Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

PRE-EKLAMSIA BERAT PADA KEHAMILAN ATERM


DENGAN GAWAT JANIN

Oleh:

Grace Natalia Lopak


17014101339
MASA KKM 6 Mei 2019 –14 Juli 2019

Supervisor Pembimbing

Prof. Dr. dr. John J.E Wantania, Sp.OG(K)

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI

RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

“ PRE-EKLAMSIA BERAT PADA KEHAMILAN ATERM

DENGAN GAWAT JANIN ”

Oleh:

Grace Natalia Lopak

17014101339

Telah dikoreksi dan disetujui pada tanggal 2019 untuk memenuhi syarat

tugas kepanitraan Klinik Madya di bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT Manado

Koordinator Pendidikan
Bagian Obstetri dan Ginekologi Supervisor Pembimbing

FK Unsrat Manado

dr. Suzanna P. Mongan, Sp.OG(K) Prof. Dr. dr. John J.E Wantania, Sp.OG(K)
BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan masalah yang paling sering terjadi dalam kehamilan. Hipertensi

merupakan 5-10% komplikasi dalam kehamilan dan merupakan salah satu dari penyebab

kematian tersering selain perdarahan dan infeksi, dan juga banyak memberikan kontribusi

pada morbiditas dan mortalitas ibu hamil. 1

Preeklampsia merupakan suatu sindrom spesifik pada kehamilan. Preeklampsia

adalah keadaan dimana terjadinya hipoperfusi ke organ akibat vasospasme dan aktivasi

endotel yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema.1 Preeklampsia dibagi

menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Diagnosis preeklampsia dapat

ditegakkan dengan kriteria minimum, yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah

kehamilan 20 minggu dan proteinuria ≥300 mg/24 jam atau ≥+1 pada dipstick.2

WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara

berkembang daripada di negara maju.2 Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah

1,3%-6%, sedangkan di negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di

Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.3 Kecenderungan yang ada

dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap

insiden preeklampsia, berbeda dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai

dengan perkembangan temuan antibiotik.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mencatat angka kematian ibu

(AKI) atau Maternal Mortality Ratio (MMR) di Indonesia diperkirakan sebesar 359

kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012. Penyebab
kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan (30,3%), hipertensi dalam

kehamilan (27,1%), dan infeksi (7,3%). Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara,

kasus kematian ibu tahun 2015 terdapat 71 kasus. Sebanyak 22 kasus disebabkan oleh

perdarahan, 13 kasus karena hipertensi dalam kehamilan, 5 kasus karena infeksi, dan 31

kasus oleh sebab lain-lain. 5

Angka kejadian preeklampsia lebih banyak terjadi di negara berkembang

dibandingkan pada negara maju. Hal ini disebabkan karena pada negara maju perawatan

parenatalnya lebih baik. Kejadian preeklampsia dapat di pengaruhi oleh paritas, ras,

faktor genetik dan lingkungan. Dalam kehamilan dengan preeklampsia lebih sering

terjadi pada primigravida, sedangkan pada multigravida lebih berhubungan dengan

penyakit hipertesi kronis, diabetes melitus dan penyakit ginjal. 4

Berikut ini akan dilaporkan kasus preeklamsia berat pada seorang wanita usia 35

tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado.
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. OW

Umur : 35 tahun

Alamat : Kelurahan Bitung Timur Lingkungan III

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Minahasa

Bangsa : Indonesia

MRS : 28 Mei 2019 jam 18:29 WITA

5
B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama

Nyeri perut ingin melahirkan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dirujuk dari Rumah Sakit Budi Mulia dengan diagnosis G3P2A0

35 tahun hamil 38-39 minggu Inpartu kala I + Preeklampsia Berat + Gawat

Janin. Nyeri perut ingin melahirkan, hilang timbul dialami sejak 2 hari

SMRS. Pelepasan lendir dan darah dari jalan lahir (-), pelepasan air

ketuban dari jalan lahir (+) mekonium. Pergerakan janin (+), pandangan

kabur (-), nyeri kepala (-), nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK normal.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit hipertensi (-), penyakit diabetes melitus (-), penyakit jantung (-),

penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hati (-).

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit hipertensi (-), penyakit diabetes melitus (+), penyakit jantung (-),

penyakit paru (-), penyakit ginjal (-), penyakit hati (-).

5. Riwayat Kebiasaan

Merokok (-), minum alkohol (-), minum obat-obatan (-), jamu (-).

6. Riwayat Haid

 Menarche usia 15 tahun

 Siklus teratur

 Lamanya haid 3-5 hari

 Banyaknya haid 3-4 kali ganti pembalut/hari

 HPHT : 26 Agustus 2018

6
 Taksiran partus : 3 Mei 2019

7. Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali, selama 10 tahun.

8. Riwayat Kehamilan

Riwayat hipertensi (+) pada kehamilan sebelumnya.

G: 3 P: 2 A: 0

 P1: 2005 / ♂/ 2500 gr / sptlbk / RS / hidup

 P2: 2007 / ♂/ 3000 gr / sptlbk / RS / hidup

9. Riwayat Hamil Sekarang

 ANC : 5 kali di RS Budi Mulia

 Imunisasi TT : 1 kali

C. PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN KEBIDANAN

1. Status Generalis:

 Keadaan umum : Sakit Sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 GCS : E: 4 M: 6 V: 5 = 15

 Tensi : 160/110 mmHg

 Nadi : 102x/mnt

 Respirasi : 20x/mnt

 Suhu badan : 36,7oC

 Tinggi badan : 165 cm

 Berat badan : 68 kg

 Gizi : Cukup

7
 Kepala : Normosefali

 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)

 Hidung : Sekret (-)

 Gigi & Mulut : Semua gigi lengkap

 Tenggorokan : T1/T1

 Telinga : Serumen -/-

 Leher : Pembesaran KGB (-)

 Toraks : Simetris, retraksi (-)

 Jantung : Suara jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-),

bising(-)

 Paru-paru : Suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing-/-

 Abdomen : Tampak membuncit, asimetris.

 Genitalia eksterna : Tidak ada kelainan

 Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time (CRT) ≤ 2 detik,

edema (-)

 Refleks : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

2. Pemeriksaan Obstetrik

 Inspeksi : Perut tampak membuncit, asimetris

 Palpasi

- Leopold I : Teraba bagian yang besar, lunak, bulat, tidak

melenting TFU 27 cm.

- Leopold II : Pada perut sebelah kanan teraba bagian yang rata

dan terasa ada tahanan dan pada perut sebelah kiri teraba bagian-

bagian kecil.

8
- Leopold III : Teraba bulat, besar, keras, melenting

- Leopold IV : Kepala telah masuk pintu atas panggul (divergen)

dengan penurunan kepala 3/5

 Letak Janin : Letak kepala

 His : 3’-4’// 40’’-45’’

 BJJ : 170-175 x/menit

 TBBA : 2900-3500 gram

3. Pemeriksaan Ginekologi

 Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), edema vulva (-).

 Inspekulo : Fluksus (-), fluor (-), vagina tidak ada kelainan.

 Vaginal Toucher : Eff 90%, pembukaan 7-8, sisa mekonium, PP

kepala H2

 Rectal Toucher : Tidak dilakukan

4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (28 Mei 2019 jam 19:23 WITA)

Hematologi Urinalisis Kimia Klinik Hemostasis

Leukosit 17.3 103/µL Makroskopis SGOT 19 U/L PT

Eritrosit 5.09 106/µL Warna Kuning SGPT 9 U/L @Detik

Hemoglobin 14.1 g/dL Kekeruhan Keruh Ureum Darah 27 mg/dL Pasien 12.7”

Hematokrit 43.0 % Mikroskopis Kreatinin Darah 0.8 mg/dL Kontrol 13.3”


>50 /LPB
Trombosit 175 103/µL Eritrosit GDS 158 mg/dL @ INR
8-10 /LPB
MCH 27.7 pg Leukosit Klorida Darah 98.2 mg/dL Pasien 0.93”
-
MCHC 32.7 g/dL Epitel Kalium Darah 3.50 mEq/L Kontrol 0.98”

MCV 77.6 fL Bakteri Natrium Darah 1342 mEq/L


-
Jamur APPT
-
Amoeba Pasien 32.0”

9
Kimia - Kontrol 30.9”

Berat Jenis 1

pH 5

Leukosit +1

Nitrit neg

Protein 3+

Glukosa 4+

Keton 1+

Urobilinogen 1+

Bilirubin 1+

Darah 5+

Silinder -

Kristal

USG (28 Mei 2019)

10
 Janin Intra Uterin Tunggal Letak Kepala

 FM (+), FHM (+).

 BPD: 9,58 cm.

 AC: 32,18 cm.

 FC: 7,49 cm.

 EFW: 3300-3400 gram.

 Plasenta implantasi di fundus g gr. III.

 AFC < 2mm.

 Kesan: hamil aterm, letak kepala.

RESUME MASUK

Perempuan, 35 tahun datang dengan keluhan nyeri perut ingin melahirkan

dirasakan penderita sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Keluar air

dari jalan lahir (+), keluar darah bercampur lendir dari jalan lahir (+). Pergerakan

janin dirasakan pasien. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya. Keadaan

umum pasien tampak sakit sedang, tensi 160/110 mmH, nadi102 x/menit,

respirasi 20x/menit, suhu badan 36,7oC.

Pemeriksaan obstetrik didapatkan perut terlihat membesar asimetris pada

inspeksi. Pada pemeriksaan Leopold I teraba bulat, lunak, tidak melenting dengan

TFU 27 cm. Pada pemeriksaan Leopold II perut sebelah kanan teraba bagian yang

rata dan terasa ada tahanan dan pada perut sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil.

Pada Leopold III bulat, keras, melenting dan masih dapat digerakkan/ mobile.

Pada Leopold IV didapatkan kepala telah masuk pintu atas panggul (divergen)

dengan penurunan kepala 3/5. BJJ: 170-175 x/menit.

11
Pada pemeriksaan ginekologi tidak didapatkan kelainan vulva pada

inspeksi, pemeriksaan vaginal toucher didapatkan Eff 90 %, pembukaan 7-8, sisa

mekonium, PP kepala H2.

Pemeriksaan USG pada pasien didapatkan kesan hamil 38-39 minggu,

letak kepala.

DIAGNOSIS

G3P2A0 35 tahun hamil 38-39 minggu inpartu kala I dengan Preeklampsia Berat

Janin Intrauterine Tunggal Hidup Letak Kepala + Gawat Janin

SIKAP

 SCTP cito

 MgSO4 sesuai protokol.

 Nifedipin

 Cek laboratorium, UL, cross match, USG, NST.

 Observasi TTV dan BJJ.

 Konsul bagian interna.

 Kateter Urine.

FOLLOW UP

28 Mei 2019 Jam 19.20 WITA (IRDO)

S: Nyeri perut ingin melahirkan (+), keluar air dari jalan lahir (+) kehijauan,

Pergerakan bayi (+)

O: KU: Cukup, Kes: Compos Mentis

12
TD: 160/110 mmHg

N: 102x/menit

R: 20 x/menit

S: 36,7 oC

Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Abdomen: His (+), BJJ: 170-175 x/m

Genitalia: Vulva tidak ada kelainan.

VT: Eff 90 %, Pembukaan 7-8, ketuban (-) sisa mekonium, PP H2

A : G3P2A0 35 tahun hamil 38-39 minggu Inpartu kala I dengan

Preeklampsia Berat

Janin Intrauterine Tunggal Hidup Letak Kepala + Gawat Janin

P : SCTP cito

MgSO4 sesuai protokol.

Nifedipin.

Cek laboratorium, UL, cross match, USG, NST.

Observasi TTV dan BJJ.

Konsul bagian interna.

Kateter Urine

13
LAPORAN OPERASI:

Tanggal: 28 Mei 2019

Jam: 20.45

Lama Operasi: 1 Jam

Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dilakukan tindakan desinfeksi

pada daerah abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup dengan doek steril kecuali

lapangan pandang operasi. Dalam keadaan spinal anastesi dilakukan insisi

pfannenstiel, diperdalam lapis demi lapis sampai fascia. Fascia dijepit 2 kocher,

digunting kecil lalu diperlebar ke kiri dan ke kanan. Tampak otot, otot disishkan

secara tumpul ke lateral. Peritoneum di jepit 2 pinset, diangkat, setelah yakin tidak

ada jaringan usus dibawahnya, digunting kecil lalu diperlebar ke haaq abdomen

dipasang, tampak uterus gravidarum. Identifikasi plika vesika uterine. Plika

vesngan pinset, diguntung kecil lalu diperlebar ke kiri dan ke kanan. Plika vesika

uterine disisikan ke bawah dan dilindungi dengan haaq abdomen. Identifikasi

SBR, dilakukan insisi semilunares. Insisi diperdalam dan cavum uteri ditembus

secara tumpul. Keluar cairan ketuban mekonium. Identifikasi janin letak kepala,

janin dilahirkan jam 20.56 lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/ AS 6-8.

Sementara jalan nafas dibersihkan dengan penghisap lender, tali pusat dijepit

dengan umbilikal klem dan klem kocher, lalu digunting diantara kedua klem

tersebut. Bayi lalu diserahkan kepada sejawat neonati untuk perawatan

selanjutnya. Identifikasi plasenta, implementasi di fundus dengan tarikan ringan

pada tali pusat . Tepi luka SBR dijepit dengan klem, cavum uteri dibersihkan dari

sisa selaput dan bekuan darah.

14
Tepi luka SBR dijahit 2 lapis secara jelujur dengan chromic catgut 2 tapper,

dilakukan reperitonealisasi plika vesika uterine. Kontrol perdarahan (-).

Eksplorasi lanjut, kedua tuba dan ovarium baik, dilakukan sterilisasi.

Peritoneum dijahit jelujur dengan chromic catgut 2/0 tapper. Otot dijahit simpul

dengan chromic catgut 2/0 tapper. Fascia dijahit jelujur dengan safil 1 tapper.

Lemak dijahit dengan plain catgut 2/0 tapper. Kulit dijahit subkutikuler dengan

chromic catgut 2/0 cutting. Luka operasi ditutup dengan kassa steril. Operasi

selesai.

Perdarahan : 400 cc

Diuresis : 200 cc

15
FOLLOW UP POST PARTUM

29 Mei 2019 Jam 06.00 WITA (Irina D Bawah)

S: Nyeri luka operasi (+)

O: KU: Cukup, Kes: Compos Mentis

TD: 150/80 mmHg

N: 84 x/menit

R: 20 x/menit

S: 36,6oC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal

Mammae: Laktasi -/-

Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus baik

Luka operasi terawat

A : P3A0 35 tahun post SCTP + Sterilisasi Pomeroy hari I atas indikasi

Gawat janin + Preeklamsia Berat

Lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/AS 6-8

P :

-ASI on demand.

-Rawat luka operasi.

-Terapi oral (dopamet 3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, sulfas

ferosus 1x200 mg, cefadroxil 3x500 mg, metronodazole 3x500 mg)

16
-Terapi injeksi (ceftriaxone 2x1 gr, MgSO4 4x6 gr (dalam cairan ringer

laktat), oksitosin tiap 8 jam)

-Mobilisasi bertahap.

-Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan

-Diet tinggi kalori dan protein

-AFF Infus 1 line.

Laboratorium (29 Mei 2019 jam 08:29 WITA)

Hematologi

Leukosit 17.8 103/µL

Eritrosit 4.20 106/µL

Hemoglobin 12.2 g/dL

Hematokrit 35.1 %

Trombosit 167 103/µL

MCH 29.0 pg

MCHC 34.7 g/dL

MCV 83.5 fL

30 Mei 2019 Jam 06.30 WITA (Irina D Bawah)

S: Nyeri luka operasi (+)

O: KU: Cukup, Kes: Compos Mentis

TD: 130/80 mmHg

N: 82 x/menit

R: 20 x/menit

S: 36,5oC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

17
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal

Mammae: Laktasi -/-

Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus baik

Luka operasi tertutup kassa, merembes (-)

A : P3A0 35 tahun post SCTP + Sterilisasi Pomeroy Hari II atas indikasi

Gawat janin + Preeklampsia berat.

Lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/AS 6-8

P :

-ASI on demand.

-Aff Infus

-Aff catheter

-Terapi oral (dopamet 3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, sulfas

ferosus 1x200 mg, cefadroxil 3x500 mg, metronodazole 3x500 mg)

-Mobilisasi bertahap.

-Diet tinggi kalori dan protein

-Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan

31 Mei 2019 Jam 06.00 WITA (Irina D Bawah)

S: Nyeri luka operasi (+)

O: KU: Cukup, Kes: Compos Mentis

TD: 120/80 mmHg

N: 78 x/menit

R: 20 x/menit

18
S: 36,6oC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal

Mammae: Laktasi +/+

Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus baik

Luka operasi terawat

A : P3A0 35 tahun post SCTP + Sterilisasi Pomeroy Hari III atas indikasi

Gawat janin + Preeklampsia berat.

Lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/AS 6-8

P :

-ASI on demand.

-Terapi oral (asam mefenamat 3x500 mg, sulfas ferosus 1x200 mg,

cefadroxil 3x500 mg, metronodazole 3x500 mg)

-Mobilisasi

-Diet tinggi kalori dan protein

-Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan

01 April 2019 Jam 06.00 WITA (Irina D Bawah)

S: Nyeri luka operasi (+)

O: KU: Cukup, Kes: Compos Mentis

TD: 130/80 mmHg

N: 80x/menit

R: 20 x/menit

19
S: 36,6oC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal

Mammae: Laktasi +/+

Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus baik

Luka operasi terawatt, rembesan (-)

A : P3A0 35 tahun post SCTP + Sterilisasi Pomeroy Hari IV atas indikasi

Gawat janin + Preeklampsia berat.

Lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/AS 6-8

P :

-ASI on demand.

-Terapi oral (asam mefenamat 3x500 mg, sulfas ferosus 1x200 mg,

cefadroxil 3x500 mg, metronodazole 3x500 mg)

-Observasi TNRS, kontraksi, perdarahan

-Rawat jalan

RINGKASAN PULANG

 Tanggal Masuk : 28 Mei 2019

 Tanggal Keluar : 01 April 2019

 Lama Dirawat : 4 hari

 Ruang Rawat : Irina D

 DPJP : dr. Linda M. Mamengko, Sp.OG-K

20
Diagnosis Awal : G3P2A0 35 tahun hamil 38-39 minggu inpartu

kala I dengan Preeklampsia Berat Janin Intrauterine Tunggal Hidup Letak Kepala

+ Gawat Janin

 Tindakan : SCTP + Sterilisasi Pomeroy

 Keadaan Pasien Pulang : T: 120/70 mmHg

N: 88 x/menit

R: 20 x/menit

S: 36,6oC

Diagnosis Akhir : P3A0 35 tahun post SCTP + Sterilisasi Pomeroy Hari IV

atas indikasi Gawat janin + Preeklampsia berat.

Lahir bayi perempuan/SCTP/3600 gr/52 cm/AS 6-8

 Pengobatan : Terapi oral, bed rest.

 Edukasi : Segera kembali apabila terjadi perdarahan. Kontrol

di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado pada tanggal 08 April 2019.

21
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan G3P2A0 35 tahun hamil 38-39 minggu

inpartu kala I dengan Preeklampsia Berat Janin Intrauterine Tunggal Hidup

Letak Kepala + Gawat Janin.

Preeklampsia Berat pada Kehamilan Aterm

Diagnosis preeklampsia berat pada pasien ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien dating

dengan keluhan nyeri perut ingin melahirkan yang dirasakan pasien sejak

2 hari SMRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan salah satu tanda

diagnosis preeklampsia berat yaitu tekanan darah 160/110 mmHg, serta

pemeriksaan urinalisis didapatkan proteinuria +3.

Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi

spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem

organ lainnya pada usia kehamilan di atas 20 minggu, pada pasien ini

umur kehamilan sudah aterm yakni 37-38 minggu. Penyakit ini umumnya

terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada

trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh

wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu

singkat preeklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengan

tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma.8,9

22
Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan

preeklampsia atau preeklampsia berat adalah salah satu dari gejala dan

kondisi berikut, tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik

atau 110 mmHg diastolik pada 2 kali pemeriksaan berjarak 15 menit

menggunakan lengan yang sama, trombositopenia (trombosit

<100.000/mikroliter), gangguan ginjal (kreatinin serum >1,1 mg/dL atau

didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak

ada kelainan ginjal lainnya), gangguan liver (peningkatan konsentrasi

transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah

epigastrik/region kanan atas abdomen), edema paru, gejala neurologis

(stroke, nyeri kepala, gangguan visus), dan gangguan pertumbuhan janin

yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta (oligohidramnion,

fetal growth restriction/FGR atau didapatkan adanya absent or reversed

end diastolic velocity/ARDV).4

Etiologi preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum

diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-akibat

penyakit tersebut, namun belum ada yang memberikan jawaban yang

memuaskan. Namun, dari beberapa studi dikumpulkan beberapa faktor

yang terbukti meningkatkan risiko preeklampsia, yaitu pada anamnesis:

umur 40 tahun, nulipara, multipara dengan riwayat preeklampsia

sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru, multipara

yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat

preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan multiple,

IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), hipertensi kronik, penyakit

23
ginjal, sindrom antifosfolipid (APS), kehamilan dengan inseminasi donor

sperma, oosit atau embrio, obesitas sebelum hamil dan ada pemeriksaan

fisik: IMT >35, tekanan darah diastolik >80 mmHg, proteinuria (dipstick

>+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300

mg/24 jam). Juga terdapat beberapa faktor resiko yang mungkin berperan

dalam terjadinya preeklampsia yaitu paritas, riwayat diabetes melitus, dan

pendidikan.2,13 Faktor risiko preeklampsia berat pada pasien ini adalah

umur pasien dan multiparitas dengan riwayat preeklampsia pada

kehamilan sebelumnya. Ini sesuai dengan teori bahwa ibu yang memiliki

riwayat preeklampsia sebelumnya akan meningkatkan 20% resiko

mengalami kekambuhan.

Prinsip penatalaksanaan pada PEB dibagi menjadi 2 yaitu aktif

(aggressive\management) dan ekspektatif atau konservatif.6 Aktif berarti

kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian

pengobatan medikamentosa. Indikasi perawatan aktif untuk keadaan ibu

jika didapatkan umur kehamilan ≥37 minggu, adanya tanda impending

eklampsia, gagal ekspektatif, diduga ada solusio plasenta, terjadi

perdarahan. Penanganan medikamentosa pada pasien ini meliputi

pemberian MgSO4 sesuai protokol, dan pemberian obat anti-hipertensi.

Protokol pemberian MgSO4 yaitu diberikan dua dosis (loading dose dan

maintenance dose). Dosis awal (loading dose) yang diberikan yaitu

MgSO4 40% 4 gr secara intravena. Setelah itu dilanjutkan dengan dosis

pemeliharaan yaitu MgSO4 40% 6g dalam larutan Ringer Laktat dalam 6

jam. Obat antihipertensi yang digunakan pada pasien ini adalah nifedipin.

24
Nifedipin merupakan obat antihipertensi lini pertama yang dapat

diberikan. Nifedipin tergolong ke dalam antagonis kalsium (calcium channel

blocker). Obat ini bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel otot

polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium

terutama menimbulkan relakasasi arteriol, sedangkan vena kurang

dipengaruhi. Nifedipin bersifat vaskuloselektif sehingga efek langsung pada

nodus SA dan AV minimal, menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan

fungsi jantung yang berarti.2Selain itu, penatalaksanaan yang tidak kalah

penting adalah informed consent terhadap pasien dan keluarga yang terkait

tentang kondisi ibu dan kondisi janin.10

Preeklampsia Berat pada Kehamilan Preterm

Kehamilan dengan Preeklamsia yang mencapai usia cukup bulan

untuk bersalin tampaknya memiliki perjalanan penyakit yang berbeda

dengan kehamilan dengan Preeklamsia yang bermanifestasi pada usia

kehamilan yang masih dini atau dibawah 38 minggu. Kejadian kecil masa

kehamilan yang tidak berbeda bermakna baik dinilai dari tinggi maupun

panjang janin menunjukkan bahwa pada Preeklamsia yang telah mencapai

kehamilan cukup bulan, sirkulasi uteroplasenter tampaknya bukan menjadi

patogenesis utama.

Sedangkan pada kehamilan di bawah usia 38 minggu, terdapat

perbedaan bermakna hanya pada berat badan janin namun tidak

mempengaruhi panjang badan janin, hal ini menunjukkan bahwa sirkulasi

uteroplasenter, yang terganggu pada PE, berperan lebih besar pada

perkembangan berat badan janin, sedangkan pembentukan tulang panjang

25
tampaknya tidak menggantungkan aktivitasnya pada suplai nutrisi dari ibu

yang dipindahkan lewat plasenta.

Dalam kondisi yang demikian dapat terlihat bahwa terdapat

perbedaan mekanisme yang terjadi pada preeklampsia yang terjadi pada

keadaan preterm maupun aterm dimana gangguan uteroplasenter

tampaknya memegang peranan penting pada pathogenesis Preeklamsia

dini dan menyebaban gangguan pertumbuhan janin yang asimetris karena

suplai nutrisi yang tidak mencukupi. Keadaan tidak menguntungkan untuk

janin akan dikompensasi dengan tetap memberikan suplai pada sistem

organ penting yang kelak mempengaruhi kualitas hidup di kemudian hari

yakni sistem saraf pusat terutama otak, sehingga terjadi brain sparing

effect. Keadaan ini memungkinkan aliran darah ke otak tetap lancar

sehingga perkembangan otak janin yang ditunjukkan dengan jarak antar

tulang parietal, rangka batang tubuh, dan tulang panjang serta dinilai

dalam panjang badan janin yang tidak mengalami perbedaan signifikan

dengan kehamilan normal lainnya. 11

Preeklamsia Berat dengan Gawat Janin

Gawat janin adalah denyut jantung janin (DJJ) kurang dari 100 per

menit atau lebih dari 180 per menit. Gawat janin terjadi bila janin tidak

menerima O2 yang cukup, sehingga akan mengalami hipoksia. Situasi ini

dapat terjadi (kronik) dalam jangka waktu yang lama atau akut. Disebut

gawat janin bila ditemukan denyut jantung janin diatas 160/menit atau

dibawah 100/menit, denyut 21 jantung tidak teratur, atau keluarnya

26
mekonium yang kental pada awal persalinan. Gawat janin merupakan
12
suatu reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.

Pada kasus ini didapatkan denyut jantung janin 170-175 x/menit dan

terdapat mekonium pada sarung tangan saat pemeriksaan dalam.

Hal tersebut dapat terjadi karena vasopasme yang merupakan

akibat dari kegagalan invasi trofoblas kedalam lapisan otot pembuluh

darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan menyebabkan

aliran 24 darah dalam plasenta menjadi terhambat dan menimbulkan

hipoksia pada janin yang akan menjadian gawat janin.

27
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pasien perempuan 35 tahun dirujuk dari Rumah Sakit Budi Mulia Bitung pada

tanggal 28 Mei 2019 dengan keluhan nyeri perut ingin melahirkan dirasakan sejak

2 hari SMRS. Berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang pasien didiagnosis dengan G3P2A0 35 tahun hamil 38-39 minggu

inpartu kala I dengan Preeklampsia Berat Janin Intrauterine Tunggal Hidup Letak

Kepala + Gawat Janin. Pada pasien dilakukan penangan berupa SCTP cito dan

pemberian obat- obatan medikamentosa untuk mengatasi hipertensi. Pasien

dirawat selama 4 hari kemudian dipulangkan pada tanggal 01 Juni 2019 dengan

keadaan sehat dan hidup. Prognosis pada pasien adalah baik karena telah

dilakukan penanganan yang tepat dan cepat.

2. Saran

Pada kasus ini pasien sudah memilih melakukan Sterilisasi yang artinya

pasien tidak akan hamil lagi. Pasien disarankan menjaga pola hidup dan

melakujan kontrol di dokter karna pasien memiliki riwayat hipertensi dalam

dua kali kehamilan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C, et al.

Pregnancy Hypertension. William Obstetrics, edisi ke-24. New York:

McGraw-Hill, 2010 : 706-756.

2. Osungbade KO, Ige OK. Public Health Perspectives of Preeclampsia in

Developing Countries: Implication for Health System Strengthening.

Journal of Pregnancy. 2011. (Diakses pada 8 April 2019). Diunduh dari:

http://www.hindawi.com/journals/jp/2011/481095.

3. Statistics by country for preeclampsia. (Diakses pada 8 April 2011).

Diunduh dari: http://www.wrongdiagnosis.com/p/preeclampsia/stats-

country.htm

4. Gafur.A, Nurdin.A, Rahmadhany.S, dan Rahim.M.R.(2012). Hubungan

Antara Primigravida dengan Preeklampsia.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2015. Profil Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Utara. 2016. [Diakses tanggal 8 April 2019]. Tersedia

dari: http://dinkes.sulutprov.go.id/wpcontent/uploads/2016/11/Buku-

Profil-KesehatanSulut-2015.pdf

6. Angsar MD. Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Saifuddin AB,

Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editor (penyunting). Ilmu Kebidanan.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2014 h: 544-45.

7. Wibowo N, Irwinda R, Frisdiantiny E, Karkata MK, Mose CJ, Chalid

MT,dkk. Diagnosis dan tatalaksana preeklampsia. POGI, Jakarta. 2016.

29
8. Magdalena Grundmann, Alexander Woywodt, Torsten Kirsch et al.

Circulating endothelial cells: a marker of vascular damage in patients with

preeclampsia. AJOG. 2008. Volume 198, Issue 3, Pages 317. e1-317. e5

9. Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. Jakarta: Pedoman WHO Kerjasama dengan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Perkumpulan Obstetri dan

Ginekologi Indonesia (POGI) dan katan Bidan Indonesia (IBI); 2013.

10. Wibowo N, Irwinda R, Frisdiantiny E, Karkata MK, Mose CJ, Chalid

MT,dkk. Diagnosis dan tatalaksana preeklampsia. POGI, Jakarta. 2016.

11. Cohen E, Baerts W, Bel F. Brain-Sparing in Intrauterine Growth

Restriction : Considerations for the Neonatologist. Neonatology 2015;

108: 269–276.

12. Prawiroharjo, S. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono

Prawirohardjo

30

Anda mungkin juga menyukai