MENGGALI
KE(TIDAK)PATUHAN PAJAK
Newsflash Domestic 24
Inside Review 26
Analisis Dampak Penerapan PSAK 30
(sewa) Terhadap Pajak Penghasilan
Atas Transaksi Leasing
Tax Enlightenment 32
Memahami
Inside Event
BENEFICIAL OWNERSHIP; Concept,
34 Ke(tidak)patuhan Pajak 6
History and Recent Development
Inside Court 58
BENEFICIAL OWNERSHIP CASE
Inside Intermezzo 62 52
Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 3
InsideTax MEDIA TREN PERPAJAKAN
INSIDEGREETINGS
Pada edisi kelahiran kembali (reborn) ini, Inside Tax memilih tema
ke(tidak)patuhan pajak sebagai tajuk utama. Inspirasi ini datang dari
diskusi internal ke-14 yang diadakan oleh DANNY DARUSSALAM Tax
Center dengan tema “Tax Non Compliance: Causes, Consequences,
and Cures”. Diskusi tersebut kemudian berkembang dan membuahkan
dua tulisan dari meja redaksi yang menjadi headline Inside Tax kali
ini. Pertama, artikel berjudul “Memahami Ke(tidak)patuhan Pajak”
yang mengulas berbagai perspektif mengapa seseorang mau untuk
membayar pajak atau tidak dan bagaimana perspektif tersebut dapat
diletakkan dalam konteks persoalan di Indonesia. Artikel kedua berjudul
“Kepatuhan Pajak pada Shadow Economy: Relevansi, Konsekuensi,
dan Solusi” yang menyoroti sektor-sektor yang sulit untuk dipajaki atau
sering dikategorikan sebagai shadow economy. Lebih lanjut, artikel
ini juga mengajukan dan membahas beberapa alternatif solusi untuk
B.Bawono Kristiaji
Majalah Inside Tax menerima artikel, berita, saran, surat pembaca, dan siaran pers terkait dengan topik
perpajakan. Materi disertai identitas, alamat, serta foto penulis dan dikirim ke e-mail:
insidetax@dannydarussalam.com.
Wartawan dan staf Majalah Inside Tax selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima
atau meminta imbalan dari narasumber.
Memahami
Ke(tidak)patuhan Pajak
B. Bawono Kristiaji, Toni Febriyanto, dan Yanuar F. Abiyunus1
S
ecara singkat dapat disimpulkan bahwa perspektif economics
of crime hanya terfokus kepada kepatuhan secara paksaan
(enforced compliance) dan mengabaikan aspek kepatuhan
pajak secara sukarela (voluntary compliance).
maka semakin besar pula dorongan 2.2.3. Aspek Demokrasi yang ada di suatu daerah. 28
Wajib Pajak untuk tidak patuh. 21 Dalam Kepatuhan
Pajak 2.2.4. Kepatuhan Pajak
2.2.2. Perlakuan Terhadap Sebagai Norma Sosial
Wajib Pajak Persyaratan konstitusional yang
mendasari proses politik-ekonomi John Cullis, Philip Jones, dan
Keinginan Wajib Pajak untuk juga diduga mempengaruhi tax Alan Lewis memperkenalkan aspek
patuh juga dipengaruhi oleh morale. 25 Kunci dari proses tersebut norma sosial (social norm) untuk
perlakuan ataupun pelayanan yang adalah demokrasi dan desentralisasi menjelaskan kepatuhan pajak. 29
diberikan oleh otoritas pajak. 22 fiskal. Kedua hal tersebut terbukti Menurut mereka, norma seseorang
Semakin baik negara (atau dalam memberikan pengaruh positif yang dapat dipengaruhi oleh norma orang
hal ini diwakilkan oleh otoritas signifikan terhadap kepatuhan lain di sekitarnya ataupun norma
pajak) memperlakukan Wajib Pajak, pajak. 26 yang dianut secara kelompok.
maka semakin tinggi pula dorongan Jika dibandingkan dengan sistem Dalam konteks kepatuhan pajak,
Wajib Pajak untuk patuh. Lalu, politik lainnya, demokrasi merupakan norma seorang Wajib Pajak dapat
perlakuan seperti apakah yang sistem yang lebih kompatibel dengan mempengaruhi norma Wajib Pajak
baik bagi Wajib Pajak? Analisis keterwakilan publik. Partisipasi lainnya. Seorang Wajib Pajak yang
empiris memperlihatkan dua aspek Wajib Pajak dalam pengambilan sebelumnya patuh, jika berada
yang penting, yaitu transparansi keputusan membuat keputusan yang di dalam lingkungan yang tidak
dan kesetaraan derajat. 23 Jika diambil akan lebih diterima Wajib patuh, maka ia akan cenderung ikut
prosedur dalam administrasi Pajak, sehingga Wajib Pajak memiliki tidak patuh karena menyesuaikan
perpajakan dikomunikasikan dengan kecenderungan untuk berkontribusi perilakunya dengan lingkungan
baik kepada Wajib Pajak, motivasi dengan sukarela lewat pajak yang tempat ia berada. Mengapa? Hal
untuk mematuhi pajak akan lebih dipungut oleh negara. 27 ini tidak dapat dilepaskan dari
tinggi. Selain itu, apabila otoritas Lebih lanjut lagi, adanya bagaimana mekanisme norma
memperlakukan Wajib Pajak dengan desentralisasi fiskal dan sifat sosial bekerja, yang mana terdapat
posisi yang lebih inferior, atau otonomi daerah akan menjamin kecenderungan diterimanya
misalkan memperlakukan Wajib proses pengambilan keputusan yang seseorang yang memiliki norma
Pajak dengan perspektif polisi dan demokratis lebih mudah diterapkan yang sama dengan norma suatu
perampok (cops and robbers), maka di skala pemerintahan yang lebih kelompok dan ditolaknya seseorang
Wajib Pajak akan cenderung tidak kecil. Desentralisasi juga terkait yang memiliki norma sosial yang
patuh. dengan proses fiscal exchange berbeda. Dengan demikian, apa
Dengan demikian, justru orientasi yang dapat dianggap suatu hal
24 Lars P. Feld dan Bruno S. Frey, Op.Cit. yang etis bukanlah suatu hal yang
21 Pommerehne, Werner W., Albert Hart, dan Bruno S. Frey 25 Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, Op.Cit., 24. final dan dapat saja berbeda antar
“Tax Morale, Tax Evasion and the Choice of Policy Instruments 26 Benno Torgler, “Tax Morale and Direct Democracy,” European
in Different Political Systems,” Public Finance 49 (Supplement: Journal of Political Economy 21, (2005), 525-531.
Public Finance and Irregular Activities), (1994), 52 – 69. 28 Charles M. Tiebout, “A Pure Theory of Local Expenditures,”
27 Di Swiss, kanton-kanton (wilayah negara bagian) yang lebih
22 Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, Op.Cit., 20. demokratis dalam pengambilan keputusan publik memiliki Journal of Political Economy Vol. 64 No. 5, (Oktober, 1956), 416
23 Bruno S. Frey, “The Role of Deterrence and Tax Morale tingkat kepatuhan pajak yang lebih tinggi. Lihat Pommerehne, – 424.
in Taxation in the European Union,” Jelle Zijlstra Lecture, Werner W., dan Weck-Hannemann, H., “Taxes Rates, Tax 29 John Cullis, Philip Jones, dan Alan Lewis, “Tax Compliance:
Netherlands Institute for Advanced Study in the Humanities and Administration and Income Tax Evasion in Swizterland,” Public Social Norms, Culture and Endogeneity,” International Studies
Social Sciences (NIAS), (2003). Choice 88, (1996), 161-170. Program Working Paper 07-22, (December 2007).
“
sesuai dengan kaidah keilmuan, tidak untuk mendeteksi kecurangan, etika
berlebihan, proporsional, dan adil. dan norma sosial, demokrasi, hingga
Sedangkan trust di sini mengacu kepercayaan terhadap otoritas
Pada intinya, pada suatu kepercayaan yang
berangkat dari pemikiran rasional
pajak. Pada intinya, kepercayaan
(trust) maupun kekuatan (power)
kepercayaan (trust) (reason-based trust) di mana rasa merupakan dua hal yang sama-sama
maupun kekuatan percaya tumbuh akibat pelayanan dibutuhkan. Namun, kombinasi
(power) merupakan yang baik, keterbukaan, dan juga
penilaian tentang seberapa besar
keduanya harus dipadukan dengan
tepat.
dua hal yang sama- manfaat uang pajak akan kembali Di Indonesia, terdapat beberapa
“
sama dibutuhkan. kepada ketersediaan barang publik faktor yang seyogianya berpengaruh
Namun, kombinasi bagi Wajib Pajak.49 pada kemauan Wajib Pajak
untuk tunduk terhadap regulasi
keduanya harus 4. Penutup perpajakan. Faktor-faktor tersebut
dipadukan dengan adalah, namun tidak terbatas
tepat. Pemahaman atas motif pada: kepercayaan yang lemah
serta kondisi yang menyertai akibat adanya kasus korupsi pajak,
ketidakpatuhan pajak dapat tidak idealnya jumlah pegawai
menuntun pemegang kebijakan DJP, pelayanan pajak, rendahnya
untuk menemukan solusi dalam ketersediaan barang publik, serta
mengatasi hal tersebut. Dengan lemahnya transparansi dan corporate
serasi) dengan kepercayaan yang demikian, penelitian mengenai governance. Seluruh faktor tersebut
sudah menjadi komitmen. Sehingga, mengapa orang tidak patuh dalam membuktikan bahwa kepercayaan
sedikit saja kadar kekuatan (power) membayar pajak pada dasarnya terhadap pemerintah/otoritas pajak
otoritas pajak muncul, justru hanya sama pentingnya dengan penelitian serta kekuatan untuk menegakkan
akan mengakibatkan “terpelesetnya” mengenai bagaimana kebijakan aturan merupakan dua hal yang
tingkat kepatuhan pajak ke tingkat yang tepat untuk meningkatkan harus sama-sama diperjuangkan.
yang lebih rendah. penerimaan pajak di suatu negara. Mencari kombinasi yang tepat untuk
Kebijakan perpajakan seharusnya Dari pembahasan sebelumnya, mewujudkan voluntary maupun
dapat menciptakan saling sinerginya telah kita ketahui bahwa kepatuhan enforced compliance merupakan
power dan trust untuk meningkatkan pajak adalah suatu hal yang sifatnya tantangan, tidak hanya bagi DJP,
kepatuhan pajak (service climate). tidak menentu karena dipengaruhi namun juga institusi pemerintah
Power di sini bukanlah kekuatan yang berbagai faktor, mulai dari kekuatan lainnya. Pertanyaan yang tersisa
bersifat koersi (menekan atau dengan yang dimiliki oleh otoritas pajak hanyalah, seberapa besar komitmen
paksaan), namun lebih kepada pemerintah Indonesia untuk
legitimate power yang bersifat tegas, 49 Lihat Katharina Gangl, Eva Hofmann, dan Eric Kirchler, Op.Cit. menjawab tantangan tersebut.
14
“ Pemahaman atas motif serta kondisi yang menyertai
ketidakpatuhan pajak dapat menuntun pemegang kebijakan
untuk menemukan solusi dalam mengatasi hal tersebut.
Kepatuhan Pajak
pada Shadow Economy
Relevansi, Konsekuensi, dan Solusi
S
Ganda Christian Tobing 1 ecara umum, terdapat dua konsep utama dari
fair share dalam sistem perpajakan, yaitu: (i)
unsur keadilan dalam distribusi beban pajak;
dan (ii) unsur keadilan terhadap manfaat yang
diberikan oleh pemerintah kepada seseorang atas
pajak yang dibayarnya.
1. Pendahuluan perpajakan, yaitu: (i) unsur keadilan Di sisi lain, free rider dalam
dalam distribusi beban pajak; dan sistem perpajakan dapat terjadi
Dari sejarahnya, pajak telah (ii) unsur keadilan terhadap manfaat apabila terdapat pihak-pihak
dikenal sekian ribu tahun sebagai yang diberikan oleh pemerintah yang memperoleh atau menerima
bentuk pungutan oleh penguasa kepada seseorang atas pajak yang penghasilan yang jumlahnya melebihi
terhadap rakyatnya. 2 Umur pajak dibayarnya. 5 Dalam rangka melihat penghasilan tidak kena pajak,
itu sendiri dapat dipersamakan kaitan antara fair share dan free namun tidak membayar pajak atas
dengan umur dari permasalahan rider dalam sistem perpajakan, penghasilannya tersebut. Misalnya,
ketidakpatuhan pajak. 3 Dalam maka pada bagian ini penulis akan seorang pekerja pabrik yang telah
sistem perpajakan yang modern, membatasi penjelasan hanya dari membayar pajak melalui pemotongan
perilaku ketidakpatuhan ini tentunya sisi unsur keadilan dalam distribusi penghasilan yang dilakukan oleh
tidak dapat dibenarkan begitu saja beban pajak. perusahaan tempatnya berkerja. Jika
mengingat perilaku ini berpotensi Langkah awal untuk menentukan pekerja pabrik tersebut dibandingkan
mencederai prinsip integritas dalam unsur keadilan dalam distribusi dengan seorang yang melakukan
sistem perpajakan, di mana setiap beban pajak adalah menentukan usaha dagang namun tidak membayar
pihak diminta untuk berkontribusi siapa pihak yang harus menanggung pajak meskipun penghasilannya
kepada negara sesuai dengan biaya pengadaan barang dan fasilitas melebihi penghasilan tidak kena
kemampuan mereka (paying their publik. Misalnya, dalam sistem pajak, maka kelompok ini dapat
fair share) sehingga tidak ada satu pemajakan atas penghasilan orang dikategorikan sebagai free rider.
kelompok pun yang menjadi free- pribadi, di mana penentuan pihak Istilah free rider disematkan karena
rider dalam masyarakat.4 yang menanggung biaya pengadaan orang tersebut ikut menikmati barang
Lalu, bagaimana kaitan antara barang publik dan fasilitas publik dan fasilitas publik yang dibiayai
fair share dan pengaruh free rider ini mengadopsi prinsip horizontal dari pajak tetapi tidak berpartisipasi
dijabarkan dalam sistem perpajakan? equity. Dalam prinsip ini, setiap menanggung pengadaan barang dan
Secara umum, terdapat dua konsep orang diberikan ambang batas 6 fasilitas publik, meskipun memiliki
utama dari fair share dalam sistem kemampuan membayar pajak yang kemampuan untuk itu.
jumlahnya sama, sehingga barang Keberadaan free rider ini tentunya
siapa yang jumlah penghasilannya dapat merugikan sistem perpajakan
1 Manager, Tax Research and Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax
Center. melebihi ambang batas tersebut dan dapat mendorong Wajib Pajak
2 Lihat Charles Adams, For Good and Evil: The Impact of Taxes on the Course of diwajibkan membayar pajak. Setelah yang patuh menjadi tidak patuh. Oleh
Civilization (Maryland: Madison Books, 2001); Ferdinand H.M. Grapperhaus, itu, besaran kontribusi mereka karena itu, dalam rangka menuju
Taxes Through the Ages: A Pictorial History (Amsterdam: IBFD, 2009); David F.
ditentukan dengan menerapkan kepada distribusi beban pajak
Burg, A World History of Tax Rebellions (New York: Routledge, 2004).
prinsip vertical equity melalui yang berkeadilan dan menghindari
3 James Andreoni, Brian Erard, dan Jonathan Feinstein, “Tax Compliance,”
Journal of Economic Literature Vol. XXXVI, (Juni 1998): 818.
penerapan tarif progresif. dampak dari keberadaan free rider
4 Valerie Braithwaite, Friedrich Schneider, Monika Reinhart, dan Kristina
dalam sistem perpajakan, maka
Murphy, “Charting the Shoals of Cash Economy,” dalam Taxing Democracy: 5 Michael Wenzel, “Tax Compliance and the Psychology of Justice,” dalam otoritas pajak dapat berperan untuk
Valerie Braithwaite, Ibid., 49.
Understanding Tax Avoidance and Evasion, ed. Valerie Braithwaite (Aldershot: menciptakan norma sosial dalam
Ashgate Publishing, 2003), 100-101. 6 Berupa penghasilan tidak kena pajak maupun personal relief lainnya.
masyarakat dengan memastikan alokasi penerimaan dan distribusi yang sering dipersamakan dengan
besaran kontribusi yang fair bagi penghasilan.10 shadow economy adalah underground
setiap individu dalam masyarakat. Dalam artikel ini, penulis economy, informal economy, parallel
Cara yang dapat digunakan akan mengkaji fenomena shadow economy, black economy, hidden
oleh otoritas pajak untuk economy dan dampaknya terhadap economy, irregular economy, second
mengukur distribusi beban pajak ketidakpatuhan pajak. Setelah itu, economy, unobserved economy,
yang berkeadilan dan sekaligus turut dibahas juga tindakan yang unofficial economy atau juga cash
mengukur tingkat kepatuhan adalah dapat ditempuh oleh otoritas pajak economy. Permasalahan yang
mengestimasi besarnya tax gap dalam mengelola kepatuhan pajak pertama kali timbul dalam mengukur
dalam sistem perpajakan. Tax gap pada individu dalam aktivitas seberapa besar dampak fenomena
dapat diartikan sebagai perbedaan shadow economy. Diharapkan ini terletak pada definisinya.
antara jumlah aktual pajak yang artikel ini dapat menjernihkan Definisi yang digunakan oleh
dipungut dan jumlah potensi pajak pemahaman terhadap pengertian banyak peneliti di bidang ini
yang seharusnya dapat dipungut.7 shadow economy, menjelaskan bervariasi antara satu dengan lainnya
Di banyak negara, komponen hubungan antara shadow economy dan sangat bergantung pada metode
terbesar dari total tax gap berasal dengan ketidakpatuhan pajak dan atau indikator yang digunakan. Salah
dari aktivitas shadow economy. 8 mampu memberikan rekomendasi satu definisi yang umum digunakan
Banyak di antara para individu bagi otoritas pajak dalam menggali adalah definisi yang diberikan oleh
dalam aktivitas shadow economy potensi pajak dari aktivitas shadow Schneider dan Enste. Menurut
ini yang tidak terdaftar sebagai economy. mereka, shadow economy dapat
Wajib Pajak sehingga memperlebar diartikan sebagai semua aktivitas
jarak antara jumlah Wajib Pajak 2. Relevansi Shadow ekonomi yang berkontribusi terhadap
yang terdaftar dan yang potensial perhitungan Produk Nasional Bruto
terdaftar.9 Di samping itu, beberapa
Economy terhadap Sistem
maupun Produk Domestik Bruto
analis kebijakan publik berpendapat Perpajakan tetapi aktivitas tersebut sama sekali
bahwa keberadaan aktivitas shadow tidak terdaftar.12
economy ini berdampak signifikan 2.1. Pengertian Shadow
pada perekonomian suatu negara, Economy Working Paper Brazilian Institute of Ethics in Competition, (Maret 2002): 2; Lihat
tingkat penerimaan pajak di juga Philipe Adair, “The Non-Observed Economy in the European Union
negara tersebut, efisiensi dalam Fenomena shadow economy telah Countries (EU-15): A Comparative Analysis of Estimates,” dalam Tax Evasion
menarik perhatian para akademisi dan and the Shadow Economy, ed. Michael Pickhardt dan Aloys Prinz (Cheltenham:
Edwar Elgar Publishing Ltd, 2012), 90-91.
organisasi internasional sejak tahun
12 Friedrich Schneider dan Dominik H. Enste, “Shadow Economies: Size,
7 Simon James, John Hasseldine, Peggy Hite dan Marika Toumi, “Developing 1970-an.11 Beberapa terminologi Causes and Consequences,” Journal of Economic Literature Vol. XXXVIII,
a Tax Compliance Strategy for Revenue Services,” Bulletin for International
(Maret 2000): 78; Lihat juga Edgar L. Feige, The Underground Economies: Tax
Taxation, IBFD, (April 2001): 161.
Evasion and Information Distortion (New York: Cambridge University Press,
8 Barrie Russell, “Revenue Administration: Managing the Shadow Economy,” 10 James Alm, Jorge Martines-Vasques dan Sally Wallace, “Introduction to the 1989); UN Commission for Europe, “Non Observed Economy in National
Technical Notes and Manuals International Monetary Fund, (Juni 2010): 1. Volume,” dalam Taxing the Hard-to-Tax, ed. James Alm, Jorge Martines-Vasques Accounts,” United Nation Publication, (2008); Rolf Mirus dan Roger H. Smith,
9 Seth Terkper, “Managing Small and Medium-Size Taxpayers in Developing dan Sally Wallace (Amsterdam: Elsevier BV, 2004), 3. “Canada’s Underground Economy: Measurement and Implications,” dalam
Economies,” Tax Notes International, (Januari 2003): 211. 11 Vito Tanzi, “The Shadow Economy, It’s Causes and It’s Consequence,” The Underground Economy: Global Evidence of its Size and Impact, ed. Owen
13 OECD, Measuring the Non-Observed Economy: A Handbook (Paris: OECD 14 Darussalam, “Mendongkrak Pajak dari Underground Economy,” Investor 15 OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the
Publication, 2002), 13-14. Daily, 21 Maret 2011. Underground Economy,” Op.Cit., 6.
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-
Rata
19,7 19,4 19,4 19,3 19,1 18,8 18,6 18,3 17,9 18,9
(dalam persentase)
Sumber: Friedrich Schneider, Andreas Buehn dan Claudio E. Montenegro, “Shadow Economies All Over the World: New Estimates for 162 Countries from 1999 to 2007,” Background Paper for Policy Research Working Paper 5356 World Bank, (2010):
45. Bandingkan dengan data transaksi shadow economy pada negara berkembang yang mencapai 35-44% antara tahun 1988-2000 dalam Friedrich Schneider dan Dominik Enste, “Hiding in the Shadows: The Growth of the Underground Economy,”
International Monetary Fund, (2002).
16 Lihat penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 digunakan dalam mengestimasi shadow economy, lihat Friedrich Schneider
2008 tentang Pajak Penghasilan: “…Pajak dikenakan atas setiap tambahan disebutkan di atas bahwa terdapat Owen Lippert dan Michael Walker, “The Underground Economy: Global
kemampuan ekonomis…dari manapun asalnya…”; Lihat juga, Boris I. Bittker, berbagai indikator yang digunakan Evidence of its Size and Impact”, (Vancouver: The Fraser Institute, 1997); Edgar
L. Feige, Op.Cit.
“Taxing Income from Unlawful Activities,” Faculty Scholarship Series Paper
2289, (1974). Dapat diakses pada http://digitalcommons.law. yale.edu/
untuk mengestimasi ukuran shadow 18 Data dari Badan Pusat Statistik, dapat diakses pada: http://www.bps.go.id/
fss_papers/2289. tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11¬ab=1
O
toritas pajak disarankan untuk mengembangkan strategi
kepatuhan yang terintegrasi yang berfokus kepada penelitian
terhadap penyebab ketidakpatuhan, meningkatkan kegiatan
asistensi, mendorong kepatuhan individu yang terlibat
aktivitas shadow economy serta penegakan hukum terhadap
individu yang tidak patuh.
tidak tercatat dalam official economy i. Sifat dari aktivitas shadow otoritas pajak adalah sebagai berikut.
tidak terbebani dengan kewajiban economy yang tersebar dan
tersebut. Padahal, kedua individu tersembunyi membuat individu 3.1. Melakukan Penelitian
tersebut sama-sama mendapatkan yang terlibat di dalamnya sulit terhadap Area-Area pada
manfaat dari penyediaan barang untuk terdeteksi. Aktivitas Shadow Economy
publik oleh pemerintah yang dibiayai ii. Kesulitan dalam
dari pajak. mengidentifikasi target Dengan cakupan aktivitas
Selain itu, aktivitas shadow penerimaan dari aktivitas ini. shadow economy sebagaimana
economy ini akan berdampak iii. Individu yang terlibat dalam dijelaskan di atas, maka langkah
pada kecenderungan pemerintah aktivitas shadow economy ini pertama yang perlu dilakukan adalah
untuk menaikkan tarif pajak dalam tidak memiliki pembukuan mengkategorikan sektor-sektor
rangka menutup kekurangan dana maupun pencatatan yang yang memiliki aktivitas shadow
dalam penyediaan barang publik.19 cukup memadai. economy yang besar. Otoritas pajak
Kenaikan tarif pajak ini tentunya iv. Meskipun individu dalam di Kanada (CRA) telah melakukan
hanya akan berdampak pada mereka aktivitas shadow economy pengkategorian ini dan hasilnya
yang membayar pajak, bukan pada terdeteksi, namun terdapat dapat dilihat pada Tabel 4.
mereka yang terlibat dalam aktivitas kesulitan dalam memastikan Melakukan penelitian terhadap
shadow economy. Kenaikan tarif jumlah pendapatan yang tidak sektor-sektor yang termasuk dalam
pajak dan dampaknya tersebut dilaporkan oleh mereka. shadow economy akan memudahkan
mencerminkan distorsi dalam v. Meskipun jumlah pendapatan otoritas pajak untuk mengetahui
sistem perpajakan. Hal ini juga yang tidak dilaporkan individu yang terlibat dalam aktivitas
akan berpengaruh pada investasi dapat ditetapkan, namun ini sekaligus bermanfaat dalam
asing, karena investasi asing terdapat kesulitan dalam memahami perilaku ketidakpatuhan
merupakan bagian dari Wajib Pajak mengumpulkan pajak yang mereka. Selain itu, dari penelitian
yang mendapat fokus besar dari harus dibayar, dan sanksi tersebut, otoritas pajak juga dapat
pemerintah dalam membayar pajak, administrasi lainnya. mengetahui besaran peredaran usaha
sehingga besarnya shadow economy vi. Mengatasi ketidakpatuhan mereka, jumlah pekerja, aset dan
yang berdampak pada kenaikan tarif pada shadow economy peredaran usahanya. Data tersebut
pajak dapat berpengaruh besar pada tidak memberikan jaminan dapat digunakan untuk menyusun
investasi dari luar negeri. ketidakpatuhan tersebut tidak benchmark bagi setiap sektor-sektor
terulang lagi. yang terlibat dalam shadow economy.
3. Pengelolaan Kepatuhan vii. Wajib Pajak patuh yang merasa Dengan begitu, otoritas pajak dapat
bahwa shadow economy tidak memetakan risiko ketidakpatuhan
Pajak pada Shadow
ditangani dengan benar oleh pada sektor-sektor tersebut.
Economy melalui Langkah otoritas pajak dapat merespon
Administratif tindakan tersebut dengan
menjadi kurang patuh. 3.2. Berkerjasama dengan
Tantangan untuk meningkatkan institusi pemerintahan
penerimaan pajak dari aktivitas Untuk menghadapi tantangan lainnya
shadow economy menjadi perhatian tersebut, otoritas pajak disarankan
besar otoritas pajak di banyak untuk mengembangkan strategi Kerjasama dengan badan
negara berkembang. 20 Pada kepatuhan yang terintegrasi pemerintah lainnya dapat dilakukan
umumnya, tantangan yang dihadapi yang berfokus kepada penelitian dengan formalisasi usaha non-formal
oleh otoritas pajak adalah sebagai terhadap penyebab ketidakpatuhan, dalam skala kecil, saling menukarkan
berikut: 21 meningkatkan kegiatan asistensi, database informasi, program
mendorong kepatuhan individu yang integrasi single identity, keterlibatan
terlibat aktivitas shadow economy dalam pemberantasan tindakan
19 Vito Tanzi, Op.Cit., 11. serta penegakan hukum terhadap penyelundupan dan kriminal lainnya,
20 Barrie Russell, Op.Cit.,3. individu yang tidak patuh. Langkah- dan lain sebagainya.
21 OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the langkah yang dapat ditempuh oleh
Underground Economy,” Op.Cit., 4.
22 Richard M. Bird dan Sally Wallace, “Is It Really so Hard to Tax the Hard-to-
Compliers
Tax? The Context and Role of Presumptive Taxes,” dalam ed. James Alm, Jorge
Martines-Vasquez dan Sally Wallace , Op.Cit.,126.
23 Victor Thuronyi, “Presumptive Taxation,” dalam Tax Law Design and
Drafting, ed. Victor Thuronyi (Washington: International Monetary Fund,
Sumber: OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the Underground Economy”, Information Note (Januari 2012): 26.
1996), 402.
menggunakan metode lainnya atau Pajak, sehingga dengan telah 28 Jacques Malherbe, Ibid., 225.
tercatatnya data kekayaan Wajib 29 James Alm, “Tax Policy Analysis: The Introduction of a Russian Tax
25 Victor Thuronyi, Op.Cit., 119. Amnesty,” Working Paper 98-6, Andrew Young School of Policy Studies, (1998): 5.
“ T
ujuan utama pengampunan pajak adalah untuk
menjaring data kekayaan Wajib Pajak, sehingga
dengan telah tercatatnya data kekayaan Wajib Pajak
dalam sistem administrasi perpajakan, maka sulit bagi
Wajib Pajak untuk mengelak melaksanakan kewajiban
perpajakannya di masa yang akan datang. (Darussalam)
“
tetap diwajibkan membayar pokok individu dalam melaksanakan diperlukan untuk menjaring data
pajak dengan menggunakan tarif kewajiban perpajakannya dan ikut aktivitas shadow economy ke dalam
umum yang berlaku pada saat berpartisipasi dalam pembiayaan sistem administrasi perpajakan.
pengampunan pajak diberikan. barang dan fasilitas publik. Oleh Masuknya data transaksi pada
Pemerintah India juga menggunakan karena itu, diperlukan penelitian aktivitas shadow economy ke dalam
kampanye media dan selebriti mengenai besaran tax gap untuk administrasi perpajakan dapat
terkenal untuk mengenalkan program memetakan tingkat kepatuhan digunakan untuk memonitor dan
pengampunan pajak ini kepada sukarela dan distribusi beban pajak mereduksi risiko ketidakpatuhan
masyarakat luas. dalam masyarakat. Dengan angka sehingga Wajib Pajak tidak dapat
Variasi lain dari pengalaman potensi pajak dari aktivitas shadow mengelak dalam melaksanakan
kebijakan pengampunan pajak di economy, otoritas pajak dapat kewajiban perpajakannya.
berbagai negara adalah kebijakan mereduksi besaran tax gap tersebut Pemerintah juga dapat
pengampunan pajak di Afrika sekaligus menciptakan pembayaran mempertimbangkan kebijakan
Selatan yang didesain khusus pajak sebagai norma sosial dalam pengampunan pajak dengan tujuan
untuk usaha kecil. 30 Tujuan dari masyarakat. untuk memperoleh data perpajakan
pengampunan pajak bagi usaha Mengingat peningkatan jumlah yang lebih luas selain tentunya
kecil ini adalah memperluas basis PDB Indonesia dari tahun ke tahun, untuk meningkatkan penerimaan
pemajakan, meningkatkan budaya maka ke depan angka transaksi negara. Terlepas dari kelemahan
kepatuhan, dan memfasilitasi usaha pada aktivitas shadow economy ini maupun kekuatan yang melekat
kecil ini dalam sistem perpajakan. berpotensi untuk terus bertambah. padanya, di masa yang akan datang,
Pengampunan diberikan untuk usaha Keberadaan shadow economy ini kebijakan pengampunan pajak dapat
kecil yang belum terdaftar dalam dalam sistem perpajakan akan terus digunakan untuk menciptakan sistem
sistem administrasi perpajakan memperlebar tax gap dan seterusnya perpajakan yang fair, meningkatkan
maupun usaha kecil yang telah akan mendistorsi sistem perpajakan kepatuhan sukarela dan dalam
terdaftar namun tidak melaporkan jika tidak ada tindakan konkret yang jangka panjang dapat meningkatkan
seluruh penghasilannya. dilakukan untuk mengelola isu ini. penerimaan negara.
Potensi pajak yang tidak tergali dari
5. Penutup aktivitas ini juga akan mengurangi
kualitas dari penyediaan barang
Memastikan setiap orang publik yang didanai dari pajak. Selain
berkontribusi sesuai dengan itu, aktivitas ini juga akan berdampak
kemampuan mereka merupakan pada makroekonomi serta tingkat
fungsi otoritas pajak dalam kepercayaan masyarakat kepada
menciptakan distribusi beban pemerintah.
pajak yang berkeadilan. Untuk itu, Dalam jangka pendek kebijakan
otoritas pajak harus mendorong pemajakan atas aktivitas
kepatuhan sukarela dari setiap shadow economy tidak langsung
menghasilkan banyak penerimaan,
30 Jacques Malherbe, Op.Cit., 229.
namun langkah administratif tetap
image
kewenangan agar tidak terjadi
Usulan pengenaan cukai pada telepon seluler
kekosongan kewenangan
merupakan opsi alternatif atas rencana cukai pada
pengelolaan Pajak Bumi dan
pulsa. Artinya, pemerintah nanti akan memilih salah
Bangunan di daerah tersebut
satu dari obyek di atas untuk dikenai cukai, atau tidak
tengah dipertimbangkan.
sama sekali, keputusannya nanti diputuskan di DPR.
Direktur Eksekutif Komite
Pemerintah menilai telepon seluler merupakan
Pemantauan Pelaksana
barang mewah dan kebanyakan masih impor. Namun
Otonomi Daerah (KPPOD)
produk tersebut tidak dapat dikenakan bea masuk
Robert Endi Jaweng, di Jakarta, Rabu (20/2), menyatakan,
maupun Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) karena
tidak gampang mendorong daerah untuk cepat menyiapkan
terganjal konvensi internasional. Kalau dikenakan cukai
diri menyelesaikan peraturan daerah (perda) tentang Pajak
masih memungkinkan.
Bumi dan Bangunan (PBB). Perda tersebut merupakan dasar
Selain itu, aspek kesehatan menjadi alasan
hukum bagi daerah untuk memungut PBB.
pengenaan cukai
Wacana yang muncul, antara lain, dengan menerbitkan
telepon seluler. Menurut
peraturan pemerintah yang intinya memperpanjang
pemerintah penggunaan
kewenangan Ditjen Pajak untuk memungut PBB sektor
telepon seluler dalam
Pedesaan dan Perkotaan sampai pemda siap. Hal ini masih
jangka panjang dapat
terus dibahas.
merusak kesehatan
Kewenangan pemungutan PBB pedesaan dan perkotaan
seperti memicu kanker
selama ini berada di Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan
otak dan tumor sel saraf
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
pendengaran.
Daerah dan Retribusi Daerah, kewenangan pemungutan
PBB akan dilimpahkan ke pemerintah daerah paling lambat
31 Desember 2013.
K
onvergensi Pernyataan sesuai substansi ekonomi, tidak keuangan akan meningkat karena
Standar Akuntansi didasarkan pada ketentuan detail telah mengadopsi International
Keuangan (PSAK) ke dalam atribut kontrak perjanjian, Accounting Standards (IAS) sehingga
International Financial sedangkan standar yang rule based laporan keuangan perusahaan di
Reporting Standards memuat ketentuan pengakuan suatu negara akan lebih mudah
(IFRS) resmi dicanangkan akuntansi secara detail. Keunggulan dibandingkan dengan laporan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) penggunaan pendekatan principle keuangan perusahaan perusahaan di
pada tanggal 23 Desember 2008. based ini adalah menghindari negara lain dengan adanya standar
Sebagai bagian dari konvergensi dibuatnya perjanjian atau transaksi yang telah dikonvergensi. 5
PSAK ke IFRS tersebut, pada tanggal mengikuti peraturan dalam konsep Dalam pelaksanaan Standar
27 Juni 2007 Dewan Standar pengakuan. Dengan adanya Akuntansi Keuangan (SAK) yang
Akuntansi Keuangan – Ikatan standar yang principle based maka sudah dikonvergensi ke IFRS, DSAK
Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) telah perusahaan harus membuat judgment bekerjasama dengan regulator (dalam
mengesahkan perubahan PSAK yang tepat atas suatu transaksi untuk konteks ini, regulator di bidang
30 tahun 1994 tentang Akuntansi menentukan substansi ekonominya perpajakan) agar standar tersebut
Sewa Guna Usaha menjadi PSAK sehingga dapat menentukan dapat dilaksanakan secara konsisten.
30 (Revisi 2007) tentang Sewa standar yang tepat atas transaksi Perubahan pengaturan pada PSAK
yang berlaku efektif sejak 1 Januari tersebut.4 Meskipun perubahan 30 terkait dengan konvergensi
2008. Berikutnya PSAK 30 (Revisi pendekatan dari rule based menjadi ke IFRS ini juga akan berdampak
2007) pada tanggal 29 November principle based ini menimbulkan pada perpajakan khususnya Pajak
2011 digantikan oleh PSAK 30 implikasi perubahan yang bersifat on Penghasilan. Hal ini disebabkan
(Revisi 2011) 3 tentang Sewa yang balance sheet yang mungkin tidak karena eratnya hubungan laporan
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari diharapkan oleh perusahaan karena keuangan komersial perusahaan
2012. akan mempengaruhi penilaian analis dengan laporan keuangan fiskal.
Konvergensi PSAK 30 ke IFRS atas kinerja perusahaan, namun Dalam Penjelasan Pasal 28
menimbulkan perubahan pendekatan perubahan ini akan meningkatkan ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983
yang semula rule based menjadi transparansi dan akuntabilitas tentang Ketentuan Umum dan Tata
principle based. Standar yang perusahaan, karena pembaca Cara Perpajakan sebagaimana telah
menggunakan principle based laporan keuangan menjadi lebih jelas diubah terakhir dengan UU Nomor
mengatur prinsip pengakuan saat melihat besarnya liabilitas yang 28 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
ditanggung perusahaan, termasuk pembukuan merupakan dasar
1 Alumni Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi pihak perbankan dan calon investor. penghitungan pajak yang terutang.
UI. Selain itu keterbandingan laporan
2 Dosen di Fakultas Ekonomi UI. 5 Wasilah, “PSAK 30 (Revisi 2007) Tentang Sewa dan Studi
3 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan 4 Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, dkk, Akuntansi keuangan Kasus Penerapan di Sebuah Perusahaan,” Economic Business and
Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30: Sewa menengah berbasis PSAK: Buku 1 (Jakarta: Penerbit Salemba Accounting Review Vol III, no. 2 (Depok: Departemen Akuntansi
(Revisi 2011) (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). Empat, 2012). FE UI, 2010).
Lessor merupakan pihak Lessor adalah perusahaan Direct money cost merupakan
yang memiliki aset yang pembiayaan atau perusahaan biaya-biaya uang tunai yang
Pengertian memberikan hak untuk sewa guna usaha yang telah dikeluarkan oleh Wajib Pajak
Lessor menggunakan aset tersebut memperoleh izin dari Menteri untuk memenuhi kewajiban pajak.
kepada lessee dalam periode Keuangan dan melakukan
waktu yang disepakati. kegiatan sewa guna usaha. Dengan adanya perubahan PSAK
30 sehubungan dengan konvergensi
Lessee adalah perusahaan ke IFRS maka Wajib Pajak harus
atau perorangan yang mengeluarkan biaya tambahan
menggunakan barang
Lessee merupakan pihak modal dengan pembiayaan misalnya untuk training atau seminar
yang menerima hak untuk dari lessor. Syaratnya, atau untuk membayar konsultan
Pengertian menggunakan suatu aset perusahaan atau perorangan
Lessee pajak agar mendapatkan advice
dalam periode waktu yang tersebut telah memiliki terkait perlakuan perpajakan yang
disepakati. NPWP, mempunyai kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan tepat atas transaksi yang dilakukan
bebas. Wajib Pajak.
3. Harmonisasi Peraturan
pembayaran angsuran Perpajakan
lease (angsuran pokok dan
Pengakuan
beban pembayaran bunga)
Beban oleh Antara laporan keuangan
operating lease beban penyusutan setelah
Lessee komersial dan laporan keuangan
menggunakan opsi membeli
fiskal terdapat perbedaan tujuan
penyusunan. Laporan keuangan
bertujuan umum (laporan keuangan
komersial) pada dasarnya bertujuan
untuk untuk memberikan informasi
Pengakuan mengenai posisi keuangan, kinerja,
seluruh pembayaran
Penghasilan imbalan jasa finance lease dan perubahan dari posisi keuangan
operating lease
oleh Lessor perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar pengguna
laporan keuangan dalam membuat
beban penyusutan tidak ada beban keputusan ekonomi. 8 Sedangkan
Pengakuan tidak ada cadangan penyusutan laporan keuangan fiskal ditujukan
Beban oleh penghapusan piutang cadangan penghapusan untuk menghitung penghasilan
Lessor ragu-ragu piutang ragu-ragu atau rugi neto fiskal. Demikian
juga dengan dasar penyusunannya,
apabila laporan keuangan komersial
disusun berdasarkan SAK, di lain
pihak laporan keuangan fiskal
Pemotongan disusun berdasarkan ketentuan
dikenakan pemotongan tidak dikenakan
PPh Pasal 23 peraturan perpajakan. Perlu
PPh Pasal 23 pemotongan PPh Pasal 23
oleh Lessee diingat bahwa dalam penetapan
peraturan perpajakan selain
Sumber: diolah peneliti. 8 Richard G Schroeder, Myrtle W. Clark, dan Jack M. Cathey,
Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases 9th
Edition (USA: John Wiley & Sons, Inc.,2009).
S
elain pertimbangan pada tax compliance
cost , harmonisasi peraturan perpajakan
dengan SAK ini juga harus memperhatikan
asas kepastian (certainty) dalam
pemungutan pajak.
UANG
Alur administrasi pelaporan SPT
PAJAK
Wajib Pajak
yang memenuhi
syarat subjektif
dan objektif www.pajak.go.id
1
Mendaftarkan diri
2
BIAYA APAPUN.
3 4
Jika terdapat pajak yang masih harus
dibayar, WP harus menyetorkannya Dari bank persepsi atau kantor pos tersebut, uang yang telah
dengan menggunakan Surat Setoran disetorkan akan masuk ke kas negara. Perlu ditekankan bahwa uang
Pajak (SSP) ke bank persepsi atau yang masuk disetorkan ke bank persepsi, lalu dari bank persepsi ke kas
kantor pos. negara. Uang pajak sama sekali tidak melalui kantor pajak.
5
Tidak semua bank umum atau kantor
pos dapat menjadi bank /pos persepsi. Uang pajak yang terkumpul merupakan sumber penerimaan negara
Penunjukan sebagai bank /pos persepsi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN
dilakukan oleh Menteri Keuangan. merupakan rincian pendapatan dan belanja negara dalam satu tahun
Dalam situs www.pajak.go.id terdapat dimana uang negara dialokasikan ke berbagai sektor. APBN merupakan
lebih dari 60 bank (tidak termasuk Rancangan Undang-Undang tentang APBN (RUU APBN) yang diajukan
cabangnya) yang ditunjuk sebagai bank oleh pemerintah dan kemudian disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
persepsi di seluruh Indonesia. (DPR)
6
Kantor
Pos
7
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RUU APBN.
• Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan Setelah melaporkan SPT secara
kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU lengkap, Wajib Pajak akan menerima
APBN tahun berikutnya. tanda terima penyampaian SPT.
BENEFICIAL OWNERSHIP
Concept, History, and Recent Development
Di awal tahun ini, tepatnya beneficial ownership tetap tidak jelas dapat langsung digunakan. Hal ini
tanggal 29 Januari 2013, DANNY dan selalu diperdebatkan. Meski dikarenakan tax treaty merupakan
DARUSSALAM Tax Center telah dimasukkan selama 30 tahun bagian dari hukum perjanjian
mengadakan seminar dengan topik lebih, OECD Model tidak pernah internasional yang prinsip-prinsip
“BENEFICIAL OWNERSHIP (Concept, memberikan definisi yang pasti dari interpretasinya diatur dalam Vienna
History, and Recent Development)”. beneficial ownership. Convention on the Law of Treaties
Pembicara dalam seminar ini adalah (VCLT).
G. C. Tobing dan Yusuf W. Ngantung, Konsep Beneficial Ownership
dengan keynote speaker Darussalam. Prinsip umum interpretasi dalam
Seminar ini berlangsung pada pukul Ketentuan pemajakan atas VCLT menjelaskan bahwa ketentuan
09.00-16.00 WIB di Training Room dividen, bunga dan royalti dalam dalam tax treaty harus dijalankan
DANNY DARUSSALAM Tax Center. tax treaty mensyaratkan penerima dengan itikad baik (good faith),
penghasilan sebagai beneficial diartikan menurut pengertian umum
INTI BAHASAN DALAM owner agar dapat menikmati fasilitas (ordinary meaning) dan konteks-
SEMINAR penurunan tarif yang disediakan nya, dan dikaitkan dengan tujuan
oleh tax treaty tersebut. Karenanya, diadakannya tax treaty. Lebih lanjut,
Sejarah Beneficial Ownership pemahaman tentang konsep para ahli perpajakan internasional
beneficial owner sangatlah penting. menerangkan bahwa OECD
“To understanding the present, Commentary merupakan bagian dari
you must know the past”. Konsep Menurut Pasal 3 Ayat (2) OECD konteks sebagaimana yang dimaksud
beneficial ownership pertama kali Model, suatu istilah yang tidak dalam Pasal 31 VCLT.
dikenal dalam hukum tanah di didefinisikan dalam tax treaty
Inggris (common law). Pada tahun dapat menggunakan pengertian OECD Commentary tidak
1966, konsep beneficial ownership berdasarkan ketentuan domestik menjelaskan pengertian dari
dimasukkan ke dalam Protokol Tax dari kedua negara yang mengadakan istilah beneficial owner. Namun,
Treaty antara Inggris dan Amerika tax treaty sepanjang konteks dari commentary hanya menyebutkan
Serikat. Kemudian, delegasi Inggris istilah tersebut tidak menyatakan bahwa perusahaan conduit
mengajukan agar istilah beneficial hal lain. Jadi, walaupun definisi dari dikecualikan dari pengertian
owner ini dimasukkan ke dalam OECD beneficial owner tidak dijelaskan beneficial owner karena hanya
Model. Pada tahun 1977, konsep secara langsung dalam pasal- memiliki kekuasaan yang kecil saja
beneficial ownership pertama kali pasal di OECD Model, tidak serta terhadap penghasilan yang dia
dimasukkan ke dalam OECD Model. merta berarti pengertian beneficial peroleh.
Namun, sampai saat ini makna dari owner menurut ketentuan domestik Untuk memahami pengertian
beneficial owner, kita dapat merujuk ditarik kesimpulan bahwa hanya Beberapa ahli juga memberikan
dari contoh sengketa hukum yang dalam kondisi perusahaan perantara pendapatnya mengenai masalah
telah diputuskan oleh pengadilan tidak mempunyai kekuasaan dan ini, misalnya Kees Van Raad.
di berbagai negara, diantaranya pengendalian atas dana yang Menurutnya, konsep beneficial owner
Indofood, Prevost, dan Velcro. Dari diterimanya, maka perusahaan tidak dapat diartikan dalam konteks
ketiga kasus tersebut, dapat diambil perantara perantara tersebut tidak ketentuan pencegahan penghindaran
intisari bahwa untuk dapat disebut dapat diperlakukan sebagai beneficial pajak karena pada dasarnya konsep
sebagai beneficial owner, penerima owner. Dengan demikian, walaupun beneficial owner merupakan konsep
penghasilan haruslah memenuhi kekuasaan dan pengendalian atas mengenai siapa pihak yang berhak
empat syarat kumulatif, yaitu: dana yang diterimanya sangat menikmati fasilitas penurunan tarif
control, use, risk, dan possession. kecil, namun perusahaan perantara dalam tax treaty. Jika suatu negara
Artinya, beneficial owner adalah tersebut tetap dapat diperlakukan berkehendak agar fasilitas ini tidak
pihak yang menerima manfaat atas sebagai beneficial owner. disalahgunakan (treaty abuse),
penghasilan yang diterimanya, maka negara tersebut seharusnya
menanggung risiko, dan memiliki Perkembangan Terkini memasukkan ketentuan Limitation
penguasaan atas penghasilan yang on Benefit (LoB) dalam tax treaty-
Seputar Beneficial Ownership
diterimanya. Pengujiannya dapat nya atau menggunakan General
dilakukan melalui beberapa hal, Anti Avoidance Rule (GAAR) dalam
Perkembangan terkini terkait
salah satunya dengan menguji menangkal skema treaty shopping.
isu beneficial owner dapat dilihat
apakah terdapat kewajiban untuk
dalam Draft Diskusi OECD 2011.
meneruskan penghasilan dividen/ Ketentuan LoB merupakan
Menurut draft terbaru ini, beneficial
bunga/royalti tersebut kepada pihak bagian dari kebijakan tax treaty di
ownership harus diartikan sesuai
ketiga. Amerika Serikat dan telah digunakan
konteks dan tidak diartikan secara
dalam berbagai tax treaty yang
teknis sesuai ketentuan domestik
Baik dari OECD Commentary ditandatangani oleh Pemerintah
dari suatu negara. Tapi pengertian
maupun putusan-putusan hakim Amerika Serikat. Di Indonesia,
domestik dapat digunakan apabila
atas kasus yang terkait dengan ketentuan LoB ini diadopsi dalam
ketentuan tersebut konsisten dengan
isu beneficial owner, dapat kita ketentuan domestik, yaitu PER-
ketentuan yang ada dalam bagian
simpulkan bahwa istilah beneficial 62/PJ/2009. Meski demikian,
commentary dari OECD Model
owner harus didefinisikan secara mengingat ketentuan Pasal 3 ayat
tersebut. Penerima penghasilan
internasional dengan itikad baik (2) tax treaty yang telah dijelaskan
disebut beneficial owner apabila
serta sesuai dengan tujuan tax sebelumnya, maka memasukkan
ia memiliki kontrol penuh untuk
treaty itu dibuat. Suatu pihak dapat ketentuan LoB dalam tax treaty
menggunakan penghasilan tersebut,
dikatakan sebagai beneficial owner merupakan cara ampuh untuk
dan tidak dibatasi oleh kontrak atau
apabila memenuhi keempat kriteria mencegah penyalahgunaan tax treaty
kewajiban hukum untuk meneruskan
yang telah disebutkan diatas. Dari dibandingkan dengan memasukannya
penghasilan tersebut ke pihak lain.
keempat kriteria di atas, dapat ke dalam ketentuan domestik.
P
ada tanggal 16 Februari Pajak) dan Joko Galungan, S.E, pengetahuan yang lebih baik lagi
2013, Kelompok Studi Ak, M.Acc (Direktorat Jenderal mengenai pajak internasional,
Ilmu Administrasi Pajak). Kemudian, acara dilanjutkan khususnya dokumentasi transfer
Fiskal (KOSTAF) FISIP ke sesi kedua dengan penjelasan pricing.
UI menyelenggarakan mengenai konsep-konsep terkait
acara Seminar Pajak Internasional dokumentasi transfer pricing oleh
dengan tema “Understanding Wahyu Nurwanto, S.E., Ak., MPA
Regulation and Mechanism of (Partner, MUC Consulting Group).
Transfer Pricing Documentation.” Pada sesi terakhir, B. Bawono
Seminar ini bertempat di Ruang Kristiaji, SE (Vice President of Tax
Auditorium lantai enam Perpustakaan Research and Training Services,
Pusat Universitas Indonesia dan DANNY DARUSSALAM Tax Center)
dilaksanakan dengan dukungan dari melengkapi seminar ini dengan
Direktorat Jenderal Pajak, DANNY memberikan penjelasan mengenai
DARUSSALAM Tax Center, MUC mekanisme dan tata cara pembuatan
Consulting Group, serta empat media dokumentasi transfer pricing.
massa sebagai media partner. Sedangkan yang bertindak sebagai
Seminar dibagi menjadi tiga moderator adalah Wisamodro Jati,
sesi. Masing-masing sesi diisi S.Sos., M.Int.Tax. Acara berlangsung
oleh pembicara yang kompeten interaktif dengan adanya tanya jawab
di bidangnya. Sesi pertama diisi yang berlangsung di tiap sesi.
dengan pembukaan dan penjelasan Seminar berlangsung semakin
mengenai regulasi transfer pricing, meriah dengan adanya pemberian
khususnya dokumentasi transfer software Taxbase dari Ortax kepada
pricing. Pembicara yang mengisi 2 orang yang berhasil menjawab
sesi pertama antara lain Prof. Dr. pertanyaan serta untuk 1 orang
Drs. John Hutagaol, M.Ec. (Direktur lainnya yang beruntung. Diharapkan, Project officer, L. Julio Nainggolan,
Perpajakan II, Direktorat Jenderal seminar ini dapat memberikan bersama pembicara, B. Bawono Kristiaji
INTERNATIONAL
Amerika Serikat - Presiden Amerika
Serikat, Barrack Obama mengatakan
pemerintahannya memerlukan
pendapatan baru dari penerimaan
pajak dan pembatasan insentif,
seiring pemangkasan belanja untuk
menekan defisit anggaran.
“Memang kita butuh tambahan
pendapatan, bersamaan dengan pengurangan belanja
yang cerdas untuk menekan defisit kita,” kata Obama
dalam wawancara dengan CBS.
Menurutnya, pemerintah tidak perlu lagi melakukan
pemangkasan anggaran termasuk tunjangan
perawatan kesehatan asalkan kebocoran pajak ditutup
dan insentif pajak dibatasi. Dengan demikian, tingkat
pengangguran tidak bertambah.
India - Perusahaan
telepon seluler
raksasa asal
Finlandia, Nokia,
tengah tersandung kasus
pajak di India. Otoritas India tengah
melakukan penyelidikan atas dugaan
penggelapan pajak senilai USD 545 juta.
Otoritas pajak India telah mengunjungi
pabrik Nokia di Chennai, India Selatan
untuk melakukan pemeriksaan.
Tidak hanya Nokia yang tersandung
kasus pajak di India. Perusahaan ponsel
asal Inggris, Vodafone, juga masih
berutang pajak senilai USD 2 miliar.
Ukraina – Di tahun
2013, pemerintah
Ukraina menerapkan
peraturan pajak baru.
Peraturan tersebut
berisi penurunan
tarif pajak penghasilan
badan, tambahan insentif
pajak, dan penerapan pajak untuk
transaksi saham dan derivatif.
Mulai tahun 2013, tarif PPh badan
di Ukraina turun dari 21% menjadi 19%.
Sedangkan insentif yang baru diterapkan
berhubungan dengan pengembangan TI
dan software.
Rusia - Dilansir Telegraph, Sabtu (16/2) dalam
pertemuan G20 di Moskow, Menteri Keuangan
Inggris mengumumkan bahwa negaranya akan China – Untuk tahun 2013, Kementerian
memimpin investigasi terhadap praktik pergeseran Keuangan dan Otoritas Pajak China
keuntungan untuk yurisdiksi pajak yang lebih bersama-sama menerbitkan peraturan
rendah. bagi kantor pusat dan kantor cabang
“Ekonomi global telah berubah secara besar- untuk melakukan penggabungan dalam
besarandalam satu dekade ini. Namun, peraturan pajak global telah administrasi Pajak Pertambahan Nilai
berdiri selama hampir satu abad, dan Inggris akan memimpin upaya (PPN) nya.
internasional membawa mereka ke abad 21,” Ujarnya. Peraturan tersebut dapat memberikan
Tiga negara tersebut akan menutup bersih perusahaan-perusahaan keuntungan bagi perusahaan-perusaan
besar yang menghindari miliaran Poundsterling pajak setiap tahunnya, dengan cabang yang tersebar di
sesuai dengan yang diusulkan Organisation for Economic Co-operation banyak kota dan provinsi di seluruh
and Development (OECD) China. Dengan peraturan ini,
perusahaan-perusahaan
dapat menerapkan
kontrol yang lebih
Thailand - Perubahan peraturan pajak di akhir tahun baik kepada
2012 memperbolehkan suami-istri untuk melaporkan c abang- c abangnya
SPTnya secara terpisah. dalam memenuhi
Sebelumnya, sepasang suami-istri melaporkan SPT kewajiban PPN nya.
gabungannya dimana penghasilan dianggap dimiliki
hanya oleh suami.
TRANSPARANSI PERPAJAKAN
DAN PERTUKARAN INFORMASI:
Studi Perbandingan di Indonesia, Singapura, dan Hong Kong
Deborah1
Transparansi perpajakan dan Gambar 2 - Ketentuan Pasal 26 ayat (1) OECD Model
pertukaran informasi antar negara
juga menjadi hal utama yang dibahas
oleh negara-negara yang tergabung
Pasal 26 ayat (1) OECD Model:
dalam G-20 dalam pertemuan di
London pada tahun 2009.7 Kemudian
The competent authorities ...
pada tahun 2010, salah satu hasil
sidang dalam pertemuan G-20 di shall exchange such information
= Exchange of information is
mandatory
Toronto Kanada, berhasil membahas as is foreseeably relevant
mengenai pengenaan sanksi atau
pemberian tekanan bagi negara-
negara yang tidak mau bekerjasama
dalam perjanjian transparansi
perpajakan dan pertukaran informasi
(non-cooperative jurisdiction). 8
artikel ini sebagaimana dapat dilihat relation to reducing international
Berdasarkan latar belakang di pada Gambar 1. tax evasion and measures to avoid
atas, artikel ini akan membahas and prevent treaty shopping are
mengenai implementasi pertukaran 2. Tujuan dan Standar paramount factors that must be
informasi untuk tujuan perpajakan. Transparansi Perpajakan included in any tax treaty to curtail
tax haven abuses .”
dan Pertukaran Informasi
6 OECD, “The Multilateral Convention on Mutual Administrative Assistance in
Tax Matters Amended by the 2010 Protocol,” 2011, 31.
menurut OECD
7 Roman Seer dan Isabel Gabert, “General Report,” Mutual Assistance and
Information Exchange 2009 EATPL Congress, Santiago de Compostela, 4-6 Juni Menurut ketentuan dalam (Austria: Linde, 2010), 151.
2009, 28.
8 Rebecca M. Nelson, “Analyst in International Trade and Finance,” The G-20
Pasal 26 ayat (1) OECD Model,9 10 Tony Anamourlis dan Lex Nethercott, “An Overview of Tax Information
Exchange Agreements and Bank Secrecy,” Bulletin for International Taxation,
and International Economic Cooperation: Background and Implications for Desember 2009, 618-619.
Congress, 10 Agustus 2010. 9 Michael Lang, Introduction to the Law of Double Taxation Conventions 11 Ibid.
• Transparansi sistem perpajakan yang • Terdapat mekanisme hukum yang tepat untuk bertukar
dikodifikasikan dalam sistem hukum informasi dengan yurisdiksi negara lain;
dan peraturan suatu negara; • Kepastian bahwa informasi yang diperoleh dan/atau
• Permintaan laporan keuangan disediakan hanya digunakan untuk tujuan yang disebutkan
yang telah diaudit, kecuali untuk dalam permohonan pertukaran informasi;
transaksi yang terbatas pada • Mengungkapkan informasi yang diperlukan dalam hal
kegiatan domestik dan tanpa adanya terjadinya tindak pidana perpajakan;
keterlibatan pihak asing; • Bersedia melakukan pertukaran informasi dalam
• Competent authority memiliki akses penanganan masalah kriminalitas perpajakan atau
untuk mendapatkan informasi sengketa perpajakan lainnya walaupun negara informasi
Wajib Pajak , termasuk informasi tidak memiliki kepentingan domestik atas informasi yang
bank yang relevan dipergunakan dimintakan;
berkenaan dengan proses pertukaran • Persyaratan administratif yang praktis dalam memonitor
informasi. proses pertukaran informasi.
Sumber: Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, “Implementing Tax Information Exchange in Singapore and Hong Kong-Implications for the OECD Initiative,” International Tax Journal, (September-
Oktober 2011): 35-36.
3.1. Key Safeguards dan Masing-masing negara menerap- authority negara lain. Tabel 2 berikut
Penilaian atas kan ketentuan yang berbeda dalam memaparkan bentuk15 perlindungan
Kerangka Hukum dan hal pemberian perlindungan bagi yang diberikan berdasarkan
Administrasi Wajib Pajak atas informasi yang ketentuan domestik di Indonesia,
dipertukarkan14 dengan competent Singapura, dan Hongkong.
diperlukan keterangan
atau bukti dari
Menurut laporan OECD, sudah terdapat kerangka hukum mengenai pertukaran informasi
di Singapura. Namun, masih terdapat beberapa bagian yang diperlukan perbaikan,
agar competent authority Singapura memiliki kewenangan dalam memperoleh seluruh
informasi yang relevan.
1. Perlindungan yang terdapat dalam comprehensive tax treaty, meliputi hal-hal sebagai
berikut:
• Pertukaran informasi yang diperkenankan hanya berdasarkan permintaan, akan
tetapi tidak diperkenankan pertukaran informasi melalui mekanisme otomatis atau
spontan;
• Informasi yang dipertukarkan harus merupakan informasi yang relevan;
• Informasi tersebut mencakup pajak-pajak yang terdapat dalam Comprehensive
Double Tax Agreement (CDTA);
• Informasi yang dipertukarkan harus dijaga kerahasiaannya menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan domestik negara yang meminta informasi tersebut;
• Pengungkapan informasi dibatasi hanya terhadap pihak-pihak otoritas yang
Hong Kong tercantum dalam CDTA;
• Informasi yang dipertukarkan hanya boleh digunakan di negara mitra perjanjian
yang memintakan informasi tersebut. Untuk itu, informasi tersebut tidak boleh
digunakan di negara lainnya.
2. Pengamanan domestik sebagaimana tercantum dalam Inland Revenue mengenai
keterbukaan informasi, yaitu meliputi:
• Ketentuan CDTA yang berlaku atas permintaan informasi tersebut;
• Setiap prosedur yang ditetapkan dalam CDTA; dan
• Memberikan keterangan-keterangan pendukung terkait permintaan pengungkapan
informasi.
3. Perlindungan prosedural sebagaimana diatur oleh Departmental Interpretation and
Practice Notes No. 4710.
Sumber: Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, “Implementing Tax Information Exchange in Singapore and Hong Kong-Implications for the OECD Initiative,” International Tax
Journal, (September-Oktober 2011): 35-36.
Selain itu OECD mengeluarkan Dari ketiga negara yang menjadi menjadi pusat sektor keuangan16
laporan penilaian mengenai bahan studi perbandingan, hanya regional ( major regional financial
kerangka hukum dan administrasi Indonesia yang tidak memiliki centers) di Asia Pasifik. Oleh karena
atas transparansi perpajakan dan ketentuan domestik yang secara itu, sangat logis ketika Singapura
pertukaran informasi sebagaimana spesifik mengatur mekanisme dan Hong Kong, walaupun telah
dalam Tabel 3. pertukaran informasi sebagai bentuk berkomitmen untuk memenuhi
perlindungan (safe guard) terhadap standar pertukaran informasi
3.2. Analisis informasi Wajib Pajaknya yang akan sebagaimana diatur oleh OECD,
dipertukarkan antarnegara. tetap memberikan perlindungan
Berdasarkan uraian pada bagian
16 Di mana dalam sektor keuangan terdapat prinsip duty of confidentiality,
3.1, dapat dapat ditarik kesimpulan Lebih lanjut, Singapura dan Hong sehingga terdapat kewajiban untuk merahasiakan keadaan dan catatan
seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kong merupakan dua negara yang keuangan nasabahnya.
INDONESIA :
1. Pertukaran • Indonesia memiliki 53 perjanjian kerjasama atas
Informasi pertukaran informasi berdasarkan standar internasional.
• Indonesia secara
substansi telah 2. Akses • Tidak terdapat pembatasan akses informasi bank untuk
mengimplementasikan Informasi Bank tujuan pertukaran informasi pajak.
standar pertukaran
informasi sebagaimana 3. Akses
dipersyaratkan OECD; • Competent authority Indonesia memiliki wewenang untuk
Informasi atas
• Indonesia juga mendapatkan informasi mengenai kepemilikan, identitas
Pemegang
merupakan anggota pemegang saham serta praktik pembukuan perusahaan;
Saham dan
forum global • Tidak terdapat kerahasiaan undang-undang untuk
Informasi
mengenai penerapan mendapatkan informasi tersebut.
Akuntansi
standar internasional
yang berlaku atas
• Setiap perusahaan yang terdaftar di Indonesia harus
proses transparansi
4. Ketersediaan menyimpan informasi mengenai pemegang saham
perpajakan dan
Informasi atas perusahaan tersebut;
pertukaran informasi.
Pemegang • Bagi penyedia jasa keuangan diperlukan untuk
Saham dan menerapkan prinsip “know your customer”;
Informasi • Informasi akuntansi perusahaan perlu disimpan sesuai
Akuntansi dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc Group
on Accounts (JAHGA).
SINGAPURA :
1. Pertukaran • Singapura telah menandatangani 20 perjanjian kerjasama
Informasi pertukaran informasi berdasarkan standar internasional.
• Singapura secara
substansi telah
mengimplementasikan • Pada Februari 2010 yang lalu, pemerintah Singapura
standar pertukaran mengamandemen peraturan perpajakan domestiknya,
informasi sebagaimana 2. Akses sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi
dipersyaratkan OECD; Informasi Bank
bank berdasarkan standar yang telah disepakati secara
• Singapura juga internasional mengenai pertukaran informasi.
merupakan anggota
forum global
penerapan standar 3. Akses
internasional Informasi atas • Competent authority Singapura memiliki wewenang untuk
yang berlaku atas Pemegang mendapatkan informasi tentang kepemilikan, identitas
proses transparansi Saham dan pemegang saham, dan akuntansi perusahaan;
perpajakan dan Informasi • Terdapat ketentuan kerahasiaan pertukaran informasi.
pertukaran informasi.. Akuntansi
4. Ketersediaan
• Baik pemerintah maupun perusahaan harus menyimpan
Informasi atas
informasi kepemilikan legal perusahaan tersebut;
Pemegang
• Informasi akuntansi seluruh perusahaan perlu disimpan
Saham dan
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc
Informasi
Group on Accounts (JAHGA).
Akuntansi
HONG KONG :
4. Ketersediaan
• Baik pemerintah maupun perusahaan harus menyimpan
Informasi atas
informasi kepemilikan legal perusahaan tersebut;
Pemegang
• Informasi akuntansi seluruh perusahaan perlu disimpan
Saham dan
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc
Informasi
Group on Accounts (JAHGA).
Akuntansi
Sumber: OECD, Tax Co-operation 2010: Towards a Level Playing Field (OECD Publishing, 2010), dapat diakses di http://dx.doi.org/10.1787/taxcoop-2010-en.
17 Darussalam, John Hutagaol, dan Danny Septriadi, Konsep dan Aplikasi
Perpajakan Internasional (Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, 2010), 70.
D
alam rangka penertiban penomoran yang baru, jumlah digit blok nomor. Jumlah yang diterbitkan
administrasi, pengawasan, nomor Faktur Pajak tetap 16 (enam adalah sesuai dengan permintaan
dan menguji pemenuhan belas), tetapi dengan pengaturan PKP.
kewajiban subyektif dan obyektif
Pengusaha Kena Pajak (PKP), pada
bulan Februari 2012 lalu Direktorat Gambar 1 - Perbandingan Penomoran Faktur Pajak
Jenderal Pajak (DJP) mengeluarkan
PER-05/PJ/2012 yang mewajibkan
PKP melakukan registrasi ulang. Nomor Seri
“
PKP diharuskan untuk melampirkan bagi PKP untuk melaporkan nomor
fotokopi identitas diri para pejabat/ faktur yang tidak digunakan.
pegawai penandatangan Faktur Dengan sistem yang baru ini,
Pajak yang telah dilegalisir oleh yang PKP akan lebih transparan dalam
berwenang. Jika pelaporan pejabat/ menggunakan Faktur Pajak. Hal ini Dengan sistem
pegawai penandatangan
dilampiri fotokopi kartu identitas
tidak sangat penting mengingat banyaknya baru ini, PKP akan
Faktur Pajak fiktif yang diterbitkan
yang telah dilegalisir, maka Faktur oleh PKP. Tidak tercapainya lebih transparan
Pajak tersebut dianggap tidak penerimaan PPN dipengaruhi oleh dalam menggunakan
lengkap. banyaknya kebocoran penerimaan
PPN dari pengkreditan Pajak
Faktur Pajak.
6. Faktur Pajak Tidak Masukan berdasarkan transaksi Hal ini sangat
Lengkap fiktif. Dengan demikian, DJP penting mengingat
perlu mengaplikasikan langkah
pengawasan penerbitan Faktur Pajak banyaknya Faktur
Menurut PER-24/PJ./2012,
Pajak fiktif yang
“
yang lebih baik. Perlu diketahui bahwa
Faktur Pajak yang tidak dibuat
berdasarkan ketentuan dalam PER-
sistem PPN Indonesia dipersiapkan
untuk menuju e-invoice, dimana
diterbitkan oleh
24/PJ/2012 disebut sebagai Faktur pada tahap e-invoice mekanisme PKP.
Pajak Tidak Lengkap. Istilah Faktur penomoran dilakukan oleh sistem.
Pajak Tidak Lengkap digunakan E-invoice ini direncanakan akan
sebagai pengganti istilah Faktur dimulai tahun 2014 mendatang
Pajak Cacat. Perubahan ini guna Untuk meningkatkan kualitas
membuat keseragaman antara istilah sistem administrasi PPN, dalam
dalam PPN dan Ketentuan Umum hal ini dengan membuat sistem
dan Tata Cara Perpajakan (KUP). online, DJP perlu mempersiapkan
infrastruktur yang memadai.
7. Faktur Pajak Khususnya infrastruktur Teknologi
Pengganti Informasi (TI). Karena dengan
penerapan sistem yang berbasis
Dalam peraturan sebelumnya, online, Infrastruktur Teknologi
PKP diwajibkan menggunakan Informasi sangat vital. Jangan sampai
nomor seri baru dalam hal PKP penerapan Teknologi Informasi dalam
menerbitkan Faktur Pajak pengganti administrasi DJP justru mempersulit
dan dilaporkan di 2 Masa Pajak SPT, PKP dalam memenuhi kewajiban
yaitu di masa Faktur Pajak yang perpajakannya.
diganti dan di masa pembuatan Di sisi PKP, adalah sebuah
Faktur Pajak pengganti. Dalam PER- keharusan untuk terus mengikuti
24/PJ./2012, Faktur Pajak pengganti perubahan-perubahan dalam
S
karirnya. Beberapa diantaranya ditulis oleh Stef van Wheegel dan
juga menggunakan tulisan-tulisan Anna Gunn mengenai perspektif
David A. Ward sebagai referensi hukum internasional atas konsep
ebagai seorang praktisi dan dalam topik bab mereka. Sebagian penyalahgunaan tax treaty dalam
akademisi perpajakan internasional, besar dari buku ini ditulis dengan menyelesaikan permasalahan pajak.
kapasitas dan kontribusi sistematika yang sama; diawali Dengan menggunakan empat alasan
akademis David A. Ward terhadap dengan perbandingan teori, dan dua contoh kasus, kedua
perkembangan tax treaty tidak perlu kajian terhadap berbagai putusan penulis ini menyimpulkan bahwa
diragukan lagi. Untuk menghormati pengadilan dan praktik administratif meskipun ketentuan pencegahan
kepergiannya setelah lebih dari di berbagai negara, dan diakhiri penyalahgunaan tax treaty tidak
lima puluh tahun berkarir sebagai dengan usulan perubahan terhadap disebutkan secara eksplisit dalam
international tax lawyer terkemuka praktik yang tidak sejalan dengan tax treaty, namun konsep ini diakui
dan menjadi pelopor profesi tax teori. keberadaannya dalam hukum
advisor di Kanada, beberapa John Avery Jones membuka internasional. Namun demikian,
praktisi dan akademisi bereputasi bagian pertama buku ini dengan penggunaan konsep ini hanya
internasional menyusun suatu buku topik mengenai manfaat dan juga dimungkinkan jika kedua negara
yang berjudul “Essays on Tax Treaties: konsekuensi dari penerapan Pasal yang mengadakan perjanjian secara
A Tribute to David A. Ward”. Dengan 3 ayat (2) OECD Model. Pada tegas menyatakan tindakan tertentu
Guglielmo Maisto, Angelo Nikolakakis bab selanjutnya, penggunaan dari Wajib Pajak sebagai tindakan
dan John M. Ulmer sebagai editor, lebih dari satu bahasa dalam penyalahgunaan tax treaty.
buku ini mengangkat gagasan- menginterpretasikan tax treaty serta Meskipun muatan tulisan dalam
gagasan David A. Ward selama hubungannya dengan Pasal 33 buku ini cukup advance, namun
karirnya: studi perpajakan sebagai Vienna Convention on the Law of analisis-analisis yang disediakan
suatu disiplin ilmu dan pendekatan Treaties dikupas dengan mendalam akan memperluas wawasan
perspektif hukum internasional oleh Michael Lang. Setelah itu, pembaca dalam mengaplikasikan
dalam menginterpretasikan dan Nathan Boidman menjelaskan peran dan menginterpretasikan tax treaty.
mengaplikasikan tax treaties. dan pengaruh tax treaty dalam Selain itu, narasi pendekatan
Buku ini terdiri dari lima belas bab mendesain hukum domestik, dan historis dan komparatif dalam
yang dibagi menjadi tiga bagian. Tiga vice versa. buku ini dapat digunakan sebagai
bab pertama buku ini mendiskusikan Salah satu bab menarik pada panduan dan perbandingan dalam
isu-isu yang berhubungan dengan bagian kedua buku ini adalah memahami berbagai isu yang belum
tax treaty secara umum. Sedangkan bab yang ditulis oleh Richard terselesaikan dalam perpajakan
bagian kedua yang terdiri dari Vann mengenai penggunaan frasa internasional. Secara keseluruhan,
enam bab, membahas isu-isu yang “wholly or almost wholly” dalam buku ini merupakan referensi
berhubungan dengan ketentuan menentukan keberadaan Bentuk istimewa yang akan memberikan nilai
yang mengatur hak pemajakan suatu Usaha Tetap berdasarkan United tambah yang sangat berharga kepada
Nations Model Convention (UN pustaka perpajakan internasional.
Penerapan
pajak online ini
berguna untuk
meningkatkan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD) sekaligus
menghindari
kebocoran-
kebocoran
pendapatan di
Provinsi DKI
Jakarta
G
ubernur DKI Jakarta, Daerah (PAD) sekaligus menghindari Hingga saat ini Dinas Pelayanan
Joko Widodo, secara kebocoran-kebocoran pendapatan Pajak (DPP) DKI Jakarta baru
resmi meluncurkan di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mampu menjaring 800 Wajib Pajak.
penerapan sistem pajak mendukung upaya tersebut, semua Oleh karena itu, penerapan sistem
online untuk Wajib Pajak jaringan dan kesiapan infrastruktur pajak online ini diharapkan dapat
di Jakarta, Jum’at (18/1/2013). untuk penerapan sistem pajak online menjaring sekitar 10.951 Wajib
Sistem ini merupakan respons ini telah siap digunakan. Menurut Pajak yang meliputi 580 hotel,
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jokowi, apabila sistem ini sudah 9.000 restoran, 371 tempat hiburan,
terhadap tuntutan masyarakat yang diterapkan maka akan terlihat sektor dan 1.000 layanan parkir sehingga
menginginkan pengelolaan pajak mana saja yang dapat memberikan Pemprov DKI Jakarta mampu
yang lebih transparan dan akuntabel. kontribusi besar untuk pendapatan menaikkan target pendapatan pajak
Jakarta. yang signifikan. Lihat Gambar 1.
Pada saat peluncuran, sistem
ini sudah diujicobakan di dua pusat
Gambar 1 - Perkiraan Jumlah Wajib Pajak DKI Jakarta yang Dapat
perbelanjaan, yakni Senayan City
Terjaring Sistem pajak Online (10.951)
dan Plaza Indonesia. Setidaknya ada
40 Wajib Pajak yang mengikuti uji
coba itu. Wajib Pajak tersebut terdiri
dari pengusaha hotel, restoran,
tempat hiburan, dan layanan parkir.
TA Rencana (juta Rupiah) Realisasi (juta Rupiah) Realisasi (%) Pertumbuhan (%)
2007 8.334.270 7.202.527,4 86,42 11,10
2008 8.484.270 8.751.273,8 103,15 21,5
2009 8.615.000 8.560.134,5 99,36 (2,18)
2010 10.083.000 10.746.707,1 106,58 25,55
2011 13.965.000 15.221.249,2 109 41,64
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, penerimaan Pajak Daerah Pemprov Hiburan, dan Parkir masing-masing
Basuki Tjahaja Purnama, DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007- hanya memberi kontribusi sebesar
menjelaskan bahwa kenaikan 2011 pada Tabel 2. 7,01%, 6,84%, 2,58%, dan 1,29%
pendapatan dari sektor pajak dapat dari total penerimaan Pajak Daerah.
ditempuh dengan manajemen yang Di luar itu, basis data yang buruk
baik. Untuk itu, pemprov merancang juga ikut memengaruhi kebocoran Seperti yang kita ketahui,
konsep pemetaan para Wajib Pajak tersebut. Selama ini jumlah Wajib mekanisme pemungutan BBN-KB
dengan bekerja sama dengan bank Pajak bisa dimanipulasi untuk
dan menggunakan sistem online. mengakali jumlah pendapatan pajak
Menurut Basuki, pendapatan pajak yang seharusnya diterima pemprov. 1 Sudjarwoko, “Konstribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan
DKI Jakarta dapat lebih tinggi dan Oleh karena itu, dengan penerapan
dan Belanja Daerah Propinsi DKI Jakarta,” Tesis FE UI, bahan tidak
melebihi target karena pihaknya sistem pajak online ini Basuki ingin diterbitkan, 2010, 66.
Jika Anda adalah seorang boikot pajak itu situasi di mana terhadap penyelewengan pajak itu
penggemar komedi, tentu Anda para suami nggak mau menafkahi lebih berarti untuk penyelamatan
tidak asing lagi dengan sosok karena dianggap istri nggak mampu uang pajak.”
Insan Nur Akbar, atau lebih akrab melayani. Lhaa, makin berantakan
dipanggil Akbar, sang finalis dong rumah tangga. Akibatnya ada 6. Bagaimana kesadaran
Stand Up Comedy tahun 2011. dua kemungkinan, suami cari istri
generasi muda sekarang
Di sela-sela kesibukannya, dia lain atau istri cari suami lain. Dan
masih menyempatkan diri untuk kayaknya istri lebih mudah cari terhadap pajak, khususnya
diwawancarai oleh redaksi Inside suami lain, hehehe”. kalangan selebriti?
Tax. Kali ini, “boikot pajak” “Generasi muda sekarang sudah
menjadi tema obrolan kami. Berikut 4. Siapa yang harus peduli dengan yang namanya pajak,
adalah transkrip wawancara kami hampir semua anak muda yang
dipersalahkan atas wacana sudah bekerja punya NPWP.
dengannya:
boikot pajak, oknum pajak Ini membuktikan mereka
1. Pajak dimata seorang yang nakal, anggaran peduli dengan pajak.
Akbar itu seperti apa? yang suka dipermainkan
“Pajak itu nggak ke mana-mana atau birokrat yang korup? 7. Kesimpulan:
tapi ada di mana-mana. Apa yang “Kalau ditanya siapa yang salah, “Bagi saya, pajak itu
kita terima, apa yang kita makan, ya semua salah. Yang perlu kita sederhana: hubungan
apa yang kita hirup, apa yang kita selesaikan bukan siapa yang salah, antara rakyat dan
lihat, apa yang kita dengar, semuanya tapi aturannya. Karena timbulnya negara. Rakyat
mengandung pajak. Mungkin dalam penyelewengan pajak itu erat wajib bayar
hidup saya cuma kentut yang tidak kaitannya juga dengan sistem pajak, negara
mengandung pajak. Lalu tiap tahun hukum Indonesia. Sudah jadi wajib kelola
kita yang bikin laporan, datang ke rahasia umum kadang maling d e n g a n
kantor mereka, dan membayar . ayam hukumannya lebih b e n a r .
Jadi, pajak itu kita yang bayar, kita berat dari koruptor. Padahal R a k y a t
yang datang, kita yang repot”. maling ayam itu sebenarnya n g g a k
lebih baik dari koruptor. b a y a r,
Koruptor itu nggak negara
2. Apa tanggapan mas Akbar bubar.”
peduli hartanya siapa
terkait isu boikot pajak? yang diambil, tapi
“Saya tidak setuju dengan boikot
maling ayam itu pilih-
pajak, itu nggak akan menyelesaikan
pilih. Dia nggak akan
masalah. Pajak itu masih menjadi
mencuri di rumah
sumber pendapatan utama negara
koruptor karena
dan penggerak kehidupan bangsa,
maling ayam nggak
terus kita boikot? Lhaa, sama kayak
mau hartanya haram dua
kita beli motor, motor sering mogok,
kali, hehehe”.
terus kita boikot nggak mau beliin
bensin. Ya makin mogok motor kita.”
5. Apa saran terhadap
3. Apa yang menyebabkan orang yang ingin
timbulnya wacana boikot memboikot pajak?
“Apapun yang kita nikmati
pajak? sekarang ini semua sudah
“Wacana itu timbul karena
mengandung pajak. Makanan,
ketidakpuasan mengenai sistem
minuman, pakaian, rumah,
pengelolaan, sistem penggunaan, dan
kendaraan, dan lain-lain; semua
banyaknya penyelewengan. Kalau
mengandung pajak. Boikot pajak bagi
negara diibaratkan rumah tangga,
saya bukan solusi, penegakan hukum
BENEFICIAL
OWNERSHIP CASE
Ganda Christian Tobing 1
K
onsep beneficial ownership Dalam putusannya, Pengadilan
dalam pasal pemajakan Pajak membatalkan koreksi DJP
atas dividen,1 bunga dan dengan membebaskan pemotongan
royalti pada Perjanjian PPh Pasal 26 atas penghasilan
Penghindaran Pajak bunga yang dibayarkan pemohon
Berganda (P3B) 2 merupakan topik banding kepada pemberi pinjaman di
yang sering sekali diperdebatkan Belanda.
dalam perpajakan internasional.
Sejak konsep beneficial owner Fakta Sengketa
pertama kali diperkenalkan 47
tahun yang lalu dalam P3B Inggris
Pada tanggal 31 Oktober 2006,
dan Amerika Serikat dan kemudian
pemohon banding mengikat loan
dimasukkan dalam OECD Model
agreement dengan GFBV yang
tahun 1977, ketidakjelasan definisi
merupakan lembaga keuangan yang
beneficial owner telah menyebabkan
berdomisili di Belanda. Jumlah
timbulnya ketidakpastian hukum
pinjaman yang diberikan oleh GFBV
sehingga memicu banyak sengketa
adalah sebesar USD 25.000.000
antara wajib pajak dan otoritas pajak
dengan tingkat suku bunga 8%
di berbagai negara, termasuk di
dan jatuh tempo pada tanggal 26
Indonesia.
Desember 2009. Selama tahun
Pada edisi ini, rubrik Inside Court
2006, pemohon banding membayar
akan membahas sengketa penentuan
bunga pinjaman sejumlah Rp
beneficial owner yang diputus oleh
1.868.840.080,00 kepada GFBV.
Pengadilan Pajak Indonesia pada
GFBV telah menyampaikan Surat
tahun 2011. 3 Dalam sengketa ini,
Keterangan Domisili dari otoritas
Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
pajak Belanda sebagaimana yang
berpendapat bahwa penerima
disyaratkan oleh Surat Edaran Dirjen
penghasilan bunga yang berdomisili
Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996
di Belanda bukan merupakan
tanggal 29 Maret 1996. Dengan
beneficial owner sehingga tidak
Surat Keterangan Domisili
berhak menikmati fasilitas
tersebut, GFBV mengklaim berhak
pembebasan pemotongan pajak
menerapkan ketentuan dalam P3B
yang disediakan oleh Pasal 11 ayat
Indonesia dan Belanda. Lebih lanjut,
(4) P3B Indonesia dan Belanda.4
pemohon banding tidak melakukan
pemotongan pajak atas pembayaran
1 Manager, Tax Research and Training Services di DANNY bunga yang dilakukan oleh pemohon
DARUSSALAM Tax Center. banding kepada GFBV berdasarkan
2 Beberapa negara menambahkan persyaratan beneficial owner
dalam pasal pemajakan atas capital gains dalam P3B. Lihat
ketentuan Pasal 13 ayat (5) P3B Singapura dan Israel. States shall be taxable only in the other State if the beneficial owner
3 Putusan Pengadilan Pajak Nomor: PUT-29050/PP/M. of the interest is a resident of the other State and if the interest is
III/13/2011. paid on a loan made for period of more than 2 years or is paid in
4 Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan Belanda: “Notwithstand- connection with the sale or credit of any industrial, commercial or
ing the provision of paragraph 2, interest arising in one of the two scientific equipment.”
“
dibayarkan oleh pemohon banding. pengadilan yang menyatakan SE-
17 sebagai tindakan yang tidak
sesuai dengan good faith merupakan
Komentar
pertimbangan yang secara tepat
meletakkan status hukum P3B di
Dalam sengketa ini, putusan
OECD pengadilan yang menolak
atas ketentuan domestik.
menyarankan agar argumentasi DJP lebih dikarenakan
Kedua, penggunaan ketentuan
domestik oleh pengadilan dalam
konsep beneficial DJP tidak dapat menunjukkan bukti-
Walaupun
berdasarkan Pasal 3 ayat (2) P3B,
persyaratan substantif (beneficial Aplikasi Perpajakan Internasional (Jakarta: Danny Darussalam Tax
Center, 2010), 31-32.
owner). Ketika suatu negara 10 Pasal 27 Vienna Convention on the Law of Treaties; “A party
may not invoke the provisions of its internal law as justification for
its failure to perform a treaty”.
7 Sebagai contoh: Indofood International Finance Ltd v. JP 11 Paragraf 11 atas Pasal 3 ayat (2) OECD Model Convention
Morgan Chase NA London Branch (2006); Prevost Car Inc v. The 2010.
Queen (2009); Velcro Canada Inc v. The Queen (2012). 12 OECD, “Clarification of the Meaning of Beneficial Owner in
8 Hans H. Drijer dan Wendy M.C.P Houben, “Application of the OECD Model Tax Convention,” 29 April 2011.
Interest Withholding Tax Exemption under Tax Treaty with 13 OECD, “OECD Model Tax Convention: Revised Proposals
Netherlands Postponed,” Asia-Pacific Tax Bulletin (September- Concerning the Meaning of Beneficial Owner in Articles 10, 11
Oktober 2005): 431 and 12,” 19 Oktober 2012.
dalam mengartikan konsep beneficial diskusi17 maupun revisi18 OECD mana maksud dan tujuan dari para
owner menunjukkan bahwa konsep atas beneficial owner di mana pihak yang bertansaksi menjadi
beneficial owner seharusnya OECD menegaskan bahwa penerima relevan untuk dipertimbangkan;
diartikan berdasarkan pengertian penghasilan merupakan beneficial dalam analisis penentuan beneficial
internasional (international fiscal owner apabila penerima penghasilan owner yang hanya menyangkut
meaning).14 Pengertian internasional memiliki hak untuk menggunakan atribusi penghasilan kepada subjek
ini dapat diperoleh melalui OECD dan menikmati penghasilan tanpa pajak, sangat tidak relevan untuk
Commentary, praktik di negara lain dibatasi oleh kontrak atau kewajiban mempertimbangkan maksud dan
maupun putusan pengadilan dari legal untuk meneruskan penghasilan tujuan dari pihak yang bertransaksi.
negara lain.15 yang diterimanya kepada pihak Brian J. Arnold 20 juga menyatakan
Faktor ketiga yang perlu lain. Dengan demikian, pengujian bahwa penggunaan pendekatan
dipertimbangkan adalah pendekatan beneficial owner dapat dilakukan substansi ekonomi dalam
yang digunakan dalam mengartikan dengan mempertimbangkan menentukan beneficial owner
konsep beneficial owner. Secara atribut-atribut kepemilikan berupa sebagai pendekatan yang tidak tepat
umum terdapat dua pendekatan keleluasaan dan pengendalian untuk diterapkan.
yang digunakan dalam mengartikan yang dimiliki penerima penghasilan Konsep beneficial ownership
konsep ownership, yaitu pendekatan terhadap penghasilan yang dan konsep penyalahgunaan P3B
legal dan pendekatan ekonomi. diterimanya maupun aktiva yang merupakan dua konsep yang
Dari berbagai putusan pengadilan dimilikinya. berbeda. Dalam hal ini, konsep
terhadap beneficial owner di Terakhir, konsep beneficial owner penyalahgunaan P3B dapat
berbagai negara,16 konsep beneficial bukan merupakan instrumen dalam diterapkan hanya setelah pihak
owner selalu diartikan berdasarkan mencegah praktik penghindaran yang berhak memperoleh manfaat
pendekatan legal. Pendekatan pajak.19 Pada dasarnya, persyaratan P3B telah ditentukan. 21 Oleh
legal tersebut dijabarkan dengan beneficial owner bertujuan untuk karena itu, penggunaan General
menjawab pertanyaan apakah menentukan keterkaitan antara Anti Avoidance Rule (GAAR) dalam
penerima penghasilan diwajibkan penghasilan dividen, bunga dan hukum domestik atau memasukkan
untuk meneruskan penghasilan yang royalti yang timbul di negara ketentuan Limitation on Benefit
diterimanya kepada pihak lain? sumber dan subjek pajak di negara (LoB) ke dalam P3B merupakan cara
Penggunaan pendekatan legal lain yang berhak untuk menikmati yang lebih ampuh untuk mencegah
juga dapat ditemukan dalam draft fasilitas penurunan tarif yang penghindaran pajak melalui
disediakan oleh P3B. Karena tidak penyalahgunaan P3B.
seperti dalam analisis terhadap
pencegahan penghindaran pajak di
14 Phillip Baker, “Beneficial Ownership: After Indofood,” GITC 17 OECD, “Clarification of the Meaning of Beneficial Owner in
Review Vol VI, no 1 (Februari 2007): 23. the OECD Model Tax Convention,” 29 April 2011.
15 Lihat juga Pasal 38 ayat (1) Statute of International Court of 18 OECD, “OECD Model Tax Convention: Revised Proposals 20 Lihat pendapat Brian J. Arnold terhadap sengketa antara PT
Justice. Concerning the Meaning of Beneficial Owner in Articles 10, 11 Transportasi Gas Indonesia melawan Direktur Jenderal Pajak.
16 Putusan pengadilan di luar negeri, misalnya: Indofood and 12,” 19 October 2012. Brian J. Arnold, “Tax Treaty News,” Bulletin for International Taxa-
International Finance Ltd v. JP Morgan Chase NA London Branch 19 Kees van Raad, “Report on Beneficial Ownership under OECD tion (Mei-Juni 2009): 176.
(2006); Prevost Car Inc v. The Queen (2009); Velcro Canada Inc v. Model Convention and Commentaries,” dapat diakses melalui 21 Brian J. Arnold, “Tax Treaty Case Law News – A Trio of Recent
The Queen (2012). Putusan pengadilan di Indonesia, misalnya: www.ibdt.com.br/material/arquifos/Atas/jfb_ 20111020093958. Cases in Beneficial Ownership,” Bulletin for International Taxation
PUT-15719/PP/M.VIII/13/2008 dan PUT-23289/PP/M.II/13/2010 . pdf. (Juni 2012): 325.
SUDOKU
Pembaca Inside Tax, Inside Intermezzo kali ini
menghadirkan sebuah quiz sudoku berhadiah. Anda
dapat mengirimkan jawabannya via email ke alamat
insidetax@dannydarussalam.com
Tersedia buku terbaru kami yaitu “Transfer Pricing:
Ide, Strategi, dan Panduan Praktis” yang akan
diberikan secara gratis bagi 3 orang yang beruntung.
Format Pengiriman
Subjek Email : “Jawaban Kuis Sudoku Inside Tax 14”
Isiemail:
1. Nama Lengkap
2. Nama Organisasi/Instansi/Perguruan Tinggi
3. Alamat Lengkap
4. Attachment jawaban kuis (bisa dalam bentuk
foto/ scan jawaban, file Ms.Word, atau Ms.Excel)
5. Komentar/Saran anda untuk majalah Inside Tax
Jawaban paling lambat kami terima pada hari Minggu, 21 April 2013 pukul 24.00. Pemenang akan kami
umumkan pada Inside Tax Edisi ke 15.