Anda di halaman 1dari 64

Edisi 14 | Maret 2013

MENGGALI
KE(TIDAK)PATUHAN PAJAK

Kepatuhan Pajak dan Shadow Economy


Transparansi Perpajakan dan Pertukaran Informasi
Pajak Online di Jakarta
Dampak PSAK 30 Terhadap PPh
Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 1
2 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013
inside CONTENT
Inside Greetings 4
Inside Headline 16
Kepatuhan Pajak pada Shadow Economy

Newsflash Domestic 24
Inside Review 26
Analisis Dampak Penerapan PSAK 30
(sewa) Terhadap Pajak Penghasilan
Atas Transaksi Leasing

Tax Enlightenment 32
Memahami
Inside Event
BENEFICIAL OWNERSHIP; Concept,
34 Ke(tidak)patuhan Pajak 6
History and Recent Development

Seminar Pajak Internasional 36 Transparansi Perpajakan


dan Pertukaran Informasi
Inside Journal 37
Newsflash International 38
Inside Regulation
Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER 24/PJ/2012
48 40
Inside Library 51 Pajak Online
di Jakarta
Inside Celebrity 57
Insan Nur Akbar

Inside Court 58
BENEFICIAL OWNERSHIP CASE

Inside Intermezzo 62 52
Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 3
InsideTax MEDIA TREN PERPAJAKAN
INSIDEGREETINGS

Diterbitkan oleh: Komunitas Pajak yang Terhormat,


DANNY DARUSSALAM Tax Center,
PT Dimensi Internasional Tax Puji syukur kepada Tuhan YME atas
kembali terbitnya Inside Tax setelah
PEMIMPIN UMUM mengalami mati suri selama kurang
Darussalam lebih empat tahun. Salam hormat
dan perkenalan kami sampaikan
WAKIL PEMIMPIN UMUM kepada pembaca yang telah berkenan
Danny Septriadi menjadi bagian dari komunitas
majalah pajak ini.
PEMIMPIN REDAKSI
B. Bawono Kristiaji Kelahiran kembali (reborn) atau
edisi ke-14 Inside Tax tidak terlepas
REDAKSI dari kesadaran kami akan adanya
Ganda Christian Tobing permasalah informasi asimetris
Toni Febriyanto yang terjadi dalam dunia perpajakan
Yanuar F. Abiyunus Indonesia. Informasi asimetris dalam konteks ini mengacu pada
ketidakseimbangan penguasaan informasi antar pemangku kepentingan
FOTOGRAFI DAN DESAIN dalam dunia perpajakan. Dari sisi makro, dampak dari informasi asimetri
Ronny Fhyzar terlihat dari lemahnya efektivitas kebijakan perpajakan, tingginya
Nurizzah Millati Shaffiyah angka penghindaran pajak, hingga korupsi. Jika ditinjau dari sisi mikro,
informasi asimetri dapat menyebabkan interpretasi yang berbeda
REKENING BANK terhadap suatu regulasi perpajakan, tingginya angka sengketa pajak,
BCA KCP Ruko Artha Gading hingga menciptakan biaya kepatuhan yang tinggi.
A /C: 8400031020
A /N: PT Dimensi Internasional Tax Berangkat dari keprihatinan tersebut, Inside Tax hadir untuk memberikan
pencerahan dan edukasi mengenai tren perpajakan domestik maupun
ALAMAT REDAKSI internasional kepada publik. Kami sadar bahwa informasi asimetris
Menara Satu Sentra Kelapa Gading dalam dunia perpajakan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Namun,
Lantai 6 Unit #0601 kami yakin bahwa Inside Tax dapat berperan besar sebagai media yang
Jl. Bulevar Kelapa Gading L A3 No. 1 mereduksi informasi asimetris perpajakan. Kami bertekad untuk menjadi
Summarecon, Kelapa Gading media terdepan dalam menyampaikan tren perpajakan domestik maupun
Jakarta Utara 14240 internasional yang tidak memihak.
Indonesia
www.dannydarussalam.com/insidetax ***

Pada edisi kelahiran kembali (reborn) ini, Inside Tax memilih tema
ke(tidak)patuhan pajak sebagai tajuk utama. Inspirasi ini datang dari
diskusi internal ke-14 yang diadakan oleh DANNY DARUSSALAM Tax
Center dengan tema “Tax Non Compliance: Causes, Consequences,
and Cures”. Diskusi tersebut kemudian berkembang dan membuahkan
dua tulisan dari meja redaksi yang menjadi headline Inside Tax kali
ini. Pertama, artikel berjudul “Memahami Ke(tidak)patuhan Pajak”
yang mengulas berbagai perspektif mengapa seseorang mau untuk
membayar pajak atau tidak dan bagaimana perspektif tersebut dapat
diletakkan dalam konteks persoalan di Indonesia. Artikel kedua berjudul
“Kepatuhan Pajak pada Shadow Economy: Relevansi, Konsekuensi,
dan Solusi” yang menyoroti sektor-sektor yang sulit untuk dipajaki atau
sering dikategorikan sebagai shadow economy. Lebih lanjut, artikel
ini juga mengajukan dan membahas beberapa alternatif solusi untuk

4 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidegreetings
meningkatkan kepatuhan pajak, salah satu di antaranya berada dalam semangat penerapan kepatuhan pajak atas
adalah dengan pengampunan pajak (tax amnesty). transaksi yang sifatnya lintas yurisdiksi (cross border),
terutama dengan perhatian otoritas pajak yang semakin
Edisi kali ini juga memiliki artikel menarik lain yang besar atas hal tersebut.
bersifat analitis, misalnya artikel yang ditulis oleh
Agustyadewi Srinawangsari dan Christine Tjen mengenai Tidak lupa, kami juga menampilkan artikel mengenai
analisis dampak penerapan PSAK 30 (sewa) terhadap rencana dan implementasi pemajakan online di Jakarta,
pajak penghasilan atas transaksi leasing serta artikel rangkuman perkembangan perpajakan domestik dan
mengenai aspek transparansi perpajakan dan pertukaran internasional, kajian putusan pengadilan mengenai
informasi dalam konteks perpajakan internasional yang beneficial ownership, serta rubrik-rubrik menarik
ditulis oleh Deborah. Topik ini pada dasarnya juga lainnya. Sebagai tambahan, kami juga melampirkan
sebuah poster mengenai postur anggaran dan belanja
pemerintah di tahun 2013, sesuai dengan RAPBN yang
telah disetujui pada 2012 lalu.

Sebagai penutup, kami mengucapkan terima kasih


kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam edisi ke-14 (reborn) ini. Walau demikian,
merupakan komitmen kami untuk terus memperbaiki
kualitas isi maupun tampilan fisik Inside Tax di edisi-
edisi berikutnya. Saran dan kritik dari para pembaca,
sangat kami harapkan.

Mewakili redaksi, saya hendak berujar: selamat membaca


dan semoga tercerahkan!

B.Bawono Kristiaji

Informasi Berlangganan dan Pemasangan Iklan


Untuk berlangganan dan pemasangan iklan, Anda dapat menghubungi:
Ronny (021) 9285 2204, 0838 7208 3335 atau dengan mengirimkan e-mail ke:
marketing.insidetax@dannydarussalam.com.

Inside Tax terbit dwibulanan setiap minggu kedua.

Majalah Inside Tax menerima artikel, berita, saran, surat pembaca, dan siaran pers terkait dengan topik
perpajakan. Materi disertai identitas, alamat, serta foto penulis dan dikirim ke e-mail:
insidetax@dannydarussalam.com.

Wartawan dan staf Majalah Inside Tax selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima
atau meminta imbalan dari narasumber.

DANNY DARUSSALAM Tax Center


Menara Satu Sentra Kelapa Gading
Lantai 6 Unit #601
Jl. Bulevar Kelapa Gading LA3 No. 1
Summarecon, Kelapa Gading,
Jakarta, 14240
Indonesia.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 5


insideheadline

Memahami
Ke(tidak)patuhan Pajak
B. Bawono Kristiaji, Toni Febriyanto, dan Yanuar F. Abiyunus1

1. Pendahuluan1 dipegang oleh pribadi maupun norma sosial.


iii. Kesempatan, baik untuk patuh (terkait dengan
biaya kepatuhan yang rendah, maupun aturan
Kepatuhan pajak merupakan masalah klasik yang
yang sederhana dan tidak kompleks) atau tidak
dihadapi otoritas pajak di seluruh dunia. Kepatuhan pajak
patuh (kesempatan untuk menggelapkan pajak).
dapat didefinisikan sebagai kemauan Wajib Pajak untuk
iv. Keadilan (fairness) yang terkait dengan hasil
tunduk terhadap regulasi perpajakan di suatu negara. 2
ataupun prosedur, serta kepercayaan baik
Di beberapa negara, misalkan di Amerika Serikat,
terhadap pemerintah (otoritas pajak) maupun
Australia, dan Kanada, kepatuhan pajak pada umumnya
terhadap Wajib Pajak lainnya.
mengacu pada kemampuan dan kemauan Wajib Pajak
v. Faktor ekonomi, yang mencakup segala faktor
untuk tunduk terhadap regulasi perpajakan, melaporkan
yang berhubungan dengan kondisi ekonomi secara
penghasilan dengan benar serta membayar pajak secara
umum, kondisi usaha ataupun industri, serta nilai
benar dan tepat waktu.
pajak yang harus dibayar.
Pada umumnya kepatuhan pajak, dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, kepatuhan secara administratif
Ditinjau dari perilaku kepatuhannya, Wajib Pajak tidak
atau secara formal, yang mencakup sejauh mana Wajib
dapat hanya disederhanakan menjadi Wajib Pajak yang
Pajak patuh terhadap persyaratan prosedural dan
patuh maupun tidak patuh. Keduanya merupakan titik
administrasi pajak, termasuk mengenai syarat pelaporan
ekstrem, di mana terdapat kecenderungan bahwa Wajib
serta waktu untuk menyampaikan dan membayar pajak.
Pajak lebih banyak terombang-ambing di antaranya.
Kedua, kepatuhan secara teknis atau materiil, yang
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat wajar, terutama
mengacu pada perhitungan jumlah beban pajak secara
jika mengingat bahwa keputusan untuk patuh sifatnya
benar. 3
dinamis dan dipengaruhi oleh situasi (lingkungan) yang
Selama empat dekade terakhir, penelitian tentang
dihadapi oleh Wajib Pajak.
kepatuhan pajak baik secara teoritis maupun empiris
Sebagai ilustrasi, otoritas di Kanada memetakan dan
telah banyak dilakukan. Secara umum, terdapat beberapa
menggolongkan Wajib Pajak menjadi enam golongan
faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan Wajib
berdasarkan kepatuhannya, mulai dari altruistic
Pajak, yang dapat diklasifikasikan dalam lima kategori 4:
compliers (Wajib Pajak yang tunduk pada segala regulasi
i. Upaya pencegahan (deterrence), misalnya pajak dan menentang setiap bentuk kecurangan ataupun
intensitas pemeriksaan pajak, risiko terdeteksi, argumen yang merasionalisasikan ketidakpatuhan pajak)
serta tingkat sanksi yang dikenakan. Hal ini hingga apa yang dapat disebut sebagai rebels (Wajib
berangkat dari konsep bahwa risiko terdeteksi Pajak yang sama sekali tidak patuh, memiliki persepsi
maupun sanksi dapat merubah perilaku kepatuhan negatif terhadap pajak, serta menganggap kecurangan
pajak. adalah sesuatu hal yang dapat diterima). 5 Pembagian
tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga golongan
ii. Norma atau nilai yang berlaku, baik norma yang
utama, yaitu: Wajib Pajak yang patuh, Wajib Pajak yang
sewaktu-waktu tidak patuh, serta Wajib Pajak yang tidak
1  B. Bawono Kristiaji adalah VP, Tax Research and Training Services di DANNY DARUSSALAM
Tax Center. Sedangkan. Toni Febriyanto dan Yanuar Falak Abiyunus merupakan peneliti di DANNY patuh sama sekali (lihat Gambar 1).
DARUSSALAM Tax Center. Lalu bagaimana Wajib Pajak dapat menjadi patuh
2  James Andreoni, Brian Erard dan Jonathan Feinstein, “Tax Compliance,” Journal of Economic maupun tidak patuh? Tulisan ini akan berusaha
Literature Vol. 36, No.2, (Juni, 1998), 818-860. menelusuri berbagai pandangan mengenai ke(tidak)
3  OECD, “Compliance Measurement – Practice Note,” OECD Tax Guidance Series, (Mei, 2001), 3.
4  OECD, “Understanding and Influencing Taxpayers’ Compliance Behaviour,” Information Note, 5  The Federal/Provincial/Territorial Underground Economy Working Group dalam melakukan survei
(November, 2010), 12. mengenai underground economy di Kanada pada tahun 2002 dan 2003.

6 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
Wajib Pajak akan memandang
Gambar 1 - Klasifikasi Wajib Pajak berdasarkan Kepatuhan
penggelapan pajak sebagai sesuatu
Pajak di Kanada
yang berisiko tinggi untuk terdeteksi,
sehingga mereka cenderung lebih

+ - taat. Parameter lain yang menentukan


di samping risiko pemeriksaan adalah
besarnya sanksi. Semakin berat
Contingen non- sanksi, maka penggelapan pajak
Compliers (patuh) compliers (sewaktu- Non-compliers
waktu tidak patuh) (tidak patuh) menjadi keputusan yang berimplikasi
besar. Walau demikian, kebijakan
menaikkan sanksi hanya efektif jika
Alturistic Deferent Pseudo Situational non- Potential non- Rebels dikombinasikan dengan peningkatan
compliers compliers compliers compliers compliers (penentang
(patuh secara (patuh (patuh secara (patuh atau tidak (berpotensi pajak) risiko pemeriksaan.9 Sanksi
alturistik) karena semu) patuh bersifat tidak patuh) seberat apapun tidak akan pernah
segan) situasional)
dibebankan kepada Wajib Pajak yang
tidak patuh jika pemeriksaan pajak
tidak pernah terjadi. Dari pendekatan
patuhan pajak mulai dari rasional pertama kali diperkenalkan oleh
ini, kita dapat menyimpulkan bahwa
ekonomi, aspek psikologis, etika, Gary S. Becker pada tahun 1968.
kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi
dan moral, serta kombinasi antara Pada artikelnya yang berjudul Crime
oleh ketakutan mereka akan risiko
law enforcement dan kepercayaan and Punishment: An Economic
pemeriksaan dan sanksi. Oleh karena
terhadap pemerintah. Selain itu, Approach, ia mengasumsikan bahwa
itu, kebijakan yang dapat diterapkan
tulisan ini juga mengulas tentang seorang kriminal adalah makhluk
oleh pemerintah untuk melawan
ketidakpatuhan pajak di Indonesia yang rasional, di mana mereka juga
ketidakpatuhan adalah menerapkan
serta berusaha mencari gambaran turut memaksimalkan kepuasan
sanksi yang berat dan melakukan
ideal mengenai solusi permasalahan (utility) mereka walau dengan cara
lebih banyak pemeriksaan pajak.10
tersebut. yang ilegal.7 Kontribusi utama
Meskipun model ini dapat
Penting untuk dicatat bahwa dari artikel tersebut terletak pada
dipertahankan secara logis, namun
ketidakpatuhan dalam tulisan ini tidak model yang menjelaskan sejauh
pengujian empiris dari model ini
membahas aktivitas perencanaan mana suatu dorongan ekonomi
seringkali memberikan hasil yang
pajak (tax planning/mitigation) dapat mempengaruhi suatu tindakan
kurang konsisten terutama atas
ataupun berupa penghindaran kejahatan. Selain itu, Becker
variabel besarnya penghasilan
pajak (tax avoidance), namun lebih juga menyertakan suatu kerangka
serta tarif pajak yang berlaku.11
diartikan sebagai penggelapan pajak model biaya atas kebijakan dalam
Inkonsistensi tersebut dapat terlihat
(tax evasion). 6 mengendalikan kejahatan.
dari hubungan yang tidak jelas dari
Empat tahun kemudian, ide
kedua variabel tersebut terhadap
2. Beberapa Perspektif tersebut diadopsi oleh Allingham dan
ketidakpatuhan pajak. Artinya,
Sandmo, dalam konteks keputusan
Tentang Ke(tidak)patuhan pada suatu penelitian empiris,
seseorang untuk menggelapkan
Pajak pajak. 8 Menurut mereka, patuh
dapat saja tingkat pendapatan
berpengaruh secara positif terhadap
atau tidak patuhnya Wajib Pajak
Pada bagian ini akan dibahas tiga ketidakpatuhan pajak, namun di
ditentukan dengan membandingkan
perspektif utama mengenai ke(tidak) penelitian yang berbeda justru
tingkat kepuasan yang bisa
patuhan pajak beserta faktor-faktor ditemui hubungan yang negatif. Hal
mereka peroleh jika taat maupun
pendorong utama yang terkait yang sama terjadi pula pada variabel
menggelapkan pajak. Allingham
dengan perspektif tersebut. tarif pajak.12
dan Sandmo berpendapat, pilihan
Kritik berikutnya berangkat dari
Wajib Pajak tersebut dipengaruhi
2.1. Economics of Crime ketidakmampuan model tersebut
oleh empat hal, yaitu: (i) besarnya
dalam menjelaskan faktor non-
penghasilan; (ii) tarif pajak; (iii)
Ide mengenai economics of crime ekonomi yang mendorong seseorang
risiko pemeriksaan; dan, (iv) sanksi.
untuk patuh. Bergman berpendapat
Perspektif ini menyatakan bahwa
bahwa kepatuhan pajak harus
6  Dalam buku-buku pajak, penghematan pajak (tax semakin besar risiko pemeriksaan,
mitigation) biasanya diartikan sebagai usaha Wajib Pajak dalam dipahami sebagai keputusan individu
meninimalkan beban pajaknya dengan memanfaatkan insentif
pajak yang tersedia; penghindaran pajak (tax avoidance) 7  Gary S. Becker, “Crime and Punishment: An Economic
9  Erich Kirchler et al, “A Review of Tax Compliance Decisions,”
merujuk kepada usaha Wajib Pajak untuk meminimalkan beban Approach,” Journal of Political Economy Vol. 76, No. 2, (Maret –
dalam Developing Alternative Frameworks for Explaining Tax
pajak dengan memanfaatkan celah dalam ketentuan perpajakan, April, 1968), 169-217.
Compliance, ed. James Alm, Jorge Martinez-Vazquez dan Benno
namun tidak dilakukan dengan melanggar hukum (legal); 8  Michael G. Allingham dan Agnar Sandmo, “Income Tax Torgler (New York: Routledge, 2010). 23.
sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) biasanya diartikan Evasion: A Theoretical Analysis,” Journal of Public Economics,
10  Michael G. Allingham dan Agnar Sandmo, Op.Cit., 338.
sebagai skema atau usaha yang dilakukan Wajib Pajak untuk (1972), 323-338, Pendekatan economics of crime dalam konteks
memperkecil beban pajak dengan melanggar peraturan pajak tax evasion juga dapat dilihat pada artikel T.N Srinivasan, “Tax 11  Erich Kirchler, Op.Cit., 19 dan 20.
(ilegal). Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Indrayagus Slamet, Evasion: A Model,” Journal of Public Economics Vol. 2, No. 4, 12  Kelemahan penelitian empiris yang lainnya mencakup isu
“Tax Planning, Tax Avoidance dan Tax Evasion di Mata Perpajakan (1973); dan artikel S. Yitzhaki, “Income Tax Evasion: A Theoretical metodologi, upaya pengukuran, sampel yang dipergunakan,
Indonesia,” Inside Tax, Edisi Perkenalan, September 2007. Analysis,” Journal of Public Economics Vol. 3, No. 2, (1974). hingga kurang sesuainya eksperimen yang dilakukan.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 7


insideheadline
yang didasarkan pada kepentingan
pribadi yang ditentukan oleh faktor
sosial.13 Bergman mencontohkan
fakta yang ada di Argentina dan
Chili. Kedua negara tersebut
memiliki struktur pajak, sistem,
serta penegakan hukum pajak
yang relatif mirip, namun memiliki
tingkat kepatuhan yang berbeda
secara signifikan.14 Hal tersebut
membuktikan bahwa sistem pajak
(termasuk law enforcement) bukanlah
hal utama yang mempengaruhi
kepatuhan pajak.
Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa perspektif economics of
crime hanya terfokus kepada
kepatuhan secara paksaan (enforced
compliance) dan mengabaikan aspek
kepatuhan pajak secara sukarela
(voluntary compliance). Lebih lanjut
lagi, walau pendekatan ini memiliki
analisis yang jelas, namun kurang
realistis dan kurang memperhatikan
aspek manusia.15 Padahal kepatuhan
pajak merupakan suatu hal yang
kompleks karena menyangkut peri-
laku manusia.
Tax morale sendiri diartikan balik antara Wajib Pajak dengan
sebagai motivasi intrinsik untuk otoritas pajak /pemerintah (vertical
2.2. Tax Morale dan Etika
membayar pajak atau kadar moral reciprocity). Lebih lanjut, keduanya
seseorang (nilai-nilai sosial yang terlihat secara implisit dalam
Atas keterbatasan yang ada
diyakini) dalam konteks cara pendekatan-pendekatan mengenai
pada perspektif economics of
pandang terhadap (kepatuhan) pajak. tax morale.
crime, pada satu dekade terakhir
Pada dasarnya, terdapat dorongan
banyak penelitian tentang kepatuhan
dari dalam manusia untuk menilai 2.2.1. Psychological Tax
pajak dari perspektif psikologi dan
apakah sesuatu itu baik atau buruk. Contract
behavioral economics.16 Penelitian-
Dengan demikian, pertimbangan
penelitian tersebut pada umumnya
mengenai apakah sesuatu hal Dalam pendekatan ini, pajak
menyimpulkan bahwa tax morale
tersebut diatur dalam regulasi atau dianggap sebagai sebuah kontrak
adalah jawabannya. 17
tidak menjadi pertimbangan kedua. tidak tertulis atau kontrak secara
Jika moral pajak seseorang itu baik, psikologis.19 Pihak yang terikat
13  Marcelo Bergman, Tax Evasion & The Rule of Law in Latin
America: The Political Culture of Cheating and Compliance in maka terdapat kecederungan orang dalam kontrak tersebut adalah Wajib
Argentina and Chile (Pennsylvania: Pennsylvania State University tersebut untuk patuh tanpa adanya Pajak dan otoritas yang berwenang,
Press, 2009), xi. suatu aturan. Kadar tax morale dimana otoritas yang berwenang
14  Ibid., 50. bervariasi antar negara karena terdiri dari legislatif yang menentukan
15  Cullis, John G. dan Alan Lewis, “Why People Pay Taxes: From a adanya perbedaan nilai sosial yang arah kebijakan publik dan eksekutif
Conventional Economic Model to a Model of Social Convention,”
Journal of Economic Psychology 18, (1997), 305-321.
diyakini serta pengaruh institusi yang melaksanakan kebijakan publik
16  Dalam ranah behavioral economics, tampak bahwa
sosial yang ada. 18 tersebut. Psychological tax contract
manusia seringkali bertindak tidak secara rasional, tidak Ditinjau dari faktor yang mengacu pada vertical reciprocity.
mendapatkan informasi secara sempurna, serta tidak semata- mempengaruhinya, tax morale, secara Kontrak psikologis menimbulkan
mata mengutamakan kepentingan pribadi dalam pengambilan
sederhana dapat diklasifikasikan terjadinya pertukaran hak dan
keputusan. Atas akibat keterbatasan dalam memproses
(memperoleh) informasi, individu-individu cenderung menjadi dua sumber, yaitu: timbal kewajiban berupa pertukaran fiskal
menggunakan sekedar nalar ingatan sehingga keputusan balik antar Wajib Pajak (horizontal (fiscal exchange). 20 Pertukaran
yang diambil rentan untuk menjadi bias. Dalam konteks pajak, reciprocity) dan hubungan timbal fiskal ini dianggap lebih berpengaruh
perilaku Wajib Pajak tentu saja dipengaruhi sesuatu hal yang
bersifat norma sosial dan pengalaman yang terkait dengan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak
konteks lingkungan ekonomi dan sosialnya, termasuk di 18  Lihat James Alm dan Chandler McClellan, “Rethinking the
dibandingkan dengan insentif
dalamnya adalah bagaimana interaksi antara Wajib Pajak dan Research Paradigms for Analyzing Tax Compliance Behavior,”
otoritas pajak. Tulane Economics Working Paper 1211, (Juli, 2012), 2. Atau karya 19  Lihat Lars P. Feld dan Bruno S. Frey, “Trust Breeds Trust: How
17  Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, “Tax Morale klasik mengenai moral pajak dapat dilihat pada artikel Bruno Taxpayers are Treated,” Economics of Governance 3 (2002), 87-99.
and Fiscal Policy,” CREMA Working Paper Series No. 2005-30, Frey, “A Constitution for Knaves Crowds Out Civic Virtues,” The 20  Buchanan, J. M., “Taxation in Fiscal Exchange”, Journal of
(November, 2005), 2. Economic Journal 107 No 443 (Juli, 1997), 1043-1053. Public Economics 6, (1976), 17-29.

8 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
langsung seperti reward dan melayani (service to customer) dimana penyaluran barang publik
punishment. Pertukaran fiskal berarti yang harus diaplikasikan. Hal akan lebih terasa manfaatnya oleh
terdapat pertukaran kepatuhan ini diperkuat dengan penelitian Wajib Pajak jika disalurkan secara
Wajib Pajak dengan penyediaan empiris yang dilakukan di Swiss, lokal/regional. Pandangan ini
barang publik (bonum commune) yang menunjukkan bahwa tingkat sesuai dengan apa yang diajukan
yang optimal oleh negara. Semakin kepatuhan pajak ternyata lebih tinggi oleh Tiebout (1956), bahwa dalam
besar perbedaan antara ketersediaan ketika otoritas pajak menerapkan skala administrasi yang lebih kecil,
barang publik yang diinginkan Wajib transparansi dalam administrasinya jenis, kuantitas dan kualitas barang
Pajak dengan barang publik yang serta memperlakukan Wajib Pajak publik akan lebih tepat guna, karena
benar-benar disediakan negara, dengan lebih bersahabat. 24 mengikuti preferensi masyarakat

S
ecara singkat dapat disimpulkan bahwa perspektif economics
of crime hanya terfokus kepada kepatuhan secara paksaan
(enforced compliance) dan mengabaikan aspek kepatuhan
pajak secara sukarela (voluntary compliance).

maka semakin besar pula dorongan 2.2.3. Aspek Demokrasi yang ada di suatu daerah. 28
Wajib Pajak untuk tidak patuh. 21 Dalam Kepatuhan
Pajak 2.2.4. Kepatuhan Pajak
2.2.2. Perlakuan Terhadap Sebagai Norma Sosial
Wajib Pajak Persyaratan konstitusional yang
mendasari proses politik-ekonomi John Cullis, Philip Jones, dan
Keinginan Wajib Pajak untuk juga diduga mempengaruhi tax Alan Lewis memperkenalkan aspek
patuh juga dipengaruhi oleh morale. 25 Kunci dari proses tersebut norma sosial (social norm) untuk
perlakuan ataupun pelayanan yang adalah demokrasi dan desentralisasi menjelaskan kepatuhan pajak. 29
diberikan oleh otoritas pajak. 22 fiskal. Kedua hal tersebut terbukti Menurut mereka, norma seseorang
Semakin baik negara (atau dalam memberikan pengaruh positif yang dapat dipengaruhi oleh norma orang
hal ini diwakilkan oleh otoritas signifikan terhadap kepatuhan lain di sekitarnya ataupun norma
pajak) memperlakukan Wajib Pajak, pajak. 26 yang dianut secara kelompok.
maka semakin tinggi pula dorongan Jika dibandingkan dengan sistem Dalam konteks kepatuhan pajak,
Wajib Pajak untuk patuh. Lalu, politik lainnya, demokrasi merupakan norma seorang Wajib Pajak dapat
perlakuan seperti apakah yang sistem yang lebih kompatibel dengan mempengaruhi norma Wajib Pajak
baik bagi Wajib Pajak? Analisis keterwakilan publik. Partisipasi lainnya. Seorang Wajib Pajak yang
empiris memperlihatkan dua aspek Wajib Pajak dalam pengambilan sebelumnya patuh, jika berada
yang penting, yaitu transparansi keputusan membuat keputusan yang di dalam lingkungan yang tidak
dan kesetaraan derajat. 23 Jika diambil akan lebih diterima Wajib patuh, maka ia akan cenderung ikut
prosedur dalam administrasi Pajak, sehingga Wajib Pajak memiliki tidak patuh karena menyesuaikan
perpajakan dikomunikasikan dengan kecenderungan untuk berkontribusi perilakunya dengan lingkungan
baik kepada Wajib Pajak, motivasi dengan sukarela lewat pajak yang tempat ia berada. Mengapa? Hal
untuk mematuhi pajak akan lebih dipungut oleh negara. 27 ini tidak dapat dilepaskan dari
tinggi. Selain itu, apabila otoritas Lebih lanjut lagi, adanya bagaimana mekanisme norma
memperlakukan Wajib Pajak dengan desentralisasi fiskal dan sifat sosial bekerja, yang mana terdapat
posisi yang lebih inferior, atau otonomi daerah akan menjamin kecenderungan diterimanya
misalkan memperlakukan Wajib proses pengambilan keputusan yang seseorang yang memiliki norma
Pajak dengan perspektif polisi dan demokratis lebih mudah diterapkan yang sama dengan norma suatu
perampok (cops and robbers), maka di skala pemerintahan yang lebih kelompok dan ditolaknya seseorang
Wajib Pajak akan cenderung tidak kecil. Desentralisasi juga terkait yang memiliki norma sosial yang
patuh. dengan proses fiscal exchange berbeda. Dengan demikian, apa
Dengan demikian, justru orientasi yang dapat dianggap suatu hal
24  Lars P. Feld dan Bruno S. Frey, Op.Cit. yang etis bukanlah suatu hal yang
21  Pommerehne, Werner W., Albert Hart, dan Bruno S. Frey 25  Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, Op.Cit., 24. final dan dapat saja berbeda antar
“Tax Morale, Tax Evasion and the Choice of Policy Instruments 26  Benno Torgler, “Tax Morale and Direct Democracy,” European
in Different Political Systems,” Public Finance 49 (Supplement: Journal of Political Economy 21, (2005), 525-531.
Public Finance and Irregular Activities), (1994), 52 – 69. 28  Charles M. Tiebout, “A Pure Theory of Local Expenditures,”
27  Di Swiss, kanton-kanton (wilayah negara bagian) yang lebih
22  Benno Torgler dan Christoph A. Schaltegger, Op.Cit., 20. demokratis dalam pengambilan keputusan publik memiliki Journal of Political Economy Vol. 64 No. 5, (Oktober, 1956), 416
23 Bruno S. Frey, “The Role of Deterrence and Tax Morale tingkat kepatuhan pajak yang lebih tinggi. Lihat Pommerehne, – 424.
in Taxation in the European Union,” Jelle Zijlstra Lecture, Werner W., dan Weck-Hannemann, H., “Taxes Rates, Tax 29  John Cullis, Philip Jones, dan Alan Lewis, “Tax Compliance:
Netherlands Institute for Advanced Study in the Humanities and Administration and Income Tax Evasion in Swizterland,” Public Social Norms, Culture and Endogeneity,” International Studies
Social Sciences (NIAS), (2003). Choice 88, (1996), 161-170. Program Working Paper 07-22, (December 2007).

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 9


insideheadline
kelompok. 30 pendekatan-pendekatan tersebut kekuatan untuk menegakkan
Pendekatan yang mirip dengan ke dalam sebuah model bernama hukum (misalnya dengan
pendekatan norma sosial adalah slippery slope framework. Dalam meningkatkan risiko audit
horizontal reciprocity yang kerangka tersebut, seseorang akan dan menambah sanksi), maka
menyatakan bahwa terdapat cenderung patuh jika terdapat enforced compliance tinggi.
hubungan timbal balik antara suatu kepercayaan (trust) terhadap • Voluntary compliance akan
perilaku seorang Wajib Pajak dengan otoritas pajak ataupun juga kekuatan tinggi jika kepercayaan Wajib
Wajib Pajak lainnya. Bordignon (power) dari otoritas untuk mengatur Pajak terhadap pemerintah
berpendapat bahwa setiap Wajib dan mencegah penggelapan tinggi (misalnya karena Wajib
Pajak akan menentukan tingkat pajak. 33 Secara singkat dapat Pajak percaya pemerintah
kepatuhan yang akan dia lakukan dinyatakan bahwa perpaduan antara telah menjalankan kontrak
dengan terlebih dahulu bertanya kepercayaan terhadap pemerintah psikologis dengan baik).
kepada dirinya sendiri “Seberapa dan law enforcement dapat secara • Lengkungan (slope) pada
besar kontribusi yang akan efektif menurunkan ketidakpatuhan gambar tersebut dihasilkan
dibayarkan oleh orang lain?” 31 pajak. 34 dari berkurangnya enforced
Dalam menjelaskan norma sosial, Model ini digambarkan oleh compliance maupun voluntary
terdapat hubungan antara prevalence grafik tiga dimensi. Ketiga dimensi compliance. Kata “licin”
(banyaknya jumlah penganut suatu itu adalah power of authorities, (slippery) dipilih untuk
norma) dan strength (seberapa kuat trust in authorities, dan kepatuhan menggambarkan bahwa
norma sosial tersebut berada dalam
diri Wajib Pajak). Setiap orang Gambar 2 - Slippery Slope Framework
memiliki derajat batasan tertentu
untuk tetap mengikuti sebuah
norma sosial, misalnya kepatuhan
membayar pajak. Batasan tersebut
akan semakin rendah ketika dia
melihat semakin banyak orang lain
yang menggelapkan pajak. 32

2.3. Mengapa Seseorang


Membayar Pajak:
Slippery Slope
Framework

Dari penjelasan sebelumnya,


kepatuhan dalam persektif
economics of crime didorong
oleh risiko audit dan sanksi dari
pemerintah. Dengan kata lain,
kepatuhan tersebut berkaitan erat
dengan kekuatan pemerintah dalam
menegakkan peraturan (the power
of tax authorities). Sedangkan tax tingkat kepatuhan mudah
morale memandang kepatuhan pajak pajak (lihat Gambar 2) yang dapat “terpeleset” ke tingkat yang
sebagai suatu dorongan dari dalam diinterpretasikan sebagai berikut: lebih rendah sebagai akibat
diri Wajib Pajak yang disebabkan dari interaksi antara enforced
oleh kepercayaan terhadap otoritas • Jika kekuatan dan kepercayaan compliance dan voluntary
pajak /pemerintah (trust to tax terhadap otoritas pajak compliance. Dengan demikian
authorities). berada dalam titik minimum, tingkat kepatuhan yang tinggi
Kirchler, Hoelzl, dan Whal kepatuhan pajak akan berada dapat terjaga selama kedua
kemudian mencoba menggabungkan di titik terendah. jenis kepatuhan tersebut
• Jika otoritas pajak memiliki relatif tinggi.
30  Menurut Immanuel Kant, sebuah tindakan dapat saja • Pada saat keduanya berada
dijustifikasi sebagai sesuatu yang bersifat etis atau berhubungan 33  Slippery Slope Framework (SSF) pertama kali diajukan dalam pada tingkat biasa saja
dengan sesuatu yang bersifat etika selama tindakan tersebut
sesuai dengan perilaku yang disepakati secara umum.
Erich Kirchler, Erik Hoelzl, dan Ingrid Wahl, “Enforced Versus (berada di tengah-tengah),
Voluntary Tax Compliance: The Slippery Slope Framework,”
31  Massimo Bordignon, “A Fairness Approach to Income Tax Journal of Economic Psychology Vol. 29, Isu 2, (April, 2008),
penurunan kepatuhan
Evasion,” Journal of Public Economics Vol. 52(3), (Oktober, 1993), 210–225. sangat rentan terjadi. Hal
345-362. 34  Grant Richardson, “The Relationship Between Culture and Tax ini dapat dijelaskan sebagai
32  Gareth D. Myles dan Robin A. Naylor, “A Model of Tax Evasion Evasion Across Countries: Additional Evidence and Extensions,” berikut: ketika kepercayaan
with Group Conformity and Social Customs,” European Journal of Journal of International Accounting, Auditing and Taxation 17,
Wajib Pajak terhadap
Political Economy 12, (1996), 49-66. (2008), 67-78.

10 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
pemerintah tidak maksimal,
penerapan law enforcement Struktur penerimaan pajak di Indonesia
berupa peningkatan risiko masih banyak ditopang oleh Pajak
pemeriksaan dan
dapat membuat Wajib Pajak
sanksi
Penghasilan, terutama Pajak Penghasilan
menganggap hubungannya badan.
dengan otoritas pajak
adalah hubungan antara Rasio ini jelas masih relatif rendah Lalu mengapa kedua hal tersebut
“polisi dengan perampok”. jika dibandingkan dengan rata- tidak secara otomatis meningkatkan
Kondisi inilah yang akan rata dunia ataupun negara-negara rasio penerimaan pajak di Indonesia?
mempermudah berkurangnya OECD (keduanya sekitar 14%). Selain akibat masih banyaknya
kepatuhan Wajib Pajak. 35 Terlepas dari perdebatan mengenai sektor-sektor yang sulit untuk
• Selama kekuatan otoritas cara perhitungan tax ratio tersebut, dipajaki (sektor informal, black
pajak dapat mencerminkan Indonesia masih dapat dianggap market, UKM, dan sebagainya),
suatu fairness terhadap Wajib dalam kondisi undertaxing. 38 tingkat kepatuhan Wajib Pajak juga
Pajak, hal tersebut tidak akan Lebih lanjut lagi, struktur masih lemah.
dianggap negatif oleh Wajib penerimaan pajak di Indonesia Ditinjau dari jumlah basis
Pajak. Otoritas pajak yang masih banyak ditopang oleh Pajak pajak, hingga tahun 2011 terdapat
menggunakan kekuasaan Penghasilan, terutama Pajak 19.913.904 Wajib Pajak orang
mereka dengan cara yang fair Penghasilan badan. Pada tahun 2010 pribadi, 1.942.811 Wajib Pajak
justru akan meningkatkan saja, penerimaan Pajak Penghasilan badan, dan 507.844 Wajib Pajak
voluntary compliance. 36 badan memberikan kontribusi bendahara di Indonesia.40 Dari
sekitar 45% dari total penerimaan jumlah tersebut, hanya terdapat
Pada bagian selanjutnya, akan pajak, jauh di atas penerimaan 17.694.317 Wajib Pajak yang
dibahas bagaimana perspektif- Pajak Penghasilan pribadi yang melaporkan Surat Pemberitahuan
perspektif tersebut sesuai dengan hanya sekitar 12%. Struktur ini jauh atau tax return (selanjutnya:
konteks situasi ke(tidak)patuhan di berbeda jika diperbandingkan dengan SPT), atau tidak sampai seperlima
Indonesia. rata-rata rasio Pajak Penghasilan dari angkatan kerja di Indonesia
pribadi terhadap badan di Negara- yang jumlahnya sekitar 117 juta
3. Ke(tidak)patuhan Pajak di Negara OECD, yang sebesar 5:1 jiwa. Jumlah ini telah mengalami
Indonesia (artinya, Pajak Penghasilan pribadi peningkatan drastis selama periode
memiliki jumlah sebesar kurang lebih 2008-2009, terutama dengan
Sebelum memahami lebih jauh lima kali lipat dari Pajak Penghasilan adanya kebijakan sunset policy yang
mengenai ke(tidak)patuhan pajak badan). 39 dapat disebut sebagai kebijakan
di Indonesia, ada baiknya terdapat Rendahnya rasio penerimaan semi-tax amnesty.41
suatu pemahaman awal mengenai pajak pada dasarnya tidak sesuai Walau jumlah Wajib Pajak telah
situasi perpajakan di Indonesia. dengan pertumbuhan populasi dan meningkat, namun hal tersebut
Secara singkat, Indonesia masih angkatan kerja (yang berarti adanya tidak mengindikasikan suatu
berkutat pada permasalahan peningkatan jumlah basis pajak) serta kepatuhan pajak yang membaik.
rendahnya penerimaan perpajakan. pertumbuhan ekonomi yang sejak Selama tiga tahun terakhir, rasio
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya tahun 2007 selalu berada di atas kepatuhan penyampaian SPT PPh
rasio pajak terhadap PDB (tax 6% per tahun (kecuali pada tahun atau kepatuhan secara formal
ratio) yang berada pada kisaran 11 2009, sebesar 4,6%). Pertumbuhan hanya berkisar antara 53-58% saja
hingga 12.3% selama 2009-2012. 37 ekonomi juga dapat dijadikan (lihat Gambar 3). Itupun belum
indikasi adanya gairah aktivitas mengkalkulasi jumlah Wajib Pajak
ekonomi, yang secara sederhana yang telah menyampaikan SPT,
35  Katharina Gangl, Eva B. Hofmann, dan Eric Kirchler, “Tax dapat diartikan sebagai semakin namun dengan informasi penghasilan
Authorities’ Interaction with Taxpayers: Compliance by Power
tingginya pendapatan perkapita dan pajak yang tidak benar (tidak
and Trust,” WU International Taxation Research Paper Series No.
2012 – 06, (Maret, 2012). Dapat diakses pada: http://ssrn.com/ sehingga potensi penerimaan pajak patuh secara materiil). 42
abstract=2174917. juga membesar. Lalu bagaimana cara memahami
36  Richard Lavoie, “Cultivating a Compliance Culture: An
Alternative Approach for Addressing the Tax Gap,” Legal Studies
Research Paper Series No. 08-05, (September, 2008), 67-78. Dapat 38  Komentar Wakil Presiden Boediono dalam pidato 40  Data tahun 2012 belum tersedia secara resmi.
diakses pada: http://ssrn.com/abstract=1275389. pembukaan acara Indonesia Summit Economist Conference, 41  Sunset policy merupakan fasilitas penghapusan sanksi Pajak
37  Tax ratio ini diukur dengan cara membagi penerimaan Februari 2013. Lihat Kompas, “Wapres: Rasio Pajak RI Terendah di Penghasilan pribadi atau badan berupa bunga atas kekurangan
pajak dengan PDB harga berlaku. Penerimaan pajak di sini Asia”, 28 Februari, 2013. pembayaran pajak yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik
hanyalah mengacu pada penerimaan pajak pusat, tanpa 39  Padahal, pada umumnya Pajak Penghasilan badan justru yang belum memiliki NPWP maupun yang telah memiliki NPWP
memperhitungkan pajak daerah dan penerimaan SDA. Jika kurang bersahabat terhadap pertumbuhan jika dibandingkan pada tanggal1 Januari 2008.
kedua item ini diperhitungkan, maka tax ratio Indonesia berkisar dengan Pajak Penghasilan pribadi. Hal ini dikarenakan sifatnya 42  Ketidakpatuhan pajak sulit untuk diukur, terutama karena
antara 14.1 hingga 15.8% selama periode yang sama (jauh lebih yang membatasi ekspansi aktivitas ekonomi perusahaan. individu seringkali melakukan upaya yang substansial untuk
besar). Lihat Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Lihat Jens Arnold. “Improving the Tax System in Indonesia” menyembunyikan aktivitas penggelapan mereka. Lihat James
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara: Tahun Anggaran OECD Economics Department Working Papers, No. 998, OECD Andreoni, Brian Erard dan Jonathan Feinstein, “Tax Compliance”
2013, 3-3. Publishing, 2012. http://dx.doi.org/10.1787/5k912j3r2qmr-en. Journal of Economic Literature Vol. 36, No. 2, (Juni, 1998), 836.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 11


insideheadline
rendahnya kepatuhan pajak di pemboikotan dapat dianggap sebagai Padahal standar yang sering
Indonesia? Berangkat dari berbagai pelanggaran hukum. Namun, jika dipergunakan secara internasional
pandangan yang dibahas di bagian dilihat konteksnya secara sosial dan dan OECD, persentase pegawai yang
sebelumnya, maka terdapat beberapa moral, gerakan ini justru dipicu oleh berfungsi dalam penerimaan pajak
hal yang menjadi perhatian. terusiknya kontrak sosial antara seharusnya mencapai 60%.45
Pertama, kepercayaan publik Negara dan Wajib Pajak terutama Lebih lanjut lagi, jumlah
terhadap otoritas pajak cenderung atas persoalan korupsi dan juga pemeriksa pajak di DJP hanya
melemah terutama dengan persoalan manfaat (imbal balik) yang sebanyak 4.394 pegawai (13.8%
adanya pemberitaan atas dugaan diterima dari pembayaran pajak. dari total pegawai) dengan rasio
korupsi yang dilakukan oleh Tidak berhenti di situ, adanya jumlah pemeriksa pajak terhadap
pegawai Direktorat Jenderal Pajak gerakan boikot pajak juga berpotensi Wajib Pajak hanya sebesar 1:5.090.
(selanjutnya: DJP). Terlepas dari mempengaruhi horizontal reciprocity Dengan kata lain, 1 pemeriksa
keberhasilan reformasi birokrasi atau hubungan antar Wajib Pajak. pajak DJP akan mengurusi sekitar
perpajakan dan tepat atau tidaknya Dari konteks pandangan tentang 5.090 Wajib Pajak (lihat Tabel 1).
apa yang menjadi definisi mengenai norma sosial dan etika, boikot pajak Dengan mempertimbangkan kondisi
korupsi dalam ranah perpajakan; dapat saja mendorong lebih banyak tersebut, maka kepatuhan pajak
pemberitaan tersebut menciptakan Wajib Pajak lain (di luar organisasi merupakan suatu tujuan yang sulit
persepsi bahwa uang pajak rawan NU, misalnya) untuk tidak patuh. dicapai, karena kekuatan (power)
diselewengkan.43 Hal ini jelas Ketidakpatuhan pajak menjadi untuk mendeteksi kecurangan dan
mencederai perasaan Wajib Pajak sesuatu yang dianggap etis. ketidakpatuhan sangat lemah.
yang terlihat dari wacana boikot Kedua, pemerintah dalam hal Ketiga, isu mengenai penyediaan
pajak pada 2012 lalu. Berbagai tokoh ini otoritas pajak sepertinya belum barang publik oleh negara.
masyarakat, termasuk juga organisasi mampu meningkatkan kepatuhan Ketersediaan barang publik yang
besar seperti Nahdatul Ulama (NU) pajak yang sifatnya “memaksa”. menguasai hajat hidup orang
banyak dan menjadi tanggung jawab
Gambar 3 - Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh, pemerintah (kesehatan, pendidikan,
2007–2011 jalan, listrik, dan sebagainya),
merupakan rapor kontrak sosial
antara negara dengan masyarakat.
Di Indonesia, anggaran untuk
beberapa kebutuhan mendasar
masih relatif kecil jika dibandingkan
dengan negara lain. Misalkan saja
untuk anggaran kesehatan. Pada
tahun 2010, anggaran kesehatan
di Indonesia sebesar USD 76.9
per kapita, jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan China (USD
220.9 per kapita), Malaysia (USD
367.9 per kapita), ataupun negara
berkembang yang ada di Asia Pasifik
(USD 182.8 per kapita).46 Mengacu
pada data statistik tersebut,
rendahnya kepatuhan pajak di
Indonesia dapat saja bersumber dari
Sumber: Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak, 2011.
ketidakpuasan Wajib Pajak mengenai
ketersediaan barang publik yang
menyuarakan sikap pemboikotan Kelemahan tersebut terlihat dari dapat diterima.
pajak untuk menekan kekuasaan tidak idealnya jumlah pegawai DJP Penting untuk digarisbawahi
yang menyelenggarakan pemungutan yang berfungsi dalam penerimaan bahwa rendahnya kepatuhan pajak
pajak.44 Gerakan ataupun suara pajak. Pada tahun 2011, jumlah total akan berimplikasi pada rendahnya
pegawai DJP sebanyak 31.736, di jumlah penerimaan, dan pada
mana pegawai yang berfungsi dalam akhirnya juga dapat berujung
43  Padahal berdasarkan survei integritas sektor publik di
tahun 2011 yang dilakukan oleh KPK, DJP memperoleh nilai penerimaan pajak hanyalah sebesar pada rendahnya alokasi anggaran
total integritas sebesar 7.65. Sedangkan di tahun 2010, DJP 10.611 (account representative untuk penyediaan barang publik.
mendapatkan skor 9.73 dan 9.82 (keduanya skala 10) untuk kode dan pemeriksa), atau hanya 33.4%. Singkatnya, political will dalam
etik dan promosi anti korupsi. Data didapatkan dari Andi Zulkifar,
“Setengah Gelas Penuh dalam Reformasi Perpajakan”, Agustus
2012. Dapat diakses pada www.pajak.go.id/content/articl/ dengan pajak. Selain boikot pajak dan “pembiaran”, ada pula opsi 45  Lihat komentar Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rahmany
setengah-gelas-penuh-dalam-reformasi-perpajakan. tentang pengelolaan uang pajak untuk kebaikan rakyat dengan tentang tidak idealnya jumlah pegawai pajak dalam Harian
44  Sebenarnya dalam Musyawarah Nasional Nahdlatul Ulama tanggung jawab. Lihat opini perwakilan PBNU, Masdar Farid Kontan, “Jumlah Pegawai Pajak Tidak Ideal,” 27 September 2012.
pada September 2012 tersebut terdapat beberapa opsi terkait Mas’udi “Perihal Boikot Pajak”, Kompas, 28 September 2012. 46  Data diambil dari World Development Indicators, World Bank.

12 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
bidang anggaran sangat menentukan, kepentingan yang ada dalam juga sangat diperngaruhi oleh
jika tidak Indonesia hanya akan sektor perpajakan. Institusi lain, sumber daya manusia, sistem
terjerembab dalam vicious circle mulai dari badan legislasi hingga teknologi dan administrasi, serta
mengenai tercederainya kontrak pengadilan pajak, pada dasarnya sinergi dengan sistem peradilan. Di
sisi lain, norma sosial ataupun moral
pajak bukanlah sesuatu yang mudah
Tabel 1 - Perbandingan antara Jumlah Pegawai DJP dengan dibentuk dalam waktu yang singkat.
Wajib Pajak, 2011 Norma atau nilai yang dipegang oleh
individu dapat ditelusuri dari nilai
Jumlah Rasio terhadap Wajib Pajak yang dibentuk dalam masyarakat,
Pegawai Struktural 26.933 1 : 830 sebagai hasil dari interaksi baik antar
Pemeriksa Pajak 4.394 1 : 5.090 Wajib Pajak (horizontal reciprocity)
maupun antara Wajib Pajak dengan
Account Representative 6.217 1 : 3.597 otoritas pajak (vertical reciprocity)
Pegawai fungsional 4.803 1 : 4.656 dari proses jangka panjang. 48
Total pegawai 31.736 1 : 704 Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia harus secara cermat
Wajib Pajak 22.364.559 meramu upaya-upaya untuk
Sumber: dikalkulasi berdasarkan data dari Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak, 2011.
memperkuat enforcement maupun
menumbuhkan kepercayaan, dengan
berbagai kendala yang ada. Selain
sosial dan ketidakpatuhan pajak. juga harus ikut andil bagian dalam itu, penting untuk melakukan
Keempat, apakah perlakuan/ memperbaiki iklim kepatuhan pajak kerjasama yang mencakup tidak
pelayanan ataupun kemudahan di Indonesia. Pemegang kekuasaan hanya otoritas pajak, namun juga
dalam membayar pajak di Indonesia yang lebih tinggi seharusnya dapat penyelenggara pemerintah yang
sudah cukup baik? Hal ini bukanlah mengoordinasikan berbagai institusi bertugas menyediakan barang
sesuatu yang mudah diukur. Walau yang terkait dengan perpajakan publik, hingga sektor hukum (dalam
demikian, dari beberapa survei, untuk melakukan harmonisasi hal ini pengadilan pajak).
wajib pajak sepertinya puas dengan kebijakan dan menerapkan prinsip Hal yang perlu diingat adalah,
kinerja DJP. Misalkan saja, survei good governance. Misalkan, untuk jangan sampai otoritas pajak
yang dilakukan oleh IPB (2010) yang memperbaiki transparansi dalam di Indonesia hanya mengambil
menunjukkan skor 3.79 (dari skala 4) pengelolaan keuangan atau misalkan langkah keras dengan menunjukkan
atas indeks kepuasan. Terdapat pula transparansi proses peradilan. coercive power. Cara yang bersifat
penghargaan platinum kepada Kring Selain kelima hal di atas, koersi hanya akan menciptakan
Pajak atas contact center terbanyak sebenarnya masih terdapat hal- antagonistic climate, di mana
yang bertujuan memberikan informasi hal lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak sekedar
dan menerima aduan dari masyarakat ke(tidak)patuhan pajak di Indonesia. karena paksaan atau tekanan, tanpa
tentang pajak. Selain itu, kini publik Sebagai contoh, permasalahan adanya kepercayaan kepada otoritas
juga semakin mudah mendapatkan informasi asimetri dalam perpajakan pajak. Selain itu, Wajib Pajak yang
informasi tentang peraturan pajak di Indonesia yang berkontribusi pada sebelumnya patuh secara sukarela,
lewat berbagai sosialisasi yang tingginya biaya kepatuhan pajak. 47 dapat saja kehilangan rasa percaya
dilakukan oleh DJP. Seluruh hal ini Biaya kepatuhan yang tinggi akan kepada otoritas karena perspektif
pada dasarnya menunjukkan bahwa cenderung mendorong tingginya cops and robbers yang dijalankan
terdapat keinginan positif dari DJP proporsi underground economy yang oleh otoritas pajak.
untuk memberikan pelayanan yang pada umumnya menjadi sektor yang Berorientasi semata-mata pada
maksimal kepada Wajib Pajak. sulit untuk dipajaki (hard to tax). kepercayaan juga tidak dapat
Sayangnya, hal ini tidak diimbangi Lalu kebijakan apa yang tepat menjamin kesinambungan tingkat
dengan jumlah pegawai DJP yang untuk diterapkan di Indonesia? Di kepatuhan pada jangka panjang,
telah dijelaskan pada Tabel 1 di atas. satu sisi, meningkatkan kepatuhan terlebih jika hal-hal bersifat
Terakhir, landscape politik dengan terpaku pada upaya law kepatuhan dikaitkan hanya dengan
ekonomi sebenarnya sudah sangat enforcement merupakan cara cepat etika, norma sosial, serta agama
kondusif untuk meningkatkan meningkatkan kepatuhan pajak, (dengan keterlibatan tokoh-tokoh
kepatuhan Wajib Pajak. Sistem namun menciptakan biaya di sisi masyarakat). Adanya hal tersebut
demokrasi dan keterwakilan terlihat administrasi yang cukup besar. Selain justru hanya akan mendorong
dari partisipasi publik dalam itu, keberhasilan law enforcement terjebak pada confidence climate,
merumuskan dan mengontrol yang mana adanya suatu kekuatan
pengelolaan pajak di Indonesia. enforcement dari otoritas pajak
47  Lihat pembahasan konseptual mengenai kaitan antara
Walau demikian, penting untuk informasi yang tidak berimbang dengan biaya kepatuhan dalam
justru tidak kompatibel (tidak
dicatat bahwa DJP hanyalah B. Bawono Kristiaji, “Asymmetric Information and Its Impact on
salah satu bagian dari pemangku Tax Compliance Cost in Indonesia: A Conceptual Approach,” 48  OECD, “Understanding and Influencing Taxpayers’
DDTC Working Paper No. 0113,( Januari, 2013). Compliance Behaviour,” Information Note, (November, 2010), 20.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 13


insideheadline


sesuai dengan kaidah keilmuan, tidak untuk mendeteksi kecurangan, etika
berlebihan, proporsional, dan adil. dan norma sosial, demokrasi, hingga
Sedangkan trust di sini mengacu kepercayaan terhadap otoritas
Pada intinya, pada suatu kepercayaan yang
berangkat dari pemikiran rasional
pajak. Pada intinya, kepercayaan
(trust) maupun kekuatan (power)
kepercayaan (trust) (reason-based trust) di mana rasa merupakan dua hal yang sama-sama
maupun kekuatan percaya tumbuh akibat pelayanan dibutuhkan. Namun, kombinasi
(power) merupakan yang baik, keterbukaan, dan juga
penilaian tentang seberapa besar
keduanya harus dipadukan dengan
tepat.
dua hal yang sama- manfaat uang pajak akan kembali Di Indonesia, terdapat beberapa


sama dibutuhkan. kepada ketersediaan barang publik faktor yang seyogianya berpengaruh
Namun, kombinasi bagi Wajib Pajak.49 pada kemauan Wajib Pajak
untuk tunduk terhadap regulasi
keduanya harus 4. Penutup perpajakan. Faktor-faktor tersebut
dipadukan dengan adalah, namun tidak terbatas
tepat. Pemahaman atas motif pada: kepercayaan yang lemah
serta kondisi yang menyertai akibat adanya kasus korupsi pajak,
ketidakpatuhan pajak dapat tidak idealnya jumlah pegawai
menuntun pemegang kebijakan DJP, pelayanan pajak, rendahnya
untuk menemukan solusi dalam ketersediaan barang publik, serta
mengatasi hal tersebut. Dengan lemahnya transparansi dan corporate
serasi) dengan kepercayaan yang demikian, penelitian mengenai governance. Seluruh faktor tersebut
sudah menjadi komitmen. Sehingga, mengapa orang tidak patuh dalam membuktikan bahwa kepercayaan
sedikit saja kadar kekuatan (power) membayar pajak pada dasarnya terhadap pemerintah/otoritas pajak
otoritas pajak muncul, justru hanya sama pentingnya dengan penelitian serta kekuatan untuk menegakkan
akan mengakibatkan “terpelesetnya” mengenai bagaimana kebijakan aturan merupakan dua hal yang
tingkat kepatuhan pajak ke tingkat yang tepat untuk meningkatkan harus sama-sama diperjuangkan.
yang lebih rendah. penerimaan pajak di suatu negara. Mencari kombinasi yang tepat untuk
Kebijakan perpajakan seharusnya Dari pembahasan sebelumnya, mewujudkan voluntary maupun
dapat menciptakan saling sinerginya telah kita ketahui bahwa kepatuhan enforced compliance merupakan
power dan trust untuk meningkatkan pajak adalah suatu hal yang sifatnya tantangan, tidak hanya bagi DJP,
kepatuhan pajak (service climate). tidak menentu karena dipengaruhi namun juga institusi pemerintah
Power di sini bukanlah kekuatan yang berbagai faktor, mulai dari kekuatan lainnya. Pertanyaan yang tersisa
bersifat koersi (menekan atau dengan yang dimiliki oleh otoritas pajak hanyalah, seberapa besar komitmen
paksaan), namun lebih kepada pemerintah Indonesia untuk
legitimate power yang bersifat tegas, 49  Lihat Katharina Gangl, Eva Hofmann, dan Eric Kirchler, Op.Cit. menjawab tantangan tersebut.

14
“ Pemahaman atas motif serta kondisi yang menyertai
ketidakpatuhan pajak dapat menuntun pemegang kebijakan
untuk menemukan solusi dalam mengatasi hal tersebut.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013



insideheadline

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 15


insideheadline

Kepatuhan Pajak
pada Shadow Economy
Relevansi, Konsekuensi, dan Solusi

S
Ganda Christian Tobing 1 ecara umum, terdapat dua konsep utama dari
fair share dalam sistem perpajakan, yaitu: (i)
unsur keadilan dalam distribusi beban pajak;
dan (ii) unsur keadilan terhadap manfaat yang
diberikan oleh pemerintah kepada seseorang atas
pajak yang dibayarnya.

1. Pendahuluan perpajakan, yaitu: (i) unsur keadilan Di sisi lain, free rider dalam
dalam distribusi beban pajak; dan sistem perpajakan dapat terjadi
Dari sejarahnya, pajak telah (ii) unsur keadilan terhadap manfaat apabila terdapat pihak-pihak
dikenal sekian ribu tahun sebagai yang diberikan oleh pemerintah yang memperoleh atau menerima
bentuk pungutan oleh penguasa kepada seseorang atas pajak yang penghasilan yang jumlahnya melebihi
terhadap rakyatnya. 2 Umur pajak dibayarnya. 5 Dalam rangka melihat penghasilan tidak kena pajak,
itu sendiri dapat dipersamakan kaitan antara fair share dan free namun tidak membayar pajak atas
dengan umur dari permasalahan rider dalam sistem perpajakan, penghasilannya tersebut. Misalnya,
ketidakpatuhan pajak. 3 Dalam maka pada bagian ini penulis akan seorang pekerja pabrik yang telah
sistem perpajakan yang modern, membatasi penjelasan hanya dari membayar pajak melalui pemotongan
perilaku ketidakpatuhan ini tentunya sisi unsur keadilan dalam distribusi penghasilan yang dilakukan oleh
tidak dapat dibenarkan begitu saja beban pajak. perusahaan tempatnya berkerja. Jika
mengingat perilaku ini berpotensi Langkah awal untuk menentukan pekerja pabrik tersebut dibandingkan
mencederai prinsip integritas dalam unsur keadilan dalam distribusi dengan seorang yang melakukan
sistem perpajakan, di mana setiap beban pajak adalah menentukan usaha dagang namun tidak membayar
pihak diminta untuk berkontribusi siapa pihak yang harus menanggung pajak meskipun penghasilannya
kepada negara sesuai dengan biaya pengadaan barang dan fasilitas melebihi penghasilan tidak kena
kemampuan mereka (paying their publik. Misalnya, dalam sistem pajak, maka kelompok ini dapat
fair share) sehingga tidak ada satu pemajakan atas penghasilan orang dikategorikan sebagai free rider.
kelompok pun yang menjadi free- pribadi, di mana penentuan pihak Istilah free rider disematkan karena
rider dalam masyarakat.4 yang menanggung biaya pengadaan orang tersebut ikut menikmati barang
Lalu, bagaimana kaitan antara barang publik dan fasilitas publik dan fasilitas publik yang dibiayai
fair share dan pengaruh free rider ini mengadopsi prinsip horizontal dari pajak tetapi tidak berpartisipasi
dijabarkan dalam sistem perpajakan? equity. Dalam prinsip ini, setiap menanggung pengadaan barang dan
Secara umum, terdapat dua konsep orang diberikan ambang batas 6 fasilitas publik, meskipun memiliki
utama dari fair share dalam sistem kemampuan membayar pajak yang kemampuan untuk itu.
jumlahnya sama, sehingga barang Keberadaan free rider ini tentunya
siapa yang jumlah penghasilannya dapat merugikan sistem perpajakan
1  Manager, Tax Research and Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax
Center. melebihi ambang batas tersebut dan dapat mendorong Wajib Pajak
2  Lihat Charles Adams, For Good and Evil: The Impact of Taxes on the Course of diwajibkan membayar pajak. Setelah yang patuh menjadi tidak patuh. Oleh
Civilization (Maryland: Madison Books, 2001); Ferdinand H.M. Grapperhaus, itu, besaran kontribusi mereka karena itu, dalam rangka menuju
Taxes Through the Ages: A Pictorial History (Amsterdam: IBFD, 2009); David F.
ditentukan dengan menerapkan kepada distribusi beban pajak
Burg, A World History of Tax Rebellions (New York: Routledge, 2004).
prinsip vertical equity melalui yang berkeadilan dan menghindari
3  James Andreoni, Brian Erard, dan Jonathan Feinstein, “Tax Compliance,”
Journal of Economic Literature Vol. XXXVI, (Juni 1998): 818.
penerapan tarif progresif. dampak dari keberadaan free rider
4  Valerie Braithwaite, Friedrich Schneider, Monika Reinhart, dan Kristina
dalam sistem perpajakan, maka
Murphy, “Charting the Shoals of Cash Economy,” dalam Taxing Democracy: 5  Michael Wenzel, “Tax Compliance and the Psychology of Justice,” dalam otoritas pajak dapat berperan untuk
Valerie Braithwaite, Ibid., 49.
Understanding Tax Avoidance and Evasion, ed. Valerie Braithwaite (Aldershot: menciptakan norma sosial dalam
Ashgate Publishing, 2003), 100-101. 6  Berupa penghasilan tidak kena pajak maupun personal relief lainnya.

16 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline

masyarakat dengan memastikan alokasi penerimaan dan distribusi yang sering dipersamakan dengan
besaran kontribusi yang fair bagi penghasilan.10 shadow economy adalah underground
setiap individu dalam masyarakat. Dalam artikel ini, penulis economy, informal economy, parallel
Cara yang dapat digunakan akan mengkaji fenomena shadow economy, black economy, hidden
oleh otoritas pajak untuk economy dan dampaknya terhadap economy, irregular economy, second
mengukur distribusi beban pajak ketidakpatuhan pajak. Setelah itu, economy, unobserved economy,
yang berkeadilan dan sekaligus turut dibahas juga tindakan yang unofficial economy atau juga cash
mengukur tingkat kepatuhan adalah dapat ditempuh oleh otoritas pajak economy. Permasalahan yang
mengestimasi besarnya tax gap dalam mengelola kepatuhan pajak pertama kali timbul dalam mengukur
dalam sistem perpajakan. Tax gap pada individu dalam aktivitas seberapa besar dampak fenomena
dapat diartikan sebagai perbedaan shadow economy. Diharapkan ini terletak pada definisinya.
antara jumlah aktual pajak yang artikel ini dapat menjernihkan Definisi yang digunakan oleh
dipungut dan jumlah potensi pajak pemahaman terhadap pengertian banyak peneliti di bidang ini
yang seharusnya dapat dipungut.7 shadow economy, menjelaskan bervariasi antara satu dengan lainnya
Di banyak negara, komponen hubungan antara shadow economy dan sangat bergantung pada metode
terbesar dari total tax gap berasal dengan ketidakpatuhan pajak dan atau indikator yang digunakan. Salah
dari aktivitas shadow economy. 8 mampu memberikan rekomendasi satu definisi yang umum digunakan
Banyak di antara para individu bagi otoritas pajak dalam menggali adalah definisi yang diberikan oleh
dalam aktivitas shadow economy potensi pajak dari aktivitas shadow Schneider dan Enste. Menurut
ini yang tidak terdaftar sebagai economy. mereka, shadow economy dapat
Wajib Pajak sehingga memperlebar diartikan sebagai semua aktivitas
jarak antara jumlah Wajib Pajak 2. Relevansi Shadow ekonomi yang berkontribusi terhadap
yang terdaftar dan yang potensial perhitungan Produk Nasional Bruto
terdaftar.9 Di samping itu, beberapa
Economy terhadap Sistem
maupun Produk Domestik Bruto
analis kebijakan publik berpendapat Perpajakan tetapi aktivitas tersebut sama sekali
bahwa keberadaan aktivitas shadow tidak terdaftar.12
economy ini berdampak signifikan 2.1. Pengertian Shadow
pada perekonomian suatu negara, Economy Working Paper Brazilian Institute of Ethics in Competition, (Maret 2002): 2; Lihat

tingkat penerimaan pajak di juga Philipe Adair, “The Non-Observed Economy in the European Union

negara tersebut, efisiensi dalam Fenomena shadow economy telah Countries (EU-15): A Comparative Analysis of Estimates,” dalam Tax Evasion

menarik perhatian para akademisi dan and the Shadow Economy, ed. Michael Pickhardt dan Aloys Prinz (Cheltenham:
Edwar Elgar Publishing Ltd, 2012), 90-91.
organisasi internasional sejak tahun
12  Friedrich Schneider dan Dominik H. Enste, “Shadow Economies: Size,
7  Simon James, John Hasseldine, Peggy Hite dan Marika Toumi, “Developing 1970-an.11 Beberapa terminologi Causes and Consequences,” Journal of Economic Literature Vol. XXXVIII,
a Tax Compliance Strategy for Revenue Services,” Bulletin for International
(Maret 2000): 78; Lihat juga Edgar L. Feige, The Underground Economies: Tax
Taxation, IBFD, (April 2001): 161.
Evasion and Information Distortion (New York: Cambridge University Press,
8  Barrie Russell, “Revenue Administration: Managing the Shadow Economy,” 10  James Alm, Jorge Martines-Vasques dan Sally Wallace, “Introduction to the 1989); UN Commission for Europe, “Non Observed Economy in National
Technical Notes and Manuals International Monetary Fund, (Juni 2010): 1. Volume,” dalam Taxing the Hard-to-Tax, ed. James Alm, Jorge Martines-Vasques Accounts,” United Nation Publication, (2008); Rolf Mirus dan Roger H. Smith,
9  Seth Terkper, “Managing Small and Medium-Size Taxpayers in Developing dan Sally Wallace (Amsterdam: Elsevier BV, 2004), 3. “Canada’s Underground Economy: Measurement and Implications,” dalam
Economies,” Tax Notes International, (Januari 2003): 211. 11  Vito Tanzi, “The Shadow Economy, It’s Causes and It’s Consequence,” The Underground Economy: Global Evidence of its Size and Impact, ed. Owen

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 17


insideheadline
Organisation for Economic Tabel 1 - Tipe Shadow Economy
Cooperation and Development
(OECD) menggunakan istilah
non-observed economy untuk
Tipe Aktivitas Transaksi Moneter Transaksi Non Moneter
menjelaskan fenomena ini, dan
membaginya ke dalam empat jenis
aktivitas, yaitu:13
Penghasilan dari produksi Barter dan penggunaan sendiri:
dan perdagangan obat- obat-obatan terlarang, barang
i. Produksi bawah tanah Aktifitas Ilegal obat terlarang, prostitusi, hasil pencurian, penyelundupan
(underground production); perjudian, penyelundupan dan lain sebagainya.
aktivitas produktif yang dan lain sebagainya
bersifat legal, tetapi sengaja
disembunyikan dari otoritas
Penghasilan maupun asset
publik dengan tujuan mengelak yang tidak dilaporkan
Barter barang maupun jasa yang
dari pajak dan peraturan Aktifitas Legal bersifat legal.
yang berhubungan dengan
lainnya. kegiatan legal
ii. Produksi ilegal (illegal
production); aktivitas Sumber: Rolf Mirus dan Roger H. Smith, “Canada’s Underground Economy: Measurement and Implications”, dalam The Underground Economy: Global Evidence of its
produktif yang menghasilkan Size and Impact, ed.Owen Lippert dan Michael Walker (Vancouver: The Fraser Institute, 1997), 5, dengan modifikasi oleh penulis
barang dan jasa yang dilarang
oleh hukum. berhubungan dengan pajak maupun penghasilan yang diperoleh
iii. Produksi sektor informal non-pajak di atas, dapat ditarik tidak dilaporkan kepada
(informal sector production); kesimpulan bahwa shadow economy otoritas pajak, sehingga tidak
aktivitas produktif yang legal dapat diklasifikasikan untuk tujuan terkena pajak
yang menghasilkan barang perpajakan menjadi:14 Di banyak negara anggota OECD,
dan jasa dalam skala produksi terdapat unit tertentu dalam otoritas
kecil yang umumnya dilakukan i. Aktivitas ekonomi yang bersifat pajak yang khusus menangani
oleh usaha rumah tangga yang ilegal, seperti penyelundupan, administrasi atas implikasi pajak
tidak berbadan hukum. perjudian, prostitusi, dan dari aktivitas ilegal.15 Perlu untuk
iv. Produksi rumah tangga untuk perdagangan narkotika diperhatikan bahwa pemungutan
digunakan sendiri (production ii. Aktivitas ekonomi yang pajak terhadap aktivitas shadow
of households for own final dilakukan secara legal, tetapi economy tidak serta merta berarti
use).
Sedangkan Mirus dan Smith Gambar 1 - Kerangka Aktivitas Shadow Economy
membedakan tipe shadow economy
berdasarkan karakter hukumnya
Aktivitas Ekonomi yang
yaitu, legal atau ilegal, yang Tidak Dapat Diobservasi
perbedaannya ditunjukkan melalui
Tabel 1.
Sementara Perserikatan Bangsa- Sektor Sektor Ilegal Sektor Informal
Terselubung
Bangsa mengklasifikasikan aktivitas
shadow economy sebagaimana Produksi tidak Secara ekonomi
terlihat pada Gambar 1. Secara Secara terlisensi
Dalam konteks perpajakan, statistik ekonomi
Pengasuh
banyak negara yang telah Produksi anak
mendefinisikan shadow economy ilegal
ini dalam ketentuan perpajakan
Tidak
mereka, dan beberapa diantaranya Jasa untuk
terdaftar
memasukkan unsur legal dan ilegal Rumah Tangga
dalam definisi terminologinya.
Berikut ini definisi shadow economy Kurang /tidak
dilaporkan Penjualan
dalam ketentuan perpajakan di
langsung
beberapa negara yang terlihat pada produk-produk
Tabel 2. pertanian
Dari berbagai definisi baik yang
Sumber: United Nations Commission for Europe, Non-Observed Economy in National Accounts: A Survey of Country Practice (New York: United Nations Publication,
2008), 2
Lippert dan Michael Walker (Vancouver: The Fraser Institute, 1997); Friedrich
Schneider dan Dominik H. Enste, The Shadow Economy: An International Survey
(Cambridge: Cambridge University Press, 2004).

13 OECD, Measuring the Non-Observed Economy: A Handbook (Paris: OECD 14  Darussalam, “Mendongkrak Pajak dari Underground Economy,” Investor 15  OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the
Publication, 2002), 13-14. Daily, 21 Maret 2011. Underground Economy,” Op.Cit., 6.

18 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
Tabel 2 - Definisi Shadow Economy di Beberapa Negara economy pada suatu negara.17
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
No Negara Definisi Schneider, Buehn dan Montenegro,
rata-rata jumlah transaksi shadow
1 Irlandia “any taxable income that is not declared” economy di Indonesia pada kurun
waktu antara tahun 1999-2007
“low visibility transactions where it is difficult
mencapai angka 18,9% dari Produk
2 Singapura to reconstruct the transactions unless the
Domestik Bruto (PDB).
taxpayer keeps proper records”
Jumlah ini masih lebih rendah
“both monetary and non-monetary jika dibandingkan dengan rata-
transactions that are intentionally not declared rata aktivitas shadow economy di
or accurately reported, including barter or negara-negara berkembang yang
3 Selandia Baru mencapai 34,2% pada tahun 2006.
cash, not filing, under reporting, inflating
expenses, income from illegal activities and Jika dibandingkan dengan angka
deliberate fraud” PDB Indonesia pada tahun 2012
yang mencapai Rp 8.241,9 triliun,18
“income from both legal and illegal activities maka angka transaksi pada aktivitas
4 Amerika Serikat that is not subject to information reporting or shadow economy di Indonesia dapat
withholding” mencapai Rp 1.557,7 triliun. Angka
“non-criminal business activity that generates ini menunjukkan besarnya potensi
income that goes unreported or under- pajak yang dapat digali dari aktivitas
reported for tax purposes. This can include shadow economy di Indonesia.
failure to file returns, omitting an entire Lalu, bagaimana aktivitas shadow
5 Kanada business activity (“moonlighting” or working economy ini dapat mendistorsi sistem
”off the books”), under report business income perpajakan kita? Misalnya, ada
received (“skimming”), bartering or failing to individu yang membayar pajak atas
report a portion of employment income such pembelian barang atau jasa tertentu,
as tips and gratuities” sementara ada individu lain yang
juga membeli barang atau jasa yang
Sumber: OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the Underground Economy,” Information Note (Januari 2012): 6.
sama tetapi tidak membayar pajak
karena transaksinya dilakukan dalam
shadow economy, maka perbedaan

Tabel 3 - Estimasi Shadow Economy di Indonesia 1999-2007

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-
Rata
19,7 19,4 19,4 19,3 19,1 18,8 18,6 18,3 17,9 18,9
(dalam persentase)
Sumber: Friedrich Schneider, Andreas Buehn dan Claudio E. Montenegro, “Shadow Economies All Over the World: New Estimates for 162 Countries from 1999 to 2007,” Background Paper for Policy Research Working Paper 5356 World Bank, (2010):
45. Bandingkan dengan data transaksi shadow economy pada negara berkembang yang mencapai 35-44% antara tahun 1988-2000 dalam Friedrich Schneider dan Dominik Enste, “Hiding in the Shadows: The Growth of the Underground Economy,”
International Monetary Fund, (2002).

melegalkannya. Oleh karena otoritas pajak juga hanya berwenang


diantara kedua individu ini dapat
undang-undang perpajakan memungut pajak dan tidak memiliki
menyebabkan sistem perpajakan
tidak memperhatikan asal dari otoritas untuk melegalisasi aktivitas
menjadi tidak fair. Hal ini dikarenakan
penghasilan yang dikenakan pajak,16 ekonomi tersebut.
mereka yang tercatat dalam official
maka setiap tambahan kemampuan
economy memiliki beban tambahan
ekonomis yang bersumber dari 2.2. Estimasi Shadow Economy
dalam mematuhi pajak dan regulasi
aktivitas ilegal sekalipun seharusnya dan Konsekuensinya
lainnya, sementara mereka yang
dapat dikenakan pajak. Selain itu, terhadap Sistem
Perpajakan
17  Untuk penjelasan lebih lanjut tentang metode apa saja yang dapat

16  Lihat penjelasan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 digunakan dalam mengestimasi shadow economy, lihat Friedrich Schneider

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun


Sebagaimana yang telah dan Dominik H. Enste, The Shadow Economy: An International Survey, Op.Cit.;

2008 tentang Pajak Penghasilan: “…Pajak dikenakan atas setiap tambahan disebutkan di atas bahwa terdapat Owen Lippert dan Michael Walker, “The Underground Economy: Global

kemampuan ekonomis…dari manapun asalnya…”; Lihat juga, Boris I. Bittker, berbagai indikator yang digunakan Evidence of its Size and Impact”, (Vancouver: The Fraser Institute, 1997); Edgar
L. Feige, Op.Cit.
“Taxing Income from Unlawful Activities,” Faculty Scholarship Series Paper
2289, (1974). Dapat diakses pada http://digitalcommons.law. yale.edu/
untuk mengestimasi ukuran shadow 18  Data dari Badan Pusat Statistik, dapat diakses pada: http://www.bps.go.id/
fss_papers/2289. tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=11&notab=1

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 19


insideheadline

O
toritas pajak disarankan untuk mengembangkan strategi
kepatuhan yang terintegrasi yang berfokus kepada penelitian
terhadap penyebab ketidakpatuhan, meningkatkan kegiatan
asistensi, mendorong kepatuhan individu yang terlibat
aktivitas shadow economy serta penegakan hukum terhadap
individu yang tidak patuh.

tidak tercatat dalam official economy i. Sifat dari aktivitas shadow otoritas pajak adalah sebagai berikut.
tidak terbebani dengan kewajiban economy yang tersebar dan
tersebut. Padahal, kedua individu tersembunyi membuat individu 3.1. Melakukan Penelitian
tersebut sama-sama mendapatkan yang terlibat di dalamnya sulit terhadap Area-Area pada
manfaat dari penyediaan barang untuk terdeteksi. Aktivitas Shadow Economy
publik oleh pemerintah yang dibiayai ii. Kesulitan dalam
dari pajak. mengidentifikasi target Dengan cakupan aktivitas
Selain itu, aktivitas shadow penerimaan dari aktivitas ini. shadow economy sebagaimana
economy ini akan berdampak iii. Individu yang terlibat dalam dijelaskan di atas, maka langkah
pada kecenderungan pemerintah aktivitas shadow economy ini pertama yang perlu dilakukan adalah
untuk menaikkan tarif pajak dalam tidak memiliki pembukuan mengkategorikan sektor-sektor
rangka menutup kekurangan dana maupun pencatatan yang yang memiliki aktivitas shadow
dalam penyediaan barang publik.19 cukup memadai. economy yang besar. Otoritas pajak
Kenaikan tarif pajak ini tentunya iv. Meskipun individu dalam di Kanada (CRA) telah melakukan
hanya akan berdampak pada mereka aktivitas shadow economy pengkategorian ini dan hasilnya
yang membayar pajak, bukan pada terdeteksi, namun terdapat dapat dilihat pada Tabel 4.
mereka yang terlibat dalam aktivitas kesulitan dalam memastikan Melakukan penelitian terhadap
shadow economy. Kenaikan tarif jumlah pendapatan yang tidak sektor-sektor yang termasuk dalam
pajak dan dampaknya tersebut dilaporkan oleh mereka. shadow economy akan memudahkan
mencerminkan distorsi dalam v. Meskipun jumlah pendapatan otoritas pajak untuk mengetahui
sistem perpajakan. Hal ini juga yang tidak dilaporkan individu yang terlibat dalam aktivitas
akan berpengaruh pada investasi dapat ditetapkan, namun ini sekaligus bermanfaat dalam
asing, karena investasi asing terdapat kesulitan dalam memahami perilaku ketidakpatuhan
merupakan bagian dari Wajib Pajak mengumpulkan pajak yang mereka. Selain itu, dari penelitian
yang mendapat fokus besar dari harus dibayar, dan sanksi tersebut, otoritas pajak juga dapat
pemerintah dalam membayar pajak, administrasi lainnya. mengetahui besaran peredaran usaha
sehingga besarnya shadow economy vi. Mengatasi ketidakpatuhan mereka, jumlah pekerja, aset dan
yang berdampak pada kenaikan tarif pada shadow economy peredaran usahanya. Data tersebut
pajak dapat berpengaruh besar pada tidak memberikan jaminan dapat digunakan untuk menyusun
investasi dari luar negeri. ketidakpatuhan tersebut tidak benchmark bagi setiap sektor-sektor
terulang lagi. yang terlibat dalam shadow economy.
3. Pengelolaan Kepatuhan vii. Wajib Pajak patuh yang merasa Dengan begitu, otoritas pajak dapat
bahwa shadow economy tidak memetakan risiko ketidakpatuhan
Pajak pada Shadow
ditangani dengan benar oleh pada sektor-sektor tersebut.
Economy melalui Langkah otoritas pajak dapat merespon
Administratif tindakan tersebut dengan
menjadi kurang patuh. 3.2. Berkerjasama dengan
Tantangan untuk meningkatkan institusi pemerintahan
penerimaan pajak dari aktivitas Untuk menghadapi tantangan lainnya
shadow economy menjadi perhatian tersebut, otoritas pajak disarankan
besar otoritas pajak di banyak untuk mengembangkan strategi Kerjasama dengan badan
negara berkembang. 20 Pada kepatuhan yang terintegrasi pemerintah lainnya dapat dilakukan
umumnya, tantangan yang dihadapi yang berfokus kepada penelitian dengan formalisasi usaha non-formal
oleh otoritas pajak adalah sebagai terhadap penyebab ketidakpatuhan, dalam skala kecil, saling menukarkan
berikut: 21 meningkatkan kegiatan asistensi, database informasi, program
mendorong kepatuhan individu yang integrasi single identity, keterlibatan
terlibat aktivitas shadow economy dalam pemberantasan tindakan
19  Vito Tanzi, Op.Cit., 11. serta penegakan hukum terhadap penyelundupan dan kriminal lainnya,
20  Barrie Russell, Op.Cit.,3. individu yang tidak patuh. Langkah- dan lain sebagainya.
21  OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the langkah yang dapat ditempuh oleh
Underground Economy,” Op.Cit., 4.

20 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline
kewajiban mereka serta
Tabel 4 - Kategori sektor-sektor dalam shadow economy mensosialisasikan biaya sosial
di Kanada dan risiko yang berkaitan
dengan ketidakpatuhan pajak.
Sektor Persentase Ragam Aktivitas
Salon, katering, bengkel kendaraan, 4. Pengelolaan Kepatuhan
Usaha Jasa pada Shadow Economy
22,1 servis elektronik, jasa keamanan, dan
Perorangan
lain-lain Melalui Kebijakan Pajak
Akomodasi dan Restauran, kafe, pub, hotel dan lain
16,4 Mengelola kepatuhan pajak secara
Tempat Hiburan sebagainya
efektif bersumber dari kebijakan
Toko, swalayan, pedagang kecil dan lain pajak yang mendukung dan konsisten
Retail 15,6
sebagainya dengan langkah tersebut. Perlu
Konstruksi 15,6 Renovasi rumah dan lain-lain diperhatikan bahwa dalam jangka
Warung internet, pekerja seni, pekerja pendek, desain kebijakan terhadap
Lain-lain 30,2 aktivitas shadow economy tidaklah
“malam”, dan lain-lain
Sumber: OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the Underground Economy”, Information Note (Januari 2012): 23.
bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang, program
pemajakan atas aktivitas shadow
3.3. Mereduksi risiko umumnya menggunakan economy dapat mereduksi risiko
ketidakpatuhan pada instrumen pembayaran tunai. ketidakpatuhan, meningkatkan
aktivitas shadow economy Dengan begitu, otoritas penerimaan dan menciptakan norma
pajak dapat memverifikasi sosial di masyarakat.
Untuk mereduksi risiko kebenaran jumlah peredaran
ketidakpatuhan pada aktivitas usaha dari usaha perdagangan 4.1. Simplifikasi Pemajakan
shadow economy, maka dibutuhkan tersebut. atas Sektor-Sektor Tertentu
proses pengidentifikasian risiko. ii. Perluasan penggunaan dalam Shadow Economy
Pemetaan risiko ketidakpatuhan data pihak ketiga untuk
pada aktivitas shadow economy dibandingkan dengan data Tujuan dari simplifikasi
telah dilakukan di Swedia dan dapat perpajakan. Misalnya, pemajakan atas sektor-sektor usaha
dideskripsikan pada Gambar 2. penggunaan data dari tertentu dalam shadow economy
Beberapa cara yang dapat perusahaan real estate, adalah menyediakan metode
ditempuh dalam mereduksi transaksi kartu kredit maupun alternatif bagi sektor usaha yang
ketidakpatuhan pada aktivitas PayPal, data rekening bank tidak memiliki sistem pembukuan
shadow economy diantaranya adalah: dan lain-lain. maupun pencatatan yang baik
iii. Mengatur standar pembukuan sehingga dapat menghindari beban
i. Kewajiban penggunaan bagi usaha kecil. kepatuhan bagi Wajib Pajak di sektor
register kas pada aktivitas- iv. Program edukasi dan asistensi ini. 22 Simplifikasi pemajakan dapat
aktivitas berbagai sektor di kepada individu-individu dilakukan dengan menetapkan pajak
bidang perdagangan maupun dalam shadow economy untuk dari persentase tertentu dari jumlah
usaha jasa perorangan yang membantu mereka mematuhi peredaran usaha atau persentase
jumlah aset. 23
Metode lain yang dapat ditempuh
Gambar 2 - Kerangka Risiko Ketidakpatuhan di Swedia
adalah alternative minimum taxes,
di mana perhitungan pajak terutang
menggunakan jumlah terendah antara
Organized Crimes Multi-Agency Approach
perhitungan pajak berdasarkan
metode jumlah peredaran usaha
atau persentase jumlah aset dengan
“Rule Breakers” Prosecute Tax Crimes
perhitungan pajak berdasarkan
tarif umum. 24 Selain itu, metode
Risk Takers Preventive Measures simplifikasi pemajakan lainnya

22  Richard M. Bird dan Sally Wallace, “Is It Really so Hard to Tax the Hard-to-
Compliers
Tax? The Context and Role of Presumptive Taxes,” dalam ed. James Alm, Jorge
Martines-Vasquez dan Sally Wallace , Op.Cit.,126.

23  Victor Thuronyi, “Presumptive Taxation,” dalam Tax Law Design and
Drafting, ed. Victor Thuronyi (Washington: International Monetary Fund,
Sumber: OECD, “Reducing Opportunities for Tax Non-Compliance in the Underground Economy”, Information Note (Januari 2012): 26.
1996), 402.

24  Richard M. Bird dan Sally Wallace, Op.Cit., 137.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 21


insideheadline
Pajak dalam sistem administrasi
perpajakan, maka sulit bagi Wajib
Pajak untuk mengelak melaksanakan
kewajiban perpajakannya di masa
yang akan datang. 26
Kebijakan pengampunan pajak
dapat diterapkan pada pokok pajak,
sanksi administrasi, atau keduanya
secara bersamaan. Di samping itu,
kebijakan pengampunan juga dapat
diberikan pada aset yang belum
dilaporkan. Pengampunan pajak
dapat diberikan terbatas pada periode
tertentu atau secara “permanen”
dalam sistem perpajakan, 27 misalnya
terhadap aset berupa rekening bank,
tanah, bangunan, kendaraan atau
perhiasan yang belum dilaporkan.
Kebijakan pengampunan
pajak telah diterapkan di banyak
negara, termasuk Indonesia. Dari
pengalaman beberapa negara dalam
menerapkan kebijakan pengampunan
pajak, terdapat beberapa variasi
pengampunan pajak yang dapat
dipelajari. Pada tahun 2002, Italia
menerapkan kebijakan pengampunan
pajak terhadap kekayaan Wajib
Pajak yang terletak di luar Italia yang
belum pernah dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan. Pelaporan kekayaan
ini disertai dengan pengenaan
sanksi minimum EUR 300 per tahun
pajak yang diberikan pengampunan.
Sedangkan pada tahun 2009,
kebijakan sanksi pajak di Italia
menggunakan pendekatan struktural
yang identik dengan kebijakan
pengampunan pajak. Jika Wajib
Pajak setuju pada koreksi pemeriksa
pajak dalam pemeriksaan, maka
sanksi yang diberlakukan adalah
seperdelapan dari nilai sanksi yang
sesungguhnya. Kebijakan ini juga
adalah metode tachsiv, yaitu metode metode penghitungan berdasarkan bertujuan untuk mengurangi beban
penetapan pajak berdasarkan faktor- tarif umum. kerja dari pengadilan pajak. 28
faktor tertentu dari suatu sektor Pengampunan pajak di India pada
usaha. 25 Misalnya, usaha restoran 4.2. Amnesti Pajak tahun 1997 merupakan salah satu
dapat dipajaki berdasarkan lokasi, cerita sukses penerapan kebijakan
harga rata-rata menu makanan dan Untuk mengatasi permasalahan ini. 29 Pemerintah India berhasil
minuman atau jumlah tempat duduk potensi pajak yang hilang dari mengumpulkan penerimaan sebesar
dalam restoran tersebut. Penetapan aktivitas shadow economy, maka USD2,5 miliar dari 350.000 Wajib
faktor-faktor yang digunakan dapat dipertimbangkan adanya Pajak orang pribadi. Wajib Pajak
sebagai basis pemajakan dapat kebijakan untuk memberikan
dinegosiasikan dengan asosiasi dari pengampunan pajak. Tujuan utama 26 Darussalam, Op.Cit.
sektor usaha tersebut. Sedangkan pengampunan pajak adalah untuk 27  Jacques Malherbe, “Tax Amnesties in the 2009 Tax Landscape,” Bulletin for
pelaku usaha dapat memilih untuk menjaring data kekayaan Wajib International Taxation, IBFD, (April 2010): 224.

menggunakan metode lainnya atau Pajak, sehingga dengan telah 28  Jacques Malherbe, Ibid., 225.

tercatatnya data kekayaan Wajib 29  James Alm, “Tax Policy Analysis: The Introduction of a Russian Tax
25  Victor Thuronyi, Op.Cit., 119. Amnesty,” Working Paper 98-6, Andrew Young School of Policy Studies, (1998): 5.

22 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideheadline

“ T
ujuan utama pengampunan pajak adalah untuk
menjaring data kekayaan Wajib Pajak, sehingga
dengan telah tercatatnya data kekayaan Wajib Pajak
dalam sistem administrasi perpajakan, maka sulit bagi
Wajib Pajak untuk mengelak melaksanakan kewajiban
perpajakannya di masa yang akan datang. (Darussalam)

tetap diwajibkan membayar pokok individu dalam melaksanakan diperlukan untuk menjaring data
pajak dengan menggunakan tarif kewajiban perpajakannya dan ikut aktivitas shadow economy ke dalam
umum yang berlaku pada saat berpartisipasi dalam pembiayaan sistem administrasi perpajakan.
pengampunan pajak diberikan. barang dan fasilitas publik. Oleh Masuknya data transaksi pada
Pemerintah India juga menggunakan karena itu, diperlukan penelitian aktivitas shadow economy ke dalam
kampanye media dan selebriti mengenai besaran tax gap untuk administrasi perpajakan dapat
terkenal untuk mengenalkan program memetakan tingkat kepatuhan digunakan untuk memonitor dan
pengampunan pajak ini kepada sukarela dan distribusi beban pajak mereduksi risiko ketidakpatuhan
masyarakat luas. dalam masyarakat. Dengan angka sehingga Wajib Pajak tidak dapat
Variasi lain dari pengalaman potensi pajak dari aktivitas shadow mengelak dalam melaksanakan
kebijakan pengampunan pajak di economy, otoritas pajak dapat kewajiban perpajakannya.
berbagai negara adalah kebijakan mereduksi besaran tax gap tersebut Pemerintah juga dapat
pengampunan pajak di Afrika sekaligus menciptakan pembayaran mempertimbangkan kebijakan
Selatan yang didesain khusus pajak sebagai norma sosial dalam pengampunan pajak dengan tujuan
untuk usaha kecil. 30 Tujuan dari masyarakat. untuk memperoleh data perpajakan
pengampunan pajak bagi usaha Mengingat peningkatan jumlah yang lebih luas selain tentunya
kecil ini adalah memperluas basis PDB Indonesia dari tahun ke tahun, untuk meningkatkan penerimaan
pemajakan, meningkatkan budaya maka ke depan angka transaksi negara. Terlepas dari kelemahan
kepatuhan, dan memfasilitasi usaha pada aktivitas shadow economy ini maupun kekuatan yang melekat
kecil ini dalam sistem perpajakan. berpotensi untuk terus bertambah. padanya, di masa yang akan datang,
Pengampunan diberikan untuk usaha Keberadaan shadow economy ini kebijakan pengampunan pajak dapat
kecil yang belum terdaftar dalam dalam sistem perpajakan akan terus digunakan untuk menciptakan sistem
sistem administrasi perpajakan memperlebar tax gap dan seterusnya perpajakan yang fair, meningkatkan
maupun usaha kecil yang telah akan mendistorsi sistem perpajakan kepatuhan sukarela dan dalam
terdaftar namun tidak melaporkan jika tidak ada tindakan konkret yang jangka panjang dapat meningkatkan
seluruh penghasilannya. dilakukan untuk mengelola isu ini. penerimaan negara.
Potensi pajak yang tidak tergali dari
5. Penutup aktivitas ini juga akan mengurangi
kualitas dari penyediaan barang
Memastikan setiap orang publik yang didanai dari pajak. Selain
berkontribusi sesuai dengan itu, aktivitas ini juga akan berdampak
kemampuan mereka merupakan pada makroekonomi serta tingkat
fungsi otoritas pajak dalam kepercayaan masyarakat kepada
menciptakan distribusi beban pemerintah.
pajak yang berkeadilan. Untuk itu, Dalam jangka pendek kebijakan
otoritas pajak harus mendorong pemajakan atas aktivitas
kepatuhan sukarela dari setiap shadow economy tidak langsung
menghasilkan banyak penerimaan,
30  Jacques Malherbe, Op.Cit., 229.
namun langkah administratif tetap

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 23


insidenewsflash

Rencana Pengenaan Cukai Daerah Belum Siap,


Telepon Seluler Pelimpahan PBB Mungkin
12 Februari 2013
Jakarta - Kebijakan ekstensifikasi cukai terus
Ditunda
Harian Kompas, 21 Februari 2013
digalakkan pemerintah. Setelah merilis daftar barang
Jakarta - Sejumlah
yang diusulkan dikenakan cukai, yaitu pulsa telepon
daerah ditengarai belum siap
selular, minuman berkarbonasi/soda, emisi kendaraan
memungut Pajak Bumi dan
bermotor, dan limbah pabrik. Kementerian Keuangan
Bangunan pada awal 2014.
tengah mematangkan kajian pengenaan cukai untuk
Penangguhan pelimpahan
perangkat telepon seluler.

image
kewenangan agar tidak terjadi
Usulan pengenaan cukai pada telepon seluler
kekosongan kewenangan
merupakan opsi alternatif atas rencana cukai pada
pengelolaan Pajak Bumi dan
pulsa. Artinya, pemerintah nanti akan memilih salah
Bangunan di daerah tersebut
satu dari obyek di atas untuk dikenai cukai, atau tidak
tengah dipertimbangkan.
sama sekali, keputusannya nanti diputuskan di DPR.
Direktur Eksekutif Komite
Pemerintah menilai telepon seluler merupakan
Pemantauan Pelaksana
barang mewah dan kebanyakan masih impor. Namun
Otonomi Daerah (KPPOD)
produk tersebut tidak dapat dikenakan bea masuk
Robert Endi Jaweng, di Jakarta, Rabu (20/2), menyatakan,
maupun Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) karena
tidak gampang mendorong daerah untuk cepat menyiapkan
terganjal konvensi internasional. Kalau dikenakan cukai
diri menyelesaikan peraturan daerah (perda) tentang Pajak
masih memungkinkan.
Bumi dan Bangunan (PBB). Perda tersebut merupakan dasar
Selain itu, aspek kesehatan menjadi alasan
hukum bagi daerah untuk memungut PBB.
pengenaan cukai
Wacana yang muncul, antara lain, dengan menerbitkan
telepon seluler. Menurut
peraturan pemerintah yang intinya memperpanjang
pemerintah penggunaan
kewenangan Ditjen Pajak untuk memungut PBB sektor
telepon seluler dalam
Pedesaan dan Perkotaan sampai pemda siap. Hal ini masih
jangka panjang dapat
terus dibahas.
merusak kesehatan
Kewenangan pemungutan PBB pedesaan dan perkotaan
seperti memicu kanker
selama ini berada di Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan
otak dan tumor sel saraf
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
pendengaran.
Daerah dan Retribusi Daerah, kewenangan pemungutan
PBB akan dilimpahkan ke pemerintah daerah paling lambat
31 Desember 2013.

Pengusaha Mendesak PPN Terigu Untuk


Pakan Dihapus www.kontan.co.id, 22 Februari 2013
Jakarta - Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) mendesak pemerintah
membebaskan pajak pertambahan nilai (PPN) atas produk tepung terigu yang digunakan
sebagai bahan baku pakan ternak.
Direktur Eksekutif Aptindo, Ratna Sari Loppies mengatakan, selama ini telah terjadi
diskriminasi pengenaan pajak antara tepung terigu untuk pakan ternak yang diproduksi oleh
pengusaha domestik dan produk terigu impor.
Ratna bilang, selama ini, harga terigu untuk pakan ternak dalam negeri menjadi kurang
kompetitif dibandingkan impor. “Terigu untuk pakan ternak produksi dalam negeri dikenai PPN sebesar 10%, sementara
terigu untuk pakan ternak impor dibebaskan PPN-nya,” ungkap Ratna.
Desianto Budi Utomo, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), mengemukakan usaha
pakan dan peternakan adalah sektor komoditas strategis. Sehingga wajar apabila bahan baku pakan tidak dikenakan bea
masuk atau PPN. “Bila masih banyak pungutan pajak, maka konsumen yang akan dirugikan,” kata dia.
Porsi terigu untuk industri ternak relatif minim. Dari kebutuhan pakan ternak 13,8 juta ton per tahun, kebutuhan
terigunya hanya 130.000 ton per tahun. “Terigu digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan,” katanya.

24 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidenewsflash

Pajak dan Retribusi Bebani RS Nirlaba


Harian Kompas, 20 Februari 2013
Jakarta - Meski didirikan untuk tujuan sosial, rumah sakit nirlaba mendapat beban pajak dan retribusi sama dengan
rumah sakit swasta yang berorientasi profit dan rumah sakit pemerintah. Di sisi lain, rumah sakit nirlaba diwajibkan
menyediakan 25 persen tempat tidur untuk layanan kelas III.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Akmal Taher, di Jakarta, Selasa
(19/2), mengatakan, sesuai Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, rumah sakit nirlaba termasuk rumah sakit publik yang berhak
mendapat insentif pajak. Namun, hingga kini, rumah sakit nirlaba masih
dibebani banyak pajak dan retribusi. “Pemberian insentif pajak bagi rumah
sakit nirlaba jadi kewenangan Kementerian Keuangan,” kata Akmal.
Rumah sakit nirlaba berperan besar dalam pemerataan layanan kesehatan.
Saat ini, ada 728 rumah sakit nonprofit dan 819 rumah sakit pemerintah.
Tekanan pajak dan retribusi dinilai Laksono Trisnantoro, Peneliti Pusat
Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM, menyebabkan pertumbuhan
rumah sakit nirlaba beberapa tahun terakhir sangat lambat. Bahkan,
beberapa diantaranya berubah status menjadi rumah sakit profit.

Dorong Bank Merger, DPR


Kemenkeu Mengkaji Insentif
Buka Wacana Diskon Pajak
www.kontan.co.id, 20 Februari 2013 Pajak Migas
Jakarta - DPR ingin mendorong perbankan di dalam Harian Kontan, 21 Februari 2013
melakukan aksi merger dan akuisisi. Tapi, perbankan enggan Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemkeu)
merger lantaran harus membayar kewajiban pajak yang lebih mempertimbangkan permintaan Kementerian Energi dan
tinggi. Karenanya, dalam pembatasan Rancangan Undang- Sumber Daya Mineral (ESDM) agar memberikan insentif
Undang Perbankan, muncul wacana untuk mengurangi tarif pajak bagi sektor minyak dan gas (migas).
pajak bagi perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal
Wacana ini disampaikan Wakil Ketua Komisi XI DPR (BKF) Bambang Brodjonegoro berpendapat, secara prinsip,
Harry Azhar Aziz, Selasa (19/2). Ia mencontohkan, pajak Kemkeu tidak keberatan jika pengenaan pajak terutama
yang harus dibayar oleh PT Semen Gresik, Semen Padang, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hanya diberlakukan bagi
dan Semen Tonasa yang melebur menjadi Semen Indonesia areal eksplorasi. “Yang menjadi subjek PBB hanyalah yang
mencapai Rp 7 triliun. “Kalau transaksi melibatkan pihak menjadi areal pengeboran. Yang tidak terpakai tidak kena
ketiga, atau menjual sahamnya ke pihak ketiga bisa pajak, pajak. Artinya, yang dikenakan hanya yang produktif,”
tapi kalau merger, sebaiknya beban pajaknya sama seperti katanya, Rabu (20/2).
awal sebelum merger,” jelasnya. Bambang melihat usulan Kementerian ESDM ini
Menanggapi ini, pengamat perpajakan Universitas masih realistis. Sekadar catatan, selama ini, pemerintah
Indonesia, Gunadi, berpendapat, dalam proses merger, mengenakan PBB terhadap seluruh lahan untuk kegiatan
biasanya terjadi revaluasi nilai aset sehingga bisa terkena eksplorasi. Padahal, sering kali, kegiatan eksplorasi ini tidak
Pajak Pertambahan Nilai. “Untuk insentif bisa saja mendatangkan hasil atau sumber
membayar pajak 10% dengan syarat mereka melakukan minyak yang
revaluasi aset tiap lima tahun sekali,” katanya. Pengamat didapat kurang
Pajak Universitas Pelita Harapan Ronny Bako berpendapat, e k o n o mi s
tidak semua perusahan merger kena kewajiban pajak lebih u n t u k
besar. “Yang diperiksa harusnya pemegang sahamnya,” diproduksi
tuturnya. dalam jumlah
besar.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 25


insidereview

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN PSAK 30


(SEWA) TERHADAP PAJAK PENGHASILAN
ATAS TRANSAKSI LEASING
Agustyadewi Srinawangsari1
Christine Tjen 2

K
onvergensi Pernyataan sesuai substansi ekonomi, tidak keuangan akan meningkat karena
Standar Akuntansi didasarkan pada ketentuan detail telah mengadopsi International
Keuangan (PSAK) ke dalam atribut kontrak perjanjian, Accounting Standards (IAS) sehingga
International Financial sedangkan standar yang rule based laporan keuangan perusahaan di
Reporting Standards memuat ketentuan pengakuan suatu negara akan lebih mudah
(IFRS) resmi dicanangkan akuntansi secara detail. Keunggulan dibandingkan dengan laporan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) penggunaan pendekatan principle keuangan perusahaan perusahaan di
pada tanggal 23 Desember 2008. based ini adalah menghindari negara lain dengan adanya standar
Sebagai bagian dari konvergensi dibuatnya perjanjian atau transaksi yang telah dikonvergensi. 5
PSAK ke IFRS tersebut, pada tanggal mengikuti peraturan dalam konsep Dalam pelaksanaan Standar
27 Juni 2007 Dewan Standar pengakuan. Dengan adanya Akuntansi Keuangan (SAK) yang
Akuntansi Keuangan – Ikatan standar yang principle based maka sudah dikonvergensi ke IFRS, DSAK
Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) telah perusahaan harus membuat judgment bekerjasama dengan regulator (dalam
mengesahkan perubahan PSAK yang tepat atas suatu transaksi untuk konteks ini, regulator di bidang
30 tahun 1994 tentang Akuntansi menentukan substansi ekonominya perpajakan) agar standar tersebut
Sewa Guna Usaha menjadi PSAK sehingga dapat menentukan dapat dilaksanakan secara konsisten.
30 (Revisi 2007) tentang Sewa standar yang tepat atas transaksi Perubahan pengaturan pada PSAK
yang berlaku efektif sejak 1 Januari tersebut.4 Meskipun perubahan 30 terkait dengan konvergensi
2008. Berikutnya PSAK 30 (Revisi pendekatan dari rule based menjadi ke IFRS ini juga akan berdampak
2007) pada tanggal 29 November principle based ini menimbulkan pada perpajakan khususnya Pajak
2011 digantikan oleh PSAK 30 implikasi perubahan yang bersifat on Penghasilan. Hal ini disebabkan
(Revisi 2011) 3 tentang Sewa yang balance sheet yang mungkin tidak karena eratnya hubungan laporan
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari diharapkan oleh perusahaan karena keuangan komersial perusahaan
2012. akan mempengaruhi penilaian analis dengan laporan keuangan fiskal.
Konvergensi PSAK 30 ke IFRS atas kinerja perusahaan, namun Dalam Penjelasan Pasal 28
menimbulkan perubahan pendekatan perubahan ini akan meningkatkan ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983
yang semula rule based menjadi transparansi dan akuntabilitas tentang Ketentuan Umum dan Tata
principle based. Standar yang perusahaan, karena pembaca Cara Perpajakan sebagaimana telah
menggunakan principle based laporan keuangan menjadi lebih jelas diubah terakhir dengan UU Nomor
mengatur prinsip pengakuan saat melihat besarnya liabilitas yang 28 Tahun 2007 dinyatakan bahwa
ditanggung perusahaan, termasuk pembukuan merupakan dasar
1  Alumni Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi pihak perbankan dan calon investor. penghitungan pajak yang terutang.
UI. Selain itu keterbandingan laporan
2  Dosen di Fakultas Ekonomi UI. 5  Wasilah, “PSAK 30 (Revisi 2007) Tentang Sewa dan Studi
3  Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan 4  Dwi Martani, Sylvia Veronica NPS, dkk, Akuntansi keuangan Kasus Penerapan di Sebuah Perusahaan,” Economic Business and
Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30: Sewa menengah berbasis PSAK: Buku 1 (Jakarta: Penerbit Salemba Accounting Review Vol III, no. 2 (Depok: Departemen Akuntansi
(Revisi 2011) (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). Empat, 2012). FE UI, 2010).

26 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview
Pembukuan harus dilaksanakan Pembiayaan sebagaimana diatur
dengan cara atau sistem yang lazim dalam Peraturan Presiden Nomor 9 2. Dampak Perbedaan
dipakai di Indonesia, misalnya Tahun 2009 6 dan diartikan sebagai
Standar Akuntansi
berdasarkan SAK, kecuali peraturan “kegiatan pembiayaan dalam bentuk
undang-undang perpajakan penyediaan barang modal baik Keuangan dan Ketentuan
menentukan lain. Dalam hal tidak ada secara Sewa Guna Usaha dengan Pajak Penghasilan
pengaturan khusus oleh peraturan hak opsi (finance lease) maupun
perpajakan maka perlakuan pajak Sewa Guna Usaha tanpa hak opsi Di Indonesia, Wajib Pajak tidak
akan mengikuti perlakuan akuntansi (operating lease) untuk digunakan membuat dua pembukuan, cukup
komersial, sehingga perubahan oleh Penyewa Guna Usaha (lessee) satu pembukuan berdasarkan SAK,
dalam perlakuan akuntansi komersial selama jangka waktu tertentu kemudian dilakukan penyesuaian
akan berpengaruh pada perlakuan berdasarkan pembayaran secara fiskal berdasarkan ketentuan
pajak atas transaksi tersebut. angsuran.” pajak yang berlaku. Jadi dengan
Perlakuan perpajakan atas adanya perbedaan perlakuan atas
1. Perbedaan Pengaturan transaksi leasing diatur dalam transaksi leasing menurut SAK dan
Keputusan Menteri Keuangan peraturan perpajakan Wajib Pajak
atas Transaksi Leasing
Nomor 1169/KMK.01/1991 akan mengatasi perbedaan tersebut
Berdasarkan PSAK 30 beserta peraturan pelaksanaannya. dengan melakukan penyesuaian
(Revisi 2011) dengan Pajak Terdapat beberapa perubahan (rekonsiliasi) fiskal. Dengan demikian
Penghasilan pengaturan dalam PSAK 30 (Revisi perubahan perlakuan akuntansi
2011) yang akan menimbulkan atas transaksi leasing tidak akan
Leasing merupakan salah implikasi terhadap perlakuan Pajak mempengaruhi Pajak Penghasilan
satu kegiatan pembiayaan yang Penghasilan atas transaksi leasing, yang ditanggung perusahaan apabila
dilakukan oleh Perusahaan seperti dalam Tabel 1. tidak ada perubahan perlakuan
perpajakan sebagaimana seperti
Tabel 1 - Perbedaan Pengaturan atas Transaksi Leasing yang berlaku saat ini menurut
Berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
dengan Pajak Penghasilan 1169/KMK.01/1991.
Dampak yang dirasakan oleh
Wajib Pajak dari perbedaan
PSAK 30 (Revisi 2011) KMK Nomor 1169/ yang signifikan antara perlakuan
KMK.01/1991 akuntansi dan perpajakan adalah
Sewa guna usaha (leasing) peningkatan biaya kepatuhan pajak
Sewa adalah suatu adalah kegiatan pembiayaan (tax compliance cost). Berikut ini
perjanjian yang mana lessor dalam bentuk penyediaan
barang modal secara sewa tax compliance cost yang dapat
memberikan kepada lessee guna usaha dengan hak dikeluarkan oleh Wajib Pajak dengan
Pengertian hak untuk menggunakan opsi (finance lease) maupun
suatu aset selama periode mendasarkan pada pembagian tax
Leasing waktu yang disepakati. sewa guna usaha tanpa compliance cost menurut Cedric
Sebagai imbalannya, lessee hak opsi (operating lease)
untuk digunakan oleh lessee Sandford dalam Prasetyo7 yaitu:
melakukan pembayaran selama jangka waktu tertentu
kepada lessor. berdasarkan pembayaran 1. Direct money cost
secara berkala.

Lessor merupakan pihak Lessor adalah perusahaan Direct money cost merupakan
yang memiliki aset yang pembiayaan atau perusahaan biaya-biaya uang tunai yang
Pengertian memberikan hak untuk sewa guna usaha yang telah dikeluarkan oleh Wajib Pajak
Lessor menggunakan aset tersebut memperoleh izin dari Menteri untuk memenuhi kewajiban pajak.
kepada lessee dalam periode Keuangan dan melakukan
waktu yang disepakati. kegiatan sewa guna usaha. Dengan adanya perubahan PSAK
30 sehubungan dengan konvergensi
Lessee adalah perusahaan ke IFRS maka Wajib Pajak harus
atau perorangan yang mengeluarkan biaya tambahan
menggunakan barang
Lessee merupakan pihak modal dengan pembiayaan misalnya untuk training atau seminar
yang menerima hak untuk dari lessor. Syaratnya, atau untuk membayar konsultan
Pengertian menggunakan suatu aset perusahaan atau perorangan
Lessee pajak agar mendapatkan advice
dalam periode waktu yang tersebut telah memiliki terkait perlakuan perpajakan yang
disepakati. NPWP, mempunyai kegiatan
usaha dan/atau pekerjaan tepat atas transaksi yang dilakukan
bebas. Wajib Pajak.

7  Adinur Prasetyo, “Pengaruh Uniformity dan Kesamaan


Persepsi serta Ukuran Perusahaan Terhadap Kepatuhan Pajak
6  Republik Indonesia, “Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 (Minimalisasi Biaya Kepatuhan Pajak) Pada Perusahaan Masuk
tentang Lembaga Pembiayaan”. Bursa,” Disertasi FISIP UI, bahan tidak diterbitkan, 2008.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 27


insidereview

Tabel 1 - Perbedaan Pengaturan atas Transaksi Leasing 2. Time cost


Berdasarkan PSAK 30 (Revisi 2011)
dengan Pajak Penghasilan (Lanjutan) Time cost merupakan waktu yang
terpakai oleh Wajib Pajak dalam
melakukan pemenuhan kewajban
pajak antara lain untuk mempelajari
Finance lease apabila memenuhi peraturan pajak sehubungan dengan
semua kriteria berikut: perubahan perlakuan akuntansi dan
• Jumlah pembayaran sewa guna waktu untuk melakukan rekonsiliasi
usaha selama masa sewa guna. fiskal dalam mengatasi perbedaan
• Usaha pertama ditambah dengan akuntansi komersial dan fiskal.
Sewa Pembiayaan
nilai sisa barang modal, harus
(finance lease)
dapat menutup harga perolehan 3. Psychic or psychological cost
adalah lease
barang modal dan keuntungan
Klasifikasi yang mengalihkan
lessor. Psychic or psychological cost
sebagai secara substansial
• Masa sewa guna usaha terjadi apabila Wajib Pajak mengalami
finance lease seluruh risiko dan
ditetapkan sekurang-kurangnya keresahan dalam berinteraksi dengan
manfaat yang
dua tahun untuk Barang Modal sistem dan otoritas pajak. Antara
terkait dengan
Golongan I, tiga tahun untuk Wajib Pajak dan fiskus dapat timbul
kepemilikan suatu
Barang Modal Golongan II perbedaan interpretasi terhadap hal-
aset
dan III, dan tujuh tahun untuk hal tertentu menyangkut perlakuan
Golongan Bangunan. perpajakan atas transaksi leasing
• Perjanjian sewa guna usaha yang belum diatur secara rinci dalam
memuat ketentuan mengenai Keputusan Menteri Keuangan Nomor
opsi bagi lessee. 1169/KMK.01/1991 dan peraturan
pelaksanaannya.
Salah satu pendekatan principle
based yang diterapkan dalam PSAK
Operating Lease apabila memenuhi
30 (Revisi 2011) adalah dalam
semua kriteria berikut ini:
hal pengklasifikasian suatu lease
• Jumlah pembayaran sewa
sebagai finance lease atau operating
guna usaha selama masa
lease. Kriteria yang digunakan adalah
Klasifikasi Sewa operasi sewa guna usaha pertama
sejauh mana risiko dan manfaat
sebagai (operating lease) tidak dapat menutupi harga
yang terkait dengan kepemilikan
operating adalah sewa selain perolehan barang modal yang
aset sewaan berada pada lessor
lease sewa pembiayaan disewagunausahakan ditambah
atau lessee. Pendekatan ini lebih
(finance lease). keuntungan yang diperhitungkan
bersifat on balance sheet sehingga
oleh lessor;
manajemen tidak dapat membuat
• Perjanjian sewa guna usaha tidak
suatu perjanjian lease yang secara
memuat ketentuan mengenai
substansi merupakan finance lease
opsi bagi lessee.
tetapi membukukannya sebagai
operating lease yang dilakukan
dengan tujuan tertentu.
Dalam akuntansi fiskal terdapat
Finance lease perbedaan pengakuan beban
m e n j a d i dan pendapatan bagi lessee dan
operating lease Finance lease menjadi operating lessor terhadap finance lease dan
dan sebaliknya, lease, dengan penyebab yang lebih operating lease. Perbedaan tersebut
Perubahan
dengan penyebab spesifik yaitu akibat default dan digambarkan pada Tabel 2 berikut.
Klasifikasi
adanya perubahan sebab ekonomis dimana lessor Dilihat dari sisi peraturan
Leasing
persyaratan dalam dan lessee terdapat hubungan perpajakan, lease yang
kontrak yang istimewa. diklasifikasikan sebagai finance
disepakati oleh lease akan lebih menguntungkan bagi
lessor dan lessee. lessee. Seluruh pembayaran finance
lease berupa angsuran pokok dan
bunga yang dibayarkan atau terutang
Sumber: diolah peneliti. oleh lessee dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. Apabila ada hak
opsi untuk membeli, lessee dapat

28 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview
membebankan biaya penyusutan lease akan cenderung untuk diakui oleh kepada lessor akan dikenakan
dengan dasar penyusutan adalah sebagai finance lease karena pemotongan PPh Pasal 23 oleh
nilai sisa setelah penggunaan hak tidak ada aturan baku untuk lessee. Dengan demikian penerimaan
opsi tersebut. Sedangkan dalam memenuhi tiga kriteria seperti yang pajak yang berasal dari PPh Pasal
akuntansi komersial, lessee akan diberikan dalam Pasal 3 Keputusan 23 akan menjadi lebih kecil.
membebankan biaya penyusutan Menteri Keuangan Nomor 1169/ Berkaitan dengan
atas aset sewaan. Pada umumnya KMK.01/1991 dan penentuannya pengklasifikasian lease sebagai
masa lease lebih pendek dari masa berdasarkan substansi transaksi. Hal finance lease atau operating lease,
manfaat aset sehingga pembayaran ini memungkinkan transaksi lease menurut PSAK 30 (Revisi 2011)
finance lease yang dapat dikurangkan yang menurut ketentuan sebelumnya paragraf 9, penggunaan definisi
dari penghasilan bruto ini lebih termasuk dalam operating lease untuk mengklasifikasikan lease
besar daripada biaya penyusutan namun berdasarkan PSAK 30 (Revisi dalam keadaan berbeda dapat
yang dibebankan menurut akuntansi 2011) merupakan finance lease mengakibatkan lease yang sama
komersial. Dengan demikian lessee sehingga akan terjadi perubahan diklasifikasikan berbeda oleh lessor
dapat membebankan biaya perolehan perlakuan perpajakan. Dampaknya dan lessee. Hal ini akan berimplikasi
aset dengan lebih cepat. Meskipun terhadap Pajak Penghasilan yang pada pemotongan PPh Pasal 23
perbedaan ini bersifat temporer paling jelas terlihat adalah dalam hal yang dilakukan oleh lessee terhadap
namun dari sisi time value of money pemotongan PPh Pasal 23 karena pembayaran lease kepada lessor.
hal ini akan menguntungkan lessee. atas jasa pembiayaan dalam finance Masalah dapat timbul apabila
Apabila peraturan perpajakan lease tidak dikenakan pemotongan lessee mengklasifikasikan lease
mengikuti kriteria pengklasifikasian PPh Pasal 23 oleh lessee sedangkan sebagai operating lease sehingga
yang diberikan pada PSAK 30 untuk pembayaran operating lease lessee akan memotong PPh Pasal
(Revisi 2011) maka transaksi yang dibayarkan atau terutang 23 namun lessor mengklasifikasikan
lease tersebut sebagai finance lease
Tabel 2 - Perbandingan Perlakuan Perpajakan bagi Lessee dan sehingga menurut lessor penghasilan
Lessor dalam Operating Lease dan Finance Lease dari lease tersebut tidak seharusnya
dikenakan pemotongan PPh Pasal
Operating Lease Finance Lease 23.

3. Harmonisasi Peraturan
pembayaran angsuran Perpajakan
lease (angsuran pokok dan
Pengakuan
beban pembayaran bunga)
Beban oleh Antara laporan keuangan
operating lease beban penyusutan setelah
Lessee komersial dan laporan keuangan
menggunakan opsi membeli
fiskal terdapat perbedaan tujuan
penyusunan. Laporan keuangan
bertujuan umum (laporan keuangan
komersial) pada dasarnya bertujuan
untuk untuk memberikan informasi
Pengakuan mengenai posisi keuangan, kinerja,
seluruh pembayaran
Penghasilan imbalan jasa finance lease dan perubahan dari posisi keuangan
operating lease
oleh Lessor perusahaan yang bermanfaat
bagi sebagian besar pengguna
laporan keuangan dalam membuat
beban penyusutan tidak ada beban keputusan ekonomi. 8 Sedangkan
Pengakuan tidak ada cadangan penyusutan laporan keuangan fiskal ditujukan
Beban oleh penghapusan piutang cadangan penghapusan untuk menghitung penghasilan
Lessor ragu-ragu piutang ragu-ragu atau rugi neto fiskal. Demikian
juga dengan dasar penyusunannya,
apabila laporan keuangan komersial
disusun berdasarkan SAK, di lain
pihak laporan keuangan fiskal
Pemotongan disusun berdasarkan ketentuan
dikenakan pemotongan tidak dikenakan
PPh Pasal 23 peraturan perpajakan. Perlu
PPh Pasal 23 pemotongan PPh Pasal 23
oleh Lessee diingat bahwa dalam penetapan
peraturan perpajakan selain

Sumber: diolah peneliti. 8  Richard G Schroeder, Myrtle W. Clark, dan Jack M. Cathey,
Financial Accounting Theory and Analysis: Text and Cases 9th
Edition (USA: John Wiley & Sons, Inc.,2009).

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 29


insidereview
transaksi leasing memberikan
pengaturan yang tidak sepenuhnya
sejalan dengan SAK. Namun
perbedaan-perbedaan tersebut masih
dapat diatasi melalui rekonsiliasi
fiskal. Perbedaan pengaturan antara
akuntansi komersial dan akuntansi
fiskal dapat meningkatkan tax
compliance cost dari Wajib Pajak.
Peningkatan tax compliance cost ini
merupakan salah satu faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan
apakah perlu dilakukan harmonisasi
peraturan perpajakan dengan SAK
yang berlaku atau tidak.
Selain pertimbangan pada tax
compliance cost, harmonisasi
peraturan perpajakan dengan SAK
ini juga harus memperhatikan
asas kepastian (certainty) dalam
pemungutan pajak. Kepastian ini
penting untuk tetap dipegang karena
kepastian akan menjamin tercapainya
keadilan dalam pemungutan pajak.
Berkaitan dengan kepastian atas
dasar untuk mengenakan pajak
atas transaksi leasing maka dasar
hukumnya adalah Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 1169/
KMK.01/1991. Untuk pemberian
pengertian leasing yang termasuk
dalam cakupan transaksi yang
diatur oleh peraturan perpajakan
tersebut, sebaiknya tetap diberikan
batasan secara tegas dan jelas. Hal
ini untuk memberikan kepastian
hukum atas dasar pengenaan pajak
pada suatu transaksi. Demikian juga
dengan klasifikasi lease sebagai
finance lease atau operating lease
karena keduanya memiliki perlakuan
perpajakan yang berbeda.
Faktor lain yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan
perlu tidaknya dilakukan harmonisasi
peraturan adalah fungsi pajak seperti
yang telah dijelaskan diatas (budgeter
dan regulerend). Sehubungan dengan
mempertimbangkan fungsi budgeter Perubahan PSAK 30 terkait fungsi budgeter, apabila dilakukan
sebagai sumber penerimaan negara, dengan konvergensi ke IFRS harmonisasi ketentuan perpajakan
pajak juga ditujukan untuk mengatur berdampak pada perubahan dengan SAK, maka perlakuan
kegiatan sosial ekonomi atau lebih perlakuan akuntansi atas transaksi pajak akan mengikuti perlakuan
dikenal dengan fungsi regulerend.9 leasing yang dilakukan oleh Wajib akuntansi komersial. Dalam hal
Dengan adanya kedua fungsi ini maka Pajak. Apabila dikaitkan dengan pengklasifikasian lease, penerapan
ketentuan peraturan perpajakan SAK, Keputusan Menteri Keuangan principle based akan lebih bersifat
tidak selalu sejalan dengan SAK. Nomor 1169/KMK.01/199110 terkait on balance sheet. Lease akan
diklasifikasikan sebagai finance
10  Republik Indonesia, “Keputusan Menteri Keuangan Nomor: lease apabila substansi transaksi
9 Waluyo, Perpajakan Indonesia: Buku 1, Edisi 9 (Jakarta: Penerbit 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha
Salemba Empat, 2010). (Leasing)”.
menunjukkan ada pengalihan

30 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview
secara substansial seluruh risiko Untuk fungsi regulerend atau penerapan principle based yang ada
dan manfaat yang terkait dengan fungsi mengatur kehidupan sosial pada PSAK 30 (Revisi 2011), dimana
kepemilikan aset dari lessor ke ekonomi, asas kepastian sangat principle based banyak menggunakan
lessee, tidak ada aturan baku untuk penting keberadaannya. Hal ini judgment. Penggunaan judgment
memenuhi persyaratan-persyaratan terkait perbedaan perlakuan ini dapat diinterpretasikan berbeda
sebagaimana dalam standar yang rule perpajakan atas finance lease dan oleh Wajib Pajak dan fiskus. Dengan
based. Hal ini dapat menimbulkan operating lease. Kepastian klasifikasi demikian penerapan principle based
transaksi lease yang semula lease ini akan berdampak pada dapat mengakibatkan kepastian
diklasifikasikan sebagai operating kewajiban pemotongan PPh Pasal hukum dalam pelaksanaan ketentuan
lease akan menjadi finance lease 23 atas pembayaran lease oleh perpajakan berkurang. Selain itu
dengan penerapan principle based. lessee kepada lessor. Tanpa adanya penerapan principle based dalam
Perubahan ini akan berdampak pada kepastian, proses pemungutan pajak transaksi leasing akan menyulitkan
penerimaan Pajak Penghasilan yang akan lebih sulit. Asas kepastian ini proses pemungutan pajak dan
berasal dari pemotongan PPh Pasal akan menjamin bahwa ketentuan berdampak pada penerimaan Pajak
23 yang lebih kecil, karena atas perpajakan yang ditetapkan Penghasilan yang berasal dari
pembayaran finance lease tidak dalam rangka menjalankan fungsi pemotongan PPh Pasal 23 yang
dikenakan pemotongan PPh Pasal regulerend akan dapat mencapai lebih kecil.
23 sebagaimana dilakukan terhadap tujuan pengaturan bidang ekonomi
pembayaran operating lease. yang ingin dicapai.
Sedangkan untuk dampak terhadap Dengan beberapa pertimbangan di
Pajak Penghasilan yang ditanggung atas, maka terkait transaksi leasing
oleh lessor atau lessee harus dilihat ini tidak perlu dilakukan harmonisasi
untuk masing-masing transaksi atas peraturan perpajakan dengan
lease. SAK. Alasan utamanya adalah

S
elain pertimbangan pada tax compliance
cost , harmonisasi peraturan perpajakan
dengan SAK ini juga harus memperhatikan
asas kepastian (certainty) dalam
pemungutan pajak.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 31


A LU R Alur registrasi wajib pajak
Alur uang pajak yang dibayar Wajib Pajak

UANG
Alur administrasi pelaporan SPT

PAJAK
Wajib Pajak
yang memenuhi
syarat subjektif
dan objektif www.pajak.go.id

1
Mendaftarkan diri

Setiap orang atau badan yang


merupakan subjek pajak dan menerima
penghasilan yang dikenai pajak wajib
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan,
Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) yang wilayahnya meliputi Tanda terima
tempat tinggal (untuk orang pribadi) penyampaian
atau tempat kedudukan (untuk badan) SPT
untuk kemudian diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
Disamping melalui KPP atau KP2KP,
pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan
melalui e-registration, yaitu suatu cara
pendaftaran NPWP melalui media
elektronik on-line melalui situs www. DROP BOX
pajak.go.id.
Pengurusan NPWP TIDAK DIPUNGUT

2
BIAYA APAPUN.

Indonesia menganut self assessment KPP


dalam sistem perpajakannya. Artinya, Pojok Pajak
Wajib Pajak (WP) menghitung, menyetor,
dan melaporkan sendiri pajaknya. WP Mobil Pajak Keliling
melaporkan pajaknya melalui Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT).
Pemerintah, dalam hal ini DJP, Via Pos
berperan sebagai “pengawas” kepatuhan
perpajakan WP. DJP dapat saja
melakukan koreksi terhadap SPT yang
dilaporkan oleh WP. Namun, DJP hanya E Filing
bisa melakukan koreksi tersebut jika
memiliki data, keterangan dan bukti.

3 4
Jika terdapat pajak yang masih harus
dibayar, WP harus menyetorkannya Dari bank persepsi atau kantor pos tersebut, uang yang telah
dengan menggunakan Surat Setoran disetorkan akan masuk ke kas negara. Perlu ditekankan bahwa uang
Pajak (SSP) ke bank persepsi atau yang masuk disetorkan ke bank persepsi, lalu dari bank persepsi ke kas
kantor pos. negara. Uang pajak sama sekali tidak melalui kantor pajak.

5
Tidak semua bank umum atau kantor
pos dapat menjadi bank /pos persepsi. Uang pajak yang terkumpul merupakan sumber penerimaan negara
Penunjukan sebagai bank /pos persepsi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN
dilakukan oleh Menteri Keuangan. merupakan rincian pendapatan dan belanja negara dalam satu tahun
Dalam situs www.pajak.go.id terdapat dimana uang negara dialokasikan ke berbagai sektor. APBN merupakan
lebih dari 60 bank (tidak termasuk Rancangan Undang-Undang tentang APBN (RUU APBN) yang diajukan
cabangnya) yang ditunjuk sebagai bank oleh pemerintah dan kemudian disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
persepsi di seluruh Indonesia. (DPR)

32 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


taxenlightenment
Tahap Penyusunan APBN:
• Pemerintah pusat menyampaikan
RUU APBN disertai nota
keuangan dan dokumen-
NPWP dokumen pendukungnya kepada
DPR pada bulan Agustus tahun
Pengisian sebelumnya.
SPT • DPR dapat mengajukan usul
Wajib Pajak
menghitung, yang mengakibatkan perubahan
menyetor, dan
melaporkan jumlah penerimaan dan
pajaknya sendiri pengeluaran dalam RUU APBN.
• Pengambilan keputusan oleh
DPR mengenai RUU APBN
dilakukan selambat-lambatnya
2 (dua) bulan sebelum tahun
Pembayaran pajak anggaran yang bersangkutan
dengan bukti SSP
dilaksanakan.
Bayar ke • APBN yang disetujui oleh DPR
Bank Persepsi terinci sampai dengan unit
atau
Kantor Pos organisasi, fungsi, program,
kegiatan, dan jenis belanja.
• Apabila DPR tidak menyetujui
Bank si
Persep RUU APBN yang diajukan
pemerintah, pemerintah pusat
dapat melakukan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar
Uang pajak di setorkan
ke kas negara angka APBN tahun anggaran
sebelumnya.

6
Kantor
Pos

Bukti setoran pajak berupa SSP


dan SPT yang telah diisi dengan benar,
APBN lengkap, dan jelas harus dilaporkan
oleh WP ke DJP melalui KPP. Perlu
Pemerintah dan DPR merumuskan
alokasi uang pajak menjadi APBN
ditekankan bahwa DJP hanya mengurusi
administrasi perpajakan saja, tidak ada
infrastruktur uang pajak yang masuk ke DJP.
SPT Tahunan dapat disampaikan:
Telah disepakati DPR 1. Langsung di Tempat Pelayanan
dan pemerintah
Terpadu (TPT) pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP),
Penyampaian bukti setoran 2. Melalui pos/jasa kurir.
pajak (SSP) dan SPT yang
telah diisi dengan benar, Pendidikan Kesehatan 3. Melalui penyampaian secara
lengkap, dan jelas dan sektor-sektor lainnya elektronik atau e-Filling.
4. Menyampaikan ke Pojok Pajak,
Mobil Pajak atau Drop Box.

Bagi WP yang ingin menyampaikan


SPT Tahunan Lebih Bayar, SPT Tahunan
Tahap Penyusunan RUU APBN: Pembetulan atau SPT Tahunan yang
• Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran menyusun disampaikan setelah batas waktu
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga tahun penyampaian, maka SPT Tahunan
berikutnya disertai dengan prakiraan belanja. Rencana tersebut tersebut harus disampaikan secara
disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai langsung ke TPT pada KPP, tempat
• Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada DPR untuk dimana WP yang bersangkutan terdaftar

7
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RUU APBN.
• Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan Setelah melaporkan SPT secara
kepada Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RUU lengkap, Wajib Pajak akan menerima
APBN tahun berikutnya. tanda terima penyampaian SPT.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 33


insideevent

BENEFICIAL OWNERSHIP
Concept, History, and Recent Development
Di awal tahun ini, tepatnya beneficial ownership tetap tidak jelas dapat langsung digunakan. Hal ini
tanggal 29 Januari 2013, DANNY dan selalu diperdebatkan. Meski dikarenakan tax treaty merupakan
DARUSSALAM Tax Center telah dimasukkan selama 30 tahun bagian dari hukum perjanjian
mengadakan seminar dengan topik lebih, OECD Model tidak pernah internasional yang prinsip-prinsip
“BENEFICIAL OWNERSHIP (Concept, memberikan definisi yang pasti dari interpretasinya diatur dalam Vienna
History, and Recent Development)”. beneficial ownership. Convention on the Law of Treaties
Pembicara dalam seminar ini adalah (VCLT).
G. C. Tobing dan Yusuf W. Ngantung, Konsep Beneficial Ownership
dengan keynote speaker Darussalam. Prinsip umum interpretasi dalam
Seminar ini berlangsung pada pukul Ketentuan pemajakan atas VCLT menjelaskan bahwa ketentuan
09.00-16.00 WIB di Training Room dividen, bunga dan royalti dalam dalam tax treaty harus dijalankan
DANNY DARUSSALAM Tax Center. tax treaty mensyaratkan penerima dengan itikad baik (good faith),
penghasilan sebagai beneficial diartikan menurut pengertian umum
INTI BAHASAN DALAM owner agar dapat menikmati fasilitas (ordinary meaning) dan konteks-
SEMINAR penurunan tarif yang disediakan nya, dan dikaitkan dengan tujuan
oleh tax treaty tersebut. Karenanya, diadakannya tax treaty. Lebih lanjut,
Sejarah Beneficial Ownership pemahaman tentang konsep para ahli perpajakan internasional
beneficial owner sangatlah penting. menerangkan bahwa OECD
“To understanding the present, Commentary merupakan bagian dari
you must know the past”. Konsep Menurut Pasal 3 Ayat (2) OECD konteks sebagaimana yang dimaksud
beneficial ownership pertama kali Model, suatu istilah yang tidak dalam Pasal 31 VCLT.
dikenal dalam hukum tanah di didefinisikan dalam tax treaty
Inggris (common law). Pada tahun dapat menggunakan pengertian OECD Commentary tidak
1966, konsep beneficial ownership berdasarkan ketentuan domestik menjelaskan pengertian dari
dimasukkan ke dalam Protokol Tax dari kedua negara yang mengadakan istilah beneficial owner. Namun,
Treaty antara Inggris dan Amerika tax treaty sepanjang konteks dari commentary hanya menyebutkan
Serikat. Kemudian, delegasi Inggris istilah tersebut tidak menyatakan bahwa perusahaan conduit
mengajukan agar istilah beneficial hal lain. Jadi, walaupun definisi dari dikecualikan dari pengertian
owner ini dimasukkan ke dalam OECD beneficial owner tidak dijelaskan beneficial owner karena hanya
Model. Pada tahun 1977, konsep secara langsung dalam pasal- memiliki kekuasaan yang kecil saja
beneficial ownership pertama kali pasal di OECD Model, tidak serta terhadap penghasilan yang dia
dimasukkan ke dalam OECD Model. merta berarti pengertian beneficial peroleh.
Namun, sampai saat ini makna dari owner menurut ketentuan domestik Untuk memahami pengertian

34 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideevent

beneficial owner, kita dapat merujuk ditarik kesimpulan bahwa hanya Beberapa ahli juga memberikan
dari contoh sengketa hukum yang dalam kondisi perusahaan perantara pendapatnya mengenai masalah
telah diputuskan oleh pengadilan tidak mempunyai kekuasaan dan ini, misalnya Kees Van Raad.
di berbagai negara, diantaranya pengendalian atas dana yang Menurutnya, konsep beneficial owner
Indofood, Prevost, dan Velcro. Dari diterimanya, maka perusahaan tidak dapat diartikan dalam konteks
ketiga kasus tersebut, dapat diambil perantara perantara tersebut tidak ketentuan pencegahan penghindaran
intisari bahwa untuk dapat disebut dapat diperlakukan sebagai beneficial pajak karena pada dasarnya konsep
sebagai beneficial owner, penerima owner. Dengan demikian, walaupun beneficial owner merupakan konsep
penghasilan haruslah memenuhi kekuasaan dan pengendalian atas mengenai siapa pihak yang berhak
empat syarat kumulatif, yaitu: dana yang diterimanya sangat menikmati fasilitas penurunan tarif
control, use, risk, dan possession. kecil, namun perusahaan perantara dalam tax treaty. Jika suatu negara
Artinya, beneficial owner adalah tersebut tetap dapat diperlakukan berkehendak agar fasilitas ini tidak
pihak yang menerima manfaat atas sebagai beneficial owner. disalahgunakan (treaty abuse),
penghasilan yang diterimanya, maka negara tersebut seharusnya
menanggung risiko, dan memiliki Perkembangan Terkini memasukkan ketentuan Limitation
penguasaan atas penghasilan yang on Benefit (LoB) dalam tax treaty-
Seputar Beneficial Ownership
diterimanya. Pengujiannya dapat nya atau menggunakan General
dilakukan melalui beberapa hal, Anti Avoidance Rule (GAAR) dalam
Perkembangan terkini terkait
salah satunya dengan menguji menangkal skema treaty shopping.
isu beneficial owner dapat dilihat
apakah terdapat kewajiban untuk
dalam Draft Diskusi OECD 2011.
meneruskan penghasilan dividen/ Ketentuan LoB merupakan
Menurut draft terbaru ini, beneficial
bunga/royalti tersebut kepada pihak bagian dari kebijakan tax treaty di
ownership harus diartikan sesuai
ketiga. Amerika Serikat dan telah digunakan
konteks dan tidak diartikan secara
dalam berbagai tax treaty yang
teknis sesuai ketentuan domestik
Baik dari OECD Commentary ditandatangani oleh Pemerintah
dari suatu negara. Tapi pengertian
maupun putusan-putusan hakim Amerika Serikat. Di Indonesia,
domestik dapat digunakan apabila
atas kasus yang terkait dengan ketentuan LoB ini diadopsi dalam
ketentuan tersebut konsisten dengan
isu beneficial owner, dapat kita ketentuan domestik, yaitu PER-
ketentuan yang ada dalam bagian
simpulkan bahwa istilah beneficial 62/PJ/2009. Meski demikian,
commentary dari OECD Model
owner harus didefinisikan secara mengingat ketentuan Pasal 3 ayat
tersebut. Penerima penghasilan
internasional dengan itikad baik (2) tax treaty yang telah dijelaskan
disebut beneficial owner apabila
serta sesuai dengan tujuan tax sebelumnya, maka memasukkan
ia memiliki kontrol penuh untuk
treaty itu dibuat. Suatu pihak dapat ketentuan LoB dalam tax treaty
menggunakan penghasilan tersebut,
dikatakan sebagai beneficial owner merupakan cara ampuh untuk
dan tidak dibatasi oleh kontrak atau
apabila memenuhi keempat kriteria mencegah penyalahgunaan tax treaty
kewajiban hukum untuk meneruskan
yang telah disebutkan diatas. Dari dibandingkan dengan memasukannya
penghasilan tersebut ke pihak lain.
keempat kriteria di atas, dapat ke dalam ketentuan domestik.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 35


insideevent

Seminar Pajak Internasional 2013

P
ada tanggal 16 Februari Pajak) dan Joko Galungan, S.E, pengetahuan yang lebih baik lagi
2013, Kelompok Studi Ak, M.Acc (Direktorat Jenderal mengenai pajak internasional,
Ilmu Administrasi Pajak). Kemudian, acara dilanjutkan khususnya dokumentasi transfer
Fiskal (KOSTAF) FISIP ke sesi kedua dengan penjelasan pricing.
UI menyelenggarakan mengenai konsep-konsep terkait
acara Seminar Pajak Internasional dokumentasi transfer pricing oleh
dengan tema “Understanding Wahyu Nurwanto, S.E., Ak., MPA
Regulation and Mechanism of (Partner, MUC Consulting Group).
Transfer Pricing Documentation.” Pada sesi terakhir, B. Bawono
Seminar ini bertempat di Ruang Kristiaji, SE (Vice President of Tax
Auditorium lantai enam Perpustakaan Research and Training Services,
Pusat Universitas Indonesia dan DANNY DARUSSALAM Tax Center)
dilaksanakan dengan dukungan dari melengkapi seminar ini dengan
Direktorat Jenderal Pajak, DANNY memberikan penjelasan mengenai
DARUSSALAM Tax Center, MUC mekanisme dan tata cara pembuatan
Consulting Group, serta empat media dokumentasi transfer pricing.
massa sebagai media partner. Sedangkan yang bertindak sebagai
Seminar dibagi menjadi tiga moderator adalah Wisamodro Jati,
sesi. Masing-masing sesi diisi S.Sos., M.Int.Tax. Acara berlangsung
oleh pembicara yang kompeten interaktif dengan adanya tanya jawab
di bidangnya. Sesi pertama diisi yang berlangsung di tiap sesi.
dengan pembukaan dan penjelasan Seminar berlangsung semakin
mengenai regulasi transfer pricing, meriah dengan adanya pemberian
khususnya dokumentasi transfer software Taxbase dari Ortax kepada
pricing. Pembicara yang mengisi 2 orang yang berhasil menjawab
sesi pertama antara lain Prof. Dr. pertanyaan serta untuk 1 orang
Drs. John Hutagaol, M.Ec. (Direktur lainnya yang beruntung. Diharapkan, Project officer, L. Julio Nainggolan,
Perpajakan II, Direktorat Jenderal seminar ini dapat memberikan bersama pembicara, B. Bawono Kristiaji

36 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidejournal

DDTC’s Contributions to Reputable


International Journals

In general, Indonesia has two tax treatments of derivatives


transactions: listed and over-the-counter. With regard to listed
futures contracts, a final withholding tax of 2.5% of the initial
margin shall apply. As from June 2011, however, the Supreme Court
abolished this regulation as a result of a judicial review decision.
Therefore, all types of derivatives transactions (whether over-the-
counter or listed contracts) are currently treated similarly for income
tax purpose. In practice the tax authorities would in most cases
not recognize deductible losses from a derivatives transaction if the
transaction is not of a hedging nature (reducing risk of an underlying
asset). Moreover, in the absence of underlying assets, derivatives
transactions are normally directly categorized as speculative
financial instruments. However, there are no specific tax regulations
stipulating the difference between transactions of a hedging nature
or of a speculative nature. Therefore, disputes may frequently arise
regarding this matter.

In this article authors Darussalam (Managing Director of Danny


Darussalam Tax Center) and Freddy Karyadi (Partner ABNR Law
Firm), analyse tax treatment of derivatives in the absence of specific
tax regulations in Indonesia. In their opinion, the treatment of taxable
objects and deductible expenses following the clarification of the
Income Tax Law reflects a symmetry that should treat both sides
in an equivalent manner, i.e. if certain income falls under taxation,
Darussalam dan Freddy Kar yadi, “Tax Treatment of the comparable expenses also must be recognized and deducted in
Derivatives,”Derivatives and Financial Instruments-Special Issue,
Volume 14, IBFD, (Agustus 2012): 68-80. determining taxable income.

In Indonesia, structuring export of commodity through


intermediary related party trader located in favorable tax
jurisdiction is increasingly being used for planning cross-
border transactions. This has leaded the Directorate General of
Taxation (hereinafter: DGT) to scrutinize cross-border commodity
transaction for potential risk of profit shifting, moreover due to
the strategic position that the commodity industry has for the
Indonesian economy. Over several years the DGT has increased
resources and efforts dedicated to transfer pricing and is currently
contemplating to propose a new regulation on transfer pricing
specifically designed for the commodity industry.

In this article authors B. Bawono Kristiaji, Yusuf W. Ngantung,


and Ganda Christian Tobing of DDTC, analyse the commonly used
tax planning structure, current approach of tax authorities and
implication of the proposal on new transfer pricing regulation for
treatment of commodity export.
B. Bawono Kristiaji, Yusuf W. Ngantung, Ganda Christian Tobing, “Does Indonesia need
a Special Tax Treatment for Commodity Export?,”Worldwide Transfer Pricing Reporter
Journal, Issue 2, (March/April 2013): 33-38.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 37


insidenewsflash

INTERNATIONAL
Amerika Serikat - Presiden Amerika
Serikat, Barrack Obama mengatakan
pemerintahannya memerlukan
pendapatan baru dari penerimaan
pajak dan pembatasan insentif,
seiring pemangkasan belanja untuk
menekan defisit anggaran.
“Memang kita butuh tambahan
pendapatan, bersamaan dengan pengurangan belanja
yang cerdas untuk menekan defisit kita,” kata Obama
dalam wawancara dengan CBS.
Menurutnya, pemerintah tidak perlu lagi melakukan
pemangkasan anggaran termasuk tunjangan
perawatan kesehatan asalkan kebocoran pajak ditutup
dan insentif pajak dibatasi. Dengan demikian, tingkat
pengangguran tidak bertambah.

Perancis - Bernard Arnault, bos


LVMH dengan merek andalan antara l a i n
Louis Vuitton menegaskan bahwa
dirinya akan segera hengkang dari
Perancis. Kepindahannya ditengarai
terkait dengan aturan pajak baru di
Perancis yang mengutip hingga 75 persen
pendapatan orang kaya.
Namun pria 63 tahun ini tak menyatakan dengan
pasti yang melatarbelakangi keputusannya. Ia hanya
menyebutkan kepindahannya “karena alasan warisan
keluarga”.
Ia diserang kritik tajam setelah itu. Terlebih karena
semua merek yang membuatnya kaya raya--Louis
Vuitton, Christian Dior, Guerlain, Moet & Chandon,
Swiss - Perdana Menteri
dan cognac Hennessy--identik dengan Perancis.
Inggris menyerukan kepada
Belgia memiliki aturan pajak yang jauh lebih lunak
seluruh pemimpin dunia yang
dari Perancis. Negara ini hanya mengenakan pajak
hadir di pertemuan tahunan
warisan sebesar tiga persen, sedangkan Perancis
World Economic Forum (WEF) di
menerapkan tujuh persen. Tidak seperti Perancis,
Davos, Swiss untuk bekerja sama
tidak ada pajak kekayaan di Belgia.
memberantas para pengusaha yang
tidak taat pajak.
“Penghindaran pajak telah menjadi sangat
Yunani - Komisi Uni Eropa dan
agresif sehingga sekarang sudah saatnya kerjasama
Dana Moneter Internasional (IMF)
internasional diarahkan untuk memastikan pengusaha
mendorong Pemerintah Yunani
global membayar kewajiban mereka,” ujar Cameron.
untuk bersungguh-sungguh dalam
“Bagi mereka yang menghindari pajak, sekarang saatnya
menindak wajib pajak yang tidak
bangun dan mencium bau kopi (ungkapan untuk segera
patuh. Upaya kurang sungguh-
sadar),” lanjutnya.
sungguh dalam mengumpulkan pajak
Ungkapan tersebut merupakan sindiran bagi raksasa
terlihat dari jumlah pemeriksaan pajak
waralaba kopi dari Amerika, Starbucks, yang dianggap
yang cenderung menurun.
menghindari membayar pajak penuh. Perusahaan besar
Sampai akhir September 2012, Yunani hanya
lainnya seperti Amazon dan Google juga dianggap
memeriksa 440 tersangka wajib pajak kaya, kurang
memanfaatkan celah perpajakan guna membayar pajak
dari target 1.300 tersangka. Dalam laporannya, IMF
yang lebih rendah.
dan Uni Eropa meminta Yunani fokus pada kasus yang
paling mungkin menghasilkan dana.

38 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidenewsflash

India - Perusahaan
telepon seluler
raksasa asal
Finlandia, Nokia,
tengah tersandung kasus
pajak di India. Otoritas India tengah
melakukan penyelidikan atas dugaan
penggelapan pajak senilai USD 545 juta.
Otoritas pajak India telah mengunjungi
pabrik Nokia di Chennai, India Selatan
untuk melakukan pemeriksaan.
Tidak hanya Nokia yang tersandung
kasus pajak di India. Perusahaan ponsel
asal Inggris, Vodafone, juga masih
berutang pajak senilai USD 2 miliar.

Ukraina – Di tahun
2013, pemerintah
Ukraina menerapkan
peraturan pajak baru.
Peraturan tersebut
berisi penurunan
tarif pajak penghasilan
badan, tambahan insentif
pajak, dan penerapan pajak untuk
transaksi saham dan derivatif.
Mulai tahun 2013, tarif PPh badan
di Ukraina turun dari 21% menjadi 19%.
Sedangkan insentif yang baru diterapkan
berhubungan dengan pengembangan TI
dan software.
Rusia - Dilansir Telegraph, Sabtu (16/2) dalam
pertemuan G20 di Moskow, Menteri Keuangan
Inggris mengumumkan bahwa negaranya akan China – Untuk tahun 2013, Kementerian
memimpin investigasi terhadap praktik pergeseran Keuangan dan Otoritas Pajak China
keuntungan untuk yurisdiksi pajak yang lebih bersama-sama menerbitkan peraturan
rendah. bagi kantor pusat dan kantor cabang
“Ekonomi global telah berubah secara besar- untuk melakukan penggabungan dalam
besarandalam satu dekade ini. Namun, peraturan pajak global telah administrasi Pajak Pertambahan Nilai
berdiri selama hampir satu abad, dan Inggris akan memimpin upaya (PPN) nya.
internasional membawa mereka ke abad 21,” Ujarnya. Peraturan tersebut dapat memberikan
Tiga negara tersebut akan menutup bersih perusahaan-perusahaan keuntungan bagi perusahaan-perusaan
besar yang menghindari miliaran Poundsterling pajak setiap tahunnya, dengan cabang yang tersebar di
sesuai dengan yang diusulkan Organisation for Economic Co-operation banyak kota dan provinsi di seluruh
and Development (OECD) China. Dengan peraturan ini,
perusahaan-perusahaan
dapat menerapkan
kontrol yang lebih
Thailand - Perubahan peraturan pajak di akhir tahun baik kepada
2012 memperbolehkan suami-istri untuk melaporkan c abang- c abangnya
SPTnya secara terpisah. dalam memenuhi
Sebelumnya, sepasang suami-istri melaporkan SPT kewajiban PPN nya.
gabungannya dimana penghasilan dianggap dimiliki
hanya oleh suami.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 39


insidereview

TRANSPARANSI PERPAJAKAN
DAN PERTUKARAN INFORMASI:
Studi Perbandingan di Indonesia, Singapura, dan Hong Kong

Deborah1

negara tersebut memberikan tarif pajak yang rendah


1. Pendahuluan atau bahkan tidak mengenakan pajak sama sekali atas
penghasilan yang bersumber di negaranya. Kedua, juga
Era globalisasi telah menyebabkan persaingan
karena adanya jaminan proteksi yang kuat atas transaksi
usaha di pasar global semakin meningkat. Dengan
finansial yang melibatkan sektor-sektor perbankan di
meningkatnya persaingan tersebut, di satu sisi memang
negara tersebut. Hal inilah yang dapat menyebabkan
membawa dampak positif bagi perekonomian. Namun
kompetisi tidak sehat dalam iklim perekonomian dunia
di sisi lain, juga sangat membuka peluang terjadinya
(harmful economic competition).
pengikisan dasar pengenaan pajak, 2 terutama saat
digunakannya negara-negara tax haven 3 dalam skema-
Namun, praktik-praktik aggressive tax planning
skema tax planning yang dirancang secara agresif untuk
tersebut akan sulit diberantas, tanpa adanya suatu media
menghindari pengenaan pajak (aggressive tax planning).
yang dapat memfasilitasi competent authority masing-
masing negara untuk dapat saling bertukar informasi. 5
Setidaknya terdapat dua hal pokok mengapa negara-
Untuk itulah organisasi kerjasama pengembangan
negara tax haven4 banyak digunakan dalam merancang
ekonomi (OECD) telah mengembangkan kerjasama di
skema-skema tax planning. Pertama, tentunya karena
bidang perpajakan dalam hal transparansi perpajakan
1  Manager Tax Compliance and Litigation Services di DANNY DARUSSALAM Tax Center. Saat ini sedang mengambil dan pertukaran informasi selama lebih dari 15 tahun.
program studi lanjutan (LL.M) di Vienna University of Economics and Business Administration, Austria. Di tahun 2004, OECD dengan dukungan G-20 serta UN
2  Mark Blumberg, “Is ‘Harmful Tax Competition’ Actually Harmful?,” The OECD’s Report on Harmful Tax Competition,
(Januari 2001): 1.
Committee of Experts on International Cooperation in
3  Lorraine Eden dan Robert T., “Tax Havens: Renegade States in the International Tax Regime?,” Law & Policy: Volume 27 Tax Matters menyepakati adanya internationally agreed
Nomor 1, Januari 2005 menyebutkan bahwa: “Havens typically have low or zero tax rates on personal and/or corporate
income, secrecy laws on banking and other financial transaction, and few or no restrictions on financial transactions.” 5  The Ministry of Finance, Examination Handbook Strengthening the Examination Function in The Tax Administrations of
4  OECD, “Harmful Tax Competition An Emerging Global Issue,” 1998, 14 dan 18. Latin America and the Caribbean (Netherlands: IBFD, 2003), 193.

40 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview
tax standard.6 Berdasarkan standar Adapun negara-negara yang dijadikan pertukaran informasi merupakan hal
internasional yang telah disepakati sebagai studi komparasi dalam artikel yang wajib dilakukan oleh negara
tersebut, maka informasi Wajib Pajak ini adalah Indonesia, Singapura, dan yang telah mengadakan kerjasama
dapat dipertukarkan antarnegara. Hong Kong, dengan alur pemikiran di bidang pertukaran informasi.
Gambar 2 menjelaskan kewajiban
untuk memberikan informasi.
Gambar 1 - Alur Pemikiran
Ketentuan Pasal 26 ayat (1) OECD
Model tersebut membuka akses
Tax Haven
bagi negara-negara yang terlibat
No or Low effective tax rates Seringkali untuk saling melakukan pertukaran
digunakan untuk
informasi. Kemudian, atas informasi
tujuan
“Ring Fencing” of regimes yang diperoleh tersebut dapat
digunakan untuk maksud dan tujuan
Lack of transparency seperti terlihat dalam Gambar 3.10

Lack of effective exchange of Dalam Gambar 3, dapat


information
dilihat bahwa maksud dan tujuan
utama dibentuknya perjanjian
Transparansi
kerjasama pertukaran informasi
Erosion Tax Base Aggressive Tax antarnegara adalah memberantas
Planning >< perpajakan dan
pertukaran informasi penggunaan tax haven country
yang seringkali digunakan dalam
Negara-negara di dunia praktik international tax avoidance
terutama yang menerapkan STANDAR PERTUKARAN INFORMASI
sistem worldwide income
atau aggressive tax planning.
Implementasi???
Komparasi berdasarkan ketentuan negara: Hal ini dinyatakan oleh Belotsky
sebagaimana dikutip oleh Tony
Fokus pembahasan
Indonesia Singapura Hong Kong
Anamourlis yang menyebutkan
artikel ini
bahwa:11

“… the exchange of tax


information between countries in

Transparansi perpajakan dan Gambar 2 - Ketentuan Pasal 26 ayat (1) OECD Model
pertukaran informasi antar negara
juga menjadi hal utama yang dibahas
oleh negara-negara yang tergabung
Pasal 26 ayat (1) OECD Model:
dalam G-20 dalam pertemuan di
London pada tahun 2009.7 Kemudian
The competent authorities ...
pada tahun 2010, salah satu hasil
sidang dalam pertemuan G-20 di shall exchange such information
= Exchange of information is
mandatory
Toronto Kanada, berhasil membahas as is foreseeably relevant
mengenai pengenaan sanksi atau
pemberian tekanan bagi negara-
negara yang tidak mau bekerjasama
dalam perjanjian transparansi
perpajakan dan pertukaran informasi
(non-cooperative jurisdiction). 8
artikel ini sebagaimana dapat dilihat relation to reducing international
Berdasarkan latar belakang di pada Gambar 1. tax evasion and measures to avoid
atas, artikel ini akan membahas and prevent treaty shopping are
mengenai implementasi pertukaran 2. Tujuan dan Standar paramount factors that must be
informasi untuk tujuan perpajakan. Transparansi Perpajakan included in any tax treaty to curtail
tax haven abuses .”
dan Pertukaran Informasi
6  OECD, “The Multilateral Convention on Mutual Administrative Assistance in
Tax Matters Amended by the 2010 Protocol,” 2011, 31.
menurut OECD
7  Roman Seer dan Isabel Gabert, “General Report,” Mutual Assistance and
Information Exchange 2009 EATPL Congress, Santiago de Compostela, 4-6 Juni Menurut ketentuan dalam (Austria: Linde, 2010), 151.
2009, 28.
8  Rebecca M. Nelson, “Analyst in International Trade and Finance,” The G-20
Pasal 26 ayat (1) OECD Model,9 10  Tony Anamourlis dan Lex Nethercott, “An Overview of Tax Information
Exchange Agreements and Bank Secrecy,” Bulletin for International Taxation,
and International Economic Cooperation: Background and Implications for Desember 2009, 618-619.
Congress, 10 Agustus 2010. 9  Michael Lang, Introduction to the Law of Double Taxation Conventions 11 Ibid.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 41


insidereview
Gambar 3 - Pemanfaatan Informasi yang Diperoleh Bulan April 2009, Financial Action
Task Force (FATF) menentukan empat
negara yang masuk dalam kelompok
Informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan competent authority suatu negara mitra negara yang tidak kooperatif (black
perjanjian, dapat digunakan sebagai:
list), yaitu: (i) Filipina; (ii) Malaysia
Maksud dan Tujuan Utama: (Labuan); (iii) Uruguay; dan (iv)
Kosta Rika.
Fakta dalam Kepentingan Membuka jaringan bagi para
memastikan administrasi serta competent authority negara-
kebenaran pendapatan penegakan hukum di negara mitra perjanjian, Seperti telah disebutkan di muka,
maupun modal wajib negara tersebut; untuk bekerjasama dalam
memberantas praktik transparansi dan pertukaran informasi
pajak;
international tax avoidance adalah kunci untuk memberantas
atau aggressive tax planning.
praktik international tax avoidance
atau aggressive tax planning yang
Selanjutnya, menurut Kovacs,12
Komisaris Eropa untuk Perpajakan Gambar 4 - Pedoman Pertukaran Informasi
dan Bea Masuk menyebutkan bahwa:

“… efficient cooperation Pasal 26 ayat Piagam Hak-hak


Tujuan
and mutual assistance between (1) OECD Wajib Pajak
tax administrators is essential
in combating tax fraud … it is Memberantas Right to Privacy”
unacceptable that bank secrecy in praktik
one member state can be allowed Pertukaran international serta
to constitute an obstacle to correct Informasi tax avoidance
assessment by the tax authorities of atau aggressive “Right to
another state of the amount of taxes tax planning Confidentiality
but by one its resident taxpayers.” and Secrecy”

Menurutnya, efisiensi kerjasama


dan bantuan timbal balik antara
competent authority antarnegara
sangat penting dalam memerangi
kejahatan pajak. Untuk itu, ketentuan Pedoman Pertukaran Informasi
kerahasiaan bank suatu negara tidak
diperkenankan menjadi penghalang jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4
bagi negara lain untuk melakukan di atas. dapat merugikan perekonomian
koreksi atas kewajiban perpajakan
negara. Namun, dikarenakan adanya
Wajib Pajak dalam negerinya. Dengan Lebih lanjut, pedoman kemungkinan informasi Wajib Pajak
kata lain, perjanjian pertukaran pelaksanaan pertukaran informasi yang dipertukarkan antarnegara,
informasi antarnegara menimbulkan yang diterbitkan oleh OECD tersebut OECD telah mengeluarkan prosedur
konsekuensi berupa kewajiban dapat dilihat pada Tabel 1. pertukaran informasi yang menjadi
mempertukarkan informasi Wajib
standar internasional dalam hal
Pajak antarnegara. 3. Implementasi Pertukaran pertukaran informasi, sebagai
Lebih lanjut, dalam piagam hak- Informasi di Indonesia, perlindungan terhadap hak-hak
Singapura, dan Hong Kong Wajib Pajak,
hak Wajib Pajak yang dikeluarkan oleh
OECD, terdapat klausul mengenai “right
Sebagaimana telah diuraikan pada Efektivitas pertukaran informasi
to privacy” serta “right to confidentiality
bagian pendahuluan, implementasi dan pemberian perlindungan hak-
and secrecy”.13 Selain itu, OECD juga
transparansi perpajakan dan hak Wajib Pajak, bergantung juga
mengeluarkan pedoman atau standar
pertukaran informasi merupakan kepada ketentuan domestik masing-
dalam proses pertukaran informasi agar
hal yang krusial untuk dilakukan, masing negara. Bagian ini akan
transparansi perpajakan dapat berjalan
sebagaimana dipersyaratkan oleh mengulas ketentuan domestik suatu
dengan efektif dengan tetap melindungi
OECD. Konsekuensinya, negara- negara mitra perjanjian dalam hal
hak-hak Wajib Pajak sebagai pihak yang
negara yang tidak mau bekerjasama pengaturan mengenai transparansi
informasinya dipertukarkan. Untuk lebih
dapat dikenakan sanksi atau tekanan perpajakan dan pertukaran informasi
12  Ibid. (masuk dalam kriteria “blacklist”). berdasarkan ketentuan Indonesia,
13  Matthijs Alink dan Victor van Kommer, Handbook on Tax Administration
Pada evaluasi yang dilakukan di Singapura, dan Hong Kong.
(The Netherlands: IBFD, 2011), 144-145.

42 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview
Tabel 1 - Pedoman Pelaksanaan Transparansi Perpajakan dan Pertukaran Informasi

Kriteria Transparansi Perpajakan Persyaratan

• Transparansi sistem perpajakan yang • Terdapat mekanisme hukum yang tepat untuk bertukar
dikodifikasikan dalam sistem hukum informasi dengan yurisdiksi negara lain;
dan peraturan suatu negara; • Kepastian bahwa informasi yang diperoleh dan/atau
• Permintaan laporan keuangan disediakan hanya digunakan untuk tujuan yang disebutkan
yang telah diaudit, kecuali untuk dalam permohonan pertukaran informasi;
transaksi yang terbatas pada • Mengungkapkan informasi yang diperlukan dalam hal
kegiatan domestik dan tanpa adanya terjadinya tindak pidana perpajakan;
keterlibatan pihak asing; • Bersedia melakukan pertukaran informasi dalam
• Competent authority memiliki akses penanganan masalah kriminalitas perpajakan atau
untuk mendapatkan informasi sengketa perpajakan lainnya walaupun negara informasi
Wajib Pajak , termasuk informasi tidak memiliki kepentingan domestik atas informasi yang
bank yang relevan dipergunakan dimintakan;
berkenaan dengan proses pertukaran • Persyaratan administratif yang praktis dalam memonitor
informasi. proses pertukaran informasi.
Sumber: Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, “Implementing Tax Information Exchange in Singapore and Hong Kong-Implications for the OECD Initiative,” International Tax Journal, (September-
Oktober 2011): 35-36.

3.1. Key Safeguards dan Masing-masing negara menerap- authority negara lain. Tabel 2 berikut
Penilaian atas kan ketentuan yang berbeda dalam memaparkan bentuk15 perlindungan
Kerangka Hukum dan hal pemberian perlindungan bagi yang diberikan berdasarkan
Administrasi Wajib Pajak atas informasi yang ketentuan domestik di Indonesia,
dipertukarkan14 dengan competent Singapura, dan Hongkong.

Tabel 2 - Key Safeguards Indonesia, Singapura,14 dan Hong Kong15


Negara Key Safeguards
Dalam ketentuan domestik Indonesia, tidak ada ketentuan yang secara spesifik mengatur
mengenai perlindungan hukum bagi Wajib Pajak atas informasi yang dipertukarkan.
Namun, dalam hal permintaan keterangan terhadap pihak ketiga yang terikat dengan
prinsip kerahasiaan, maka prosedurnya adalah sebagai berikut:

Pasal 35 ayat (1) UU KUP: Pasal 35 ayat (2) UU KUP:

Apabila dalam menjalankan


Apabila terikat oleh kewajiban
ketentuan peraturan perundang-
merahasiakan
undangan perpajakan

diperlukan keterangan
atau bukti dari

Indonesia • Akuntan Publik; Untuk keperluan pemeriksaan,


• Notaris; penagihan pajak, atau penyidikan
• Konsultan pajak;
tindak pidana di bidang perpajakan
• Kantor administrasi; dan/atau
• Pihak ketiga lainnya.
yang mempunyai hubungan dengan
Wajib Pajak yang dilakukan
pemeriksaan pajak, penagihan pajak,
atau penyidikan tindak pidana di Kewajiban merahasiakan tersebut
bidang perpajakan. ditiadakan.

atas permintaan tertulis dari Direktur Kecuali untuk bank, kewajiban


Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut merahasiakan ditiadakan atas
wajib memberikan keterangan atau permintaaan tertulis dari Menteri
bukti yang diminta Keuangan.

14  Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, “Implementing Tax Information


Exchange in Singapore and Hong Kong-Implications for the OECD Initiative,” 15  Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, Ibid. Lihat juga Samuel Y. S.
International Tax Journal, (September-Oktober 2011): 35-36. Lihat juga OECD, Chan, Danies K. C. Cheung, dan Brian Andrew, “Taxpayer’s Right Under the
“The 9 Peer Review Reports at a Glance, Tax Analysts Documentation Service Liberalization of Tax Information Provisions in Hong Kong,” International Tax
Doc 2011-11808”. Journal, (Juli-Agustus 2011): 21-23.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 43


insidereview

Singapura memberikan perlindungan terhadap Wajib Pajak nya mengenai pertukaran


informasi sebagai berikut:
1. Competent authority Singapura menetapkan format permintaan pertukaran
informasi sebagaimana terdapat dalam ketentuan domestik Singapura mengenai
pertukaran informasi yaitu Eight Schedule Section 105D(2);
2. Dalam hal terdapat permintaan informasi dari competent authority negara mitra
perjanjian, maka competent authority Singapura (IRAS) harus terlebih dahulu
melalui proses yudisial di Singapore High Court. Hal ini sebagai bentuk perlindungan
Singapura
bagi Wajib Pajak , karena dalam proses pertukaran informasi Singapore High Court
mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai validitas informasi yang dimintakan
oleh competent authority negara mitra perjanjian.

Menurut laporan OECD, sudah terdapat kerangka hukum mengenai pertukaran informasi
di Singapura. Namun, masih terdapat beberapa bagian yang diperlukan perbaikan,
agar competent authority Singapura memiliki kewenangan dalam memperoleh seluruh
informasi yang relevan.

1. Perlindungan yang terdapat dalam comprehensive tax treaty, meliputi hal-hal sebagai
berikut:
• Pertukaran informasi yang diperkenankan hanya berdasarkan permintaan, akan
tetapi tidak diperkenankan pertukaran informasi melalui mekanisme otomatis atau
spontan;
• Informasi yang dipertukarkan harus merupakan informasi yang relevan;
• Informasi tersebut mencakup pajak-pajak yang terdapat dalam Comprehensive
Double Tax Agreement (CDTA);
• Informasi yang dipertukarkan harus dijaga kerahasiaannya menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan domestik negara yang meminta informasi tersebut;
• Pengungkapan informasi dibatasi hanya terhadap pihak-pihak otoritas yang
Hong Kong tercantum dalam CDTA;
• Informasi yang dipertukarkan hanya boleh digunakan di negara mitra perjanjian
yang memintakan informasi tersebut. Untuk itu, informasi tersebut tidak boleh
digunakan di negara lainnya.
2. Pengamanan domestik sebagaimana tercantum dalam Inland Revenue mengenai
keterbukaan informasi, yaitu meliputi:
• Ketentuan CDTA yang berlaku atas permintaan informasi tersebut;
• Setiap prosedur yang ditetapkan dalam CDTA; dan
• Memberikan keterangan-keterangan pendukung terkait permintaan pengungkapan
informasi.
3. Perlindungan prosedural sebagaimana diatur oleh Departmental Interpretation and
Practice Notes No. 4710.

Sumber: Monica Pheny dan Pauline W. Y. Wong, “Implementing Tax Information Exchange in Singapore and Hong Kong-Implications for the OECD Initiative,” International Tax
Journal, (September-Oktober 2011): 35-36.

Selain itu OECD mengeluarkan Dari ketiga negara yang menjadi menjadi pusat sektor keuangan16
laporan penilaian mengenai bahan studi perbandingan, hanya regional ( major regional financial
kerangka hukum dan administrasi Indonesia yang tidak memiliki centers) di Asia Pasifik. Oleh karena
atas transparansi perpajakan dan ketentuan domestik yang secara itu, sangat logis ketika Singapura
pertukaran informasi sebagaimana spesifik mengatur mekanisme dan Hong Kong, walaupun telah
dalam Tabel 3. pertukaran informasi sebagai bentuk berkomitmen untuk memenuhi
perlindungan (safe guard) terhadap standar pertukaran informasi
3.2. Analisis informasi Wajib Pajaknya yang akan sebagaimana diatur oleh OECD,
dipertukarkan antarnegara. tetap memberikan perlindungan
Berdasarkan uraian pada bagian
16  Di mana dalam sektor keuangan terdapat prinsip duty of confidentiality,
3.1, dapat dapat ditarik kesimpulan Lebih lanjut, Singapura dan Hong sehingga terdapat kewajiban untuk merahasiakan keadaan dan catatan
seperti yang terlihat pada Gambar 5. Kong merupakan dua negara yang keuangan nasabahnya.

44 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview

Tabel 3 - Penilaian atas Kerangka Hukum dan Administrasi

Negara Kriteria Keterangan

INDONESIA :
1. Pertukaran • Indonesia memiliki 53 perjanjian kerjasama atas
Informasi pertukaran informasi berdasarkan standar internasional.
• Indonesia secara
substansi telah 2. Akses • Tidak terdapat pembatasan akses informasi bank untuk
mengimplementasikan Informasi Bank tujuan pertukaran informasi pajak.
standar pertukaran
informasi sebagaimana 3. Akses
dipersyaratkan OECD; • Competent authority Indonesia memiliki wewenang untuk
Informasi atas
• Indonesia juga mendapatkan informasi mengenai kepemilikan, identitas
Pemegang
merupakan anggota pemegang saham serta praktik pembukuan perusahaan;
Saham dan
forum global • Tidak terdapat kerahasiaan undang-undang untuk
Informasi
mengenai penerapan mendapatkan informasi tersebut.
Akuntansi
standar internasional
yang berlaku atas
• Setiap perusahaan yang terdaftar di Indonesia harus
proses transparansi
4. Ketersediaan menyimpan informasi mengenai pemegang saham
perpajakan dan
Informasi atas perusahaan tersebut;
pertukaran informasi.
Pemegang • Bagi penyedia jasa keuangan diperlukan untuk
Saham dan menerapkan prinsip “know your customer”;
Informasi • Informasi akuntansi perusahaan perlu disimpan sesuai
Akuntansi dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc Group
on Accounts (JAHGA).

SINGAPURA :
1. Pertukaran • Singapura telah menandatangani 20 perjanjian kerjasama
Informasi pertukaran informasi berdasarkan standar internasional.
• Singapura secara
substansi telah
mengimplementasikan • Pada Februari 2010 yang lalu, pemerintah Singapura
standar pertukaran mengamandemen peraturan perpajakan domestiknya,
informasi sebagaimana 2. Akses sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi
dipersyaratkan OECD; Informasi Bank
bank berdasarkan standar yang telah disepakati secara
• Singapura juga internasional mengenai pertukaran informasi.
merupakan anggota
forum global
penerapan standar 3. Akses
internasional Informasi atas • Competent authority Singapura memiliki wewenang untuk
yang berlaku atas Pemegang mendapatkan informasi tentang kepemilikan, identitas
proses transparansi Saham dan pemegang saham, dan akuntansi perusahaan;
perpajakan dan Informasi • Terdapat ketentuan kerahasiaan pertukaran informasi.
pertukaran informasi.. Akuntansi

4. Ketersediaan
• Baik pemerintah maupun perusahaan harus menyimpan
Informasi atas
informasi kepemilikan legal perusahaan tersebut;
Pemegang
• Informasi akuntansi seluruh perusahaan perlu disimpan
Saham dan
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc
Informasi
Group on Accounts (JAHGA).
Akuntansi

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 45


insidereview

HONG KONG :

1. Pertukaran • Hong Kong, telah menandatangani 13 tax treaty yang


• Hong Kong merupakan Informasi menyediakan akses pertukaran informasi.
anggota Forum Global
dan berkomitmen
untuk menerapkan
standar internasional
yang berlaku atas • Sejak Januari 2010, Hong Kong tidak memiliki
2. Akses
proses transparansi pembatasan akses informasi (termasuk informasi bank)
Informasi Bank
perpajakan dan untuk tujuan pertukaran informasi.
pertukaran informasi.
3. Akses
• Competent authority Hong Kong memiliki wewenang untuk
Informasi atas
mendapatkan informasi tentang kepemilikan, identitas
Pemegang
pemegang saham serta mengenai akuntansi perusahaan;
Saham dan
• Tidak terdapat ketentuan kerahasiaan pertukaran
Informasi
informasi.
Akuntansi

4. Ketersediaan
• Baik pemerintah maupun perusahaan harus menyimpan
Informasi atas
informasi kepemilikan legal perusahaan tersebut;
Pemegang
• Informasi akuntansi seluruh perusahaan perlu disimpan
Saham dan
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Joint Ad Hoc
Informasi
Group on Accounts (JAHGA).
Akuntansi

Sumber: OECD, Tax Co-operation 2010: Towards a Level Playing Field (OECD Publishing, 2010), dapat diakses di http://dx.doi.org/10.1787/taxcoop-2010-en.

terhadap Wajib Pajaknya dalam


Gambar 5 - Implementasi Transparansi Perpajakan ketentuan domestik masing-masing
dan Pertukaran Informasi negara tersebut.

Pertanyaan selanjutnya, apakah


Aggressive Tax Planning >< Transparansi perpajakan dan pertukaran informasi Indonesia yang tidak termasuk dalam
major regional financial centers
di Asia Pasifik, perlu memberikan
STANDAR PERTUKARAN INFORMASI perlindungan atas informasi Wajib
Implementasi??? Pajaknya yang akan dipertukarkan
antarnegara?
Tidak memenuhi Memenuhi
Sebagai bagian dari hukum
Negara-negara yang Indonesia Singapura
di Black List
Hong Kong internasional, kesepakatan kerja-
sama pertukaran informasi harus
Filipina dilaksanakan dengan itikad
baik17 dan sesuai dengan maksud
Malaysia (Labuan) diadakannya kesepakatan tersebut.
Dengan demikian, negara yang
Uruguay mengadopsi ketentuan pertukaran
informasi harus melaksanakan
Kosta Rika proses pertukaran informasi dengan
efektif untuk memberantas praktik

17  Darussalam, John Hutagaol, dan Danny Septriadi, Konsep dan Aplikasi
Perpajakan Internasional (Jakarta: Danny Darussalam Tax Center, 2010), 70.

46 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereview

international tax avoidance atau memberikan keuntungan perpajakan.


aggressive tax planning. “…, it can be unreasonable Tujuan akhir dari transparansi dan
to proceed with an exchange of pertukaran informasi ini adalah untuk
Namun, Wajib Pajak sebagai pihak information if there is a danger that memerangi praktik international
yang informasinya dipertukarkan the information to be exchanged will tax avoidance atau aggressive
perlu diberikan perlindungan not be kept secret in the contracting tax planning. Namun, dalam
hukum dalam ketentuan domestik state receiving it. Finally, there is, implementasinya, masing-masing
masing-masing negara. Hal ini in principle, the obligation to hear negara perlu mengatur lebih lanjut
seperti diungkapkan oleh Tonny the taxpayer before exchanging mengenai mekanisme pertukaran
Schenk dalam bukunya yang information .” informasi dengan memperhatikan
berjudul “International Exchange of hak-hak Wajib Pajak.
Information and the Protection of
Taxpayers”.18 Selain itu, salah satu 4. Penutup
bentuk lainnya dalam pemberian
perlindungan bagi Wajib Pajak Transparansi dan pertukaran
adalah sebagaimana diungkapkan informasi untuk tujuan
oleh Harald Schaumburg dan Stefan perpajakan adalah kunci dalam
Schlossmacher yang menyebutkan menelusuri apakah Wajib Pajak
bahwa:19 menyembunyikan pendapatan serta
aset mereka di tempat-tempat yang
18  Tonny Schenk-Geers, International Exchange of Information and the
Protection of Taxpayers (The Netherlands: Kluwer Law International, 2009),
298-299. Model in Light of the Right to Informational Self-Determination,” Bulletin Tax
19  Harald Schaumburg dan Stefan Schlossmacher, “Article 26 of the OECD Treaty Monitor (2000): 528.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 47


insideregulation

Peraturan Direktur Jenderal Pajak


Nomor PER 24/PJ/2012
Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur
Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau
Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

D
alam rangka penertiban penomoran yang baru, jumlah digit blok nomor. Jumlah yang diterbitkan
administrasi, pengawasan, nomor Faktur Pajak tetap 16 (enam adalah sesuai dengan permintaan
dan menguji pemenuhan belas), tetapi dengan pengaturan PKP.
kewajiban subyektif dan obyektif
Pengusaha Kena Pajak (PKP), pada
bulan Februari 2012 lalu Direktorat Gambar 1 - Perbandingan Penomoran Faktur Pajak
Jenderal Pajak (DJP) mengeluarkan
PER-05/PJ/2012 yang mewajibkan
PKP melakukan registrasi ulang. Nomor Seri

Peraturan ini diterbitkan dengan Penomoran FP


tujuan mengurangi PKP fiktif yang Berdasarkan
dapat merugikan pemasukan negara Per-13/PJ/2010
dan perubahannya
dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kode
Transaksi
Kode
Cabang
Kode
Tahun
Sebagai kelanjutan dari Kode
Status 10 Digit, ditentukan oleh PKP sendiri
pembenahan tersebut, pada
tanggal 22 November 2012 DJP
mengeluarkan PER-24/PJ./2012
tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara
Pengisian Keterangan, Prosedur Penomoran FP
Pemberitahuan dalam rangka Berdasarkan
Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Per-24/PJ/2012
Kode Nomor
atau Penggantian dan Tata Cara Transaksi Seri
Kode
Pembatalan Faktur Pajak. Walaupun Status 13 Digit, ditentukan oleh DJP
dikeluarkan di bulan November,
namun peraturan ini baru berlaku
per 1 April 2013.
Ketentuan baru ini diharapkan yang berbeda, yaitu: Secara ringkas, perubahan
dapat mereduksi berbagai 1. 2 (dua) digit Kode Transaksi; tersebut disajikan pada Gambar 1.
pelanggaran terkait pembuatan 2. 1 (satu) digit Kode Status; Jika diperhatikan, per 1 April
Faktur Pajak sehingga pada akhirnya dan 2013, kode cabang tidak digunakan
dapat meningkatkan pendapatan 3. 13 (tiga belas) digit nomor lagi. Selain itu, kode transaksi atas
negara dari PPN.Peraturan ini seri Faktur Pajak yang penyerahan yang mendapat fasilitas
mencabut Per-13/PJ/2010 stdtd. ditentukan oleh DJP. PPN kepada pemungut PPN tidak lagi
Per-65/PJ/2010. Berikut adalah hal- Perbedaan utama terdapat pada menggunakan kode “02” (pemungut
hal yang baru diatur dalam PER-24/ pada bagian ‘13 digit nomor seri bendahara) atau “03” (pemungut
PJ./2012: Faktur Pajak’. Dalam ketentuan yang non bendahara), melainkan
lama, nomor seri Faktur Pajak hanya menggunakan kode “07” (untuk
1. Penomoran Faktur terdiri atas 10 (sepuluh) digit dan penyerahan BKP/JKP yang mendapat
diterbitkan oleh PKP secara urut fasilitas PPN Tidak Dipungut atau
Pajak
mulai dari 0000000001 tiap awal Ditanggung Pemerintah) dan “08”
tahun. Namun, berdasarkan PER- (untuk penyerahan BKP dan/atau JKP
Dalam PER-24/PJ./2012,
24/PJ/2012, nomor seri Faktur Pajak yang mendapat fasilitas dibebaskan
terdapat perubahan dalam sistem
ditentukan oleh DJP dalam bentuk dari pengenaan PPN).
penomoran Faktur Pajak. Dalam

48 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insideregulation

2. Permohonan 3. Permohonan nomor • Dalam hal PKP telah


kode aktivasi dan seri Faktur Pajak menerbitkan Faktur Pajak
dan melaporkan SPT Masa
password PPN untuk masa pajak
KPP tempat PKP terdaftar akan sebelumnya secara elektronik
Berdasarkan PER-24/PJ./2012, menerbitkan Surat Pemberitahuan (e-SPT), jumlah nomor seri
PKP harus mengajukan permohonan Nomor Seri Faktur Pajak berdasarkan yang dapat diminta oleh
ke DJP untuk mendapatkan nomor permintaan tertulis yang disampaikan PKP paling banyak sejumlah
seri Faktur Pajak. Permohonan langsung oleh PKP, dengan syarat 120% dari jumlah penerbitan
kode aktivasi dan password serta PKP telah mempunyai kode aktivasi Faktur Pajak selama 3 bulan
permintaan nomor seri Faktur Pajak dan password. sebelumnya.
dapat diajukan mulai tanggal 1 Selain itu, terdapat syarat lain Surat Pemberitahuan Nomor Seri
Maret 2013. Caranya, PKP terlebih yaitu PKP telah melaporkan SPT Faktur Pajak diterbitkan pada hari
dahulu harus mengajukan Surat Masa PPN untuk tiga masa pajak yang sama sejak permintaan diterima
Permohonan Kode Aktivasi dan terakhir yang telah jatuh tempo pada secara lengkap.
Password ke Kantor Pelayanan Pajak tanggal permintaan disampaikan ke
(KPP) tempat PKP dikukuhkan. KPP KPP. PKP juga harus menyampaikan
jumlah penerbitan Faktur Pajaknya 4. Pemakaian nomor
akan menerbitkan kode aktivasi dan
password untuk PKP setelah PKP selama tiga bulan tersebut. seri Faktur Pajak
memenuhi syarat sebagai berikut: Lebih lanjut, dalam SE-52/
a. PKP telah dilakukan registrasi PJ/2012 terdapat aturan mengenai Menurut PER-24/PJ./2012,
ulang PKP dan laporan hasil jumlah nomor seri Faktur pajak PKP diperkenankan menggunakan
registrasi ulang verifikasi yang dapat diminta oleh PKP yaitu nomor seri Faktur Pajak secara
menyatakan PKP tetap sebagai berikut: tidak berurut. Namun, di setiap
dikukuhkan; ATAU • Untuk PKP baru atau masa pajak bulan Desember, PKP
b. PKP telah dilakukan verifikasi PKP yang melaporkan SPT harus melaporkan nomor seri Faktur
berdasarkan Peraturan secara manual/hardcopy, Pajak yang tidak dipergunakan ke
Menteri Keuangan Nomor 73/ paling banyak sejumlah 75 KPP tempat PKP terdaftar, sehingga
PMK.03/2012 (tujuh puluh lima) nomor nomor Faktur Pajak yang dikeluarkan
Sedangkan mekanisme untuk seri; oleh PKP bersangkutan akan selalu
memperoleh kode aktivasi dan
password adalah sebagai berikut:
a. PKP mengajukan permohonan
secara tertulis dan langsung
disampaikan ke KPP tempat
PKP dikukuhkan.
b. Dalam hal permohonan
kode aktivasi dan password
disetujui, PKP akan menerima
Surat Pemberitahuan Kode
Aktivasi melalui jasa kurir ke
alamat PKP sesuai dengan
data yang ada pada sistem di
KPP dan PKP akan menerima
password melalui e-mail.
c. Dalam hal permohonan ditolak,
PKP akan menerima Surat
Penolakan Pemberian kode
aktivasi yang dikirimkan oleh
KPP melalui jasa ekspedisi
ke alamat PKP sesuai dengan
data yang ada pada sistem
Informasi DJP.
d. KPP menerbitkan pemberi-
tahuan/penolakan kode
aktivasi dan password paling
lama tiga hari kerja setelah
permohonan diterima secara
lengkap oleh KPP.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 49


insideregulation
termonitor. tetap menggunakan nomor seri yang ketentuan perpajakan, khususnya
Selain itu, jika dalam PER-13/ sama dengan Faktur Pajak yang PPN. Tren yang terjadi sekarang
PJ/2010 jo. PER-65/PJ/2010 Faktur diganti, tapi tanggal Faktur Pajak adalah DJP sedang terus
Pajak dengan nomor seri ganda dapat diisi sesuai tanggal pembuatan menerus meningkatkan sistem
dibetulkan dan dapat dikreditkan Faktur Pajak pengganti tersebut. administrasinya sehingga peraturan-
oleh PKP Pembeli, maka dalam PER- Penggantian Faktur Pajak ini peraturan baru sangat mungkin
24/PJ./2012, Faktur Pajak dengan membuat PKP harus membetulkan untuk terus bermunculan. Tidak
nomor seri ganda dianggap sebagai SPT Masa Faktur Pajak yang diganti. ada alasan bagi PKP untuk tidak
faktur pajak tidak lengkap. tahu peraturan-peraturan baru
tersebut karena DJP sendiri telah
Komentar
5. Penandatangan menginformasikan setiap perubahan
Faktur Pajak peraturan perpajakan. Jika setiap
Jika diperhatikan dengan PKP memiliki keinginan untuk
seksama, sangat jelas bahwa memahami setiap perkembangan
Seperti dalam peraturan tujuan dari dikeluarkannya PER-24/ peraturan perpajakan, maka potensi
sebelumnya, PKP berkewajiban PJ./2012 adalah untuk membenahi kerugian akibat tersena sanksi atau
untuk memberitahukan ke KPP sistem administrasi PPN. Perubahan ketetapan akan dapat diminimalisasi.
dimana PKP terdaftar tentang paling mencolok yang menunjukkan
pejabat/pegawai yang berwenang hal ini adalah dialihkannya otorisasi
untuk menandatangani Faktur Pajak. pemberian nomor seri Faktur Pajak
Bedanya, dalam peraturan terbaru ini kepada DJP dan adanya kewajiban


PKP diharuskan untuk melampirkan bagi PKP untuk melaporkan nomor
fotokopi identitas diri para pejabat/ faktur yang tidak digunakan.
pegawai penandatangan Faktur Dengan sistem yang baru ini,
Pajak yang telah dilegalisir oleh yang PKP akan lebih transparan dalam
berwenang. Jika pelaporan pejabat/ menggunakan Faktur Pajak. Hal ini Dengan sistem
pegawai penandatangan
dilampiri fotokopi kartu identitas
tidak sangat penting mengingat banyaknya baru ini, PKP akan
Faktur Pajak fiktif yang diterbitkan
yang telah dilegalisir, maka Faktur oleh PKP. Tidak tercapainya lebih transparan
Pajak tersebut dianggap tidak penerimaan PPN dipengaruhi oleh dalam menggunakan
lengkap. banyaknya kebocoran penerimaan
PPN dari pengkreditan Pajak
Faktur Pajak.
6. Faktur Pajak Tidak Masukan berdasarkan transaksi Hal ini sangat
Lengkap fiktif. Dengan demikian, DJP penting mengingat
perlu mengaplikasikan langkah
pengawasan penerbitan Faktur Pajak banyaknya Faktur
Menurut PER-24/PJ./2012,
Pajak fiktif yang


yang lebih baik. Perlu diketahui bahwa
Faktur Pajak yang tidak dibuat
berdasarkan ketentuan dalam PER-
sistem PPN Indonesia dipersiapkan
untuk menuju e-invoice, dimana
diterbitkan oleh
24/PJ/2012 disebut sebagai Faktur pada tahap e-invoice mekanisme PKP.
Pajak Tidak Lengkap. Istilah Faktur penomoran dilakukan oleh sistem.
Pajak Tidak Lengkap digunakan E-invoice ini direncanakan akan
sebagai pengganti istilah Faktur dimulai tahun 2014 mendatang
Pajak Cacat. Perubahan ini guna Untuk meningkatkan kualitas
membuat keseragaman antara istilah sistem administrasi PPN, dalam
dalam PPN dan Ketentuan Umum hal ini dengan membuat sistem
dan Tata Cara Perpajakan (KUP). online, DJP perlu mempersiapkan
infrastruktur yang memadai.
7. Faktur Pajak Khususnya infrastruktur Teknologi
Pengganti Informasi (TI). Karena dengan
penerapan sistem yang berbasis
Dalam peraturan sebelumnya, online, Infrastruktur Teknologi
PKP diwajibkan menggunakan Informasi sangat vital. Jangan sampai
nomor seri baru dalam hal PKP penerapan Teknologi Informasi dalam
menerbitkan Faktur Pajak pengganti administrasi DJP justru mempersulit
dan dilaporkan di 2 Masa Pajak SPT, PKP dalam memenuhi kewajiban
yaitu di masa Faktur Pajak yang perpajakannya.
diganti dan di masa pembuatan Di sisi PKP, adalah sebuah
Faktur Pajak pengganti. Dalam PER- keharusan untuk terus mengikuti
24/PJ./2012, Faktur Pajak pengganti perubahan-perubahan dalam

50 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidelibrary
Judul : Essays on Tax Treaties: A Tribute to David A. Ward
Editor : Guglielmo Maisto , Angelo Nikolakakis, dan John M. Ulmer
Penerbit : Canadian Tax Foundation dan IBFD
Tebal : 409 halaman
Tahun Terbit : 2012

negara dalam tax treaty (distributive Model). Vann menjelaskan awal


articles). Enam bab pada bagian penggunaan frasa ini dalam tax
terakhir mengkaji isu mengenai treaty beberapa negara (India pada
konsep penyalahgunaan tax treaty tahun 1950-an dan Thailand pada
dan penentuan pihak yang berhak tahun 1970-an), adopsinya oleh UN
memperoleh manfaat tax treaty. Model serta permasalahan dalam
Praktisi dan akademisi yang penginterpretasian frasa tersebut.
berkontribusi dalam penulisan Dalam kesimpulannya, Vann
buku ini diantaranya adalah John mengungkapkan dua isu penting yang
Avery Jones, Michael Lang, dihadapi dalam menentukan Bentuk
Kees van Raad, Guglielmo Usaha Tetap Keagenan dalam UN
Maisto, Richard Vann, Model, yaitu tingkat independensi
Jacques Sasseville, Luc De dan potensi penghindaran pajak
Broe, Stef van Wheegel dan karena adanya hubungan istimewa
H. David Rosenbloom. antara agen dan principal.
Setiap bab dalam buku Selain bab tersebut, bab menarik
ini terinspirasi dari berbagai lainnya dapat ditemukan pada
kajian David A. Ward selama bagian terakhir, yaitu bab yang

S
karirnya. Beberapa diantaranya ditulis oleh Stef van Wheegel dan
juga menggunakan tulisan-tulisan Anna Gunn mengenai perspektif
David A. Ward sebagai referensi hukum internasional atas konsep
ebagai seorang praktisi dan dalam topik bab mereka. Sebagian penyalahgunaan tax treaty dalam
akademisi perpajakan internasional, besar dari buku ini ditulis dengan menyelesaikan permasalahan pajak.
kapasitas dan kontribusi sistematika yang sama; diawali Dengan menggunakan empat alasan
akademis David A. Ward terhadap dengan perbandingan teori, dan dua contoh kasus, kedua
perkembangan tax treaty tidak perlu kajian terhadap berbagai putusan penulis ini menyimpulkan bahwa
diragukan lagi. Untuk menghormati pengadilan dan praktik administratif meskipun ketentuan pencegahan
kepergiannya setelah lebih dari di berbagai negara, dan diakhiri penyalahgunaan tax treaty tidak
lima puluh tahun berkarir sebagai dengan usulan perubahan terhadap disebutkan secara eksplisit dalam
international tax lawyer terkemuka praktik yang tidak sejalan dengan tax treaty, namun konsep ini diakui
dan menjadi pelopor profesi tax teori. keberadaannya dalam hukum
advisor di Kanada, beberapa John Avery Jones membuka internasional. Namun demikian,
praktisi dan akademisi bereputasi bagian pertama buku ini dengan penggunaan konsep ini hanya
internasional menyusun suatu buku topik mengenai manfaat dan juga dimungkinkan jika kedua negara
yang berjudul “Essays on Tax Treaties: konsekuensi dari penerapan Pasal yang mengadakan perjanjian secara
A Tribute to David A. Ward”. Dengan 3 ayat (2) OECD Model. Pada tegas menyatakan tindakan tertentu
Guglielmo Maisto, Angelo Nikolakakis bab selanjutnya, penggunaan dari Wajib Pajak sebagai tindakan
dan John M. Ulmer sebagai editor, lebih dari satu bahasa dalam penyalahgunaan tax treaty.
buku ini mengangkat gagasan- menginterpretasikan tax treaty serta Meskipun muatan tulisan dalam
gagasan David A. Ward selama hubungannya dengan Pasal 33 buku ini cukup advance, namun
karirnya: studi perpajakan sebagai Vienna Convention on the Law of analisis-analisis yang disediakan
suatu disiplin ilmu dan pendekatan Treaties dikupas dengan mendalam akan memperluas wawasan
perspektif hukum internasional oleh Michael Lang. Setelah itu, pembaca dalam mengaplikasikan
dalam menginterpretasikan dan Nathan Boidman menjelaskan peran dan menginterpretasikan tax treaty.
mengaplikasikan tax treaties. dan pengaruh tax treaty dalam Selain itu, narasi pendekatan
Buku ini terdiri dari lima belas bab mendesain hukum domestik, dan historis dan komparatif dalam
yang dibagi menjadi tiga bagian. Tiga vice versa. buku ini dapat digunakan sebagai
bab pertama buku ini mendiskusikan Salah satu bab menarik pada panduan dan perbandingan dalam
isu-isu yang berhubungan dengan bagian kedua buku ini adalah memahami berbagai isu yang belum
tax treaty secara umum. Sedangkan bab yang ditulis oleh Richard terselesaikan dalam perpajakan
bagian kedua yang terdiri dari Vann mengenai penggunaan frasa internasional. Secara keseluruhan,
enam bab, membahas isu-isu yang “wholly or almost wholly” dalam buku ini merupakan referensi
berhubungan dengan ketentuan menentukan keberadaan Bentuk istimewa yang akan memberikan nilai
yang mengatur hak pemajakan suatu Usaha Tetap berdasarkan United tambah yang sangat berharga kepada
Nations Model Convention (UN pustaka perpajakan internasional.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 51


insidereportase

Penerapan
pajak online ini
berguna untuk
meningkatkan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD) sekaligus
menghindari
kebocoran-
kebocoran
pendapatan di
Provinsi DKI
Jakarta

PENERAPAN SISTEM PAJAK ONLINE


DI JAKARTA

G
ubernur DKI Jakarta, Daerah (PAD) sekaligus menghindari Hingga saat ini Dinas Pelayanan
Joko Widodo, secara kebocoran-kebocoran pendapatan Pajak (DPP) DKI Jakarta baru
resmi meluncurkan di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mampu menjaring 800 Wajib Pajak.
penerapan sistem pajak mendukung upaya tersebut, semua Oleh karena itu, penerapan sistem
online untuk Wajib Pajak jaringan dan kesiapan infrastruktur pajak online ini diharapkan dapat
di Jakarta, Jum’at (18/1/2013). untuk penerapan sistem pajak online menjaring sekitar 10.951 Wajib
Sistem ini merupakan respons ini telah siap digunakan. Menurut Pajak yang meliputi 580 hotel,
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jokowi, apabila sistem ini sudah 9.000 restoran, 371 tempat hiburan,
terhadap tuntutan masyarakat yang diterapkan maka akan terlihat sektor dan 1.000 layanan parkir sehingga
menginginkan pengelolaan pajak mana saja yang dapat memberikan Pemprov DKI Jakarta mampu
yang lebih transparan dan akuntabel. kontribusi besar untuk pendapatan menaikkan target pendapatan pajak
Jakarta. yang signifikan. Lihat Gambar 1.
Pada saat peluncuran, sistem
ini sudah diujicobakan di dua pusat
Gambar 1 - Perkiraan Jumlah Wajib Pajak DKI Jakarta yang Dapat
perbelanjaan, yakni Senayan City
Terjaring Sistem pajak Online (10.951)
dan Plaza Indonesia. Setidaknya ada
40 Wajib Pajak yang mengikuti uji
coba itu. Wajib Pajak tersebut terdiri
dari pengusaha hotel, restoran,
tempat hiburan, dan layanan parkir.

Tujuan Penerapan Pajak


Online
Jokowi mengatakan, penerapan
pajak online ini berguna untuk
meningkatkan Pendapatan Asli

52 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereportase
Berdasarkan data dari DPP telah melakukan penghitungan mencapai target penerimaan pajak
Provinsi DKI Jakarta tahun 2010, pendapatan pajak sebelumnya. yang tinggi pada tahun 2013, yaitu
Wajib Pajak Hotel yang terdata Basuki menduga, selama ini ada Rp 40 triliun melalui kerjasama
berjumlah 983, Wajib Pajak Restoran kebocoran di beberapa titik, tetapi dengan beberapa bank swasta dan
berjumlah 5.754, dan Wajib Pajak luput dari pantauan karena pajak bank pemerintah agar semua menjadi
Hiburan berjumlah 945. Lihat Tabel yang diperoleh selalu melebihi target. hemat dan dapat menguntungkan
1. Lihat data rencana dan realisasi kedua belah pihak. “Kita nggak perlu
keluarkan anggaran, bank pasti mau.
Tabel 1 - Jumlah Wajib Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan Bank dapat uang cash, kita jadi tahu
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010 jumlah pembayar pajak dan jumlah
pendapatan yang sebetulnya,” ujar
Wajib Pajak Wajib Pajak Wajib Pajak Basuki
No. Wilayah
Hotel Restoran Hiburan
Berdasarkan hasil penelitian,1
1 Jakarta Puasat I 147 1.296 117 ternyata jenis pajak daerah yang
2 Jakarta Pusat II 137 320 55 menjadi tumpuan utama penerimaan
3 Jakarta Utara I 77 594 89 Pemprov DKI Jakarta selama kurun
waktu tahun anggaran 2004-2009
4 Jakarta Utara II 77 684 136 adalah Bea Balik Nama Kendaraan
5 Jakarta Barat I 182 329 134 Bermotor (BBN-KB) dan Pajak
6 Jakarta Barat II 113 508 76 Kendaraan Bermotor (PKB). Dari
Gambar 2 terlihat bahwa dari total
7 Jakarta Timur I 65 616 141
penerimaan Pajak Daerah Pemprov
8 Jakarta Timur II 94 616 75 DKI Jakarta TA 2004-2009 sebesar
9 Jakarta Selatan I 14 188 58 Rp 53.754.885.615.610, BBN-
KB memberikan kontribusi sebesar
10 Jakarta Selatan II 77 594 64 33,69% dari total penerimaan Pajak
Jumlah 983 5.745 945 Daerah disusul PKB yang memberikan
Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta (2011).
kontribusi sebesar 31,90%.
Sedangkan Pajak Hotel, Restoran,

Tabel 2 - Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta Tahun Anggaran (TA) 2007-2011

TA Rencana (juta Rupiah) Realisasi (juta Rupiah) Realisasi (%) Pertumbuhan (%)
2007 8.334.270 7.202.527,4 86,42 11,10
2008 8.484.270 8.751.273,8 103,15 21,5
2009 8.615.000 8.560.134,5 99,36 (2,18)
2010 10.083.000 10.746.707,1 106,58 25,55
2011 13.965.000 15.221.249,2 109 41,64
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, penerimaan Pajak Daerah Pemprov Hiburan, dan Parkir masing-masing
Basuki Tjahaja Purnama, DKI Jakarta Tahun Anggaran 2007- hanya memberi kontribusi sebesar
menjelaskan bahwa kenaikan 2011 pada Tabel 2. 7,01%, 6,84%, 2,58%, dan 1,29%
pendapatan dari sektor pajak dapat dari total penerimaan Pajak Daerah.
ditempuh dengan manajemen yang Di luar itu, basis data yang buruk
baik. Untuk itu, pemprov merancang juga ikut memengaruhi kebocoran Seperti yang kita ketahui,
konsep pemetaan para Wajib Pajak tersebut. Selama ini jumlah Wajib mekanisme pemungutan BBN-KB
dengan bekerja sama dengan bank Pajak bisa dimanipulasi untuk
dan menggunakan sistem online. mengakali jumlah pendapatan pajak
Menurut Basuki, pendapatan pajak yang seharusnya diterima pemprov. 1 Sudjarwoko, “Konstribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan
DKI Jakarta dapat lebih tinggi dan Oleh karena itu, dengan penerapan
dan Belanja Daerah Propinsi DKI Jakarta,” Tesis FE UI, bahan tidak
melebihi target karena pihaknya sistem pajak online ini Basuki ingin diterbitkan, 2010, 66.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 53


insidereportase
Gambar 2 - Proporsi Rata-Rata Realisasi Penerimaan per Jenis bekerjasama dengan pihak PD Pasar
Pajak Daerah Terhadap Total Penerimaan Provinsi DKI Jakarta TA Jaya.
2004-2009
Melalui sistem ini, Pemprov
DKI Jakarta dapat mengakses data
semua Wajib Pajak setiap saat
sehingga pemprov dapat dengan
mudah mengetahui omzet setiap
Wajib Pajak. Selain itu, pemprov juga
dapat mengevaluasi titik-titik mana
saja yang sering terjadi kebocoran
atau mengecek sumber-sumber
pendapatan pajak yang jumlahnya
dianggap tidak masuk akal.

Apabila diketahui ada Wajib Pajak


yang transaksinya sering bermasalah
karena dengan sengaja mematikan
mesin (server dan aplikasi pada cash
register), pemprov tidak segan untuk
dan PKB memang sudah cukup baik. mereka tidak punya itikad baik. mencabut izin usahanya. Pemprov
Hal ini didukung oleh ketersediaan Apabila ada pengusaha di Jakarta juga dapat melakukan penagihan
basis data jumlah Wajib Pajak yang tidak mau membayar pajak pajak, pengecekan dari aktivitas
yang mumpuni maupun sanksi secara online, pemprov mengancam setoran pajak, dan penghimpunan
yang jelas apabila Wajib Pajak akan mencabut izin usaha pengusaha dana, selain itu pemprov dapat
diketahui tidak membayar kedua tersebut. Namun, menurut Basuki, dengan cepat memantau pendapatan
jenis pajak tersebut. Karena dalam DPP harus memilih mana saja Wajib dari pajak daerah.
pengawasannya di lapangan pihak Pajak yang layak dikenakan pajak
DPP berkoordinasi dengan pihak atau tidak. Restoran dan tempat Direktur Utama BRI, Sofyan
Polisi Lalu Lintas Republik Indonesia hiburan yang besar wajib dikenakan Basir, mengatakan pembayaran
(Polantas RI) untuk menindak pajak. pajak secara online dapat
pengendara bermotor yang tidak membantu Pemprov DKI Jakarta
membayar pajak tersebut. Berbeda Untuk menerapkan sistem pajak untuk meningkatkan penerimaan
halnya dengan mekanisme Pajak online, DPP DKI Jakarta saat ini pendapatan pajak. Selain itu, Wajib
Hotel, Restoran, Hiburan, dan Parkir telah menggandeng Bank Rakyat Pajak (pengusaha-pengusaha yang
yang masih sering terjadi kebocoran Indonesia (BRI) sebagai mitra yang ada di DKI) dapat menjadi calon-
akibat ketersediaan basis data yang membantu menyiapkan server dan calon nasabah BRI karena Wajib
tidak memadai serta pengawasan aplikasi yang ditempatkan pada Pajak yang ingin memanfaatkan
di lapangan yang lemah. Hal ini cash register Wajib Pajak. Fasilitas layanan ini terlebih dahulu
menyebabkan jumlah penerimaan baru ini menggunakan sistem cash harus membuka rekening di BRI.
pajak yang tergarap masih tergolong management (layanan manajemen Sebelumnya, BRI juga sudah bekerja
rendah dibandingkan dengan potensi kas) bank yang akan menghubungkan sama dengan Pemerintah Kota Bogor
yang ada. Wajib Pajak dengan DPP. Cash dalam memberi layanan pembayaran
management bank ini sementara Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Mekanisme Penerapan dan meliputi penerimaan pembayaran secara online.
pajak hotel, restoran, hiburan, dan
Sistem Pengawasan
parkir. Kerjasama yang dilakukan Sebagai catatan, sebenarnya
Pemprov DKI Jakarta dengan BRI ini penerapan sistem online sudah
Menurut Basuki, sistem pajak
sama sekali tidak menggunakan dana diatur sejak tiga tahun yang lalu.
online yang menggunakan perantara
APBD. Dengan begitu, Wajib Pajak Namun, penerapannya baru berlaku
bank tidak akan membongkar
dapat melakukan pembayaran online efektif satu tahun terakhir ini
rahasia nasabah. Sistem ini justru
menggunakan fasilitas autodebet dengan hasil yang kurang maksimal.
mempermudah Wajib Pajak dalam
rekening BRI sebesar jumlah tagihan. Menurut Sugeng Rusman, Kepala
membayar pajaknya. Ia yakin
bahwa semua pengusaha di Jakarta Sudin Pelayanan Pajak II DKI
Selain itu, bagi pedagang kecil Jakarta, hambatan yang terjadi pada
pasti mempunyai rekening bank,
(sektor UKM), pembayaran pajak penerapan sistem online adalah
bahkan untuk kalangan pengusaha
daerah juga dapat menggunakan sistem pembukuan perusahaan-
kecil sekalipun. Pemprov hanya
sistem autodebet di mana petugas perusahaan di daerah yang belum
meminta mereka untuk melakukan
pajak nantinya akan langsung turun sepenuhnya menggunakan sistem
pembayaran pajak secara online.
langsung ke pasar tradisional dengan cash register.
Kalau mereka tidak mau, artinya

54 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidereportase
Tanggapan dan Harapan Wajib
Pajak Terhadap Penerapan
Pajak Online
Dengan penerapan sistem pajak
online, target penerimaan pajak
Pemprov DKI Jakarta dipastikan
melonjak. Oleh karena itu, Wajib
Pajak meminta sebagian hasil
pendapatan itu dikembalikan untuk
peningkatan pelayanan publik dan
untuk kegiatan promosi Jakarta.

Krishnadi, Ketua Badan Pimpinan


Daerah Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia DKI Jakarta,
mengatakan pengembalian hasil
pajak untuk promosi Jakarta dapat
meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan. Sementara peningkatan
jumlah wisatawan tentu berimbas
pada perkembangan bisnis hotel
dan restoran di Ibu Kota. Indah
Ariyani, Direktur Eksekutif Jakarta
International Hotels Association juga
menuntut hal serupa. Menurutnya
pajak yang dipungut pemerintah
harus dikembalikan untuk menangani
masalah kronis di Jakarta, seperti
kemacetan.

Baik Krishnadi maupun Indah


mengatakan, penerapan sistem
pajak online pada masa Gubernur
Fauzi Bowo mengalami kegagalan.
Kegagalan tersebut terjadi karena
terlalu sedikit Wajib Pajak yang
menggunakan sistem pajak online.
Faktor lain yang membuat program
itu gagal adalah buruknya perangkat Batam Berhasil Menerapkan dan potensi terjadinya kebocoran
dapat diminimalkan.
lunak (software). Mereka menuntut Sistem Pajak Online
kegagalan seperti itu tidak boleh
terjadi lagi saat ini. Melihat keberhasilan Kota Batam
Sistem online pajak daerah
dalam menerapkan sistem pajak
(pajak hotel dan restoran) ternyata
Sri Ayu Ningsih, Public Relations online, Kota Solo juga tertarik
sudah diterapkan di Batam dalam
and Corporate Social Responsibility untuk menerapkan sistem serupa
setahun terakhir. Namun, masih
Senayan City, mengharapkan dalam pembayaran pajak hotel
terbatas di Hotel berbintang, belum
penerapan sistem online bisa dan restoran. Sistem online sangat
menyeluruh ke semua hotel di kota
meningkatkan kenyamanan mungkin digunakan di Solo dan
tersebut. Di Batam, penerapan
pengunjung. Sementara itu, Public sudah direncanakan dalam lima
sistem online ini ternyata berimbas
Relations Coordinator Hotel Indonesia tahun belakangan ini. Namun, saat
positif karena pendapatan dari sektor
Kempinski Jakarta, Nathalia Atmaja, ini Pemerintah Solo masih melakukan
pajak hotel dan restoran meningkat.
mengatakan hotelnya memang belum pendekatan dengan beberapa
Meningkatnya pendapatan tersebut
menerapkan sistem pajak online. hotel berbintang yang masih belum
disebabkan karena nilai pajak yang
Namun, Hotel Indonesia Kempinski menyepakati penerapan sistem
dilaporkan mendekati nilai yang
akan segera menerapkan sistem itu pajak online. Kalangan pengusaha
sebenarnya. Jumlah tamu yang
dalam jangka waktu dekat ini. hotel dan restoran di Solo masih
menginap dapat secara langsung
beranggapan sistem online akan
diketahui jumlahnya sehingga besar
membuat privasi (kerahasiaan) data
pajaknya dapat langsung dihitung
menjadi terganggu.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 55


insidereportase
Trend Reformasi Pajak Dunia yang perlu dilakukan dan juga waktu perlu meminimalisasi waktu yang
Melalui Perbaikan Sistem yang dibutuhkan untuk mematuhi diperlukan untuk patuh pajak (time
Pajak Online (E-Filling) kewajiban pajak mereka. Penurunan to comply).” lanjutnya.
beban administrasi pajak di seluruh
Laporan Bank Dunia, IFC, dan kawasan di dunia ini merupakan Sementara itu, analisa ekonomi
PwC yang berjudul Paying Taxes perkembangan yang sangat baik. yang dilakukan penasehat ekonomi
2013 menemukan bahwa pemerintah senior PwC, Andrew Sentence,
perlu terus melakukan reformasi Augusto juga menjelaskan, yang ditampilkan dalam laporan
sistem perpajakan walaupun laporan ini menemukan bahwa rata- ini menunjukkan bahwa dalam
kondisi perekonomian global masih rata perusahaan skala menengah perekonomian, tindakan yang
belum menentu. Sebanyak 31 membayar tarif pajak total diambil untuk mengurangi kerumitan
negara telah mengambil langkah sebesar 44,7% dari keuntungan, administrasi pajak–baik dari jumlah
sejak Juni 2011 sampai Mei 2012 melakukan 27,2 kali pembayaran, pembayaran (number of payments)
untuk mempermudah usaha kecil dan menghabiskan 267 jam untuk maupun waktu yang diperlukan
menengah agar membayar pajak mematuhi ketentuan pajak untuk berurusan dengan masalah
dengan biaya yang lebih rendah. pajak–mempengaruhi pertumbuhan
Selama delapan tahun sejak ekonomi yang lebih tinggi.
Studi yang dilakukan pada studi ini dimulai (2004), waktu yang
rezim pajak di 185 negara dibutuhkan untuk patuh pajak turun Reformasi-reformasi ini terus
tersebut menemukan fakta bahwa sebanyak 54 jam, hampir setara tujuh terjadi di seluruh dunia. Namun,
reformasi pajak yang paling umum hari kerja, dan jumlah pembayaran fokusnya tetap kepada penurunan
adalah memperkenalkan dan yang perlu dilakukan turun lebih dari beban administrasi sistem pajak.
mengembangkan sistem pajak online enam, dengan Tingkat Total Pajak Paying Taxes 2013 mengukur semua
untuk meningkatkan kepatuhan turun mencapai hampir 1% setiap kewajiban pajak dan kontribusi yang
pajak, hal ini telah terjadi di enam tahunnya. Lihat Gambar 3. perlu dibayarkan oleh perusahaan
belas negara. skala menengah setiap tahunnya.
“Kita melihat dilema dimana Pajak dan kontribusi yang diukur
Menurut Augusto Lopez Claros, keperluan pemerintah untuk termasuk pajak keuntungan atau
Director, Global Indicators and menaikkan pajak dan pada saat pajak pendapatan perusahaan,
Analysis, World Bank Group, yang bersamaan perlu menyediakan kontribusi sosial, dan pajak
pelaporan dan pembayaran secara suatu sistem yang dapat mendorong tenaga kerja yang dibayarkan oleh
elektronik akan mengurangi aktivitas perekonomian dan pengusaha, pajak properti, pajak
birokrasi dan kerumitan sistem pertumbuhan,” ujar tax partner PwC dividen, pajak penambahan modal
pajak serta dapat meningkatkan UK, Andrew Packman. (capital gains tax), pajak transaksi
kepatuhan pajak dan mengurangi keuangan, pajak pengumpulan
biaya administrasi pajak. Laporan “Pemerintah ingin menciptakan sampah, pajak kendaraan dan jalan
ini menemukan bahwa selama iklim pajak yang lebih ramah raya, dan pajak-pajak kecil dan biaya
beberapa tahun kebelakang telah usaha, perlu fokus tidak hanya lainnya.
terjadi penurunan jumlah transaksi pada tingkat pajak, namun juga

Gambar 3 - Dampak Positif Penerapan Sistem Pajak Online

Sumber : Paying Taxes 2013.

56 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidecelebrity

Insan Nur Akbar


“Rakyat nggak bayar (pajak), negara bubar”

Jika Anda adalah seorang boikot pajak itu situasi di mana terhadap penyelewengan pajak itu
penggemar komedi, tentu Anda para suami nggak mau menafkahi lebih berarti untuk penyelamatan
tidak asing lagi dengan sosok karena dianggap istri nggak mampu uang pajak.”
Insan Nur Akbar, atau lebih akrab melayani. Lhaa, makin berantakan
dipanggil Akbar, sang finalis dong rumah tangga. Akibatnya ada 6. Bagaimana kesadaran
Stand Up Comedy tahun 2011. dua kemungkinan, suami cari istri
generasi muda sekarang
Di sela-sela kesibukannya, dia lain atau istri cari suami lain. Dan
masih menyempatkan diri untuk kayaknya istri lebih mudah cari terhadap pajak, khususnya
diwawancarai oleh redaksi Inside suami lain, hehehe”. kalangan selebriti?
Tax. Kali ini, “boikot pajak” “Generasi muda sekarang sudah
menjadi tema obrolan kami. Berikut 4. Siapa yang harus peduli dengan yang namanya pajak,
adalah transkrip wawancara kami hampir semua anak muda yang
dipersalahkan atas wacana sudah bekerja punya NPWP.
dengannya:
boikot pajak, oknum pajak Ini membuktikan mereka
1. Pajak dimata seorang yang nakal, anggaran peduli dengan pajak.
Akbar itu seperti apa? yang suka dipermainkan
“Pajak itu nggak ke mana-mana atau birokrat yang korup? 7. Kesimpulan:
tapi ada di mana-mana. Apa yang “Kalau ditanya siapa yang salah, “Bagi saya, pajak itu
kita terima, apa yang kita makan, ya semua salah. Yang perlu kita sederhana: hubungan
apa yang kita hirup, apa yang kita selesaikan bukan siapa yang salah, antara rakyat dan
lihat, apa yang kita dengar, semuanya tapi aturannya. Karena timbulnya negara. Rakyat
mengandung pajak. Mungkin dalam penyelewengan pajak itu erat wajib bayar
hidup saya cuma kentut yang tidak kaitannya juga dengan sistem pajak, negara
mengandung pajak. Lalu tiap tahun hukum Indonesia. Sudah jadi wajib kelola
kita yang bikin laporan, datang ke rahasia umum kadang maling d e n g a n
kantor mereka, dan membayar . ayam hukumannya lebih b e n a r .
Jadi, pajak itu kita yang bayar, kita berat dari koruptor. Padahal R a k y a t
yang datang, kita yang repot”. maling ayam itu sebenarnya n g g a k
lebih baik dari koruptor. b a y a r,
Koruptor itu nggak negara
2. Apa tanggapan mas Akbar bubar.”
peduli hartanya siapa
terkait isu boikot pajak? yang diambil, tapi
“Saya tidak setuju dengan boikot
maling ayam itu pilih-
pajak, itu nggak akan menyelesaikan
pilih. Dia nggak akan
masalah. Pajak itu masih menjadi
mencuri di rumah
sumber pendapatan utama negara
koruptor karena
dan penggerak kehidupan bangsa,
maling ayam nggak
terus kita boikot? Lhaa, sama kayak
mau hartanya haram dua
kita beli motor, motor sering mogok,
kali, hehehe”.
terus kita boikot nggak mau beliin
bensin. Ya makin mogok motor kita.”
5. Apa saran terhadap
3. Apa yang menyebabkan orang yang ingin
timbulnya wacana boikot memboikot pajak?
“Apapun yang kita nikmati
pajak? sekarang ini semua sudah
“Wacana itu timbul karena
mengandung pajak. Makanan,
ketidakpuasan mengenai sistem
minuman, pakaian, rumah,
pengelolaan, sistem penggunaan, dan
kendaraan, dan lain-lain; semua
banyaknya penyelewengan. Kalau
mengandung pajak. Boikot pajak bagi
negara diibaratkan rumah tangga,
saya bukan solusi, penegakan hukum

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 57


insidecourt

BENEFICIAL
OWNERSHIP CASE
Ganda Christian Tobing 1

K
onsep beneficial ownership Dalam putusannya, Pengadilan
dalam pasal pemajakan Pajak membatalkan koreksi DJP
atas dividen,1 bunga dan dengan membebaskan pemotongan
royalti pada Perjanjian PPh Pasal 26 atas penghasilan
Penghindaran Pajak bunga yang dibayarkan pemohon
Berganda (P3B) 2 merupakan topik banding kepada pemberi pinjaman di
yang sering sekali diperdebatkan Belanda.
dalam perpajakan internasional.
Sejak konsep beneficial owner Fakta Sengketa
pertama kali diperkenalkan 47
tahun yang lalu dalam P3B Inggris
Pada tanggal 31 Oktober 2006,
dan Amerika Serikat dan kemudian
pemohon banding mengikat loan
dimasukkan dalam OECD Model
agreement dengan GFBV yang
tahun 1977, ketidakjelasan definisi
merupakan lembaga keuangan yang
beneficial owner telah menyebabkan
berdomisili di Belanda. Jumlah
timbulnya ketidakpastian hukum
pinjaman yang diberikan oleh GFBV
sehingga memicu banyak sengketa
adalah sebesar USD 25.000.000
antara wajib pajak dan otoritas pajak
dengan tingkat suku bunga 8%
di berbagai negara, termasuk di
dan jatuh tempo pada tanggal 26
Indonesia.
Desember 2009. Selama tahun
Pada edisi ini, rubrik Inside Court
2006, pemohon banding membayar
akan membahas sengketa penentuan
bunga pinjaman sejumlah Rp
beneficial owner yang diputus oleh
1.868.840.080,00 kepada GFBV.
Pengadilan Pajak Indonesia pada
GFBV telah menyampaikan Surat
tahun 2011. 3 Dalam sengketa ini,
Keterangan Domisili dari otoritas
Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
pajak Belanda sebagaimana yang
berpendapat bahwa penerima
disyaratkan oleh Surat Edaran Dirjen
penghasilan bunga yang berdomisili
Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996
di Belanda bukan merupakan
tanggal 29 Maret 1996. Dengan
beneficial owner sehingga tidak
Surat Keterangan Domisili
berhak menikmati fasilitas
tersebut, GFBV mengklaim berhak
pembebasan pemotongan pajak
menerapkan ketentuan dalam P3B
yang disediakan oleh Pasal 11 ayat
Indonesia dan Belanda. Lebih lanjut,
(4) P3B Indonesia dan Belanda.4
pemohon banding tidak melakukan
pemotongan pajak atas pembayaran
1  Manager, Tax Research and Training Services di DANNY bunga yang dilakukan oleh pemohon
DARUSSALAM Tax Center. banding kepada GFBV berdasarkan
2  Beberapa negara menambahkan persyaratan beneficial owner
dalam pasal pemajakan atas capital gains dalam P3B. Lihat
ketentuan Pasal 13 ayat (5) P3B Singapura dan Israel. States shall be taxable only in the other State if the beneficial owner
3  Putusan Pengadilan Pajak Nomor: PUT-29050/PP/M. of the interest is a resident of the other State and if the interest is
III/13/2011. paid on a loan made for period of more than 2 years or is paid in
4  Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan Belanda: “Notwithstand- connection with the sale or credit of any industrial, commercial or
ing the provision of paragraph 2, interest arising in one of the two scientific equipment.”

58 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidecourt
Pasal 11 ayat (4) P3B Indonesia dan dengan koreksi tersebut dan lanjut, pengadilan juga menyatakan
Belanda karena penghasilan bunga mengajukan keberatan. Permohonan ketentuan domestik yang digunakan
yang timbul dari pinjaman dengan keberatan tersebut ditolak sehingga adalah ketentuan domestik pada
jangka waktu pinjaman lebih dari pemohon banding mengajukan saat P3B tersebut ditandatangani,
dua tahun hanya dikenakan pajak di banding ke Pengadilan Pajak. Dalam di mana ketentuan perpajakan
Belanda, negara domisili GFBV. argumentasinya, pemohon banding Indonesia pada saat P3B Indonesia
DJP kemudian melaksanakan berpendapat, karena pembayaran dan Belanda ditandatangani belum
pemeriksaan dan melakukan bunga ditujukan langsung ke mengatur pengertian beneficial
koreksi terhadap pemotongan rekening bank GFBV, maka GFBV owner.6
pajak atas pembayaran bunga dari merupakan pemilik sesungguhnya Selanjutnya, pengadilan mendefi-
pemohon banding kepada GFBV. dari penghasilan bunga tersebut. nisikan konsep beneficial owner
DJP melakukan koreksi tersebut sebagai konsep yang memisahkan
berdasarkan Surat Edaran Direktur Putusan Pengadilan pihak yang secara legal formal
Jenderal Pajak Nomor SE-17/ berhak atas suatu penghasilan
PJ/2005 tanggal 01 Juni 2005 (SE- Pengadilan Pajak menyatakan dengan pihak lain yang secara nyata
17), di mana ketiadaan tata cara bahwa SE-17 yang diklaim DJP dan faktual menikmati manfaat
pelaksanaan (mode of application) sebagai sikap Pemerintah Indonesia ekonomis dari penghasilan tersebut.
pemajakan atas penghasilan merupakan sikap yang tidak sesuai Pertimbangan pengadilan ini
bunga berdasarkan Pasal 11 ayat dengan asas pemerintahan yang didasarkan pada doktrin “substance
(5) P3B Indonesia dan Belanda 5 baik. Pengadilan juga menyatakan over form” dan pendekatan ekonomis
menyebabkan ketentuan Pasal 11 bahwa tindakan DJP menerbitkan SE- serta konsep “bezit” dalam Kitab
ayat (4) P3B Indonesia dan Belanda 17 yang berfungsi untuk mengakhiri Undang-Undang Hukum Perdata
tidak dapat diterapkan. berlakunya Pasal 11 ayat (4) P3B (KUH Perdata). Meski demikian,
DJP juga berpendapat bahwa Indonesia dan Belanda merupakan pengadilan beranggapan bahwa DJP
GFBV bukan merupakan beneficial tindakan yang dilakukan secara tidak dapat membuktikan temuannya
owner atas penghasilan bunga sepihak dan tidak sesuai dengan berdasarkan bukti-bukti yang cukup
tersebut sehingga tidak berhak asas “pacta sunt servanda” atau dan kompeten.
menikmati fasilitas yang disediakan asas yang mengikat para pihak dalam Pengadilan juga menolak
oleh P3B Indonesia dan Belanda. perjanjian untuk melaksanakan argumentasi DJP tentang kemampuan
Dalam argumennya, DJP menyatakan perjanjian dengan itikad baik. GFBV dalam memberikan pinjaman.
bahwa strategi pembiayaan Untuk menentukan apakah GFBV Menurut pengadilan, kemampuan
pemohon banding telah dirancang merupakan beneficial owner atas yang cukup untuk memberikan
sedemikian rupa dengan tujuan penghasilan bunga, pengadilan pinjaman tidak selalu bergantung
untuk memperoleh manfaat P3B menggunakan ketentuan Pasal pada berapa lama perusahaan
berupa pembebasan pemotongan 3 ayat (2) P3B Indonesia dan pemberi pinjaman telah beroperasi
PPh Pasal 26 di Indonesia. Dari Belanda dalam menginterpretasikan karena pinjaman yang diberikannya
hasil analisisnya terhadap transaksi konsep beneficial owner. Menurut dapat saja berasal dari pinjaman
pinjaman antara pemohon banding pengadilan, jika suatu istilah tidak yang diterimanya dari pihak lain.
dengan GFBV, DJP berpendapat didefinisikan dalam P3B, maka Selain itu, adanya hubungan
bahwa GFBV tidak memiliki definisi tersebut harus dicari dalam istimewa antara pemohon banding
kemampuan memberikan pinjaman hukum domestik negara yang dengan GFBV bukan merupakan
yang memadai karena selain GFBV mengadakan perjanjian. Lebih alasan yang kuat untuk melakukan
baru didirikan pada tahun 2004
dan beroperasi pada tahun 2006, Gambar 1
GFBV juga berfungsi sebagai Skema Transaksi dan Struktur Kepemilikan
conduit company (perusahaan
perantara) dari pihak ketiga dalam
rangka pemberian pinjaman kepada GFBV GAIT GAR Ltd
pemohon banding. Informasi bahwa Saham Saham
GFBV memiliki hubungan istimewa
dengan pemohon banding juga Belanda Malaysia Mauritius

menjadi alasan DJP melakukan Indonesia Saham


koreksi. Dalam kesimpulannya, DJP Bunga

menyatakan bahwa tarif pemotongan Pinjaman


Saham Saham
pajak 20% berdasarkan hukum PT X PT Z
Pemohon Branding
domestik harus diterapkan.
Pemohon Banding tidak setuju

5  Pasal 11 ayat (5) P3B Indonesia dan Belanda: “The Competent


Authorities of the Two States shall by mutual agreement settle the 6  P3B Indonesia dan Belanda ditandatangani pada tanggal 29
mode of application of paragraphs 2, 3, and 4”. Januari 2002 dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2004.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 59


insidecourt
koreksi karena adanya hubungan menandatangani P3B dengan
istimewa hanya dapat dijadikan negara lain, masing-masing ne-
dasar dalam menentukan kewajaran gara telah terikat dengan P3B
jumlah bunga yang dibayarkan, tersebut sehingga berdampak pada
bukan dalam menentukan beneficial pembatasan penerapan ketentuan
owner. hukum domestik masing-masing
Pengadilan pajak akhirnya negara.9 Untuk itu, penggunaan
mengabulkan permohonan banding ketentuan domestik sebagai dasar
dan memutuskan GFBV berhak untuk menolak penerapan ketentuan
terhadap pembebasan pemotongan P3B merupakan tindakan yang tidak
PPh Pasal 26 di Indonesia karena sesuai dengan prinsip good faith
GFBV merupakan beneficial owner dalam perjanjian internasional.10
atas penghasilan bunga yang Dengan demikian, pertimbangan


dibayarkan oleh pemohon banding. pengadilan yang menyatakan SE-
17 sebagai tindakan yang tidak
sesuai dengan good faith merupakan
Komentar
pertimbangan yang secara tepat
meletakkan status hukum P3B di
Dalam sengketa ini, putusan
OECD pengadilan yang menolak
atas ketentuan domestik.
menyarankan agar argumentasi DJP lebih dikarenakan
Kedua, penggunaan ketentuan
domestik oleh pengadilan dalam
konsep beneficial DJP tidak dapat menunjukkan bukti-

owner dalam P3B


tidak lagi diartikan
berdasarkan
pengertian hukum
domestik dari masing-
masing negara
yang mengadakan

bukti konkret bahwa GFBV bukan
merupakan beneficial owner dari
penghasilan bunga yang diterimanya.
Hal ini berbeda dengan sengketa
beneficial owner di luar negeri7 yang
menguji konsep beneficial owner
dengan mempertimbangkan berbagai
jenis informasi, seperti struktur
transaksi, ketentuan-ketentuan
dalam perjanjian, aliran dana, akta
menginterpretasikan

penerapan P3B yang tidak sesuai


dengan tujuannya.

penggunaan ketentuan domestik


makna
beneficial owner dapat menimbulkan

Walaupun
berdasarkan Pasal 3 ayat (2) P3B,

diperbolehkan dalam mendefinisikan


suatu istilah yang tidak didefinisikan
secara jelas dalam P3B, namun
apabila definisi menurut hukum
perjanjian. pendirian dan laporan keuangan serta
domestik masing-masing negara
berbeda, maka hal ini berpotensi
rekening koran perusahaan penerima
menimbulkan pemajakan berganda
penghasilan. Bertolak dari hal ini,
yang tentunya tidak sesuai dengan
penulis mencoba menarik beberapa
tujuan diadakannya P3B. Di sisi lain,
hal yang penting dari putusan
apabila suatu istilah dapat diartikan
sengketa ini dan menghubungkannya
menurut ketentuan domestik, maka
dengan beberapa faktor yang perlu
pengertian yang digunakan adalah
dipertimbangkan dalam mengartikan
berdasarkan perubahan hukum yang
konsep beneficial owner.
terakhir kali dibuat.11
Pertama, ketentuan tentang
Dalam draft diskusi12 maupun
tata cara pelaksanaan (mode
revisi13 OECD atas beneficial owner,
of application) pemajakan atas
OECD menyarankan agar konsep
bunga dalam P3B Indonesia dan
beneficial owner dalam P3B tidak
Belanda pada dasarnya merupakan
lagi diartikan berdasarkan pengertian
persyaratan administratif. 8 Karena
hukum domestik dari masing-masing
tata cara pelaksanaan (mode of
negara yang mengadakan perjanjian.
application) tersebut merupakan
Tidak digunakannya hukum domestik
persyaratan administratif, maka
ketentuan dalam SE-17 seharusnya
tidak menghalangi penerapan 9  Darussalam, John Hutagaol, Danny Septriadi, Konsep dan

persyaratan substantif (beneficial Aplikasi Perpajakan Internasional (Jakarta: Danny Darussalam Tax
Center, 2010), 31-32.
owner). Ketika suatu negara 10  Pasal 27 Vienna Convention on the Law of Treaties; “A party
may not invoke the provisions of its internal law as justification for
its failure to perform a treaty”.
7  Sebagai contoh: Indofood International Finance Ltd v. JP 11  Paragraf 11 atas Pasal 3 ayat (2) OECD Model Convention
Morgan Chase NA London Branch (2006); Prevost Car Inc v. The 2010.
Queen (2009); Velcro Canada Inc v. The Queen (2012). 12  OECD, “Clarification of the Meaning of Beneficial Owner in
8  Hans H. Drijer dan Wendy M.C.P Houben, “Application of the OECD Model Tax Convention,” 29 April 2011.
Interest Withholding Tax Exemption under Tax Treaty with 13  OECD, “OECD Model Tax Convention: Revised Proposals
Netherlands Postponed,” Asia-Pacific Tax Bulletin (September- Concerning the Meaning of Beneficial Owner in Articles 10, 11
Oktober 2005): 431 and 12,” 19 Oktober 2012.

60 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


insidecourt

Pada dasarnya, persyaratan beneficial owner


bertujuan untuk menentukan keterkaitan
antara penghasilan dividen, bunga dan royalti
yang timbul di negara sumber dan subjek pajak
di negara lain yang berhak untuk menikmati
fasilitas penurunan tarif yang disediakan oleh
P3B.

dalam mengartikan konsep beneficial diskusi17 maupun revisi18 OECD mana maksud dan tujuan dari para
owner menunjukkan bahwa konsep atas beneficial owner di mana pihak yang bertansaksi menjadi
beneficial owner seharusnya OECD menegaskan bahwa penerima relevan untuk dipertimbangkan;
diartikan berdasarkan pengertian penghasilan merupakan beneficial dalam analisis penentuan beneficial
internasional (international fiscal owner apabila penerima penghasilan owner yang hanya menyangkut
meaning).14 Pengertian internasional memiliki hak untuk menggunakan atribusi penghasilan kepada subjek
ini dapat diperoleh melalui OECD dan menikmati penghasilan tanpa pajak, sangat tidak relevan untuk
Commentary, praktik di negara lain dibatasi oleh kontrak atau kewajiban mempertimbangkan maksud dan
maupun putusan pengadilan dari legal untuk meneruskan penghasilan tujuan dari pihak yang bertransaksi.
negara lain.15 yang diterimanya kepada pihak Brian J. Arnold 20 juga menyatakan
Faktor ketiga yang perlu lain. Dengan demikian, pengujian bahwa penggunaan pendekatan
dipertimbangkan adalah pendekatan beneficial owner dapat dilakukan substansi ekonomi dalam
yang digunakan dalam mengartikan dengan mempertimbangkan menentukan beneficial owner
konsep beneficial owner. Secara atribut-atribut kepemilikan berupa sebagai pendekatan yang tidak tepat
umum terdapat dua pendekatan keleluasaan dan pengendalian untuk diterapkan.
yang digunakan dalam mengartikan yang dimiliki penerima penghasilan Konsep beneficial ownership
konsep ownership, yaitu pendekatan terhadap penghasilan yang dan konsep penyalahgunaan P3B
legal dan pendekatan ekonomi. diterimanya maupun aktiva yang merupakan dua konsep yang
Dari berbagai putusan pengadilan dimilikinya. berbeda. Dalam hal ini, konsep
terhadap beneficial owner di Terakhir, konsep beneficial owner penyalahgunaan P3B dapat
berbagai negara,16 konsep beneficial bukan merupakan instrumen dalam diterapkan hanya setelah pihak
owner selalu diartikan berdasarkan mencegah praktik penghindaran yang berhak memperoleh manfaat
pendekatan legal. Pendekatan pajak.19 Pada dasarnya, persyaratan P3B telah ditentukan. 21 Oleh
legal tersebut dijabarkan dengan beneficial owner bertujuan untuk karena itu, penggunaan General
menjawab pertanyaan apakah menentukan keterkaitan antara Anti Avoidance Rule (GAAR) dalam
penerima penghasilan diwajibkan penghasilan dividen, bunga dan hukum domestik atau memasukkan
untuk meneruskan penghasilan yang royalti yang timbul di negara ketentuan Limitation on Benefit
diterimanya kepada pihak lain? sumber dan subjek pajak di negara (LoB) ke dalam P3B merupakan cara
Penggunaan pendekatan legal lain yang berhak untuk menikmati yang lebih ampuh untuk mencegah
juga dapat ditemukan dalam draft fasilitas penurunan tarif yang penghindaran pajak melalui
disediakan oleh P3B. Karena tidak penyalahgunaan P3B.
seperti dalam analisis terhadap
pencegahan penghindaran pajak di

14  Phillip Baker, “Beneficial Ownership: After Indofood,” GITC 17  OECD, “Clarification of the Meaning of Beneficial Owner in
Review Vol VI, no 1 (Februari 2007): 23. the OECD Model Tax Convention,” 29 April 2011.
15  Lihat juga Pasal 38 ayat (1) Statute of International Court of 18  OECD, “OECD Model Tax Convention: Revised Proposals 20  Lihat pendapat Brian J. Arnold terhadap sengketa antara PT
Justice. Concerning the Meaning of Beneficial Owner in Articles 10, 11 Transportasi Gas Indonesia melawan Direktur Jenderal Pajak.
16  Putusan pengadilan di luar negeri, misalnya: Indofood and 12,” 19 October 2012. Brian J. Arnold, “Tax Treaty News,” Bulletin for International Taxa-
International Finance Ltd v. JP Morgan Chase NA London Branch 19  Kees van Raad, “Report on Beneficial Ownership under OECD tion (Mei-Juni 2009): 176.
(2006); Prevost Car Inc v. The Queen (2009); Velcro Canada Inc v. Model Convention and Commentaries,” dapat diakses melalui 21  Brian J. Arnold, “Tax Treaty Case Law News – A Trio of Recent
The Queen (2012). Putusan pengadilan di Indonesia, misalnya: www.ibdt.com.br/material/arquifos/Atas/jfb_ 20111020093958. Cases in Beneficial Ownership,” Bulletin for International Taxation
PUT-15719/PP/M.VIII/13/2008 dan PUT-23289/PP/M.II/13/2010 . pdf. (Juni 2012): 325.

Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 61


insideintermezzo

SUDOKU
Pembaca Inside Tax, Inside Intermezzo kali ini
menghadirkan sebuah quiz sudoku berhadiah. Anda
dapat mengirimkan jawabannya via email ke alamat
insidetax@dannydarussalam.com
Tersedia buku terbaru kami yaitu “Transfer Pricing:
Ide, Strategi, dan Panduan Praktis” yang akan
diberikan secara gratis bagi 3 orang yang beruntung.

Format Pengiriman
Subjek Email : “Jawaban Kuis Sudoku Inside Tax 14”

Isiemail:
1. Nama Lengkap
2. Nama Organisasi/Instansi/Perguruan Tinggi
3. Alamat Lengkap
4. Attachment jawaban kuis (bisa dalam bentuk
foto/ scan jawaban, file Ms.Word, atau Ms.Excel)
5. Komentar/Saran anda untuk majalah Inside Tax

Jawaban paling lambat kami terima pada hari Minggu, 21 April 2013 pukul 24.00. Pemenang akan kami
umumkan pada Inside Tax Edisi ke 15.

62 Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013


Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 63
Inside Tax | Edisi 14 | Maret 2013 64

Anda mungkin juga menyukai