MAKALAH
Oleh :
1. Rahmad Handoko 20180210139
2. Ratna Andriani 20180210140
3. Muhammad Galang Akbar Yulansyah Daryanto 20180210141
4. Rizky Fajar Pamungkas 20180210142
5. Muhammad Erfan Nur Fauzani 20180210143
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum W. W.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Peran Nasionalisme dan
Globalisme dalam Perspektif Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Global”. Berbagai
sumber telah penulis ambil sebagai bahan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis berharap
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan penulis juga menyadari bahwa dalam
karya tulis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang dapat membangun demi kemajuan dimasa yang akan datang.
Wassalamualaikum W. W.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
III. PENUTUP....................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 9
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
II. PEMBAHASAN
Di era serba modern, serba terbuka paham nasionalisme semakin terkikis oleh paham
globalisme. Kondisi tersebut hampir terjadi di semua negara didunia, tak terkecuali di
Indonesia. Kekuatan-kekuatan capital asing semakin merajalela, memperluas jaringannya.
Sumber daya alam Indonesia yang melimpah di eksploitasi oleh pihak asing dengan kedok
“investasi”, dimana keuntungan lebih banyak dinikmati capital asing, secara tidak langsung
kita dijajah kembali oleh kekuatan asing. Dalam kaitannya dengan nasionalisme, maka dapat
dilihat bahwa negara hanya dijadikan sebagai alat penjaga keamanan dan ketertiban, sedangkan
kemakmuran dan kesejahteraan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multi nasional yang
notabene milik asing. Ada kecenderungan pergeseran peran negara kearah itu, dimana nantinya
nasionalisme warga negara sedikit demi sedikit akan memudar (nationless) dan diganti dengan
paham globalisme yang mendewakan uang dan kesenangan
Nasionalisme merupakan sebuah paham yang mana muncul tatkala kita diharuskan
untuk memilih pada diri kita akan status kebangsaan. Secara umum nasionalisme muncul
tatkala seseorang dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang mengharuskannya memilih hal
yang berkenaan dengan kewarganegaraan, suatu kelompok, yang secara khayal ada keterikatan.
Nasionalitas, kebangsaan dan nasionalisme adalah budaya hasil ciptaan manusia yang
diciptakan menjelang akhir abad ke-18. Nasionalisme merupakan penyaringan spontan akan
sebuah “crossing” yang rumit mengenai kekuatan historis, tetapi sekali diciptakan, mereka
kemudian menjadi “modular”, dapat ditransplantasikan ke bermacam-macam daerah sosial
untuk bergabung dan digabungkan dengan kelompok politik dan ideologis.
2
3
permintaan pasar yang pada ujungnya berkaitan dengan keuntungan dan kerugian, yang
akhirnya akan memecah belah manusia kedalam persaingan yang tidak sehat.
Di sisi lain, bagi sebagian orang globalisasi dipandang sebagai bagian dan proses
integrasi manusia, namun bagi yang lainnya globalisasi justru dirasakan sebagai ancaman
disintegrasi da marginalisasi kemanusiaan secara total dan semesta. Robertson mendefinisikan
globalisasi sebagai “The compression of the world into a single space and the intensification
of the world consciousness of the world as a whole”. Ada yang memandang globalisasi sebagai
proses perubahan yang bergerak cepat, saling kait mengkait dan mencakup semuanya sebagai
faktor utamanya. Ada yang memandang globalisasi sebagai kebangkitan baru kesadaran
kemanusian universal.
untuk memerdekakan diri mulai meningkat. Gejala ini diakibatkan oleh karena kurangnya
integrasi di negara kita.
1. Nasionalisme adalah rasa cinta pada tanah air, ras, bahasa atau budaya yang sama, maka
dalam hal ini nasionalisme sama dengan patriotisme.
2. Nasionalisme adalah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan
prestise bangsa.
3. Nasionalisme adalah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur,
kadang-kadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang
kesatuannya lebih unggul daripada bagian-bagiannya.
4. Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk
bangsa dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
5. Nasionalisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa bangsanya sendiri harus
dominan atau tertinggi di antara bangsa-bangsa lain dan harus bertindak agresif.
Kaitan antara nasionalisme dengan bangsa dan negara amat jelas. Salah satu tujuan
perjuangan kaum nasionalis yang terutama adalah pembentukan negara bangsa (nation state).
Hertz (1996) berpendapat bahwa nasionalisme merupakan ideologi negara dan satu bentuk
6
tingkah laku dari suatu bangsa. Nasionalisme sebagai ideologi dibentuk berdasarkan gagasan
bangsa dan membuatnya untuk memberi fondasi kokoh bagi negara. Sebagai ideologi,
nasionalisme dapat memainkan tiga fungsi, yaitu mengikat semua kelas warga bangsa,
menyatukan mentalitas warga bangsa, dan membangun atau memperkokoh pengaruh warga
bangsa terhadap kebijakan yang diambil oleh negara. Nasionalisme merupakan salah satu alat
perekat kohesi sosial untuk mempertahakan eksistensi negara dan bangsa. Semua negara dan
bangsa membutuhkan nasionalisme sebagai faktor integratif. Kebangsaan atau bangsa dan
negara mempunyai keterkaitan yang amat erat, antara keduanya saling melengkapi. Jika
kebangsaan lebih bersifat subjektif, maka negara lebih bersifat objektif; kebangsaan bersifat
psikologis sedangkan negara politis; kebangsaan merupakan suatu keadaan berpikir, sedangkan
negara adalah keadaan menurut hukum; kebangsaan adalah milik yang bermakna spiritual,
sedangkan negara adalah kewajiban yang dapat dipaksakan; dan jika kebangsaan adalah cara
untuk merasakan, berpikir dan hidup, maka negara adalah keadaan yang tidak dapat dipisahkan
dari cara hidup yang berperadaban. Dengan kata lain bangsa atau kebangsaan dan negara
seperti satu mata uang dengan dua sisi yang berbeda tetapi tak terpisahkan. Antara negara dan
bangsa bertemu dalam satu wadah yang disebut negara bangsa. Ciri menonjol dari negara
bangsa mencakup yaitu adanya bahasa bersama, asal usul yang sama, sejarah yang sama, ciri
nasional yang jelas dan ideologi yang sama dan cita-cita yang sama. Maka idealnya setiap
bangsa mempunyai negaranya sendiri.
Sebagai generasi penerus bangsa, tentunya merasa cemas melihat sebuah realita
penurunan budi pekerti sebagai bagian dari karakter bangsa di kalangan warga negara bangsa
di tengah arus gobalisasi tentunya diimbangi rasa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dengan kemajuan teknologi ibarat dunia tanpa batas. Proyek besar bangsa saat
ini harusnya mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang lebih baik, yang tentu hal tersbut
dimulai dari proses pendidikan serta ide-ide solutif dari berbagai pihak, keran kita bisa dapat
melihat bahwa saat ini mengalami penurunan konsep moral dan mentalitas akan suatu ideologi
asli bangsa Indonesia. Dengan demikian pendidikan karakter tepat untuk mengembalikan nilai-
nilai kepribadian setiap warga negara, tetapi hal itu harus diapresiasi oleh semua pihak,
walaupun hasilnya akan tercapai setelah satu generasi bangsa Indonesia.
Inilah dampak dari globaisasi, memang disisi lain kita telah mengalami perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi selain itu kita dapat berkreasi menciptakan inovasi-inovasi
baru sesuai perkembangan IPTEK dan globalisasi. Namun tidaklah kita ingat dari dampak
7
negatif yaitu, semakin merosotnya nilai-nilai sosial akibat kecil dari semakin majunya
teknologi yang ada saat ini. Oleh karena itu perlu sekali kiranya menghidupkan program
pendidikan karakter yang nantinya akan meluruskan kembali jalan para generasi muda sesuai
dengan cita-cita bangsa.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama dikalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka
dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara
menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Teknologi internet
merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa
saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika
digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak,
kita akan mendapat kerugian. Sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan
tidak semestinya.Misal untuk membuka situs-situs porno.Bukan hanya internet saja, ada lagi
pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadapmasyarakat menjadi tidak ada
karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone. Dilihat dari sikap,
banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak
ada rasa peduli terhadap lingkungan.Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda
yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan
masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap
budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah
8
penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme? Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak
daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi
pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Munculnya berbagai dampak negatif globalisasi adalah sebuah tantangan bagi bangsa
Indonesia. Tantangan yang dimaksud adalah terkait dengan bagaimana bangsa Indonesia
mampu mengurangi pengaruh negatif dari globalisasi tersebut. Sala satu cara yang bisa
ditempuh untuk mengurangi pengaruh negatif globalisasi adalah melalui penguatan nilai-nilai
kebangsaan. Penguatan nilai-nilai kebangsaan perlu digelorakan kepada masyarakat khususnya
generasi muda sebagai upaya menangkal kemungkinan munculnya pengaruh negatif
globalisasi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10