PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bebas dari nyeri, sehingga kebutuhan tidur seseorang akan terpenuhi dengan
2010).
Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar yang orang tersebut dapat
dan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing Mechanism). Asam laktat
(penyebab kecapean) juga dinetralisir saat tidur. Tidur yang cukup juga
8-9 jam per hari untuk orang dewasa dan 10-12 bagi anak-anak yang baik
tidur. Satu dari tiga orang dilaporkan mengalami gangguan pola tidur dan satu
1
1
dari sembilan orang memiliki masalah tidur yang cukup serius (Amirta,
2009).
tidur seseorang, antara lain kepulasan atau mutu tidur dan lama waktu tidur
(http://ini-gayaku.blogspot.com.2011).
orang normal karena kondisi sakit memerlukan pemulihan sistem tubuh untuk
keadaan sakit dapat menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur
oleh karena banyak faktor diantaranya adalah rasa sakit yang dideritanya,
adalah penyakit yang diderita pasien baik akut maupun kronik. Setiap
2
penyakit yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik (misalnya nyeri,
gangguan pola tidur. Kondisi lingkungan fisik ruang rawat inap juga
mempengaruhi psikologis pasien. Ruang rawat inap yang bising, suhu udara
Usaha pasien dalam memenuhi kebutuhan pola tidur pasien kurang menjadi
fokus perhatian perawat, selama ini perhatian perawat masih terfokus pada
respon fisik yang muncul akibat penyakit yang diderita pasien. Terpenuhi
pendekatan yang baik perlu dilakukan untuk mengetahui persepsi, sikap dan
kebisingan juga sering terjadi di lingkup rumah sakit. Hal tersebut dibuktikan
dengan salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Sujiati tahun 2008
tentang “Hubungan Stresor Bising Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Pasien
3
pola tidur dengan p: 0.020; r: 0.378 (CI: 1.005-1.769) dan OR: 1.333.
pasien baru, aktivitas resusitasi jantung paru, alarm dari berbagai peralatan
yang dipakai (bed side monitor, syringe pump, DC Shock, dan ventilasi
mekanik) dan juga dari pasien lain yang gaduh gelisah (Skripsi Sujiati; FKU
Gadjah Mada, 2008). Pada penelitian lain yang dilakukan di RSUD dr.
khusus untuk penyakit dalam pada pasien dengan taraf penyakit level ringan
di rawat inap penyakit dalam yaitu ruangan pasien Kelas (1A, 1B, 1C), Kelas
IIA, Kelas IIIA dan IIIC (perempuan), Kelas III B dan III D (laki-laki),
dalam dan bukan pasien yang termasuk dalam kategori kritis maupun
penyakit menular. Jadwal besuk bagi penjenguk antara pukul 08.00-14.00 dan
Rumah Sakit Konawe pada bulan Maret 2014 ada 69 pasien (Buku Register
4
Pasien Ruang Melati, 2014). Dari wawancara dengan 25 pasien, didapatkan
adanya gangguan pola tidur meliputi berkurangnya jumlah jam tidur maupun
pola tidur tersebut di antaranya memikirkan penyakit dan rasa sakit yang
dideritanya, suhu ruangan yang panas, suasana ruang rawat, dan kebisingan
ruang rawat yang berasal dari suara pasien lain dan dari berbagai aktivitas
petugas kesehatan yang ada di sekitarnya. Adapun penyakit medik yang ada
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
tidur pasien yang dirawat di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe.
2. Tujuan Khusus
5
a. Mengetahui hubungan antara ketidaknyamanan fisik dengan
Konawe.
D. Manfaat Penelitian
6
Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe di masa yang akan
datang.
kebutuhan tidurnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Tidur
lainnya (Guyton and Hall, 2010). Menurut Kaplan and Sadock (2012),
fungsi jantung, tonus otot, temperatur, sekresi hormon dan tekanan darah,
2. Fisiologis Tidur
secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
8
RAS terdapat di batang otak bagian atas dan diyakini memiliki sel-sel
(Lyndon, 2013).
3. Tahapan Tidur
tipe yaitu: Tipe Rapid Eye Movement (REM) dan Tipe Non Rapid Eye
Movement (NREM).
a. Tidur NREM
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari
9
sama. Tekanan darah juga cenderung rendah, dengan sedikit variasi
dari menit ke menit. Potensial otot istirahat dari otot-otot tubuh lebih
2, 3, dan 4.
1). Tidur stadium satu: stadium ini disebut sebagai onset tidur,
terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata
kanan dan ke kiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan
2). Tidur stadium dua: pada fase ini didapatkan bola mata berhenti
10
3). Tidur stadium tiga: fase ini tidur lebih dalam dari fase
mata.
4). Tidur stadium empat: merupakan tidur yang dalam serta sukar
normal ada dua tipe petidur, yaitu petidur singkat (short sleeper) dan
kurang dari enam jam setiap malam untuk dapat berfungsi secara
8 jam pada usia 20 tahun, 7 jam pada usia 40 tahun, 6,5 jam pada
11
Kebutuhan tidur yang cukup selain ditentukan oleh faktor jumlah
akan terasa segar kembali dan pola tidur yang demikian tidak akan
b. Tidur REM
paradoks yaitu suatu jenis tidur yang berbeda secara kualitatif yang
ditandai oleh tingkat aktivitas otak dan fisiologis yang sangat aktif
yang mirip dengan keadaan terjaga. Fase tidur REM biasanya terjadi
sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Tidur REM penting
untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur ini
1). Lebih sulit dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-
tiba.
12
4). Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi
tidak teratur.
5). Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur.
REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pola
EEG berubah dari keadaan sadar masuk ke fase REM tanpa melalui
persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai
awal tidur yang didahului oleh fase NREM kemudian fase REM.
12%; stadium 4:13% dan REM (25%). Distribusi ini relatif tetap
lambat dan tidur REM pada lanjut usia. Pola tidur normal pada lansia
terdiri dari tidur selama kurang lebih 6 jam, mengalami periode tidur
13
terbangun di malam hari, dan memerlukan waktu lebih lama untuk
tertidur kembali.
NREM dan REM secara berulang. Siklus tidur pada individu dapat
2). Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke tahap IV. Tahap IV ini
3). Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II
4). Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM
jam dan setiap orang umumnya melalui 4-5 siklus selama 7-8
jam tidur.
14
juga teori mengatakan bahwa tidur mengisi otak secara elektris (Amirta,
2009).
proposional.
b. Saat tidur, Zat-zat racun tidak berguna dibersihkan dari dalam otak
dan tubuh kita, hasil dari proses itu ialah tubuh kita akan merasa fit
harinya.
d. Metabolisme tubuh tetap terjaga jika tidur tiap hari cukup, fungsinya
proses penuaan pada kulit wajah sehingga anda tampak lebih mudah.
menurun.
15
Kurang tidur juga bisa memicu obesitas atau kegemukan. Karena
diabetes. Hal lain yang juga berpengaruh adalah nafsu makan dan hasrat
seringkali
Tabel 2.1.
Kebutuhan Tidur Pada Setiap Tahap Perkembangan Manusia
Usia dan Tingkat Jumlah
Perkembangan Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal
(Jam/Hari)
0-1 bulan 14 - 18 50% dari siklus tidur adalah
(masa neonatus) tidur REM, siklus tidur
berlangsung selama 45-60
menit.
1-12 bulan 12 - 14
(masa bayi) 20%-30% dari siklus tidur
adalah tidur REM, bayi
mungkin akan tidur sepanjang
1-3 tahun 10 - 12 malam.
(masa anak-anak)
Sekitar 25% dari siklus tidur
adalah tidur REM, anak-anak
tidur pada siang hari dan tidur
3-6 tahun 11 sepanjang malam.
(masa prasekolah)
20% dari siklus tidur adalah
16
6-12 10 tidur REM.
(masa sekolah)
18,5% dari siklus tidur adalah
12-18 tahun 7 - 8,5 tidur REM.
(masa remaja)
20% dari siklus tidurnya adalah
18-40 tahun 7-8 tidur REM.
(masa dewasa muda)
20% - 25% dari siklus tidurnya
40-60 tahun adalah tidur REM
(masa dewasa 7-8
menengah)
20% dari siklus tidurnya adalah
> 60 tahun tidur REM, individu mungkin
(masa dewasa tua) 6 mengalami insomnia dan sulit
untuk tidur.
1. Pengertian
a) subyektif: bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan,
waktu tidur, awitan tidur lebih dari 30 menit, dan bangun ≥ 3 kali di
malam hari.
17
Kurang tidur (insomnia) yang sering terjadi dan berkepanjangan
daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit dan gejala
standar baku emas (gold standard) untuk mengukur gangguan pola tidur
penyakit medik atau gangguan psikiatrik, dan gangguan pola tidur yang
lain. Sistem klasifikasi ini, selalu berkembang dan diteliti terus, dan tidak
18
semua gangguan pola tidur ini terdefinisikan dengan jelas, sehingga
diklasifikasikan.
a. Insomnia
kegelisahan.
19
1). Insomnia inisial: ketidakmampuan untuk memulai tidur.
b. Hipersomnia
tidur yang cukup. gangguan pola tidur ini dapat disebabkan oleh
c. Parasomnia
atau perilaku yang muncul pada saat seseorang tidur. Gangguan ini
antara lain adalah sering terjaga (misalnya tidur berjalan dan night
20
d. Narkolepsi
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
tidur REM.
napas terhenti secara periodik pada saat tidur. Apnea saat tidur dapat
ketika otot dan struktur rongga mulut relaks dan jalan napas
f. Somnabulisme
21
berpakaian, pergi ke kamar, berbicara atau mengemudikan
kendaraan.
g. Enuresa
yang tidak disengaja pada waktu tidur. Enuresa dapat dibagi menjadi
Gejala yang sering adalah individu tidak dapat tidur pada saat
mereka ingin tidur, walaupun mereka dapat tidur pada waktu yang
gangguan tidur yang umum dan biasa dialami oleh pasien di ruang
tidur-bangun.
22
Menurut Asmadi (2008), aspek yang perlu dikaji pada klien
pengkajian mengenai :
1). Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur,
jam berapa biasa bangun tidur dan keteraturan pola tidur klien.
3). Gangguan pola tidur yang sering dialami klien dan cara
mengatasinya.
dingin?
7). Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
8). Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang
23
a). Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap disekitar
cekung.
lesuh.
b. Diagnosa Keperawatan
klien.
deprivasi tidur.
mengalami enuresis.
24
4). Risiko cedera
dengan:
25
anak dapat dilakukan dengan membaca dongeng, memegang
3). Diet
tidur
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi
(Saryono, 2011).
26
C. Tinjauan Tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Pola
Tidur
yang dapat mengubah kualitas dan kualtitas tidur (Walder et al., 2011).
1. Penyakit Medik
all., 2008).
perawatan adalah penyakit yang diderita pasien baik akut maupun kronik
27
Perawatan ada berbagai sebab diantaranya penyakit medik yang diderita
al., 2011).
2. Kelelahan
memanjang.
3. Lingkungan
pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik
adalah esensial untuk tidur tenang. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat
28
suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada
tahap tidur.
4. Stres Psikologis
29
pasien mengungkapkan pengalaman stres sebagai kesulitan
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat
tidur.
dapat menjadi stresor bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga
maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan
anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami
stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
30
dalam mengatasi efek perawatan di rumah sakit. Suara dan aktivitas-
aktivitas unit mengganggu pasien selama 24 jam sehari, selain itu, pasien
5. Gaya Hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam
siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering
31
8. Motivasi
2013).
9. Medikasi (Obat-obatan)
32
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Tidur adalah suatu keadaan bawah sadar yang orang tersebut dapat
dibagi menjadi 2 tipe yaitu: Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Tipe
Rapid Eye Movement (REM). Akibat dari kurang tidur di antaranya akan
menurun.
beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, yaitu faktor
yang paling erat kaitannya dengan gangguan pola tidur pada pasien yang
31
33
B. Bagan Kerangka Konsep
Lingkungan
Gangguan Pola
Tidur
Stres Psikologi
Obat-obatan
( Medikasi )
Keterangan :
C. Variabel Penelitian
lingkungan.
menjadi akibat variabel bebas (A. Azis Alimul Hidayat, 2007). Adapun
34
Gangguan pola tidur adalah jika pasien mengalami satu atau lebih
Kriteria Obyektif :
atas.
Variabel ini terdiri dari 10 pertanyaan. Jika menjawab “ya” pada satu
“Terganggu”.
2. Ketidaknyamanan Fisik
yang diderita oleh pasien baik akut maupun kronik yang menimbulkan
Kriteria Obyektif :
35
a. Ada : Jika terdapat salah satu atau lebih keluhan
dideritanya.
Variabel ini terdiri dari 5 pertanyaan. Jika menjawab “ya” pada satu atau
3. Lingkungan
Kriteria Obyektif :
tempat ia dirawat.
36
Jika Tidak kondusif nilai = 1
Variabel ini terdiri dari 7 pertanyaan. Jika menjawab “ya” pada satu atau
kondusif”.
E. Hipotesis Penelitian
1. Ketidaknyamanan Fisik
Konawe.
2. Lingkungan
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Waktu
2014.
2. Tempat
Konawe.
1. Populasi
yang dirawat di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe pada bulan
2. Sampel
38
Rumus yang digunakan untuk menghitung besar sampel adalah :
N
n = 1 + N(d )
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Perhitungan sampel :
n= 69
1 + 69 ( d2 )
n= 69
1 + 69.( 0,1 )2
n= 69 = 40,8
1.69
n = 41
a. Kriteria inklusi
consent.
baik).
39
5). Dapat berbahasa Indonesia.
b. Kriteria eksklusi
1). Pasien yang mengalami nyeri skala 4-10 (dari skala nyeri 1-10).
2). Pasien yang mendapat terapi medis sedatif secara terus menerus
(kontinyu).
1. Data Primer
kriteria obyektif.
2. Data Sekunder
E. Pengolahan Data
(Statistical Package For The Sosial Science) yang terlebih dahulu melalui
1. Editing
40
Data yang ada dalam formulir pengumpulan data diperiksa
2. Coding
kode variabel karakteristik umum untuk semua sampel dan buku kode
3. Processing
4. Cleaning data
Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada semua variabel. Data
41
Untuk memudahkan proses analisis, data yang telah diolah kemudian
dianalisis melalui program SPSS ver. 17 adapun tahap analisis data yang
1. Analisa Univariat
presentase dari tiap variabel bebas dengan variabel terikat dengan rumus
f
X = xk
n
Keterangan :
2. Analisis Bivariat
Versi 17.
42
Untuk perhitungan Chi Square secara manual dilakukan langkah
sebagai berikut :
n (ad – bc)2
X2 =
((a+b)(c+d)(a+c)(b+d))
Keterangan :
X = Chi – kuadrat
n = Jumlah Sampel
pengujian:
sebagai berikut :
43
1). Jika X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel atau nilai p > α 0,05,
dependent.
2). Jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel atau nilai p ≤ α 0,05,
3. Uji Kofisien
𝑋2
φ = √
𝑛
Ket :
φ = Koefisien phi
X2 = X2 Hitung
n = Besar Sampel
dengan ketentuan:
44
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
45
BAB V
1. Letak Geografis
Kendari Kolaka)
2. Lingkungan Fisik
3. Status
46
Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe merupakan
tahun 1988 dan diresmikan pada tanggal 28 Agustus 1989 dengan nama
47
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Binatu/Laundryman.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
48
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. Laki-laki 18 43,9
2. Perempuan 23 56,1
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Ruang
Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Kelompok Umur Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. 15 – 24 4 9,76
2. 25 – 34 9 21,93
3. 35 – 44 15 36,60
4. 45 – 54 8 19,51
5. 55 – 64 5 12,20
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
(9,76%).
49
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang
Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. SD 16 39,02
2. SMP 10 24,40
3. SMA 8 19,51
4. Sarjana 7 17,07
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
(17,07%).
Tabel 5.8
Distribusi Jenis Pekerjaan Responden di Ruang
Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Jenis Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. PNS 7 17,07
2. Petani 11 26,83
3. Wiraswasta 5 12,19
4. Belum/Tidak Bekerja 3 7,32
5. IRT 15 36,59
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
3 orang (7,32%).
50
2. Analisis Univariat
Tabel 5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Ketidaknyamanan Fisik di
Ruang
Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Ketidaknyamanan Fisik Frekuensi (f) Persentase
(%)
1. Ada 26 63,4
2. Tidak ada 15 36,6
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
lingkungan perawatan.
51
c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gangguan Pola Tidur
Tabel 5.11
Distribusi Responden Yang Mengalami Gangguan Pola Tidur
di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
No Gangguan Pola Tidur Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Terganggu 26 63,4
2. Tidak Terganggu 15 36,6
Jumlah (n) 41 100
Sumber : Data primer Diolah Juni Tahun 2014
3. Analisis Bivariat
Tabel 5.12
Hubungan Ketidaknyamanan Fisik dengan Gangguan Pola Tidur
di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
Gangguan Pola Tidur
Ketidak Hasil Koefisien
Tidak Jumlah
nyamanan Terganggu Uji Chi Kontigensi
Terganggu
Fisik Square Phi (φ)
n % n % n %
Ada 25 61 1 2,4 26 63,4 X2 hit =
Tidak ada 1 2,4 14 34,2 15 36,6 32,833 Phi (φ) =
Total 26 63,4 15 36,6 41 100 P value 0,667
0.000
Sumber : Data primer diolah Juni Tahun 2014
52
yang menderita gangguan pola tidur dan sebanyak 14 orang (34,2%)
dari X² tabel 3,841 (32,833 > 3,841) atau nilai p value = 0,000 (p <
sebesar 0,667 dan masuk pada interval koefisien 0,600 – 0,799 dengan
Tabel 5.13
Hubungan Lingkungan dengan Gangguan Pola Tidur
di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe Tahun 2014
Gangguan Pola Tidur
Hasil Koefisien
Tidak Jumlah
Lingkungan Terganggu Uji Chi Kontigensi
Terganggu
Square Phi (φ)
N % n % n %
Kondusif 1 2,4 13 31,7 14 34,1 X2 hit =
Tidak kondusif 25 61 2 4,9 27 65,9 29,016 Phi (φ) =
P value 0,644
Total 26 63,4 15 36,6 41 100 0.000
Sumber : Data primer diolah Juni Tahun 2014
53
(4,9%) tidak mengalami gangguan pola tidur. Sementara dari 14
dari X² tabel 3,841 (29,016 > 3,841) atau nilai p value = 0,000 (p <
sebesar 0,644 dan masuk pada interval koefisien 0,600 – 0,799 dengan
C. Pembahasan
SPSS versi 17, diperoleh nilai X² hitung 32,833 lebih besar dari X² tabel
3,841 (32,833 > 3,841) atau nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka
54
hipotesis penelitian Ha diterima dan H0 ditolak artinya ada hubungan
0,667 dan masuk pada interval koefisien 0,600 – 0,799 dengan kategori
merasa nyaman secara fisik. Pada orang sakit tentu mempunyai masalah
penyakit baik itu berupa nyeri, sesak atau ketidaknyamanan fisik yang
55
tidur ini secara terus menerus akan terjadi apabila ketidaknyamanan fisik
25 orang (61%) yang menderita gangguan pola tidur dan hanya 1 orang
tidur.
seperti nyeri pada dada, nyeri pada abdomen, nyeri pada bokong, nyeri
frekuensi BAB yang sering. Identifikasi adanya gangguan pola tidur ini
hari lebih dari 3 kali, sulit untuk memulai tidur setelah terbangun
wawancara.
56
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Irma Ramadhani (2008)
dengan uji Chi Square didapatkan p value sebesar 0,000 < 0,05 maka
karena dari kedua hasil penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna
nyeri ini adalah penyakit dan posisi tubuh yang tidak tepat. Orang dengan
kesehatan tapi akibat respon penyakit akan membuat tidur tidak nyenyak
yang normalnya merupakan tahap dari keadaan tidur nyenyak dan sulit
57
dibangunkan. Begitu juga pada orang dengan penyakit fibromialgia yang
ditandai dengan nyeri hebat pada otot serta kelelahan, akan mengalami
2009).
nyeri.
perawatan.
SPSS versi 17, diperoleh nilai X² hitung 29,016 lebih besar dari X² tabel
3,841 (29,016 > 3,841) atau nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka
58
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien kontigensi phi (φ) sebesar
0,644 dan masuk pada interval koefisien 0,600 – 0,799 dengan kategori
penelitian.
59
tidur, sedangkan kelas III masing-masing memiliki 6 tempat tidur.
Gangguan pola tidur lebih banyak dialami oleh pasien ruang kelas III.
jumlah jam tidur < 6 jam, frekuensi terbangun di malam hari lebih dari 3
uji Chi Square didapatkan p value sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat
dari kedua hasil penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara
yang dapat mendukung terpenuhinya tidur terdiri dari empat faktor yaitu;
60
penerangan, ketenangan, suhu dan kenyaman tempat tidur. Namun pada
penelitian ini belum tergali adanya faktor gangguan tidur akibat tempat
61
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
pola tidur pasien di Ruang Melati BLUD Rumah Sakit Konawe nilai X²
hitung 32,833 lebih besar dari X² tabel 3,841 (32,833 > 3,841) atau nilai
2. Ada hubungan yang kuat antara lingkungan dengan gangguan pola tidur
29,016 lebih besar dari X² tabel 3,841 (29,016 > 3,841) atau nilai p value
B. Saran
62
3. Bagi institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari
berkembang.
lebih dikembangkan dengan lebih baik dan lebih luas lagi cakupannya
63