Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian


anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya
mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya.
Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil
pendidikan ini hanya akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak
berkepribadian ( jiwa kosong ).

Untuk itulah, urgensi pendidikan karakter kiranya adalah jawaban bagi kondisi
pendidikan seperti ini. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini
diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini sering
menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi.

Apa dan bagaimana pendidikan karakter tersebut? Pendidikan karakter dan


segala seluk beluknya dapat pembaca simak dalam makalah yang telah dibuat ini.

Dengan kepeningan itula makalah ini kami buat, selain untuk memenuhi tuga
terstruktur dan pentingnya pendidikan bagi kita semua.

LANDASAN SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN

A. Individu, Masyarakat dan Kebudayaan

Individu adalah manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak dapat di


bagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bisa bersifat unik, serta
bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung jawabnya
sendiri atau otonom.

Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai orang-orang hidup


bersama yang menghasilkan kebudayaan. Manusia hidup bermasyarakat dan
menghasilkan kebudayaan yaitu keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.

Anatar individu, masyarakat, dan kebudayaanya tak dapat dipisahkan. Hal


ini sebagaimana dimaklumi bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan
berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu.
Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan
kebudayaan di pengaruhi pula oleh individu-individu yang membangunnya.

Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial, status dan peranan. Dalam


rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-tujuannya, setiap
individu maupun kelompok melakukan ada pun dalam interaksi sosial tersebut
mereka melakukan berbagai tindakan sosial, tindakan sosial yang dilakukan
individu hendaknya sesuai dengan status dan peranannya dan diharapkan sesuai
pula dengan kebudayan masyarakatnya. Masyarakat menuntut hal tersebut tiada
lain agar tercipta korformitas. Tindakan sosial yang tidak sesuai dengan norma
dan nilai dan norma dan kebudayaan masyarakat dipandang melakukan
penyimpangan tingkah laku atau penyimpangan sosial terhadap pelaku
penyimpangan sosial masyarakat akan mengucilkannya bahkan melakukan
pengendalian sosial.

B. Pendidikan: Sosialisasi dan Enkulturasi

Sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat. Sedangkan enkulturasi suatu proses dimna
individu belajar berfikir, bertindakd dan merasa yang mencerminkan kebudayaan
mayarakat.

Pendidikan diupayakan antara lain agar peserta didik mampu hidup


bermasyarakat dan berbudaya. Apabila di tinjau dari sudut pandang sosiologi,
pendidikan identik dengan sosialisasi, sedangkan apabila ditinjau dri sudut
pandang antropologi, pendidikan identik dengan enkulturasi. Karena di dalam
proses sosialisasi hakikatnya terjadi juga proses enkulturasi dan sebaliknya di
dalam proses enkulturasi juga terjadi proses sosialisasi, dalam konteks ini maka
pendidikan hkikatnya meliputi sosialisasi dan enkuturasi.

C. pendidikan Sebagai Pranata sosial

Pranata sosial adalah perilaku terpola yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya (basic needs).

Jenis-jenis pranata sosial :

1. Pranata ekonomi
Seperangkat aturan yang mengatur tentag kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi
barang dan jasa sehingga terwujud kesejahtraan dan keteriban masyarakat. Terlahir
pada saat orang melakukn tukar menukar barang (barter) secara rutin membagi-bagi
tugas dan mengakui adanya tuntutan terhadap orang lain. Antara lain brtujuan untuk
mningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fungsinya mengatur hubungan antar pelaku
ekonomi dan meningkatkan produktifitas ekonomi semaksimal mungkin.

2. Pranata agama

Agama adalah ajaran atau system yang mengatur tentng keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta mencakup pula tentang kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antar manusia dengan lingkungannnya. Fungsinya ajaran
atau aturan adalah memberikan tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa saling hormat
antar sesame manusia; hukum memberikan aturan yang jelas terhadap tingkah lku
manusia akan hal-hal yang di anggap benar dan hal-hl yang di anggap salah; social yaitu
sebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat, misalnya ekonomi, pendidikan,
kesehatan, perkawinan, kesenian, dan lain-lain; fungsi ritual; trnasformatif;

3. Pranata pendidkan

Pranata pendidikan merupakan salh satu pendidikan sosial dalam rangka proses
sosialisasi dn/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu ke dalam kehidupan
berasyarakat dan berbuday serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat
dan kebudayaannya.

D. Pendidikan Informal, Formal, dan Nonformal

1. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluargadan lingkungan yang


berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan.Terjadi di dalam lingkungan dan
keluarga.contohnyaAgama, Budi pekerti, Etika, Sopan santun, Moral,
dan Sosialisasi.

2. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus
negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Satuan pendidikan
penyelenggara diantaranya Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah
Atas(SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Perguruan
tinggi (Akademi, Politeknik,Sekolah Tinggi, Institut, Universitas).

Sekolah memiliki struktur tertentu yang didukung oleh berbagai unsur dan
komponen. Fungsi pendidikan sekolah :

1. Fungsi transmisi kebudayaan masysarakat

2. Fungsi sosialisasi (memilih dan mengerjakan peranan social)

3. Fungsi integritasi social

4. Fungsi mengembangkan kepribadian individu atau anak

5. Fungsi mempersiapkanan anak untuk suatu pekerjaan

6. Fungsi inovasi/men-transformasi masyarakat dan kebudayaan

3. Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan


formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.

Sasaran Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat


yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.Fungsi Pendidikan nonformal berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.

Jenis Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,


pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik.

Satuan pendidikan penyelenggara, Kelompok bermain (KB), Taman


penitipan anak (TPA), Lembaga kursus, Sanggar, Lembaga
pelatihan, Kelompok belajar, Pusat kegiatan belajar masyarakat, Majelis taklim.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan


bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

E. Pendidikan, Masyarakat, dan Kebudayaan

Terdapat hubungan timbale balik antara pendidikan dengan masyarakat


dengan kebudayaan.dalam hubungan dengan keadaan serta harapan
masyarakatnya, masyarakat dan kebudayaan pranata memiliki dua fungsi utama,
yaitu:

1. Fungsi konservasi

2. Fungsi inovasi/kreasi/trnasformasi

F. Pola-pola Kegiatan Sosial pendidikan

Dalam kegiatan pendidikan, jenis pola kegiatan social pendidikan yang di


harapkan terjadi adalah jenis pola transaksional. Adapun dalam kegiatan social
pendidikan pola trasaksional tersebut diharapkan tercipta pola dasar hubungan
trnasaksional jenis yang ke empat yaitu I’am OK-You are OK, artinya bahwa
guru mau melaksanakan pendidikan dan siswa pun mau malaksanakan
pendidikan.

G. Pola Sikap Guru kepada Siswa dan Implikasinya terhadap Fungsi dan Tipe
Guru

David Hargreaves mengemukakan tiga kemungkinan pola sikap guru


terhadap muridnya serta implikasinya terhadap fungsi dan tipe/kategori guru :
• Guru berasumsi bahwa muridnya belum menguasai kebudayaan, sedangkan
pendidikan diartikan sebagai enkulturasi (pembudayaan). Implikasinya maka
tugas dan fungsi guru adalah menggiring muridnya untuk mempelajari hal-hal
yang dipilihkan guru. Tipe guru ini dinamakan sebagai penjinak atau
penggembala singa.
• Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan untuk belajar yang harus
menghadapi materi yang baru, cukup berat dan kurang menarik.
Implikasinyatugas guru adalah membuat pengajaran menjadi menyenangkan,
menarik, an mudah. Tipe guru ini dinamakan sebagai penghibur atau
“entertainer”.

• Guru berasumsi bahwa muridnya mempunyai dorongan belajar ditambah dengan


harapan mampu menggali sumber belajar. Implikasinya guru harus memberikan
kebebasan yang cukup luas kepada murid. Tipe guru ini dinamakan sebagai guru
romantik.

Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan bagian 2

A. Landasan Sosiologis
Anak didik dapat bergaul karena anak didik maupun pendidik merupakan
makhluk sosial.
Manusia merupaka makhluk sosial karena manusia memiliki:
1. Sifat ketergantungan manusia dengan mausia lain
2. Sifat adaptibility dan intelegensia Keadaan proses atau situasi pendidikan
dianalisis secara input terdiri atas instrumental input, purposif input, dan
enviromental input.
Proses sosial individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Faktor organism
2. Faktor lingkungan alami
3. Faktor lingkungan sosial dan budaya
Dalam lingkungan sosial proses perkembangannya dapat dibedakan dalam
dua hal, yaitu
1. Proses belajar social Dalam proses belajar sosial, pembelajarannya
menempuh cara sebagai berikut:
a. Cara pengajaran dan penghukuman Bentuk-bentuk pemberian
ganjaran dapat digolongkan seagai berikut:
1. Bentuk verbal
2. Bentuk gestural
3. Bentuk proximity
4. Bentuk contact
5. Bentuk activity
6. Bentuk token
Tujuan pelaksanann hukuman adalah agar anak sadar dan dapat berbuat
ke arah yang sesuai dengan norma-norma. Adapun bentuk-bentuknya
adalah Hukuman badan danhukuman sosial atau psikologis.
b. Cara pencontohan dan peniruan.
c. Cara pemberian informasi.
2. Dalam proses belajar sosial maka hasilnya merupakan erkembagan
kesetiaan sosial (formation of social loyaities). Dalam proses
perkembangan kesetian sosial itu yang baik adalah sikap kesetiaan yang
wajar, yaitu sikap kesetiaan yang terbuka artinya sikap kesetiaan sosial
terhadap kelompok lainnya.

B. Landasan Kebudayaan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini
tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah
keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan
oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian.
Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.

Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang


paling tepat, sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan
manusia yang diciptakan oleh manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat
(Made Pidarta, 1997 : 157).

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat


dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai.
Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan
memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang
itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan atau cara
mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala
aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan
dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan
alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya
kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada
semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum
muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan
bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah
suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku
mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat
enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak
dalam mengembangkan dirinya.

1. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berarti seperangkat norma yang dihayati oleh sekelompok
masyarakat dan merupaka cara atau pedoman dalam kehidupannya. Pengertian
kebudayaaan ini memiliki ciri bahwa kebudayaan merupakan mili bersama,
dipelajari dan merupakan suatu keseluruhan yang terinteraksi dalam
kehidupan masyarakat.
1. Hasil Pemikiran Manusia
Pemikiran manusia dalam ragka perjalanan hidupnya selalu berusaha ntuk
meningkatkan kehidupannya dari pemikiran manusia itu memperoleh hasil
yang merupakan perangkat pedoman (set of theory) yang apabila perangkat itu
diterapkan dalam kehidupan maka menghasilkan khazanah budaya yang
bermanfaat bagi kehidupan dan makin berkembang menuju kesempurnaannya.
1. Kemauan atau Norma
Hubungan norma dengan pendidikan adalah merupakan tujuan umum atau
akhir pendidikan
1. Seni
Sedangkan hubungan estetika dengan pendidikan adalah sebagai proses menghayati
hasil karya seni agar dapat merasakan dan menikmati dengan perasaanmendalam
terhadap sesuatu hasil yang dicapai serta sekaligus dapat menghargainya.

C. ANTROPOLOGI

1. Antropologi

Antopologi merupakan suatu disilin yang endasaran pada asa ngin tahu
yang mendalam tentang umat manusia.

Cabang-cabang antropoogi yaitu :

a. Antropologi fisik
Antropologi fisik paleontroologi merupkan bagian dari antrpologi yang
menelaah tentang asal-usul atau terjdiya dan perkembangan makhluk
manusia. Objeknya adalah foil manusia (sisa-sisa tubuh manusia yang
telah membantu) yang terdaat ddalam lapisan bumi; somtologi yaitu
yang menelaah tentang pariasi atau keanekaragaman ras manusia
melalui cirri-ciri tubuh manusia secara keeluruhan (cirri-ciri genotife
dan venotife)

b. Antropologi biologi

Arkeologi yaitu bagian antropologi budaya yang mempelajari


kebudayaan yang telah sirna; etnografi yaitu pelukis tentang
bangsa-bangsa; etnologi yaitu ilmu banga-bangsa.

c. Antrpolog Budaya

Arkeologi yaitu mempelajar tentang sejarah manusia dan


penyebaraannya melalui objek penelitian artefak (benda-benda
peninggalan); etnilinguistik yaitu mempelajari timbulnya bahasa,
bagaimana terjadinya variasi dalam bahasa serta penyebaran bahasa
umat manusia didunia; etnologi yaitu yang menelusuri asas-asas
manusia dengan penelitian seperngkat pola kebudayaan suatu suku
bangsa yang menyebar di seluruh dunia.

2. Antropologi Buaya

Antropologi Budaya adalah antropologi yang khusus menyoroti


kebudayaan manusia secara perbandingan.

Sikap seorang ahli antropologi budaya terhadap masalah tersebut


berorientasikan pada suatu mashab tau aliran tertentu, diantaranya :

a. Aliran evolusi predeterminisasi

Kebudyaan setiap masyarakat umumnya berkebang mnurut cara yang


telah tertentu sifatnya dan dengan perkembangan yang seragam;
kebudayaan manusia berkebang dari yang seerhana hingga menjadi
kompleks dengan mlewati tiga tahapan utama evolusi yaitu tahap liar,
tahap biadab, dan tahap peradaban.

b. AlirAn Khususan Sejarah


Terlalu premature untuk mempormulasikanhukum universal menguasai
semua kebudayaan manusia sedunia, kebudayaan manusia sangat
kompleks keragamann6ya.

c. Aliran Difusi

Kebanyakan asfek kebudayaan dikembangkan di Mesir kemudian


menyebar ke seluruh dunia melalui kontak orn luar denggan rang mesir;
cirri khas kebudayaan yang terdapatdalam suatu wilayah kebudayaan
bersumber dari suatu pusat kebudayaan.

d. Aliran Fungsionalisme

Semua unsure kebudayaan berkebang dengan memuaskan kebutuhan


individu; fungsi dari unsur kebudyaan adalah untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang kemudian muncul kebutuhan sekunder.

e. Aliran Fungsionalisme Struktural

Semua unsure kebudayaan berkembang untuk mempertahankan struktur


social masyarakat; fungsi struktu social suatu masyarakat adalah seluruh
jaringan dari hubugan-hubungan social.

f. Aliran pendkatan Fisikologis

Ahli antropologi budaya tertarik pada penelitian tentang hubungan antara


kebudayaan dengn kepribadin. Focus studinya mengenai pengalaman
masa kanak-kanak mempegaruhi masa dewasa; kebiasaan mengasuh anak
merupakan aspek kebudayaan yang penting cirri kepribadian yang
berbeda-beda pada suatu bangsa di dunia bersumbr pada cara pengasuhan
pada masa kanak-kananknya, factor determinan dari pola pengasuhan
anak menjadi penyebab beberapa pola kebudayaan.

g. Aliran evolusi baru

Perkembangan kebudayaan di dorong oleh kadar inergi yang tersedia baik,


tingkat pertambahan, maupun cara penggunaannya.

h. Aliran Strukturalisme

Kebudayaan manusia mrupakan perwujudan lahiriah dari pikiran manusia;


kebudayaan merupakan cara berpikir manusia memandang hal yang ada di
dunia sekitarnya dan cara mereka menggolongkan hal itu.

i. Aliran ethnoscience
Pada umumya manusia berperilaku menurut aturan yang di sadari atau tak
di sadari telah di serapnya; mengungkapkan aturan yang mendasari
perilaku kebudayan untuk menjelaskan hal yang dilakukan oleh manusia
dan alasan mengapa ia berperilaku demikian.

j. Aliran ekologi

Variasi aspek kebudayaan di pengaruhi atau di batasi oleh adabtasai


masyarakat terhadap lingkungannya; lingkungan fisik dan social
berpegaruh terhadap perkembangan kebudayaan.
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Dengan demikian pengaruh social terhadap pendidika adalah merupakan


bentuk pendidikan yang bersamaan dalam kehidupan. Prndidikan merupakan aspek
kehidupan. Pengruh kebudayaan terhadap pendidikan dapat dibedakan dengan dua hal
yaitu kebudayaan ditinjau dari sudut individu dan kebudayaan ditinjau dari
masyarkat.

Karena itu system pendidikan dengan system yang ainnya daam masyarakat
mempunyai hubungan yang erat, pendidikan mempengaruhi dan dipengaruhi sitem
social, ekonomi, kebudayaan, agama, politik, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, MD., (1984), Model-Model Mengajar; Beberapa Alternatif

Interaksi Belajar Mengajar,Bandung, CV. Diponegoro


2. http://ithasartika91.blogspot.com/2011/02/landasan-sosiologis-dan-ant

ropologis_22.html

3. http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-ter

hadap-pendidikan/

http://lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/landasan-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai