Anda di halaman 1dari 12

“Leasing Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Barang Modal”

Disusun Oleh :

Oktaviani Rahmawati 183112340350224 (3)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada ALLAH SWT serta shalawat dan salam
kami sampaikan bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah
dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya kami dapat
menyelesaikan Makalah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Leasing baik konvensional maupun syariah.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik,
oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada
umumnya.

Jakarta, 22 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 2

2.1 Pengertian Leasing ............................................................................................................. 2

2.1.1 Pengertian Leasing Menurut Keputusan Menteri Keuangan………………………….2

2.1.2 Pengertian Leasing Konvensional……………………………………………………..2

2.1.3 Pengertian Leasing Syariah (Al-Ijarah)………………………………………………..2

2.2 Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing) ................................................... 3

2.3 Mekanisme Leasing............................................................................................................ 3

2.3.1 Mekanisme Leasing Konvensional……………………………………………………4

2.3.2 Mekanisme Perbankan Syariah………………………………………………………..4

2.4 Jenis-Jenis Leasing ............................................................................................................. 5

2.4.1 Jenis-Jenis Leasing Konvensional……………………………………………………..5

2.4.2 Jenis-Jenis Leasing Syariah……………………………………………………………6

2.5 Manfaat dan Kerugian Sewa Guna Usaha.......................................................................... 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................................... 8

3.1 Simpulan............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk menjalankan suatu usaha maka kita memerlukan modal yang tidak sedikit. Apalagi
kita juga membutuhkan barang-barang modal untuk menjalankan suatu usaha tersebut, agar
kita dapat menjalankan suatu usaha dengan lancar maka kita membutuhkan suatu lembaga
untuk memperoleh suatu dana usaha, lembaga ini dinamakan leasing.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa
beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan
atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

1.2 Tujuan

Untuk menambah pengetahuan tentang hukum bisnis dalam mata kuliah ekonomi dan
bisnis . Diharapkan juga agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leasing

Istilah Leasing berasal dari bahasa Inggris to Lease yang berarti menyewakan.

2.1.1 Pengertian Leasing Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.


1169/KMK.01/1991

Pengertian sewa guna usaha sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala.

2.1.2 Pengertian Leasing Konvensional

Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan dalam perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dalam jangka waktu berdasarkan
pembayaran-pembayaran berkala yang disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan, untuk
membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nila sisa yang disepakati bersama.

2.1.3 Pengertian Leasing Syariah (Al-Ijarah)

Sewa guna usaha syari’ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi yang akan digunakan oleh
penyewa selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran dimana
menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik.

2
2.2 Penggolongan Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing)

 Independent Leasing Company


Perusahaan sewa guna usaha merupakan suatu perusahaan yang berdiri sendiri, tidak terkait
dengan suatu produsen barang modal sehingga dalam pembiayaan barang modal yang dilakukan
oleh independent leasing company ini dapat beragam ( tidak terfokus kepada satu merek barang
modal, tetapi dapat terdiri dari berbagai merek maupun jenisnya).
 Non Independent Leasing Company
Perusahaan sewa guna usaha ini merupakan suatu perusahaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan produsen barang modal, dimana pendirian perusahaan sewa guna usaha untuk
meningkatkan penjualan barang modal yang diproduksi oleh produsen yang bersangkutan.
 Captive Lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
 Lease Broker Atau Packager
Berfungsi mempertemukan calon lesse dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang
modal dengan cara leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau peralatan untuk
menangani transaksi leasing untuk atas namanya.

2.3 Mekanisme Leasing

Pihak-pihak Yang Terlibat

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah sebagai berikut:

1. Lessor : Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang-barang modal.
2. Lessee : Nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh
barang modal yang diinginkan.
3. Supplier : Pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing sesuai perjanjian
antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor.
4. Asuransi : Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian
antara lessor dengan lessee.

3
2.3.1 Mekanisme Leasing Konvensional

1. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan.


2. Setelah lesse mengirim permohonan, mengirimkan kepada lessor disertai dokumen
pelengkap
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk memberikan fasilitas lesse
dengan syarat dan kondisi yang disetujui oleh lesse.
4. Lesse dapat menandatangi kontrak asuransi untuk peralatan yang dilesse dengan
perusahaan asuransi yang disetujui lessor.
5. Kontrak pembelian peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan
tersebut.
6. Supplier dapat mengirim perlatan yang di lease ke lokasi Lessee. Untuk mempertahankan
dan memelihara kondisi perusahaan tersebut, Supplier akan menandatangani perjanjian
pelayanan purna jual.
7. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada Supplier.
8. Supplier menyerahkan surat tanda terima (yang diterima dari Lessee), bukti pemilikan dan
pemindahan pemilikan kepada Lessor,
9. Lessor membayar harga peralatan yang di lease kepada Supplier.
10. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah
ditentukan dalam kontrak Lease.

2.3.2 Mekanisme Perbankan Syariah

Mekanisme yang dilakukan di sector Perbankan Syariah adalah sebagai berikut:


1. Transaksi Ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya
prinsip Ijarah sama saja dengan jual beli. Namun, perbedaan terletak pada obyek
transaksinya, pada Ijarah obyeknya adalah jasa.
2. Pada akhir sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. Karena
itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah Muntahiya
Bittamlik (Ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu).
3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan nasabah.

4
2.4 Jenis-Jenis Leasing
2.4.1 Jenis-Jenis Leasing Konvensional
1. Finance Leasing (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)

Finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha di mana lesse pada akhir masa kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang
disepakati. Finance lease bisa dibedakan menjadi 2, yaitu :

 Direct Finance Lease


Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing di mana lessor membeli suatu
barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada
lessee yang bersangkutan.

 Sale And Lease Back


Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak lesseesengaja
menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewaguna usaha atas
barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk
digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing inidimaksudkan untuk
memperoleh tambahan dana untuk modal kerja.

2. Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)


Dalam perjanjian operational leasing ini, pihak lessee menyewa suatu jenis peralatan tertentu
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atas barang tersebut dalam jangka waktu tertentu dan
tidak ada keinginan atau kemungkinan untuk memiliki barang tersebut. Di sini lessor hanya
mengenakan biaya sewa yang jumlahnya relatif tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
harga barang yang disewa tersebut. Lessor biasanya melakukan perawatan serta penyediaan suku
cadang bilamana diperlukan. Perjanjian dalam bentuk ini biasanya baru memperoleh keuntungan
setelah peralatannya disewa beberapa kali oleh beberapa lessee.

3. Sales – Typed Lease Atau Vendor Program (Sewa Guna Usaha Penjualan)
Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga berperan sebagai
perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi termasuk bagian laba sudah
diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.

5
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan bank atau
kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar transaksi.

5. Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan melewati batas
suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse yang dilakukan dengan melewati batas
suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

2.4.2 Jenis-Jenis Leasing Syariah

 Ijarah (sewa murni)


Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik ma’jur (obyek sewa) dan musta’jir (penyewa)
untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya.
 Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik
Merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki
barang pada akhir masa sewa (finansial lease). Ijarah Muntahiyah bittamlik adalah akad sewa
menyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa
yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai
dengan akad sewa.
Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bit tamlik dapat
dilakukan dengan:
1. Hibah
2. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa
3. Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal
4. akad
5. Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.

2.5 Manfaat dan Kerugian Sewa Guna Usaha

A. Manfaat Sewa Guna Usaha


1. Pembiayaan Penuh
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat diberikan
sampai dengan 100% (full pay out).

6
2. Lebih Fleksibel Dipandang dari segi perjanjiannya
Leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee
dibandingkan dengan perbankan.
3. Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa menggangu jalur kredit yang
telah dimiliki.
4. Off Balance Sheet
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca.
5. Arus Dana
Pesyaratan pembayaran dimuka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana.
6. Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan
dan lain sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam
leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.
7. Resiko Keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, leasing yang berjangka waktu relatif singkat dapat
mengatasi kekhawatiran lessee terhadap resiko keusangan sehingga lessee tidak perlu
mempertimbangkan resiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.

Selain manfaat, sistem sewa guna usaha ini juga memiliki beberapa kerugian antara lain :
1. Hak kepemilikan barang hanya akan berpindah apabila kewajiban lease telah diselesaikan dan
hak opsi digunakan.
2. Seandainya terjadi pembatalan suatu perjanjian sewa guna usaha, maka kemungkinan biaya
yang ditimbulkan cukup besar.
3. Barang modal yang diperoleh oleh lease tidak dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh
kredit.
4. Resiko yang melekat pada peralatan atau barang modal itu sendiri.

5. Fluktuasi bunga. Adanya fluktuasi bunga menimbulkan resiko bunga bagi perusahaan sewa
guna usaha, karena antara investasi dalam barang yang disewa guna usaha dengan sumber dana
pembelanjaan tidak sesuai.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dengan semakin berkembangya dunia bisnis, maka semakin banyak perusahaan yang terjun ke dunia
bisnis. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang terjun ke dunia bisnis, maka semakin banyak
kebutuhan dana dan modal yang harus dipenuhi oleh berbagai perusahaan. Hal tersebut mendorong
industry bisnis yang bergerak dalam bidangpembiayaan yang disebut lembaga pembiayaan.
Leasing termasuk ke dalam salah satu bentuk lembaga pembiayaan karena yang dikatakan dengan
lembaga pembiayaan adalah suatu badan usaha yang di dalam melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang –
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih opsi bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang
– barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang
telah disepakati bersama. Oleh karena itu, leasing termasuk salah satu jenis lembaga pembiayaan karena
leasing membiayai perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://ariearsipkuliah.blogspot.com/2013/01/leasing-syariah.html

http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/08/03/leasing/

Arthesa, Ade. Handiman, Edia. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: Gramedia.
2006
Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010
Muhamad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2002

Anda mungkin juga menyukai