Anda di halaman 1dari 2

SIARAN PERS ORGANISASI PROFESI WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT

PERNYATAAN SIKAP TERHADAP RUU KESEHATAN (OMBINUS LAW)

• Mengapa NTB menolak RUU Kesehatan ini (Misalnya selama puluhan tahun koordinasi
antara OP dan peerintah kesehatan setempat berjalan sangat harmonis dan saling
bersinergi)

• keberadaan OP kesehatan membantu tugas pemerintah dan dinkes daerah terutama


dalam pemeriksaan latar belakang anggota, penanganan etik, dll.

• OP Kesehatan tidak pernah memperoleh informasi ataupun diajak terlibat dalma


diskusi mengenai RUU Kesehatan ini. Demikian juga dengan Pemerintah daerah dan
Dinkes Setempat juga tidak mengetahui hal ini.

• Kami mendukung perbaikan sistem kesehatan yang terdapat dalam RUU tersebut,
terutama dalam hal pemerataan dokter spesialis untuk daerah-daerah. Meski
demikian, kewenangan UU profesi tidak bisa dihilangkan, karena hal ini sudah berjalan
dengan baik dan tertib.

• Penghilangan UU Profesi ini tidak hanya berpotensi negatif pada organisasi profesi,
namun terutama pada masyarakat, karena dalam hal ini masyarakat lah yang pada
akhirnya merasakan efek terbesar dari penghapusan UU tersebut.

• Hal-hal lain yang perlu dijadikan perhatian, tenaga kesehatan juga merupakan warga
negara yang memiliki hak-hak konstitusi yang sama, di antara hak-haknya adalah
mendapat perlindungan hukum, perlindungan diri, harkat dan martabat, serta berhak
memperoleh pekerjaan dan kesejahteraan diri dan keluarganya. Biaya pendidikan
yang tinggi menyebabkan tidak semua siswa berpotensi sanggup melanjutkan
pendidikan di fakultas kedokteran. Pajak alat kesehatan yang tinggi menyebabkan
pemerataan dan penguasaannya membutuhkan biaya tinggi. Selain itu remunerasi
yang berkeadilan bagi tenaga kesehatan sangat dibutuhkan, terutama di daerah 3T
(terluar, tertinggal, terdepan) agar lebih banyak yang mengabdi.

• IDI dan Organisasi Profesi Kesehatan siap mendukung perbaikan Sistem Kesehatan
Nasional melalui UU Sistem Kesehatan Nasional, namun bukan dengan omnibus law.
UU Praktik Kedokteran yang berlaku saat ini sudah berjalan dengan baik sesuai
tujuannya yaitu: memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan
memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
• Saat ini hanya sekitar 14% dokter yang dapat diserap pemerintah. Namun sayangnya
sektor kesehatan swasta belum dikembangkan sepenuhnya.

• Sebetulnya, UU di bidang kesehatan yang ada saat ini boleh dikatakan sudah berjalan
dengan baik (selaras). Sebutlah UU No 29/2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No
36/2014 tentang Tenaga Kesehatan, UU No 38/2014 tentang Keperawatan, UU No
4/2019 tentang Kebidanan, dan tentu nanti RUU tentang Kefarmasian juga dibuat
selaras.
Kenapa dikatakan selaras? Sebab semua UU tersebut merujuk kepada UUD Negara RI
Tahun 1945 dan UU No 36/2009 tentang Kesehatan (hasil revisi dari UU No 23/1992).
Alasan lain, karena semua dibuat oleh institusi yang sama, yakni DPR dan Pemerintah.

• Mengapa UU Profesi tidak boleh dihilangkan dan harus diatur dan dilindungi oleh
undang-undang tersendiri. Karena profesi dokter, dokter gigi, perawat, apoteker,
bidan ini menyangkut hak pasien; banyak risiko; berkaitan dengan penerapan
teknologi; dan menyangkut kepastian hukum, keadilan, dan keselamatan pasien.

• Bahwa ada kondisi kesehatan di NTB dan yg umumnya dialami oleh wilayah indonesia
timur yg lebih membutuhan perhatian segera ketimbang RUU kesehatan ini.

Anda mungkin juga menyukai