Abses Bartholin
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Unggul Yudatmo, Sp.OG(K)
BAB I
PENDAHULUAN
2
2
3
BAB II
3
4
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Umur : 41 tahun
Alamat : Tanjungpura
DATA SUBJEKTIF
Anamnesa
Pasien datang kontrol rutin kehamilan dengan keluhan adanya bengkak pada
kedua kaki. Bengkak sering timbul dari usia kehamilan 8 bulan hingga sekarang.
Penglihatan kabur (-), riwayat keluar lendir darah (-), keluar air (-), kontraksi
masih jarang dan gerakan janin sering dirasakan. Selama kehamilan ini, tekanan
darah selalu normal saat kontrol, biasanya 120/80mmHg.
4
5
DATA OBYEKTIF
5
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 9.3
Leukosit 9800
Hematokrit 28.0
Trombosit 321000
Gula darah sewaktu 158
CT 9
BT 3
HBsAg _
Ureum 9.1
Creatinine 0.55
Urine Lengkap
Protein +1
6
7
Reduksi -
Bilirubin -
Urobilin -
Leukosit 2-3
Eritrosit 1-2
Epitel 1-2
Silinder -
Kristal -
USG
CTG
» ASSESSMENT
7
8
G4P3A0 38 mg + PEB
» PENATALAKSANAAN
Planning Diagnosis :
Darah Lengkap
Urine Lengkap
GDS
SGOT/SGPT
LDH
Ureum/Creatinin
HBsAg
USG
NST
Planning Theraphy
Bolus pelan MgSO4 40% 4g IV encerkan 10cc
IVFD RL+MgSO4 40% 8 gr 20 tpm
Methyldopa 4 x 500 mg/oral
SC apabila MAP < 130 mmHg
Raber Anastesi
CTG
Observasi urine output
» Follow Up Pasien
Hari / Tanggal Keluhan dan Terapi Pasien
10/06/2019 jam 21.00 S : Keluhan –
O : KU CM, TD 160/80 mmHg, Nadi 100 x/menit, Napas
20 x/menit, Suhu 36,2 0C.
A : G4P3A0 gravida 38 minggu dengan preeklampsia berat
P : Rencana Sectio Caesarean dan MOW
10/06/2019 jam 22.00 S : Keluhan lemas
O : KU CM, TD 140/70 mmHg, Nadi 98 x/menit, Napas
8
9
9
10
BAB III
PEMBAHASAN
10
11
Pada pasien ini didapatkan adanya kenaikan tekanan darah sistolik dan
diastolic yaitu 190/120 mmHg. Selain itu, didapatkan juga adanya kadar
proteinuria sebesar +1. Hal ini sesuai dengan kriteria preeklampsia berat
berdasarkan PNKP : Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia di Indonesia tahun
2016 yaitu sebagai berikut :3
• Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
• Trombositopenia : trombosit < 100.000 / microliter.
• Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya.
• Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastric / regio kanan atas
abdomen
• Edema paru
• Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
• Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR),
atau didapatkan absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).
Faktor resiko preeklampsia adalah sebagai berikut :3
◦ Usia ibu > 40 tahun
◦ Nullipara
◦ Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
◦ Multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru
◦ Multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih
◦ Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
◦ Kehamilan multiple
◦ IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
◦ Hipertensi kronik
11
12
◦ Penyakit ginjal
◦ Sindrom antifosfolipid (APS)
◦ Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio
◦ Obesitas sebelum hamil
Pada pasien ini terdapat dua factor resiko yaitu usia ibu > 40 tahun dan
multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya. Riwayat pereklampsia
sebelumnya merupakan factor risiko tinggi terhadap preeklampsia. Hal ini
seharusnya membuat ibu mendapatkan tindakan pencegahan terhadap
preeklampsia yaitu dengan pemberian aspirin dosis rendah (75 mg hari) dan
suplemen kalsium (minimal 1 gram/hari) yang menurut PNPK : Diagnosis dan
Tatalaksana Preeklampsia tahun 2016 direkomendasikan dengan level evidence I
dengan rekomendasi A (berdasarkan metaanalisis dan uji klinis).3
Pada pasien ini dilakukan terminasi kehamilan karena usia kehamilan pasien
sudah cukup bulan yaitu 38 minggu sehingga tidak dilakukan manajemen
ekspektatif. Pemberian MgSO4 pada preeklampsia bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi angka kejadian eklampsia, serta mengurangi morbiditas dan
mortalitas maternal serta perinatal. Cara kerjanya sendiri belum dapat dimengerti
sepenuhnya. Salah satu mekanisme kerjanya adalah menyebabkan vasodilatasi
melalui relaksasi dari otot polos, termasuk pembuluh darah perifer dan uterus,
sehingga selain sebagai antikonvulsan, magnesium sulfat juga berguna sebagai
antihipertensi dan tokolitik. Magnesium sulfat juga berperan dalam menghambat
reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA) di otak, yang apabila teraktivasi akibat
12
13
13
14
14
15
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien (41 tahun) G4P3A0 gravida 38 minggu kontrol dengan tekanan darah
190/120 mmHg dan adanya riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
dirawat dengan rencana sectio caesarian apabila Mean Arterial Pressure (MAP) <
130. Terapi yang diberikan telah sesuai dengan Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran : Diagnosis dan Tatalaksana Preeklampsia tahun 2016 yaitu
diberikannya terapi MgSO4 untuk mencegah terjadinya kejang dan kejang
berulang, metildopa sebagai antihipertensi yang digunakan serta terminasi
kehamilan karena usia kehamilan sudah cukup bulan.
Selain itu, seharusnya pasien ini diberikan pencegahan sekunder berupa
aspirin dosis rendah (75 mg/hari) dan suplemen kalsium (maksimum 1 g/hari) di
atas usia kehamilan 20 minggu.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
16