Anda di halaman 1dari 5

Dengan menggunakan kecepatan tingggi, cairan pemboran dipompa oleh pompa

lumpur yang tersedia di rig melalui pipa bor menuju mata bor, yang kemudian naik
kepermukaan melalui dinding sumur dengan membawa serbuk pemboran, selanjutnya
mengalir ke beberapa peralatan,seperti pengayak lumpur bor (saleshaker), peralatan pemisah
gas (degasser), peralatan pemisah pasir(desander) peralatan pemisah pasir halus (desilter)
untuk pembersihan). Serbuk bor yang dihasilkan tidak layak lagi digunakan sehingga
dibuang, sedangkan lumpur bor masih bisa digunakan sehingga diolah atau direkondisi
kembali.
Pompa lumpur yang digunakan dalam pemboran dapat dilakukan dengan jenis doble-
actin, yang memiliki tekanan yang kuat yaitu sampai dengan 1750 Hp dan dapat
memindahkan cairan dalam jumlah yang besar samapi 4000 psi. Cairan pemmboran yang
dipompakan ke stand pipe, menuju ke swivel lewat selang lalu ke mata bor, dimana terdapat 3
buah nozzle yang akan menyemptotkan lumpur bor tadi dengan kecepatan dan tenaga yang
tinggi sehingga formasi yang ada dibawahnya akan dengan mudah hancur oleh gigi mata bor
yang sekaligus membersihkan gigi bor.
2.11. Analisa Data Tektonik Pemboran
Didalam pemboran lumpur perlu dilakukan pendeteksian jumlah konsenrasi
hidrokarbon yang terdapat dalam lumpur. Analisis hidrokarbon ini memiliki tujuan untuk
mengetahui keterdapatan kandungan minyak dan gas bumi pada lapisan yang di bor, dan
mementukan macam batuan yang terdapat pada setiap kedalaman. Mengamati apakah ada
potensi terjadinya blow out atau semburan liar, apakah ada lumpur pemboran yang hilang,
dan sebagai data pembanding antara sumur-sumur yang berdekatan.
Analisa data yang diperoleh dari teknik pemboran ini berupa data kecepatan
pemboran (lag time) dan kecepatan putaran, bean pahet, stoke pompa, permukaan lumpur
bor, dan tekanan pipa pelindung. Lag time merupakan waktu yang dibutuhkan suatu benda
dalam bergerak dari dasarlubang bor sampai kepermukaan oleh media lumpur. Data lag time
dibutuhkan dalam mud logging, karena lumpur akan membawa hasil cutting dari dasar sumur
ke permukaan yang merupakan data pemboran. Lag time sendiri dipengaruhi oleh faktor
kecepatan aliran lumpur yang tergantung dari kecepatan memompa dari masuk hinggs keluar.
Ukuran atau diameter lubang bor, jika diameter besar maka akan lambat demikian sebaliknya,
dan penambahan kedalaman, yang berati menambah panjang annulus dan volume lumpur.
Lag time = volume mula-mula+ volume annulus total
Pump capacity x SPM
Dimana : volume mula-mula = dalam bbl (volume lumpur awal dari mud pump)
Volume annulus total = dalam bbl 9inner volume + annular volume)
Pump capacity = dalam bbl/stk
SPM = dalam stroke/menit
Pump capacity = 0,000234 x D2 x L x efisiensi pompa
D= diameter liner dalam inci
L = panjang stroke dalam inci
Volume inner pipe = IDDp2 X panjang (dalam feet)
1029,4
Volume annulus = IDDh2 X panjang (dalam feet)
1029,4
Volume harus dihitung berdasarkan masing-masing annular profile sehingga
didapatkan volume annulus total.
Contoh soal : Diketahui 7” casing 23 ppf, mempunyai ID = 6,366 inchi. 4”drill pipe
digunakan untuk mengebor sumur dan ID nya adalah 3,34 inchi. 4-3/4” DC mempunyai ID
2,5 inchi. Panjang drill collar adalah 500 ft. Hole size berukuran 6,97 inchi. Dibor dengan
menggunakan ukuran 6-1/8”. Volume lumpur mula-mula adalah 20 bbl. Mud pump
mempunyai diameter liner 6”, panjang stroke 12”, dan efisiensi pompa 97%. SPM = 71
stroke/ menit.
Ditanyakan : Hitung lag ime-nya!
Jawab :
Pump capacity dalam bbl/stk = 0,000243 x D2x l x efisiensi
= 0,000243 x(6)2 x 0,97
= 0,1018 bbl/stk
Volume annulus total :
a. Kapasitas dan volume iiner 4’’DP
4”DP inner capacity = 3,342
1029,4
Kapasitas inner 4”DP = 0,01084 bbl/ft
Volume inner 4”DP= kapasitas iiner 4”DP x panjang 4”DP
Volume iiner 4”DP = 0,1084 bbl/ft x 500 ft = 103 bbl.
b. Kapasitas dan volume inner 4-3/4” DC
4-3/4” DC inner capacity = 2,52
1029,4
Kapasitas inner 4-3/4” DC = 0,00607 bbl/ft
Volume inner 4-3/4” DC = kapasitas iiner 4-3/4” DC x panjang 4-3/4” DC
Volume inner 4-3/4” DC = 0,00607 bbl/ft x 500 ft = 3 bbl.
c. Kapasitas dan volume annulus antara 7” Casing dan 4”DP
Annular capacity bw 4”DP and 7” casing = 6.3662 - 42
1029,4
Kapasitas annulus antara 7” dan 4” DP = 0,02383 bbl/ft
Volume annulus antara 7” Casing dan 4”DP = kapasitas annulus antara 7” Casing
dan 4”DP x panjang 4”DP di dalam 7”casing
Volume annulus antara 7” Casing dan 4”DP = 0,02383 bbl/ft x 5000 ft = 119 bbl.

d. Kapasitas dan volume annulus antara open hole dan 4”DP


Annular capacity antara open hole dan 4”DP = 6.972 - 42
1029,4
Kapasitas annulus antara open hole dan 4”DP = 0,0316 bbl/ft
Volume annulus antara open hole dan 4”DP = kapasitas annulus antara open hole
dan 4”DP x panjang 4”DP di dalam open hole
Volume annulus antara open hole dan 4”DP = 0,0316 bbl/ft x 4500 ft = 142 bbl.

e. Kapasitas dan volume annulus antara open hole dan 4-3/4”DC


f. Annular capacity antara open hole dan 4-3/4”DC = 6.972 – 4,752
1029,4
Kapasitas annulus antara open hole dan 4-3/4”DC = 0,0253 bbl/ft
Volume annulus antara open hole dan 4-3/4”DC = kapasitas annulus antara open
hole dan 4-3/4”DC x panjang 4-3/4”DC di dalam open hole
Volume annulus antara open hole dan 4-3/4”DC = 0,0253 bbl/ft x 500 ft = 13 bbl.

Lag time = volume mula-mula + volume annulus total


Pump capacity x SPM
= 20 + (103 +3 + 119 + 142 + 13)
0,1018 x71
= 400
7,128
= 55,342 menit
= 55 menit 20 detik
2.12 Well Testing
Sesuai dengan tujuan utama pemboran yaitu menentujan kemampuan suatu formasi
dalam berproduksi. Informasi yang akan kita dapatkan akan banyak tergantung dari cara atau
pengujian yang akan kita lakukan, jika baik maka bamyak informasi, demukian sebaliknya.
Informasi tersebut meliputi permeabilitas formasi, kerusakan, tekanan reservoar, dan batas-
batasnya.
Pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan keseimbangan tekanan terhadap
sumur yang akan di test. Beberapa macam pengujian dalam minyak bumi diantaranya Drill
steam test, Pressure Test, dan pengujian aliran (Multiple Rate Testing Dan Two Rate Flow
Test ), serta pada sumur gas dengan Deliverability, Back Pressure Test Isochronal Test, dan
Modified Isochronal Test.
Namun yang akan dijelaskan yaitu DST (Drill Steam Test), yang dikenalkan oleh
Halibunton pada tahun 1926, untuk memastikan suatu formasi aktif atau tidak. Penggunaan
DST dilakukan dengan menurunkan alat khusus ke zona yang akan di test, apakah terdapat
mintak atau tidak dengan menggunakan analisa cutting dan logging, alat tersebut kemudian
akan merekam tekanan dan proses selama test.
Well test bisa juga dilakukan dengan alat wireline atau kabel untuk menurunkan alat,
setelah diturunkan maka akan didapatkan zona interest, lalu di cek pressure plus samping
fluida. Pada saat toll mencapai puncak titik, lau dicek pressure dan sampel yg diambil,
sampel diambil dari tempelan pada piston.
2.13 Masalah pemboran (Hole Problems)
Kegiatan dalam pengeboran tidak selalu berjalan dengan lancar, hambatan atau masalah
kadang bahkan sering terjadi, masalah-masalah tersebut diklasifikasikan kedalam tiga bagian
yaitu:
a. Pipa terjepit (Pipe Stuck)
Keadaan dimana selang bor terjepit didalam pipa bor, yang akan mengganggu
kelancaran operasi pemboran minyak.
b. Shale problem
Serpih atau shale merupakan batuan sedimen yang terbentuk oleh kompaksi dan
deposisi dalam waktu yang lama. Pada saat pemboran akan terjadi masalah jika shale
tidak stabil, atau terjadi longsor. Untuk mengatasi ini tidak terjadi maka biasanya
dilakukan drilling practice serta mud practice, karena jika terjadi runtuhan pada shale
maka akan timbul masalah berupa lubang bor membesar, pipa bor terjepit, fill up,
jumlah lumpur bertambah, dan kesulitandalam melakukan logging.
c. Hilang Lumpur (Lost Circulation)
Hilangnya lumpur terjadi karena dua faktor, yaitu faktor mekanis dan faktor formasi.
Zona hilangnya lumpur dapat diklasifkasikan menjadi seepage loss partial loss, dan
complete loss.
a. Seepage loss, apabila lumpur hilang dalam jumlah yang sedikit, yaitu >15
bbl/jam(40 lpm), terjadi pada setiap formasi yang terdiri dari pasir porous dan
gravel, rekah alami dan pada formasi yang terdapat rekahan serta induced.
b. Partial loss, apabila lumpur hilang dala jumlah yang relatif banyak, yaitu <15
bbl/jam atau sekitar 15-500 bbl/jam (40-1325 lpm). Terjadi umumnya pada
formasi pasir porous dan gravel, dan kadang-kadang pada rekahan.
c. Complete loss
, apabila lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor, terjadi pada formasi batuan
gravel, rekah secara alami, dan pada formasi yang banyak terjadi rekahan.

Anda mungkin juga menyukai