KELOMPOK : 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2019
Dosen : Dr.dr.Leo Prawirodihardjo, Sp.OG(K), M Kes, MM,
SM, MARS, Ph.D
-Selamat Bekerja-
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko ?
Jawaban :
b. Manajemen Risiko
Kasus 1 :
Disebabkan karena kesalahan pemberian obat di depo rawat jalan pada
pasien dengan nama yang sama dan berasal dari poliklinik yang sama.
Pasien berasal dari poliklinik spesialis jantung. Pasien memiliki dua
nama yang sama secara lafal (pengucapan), tetapi berbeda secara
penulisan. Pasien pertama bernama Sunarya, dan pasien kedua
bernama Sunariah.Kesalahan terjadi ketika petugas farmasi
memanggil pasien untuk penyerahan obat dan akan diberikan informasi
obat. Ketika diberikan pertanyaan oleh petugas farmasi mengenai data-
data pasien untuk memastikan kembali obat yang akan diberikan, orang
yang mengambil obat tersebut hanya mengangguk (sepertinya bukan
pasien/keluarga pasien ybs atau suruhan pasien). Petugas farmasi baru
menyadari kalau obat yang diberikan keliru ketika pasien atas nama
Sunariah menanyakan obatnya (karena ybs ada keperluan lain, jadi resep
ditinggal di apotek tetapi obat belum diambil). Sementara obat atas nama
pasien Sunariah sudah tidak ada di apotek. Obat yang ada di apotek
hanya ada atas nama Sunarya. Setelah ditelusuri ternyata kesalahan
bukan hanya terjadi di Instalasi Farmasi saja, melainkan juga terjadi di
poliklinik jantung. Perawat di poliklinik salah menulis nama di resep (tidak
sesuai dengan SEP/jaminan yang ada pada lembar kedua). Segera
setelah petugas farmasi menyadari terjadi kesalahan pemberian obat
pada pasien tersebut, petugas farmasi segera mencari kembali resep
atas nama Sunariah dan menyiapkan kembali obatnya. Sementara
pasien atas nama Sunarya ditelusuri alamat rumah dan nomer telepon
yang bisa dihubungi. Tetapi dari data yang ada di sydtem pendaftaran
tidak mencantumkan dengan lengkap no telepon. Sehingga mau tidak
mau petugas farmasi mencari alamat pasien tersebut, dan mendatangi
rumahnya, untuk menukar obat yang salah. Beruntungnya pasien belum
meminum obat tsb satupun, sehingga resiko lebih besar dari
kesalahan penggunaan obat tidak terjadi dan dengan segera
tertanggulangi.
b. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran
tingkat kemungkinan dan dampak resiko.
Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan
pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif,
atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
Pada kasus salah memberikan obat pada pasien, maka pengukuran
kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai berikut :
Dan dampak yang ditimbulkan berbobot nilai dua (2) yaitu rendah,
pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian keuangan sedang. Kerugian
keuangan sedang, karena instalasi farmasi harus menyiapkan kembali
obat yang sudah dibawa oleh pasien yang salah (Sunarya vs Sunaria).
Pertolongan pertama dapat diatasi, karena adanya laporan dari pasien
Sunaria bahwa obatnya belum diambil, sehingga petugas farmasi dapat
segera mengantisipasinya, dengan menyiapkan kembali obat tersebut
dan mengganti obat pasien Sunarya dengan mendatangi rumah pasien
tsb, diberikan penjelasan dan segera dilakukan perbaikan.
Nilai :
Bobot likehood = 2
Bobot dampak = 2
Bobot total penilaian adalah (2x2 = 4) berada di kolom kuning yaitu
sedang
c. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk
dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang
menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko. Dari
kasus salah memberikan obat pada pasien, peta resiko yang dapat dibuat
berdasarkan prioritas resiko adalah sebagai
berikut :
Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat badan untuk pasien
anak)
Pembacaan resep (pengkajian)
Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman keuangan
Pembuatan etiket
Penyiapan obat (dispensing)
Penggabungan antara etiket dan obat yang telah disiapkan
Pemberian informasi kepada pasien ketika menyerahkan obat
Menjadi prioritas utama dalam penerimaan resep, terutama saat
pembacaan resep (bila salah membaca resep, salah pula obat yang
diberikan). Diperlukan juga ketelitian dalam kesesuaian antara lembar
resep dengan lembar SEP/jaminan pasien. Ini adalah langkah yang
menempati urutan prioritas resiko untuk kasus ini.
d. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana
tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan
personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan.
Cara menangani resiko untuk kasus ini adalah, mengurangi tingkat
kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan
kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses pelayanan
kefarmasian, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih
rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan
terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk melaksanakan rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat
yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko. Seluruh resiko
yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke
dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko,
uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa
yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko
yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk
meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta
personil yang bertanggung jawab melakukannya. Untuk kasus ini, cara
menangani resiko tersebut adalah dengan segera membuat perbaikan
agar masalah pasien terantisipasi. Kendali intern, dengan memanggil
petugas terkait (baik dari petugas farmasi maupun perawat di poliklinik),
agar kasus tersebut diharapkan tidak terjadi lagi di masa yang akan
dating. Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
e. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal menimbulkan resiko baru,
mengubah
tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara penanganan
resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam
register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya. Untuk kasus
ini, cara memantau resiko adalah dengan mengetatkan kembali sistem
double cross cek diantara petugas farmasi dan perawat di poliklinik,
sehingga diharapkan kesalahan dalam proses penyiapan resep, mulai dari
penerimaan resep Untuk kasus ini, cara memantau resiko adalah dengan
mengetatkan kembali sistem double cross cek diantara petugas farmasi
dan perawat di poliklinik, sehingga diharapkan kesalahan dalam proses
penyiapan resep, mulai dari penerimaan resep dan seterusnya, tetap
dilakukan kontrol untuk masing-masing pekerjaan tersebut. Cara lain
adalah dengan mensosialisasikan kembali prosedur-prosedur yang ada,
untuk dapat ditaati, sehingga kesalaha tersebut diharapkan tidak terulang
kembali.
f. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan
penanganan resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang
berkepentingan terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan
untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai
dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan
berasal dari internal (manajemen, karyawan) dan eksternal (pemasok,
pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan rumah sakit).
Untuk kasus ini, cara mengkomunikasikan resiko salah satu yang dapat
diperbuat adalah dengan melakukan pertemuan penyegaran, dengan
memberikan materi seputar manajemen resiko dan akibat-akibat yang
dapat timbul bila para petugas tidak mempedulikan keselamatan pasien.
Petugas diberikan pemahaman, bagaimana agar dapat memahami bahwa
segala sesuatu yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan
karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dari pasien yang datang ke
rumah sakit.