Anda di halaman 1dari 3

Pada pratikum kali ini kita akan melakukan uji anestetika yang dilakuan pada hewan percobaan

yaitu mecit. Ada 3 mencit yang akan diuji, setiap mencit diberikan obat anestetika berupa
ketamine dengan pemberian dan dosis yang berbeda. Pada mencit yang diberikan ketamine
dengan cara injeksi peritoneal hasil yang diberikan yang paling terbaik diantara 2 lainnya,
mencit yang diberikan kentamin dengan cara injeksi peritonial akan dibandingkan dengan mencit
terkontrol jadi kita bisa melihat efek yang diberikan oleh kentamin kepada mencit, ada beberapa
uji yang dilakukan kepada menicit pertama adalah uji platform dimana simencit akan
menjenggukan kepalanya kebawah pada saat di simpan ditempat tinggi. Pengujian akan
dilakukan setiap 5 menit sekali sampai mencapai menit ke 30. Pada t0 mencit yang terkontrol
menjenggukan kepala sebanyak 17 kali sedangkan mencit uji coba menjenggukan kepala
sebanyak 9 kali yang artinya masih dianggap normal saat memasuki t5, t10 , t15 mencit yang
terkontrol menjenggukan kepala sebanyak 0,13, dan 11 kali, sedangkan mencit uji coba tidak
menjenggukan kepalanya sama sekali yang artinya obat anastetika umumnya sedang bekerja
kepada si mencit, obat anestetik menurut Latief, 2007 merupakan tindakan menghilangkan rasa
sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Pada tindakan anestesi umum
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah anestesi umum dengan teknik intravena
anestesi dan anestesi umum dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau dengan teknik gabungan keduanya yaitu
inhalasi dan intravena. Yang artinya si mencit akan terbius dan aktifitas akan menurun, berarti
waktu sedasoi dan hipnotiknyapada menit ke 5 sampai ke 15. Pada waktu ke t20, t25, t30, mencit
terkontrol menjenggukan kepala sebanyak 0,6,0 dan mencit uji coba 1,4,7 kali, angka ini
menunjjukan bahwa kesadaran mencit sudah jembali secara perlahan dan efek anastetik nya
menurun. Setelah itu di lanjutkan dengan uji sikap tubuh, pada mencit terkontrol t0, t5, t10 , t15, t20,
t25, t30, menunjukan bahwa sikap mencit normal tidak ada halangan sedangkan pada mencit uji
coba mencapai t5 sampai t30 sikap tubuh yang ditunjukan adalah tidak normal, itu artinya mencit
uji coba telah terkena efek anastetik tapi pad ament ke t20 samapi t30 mencit sudah sadar akan
ketati tubh si mencit masih lemas. Kemudian uji aktivitas pada mencit terkontrol t0, t5, t10 , t15,
t20, t25, t30, normal dan pada mencit uji pada t0 masih keadaan normal akan tetapi pada saat
memasuki menit ke t5, t10 , t15, t20 mencit tidak bergerak yang artinya simencit sedang pingsan
dan pada saat menit ke t25, t30 kembali ke sifat normal. Pada step straub yaitu menaikat ekor
mencituntuk mencit control dari t0, t5, t10 , t15, t20, t25, t30 menunjukan tanda negative yang artinya
tidak ada pergerakan seharusnya untuk mencit control terdapat gerakan, untuk mencit uji pada
menit ke t0, mengalami straub pada saat menit ke 10 smpai ke 20 pada aat itu mencit sedang
ingsan akan tetapi pada uji ekormenct terjadi reaksi , ang artinya bahwa anastetik tidak
menerunkan sepenuhnya kesadaran. Senjutnya uji piloereksi yang menunukan bahwa rambut
mencit berdiri pada mencit control dan mencit uji tidak ditemukkan rambut berdiri yang artinya
negative, menci akan memerdirikan bulunya jika dia mersa tidak nyaman. Uji ptosis yaitu
dimana si mencit menurunkan kelopak matanya, pada mecit control tidak ditemukan ptosis
sedangkan dimencit uji ditemukan pada t5, t10, si mencit menurunkn kelopak matanya
setengahnya mencit tidak menutup semua mataya karena masih memiliki kesadaran pada saat
obat anastetik bereaksi. Uji lakrimasi menjukan air mata berlebih pada mencit, mencit control
dan mencit ujitidk ditemukan lakrimasi. Uji grooming yang artinya menggaruk mulut pada
mencit uji tidak ditemukan grooming karena mencit dalam keaadaan lemas sedangkan di mencit
control itemukan grooming pada waktu ke t5, t15, t25, t30. Uji defekasi dan uji urinasi terjadi
ketika mencit mengalami stress dimana pada mencit uji tidak terdapat hal tersebut sedangan pada
mencit control mengalami hal tersebut, terjadi pada menit ke t0, t10, untuk defekasi dan t10 , t20,
pada urinasi. Uji salivasi dimana mencit mengeluarkan saliva pada mulut nya pada mencit
control mengalami di menit ke t10 dan tidak terjadi pada mencit uji. Uji vokalisi, uji themor, uji
kejang, uji writhing tidak terjadi erhadap kedua mencit baik itu mencit uji atau menit control. Uji
pernafasan pada mencit control mengalami pernafasan normal dari t0 sampai t30, tapi untuk
mencit uji dari t0 noral karena obat belum bereaksi pada menit ke t5, t10 , t15, t20 mengalami
percepatan pernafasan yang disebabkan oleh anestetik jadi jantung mencit memompa lebih
banyak oksigen, pada menit ke t25, t30 pernafasan simencit uji kembali normal. Uji
menggelantung pada menit t0, t5, t10 , t20, t30 mencit control mengalami penggelantungan
sedangkan pada mencit uji dari menit ke t5, t10 , t15, t20, t25, t30 tidak menggelantun disebabkan
oleh kondisi yang maih lemah karena efek anestetik. Uji retablishmen yaitu mengelantung
dengan 3 tumpuan, pada mencit control t0, t5, t15, t25, t30 mengalami penggelantungan sedangkan
pada mencit uji dari menit ke t5, t10 , t15, t20, t25, t30 tidak menggalami penggelantungaan. Pada
mencit control uji fleksi, hafne, reflesk pineal, reflex kornea dn righting refleks terjadi pad setiap
menit yaitu dari t0, t5, t10 , t15, t20, t25, t30 ada, tapi ntuk mencit uji pada uji fleksi menunjukan pada
waktu t0, t10, t20, t30 mengalami refleks dan hafner pada saat kaki mencit dan ekor di jepit, tapi
seharusnya untuk waktu ke t10 tidak mengaalami feksi dan hafner yang disebabkan oleh
pemberiannya anestetik ada beberapa faktor yang bisa terjadi seperti penjepitannya terlalu keras,
pada waktu ke t20, t30 mencit sudah sadar. Pada refleks penal dan kornea tidak terjadinya stimulus
dari waktu t5, t10 , t15, t20, t25, untuk refleks penal dan , t5, t10 , t15, t20, t25, t30 untuk refleks kornea.
pada righting refleks dari menit ke t5, t10 , t15, t20, t25, menct uji tidak mengalami stimulus
karena kesaddaran belum pulih secara sempurna. Adapun faktor faktor yang menyebabkan
gagalnya percobaan seperti salah pemberian dosis, salah tempat menyuntikan, tidak sehatya
mencit dan masih banyak lagi.

Anda mungkin juga menyukai