PENDAHULUAN
1
terbentuk pada media pasir. Hariyani (2005) menerangkan bahwa biofilm yang
terbentuk pada SSF mampu menurunkan bakteri, zat organik, padatan tersuspensi
dan warna yang ada pada air baku lebih dari 60%.
Pemeriksaan kualitas air gambut meliputi parameter pH, zat organik yang
diukur dengan nilai bilangan permanganat (PV), warna, analisa karbon total.
Seluruh metode pemeriksaan parameter sesuai dengan Standard Method for
Examination of Water and Wastewater (1998).
Seleksi dan identifikasi bakteri anaerob yang terdapat pada air gambut
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Airlangga.
Hasil seleksi dan identifikasi diperoleh bakteri anaerob yang dominan adalah
Clostridium sp, sedangkan bakteri fakultatif anaerob yang dominan yaitu Bacillus
sp. Identifikasi bakteri anaerob air gambut dilakukan dengan cara mencocokkan
hasil uji morfologi dan uji aktivitas biokimia yang terdapat pada Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana kajian tentang pemanfaatan Upflow Anaerobic Filter (UAF) dan
Slow Sand Filter (SSF) dalam menurunkan warna air gambut agar
memenuhi Standart PERMENKES?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air gambut adalah air permukaan atau air tanah yang banyak terdapat di
daerah pasang surut, berawa dan dataran rendah, berwarna merah kecoklatan,
berasa asam (tingkat keasaman tinggi), dan memiliki kandungan organik tinggi.
Gambut sendiri didefinisikan sebagai material organik yang terbentuk dari
dekomposisi tidak sempurna dari tumbuhan daerah basah dan dalam kondisi sangat
lembab serta kekurangan oksigen. Air gambut secara umum tidak memenuhi
persyaratan kualitas air bersih yang distandardkan oleh Departemen Kesehatan RI
melalui PERMENKES No.416/ MENKES /PER/IX/1990.
Kandungan organik pada air gambut didominasi oleh senyawa humat yang
memiliki ikatan aromatik kompleks yang memiliki gugus fungsional seperti –
COOH, OH fenolat maupun –OH alkohol dan bersifat nonbiodegradable. Sifat ini
juga menyebabkan sebagian besar organik pada air gambut sulit terurai secara
alamiah. Kandungan organik pada air berpotensi membentuk senyawa karsinogenik
antara lain THM (Trihalomethane) pada proses desinfeksi dengan khlor. Asam
humat yang memiliki berat molekul 2000 – 100.000 dalton memiliki potensi untuk
membentuk organoklorin seperti THM dan HAA (haloacetic acid) relatif lebih
besar daripada senyawa non humus ( Zouboulis, 2004).
Usaha untuk mereduksi senyawa humat dalam air gambut dilakukan dengan
berbagai metoda baik secara fisik, kimia maupun biologi. Penelitian yang dilakukan
oleh Lema (2008) terhadap viabilitas isolat bakteri selulolitik pada humus
menunjukkan bahwa aktifitas selulase isolat bakteri selulotik dapat menggunakan
selulosa yang ada pada senyawa humat sebagai sumber karbon.
Perombakan asam humat pada kondisi anaerob akan menghasilkan
produkproduk intermediate seperti amina aromatik yang mengganggu pertumbuhan
bakteri. Pengaruh toksisitas amina aromatik lebih tinggi pada sistem pertumbuhan
tersuspensi dibandingkan sistem pertumbuhan terlekat (Prakash et al, 2003).
Sehingga teknologi Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter yang
4
menggunakan bakteri dengan pertumbuhan terlekat diharapkan mampu merombak
asam humat yang bersifat non degradatif.
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
94
92
90 Clostridium sp
88 Bacillus sp.
86 Konsorsium
5 6 7 8 9
pH
6
cenderung stabil pada pH 7 – 8, dan menurun pada pH 9. Kondisi pH optimum
proses perombakan warna (650 Pt.Co) selama inkubasi 5 hari pada kisaran pH 7 –
8 dengan efisiensi berkisar 90 – 93 %. Perbedaan efisiensi perombakan warna pada
variasi pH disebabkan oleh perubahan aktivitas pertumbuhan bakteri. Beberapa
bakteri dapat tumbuh dan beraktivitas baik pada lingkungan asam dan beberapa
bakteri juga tumbuh baik pada lingkungan basa. Namun kebanyakan bakteri hidup
dan beraktivitas baik pada kondisi pH netral (Cutright, 2001). Aktivitas
pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh aktivitas enzim bakteri itu sendiri, karena
pada sistem biologi sebagian besar enzim merupakan protein yang mempunyai
gugus aktif yang bermuatan positif dan negatif. Aktivitas enzim akan optimum jika
terjadi kesetimbangan antar kedua muatan tersebut. Bila proses perombakan
berlangsung pada pH yang tidak optimum, maka aktivitas enzim akan menurun
akibat dari ionisasi gugus-gugus pada sisi aktif enzim. Pada kondisi asam (pH
rendah), enzim lebih bermuatan positif sedangkan pada kondisi basa (pH tinggi)
maka enzim lebih bermuatan negatif.
7
pada botol plastik bekas yakult sebesar 103 x 109 cfu/mg. Jumlah koloni pada media
kerikil paling besar dibanding kedua jenis media yang lain karena kerikil
mempunyai banyak rongga yang mempermudah pelekatan bakteri, memperkokoh
biofilm dan melindungi mikroba dari abrasi akibat aliran air. Jumlah koloni bakteri
di media PVC lebih banyak dibandingkan botol bekas yakult, karena media PVC
yang dipakai terlebih dahulu diberi guratan-guratan sebagai tempat pelekatan
bakteri. Dari hasil pemeriksaan jumlah koloni bakteri diatas terlihat bahwa jumlah
koloni bakteri yang terdapat pada media sudah memadai untuk digunakan dalam
pengolahan air gambut secara anaerob, karena menurut Cutright (2001), jumlah
populasi bakteri minimum yang dianggap memadai untuk digunakan dalam
pengolahan secara anaerob adalah 108 cfu/mg.
80
60
40 Media Kerikil
20 Media PVC
0
Media Botol Yakult
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari Ke
8
sedangkan sisa konsentrasi warna pada efluen UAF bermedia botol yakult bekas
sebesar 167 - 247 mg/lt (removal 68,9 – 73,7 %).
Masih tingginya konsentrasi warna pada efluen UAF menunjukkan bahwa
perombakan zat organik penyebab warna tidak berlangsung sempurna. Hal ini
karena pada kondisi anaerob bakteri hanya mampu merombak molekul zat organik
air gambut, yaitu molekul asam humat yang berukuran besar menjadi molekul yang
lebih sederhana. Struktur benzena yang ada pada asam humat belum dapat dipecah
secara sempurna, hal ini terlihat pada konsentrasi sisa warna terukur pada efluen
UAF masih cukup tinggi. Gambar 2 juga menunjukkan bahwa media kerikil
memiliki efisiensi penurunan warna lebih besar dibanding media PVC dan media
botol bekas yakult. Hal ini sesuai dengan jumlah koloni bakteri yang melekat pada
media kerikil lebih banyak dibandingkan pada dua media yang lain, sehingga pada
media kerikil proses perombakan zat organik terjadi lebih efektif. Media kerikil juga
memiliki banyak rongga sehingga mempunyai luas permukaan lebih besar dalam
mengadsorpsi zat organik. Rongga ini tidak dimiliki oleh kedua media yang lain,
sehingga kemampuan adsorpsinya sangat rendah.
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerikil PVC Botol Hari Ke
3 2
Gambar 3. Efisiensi Penurunan Warna pada Kec. Filtasi 0,15 m /m jam
9
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerikil PVC Botol Hari ke
3 2
Gambar 4. Efisiensi Penurunan Warna pada Kec. Filtasi 0,3 m /m jam
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kerikil PVC Botol Hari ke
3 2
Gambar 5. Efisiensi Penurunan Warna pada Kec. Filtasi 0,45 m /m jam
10
3.6 Kemampuan Pengolahan Gabungan UAF dan SSF dalam Penurunan
Warna
11
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Faktor lingkungan (pH) yang mempengaruhi efisiensi pembentukan biofilm
pada media Upflow Anaerobic Filter adalah 7 – 8.
2. Konsorsium bakteri Bacillus sp dan Clostridium sp lebih efektif untuk
dipakai dalam proses perombakan warna dibandingkan dengan kultur tunggal.
Efisiensi perombakan sebesar 95,8 – 96,0% dengan inkubasi 5 hari pada pH 7
– 8.
3. Reaktor UAF bermedia kerikil, PVC dan botol plastik bekas yakult mampu
dalam menurunkan warna air gambut, dengan rata –rata prosentase penurunan
berturutturut sebesar 89,3%, 82,3% dan 71,6%.
4. SSF dengan variasi kecepatan fitrasi 0,15 m3/m2.jam; 0,3 m3/m2.jam dan
0,45 m3/m2.jam mampu menurunkan konsentrasi warna pada air gambut,
dengan rata – rata prosentase penurunan bertutut-turut sebesar 83%, 74% dan
69%
5. Kombinasi UAF dan SSF yang paling efisien dalam menurunkan warna,
adalah UAF bermedia kerikil dan SSF dengan kecepatan filtrasi 0,15
m3/m2.jam, dengan efisiensi penurunan parameter warna 98.
6. SSF cukup efektif dalam menyempurnakan kualitas efluen UAF karena SSF
sudah mengalami pengkondisian awal.
7. Kualitas warna pada air hasil olahan kombinasi UAF dan SSF belum
memenuhi syarat warna pada air bersih sesuai PERMENKES
No.416/MENKES/ PER/IX/1990.
12
DAFTAR PUSTAKA
13