Anda di halaman 1dari 14

EKSPLORASI LOGAM BESI DI DAERAH SAROLANGUN DAN MERANGIN,

PROV. JAMBI
Oleh : Iwan Nursahan
Sub Dit.Mineral Logam
SARI
Lokasi penyelidikan logam besi di Kabupaten Sarolangun dilakukan di Daerah Berkun,
Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, batas koordinat: 102° 30’ 31,66” BT - 102° 32’ 41,00”
BT dan 2° 39’ 26” LS - 2° 40’ 48” LS. Sedangkan di Kabupaten Merangin dilakukan di daerah
Nalo Gedang , Kecamatan Bangko, dengan batas koordinat: 102° 3’ 39,0” BT - 102° 6’ 27,1”BT
dan 2° 0’ 34” LS - 2° 2’ 11,91” LS.
Stratigrafi daerah Berkun, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun tersusun atas 3 (tiga)
satuan batuan: Satuan Batuan Malihan Formasi Peneta, Satuan Batugamping Meta Anggota
Mersip Fm. Peneta dan Satuan Granodiorit. Struktur geologi yang berperan sebagai celah ’path
way’ dalam mineralisasi logam besi adalah sesar naik yang berarah relatif utara selatan, terbentuk
pada kontak antara granodiorit dengan batugamping meta.
Stratigrafi daerah Nalo Gedang, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin tersusun atas 3
(tiga) Satuan Batuan: Satuan Batuan Meta Lava Formasi Palepat, Satuan Batuan Tufa Lithik
Formasi Palepat dan Satuan Granodiorit Tantan. Sesar yang berperan terhadap mineralisasi logam
besi terbentuk pada kontak antara granodiorit dengan meta lava andesitik, berarah relatif utara-
selatan berupa sesar turun.
Mineralisasi logam besi di daerah Berkun ditemukan di hulu S. Catuapi: berupa perselingan
bijih besi magnetit, hematit, goetit; hematit sisipan batugamping meta, lempungan, kloritik-
epidotik dan lapisan tipis meta batugamping, kloritik, epidotik, kadar Fetotal 6,53 % s/d Fe total
27,5%. Mineralisasi bijih besi ini merupakan tipe Skarn dengan sumber daya hipotetik = 289 ton.
Selain itu juga ditemukan Besi Residual di hilir S. Catuapi, kadar Fetotal berkisar 45,04% - 56,12%,
sumber daya hipotetik = 1680 ton.
Mineralisasi bijih besi di daerah Nalo Gedang, Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin,
merupakan tipe metamorfosa yang terbentuk akibat kontak metamorfosa antara batuan tufa lithik
dengan granodiorit. Bijih besi yang ditemukan dipermukaan berupa besi koluvial/deluvial yang
tersebar di hulu Sungai Batu, Sungai Luro dan lereng-lereng Bukit Batu, dengan kadar Fetotal
berkisar 59,59 % - 67,55%, sumberdaya hipotetik besi deluvial = 1.075.781,77 ton.

ABSTRACT
Investigation area iron ore in Sarolangun District is Berkun, Limun Sub district with
coordinate 102° 30’ 31,66” E to 102° 32’ 41,00” E; 2° 39’ 26” S to 2° 40’ 48”. Which for
Merangin district is Nalo Gedang, Bangko Sub district with coordinate 102° 3’ 39,0” E to 102° 6’
27,1”E and 2° 0’ 34” S to 2° 2’ 11,91” S.
Stratigraphic of Berkun area consists of three unit rocks: Metamorphic rock of Peneta
Formation, Meta Limestone member of Mersip Formation and Granite Rock unit. Structure of
geologic which path way in iron ore mineralization is thrust fault with N-S trend formed at contact
of granodiorite with Meta Limestone.
Stratigraphic of Nalo Gedang area consists of three unit rocks: Meta Lava Palepat
Formation, Lithic Tuff Palepat Formation and Microdiorite Rock unit. Structure of geologic which
path way in iron ore mineralization is normal fault with N-S trend formed at contact of
microdiorite with Meta Lava rock.
Iron ore mineralization in Berkun area is found at upper stream of Catuapi river consists of
intercalation iron layer with metamorphic rock as magnetite, hematite, and goethite; hematite with
interbeded limestone cloritic, epidotic and thin layer of Meta limestone cloritic, epidotic, with
grade Fetotal 6.53 % to Fe total 27.5%. This Iron ore is Skarn type with hypothetic resources 289
tons. The others also found Iron Residual at down Stream of Catuapi River with grade Fetotal
45.04% to 56.12%, hypothetic resources 1680 tons.
Iron ore mineralization in Nalo Gedang area is metamorphisms contact type which formed
result of contact metamorphoses between tuff lithic with granodiorite rock. Iron ore found consist
of diluvial iron ore distributed at upper stream of Batu river, Luro river and slope of Batu hill with
grade Fetotal 59.59 % to 67.55%, hypothetic resources of diluvial iron is 1,075,781.77 tons.

PENDAHULUAN
Analisis laboratorium yang dilakukan
Lokasi penyelidikan logam besi di pada conto-conto hasil penyelidikan
Kabupaten Sarolagun dilakukan di Desa lapangan terdiri dari sebagai berikut :
Berkun, Kecamatan Limun, sedangkan • Analisis kimia Fetotal dilengkapi unsur
untuk Kabupaten Merangin dilakukan di Major Element dan trace Element pada
Desa Nalo Gedang, Kecamatan Bangko conto-conto bijih besi sebanyak 39 conto.
(Gambar 1). • Analisis Berat Jenis Bijih Besi sebanyak 5
Luas dan batas-batas koordinat daerah conto bijih besi
penyelidikan secara rinci : • Analisis petrografi sebanyak 8 conto
1. Daerah Berkun, Kecamatan Limun, batuan dan 9 conto bijih besi.
Kabupaten Sarolangun seluas 4 km x • Analisis mineragrafi 13 conto bijih besi.
2,5 km, dengan batas koordinat: 102° GEOLOGI ATAU HASIL PENYELIDIK
30’ 31,66” BT - 102° 32’ 41,00” BT TERDAHULU
dan 2° 39’ 26” LS - 2° 40’ 48” LS
2. Daerah Nalo, Kecamatan Bangko, Stratigrafi daerah Kabupaten Sarolagun
Kabupaten Merangin seluas 5,2 km x 3 dan Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi,
km, dengan batas koordinat: 102° 3’ tercakup dalam Peta Geologi Lembar
39,0” BT - 102° 6’ 27,1”BT dan 2° 0’ Sarolangun, Sumatera (Nana Suwarna,
34” LS - 2° 2’ 11,91” LS Suharsono, S. Gafoer, T.C. Amin, Kusnama
& B. Hermanto, 1992); Lembar Sungai
Penuh dan Ketaun, Sumatera (Kusnama, R.
Pardede, S. Andi Mangga & Sidarto, 1992);
Lembar Muara Bungo,Sumatera (T.O.
Simandjuntak, T. Budhitrisna, Surono, S.
Gafoer dan T.C. Amin, 1994); dan Lembar
Painan dan Bagian Timurlaut Muara Siberut,
Sumatera (H.M.D. Rosidi, S.Tjokrosapoetro,
B. Pendowo, S. Gafoer and Suharsono,
1996), yang tersusun atas beberapa
kelompok batuan dari yang berumur tua
Gambar 1. Peta Daerah Penyelidikan sampai muda, yaitu sebagai berikut :

Metoda penyelidikan yang dilakukan Kelompok Batuan Malihan dan Meta


dalam ekplorasi logam besi ini meliputi Sedimen, Kelompok Batuan Intrusi,
metoda penyelidikan lapangan dan analisis Kelompok Batuan Vulkanik, dan Kelompok
laboratorium Batuan Sedimen dan Endapan Permukaan.
• Kelompok Batuan Malihan dan Meta
Metoda penyelidikan lapangan yang Sedimen berumur Karbon – Kapur.
dilakukan adalah meliputi : • Kelompok Batuan Intrusi Ultramafik
1. Pemetaan Geologi Skala 1: 10.000, dan Granitik berumur Perm- Trias –
2. Pengukuran Topografi pada daerah Jura- Kapur dan Intrusi ik Miosen.
sebaran logam besi skala 1 : 2500 • Kelompok batuan Vulkanik: Batuan
3. Pembuatan paritan sebanyak 3 lokasi. Vulkanik Pra Tersier berumur Trias,
4. Pengambilan conto bijih besi dengan Batuan Vulkanik Oligo – Miosen,
metoda ‘channel sampling’ dari conto Batuan vulkanik Pliosen – Plestosen;
bijih besi dan chip sampling pada conto dan Batuan vulkanik Plestosen –
batuan untuk analisis petrografi, Holosen .
mineragrafi dan kimia. • Kelompok Batuan Sedimen dan
Endapan Permukaan terdiri dari: Batuan
sedimen Pra Tersier, Batuan Sedimen
Tersier (Oligosen – Pliosen) dan
Endapan Alluvium dan Alluvium
Pantai.
Penyebaran litologi dapat dilihat pada
peta geologi daerah Kabupaten Sarolangun
dan Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi
(Gambar 2 dan Gambar 3).
Struktur geologi utama di daerah
penyelidikan secara regional dipergaruhi
oleh Zona Sesar Sumatera (Semangko)
berupa sesar geser menganan dan sesar
normal yang berarah baratlaut-tenggara.
Sesar-sesar utama yang berkembang di
daerah ini terdiri dari: sesar normal dan sesar
mendatar/geser menganan yang umumnya
berarah baratlaut – tenggara (searah dengan
Sesar Semangko). Sesar-sesar ini
berhubungan dengan pembentukan Batuan
Intrusi Mesozoikum. Sedangkan beberapa
sesar normal yang berarah relatif barat –
timur dan timurlaut baratdaya, diduga erat Gambar 3. Peta Geologi Kabupaten
Merangin
kaitannya dengan intrusi granitik,
granodiorit dan diorit Tersier dan
pembentukan batuan metasedimen
Mesozoikum. Sesar-sesar tersebut sesar ini
diperkirakan sebagai pengontrol jalannya
larutan hidrotermal yang membentuk
mineralisasi emas, logam dasar dan bijih
besi di daerah penyelidikan.
Menurut penyelidik terdahulu mine-
ralisasi bijih besi di daerah penyelidikan
Gambar 2. Peta Geologi Kabupaten
merupakan Tipe Skarn. Mineralisasi besi
Sarolangun
tersebut diduga merupakan kelanjutan dari
mineralisasi bijih besi yang ditemukan di
daerah Bukit Raja, Kabupaten Musirawas.
Sumberdaya tereka bijih besi ini = 275.000
ton, kadar Fe Oksida 70,7% (Van
Bemmelen, 1949 Geology of Indonesia Vol
II).
Keterdapatan mineralisasi bijih besi di
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi, menurut Van
Bemmelen, 1949 Geology of Indonesia Vol
II:
ƒ Di hulu S. Melinau, Kec. Limun, Kab.
Sarolangun, ditemukan urat hematite
dalam kuarsit, sepanjang 200 m, lebar
1,5 sampai dengan 5 meter.
ƒ Di S. Luro, Kab. Merangin ditemukan
nodule-nodule magnetite.
ƒ Di daerah TalangKepanjang, Kabupaten
Merangin ditemukan urat magnetite
sepanjang 2 m, dalam batuan tufa porfir
dan batugamping, serta bijih titan, urat
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-3
kalkopirit dan setempat malakit dan dan trace
azurite. element
ƒ Di daerah Upper Empanjang,
Kabupaten Merangin, ditemukan urat
2 3 - 3 Fetotal
hematite-kalsedon lebar 0,3 -0,6 m.
3 7 2 5 Petrografi
Selain itu menurut JICA,1986, di daerah 4 5 1 4 Mineragrafi
Sumatera Selatan ditemukan bijih besi tipe 5 2 - 2 Berat jenis
skarn : Tabel 2. Rekapitulasi conto-conto Batuan
ƒ Di S. Betung ditemukan specularite dan Bijih Besi Daerah Nalo Gedang,
(hematite) Skarn dan specularite- Kecamatan Bangko, Kabupaten
limonite, bongkah magnetite dan Merangin
bongkah magnetite - tembaga oksida. No. Jumlah Batuan Bijih Analisis
ƒ Di S. Pedang ditemukan bongkah hema- Conto Besi
tite Skarn runtuhan bekas tambang.
1 13 - 13 Kandungan
ƒ S. Menalu urat kuarsa dan epidote
Fetotal,
ƒ S. Pangi, ditemukan bijih besi tipe
Major
Skarn dalam urat fissure lebar 15 cm.
Element
Menurut M.J. Crow, W.J. Mc Court dan dan trace
Harmanto, 1994, menemukan anomali element
geokimia unsur Fe > 14% s.d. 30% di daerah 2 10 - 10 Fetotal
S. Narso Kecil dan S. Tangkui, Kabupaten 3 10 6 4 Petrografi
Merangin dan anomali unsur Fe antara 4 8 2 6 Mineragrafi
0,52% s.d. 14% di S. Melaku, S. Batang 5 3 - 3 Berat jenis
Asai, S. Limun, Kabupaten Sarolangun,
Prov. Jambi
Berdasarkan hasil laporan survai
sumberdaya mineral di Propinsi Jambi oleh
Kanwil Propinsi Sumbar–Padang, 1992 dan
hasil inventarisasi Potensi Mineral di Prov.
Jambi, oleh PPTM-Bandung, 1998,
keterdapatan bijih besi di Kabupaten Sarko
terdapat di di daerah Tanah Renah, Kec.
Rantau Pandan, daerah Napal Melintang dan Gambar 4. Peta Lokasi Conto Daerah
Narso Kecil, Kec. Batangasai. Berkun, Kec. Limun, Kab. Sarolangun,
Jambi
HASIL PENYELIDIKAN
Rekapitulasi conto bijih besi dan batuan
hasil penyelidikan dari kedua daerah
penyelidikan, secara terinci dapat disajikan
pada Tabel 1 dan Tabel 2 :
Penyebaran lokasi conto-conto batuan
dan bijih besi, lokasi paritan serta daerah
pengukuran topografi dari kedua daerah
penyelidikan dapat dilihat pada Gambar 4
dan Gambar 5. Gambar 5 Peta Lokasi Conto Daerah
Nalo Gedang, Kec. Bangko, Kab.
Tabel 1. Rekapitulasi conto Batuan dan Merangin
Bijih Besi Daerah Berkun, Kecamatan
Limun, Kabupaten Sarolangun Geologi Mineralisasi Daerah Berkun,
No. Jumlah Batuan Bijih Analisis Kec. Limun, Kabupaten Sarolangun
Conto Besi Kimia Morfologi
1 13 - 13 Kandungan Morfologi daerah penyelidikan
Fetotal, secara umum dapat dibagi menjadi 2 satuan
Major morfologi, yaitu :
Element • Morfologi perbukitan bergelombang
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-4
• Morfologi perbukitan terjal tersingkap di hulu Sungai Kunyit. Batu-
lanau, lempungan, coklat keabu-abuan
Morfologi perbukitan bergelombang: kemerahan, setempat tergerus, terkersikkan,
berlapis kedudukan N 130°E/75°, tersingkap
Morfologi ini mencapai luas sekitar di Sungai Kutur. Serpih berwarna abu-abu
50% dari luas daerah penyelidikan tua setempat mendaun, mengandung pirit.
merupakan morfologi perbukitan Berdasarkan ciri litologinya satuan ini dapat
bergelombang dengan kemiringan lereng disetarakan dengan Satuan Batuan Malihan
sedang sampai terjal (12° - 45°). Daerah ini Formasi Peneta yang berumur Jura – Kapur
mempunyai ketinggian berkisar 200 – 400 (Nana Suwarna, 1992).
meter diatas permukaan laut.
Satuan Batugamping Meta Anggota
Satuan morfologi ini tersebar dibagian Mersip Fm. Peneta
utara daerah penyelidikan, memanjang dari
barat ke timur meliputi daerah berkun, Satuan ini tersusun atas litologi : Batu-
perbukitan dan lembah Sungai Meliki, gamping meta dengan sisipan serpih gampi-
lembah Sungai Kunyit, dan perbukitan dan ngan.
lembah di sekitar Sungai Kutur. Morfologi
Batugamping, setempat sebagai
ini tersusun atas Satuan Batuan Malihan dan
marmer, kelabu-kelabu muda, terkekarkan
Satuan Batugamping meta Formasi Peneta
kuat, mengandung koral. Urat halus kuarsa
yang berumur Jura – Kapur.
dan kalsit sejajar perdaunan berarah
baratlaut-tenggara.
Morfologi perbukitan terjal
Batugamping meta ditemukan di
Morfologi ini mencapai luas sekitar
lapangan kontak dengan batuan granodiorit,
50% dari luas daerah penyelidikan
sisipan perlapisan bijih besi, tersingkap di
merupakan morfologi perbukitan terjal
lereng timur hulu Sungai Catuapi.
dengan kemiringan lereng > 45°). Daerah ini
mempunyai ketinggian berkisar 400 – 800 Satuan ini dapat disetarakan dengan
meter diatas permukaan laut. Anggota Mersip Formasi Peneta yang
berumur Jura – Kapur (N. Suwarna, 1992).
Satuan ini tersebar dibagian selatan
daerah penyelidikan, memanjang dari barat
Satuan Batuan Granodiorit
ke timur meliputi perbukitan yang terletak di
sebelah barat daya Sungai Kutur. Morfologi Satuan ini tersusun atas litologi :
ini tersusun atas Satuan Batuan Granodiorit. granitik sampai granodiorit. Granodiorit,
kelabu, keputihan, berbutir sedang–kasar,
Stratigrafi
hipidiomorfik, equigranular, tekstur gra-
Berdasarkan hasil pemetaan geologi nitoid, biotitik, kompak. Granit, putih-
stratigrafi daerah penyelidikan tersusun atas kelabu, kecoklatan, mengandung mineral
3 (tiga) satuan batuan, yaitu : biotit berbutir sedang-kasar, kuarsa, felspar,
1. Satuan Batuan Malihan Formasi Peneta kompak, beberapa ditemukan agak lapuk-
2. Satuan Batugamping Meta Anggota lapuk sedang, mengandung mineral
Mersip Fm. Peneta horblenda, tersingkap di hulu Sungai Kutur,
3. Satuan Batuan Intrusi Granit kedudukan N 250°/55°. Dalam sayatan tipis
batuan ini bertekstur holokristalin, berbutir
Penyebaran ketiga satuan ini dapat disajikan halus (0,2–1,5)mm, anhedral-subhedral, hi-
pada Peta Geologi gambar 6. pidiomorfik granular, dengan komposisi :
Satuan Batuan Malihan Formasi Peneta plagioklas (40%), kuarsa (35%), ortoklas
(15%), klorit(15%), biotit (9%), oksida besi
Satuan ini tersusun atas litologi : (1%).
batusabak, filit, batulanau dan serpih.
Batusabak berwarna abu-abu tua, padat, Satuan ini menurut Nana Suwarna, 1992
berlapis halus, belahan berarah baratlaut- dikenal sebagai Granit Arai yang menerobos
tenggara, terdapat mika, setempat urat Batuan malihan Formasi Peneta dan
kuarsa, pirit spotted dan gampingan. Anggota Mersip yang ditafsirkan berumur
Kapur Akhir. Penafsiran umur Kapur Akhir
Filit, abu-abu putih, kekuningan-keco- ini didasarkan pada posisi secara regional
klatan, sekistose, berfoliasi dengan keduduk- dan strukturnya Granit Arai yang merupakan
an N 120°E/45°, mengandung mika, bagian dari siklus pluton yang terdapat di
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-5
Jajaran Pengunungan Barisan yang berumur 1. Satuan Batuan Meta Lava Formasi
berkisar antara 115 – 82 juta tahun. Palepat
Struktur Geologi 2. Satuan Batuan Tufa Lithik Formasi
Struktur geologi yang berkembang di Palepat
daerah penyelidikan terdiri dari strike dip, 3. Satuan Batuan Mikrodiorit
foliasi dan kekar dan sesar. Penyebaran ketiga satuan ini dapat disajikan
Strike dip yang berkembang berarah N pada Peta Geologi pada Gambar 7.
250°/55° pada batuan granit, dan
Satuan Batuan Meta Lava Formasi
berkedudukan N 120°/45° pada kontak
Palepat
batulanau lempungan dengan granit. Foliasi
terbentuk pada batuan filit sekistose dengan Satuan ini terdiri dari lava andesit-dasit,
arah N 130°E/75°. breksi gunung api, berselingan dengan
Kekar terbentuk berarah baratlaut- batulanau, batupasir batulempung dan
tenggara dan timur laut-barat daya yang batugamping, umumnya terubah dan
terjadi pada batulempung terkersikkan dan termalihkan. Sebaran litologi ini sekitar 40
granit di Sungai Kutur. % luas daerah penyelidikan,
Sesar yang berkembang di daerah
Lava andesit, kehijauan, tekstur
penyelidikan berarah baratlaut-tenggara dan
timur-laut baratdaya yang diduga merupakan afanitik-porfiritik, terkekarkan, umumnya
sesar turun, sesar mendatar dan sesar naik termalihkan, kadang-kadang terpiritkan,
tersingkap di hulu S. Luro, Sungai Batu,
yang terbentuk pada kontak batugamping
meta dengan granit. Struktur geologi yang Sungai Lontar dan perbukitan Melipun di
berperan dalam mineralisasi logam besi lembah hulu Sungai Pantai. Sesuai hasil
adalah sesar naik yang berarah relatif utara- pengamatan sayatan tipis batuan ini telah
selatan sampai timurlaut - baratdaya. mengalami ubahan silisifikasi-propilitik
mengandung mineral plagioklas (10%),
kuarsa (8%), karbonat (22 – 80%), serisit
(3%–18%), klorit (40%), lempung (12%),
oksida besi (2%), bijih besi (5%).
Breksi gunungapi, hitam – kelabu
muda, terdiri dari komponen lava andesit-
dasit, menyudut-menyudut tanggung,
berukuran 3 – 15 cm, dalam massa dasar
pasiran tufaan terkersikkan, terkekarkan
kuat, tersingkap di Sungai Lontar.
Satuan Batuan Tufa Formasi Palepat
Gambar 6. Peta Geologi dan Mineralisasi Satuan ini terdiri dari: tufa lithik,
Logam Besi Daerah Berkun, Kab. dasitik-andesitik, kelabu kehijauan,
Sarolangun, Jambi kekuningan, terkersikkan dan terpotong oleh
urat-urat kecil kuarsa, setempat pecahan
Geologi Daerah Nalo Gedang, Kecamatan
membulat tanggung 0,1 – 1,5 mm dalam
Bangko, Kabupaten Merangin
massa dasar gelas lempung. Penyebaran
Morfologi satuan tufa ini sekitar 55% luas daerah
penyelidikan, yaitu tersebar meluas dari
Berdasarkan pengamatan di lapangan
barat ke timur Desa Baru Nalo – Nalo
morfologi yang terdapat di daerah
Gedang atau sepanjang Sungai Tantan dan
penyelidikan hampir seluruhnya merupakan
lereng-lereng bukit Melipun.
perbukitan bergelombang dengan
kemiringan lereng landai – sedang. Daerah Kedua satuan batuan diatas berdasarkan
ini mempunyai ketinggian berkisar 110 m – ciri litologinya dapat disetarakan dengan
270 m diatas permukaan laut. Formasi Palepat (anggota Lava Meta dan
anggota Tufa) yang berumur Perm.
Stratigrafi
Satuan Batuan Mikrodiorit
Berdasarkan hasil pemetaan geologi
stratigrafi daerah penyelidikan tersusun atas Satuan ini tersingkap di hulu Sungai
3 (tiga ) Satuan Batuan dari yang berumur Batu dan anak cabangnya. Terdiri dari
tua – muda, yaitu : mikrodiorit–granodiorit, putih kelabu, ber-
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-6
butir sedang-kasar, setempat porfiritik, lapuk Selain itu setempat ditemukan bongkah
sedang– sangat lapuk, umumnya terkloritkan bijih besi magnetit, terpiritkan, (LM-06R
sampai kaolin-serisitasi tersingkap di koordinat 226089mT, 9703900 mU, UTM
sepanjang hulu Sungai Batu. zone 48 S), dengan kadar besi pada conto
bongkah bijih besi ini Fetotal = 65,12%.
Satuan ini menurut Nana Suwarna,
1992, berumur Trias akhir sampai Jura Pada hulu Sungai Ubah juga ditemukan
berdasarkan penentuan umur Rb/Sr berkisar bongkah-bongkah bijih besi, abu-abu, ke-
antara 200 + 10 juta tahun yang lalu. Satuan coklatan kemerahan, magnetit (55%),
granodiorit ini dikenal sebagai Granodiorit hematit (35%), limonitik (10%), diameter 20
Tantan yang menerobos Satuan Tufa dan cm–30cm,membundar tanggung–menyudut
Lava Formasi Palepat yang berumur Perm. tanggung, medium – high magnetic (LM-
15F dan LM-16F koordinat 226224mT,
Struktur Geologi 9703912 mU, UTM zone 48 S), kadar besi
dari hasil analisis kimia conto bongkah-
Struktur geologi yang berkembang di
bongkah bijih besi ini Fetotal berkisar 65,82 –
daerah penyelidikan terdiri dari : kekar dan
66,51 %.
sesar.
Singkapan bijih besi di daerah ini
Kekar terbentuk baik pada batuan
ditemukan pada kontak batuan batugamping
granodiorit maupun pada lava andesitik dan
meta dengan granit. Bijih besi ini dengan
breksi lava andesit, yang berarah timurlaut-
dimensi panjang 6,5 m , lebar 2 m, tinggi 3,8
baratdaya sampai baratlaut- tenggara.
meter (LM-08R, koordinat 226107 mT,
Sesar terbentuk pada kontak antara 9703926 mU,UTM zone 48 S), ketinggian
granodiorit dengan meta lava andesitik, di 1,85 – 2,80 m, berupa perselingan lapisan
sepanjang Sungai Batu, berarah relatif utara- bijih besi, hematit, magnetit, goetit ; besi
selatan dan ditafsirkan berupa sesar turun. hematit, magnetit bercampur metasedimen,
lempungan, kloritik, epidotik; dan lapisan
Mineralisasi Bijih Besi di Daerah Berkun, tipis metasedimen/meta batugamping,
Kecamatan Limun, Kabupaten kloritik, epidotik, bersifat magnetik lemah-
Sarolangun, Provinsi Jambi sedang. Pengambilan conto pada singkapan
Mineralisasi bijih besi di daerah ini ini dilakukan setiap lapisan sebanyak 8
ditandai dengan ditemukannya bongkah- conto (LM- 8RA sampai LM-8RH) dengan
bongkah bijih besi di hulu Sungai Catuapi metoda ‘channel sampling’, yang dapat
(LM-14F ; koordinat 226060mT, 9704013 dilihat pada sketsa Gambar 8.
mU, UTM zone 48 S). Bongkah besi Sesuai hasil analisis kimia dari conto-
berwarna coklat kemerahan, keabu-abuan,
conto diatas, mempunyai kadar besi berkisar
berupa magnetit (40%), hematit (60%), dari Fetotal 6,53 % s/d Fe total 27,5%, Fe2O3
diameter berkisar 10 – 15 cm, menyudut– 5,14% s/d 24,55%, Fe3O4 1% - 13,58%, CaO
menyudut tanggung, lapuk sedang, low
6,45% - 22,67%, SiO230,18% - 54,06%.
magnetic, luas 20m x 1,5 m, prosentase 25%
luas area, kadar besi pada conto bongkah Berdasarkan hasil analisis petrografi,
bijih besi ini Fetotal = 67,21 %. mineragrafi dari conto-conto ’channel’ bijih
besi, pengamatan megaskopis dan analisis
kimia, terlihat adanya urutan zona kontak
metasomatik dalam pembentukan bijih besi,
yang tergambar pada sketsa gambar 8.

Gambar 7. Peta Geologi dan Mineralisasi


Daerah Nalo Gedang, Kab. Merangin,
Prov. Jambi

Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-7
analisis petrografi dari bijih besi ini
menunjukkan gejala silisifikasi dengan
ditemukannya mineral kuarsa sebanyak 35%
bercampur oksida besi. oksida besi (50%),
bijih (15%).

Gambar 8. Sketsa Penampang Channel


Bijih Besi di hulu S. Catuapi
Singkapan ini ditafsirkan menerus
sepanjang 25 m dengan ditemukannya
singkapan bijih besi kontak dengan
granodiorit, pada jarak 15 m dari lokasi LM- Gambar 9. Penampang Paritan Bijih Besi
08R, berupa bijih besi, coklat keabu-abuan, , di S. Catuapi, Ds. Berkun, Sarolangun
hematit, epidotik, ,medium magnetic, Gejala silisifikasi ini menunjukkan
terdapat kontak granodiorit dengan adanya proses hidrotermal yang terjadi
metasedimen (koordinat 226096 mT dalam pembentukan bijih besi ini, dan
9703926 mU), kadar besi Fetotal 16,85%,%, ditafsirkan sebagai tipe besi hidrotermal
Fe2O3 24,09%. yang telah mengalami pelapukan sehingga
Mineralisasi Bijih Besi ini ditafsirkan ditemukan sebagai bongkah-bongkah
sebagai Tipe Metasomatik/Skarn terbentuk Penyebaran bijih besi daerah ini dapat
akibat intrusi batuan granitik pada batuan dilihat pada Peta Sebaran Besi gambar 10.
karbonat batugamping meta, sehingga terjadi
proses kontak metasomatik. Proses tersebut Tipe cebakan bijih besi ini ditafsirkan
dapat mengakibatkan terjadinya merupakan tipe besi oksidasi residual yang
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi dan terbentuk sebagai pelapukan/residual dari
penggantian (replacement), khususnya batugamping yang digantikan atau
disekitar zona intrusi tersebut, sehingga replecement oleh mineral besi selama proses
terbentuk mineralisasi bijih besi dan mineral pelapukan.
skarn (seperti: piroksen yang terbentuk
Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi
sebagai mineral ubahan bersamaan dengan
permukaan air tanah naik, pada waktu itu
klorit, illit dan kuarsa.
garam-garam besi yang larut ke dalam air
Selain itu juga ditemukan bijih besi tanah diubah menjadi besi fero hidroksida.
pada bagian hilir Sungai Catuapi (LM-10R Pada waktu musim kemarau terjadi
dan LM-11R, koordinat 225987 mT penurunan air tanah, pada saat itu besi feri
9704078 mU dan koordinat 225987 mT, hidroksida tertinggal di permukaan,
9704078 mU), berupa bongkah insitu bijih kemudian bereaksi dengan oksigen dari
besi, coklat kemerahan-keabu-abuan, udara dan air permukaan, pada saat tersebut
panjang 20 m x tebal 1,5 m, lebar 1 m, fero hidroksida diubah menjadi feri
komposisi, hematit 50-60%, magnetit 30- hidroksida yang lebih stabil yaitu limonit,
40%, limonit 20%, medium magnetic, di yang umumnya berwarna coklat kekuningan
daerah ini dilakukan paritan lebar 1 meter , dan mengendap dipermukaan.
tinggi 1,5 meter (Gambar 9). Sesuai hasil Reaksi kimia :
analisis kimia dari conto bijih besi dari Fe++ + 2OH-==ÎFe(OH)2 besi
paritan di daerah ini Fetotal berkisar 45,04% - ferohidroksida
56,12%. 4Fe(OH)2 + 2H2O + O2 =Î 4Fe OH3
Limonit
Berdasarkan hasil analisis mineragrafi (besi feri hidroksida)
dari conto bijih besi ini, mengandung besi
goetit (70%) dan hematit (20%), dengan Mineralisasi Bijih Besi Daerah Nalo
kenampakan: goetit, warna abu-abu gelap, Gedang, Kec. Bangko, Kab. Merangin
masif bertekstur kolofrom, hematit, warna
abu-abu terang, tekstur kolofrom. Hasil
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-8
Sesuai hasil pemetaan dilapangan
mineralisasi bijih besi di daerah ini dapat
dibagi menjadi 2 karakteristik, yaitu berupa:
• Konkresi Besi Oksida
• Bijih Besi Tipe Metamortfik
• Konkresi Besi Oksida

Gambar 10. Peta Sebaran Logam Besi,


Daerah Berkun, Kab. Sarolangun, Jambi

Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-9
Bijih Besi ini ditemukannya sebagai
Mineralisasi bijih besi ini ditandai
kumpulan bongkah-bongkah bijih besi atau
dengan ditemukan bongkah konkresi besi
besi deluvial, merah kehitaman, keabu-
hematit, tersebar setempat-setempat di hulu
abuan, kecoklatan, magnetit 50-60 %,
Sungai Pantai. konkresi besi, coklat
hematit 40 -50%, urat kuarsa, berpori-pori,
kemerahan, lunak – agak kompak, berukuran
ukuran bongkah 1-4 m tinggi 1 - 3 m, high
5 cm – 12 cm, low magnetic.
magnetic, Fe total 65,82% - 66,17%,
Selain itu juga ditemukan bongkah-bongkah ditemukan sepanjang 150 m di Sungai Batu
bijih besi magnetit yang terakumulasi di sampai. Penyebaran bongkah-bongkah bijih
bukit Melipun. bongkah-bongkah bijih besi besi ini menerus secara setempat-setempat
magnetit, hematite, abu-abu kehitaman, kearah hulu Sungai Batu sepanjang 400
kecoklatan, menyudut tanggung – meter ke arah utara, lebar bongkah-bongkah
membundar tanggung, ukuran butir 4 – 15 besi ini berukuran 50cm – 2m.
cm, medium-high magnetic. Luas
Selain itu bongkah-bongkah bijih besi
penyebaran akumulasi nodule-nodule bijih
juga ditemukan secara setempat-setempat di
besi ini sekitar 50 m x 20 m, pada daerah ini
bagian lereng bukit atau alur sungai kering
dilakukan paritan sebanyak 2 lokasi, yaitu:
dan beberapa di Sungai Luro, berukuran 60
PR-1 dan PR-2, nodule-nodule ini terdapat
cm sampai 1,5 meter, luas 1m x 2 m sampai
diantara lanau lempungan limonitik pada
dengan panjang 40 meter, yang tersebar di
kedalaman 10 – 20 cm sampai kedalaman 85
cm atau setebal 60 cm - 65 cm, Fetotal 54,74 beberapa lokasi di lereng dan punggungan
% – 59,24% (Gambar 11 dan Gambar 12). Bukit Batu. Dan pada lokasi koordinat
Nodule-nodule bijih besi ini diduga (173.895 mT; 9.776.597 mU, UTM zone
terbentuk oleh proses oksida- si residual dari 48S), ditemukan Bongkah Bijih besi abu-
batuan tufa lithik andesitik-dasitik. Mineral abu kecoklatan, kemerahan, dimensi 6 m x 3
besi terbentuk dari pelapukan mineral mafik m, 5 m x 4 m, magnetit 50%, hematit 40-
(material andesitik) yang terkandung dalam 50%, medium - high magnetic, setempat
tufa lithik. piritik, Fe total 59,59%. Sesuai hasil analisis
mineragrafi dari conto bijih besi ini,
menunjukkan besi sebagian tampak
berongga dan teroksidasi menjadi oksida
besi, komposisi: magnetit (60%), hematit
(15), pirit (trace). Hasil analisis petrografi
menunjukkan adanya gejala silisifikasi
dengan komposisi: bijih besi (80%), kuarsa
(3%), flespar (1%) dan oksida besi 1%.
Singkapan bijih besi didaerah ini
ditemukan pada alur kecil kering sepanjang
Gambar 11 Penampang Paritan PR-1, 80 m ke arah timur, berupa lantai bongkah
Bukit Melipun, Nalo Gedang, Kab. bijih besi yang ditafsirkan sebagai
Merangin singkapan(BK-6R). Bijih besi magnetit,
merah kehitaman, keabu-abuan, kecoklatan,
magnetit 50%, hematit 40-50%, urat kuarsa,
ukuran 50 cm – 1meter, high magnetic,
Fetotal 67,55%. Sesuai hasil analisis
mineragrafi dari bijih besi tersebut,
menunjukkan struktur berongga, bersfat
magnetik lemah–sedang, komposisi:
magnetit (25%), hematit (60%) dan oksida
besi. Hasil analisis petrografi bijih besi
daerah ini menunjukkan komposisi: bijih
besi 95%, kuarsa (3%) dan oksida besi (2%).
Gambar 12. Penampang Paritan PR-2,
Bukit Melipun, Nalo Gedang, Kab. Selain itu sesuai hasil analisis petrografi
Merangin dari beberapa contoh bijih besi di daerah ini
menunjukkan adanya gejala ubahan kloritik-
2. Bijih Besi Tipe Metamorfik serisitik yang terdapat pada batuan
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-10
mikrodiorit dan ubahan karbonatan-serisitik Zona ini terbentuk sampai LM-8RB
pada plagioklas. Pada batuannya banyak dengan kandungan bijih besi lebih banyak.
urat-urat yang terisi karbonat dan bijih - Pada lapisan LM-8Rc, terbentuk
besi/oksida besi. Dan juga ditemukan mineralisasi bijih besi hematit-goetit
adanya ubahan karbonat-klorit-serisit pada berstruktur kolofrom dengan paragenesa :
bongkah bijih besi. - Pirit
- Hematit
Gejala ubahan–ubahan tersebut
- Goetit
menunjukkan adanya proses alterasi dalam
- Pada lapisan LM-8Rd, terbentuk mineral
kontak metamorfik pada pembentukan bijih
metamorfosa derajat rendah bercampur
besi di daerah ini.
meta sedimen, yaitu klorit dan epidot
Berdasarkan asosiasi batuan induk (tufa - Pada lapisan LM-8Re dan LM-8Rg
dan meta lava) dan batuan intrusi terbentuk perselingan besi magnetit-
mikrodiorit, maka ditafsirkan mineralisasi hematit-goetit dengan metasedimen,
bijih besi di daerah ini merupakan Tipe kloritik-epidotik.
kontak metamorfik yang terbentuk dari - Pada bagian bawah lapisan LM-8h berupa
kontak batuan granodiorit dengan tufa lithik. zona silisifikasi-propilitik berupa
Sebaran bijih besi didaerah ini rinci perselingan antar butir kuarsa, flespar
dapat disajikan pada peta Sebaran Besi (sebagian terubah illit-klorit), piroksen
gambar 13.. dengan piroksen, kwarsa dan klorit dan
lempung bersama oksida besi, serta
kumpulan mikrokristalin kwarsa, klorit,
lempung , oksida besi yang terdapat
bersama-sama berupa perlapisan dengan
kumpulan piroksen dengan klorit, sedikit
kwarsa.
Berdasarkan urutan zona metasomatik
tersebut yang dicirikan dengan hadirnya
mineral skarn: piroksen, klorit, epidot, maka
ditafsirkan bijih besi di daerah ini
merupakan Tipe metasomatik/Skarn. Dan
bijih besi ini terbentuk pada lingkungan
granitik atau pada tubuh intrusi maka
Gambar 13. Peta Sebaran Besi Daerah ditafsirkan sebagai tipe endoskarn.
Nalo, Gedang, Kab. Merangin, Jambi Selain itu pada daerah hilir Sungai
Genesa dan Interpretasi Model Endapan catuapi juga ditemukan berupa bongkah
Mineralisasi Logam Besi Daerah Berkun, bongkah insitu bijih besi yang terbentuk
Kec. Limun, Kab. Sarolangun dilingkungan granitik (Gambar 9).

Batuan induk (host rock) mineralisasi Berdasarkan hasil analisis mineragrafi


bijih besi pada daerah ini adalah dan petrografi bijih besi ini mengandung
batugamping meta yang diterobos oleh besi goetit lebih dominan dibandingkan
intrusi granitik yang berperan sebagai hematit, selain itu mengandung oksida besi
sumber panas atau heat source. dan kwarsa. Munculnya kwarsa bersamaan
dengan oksida besi menunjukan adanya
Berdasarkan hasil analisis petrografi, gejala silisifikasi yang dipengaruhi oleh
mineragrafi dan analisis kimia dari conto- naiknya larutan sisa magma/larutan
conto pada lokasi LM-8R yang disajikan hidrotermal dalam pembentukan bijih besi
dalam sketsa gambar 8, menunjukkan ini.
adanya urutan/zona kontak metasomatik
dalam dalam pembentukan bijih besi di Dengan demikian ditafsirkan pemben-
daerah ini, yaitu : tukan besi didaerah ini merupakan tipe
- Pada lapisan LM8RA terbentuk batuan hidrotermal yang terbentuk akibat naiknya
granodiorit terubah ilitik dan piroksen larutan sisa magma/larutan hidrotermal yang
bercampur bijih besi menunjukan adanya dikontrol oleh sesar/patahan pada batuan
proses alterasi dan rekristalisasi dan granitik sehingga bijih besi terbentuk
mineralisasi dalam kontak metasomatik. dilingkungan granitik dan setelah bijih
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-11
terbentuk selanjutnya terjadi proses Mineralisasi ini ditafsirkan terbentuk akibat
pelapukan akibat air meteorik, dan pengaruh kontak batuan mikrodiorit dengan tufa
mekanis sehingga ditemukan berupa kristal andesitik dan meta lava, serta
bongkah-bongkah besi goetit-hematit yang dikontrol oleh sesar, sehingga terjadi kontak
sebagian telah menjadi oksida besi. metamorfik yang mengakibatkan proses
Interpretasi model mineralisasi logam alterasi, rekristalisasi, penggantian mineral
besi daerah ini dapat dilihat pada gambar 14. dan mineralisasi, maka terjadi proses alterasi
kloritik-kaolin-serisitik pada batuan
mikrodiorit (BK-8R). Gejala ubahan lainnya
berupa karbonatan-serisitik dan karbonat-
klorit-serisit pada batuan meta lava. Selain
itu pada batuannya juga banyak terdapat
urat-urat yang terisi karbonat dan bijih
besi/oksida besi.
Selain itu terjadi proses mineralisasi,
rekristalisasi dan penggantian (replacement),
khususnya disekitar kontak intrusi tersebut,
Gambar 14. Sketsa Model sehingga terbentuk mineralisasi bijih besi,
Mineralisasi daerah Berkun, Kab. berupa mineral besi magnetit, hematit dan
Sarolangun oksida besi. Paragenesa bijih besi yang
diperoleh dari hasil analisis mineragrafi dari
Genesa dan Interpretasi Model Endapan beberapa conto bijih, secara umum
Mineralisasi Logam Besi Daerah Nalo menunjukkan paragenesa :
Gedang, Kec. Bangko, Kab. Merangin
ƒ Magnetit
Karakteristik mineralisasi logam besi ƒ Hematit
yang terbentuk di daerah ini ditemukan ƒ Oksida besi
terdapat dua tipe, yaitu :
• Besi oksidasi residual Selain itu beberapa ditemukan mengandung
• Besi Tipe Metamorfik piritik dengan paragenesa :
ƒ Magnetit
Besi oksidasi residual ditafsirkan ƒ Pirit
terbentuk akibat proses pelapukan/oksidasi ƒ Hematit
residual dari mineral mafik yang terkandung ƒ Oksida besi
dalam tufa andesitik-dasitik (host rock) yang
berkomposisi besi-magnesium-almunium Pada umumnya bijih besi di daerah ini
silika. telah tertransportasi dan tererosi dan
terakumulasi sebagai bongkah-bongkah bijih
Pada proses pelapukan terjadi fluktuasi besi hematite-magnetit membentuk besi
permukaan air tanah naik, pada waktu itu deluvial/koluvial di daerah ini.
garam-garam besi yang larut ke dalam air Interpretasi model mineralisasi
tanah diubah menjadi besi fero hidroksida. logam besi daerah ini dapat dilihat pada
Pada waktu musim kemarau terjadi gambar 15.
penurunan air tanah, pada saat itu besi feri
hidroksida tertinggal di permukaan,
kemudian bereaksi dengan oksigen dari
udara dan air permukaan, pada saat tersebut
fero hidroksida diubah menjadi feri
hidroksida yang lebih stabil, yaitu :
limonit(besi feri hidroksida) yang umumnya
berwarna coklat kekuningan dan mengendap
dipermukaan.
Bijih besi tipe metamorfik ditemukan di
sepanjang hulu Sungai Batu, lereng Bukit Gambar 15. Sketsa Model
Batu dan Sungai Luro berupa akumulasi Mineralisasi daerah Nalo Gedang,
bongkah-bongkah besi deluvial dan Kab. Merangin
singkapan bijih besi hematite di alur kecil
lereng Bukit batu sepanjang 80 cm. • Perhitungan Sumberdaya
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-12
• Daerah Berkun, Kecamatan Limun, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
Kabupaten Sarolangun, Jambi sebagai berikut :
• Bijih Besi Hulu Sungai Catuapi • Mineralisasi bijih besi di daerah
Dimensi singkapan bijih besi : Panjang 30 Berkun, Kecamatan Limun, Kabupaten
m; lebar 2 meter, tebal 1,35 meter; Sarolangun, disimpulkan terdapat dua
Kadar Fetotal rata-rata = 16% tipe, yaitu tipe metasomatik/skarn dan
Berat Jenis Besi (BD) = 3,57 ton/m3 tipe hidrotermal.
Sumberdaya Hipotetik = 30x2 x 1,35 x • Besi tipe metasomatik/skarn dicirikan
BD dengan terbentuknya mineral ubahan :
= 289,17 ton piroksen yang hadir bersama-sama
Besi Tipe Pelapukan hilir S. Catuapi : klorit-illit, dan lempung. Dan mineral
Dimensi bijih besi : panjang 50 m; metamorfik derajat rendah berupa
lebar 5 m, tebal 2 m mineral epidot.
Kadar Fetotal rata-rata = 45 % - 56,12% • Besi hidrotermal ditafsirkan terjadi
Sumberdaya Hipotetik = 50 x 5 x 2 x BD terjadi akibat naiknya larutan
Berat Jenis (BD) = 3,36 ton/m3 fluida/larutan hidrotermal akibat
Sumberdaya Hipotetik = 50 x 5 x 2 x 3,36 patahan pada lingkungan granitik, yang
= 1680 ton ditandai adanya gejala silisifikasi pada
bijih besi. Besi ini selanjutnya
Daerah Nalo Gedang, Kecamatan
mengalami proses pelapukan sehingga
Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi
terbentuk bongkah-bongkah besi yang
Perhitungan sumberdaya ini didasarkan telah teroksidasi.
luas penyebaran besi oksidasi hasil • Potensi Sumberdaya Hipotetik bijih besi
pengukuran lintasan kompas di lapangan dan di di daerah Berkun terdiri dari :
ketebalannya dari hasil paritan. 1. Besi Tipe Metasomatik di S. Catuapi
Sumber daya Hipotetik = 289 ton, Fe
• Besi Oksidasi di Bukit Melipun
total rata-rata 16%.
Penyebaran besi konkresi di Bukit melipun
2. Bijih Besi Oksidasi di lereng hilir S.
panjang = 20 m , lebar = 10 m dan ketebalan
Catuapi Sumber daya Hipotetik = 1680
berdasarkan paritan = 60cm.
ton, dengan kadar Fe total rata-rata 51%.
Volume Besi = 20m x 10 m x 0,60 m =
ƒ Potensi bijih besi di daerah Sarolangun
120 m3 .
tidak ekonomis, karena mempunyai
Kadar Fetotal = 54,7% - 59,7%
sumber daya bijih besi yang kecil dan
- Berat Jenis Besi (BD) = 4,39 ton/m3
kadar Fe total rendah.
Sumberdaya Hipotetik = 120 x 4,39 =
• Mineralisasi bijih besi di daerah Nalo
526.8 ton
Gedang, Kecamatan Bangko Kabupaten
Perhitungan sumberdaya ini didasarkan
Merangin, terdapat dua tipe, yaitu :
luas penyebaran bijih besi deluvial dan
1. Bijih Besi Tipe Oksidasi Residual:
ketebalannya atau beda tinggi dipermukaan
konkresi besi oksida dan bongkah-
dari hasil pemetaan di lapangan.
bongkah besi magnetit di Bukit
• Besi Deluvial di Bukit Batu/S. Batu
Melipun, dengan kadar Fetotal 54,7% -
- Dimensi besi deluvial:
59,7%, sumber daya hipotetik sebesar
- total luas area = 31.364,9
526.8 ton
- Kadar Fe total rata-rata = 63,25 %
2. Bijih Besi Tipe Metamorfik yang
- Berat Jenis Besi (BD) = 4,9 ton/m3
terbentuk pada kontak antara batuan
- beda tinggi besi deluvial10 m ;
tufa/meta lava dengan intrusi
prosentase bongkah deluvial 70% luas
mikrodiorit, yang dikontrol oleh
areal
patahan, sehingga mengakibatkan
Sumberdaya Hipotetik = 31.364,9x 70% x
kontak metamorfik, dan terjadi proses
10x BD (4,9 ton/m3)
alterasi kaolin-serisitik-kloritik, dan
= 313.649x 70% x 4,9
mineralisasi bijih besi yang setempat
= 219.547,3 x 4,9
ditemukan piritik. Bijih besi ini
= 1.075.781,77 ton
tersingkap di permukaan berupa besi
KESIMPULAN DAN SARAN deluvial, dengan sumberdaya hipotetik
Berdasarkan hasil penyelidikan bijih besi = 1.075.781,77 ton, Fe total
mineralisasi bijih besi pada kedua kabupaten rata-rata 63,25%, Fe2O3 rata-rata 76.48%,
Fe3O4 rata-rata 14.45%, Al2O3 rata-rata
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-13
4.054% TiO2rata-rata 0.91%, SiO2rata-rata SAROLANGUN, SUMATERA, Skala
0.91 % dan Stotal rata-rata 0.057%. 1: 250.000, Pusat Penelitian dan
3. Potensi bijih besi di daerah Merangin Pengembangan Geologi, Bandung.
(Nalo Gedang) cukup ekonomis, untuk Permadi .A., 1998, Inventarisasi Potensi
ditambang dalam skala kecil (tambang Sumberdaya Mineral di Prop. Jambi,
rakyat) atau menengah, karena PPTM, Bandung.
mempunyai sumber daya bijih besi yang Soetjiptono Merwito, R, 1985, Penyelidikan
cukup ekonomis dan kadar Fetotal diatas Bahan Galian di Sarolangun – Bangko
62% serta kadar Al2O3 rata-rata < 5 %, dan sekitarnya, Kabupaten Sarko,
TiO2 rata-rata < 1%, SiO2 rata-rata <1 % dan Provinsi Jambi, Kanwil Pertambangan
Stotal rata-rata <0.1%. dan Energi, Sumbar-Padang.
Tim Geologi, 1992, Laporan Survai
4.2. Saran-saran
Sumberdaya Mineral Lanjutan di
Berdasarkan hasil penyelidikan dan
Prop. Jambi, Kanwil Pertambangan
kesimpulan diatas disarankan perlu
dan Energi, Sumbar-Padang.
dilakukan penyelidikan metoda geomagnet
William S. Kirk, 2000, IRON ORE, US
di daerah Nalo Gedang, Kecamatan Bangko,
Geological Survey, Mineral Commodity
Kabupaten Merangin untuk mengetahui
Summary.
bentuk tubuh bijih besi primer di bawah
permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R. W. Van, 1949, The Geologi
of Indonesia Vol. II, Martinus Nijhoff the
Hague.
Bambang Setiawan, Bambang Pardiarto dan
Dwi Nugroho Sunuhadi, 2004, Peluang
Pemanfaatan Bijih Besi Indonesia,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Ditjen GSM, Bandung
H.M.D. Rosidi, S.Tjokrosapoetro, dkk,
1996, PETA GEOLOGI LEMBAR
PAINAN & BAGIAN TIMURLAUT
LEMBAR MUARA SIBERUT,
SUMATERA, , Skala 1: 250.000, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
JICA (Japan International Cooperation
Agency), 1986, Report On The
Cooperative Mineral Exploration Of
South Sumatera, phase I. Ministry of
Mines and Energy, Republic of
Indonesia; and Metal Mining Agency of
Japan.
Kusnama, R. Pardede, S. Andi Mangga &
Sidarto, 1992, PETA GEOLOGI
LEMBAR SUNGAI PENUH &
KETAUN, SUMATERA, Skala 1:
250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
M.J. Crow, W.J. Mc Court dan Harmanto,
1994, Geokimia Bersistem Lembar
Sarolangun, Sumatera, Skala 1 :
250.000, Direktorat Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Nana Suwarna, Suharsono, S. Gafoer, T.C.
Amin, Kusmana dan B.Hermanto, 1992,
PETA GEOLOGI LEMBAR
Kumpulan makalah hasil kegiatan P2K Subdit. Min. Logam 2005

1-14

Anda mungkin juga menyukai