Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda-beda satu sama lain yang
tidak terdapat di negara lain. Suatu negara akan membutuhkan komoditi yang tidak tersedia
di negaranya tetapi tersedia di negara lain, maka negara tersebut akan melakukan
perdagangan atau pertukaran komoditi dengan negara lain. Terjadilah kegiatan ekspor dan
impor tiap negara.
“Perdagangan internasional ekspor impor adalah kegiatan yang dijalankan eksportir
maupun produsen eksportir dalam transaksi jual beli suatu komoditi dengan orang asing,
bangsa asing, dan negara asing. Kemudian penjual dan pembeli yang lazim disebut eksportir
dan importir melakukan pembayaran dengan valuta asing” Amir (2001:1).
Melimpahnya kekayaan alam di negeri ini menyambut peluang bisnis berskala
internasional. Dengan segudang hasil panen, Indonesia mampu mengekspor beberapa bahan
pangan maupun bahan produksi, seperti kayu atau hasil hutan lain. Kegiatan ekspor impor ini
dijadikan salah satu solusi yang dipilih agar kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi. Maraknya barang impor memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat
Indonesia yang belum diproduksi di negeri sendiri.
Terbatasnya persediaan disuatu negara, kegiatan impor pun digagas. Kegiatan ekspor
impor juga dapat menumbuhkan hubungan harmonis antarbangsa. Dengan perdagangan
internasional ini, banyak pihak dilibatkan dan sama-sama mendapat keuntungan. Baik
keuntungan hasil jual maupun keuntungan atas pemenuhan kebutuhan. Ekspor impor juga
merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang besar pengaruhnya bagi para pebisnis.
Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri
membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam
antarberbagai produk. Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya
saing suatu produk.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana pengaruh ekspor impor dalam perkembangan perekonomian di Indonesia?
2. Bagaimana Perkembangan Ekspor-Impor di Indonesia
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab menurunnya atau meningkatnya ekspor impor
bagi perekonomian di Indonesia?
4. Strategi apa saja yang diupayakan pemerintah untuk pengembangan industri berorientasi
ekspor di Indonesia?
5. Kemudahan impor apa saja yang diberikan pemerintah untuk Industri Kecil Menengah?

1.3 Tujuan Masalah


Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh ekspor impor dalam perkembangan perekonomian di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan Ekspor-Impor di Indonesia saat ini
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab menurunnya atau
meningkatnya ekspor impor bagi perekonomian di Indonesia.
4. Untuk mengetahui strategi yang diupayakan pemerintah untuk pengembangan industri
berorientasi ekspor di Indonesia
5. Untuk mengetahui kemudahan impor yang diberikan pemerintah untuk Industri Kecil
Menengah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekspor Impor

Ekspor impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari
membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara
yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut dan darat ini
tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha-pengusaha yang
mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.
Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama yang
masing-masing alasan menyumbangkan keuntungan peragangan bagi mereka. Pertama,
negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa sebagaimana
individu-individu, dapat memperoleh kentungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui
suatu pengaturan dimana mereka setiap pihak melakukan sesuatu relatif lebih baik. Kedua,
negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis dalam
produksi. Dalam dunia nyata, pola-pola perdagangan internasional menceminkan interaksi
dari kedua motif diatas.
Kegiatan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda
perekonomian di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebagai negara yang sangat
kaya raya dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan internasional.
Dalam era perdagangan global sekarang ini, arus barang masuk dan keluar sangatlah
cepat. Untuk memperlancar urusan bisnisnya, para pengusaha dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai prosedur ekspor impor, baik dari segi peraturan yang
selalu diperbarui terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional, kepabeanan,
maupun perbankan, yang semuanya ini saling berkaitan dan selama ini sering terjadi
permasalahan di lapangan

2.2 Pengaruh ekspor impor dalam perkembangan perekonomian di Indonesia


Pengutamaan ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983. Sejak saat
itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan
berubahnya strategi industrialisasi dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri
promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri
membeli barang domestik, menjadi sesuatu yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar
berbagai produk. Selain harga, kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing
suatu produk.
3

Peranan Ekspor-Impor di negera kita menjadi semakin penting dan strategis sebagai
suatu penggerak utama kegiatan ekonomi yang dapat mengurangi kemiskinan dan
pengangguran. Dengan meningkatnya kegiatan ekspor-impor, maka partisipasi masyarakat
dalam mengurangi pengangguran dapat tercapai, yang pada gilirannya menambah
kesempatan berusaja dan memperluas kesempatan kerja melalui rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan kegiata ekspor-impor.

2.3 Perkembangan Ekspor-Impor di Indonesia


Ekspor
Nilai ekspor Indonesia Mei 2018 mencapai US$16,12 miliar atau meningkat 10,90 persen
dibanding ekspor April 2018. Demikian juga dibanding Mei 2017 meningkat 12,47 persen.
Ekspor nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,55 miliar, naik 9,25 persen dibanding April
2018. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Mei 2017, naik 11,58 persen.
Secara kumulatf, nilai ekspor Indonesia Januari–Mei 2018 mencapai US$74,93 miliar atau
meningkat 9,65 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas
mencapai US$68,09 miliar atau meningkat 9,81 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Mei 2018 terhadap April 2018 terjadi pada tmah
sebesar US$177,5 juta (200,74 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada
perhiasan/permata sebesar US$88,0 juta (16,83 persen).
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Mei 2018 naik 6,16
persen dibanding periode yang sama
tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 32,27 persen, sementara
ekspor hasil pertanian turun 4,34 persen.
Ekspor nonmigas Mei 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,09 miliar, disusul
Amerika Serikat US$1,57 miliar dan Jepang US$1,40 miliar, dengan kontribusi ketganya
mencapai 34,82 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,74 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Mei 2018 berasal dari
Jawa Barat dengan nilai US$12,84 miliar (17,14 persen), diikut Jawa Timur US$8,02 miliar
(10,70 persen) dan Kalimantan Timur US$7,45 miliar (9,94 persen

Impor
Nilai impor Indonesia Mei 2018 mencapai US$17,64 miliar atau naik 9,17 persen dibanding
April 2018, demikian pula jika dibandingkan Mei 2017 meningkat 28,12 persen.

4
Impor nonmigas Mei 2018 mencapai US$14,83 miliar atau naik 7,19 persen dibanding April
2018, demikian pula jika dibanding Mei 2017 meningkat 23,77 persen.
Impor migas Mei 2018 mencapai US$2,82 miliar atau naik 20,95 persen dibanding April
2018 dan naik 57,17 persen dibanding Mei 2017.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Mei 2018 dibanding April 2018 adalah golongan mesin
dan pesawat mekanik US$334,3 juta (15,19 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah
golongan kapal terbang dan bagiannya sebesar US$196,5 juta (82,46 persen).
Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Mei 2018 ditempat
oleh Tiongkok dengan nilai US$18,36 miliar (27,87 persen), Jepang US$7,59 miliar (11,53
persen), dan Thailand US$4,56 miliar (6,93 persen). Impor nonmigas dari ASEAN 20,41
persen, sementara dari Uni Eropa
9,25 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong
dan barang modal selama Januari–Mei 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang
sama tahun sebelumnya masing-masing 27,75 persen, 22,59 persen, dan 33,73 persen.

Gambar 2.3.1
Nilai Ekpor-Impor di Indonesia

Gambar 2.3.2
Pertumbuhan Ekpor Non Migas

2.4 Faktor-faktor yang menjadi penyebab menurunnya atau meningkatnya ekspor


impor bagi perekonomian di Indonesia.

Penyebab krisis ekonomi menurut identifikasi para pakar, adalah sebagai berikut:
1. Fenomena productivity gap (kesenjangan produktifitas) yang erat berkaitan dengan
lemahnya alokasi aset ataupun faktor-faktor produksi.
2. Fenomena diequilibrium trap (jebakan ketidak seimbangan) yang berkaitan dengan
ketidakseimbanagan struktur antarsektor produksi.
3. Fenomena loan addiction ( ketergantungan pada hutang luar negeri) yang berhubungan
dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk
mata uang asing (foreign currency).

Dampak krisis ekonomi bagi Indonesia:


Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia
memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata
uang luar yang besar, lebih dari 20 milyar dolar, dan sektor bank yang baik.
Tapi banyak perusahaan Indonesia banyak meminjam dolar AS. Di tahun berikut,
ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan
tersebut, level efektifitas hutang dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata
uang lokal meningkat.
Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan
jalur perdagangan dari 8% ke 12%. Rupiah mulai terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus
1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan pertukaran floating bebas. Rupiah jatuh lebih
dalam. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, tapi rupiah jatuh lebih dalam lagi
karena ketakutan dari hutang perusahaan, penjualan rupiah, permintaan dolar yang kuat.
Rupiah dan Bursa Saham Jakarta menyentuh titik terendah pada bulan Septemer. Moody’s
menurunkan hutang jangka panjang Indonesia menjadi junk bond.
Meskipun krisis rupiah dimulai pada Juli dan Agustus, krisis ini menguat pada
November ketika efek dari devaluasi di musim panas muncul di neraca perusahaan.
Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih besar yang
disebabkan oleh penurunan rupiah, dan banyak yang bereaksi dengan membeli dolar, yaitu
dengan cara menjual rupiah, dan menurunkan harga rupiah lebih jauh lagi.
Masalah pasar Asean-China dalam kerangka Asean China Free
Trade Agreement(ACFTA) juga menjadi problem yang cukup kompleks. Karena produk hilir
Indonesia tidak mampu bersaing hadapi produk asal China.

6
Sedangkan andalan Indonesia di pasar bebas Asean-China tersebut lebih pada komoditas
primer seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), karet, dan batu bara. Dengan
demikian pasar domestik akan kebanjiran
barang China dan komoditas dari negara Asean lainnya. Implementasi ACFTA bisa menjadi
bumerang jika banjirnya consumer goods semakin tak tertahankan.
2.6 Strategi Pengembangan Industri Berorientasi Ekspor
4 langkah tersebut akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten dan bersinergi
sebagai berikut:

1. Mendorong berkembangnya industri berorientasi ekspor di daerah melalui pemberian


kemudahan perizinan dan insentif fiskal, yakni dengan:
i) Percepatan implementasi program Online Single Submission (OSS) yang terintegrasi
antara pusat dan daerah, terutama di daerah yang memiliki Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) dan kawasan ekonomi (Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan
Industri, Free Trade Zone, dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional), didukung
pembentukan Satuan Tugas Percepatan Implementasi Berusaha di seluruh daerah;
ii) Penyediaan insentif fiskal yang mencakup kegiatan ekspansi bisnis, industri pionir,
e-commerce, UMKM kawasan industri, kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas, serta Kawasan Ekonomi Khusus;
iii) Penyesuaian tarif bahan baku dan barang impor/mesin yang memberi insentif
berkembangnya industri manufaktur, disertai penyederhanaan proses untuk
memperoleh lisensi di lokasi industri dan perijinan ekspor dan impor.

2. Menurunkan biaya logistik industri domestik melalui peningkatan kapasitas dan efisiensi
infrastruktur konektivitas, air dan listrik. Khusus untuk Kepulauan Riau, untuk
mendukung pengembangan potensi Batam sebagai pusat industri, perdagangan dan
logistik, maka diperlukan:
i) Percepatan realisasi rencana pengembangan Pelabuhan Batu Ampar, Tanjung Sauh
dan Terminal Bandara Hang Nadim;
ii) Pembangunan instalasi air dan transmisi listrik.

3. Penguatan sumber daya manusia untuk mendukung penyediaan tenaga kerja dengan skill
yang sejalan dengan kebutuhan perkembangan teknologi dan otomasi proses produksi
(Industry 4.0) melalui:

7
i) Penguatan kerja sama antara dunia industri dengan lembaga pendidikan untuk
menyediakan pelatihan di lokasi produksi (teaching factory) disertai perbaikan
fasilitas pembelajaran dan penyusunan kurikulum pendidikan vokasi yang sesuai
dengan kebutuhan pengembangan industri prioritas nasional.
ii) Penyediaan insentif berupa super deduction bagi industri unggulan berbasis ekspor
yang melakukan research and development (R&D) dan mengembangkan pendidikan
vokasi.
4. Perluasan pasar ekspor industri nasional dengan menambah kerja sama perjanjian
perdagangan bilateral/multilateral (Free Trade Agreement-FTA dan Preferential Trade
Agreement-PTA) dengan tetap mempertimbangkan kepentingan nasional, melalui:
i) Percepatan proses negosiasi perjanjian kerja sama dengan pasar besar antara lain
Indonesia-European Union CEPA (Comprehensive Economic Partnership
Agreement), RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership), Indonesia-
Australia CEPA, di luar negara-negara Asia Tengah dan Afrika;
ii) Penjajakan dengan pasar-pasar baru non tradisional.

2.7 Kemudahan Impor untuk Industri Kecil Menengah


Pemerintah kian serius menciptakan praktik bisnis yang bersih, adil, dan transparan. Hal
tersebut dilakukan untuk mendorong iklim investasi dan daya saing Indonesia guna
peningkatan perekonomian Indonesia di masa mendatang.
Sejak 12 Juli 2017, pemerintah telah menegakkan komitmen untuk menertibkan praktik
impor berisiko tinggi karena dianggap dapat mengganggu penerimaan negara serta
menyebabkan tidak dipenuhinya ketentuan-ketentuan tata niaga.
"Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Panglima TNI, Jaksa Agung, KPK, PPATK, dan Kantor Staf Presiden
telah mencanangkan program Penertiban Impor Berisiko Tinggi sebagai komitmen untuk
meniadakan importir borongan," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dalam
Konferensi Pers Relaksasi Peraturan Perijinan Impor oleh Industri Kecil dan Menengah
(IKM), Rabu (20/12), di Jakarta.

Darmin menjelaskan Program Penertiban Impor Berisiko Tinggi (PIBT) ini telah
menunjukkan berbagai capaian positif. Dari berbagai capaian positif yang telah dicapai,
beberapa di antaranya berupa kenaikan tax base, bea masuk, dan pajak impor yang cukup
signifikan.

8
Secara rata-rata, tax base mengalami peningkatan sebesar 39,4 persen per dokumen impor
dan pembayaran pajak impor yang terdiri dari bea masuk dan pajak dalam rangka impor
meningkat sebesar 49,8 persen per dokumen impor. Tidak ketinggalan, industri dalam negeri
turut mengalami peningkatan volume produksi dan penjualan, terutama dari tekstil dan
produk tekstil yang berkisar antara 25 hingga 30 persen, serta elektronik dan komoditi
lainnya.
"Capaian positif lainnya adalah adanya minat investor untuk menanamkan modal guna
perluasan kapasitas produksi atau membuat pabrik baru di Indonesia," kata Darmin
Di tengah rangkaian capaian positif tersebut, pemerintah terus berupaya untuk mendorong
kemudahan berusaha bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini sejalan
dengan Paket Kebijakan Ekonomi XII yang salah satunya mencakup Industri Kecil
Menengah (IKM), melalui penyederhanaan prosedur dan perizinan, penurunan biaya, dan
percepatan waktu penyelesaian atas beberapa aspek.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa untuk tetap memberikan
stimulus positif dengan tetap memenuhi syarat administrasi tata niaga maupun dalam hal
finansial untuk importasi skala besar bagi IKM, pemerintah telah menciptakan aturan yang
ditujukan untuk memberikan relaksasi kepada IKM. Beberapa peraturan yang dikeluarkan
oleh Kementerian atau Lembaga dicoba untuk direlaksasikan sebagai bentuk dukungan
terhadap IKM. Langkah nyata yang diambil pemerintah dalam menciptakan dukungan
terhadap IKM ditempuh dengan menyediakan paket-paket regulasi baru yang bertujuan untuk
merelaksasi ketentuan tata niaga terkait impor bahan baku untuk keperluan IKM serta
membuka kemudahan tata niaga impor barang IKM. Sebagai langkah tersebut telah
disediakan paket-paket regulasi baru, meliputi:
I. Komoditi Barang Modal Tidak Baru (Permendag 127/M-DAG/PER/12/2015),
diberikan relaksasi di mana boleh diimpor oleh importir pemilik API-U untuk
kelompok I B (kecuali bab 88) dengan jumlah 5 unit per shipment dengan tujuan
untuk IKM.
II. Komoditi Produk Tertentu (Permendag 87/M-DAG/PER/10/2015), diberikan relaksasi
berupa pengecualian persyaratan impor berupa Laporan Surveyor (LS) dan
pemberlakuan post-audit untuk impor:
(a) Makanan dan minuman tidak termasuk kembang gula sampai dengan 500 kg per
pengiriman.
(b) Obat tradisional dan suplemen kesehatan sampai dengan 500 kg.
(c) Elektronika maksimal 10 pcs.

9
(d) Barang pribadi penumpang dan awak sarana pengangkut berupa pakaian
maksimal 10 pcs.
III. Komoditi produk kehutanan (Permendag 97/M-DAG/PER/11/2015), dilakukan
relaksasi dengan deklarasi impor dan Persetujuan Impor (PI).
IV. Komoditi Bahan Baku Plastik (Permendag 36/M-DAG/PER/7/2013), diberikan
relaksasi berupa pengecualian persyaratan impor dengan importir pemilik API-U
sampai dengan lima ton dengan Persetujuan Impor (PI) dan pemberlakuan post-audit
yang mensyaratkan keperluan IKM.
V. Komoditi Kaca (Permendag 71/M-DAG/PER/11/2012 jo. 40/M-DAG/PER/9/2009),
diberikan relaksasi berupa pengecualian persyaratan LS dengan batasan sampai dengan
50 pce dan pemberlakuan pengawasan melalui post-audit yang mensyaratkan keperluan
IKM.
VI. Komoditi Bahan Obat dan Makanan (Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan 13 tahun 2015), diberikan relaksasi terhadap bahan baku pangan, bahan
kosmetik, dan bahan obat tradisional dengan mempermudah persyaratan pengajuan
Surat Keterangan Impor (SKI).

Sebelumnya pemerintah juga telah menerbitkan relaksasi untuk impor komoditi berupa:

1) Besi atau baja, baja paduan dan produk turunannya dalam Permendag 63/M-
DAG/PER/8/2017 dengan relaksasi dalam jumlah importasi sebanyak 1 ton
2) Tekstil dan produk tekstil dalam 64/M-DAG/PER/8/2017 dengan merelaksasi produk
dalam lampiran B (belum diproduksi dalam negeri) dapat diimpor oleh Importir Umum
dan lampiran A (sudah diproduksi dalam negeri) apabila menggunakan Importir Umum
untuk keperluan IKM dan industry yang tidak mengimpor sendiri melalui PLB.

Selain memberikan relaksasi impor terhadap beberapa produk tertentu, pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan berupa kemudahan tata cara impor untuk keperluan IKM, baik
impor langsung oleh IKM maupun skema impor indentor dengan cara:

1) Dibuka beberapa IKM sebagai indentor melalui importir dengan konsolidasi barang di
Luar Negeri;
2) Impor melalui PLB, dimana importir umum dapat bertindak sebagai importir untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku IKM.

10

Mengingat sifat IKM yang memiliki banyak keterbatasan baik dalam hal pemenuhan syarat
administrasi tata niaga maupun dalam hal finansial untuk importasi skala besar, maka dengan
adanya sinergi antar K/L untuk merelaksasi beberapa regulasi terkait dengan impor barang
khususnya untuk IKM ini, diharapkan industri dalam negeri yang sudah ada dapat terus
berkembang.

Hadir dalam kesempatan ini antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri
Perdagangan Enggartiasto Lukita, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari (PHPL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Putra Parthama,
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, dan pejabat
kementerian/lembaga terkait.

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran,
kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importir. Sedangkan, Impor adalah proses pembelian barang atau jasa asing dari suatu negara
ke negara lain. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea
cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan
internasional.
Melalui perdagangan internasional akan diperoleh devisa yang merupakan salah satu
sumber penerimaan negara. Semakin besar ekspor kita maka semakin besar pula devisa yang
diperoleh. Dengan meningkatnya pendapatan negara maka pembangunan dapat terlaksana
dengan baik dan kebutuhan negara akan dapat terpenuhi.

Adanya perdagangan internasional akan dapat memperluas lapangan kerja dalam


negeri, dan banyak masyarakat yang dulunya sulit mencari pekerjaan/menjadi pengangguran
sekarang dapat bekerja dan mempunyai penghasilan. Dengan berpenghasilan, masyarakat
akan dapat memenuhi kebutuhan hidupanya, yang berarti kesejahteraan hidupnya meningkat.

12

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Perdagangan Internasional (Ekspor-Impor) di Indonesia.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang perdagangan internasional ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Juli 2018

Siti Fatimah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN MASALAH ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN ..................................................................................................... 3
B. PENGARUH EKSPOR-IMPOR ........................................................................... 3
C. PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR ............................................................... 4
D. FAKTOR EKSPOR-IMPOR ................................................................................ 6
E. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ......................................................7
F. KEMUDAHAN IMPOR BAGI USAHA KECIL ..................................................8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................12
A. KESIMPULAN .....................................................................................................12
DAFTAR PUSAKA ...............................................................................................................13

ii

DAFTAR PUSAKA

1. berandailmu33.pengaruh ekspor impor indonesia [Internet] tersedia di :


http://berandailmu33.blogspot.com/2016/12/makalah-pengaruh-ekspor-impor-dalam.html
2. Badan Pusat Statistik.Pertumbuhan Ekpor-Impor Non Migas [internet] tersedia di :
https://www.bps.go.id/dynamictable/2018/05/28/1377/pertumbuhan-ekspor-produk-non-
migas-2012---2016.html
3. Badan Pusat Statistik.Pertumbuhan Ekspor-Impor Indonesia [Internet] tersedia di :
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/06/25/1501/-ekspor-mei-2018-mencapai-us--16-12-
miliar--sedangkan-impor-mei-2018-sebesar-us--17-64-miliar--naik-9-17-persen-dibanding-
april-2018.html
4. Ekonomi, Cafe . Faktor Penyebab Krisis Ekonomi [Internet] tersedia di :
http://cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/05/analis-faktor-penyebab-krisis-ekonomi.html

13

MAKALAH

PERDAGANGAN INTERNASIONAL - EKSPOR IMPOR


PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Disusun oleh :
SITI FATIMAH
43117110107

DOSEN : BAPAK AGUS HERTA SUMARTO, SP, M.Si


FAKULTAS EKONOMI
MANAJEMEN

Anda mungkin juga menyukai