Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PELAYANAN RUANG BERSALIN UPT BLUD PUSKESMAS

PERAMPUAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi kematian matern al menurut WHO ( World Health Organization), ialah kematian
seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan. Kemajuan yang telah dicapai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah
diumumkan oleh banyak penulis. Di Inggris angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000
kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam tahun 1970 (Chamberlain dan
Jeffcoate, 1966, Stallworthy,1971).
Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya angka
kematian maternal kini di Negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran
hidup. Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai dua sebab
pokok: (1) masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-musabab dan penanggulangan
komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta nifas; (2) kurangnya pengertian
dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3) kurang meratanya pelayanan
kebidanan yang baik bagi semua yang hamil (Prawirohardjo, 2005).
Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh AKI
tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2007 sebesar
248 per 100.000 KH, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDG 2015
(102 per 100.000 KH).Sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB) tahun 2008 sebesar
34/1000 KH, adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17 per 1000 KH. Sehingga masih
memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (MDGs dan
Badan Pusat Statistik: 2007).
Peningkatan kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan Pembangunan
Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu,
yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200 selama
dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu. Hal ini bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia yang
menunjukkan peningkatan lebih besar pada MDG kelima (Unicef, 2012).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu
hamil.Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada umumnya terjadi
pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah melahirkan.
Salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian yaitu penyediaan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas.Pelayanan kebidanan dalam hal
ini memiliki peran yang sangat penting.Pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan
paripurna, berfokus kepada aspek pencegahan, promosi kesehatan dan berlandaskan kemitraan
adalah halpenting yang dapat membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitan
serta kematian bayi.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari
pelayanan itu sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputikebijakan, tenaga yang
melayani, sarana dan prasarana,standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang
di sepakati. Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang
ada dalam interaksi antara bidan dengan pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan
standar dan etika kebidanan.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di Puskesmas Perampuan,
maka disusunlah Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan ini dengan harapan dapat menjadi
acuan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.

B.TUJUAN PEDOMAN
1.Tujuan umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di Puskesmas Perampuan dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global,
nasional maupun regional.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan dalam memberikan pelayan asuhan kebidanan secara professional.
b) Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan
organisasi profesi bidan.
c) Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Kamar Bersalin
- Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
- Melayani ibu post partum sebelum di pindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus
- melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
D. Batasan Operasional
- Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
- Sumberdaya manusia, staf dan pimpinan
- Kebijakan dan prosedur
- Pengendalian mutu
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Koordinator Ruang Bersalin
a. Nama unit kerja : Ruang bersalin
b. Nama Jabatan : Koordinator Ruang Bersalin
c. Pengertian : Tenaga kebidanan professional yang bertanggung jawab dan
berwewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan kebidanan di ruang bersalin.
d.Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
- Memiliki Sertifikat CTU (Contraceptive Technology Update)
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin minimal 3
tahun.
4) Ketrampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani
6) Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Sub Bidang Pelayanan Kebidanan.
7) Secara operasional bertanggung Jawab kepada Bidang Pelayanan Medik dan
Kebidanan.
8) Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan pelayanan perawatan di ruang
Kebidanan.
9) Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi
- Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah, mutu tenaga kebidanan
serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan di Kamar bersalin.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang berlaku tiap bulan
- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar Bersalin.
10) Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
- Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan tugas yang
dibebankan.
- Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara berkesinambungan.
- Memberi orientasi kepada karyawan baru.
- Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan alat-alat maupun
obat-obatan.
- Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
- Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan penghargaan yang berprestasi
baik.
11) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
- Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
- Mengawasi penggunaan alat-alat agar digunakan secara tepat
- Mengatur supaya alat-alat tetap dalam keadaan siap pakai.
- Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.

2.Bidan Pelaksana Ruang Bersalin

a. Nama Unit Kerja : Ruang bersalin


b. Nama Jabatan : Bidan Pelaksana ruang Bersalin
c. Pengertian : Seorang bidan yang diberi wewenang dan

ditugaskan di kamar bersalin.


d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Berijazah Kebidanan dari semua jenjang yang disyahkan oleh pemerintah atau
yang berwenang.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di ruang Bersalin.
4) Ketrampilan : Memiliki bakat dan minat serta berdedikasi tinggi,
berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani

e. Tanggung Jawab :
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang
Kamar Bersalin.
2) Secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada Dokter Jaga/ Kamar
Bersalin.
f. Tugas Pokok : Melaksanakan Asuhan Kebidanan di Kamar Bersalin.

g. Uraian Tugas :
1) Menyiapkan fasilitas dan lingkungan ruang Bersalin untuk kelancaran pelayanan
2) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat secara
tepat dan cepat
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien gawat darurat dan melaksanakan
evaluasi tindakan perawatan yang telah dilakukan
4) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku serta
melaksanakan orientasi kepada pasien
5) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan anggota tim
(dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga)
6) Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan hari libur secara bergiliran sesuai
dengan jadwal dinas
7) Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk meningkatkan pengetahuan serta
ketrampilan.
8) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter
9) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang tepat dan benar
10) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan / tertulis
pada saat pergantian dinas
11) Menyiapkan pasien yang akan pulang lengkap dengan administrasinya
12) Memberikan health education kepada penderita dan keluarga
13) Membantu merujuk pasien ke instansi yang lebih mampu
14) Memantau dan menilai kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil pemantauan.
15) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien, keluarga,
dokter serta sesama tenaga medis.

h. Uraian Wewenang :
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada pasien sesuai kemampuan dan batas
kewenangannya.

B. Distribusi Ketenagaan
Kebutuhan tenaga bidan dihitung dengan menentukan :
 Jumlah hari kerja efektif selama 1 tahun
 Jumlah hari tidak kerja (hari non efektif) dalam 1 tahun
 Jumlah jam perawatan setiap pasien dalam 24 jam/tingkat ketergantungan pasien
 Jumlah jam kerja perawat tiap shift

2) Kebutuhan Tenaga Bidan Untuk Pasien Kegawatan :


Pengaturan jadwal dinas sebagai berikut :
1. Dinas Pagi jam 07.30 – 14.00
Petugas yang berdinas terdiri 2 orang bidan pelaksana
2. Dinas Sore jam 14.00 – 20.00
Terdiri dari 2 bidan pelaksana
3. Dinas Malam jam 20.00 – 07.30
Terdiri dari 2 bidan pelaksana
4. Lepas malam : 2 orang

C. Pengaturan Jaga
1) Pengaturan jadwal dinas dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala ruangan dan
disetujui oleh kepala satuan pelayanan keperawatan.
2) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada bidan
pelaksana.
3) Untuk bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat mengajukan
permintaan libur. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Apabila
tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan maka permintaan
akan disetujui.
4) Setiap tugas jaga/shift harus ada bidan penanggung jawab shift dengan syarat dan
kualifikasi yang telah ditetapkan.
5) Jadwal dinas terdiri dari dinas pagi, sore, malam dan libur.
6) Apabila ada bidan yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat menjalankan tugasnya
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan harus memberitahu
atasan minimal 4 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk dicarikan pengganti dinasnya
tersebut.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Ruang bersalin terdapat satu ruangan dengan :
- 2 tempat tidur ,untuk persalinan
- 1 meja ginecology .
- Inkubator
- Radiant warmer
- Meja resusitasi

B. Standar Fasilitas
Standar alat kebidanan di ruangan kebidanan/kamar bersalin dengan kapasitas persalinan 2
orang/hari
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Kebijakan Dan Prosedur

1. Penerimaan Pasien Baru


Prosedur yang dilakukan oleh bidan
- Menerima pasien baru
- Melakukan pengkajian kebidanan.
- Melakukan observasi tanda-tanda vital.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.

2. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day Care)
Prosedur yang dilakukan oleh bidan

- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)


- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju pasien,
membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien, observasi tanda-tanda vital,
anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dn
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas
menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi
dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah
mungkin (Adiatama, 2002).
- Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui fungsi
manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi
logistik.
- Logistik dalam puskesmas bermula dari perolehan ( procurement) dan berakhir dengan dokumen
penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen logistik
dalam lingkungan puskesmas adalah suatu proses pengolahan secara strtegis terhadap pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang ( stock,material, supplies, inventory,
etc) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
- Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di puskesmas dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di Puskesmas. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan
puskesmas.Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di puskesmas, secara baik tergolong
tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di puskesmas
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di puskesmas.Masalah utama yang sering terjadi adalah manajemen
inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan.Masalah yang sering dihadapi adalah
penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
h. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai
bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai yang
berlebihan,

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Assesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan
C. Standar Keselamatan Pasien Di puskesmas
1. Hak pasien
2. endidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan progam
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
D. 7 Langkah Keselamatan Pasien
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

E. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya diambil dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
F. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah
Unpreventable adverse event :
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.
G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Near miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cedera serius
tidak terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat) karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi
staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
I. Insiden Keselamatan Pasien
Patient safety incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi pada
bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada
kebijakan dan prosedur yang berlaku.
K. Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien
1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi kebidanan harus
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Memperhatikan identitas pasien khususnya nama dan nomor rekam medis
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter penanggung jawab
pasien atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal ditolong oleh bidan
5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam sekali atau bila ada
indikasi
6. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru diperbolehkan
pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien yang lengkap,
benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan diberikan peneng
untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada pasien di atas
tempat tidur
10. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat
11. Kuku petugas harus pendek
12. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan
13. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan sarung tangan yang digunakan harus
sesuai dengan ukura

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan berbahaya
karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih mengkhawatirkan hal tersebut
banyak terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi
penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan
kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik dan
penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya potensial
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak dapat terkenali
secara klinis karena tidak menampakan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi.Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Universal Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan
pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan

1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari penularan
infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi penyakit
menular.

C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan


Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan
dengan infeksi menular yaitu:
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja
khususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga higine sanitasi individu, higine dan sanitasi
ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus kamar
bersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca mata dan sarung tangan.
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian imunisasi

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di puskesmas diambil dari Standar
Pelayanan Minimal
B. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu pelayanan berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
3. Audit prosedur pelayanan kebidanan
4. Survey kepuasan pasien
D. Keterkaitan Hubungan Kerja ruang Bersalin puskesmas dengan Unit Lain
1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis di Kamar bersalin, diperoleh dari bagian logistik farmasi dengan
prosedur permintaan sesuai SPO terlampir.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor di Kamar Bersalin, diperoleh dari logistik
umum dengan prosedur permintaan sesuai dengan SPO.
3. Laboratorium
Pasien Kebidanan yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan dibuatkan formulir
permintaan laboratorium oleh dokter dan formulir diserahkan kepada petugas laboratorium oleh
bidan Kamar Bersalin (prosedur pemeriksaan laboratorium pasien kebidanan sesuai SPO
terlampir).
4. Umum/Tehnisi
Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bersalin akan dilaporkan dan diajukan perbaikan
ke bagian umum dengan prosedur permintaan perbaikan sesuai dengan SPO yang berlaku.
5. Rekam Medis
Pasien yang berobat di Kamar Bersalin akan diberikan nomor rekam medis dan status medis
pasien, dan yang sudah selesai berobat disimpan di bagian rekam medis serta bila pasien
berobat kembali, status medis pasien diminta kembali ke bagian rekam medis oleh petugas
admission (prosedur permintaan dan penyerahan status ke bagian rekam medis sesuai dengan
SPO terlampir).
6. Admission
Setiap pasien yang berobat ke Kamar Bersalin selalu didaftarkan ke bagian admission, dari
bagian admisson disiapkan status dan slip pembayaran pasien, kemudian status dan slip
pembayaran diantarkan oleh petugas admission ke Kamar Bersalin (pendaftaran pasien ke bagian
admission sesuai dengan SPO terlampir).
7. Kasir
Pasien yang telah selesai berobat ke Kamar Bersalin akan diantar ke bagian kasir oleh bidan
Kamar Bersalin untuk menyelesaikan administrasi.
yang berlaku. Setelah penanggung jawab/keluarga pasien menandatangani surat persetujuan
rawat inap, maka pasien diantar oleh bidan Kamar Bersalin ke bagian IRNA.(Prosedur pasien
Kamar Bersalin yang akan rawat inap sesuai dengan SPO terlampir).
8. Gizi
9. Pasien Kebidanan yang memerlukan kebutuhan nutrisi segera, akan dimintakan langsung ke
bagian gizi dengan memberitahukan nama pasien dan makanan/minuman (teh manis) yang diperlukan.

E. Umum/Supir
Pasien Kebidanan yang memerlukan rujukan ke RS dapat menggunakan ambulance bila
keadaan memungkinkan (prosedur merujuk pasien sesuai dengan SPO terlampir).
BAB XI
PENUTUP

Puskesmas merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa profesional pemberi
pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas untuk masing masing profesi, namun
diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi pemberi pelayanan.
Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di puskesmas yang diberikan oleh dokter umum,
bidan di kamar bersalin. Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan
SDM. Untuk pelayanan rujukan kebidanan di puskesmas sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan
tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan pertama
Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat mendukung
keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar bersalin.Standar pelayanan
kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat dikembangkan di masing-masing puskesmas dengan
kondisi dan kebutuhan masing masing daerah.Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa tanggung
jawab yang tinggi dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk menyebar-luaskan
informasi tentang pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta melaksanakannya
sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun sistem pelayanan
kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan pembinaan tenaga pelayanan
kebidanan.

PEMIMPIN UPT BLUD PUSKESMAS PERAMPUAN

Zulhana, SKM, MM
Pembina IV/a
NIP. 19690904 19930303 2 009

Anda mungkin juga menyukai