Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skrining adalah identifikasi penyakit tanpa gejala atau faktor risiko. Tes
skrining dimulai pada prenatal periode (seperti pengujian untuk sindrom Down
pada janin wanita hamil yang lebih tua) dan berlanjut sepanjang hidup (misalnya,
saat menanyakan tentang pendengaran pada orang tua).1

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia.


Komplikasi akibat hipertensi dapat berupa Penyakit Jantung Koroner (PJK), gagal
ginjal, dan stroke. Data Riskesdas tahun 2013 menyatakan hipertensi adalah
penyakit dengan prevalensi yang tergolong tinggi di Indonesia yaitu 25,80%.
Prevalensi hipertensi di Jawa Timur pada tahun 2016 mencapai 13,74% atau sekitar
935.736 penduduk, dengan Kota Surabaya sebagai kota yang memiliki persentase
hipertensi tergolong rendah, yakni sebesar 10,43%. Upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit kardiovaskuler dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui
kegiatan skrining, sehingga kemungkinan terjadi risiko komplikasi dapat dicegah,
seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Skrining kesehatan
untuk pencegahan penyakit telah lama dijadikan sebagai strategi perawatan
kesehatan yang paling penting guna memberi kesempatan seseorang untuk
mendapatkan diagnosis dan pengobatan lebih dini, meningkatkan kualitas hidup,
dan mencegah kematian lebih dini.2

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan penyusunan makalah ini adalah menambah pengetahuan mengenai
“skrining”. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1
1.3 Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis maupun
pembaca khususnya peserta KKS dan menjadi suatu tolak ukur bagi penelitian
selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skrining adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita
penyakit tertentu yang tanpa gejala ( tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan
sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka
yang kemungkinan besar menderita yang selanjutnya diproses melalui diagnosis
pasti dan pengobatan. Skrining bukan diagnosis sehingga hasil yang diperoleh
betul-betul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu,
sedangkan kepastian diagnosis klinik dilakukan kemudian secara terpisah.3

2.2 Jenis Skrining3


Ada berbagai jenis skrining, masing-masing dengan tujuan spesifik:

1. Mass Skrining
Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, skrining tekanan
darah pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada pelayanan kesehatan.
2. Skrining multifase
Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu
tertentu. Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah. Sebagai
contoh adalah pemeriksaan kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan
darah, gula darah dan kolesterol serta skrining antenatal.
3. Skrining yang ditargetkan
Skrining yang dilakukan pada suatu jenis penyakit tertentu yang spesifik.
Misalnya, skrining untuk mengetahui penyakit TBC.
4. Case finding Skrining
Case finding adalah upaya dokter, bidan atau tenaga kesehatan untuk
menyelidiki suatu kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok
pasien yang datang untuk kepentingan pemeriksaan kesehatan. Contoh

3
penderita yang datang dengan keluhan diare kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap mamografi atau foto rontgen.3

Contoh- contoh tes skrining :

1. Tes serologi untuk penanda HIV


2. Tes Serologi untuk penanda hepatitis B
3. Tes Serologi untuk penanda TB
4. Mammogram untuk mendeteksi kanker payudara
5. Pap smear untuk kanker serviks
6. Monitoring Pemantauan tekanan darah dan skrining kolesterol untuk
penyakit jantung
7. Tes penglihatan untuk glaucoma4

2.3 Karakteristik Skrining


1. Ekonomis
2. Nyaman
3. Relatif bebas dari risiko atau ketidaknyamanan
4. Dapat diterima oleh sejumlah besar individu
5. Sangat valid dan dapat diandalkan4
2.4 Manfaat skrining
Skrining Kesehatan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Skrining untuk Preventif Primer - Skrining Riwayat Kesehatan Skrining
Riwayat Kesehatan merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang
berdampak biaya besar dan menjadi fokus pengendalian BPJS Kesehatan yaitu
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi.
2. Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif (Peserta RISTI penyakit kronis
berdasarkan hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan Deteksi Kanker) Deteksi
Kanker merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit Kanker Leher Rahim pada
wanita yang sudah menikah dan Kanker Payudara.4

4
2.5 Kriteria Evaluasi Skrining

Validitas : kemampuan tes untuk menentukan individu mana yang benar sakit dan
mana yang tidak sakit. Indikator untuk menilai validitas hasil skrining adalah
sensitivitas dan spesifitas.

Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil


yang konsisten.4

2.6 Sensitifitas dan Spesifisitas:

Adalah 2 ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu uji


saring atau uji diagnostik untuk membedakan individu - individu yang mendapat
penyakit dengan yang tidak mendapat penyakit. Sensitifitas ialah kemampuan
untuk mengetahui secara benar siapa yang menderita sakit. Spesifisitas ialah
kemampuan untuk mengetahui secara benar siapa-siapa yang tidak menderita
sakit. Komponen ini diperoleh dengan membandingkan hasil yang didapat
dengan prosedur diagnostik yang telah dikenal.
Sensitifitas ialah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran
positip pada orang yang benar-benar sakit. Hal ini dinyatakan dalam persen :

Subyek yang sakit dengan tes positip


----------------------------------------------- x 100
Jumlah orang sakit yang mendapat tes

Dengan sensitifitas saja kita belum dapat mengetahui secara benar


keadaan suatu penyakit, untuk itu perlu diketahui konsep spesifisitas. Spesifisitas
ialah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran negatip bila subyek
yang di tes adalah bebas dari penyakit.

Subyek yang tidak sakit dengan tes negatip


------------------------------------------------------ x 100
Jumlah orang yang tidak sakit yang di tes

5
Sensitifitas dan Spesifisitas dapat dengan mudah dimengerti bila kita
melihat contoh dibawah ini yaitu Glaukoma yang merupakan penyakit dengan
peninggian tekanan bola mata.
Bila cut off point diagnostik Glaukoma adalah tekanan intra okular 22 mmHg,
maka diperoleh sensitifitas 100 % dan spesifisitas < 100 %. Sedangkan bila cut
off point kita naikkan pada tekanan intra okular 27 mmHg, maka sensitifitas
menjadi < 100 % dan spesifisitas menjadi 100 %.5
2.7 Tingkat Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer mencegah penyakit terjadi dengan menghapus
penyebabnya. Klinik yang paling umum kegiatan pencegahan perawatan
primer melibatkan imunisasi untuk mencegah penyakit menular, narkoba,
dan konseling perilaku. Baru-baru ini, operasi profilaksis telah menjadi
lebih umum, dengan operasi bariatrik ke mencegah komplikasi obesitas, dan
ovariektomi dan mastektomi untuk mencegah kanker ovarium dan payudara
pada wanita dengan mutasi genetik tertentu. Pencegahan primer telah
menghilangkan banyak infeksi penyakit sejak kecil. Pada pria Amerika,
pencegahan primer telah mencegah banyak kematian dua pembunuh utama:
kanker paru-paru dan kardiovaskular penyakit. Kematian kanker paru-paru
pada pria menurun sebesar 25% dari 1991 hingga 2007, dengan perkiraan
250.000 kematian dicegah.1
Penurunan ini terjadi setelah merokok tren penghentian di antara
orang dewasa, tanpa terorganisir penyaringan dan tanpa banyak perbaikan
dalam bertahan hidup setelah perawatan untuk kanker paru-paru. Penyakit
jantung tingkat kematian pada pria telah berkurang setengahnya beberapa
dekade terakhir (4) bukan hanya karena medis perawatan telah meningkat,
tetapi juga karena primer upaya pencegahan seperti penghentian dan
penggunaan rokok obat antihipertensi dan statin. Utama pencegahan
sekarang mungkin untuk serviks, hepatoseluler, kanker kulit dan payudara,
patah tulang, dan alkoholisme. Atribut khusus pencegahan primer yang

6
melibatkan upaya untuk membantu pasien mengadopsi gaya hidup sehat
adalah itu satu intervensi dapat mencegah banyak penyakit.1

2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mendeteksi penyakit dini saat itu tidak
menunjukkan gejala dan ketika pengobatan dapat menghentikannya
mengalami kemajuan. Pencegahan sekunder adalah proses dua langkah
melibatkan tes skrining dan diagnosis tindak lanjut dan perawatan untuk
mereka yang menderita penyakit bunga. Menguji pasien tanpa gejala untuk
HIV dan Pap smear rutin adalah contohnya. Paling sekunder pencegahan
dilakukan dalam pengaturan klinis. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya,
penyaringan adalah identifikasi dari penyakit yang tidak diakui atau faktor
risiko berdasarkan riwayat mengambil (mis., menanyakan apakah pasien
merokok), fisik pemeriksaan (mis., pengukuran tekanan darah), uji
laboratorium (mis., memeriksa proteinuria diabetes), atau prosedur lain
(mis., mineral tulang pemeriksaan kepadatan) yang dapat diterapkan secara
wajar cepat ke orang tanpa gejala. Tes skrining semacam rupanya orang
baik (untuk kondisi yang menarik) yang memiliki kemungkinan
peningkatan penyakit atau faktor risiko untuk penyakit dari orang yang
memiliki risiko rendah kemungkinan. Tes skrining adalah bagian dari
semua tes sekunder dan beberapa kegiatan pencegahan primer dan tersier.
Tes skrining biasanya tidak dimaksudkan untuk menjadi diagnostik.
Jika dokter dan / atau pasien tidak berkomitmen.1

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier menggambarkan kegiatan klinis itu mencegah
kerusakan atau mengurangi komplikasi setelahnya suatu penyakit telah
menyatakan dirinya sendiri. Contohnya adalah penggunaaan obat beta-
blocking untuk mengurangi risiko kematian pada pasien yang telah pulih
dari miokard infark. Pencegahan tersier sebenarnya hanyalah hal lain istilah
untuk perawatan, tetapi perawatan berfokus pada kesehatan efek yang

7
terjadi tidak begitu banyak dalam hitungan jam dan hari tetapi bulan dan
tahun. Misalnya, pada pasien diabetes, perawatan yang baik tidak hanya
membutuhkan kontrol darah glukosa. Pencarian dan pengobatan yang
berhasil faktor risiko kardiovaskular lainnya (mis., hipertensi,
hiperkolesterolemia, obesitas, dan merokok) membantu mencegah penyakit
kardiovaskular pada pasien diabetes banyak, dan bahkan lebih, dari kontrol
darah yang baik glukosa. Selain itu, pasien diabetes perlu teratur
pemeriksaan mata untuk mendeteksi dini retinopati diabetik, perawatan kaki
rutin, dan pemantauan untuk protein urin untuk memandu penggunaan
angiotensin converting inhibitor enzim untuk mencegah gagal ginjal. Semua
kegiatan pencegahan ini tersier dalam arti bahwa mereka mencegah dan
mengurangi komplikasi penyakit itu sudah ada.1

8
BAB III
KESIMPULAN

Skrining adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita


penyakit tertentu yang tanpa gejala ( tidak tampak) dalam suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat
dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap
mereka yang kemungkinan besar menderita yang selanjutnya diproses melalui
diagnosis pasti dan pengobatan. Ada berbagai jenis skrining, masing-masing
dengan tujuan spesifik. Antaranya adalah, mass skrining, skrining multifase,
skrining yang ditargetkan dan Case finding Skrining. Skrining mempunyai
karakteristik seperti berikut.Antaranya ekonomis, nyaman, relatif bebas dari
risiko atau ketidaknyamanan, dapat diterima oleh sejumlah besar individu dan
sangat valid dan dapat diandalkan.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Flecthcer, R.H . Clnical Epidemiology -The Essentials 4th Edition. Boston:


Wiliams & Wilkins.2005; 153-154.

2. Amala.C.R. Penilaian Uji Validitas Instrumen Skrining Hipertensi. Jurnal


Berkala Epidemiologi. 2018; 96.

3. R Bonita, R Beaglehole, T Kjellstrom. Basic Epidemiology. 2nd Edition.


Switzerlad. World Health Organization. 2006; 110-112.

4. Baghdadi Z. Screening and Diagnostic Tests in Epidemiology. University


of Manitoba. 2017; 8-15.

5. Syahril. Diagnostic & Screening. 2005. 1-2. Situs diunduh dari e-USU
Repository. Universitas Sumatera Utara.

10

Anda mungkin juga menyukai