Anda di halaman 1dari 12

Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

JURNAL INDONESIA TENTANG GEOSCIENCE


Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Journal homepage: hÿp://ijog.bgl.esdm.go.id


ISSN 2355-9314 (Cetak), e-ISSN 2355-9306 (Online)

Hydrocarbon Source Rock Potential


of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi
Moh. Heri Hermiyanto Zajuli and Hermes Panggabean

Pusat Survei Geologi, Badan Geologi


Jln. Diponegoro 57, Bandung - 40122

Penulis yang sesuai: zajuli_hz@yahoo.com


Naskah diterima: 14 November 2013, direvisi: 14 April 2014, disetujui: 22 April 2014

Abstrak - Formasi Sinamar Oligosen terdiri dari serpih, batulempung, batulempung, batupasir, batupasir konglomerat,
dan interkalasi lapisan batubara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi batuan induk hidrokarbon

JOG
Formasi Sinamar berdasarkan karakteristik geokimia. Analisis difokuskan pada sedimen halus Formasi Sinamar yang
terdiri dari serpih, batulempung, dan batulempung. Data primer yang dikumpulkan dari sumur dan singkapan Formasi
Sinamar dianalisis sesuai TOC, analisis pirolisis, dan kromatografi gas - spektometri massa alkana normal yang
meliputi isoprenoid dan sterana. Nilai TOC menunjukkan kategori sangat baik. Berdasarkan diagram TOC versus
Pyrolysis Yields (PY), serpih Formasi Sinamar termasuk dalam potensi batuan induk rawan minyak dengan kategori
baik hingga sangat baik. Sedimen halus Formasi Sinamar cenderung menghasilkan minyak dan gas yang berasal
dari kerogen tipe I dan III. Serpih cenderung menghasilkan minyak daripada batulempung dan batulempung dan oleh
karena itu mereka termasuk ke dalam batuan induk potensial.
Kata kunci: Formasi Sinamar, Oligosen, petrografi organik, biomarker, serpih

pengantar Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi


potensi batuan induk hidrokarbon batuan sedimen
Formasi Sinamar telah ditemukan di berbutir halus Formasi Sinamar berdasarkan karakteristik
Sumatera, khususnya di daerah dekat bagian barat geokimia. Formasi Talangakar dan Lemat yang memiliki
Cekungan Sumatera Selatan. Urutan stratigrafi dan karakteristik mirip dengan Formasi Sinamar terkenal
tektonik Formasi Sinamar hampir mirip dengan Formasi sebagai sumber batuan yang potensial di Cekungan
Talangakar, Lemat, dan Kasiro Cekungan Sumatera Sumatera Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini
Selatan; Formasi Sangkarewang Cekungan Ombilin, difokuskan untuk mengidentifikasi batuan sedimen
Formasi Kiliran Sub Cekungan Kiliranjao, dan Formasi berbutir halus Formasi Sinamar sebagai kemungkinan
Pematang (Brown Shale) Cekungan Sumatera Tengah. alternatif potensi batuan induk hidrokarbon di Cekungan
Sumatera Selatan.

Formasi Sinamar terdiri dari serpih, batulempung,


Subyek penelitian ini adalah butiran halus batulanau, dan interkalasi batupasir dan batubara,
sedimen Formasi Sinamar yang tersebar di wilayah diendapkan pada lingkungan fluvial-delta (Rosidi et al.,
Sinamar, Kabupaten Muara Bungo (Gambar 1), yang 1996) atau lingkungan lakustrin (Zajuli dan Panggabean,
dianalisis untuk memperoleh data TOC, pirolisis evaluasi 2013). Analisis batuan induk Cekungan Sumatera
batuan, dan geokimia termasuk biomarker (Kromatografi Selatan merupakan studi geologi di sektor hulu.
Gas dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa). Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa
data dan informasi yang detail

IJOG/JGI (Jurnal Geologi Indonesia) - Acredited by LIPI No. 547/AU2/P2MI-LIPI/06/2013, valid 21 June 2013 - 21 June 2016
53
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

HAI HAI

98 E 99 100 101 102 103 104 105 106 E

HAI

Sumatera Barat
HAI

01 01
S S
Propinsi
Jambi Sub-basin

Jambi Province

Central Palembang
02 02
Sub-cekungan

03 North Palembang 03
Sub-cekungan
Sumatera Selatan
Bengkulu Propinsi
Propinsi

South Palembang
Sub-cekungan
04 04

bidang studi Lampung Province

HAI HAI

05 05
S S

Laut Jawa

selat sunda

HAI HAI

98 E 99 100 101 102 103 104 105 106 E

JOG
Gambar 1. Peta lokalitas wilayah studi yang berada di bawah Kabupaten Muara Bungo.

pada batuan induk yang ada di bagian barat laut Cekungan daerah, Sub-cekungan Jambi. Analisis TOC, rock-eval
Sumatera Selatan. pyrolysis, dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry
Secara regional, beberapa pekerja telah mempelajari (GC-MS) dilakukan di Lemigas, Jakarta, pada batuan dari
di sekitar daerah ini membahas beberapa hal yang sumur dan beberapa singkapan yang ditemukan selama
berkaitan dengan geologi, antara lain Bemmelen (1949) pengamatan lapangan.
yang melakukan penelitian di Cekungan Ombilin dan Ada enam sumur yang ditemukan di daerah penelitian,
Sumatera Tengah, khususnya mengenai pembentukan yaitu SNM-4, SNM-9, SNM-10, SNM-11, SNM 13, dan
cekungan dalam hubungannya dengan karakteristik SNM-15, dari kedalaman antara 75 - 200 m. KIM
batubara. Selanjutnya, Puslitbang Geologi melakukan merupakan satu-satunya perusahaan batubara yang
serangkaian pemetaan geologi sistematis di Segi Empat berada di wilayah studi. Pengambilan sampel batuan hanya
Painan dan Muarasiberut bagian timur laut (Rosidi et al., dilakukan di lokasi-lokasi tertentu, yaitu di lokasi singkapan
1996), Segi Empat Solok (Silitonga dan Kas towo, 1995), dan sumur SNM-4.
dan Segi Empat Rengat (Suwarna dkk ., 1994).

Pengaturan Geologi

Secara fisiografis, daerah penelitian merupakan


Bahan dan Metode
cekungan intra pegunungan yang menempati sisi timur
Pegunungan dan Antiklin Bukit Barisan
Data primer yang dikumpulkan selama kerja lapangan (De Coster, 1974), berbatasan dengan Sub-cekungan
meliputi observasi, pengukuran, dan pengambilan sampel Jambi dari Cekungan Sumatera Selatan. Lereng timur atau
batuan baik dari singkapan maupun sampel inti. Data yang sayap Gunung Barisan menyebar ke arah barat laut -
diperoleh difokuskan pada karakter geokimia yang terkait tenggara, sekitar 150 - 1.000 m dpl. Lokasi penelitian
dengan batuan induk. terletak di antara Cekungan Busur Belakang Sumatera
Data inti dipasok oleh perusahaan pertambangan Selatan dan Cekungan Intra gunung Ombilin (Gambar 1).
batubara PT. Kuansing Inti Makmur (KIM), memiliki konsesi Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian
pertambangan batubara, khususnya di bagian barat Muara adalah sesar normal yang umumnya berarah barat laut -
Bungo tenggara.

54
Machine Translated by Google

Hydrocarbon Source Rock Potential of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi (M.H.H. Zajuli and H. Panggabean)

Struktur ini hanya mempengaruhi bagian barat laut bagian terbawah, kemudian dilapis dengan 2 - 5 m
dari formasi di daerah penelitian. lapisan batulempung abu-abu kehitaman yang
Namun, di tempat-tempat tertentu, kemiringan diselingi dengan batubara 20 cm. Ke atas, Formasi
dasar laut ke arah timur laut sekitar 20o dapat Sinamar dicirikan oleh adanya batulempung dan
dikenali. Di sebelah timur juga ditemukan sesar batupasir kerikil (Hermiyanto, 2010). Lebih jauh di
normal ENE-WSW dan NW-SE yang memotong atas, terdapat lebih banyak lapisan serpih dengan
beberapa formasi antara lain Formasi Sinamar dan interkalasi batu bara 30 cm hingga 7 m (Gambar 3).
Rantauikil. Pu lunggono dkk. (1992) menyatakan Formasi Sinamar berumur Oligosen dengan
kandungan
bahwa arah sesar normal atau horizontal adalah BT sampai NE-SW.Amoniak beccarii dan karang. Ketebalan
Sesar ini diperkirakan terjadi setelah yang dihitung dari formasi ini adalah 750 m (Rosidi et al., 1996).
antiklin-sinklin sudah terlipat, sesar memotong Formasi Rantauikil berumur Miosen didominasi
sumbu antiklin-sinklin (Pulunggono et al., 1992). oleh batulempung, batupasir tufaan, batupasir
Lokasi penelitian merupakan bagian dari peta lempung, napal, dan lensa tipis batulempung. Lebih
geologi Painan dan bagian timur laut dari Segi jauh lagi, Formasi Kasai berumur Plio-Plistosen
Empat Muarasiberut (Rosidi et al., 1996) terdiri dari tuf batu apung dan batupasir tufaan.
kemungkinan menempati ujung atau tepi bagian Satuan termuda adalah endapan aluvial yang terdiri
barat laut Sub-cekungan Jambi Cekungan Sumatera dari kerikil, kerikil, pasir, dan lumpur.
Selatan (Gambar 1). Sedimentasi masih berlangsung hingga saat ini
Secara stratigrafi, daerah penelitian yang sebagai akibat dari aktivitas erosi sungai.

JOG
termasuk dalam peta geologi Segi Empat Painan
(Gambar 2) terdiri dari batuan Jurrassic sampai Kuarter.
Dasar dari cekungan ini adalah batuan granit Analisis data
Jurassic, ditindih secara tidak selaras oleh sedimen
Formasi Sinamar Oli gosen. Pada gilirannya, Bahan organik
formasi ini ditindih secara selaras oleh Formasi Bahan organik batuan sedimen halus Sinamar
Rantaui kil Miosen. Kemudian ke atas, sedimen diinterpretasikan berdasarkan data TOC yang
Formasi Kasai Plio-Pleistosen diendapkan secara dilakukan terhadap lima belas sampel batuan. Data
tidak selaras pada kedua formasi tersebut. ini menunjukkan bahwa bahan organik dari
Formasi Sinamar tersusun oleh konglomerat beberapa sedimen halus Sinamar dapat dibagi
dan batupasir kuarsa yang menempati menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis litologi yang ada. Itu

101 40' E 101 50' E

0 2 4 km

Penjelasan :

Alluvium berkata

Qyu Batuan Gunungapi yang tak terpisahkan

Qtk Formasi Kasai

Tmr Formasi Rantauikil

Itu Formasi Sinamar

Jr Granit

SEBUAH SEBUAH'
Persilangan

08 MH 13 = Daerah Investigasi

SNM-4 = Investigasi dan pengambilan sampel


daerah

Gambar 2. Peta geologi daerah penelitian (dimodifikasi dari Rosidi et al., 1996).

55
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

DAN
USIA

KETEBALAN
STRIKE,
DIP

SAMPEL
STRUKTUR

SIMBOL UKURAN BUTIR


PEMBENTUKAN
SEDIMEN
KETERANGAN DEPOSISIONAL LINGKUNGAN

KODE

Mdst Pasir Kerikil

Meter Tanah liat


Lanau FMC Cgl

0
ALLUVIUM

08 MH 13A

5 Serpih, hitam kecoklatan, keras, ukuran butir lempung, berlapis baik,


struktur serpihan, ketebalan total 32 m bagian bawah berisi fosil
ikan air tawar panjang 20 cm dan lebar 15 cm.

08 MH 13B

10

08 MH 13C N 295 E / 12
HAI HAI

LAKUSTRIN
Dangkal

15

08 MH 13D

JOG
LAKUSTRIN
DALAM

20

OLIGOSEN

FORMASI
SINMAR

25

08 MH 13E

30

Batang, hitam, membentuk struktur pohon, panjang 22 m diameter 90 cm.

08 MH 13G
N 295 E / 12
HAI HAI

08 MH 13H Batubara berpita, hitam, struktur berlapis, mikro mengandung resin, keras, tebal
08 MH 13I 2,5 m. Batubara berpita kusam, hitam, struktur berlapis, fraktur mikro
08 MH 13J 35 mengandung resin, keras, ketebalan 4,5 m.

08 MH 13K
08 MH 13L
Batupasir kuarsa coklat pucat, berbutir sedang sampai kasar, keras,
sortasi sedang, terbuka, subangular sampai sub bulat, struktur perlapisan; terdiri
dari mineral silika, kuarsa, feldspar, sementasi silika,
ketebalan 2m. LACUSTRINE
TERESTRIAL
ESTUARIAL
Dangkal
ATAU

40
08 MH 13M
08 MH 13N Batulempung, abu-abu tua, ukuran butir lempung, struktur alas, terdiri dari:
mineral silika, ketebalan 0,5 m.

Gambar 3. Bagian stratigrafi kolom Formasi Sinamar yang terpotong di Desa Sinamar (Zajuli dan Panggabean, 2013). Koordinat
gambar: 01º 22'08.1”LS dan 107” 40'16.9” E, Contoh 08. MH 13.

serpih memiliki nilai TOC 2,8 - 10,84 % yang Jenis Bahan Organik
menunjukkan kemampuan rawan minyak berada pada Jenis bahan organik di daerah penelitian
kategori baik, batulempung memiliki nilai TOC 0,69% - diinterpretasikan berdasarkan nilai indeks hidrogen (HI)
8,36 % dengan kategori terbatas sampai dengan baik, dan indeks oksigen (OI) yang dihasilkan dari analisis
sedangkan batulempung dengan nilai 0,60% dan 0,64% Rock-Eval. Jenis bahan organik tersebut merupakan
adalah termasuk dalam kategori rawan batuan sumber refleksi dari batuan sedimen penyusun maseral. Sedimen
sangat terbatas (Tabel 1). Material organik yang ada mempengaruhi jenis bahan organik yang sesuai dengan
pada batuan sedimen menunjukkan bahwa shale keberadaan beberapa jenis maseral utama. Indeks
memiliki kemampuan terbaik sebagai batuan induk. Hidrogen

56
57
S3 S2 S1 Daftar
Isi
Total
Karbon
Organik
: Tabel
1.
Hasil
Analisis
TOC
dan
Batuan-
Eval
Pirolisis
di
Daerah
Penelitian
No.
Sampel
No.
15. 14. 13. 12. 10.
08
MH
13
E
Sh,
dkbrngy,
sl
hd
11.
08
MH
13
E2
Clyst,
dkbrngy,
sl
hd 9. 8. 7. 6. 5. 4. 3. 2. 1.
08
RL
04
B
Sh.
gy/
dkgy
08
RL
25
A
Clyst,
dkgy/
blk,
hd 08
LS
01
A
Clyst,
dkgy
08
LS
01
G
Clyst,
Wht
lt.gy Lumpur,
ltgy/
gy
08
MH
03
B
Lumpur,
08
NS
08
A ltgy/
gy,
kalk
08
MH
12
M
Clyst,
dkgy
08
MH
12
PClyst,
gy/
dkgy
08
MH
12
R
Sh,
brn.dkgy
08
MH
13
A
Sh
brn.gy
08
MH
13
B
Sh,
dkbrngy
08
MH
13
C
Sh,
brngy
08
MH
13
D
Sh,
brn
dkgy,
sl
hd,
oksida
,
:Karbon
Dioksida
Organik :Jumlah
Hidrokarbon
yang
dilepaskan
dari
kerogen :Jumlah
Hidrokarbon
Bebas
Litologi
10.84 10.52 Daftar
Isi
3.29 3.28 0,77 4.23 8.36 9.12 7.45 9.53 9.02 2.08 0,69 0,64 0,60 (%)
0,22 0,55 0.16 0,97 0,80 2.11 2.38 0,97 2.34 3,00 2.42 0.21 0,02 0,09 0,08
S1
Tmax PC PI PY
53.30 60.57 64.76 51.95 78.02 66.66 63.48
:Suhu
Maksimum
(0C)
di
puncak
S2
puncak :Karbon
yang
Dapat
Dipirolisis :Indeks
Produksi
=
(S1/
S1
+
S2) :Jumlah
Hidrokarbon
Total
=
(S1
+S2) 0,59 6.22 0,48 4.83 2.83 0.13 0,42 0,41
S2
mg/
g
0.27 0.39 0,20 0,91 0,71 1.73 0.00 0,22 0.00 0.00 0.00 0.37 0,58 0.27 0.12
S3
54.10 62.68 67.14 52.92 80.36 69.66 65,90
0,81 6.77 0,64 5.80 3.04 0,15 0,51 0,49 PY
236.14

JOG
15,95 75.07 35.01 S2/
S3
2.19 2.40 5.31 7.65 0,22 1.56 3.42
- - - -
0.27 0,08 0,25 0.17 0,01 0,03 0,04 0,02 0,03 0,04 0,04 0,07 0.13 0.18 0.16
PI
OI
Indeks
Oksigen
=(S3/
TOC)
x100
: HI
Indeks
Hidrogen
=
(S2/
TOC)
x100
:
0,07 0,56 0,05 0,48 4.49 5.20 5.57 4.39 6.67 5.78 5.47 0,25 0,01 0,04 0,04
PC
543 425 402 400 439 431 436 439 439 436 436 420 383 402 402 (0C) T
maksimal
189 114 638 559 710 697 819 739 603 136
18 62 19 66 69 HAI
12 26 22 16 18 85 42 20 HAI
8 8 0 3 0 0 0
Hydrocarbon Source Rock Potential of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi (M.H.H. Zajuli and H. Panggabean)
Machine Translated by Google
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

versus Diagram Indeks Oksigen digunakan untuk Kematangan


menggambarkan kecenderungan jenis kerogen dan Kematangan sedimen halus sebagai batuan induk di
hidrokarbon yang akan diproduksi. Berdasarkan diagram, daerah penelitian diinterpretasikan berdasarkan Tmax
diketahui bahwa sedimen halus Sinamar cenderung nilai yang diperoleh dari hasil Rock-Eval, nilai reflektansi
menghasilkan minyak dan gas kerogen Tipe I dan III (Gambar vitrinit, dan analisis biomarker. Tmax
4). Diagram ini digunakan untuk menggambarkan tingkat
Kerogen Tipe I cenderung menghasilkan minyak, kematangan batuan induk berdasarkan Indeks Hidrogen (HI)
sedangkan kerogen Tipe III hanya menghasilkan gas dan hasil pirolisis Rock-Eval.
sedikit minyak. Nilai Hydrogen Index (HI) menentukan jumlah Berdasarkan diagram Tmax versus Hydrogen Index,
minyak atau gas. Semakin tinggi nilai HI, semakin banyak batuan sedimen halus Sinamar termasuk ke dalam tingkat
minyak yang dapat diproduksi. Hasil pirolisis sedimen halus immature sampai dengan early mature.
Sinamar menunjukkan nilai TOC antara 0,60 dan 10,84%,
Batuan induk dapat dikatakan matang jika Tmax
Tmax nilainya > 435 o C (Waples, 1985). Tingkat immature
dominan dari 383 - 402 o C, Potensi Hasil (PY) antara 0,15 ditunjukkan pada batulempung dan batulumpur, sedangkan
dan 80,36 mgHC/g batuan, dan Indeks Hidrogen (HI) antara hanya satu sampel serpih yang memiliki tingkat kematangan
18 dan 819 mg. Bahan organik sedimen halus Formasi awal (Gambar 6 dan 7).
Sinamar memiliki kecenderungan kurang baik sampai dengan Serpih Formasi Sinamar cenderung menghasilkan minyak
kategori sangat baik untuk menjadi batuan induk. Kategori dibandingkan batulempung dan batulempung yang
sangat baik ditunjukkan oleh serpih, sedangkan kategori buruk

JOG
menghasilkan gas (Gambar 5 dan 7). Tren tersebut merupakan
hingga sedang ditunjukkan oleh sampel batulempung dan cerminan dari komposisi bahan organik yang ada pada batuan
batulempung. Serpih Sinamar cenderung termasuk ke dalam tersebut. Bahan organik yang terdapat pada shale didominasi
rawan minyak, sedangkan batulempung dan batulempung oleh alginite submaceral (Botryococcus) yang menghasilkan
termasuk dalam rawan gas (Gambar 5). minyak seperti yang disebutkan dalam Zajuli dan Panggabean
(2013).

1000

800

Rawan minyak/gas
600
Kerogen tipe II

400

200

rawan gas
Kerogen tipe III

50 100 150 200

Indeks Oksigen (S3/TOC)

Serpih

tanah liat

Batu lumpur

Gambar 4. Plot Van Krevelen sedimen halus Formasi Sinamar menunjukkan tipe kerogen dan tingkat rawan migas.

58
Machine Translated by Google

Hydrocarbon Source Rock Potential of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi (M.H.H. Zajuli and H. Panggabean)

1000

500
ADIL BAGUS

200 BAGUS SEKALI


MISKIN

100

50

20

10 BAGUS

5
batu)
(mg
HC/
g

ADIL

2
RENDAH MINYAK

1
Pembangkitan
Potensi
S1+S2
Total
(PY)/

0,5
RENDAH GAS

MISKIN

0
5 1 2 10 100

JOG
Total Karbon Organik (TOC) (berat %)

Serpih

tanah liat

Batu lumpur

Gambar 5. Diagram TOC versus Total Generation Potential (Py), menunjukkan tingkat potensi hidrokarbon dari sedimen halus
Sinamar di daerah yang diteliti.

900 Iso - reflektansi

Tipe I

600

Tipe II
Hidrogen
batuan)
Indeks
(mg
HC/
g

300

1.35

Tipe III

HAI

T ( C) maks

375 405 435 465 495 525 555 585

BELUM DEWASA DEWASA PASCA DEWASA

Serpih

tanah liat

Batu lumpur

Gambar 6. Diagram Indeks Hidrogen (HI) versus Tmax , menunjukkan kematangan termal dan jenis kerogen dari sedimen halus
Sinamar di daerah penelitian.

59
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

900

800

Ro = 1,35 Ro = 0,55

700

600

500
Belum dewasa
Menghasilkan
Tipe I
Minyak
400

Kondensat 300

Tipe II
200
Minyak

Rentan
Serpih
100
Gas batulempung
Rentan Batu lumpur
Tipe III

455 445 435 425 415 405 395


HAI

Tmaks ( C)

Gambar 7. Diagram Tmax versus Hydrogen Index (HI) menunjukkan tingkat kematangan dan kecenderungan produksi minyak dan
gas dari sedimen halus Formasi Sinamar.

JOG
Batulempung dan batulempung lebih dominan terdiri dari Nilai HI lebih dari 500, cenderung menunjukkan bahwa serpih
maseral vitrinit yang merupakan bahan organik yang memiliki kemungkinan besar untuk menghasilkan minyak
menghasilkan gas. jika bertindak sebagai batuan induk. Batulempung dan
Plot antara Tm/Ts dan C30 morethane/ batulempung Formasi Sinamar hanya memiliki nilai HI yang
hopane menunjukkan bahwa sampel 08MH 12R, 08MH rendah yaitu dibawah 300 yang cenderung menghasilkan
13B, dan 08 MH 13E (Tabel 2) termasuk dalam level gas dan minyak yang sangat sedikit seperti terlihat pada Tabel 1.
immature hingga early mature (Gambar 8). Batuan sedimen halus Formasi Sinamar, terutama
shale, cenderung menghasilkan minyak.
Kematangan merupakan salah satu faktor yang
Diskusi mempengaruhi proses migrasi. Serpih Sinamar memiliki
tingkat kematangan awal.
Berdasarkan petrografi organik (Tabel 3), kandungan Penentuan kematangan serpih Formasi Sinamar di
exinite lebih besar dari vitrinite ditunjukkan oleh sampel lokasi SNM-4 dan MH 13 juga didasarkan pada analisis
08MH 13C, 08MH 13E, 08MH 13E2 (Zajuli dan biomarker yaitu rasio sterane, hopane, dan aromatik
Panggabean, 2013). Sebagian besar kandungan exinite (Tabel 2). Kematangan batuan berdasarkan m/z 217
dalam sedimen halus terdiri dari al ginite sedangkan menunjukkan distribusi sterane, yang dilakukan pada dua
sisanya terdiri dari resinite, cutinit, dan sporinite. Adanya bentuk epimer sterane normal (20S dan 20R).
submaceral alginit yang dominan menunjukkan bahwa
batuan sedimen tersebut cenderung termasuk ke dalam Sampel 08MH 13B memiliki nilai rasio 20S dengan 20R-
kerogen Tipe I yang artinya jika batuan sedimen tersebut nya yaitu 20S/(20R+20S) adalah 42%, sampel 08MH
berperan sebagai batuan induk akan menghasilkan 13E adalah 15%, sedangkan 08MH 12R adalah 15%.
minyak. Nilai indeks reflektansi vitrinit maksimum batuan Kematangan meningkat seiring dengan peningkatan
sedimen halus dan batubara berkisar antara 0,34% proporsi 20S, karena molekul 20R mengubah
sampai dengan 0,50%. konfigurasinya. Akhirnya, keseimbangan tercapai baik
Berdasarkan pirolisis Rock-Eval, nilai Indeks Hidrogen pada perbandingan 55% 20S dan 45% 20R (Waples dan
(HI) menentukan jumlah minyak atau gas yang dihasilkan Machihara, 1991).
oleh batuan jika bertindak sebagai batuan induk. Semakin Batas jatuh tempo berdasarkan rasio 20S/
tinggi nilai HI, semakin banyak minyak yang dapat (20R+20S) adalah 55%. Rasio 20S/(20R+20S) sampel
diproduksi. Serpih Sinamar memiliki tren 08MH 13B adalah 42%, sampel 08MH

60
Machine Translated by Google

Hydrocarbon Source Rock Potential of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi (M.H.H. Zajuli and H. Panggabean)

Tabel 2. Hasil Kromatografi Gas dan Spektrometri Massa Pada Batuan Serpih Formasi Sinamar

Kode sampel
Analisis GC dan GC-MS SNM-4/08 MH 12R 08 MH 13B 08 MH 13E
(serpih) (serpih) (serpih)
Rasio n-alkana Pristana/fitana 6.43 3.57 1.80

Akan mendarat/nC17 1.70 1.53 5.13

fitana /nC18 0,43 0,22 3.20

Preferensi Karbon 1.72 1.13 1.43


Indeks (IHK) 1
Preferensi Karbon 1.97 0.73 0,45
Indeks (IHK) 2
Rasio Triterpane C30 Moretane/C30 1.25 0,25 0,40
John
22S/(22S+22R)C31 0.14 0,56 0.24

JOG
Tm 4379548 253963 4924907

Ts 441344 40160 2119932

C29/C30 John 0,66 1 2.86

Rasio sterane 20S/(20S+20R)C29 0,15 0,42 0,15

C27 steran 4 35 53

C28 steran 22 23 18

C29 steran 74 42 29

C29 aaaR 333706 23868 665958

C29 aaaS 1893929 32393 3706247

C29 abbR 601917 26325 1963239

C29 abbS 372882 14754 572087

Rasio Aromatik DNR-1 5.44 1.06 5.62

TNR-1 1.11 1.61 0,74

MPI-1 0.31 0,54 0,43

MPI-2 0,45 0,64 0,49

Rc1 0,58 0.72 0,66

Rc2 2.12 1.98 2.04

Ro1 0.73 0,85 0,73


Ro2 0,98 0,89 0,74

F1 0,40 0,46 0,40

F2 0,29 0.27 0,23

Jumlah Hopane / Sterana 6.7 13.6 16.67

61
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

0,05
terlambat dewasa
puncak
dewasa
pengaruh tanaman terestrial

0,10

0,20

0,30
lebih awal
dewasa

0,50
belum dewasa

Kode 12R

Kode 13B
1.00
Kode 13E

1.50

20.00 10.00 5.00 2.00 1.00 0,50 0,20 0,10

Tm/Ts

JOG
Gambar 8. Cross plot kematangan dengan parameter triterpane menunjukkan bahwa ketiga sampel batuan termasuk dalam kategori belum
matang sampai mencapai matang awal.

Tabel 3. Kandungan Organik Total Tiap Lokasi di Formasi Sinamar

Lokasi Kode sampel Litologi Daftar Isi (%)


Sinamar-4 Sumur MH 12 M batulempung 0,69
MH 12 P batulempung 2,69
MH 12 R serpih 2,08
MH 13 MH 13A serpih 9,02
MH 13 B serpih 9,53
MH 13 C serpih 7,45
MH 13D serpih 9,12
MH 13 E serpih 10,84
MH 13 E2 serpih 8,36
LS 01 LS 01 A claystone 4,23
LS 01 G claystone 0,77
RL 04 RL 04 B serpih 3,28
RL 25 RL 25A claystone 3,29
MH 03 MH 03 B mudstone 0,64
NS 08 NS 08 A batu lumpur 0,60

13E adalah 15%, dan sampel 08MH 12R adalah 15%. Berdasarkan kromatogram massa m/z 191 sampel
Konversi nilai reflektansi vitrinit pada sampel 08MH 08MH 13B, 08MH 13E, dan 08MH 12R, kematangan
13B adalah 0,8% yang menunjukkan bahwa dapat ditentukan dengan menggunakan perbandingan
kematangan telah mencapai tahap oil window. C31 22S/22R, C30 morethane/hopane, dan Tm/Ts.
Sedangkan dua sampel lainnya masih berada pada Perubahan proporsi epimer C-22 dari C31 ke C35
kisaran reflektansi vitrinit 0,5% yang termasuk dalam meningkat seiring dengan maturitas. Pada titik
tahap immature. keseimbangan,

62
Machine Translated by Google

Hydrocarbon Source Rock Potential of the Sinamar Formation, Muara Bungo, Jambi (M.H.H. Zajuli and H. Panggabean)

proporsi 225 adalah 55-60%, sedangkan proporsi 22R sampel minyak pada fasies yang sama. Berdasarkan
adalah 40 - 45% (Waples dan Machihara, 1991). klasifikasi Waples (Waples, 1985), serpih Sinamar
Proporsi antara 22S dan 22R sampel 08MH 13B adalah dikategorikan sebagai batuan induk potensial.
56% dan 44%, sampel 08MH 13E adalah 24%, dan 76%,
sampel 08MH 12R adalah 14% dan 86%. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa dari perhitungan C31 pada Kesimpulan
kromatogram, angka massa m/z 191 sampel 08MH 13B

telah mencapai titik kesetimbangan atau batas kematangan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada
maksimum yang dapat diukur dengan biomarker triterpane, bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
sedangkan sampel 08MH 13E dan 08MH 12R belum 1. Batuan sedimen halus Formasi Sinamar yang
mencapai titik keseimbangan. Jika maturitas biomarker berpeluang sebagai batuan induk adalah serpih,
diubah menjadi reflektansi vitrinit (% Ro ), maturitas batulempung, dan batulempung. Serpih memiliki
sampel 08MH 13B adalah 0,6%. Ia baru saja mencapai kemungkinan terbesar untuk bertindak sebagai
tahap diagenesis, yang belum mencapai tahap jendela batuan induk.

minyak. 2. Serpih Formasi Sinamar memiliki kandungan bahan

organik yang sangat memadai sebagai batuan induk,


dan dikategorikan sebagai batuan induk potensial.
Sedangkan dua sampel batuan lainnya memiliki nilai

JOG
reflektansi vitrinit kurang dari 0,5%. 3. Jenis kerogen serpih termasuk ke dalam jenis kero
Parameter maturitas dengan rasio C30 mor etana/ gen I yang cenderung menghasilkan minyak.
hopana berbasis morethane lebih tidak stabil dibandingkan 4. Kematangan shale dikategorikan sebagai early ma
dengan 17ÿ(H)-hopane, sehingga konsentrasinya hukum.

menurun seiring dengan meningkatnya maturitas.


Sebagian besar lebih banyak menghilang pada tahap
pematangan awal (R0 < 0,6%), sehingga penggunaan Ucapan Terima Kasih

rasio tersebut sangat terbatas. Waples dan Machihara


(1991) menyatakan bahwa morethane/hopane dikatakan Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
matang jika nilai rasionya kurang dari 0,15%, tetapi kurang pihak atas kerjasamanya dalam penulisan makalah ini,
matang jika nilainya lebih dari 0,15%. khususnya kepada Prof. Dr. Ir. Eddy A. Subroto dan PT.
Nilai rasio hanya dapat digunakan sebagai indikator Kuansing Inti Makmur (KIM). Ucapan terima kasih juga
kualitatif ketidakdewasaan, jika rasio morethane/hopane disampaikan kepada Kepala Pusat Survei Geologi Badan

di atas 0,15% dan tingkat kematangan sampel kurang Geologi atas izin penerbitan makalah ini.
dari 0,6% Ro. Sampel 08MH 13B dan 08MH 13E memiliki
rasio morethane/hopane sebesar 0,25 dan 0,40,
sedangkan sampel 08MH 12R adalah 1,25.
Ketiga sampel batuan ini memiliki tingkat kematangan Ro Referensi
< 0,6%.
Peningkatan kematangan menyebabkan Tm Bemmelen, van RW, 1949. Geologi Indonesia. Jil. IA, Den
menghilang, sedangkan konsentrasi Ts relatif meningkat. Haag. Belanda,
Rasio Tm/Ts yang mulai menurun pada akhir masa jatuh hal.
tempo (Waples dan Machihara, 1991) adalah kebalikan De Coster, GL, 1974. Geologi Cekungan Sumatera
dari morethane/ Tengah dan Selatan. Proceedings of Indonesian
rasio hopana dan rasio 22S/(22R+22R). Rasio Tm/Ts Petroleum Assosiation 3th Annual Convention,
menjadi tidak akurat karena fasies kemungkinan hal.77-110.
disebabkan oleh asal jenis bahan organik (Waples dan Hermiyanto, M.H., 2010. Karakteristik Batuan Sedimen
Machihara, 1991). Oleh karena itu, digunakan sebagai Halus Formasi Sinamar Untuk Mengetahui Potensinya

indikator nonkualitatif untuk kematangan relatif harus Sebagai Batuan Induk Di Daerah Muara Bungo,
interseri batuan atau Jambi.

63
Machine Translated by Google

Jurnal Geosains Indonesia, Vol. 1 No. 1 April 2014: 53-64

Thesis, Unpublished, Institut of Teknologi Rengat skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan
Bandung, 49pp. Pengembangan Geologi, Bandung.
Pulunggono, A. Agus Haryo, S., dan Kosuma, CG, Waples, DW, 1985. Geokimia dalam Eksplorasi
1992. Sistem Sesar Pra-Tersier dan Tersier Minyak Bumi. Perusahaan Pengembangan
Sebagai Kerangka Cekungan Suma Selatan: Sumber Daya Manusia Internasional, Boston.
Kajian SAR MAPS, Prosiding Indonesian Waples, DW dan Machihara, T., 1991. Penanda
Petroleum Association, 21st Annual Convention , bio untuk ahli geologi - panduan praktis untuk
Jakarta, hal.339-360. penerapan steran dan triterpana dalam geologi
Rosidi, H.M.D., S. Tjokrosapoetro, B. Pen dowo, perminyakan, American Association of Petroleum
S. Gafoer, and Suharsono, 1996. Peta Geologi Geologists Methods in Explora tion Series 9.
Lembar Painan dan Bagian Timur Laut Lembar The American Association of Petroleum
Muarasiberut, Sumatra, skala 1:250.000. Pusat Geologists, Tulsa , Oklahoma, AS.
Penelitian dan Pengemban gan Geologi,
Bandung. Zajuli, M.H.H. and Panggabean, H., 2013.
Silitonga, P.H. and Kastowo, 1995. Peta Geologi Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen
Lembar Solok skala 1:250.000. Pusat Peneli Berbutir Halus Formasi Sinamar, Muara Bungo,
tian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Jambi. Jurnal Geologi Indonesia, 8 (1), hal.25-38.
Suwarna, N., Budhitrisna, T., Santosa, S., and

JOG
Mangga S.A., 1994. Peta Geologi Lembar

64

Anda mungkin juga menyukai