Anda di halaman 1dari 80

Desentralisasi Fiskal untuk

Kesejahteraan Rakyat

1
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

2
Foto Cover: Gathot Subroto
“ Berbagai upaya reformasi kebijakan telah
dicanangkan di Kementerian Keuangan, bertujuan
untuk mendorong kebijakan fiskal menuju
pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan juga
sudah membuahkan banyak hasil.”

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati,


Disampaikan setelah menerima penghargaan
sebagai menteri terbaik se-dunia.

3
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

4
Infografis

,
Ringkasan Eksekutif

P
erekonomian Indonesia sepanjang tahun 2017 Bulan. Hingga akhir Januari 2018,
menunjukkan kinerja positif dan tumbuh sebesar suku bunga SPN 3 bulan mencapai
5,07 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 3,95 persen.
yang mencapai 5,03 persen. Sumber kenaikan
pertumbuhan ekonomi tahun 2017 terutama bertumpu Mengawali tahun 2018, realisasi
pada perbaikan kinerja investasi dan ekspor. Investasi Penerimaan Negara sampai dengan
mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir akhir Januari 2018 tercatat sebesar
yaitu sebesar 6,15 persen, sementara ekspor tumbuh Rp101,4 triliun. Pencapaian ini
sebesar 9,09 persen setelah mengalami kontraksi pada didukung oleh Penerimaan Dalam
tahun 2015 dan 2016. Kinerja positif ini diharapkan Negeri yang meliputi Penerimaan
dapat terus berlanjut di tahun 2018 dan memberikan Perpajakan dan PNBP. Penerimaan
dampak positif terhadap kegiatan perekonomian serta Perpajakan tumbuh 11,4 persen
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. dibandingkan tahun 2017, dengan
Beberapa asumsi dasar ekonomi makro sampai akhir realisasi sebesar Rp82,47 triliun.
bulan Januari 2018 menunjukkan kinerja yang positif. Capaian tersebut diperoleh dari
Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Penerimaan Pajak (migas dan
mencapai Rp13.380/US$. Laju inflasi dalam bulan nonmigas) sebesar Rp78,94 triliun
Januari 2018 dapat dijaga pada kisaran 0,62 persen dan Penerimaan Kepabeanan
(mtm) dan 3,25 persen (yoy). Sejalan dengan stabilitas dan Cukai sebesar Rp3,53 triliun.
inflasi pada tingkat yang rendah dan pergerakan nilai Pertumbuhan penerimaan pajak
tukar yang cukup stabil, suku bunga dalam negeri turut tersebut didukung oleh peningkatan
mengalami tren menurun, termasuk suku bunga SPN 3 PPh nonmigas dan PPN/PPnBM

5
seiring dengan masih terjaganya Realisasi Belanja Negara sampai
daya beli dan konsumsi domestik. dengan akhir Januari 2018 sebesar
Masih tingginya harga minyak Rp138,41 triliun, meningkat 3,86
ICP juga turut meningkatkan persen jika dibandingkan realisasi
penerimaan PPh migas. Sementara tahun sebelumnya. Realisasi Belanja
itu, penerimaan kepabeanan dan Negara tersebut meliputi Belanja
cukai didukung oleh meningkatnya Pemerintah Pusat sebesar Rp63,77
cukai dan bea masuk karena triliun dan Transfer ke Daerah dan
membaiknya perekonomian global Dana Desa sebesar Rp74,63 triliun.
dan harga komoditas. Di sisi lain, Realisasi Belanja Pemerintah Pusat
realisasi PNBP pada bulan Januari di bulan Januari 2018 mengalami
2018 mencapai Rp18,88 triliun peningkatan sebesar 10,68 persen
atau 6,86 persen dari APBN 2018. terutama akibat lebih tingginya
Persentase capaian bulan pertama realisasi Belanja Modal dan Bantuan
TA 2018 ini lebih besar dibandingkan Sosial dibandingkan dengan tahun
persentase capaian periode yang sebelumnya. Hal ini menunjukkan
sama tahun 2017 sebesar 5,51persen komitmen Pemerintah yang tetap
dari target APBN-P 2017. Dilihat berupaya meningkatkan kualitas
dari komposisinya, lebih dari 50 APBN yang salah satunya dilakukan
persen realisasi PNBP bulan Januari melalui perbaikan pola belanja agar
2018 disumbangkan dari PNBP SDA lebih produktif dalam menstimulasi
yaitu Rp9,75 triliun, diikuti PNBP perekonomian. Selama Januari 2018,
Lainnya sebesar Rp8,83 triliun, realisasi Belanja Modal dan Belanja
dan BLU sebesar Rp315,30 miliar. Sosial masing-masing mencapai
Lebih tingginya capaian PNBP SDA Rp1,00 triliun dan Rp5,34 triliun.
pada bulan pertama ini tidak lepas
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

dari masih tingginya harga ICP Salah satu instrumen pendanaan


yang mencapai US$65,59/barel program-program percepatan
(US$60,90/barel pada Desember pembangunan dan pencapaian
2017) dan HBA sebesar US$95,54/ sasaran prioritas nasional yang
ton (US$9,84/ton pada Desember dilaksanakan oleh pemerintah
2017). daerah dilakukan melalui alokasi
Transfer ke Daerah dan Dana

6
Desa (TKDD) dalam APBN. Setiap Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
tahunnya TKDD mendanai tidak Alokasi Khusus (DAK) Fisik, DAK
kurang dari 70 persen dari total Nonfisik, dan Dana Desa (DD).
belanja seluruh pemerintah daerah.
Terkait hal tersebut, TKDD memiliki DAU merupakan komponen TKDD
peranan strategis menopang yang terbesar. Pada tahun 2018,
kinerja seluruh pemerintah daerah alokasi DAU mencapai Rp401,49
dalam memperbaiki kualitas dan triliun atau 52,4 persen dari
memeratakan pelayanan dasar total TKDD. DAU dialokasikan
publik, menciptakan lapangan untuk meningkatkan pemerataan
kerja, mengentaskan kemiskinan, kemampuan keuangan antar
serta meningkatkan pemerataan daerah dalam mendanai urusan
kemampuan keuangan antardaerah. pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah. Untuk
Dalam tahun 2018, TKDD meningkatkan efektivitas
dialokasikan sebesar Rp766,16 pemanfaatan DAU di daerah,
triliun atau 34,50 persen dari total Pemerintah mengarahkan
belanja negara. Alokasi TKDD dalam penggunaan DAU untuk belanja
APBN 2018 tersebut meningkat produktif di daerah, yaitu belanja
Rp24,2 triliun atau 3,3 persen infrastruktur daerah (minimal
dibandingkan realisasi TKDD tahun sebesar 25 persen) dan sisanya
2017. Sampai dengan 31 Januari diutamakan untuk memenuhi
2018, realisasi TKDD telah mencapai belanja yang bersifat mandatory
Rp74,6 triliun atau 9,7 persen dari (pendidikan dan kesehatan). DAU
pagu dalam APBN 2018. Realisasi disalurkan ke daerah setiap bulan
TKDD bulan Januari 2018 tersebut sebesar 1/12 dari pagu alokasi.
meliputi DBH Rp2,9 triliun, DAU Khusus untuk bulan Januari, DAU
Rp66,5 triliun, DAK Nonfisik Rp4,8 disalurkan 2/12 yang meliputi
triliun, dan Dana Desa Rp0,5 triliun. DAU bulan Januari dan bulan
TKDD meliputi beberapa jenis Februari. Pada bulan Januari 2018,
dana dengan tujuan pengalokasian telah dilaksanakan penyaluran
yang berbeda-beda. Namun dalam DAU sebesar Rp66,5 triliun atau
summary ini akan difokuskan pada 99,4 persen dari pagu alokasi

7
dalam triliun Rupiah

2017 2018

Δ Ter-
Realisasi
POSTUR TKDD hadap
APBN-P Realisasi % APBN % Per 31
Realisasi
Januari
2017

TRANSFER KE DAERAH 706.3 682.2 96.6 706.2 24 3.4 % 74.2

I. Dana Perimbangan 678.6 654.5 96.5 676.6 22.1 3.3 % 74.2

A. Dana Transfer Umum 493.9 486.8 98.6 490.7 3.9 0.8 % 69.4

1. Dana Bagi Hasil 95.4 88.2 92.5 89.2 1 1.1 % 2.9

a. Pajak 58.1 56.5 97.4 56.7 0.2 0.4 % -

b. Sumber Daya Alam 37.3 31.6 84.9 32.5 0.9 2.8 % 2.9

2. Dana Alokasi Umum 398.6 398.6 100 401.5 2.9 0.7 % 66.5

B. Dana Transfer Khusus 184.6 167.7 90.8 185.9 18.2 9.8 % 4.8

1. DAK Fisik 69.5 62.1 89.4 62.4 0.3 0.5 % -

2. DAK Nonfisik 115.1 105.6 91.7 123.5 17.9 14.5 % 4.8

II. Dana Insentif Daerah 7.5 7.5 100 8.5 1 11.8 % -

III. Dana Otsus dan Dana


20.2 20.2 100 21.1 0.9 4.3 % -
Keistimewaan DIY

A. Dana Otonomi Khusus 19.4 19.4 100 20.1 0.7 3.5 % -

B. Dana Keistimewaan DIY 0.8 0.8 100 1 0.2 20.0 % -

DANA DESA 60 59.8 99.6 60 0.2 0.3 % 0.4

JUMLAH 766.3 742 96.8 766.2 24.2 3.2 % 74.6

Realisasi TKDD yang seharusnya dapat disalurkan DAK Fisik mempunyai peranan
2017 dan (Rp66,9 triliun). Adanya sebagian yang sangat penting untuk memacu
Alokasi TKDD DAU yang belum disalurkan pada pembangunan infrastruktur
2018 bulan Januari disebabkan karena: di daerah guna meningkatkan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

(1) penundaan penyaluran sebagian layanan dasar publik dan sekaligus


DAU kepada 90 daerah yang menyediakan prasarana bagi
terlambat menyampaikan laporan penunjang kegiatan ekonomi
pengelolaan kas; (2) pemotongan di daerah. Pengalokasian DAK
sebagian DAU untuk penyelesaian Fisik telah dilakukan berdasarkan
tunggakan pinjaman daerah di usulan daerah (proposal based)
Kabupaten Aceh Tenggara; serta (3) agar sesuai dengan kebutuhan
pemotongan DAU atas penyelesaian dan prioritas daerah sejak tahun
kewajiban hibah dari daerah induk 2016. Pada tahun 2018, pagu DAK
kepada daerah otonom baru pada Fisik mencapai Rp62,44 triliun atau
Kabupaten Tangerang. meningkat Rp0,33 triliun (0,53

8
dalam triliun Rupiah

2017 2018

Realisasi Realisasi
Uraian
Alokasi Per 31 % Alokasi Per 31 %
Januari Januari

Transfer ke Daerah dan Dana Desa 766.3 75.7 9.9 766.2 74.6 9.7

Transfer ke Daerah 706.3 75.7 10.7 706.2 74.2 10.5

A. Dana Perimbangan 678.6 75.7 11.2 676.6 74.2 11.0

1. Dana Transfer Umum 494.0 66.5 13.5 490.7 69.4 14.1

a. Dana Bagi Hasil 95.4 0.0 - 89.2 2.9 3.2

1) DBH Pajak 58.1 0.0 - 56.7 0.0 -

2) DBH Sumber Daya Alam 37.3 0.0 - 32.5 2.9 8.8

b. Dana Alokasi Umum 398.6 66.5 16.7 401.5 66.5 16.6

2. Dana Transfer Khusus 184.6 9.2


0.0 5.0
- 185.9 4.8 2.6

a. Dana Alokasi Khusus Fisik 69.5 0.0


9.2 13.2
- 62.4 0.0 -

1) DAK Reguler 20.4 0.0 - 31.4 0.0 -

2) DAK Penugasan 34.5 0.0 - 24.5 0.0 -

3) DAK Afirmasi 3.5 0.0 - 6.6 0.0 -

4) DAK Infrastruktur Publik Daerah 0.0 0.0 - 0.0 0.0 -

5) DAK Tambahan 11.2 0.0 - 0.0


11.2 0.0 -

b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik 115.1 9.2 8.0 123.5 4.8 3.9

B. Dana Insentif Daerah 7.5 0.0 - 8.5 0.0 -

C. Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan DIY 20.2 0.0 - 21.1 0.0 -

1. Dana Otsus 19.4 0.0 - 20.1 0.0 -

a. Dana Otsus Prov. Papua dan Prov. Papua Barat 8.0 0.0 - 8.0 0.0 -

b. Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh 8.0 0.0 - 8.0 0.0 -

c. Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangka 3.5 0.0 - 4.0 0.0 -


Otsus

2. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa 0.8 0.0 - 1.0 0.0 -


Yogyakarta

Dana Desa 60.0 0.0 - 60.0 0.4 0.7

Realisasi TKDD persen) dibandingkan realisasi tahun melaporkan capaian output/


per 31 januari 2017. Dalam rangka meningkatkan outcome, yang didukung foto
tahun 2017 efektivitas pendanaan DAK Fisik atau tagging location sebagai
dan 2018 2018, Pemerintah diantaranya syarat penyaluran dana tahap
melakukan: (i) penguatan peran berikutnya; dan (iii) memperbaiki
provinsi dalam sinkronisasi mekanisme penyaluran DAK Fisik
usulan DAK Fisik pemerintah melalui proses pentahapan dalam
daerah; (ii) mewajibkan daerah penyalurannya.

9
DAK Nonfisik dialokasikan untuk Pada tahun 2018 Dana Desa akan
membantu mendanai kegiatan lebih dioptimalkan mendukung
khusus nonfisik untuk pelayanan pengentasan kemiskinan,
publik yang merupakan urusan mengurangi kesenjangan
daerah. Pada tahun 2018, pagu layanan publik antardesa,
alokasi DAK Nonfisik sebesar serta meningkatkan kualitas
Rp123,45 triliun atau meningkat hidup masyarakat. Untuk itu,
Rp17,9 triliun (16,9 persen) Pemerintah mengambil 4 kebijakan,
dibandingkan realisasi tahun 2017. yaitu: pertama, memperbaiki
Dalam rangka peningkatan kualitas pengalokasian Dana Desa dengan
pengelolaan DAK Nonfisik telah memberikan afirmasi kepada desa
dilakukan beberapa langkah antara tertinggal dan sangat tertinggal
lain: (1) peningkatan akurasi data yang mempunyai penduduk
dan biaya satuan perhitungan miskin tinggi; kedua, memperbaiki
DAK Nonfisik; serta (2) penyaluran penggunaan agar bisa lebih
DAK Nonfisik berdasarkan kinerja fokus pada maksimal 5 kegiatan
pelaksanaan. Sampai dengan akhir pembangunan infrastruktur dan
Januari tahun 2018 telah disalurkan sarana/prasarana desa; ketiga,
DAK Nonfisik sebesar Rp4,82 triliun memperbaiki cara melaksanakan
yang utamanya berasal dari Dana penggunaan Dana Desa untuk
BOS. pembangunan, yaitu melalui pola
swakelola dengan skema padat karya
Dana Desa merupakan dana tunai (cash for work); dan keempat,
APBN yang diperuntukkan bagi memperbaiki penyaluran dengan
desa dan ditransfer melalui mengubah dari 2 tahap menjadi 3
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

kabupaten/kota, guna membiayai tahap dan dapat mulai disalurkan


penyelenggaraan pemerintahan, sejak awal tahun anggaran (Januari).
pelaksanaan pembangunan, Perbaikan mekanisme penyaluran
pembinaan kemasyarakatan, ini dimaksudkan untuk dapat
serta pemberdayaan masyarakat. mendukung pelaksanaan padat

10
karya tunai secara lebih optimal.
Sampai dengan akhir Januari 2018
telah disalurkan Dana Desa sebesar
Rp0,45 triliun. Belum maksimalnya
penyaluran tahap 1 Dana Desa 2018
sebesar 20 persen dari total Dana
Desa (Rp12,00 triliun) disebabkan
karena belum dapat dipenuhinya
persyaratan administrasi penyaluran
dana desa Tahap I berupa Perda
APBD dan Peraturan Kepala Daerah
mengenai Tata Cara Pengalokasian
dan Rincian Dana Desa per Desa.

Keberlanjutan fiskal di tahun 2018


diharapkan akan tetap terjaga.
Realisasi defisit APBN hingga Januari
2018 mencapai Rp37,05 triliun atau
sekitar 0,25 persen PDB. Realisasi
defisit tersebut lebih rendah dari
realisasi defisit di tahun 2017, baik
secara nominal maupun persentase
terhadap PDB. Sementara itu,
realisasi pembiayaan yang dilakukan
hingga Januari 2018 mencapai
Rp21,77 triliun (6,68 persen dari
target APBN 2018), yang terutama
bersumber dari realisasi pembiayaan
utang sebesar Rp21,41 triliun.

11
Realisasi APBN

Perkembangan realisasi
apbn 2018
Per 31 Januari 2018 dalam miliar Rupiah
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

12
Ekonomi Makro

perkembangan
ekonomi makro

S
epanjang tahun 2017 kinerja Pertumbuhan investasi juga
perekonomian Indonesia didukung oleh terus meningkatnya
semakin membaik dengan Foreign Direct Investmen (FDI) yang
pertumbuhan lebih tinggi tumbuh rata-rata 14,4 persen selama
sebesar 5,07 dibandingkan tahun lima tahun terakhir. Pergerakan
sebelumnya sebesar 5,03 persen. positif dari pertumbuhan FDI dan
Kenaikan pertumbuhan tersebut PMA menjadi indikasi pentingnya
bersumber dari kinerja investasi dan peran FDI dalam mendorong
ekspor yang membaik. Program pertumbuhan investasi dalam
akselerasi infrastruktur dan struktur ekonomi Indonesia.
berbagai upaya perbaikan daya Beberapa kebijakan yang perlu
saing nasional turut mendorong diteruskan dalam upaya penguatan
pertumbuhan Investasi mencapai FDI antara lain penciptaan iklim
sebesar 6,15 persen, yang investasi yang lebih baik, stabilitas
merupakan realisasi pertumbuhan ekonomi dan politik, sustainabilitas
tertinggi dalam 5 tahun fiskal serta pemberian insentif
terakhir. Pertumbuhan ini juga fiskal yang efektif dan efisien untuk
Pertumbuhan
mengindikasikan adanya pergeseran membantu proses bisnis pelaku
PMTB dan
PMA ke arah struktur pertumbuhan usaha.
ekonomi yang lebih produktif.

8.0 40.0

6.0 30.0

4.0 20.0

2.0 10.0

0.0 0.0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 20142 015 2016 2017

PMTB PMA (RHS)R ealisasi Imvestasi (RHS)

13
Kinerja ekonomi mitra dagang komponen pengeluaran baik
utama yang cukup baik mendukung produksi maupun pengeluaran
kinerja perdagangan internasional diharapkan dapat terus berlanjut
yang memberikan kontribusi positif di tahun 2018 dan memberikan
terhadap perekonomian domestik dampak positif terhadap kegiatan
setelah sebelumnya mengalami perekonomian yang pada akhirnya
kontraksi pada tahun 2015 dan 2016. dapat meningkatkan pendapatan
Sementara dari sisi produksi seluruh dan kesejahteraan masyarakat.
sektor menunjukkan pertumbuhan
Stabilitas perekonomian Indonesia
positif. Baik sektor primer, sekunder
mencatat kinerja yang sangat baik,
maupun tersier mampu tumbuh
tercermin pada stabilitas tingkat
lebih tinggi dibandingkan dua
harga dan nilai tukar. Selama bulan
tahun sebelumnya. Sektor primer
Januari tahun 2018, tingkat inflasi
tumbuh sedikit lebih baik dari
dapat dijaga pada kisaran 0,62
tahun sebelumnya didukung oleh
persen (mtm) dan 3,25 persen (yoy).
peningkatan komponen perkebunan,
Inflasi ini lebih rendah dibandingkan
perikanan, dan ekspor mineral
tingkat inflasi bulan Januari tahun
logam. Sementara itu, perbaikan
sebelumnya yang mencapai 0,97
pertumbuhan sektor sekunder
persen (mtm) dan 3,49 persen (yoy).
didorong oleh sektor konstruksi
Inflasi Januari 2018 didorong oleh
sejalan dengan peningkatan aktivitas
komponen harga bergejolak (volatile
investasi bangunan, khususnya
food) yang terjadi pada hampir
dengan gencarnya pembangunan
semua komoditas strategis (beras,
infrastruktur fisik. Sektor tersier
daging ayam ras, cabai rawit, dan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

yang merupakan gabungan dari


cabai merah) akibat curah hujan
sektor jasa juga tumbuh lebih
yang tinggi dan belum meratanya
baik didorong oleh kinerja sektor
musim panen. Pemerintah telah
transportasi pergudangan dan
melakukan beberapa langkah
informasi komunikasi. Penguatan
untuk menjaga kecukupan pasokan
pertumbuhan pada seluruh
komoditas strategis, salah satunya

14
dengan memutuskan melakukan inflasi pada tingkat yang rendah dan
impor beras sehingga tekanan pergerakan nilai tukar yang cukup
inflasi dari kompnen volatile food stabil, suku bunga dalam negeri
masih tetap terjaga. Di sisi lain, turut mengalami tren menurun,
tingkat inflasi inti yang rendah dan termasuk suku bunga SPN 3 Bulan.
komponen harga yang ditetapkan Hingga akhir Januari 2018, suku
Pemerintah (administered price) bunga SPN 3 bulan mencapai 3,95
yang mengalami deflasi mampu persen.
meredam tekanan inflasi volatile
Komponen lain yang cukup penting
food sehingga tingkat inflasi secara
diperhatikan dalam pengelolaan
umum masih terjaga baik.
APBN adalah harga minyak mentah
Sampai akhir bulan Januari 2018, Indonesia (Indonesian Crude Price).
rata-rata nilai tukar Rupiah Sebagaimana pergerakan harga
terhadap Dollar AS mencapai minyak mentah dunia dan harga
Rp13.380/US$. Beberapa faktor komoditas global pada umumnya,
yang berpengaruh terhadap ICP bulan Januari 2018 meningkat,
pergerakan nilai tukar Rupiah baik dibandingkan dengan bulan
di bulan Januari 2018 antara lain sebelumnya (mtm) ataupun tahun
kinerja perekonomian nasional sebelumnya (yoy). Peningkatan ini
yang relatif baik didukung disebabkan kenaikan permintaan
oleh terjaganya tingkat inflasi, untuk menghadapi musim dingin
positifnya neraca pembayaran, di tengah kesepakatan pembatasan
dan terkendalinya defisit transaksi produksi antarnegara penghasil
berjalan. Sementara dari sisi minyak. ICP Januari 2018 mencapai
eksternal kebijakan normalisasi The US$65,59 per barel, naik US$4,69
Fed, rebalancing ekonomi Tiongkok, per barel (mtm) dan US$13,71 per
dan ketidakpastian permasalahan barel (yoy). Kenaikan harga ini
geopolitik turut berpengaruh diharapkan akan meberikan dampak
terhadap pergerakan nilai tukar positif terhadap pencapaian target
Rupiah. Sejalan dengan stabilitas penerimaan di tahun 2018.

15
Pendapatan Negara

PENDAPATAN
NEGARA
Momentum Pertumbuhan Penerimaan Pajak
Masih Terjaga di Bulan Januari 2018 dengan
Pertumbuhan Sebesar 11,17%

dalam triliun Rupiah


11,17%

Realisasi
APBN
Uraian ∆% 2017 % thd
6,70%
2018 Rp
- 2018 APBN
Pajak 855,1 46,2 13,40% 5,41%
Penghasilan
- Migas 38,1 4,5 1,24% 11,89%
-4,43% - Non Migas 817,0 41,7 14,90% 5,10%
PPN & PPnBM 541,8 32,3 9,41% 5,96%
PBB & Pajak 27,1 0,4 -42,40% 1,53%
Lainnya
-12,41%

Jumlah 1.424,0 78,9 11,17% 5,54%


Jan-15 Jan-16 Jan-17 Jan-18

R
ealisasi penerimaan pajak di Pertumbuhan
Januari memberikan keyakinan
bulan Januari 2018 tercatat tersendiri dalam mencapai kinerja y-oy bulan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

sebesar Rp 78,94 triliun atau penerimaan pajak hingga akhir Januari

tumbuh 11,17% secara year- tahun.


on-year. Pertumbuhan positif ini Penerimaan
Keyakinan ini diperkuat dengan
ditopang oleh pertumbuhan PPh pajak dalam
data pertumbuhan PPh Pasal 21,
Non Migas yang mencapai 14,90% (Rp Triliun)
PPh Orang Pribadi, dan PPh Badan
sementara PPN sendiri tumbuh
yang tumbuh di atas 15% serta
9,41%. Pertumbuhan bulan Januari
pertumbuhan pajak atas impor di
2018 melanjutkan tren positif
atas 20% sebagai indikator masih
pertumbuhan selama beberapa
positifnya permintaan di dalam
tahun terakhir dimana pada bulan
negeri.
Januari 2017 pertumbuhan tercatat
sebesar 6,70%. Pada awal tahun 2018 ini peneriman
pajak akan menghadapi risiko
Tren pertumbuhan positif di bulan

16
jangka pendek, khususnya pada maupun dari sisi pajak korporasi
penerimaan PPN, berupa restitusi (misalnya PPh Badan dan PPh Pasal
bagi pelaku ekspor mengingat 26).
tingginya pertumbuhan nilai
Fokus pada Peningkatan Layanan
ekspor di triwulan IV tahun 2017 kepada Masyarakat, untuk
yang mencapai 13,4% secara year- Mendorong Kepatuhan Pajak yang
on-year (memperkuat kondisi
Lebih Tinggi
sisi pengeluaran PDB, dimana
pertumbuhan ekspor di tahun 2017 Kepatuhan penyampaian SPT
merupakan pertumbuhan tertinggi Tahunan Pajak pada tahun 2017
sejak tahun 2015). Namun demikian, menunjukkaan peningkatan yang
risiko ini tidak akan mempengaruhi signifikan dengan pencapaian rasio
kinerja penerimaan pajak secara kepatuhan sebesar 73% (jumlah
signifikan hingga akhir tahun karena SPT Tahunan yang disampaikan
pada saat yang sama peningkatan dibanding jumlah Wajib Pajak yang
aktivitas ekspor akan mendorong wajib melaporkan SPT Tahunan).
penerimaan pajak baik dari sisi input Sejalan dengan kepatuhan formal
(misalnya PPN Impor, PPh Pasal 22 yang semakin meningkat, indeks
Impor, PPh Pasal 23, PPh Pasal 21) kepuasan Wajib Pajak di tahun 2017

Jan-2017 Jan-2018
Jenis Pajak growth
growth
PPh Pasal 21 5,12% 16,09%
PPh Orang Pribadi 3,92% 33,18%
PPh Badan -43,36% 43,66%
Pajak atas Impor 16,21% 25,42%
Data
- PPh 22 Impor 9,37% 26,83%
Pertumbuhan
- PPN Impor 20,21% 24,90% pajak
- PPnBM Impor -46,42% 32,65%

17
meningkat dari 4,1 di tahun 2016 Pelayanan bagi pelaku usaha
menjadi 4,3 di tahun 2017 (dalam UKM difokuskan pada perluasan
skala 5,0) untuk seluruh aspek program pembinaan usaha Wajib
penilaian1. Pajak yaitu Business Development
Services (BDS) yang pada tahun 2017
Dalam rangka meningkatkan
telah dilakukan di 3 Kanwil Pajak
layanan kepada masyarakat
dan 12 Kantor Pajak. Program ini
sekaligus mendorong perbaikan
merupakan pendekatan end-to-end
lebih lanjut pada indikator Paying
dengan tahapan awal yang dimulai
Taxes sebagai bagian dari penilaian
dari Seminar Pengembangan Usaha
Ease of Doing Business, pada tahun
hingga pelaksanaan Kelas Pajak.
2018 akan dilakukan beberapa
Komunitas UKM Sahabat Pajak yang
terobosan seperti: (1) simplifikasi
telah terbentuk di tahun 2017 akan
registrasi Wajib Pajak; (2) perluasan
diperluas cakupannya (wilayah dan
tempat pemberian layanan (misalnya
keanggotaan) sebagai bagian dari
melalui Mobile Tax Unit); (3)
program BDS.
perluasan cakupan pelaporan SPT
Tahunan elektronik (e-Filing); (4) Peningkatan layanan pajak juga
fokus perbaikan pada Post Filing dilakukan melalui perbaikan dan
Index2 dalam Paying Taxes. Fokus peningkatan kapasitas layanan
perbaikan pada Post Filing Index khususnya dari infrastruktur
sendiri terpusat pada perbaikan teknologi informasi untuk
kualitas pemeriksaan pajak sehingga meningkatkan pengalaman
mengurangi dispute antara otoritas masyarakat dalam memenuhi
pajak dan Wajib Pajak serta kewajiban pajaknya secara
percepatan penyelesaian restitusi elektronik. Semangat untuk
khususnya bagi eksportir dengan mendorong perluasan layanan
kriteria tertentu melalui sinergi elektronik tercermin pada tagline
program bersama antara Ditjen Bea kampanye pajak 2018: “Pajak,
Cukai - Ditjen Pajak dan perbaikan Bayarnya e-Billing, Lapornya
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

proses bisnis terkait. e-Filling.

1. Aspek penilaian di antaranya: Waktu Penyelesaian


Layanan, Kemampuan & Keterampilan Pegawai,
Sikap Pegawai, Kesesuaian Prosedur dng Ketentuan,
Informasi Layanan, Keterbukaan/Kemudahan
Akses Layanan, Lingkungan Pendukung, Keamanan
Lingkungan & Layanan
2. Post Filing Index secara umum meliputi indikator
terkait pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak
pasca pelaporan SPT misalnya waktu yg dibutuhkan
untuk memenuhi proses pemeriksaan dan waktu bagi
Wajib Pajak untuk memperoleh restitusi/pengem-
balian kelebihan pembayaran pajak

18
Kepabeanan dan Cukai

P
enerimaan kepabeanan dan (yoy) tersebut, merupakan yang
cukai per 31 Januari 2018 terbesar dibanding angka kenaikan
adalah Rp3,53 triliun. Capaian (yoy) penerimaan yang lain. Kinerja
penerimaan tersebut adalah penerimaan devisa USD 10,92
1,82 persen dari target penerimaan miliar atau meningkat 10,52 persen.
2018 yang Rp194,10 triliun. Namun Selain itu, peningkatan harga
demikian capaian itu naik Rp511,02 komoditas dan adanya perbaikan
miliar atau lebih tinggi 16,92 persen tren perekonomian global yang
dibandingkan capaian tahun lalu ditunjukkan dengan membaiknya
yang hanya Rp3,02 triliun. Capaian aktifitas produksi maupun konsumsi
penerimaan kepabeanan dan cukai masing-masing sebesar 9,82 persen
tersebut terdiri dari penerimaan bea dan 0,70 persen diyakini turut
masuk, bea keluar dan cukai. mempengaruhi kinerja BM.

Penerimaan bea masuk (BM) hingga Kenaikan penerimaan juga terjadi


31 Januari 2018 adalah Rp2,80 triliun. pada komponen bea keluar (BK),
Dengan target BM tahun 2018 yang dimana per 31 Januari 2018 telah
Rp35,70 triliun maka penerimaan mencapai Rp369,64 miliar. Pada
tersebut baru mencapai 7,85 persen. rentang waktu yang sama pada
Namun apabila dibandingkan tahun 2017 capaiannya adalah
dengan capaian tahun lalu yang Rp312,16 miliar atau lebih baik
Rp2,47 triliun, maka lebih tinggi 13,67 Rp57,49 miliar (tumbuh sebesar
persen atau Rp337,32 miliar. Angka 18,42 persen). Apabila dibandingkan
kenaikan penerimaan BM terhadap dengan target tahun 2018 sebesar
penerimaan tahun sebelumnya Rp3 triliun, realisasi ini masih sekitar

19
dalam miliaran Rupiah

No. Jenis Penerimaan Target APBN “Realisasi 1 % Pencapa- “Realisasi s.d Pertumbuhan (y-o-y_
Jan s.d 31 ian Target 31 Januari
Januari 2018 2017 Nominal %

1 BEA MASUK 35,700.00 2,804.17 7.85% 2,466.85 337.32 13.67%

2 CUKAI 155,400.00 356.60 0.23% 240.39 116.21 48.34%

Hasil Tembakau 148,230.00 126.53 0.09% 97.36 29.17 29.96%

Ethil Alkohol 170.00 17.15 10.09% 10.75 6.40 59.57%

MMEA 6,500.00 208.70 3.21% 129.02 79.67 61.75%

Denda Adm. Cukai - 3.02 - 2.87 0.15 5.40%

Cukai Lainnya - 1.20 - 0.39 0.82 212.03%

Plastik 500.00 0.00 0.00% 0.00 - -

3 BEA KELUAR 3,000.00 369.64 12.32% 312.16 57.49 18.42%

TOTAL 194,100.00 3,530.41 1.82% 3,019.39 511.02 16.92%

Realisasi 12,32 persen. Namun demikian Persentase kenaikan penerimaan


Penerimaan persentase capaian BK bulan Januari (yoy) cukai adalah yang tertinggi bila
kepabeanan 2018 terhadap target adalah yang dibandingkan dengan persentase
Cukai tertinggi bila dibandingkan dengan kenaikan (yoy) penerimaan yang
persentase capaian target pada lain. Penerimaan cukai terdiri dari
penerimaan yang lain. Penerimaan cukai hasil tembakau (CHT), cukai
BK masih didominasi oleh komoditas minuman mengandung etil alkohol
mineral dan tembaga yang dilakukan (MMEA) dan cukai etil alkohol (EA).
2 (dua) eksportir utama minerba Dengan capaian masing-masing
yaitu PT. FI dan PT. AMMNT yang penerimaan cukai dimulai dari yang
masih akan menghabiskan sisa terbesar adalah MMEA yaitu Rp208,7
kontrak ekspor tahun 2017. miliar, disusul CHT sebesar Rp126,53
miliar dan EA yang baru Rp17,15
Cukai sebagai penerimaan terbesar
miliar. Penerimaan cukai yang
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

kepabeanan dan cukai dengan


belum maksimal disebabkan karena
target Rp155,40 triliun, hingga
CHT yang di bulan Januari 2018 ini,
31 Januari 2018 baru mencapai
sebagian besar hanya disumbang
Rp356,60 miliar atau masih 0,23
oleh perusahaan rokok golongan
persen. Akan tetapi capaian ini lebih
2 dan golongan 3 yang melakukan
tinggi Rp116,21 miliar dibanding
pembelian pita cukai secara tunai.
tahun lalu yang hanya Rp240,39
miliar atau meningkat 48,34 persen.

20
Sinergi Awal Tahun, DJBC dan BNN
Amankan 110,84 Kg Sabu dan 18.300
Butir Ekstasi di Aceh dan Medan

K
ementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal bahwa pengungkapan ketiga kasus
Bea dan Cukai (DJBC) dan Badan Narkotika ini menjadi peringatan bagi bangsa
Nasional (BNN) mengawali tahun 2018 dengan Indonesia bahwa jaringan narkotika
membongkar tiga kasus penyelundupan narkotika tidak akan pernah berhenti untuk
di Aceh dan Medan. Dari ketiga kasus yang telah menyelundupkan narkotika yang
diungkap pada bulan Januari 2018, petugas gabungan membahayakan anak bangsa.
DJBC dan BNN berhasil mengamankan lebih dari 110,84 Untuk itu, masyarakat diminta
Kilogram methamphetamine (sabu) dan 18.300 butir agar dapat membentengi diri dan
ekstasi. Jumlah barang bukti tersebut terbilang fantastis mendukung pemerintah dalam
mengingat penindakan yang dilakukan oleh petugas memberantas peredaran narkotika,
gabungan terjadi dalam waktu kurang dari dua minggu. salah satunya dengan melaporkan
Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat penyelundupan tindakan mencurigakan kepada
narkotika di Aceh dan Sumatera Utara masih cukup aparat penegak hukum. Menkeu
tinggi sehingga membutuhkan pengawasan ekstra dari juga menambahkan bahwa ketiga
para aparat penegak hukum. Sinergi antar instansi juga penindakan di awal tahun 2018 yang
mutlak diperlukan untuk meningkatkan efektivitas berhasil dilakukan DJBC dan BNN
pengawasan. merupakan bukti nyata sinergi antar
instansi dan komitmen pemerintah
Hingga Februari 2018 DJBC telah berupaya untuk memberantas peredaran
mengamankan penyelundupan narkotika di seluruh narkotika dan mengamankan
wilayah Indonesia dan berhasil mengungkap 49 masyarakat dari ancaman barang
kasus dengan total berat barang bukti mencapai haram tersebut. Hal ini sejalan
201,2 Kilogram. Sementara di tahun 2017, DJBC telah dengan arahan Presiden Republik
melakukan 346 penindakan dengan total berat barang Indonesia agar aparat penegak
bukti mencapai 2,13 Ton. hukum dapat meningkatkan
komitmen untuk menindak tegas
Menkeu menyatakan dari ketiga penindakan ini para pengedar narkotika di wilayah
pemerintah telah berhasil menyelamatkaan kurang Indonesia.
lebih 572.536 masyarakat dari ancaman penyalahgunaan
narkotika. Menkeu mengingatkan kepada masyarakat

21
Penerimaan Negara
Bukan Pajak

S
ampai dengan tanggal 31 26,43 persen. Untuk periode Desember 2017 sampai
Januari 2018, realisasi PNBP dengan Januari 2018 mencapai USD63,27/barel, atau
mencapai Rp18,89 triliun lebih tinggi 22,88 persen dibandingkan realisasi 2017
atau 6,86 persen dari APBN pada periode yang sama sebesar USD51,49/barel.
2018. Realisasi tersebut mengalami
Realisasi penerimaan SDA Non Migas mencapai Rp2,36
pertumbuhan sebesar 31,60
triliun atau 8,52 persen terhadap APBN 2018. Realisasi
persen jika dibandingkan dengan
tersebut lebih rendah 6,67 persen jika dibandingkan
realisasi periode yang sama tahun
dengan periode yang sama tahun 2017 yang mencapai
sebelumnya. Kenaikan ini antara
Rp2,53 triliun. Penurunan ini di antaranya disebabkan
lain disebabkan meningkatnya harga
oleh penerimaan SDA kehutanan yang berkurang Rp121
komoditas, khususnya harga minyak
miliar realisasi tahun 2017, akibat faktor cuaca (hujan)
bumi pada periode bulan Januari.
yang mempengaruhi hasil produksi hutan.
Realisasi penerimaan SDA Migas
Realisasi penerimaan Bagian Laba BUMN mencapai
mencapai Rp7,39 triliun atau 9,20
Rp25 juta atau 0,03 persen terhadap APBN 2018. Nilai
persen dari target APBN 2018.
realisasi penerimaan Bagian Laba BUMN yang relatif
Realisasi tersebut mengalami
masih rendah disebabkan oleh belum dilaksanakannya
pertumbuhan sebesar 158,12
rapat umum pemegang saham (RUPS) pada BUMN.
persen dibandingkan periode
yang sama tahun 2017. Kenaikan Realisasi penerimaan PNBP lainnya mencapai Rp8,83
penerimaan SDA Migas tersebut, triliun atau 10,54 persen terhadap APBN 2018. Realisasi
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

antara lain disebabkan karena tersebut di antaranya berasal dari pendapatan dari
realisasi ICP bulan Januari 2018 penjualan, pengelolaan BMN, dan iuran badan usaha
sebesar USD65,59/barel lebih tinggi senilai Rp2,97 triliun dan pendapatan administrasi dan
dibandingkan realisasi periode yang penegakan hukum Rp1,42 triliun. Untuk pendapatan
sama tahun 2017, yaitu sebesar BLU, hingga 31 Januari 2018 terealisasi sebesar Rp315
USD51,88/barel, atau lebih tinggi miliar, atau mencapai 0,73 persen dari APBN 2018.

22
dalam miliar Rupiah

2018
APBN Realisasi %APBN
I. Penerimaan Negara Bukan Pajak 275.439,0 18.889,03 6,86%
a. Penerimaan SDA 103.686,0 9.747,00 9,40%
1. Migas 80.349,0 7.389,00 9,20%
a) Minyak Bumi 59.583,0 7.389,00 12,40%
b) Gas Alam 20.776,0 0,00 0,00%
2. Non Migas 23.327,0 2.358,00 10,11%
a) Pertambangan Minerba 17.859,0 2.147,00 12,02%
b) Kehutanan 4.167,0 165,00 3,96%
c) Perikanan 600,0 25,00 4,17%
d) Pend. Per. Panas Bumi 701,0 21,00 3,00%
b. Bagia Laba BUMN 44.695,0 0,03 0,00%
c. PNPB Lainnya 83.753,0 8.827,00 10,54%
d. Pendapatan BLU 43.305,0 315,00 0,73%

Realisasi
Penerimaan
Negara Bukan
Pajak

23
Belanja Negara

BELANJA NEGARA

Belanja
Pemerintah Pusat

Realisasi Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dipengaruhi Belanja Pegawai, Bantuan


Belanja Sosial, dan Pembayaran Bunga Utang
Pemerintah
Pusat dalam triliun Rupiah
dipengaruhi
2017 2018
Belanja
Pegawai, Belanja Pemerintah Realisasi
Real-
% thd isasi % thd
Bantuan Pusat (triliun Rupiah) APBNP s.d. 31
APBNP
APBN
s.d. 31 APBN
Jan
Sosial, dan Jan
Pembayaran 1. Belanja K/L 798.59 15.12 1.9% 847.33 19.68 2.3%
Bunga Utang 2. Belanja Non K/L 568.3713 42.50 7.5% 607.1644 44.10 7.7%

a. Pembayaran 219.1963 22.60 10.3% 238.6071 23.17 9.7%


Bunga Utang

b. Subsidi 168.8768 0.00 0.0% 156.2281 0.00 0.0%

c. Belanja Lain- 49.8743 0.20 0.4% 67.2374 0.09 0.1%


Realisasi
lain
Belanja
pemerintah
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

pusat
1. Realisasi Belanja Pemerintah 2. Realisasi sampai dengan 31
Pusat sampai dengan 31 Januari Januari 2018 tersebut terdiri
2018 sebesar Rp63,8 triliun dari Belanja K/L Rp19,7 triliun
atau 4,4 persen dari APBN (2,3 persen dari APBN 2018) dan
2018. Realisasi ini baik secara Belanja non K/L Rp44,1 triliun
persentase maupun nominal (7,3 persen dari APBN 2018).
lebih tinggi dari realisasi pada
periode yang sama pada tahun
2017.

24
Penyerapan Belanja Kementerian Negara/Lembaga lebih tinggi sekitar 30 persen dari
realisasi periode yang sama tahun 2017. Terutama didorong oleh perbaikan realisasi Bantuan
Sosial terkait penyaluran program-program Bantuan Sosial.

dalam triliun Rupiah

Uraian 2017 2018


(triliun rupiah) APBNP Realisasi % thd APBN Realisasi % thd
31-Jan APBNP 31-Jan APBN
Bel. Pegawai 223.6 11.0 4.9 227.5 11.3 4.9
Bel. Barang 295.7 1.2 0.4 338.8 2.1 0.6
Bel. Modal 224.7 0.6 0.3 203.9 1.0 0.5
Bansos 54.6 2.4 4.4 77.3 5.3 6.9
Jumlah 798.6 15.1 1.9 847.4 19.7 2.3

Realisasi 1. Apabila dirinci menurut jenis, dikontrakkan mencapai Rp105,2


Penyerapan kinerja belanja K/L pada bulan triliun, atau 12,4 persen dari
Belanja K/L Januari 2018 menunjukkan pagu belanja K/L dalam APBN
peningkatan realisasi pada 2018.
semua jenis belanja, terutama
3. Untuk peningkatan kualitas
Bantuan Sosial. Hal itu didukung
belanja K/L, maka K/L didorong
oleh persiapan penyaluran
untuk mengambil langkah-
Bantuan Sosial yang lebih baik,
langkah berikut: menyusun
seperti pemanfaatan data
dan menetapkan dokumen
penerima manfaat.
pendukung pelaksanaan
2. Sampai dengan 6 Februari anggaran, melaksanakan
2018, kegiatan K/L yang sudah reviu atas DIPA dan rencana

25
Kegiatan, meningkatkan umum/petunjuk teknis/
ketertiban penyampaian data operasional pelaksanaan
supplier dan data kontrak, dan pembayaran bantuan sosial
memastikan ketepatan waktu yang sederhana, mudah
penyelesaian tagihan. Selain dipahami dan akuntabel.
itu, juga meningkatkan akurasi Seanjutnya melakukan verifikasi
rencana penarikan dana dan segera menyalurkan
dengan realisasi pembayaran, bantuan, dan melakukan
mengendalikan uang pengendalian atas dana yang
persediaan/tambahan uang tidak tersalurkan.
persediaan, dan mengantisipasi
5. Terdapat 6 dari 15 K/L
penelesaian pagu minus.
dengan pagu terbesar yang
4. Khusus K/L yang penyerapannya lebih tinggi
menyelenggarakan Bantuan dibandingkan daya serap
Sosial, harus dapat memastikan nasional, yaitu: (1) Kementerian
penyaluran dana Bantuan Sosial; (2) Kementerian
Sosial dan Bantuan Pemerintah Kesehatan; (3) Kementerian
secara tepat waktu dan tepat Hukum dna HAM; (4) MA; (5)
sasaran, antara lain dengan Kementerian Keuangan; dan (6)
upaya menetapkan pedoman Kepolisian RI.
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

26
dalam triliun Rupiah

No. KEMENTERIAN NEGARA/ 2017 2018


LEMBAGA
APBNP Realisasi s.d. % thd APBN Realisasi % thd
31 Jan APBNP s.d. 31 APBN
Jan

1 KEMENHAN 114.8 2.4 2.1 107.7 2.3 2.2

2 KEMEN PU PERA 104.2 0.5 0.5 107.4 1.0 0.9

3 POLRI 98.2 2.5 2.5 95.0 2.5 2.6

4 KEMENAG 63.5 1.5 2.3 62.2 1.2 1.9

5 KEMENKES 55.9 2.4 4.2 59.1 2.4 4.0

6 KEMENHUB 44.6 0.4 1.0 48.2 0.3 0.7

7 KEMENKEU 40.5 1.9 4.6 45.7 2.1 4.7

8 KEMENDIKBUD 38.0 0.1 0.3 40.1 0.6 1.5

9 KEMENRISTEK DIKTI 39.5 0.6 1.6 41.3 0.6 1.5

10 KEMENTAN 24.1 0.1 0.6 23.8 0.1 0.5

11 KEMENSOS 17.3 0.3 1.9 41.3 2.4 5.9

12 KEMENKUMHAM 11.2 0.3 3.1 10.6 0.4 4.2

13 KKP 9.1 0.1 0.7 7.3 0.1 1.0

14 MA 8.2 0.5 5.7 8.3 0.5 5.8

15 KEMENLU 7.2 0.0 0.7 7.3 0.1 0.8

15 K/L dengan Pagu Terbesar 676.4 13.6 2.0 705.1 16.6 2.4

K/L Lainnya 122.2 1.5 1.2 142.3 3.1 2.2

JUMLAH 798.6 15.1 1.9 847.4 19.7 2.3

Realisasi
Belanja
berdasarkan
KL

27
Transfer Ke Daerah
Dan Dana Desa

T
ransfer ke Daerah dan Dana untuk mendanai kegiatan yang
Transfer ke
Desa (TKDD) merupakan salah sudah diarahkan atau ditentukan
daerah dan
satu komponen Belanja Negara penggunaannya untuk meningkatkan
dana desa
yang mempunyai peranan layanan publik dan pencapaian
sebagai
sangat penting sebagai instrumen prioritas nasional, terdiri dari Dana
instrumen
kebijakan fiskal dalam memperkuat Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan
kebijakan
implementasi desentralisasi fiskal DAK Nonfisik. Kedua, Dana Insentif
desentralisasi
untuk mempercepat pembangunan Daerah (DID), yang dialokasikan
fiskal untuk
daerah dengan tujuan utama untuk memberikan insentif dan
pelayanan meningkatkan kualitas layanan sekaligus sebagai instrumen untuk
publik dan publik (public service delivery) dan memacu peningkatan kinerja daerah
kesejahteraan kesejahteraan masyarakat (social dalam pengelolaan keuangan,
yang lebih baik welfare). Dalam struktur Belanja penyelenggaraan pemerintahan,
Negara pada APBN, TKDD terdiri pembangunan, pelayanan dasar
dari dua bagian besar, yaitu Transfer publik, serta kesejahteraan
ke Daerah (TKD) yang dialokasikan masyarakat. Ketiga, Dana Otonomi
untuk daerah provinsi, kabupaten Khusus (Otsus), Dana Tambahan
dan kota, dan Dana Desa yang Infrastruktur (DTI), dan Dana
diberikan kepada desa. Keistimewaan (Dais), yaitu jenis
dana transfer yang dialokasikan
TKDD terdiri dari 4 (empat) unsur
khusus untuk daerah-daerah yang
utama, yaitu Pertama, Dana
mendapatkan kebijakan otonomi
Perimbangan, terdiri dari (i) Dana
asimetri sesuai undang-undang,
Transfer Umum (DTU), yaitu jenis
yaitu Provinsi Papua, Provinsi Papua
dana transfer yang dialokasikan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Barat dan Provinsi Aceh, serta


untuk mendanai penyelenggaraan
Provinsi DI Yogyakarta. Keempat,
urusan pemerintah yang menjadi
Dana Desa, yang dialokasikan kepada
kewenangan daerah, dengan
desa sebagai salah satu sumber
memperhatikan aspek otonomi,
pendapatan desa dari APBN untuk
serta keseimbangan dan pemerataan
mendanai pembangunan desa dan
kemampuan keuangan daerah,
pemberdayaan masyarakat sesuai
meliputi Dana Alokasi Umum (DAU)
dengan undang-undang mengenai
dan Dana Bagi Hasil (DBH); (ii)
desa.
Dana Transfer Khusus (DTK), yaitu
dana yang dialokasikan ke daerah Dalam APBN, total belanja TKDD

28
setiap tahun rata-rata mencapai sekitar 34% dari seluruh kemiskinan dan ketimpangan
Belanja Negara dan masih menjadi sumber utama antardaerah, serta meningkatkan
pendapatan APBD Kabupaten, Kota, dan Provinsi. Sebagai kesejahteraan masyarakat di daerah.
gambaran, tidak kurang dari 82,4% pendapatan APBD Untuk mendukung berbagai sasaran-
Kabupaten, 61,7% pendapatan APBD Kota, dan 54,5% sasaran tersebut, anggaran TKDD
pendapatan APBD Provinsi berasal dari dana transfer. dalam APBN tahun 2018 ditetapkan
Dengan demikian, besaran dan komposisi dana transfer sebesar Rp766,2 triliun, atau 34,5%
sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pelayanan dari Belanja Negara. Jumlah ini
publik dan kesejahteraan masyarakat daerah. Dalam berarti mengalami kenaikan Rp11
tahun 2017, realisasi TKDD mencapai Rp742,0 triliun triliun jika dibandingkan dengan
atau 96,8% dari pagu alokasi TKDD dalam APBN-P 2017 pagu TKDD dalam APBN-P murni
sebesar Rp766,3 triliun. Sebagian besar TKDD tahun 2017 (tidak termasuk tambahan DAK
merupakan dana yang diskresi penggunaannya menjadi Fisik sebesar Rp11,2 triliun yang
kewenangan daerah, berupa DTU (DAU dan DBH) dan sebagian besar merupakan carry
DID sebesar Rp494,3 triliun (65,4%), sedangkan Rp187,9 over dari DAK Fisik tahun 2016),
triliun (25,3%) merupakan dana yang penggunaannya dan bahkan meningkat Rp24,2
diarahkan (di-earmark) untuk mendanai kegiatan triliun bila dibandingkan dengan
tertentu berupa DTK (DAK Fisik dan Nonfisik) dan Dana realisasinya pada tahun 2017 sebesar
Otsus, DTI, serta Dais. Rp742 triliun. Hal ini menunjukkan
besarnya komitmen Pemerintah
Dari realisasi TKDD tahun 2017, telah dihasilkan
untuk memperkuat pelaksanaan
penyediaan berbagai jenis infrastruktur yang memberi
Nawa Cita ke-3, yaitu membangun
manfaat kepada masyarakat, antara lain berupa
Indonesia dari pinggiran dengan
pemeliharaan/peningkatan dan pembangunan jalan,
memperkuat daerah dan desa
jembatan, dan jalan desa, penyediaan sarana/prasarana
dalam kerangka Negara Kesatuan
layanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan
Republik Indonesia melalui
diantaranya berupa pembangunan/rehabilitasi ruang
peningkatan alokasi anggaran TKDD
kelas, peningkatan/pembangunan rumah sakit dan
yang semakin besar, walaupun di
Puskesmas, penyediaan unit pos pelayanan kesehatan di
sisi lain Pemerintah juga harus
desa; serta penyediaan unit sambungan air bersih.
mengalokasikan tambahan belanja
Pada tahun 2018 ini, kebijakan penganggaran dan alokasi untuk persiapan Pemilu 2019,
TKDD lebih diarahkan untuk mempercepat pembangunan pelaksanaan Asian Games 2018,
daerah melalui penyediaan infrastruktur dasar guna Pilkada serentak 2018, dan annual
memperbaiki kualitas layanan publik, mengurangi meeting World Bank-IMF 2018.

29
dalam triliun Rupiah

2017 2018

Δ Terhadap Realisasi
POSTUR TKDD
APBN-P Realisasi % APBN Realisasi % Per 31
2017 Januari

TRANSFER KE DAERAH 706.3 682.2 96.6 706.2 24 3.4 % 74.2

I. Dana Perimbangan 678.6 654.5 96.5 676.6 22.1 3.3 % 74.2

A. Dana Transfer Umum 493.9 486.8 98.6 490.7 3.9 0.8 % 69.4

1. Dana Bagi Hasil 95.4 88.2 92.5 89.2 1 1.1 % 2.9

a. Pajak 58.1 56.5 97.4 56.7 0.2 0.4 % -

b. Sumber Daya Alam 37.3 31.6 84.9 32.5 0.9 2.8 % 2.9

2. Dana Alokasi Umum 398.6 398.6 100 401.5 2.9 0.7 % 66.5

B. Dana Transfer Khusus 184.6 167.7 90.8 185.9 18.2 9.8 % 4.8

1. DAK Fisik 69.5 62.1 89.4 62.4 0.3 0.5 % -

2. DAK Nonfisik 115.1 105.6 91.7 123.5 17.9 14.5 % 4.8

II. Dana Insentif Daerah 7.5 7.5 100 8.5 1 11.8 % -

III. Dana Otsus dan Dana


20.2 20.2 100 21.1 0.9 4.3 % -
Keistimewaan DIY

A. Dana Otonomi Khusus 19.4 19.4 100 20.1 0.7 3.5 % -

B. Dana Keistimewaan DIY 0.8 0.8 100 1 0.2 20.0 % -

DANA DESA 60 59.8 99.6 60 0.2 0.3 % 0.4

JUMLAH 766.3 742 96.8 766.2 24.2 3.2 % 74.6

Realisasi Anggaran TKDD dalam tahun 2018 di bidang Dana Transfer Umum:
Transfer Ke sebesar Rp766,2 triliun tersebut (i) memantapkan pengelolaan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Daerah dan mempunyai beberapa sasaran/ DAU yang tidak bersifat final
Dana Desa target output yang akan dicapai. menyesuaikan dengan PDN Neto;
Khusus untuk DAK Fisik target (ii) mengalokasian DBH dan
outputnya meliputi Kedaulatan DAU sesuai dengan pengalihan
Pangan, Kesehatan, Pendidikan, kewenangan kabupaten/kota
Perumahan, Jalan, Air Minum, dan ke provinsi; (iii) mengarahkan
Sanitasi. penggunaan DBH dan DAU
minimal 25% untuk infrastruktur;
Untuk mewujudkan berbagai
(iv) mengarahkan penggunaan
sasaran tersebut, pada tahun 2018
sebagian DBH CHT sesuai prioritas
dilakukan reformulasi terhadap
daerah dan mendukung program
empat kebijakan TKDD. Pertama,

30
Jaminan Kesehatan Nasional, serta seperti pendaerahan PBB Perdesaan dan Perkotaan
memperluas penggunaan DBH (PBB P-2) dan BPHTB, serta memberikan diskresi
Kehutanan Dana Reboisasi agar dalam penetapan tarif oleh daerah sesuai kemampuan
lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
daerah. Kedua, di bidang Dana
Selanjutnya, dalam rangka akselerasi pembangunan
Transfer Khusus, memantapkan
dan penyediaan infrastruktur, baik untuk meningkatkan
kebijakan pengalokasian DAK
kualitas layanan publik maupun mendukung peningkatan
Fisik berdasarkan usulan daerah
pertumbuhan ekonomi daerah, telah diambil langkah-
dan prioritas nasional, serta
langkah kebijakan untuk mengembangkan sumber-
meningkatkan sinkronisasi dengan
sumber pembiayaan daerah, baik berupa Pinjaman
belanja K/L. Ketiga, di bidang Dana
Daerah, Obligasi Daerah, Pembiayaan Investasi Non
Insentif Daerah (DID), melakukan
Anggaran (PINA), maupun Kerjasama Pemerintah Daerah
perbaikan formulasi pengalokasian
dengan Badan Usaha (KPBU). Hal ini, selain karena
DID untuk memacu kinerja daerah
masih banyak daerah yang ragu-ragu dalam melakukan
dalam memperbaiki layanan publik
pinjaman daerah dan menerbitkan obligasi daerah untuk
dan kesejahteraan. Keempat, di
membangun infrastruktur, juga masih banyak daerah
bidang Dana Desa, pengalokasian
yang tidak berani melakukan inisiatif kerjasama dengan
dan penggunaan Dana Desa
badan usaha untuk membangun sarana/prasarana, dan
diarahkan untuk mengurangi
sekaligus mengembangkan potensi ekonomi daerah.
kemiskinan dan pengangguran di
Berkaitan dengan itu, Pemerintah telah melakukan
desa.
sosialisasi kebijakan dan Focus Group Discussion (FGD)
Selain dari TKDD, upaya percepatan untuk mengetahui kebutuhan pembiayaan infrastruktur
pembangunan daerah juga daerah dan permasalahan yang dihadapi daerah. Selain
dilakukan melalui penguatan dan itu, Pemerintah memberikan dukungan kepada daerah
peningkatan sumber-sumber berupa Project Development Facilities (PDF) dalam rangka
pendanaan yang berasal dari menyeleksi dan menyiapkan studi kelayakan proyek.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
Di samping pengembangan sumber-sumber pendanaan
selama ini belum dimanfaatkan
daerah, aspek penting lainnya yang perlu memperoleh
secara optimal, terutama untuk
prioritas perhatian dan penanganan untuk memperbaiki
meningkatkan kemandirian daerah.
kualitas dari public services delivery adalah peningkatan
Hal ini, mengingat masih banyak
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas belanja APBD,
potensi PAD, khususnya dari pajak
serta pengelolaan keuangan daerah. Hal ini, terutama
daerah dan retribusi daerah yang
karena selama ini kualitas belanja daerah masih belum
belum dikelola dengan efektif dan
optimal, yang terindikasi antara lain dari: (i) sebagian
efisien. Upaya penguatan penggalian
besar belanja daerah digunakan untuk belanja pegawai
sumber-sumber Pendapatan Asli
daripada belanja modal (tahun 2017 porsi belanja pegawai
Daerah dilakukan antara lain melalui
37% sedangkan belanja modal 20%); (ii) sebagian besar
penguatan local taxing power
belanja daerah menggunakan standar biaya, baik Standar
dengan memperluas basis pungutan,
Biaya Masukan (SBM), Standar Biaya Keluaran (SBK),

31
dan Standar Satuan Harga (SSH), penting dalam pendanaan
yang lebih tinggi dari standar biaya penyelenggaraan pemerintahan,
pusat; (iii) program/kegiatan dalam pembangunan dan pelayanan
penganggaran belanja daerah, publik dalam APBD di hampir
terlalu banyak dan kurang fokus; semua daerah. Pertama, DAU
(iv) banyak daerah yang belum merupakan jenis dana transfer yang
memenuhi alokasi belanja mandatori terbesar, yaitu mencapai 52,4% dari
untuk bidang pendidikan, kesehatan keseluruhan dana transfer ke daerah
dan infrastruktur; (v) pengelolaan dan dana desa. Kedua, sebagian
belanja daerah belum menggunakan besar daerah, yaitu hampir 60,7%
sistem perencanaan, penganggaran, dari kabupaten, kota, dan provinsi
dan pelaksanaan yang berbasis masih mengandalkan DAU sebagai
elektronik secara terintegrasi dan sumber utama pendapatan daerah
transparan; serta (vi) capaian output dalam APBD.
belum merata, yang tercermin dari
Dalam perspektif kebijakan
tingginya ketimpangan layanan
desentralisasi fiskal, DAU merupakan
publik antardaerah. Berbagai kondisi
instrumen equalization grant yang
tersebut merupakan permasalahan
dialokasikan untuk meningkatkan
dan tantangan yang akan digunakan
pemerataan kemampuan keuangan
sebagai dasar untuk perbaikan
antardaerah dengan tujuan
kebijakan dalam meningkatkan
agar setiap daerah mempunyai
kualitas belanja daerah (expenditure
kemampuan yang relatif sama
assignment), serta perbaikan
dalam menyelenggarakan urusan
kebijakan pengelolaan pendapatan
pemerintahan dan penyediaan
daerah dari PAD dan TKDD
layanan publik. Besaran pagu
(revenue assignment), sejalan
DAU secara nasional dalam APBN
dengan langkah-langkah reformasi
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

setiap tahun dihitung berdasarkan


penganggaran dan perbaikan
persentase tertentu dari Pendapatan
kebijakan pengelolaan keuangan
Dalam Negeri Neto (PDN Neto), yaitu
daerah.
pendapatan negara yang berasal
Dana Alokasi Umum Untuk dari penerimaan pajak dan bukan
Pemerataan Kemampuan Fiskal Antar pajak setelah dikurangi penerimaan
Daerah negara yang dibagihasilkan kepada
Dana Alokasi Umum (DAU) daerah dan persentase tertentu dari
mempunyai peranan yang sangat pendapatan negara yang di-earmark.
Dalam APBN tahun 2018, pagu DAU

32
ditetapkan sebesar Rp401,5 triliun, apabila terjadi perubahan anggaran.
atau 28,7% dari PDN neto, naik Rp2,9
Kedua, melakukan penyempurnaan
triliun dari realisasi DAU tahun 2017
formula distribusi DAU dengan
sebesar Rp398,6 triliun.
mengevaluasi bobot alokasi dasar
Dalam tahun 2018 ini, terdapat 5 (gaji PNSD), bobot masing-masing
(lima) kebijakan reformulasi DAU variabel celah fiskal, baik kebutuhan
sebagai instrumen desentralisasi fiskal maupun kapasitas fiskal
fiskal untuk pemerataan fiskal antar daerah, serta memperbaiki indeks
daerah, sebagai berikut: pemerataan kemampuan fiskal
antardaerah melalui penyesuaian
Pertama, pagu DAU Nasional dalam
ke atas DAU masing-masing
APBN ditetapkan tidak lagi bersifat
daerah yang mengalami penurunan
final atau bersifat dinamis, artinya
secara signifikan alokasi DAU dan
besaran DAU dapat berubah sesuai
penyesuaian ke bawah bagi daerah-
perubahan PDN Neto dalam APBN
daerah yang mengalami kenaikan
tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan
DAU yang sangat tinggi.
agar daerah mempunyai kesadaran
terhadap adanya risiko penerimaan Ketiga, menyesuaikan secara
negara, sehingga menjadikan daerah proporsional pembagian pagu
lebih efisien, efektif, dan produktif alokasi DAU Nasional untuk
dalam belanjanya, dan berhati- daerah provinsi dan kabupaten/
hati dalam pengelolaan keuangan kota sesuai dengan pengalihan
daerah. Sebagai konsekuensinya, kewenangan urusan pemerintahan
maka daerah harus menyiapkan dari kabupaten/kota ke provinsi.
strategi untuk menghadapi Pada tahun 2018, porsi DAU provinsi
perubahan alokasi DAU, dengan naik menjadi sebesar 14,1% dari
antara lain menyisihkan sebagian sebelumnya tahun 2017 sebesar 10%,
dari pendapatan daerah untuk sedangkan porsi DAU kabupaten/
membentuk dana cadangan (buffer kota turun menjadi sebesar 85,9%
stock), melakukan optimalisasi dari sebelumnya tahun 2017 sebesar
Pendapatan Asli Daerah (PAD), 90%.
meningkatkan efisiensi belanja APBD
Keempat, memberikan affirmasi
dengan memperhatikan prioritas
kepada daerah kepulauan melalui
daerah, serta membuat sistem
kebijakan peningkatan bobot luas
kontrak pekerjaan secara fleksibel
wilayah laut dalam variabel luas
sehingga dapat dilakukan perubahan
wilayah dari semula 50% untuk

33
kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi menjadi 100%. Dana Bagi Hasil Untuk Perbaikan
Dengan kebijakan ini, maka alokasi DAU untuk daerah Perimbangan Fiskal Pusat - Daerah
berciri kepulauan meningkat dari Rp26,72 triliun pada Dana Bagi Hasil (DBH) dialokasikan
tahun 2017 menjadi Rp27,78 triliun. kepada daerah dengan tujuan untuk
Kelima, mewajibkan kepada daerah untuk memperkuat kemampuan fiskal di
mengalokasikan sekurang-kurangnya 25% dari Dana daerah dalam menyelenggarakan
Transfer Umum (DAU dan DBH) setiap daerah untuk urusan pemerintahan dan
membiayai belanja infrastruktur yang langsung terkait penyediaan layanan publik.
dengan percepatan pembangunan fasilitas pelayanan Perbedaan DBH dengan DAU terletak
publik dan perekonomian daerah sesuai ketentuan pada prinsip pengalokasian, dimana
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran DAU ditujukan untuk meningkatkan
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2018. perimbangan fiskal antardaerah,
sedangkan DBH dimaksudkan untuk
DAU disalurkan kepada daerah setiap bulan sebesar
memperkuat perimbangan fiskal
1/12 dari pagu alokasi. Sampai dengan akhir bulan
antara pusat dan daerah, namun
Januari 2018, telah dilaksanakan penyaluran DAU untuk
keduanya saling melengkapi, dalam
bulan Januari dan Februari sebesar Rp66,5 triliun atau
arti daerah yang memperoleh DBH
mencapai 99,3% dari total pagu alokasi DAU yang
lebih besar, maka DAU yang diterima
seharusnya disalurkan untuk 541 daerah provinsi dan
daerah bersangkutan menjadi lebih
kabupaten/kota sebesar Rp66,91 triliun. Sebagian pagu
kecil atau sebaliknya.
alokasi DAU yang belum dapat disalurkan pada bulan
Januari 2018 tersebut, terutama disebabkan oleh dua hal. DBH dialokasikan kepada daerah
Pertama, karena adanya penundaan penyaluran sebagian penghasil berdasarkan prinsip by
DAU kepada daerah yang terlambat menyampaikan origin, artinya daerah penghasil yang
laporan data perkiraan belanja operasional, belanja memberikan kontribusi pendapatan
modal, transfer bagi hasil pendapatan, dan transfer negara, baik dari penerimaan pajak
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

bantuan keuangan untuk 12 bulan, laporan posisi maupun penerimaan sumber daya
kas bulan November 2017, serta laporan ringkasan alam (PNBP) yang lebih besar akan
realisasi APBD bulan November 2017. Kedua, karena memperoleh alokasi DBH yang lebih
adanya pemotongan sebagian DAU untuk penyelesaian tinggi sesuai potensinya, sedangkan
tunggakan pinjaman daerah, serta pemotongan DAU atas daerah-daerah lain dalam provinsi
penyelesaian kewajiban hibah dari daerah induk kepada bersangkutan akan menerima
daerah otonom baru. alokasi DBH berdasarkan prinsip
pemerataan.

34
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 persentase tertentu dari penerimaan
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara negara yang dibagihasilkan.
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan Persentase pembagian DBH terinci
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang pada tabel berikut:
Dana Perimbangan, alokasi DBH dihitung berdasarkan

UU 33/2004

No. Jenis DBH Pusat Prov. Kab/ Biaya Pemerataan


Kota Pungut Kab/Kota
Lain

I. PAJAK

1 PPh Pasal 21 dan 25/29 80 8 12

2 Pajak Bumi dan Bangunan 10 16.2 64.8 9

3 Cukai Hasil Tembakau 98 0.6 0.8 0.6

II. SDA

1 Kehutanan

a IIUPH 20 16 64 -

b PSDH 20 16 32 32

c Dana Reboisasi 60 40 -

2 Mineral dan Batubara

a Iuran Tetap (Land-rent)

- darat dan laut <4 Mil 20 16 64 -

- 4 Mil < laut < 12 Mil 20 80

b Iuran Produksi (Royalti)

- darat dan laut <4 Mil 20 16 32 32

- 4 Mil < laut < 12 Mil 20 26 54

3 Perikanan 20 - - 80

4 Migas

a Minyak Bumi

- darat dan laut <4 Mil 84.5 3.1 6.2 6.2

- 4 Mil < laut < 12 Mil 84.5 5.17 10.33

b Gas Bumi Persentase


- darat dan laut <4 Mil 69.5 6.1 12.2 12.2 pembagian

- 4 Mil < laut < 12 Mil 69.5 10.17 20.33 DBH

5 Panas Bumi 20 16 32 32

35
Dengan adanya pengalihan urusan pemerintahan di Tahun 2007 tentang Cukai, termasuk
bidang kehutanan dari kabupaten/kota ke provinsi kegiatan untuk pembangunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 infrastruktur.
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sejak tahun
Keempat, mengalokasikan DBH
2017 bagi hasil penerimaan kehutanan berupa Dana
DR kepada provinsi penghasil
Reboisasi, telah dialihkan dari yang semula diterima
yang merupakan konsekuesi
oleh kabupaten/kota penghasil, menjadi diterima oleh
dari penerapan Undang-Undang
provinsi penghasil.
Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Dalam tahun 2018 ini, terdapat setidaknya 4 (empat) Pemerintahan Daerah. Dalam
kebijakan mendasar dalam reformulasi DBH, sebagai penggunaannya, DBH DR tidak
berikut: hanya untuk membiayai kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pertama, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
(RHL) dan kegiatan pendukungnya,
pengelolaan DBH, memperbaiki pola penyaluran DBH
namun dapat juga dimanfaatkan
dengan mempertimbangkan kondisi kas negara dan kas
untuk kegiatan pencegahan
daerah, mempercepat penyelesaian kurang/lebih bayar
dan penanggulangan kebakaran
DBH, serta mengoptimalkan penggunaan DTU (DBH dan
hutan dan lahan (karhutla); serta
DAU) minimal 25% untuk belanja infrastruktur publik.
pengendalian perubahan iklim
Kedua, membagihasilkan penerimaan PPh Pasal 25/29 dan perhutanan sosial. Khusus
WPOPDN yang pemungutannya bersifat final dan untuk 8 (delapan) provinsi yang
penerimaan PBB bagian pusat sebesar 10% secara rawan kebakaran hutan dan lahan
merata kepada seluruh kabupaten dan kota, memperluas (karhutla), yaitu Sumatera Utara,
penggunaan biaya pemungutan PBB bagian daerah Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
sebesar 9% untuk mendanai kegiatan sesuai kebutuhan Kalimantan Barat, Kalimantan
dan prioritas daerah (block grant), dan menambah Tengah, Kalimantan Timur, dan
cakupan DBH PBB, termasuk sektor lainnya (PBB Kalimantan Selatan, DBH DR paling
perikanan, dan PBB atas kabel bawah laut, di luar PBB sedikit 50% digunakan untuk
sektor pertambangan, perkebunan, dan perhutanan). mendanai kegiatan pencegahan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

dan penanggulangan karhutla.


Ketiga, memprioritaskan penggunaan DBH CHT untuk
Mekanisme penggunaan DBH DR,
mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional,
termasuk pengaturan penggunaan
sebagaimana diatur dalam PMK No. 222/2017, dimana
sisa DBH DR yang masih ada di kas
50% DBH CHT digunakan untuk meningkatkan kuantitas
daerah kabupaten/kota secara
dan kualitas fasilitas kesehatan; serta mendukung
rinci dituangkan dalam PMK No.
masyarakat miskin yang belum tercover Penerima
230/2017.
Bantuan Iuran (PBI). Sedangkan 50% lainnya digunakan
untuk berbagai jenis kebutuhan dan prioritas daerah Pada tahun 2017, realisasi DBH
yang juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 mencapai Rp88,2 triliun, atau

36
92,5% dari pagu alokasi DBH yang percepatan penyaluran DBH pada
ditetapkan dalam APBN-P 2017 tahun 2018 dilakukan dalam rangka
sebesar Rp95,4 triliun. Sementara mengantisipasi cash flow pada
itu, pada tahun 2018, telah daerah penghasil DBH, mengingat
dialokasikan DBH sebesar Rp89,2 terjadinya penundaan penyaluran
triliun, atau mengalami kenaikan Triwulan IV tahun 2017.
sebesar 9,4% dari DBH reguler di
Lebih lanjut, sebaran
tahun 2017. Dari pagu alokasi DBH
daerah penerima DBH yang
sebesar Rp89,2 triliun tersebut,
dikelompokkan berdasarkan
sampai dengan akhir Januari 2018
penghasil dan non penghasil untuk
telah disalurkan DBH sebesar Rp2,9
Alokasi masing-masing jenis DBH beserta
triliun (3,3% dari total pagu alokasi
Dana Bagi Hasil
alokasinya ditunjukkan pada tabel
DBH), sementara pada Januari 2017
berikut:
tidak ada penyaluran DBH. Kebijakan

2017 2018

Penghasil Non Penghasil Penghasil Non Penghasil


DAERAH
Jumlah Alokasi Jumlah Alokasi Jumlah Alokasi Jumlah Alokasi

Daerah (Miliar Rp) Daerah (Miliar Rp) Daerah (Miliar Rp) Daerah (Miliar Rp)

1. DBH Pajak

a. PPh 509 33,598.26 33 0 509 37,428.50 33 0

b. PBB

· Perkebunan 283 1,379.86 259 625.57 293 1,366.67 249 709

· Perhutanan 196 375.73 346 835.7 214 282.64 328 933.95

· Pertambangan 509 11,159.05 33 79.71 509 12,904.67 33 93.96

c. Cukai Hasil Tembakau 17 2,949.74 17 0 18 2,964.60 16 0

2. DBH Sumber Daya Alam

a. Migas

·      Minyak Bumi 71 5,860.60 471 3,037.45 70 6,143.13 472 3,092.19

·      Gas Bumi 52 2,587.38 490 1,926.95 52 3,816.39 490 2,517.34

b. Mineral dan Batubara

·      Iuran Tetap 248 888.77 294 275.55 245 473.98 297 141.87

·      Royalti 114 8,132.26 428 4,990.22 117 8,191.11 425 5,479.83

c. Kehutanan

·      PSDH 304 266.4 238 399.6 300 294.7 242 442.1

·      IIUPH 45 155.6 497 0 75 164.7 467 0

·      Dana Reboisasi 27 704.6 515 0 25 743.5 517 0


d. Panas Bumi 37 322.2 505 214.8 36 336.3 506 224.2
e. Perikanan 509 760 33 0 509 480 33 0

*Data Alokasi DBH tahun 2017 berbeda dengan APBN-P 2017 karena tidak mencakup DBH Kurang Bayar

37
Peta Sebaran Dana Alokasi Khusus Fisik untuk prasarana dasar bagi penunjang
Alokasi Dana Pemerataan Pelayanan Publik Antar- kegiatan ekonomi di daerah, serta
Transfer Umum
Daerah mendukung pencapaian prioritas
(DAU dan DBH)
dalam APBN Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik nasional.
2018
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

dialokasikan dalam rangka Sejak tahun 2016, pengalokasian DAK


(dalam miliar mengurangi kesenjangan akses
Rupiah)
Fisik dilakukan berdasarkan usulan
layanan publik antardaerah, dengan daerah (proposal based) agar sesuai
tujuan untuk menjaga agar setiap dengan kebutuhan dan prioritas
insan yang lahir dan hidup di daerah. Berkaitan dengan itu,
Republik Indonesia mendapatkan pengalokasian DAK Fisik dilakukan
akses layanan yang relatif sama. dengan mempertimbangkan: (i)
Oleh karena itu, DAK Fisik memiliki kesesuaian usulan kegiatan dengan
peranan yang sangat strategis untuk prioritas nasional dan prioritas
memacu pembangunan infrastruktur daerah; (ii) sinkronisasi usulan
di daerah, meningkatkan layanan kegiatan antarbidang; (iii) skala
dasar publik, menyediakan prioritas kegiatan per bidang/

38
subbidang; (iv) target output kegiatan yang akan dicapai, dengan realisasi penyaluran tahap
termasuk untuk memenuhi standar pelayanan minimum; sebelumnya, dilakukan paling cepat
(v) lokasi pelaksanaan kegiatan; (vi) satuan biaya masing- bulan September dan paling lambat
masing kegiatan; dan (vii) tingkat penyerapan dana bulan Desember.
dan capaian output kegiatan DAK Fisik dalam 3 tahun
Khusus untuk kegiatan DAK yang
terakhir.
pembayarannya tidak dapat diangsur,
Pada tahun 2017, realisasi DAK Fisik mencapai Rp62,1 seperti pengadaan kapal dan
triliun, atau 89,3% dari pagu alokasi DAK Fisik yang pengadaan alat kesehatan, diberikan
ditetapkan dalam APBN-P 2017 sebesar Rp69,5 triliun. kemudahan penyaluran, yaitu dapat
Realisasi DAK Fisik sebesar Rp62,1 triliun tersebut telah dilakukan sekaligus berdasarkan
menghasilkan output berupa antara lain: (i) peningkatan rekomendasi kementerian/lembaga.
988 km jalan, 3.656 m jembatan, peningkatan dan Sedangkan, untuk bidang DAK Fisik
pembangunan 657.431 m saluran primer irigasi, yang alokasinya kurang dari Rp1 miliar,
pembangunan 4.133 unit prasarana sanitasi komunal, penyalurannya dapat dilakukan secara
dan 2.790 unit perumahan di bidang infrastruktur sekaligus sesuai kebutuhan riil.
dasar; (ii) pembangunan baru dan peningkatan 532 unit
Pada tahun 2018, total pagu alokasi
gedung puskesmas, 652 unit pusling roda 4, dan 86
DAK Fisik ditetapkan sebesar Rp62,4
unit ambulance di bidang kesehatan; (iii) pembangunan
triliun, terdiri dari DAK Reguler
5.315 unit ruang kelas baru untuk SD, SMP, dan SMA dan
sebesar Rp31,4 triliun, DAK Penugasan
peningkatan prasarana pendidikan berupa pemenuhan/
sebesar Rp24,5 triliun, dan DAK
pembangunan 1.882 unit ruang praktek siswa SMK di
Affirmasi sebesar Rp6,6 triliun.
bidang pendidikan.
Pagu alokasi DAK Fisik tersebut
Dalam rangka mendorong tercapainya tujuan dan sudah mencakup alokasi anggaran
sasaran penggunaan DAK Fisik, pada tahun 2018 untuk bidang baru di masing-
terdapat 4 (empat) perubahan mendasar dalam kebijakan masing jenis DAK Fisik, yaitu: (i)
pengelolaan DAK Fisik. Pertama, penyempurnaan jenis DAK Reguler, berupa penambahan
dan bidang DAK Fisik berdasarkan prinsip money follow bidang jalan, air minum, sanitasi, dan
program, yaitu pendanaan mengikuti program yang pasar; (ii) DAK Penugasan, berupa
telah ditetapkan. Kedua, penguatan peran provinsi penambahan bidang lingkungan
dalam sinkronisasi usulan DAK Fisik. Dalam hal ini, hidup dan kehutanan; serta (iii)
provinsi diberikan wewenang untuk melakukan verifikasi DAK Affirmasi, berupa penambahan
usulan DAK fisik pemerintah kabupaten/kota dalam bidang pendidikan, air minum, dan
rangka penyelarasan dengan prioritas daerah. Ketiga, sanitasi. Sampai dengan akhir Januari
penetapan kewajiban daerah untuk melaporkan capaian 2018 ini belum dilakukan penyaluran
output/outcome sebagai syarat untuk penyaluran tahap DAK Fisik, terutama karena sesuai
berikutnya. Keempat, perbaikan mekanisme penyaluran ketentuan yang diatur dalam PMK
DAK Fisik secara bertahap per bidang, yaitu: (i) tahap No. 112/2017 tentang Pengelolaan
I sebesar 25% dari pagu, dilakukan paling cepat bulan Transfer ke Daerah dan Dana Desa,
Februari dan paling lambat bulan Juli; (ii) tahap II penyaluran DAK Fisik dilakukan
sebesar 45% dari pagu, dilakukan paling cepat bulan paling cepat bulan Februari apabila
April dan paling lambat bulan Oktober; dan (iii) tahap daerah telah memenuhi persyaratan
III sebesar selisih nilai riil kebutuhan (sesuai kontrak) penyalurannya.

39
Alokasi DAK Fisik per bidang untuk tahun 2017 dan 2018 dapat dilihat
pada tabel berikut.

Alokasi DAK 2017 (Rp triliun) 2018 (Rp triliun)


Fisik per bidang
untuk tahun Perubahan terha-
URAIAN
REALISASI dap Realisasi 2017
2017 dan 2018 APBNP % APBN
APBN
Rupiah %

DANA ALOKASI KHUSUS


69.5 62.1 89.3 62.4 0.3 0.5
FISIK

A. DAK REGULER 20.4 17.6 86.5 31.4 13.8 78.4

Pendidikan 6.1 5.3 86.6 6.6 1.3 24.5

Kesehatan dan KB 10 8.6 86.1 10.5 1.9 22.1

Air Minum 0.5 0.5

Sanitasi 0.5 0.5

Perumahan & Permukiman 0.7 0.6 89 0.6 0 0

Pasar 0.9 0.9

Industri Kecil dan Menengah 0.5 0.5 86.8 0.6 0.1 20

Pertanian 1.7 1.5 90.4 1.7 0.2 13.3

Kelautan dan Perikanan 0.9 0.8 83 0.9 0.1 12.5

Pariwisata 0.5 0.4 82.7 0.6 0.2 50

Jalan 8 8 -

B. DAK PENUGASAN 34.5 30.6 88.8 24.5 -6.1 -19.9

Pendidkan SMK 2 1.4 73.6 1.7 0.3 21.4

Kesehatan 4.8 4.1 84.5 4.2 0.1 2.4

Air Minum 1.2 1.1 88.1 1.1 0 0

Sanitasi 1.3 1.2 91.6 1.1 -0.1 -8.3

Jalan 19.7 18.1 92 10.2 -7.9 -43.6

Pasar 1 0.9 85.7 0.9 0 0

Irigasi 4 3.5 88.2 4.3 0.8 22.9


A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Energi Skala Kecil 0.5 0.3 65.8 0.5 0.2 66.7

LHK 0.5 0.5

C. DAK AFFIRMASI 3.5 2.9 82.2 6.6 3.7 127.6

Kesehatan 2.3 1.8 79.9 3.2 1.4 77.8

Perumahan & Permukiman 0.4 0.4 91.3 0.5 0.1 25

Transportasi 0.8 0.7 84.2 1.1 0.4 57.1

Pendidikan 0.8 0.8

Air Minum 0.5 0.5

Sanitasi 0.5 0.5

D. DAK TAMBAHAN 11.2 11 98.5 -11 -100

Penyelesaian DAK Fisik 2016 9.2 9.1 98.9 -9.1 -100

PIPD Bidang Jalan 1.8 1.7 96.6 -1.7 -100

PIPD Bidang Irigasi 0.2 0.1 93.2 -0.1 -100

40
Terdapat beberapa target output dan sasaran DAK Fisik yang ditetapkan
tahun 2018, antara lain:

Kedaulatan Pangan: Pemban- Perumahan: Pembangunan


gunan 600 km jalan usaha tani; 225.804 unit rumah di 197
Perbaikan 8.200 unit sumber Kabupaten dan 57 Kota.
air; Pembangunan 5.100 Ha
dan rehabilitasi 771.850 Ha jar-
ingan irigasi di 366 Kabupaten, Jalan: Pemantapan 73,38% jalan
37 Kota, dan 31 Provinsi. Provinsi & 62,8% jalan Kab/
Kota di 415 Kabupaten, 91 Kota
dan 33 Provinsi.
Kesehatan: Pembangunan &
rehabilitasi 4.164 unit sarana/ Air Minum: Penyediaan air
prasarana kesehatan; Penye- minum 510.412 rumah tangga;
diaan 5.829 unit alat kesehatan; 716.352 SPAM; 243.170 SPAM
Pengadaan 497 paket kefarma- Bukan jaringan perpipaan di
sian di 415 Kabupaten, 92 Kota, 392 Kabupaten dan 72 Kota.
dan 33 Provinsi.

Pendidikan: Rehabilitasi 39.220 Sanitasi: Pembangunan 127.500


unit & pembangunan 5.694 sambungan rumah untuk SPAL
unit ruang belajar; Penyediaan terpusat; 1.700 SPAL terpusat
19.488 unit alat peraga di 500.000 tangki septik; 116 truk
424 Kabupaten/Kota dan 32 tinja; 10 IPLT baru; 2,1 juta
Provinsi. sarana sanitasi individu di 297
Kabupaten dan 74 Kota.

Dana Alokasi Khusus Nonfisik Untuk kebijakan dalam penganggaran dan


Mendukung Operasional Layanan pengelolaan DAK Nonfisik, antara
Publik. lain melalui: (i) pengalokasian
DAK Nonfisik dialokasikan anggaran DAK Nonfisik disesuaikan
kepada daerah untuk mendukung dengan kebutuhan daerah; (ii)
operasional layanan publik yang memerhatikan kebijakan affirmasi
merupakan urusan daerah, dengan bagi daerah tertinggal, perbatasan
tujuan untuk meringankan beban kepulauan dan transmigrasi;
masyarakat dan mempermudah (iii) menerapkan penyaluran
akses masyarakat terhadap DAK Nonfisik berbasis kinerja
layanan publik. Berbagai dukungan pelaksanaan; dan (iv) melakukan
operasional layanan publik pemutakhiran data dasar dan
tersebut, antara lain, meliputi biaya satuan dalam perhitungan
belanja operasional pendidikan dan DAK Nonfisik untuk memastikan
kesehatan, tunjangan guru PNSD, kesesuaian kebutuhan dengan
peningkatan kapasitas koperasi, alokasi.
usaha kecil dan menengah, serta Pada tahun 2017, realisasi DAK
bantuan pelayanan administrasi Nonfisik mencapai sebesar Rp105,6
kependudukan. triliun atau 91,7% dari pagu alokasi
Dalam rangka peningkatan kualitas DAK Nonfisik yang ditetapkan
pelayanan publik, telah dilakukan dalam APBN-P sebesar Rp115,1
langkah-langkah perbaikan triliun. Dalam APBN tahun 2018,

41
alokasi DAK Nonfisik dianggarkan sebesar Rp123,5 Dana BOP PAUD
triliun, atau naik Rp17,9 triliun (17%) jika dibandingkan
PAUD merupakan upaya pembinaan
dengan realisasinya pada tahun 2017. Jumlah tersebut
kepada anak sejak lahir sampai
dialokasikan untuk: (i) Bantuan Operasional Sekolah
dengan umur 6 (enam) tahun
(BOS); (ii) Bantuan Operasional Penyelenggaraan
yang dilakukan melalui pemberian
PAUD (BOP PAUD); (iii) Tunjangan Profesi Guru (TPG)
rancangan pendidikan dalam
PNSD; (iv) Tambahan Penghasilan Guru (Tamsil)
membantu pertumbuhan dan
PNSD; (v) Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah
perkembangan jasmani dan rohani
Khusus (TKG); (vi) Bantuan Operasional Kesehatan
agar anak memiliki kesiapan dalam
(BOK); (vii) Bantuan Operasional Keluarga Berencana
memasuki pendidikan lebih tinggi.
(BOKB); (viii) Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah (PK2UKM); dan (ix) Dalam APBN tahun 2018, Dana
Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan (Dana BOP PAUD dialokasikan sebesar
Pelayanan Adminduk). Rp4,1 triliun yang ditujukan untuk
membantu masyarakat dalam
Dana BOS memperoleh akses pendidikan
Dalam tahun 2018, Dana Bos dianggarkan sebesar anak usia dini yang bermutu,
Rp46,7 triliun atau naik Rp3,1 triliun dari realisasinya dengan sasaran sebanyak 6,2 juta
pada tahun 2017 sebesar Rp43,6 triliun. Dana BOS peserta didik. Alokasi BOP PAUD
ini dialokasikan untuk membantu peserta didik tersebut digunakan untuk mendanai
yang tidak mampu melalui pembebasan dan/atau kegiatan pembelajaran dan bermain,
pemberian bantuan tagihan biaya sekolah dan biaya penyediaan alat deteksi dini tumbuh
lainnya dengan sasaran mencakup 47,4 juta peserta kembang, penyediaan makanan
didik. Pada dasarnya Dana BOS ini bersifat pelengkap sehat, dan kegiatan operasional
untuk penyediaan anggaran pendidikan daerah, lainnya.
sehingga pemerintah daerah tetap perlu menyediakan Dengan alokasi Dana BOP-PAUD
sumber pendanaan bagi penyelenggaraan pendidikan dan dukungan prasarana fisik
melalui BOS Daerah (BOSDA). Pengalokasian Dana
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

melalui DAK Fisik, angka partisipasi


BOS ini bersama-sama dengan komponen pendanaan pra-sekolah untuk kelompok usia
lain seperti DAK Fisik bidang Pendidikan melalui 5-6 tahun telah dapat ditingkatkan
TKDD, turut berperan dalam peningkatan Angka dari 71,46% di tahun 2016 menjadi
Partisipasi Murni (APM) SD; APM SMP dan APM SMA/ 71,82% di tahun 2017. Pada aspek
SMK masing-masing dari sebesar 92,47%; 70,82%; kesiapan sekolah, mayoritas anak
51,77% pada tahun 2012, menjadi masing-masing Indonesia pada tahun 2017 sudah
sebesar 97,14%; 78,30%; 60,19% di tahun 2017. memiliki kesiapan untuk mengikuti
jenjang pedidikan di Sekolah Dasar
(SD/sederajat), seperti terlihat dari
Angka Kesiapan Sekolah (AKS) anak
yang mencapai 74,50%.

42
Dana Tunjangan Guru MDGs bidang kesehatan.

Pada tahun 2018, pagu alokasi anggaran untuk Pada APBN tahun 2018, Dana
tunjangan guru berjumlah Rp61,4 triliun, terdiri dari BOK dialokasikan sebesar Rp8,6
Dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD sebesar triliun untuk pelayanan di 9.800
Rp58,3 triliun, Dana Tambahan Penghasilan (Tamsil) Puskesmas, sedangkan Dana BOKB
Guru sebesar Rp1 triliun, dan Tunjangan Khusus Guru dialokasikan sebesar Rp1,8 triliun
(TKG) sebesar Rp2,1 triliun. Pemberian Dana Tunjangan untuk mendukung tercapainya
Profesi Guru, selain dimaksudkan untuk meningkatkan sasaran prioritas pembangunan
kesejahteraan guru juga bertujuan terutama untuk kependudukan dan KB, serta
mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi mendukung tercapainya angka
guru, memajukan profesi guru, meningkatkan mutu kelahiran total 2,31 pada akhir tahun
pembelajaran, serta meningkatkan pelayanan pendidikan 2018 di 5.200 balai dan 24 ribu
yang bermutu demi mencerdaskan anak bangsa. fasilitas kesehatan.

TPG diberikan kepada 1,23 juta guru PNSD yang telah Dana PK2UKM
memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Alokasi Dana PK2UKM pada tahun
undangan, sementara Tamsil diperuntukkan bagi 270 2018 dianggarkan sebesar Rp0,1
ribu guru PNSD yang belum bersertifikat, sedangkan triliun, yang ditujukan, terutama
TKG dialokasikan bagi 50 ribu guru PNSD di desa yang untuk meningkatkan kapasitas
termasuk dalam kategori sangat tertinggal. Besarnya sumber daya manusia pada koperasi,
dukungan pemerintah bagi peningkatan kesejahteraan usaha kecil dan menengah, melalui
guru tersebut, telah mendorong peningkatan persentase pelatihan dan pendampingan bagi 25
jumlah guru yang berpendidikan minimal sarjana, dari ribu pengurus/pengawas/ anggota/
sebanyak 83,22% pada tahun ajaran 2014/2015 menjadi pengelola koperasi dan usaha kecil
88,29% pada tahun ajaran 2016/2017. dan menengah.

Dana BOK dan BOKB Dana Pelayanan Adminduk

Dana BOK dan Dana BOKB dialokasikan untuk Pada tahun 2018, Dana Administrasi
membantu pemerintah kabupaten/kota meningkatkan Kependudukan (Adminduk)
akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat dianggarkan sebesar Rp0,8 triliun,
melalui Puskesmas, serta meringankan beban dengan tujuan untuk menjamin
masyarakat terhadap biaya pelayanan kesehatan yang keberlanjutan dan keamanan
bermutu. Dana BOK difokuskan pada beberapa upaya sistem administrasi kependudukan
kesehatan promotif dan preventif, seperti Kesehatan terpadu dalam menghasilkan data
Ibu dan Anak-Keluarga Berencana (KIA-KB), imunisasi, dan dokumen kependudukan yang
perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, akurat dan seragam pada 542 daerah
kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit, dan (34 provinsi, 415 kabupaten, dan 93
lain-lain, sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan kota).

43
Anggaran DAK Nonfisik pada tahun 2018 mampu meningkatkan pelayanan
dialokasikan sesuai dengan kebutuhan publik yang berkualitas dan merata.
daerah, yang tercermin dari jumlah Sebaran alokasi DAK Nonfisik per
sasaran atau target output per daerah. wilayah dapat digambarkan dalam
Alokasi DAK Nonfisik diharapkan peta berikut:

dalam miliar Rupiah dan tidak termasuk Dana Cadangan


A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

44
Dana Insentif Daerah untuk Memacu kriteria pengalokasian DID yang lebih mencerminkan
Peningkatan Prestasi dan Kinerja kinerja daerah, yakni penilaian atas inovasi, kreativitas,
Daerah Utamanya Pengelolaan
keunggulan spesifik, dan keunggulan output/outcome
Keuangan, Pelayanan Publik, dan
yang dihasilkan.
Kesejahteraan Masyarakat
Pengalokasian DID didasarkan pada dua kriteria,
Dana Insentif Daerah (DID)
yaitu kriteria utama dan kriteria kinerja. Kriteria
merupakan instrumen baru
utama terdiri dari opini BPK atas Laporan Keuangan
dalam dana transfer ke daerah,
Pemerintah Daerah (LKPD) yang menunjukkan Wajar
yang ditujukan terutama untuk
Tanpa Pengecualian (WTP), penetapan Perda APBD tepat
memotivasi dan memacu
waktu, serta penggunaan e-government (e-procurement
Pemerintah Daerah dalam
untuk tahun 2017). Kriteria ini harus dimiliki oleh suatu
meningkatkan prestasi dan
daerah sebagai penentu kelayakan daerah penerima.
kinerjanya di bidang pengelolaan
Sementara itu, kategori kinerja merupakan jenis
keuangan, pelayanan publik,
kategori penilaian terhadap perbaikan dan pencapaian
dan kesejahteraan masyarakat.
kinerja daerah, terdiri dari 10 (sepuluh) kategori, yang
Dalam tahun 2018, pagu alokasi
dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) kelompok,
DID dianggarkan sebesar Rp8,5
yaitu: (i) kelompok pengelolaan keuangan daerah, yang
triliun, atau naik Rp1 triliun
dicerminkan dari (1) kategori Kesehatan Fiskal dan
(13,3%) jika dibandingkan dengan
Pengelolaan Keuangan Daerah; (ii) kelompok pelayanan
pagu alokasi anggaran DID pada
dasar publik, terdiri dari (2) kategori Pelayanan Dasar
tahun 2017 sebesar Rp7,5 triliun.
Publik Bidang Pendidikan, (3) Pelayanan Dasar Publik
Kenaikan pagu anggaran DID
Bidang Kesehatan, dan (4) Pelayanan Dasar Publik
tersebut, terutama dimaksudkan
Bidang Infrastruktur; (iii) kelompok penyelenggaraan
untuk meningkatkan peran DID
pemerintahan umum, terdiri dari (5) kategori
dalam menstimulasi peningkatan
Penyelenggaraan Pemerintahan, (6) Perencanaan, (7)
kinerja pengelolaan keuangan
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, (8)
daerah, pelayanan dasar publik,
Inovasi Pelayanan Publik, dan (9) Kemudahan Investasi;
pelayanan pemerintahan umum, dan
serta (iv) kelompok kesejahteraan masyarakat, yang
kesejahteraan masyarakat melalui
dicerminkan dari (10) kategori kesejahteraan masyarakat.
penyederhanaan dan penajaman

Peta Sebaran
Alokasi Dana
Transfer
Khusus (DAK
Fisik dan DAK
Nonfisik) dalam
APBN 2018

45
Pada tahun 2018 besaran alokasi dan jumlah daerah penerima DID untuk
masing-masing kategori DID dapat dilihat pada tabel berikut.

Rincian No. Kategori Pagu Daerah Penerima


besaran (miliar Rp) Prov Kab. Kota Jumlah
alokasi DID
I Total Pagu DID 8.500,00
per wilayah
provinsi II Kategori Kinerja 8.265,00 18 235 60 313

1 Kesehatan Fiskal dan Pengelolaan 701,25 3 49 25 77


Keuangan Daerah

2 Pelayanan Dasar Publik Bidang 1.519,50 7 147 22 176


Pendidikan

3 Pelayanan Dasar Publik Bidang 1.910,50 8 177 37 222


Kesehatan

4 Pelayanan Dasar Publik Bidang 1.751,00 9 155 39 203


Infrastruktur

5 Penyelenggaraan Pemerintahan 162,25 2 9 8 19

6 Perencanaan 52 2 2 2 6

7 Sistem Akuntabilitas Kinerja In- 133,75 8 6 3 17


stansi Pemerintah

8 Inovasi Pelayanan Publik 171,75 5 10 7 22


A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

9 Kemudahan Investasi 62,75 2 3 3 8

10 Kesejahteraan Masyarakat 1.800,25 10 157 28 195

III Tambahan Alokasi Daerah Terbaik 235 3 10 5 18

46
Di samping alokasi kinerja untuk masing-masing terbaik, dengan besaran berkisar
kategori, khusus kepada 18 daerah terbaik dari 313 daerah antara Rp5 miliar sampai dengan
penerima DID yaitu, juga diberikan tambahan alokasi Rp25 miliar. Adapun rincian besaran
dana insentif masing-masing kepada 3 daerah provinsi alokasi DID per wilayah provinsi
terbaik, 5 daerah kota terbaik, dan 10 daerah kabupaten digambarkan sebagai berikut:

Alokasi DID
Tahun 2018
Per Pulau

47
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan
DIY untuk Perbaikan Layanan dan Kesejahteraan
Masyarakat Papua, Papua Barat, Aceh, dan DI
Yogyakarta.

Pemberian Dana Otonomi Khusus (Otsus) kepada Provinsi rangka mengatasi keterisolasian
Aceh, Papua dan Papua Barat, serta Dana Keistimewaan dan kesenjangan penyediaan
DIY kepada Provinsi DIY merupakan implementasi dari infrastruktur antara Provinsi
desentralisasi asimetris sebagai upaya untuk mendorong Papua dan Papua Barat dengan
percepatan pembangunan dalam rangka mengejar daerah lainnya. Sementara itu,
ketertinggalan, mempercepat penyediaan layanan publik, Dana Keistimewaan dialokasikan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. kepada Provinsi DI Yogyakarta
Sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-undang, (DIY) dalam rangka mendukung
Dana Otsus Aceh serta Dana Otsus Papua dan Papua pelaksanaan dan penyelenggaraan
Barat ditetapkan masing-masing sebesar 2% dari kewenangan keistimewaan
total pagu DAU Nasional. Dana Otsus Aceh ditujukan Provinsi DI Yogyakarta.
untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan Pada tahun 2018, pagu alokasi
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, Dana Otsus, DTI, dan Dana
pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, Keistimewaan DIY ditetapkan
sosial, dan kesehatan. Sementara itu, penggunaan Dana sebesar Rp21,1 triliun, atau naik
Otsus Papua dan Papua Barat lebih difokuskan pada Rp0,9 triliun jika dibandingkan
pembiayaan pendidikan dan kesehatan. dengan pagu alokasinya pada
Selain Dana Otsus, khusus untuk Provinsi Papua tahun 2017 sebesar Rp20,2
dan Papua Barat juga dialokasikan Dana Tambahan triliun. Adapun rincian kenaikan
Infrastruktur (DTI) yang ditujukan untuk mempercepat perkembangan Dana Otsus, DTI,
pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan Dana Keistimewaan DIY
dermaga, sarana transportasi darat, sungai, maupun dalam kurun waktu 2015-2018
laut, serta pendanaan pembangunan infrastruktur dalam dapat dilihat pada tabel berikut:

dalam miliaran rupiah

2016 2017 2018


Jenis 2015
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Jumlah ∆ Jumlah ∆ Jumlah ∆

A. Dana Otonomi Khusus 17.116 18.264 1.149 19.443 1.179 20.060 616

I. Dana Otsus 14.116 15.414 1.299 15.943 529 16.060 116

1. Dana Otsus Prov. Papua 4.940 5.395 455 5.580 185 5.621 41

2. Dana Otsus Prov. Papua 2.117 2.312 195 2.391 79 2.409 17


Barat

3. Dana Otsus Prov. Aceh 7.058 7.707 649 7.972 264 8.030 58

II. Dana Tambahan 3.000 2.850 (150) 3.500 650 4.000 500
Infrastruktur

1. DTI Prov. Papua 2.250 1.988 (263) 2.625 638 2.400 (225)

2. DTI Prov. Papua Barat 750 863 113 875 13 1.600 725

B. Dana Keistimewaan DIY 547 547 - 800 253 1.000 200

Total 17.663 18.812 1.149 20.243 1.431 21.060 816

48
Realisasi Dana Otsus tahun 2017 provinsi, serta penataan kawasan
sebagian besar digunakan untuk selatan Yogyakarta.
bidang infrastruktur, kesehatan,
Dari pelaksanaan Dana Otsus di
dan pendidikan dibandingkan
Provinsi Papua dan Provinsi Papua
dengan jenis penggunaan lainnya.
Barat sejak tahun 2002, dan Provinsi
Di bidang pendidikan, alokasi
Aceh sejak tahun 2008, secara
Dana Otsus digunakan antara lain
umum telah memberikan dampak
untuk pembangunan ruang kelas,
positif terhadap peningkatan
pengadaan buku, asrama siswa,
Indeks Pembangunan Manusia
pengembangan pusat IT, dan
(IPM), penurunan kemiskinan,
pengadaan laboratorium mobile.
maupun penurunan rasio gini.
Sementara itu, di bidang kesehatan
Sekalipun demikian, peningkatan-
alokasi Dana Otsus digunakan
peningkatan tersebut masih belum
antara lain untuk pengadaan obat-
terlalu signifikan sehingga masih
obatan, peralatan laboratorium,
perlu dilakukan perbaikan di masa
perbaikan gizi masyarakat, serta
mendatang.
pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular. Selanjutnya,
alokasi DTI digunakan antara lain Dana Desa Untuk Masyarakat
untuk pembangunan jalan sepanjang Desa yang Lebih Sejahtera
1.168,75 km, pembangunan jembatan
sepanjang 1.622 meter, pemeliharaan Dalam rangka mempercepat
jalan dan jembatan sepanjang upaya peningkatan kesejahteraan
1.105,26 km, serta peningkatan masyarakat perdesaan, sejak
kualitas jalan sepanjang 1.291,66 km. tahun 2015 Pemerintah telah
mengalokasikan Dana Desa
Di sisi lain, dari realisasi Dais tahun sebagai salah satu sumber
2017 sebesar Rp800 miliar, sebagian pendapatan desa untuk membiayai
besar yaitu sejumlah Rp420,9 miliar penyelenggaraan pemerintahan,
(55%) digunakan untuk urusan pelaksanaan pembangunan,
kebudayaan, sebesar Rp323,6 miliar pembinaan kemasyarakatan, serta
(42%) digunakan untuk urusan pemberdayaan masyarakat desa.
tata ruang, dan sisanya sebesar
Rp28,9 miliar (3%) digunakan Dalam kurun waktu tiga tahun
untuk membiayai urusan: tata cara terakhir (2015-2017), pelaksanaan
pengisian jabatan, pertanahan, dan dana desa telah menghasilkan
kelembagaan pemda. Dais tahun penyediaan berbagai sarana dan
2017 tersebut, telah dimanfaatkan prasarana dasar bagi masyarakat
Perkembangan antara lain untuk penataan kawasan perdesaan, antara lain berupa
Dana Otsus, 199.100 km Jalan Desa; 1.598,5
pedestrian dan penyediaan fasilitas
DTI, dan Dana km Jembatan Desa; 325.599 unit
umum toilet bawah tanah di
Keistimewaan
Malioboro, pembangunan jembatan Sambungan Air Bersih; 4.656 unit
DIY dalam kurun
yang menghubungkan Kawasan Embung Desa; 48.271 unit Posyandu;
waktu 2015-
2018 strategis pariwisata nasional 19.794 unit Pasar Desa; 28.792 unit
(Prambanan) dan kawasan strategis PAUD; 342.137 unit Sumur dan MCK;

49
dan 299.345 unit Drainase dan sarana/prasarana desa. Ketiga,
Irigasi. memperbaiki cara melaksanakan
Selain meningkatkan jumlah dan penggunaan Dana Desa untuk
kualitas sarana/prasarana dasar pembangunan, yaitu melalui pola
publik di pedesaan, pelaksanaan swakelola dengan skema padat
Dana Desa bersama-sama dengan karya tunai (cash for work). Keempat,
berbagai sumber pendanaan memperbaiki pola penyaluran
lainnya seperti Alokasi Dana Desa dengan mengubah penyaluran
(ADD), Program Keluarga Harapan dari 2 tahap menjadi 3 tahap
(PKH), dan Beras untuk Rakyat dan penyaluran dilakukan sejak
Sejahtera (Rastra) juga telah berhasil awal tahun anggaran agar dapat
menurunkan angka kemiskinan dan mendukung pelaksanaan padat
ketimpangan di perdesaan. Hal ini karya tunai.
terlihat antara lain dari menurunnya Keberpihakan kepada desa
rasio gini perdesaan, dari 0,34 pada tertinggal dan desa sangat tertinggal
tahun 2014 menjadi 0,32 pada tahun yang mempunyai jumlah penduduk
2017, serta menurunnya jumlah miskin tinggi tercermin pada
penduduk miskin perdesaan dari perubahan formula pengalokasian
17,89 juta jiwa (14,09%) pada tahun Dana Desa tahun 2018. Pertama,
2015 menjadi 16,31 juta jiwa (13,47%) menurunkan porsi Alokasi Dasar
pada tahun 2017. yang dibagi secara merata kepada
Meskipun demikian, dalam rangka seluruh desa dari 90% menjadi
mengoptimalkan akselerasi sebesar 77% dari total pagu
upaya peningkatan pengentasan Dana Desa. Kedua, memberikan
kemiskinan, pengurangan Alokasi Affirmasi sebesar 3% dari
kesenjangan layanan publik pagu Dana Desa khusus kepada
antardesa, serta peningkatan desa tertinggal dan desa sangat
tertinggal yang mempunyai jumlah
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

kualitas hidup masyarakat pedesaan,


dalam tahun 2018 dilakukan 4 penduduk miskin (JPM) tinggi.
(empat) perubahan mendasar Ketiga, meningkatkan porsi Alokasi
kebijakan Dana Desa. Pertama, Formula yang didistribusikan
memperbaiki cara pengalokasian kepada desa berdasarkan jumlah
Dana Desa dengan memberikan penduduk, jumlah penduduk miskin,
affirmasi pada desa-desa dengan luas wilayah, serta indeks kesulitan
tingkat kemiskinan tinggi. Kedua, geografis dari 10% menjadi sebesar
memperbaiki penggunaan Dana 20% dari pagu Dana Desa, dengan
Desa agar bisa lebih fokus pada meningkatkan bobot variabel jumlah
maksimal 5 (lima) kegiatan penduduk miskin dari 35% menjadi
pembangunan infrastruktur dan 50%.

50
Dengan berbagai penyempurnaan Dengan berbagai kebijakan
kebijakan tersebut, maka pagu tersebut, Dana Desa per kapita
Dana Desa tahun 2018 untuk desa di desa tertinggal pada tahun
tertinggal dan desa sangat tertinggal 2018 meningkat menjadi sebesar
dengan jumlah penduduk miskin Rp587.000,-, sedangkan Dana Desa
tinggi meningkat dari Rp8,4 triliun per kapita desa sangat tertinggal
pada tahun 2017 menjadi Rp10,7 meningkat menjadi sebesar
triliun pada tahun 2018, sedangkan Rp1.182.300,-, jauh lebih besar
pagu Dana Desa untuk desa dengan dibandingkan dengan Dana Desa
JPM tinggi naik dari Rp19,2 triliun perkapita di daerah lainnya yang
pada tahun 2017 menjadi Rp22,1 hanya sebesar Rp269.500,-.
triliun pada tahun 2018, sementara
Perubahan formulasi pengalokasian
indeks rasio ketimpangan distribusi
Dana Desa tahun 2018 dapat dilihat
Dana Desa turun dari 0,51 pada
pada infografis berikut:
tahun 2017 menjadi 0,48 pada tahun
2018.

Perubahan
formulasi
pengalokasian
Dana Desa tahun
2018

51
Cash for Work dan Pola Kemitraan
Dana Desa

P
adat Karya Tunai (Cash for Work) merupakan kegiatan yang tidak berhubungan
skema baru dalam pelaksanaan Dana Desa langsung dengan penyelesaian
yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja pekerjaan fisik bangunan,
dalam jumlah besar, dengan memberikan tetapi mendukung keberhasilan
honorarium (upah) langsung tunai kepada tenaga pelaksanaan pekerjaan fisik tersebut,
kerja yang terlibat secara harian maupun mingguan, misalnya mengemudikan kendaraan
dalam rangka memperkuat daya beli masyarakat, pengangkut bahan dan alat kerja.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan
Melalui langkah terobosan ini,
kesejahteraan masyarakat.
pelaksanaan Dana Desa diharapkan
Prioritas sasaran tenaga kerja dari skema Padat dapat menyerap tenaga kerja antara
Karya Tunai ini adalah (i) kelompok penganggur, 9,04-11,8 juta jiwa, meningkatkan
setengah penganggur, dan warga miskin; (ii) peserta pendapatan masyarakat antara
Program Keluarga Harapan (PKH) dan Rastra; (iii) Rp13,12 triliun – Rp17,5 triliun,
pencari nafkah utama keluarga; (iv) laki-laki, wanita meningkatkan daya beli masyarakat
dan pemuda usia produktif dan bukan anak-anak; (v) antara Rp9,1 triliun - Rp12,2 triliun,
petani/kelompok petani yang mengalami paceklik meningkatkan pertumbuhan
dan menunggu masa tanam/panen; serta (vi) ekonomi 0,09% - 0,12%, serta
tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan/PHK. Jenis menurunkan kemiskinan minimal
kegiatan di desa yang dapat dilaksanakan dengan 355 ribu jiwa.
padat karya tunai antara lain: (i)pembangunan
Dampak tersebut dihitung dengan
dan/atau rehabilitasi sarana prasarana perdesaan
asumsi Dana Desa dipergunakan
sesuai dengan daftar kewenangan desa, misalnya
untuk mendanai kegiatan
perbaikan alur sungai dan irigasi; pembangunan
pembangunan sebesar 80%, jumlah
dan/atau perbaikan jalan dan jembatan skala desa,
proyek/kegiatan fokus pada 2
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

serta tambatan perahu; (ii)pemanfaatan lahan


sampai 5 kegiatan, besaran upah
untuk meningkatkan produksi di sektor pertanian,
minimal 30%- 40% dari nilai proyek
perhutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan;
(pembangunan fisik), serta durasi
(iii) kegiatan produktif lainnya, seperti pariwisata,
pekerjaan antara 55 hari hingga 150
ekonomi kreatif, pengembangan potensi ekonomi
hari.
lokal dengan mendorong kewirausahaan, pengelolaan
hasil produksi pertanian, pengelolaan usaha jasa Selain itu, perubahan strategi
dan industri kecil; (iv) pemberdayaan masyarakat, penggunaan Dana Desa menjadi
dalam bentuk pengelolaan sampah, pengelolaan Padat Karya Tunai diharapkan
limbah, pengelolaan lingkungan pemukiman, dapat memberikan dampak sosial,
pengembangan energi terbarukan, penyediaan dan seperti (i) menumbuhkan rasa
pendistribusian makanan tambahan bagi bayi dan kebersamaan, ke-swadayaan,
balita; serta (v) Kegiatan lainnya, yaitu kegiatan- gotong-royong dan partisipasi

52
masyarakat; (ii) mengoptimalkan pengelolaan potensi menetapkan lokasi percontohan
sumberdaya lokal di desa; (iii) menurunkan jumlah balita pelaksanaan Padat Karya Tunai
kurang gizi (stunting) di desa; (iv) meningkatkan akses dan penanganan stunting pada
masyarakat desa terhadap pelayanan dasar dan kegiatan 1.000 desa di 100 kabupaten/
sosial-ekonomi; serta (v) mengurangi arus migrasi dan kota, dengan mempertimbangkan
urbanisasi. tingginya tingkat stunting, dan
tingkat kemiskinan. Selanjutnya,
Kegiatan Padat Karya Tunai dilaksanakan secara
dari 100 kabupaten/kota yang
terintegrasi, baik pendanaan di tingkat pusat maupun
menjadi lokasi percontohan,
daerah, termasuk di dalamnya bantuan sosial lainnya.
terdapat 10 kabupaten yang
Sumber Dana yang berasal dari Kementerian/Lembaga
menjadi lokasi prioritas dengan
yang dapat digunakan untuk kegiatan padat karya tunai
mempertimbangkan keterwakilan
di desa dalam tahun 2018 dapat berbentuk Bantuan
per wilayah. Kesepuluh daerah
Pemerintah (Swakelola oleh K/L (DIPA Pusat)), Tugas
prioritas tersebut yakni Kabupaten
Pembantuan (TP) dan Bantuan Sosial. Pelaksanaan
Rokan Hulu, Kabupaten Lampung
kegiatan padat karya tunai di Desa yang menggunakan
Tengah, Kabupaten Cianjur,
sumber dana dari Kementerian/Lembaga dikelola sesuai
Kabupaten Brebes, Kabupaten
ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan
Pemalang, Kabupaten Lombok
sumber dana yang berasal dari Pemerintah Provinsi dan
Tengah, Kabupaten Ketapang,
Kabupaten/Kota untuk pelaksanaan kegiatan Padat
Kabupaten Gorontalo, Kabupaten
Karya Tunai dapat berbentuk:
Maluku Tengah, dan Kabupaten
1. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan/ Lanny Jaya.
atau APBD Kabupaten/Kota kepada Desa untuk
Untuk mendukung kelancaran
membiayai kegiatan padat karya tunai yang masuk
pelaksanaan padat karya tunai
dalam daftar kewenangan Desa berdasarkan Hak
di desa, telah diterbitkan Surat
Asal Usul dan Kewenangan Skala Lokal Desa;
Keputusan Bersama (SKB) 4
2. Pembiayaan program/kegiatan yang diswakelolakan Menteri, yaitu Menteri Keuangan,
oleh pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Menteri Desa, Pembangunan
Kabupaten/Kota untuk membiayai kegiatan padat Daerah Tertinggal dan
karya tunai yang tidak termasuk dalam daftar Transmigrasi, Menteri Dalam
kewenangan Desa berdasarkan Hak Asal Usul dan Negeri, dan Menteri Perencanaan
Kewenangan Skala Lokal Desa. Pembangunan Nasional/Kepala
Pelaksanaan program/kegiatan padat karya tunai Bappenas Nomor 140-8698 Tahun
di Desa yang dibiayai dengan APBD Provinsi dan/ 2017, Nomor 954/KMK.07/2017,
atau APBD Kabupaten/Kota dikelola sesuai ketentuan Nomor 116 Tahun 2017 dan Nomor
peraturan perundang-undangan.Pemerintah 01/SKB/M.PPN/12/2017 tanggal
berdasarkan masukan dari TNP2K juga telah 18 Desember 2017, tentang

53
Penyelarasan Dan Penguatan pelaksanaan padat karya tunai
Kebijakan Percepatan Pelaksanaan dapat dimulai sejak awal tahun
Undang-undang Nomor 6 Tahun anggaran; (ii) menyiapkan pedoman
2014 Tentang Desa, yang di pelaksanaan padat karya tunai
dalamnya juga memuat mengenai dari Dana Desa bersama-sama
pelaksanaan program padat karya dengan Kementerian Desa PDTT,
tunai di Desa yang berasal dari Kementerian Dalam Negeri dan
Dana Desa, Anggaran Kementerian/ Kementerian PPN/Bappenas dengan
Lembaga, dan APBD. dikoordinir oleh Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan
Dalam SKB 4 Menteri dimaksud,
Manusia dan Kebudayaan; (iii)
Kementerian Keuangan, khususnya
melakukan sosialisasi/bimbingan
dalam kerangka pelaksanaan
teknis/pelatihan tata kelola
program padat karya tunai yang
pemerintahan desa, pengelolaan
bersumber dari dana desa diberikan
keuangan desa, dan pelaksanaan
mandat untuk: (i) melakukan
padat karya tunai di desa bersama
penyesuaian kebijakan penyaluran
Kementerian lainnya; serta (iv)
Dana Desa menjadi paling cepat
melakukan pemantauan dan evaluasi
pada bulan Januari, sehingga

Tahap Periode Besaran Syarat


I Paling cepat bulan Januari 20% 1) Peraturan Daerah mengenai APBD;
dan paling lambat minggu dan
ketiga bulan Juni
2) Peraturan Kepala Daerah mengenai
tata cara pengalokasian dan rincian
Dana Desa per desa;
II Paling cepat bulan Maret 40% 1) Laporan Realisasi Penyaluran Dana
dan paling lambat minggu Desa tahun anggaran sebelumnya;
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

keempat bulan Juni dan


2) Laporan Konsolidasi Realisasi
Penyerapan dan Capaian Output
Dana Desa tahun anggaran
sebelumnya;
III Paling cepat bulan Juli 40% 1) Laporan penyaluran Dana Desa
Tahap I dan Tahap II dari RKUD ke
RKD rata-rata paling kurang 75%; dan

2) Laporan Konsolidasi Realisasi


Penyerapan Dana Desa Tahap I dan
Tahap II paling kurang 75% dan
Capaian Output Dana Desa ahap I dan
Tahap II paling kurang 50%

54
penganggaran, penyaluran dan output. Hal ini sangat penting agar
pelaksanaan Dana Desa, ADD, dan Dana Desa benar-benar dapat tepat
pemanfaatan Dana Desa dengan sasaran sesuai dengan tujuannya
skema padat karya tunai bersama untuk mengurangi kemiskinan
Kementerian Lainnya. dan pengangguran, meningkatkan
pendapatan dan daya beli
Untuk mendukung kelancaran
masyarakat, serta meningkatkan
pelaksanaan Padat Karya tunai,
pertumbuhan ekonomi dan
maka penyaluran Dana Desa dari
kesejahteraan masyarakat.
Rekening Kas Umum Negara (RKUN)
ke Rekening Kas Umum Daerah Selain prioritas pemanfaatan Dana
(RKUD) diubah menjadi sebagai Desa untuk bidang pembangunan
berikut. yang dilaksanakan melalui skema
Padat Karya Tunai, prioritas
Sementara itu, tahapan dan besaran
pemanfaatan Dana Desa untuk
penyaluran Dana Desa dari RKUD
bidang pemberdayaan masyarakat
ke RKD sama dengan tahapan
akan lebih dioptimalkan tidak hanya
penyaluran Dana Desa dari RKUN
melalui pengembangan potensi
ke RKUD, dengan syarat penyaluran
ekonomi berbagai kelompok
Dana Desa tiap tahapnya adalah
masyarakat desa, pengembangan
sebagai berikut: Tahap I berupa
kapasitas masyarakat desa, serta
peraturan Desa mengenai APBDesa,
pembentukan dan pengembangan
output Dana Desa tahun anggaran
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),
sebelumnya, dan tahap III berupa
tetapi juga melalui pengembangan
laporan realisasi penyerapan dan
kerjasama antardesa dan kerjasama
capaian output Dana Desa sampai
desa dengan pihak ketiga yang
dengan tahap II.
diimplementasikan dalam bentuk
Perubahan skema penyaluran Dana program kemitraan dengan
Desa yang memungkinkan Dana pelaku usaha (pengusaha). Progam
Desa tahap I dapat disalurkan kemitraan tersebut akan dilakukan
paling cepat pada bulan Januari secara terukur, sesuai dengan
diharapkan dapat memacu kekuatan dan keunggulan pelaku
percepatan pelaksanaan Dana usaha, serta memperhatikan potensi
Desa pada awal tahun anggaran, dan kearifan lokal desa. Dalam
sehingga manfaatnya bisa segera kaitan ini, program kemitraan,
dirasakan oleh masyarakat antara lain dapat dilakukan atau
desa. Selain itu, dalam rangka dikembangkan melalui pola
meningkatkan transparansi dan waralaba, pola subkontrak, pola
akuntabilitas dalam pengelolaan dagang umum, pola keagenan,
dana desa, maka penyaluran Dana pola inti plasma, dan pendekatan
Desa tetap didasarkan pada kinerja kemitraan melalui pengembangan
penyerapan anggaran dan capaian ekonomi kreatif. Adapun Key

55
Performance Indicator (KPI) dari Desa dalam penyusunan Peraturan
program kemitraan tersebut, yaitu Desa tentang APBDesa dan Rencana
penurunan jumlah desa tertinggal Kerja Pembangunan Desa agar
dan desa sangat tertinggal, dan dapat ditetapkan tepat waktu,
penurunan jumlah penduduk mengalokasikan dan menyalurkan
miskin sebagai KPI pemerintah, Dana Desa ke desa sesuai ketentuan
serta jumlah desa binaan, jumlah peraturan perundangan-undangan,
penerima manfaat program, melaksanakan pendampingan desa,
penurunan angka kemiskinan mengoptimalkan peran organisasi
di desa binaan, peningkatan perangkat daerah kabupaten/
pendapatan penerima manfaat kota dan kecamatan dalam
program di desa binaan, dan melaksanakan pendampingan teknis
penurunan angka pengangguran di penyelenggaraan pemerintahan
desa binaan sebagai KPI perusahaan. desa, serta melakukan pemantauan
dan evaluasi kinerja pendamping
Dalam rangka pengawalan atas
profesional setiap triwulan.
pelaksanaan Dana Desa dan
untuk mendukung tata kelola Agar tidak terjadi penyelewengan
keuangan desa yang transparan dalam penggunaan Dana Desa,
dan akuntabel, pemerintah telah dan dalam rangka pengawasan
melakukan beberapa upaya dan Dana Desa, pemerintah pusat
langkah-langkah sebagai berikut: juga melakukan sinergi antar
Pertama, melakukan pelatihan kementerian maupun dengan
dan/atau bimbingan teknis daerah, dimana untuk pengawasan
mengenai kebijakan penganggaran, pelaksanaan dana desa, akan
penyaluran, pemanfaatan, maupun dilakukan oleh masyarakat dan
tata kelola keuangan Desa. Untuk pemerintah, baik pusat maupun
tahun 2018, Kementerian Keuangan daerah secara berjenjang
bersama Kementerian Desa PDTT dengan memberdayakan Badan
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

dan Kementerian Dalam Negeri Permusyawaratan Desa (BPD), para


secara bersama-sama paling tidak Camat, SKPD pembina Desa, aparat
akan melakukan bimbingan teknis pengawas fungsional yang ada, serta
pada 71 daerah penerima Dana Desa. pendamping desa.
Kedua, mendorong bupati/walikota
untuk melakukan fasilitasi kepada

56

Presiden Joko Widodo:

“Saya meminta program


Testimoni tentang Cash for Work:

pemanfaatan Dana Desa dan


program kementerian yang
dikucurkan  ke desa dilakukan
dengan model padat karya. Model
cash for work. Untuk itu, saya
minta kementerian dan lembaga
yang punya program di desa
dikonsolidasikan lagi, baik sisi
perencanaan/anggaran pembiayaan
sehingga outcome-nya berdampak
pada upaya untuk menekan
kemiskinan dan pembukaan
lapangan kerja”

Menteri Keuangan Sri Mulyani


Indrawati:

“Dana Desa diperbaiki sehingga


alokasi anggaran bisa untuk
menyerap tenaga kerja lebih
maksimal. Untuk desa dengan
jumlah penduduk miskin lebih
banyak akan dinaikkan dari 20%
menjadi lebih dari 35%. Dengan
begitu, alokasi anggaran untuk
Dana Desa yang jumlah penduduk
miskinnya tinggi, akan lebih tinggi”

Menteri Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Eko Putro Sandjojo:

“Dana desa ini filosofinya selain


untuk memajukan desa juga untuk
memberikan kesempatan masyarakat
desa bekerja dan itu hanya bisa
dilakukan dengan swakelola”

57
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Menteri Keuangan Menteri Keuangan, Kunjungan ke Desa


mengunjungi Desa Menteri Desa PDTT, Klecorejo, Kabupaten
Ponggok, Kabupaten Wakil Menteri Keuangan, Madiun, Jawa Timur
Klaten, Jawa Tengah dan Direktur Jenderal untuk memantau
untuk melihat Perimbangan Keuangan kesiapan desa
penggunaan Dana Desa mengunjungi Desa menjalankan program
dalam pengelolaan Ngawen, Kabupaten Cash for Work
BUMDes Magelang.

58
Penguatan Sumber-Sumber terhadap PAD provinsi relatif cukup
besar, yaitu mencapai sekitar 81,3%,
Pendapatan Daerah (PDRD) untuk
namun kontribusi PAD provinsi
Kemandirian Daerah terhadap pendanaan APBD provinsi
baru mencapai 48,3%. Sementara
Selain pengelolaan dana transfer ke daerah, penguatan
itu, peranan PDRD kabupaten/
kewenangan dalam mobilisasi sumber-sumber
kota terhadap PAD kabupaten/
pendapatan daerah, khususnya Pajak Daerah dan
kota mencapai sekitar 54,6%
Retribusi Daerah (PDRD) memiliki peranan yang
dan kontribusi PAD kabupaten/
sangat penting untuk meningkatkan kemandirian
kota terhadap pendanaan APBD
daerah dalam mendukung pendanaan APBD, sehingga
kabupaten/kota hanya sebesar
dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap
13,1% .
dana transfer dari APBN. Kemandirian daerah dalam
pendanaan APBD melalui peningkatan kontribusi Jenis pajak yang menjadi
masyarakat dalam membayar PDRD diharapkan dapat penyumbang terbesar PAD
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas provinsi adalah Pajak Kendaraan
belanja daerah. Pemungutan PDRD harus dilakukan Bermotor (PKB), yaitu sebesar
secara lebih optimal, efisien, dan transparan melalui 15,3%; sedangkan penyumbang
kebijakan dan tatacara pemungutan PDRD yang bukan terbesar PAD kabupaten/kota
saja tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, adalah Pajak Bumi dan Bangunan
menghambat kegiatan investasi dan kemudahan Perdesaan Perkotaan (PBB P2) dan
berusaha, serta membebani masyarakat secara Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
berlebihan, melainkan juga harus sesuai dengan Bangunan (BPHTB), yaitu masing-
peraturan perundang-undangan. Sejak berlakunya masing 6,9% dan 6,1%. Sementara
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak itu, kontribusi retribusi terhadap
Daerah dan Retribusi Daerah, yang memberikan PAD masih relatif kecil, yakni hanya
kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam 4,2%, dengan sumber terbesar
perpajakan, penerimaan PDRD meningkat dari Rp63,9 berasal dari Retribusi Jasa Umum
triliun pada tahun 2010 menjadi Rp165,8 triliun dalam sebesar 2,1%, Retribusi Perizinan
tahun 2016, dan diperkirakan mencapai Rp177,8 Tertentu sebesar 1,2% , dan
triliun dalam tahun 2017. Peningkatan penerimaan Retribusi Jasa Usaha sebesar 0,9%.
PDRD tersebut telah berhasil meningkatkan peranan
Meskipun penerimaan PDRD terus
penerimaan PAD dalam pendanaan APBD secara nasional
meningkat, namun penerimaan
dari 14,2% dalam tahun 2010 menjadi 23,1% dalam tahun
tersebut dirasa masih belum
2017.
optimal yang terindikasi dari masih
Sekalipun demikian, peranan PDRD terhadap PAD besarnya tax potential gap. Sebagai
relatif berbeda antara provinsi dan kabupaten/kota. contoh, penerimaan Pajak Hotel
Berdasarkan data tahun 2016, kontribusi PDRD provinsi selama kurun waktu 2014 – 2016

59
tumbuh rata-rata sebesar 10,7%, sedangkan sektor basis data perpajakan daerah, telah
ekonomi yang terkait dengan pajak tersebut, yaitu jasa dilakukan penyusunan pedoman
akomodasi dan makan minum rata-rata tumbuh sebesar umum pengelolaan basis data yang
11,4%. Begitu pula dengan pemungutan retribusi yang terintegrasi, mengatur mekanisme
belum sesuai dengan dengan perkembangan potensinya. pemanfaatan data pihak ketiga, dan
Sebagai contoh, retribusi Izin Mendirikan Bangunan menyusun pedoman pembuatan
(IMB) selama kurun waktu 2014-2016 tumbuh sebesar profiling Wajib Pajak. Kedua,
1,1% , sedangkan sektor kontruksi rata-rata tumbuh mendorong daerah untuk melakukan
sebesar 10,1%, dan sektor properti rata-rata tumbuh modernisasi perpajakan, baik di
sebesar 10,7% . Terdapat beberapa permasalahan yang bidang organisasi maupun tata kelola
dihadapi dalam meningkatkan optimalisasi penerimaan dengan memanfaatkan teknologi
PDRD. Pertama, pengelolaan basis data perpajakan informasi dalam meningkatkan
daerah belum memadai. Kedua, organisasi pengelola pelayanan pajak daerah dan retribusi
pajak daerah belum disesuaikan dengan perkembangan daerah. Ketiga, memfasilitasi dan
keadaan. Ketiga, keterbatasan SDM pengelola pajak memberikan bimbingan teknis
daerah. kepada daerah dalam peningkatan
kapasitas pengelola pajak daerah,
Untuk mendukung kemandirian daerah dalam
khususnya dibidang penilaian, dan
pendanaan APBD, Pemerintah terus berupaya
penagihan pajak daerah dengan
memfasilitasi dan melakukan bimbingan teknis kepada
berkoordinasi dengan Ditjen Pajak,
daerah untuk dapat mengoptimalkan pemungutan
dan Ditjen Kekayaan Negara,
PDRD. Pertama, untuk memperbaiki pengelolaan

180

160

140

120
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

100

80

60
Struktur
PAD Nasional 40
(triliun
Rupiah) 20

0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pajak Daerah Total Lain-Lain PAD Total Hasil Pengelo-


dan Retribusi Daerah yang Sah laan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan

60
sedangkan dalam hal pemeriksaan pembiayaan daerah, seperti skema Pinjaman Daerah,
berkoordinasi dengan Polri, Obligasi Daerah, Kerjasama Pemerintah dan Badan
Kejaksaan, BPK dan BPKP. Usaha (KPBU).

Pengembangan Pertama, Pinjaman Daerah, dapat dimanfaatkan oleh


Daerah, baik untuk pengelolaan kas jangka pendek,
Pembiayaan Daerah menutup pembiayaan bagi daerah-daerah yang
untuk Akselerasi Public mengalami defisit APBD maupun untuk pembiayaan
investasi bagi percepatan pembangunan dan penyediaan
Infrastructure Provision
infrastruktur publik. Sumber pinjaman daerah bisa
bagi Pelayanan Publik berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lain,
dan Pertumbuhan lembaga keuangan bank dan bukan bank, serta dari
masyarakat melalui penerbitan Obligasi Daerah. Pada
Ekonomi dasarnya, Pinjaman Daerah akan bermanfaat sepanjang
Isu yang krusial dalam upaya ditujukan untuk kegiatan investasi yang memberikan
peningkatan kuantitas dan kualitas dampak secara ekonomi dan sosial kepada masyarakat,
pelayanan publik (Public Service dilakukan secara hati-hati dan terukur, serta tetap
Delivery) dan kesejahteraan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dalam
masyarakat (Social Welfare) adalah mengembalikan pinjaman. Beberapa persyaratan
penyediaan infrastruktur publik. Pinjaman Daerah yang diatur dalam PP Nomor 30 Tahun
Infrastruktur merupakan necessary 2011 tentang Pinjaman Daerah dan beberapa peraturan
condition dalam rangka mencapai pelaksanaan yang bersifat teknis, antara lain meliputi:
tujuan utama (ultimate goals) (i) jumlah sisa pinjaman yang dimiliki ditambah jumlah
pelaksanaan otonomi daerah dan pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari
desentralisasi fiskal. Selain melalui jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; (ii)
dukungan pendanaan APBD dan memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, mengembalikan pinjaman (DSCR) yang ditetapkan
Pemerintah Daerah diharapkan juga oleh Pemerintah Pusat yakni minimal sebesar 2,5; (iii)
dapat melakukan berbagai langkah memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh calon
terobosan dalam mengatasi segala pemberi pinjaman; (iv) tidak mempunyai tunggakan
keterbatasan pendanaan untuk pinjaman kepada Pemerintah Pusat, apabila pinjaman
percepatan pembangunan daerah. daerah yang akan diajukan bersumber dari Pemerintah
Terobosan tersebut dapat dilakukan Pusat; dan (v) mendapat persetujuan DPRD untuk
melalui perubahan paradigma pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang.
pengelolaan keuangan daerah yang Sesuai PMK Nomor 174/2016, PT. Sarana Multi
lebih maju, namun tetap prudent Infrastruktur (PT. SMI) diberikan penugasan untuk
dan terukur melalui pemanfaatan membantu pendanaan proyek-proyek infrastruktur
berbagai alternatif instrumen daerah yang dikenal dengan Regional Infrastructure

61
Development Fund (RIDF) yang berminat untuk memanfaatkan
menggunakan instrumen pinjaman. dan/atau menerbitkan obligasi
Selama Tahun 2017, realisasi daerah, sebagai salah satu
pinjaman daerah masih didominasi sumber pembiayaan investasi
oleh pinjaman yang bersumber dari untuk percepatan pembangunan
PT. SMI yang mencapai Rp1.561,5 infrastruktur daerah. Daerah-
miliar (62%), sedangkan sisanya daerah tersebut diantaranya, yaitu
bersumber dari perbankan yang Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
mencapai Rp954,06 miliar (38%). Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah,
Dari jumlah pinjaman tersebut, dari Provinsi Kalimantan Timur, dan
sisi penggunaan, sebagian besar Provinsi Sulawesi Selatan. Meskipun
pinjaman daerah dimanfaatkan demikian, daerah yang benar-benar
untuk pembangunan infrastruktur berkeinginan untuk menggunakan
jalan dan jembatan (70%), serta instrumen obligasi daerah untuk
pembangunan RSUD (26%), dan mendanai pembangunan daerah
sebagian kecil untuk pembangunan adalah Provinsi Jawa Tengah.
pasar (4%).
Untuk mempercepat penerbitan
Kedua, Obligasi Daerah, merupakan Obligasi Daerah, Pemerintah telah
salah satu sumber pinjaman melakukan sosialisasi, workshop,
daerah dari masyarakat yang dan bimbingan teknis kepada
dilakukan melalui penerbitan Pemerintah Daerah dan DPRD
Obligasi Daerah di pasar modal dengan melibatkan para pemangku
domestik dan dalam mata uang kepentingan, yaitu Kementerian
rupiah. Obligasi Daerah ditujukan, Keuangan, Kementerian Dalam
terutama untuk membiayai proyek- Negeri, Otoritas Jasa Keuangan,
proyek infrastruktur dan sarana/ lembaga/ profesi pasar modal,
prasarana publik yang menghasilkan serta lembaga donor. Selain itu,
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

penerimaan bagi APBD dan/ juga dilakukan pembenahan dari sisi


atau memberikan manfaat bagi regulasi yang dapat menghambat
masyarakat. Payung hukum dan upaya penerbitan Obligasi Daerah.
Tatacara penerbitan Obligasi Dalam rangka menyederhanakan
Daerah telah diatur dalam PP No. 30 prosedur, persyaratan, dan tata
Tahun 2011 dan PMK No. 180/2016. cara penerbitan Obligasi Daerah,
Meskipun demikian, sampai saat telah dilakukan relaksasi beberapa
ini belum ada satupun Daerah yang peraturan Otoritas Jasa Keuangan
menerbitkan Obligasi Daerah. Pada melaui penerbitan Peraturan OJK
dasarnya terdapat beberapa daerah No. 61-63/POJK.04/2017. Di sisi

62
lain, Kementerian Keuangan telah layanan mencapai 1,3juta jiwa (+ 260 ribu sambungan) di
melakukan mapping, audiensi, dan daerah Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik.
pendampingan terhadap beberapa Peningkatan Kualitas Belanja Daerah dan
Daerah yang dianggap layak dan
Pengelolaan Keuangan Daerah
berminat untuk menerbitkan
Obligasi Daerah. Transfer ke Daerah dan Dana Desa, bersama-sama
dengan Pendapatan Asli Daerah, dan berbagai sumber
Ketiga, KPBU, merupakan kerjasama
Pembiayaan Daerah, sebagaimana diuraikan di atas
Pemda dengan Badan Usaha untuk
merupakan instrumen penguatan kapasitas fiskal
penyediaan infrastruktur publik
daerah (revenue assignment) dalam pengelolaan APBD
melalui perjanjian kedua belah pihak
sebagai sumber pendanaan utama bagi penyelenggaraan
dengan memperhatikan prinsip
urusan pemerintahan dan pembangunan daerah. Oleh
pembagian risiko. KPBU akan dapat
karena itu, APBD harus dikelola secara tertib, efisien,
memberikan beberapa manfaat
ekonomis, efektif, dan produktif untuk meningkatkan
kepada Pemda, berupa antara lain: (i)
layanan publik dan kesejahteraan masyarakat, terutama
dana APBD yang dialokasikan lebih
mengingat volume APBD dari tahun ke tahun semakin
efisien dan efektif, karena hasilnya
meningkat. Pada tahun 2017, jumlah perkiraan realisasi
mempunyai leverage manfaat
pendapatan daerah dalam APBD secara nasional
yang optimal bagi masyarakat
mencapai Rp1.023,8 triliun, atau naik Rp53,3 triliun
dan penyediaan infrastruktur
(5,5%) dibandingkan dengan realisasi pendapatan
dan layanan publik dapat segera
daerah dalam APBD tahun 2016 sebesar Rp970,5 triliun.
diwujudkan; (ii) pengelolaan proyek
Pendapatan APBD tahun 2017 tersebut terdiri dari PAD
menjadi lebih atraktif dan produktif,
sebesar Rp250,8 triliun (24,5%), Dana Perimbangan
karena adanya alokasi risiko kedua
Rp654,5 triliun (63,9%), dan lain-lain pendapatan daerah
belah pihak (risk sharing); (iii)
yang sah (antara lain termasuk DID, Dana Desa, dan
adanya transfer pengetahuan dan
Dana Otsus dan Dais) sebesar Rp118,5 triliun (11,6%).
teknologi dari swasta ke Pemda; dan
Sementara itu, dalam tahun 2017, volume perkiraan
(iv) keberhasilan dalam pengelolaan
realisasi belanja daerah pada APBD mencapai Rp1.018,9
KPBU bisa menstimulasi masuknya
triliun, naik Rp58,5 triliun (6,1%) dari realisasi belanja
investasi yang lebih besar dari
daerah dalam APBD 2016 sebesar Rp960,4 triliun.
perusahaan swasta lainnya.
Volume belanja APBD tahun 2017 sebesar Rp1.018,9
Praktek pembiayaan infrastruktur triliun tersebut, digunakan untuk belanja pegawai
melalui skema KPBU saat ini antara Rp376,6 triliun (37%), belanja barang dan jasa Rp217,3
lain telah diimplementasikan untuk triliun (21,3%), belanja modal Rp204,1 triliun (20%) dan
proyek pembangunan Sistem belanja lainnya Rp220,8 triliun (21,7%).
Pengelolaan Air Minum (SPAM)
Beberapa kelemahan dan permasalahan yang dihadapi
Umbulan di Jawa Timur dengan total
dalam pengelolaan APBD, antara lain, Pertama, beberapa
nilai proyek Rp2,1 triliun, dan target

63
daerah terlambat dalam penetapan APBD. Kedua, dan menyampaikan Perda
pendapatan APBD sebagian besar daerah masih sangat APBD. Ketiga, untuk mendorong
bergantung pada dana transfer dari pusat. Ketiga, pemanfaatan belanja APBD
belanja APBD kurang berkualitas karena : (i) sebagian untuk pelayanan publik, sesuai
besar digunakan untuk belanja pegawai dan belanja amanat undang-undang APBN
operasional, (ii) jumlah program dan kegiatan yang tahun 2018, pemerintah akan
didanainya cukup banyak dan bervariasi sehingga memberlakukan pengenaan sanksi
kurang fokus, (iii) banyak daerah yang belum memenuhi bagi daerah-daerah yang tidak
alokasi minimal belanja untuk yang terkait langsung mengalokasikan minimum 20%
dengan layanan dasar publik, seperti pendidikan, dari belanja daerah dalam APBD
kesehatan, dan infrastruktur, dan (iv) belanja daerah untuk bidang pendidikan, minimum
belum menggunakan standar biaya yang efisien dan 10 % dari belanja daerah untuk
ekonomis. Keempat, pelaksanaan APBD lambat dan bidang kesehatan, dan minimum
menumpuk di akhir tahun anggaran sehingga sering 25% dari Dana Transfer Umum
menimbulkan adanya posisi kas yang tidak wajar yang untuk infrastruktur. Keempat,
disimpan di perbankan. Kelima, masih terbatasnya untuk meningkatkan efektivitas
penerapan e-government (e-planning, e-budgeting, dan pengelolaan dana APBD, maka bagi
e-procurement) sebagai bentuk transparansi dalam Pemda yang memiliki posisi kas
pengelolaan APBD. tidak wajar, yakni dana kas daerah
yang melebihi 3 bulan kebutuhan
Untuk memperbaiki kualitas pengelolaan keuangan
belanja operasi dan belanja modal,
daerah, pemerintah telah memberlakukan penerapan
dikenakan konversi penyaluran
sistem reward and punishment, kepada daerah.
DAU dan/atau DBH dalam bentuk
Pertama, untuk mendorong daerah meningkatkan
nontunai. Sesuai PMK No.18/2017,
kinerja pengelolaan keuangan, telah dikembangkan
setiap bulan daerah diwajibkan
sistem reward berupa pemberian DID. Kedua, untuk
untuk menyampaikan: (i) perkiraan
mendorong daerah dapat menetapkan APBD tepat
belanja operasi, belanja modal,
waktu secara konsisten, pemerintah juga telah
transfer bagi hasil pendapatan,
memberlakukan penerapan sanksi berupa penundaan
dan transfer bantuan keuangan; (ii)
DTU bagi daerah yang terlambat dalam menetapkan
laporan posisi kas bulanan; dan (iii)
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

*per 31 Januari 2018

Perda APBD 2018 Laporan Bulanan Desember 2017

Daerah
Sudah Belum Sudah Belum
Total Total
Menyampaikan Menyampaikan Menyampaikan Menyampaikan

Provinsi 29 5 34 31 3 34

Kabupaten 373 42 415 368 47 415

Kota 82 11 93 84 9 93

Jumlah 484 58 542 483 59 542

64
dan laporan ringkasan realisasi APBD Bulanan. Adapun Penerapan reward and punishment
data penerimaan Perda APBD 2018 dan Laporan Bulanan tersebut di atas, telah ikut
adalah sebagai berikut: memberikan dampak pada
perbaikan pelayanan publik di
Dalam kaitannya dengan kewajiban penyampaian APBD,
daerah dalam beberapa tahun
kebijakan reward dan punishment telah mendorong
terakhir. Di bidang pendidikan,
perbaikan penyelesaian dan penyampaian Perda APBD
angka partisipasi murni SMP
tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31 Januari
meningkat dari 73,9% (2013)
tahun berjalan sesuai peraturan perundangan. Sampai
menjadi 78,4% (2017), sementara
dengan tanggal 31 Januari 2018 sebanyak 484 dari
harapan lama sekolah meningkat
542 daerah (89,3%) telah menyampaikan Perda APBD
dari 12,1 tahun (2013) menjadi 12.7
2018. Sementara itu, untuk kewajiban penyampaian
tahun (2016). Di bidang kesehatan,
laporan realisasi APBD bulanan pada periode data bulan
persalinan ditolong tenaga
Desember 2017, sebanyak 483 dari 542 daerah (89,11%)
kesehatan meningkat dari 81,8%
telah menyampaikan laporan APBD pada bulan Januari
(2013) menjadi 89,8% (2016),
2018.
sedangkan persentase balita yang
Selain kebijakan reward dan punishment, pemerintah pernah mendapatkan imunisasi
juga telah dan akan terus memperbaiki kualitas belanja lengkap meningkat dari 54,8% (2015)
daerah, antara lain melalui pengaturan mengenai: (i) menjadi 57,4% (2016). Di bidang
prioritas belanja daerah untuk pelayanan dasar publik, infrastruktur, terdapat peningkatan
seperti bidang pendidikan, kesehatan, air minum dan akses sumber air minum layak
sanitasi, infrastruktur jalan, serta perumahan; (ii) belanja dari 63,90% (2013) menjadi 66,5%
infrastruktur dasar publik pada pemenuhan Standar (2017), dan akses sanitasi layak dari
Pelayanan Minimum (SPM); (iii) penerapan standarisasi 58,6% (2013) menjadi 65,8% (2017).
dan simplikasi program/kegiatan, serta standar biaya Demikian pula, tingkat kemiskinan
daerah dalam penganggaran belanja daerah; serta (iv) turun dari 11,5% (2013) menjadi
percepatan implementasi e-planning, e-budgeting dan 10,1% (2017), sementara tingkat
e-procurement untuk meningkatkan konsistensi dan pengangguran juga turun dari 6,2%
transparansi dalam pengelolaan belanja daerah. (2013) menjadi 5,5% (2017).

Data penerimaan
Perda APBD
2018 dan
Laporan Bulanan

65
Pembiayaan Utang

PEMBIAYAAN
UTANG

P
ada APBN 2018 Pemerintah masih mengutamakan untuk membiayai proyek pada
sumber pembiayaan utang melalui penerbitan 7 Kementerian/Lembaga.
Surat Berharga Negara (SBN) yang biayanya relatif Kementerian Perhubungan
menurun karena perbaikan fundamental ekonomi mendapat alokasi sebesar
yang berlanjut dan kenaikan credit rating oleh S&P dan Rp7,00 triliun guna melanjutkan
Fitch di tahun 2017. Sedangkan sumber pembiayaan pembangunan jalur Kereta Api
melalui pengadaan Pinjaman mulai berkurang karena Elevated and Double Double Track
sudah naik kelasnya Indonesia menjadi negara middle (di Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa
income yang sudah tidak berhak lagi menerima pinjaman Timur, Sulawesi, dan Sumatera).
lunak. Dari jumlah pembiayaan melalui utang secara Kementerian Pekerjaan Umum
neto sebesar Rp399,22 triliun yang diamanatkan untuk dan Perumahan Rakyat (PUPR)
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

menutupi defisit APBN, sejumlah Rp414,52 triliun memperoleh alokasi Rp12,78


merupakan porsi SBN sementara porsi Pinjaman sebesar triliun untuk pembangunan
minus Rp15,30 triliun. Dalam komponen pembiayaan dan pemeliharaan underpass,
utang bruto, Pemerintah telah menganggarkan dana flyover, terowongan, jembatan,
untuk pembayaran kembali utangnya, sehingga kecil pengelolaan banjir, lahar, drainase,
sekali kemungkinan Pemerintah tidak dapat melunasi pengelolaan bendungan-embung,
kewajibannya serta penyediaan air tanah dan
air baku. Untuk pembangunan 8
Di tahun 2018 ini terjadi pula peningkatan jumlah
asrama haji, 245 Balai nikah (KUA)
Kementerian/Lembaga yang dialokasikan untuk
dan Manasik Haji, 34 Perguruan
menerima dana pembiayaan proyek melalui Sukuk.
Tinggi Keagaaman Islam Negeri
Alokasi anggaran untuk Project Financing Sukuk di
(PTKIN), dan 32 Madrasah,
tahun 2018 mencapai Rp22,53 triliun yang dianggarkan
Kementerian Agama mendapat

66
dalam triliun Rupiah

Realisasi
APBN 2018
Jan-18 %APBN
1. Surat Berharga Negara (Neto) 414.520,7 15.517,8 3,7%

2. Pinjaman (Neto) (15.301,4) 5.891,5 -38,5%

a. Pinjaman Dalam Negeri(Neto) 3.137,9 0,0 0,0%

i. Penarikan Pinjaman Dalam Negeri(Bruto) 4.500,0 0,0 0,0%

ii. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman DN (1.362,1) 0,0 0,0%

b. Pinjaman Luar Negeri(Neto) (18.439,3) 5.891,5 -32,0%


i. Penarikan Pinjaman Luar Negeri(Bruto) 51.345,9 9.924,5 19,3%
ii. Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman LN (69.785,2) (4.033,0) 5,8%

alokasi sebesar Rp2,21 triliun. dan non infrastruktur seperti


Realisasi Kementerian Lingkungan Hidup Pembangunan terowongan
Pembiayaan dan Kehutanan juga mendapatkan Balinka-Matur-Ngarai Sianok
Utang alokasi sebesar Rp51 miliar untuk senilai USD175 juta di Sumatera
pembangunan 3 Taman Nasional, Barat, Pembangunan Program
Sedangkan, Kementerian Riset Manajemen Air Limbah senilai
dan Teknologi memperoleh USD3,557,800,000.
alokasi sebesar Rp315 miliar guna
Pemerintah berkomitmen
pengembangan gedung 2 Perguruan
untuk memanfaatkan dana yang
Tinggi, Badan Sertifikasi Nasional
bersumber dari pembiayaan
(BSN) mendapat alokasi sebesar
utang untuk belanja yang
Rp50 miliar untuk pengembangan
sifatnya produktif dan
Laboratorium, dan Lembaga Ilmu
merupakan investasi yang
Pengetahuan Indonesia (LIPI)
menghasilkan multiplier
mendapat alokasi sebesar Rp120
effect besar untuk generasi
miliar untuk pembangunan 2
masa depan, serta tidak dapat
Laboratoriumnya.
ditunda pelaksanaannya. Jika
Sementara itu, melalui pinjaman belanja produktif tersebut
Pemerintah sesuai rencana Daftar ditunda, maka kedepannya akan
Rencana Pinjaman Luar Negeri menimbulkan kerugian dan
(DRPLN atau Green Book) 2015-2019, biaya recovery yang lebih besar
juga membiayai beberapa proyek lagi.
pembangunan untuk infrastruktur

67
Posisi Utang hingga akhir
Januari 2018

dalam triliun Rupiah

Nominal %

Total Utang Pemerintah Pusat 3.958,66 100,0%

a. Pinjaman 752,38 19,0%

1. Pinjaman Luar Negeri 746,64 18,9%

Bilateral 318,81 8,1%

Multilateral 384,07 9,7%

Komersial 42,59 1,1%

Suppliers 1,17 0,0%

2. Pinjaman Dalam Negeri 5,74 0,1%

b. Surat Berharga Negara 3.206,28 81,0%

1. Denominasi Rupiah 2.330,65 58,9%

2.Denominasi Valas 875,65 22,1%

Pendapatan Domestik Bruto* 13.588,80

Rasio Utang thd PDB 29,1%

* PDB Nominal 2017

M
Posisi
eningkatnya PDB Indonesia pada kondisi aman.
Utang
di tahun 2017 sebesar Rp
Berdasarkan jenisnya, total utang
13.588,8 triliun seiring
Pemerintah masih didominasi Surat
dengan bertambahnya
Berharga Negara (SBN). Dalam
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

posisi utang Pemerintah. Hal ini


penerbitan SBN, Pemerintah lebih
menunjukkan kemampuan utang
mengutamakan dalam denominasi
Pemerintah dalam mendukung
Rupiah dan bersuku bunga tetap,
pertumbuhan ekonomi secara
sehingga akan mengurangi risiko
positif. Posisi utang Pemerintah di
nilai tukar dan perubahan suku
akhir Januari 2018 tercatat sebesar
bunga. Demikian pula halnya dengan
29.1% terhadap PDB. Berdasarkan
utang berjenis Pinjaman Luar Negeri
ketentuan Undang-undang
yang pertumbuhan persentase
Keuangan Negara nomor 17 tahun
terhadap PDB nya berkurang,
2003 level tersebut masih berada
sehingga risiko nilai tukar pada

68
portofolio utang Pemerintah lembaga Multilateral cenderung
berkurang. Dengan berkurangnya memiliki suku bunga yang relatif
risiko keuangan tersebut, tentunya rendah. Meskipun Indonesia
akan menurunkan biaya pengelolaan sudah naik kelas menjadi Middle
utang Pemerintah baik dalam jangka Income Country, kita tetap dapat
pendek maupun jangka panjang. merasakan suku bunga murah
dari pinjaman Mulitlateral. Hal
Pemerintah juga berkomitmen
ini, mengingat lembaga tersebut
untuk memanfaatkan utang dengan
dapat menghimpun dana dengan
efektif. Pada penerbitan SBN,
lebih murah mengingat credit
Pemerintah mulai meningkatkan
rating-nya yang sangat bagus.
penerbitan instrumen Sukuk
Selain itu terdapat adanya transfer
dengan dasar transaksi (underlying)
pengetahuan dan teknologi dari
proyek, terutama infrastruktur.
lembaga Multilateral tersebut,
Sebagaimana disampaikan
karena mereka juga memiliki tujuan
sebelumnya, telah banyak proyek
untuk pembangunan global, salah
infrastruktur yang dibiayai oleh
satunya melalui program Sustainable
Pemerintah menggunakan Project
Development Goals (SDG). Dengan
Financing Sukuk. Dengan demikian,
demikian, pada intinya Pemerintah
utang yang dibuat oleh Pemerintah
melakukan pengelolaan utang
menunjukkan hasil yang nyata yang
dengan hati-hati dan berprinsip
dapat dinikmati secara langsung
bahwa setiap Rupiah yang diperoleh
oleh masyarakat dalam jangka
melalui utang, harus dapat
panjang.
digunakan untuk membiayai belanja
Dalam pengadaan Pinjaman Luar pembangunan yang menghasilkan
Negeri yang relatif langsung manfaat lebih besar dari biaya
digunakan untuk membiayai utangnya. Manfaat tersebut tidak
proyek, khususnya infrastruktur, hanya manfaat finansial, namun
Pemerintah mengutamakan untuk juga manfaat ekonomis yang sering
memperolehnya dari lembaga tidak terlihat kasat mata dalam
Multilateral. Dalam posisi utang hitung-hitungan angka, namun
akhir Januari 2018, pinjaman dari dapat dirasakan dan diukur dengan
lembaga Multilateral mencapai pendekatan-pendekatan (proxy)
9,7% terhadap PDB. Pinjaman dari tertentu.

69
JCRA Menaikkan Peringkat Kredit
Indonesia

R
eformasi struktural yang semakin kredibel dengan dapat
sedang berlangsung dan ditekannya defisit APBN dan
masih akan dilanjutkan lagi dikuranginya subsidi energi yang
ke depannya dengan semakin kemudian direalokasikan untuk
agresif telah membuahkan hasil meningkatkan belanja produktif
dengan dinaikkannnya peringkat seperti infrastruktur, kesehatan, dan
kredit Indonesia oleh Japan Credit pendidikan. Dalam siaran pers-nya
Rating Agency (JCRA). Pencapaian JCRA menyebutkan bahwa utang
yang merupakan sinergi dari semua Pemerintah sudah berada posisi
pihak, baik Pemerintah, Bank yang relatif rendah sekitar 28% dari
Indonesia maupun pihak lainnya PDB pada akhir tahun 2017 yang
ini, menempatkan peringkat kredit ditargetkan akan semakin menurun
Indonesia dari BBB- menjadi BBB seiring dengan upaya konsolidasi
dengan prospek stabil, mengikuti fiskal.
jejak Fitch yang telah melakukan hal
Kenaikan peringkat ini juga akan
sama pada pertengahan Desember
semakin mempermudah bagi
tahun lalu.
Indonesia untuk mendapatkan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pendanaan dari investor di
yang relatif tinggi didorong oleh Jepang. Saat ini Indonesia sudah
keberhasilan penerapan 15 Paket menerbitkan obligasi negara
Kebijakan yang dikeluarkan oleh berdenominasi Yen di negeri Sakura
Pemerintah dalam meningkatkan tersebut dengan format public
iklim investasi secara signifikan. offering (shelf registration), yang
Hal ini juga didukung dengan telah memungkinkan untuk menarik lebih
ditetapkannya 245 Proyek Strategis banyak lagi investor Jepang yang
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Nasional pada akhir tahun 2017 dikenal sangat loyal.


dalam mendorong pembangunan
JCRA juga menyampaikan akan
infrastruktur yang bernilai USD327,2
memantau terus perbaikan basis
miliar atau sekitar 30% dari PDB
penerimaan negara sebagai hasil
nominal.
dari reformasi perpajakan dan
Selain karena keberhasilan keberhasilan program Tax Amnesty.
reformasi struktural, kenaikan Menurut JCRA, Indonesia akan
peringkat kredit Indonesia menurut mendapat kenaikan peringkat
JCRA juga didukung oleh semakin yang lebih tinggi lagi khususnya
berkurangnya ketergantungan jika dilakukan perbaikan yang
pendanaan fiskal kita terhadap berkelanjutan atas pembiayaan
sumber daya alam. JCRA menilai infrastruktur.
pengelolaan fiskal Indonesia

70
Penilaian Kembali Barang Milik Negara Tahun
2017,Kontribusi Untuk Kemajuan Bangsa

S
eiring dengan perkembangan pada tiap aspek revaluasi aset terhadap BMN
perekonomian bangsa ini selama satu dasawarsa yang akan digunakan kembali (roll
terakhir, nilai tercatat untuk aset-aset pemerintah over) sebagai dasar penerbitan
yang tersaji di Neraca Laporan Keuangan (underlying asset) Surat Berharga
Pemerintah Pusat (LKPP) pun dirasa sudah kurang dapat Syariah Negara (SBSN). Pemerintah
mencerminkan kondisi nilai yang sebenarnya. Sebagai mendapat tantangan untuk bisa
gambaran pada tahun 2007 nilai aset tetap yang tersaji menambah sumber pembiayaan
pada neraca LKPP adalah sebesar Rp229,07 triliun, yang berasal dari SBSN. Melalui
selanjutnya berdasarkan hasil Inventarisasi dan Penilian SBSN, partisipasi dari masyarakat
(IP) jilid I tahun 2007-2010, nilai aset tetap yang tersaji terakomodir dalam upaya ikut
pada neraca LKPP tahun 2010 meningkat signifikan berperan dalam pembangunan.
menjadi sebesar Rp1.184,3 triliun dan pada tahun 2016 Dana yang berhasil dihimpun
nilainya telah naik menjadi Rp1.921,79 triliun. dalam SBSN telah digunakan untuk
pembangunan-pembangunan
Untuk memperoleh nilai aset tetap yang terkini dalam
pelayanan masyarakat.
LKPP sesuai nilai wajarnya dan untuk membangun
database aset yang lebih baik untuk kepentingan Berawal dari hal di atas dan
pengelolaan BMN di kemudian hari, pemerintah mengacu pada Peraturan
memandang perlu untuk melakukan penilaian kembali Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun
(revaluasi) atas aset tetap pada tahun 2017 dan 2018 2010 tentang Standar Akuntansi
dengan tujuan antara lain untuk: Pemerintahan dan PP Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan
1. memperoleh nilai aset tetap yang update dalam
Barang Milik Negara/Daerah
laporan keuangan;
menyatakan bahwa dalam kondisi
2. membangun database BMN yang lebih baik untuk tertentu, Pengelola Barang dapat
kepentingan pengelolaan BMN di kemudian hari; melakukan penilaian kembali atas
nilai Barang Milik Negara/Daerah
3. mengidentifikasi BMN idle; dan
(BMN/D) yang telah ditetapkan
4. meningkatkan leverage BMN sebagai underlying dalam neraca Pemerintah
asset untuk penerbitan Surat Berharga Syariah Pusat/Daerah. Selanjutnya,
Negara (SBSN). bahwa keputusan mengenai
Pelaksanaan revaluasi BMN jilid II yang dimulai penilaian kembali atas nilai
pada tahun 2017 ini juga tidak terlepas dari adanya BMN dilaksanakan berdasarkan
rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui ketentuan Pemerintah yang berlaku
Surat DPR Nomor: PW/09793/DPR RI/VI/2016 yang secara nasional. Pada Rapat Kerja
memuat Hasil Keputusan Raker Komisi XI DPR RI Nasional DJKN tahun 2016 yang
dengan Menteri Keuangan RI tanggal 23 Mei 2016 sekaligus memperingati satu
pada tanggal 9 Juni 2016 tertulis bahwa Komisi XI dasawarsa DJKN pada tanggal 2 s.d.
DPR RI meminta Menteri Keuangan untuk melakukan 4 November 2016 di Aula Mezanine
Gedung Juanda I, dengan tema

71
“Tingkatkan Reputasi DJKN dengan Optimalisasi objek revaluasi karena berbagai
Kekayaan Negara untuk Perekonomian Nasional”, pertimbangan, aset yang dijadikan
Menteri Keuangan memberikan arahan mengenai objek yaitu tanah, gedung dan
penilaian kembali BMN, Beliau menyampaikan bahwa bangunan serta jalan, jembatan
“dalam proses valuasi itu memang mahal apalagi serta bangunan air didasarkan pada
pada saat APBN kita sedang di potong anggarannya. pertimbangan:
Tapi itu merupakan prioritas kita bersama dan beliau
1. Aset-aset tersebut memiliki
minta itu untuk lebih diprioritaskan.” Disamping itu,
potensi kenaikan (perubahan
menurut beliau, kurun waktu sepuluh tahun sejak
nilai wajar) yang tinggi;
pelaksanaan Inventasasi dan Penilaian jilid I di Tahun
2007 sudah terlalu lama. Menanggapi arahan Menteri 2. Nilai aset tetap yang dijadikan
Keuangan untuk dapat memproritaskan Pelaksanaan objek revaluasi tersebut
Penilaian Kembali BMN Jilid II (2017 s.d. 2018) ditengah memiliki bobot nilai/
kondisi APBN yang sedang mengalami pemotongan persentase yang signifikan dari
anggaran tersebut, Direktur Jenderal Kekayaan Negara keseluruhan nilai total aset
pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa tetap, yaitu senilai 79,9 persen
pelaksanaan revaluasi BMN dimungkinkan penggunaan dari total aset tetap.
metodologi penilaian lain yang tidak terlalu costly.
Sejalan dengan hasil konsultasi
Dalam rangka pelaksanaan Penilaian Kembali BMN, dengan KSAP dan BPK, serta sesuai
pemerintah telah meminta pendapat kepada Komite dengan PP Nomor 27 tahun 2014,
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan Badan sebagai dasar hukum pelaksanaan
Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait rencana Penilaian Penilaian Kembali BMN/D,
Kembali atas BMN oleh Pemerintah Pusat. Pada intinya, pemerintah telah menerbitkan
KSAP dan BPK berpendapat bahwa sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan peraturan 75 tahun 2017 tentang Penilaian
tentang pengelolaan BMN saat ini, revaluasi BMN Kembali Barang Milik Negara/
dimungkinkan untuk dilakukan berdasarkan kebijakan/ Daerah. Dengan diterbitkannya
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional. Peraturan Presiden No 75 tahun


2017, maka kegiatan revaluasi ini
Adapun objek pelaksanaan revaluasi BMN tahun 2017
telah memiliki landasan hukum
dan 2018 berbeda dengan objek IP jilid I pada tahun
berpijak yang kuat, dimana
2007. Bila objek IP Tahun 2007 adalah seluruh aset tetap
penyusunan Perpres tersebut telah
Pemerintah Pusat, objek revaluasi BMN tahun 2017 dan
melalui rangkaian proses panjang
2018 hanya berupa tanah, gedung dan bangunan, serta
yang melibatkan banyak pihak baik
jalan, irigasi, dan jaringan yang diperoleh sampai dengan
di internal Kementerian Keuangan
31 Desember 2015. Untuk BMN berupa jalan, irigasi, dan
maupun Kementerian lain.
jaringan yang dilakukan revaluasi hanya yang berupa
jalan dan jembatan serta bangunan air. Pada revaluasi Sebagai tindak lanjut Perpres
BMN jilid II ini tidak seluruh aset tetap dijadikan sebagai tersebut, regulasi yang diterbitkan

72
untuk pelaksanaan revaluasi BMN adalah Peraturan tahun 2017 sampai dengan triwulan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 118/PMK.06/2017 III tahun 2018. Pada periode
tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang triwulan IV 2018 diharapkan semua
Milik Negara, serta beberapa pedoman teknis terkait BMN sudah dikoreksi nilainya pada
pelaksanaan penilaian kembali. Pelaksanaan revaluasi laporan keuangan K/L.
BMN jilid II sendiri secara resmi telah dicanangkan oleh
Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN
Menteri Keuangan pada tanggal 29 Agustus 2017. Pada
tahun 2017 dan 2018 merupakan
acara tersebut Menteri Keuangan juga menyampaikan
serangkaian kegiatan yang menjadi
bahwa kegiatan revaluasi BMN merupakan suatu
kerja bersama dari DJKN selaku
momentum besar berskala nasional yang harus disambut
Pengelola Barang dan Kementerian/
baik dan didukung oleh semua pihak, baik oleh Pengelola
Lembaga selaku Pengguna Barang,
Barang, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang,
dimana masing-masing pihak
Aparat Pengawas Internal Pemerintah K/L, serta Penilai
memiliki kewenangan dan tanggung
DJKN.
jawab sebagaimana diamanatkan
pada Perpres Nomor 75 Tahun 2017
Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN
tentang Penilaian Kembali Barang
Jilid II Milik Negara/Daerah yaitu:
Objek pelaksanaan revaluasi BMN tahun 2017 dan 2018 1. Kewenangan dan Tanggung
meliputi tanah, gedung dan bangunan, serta jalan, Jawab Pengelola Barang
jembatan, dan bangunan air yang berada pada seluruh meliputi kegiatan perumusan
K/L baik di dalam maupun di luar negeri yang diperoleh kebijakan dan strategi revaluasi
sampai dengan 31 Desember 2015 dengan target BMN, mengkoordinasikan
pelaksanaan revaluasi BMN pada tahun 2017 dan 2018 pelaksanaan revaluasi BMN,
adalah sebesar 934.409 NUP. Adapun target (setelah melaksanakan penilaian BMN,
perubahan) pelaksanaan revaluasi BMN pada tahun 2017 melaksanakan monitoring dan
adalah sejumlah 356.887 NUP dengan rincian sebagai evaluasi revaluasi BMN, serta
berikut: menyusun dan menyampaikan
1. Tanah sejumlah 42.433 NUP laporan revaluasi kepada
Presiden.
2. Bangunan sejumlah 217.464 NUP
2. Kewenangan dan Tanggung
3. alan, Jembatan dan Bangunan Air sejumlah 96.990 Jawab Pengguna Barang
NUP meliputi penyiapan data awal
Revaluasi BMN dilakukan oleh seluruh Kantor Wilayah dan dokumen yang diperlukan
(Kanwil) DJKN dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dalam rangka pelaksanaan
dan Lelang (KPKNL) pada 82 (delapan puluh dua) K/L revaluasi BMN, melaksanakan
yang memiliki BMN yang menjadi objek revaluasi BMN. inventarisasi BMN,
Revaluasi BMN dilaksanakan selama periode triwulan III melaksanakan tindak lanjut

73
hasil revaluasi BMN, serta melaksanakan monitoring usulan rekomendasi. Tahapan
dan evaluasi BMN dalam lingkup Pengguna Barang terakhir adalah pelaporan, dimana
bersangkutan. setiap jejang pelaksana Penilaian
Kembali BMN menyusun laporan
Dalam revaluasi BMN jilid II ini, metode penilaian yang
kegiatan penilaian kembali sebagai
digunakan adalah full valuation dan desktop valuation.
bentuk pertanggungjawaban
Metode full valuation yaitu penilaian dengan cara survei
pelaksanaan kegiatan penilaian
lapangan. Sedangkan metode desktop valuation yaitu
kembali BMN.
penilaian tanpa survei lapangan. Metode full valuation
digunakan untuk objek revaluasi BMN berupa tanah.
Capaian dan Kendala yang
Sedangkan metode desktop valuation dilakukan untuk
objek revaluasi BMN berupa bangunan, jalan, jembatan, Dihadapi
dan bangunan air. Pemilihan metode untuk masing- Sampai dengan 31 Desember 2017
masing objek revaluasi BMN tersebut dilakukan demi telah dilakukan revaluasi BMN
menciptakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan terhadap 365.242 NUP dari total
revaluasi BMN itu sendiri. Adapun tahapan dalam target pada tahun 2017 sebesar
pelaksanaan revaluasi BMN jilid II ini meliputi: pertama, 356.887 NUP (102,34 persen) pada
penyediaan data awal. Validitas data awal menentukan delapan puluh dua K/L dengan
keberhasilan pelaksanaan penilaian kembali yang peningkatan nilai koreksi aset
dilaksanakan dengan metode full valuation dan desktop tetap Pemerintah Pusat sebesar
valuation. Data awal tersebut antara lain berupa Rp1.820,09 triliun yang sebelumnya
data dari SIMAK BMN dan formulir pendataan BMN. berjumlah Rp678,94 triliun menjadi
Kedua, kegiatan inventarisasi. Kegiatan inventarisasi Rp2.499,04 triliun atau meningkat
dilaksanakan dengan melaksanakan opname fisik/ sebesar 268,08 persen dari nilai
sensus atas BMN untuk memastikan kebenaran buku sebelum koreksi nilai wajar.
dan kondisi Barang Milik Negara. Ketiga, kegiatan
penilaian. Penilaian dilaksanakan untuk mendapatkan Pelaksanaan revaluasi BMN Jilid II ini
nilai wajar BMN. Penilaian dilaksanakan oleh Penilai. bukannya tanpa kendala. Beberapa
Keempat, tindak lanjut hasil inventarisasi dan penilaian. kendala yang secara umum dihadapi
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

Berdasarkan hasil inventarisasi dan penilaian kembali, pada pelaksanaan revaluasi BMN
Kementerian/Lembaga melaksanakan tindak lanjut Jilid II antara lain:
antara lain: koreksi data dan nilai BMN pada Laporan 1. Rendahnya kemampuan/
Keuangan Kementerian/Lembaga. Koreksi ini pengetahuan SDM satuan kerja
memegang peranan penting dalam keseluruhan kegiatan (satker) mitra KPKNL yang
penilaian kembali BMN, yakni membentuk pembaharuan antara lain masih terdapat
nilai BMN beserta data lain dalam rangka pengelolaan SDM satker yang belum bisa
BMN yang dapat diandalkan. Keenam, Monitoring dan mengisi form pendataan BMN
evaluasi. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan dengan baik, satker belum
Penilaian Kembali BMN meliputi sekurang-kurangnya memahami metode penilaian
mengenai capaian target, kendala yang dihadapi, dan yang digunakan saat ini, satker

74
belum memahami proses koreksi serta penyelesaian Pusat agar penyajian neraca
Laporan Hasil Penilaian (LHIP) dan/atau Berita dapat menunjukan kondisi yang
Acara Rekonsiliasi (BAR) IP yang lama. sebenarnya. Dengan itu, masyarakat
menjadi mengetahui bahwa aset
2. Masih lemahnya pengelolaan BMN oleh satker,
yang dimiliki oleh Republik ini
yang antara lain ditunjukan dengan satker tidak
sangat besar dan seluruhnya dapat
mengetahui bahwa aset yang dimaksud merupakan
dipertanggungjawabkan. Disamping
BMN, satker tidak dapat menunjukkan lokasi/
hal tersebut, kecermatan dan
fisik aset BMN objek revaluasi, tidak mengetahui
ketepatan dalam melakukan proses
penggunaan aplikasi SIMAK dan SIMAN, masih
revaluasi BMN Jilid II merupakan
terdapatnya ketidaksesuaian antara pencatatan
hal mutlak yang harus ada, sehingga
aset BMN dengan fakta di lapangan serta tidak
pelaksanaan kegiatan ini tetap dapat
ditemukannya dokumen pendukung terkait BMN
mempertahankan opini BPK atas
terkait seperti sertipikat, dan lain-lain.
LKPP yang telah diraih dengan kerja
3. Kendala pada pengembangan dan update aplikasi, keras semua pihak pada tahun 2016
dimana waktu pengembangan aplikasi bersamaan yaitu Wajar Tanpa Pengecualian
dengan penyusunan PMK untuk revaluasi, dimana (WTP).
seharusnya sistem aplikasi dikembangkan apabila
Keberhasilan pelaksanaan revaluasi
peraturan sudah siap serta proses User Acceptance
BMN pada tahun 2017 ini merupakan
Test (UAT) atau Quality Assurance (QA) dari Tim
momen awal yang harus dilanjutkan
Penguji sistem dilakukan secara parsial dan proses
sampai dengan terselesaikannya
QA yang berulang-ulang menjadikan implementasi
seluruh proses revaluasi BMN
update aplikasi selalu terkendala izin dari tim
yang direncanakan rampung pada
penguji aplikasi.
triwulan III 2018. Keberhasilan
4. Selain hal di atas, kendala yang masih dijumpai proses ini nantinya diharapkan akan
di lapangan terkait pelaksanaan revaluasi BMN memberikan dasar bagi terwujudnya
jilid II adalah masih terdapat satker yang tidak pengelolaan BMN yang jauh lebih
menyediakan SDM pendamping pada pelaksanaan modern yang antara lain diwujudkan
revaluasi BMN, kendala jarak dan lokasi aset yang dalam penerapan konsep Highest and
sulit untuk dijangkau oleh tim penilai. Best Use (HBU) yaitu penggunaan
dan pemanfaatan terbaik atas BMN
Dampak Positif yang diharapkan dari dengan mempertimbangkan kondisi
Pelaksanaan Penilaian Kembali BMN Jilid II fisik, peraturan dan aspek keuangan
sehingga memberikan hasil yang
Kenaikan nilai koreksi aset tetap pada neraca per 31
paling maksimal yang pada akhirnya
Desember 2017 sebesar 267,77 persen telah menunjukan
memberikan kontribusi terbaik bagi
bahwa selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir,
terselenggaranya pemerintahan dan
nilai aset tetap yang menjadi objek revaluasi BMN jilid
perekonomian nasional.
II telah mengalami peningkatan nilai yang signifikan,
dimana hal ini perlu disajikan di neraca Pemerintah

75
Realisasi APBN s.d. 31 Januari 2017 dan 2018
(dalam miliar rupiah)

URAIAN

A. PENDAPATAN NEGARA
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
a. Pajak Dalam Negeri
b. Pajak Perdagangan Internasional
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
II. HIBAH
B. BELANJA NEGARA
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
1. Belanja K/L
2. Belanja Non /L
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
C. KESEIMBANGAN PRIMER
D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (A-B)
% Surplus / (Defisit) Anggaran thd PDB
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I+II+III+IV+V)


I. PEMBIAYAAN UTANG
II. PEMBIAYAAN INVESTASI
III. PEMBERIAN PINJAMAN
IV. KEWAJIBANKEWAJIBAN PENJAMINAN
V. PEMBIAYAAN LAINNYA
KELEBIHAN / (KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN

76
2017 2018
APBNP Realisasi % thd APBN Realisasi s.d. % thd
s.d. 31 Jan APBNP 31 Jan APBNP
1,736,060.1 88,382.8 5.1% 1,894,720.4 101,360.5 5.3%
1,732,952.0 88,380.6 5.1% 1,893,523.5 101,360.3 5.4%
1,472,709.9 74,027.9 5.0% 1,618,095.5 82,471.4 5.1%
1,436,730.9 71,248.9 5.0% 1,579,395.5 79,297.6 5.0%
35,979.0 2,779.0 7.7% 38,700.0 3,173.8 8.2%
260,242.1 14,352.7 5.5% 275,428.0 18,888.9 6.9%
3,108.1 2.2 0.1% 1,196.9 0.2 0.0%
2,133,295.9 133,260.1 6.2% 2,220,657.0 138,415.4 6.2%
1,366,956.6 57,620.1 4.2% 1,454,494.4 63,776.1 4.4%
798,585.3 15,120.5 1.9% 847,435.2 19,682.1 2.3%
568,371.3 42,499.6 7.5% 607,059.2 44,094.0 7.3%
766,339.3 75,640.0 9.9% 766,162.6 74,639.3 9.7%
706,339.3 75,640.0 10.7% 706,162.6 74,190.4 10.5%
60,000.0 - 0.0% 60,000.0 448.9 0.7%
(178,039.4) (22,248.2) 12.5% (87,329.5) (13,885.3) 15.9%
(397,235.8) (44,877.3) (325,936.6) (37,054.9)
(2.9) (2.2)
397,235.8 82,721.0 20.8% 325,936.6 21,771.0 6.7%
461,343.6 82,092.4 17.8% 399,219.4 21,409.3 5.4%
(59,733.8) - 0.0% (65,654.3) - 0.0%
(3,668.7) 576.6 -15.7% (6,690.1) 327.8 -4.9%
(1,005.4) - 0.0% (1,121.3) - 0.0%
300.0 52.0 17.3% 183.0 33.8 18.5%
- 37,843.7 - (15,283.9)

77
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

78
Halaman ini sengaja dikosongkan
79
A P B N K I TA ( K i n e r j a d a n Fa k t a ) E d i s i F e b r u a r i 2 0 1 8

80

Anda mungkin juga menyukai