Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN UJIAN AKHIR SEMESTER

MINYAK DAN GAS BUMI


CEKUNGAN BANGGAI, SULAWESI TENGAH

Disusun Oleh :

1. M. RHOMA DONA ( F1D217016 )


2. INDARTY MANIK ( F1D217018 )
3. EVA OKTAVIANI ( F1D217020)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cekungan Banggai merupakan salah satu cekungan di Indonesia bagian timur
yang menghasilkan sumber daya alam berupa hidrokarbon terutama Gas dan
Minyak. Cekungan ini Terletak di Pulau Sulawesi bagian Lengan Timur.
Beberapa field yang mengandung akumulasi Gas dan Minyak telah diproduksi
seperti Matindok Field, Sukamaju Field, Mina Hari Field dan Mentawa Field.
Cekungan Banggai yang ditempati oleh Blok Matindok terletak pada “Tangan
Timur Sulawesi” yang mencangkup daerah daratan dan lepas pantai barat daya
kota Luwuk. Secara geologi “Tangan Timur Sulawesi” ditafsirkan sebagai daerah
tumbukan antara mikrokontinen Banggai – Sula dengan Busur Volkanik Lengan
Barat Sulawesi. Tumbukan terjadi akibat pergerakan kearah barat dari
Mikrokontinen Banggai – Sula sepanjang patahan Sula-Sorong, Hamilton, 1929,
Simanjuntak, 1986
Cekungan Luwuk – Banggai merupakan cekungan yang mengandung
hidrokarbon yang sekarang telah berproduksi. Terdapat beberapa lapangan migas
di daerah ini, antara lain Lapangan Tiaka, Lapangan Senoro, Lapangan Matindok,
Lapangan Minahaki dan Cendanapura, serta Lapangan Donggi dan Mentawa.
Pada makalah ini akan disampaikan data bawah permukaan khusus untuk
lapangan Tiaka dan Senoro.
Lapangan migas di Cekungan Luwuk-Banggai ditandai dengan beberapa
rembesan ke permukaan dan sebahagian telah ditemukan, seperti di Lapangan
Senoro dengan cadangan 3,7 trilliun kubik gas dan 65 milliar barel minyak bumi
belum termasuk lapangan yang lainnya (Hasanusi drr.,2004). Pengeboran
didaerah ini dimulai sejak tahun 1997 hingga sekarang diusahakan oleh
PERTAMINA.
Pada tahun 1980 – 1997 lapangan migas telah ditemukan di Tomori daerah
Batui dan Toili, dengan batuan reservoir batugamping terumbu Formasi
Minahaki, Formasi Poh dan Anggota Mantawa yang berumur Miosen. Sedangkan
batuan induk dilaporkan bersumber dari serpih Pra-Tersier berumur Jura dari
serpih Formasi Nanaka dan Formasi Nambo. Sedangkan batuan induk yang
kedua pada batuan Tersier dari Kelompok Salodik atau serpih Formasi Matindok
maupun sisipan-sisipan serpih Formasi Tomori dan Minahaki (Hasanusi
drr.,2004). Diperkirakan migas telah bermigrasi melalui patahan-patahan
kemudian terperangkap kedaerah tinggian antiklin. Dengan melokalisir batuan
waduk di bawah permukaan, menentukan ketebalan lapisan, dimensi cekungan,
struktur patahan, sinklin, antiklin dan kedalaman batuan dasar maka perangkap
struktur berupa tinggian antiklin dapat ditentukan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui potensi minyak dan gas bumi daerah cekungan Banggai.
2. Mengetahui fasies lingkungan pengendapan dan sikuen stratigrafi.
3. Mengetahui sejarah tektonik pembentukan cekungan Banggai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiografi

LEGEND FORMASI

A MIOCENE REEF BUILD-UP


B MIOCENE CARBONATES ON WRENCH RELATED STRUCTURE
C MIOCENE CARBONATES ON IMBRICATE STRUCTURES
D OPHIOLITE BELT (BASAL SAND or FRACTURED RESERVOIR)
E MESOZOIC SECTION ON IMBRICATE STRUCTURE
F MESOZOIC SECTION ON GRABEN STRUCTURE

SE
D
PLIO-PLEISTOCENE CELEBES MOLASSE
HIOLITE
E
C
A B
MIOCENE PLATFORM WITH PATCH REEFS

GRANITIC BASEMENT
POSSIBLE F METAMORPHIC
MESOZOIC BASEMENT
?

SP-05.97 Penampang Geologi Regional


Secara Fisiografis, cekungan ini dibatasi dibagian Selatan oleh Sesar
Sorong, dibagian barat oleh Ophiolit Belt Sulawesi Timur, di bagian Timur oleh
kepulauan Banggai yang merupakan bagian dari Mikrokontinen Banggai-Sula.
Tumbukan yang terjadi di Cekungan Banggai terjadi setelah Kala Miosen
Akhir yang ditandai dengan endapan pra – tumbukan, Formasi Minahaki dan
Anggota Mentawa yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Struktur
geologi yang mendominasi kawasan ini adalah sesar naik (thrust fault) dan sesar
mendatar (strike-slip fault) yang merupakan karakteristik struktur di zona ophiolit.
Arah utama sesar naik adalah NE – SW. Sesar mendatar umumnya berarah NW –
SE dan membentang sepanjang beberapa ratus km.
Menurut Charlton (1996), Cekungan Luwuk - Banggai terbentuk sebagai
akibat adanya pensesaran mendatar dari Sistem Sesar Sorong yang merupakan
sesar tranform mengiri. Di daerah Kepulauan Sula dan Kepulauan Banggai,
SesarSorong ini terurai menjadi Sesar Sula Selatan dan Sesar Sula Utara, yang di
ujung ke dua sesar tersebut membentuk sesar naik Batui. Sistem Sesar Sorong
telah membawa pecahan dari Paparan Baratlaut Australia ke Sulawesi. Di lengan
timur sistem sesar ini mengakibatkan terjadinya obdaksi ofiolit, yang diiukti oleh
pengendapan material sin-orogenik sampai pasca orogenik di Cekungan Luwuk –
Banggai.
Menurut Wahyudiono dan Gunawan (2011) evolusi tektonik di daerah
Cekungan Luwuk-Banggai dan sekitarnya dapat disederhanakan menjadi dua
tahap, yaitu tahap Pra-Tersier dan tahap Tersier, sebagaimana diterangkan sebagai
berikut:
 Evolusi Tektonik Pra-Tersier
Evolusi Pra-Tersier terdapat di mandala mikrokontinen Banggai-Sula.
Evolusi Pra-Tersier menurut Simandjuntak (1986) bahwa tektonik Banggai-Sula
bersama-sama dengan mikrokontinen di Indonesia bagian timur mempunyai
sedikitnya dua hiatus sejak awal Jura. Hiatus Awal Jura terjadi di setiap tempat di
dunia. Di Indonesia bagian timur hal ini berhubungan dengan penurunan eustatik
dari pasangan muka laut dengan tektonik. Tektonik divergen terjadi di batas utara
Australia pada awal Trias. Yang kedua, hiatus Awal Kapur, terjadi hanya di
paparan (Banggai-Sula dan Tukang- Besi) yang berupa hiatus submarin. Hal ini
berhubungan dengan tektonik divergen, yaitu platform tersebut saling terpisah
dengan yang lain sepanjang zona transcurrent. Sedangkan evolusi tersier menurut
Simandjuntak (1986) juga dibagi dua yaitu hiatus Paleosen terjadi di Platforms
Banggai-Sula, Tukang Besi, Buton dan Buru-Seram. Hiatus ini mengindikasikan
terjadinya pengangkatan (uplift) regional sampai terjadinya pergeseran
transcurrenttranformal. Selama itu terjadi muka laut turun yang diikuti oleh
tererosinya paparan. Dalam hal ini tidak tercatat adanya sedimen di dalam
mikrokontinen. Tektonik divergen pada Paleosen mungkin berhubungan dengan
reaktivasi Sesar Sorong. Hiatus pada Miosen Tengah terjadi akibat proses
tumbukan antara Mendala Banggai-Sula dan Mendala Sulawesi Timur yang
ditandai oleh hadirnya endapan mollasa.

Peta geologi daerah Cekungan Luwuk-Banggai, struktur di Teluk Tolo


berdasarkan Davies (1990), isopach cekungan (dalam km) mengacu ke Hamilton
(1979), geologi daratan berdasarkan petapeta terbitan Puslitbang Geologi,
dikompilasi oleh Charlton (1996).
 Evolusi tektonik Tersier
(1). Fase Pra Tumbukan Benua
Sementara itu menurut Garrard drr.(1988), pada akhir Paleogen hingga
Miosen Awal mikrokontinen BanggaiSula masih bergerak ke baratdaya mendekati
Sulawesi dengan difasilitasi oleh gerakan mendatar Sesar Sorong. Mikrokontinen
ini terdiri atas batuan alas kerak benua yang ditutupi oleh runtunan batuan
sedimen Mesozoikum yang didalamnya terdapat rift graben yang terawetkan
(Gambar 3). Mikrokontinen ini menyambung dengan kerak samudera di bagian
baratnya yang menunjam ke arah barat di bawah Sulawesi (Lempeng Asia).
(2). Fase Tumbukan
Diperkirakan pada sekitar Miosen Akhir mikrokontinen Banggai-Sula
mulai berbenturan dengan Sulawesi bagian timur, sehingga di Sulawesi Timur
terjadi obdaksi batuan ofiolit dan terjadi imbrikasi pada batuan sedimen asal
paparan benua, dengan batas barat Sesar Batui (deformasi ketiga). Sementara itu
di daerah mikrokontinen di sebelah timurnya terjadi sembulan-sembulan, antara
lain berupa Pulau Peleng, dan saat itulah Cekungan Luwuk-Banggai mulai
terbentuk.
(a): Penampang melewati Sumur Minahaki 1 pada daerah perbatasan Cekungan
Luwuk-Banggai bagian barat berdasarkan data seismik, digambarkan oleh Davies
(1990), Abimanyu (1990) dan Handiwiria (1990).
(b): Penampang melewati Sumur Tiaka 1 dan 3 pada daerah perbatasan Cekungan
Luwuk-Banggai bagian barat berdasarkan data seismik, digambarkan oleh Davies
(1990), Abimanyu (1990) dan Handiwiria (1990). Tampak adanya struktur
antiklin yang berasosiasi denga sesar naik.
Waktu tumbukan antara mikrokontinen BanggaiSula dengan Sulawesi
Timur ditafsirkan oleh para peneliti pada kurun waktu yang berbeda-beda. Waktu
tumbukan menurut Simandjuntak (1986) terjadi pada Miosen Tengah. Garrard drr.
(1988) menyebutkan bahwa tumbukan terjadi pada Miosen - Pliosen. Menurut
Hamilton (1979) tumbukan terjadi pada Miosen Awal. Penelitian oleh Davies
(1990) menunjukkan bahwa tumbukan terjadi pada Akhir Miosen, sedangkan
menurut Villeneuve drr. ( 2002, dalam Wahyudiono dan Gunawan, 2011) terjadi
pada Pliosen Tengah.
3). Fase Pasca- Tumbukan
Pada Pliosen Akhir Cekungan Luwuk-Banggai telah terbentuk dan diikuti
pengendapan sedimen mollasa di cekungan tersebut, serta cekungan di sebelah
timur Pulau Peleng dan Pulau Banggai, yang merupakan Paparan Taliabu
disebabkan oleh perbedaan rapat massa batuan yang bervariasi di bawah
permukaan. Kenampakan pada peta anomali Bouguer antara 40 mGal hingga 90
mGal dibentuk oleh kompleks ultramafik dan mafik, sedangkan kenampakan
pada anomali sisa terbentuk antara 0.6 mGal hingga 11 mGal. Anomali tinggi
(warna merah) sebarannya sangat luas dan bersesuaian dengan kenampakan
dilapangan maupun dengan peta geologi. Anomali antara 0 mGal hingga 1.2
mGal terbentuk di daerah Batui dan Toili terkait dengan tinggian-tinggian antiklin
migas yang terbentuk dibeberapa tempat di sekitar sumur bor. Daerah lapangan
migas pada umumnya terbentuk pada dataran rendah sehingga tinggian anomali
diyakini akibat dari pengaruh undulasi cekungan di bawah permukaan sehingga
pengaruh koreksi topografi (terrain correction) sangat kecil.

2.2 Stratigrafi
Stratigrafi Cekungan Banggai dibagi secara Tektonostratigrafi, yaitu:
1. Sikuen pra – tumbukan
2. Sikuen syn – tumbukan
3. Sikuen post – tumbukan
Stratigrafi cekungan Banggai terdiri dari sedimen Pra – Tersier dan sedimen
Tersier. Grup Salodik yang berumur Tersier terletak secara tidak selaras diatas
batuan dasar granitik Pra – Tersier, dari mikrokontinen Banggai – Sula. Grup
Salodik terdiri dari tiga Formasi yaitu: Formasi Tomori, Formasi Matindok,
Formasi Minahaki dan Anggota Mentawa. Batuan dasar penyusun cekungan
Banggai berumur Pra – Tersier dilaporkan terdiri dari sekis mika, kwarsit dan
granit. Penanggalan radiometrik sekis mika menunjukkan umur mutlak batuan
(sekis) adalah Perm – Triasic. Berikut di bawah ini penjelasan tiap-tiap formasi
dengan urutan dari yang berumur tua ke muda.
1. Grup Salodik
Formasi Tomori
Formasi Tomori terletak secara tidak selaras diatas batuan dasar. Terdiri
atas batugamping bioklastik packstone berumur Eosen Atas sampai Miosen Awal
yang diendapkan pada kedalaman zona sublitoral. Formasi Tomori terbukti
mampu sebagai batuan reservoar dan diperkirakan juga berfungsi sebagai batuan
induk.
Formasi Matindok
Formasi Matindok terletak secara selaras diatas Formasi Tomori. Batuan
yang menyusun Formasi Matindok berupa batulempung dan batupasir dengan
sedikit sisipan batugamping dan batubara. Batulempung menempati bagian bawah
Formasi Matindok yang kontak dengan bagian atas batugamping Formasi Tomori.
Secara berangsur di bagian tengah Formasi ditemukan sisipan batugamping yang
semakin kearah atas semakin tebal. Zona kedalaman lingkungan pengendapan
Formasi Matindok adalah sublitoral – litoral dan merupakan sikuen regresi selama
Kala Miosen. Kandungan fosil nanolangton menunjukkan umur Formasi
Matindok adalah Miosen Tengah. Formasi Matindok berfungsi sebagai batuan
penutup Formasi Tomori.
Formasi Minahaki
Formasi Minahaki menindih secara selaras Formasi Matindok dan ditutupi
endapan flisch berumur Miosen Atas – Pliosen dari Formasi Kintom, Formasi Poh
dan Celebes Molasse. Formasi Minahaki terdiri dari batugamping terumbu,
batugamping bioklastik, batugamping packstone-wackestone dan dolomit. Umur
Formasi ini adalah Miosen Tengah – Miosen Atas. Di beberapa bagian atas
Formasi Minahaki ditafsirkan sebagai batugamping terumbu dan disebut sebagai
Anggota Mentawa.
2. Anggota Mentawa
Batugamping terumbu Anggota Mentawa terletak di bagian atas Formasi
Minahaki dan tersusun oleh batugamping packstone sampai boundstone. Fosil
yang ditemukan pada batuan ini menunjukkan umur Miosen Atas.
3. Sulawesi Group
Terdiri dari Formasi Poh berupa batulempung dan batugamping, Formasi
Kintom berupa batulempung, batugamping dan batupasir, Formasi Biak berupa
batupasir, batulempung dan batugamping. serta terdapat endapan Molasse.
Diendapkan pada lingkungan Inner neritc –outer Bathyal.

Gambar peta geologi regional Sulawesi Tengah.


Kenampakan urutan stratigrafi dan struktur yang terdapat pada Cekungan
Banggai dapat dilihat pada penampang dalam Gambar di bawah ini.

( Gambar Kolom Stratigrafi )

.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1..Pembahasan
Cekungan Banggai termasuk ke dalam tipe Thrust Fold Belt Basin.
Karena pada cekungan ini terdapat sesar-sesar yang merupakan produk dari
tumbukan antara mikro kontinen Banggai-Sula yang menumbuk Ophiolit Belt di
lengan timur Pulau Sulawesi. Sesar-sesar tersebut berupa sesar normal, imbricated
thrust dan wrench fault. Sesar sesar ini menjadi struktur geologi yang mengontrol
cekungan Banggai.
96° E 100° E 104° E 108° E 112° E 116° E 120° E 124° E 128° E 132° E 136° E 140° E 144° E
Ma n ila

THAILAND
TYPES OF BASINS LIST OF BASINS
INDONESIA BASINS
Ba n g k o k

1 NORT H SUMAT RA 18 NORT H W EST J AVA 35 SOUT H MAKASSAR 52 W EBER


INT RACRAT ONI C OCEANI C T RENCH* I SL AND ARC 2 CENT RAL SUMAT RA 19 NORT H EAST J AVA 36 L ARI ANG 53 SERAM (BUL A)
3 OMBI L IN 20 F L ORES 37 SPERMONDE 54 NE HAL MAHERA (KAU BAY)
4 SOUT H SUMAT RA 21 W EST NAT UNA 38 SAL AYAR M indor o 55 EAST HAL MAHERA (BUL I BAY)
CA MB ODIA OCEANI C AND 5 MEUL ABOH 22 EAST NAT UNA 39 SENGKANG 56 SE HAL MHERA (W EDA BAY)
PASSIVE MARGIN F OREARC
REMNANT OCEANIC 6 NI AS 23 MEL AW I 40 BONE 57 ARAF URA
Sam ar
12° N 7 MENT AW AI 24 KET UNGAU 41 GORONT AL O 58 ARU
Pn o mPe n e
V IE TNAFM
F OREL AND
OREDEEP
8 SUNDA ST RAIT
9 SOUT H W EST J AVA
25
26
PEMBUANG
BARIT O
42
43
SOUT H MINAHASA
NORT H MINAHASA
59
60
AKI MEUGAH
CENT RAL IRI AN J AYA
ABORT ED RI F T I NT RA-ARC PLATFORM
1 0 SOUT H J AVA 27 ASEM ASEM & PASI R 44 BANGGAI -SUL A 61 Panay
L ENGGURU
Ho Ch imin th
1 1 SOUT H BAL I-L OMBOK 28 PAT ERNOST ER 45 SAL ABANGKA 62 BI NT UNI
1 2 SOUT H CENT RAL J AVA 29 UPPER KUT EI 46 MANUI 63 T EL UK BERAU-AJ UMARU PHILIPPINES
PUL L -APART BACK-ARC T HRUST F OL D BEL T 1 3 SOUT H EAST J AVA 30 KUT EI 47 BUT ON 64 MI SOOL -ONI N
1 4 SUNDA 31 MUARA 48 BANDA 65 SAL AW AT I
1 5 ASRI
1 6 VERA
32
33
NORT H EAST KAL IMANT AN
CEL EBES
49
50
SAVU
T IPal
MOR
66
Negr os
W AIPOGA-W AROPEN
PAC I F I C
SUT URES outh C hi na 1S e LaL IT ON awan
T RANSF ORM MARGI N SUSPENDED
OC E AN
7 BI 34 NORT H MAKASSAR 51 T ANI MBAR-KAI S

Thi s di st r i but i on of basi n i n I ndonesi a i s not an of f i ci al docum ent . Thi s m ap has been prepared and m odi f i ed
f r om t he pr evi ous PERTAM I NA/ BEI CEP 1982 and 1985 non excl usi ve st udi es.

08° N
M indanao
TH

TH
A

I ND AI LA
IL

O
A

NE ND
M AL LAND
AYSI

SI
A

A
N

I
THA
D

1
San da k a n
M

22 B RUNE I
a

S A B A H
la

B a n d a Ac e h
c

L h o k s e u ma w e
c
a

PHI LI PPI NES


21 Bru n e iDa ru s a la m
S

I NDO NESI A
A
t
r

LA
a
it

04° N Natu na
M
I ND AL
5
Y

Me d a n O AY
NE SI K u a la lu mp u r
S

SI A
A Ana mb as
33
IA

AK
W
I NDO

Moro ta i
M ALA

RA
To ba La k e
Na t u n a Se a
32 43
NESI

Sime ule

SA
YSI A

S u la we s i Se a
A

HAL MAHERA
31 42
S INGA P ORE 54
Ma n a d o

6 K u c in g

Nia s
2 Bata m Ha l m a h e r a Se a
it

24 55
Bin ta n
r a

Pe k a n b a ru
S

St

Pa d a n g
U

Po n tia n a k Wa ig e o
00° Sin gk ep

23 29 41
M

ar

S a ma rin d a
T an a Batu

3
A

30
ss

Ma h a k a m M a lu k u Se a Bac an

56
T o ta l
TR

ka

K A L I M A N TA N Pa lu Bia k

65
Ma

Ba ng ga i
A

Sib e ru t

34 63
Ya pe n
K

Obi
Man go le

44
J a mb i
a

T alib u
66
r

Mis oo l

36 S ULA WES I
Pa la n g k a ra y a
im

Cendrawasih Bay
62
a

S a k a k e m a n g
Sip ura

25
B lo c k
t

27
a

Se r a m Se a
26
Ba ng ka J a y a p u ra
S

P a le mb a n g

53 64
Belit un g

4
t

45
Pa ga i
Ser am
r

B a n ja rma s in
a

P la ju
it

Bu ru

14 A mb o n 61 I R I A N J A YA
7
B e n g k u lu La ut
04° S
46
Ke n d a ri

17 28
15 J a v a Se a 35 60
Uju n g p a n d a n g

47
Bu to n
L a mp u n g
39 59
Eng ga no
16 52 Kai

18 37
Ba n d a Se a
51
W ak em

8 19 Ko br oo r PAPUA NEW
40
J a k a rta

Cire b o n

38 GUNEA
9 Ban du ng S e ma ra n g M ad ur a
58 Tr a ng an

48

PAPUA NEW G UI NEA


57
S u ra b a y a

JAVA
r
a

20

INDO NESI A
b

Ar a f u r a Se a
12
im
n

Yo g y a k a rta Ba li Se a F lo r e s Se a
Ta

P a s u ru h a n Weta r
08° S Yo s Su da r s o

13 Bali
De n p a s a r Ma ta ra m
Lo mb ok

F lo re s
Alo r

Dili T im o r Se a
10
Su mb awa
A
I NDO NESI

49
S a wu Se a Timo r AUSTRALI
A

11
Su mb a

50
I N D I A N O C E A N
Kup an g

12° S

AUSTRALIA
KILOMETERS
0 500
AUSTRALIA
16° S
.

Peta Lokasi Cekungan Banggai (sumber EH. Eks bppka 12 Desember 2000).

Petroleum System
Seperti telah disinggung di atas, Cekungan banggai ini menghasillkan
Minyak dan gas bumi. Berikut di bawah ini ptroleum system yang menjadi
pengontrol utama akumulasi hidrokarbon.
1. Source Rock
Formasi batuan yang potensial untuk menjadi source rock adalah batuan
berumur Tersier yang terdiri dari batuan katbonat berumur Paleogen yang
diendapkan di atasnya berupa batugamping reefal dan shelf berumur Miosen.
Seperti Formasi Matindok. Beberapa bukti lain mengindikasikan bahwa terdapat
lebih dari satu source rock lain yang potensial yaitu batuan Shale Karbonatan
berumur Miosen Bawah dan batugamping argilliceous, begitu juga batugamping
bituminous dan shale. Sementara itu, batuan Mesozoikum yang potensial menjadi
source rock masih dalam tahap kajian lebih lanjut.
2. Reservoar
Berupa batuan berumur Tersier yaitu batugamping terumbu berumur Miosen
Bawah - Atas yaitu pada Formasi Mentawa Reef Mamber, Formasi Tomori yang
merupakan batuan yang termasuk ke dalam Group Solodik. Serta beberapa formasi
berumur Plio-Plistosen yaitu batupasir Formasi Kintom dan Formasi Kalomha.
3. Sistem Pemerangkapan
Sistem pemerangkapan hidrokarbon secara umum dikontrol oleh pola
struktur yang diakibatkan oleh tumbukan antara mikro kontinen Banggai-Sula
dengan Ophiolite Belt. Sistem pemerangkapannya berupa Fault Thrust Belt.
Sementara itu perangkap stratigrafi berupa batugamping reefal yang ditutupi oleh
seal berupa endapan mollase.
4. Migrasi
Generation dan migrasi hidrokarbon terjadi pada Kala Plio-Plistosen, dimana
hidrokarbon diperkirakan migrasi ke arah up dip dan terakumulasi pada reservoir
batugamping reefal berumur Miosen.
5. Seal
Batuan yang berumur Pliosen yang terdiri dari endapan flysch, mollase
dengan sisipan batulempung yang cukup tebal merupakan seal rock yang secara
regional berpotensi bagus.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Batuan yang berumur Pliosen yang terdiri dari endapan flysch, mollase
dengan sisipan batulempung yang cukup tebal merupakan seal rock yang
secara regional berpotensi bagus, karena beberapa bukti lain
mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari satu source rock lain yang
potensial yaitu batuan Shale Karbonatan berumur Miosen Bawah dan
batugamping argilliceous, begitu juga batugamping bituminous dan shale.
Sementara itu, batuan Mesozoikum yang potensial menjadi source rock
masih dalam tahap kajian lebih lanjut.
2. Stratigrafi Cekungan Banggai dibagi secara Tektonostratigrafi yaitu, Sikuen
pra – tumbukan, Sikuen syn – tumbukan dan Sikuen post – tumbukan.
3. Cekungan Banggai terletak di sebelah lengan timur Pulau Sulawesi. Secara
tektonostratigrafi terdiri dari dua unit utama, yaitu yang pertama Unit berupa
Banggai-Sula merupakan mikro kontinen, yang diinterpretasikan sebagai
bagian dari fragmen Plate Australia-Papua New Guinea. Unit kedua berupa
Sabuk Ophiolit Sulawesi bagian timur yang berumur Mesozoikum. Pola
Struktur geologi yang terbentuk merupakan produk dari tumbukan antara
Mikrokontinen Banggai-Sula yang menumbuk kearah barat Sabuk Ophiolit
Sulawesi bagian timur.Secara umum, sikuen tumbukan ini dibagi menjadi 2
sikuen yaitu : Pra-Tumbukan, terjadi pada Kala Miosen yang
dikarakteristikan oleh dua unit litologi karbonat. Post-Tumbukan, terjadi
pada Kala Plio-Pleistosen yang dikarakteristikan oleh litologi clastik yang
tebal berupa batulempung, konglomerat, batupasir, dan batugamping.
Tumbukan ini secara umum mengakibatkan terbentuknya sesar normal dan
wrench fault ( pada bagian utara ) dan imbricated thrust pada bagian selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Allen & allen.1990. Basin analysis, Principal & application. Blackwell Scientific
..........Publication.USA.

Boggs Jr., Sam. 1995. Principal of Sedimentology and Stratigraphy.Second Edition.


..........Prantice Hall. New Jersey.

Reynolds, Stephen J., and Davis, George H., 1984. Structural Geology of Rocks and
..........Region.,Second Edition. John Willey and Sons, Inc.

Tim Dosen Lab. Geodinamik, Diktat kuliah Geologi Struktur Indonesia. Geologi
..........Unpad. Tidak dipublikasikan.

Anda mungkin juga menyukai