Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :
M. Januar Ibnu Adham, S.Pd,M.Pd

Disusun oleh :
Salwa Malani 1910631230013

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
2019/2020
1. Analisislah tentang ungkapan atau keinginan Papua merdeka

A. Framing pemberitaan otonomi khusus di Papua

Pemberitaan mengenai otonomi khusus di Papua Barat dibingkai dan


dicitrakan oleh media secara berbeda, baik itu media nasional maupun media lokal.
Berita yang dianalisis dalam tulisan ini merupakan berita dari Harian Radar Sorong
”Jokowi Harus Perhatikan Implementasi Otsus” pada Jumat, 13 April 2018;
“Kemiskinan Nyata, Minta Penggunaan Dana Otsus Dievaluasi” pada Minggu, 18
Maret 2018; serta “Implementasi Otsus Masih Menyisakan Banyak Pekerjaan”
pada Sabtu, 13 Januari 2018. Sementara itu, berita dari Antara Papua Barat yang
digunakan adalah “Bupati Inginkan Dana Otsus Untuk Rumah Layak Huni” pada
Rabu, 31 Januari 2018. “Teluk Wondama Apresiasi Penerapan Skema Baru
;embagian Dana Otsus Papua Barat” pada Kamis, 14 Desember 2017; serta“Kepala
Suku: Dana Otsus Bisa Ciptakan SDM Pariwisata Wondama” pada Rabu, 1 Maret
2017.
Berikut ini adalah analisis terhadap berita - berita tersebut.

1. Elemen Define Problems (Mendefinisikan Masalah)


• Radar Sorong:
o Presiden harus memperhatikan pemanfaatan dana Otsus (13 April 2018).
o Implementasi dana Otsus perlu dievaluasi (18 Maret 2018)
o Penggunaan dana Otsus belum tepat sasaran (13 Januari 2018)

• Antara Papua Barat :


o Salah satu penggunaan dana Otsus untuk membangun rumah (31 Januari
2018)
o Masyararakat Teluk Wondama apresisasi skema Otsus baru (14 Desember
2017)
o Pemanfaatan dana Otsus dapat meningkatkan pariwisata (1 Maret 2017)

2. Elemen Diagnose Cause (Memperkirakan Masalah atau Penyebab Masalah)


• Radar Sorong:
o Pemanfaatan dana Otsus yang tidak tepat sasaran (13 April 2018).
o Penggunaan dana Otsus belum merata (18 Maret 2018)
o Masyarakat belum merasakan secara nyata dampak dari adanya Otsus (13
Januari 2018)

• Antara Papua Barat:


o Kurang pahamnya masyarakat mengenai dana Otsus (31 Januari 2018)
o Skema lama Otsus kurang efektif (14 Desember 2017)
o Pemanfaatan Otsus bukan hanya untuk pembangunan infrasturktur (1 Maret
2017)
3. Elemen Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral)
• Radar Sorong:
o Presiden harus memperhatikan dan mengkaji kembali penggunaan dana Otsus
(13 April 2018).
o Penggunaan dan penyerapan dana Otsus harus dievaluasi (18 Maret 2018)
o Pemanfaatan dana Otsus harus dalam bentuk nyata dirasakan oleh masyarakat
(13 Januari 2018)
• Antara Papua Barat:
o Pemanfaatan dana Otsus untuk membangun rumah (31 Januari 2018)
o Pelakasaan skema baru Otsus Papua Barat (14 Desember 2017)
o Memaksimalkan penggunaan dana Otsus untuk kemajuan Pariwisata (1 Maret
2017)

4. Elemen Suggest Remedies (Menekankan penyelesaian)


• Radar Sorong:
o Pemerintah Pusat (Presiden) dan Pemerintah Daerah harus bersama-sama
menilai kembali penggunaan dana Otsus (13 April 2018).
o Perlu dilakukan evaluasi terhadap penggunaan dana Otsus dalam semua segi
(18 Maret 2018)
o Pemanfaatan dana Otsus yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Papua
(13 Januari 2018) 382 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 No. 3 Tahun
2018

• Antara Papua Barat:


o Membangun rumah layak huni warga lewat dana Otsus (31 Januari 2018)
o Skema baru 90:10 dapat lebih mengefektifkan penggunaan dana Otsus bagi
daerah (14 Desember 2017)
o Pariwisata adalah salah satu kekuatan Papua yang dapat didanai dari Otsus (1
Maret 2017) Berita tentang Papua di media merupakan hasil dari konstruksi
media yang mempengaruhi pemahaman masyarakat. Pemahaman masyarakat
Indonesia terhadap Papua adalah dari yang mereka lihat dan dengar yang telah
dikonstruksi oleh media.

B. Konstruksi sosial masyarakat Papua?

Realitas media sebagaimana digambarkan oleh Bitzer (2017) adalah sesuatu


yang mengaburkan, menipu, dan manipulatif. Pandangan realitas media
tersebut setidaknya didasarkan pada tiga alasan. Pertama, media tidak hanya
sekedar menghadirkan peristiwa, tapi juga membentuk peristiwa. Kedua,
media lebih tertarik pada peristiwa aneh, konflik, unik, dan yang tidak biasa
terjadi di masyarakat. Ketiga, adanya kepentingan dalam proses produksi
teks media dari kualitas pekerja media, budaya organisasi, ataupun
kepentingan ideologis dari pemilik dan kelompok kepentingan yang berafiliasi
pada media. Ketiga alasan tersebut menyebabkan gambaran tentang peristiwa
menjadi bias.Di Papua contohnya; konstruksi dalam teks atas peristiwa di
media, bukanlah peristiwa yang sebenarnya. Hal inilah yang kemudian
dikatakan oleh Walter Lippmann (dalam (Wahid, 2017) sebagai Distorsi
Berita. Teori tentang surat kabar dan radio ini muncul pada tahun 1920-an
tapi masih relevan untuk menjelaskan peran media dalam menghadirkan
realitas masyarakat saat ini. Dalam teori distorsi berita, media menyajikan
konstruksi realitas sosial bukan apa adanya, tapi lewat proses penjagaan
agenda (gate-keeping & agenda-setting) sebelum disajikan kepada masyarakat.
Agenda mediadiwujudkan melalui teks berita yang menghadirkan bayangan
realitas yang dibangun media, sehingga berita yang hadir di masyarakat
distorsif dan bias.

C. Sejarah Papua Barat dalam wilayah NKRI


Sejarah Papua Barat yang secara umum masuk dalam wilayah Papua atau yang
dahulu dikenal dengan nama Irian Jaya sebelum kemerdekaan Indonesia kurang
dibahas dalam buku-buku sejarah nasional untuk sekolah dasar sampai menengah,
sehingga banyak yang tidak mengetahuinya. Sejarah Papua Barat dalam hal
hubungannya dengan bangsa-bangsa lain yang mendiami Kepulauan Nusantara
sangat penting, karena apabila kita berbicara mengenai sejarah Indonesia, kurang
lengkap rasanya jika tidak membahas Papua, karena ternyata sejarah Papua
semenjak wilayah tersebut dibicarakan dalam sejarah, selalu berkaitan dengan
wilayah-wilayah lain di Nusantara yang akhirnya secara bersama-sama
membentuk Negara Indonesia.
Sejarah Papua dalam kaitannya sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia sangatlah unik. Walaupun dinilai terlambat diakui oleh dunia
internasional sebagai bagian dari NKRI, namun sebenarnya sejak awal penduduk
Papua sudah merupakan “keluarga besar” penduduk yang mendiami wilayah
Nusantara yang kemudian bergabung dan membentuk Negara Indonesia.
Pada masa kerajaan di wilayah Nusantara, Pemerintah Kerajaan Sriwijaya tercatat
pernah mengirimkan burung-burung asli Papua yang waktu itu disebut Janggi
kepada Pemerintah Kerajaan China.
Dari beberapa nama masa lalu yang diberikan untuk Papua ini, tampak jelas
bahwa sejak daerah ini di kenal sejarah, sudah ada hubungan yang amat erat
antara wilayah ini dengan wilayah-wilayah lain di Nusantara saat itu.
Nama lain dari Papua pada masa lalu adalah “Samudranta“, yang menunjukkan
bahwa daerah Papua telah di kenal oleh masyarakat pemakai bahasa Sansekerta
yang bermukim di wilayah kepulauan Indonesia, baik dalam pengertian geo-
politik maupun sosial ekonomi. dan budaya dalam arti luas. Ramandey menulis
bahwa pada abad pertama Masehi pengaruh Hindu dan India telah tersebar di
seluruh Nusantara saat itu dan tidak hanya terbatas di Jawa dan Sumatra saja
tetapi juga menyebar sampai ke timur termasuk Papua. Mungkin saja yang disebut
“Pulau Ujung Samudranta “ itu adalah Pulau Nieuw Guinea. Rupanya pelaut-
pelaut India telah sampai kesini, karena terbukti dari catatan-catatan dari orang
India yang menyebut Irian itu Samudranta, yang berarti pulau diujung lautan. Ada
besar kemungkinan mereka sudah berlayar sampai di daerah ini.”
Bila hal itu dihubungkan dengan Kerajaan Sriwijaya besar kemungkinan bahwa
penamaan itu diberikan oleh kerajaan maritim itu, yang merupakan indikasi
bahwa pulau Irian juga telah berada di bawah kontrol kekuasaannya.
Pada abad ke-13 seorang musafir Cina bernama Chau Yu Kua menulis bahwa di
Kepulauan Indonesia terdapat satu daerah bernama Tung-ki yang merupakan
bagian dari suatu negara di Maluku. Tung-ki adalah nama Cina untuk Janggi atau
Irian.
Pada masa Kerajaan Majapahit (1293 – 1520), Kitab Negara Kertagama yang
ditulis oleh Mpu Prapanca juga secara eksplisit menyebutkan wilayah Papua
sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit.
Setelah kedatangan bangsa Eropa, yaitu pada tahun 1660, sebuah perjanjian
disepakati antara Tidore dan Ternate di bawah pengawasan Pemerintah Hindia
Timur Belanda yang menyatakan bahwa semua wilayah Papua berada di wilayah
kekuasaan Kesultanan Tidore. Perjanjian ini menunjukkan bahwa pada awalnya
Pemerintah Belanda sebenarnya mengakui Papua sebagai bagian dari penduduk di
kepulauan Nusantara.
Sebelum Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan Papua dan
para penduduknya di bawah Provinsi Maluku dengan Ambon sebagai ibu kota
pemerintahan. Menyatunya Papua dengan wilayah lain di Nusantara dipertegas
dengan peta Pemerintah Belanda tahun 1931 yang menunjukkan bahwa wilayah
colonial Belanda membentang dari Sumatra di sebelah barat sampai Papua di
sebelah Timur. Papua juga tidak pernah disebutkan terpisah dari Hindia Belanda.
Fakta ini menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah, Papua merupakan bagian dari
bangsa-bangsa di kepulauan Nusantara yang akhirnya membentuk Negara
Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945
merupakan pernyataan kemerdekaan seluruh wilayah bekas Hindia Belanda
menjadi Negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

D. Isu apa saja yang menjadikan Papua ingin memerdekakan diri dan keluar dari
wilayah NKRI ?
 Masyarakat Papua merasa memiliki hubungan budaya yang lebih kuat
dengan negara tetangga Papua Nugini dan negara- negara di timur Pasifik
Alasan kedua yang menyebabkan Papua Barat menuntut kemerdekaan
adalah pengakuan hubungan budaya yang lebih kuat dengan negara
tetangga Papua Nugini serta negara- negara di wilayah Timur Pasifik
lainnya. Memang kebudayaan merupakan satu hal yang sangat kuat di
kalangan masyarakat sehingga apabila memiliki banyak kesamaan budaya
berarti memiliki saudara. Nah, rakyat Papua merasa lebih memiliki
hubungan yang erat dengan negara di sebelah timurnya sehingga menuntut
untuk merdeka.

 Sejarah kemerdekaan Indonesia yang awalnya tidak termasuk wilayah


Papua
Bila kita menilik sejarah kemerdekaan Indonesia maka dahulu wilayah
Indonesia merdeka tanpa termasuk wilayah Papua. Artinya, Papua jatuh ke
Pemerintahan Indonesia setelah Indonesia sudah memproklamasikan
kemerdekaannya, yakni di tahun 1963. Selepas itu timbullah gerakan-
gerakan kemerdekaan, salah satunya adalah perlawanan terhadap kontrol
de facto setelah adanya Act of Free Choice atau Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera).

 Hasil atau kekayaan alam yang melimpah ruah di wilayah Papua


Salah satu bekal rakyat Papua untuk berani melakukan gerakan
kemerdekaan adalah karena wilayah Papua memiliki sumber daya alam
yang sangat melimpah yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan penduduk lokal. Selama ini memang kekayaan alam Papua
lebih banyak dikelola oleh orang luar daerah, meskipun tetap
memperhatikan warga masyarakat Papua sebagai penduduk asli. Namun
hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa Papua Barat juga ingin
mengelola sumber daya alamnya sendiri.

2. Bagaimana kedaulatan NKRI dalam melindungi dan mempertahankan NKRI?

1. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan


sehari-hari.

Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, dasar Negara Indonesia, serta


falsafah hidup sejatinya benar-benar menjadi pedoman hidup yang harus dihayati
dan diamalkan ke dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila maka keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terjaga. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila pada zaman Orde Baru dikenal dengan 36 Butir Pancasila.
Setelah masa

2. Menggelorakan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan bangsa

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara yang berarti berbeda-beda tetapi
satu jua. Bhinneka Tunggal Ika merupakan ikatan kemajemukan yang Indonesia
miliki. Salah satu cara merawat kemajemukan bangsa Indonesiaadalah dengan
belajar menerima ke Bhinnekaan itu sendiri sebagai sebuah kenyataan agar
menjadi kekuatan.

3. Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai konstitusi/UUD 1945.

Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya mengacu


pada konstitusi. Dalam UUD 1945 telah diatur secara jelas mengenai hak dan
kewajiban warga Negara. Kewajiban warga Negara hendaknya didahulukan dari
pada menuntut hak. Dengan demikian akan tercipta tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang aman dan tertib. (baca ; Hak dan Kewajiban Warga Negara
dalam UUD 1945 – Peran Konstitusi dalam Negara Demokrasi)

4. Melaksanakan usaha pertahanan Negara

Segala ketentuan mengenai pertahanan Negara tercantum dalam UU Nomor 3


Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam UU
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang dimaksud dengan
pertahanan Negara adalah : “usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara”.

3. Usaha apa saja yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia dalam mendamaikan
wilayah Papua ?

Pemerintah terus melakukan upaya-upaya termasuk memberlakukan otonomi khusus,


walaupun nampaknya belum mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Upaya
memberikan kesadaran, pemahaman dan pencerahan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam kerangka NKRI dan wawasan kebangsaan pada diri masyarakat
Papua, perlu terus dilakukan secara maksimal dan konsisten. Karena kondisi yang
aman merupakan keharusan untuk keberhasilan pembangunan dari pemerintahan.
Bagaimana kita bisa membangun, bila kondisi keamanan terganggu akibat ulah
kelompok separatisme yang meresahkan masyarakat. Kita juga harus ikut mendukung
upaya-upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan guna menjaga dan meningkatkan
kondisi keamanan yang kondusif di wilayah Papua. Kebebasan pers asing untuk
meliput Papua dan pembebasan tahanan politik/tapol harus dapat dilihat sebagai bukti
keseriusan pemerintah Indonesia untuk membangun Provinsi Papua dan Papua
Barat. Jadi seandainya ada yang meragukan pemerintahan Jokowi tidak ingin atau
tidak serius di dalam membangun Papua merupakan sebuah pernyataan yang salah,
karena dengan adanya kebijakan diatas sudah pasti pemerintah serius untuk
membangun Papua.

4. Berikan gambaran solusi yang sesuai dengan pendapat anda sebagai seorang
mahasiswa ‘Agent of Change’ dengan menjunjung tinggi Peri Ketuhanan,
Kemanusiaan, Kesatuan, Kerakyatan dan Keadilan?

Menurut pendapat saya kita sebagai mahasiswa kita bisa :

 Mewariskan nilai-nilai ideal pancasila kepada generasi muda di bawahnya.


 Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila
 Memperkuat jati diri sebagai sebuah Bangsa.
 Penguatan nilai etik dan nasionalisme generasi muda.
 Pengambil peran dalam pengentasan dalam kemiskinan dan pendidikan.
 Mempunyai rasa toleransi yang tinggi
 Dapat saling menghargai dan menghormati

5. Buatlah peta konsep dalam penyelesaian masalah dalam kasus tersebut dengan
pendekatan ‘world peace education’ berdasar PANCASILA

Anda mungkin juga menyukai