Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan global terutama Global Warning sedikit berperan
terhadap kejadian DBD. Peralihan musim kemarau ke musim penghujan, masalah
kesehatan yang paling sering terjadi adalah peningkatan kejadian demam
berdarah. (Sunaryo,2014)
Demam berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti disuatu daerah merupakan indikator populasi nyamuk
Aedes aegypti di daerah tersebut.
Berbagai upaya penanggulangan nyamuk Aedes sp. dapat dilakukan melalui
penggunaan insekta untuk memutuskan rantai nyamuk secara kimiawi.
Penggunaan insekta kimiawi secara terus- menerus dapat menimbulkan dampak
negatif, yaitu terjadi resistensi apabila dosis yang berlebihan sehingga akan
terakumulasi di alam dan menimbulkan gangguan kesehatan (Watuguly, 2004).
Penanggulangan larvasida nyamuk Aedes sp. dapat pula dilakukan dengan
menggunakan tanaman tradisional seperti daun lidah buaya. Daun lidah buaya
(Aloe vera) merupakan tumbuhan yang mengandung saponin, flavonoid dan juga
mengandung tanin. Saponin dan flavonoid dapat menghambat kerja enzim yang
berakibat penurunan kerja pencernaan dan merupakan zat toksin bagi larva
sehingga menyebabkan kematian larva. Tanin terdapat pada tumbuhan berkayu
sebagai pertahanan tumbuhan untuk menghalangi serangga dalam mencerna
makanan (Dinata, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut penulis melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh variasi konsentrasi ekstrasi lidah buaya (Aloe vera) terhadap kematian
larvasida Aedes aegypti.
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan permasalahan “Bagaimana


pengaruh variasi konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap kematian
larvasida Aedes aegypti?”

C. Tujuan masalah
Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun lidah buaya (Aloe
vera) terhadap kematian larvasida Aedes aegypti.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan keterampilan dan wawasan, khususnya tentang
pengaruh variasi konsentrasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) terhadap
kematian larvasida Aedes aegypti.
2. Bagi Akademis
Menambah kepustakaan tentang pengaruh variasi konsentrasi ekstrak lidah
buaya (Aloe vera) terhadap kematian larvasida Aedes aegypti.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes sp
1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes
Subgenus : Stegomyia
Spesies : Aedes aegypti

Gambar 1 (Sumber : Stephen el doggett, 2003)


4

2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


a. Stadium telur Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti betina mengeluarkan sekitar 100 butir telur, berukuran
0,7 mm per butir, berwarna hitam keras. Telur Aedes aegypti diletakkan satu
per satu di dalam air. Telur berbentuk lonjong dengan kedua ujung sedikit
lancip dan berdinding menyerupai anyaman kain kasa.

Gambar 2. (Sumber : Oktaviani, 2012)

b. Stadium larva Nyamuk Aedes Aegypti


Larva nyamuk Aedes aegypti memiliki sifon panjang, terdapat satu pasang
bulu, dan pelana terbuka (Prianto,dkk, 1995).
5

Gambar 3 (Sumber : Cutwa dan Francis, 2007)

c. Stadium pupa Nyamuk Aedes Aegypti


Pupa Nyamuk Aedes Aegypti berbentuk seperti udang, pada bagian punggung
dorsal memiliki tabung pernafasan yang berbentuk sempit dan panjang.

Gambar 4 (Sumber: M. Sivnathan, 2012)

d. Stadium dewasa pada Nyamuk Aedes Aegypti


Tubuh nyamuk dewasa Aedes aegypti terdiri dari 3 bagian, yaitu kepal (caput),
dada (thorax), dan perut (abdomen). Badan nyamuk berwarna hitam dan
memiliki bercak dan garis putih pada bagian kaki. Kepala nyamuk Aedes
6

aegypti terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena dan sepasang palpi,
pada nyamuk betina memiliki palpi lebih pendek daripada proboscis dan antena
berbulu pendek (pilose) sedangkan pada nyamuk jantan memiliki palpi lebih
panjang daripada proboscis dan antena berbulu panjang dan lebat (plumose).

Gambar 5 Nyamuk Dewasa

3. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti memiliki siklus yang sempurna yang terdiri dari 4 fase,
mulai dari telur – larva – pupa – nyamuk dewasa, nyamuk Aedes aegypti betina
aktif pada siang hari. Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan pada permukaan
air secara individu (satu-satu). Telur berbentuk oval dan berwarna hitam itu
menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Perkembangan dari larva menjadi
pupa memerlukan waktu 5 hari dimana larva memasuki masa doman. Pupa
bertahan selama 2 hari sebelum nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur sampai nyamuk dewasa membutuhkan waktu 8 sampai
10 hari jika kondisi mendukung.
7

Gambar 5 (Sumber: Alfarisi, 2011)

B. Lidah Buaya (Aloe vera)


1. Klasifikasi Lidah Buaya
Lidah buaya pertama kali di Indonesia pada abad ke 17, tanaman lidah buaya
dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang sitanam sembarangan di perkarangan
rumah. Taksonomi dari lidah buaya antara lain :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spematophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Lilifrorae
Famili : Liliceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera (Furnawanthi, 2002).
8

Gambar 1 (Sumber: Rudinirut, 2015)

2. Morfologi Lidah Buaya


Tanaman lidah buaya merupakan tanaman berbentuk roset dengan ketinggian
30-60 cm dan diameter 60 cm. Lidah buaya memilik batang, daun, bunga dan
akar. Bagian-bagian lidah buaya yang umum yaitu :
a. Batang
Batang lidah buaya berbentuk bulat dan bersifat monopidal. Batang tanaman ini
sangat pendek dan tidak terlihat karena tertutup dengan daun. Batang ini akan
muncul tunas baru yang akan menjadi anakan baru pada tanaman.
b. Bunga
Bunga lidah buaya akan muncul apabila jika melakukan penanaman di
subtropis, pada saat musim hujan dan musim semi. Bungan akan muncul
dengan bentuk lonceng atau terompet berwarna kuning dan orange, bunga ini
berukuran 2,3 – 2,5 cm dan tumbuh diatas tangkai yang memiliki ketinggian 1
meter.
9

c. Daun
Daun lidah buaya adalah daun tunggal, memiliki bentuk lanset dan ada gel
dalam daun. Daun pada tanaman ini sangat runcing dan ada yang tumpul. Daun
tebal mencapai 1 – 2,5 cm dan bertulang berwarna hijau muda dan memiliki
lapisan lilin di permukaan (Purbaya, 2003).

3. Kandungan dalam Lidah Buaya


Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu yang mengandung saponin,
flanoida, selain itu di daun lidah buaya juga mengandung tanin. Kandungan
lidah buaya antara lain :
a. Saponin dan flavonoid, dapat menghambat kerja enzim yang berakibat
penurunan kerja pencernaan dan penggunaan protein bagi larva. Saponin
termasuk zat toksin yang memiliki ras pahit sehingga larva akan mati karena
nafsu makan menurun
b. Tanin, merupakan tumbuhan berkayu dan herbal yang berperan sebagai
pertahan tumbuhan dengan cara menghalangi larva dalam mencerna makanan.
Larva yang memakan tumbuhan dengan kandungan tanin tinggi akan
memperoleh sedikit makanan yang berakibat terjadi penurunan pertumbuhan
(Dinata, 2008)

C. Faktor yang mempengaruhi kematian larvasida


1. Suhu
Suhu dapat mempengaruhi siklus hidup nyamuk Aedes aegypti, dimana nyamuk
dapat hidup pada suhu 100C. Suhu dibawah 4,50C dan diatas 350C akan
mengalami penurunan metabolisme dan keterbatasan proses fisiolgis. Suhu
yang baik untuk pertumbuhan nyamuk antara 250C sampai 270C.
10

2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan uap air yang banyak yang terkandung dalam
udara yang dinyatakan dalam persen. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan
pipa udara dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk yang terbuka
lebar tanpa ada mekanisme pengaturan. Kelembaban rendah menyebabkan
penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan kering (Nurdini, 2012).

D. Kerangka konsep

Konsentrasi Ekstrak
Lidah Buaya 95%,
60%, 45% dan 30%

Kelembaban Kematian larvasida Saponin, flavonoid


Udara Aedes aegypti dan tanin

suhu

E. Kerangka Konsep

Ekstrak Lidah Kematian Larvasida


Buaya Aedes aegypti aegypti

F. Hipotesis

Ada pengaruh eksraksi lidah buaya terhadap kemarian larvasida Aedes


aegypti.
12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biomolekuler FIKKES
Universitas Muhammadiyah Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tanggal 9 Oktober 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah larva aedes aegypti. Sampel penelitian ada 20
responden.
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung
dengan melakukan variasi konsentrasi ekstrak lidah buaya, kemudian dianalisa dan
disajikan dalam bentuk deskriptif.
E. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah lidah buaya, aquades. Alat yang digunakan
adalah bakerglass, gelas ukur,
F. Prosedur Pemeriksaan
1. Lidah buaya dipotong kecil-kecil, kemudian siapkan aquades sesuai dengan
konsentrasi yang sudah di tentukan (95%, 60%, 45% dan 30%).
2. Blander potongan lidah buaya bersama aquades sampai halus, kemudian
disaring.
3. Konsentrasi ekstrak lidah buaya 95%, 60%, 45% dan 30% dimasukkan larva
Aedes aegypti yang sudah disiapkan, setiap konsetrasi masukkan 5 larva
Aedes aegypti.
13

4. Amati setiap hari, lama waktu dan konsentrasi keberapa larva Aedes aegypti
mati.

i. Analisis Data
Data numerik yang terkumpul ditabulasikan, dianalisa, disajikan dalam
bentuk deskriptif.

ii. Definisi Operasional


Parameter Definisi
Larvasida Aedes aegypti Merupakan
Lidah Buaya (Aloe vera) Merupakan tanaman berbentuk
roset dengan ketinggian 30-60 cm
dan diameter 60 cm. Lidah buaya
memilik batang, daun, bunga dan
akar.
11

Anda mungkin juga menyukai