Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KUASA UJI DAN FUNGSI KUASA

Di ajukan untuk Memahami Tugas Mata Kuliah Statistika Matematika


Dosen Pengampu : Sartika Arifin S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 10

Husnaeni. S H0217006
Mardiana H0217315

Kelas : Pendidikan Matematika A 2017

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sulawesi Barat
Tahun Ajaran 2019/2020
A. Kuasa uji dan fungsi Kuasa
Fungsi kuasa dari pengujian hipotesis H0 melawan H1 adalah fungsi yang
memberikan peluang penolakan H0 untuk masing-masing nilai parameter dalam H0
dan H1. Nilai dari fungsi kuasa pada nilai parameter tertentu dinamakan kuasa
pengujian pada nilai parameter tersebut. Peluang menolak hipotesis (H0) sebenarnya
hipotesis itu benar dinamakan galat jenis I dan dinotasikan dengan α sedangkan
penerimaan hipotesis nol padahal hipotesis itu salah dinamakan galat jenis II dan
dinotasikan 𝛽 . Atau dengan kata lain kuasa uji ialah menolak H0 bila suatu tandingan
tertentu besar. Harga (1−𝛽(𝜃)) disebut kuasa uji. Nilai atau harga 𝛽 bergantung pada
parameter, katakanlah 𝜃 , sehinggan didapat 𝛽(𝜃) sebuah fungsi yang bergantung
pada 𝜃, bentuk 𝛽(𝜃) dinamakan fungsi ciri operasi (C.O) dan 1−𝛽(𝜃)disebut fungsi
kuasa.
Peluang penolakan hipotesis nol padahal hipotesis itu benar (H0 benar)
dinotasikan dengan α dan dirumuskan sebagai berikut:

dengan: C dinamakan daerah penolakan atau daerah kritis.

Peluang menerima hipotesis (H0) padahal hipotesis itu salah (H1 benar)
dinotasikan dengan β dan dirumuskan sbb:

dengan: C* dinamakan daerah penerimaan.

Contoh 1

Sebuah mesin minuman ringan diatur sehingga volume minuman yang


dikeluarkan menghampiri normal dengan rata-rata 200ml dan simpangan bakunya 15
ml. Setiap periode tertentu mesin itu diperiksa dengan cara mengambil 9 contoh acak
kemudian dihitung isi rata-ratanya. Bila rata-ratanya jauh diantara 191 <x<209, mesin
dianggap baik, bila tudak demikian disimpulkan bahwa 𝜇 ≠ 200 𝑚𝑙 . Hitung:

a) 𝛽 jika 𝜇 = 215 ml.


b) fungsi kuasa
penyelesaian :
a) dik : n=9
𝜇=215,
 15
  5,  5
n 9

dit : 𝛽(𝜃) jika 𝜇 = 215𝑚𝑙 ?

Jawab

𝛽(𝜃) = p (191 < x <209) , bila 𝜇 = 215

Nilai Z yang berpekan dengan X1 = 191 dan X2 = 209 , bila 𝜇 = 215 adalah

191−215
𝑍1 = = 𝑍1 = −4,8.
5

209−215
𝑍2 = = 𝑍2 = −1,2.
5

Jadi,

𝛽(𝜃) = p (-4,8 < z <-1,2) = p ( z < -1,2 ) –p ( z < -4,8 ) = 0,1151 – 0 = 0,1151

𝐽𝑎𝑑𝑖 nilai 𝛽(𝜃) dengan 𝜇=215 adalah 0,1151.

b) Untuk 191 < x< 209 jika nilai 𝜇 ditentukan, maka peluang 𝛽(𝜃) dan nilai 1−𝛽(𝜃)
dapat dihitung. Misalnya 𝜇 sbb:

𝜇 184 188 192 196 200 204 208 212 216


𝛽(𝜃) 0,09 0,27 0,58 0,84 0,93 0,84 0,58 0,27 0,08
1−𝛽(𝜃) 0,91 0,73 0,42 0,16 0,07 0,16 0,42s 0,73 0,92
Jadi kurva 𝛽(𝜃) disebut kurva ciri operasi atau kurva ciri kerja, sedangkan
kurva 1−𝛽(𝜃) disebut fungsi kuasa.

Contoh 2

Sejenis vaksin flu diketahui efektif 25 % setelah jangka waktu 2 tahun. Untuk
menetukan apakah vaksin baru dan mahal lebih unggul dalam memberikan
perlindungan tehadap virus yang sama untuk hangka waktu yang lama, dipilih 20
orang secara acak dan diberi suntikan vaksin baru tersebut. Bila dalam waktu lebih
dari dua tahun 8 orang atau lebihyang mendapat vaksin baru itu tidak terserang virus
tersebut maka vaksin baru itu akan dianggap lebih unggul daripada yang sealam ini
digunakan. Tentukan apakah galat I dan galat II terjadi?

Jawab :

Peluang melakukan galat jenis I, juga disebut Taraf Keberartian, dinyatakan


dengan huruf junani α . Galat I akan terjadi bila 8 orang atau lebih tidak terserang
virus dalam waktu melebihi dua tahun dengan menggunakan vaksin baru. Jadi, bila x
menyatakan banyaknya orang yang tetap sehat selama paling sedikit 2 tahun,

α= P(galat jenis I)
1
= P (x > 8 |𝑝 = 4)

1
= ∑20
𝑥=9 𝑏(𝑥; 20, 4)

1
=1 − ∑8𝑥=0 𝑏(𝑥; 20, 4)

=1-0,9591

=0,0409

1
Dikatakan bahwa hipotesis nol, p= , diuji pada taraf keberartian ( ukuran
4

daerah kritis) α=0,0409. Daerah kritis yang berukuran 0,0409 amat kecil, sehingga
kecil sekali kemungkinan galat 1 dilakukan. Karena itu, akan merupakan suatu hal
yang amat tidak bisa bila 8 orang atau lebih tetap kebal selama lebih dari dua tahun
dengan menggunakan vaksin baru padahal vaksin tersebut tidak jauh berbeda dengan
vaksin yang selama ini digunakan.

Peluang melakukan galat II, dinyatakan dengan 𝛽, tidak mungkin hitung


kecuali bila hipotesis tandingannya ditentukan secara khusus. Bila hipotesis nol
1 1
bahwa p=4 diuji lawan hipotesi tandingan p=2, maka dapat dihtung peluang

manenerima H0 bila H0 salah. Untuk itu cukup dihitung peluang mendapat kurang
dari 8 dalam kelompok (20 orang)yang kebal melebihi jangka waktu dua tahun bila
1
p=2. Dalam hal ini

𝛽 = P(galat jenis II)

1
= P (x < 8 |𝑝 = 2)

1
= ∑8𝑥=0 𝑏(𝑥; 20, )
2

=0,2517

Peluang ini ternyata agak besar, kemungkinannya menolak vaksin baru


tersebut cukup besar, padahal vaksin terebut lebih unggul dari yang selama ini
dipakai. Tentunya sanagt diinginkan suatu cara pengujian yang kedua galatnya, jenis I
dan janis II itu kecil
Galat II akan terjadi bila 8 atau kurang dari kelompok tersebut yang kebal
(berhasil) melewati 2 tahun dan disumpilkan bahwa vaksin baru tidak lebih baik,
padahal sesungguhnyalebih baik. Ini akan terjadi jika nilai P yang sesungguhnya
paling sedikit 0,7. Bila p=0,7, prrosedeur pengujian ini memberikan:

𝛽 = P(galat jenis II)

= P (x < 8 |𝑝 = 0,7)

= ∑8𝑥=0 𝑏(𝑥; 20,0,7)

=0,0051

Dengan peluang melakukan galat jenis II yang begitu kecil, kecil sekali
kemungkinannya vaksin tersebut ditolak bila 70 % efektif sesudah jangka waktu dua
tahun. Bila hipotesis tandingan p menuju 1, maka nilai 𝛽 menuju ke nol.

Anda mungkin juga menyukai