdasarkan hasil evaluasi waktu hancur tablet yang ditujukkan pada tabel
V.12 menandakan bahwa hasil tablet tersebut telah memenuhi persyaratan waktu
hancur tablet untuk anjing yaitu berkisar antara 15-30 menit (Husain, 2002). Hasil
tersebut dibandingkan dengan hasil dari produk acuan. Setelah didapatkan hasil
evaluasi waktu hancur tablet maka masing-masing tiga formula tablet vitamin B
kompleks maupun tablet vitamin E dilakukan pengujian secara statistik untuk
menguji adanya perbedaan bermakna kerapuhan tablet yang dihasilkan dari
formula tablet vitamin B kompleks maupun formula tablet vitamin E dengan
metode ANOVA One Way. Namun sebelumnya, dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas dengan syarat kedua
uji ini memiliki nilai signifikansinifikansi > 0,05 (Anwar, 2005).
Pada uji normalitas dari formula tablet vitamin B kompleks maupun pada
formula tablet vitamin E terhadap produk acuan diperoleh nilai
signifikansinifikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan data nilai kerapuhan tablet
dari ketiga macam formula telah memenuhi syarat uji normalitas dan uji
homogenitas sehingga dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu ANOVA dengan
syarat adanya perbedaan bermakna nilai signifikansinifikansi < 0,05 (Santoso,
1999).
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan metode ANOVA
diperoleh nilai signifikansinifikansi < 0,05 yaitu 0,000. Ini menandakan adanya
perbedaan bermakna pengaruh penambahan konsentarasi amilum jagung sebagai
bahan penghancur terhadap waktu hancur tablet yang dihasilkan dari ketiga
macam formula tablet vitamin B kompleks. Untuk mengetahui formula manakah
yang memberikan perbedaan bermakna terhadap waktu hancur tablet maka
dilakukan uji lanjutan dengan metode Least Significant Difference (LSD) dengan
syarat adanya perberbedaan bermakna jika nilai signifikansinifikansi < 0,05
(Santoso, 1999). Selanjutnya dengan pengolahan data secara statistik dengan
metode LSD dibandingkan nilai signifikansinifikansi antara formula Ia, Ib, Ic dan
diperoleh data nilai signifikansinifikansi pada formula Ia terhadap formula Ib
yaitu 0,000 dan nilai signifikansinifikansi pada formula Ia terhadap formula Ic
yaitu 0,000. Sedangkan nilai signifikansinifikansi yang dihasilkan pada formula Ib
terhadap formula Ic yaitu 0,003. Ketiga nilai signifikansinifikansi yang dihasilkan
dari ketiga formula mempunyai nilai < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ketiga formula dengan perbedaan konsentrasi amilum jagung menghasilkan waktu
hancur tablet yang berbeda bermakna.
Dari hasil statistik dengan metode ANOVA one way terhadap formula tablet
vitamin E diperoleh nilai signifikansinifikansinifikansi 0,001<0,05 maka ketiga
formula di atas ditinjau dari segi waktu hancur tablet terdapat perbedaan
bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna
dari waktu hancur masing-masing tablet dilakukan uji LSD (Least Significant
Difference). Dari hasil tersebut diperoleh hasil bahwa tablet formula IIa dengan
tablet formula IIb dan IIc berbeda bermakna. Ini menunjukkan bahwa
penambahan variasi konsentrasi amilum jagung sebagai penghancur berpengaruh
terhadap waktu hancur tablet vitamin E yang dihasilkan. Semakin tinggi
konsentrasi pati jagung sebagai penghancur, maka semakin cepat waktu
hancurnya.
Antara formula Ia, Ib, dan Ic terhadap formula IIa, IIb, dan IIc sama-sama
memiliki trend penurunan nilai rata-rata waktu hancur tablet seiring dengan
peningkatan konsentrasi amilum jagung sebagai penghancur. Hal ini menandakan
bahwa peningkatan konsentrasi penggunaan amilum jagung pada formula tablet
vitamin B kompleks ataupun formula tablet vitamin E sebagai bahan penghancur,
menghasilkan efek penurunan terhadap waktu yang dibutuhkan tablet untuk
hancur dan melarut dalam media.
Semakin tinggi konsentrasi amilum jagung sebagai penghancur, maka
semakin cepat waktu hancurnya. Hal ini dikarenakan amilum jagung tergolong
bahan hidrofil, artinya amilum akan meningkatkan pembasahan tablet sehingga
memudahkan penetrasi air melalui pori-pori ke bagian dalam tablet, yang
menyebabkan terjadinya waktu hancur yang lebih lebih cepat (Swarbrick dan
Boylan, 2001). Selain itu, kelembaban yang dikandung dalam granul juga
memberikan efek terhadap waktu hancur tablet. Semakin tinggi nilai kelembaban
granul maka kemampuan amilum untuk mengembang (swelling) akan semakin
meningkat sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet ketika kontak dengan
air (Nattapulwat, 2008).
Rata-rata waktu hancur tablet dari masing-masing ketiga macam formula
kemudian dibandingkan dengan rata-rata waktu hancur tablet yang dihasilkan dari
produk acuan. Diperoleh hasil bahwa pada formula tablet vitamin B kompleks
maupun pada formula tablet vitamin E, penggunaan amilum jagung sebagai bahan
penghancur pada konsentrasi 4%, yaitu pada formula Ib dan IIb, sama-sama
menghasilkan nilai rata-rata waktu hancur yang paling mendekati nilai rata-rata
waktu hancur tablet produk acuan.
Berdasarkan hasil evaluasi sifat fisik tablet yang dihasilkan dari masing-
masing ketiga macam formula tablet vitamin B kompleks maupun formula tablet
vitamin E diperoleh hasil bahwa dengan peningkatan konsentrasi amilum jagung
sebagai bahan penghancur akan mengakibatkan kekerasan tablet semakin
meningkat namun kerapuhan serta waktu hancur tablet semakin menurun. Dan
diperoleh hasil bahwa dengan penggunaan konsentrasi amilum jagung sebagai
bahan penghancur sebesar 4% pada formula tablet vitamin B kompleks maupun
formula tablet vitamin E untuk anjing, menghasilkan sediaan yang sesuai dengan
standar farmasetik dan mendekati hasil pengujian dari produk acuan.
BAB VI
VI.1 Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan amilum jagung, pada konsentrasi 20%, 25% dan 30% sebagai
bahan pengikat maupun konsentrasi 2%, 4% dan 6% sebagai bahan
penghancur, untuk formulasi tablet vitamin B kompleks dan formulasi tablet
vitamin E, mampu menghasilkan suatu sediaan tablet yang memenuhi standar
farmasetik.
2. Pengaruh penggunaan amilum jagung sebagai bahan penghancur pada formula
tablet vitamin B kompleks maupun pada formula tablet vitamin E untuk
sediaan veteriner dengan konsentrasi konsentrasi 2%, 4% dan 6%
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi amilum jagung yang
digunakan akan mempercepat waktu hancur tablet.
3. Konsentrasi amilum jagung 4% sebagai bahan penghancur pada formula tablet
vitamin B kompleks maupun pada formula tablet vitamin E mampu
menghasilkan sediaan tablet dengan karakteristik nilai waktu hancur yang
mendekati nilai waktu hancur dari produk acuan.
V.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian selanjutnya
disarankan untuk melakukan uji disolusi terhadap sediaan tablet guna mengetahui
lebih lanjut profil pelepasan obat di dalam tubuh anjing.
LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
PENELITIAN “ Pengembangan Bahan Tambahan Amilum Jagung Untuk
Tablet Multivitamin Pada Sediaan Farmasi Veteriner Memenuhi Standar
Farmasetik ”
Ketua Peneliti: I G N Jemmy Anton Prasetia, S.Farm., Apt
B Alat
Gelas Beker 20 Bh Rp. 155.000.00
Gelas Ukur 20 Bh Rp. 135.000.00
Mortar dan Stamper 2 Bh Rp. 145.000.00
Batang pengaduk 10 Bh Rp. 50.000.00
Sendok tanduk 10 Bh Rp 50.000.00
Pipet Tetes 10 Bh Rp 25.000.00
Kertas Perkamen 10 Meter Rp 45.000.00
C Sewa Alat
Mesin Pencetak Tablet 1 Bh Rp. 400.000.00
Mesin Uji Kekerasan 1 Bh Rp. 350.000.00
Mesin Uji Waktu Hancur 1 Bh Rp. 350.000.00
Mesin Uji Kerapuhan 1 Bh Rp. 350.000.00
Mesin Uji Disolusi 1 Bh Rp. 350.000.00
Timbangan 1 Bh Rp. 132.000.00
Oven 1 Bh Rp. 180.000.00
2 Perjalanan
Transportasi ke.... 1 Orang Rp 1.000.000,00
Transportasi Lokal 1 Orang Rp 150.000,00
3 Laporan Penelitian
Pengadaan Rp 75.000,00
Pengiriman
4 Seminar
Seminar lokal Rp 250.000,00
Total perkiraan biaya Rp 7.500.000,00
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, 7-8, 135, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4, 12, 57-58, 650, 1083-1085,
1165, 1182, 1209-1210,, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Ansel, HC, 1985, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System,
diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
Edisi IV, 150-151, 212-214, 244-272, 147-148, UI Press, Jakarta
Aulton, M., & Summers, M., 2002, Granulation, in Aulton, M.E., Pharmaucetics
The Science of Dosage Form Design 2nd Ed., 8-9, 182, 191, 366 – 367,
Churchill Livingstone, London
Bolhuis & Chowhan, 1996, Materials for Direct Compaction, in Alderborn &
Nystrom, Pharmaceutical Powder Compaction Technology, 420, Marcell
dekker, Inc., New York
Lachman, 1989, Teori dan Praktek Industri Farmasi, ed III, 28, 31, 107 – 113, UI
Press, Jakarta
Lachman, L., et all., 1989, Pharmaceutical Dosage Form: Tablets, Volume 1, 109
– 164, Marcell Dekker Inc., New York
Martono, S., 1996, Penentuan kadar kurkumin secara kromatografi lapis tipis-
densitometri, dalam Buletin ISFI Yogyakarta, Vol. 2., No. 4, Yogyakarta
Rukmana, R., 1994, Temulawak Tanaman Rempah dan Obat, 16, Kanisius,
Yogyakarta
Soebagyo, S. Prof, Dr, Apt., 2003, Buku Ajar Tablet (Materi Kuliah Teknologi
dan formulasi Sediaan Padat), 8-10, Yogyakarta
Windholz, M., (ed), 1981, The Merck Index : An Encyclopedia of Chemicals and
Drug, 10th ed,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI
A.1
A.2 Pendidikan
Bukit Jimbaran,