Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asap rokok adalah suatu hal yang mudah sekali dijumpai di

lingkungan sekitar kita. Menurut data Riskesdas pada tahun 2013 sebanyak

36.3% penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun adalah perokok aktif.

Angka tersebut mengalami peningkatan sebelumnya yang pada tahun 2007

terdapat 34,2% penduduk perokok aktif. Kenaikan jumlah perokok di

Indonesia sebanding dengan tingginya morbiditas dan mortalitas akibat

rokok. Di Indonesia asap rokok menyebabkan 9,8% kematian karena

penyakit paru kronik dan emfisema pada tahun 2001. Asap rokok tidak

hanya berdampak bagi perokok aktif, namun juga perokok pasif. Paparan

asap rokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko utama untuk

penyakit aterosklerosis dan mengakibatkan ketidakseimbangan oksidan-

antioksidan sistemik yang dilihat dari peningkatan kadar reactive oxygen

species (ROS) dan menurunnya kadar antioksidan tubuh yaitu superoxyde

dismutase (SOD) dan glutathione (GSH) (Moriarty et al., 2003; Wei et al.,

2001).

Asap rokok mengandung berbagai bahan kimia seperti nikotin,

Carbon Monoxide (CO), tar dan eugenol pada rokok kretek. Tar merupakan

zat karsinogenik, sedangkan nikotin merupakan bahan adiktif yang dapat

menyebabkan ketergantungan (Aditama, 2001). Gambaran darah

merupakan salah satu parameter dari status kesehatan karena darah


mempunyai fungsi penting dalam pengaturan fisiologis tubuh. Fungsi darah

secara umum berkaitan dengan transportasi komponen di dalam tubuh

seperti nutrisi, oksigen, karbon dioksida, metabolit, hormon, panas, dan

imun tubuh sedangkan fungsi tambahan dari darah berkaitan dengan

keseimbangan cairan dan pH tubuh (Reece, 2006).

Nikotin dalam asap rokok dapat mengakibatkan stres oksidatif yang

ditandai dengan meningkatnya jumlah total leukosit terutama neutrofil

darah perifer (Nagamma et al., 2011). Secara in vitro nikotin dapat memicu

leukosit khususnya neutrofil untuk mengeluarkan superoksida bermuatan

negatif (superoxide anion) sementara superoksida yang sama juga

dihasilkan oleh asap rokok. Superoksida dapat menginisiasi peroksidasi

lipid membran sel. Peroksidasi dari asam lemak ganda tak jenuh membran

sel akan memperkuat stres oksidatif selama merokok (Sela et al., 2002).

Asap rokok masuk kedalam tubuh maka terjadi respon inflamasi

ditunjukkan dengan naiknya produksi mediator pro inflamasi yang nantinya

akan menaikkan jumlah total leukosit dalam darah. Leukosit atau sel darah

putih adalah sel darah yang berperan khusus sebagai sistim imunitas.

Seseorang yang mendapatkan paparan asap rokok dalam jangka waktu yang

lama secara terus menerus memiliki jumlah leukosit 20 – 25% lebih tinggi

dibandingkan orang yang tidak merokok. Terdapat hubungan positif yang

kuat antara merokok dengan jumlah total leukosit pada perokok.

Mekanisme kenaikan leukosit pada perokok masih belum diketahui secara

jelas (Permatasari, 2015). Asap rokok dapat memicu aktivitas sel-sel


antiiflamasi untuk membentuk radikal bebas secara tidak langsung dalam

tubuh sehingga jumlah oksidan yang ada dalam tubuh bisa melebihi jumlah

antioksidan yang tersedia.

Asap rokok merupakan salah satu sumber radikal bebas. Radikal

bebas yang terdapat dalam asap rokok jumlahnya sangat banyak,

diperkirakan dalam satu kali hisap masuk sebanyak 10 molekul radikal

bebas. Oksidan yang dihasilkan oleh asap rokok dan oksidan yang

dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil yang aktif serta kandungan H₂O₂

yang tinggi pada asap rokok akan mempermudah propagasi radikal bebas

(Widodo, 1995).

Efek negatif radikal bebas dapat dihambat dengan senyawa yang

disebut sebagai antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat

menetralkan radikal bebas, seperti: enzim SOD (Superoksida 2 Dismutase),

gluthatione, dan katalase. Antioksidan juga dapat diperoleh dari asupan

makanan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin E dan betakaroten

serta senyawa fenolik. Bahan pangan yang dapat menjadi sumber

antioksidan alami, seperti rempah-rempah, coklat, biji-bijian, buah-buahan,

sayur-sayuran seperti buah tomat, pepaya, jeruk dan sebagainya (Suryani,

2011).

Tomat merupakan salah satu jenis buah yang memiliki senyawa

polifenol, karotenoid, dan vitamin C yang dapat bertindak sebagai

antioksidan. Polifenol pada tomat sebagian besar terdiri dari flavonoid,

sedangkan jenis karotenoid yang dominan adalah pigmen likopen (Watson,


2003). Likopen adalah salah satu zat pigmen kuning tua sampai merah tua

yang termasuk kelompok karotenoid yang bertanggungjawab terhadap

warna merah pada tomat. Senyawa karotenoid ini dikenal baik sebagai

senyawa yang memiliki daya antioksidan tinggi, senyawa ini mampu

melawan radikal bebas akibat polusi dan radiasi sinar UV (Suryani, 2011).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian

dengan tujuan untuk membuktikan bahwa adanya perbedaan pemberian

ekstrak tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi paparan asap rokok.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan pemberian ekstrak tomat terhadap jumlah

leukosit setelah diberi paparn asap rokok (In Vivo).

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan pemberian ekstrak tomat terhadap jumlah

leukosit setelah diberi paparn asap rokok (In Vivo).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jumlah leukosit mecit yang diberi paparan asap

rokok (In Vivo).

b. Untuk mengetahui perbandingan jumlah leukosit mencit yang diberi

paparan asap rokok dan ekstrak tomat (In Vivo).

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi diharapkan karya tulis ini dapat bermanfaat dalam

pengembangan pendidikan mengenai perbedaan pemberian ekstrak

tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi paparan asap rokok (In

Vivo).

b. Dapat memberikan bukti bukti empiris tentang apakah perbedaan

pemberian ekstrak tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi

paparan asap rokok (In Vivo).

2. Manfaat Aplikatif

a. Sebagai bahan masukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnnya di bidang Biologi Oral tentang perbedaan pemberian

ekstrak tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi paparan asap

rokok (In Vivo).

b. Sebagai tambahan ilmu dan pengetahuan tentang manfaat dari

penggunaan ekstrak tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi

paparan asap rokok (In Vivo).

3. Manfaat Praktis

a. Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk peneliti

selanjutnya sebagai referensi dalam meneliti lebih lanjut tentang

penggunaan ekstrak tomat terhadap jumlah leukosit setelah diberi

paparan asap rokok (In Vivo).

Anda mungkin juga menyukai