Anda di halaman 1dari 72

InsideTax

Edisi 30 | April 2015

MEDIA TREN PERPAJAKAN

Menyasar
Pajak Orang Kaya
Pajak HWI Masih Bisa Perlu ada Trust
Dioptimalkan antara Orang Kaya
dan Otoritas Pajak

Perjalanan Globalisasi
Panjang dan Beberapa
Harmonisasi Catatan
PPh Badan Mengenai
di ASEAN Kebijakan Pajak
Internasional
Indonesia
insideCONTENT Edisi 30 | April 2015

3 InsideGREETINGS
20 InsideEVENT
Mengejar Potensi Penerimaan Pajak

22 InsidePROFILE
Pajak HWI Masih Bisa Dioptimalkan

5
38 InsideEVENT
Belajar Tax Treaty di Kota Paris Van Java
InsideHEADLINE
40 InsideCOURT
Sengketa Penentuan Saat Terutang PPN atas
Memburu Pajak dari High Wealth Individual (HWI)

Ekspor

44 InsideREGULATION
Kesempatan Menghapus Sanksi Administrasi

46 NewsflashDOMESTIC

48 NewsflashINTERNATIONAL

15
50 InsideEVENT
Transfer Pricing dalam Intra-Group Financing: InsideOPINION
Teori dan Praktek dalam Sehari Globalisasi dan Beberapa Catatan Mengenai
Kebijakan Pajak Internasional Indonesia

52 InsideREVIEW
Perjalanan Panjang Harmonisasi PPh Badan
di ASEAN

56 Students’CORNER
Peresmian IFTAA Jawa Timur dan Seminar
Nasional UNIBRAW

58 Students’CORNER
TAXES 2015: Menyambut MEA

61
26
InsideLIBRARY
InsidePROFILE
Perlu ada Trust antara Orang Kaya dan

62 TaxTRAVELING
Belajar Pemajakan atas Merger dan
Otoritas Pajak

‘Muter-muter’ di Negeri Kincir Angin

64 InsideSOLUTION

68 InsideSTORIETTE
Antara Aku, Hadi dan NPWP

30
70 InsideINTERMEZZO
InsideREVIEW
Tinjauan Global atas Ketentuan
Safe Harbour dalam Transfer Pricing
insidegreetings

Komunitas pajak yang terhormat,


Komunitas pajak yang terhormat,
PEMIMPIN UMUM
Tahun ini merupakan tahun di Darussalam
mana kenaikan target pajak melonjak
drastis. Dalam APBN-P 2015, target WAKIL PEMIMPIN UMUM
Danny Septriadi
penerimaan pajak naik sebesar
38,69% dari realisasi tahun lalu. Untuk KOORDINATOR PELAKSANA
B. Bawono Kristiaji
mencapai target penerimaan tersebut,
pemerintah berupaya menggali lebih PEMIMPIN REDAKSI
dalam potensi penerimaan pajak dari Gallantino F.
Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) REDAKSI
dengan sasaran golongan pendapatan Awwaliatul Mukarromah
tinggi dan menengah atas atau dikenal Deborah
Dienda Khairani
dengan High Wealth Individual (HWI). Ganda C. Tobing
Khisi Armaya Dhora
Dalam perspektif internasional, HWI menjadi isu yang menarik untuk Nurlita Dewi Ramadhani
diperbincangkan, terutama dalam kaitannya dengan isu perencanaan Pretty Wulandari
pajak yang diduga agresif. Lantas, seperti apa pengelolaan HWI yang Riyhan Juli Asyir
Sekar Talenta
dilakukan oleh otoritas pajak, baik di Indonesia maupun di negara Tati Pertiwi
lain? Mengapa HWI diberikan perlakukan khusus oleh otoritas pajak
DESAIN & ILUSTRASI
di berbagai negara? Pertanyaan seputar HWI tersebut akan disajikan Robet
melalui rubrik InsideHEADLINE. Tati Pertiwi

Bicara soal HWI, redaksi juga menggali informasi lebih dalam dengan KEUANGAN
melakukan wawancara kepada Suwarno (Kepala KPP WP Besar IV) Dewi Permatasari
dan Herru Widiatmanti (Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak). Hasil
PEMASARAN
wawancara tersebut dipaparkan dalam rubrik InsidePROFILE. Terima Eny Marliana
kasih kepada kedua narasumber atas waktu yang telah diberikan kepada
REKENING BANK
redaksi InsideTax. BCA KCP Ruko Artha Gading
Tidak hanya mengupas isu HWI, edisi kali ini juga memuat artikel A/C: 8400031020
A/N: PT Dimensi Internasional Tax
opini dari Darussalam (Managing Partner DDTC) yang berbicara
tentang kebijakan pajak di era globalisasi. Selain itu, ada pula rubrik- ALAMAT REDAKSI
Menara Satu Sentra Kelapa Gading
rubrik lain yang akan menyegarkan pikiran pembaca sekalian, seperti Lantai 6 (Unit #0601 - #0602)
TaxTRAVELING dan InsideINTERMEZZO. Yang lebih menarik lagi, untuk Jl. Bulevar Kelapa Gading LA3 No. 1
pertama kalinya sayembara cerpen pajak dimenangkan oleh seorang Summarecon, Kelapa Gading,
Jakarta Utara, Indonesia 14240
siswa sekolah menengah atas. Redaksi InsideTax sungguh mengapresiasi
ide dan karya siswa tersebut. +6221 2938 5758

+6221 2938 5759


Selamat menikmati!
insidetax@dannydarussalam.com
-Gallantino F. dannydarussalam.com/insidetax

InsideTax

Diterbitkan oleh:

(PT Dimensi Internasional Tax)

Follow us on @DDTCIndonesia
INFORMASI KERJASAMA DAN PEMASANGAN
IKLAN
Untuk kerjasama dan pemasangan iklan Anda dapat menghubungi:
Dienda atau Eny, 021 29385758 atau 021 29385759 (fax) atau
dengan mengirimkan e-mail ke:

marketing.insidetax@dannydarussalam.com

InsideTax terbit bulanan. Wartawan dan staf Majalah InsideTax


selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima
atau meminta imbalan dari narasumber.

Lihat MEDIAKIT Lihat MEDIAPROFILE


Memburu Pajak dari
High Wealth Individual
(HWI)
Oleh:
Gallantino Farman, Dienda Khairani, dan Awwaliatul Mukarromah
insideheadline

AWWALIATUL
GALLANTINO FARMAN DIENDA KHAIRANI
MUKARROMAH

Gallantino Farman, Dienda Khairani dan Awwaliatul Mukarromah


adalah Researcher (Tax Research & Training Services) di DANNY
DARUSSALAM Tax Center.

Pendahuluan
Tingginya target penerimaan pajak
dari tahun ke tahun mungkin sudah
tidak asing lagi di telinga para peminat
topik perpajakan. Usaha pemerintah
untuk menegakkan kebijakan tersebut.
Negara-negara maju, contohnya
Amerika, memiliki penerimaan PPh
OP yang lebih besar jika dibandingkan
dengan penerimaan dari PPh Badan.
“T erdapat
empat
pertimbangan
yang dapat
menjustifikasi
Sedangkan sampai saat ini dapat
melaksanakan strategi ekstensifikasi
kita lihat, di Indonesia penerimaan
kebutuhan otoritas
dan intensifikasi untuk meningkatkan pajak untuk fokus
PPh Badan masih lebih besar jika
penerimaan pajak pun sepertinya masih menangani HWI,
dibandingkan dengan penerimaan PPh
belum memperlihatkan hasil yang
maksimal. Faktanya dapat dilihat dari
OP (PPh 21 dan PPh Pasal 25/29). diantaranya
jumlah penerimaan pajak sepanjang Untuk itulah, Direktorat Jenderal kompleksitas
triwulan pertama di tahun 2015 ini.1 (Ditjen) Pajak saat ini mulai fokus untuk urusan perpajakan,
mengejar penerimaan pajak dari orang kontribusi terhadap
Demi mengejar target yang
pribadi, terutama kalangan menengah penerimaan pajak,
tertinggal ini, pemerintah mulai
ke atas yang selama ini dinilai
mengambil beberapa langkah
belum optimal dalam menyumbang
kemampuan HWI
kebijakan yang bersifat teknis terkait untuk melakukan
penerimaan pajak. Kini, Ditjen pajak
dengan optimalisasi penerimaan baik tax planning
juga semakin gencar memperbaiki
dari sisi penerimaan pajak maupun
penerimaan kepabeanan dan cukai.
sistem administrasi perpajakan guna yang agresif, dan
mempermudah tracking WP OP. Salah integritas sistem
Kebijakan yang bersifat teknis di bidang
satunya dengan mendukung program perpajakan.”
penerimaan pajak salah satunya adalah
exchange of information (EoI) untuk
meningkatkan penggalian potensi
mempermudah memperoleh informasi
penerimaan pajak dari Wajib Pajak
dari ranah internasional.
(WP) dengan sasaran Orang Pribadi
(OP) golongan pendapatan tinggi dan Dalam pembahasan kali ini, tim
menengah atas.2 redaksi akan menyajikan penjabaran
mengenai apa yang menjadi alasan
Tren di negara-negara maju yang
otoritas pajak mengincar peningkatan
kini menjadikan Pajak Penghasilan
penerimaan pajak dari high wealth
(PPh) OP sebagai tumpuan
individual (HWI). Apa yang menjadi
penerimaan pajak, nampaknya menjadi
pertimbangan bagi otoritas pajak
pertimbangan tersendiri bagi otoritas
suatu negara untuk perlu fokus atau
memberikan perlakuan khusus kepada
1. Berdasarkan catatan realisasi penerimaan pajak HWI akan dibahas dalam tulisan
triwulan pertama tahun 2015 yang dirilis pada 10 April
2015 lalu, Ditjen Pajak menyatakan bahwa dari target ini. Penyajian pembahasan akan
penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai APBN-P 2015 disertai juga dengan bukti-bukti yang
sebesar Rp1.244,723 triliun, realisasi penerimaan
hanya mencapai 15,22% saja. Jika dibandingkan
menggambarkan perencanaan pajak
dengan realisasi triwulan pertama tahun 2014, terdapat yang agresif dan tax evasion, serta
penurunan sebesar 0,84%. Lihat Tabel 1. pentingnya pertukaran informasi untuk
2. Nota Keuangan R-APBN 2015

6 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideheadline
Tabel 1 – Realisasi Penerimaan Pajak Triwulan I 2015 (Miliar Rupiah)

Realisasi s.d. 31 Maret


Target ∆%
Realisasi APBN-P
No Jenis Pajak 2014-2015 ∆% ∆%
2014 2015 2014
 2014 2014 - 2015 2014 - 2015

A PPh Non Migas 458,692.28 629,835.35 37.31 103,866.47 104,905.71 1

  1 PPh Ps 21 105,642.15 126,848.27 20.07 23,996.54 26,544.80 10.62


  2 PPh Ps 22 7,245.46 9,646.44 33.14 1,388.05 1,306.12 -5.9
  3 PPh Ps 22 Impor 39,456.01 57,123.73 44.78 11,443.46 10,304.63 -9.95
  4 PPh Ps 23 25,513.43 33,478.95 31.22 5,687.75 6,238.58 9.68
  5 PPh Ps 25/29 OP 4,724.82 5,215.08 10.38 2,184.66 2,371.00 8.53
  6 PPh Ps 25/29 Badan 149,280.83 220,873.59 47.96 34,740.62 29,639.91 -14.68
  7 PPh Ps 26 39,446.58 49,778.95 26.19 6,096.93 6,395.87 4.9
  8 PPh Final 87,293.80 126,804.50 45.26 18,318.46 22,095.66 20.62
PPh Non Migas
  9 89.2 65.84 -26.19 9.99 9.13 -8.57
Lainnya

B PPN dan PPnBM 408,995.74 576,469.17 40.95 85,150.04 83,083.98 -2.43

  1 PPN Dalam Negeri 240,960.73 338,192.39 40.35 46,102.02 47,419.50 2.86


  2 PPN Impor 152,303.69 207,509.79 36.25 35,148.78 32,339.88 -7.99
  3 PPnBM Dalam Negeri 10,240.45 19,348.56 88.94 2,232.80 2,100.86 -5.91
  4 PPnBM Impor 5,335.90 10,751.94 101.5 1,607.80 1,137.60 -29.24
  5 PPN/PPnBM Lainnya 154.97 666.49 330.06 58.64 26.13 -55.44
C PBB  23,475.71 26,689.88 13.69 795.49 321.24 -59.62
D Pajak Lainnya 6,293.13 11,729.49 86.39 1,238.96 1,137.30 -8.21

Total A + B + C + D 897,456.86 1,244,723.88 38.69 191,050.96 189,448.23 -0.84

Sumber: http://www.pajak.go.id/content/realisasi-penerimaan-pajak-triwulan-i-2015

mendeteksi penggelapan pajak yang satunya Indonesia. Lantas, cara apa yang akan
mungkin dilakukan oleh HWI. Dalam laporan ini digambarkan digunakan oleh otoritas pajak untuk
bahwa populasi dan kekayaan HWI di menggali potensi tersebut? Ada
Kondisi dan Penerimaan Pajak Indonesia terus mengalami peningkatan baiknya, kita mengenal terlebih dahulu
HWI setiap tahun mulai dari tahun 2008 karakteristik HWI dan hal-hal apa
hingga 2013. (Lihat Gambar 1). saja yang membuat HWI mendapat
Pengelolaan pajak bagi HWI perlakuan khusus dari otoritas pajak.
memang menjadi tantangan tersendiri Laporan tersebut juga mencantumkan
bagi setiap negara, termasuk Indonesia. bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki pertumbuhan HWI dan Otoritas Pajak
Hal ini dapat dilihat dari penerimaan
PPh OP sepanjang triwulan pertama populasi HWI di atas rata-rata selain Salah satu kelompok WP OP yang
2015 yang masih lebih rendah dari Taiwan, Thailand, Tiongkok, dan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi
pendapatan PPh Badan, sebagaimana Hongkong.3 adalah HWI, yaitu WP yang tergolong
dijelaskan dalam Tabel 1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan kaya atau berpenghasilan tinggi.4
bahwa potensi penerimaan pajak dari Meskipun HWI biasanya berada dalam
Dari Tabel 1 tersebut, penerimaan
HWI di Indonesia masih dapat digali jumlah yang kecil, namun sepertinya
pajak dari HWI tampaknya belum
lebih dalam karena populasi dan menjadi suatu tantangan tersendiri
optimal. Padahal, hasil penelitian yang
kekayaan HWI yang terus meningkat. bagi otoritas pajak di berbagai negara.
dilaporkan dalam Asia-Pacific Report
Hal tersebut disebabkan HWI memiliki
2014 menunjukkan peningkatan
jumlah populasi dan kekayaan HWI 3. Capgemini dan RBC Wealth Management, “2014 4. Matthijs Alink dan Victor van Kommer, Handbook on
dari berbagai negara di Asia, salah Asia-Pacific Wealth Report,” Wealth Report Series Tax Administration, (The Netherlands: IBFD, 2011),
(2014): 5-7. 279.

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 7


insideheadline
karakteristik yang berbeda dengan WP
yang lainnya. Gambar 1 - Jumlah Populasi dan Kekayaan HWI Indonesia
Terdapat empat pertimbangan 45 160
40
yang dapat menjustifikasi kebutuhan 40 38
140
otoritas pajak untuk fokus menangani 35 32 134
30 120
HWI, diantaranya kompleksitas urusan 30
125
perpajakan, kontribusi terhadap 24 106 100
25 100
penerimaan pajak, kemampuan 19 80
20 80
HWI untuk melakukan tax planning 60
15 61
yang agresif, dan integritas sistem 40
10
perpajakan.5
5 20
1. Kompleksitas 0 0
Urusan perpajakan HWI memang 2008 2009 2010 2011 2012 2013
lebih kompleks dibandingkan Sumber: Capgemini dan RBC Wealth Management, “2014 Asia-Pacific Wealth Report,” Wealth Report Series (2014): 5-7, diolah
kembali oleh penulis
WP yang lainnya. HWI biasanya
memiliki penghasilan dari berbagai
sumber dengan struktur bisnis yang
angka 7,5%.7 HWI sendiri dapat tinggi dari yang lainnya.11 Hal
kompleks. HWI memiliki bentuk
diartikan sebagai orang-orang tersebut didasari bahwa sistem
investasi bisnis yang beragam,
yang memiliki keunggulan dalam perpajakan yang diterapkan harus
bahkan investasi tersebut tidak
kekayaan dan pendapatan, adil dan transparan, apalagi dengan
hanya ditanamkan di satu negara,
hubungan sosial yang lebih baik, kondisi di mana HWI termasuk
melainkan di beberapa negara,
akses ke konsultan pajak yang lebih orang-orang yang selalu disoroti
sehingga dari sisi perpajakan
baik, akses yang lebih mudah pada oleh media karena status kekayaan
internasional akan muncul isu-isu
lembaga permodalan di berbagai dan ketenarannya. Seperti yang
mengenai tax treaty, status residen,
negara, dan aktivitas yang ruang dipahami bersama, fungsi pajak
dan yang paling penting negara
lingkupnya mengglobal.8 salah satunya adalah memberikan
mana yang akan berhak memajaki
Oleh karena itu, individu yang pemerataan kekayaan dengan
penghasilannya.
memiliki pendapatan atau kekayaan memungut pajak dari mereka
2. Kontribusi Terhadap Penerimaan yang memiliki kemampuan untuk
yang lebih tinggi seringkali lebih
HWI umumnya membayar pajak mahir dalam hal perencanaan pajak membayar yang pada akhirnya akan
dengan proporsi yang besar dari (tax planning).9 HWI memiliki disalurkan bagi pembangunan guna
total penerimaan pajak penghasilan, sumber pendapatan yang luas melayani masyarakat umum.
misalnya di Inggris 0,5% WP teratas yang tersebar secara internasional Keempat poin di atas menjadi
berkontribusi terhadap 17% dari sehingga HWI memiliki kesempatan justifikasi bagi otoritas pajak di suatu
total penerimaan pajak penghasilan, yang lebih besar untuk melakukan negara untuk memberikan perlakuan
Jerman dengan 0,1% WP teratas tax planning secara agresif. Bahkan, khusus bagi HWI. Dalam hal ini, otoritas
berkontribusi terhadap 8% dari total HWI menjadi pasar utama yang pajak perlu memahami perkembangan
penerimaan pajak penghasilan, kedua untuk perencanaan pajak HWI, baik dari sisi perencanaan
dan Amerika Serikat yang 1% yang agresif.10 pajak, kepatuhan, maupun pelayanan
WP teratasnya berkontribusi yang dibutuhkan untuk menangai
4. Integritas Sistem Perpajakan
40% dari total penerimaan pajak HWI. Salah satu bentuk yang dapat
penghasilan.6 Negara-negara Perlakuan pajak terhadap HWI dilakukan oleh otoritas pajak adalah
tersebut memang tergolong negara- tidak hanya berpengaruh pada dengan menyediakan unit khusus yang
negara maju sehingga tingkat penerimaan pajak, tetapi juga menangani perpajakan HWI.12
kekayaan individunya juga jauh kepada kepercayaan masyarakat
terhadap sistem perpajakan Unit khusus ini dapat menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan
nasional. Di banyak negara, kendaraan yang memiliki beberapa
negara-negara berkembang.
terdapat persepsi bahwa mereka fungsi. Pertama, menjadi media
3. Tax Planning HWI untuk menyampaikan informasi yang
yang mempunyai kekayaan tertinggi
Pertumbuhan jumlah HWI di Asia- harus membayar pajak yang lebih jelas kepada HWI yang tidak patuh
Pasifik pada tahun 2012-2013 terkait kewajiban perpajakannya
diketahui mencapai angka 17,3%, yang diharapkan dapat mengurangi
7. Capgemini dan RBC Wealth Management, “2014
di mana Indonesia sendiri mencapai Asia-Pacific Wealth Report,” Wealth Report Series
perilaku aggressive tax planning dan
(2014). meningkatkan kepatuhan sukarela
8. Vito Tanzi, “Equity, Transparency, Cooperation and the (voluntary compliance). Kedua,
Taxation of High Net Worth Individuals,” Asia-Pacific
Tax Bulletin (Juli-Agustus 2012), 304.
5. OECD, Engaging with High Net Worth Individuals on 9. OECD, Op.Cit., 14.
Tax Compliance (Paris: OECD Publishing, 2009), 13. 10. OECD, Study into the Role of Tax Intermediaries, 11. Vito Tanzi, Op.Cit, 299.
6. Ibid. (Paris: OECD Publishing, 2008), 6 12. Matthijs Alink dan Victor van Kommer, Op.Cit., 280.

8 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideheadline
menjadi sarana bagi administrasi pajak
dalam mengimbangi tingkat keahlian Tabel 2 – Unit Khusus HWI di Beberapa Negara
dan pengetahuan para penasihat HWI
(financial adviser). Terakhir, menjadi Pihak yang Ditangani
suatu konsentrasi khusus untuk Estimasi
Populasi Tahun Entitas
mengembangkan kemampuan dan Negara Yang
pengetahuan administrasi pajak dalam HNWI/HII Pendirian HNWI HII
(HWI)0 Dikontrol
memahami perkembangan populasi HNWI/HII
HWI dari waktu ke waktu.13 Afrika
1000 2006 X X X
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat Selatan
bahwa pilihan untuk mengelola HWI Australia 1300
dalam struktur administrasi perpajakan 1996 X X
(HNWI)
memiliki berbagai variasi. Variasi yang 1700 (HI) 2007 X
dimaksud adalah apakah HWI dan
entitas yang terkait dengannya dikelola Belanda * 2008 X
secara terpisah atau atau dikelola Inggris 50001 2009 X
dengan suatu manajemen tunggal. 600002 2002 X
Berbeda dengan praktik tradisional Irlandia 430 2003 X X3
yang berlaku, di mana WP orang Jepang * 2001 X X X
pribadi dan badan diperlakukan
Kanada 550
sebagai WP yang terpisah, otoritas 2006 X X
(HNWI)
pajak di Australia (ATO) melalui
taskforce HWI memperlakukan HWI (HII) 2007 X
dan entitasnya (badan/perusahaan) Meksiko4 * * * * *
sebagai suatu kasus tunggal atau Perancis 10000 1983 X X X
dikelola secara tunggal.14 Pola yang
Selandia 2002-
sama juga diterapkan oleh sejumlah 100 X X
Baru 20065
negara seperti Afrika Selatan, Irlandia,
Jepang, Kanada, Perancis, dan Sumber: OECD, Engaging with High Net Worth Indviduals on Tax Compliance (Paris: OECD Publishing, 2009), 56.
Catatan: Dalam laporan OECD ini digunakan istilah HNWI (High Net Worth Individual) dan HII (High Income Individual),
Selandia Baru. Sedangkan beberapa masing-masing mengarah pada WP dengan kekayaan tinggi dan WP dengan pendapatan tinggi, hal tersebut berkaitan dengan
negara seperti Belanda, Inggris, dan kriteria penentuan WP kaya yang berbeda, namun dalam tulisan ini penulis menggunakan istilah HWI (High Wealth Individual)
yang digunakan secara umum. *Data tidak tersedia; (0) Kriteria HNWI dan HWI berbeda-beda setiap negara; (1) Individu yang
termasuk Indonesia masih menerapkan ditangani oleh Unit HNWI; (2) Individu yang ditangani oleh tim ekspatriat; (3) Semua entitas terkait investasi, kecuali perusahaan
dagang; (4) Tidak ada kriteria penentuan HNWI/HII, unit hanya mengawasi publik figur tertentu (politisi, artis, atlet); (5) Ada tim
metode tradisional dengan melakukan asistensi yang dikembangkan di 2006 untuk individu dengan risiko rendah.

pengawasan HWI dan entitas secara


terpisah.
Metode pengawasan HWI dan tingkat risiko tidak hanya membutuhkan bukan dikontrol oleh HWI. Setelah
entitas yang belum terintegrasi, data keuangan mengenai individu unit khusus HWI didirikan, pada tahun
artinya dikelola dan diawasi secara HWI saja, melainkan juga data entitas 1996 perusahaan yang dikontrol HWI
terpisah ternyata memiliki beberapa terkait. Penilaian tingkat risiko tersebut tersebut membayar pajak 23% lebih
kekurangan. Pertama, otoritas pajak penting bagi otoritas pajak dalam besar dari perusahaan yang tidak
tidak dapat memperoleh gambaran membangun strategi untuk mengatasi dikontrol HWI dan 20% lebih besar
yang lengkap tentang performa HWI, praktik perencanaan pajak agresif HWI pada tahun 1997.16 Australia telah
misalnya performa keuangan individu yang sering melibatkan entitasnya.15 menunjukkan bahwa task force HWI
HWI menunjukkan penurunan, Mengambil contoh Australia, dengan yang didirikannya dapat memberikan
sedangkan performa keuangan entitas menerapkan metode terintegrasi antara efek positif bagi penerimaan pajak.
yang dikendalikan oleh HWI tersebut HWI dan entitasnya yang dikelola Selain itu, di beberapa negara yang
menunjukkan sebaliknya. dalam satu manajemen khusus, telah menerapkan unit khusus yang
Kedua, sebagai konsekuensinya, nampaknya memberikan dampak didedikasikan untuk menangani HWI,
otoritas pajak tersebut tidak yang signifikan bagi penerimaan diketahui tidak ada kriteria umum
memperoleh data HWI secara akurat pajak. Pada tahun 1994 dan 1995, diantara negara-negara tersebut dalam
untuk menilai tingkat risiko masing- perusahaan swasta yang dikontrol menetapkan HWI. Namun, berdasarkan
masing individu. Dalam hal ini, menilai oleh HWI membayar pajak 17% identifikasi, setidaknya ada kriteria
(1994) dan 12% (1995) lebih kecil utama yang menjadi pedoman, yaitu
dibandingkan dengan perusahan yang berupa batasan pendapatan/kekayaan
13. OECD, Op.Cit., 53-54. dan kriteria yang menunjukkan
14. John Braithwaite, Yvonne Pittelkow dan Robert
Williams, “Tax Compliance by the Very Wealthy: Red 15. John Braithwaite, “Through The Eyes of the adviser:
Flags of Risk,” dalam Taxing Democracy: Understanding A Fresh Look at High Wealth Individual”, dalam Taxing
Tax Avoidance and Evasion, (Aldershot: Ashgat Democracy: Understanding Tax Avoidance and Evasion, 16. John Braithwaite, Yvonne Pittelkow and Robert
Publishing, 2003), 205. (Aldershot: Ashgat Publishing, 2003), 245-246. Williams, Op,Cit., 205-206.

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 9


insideheadline
Tabel 3 – Kriteria HWI, Jumlah WP HWI, dan Jumlah Pegawai yang Menangani WP HWI di Beberapa Negara

Jumlah Pegawai yang


Negara Kriteria Untuk Identifikasi HWI Jumlah WP HWI Menangani HWI
(Tahun 2011)
468 (Individu)
Individu dengan gross income > ZAR 7 juta atau aset
Afrika Selatan 10
bersih > ZAR 75 juta, (individu dan entitas terhubung) 1205 (Entitas)
Subjek Pajak Dalam Negeri (resident) atau asosiasi
Australia apapun yang secara efektif mengkontrol kekayaan 2628 2431
bersih > AUD 30 juta
Individu yang berpenghasilan > MYR 1 juta, memiliki aset
Malaysia > MYR 5 juta, atau kedua-duanya (penghasilan dan aset) 4272 1522
> MYR 5 juta
Individu dengan aset > USD 50 juta (sebagian besar
Selandia Baru memiliki 30 entitas yang terasosiasi dengan HWI 177 9
tersebut)
Sumber: OECD, Tax Administration 2013: Comparative Information on OECD and Other Advanced and Emerging Economies (Paris: OECD Publishing, 2013), 93.
Catatan: (1) Jumlah ini belum termasuk pegawai pendukung seperti spesialis teknis, pusat keahlian (center of expertise) dan Tax Counsel di Australia; (2) Unit ini juga menangani urusan perpajakan
VIP.

kompleksitas kewajiban perpajakan adalah jumlah aset dan grup usahanya. muncul dari rumitnya pengaturan
seperti variasi sumber penghasilan Secara angka, kriteria HWI di Indonesia keuangan dalam bisnis mereka yang
dan isu-isu yang berkaitan dengan adalah WP orang pribadi yang memiliki begitu besar, sehingga akan membuat
perpajakan internasional.17 Beberapa aset dengan nilai di atas 20 miliar HWI berkesempatan untuk melakukan
negara bahkan memberikan perhatian Rupiah dan mempunyai beberapa perencanaan pajak yang agresif atau
khusus kepada pemilik perusahaan perusahaan.19 aggressive tax planning. Pada Gambar
umum (public company), direktur- 2 dapat dilihat bagaimana suatu skema
direktur atau orang kaya yang memiliki HWI dan Tax Evasion supply chain atau pasar atas produk-
profil publik yang tinggi. produk tax planning.
Kini, fokus pemajakan atas orang
Pada umumnya, dari laporan- kaya sebagai sumber penerimaan Sebelum berbicara tentang
laporan kekayaan yang dipublikasi oleh negara telah menjadi tren di berbagai aggressive tax planning, ada baiknya
berbagai sumber, populasi HWI dilihat negara maju. Isu orang kaya atau HWI memperhatikan tax environment dari
dari treshhold test, di mana orang yang yang tidak membayar sesuai dengan HWI itu sendiri. Perlu ditekankan
memiliki kekayaan investasi atau aset kemampuan mereka, makin sering bahwa pemahaman tentang perbedaan
sebesar atau di atas USD 1 juta akan terdengar di telinga. HWI dikategorikan sistem dan tarif pajak di berbagai
masuk populasi HWI.18 sebagai subjek yang ‘hard to tax’ negara -termasuk negara tax haven-
Tabel 3 menunjukkan bahwa atau sulit dipajaki.20 Selain adanya menjadi salah satu faktor utama
memang setiap negara memiliki keterbatasan data dan informasi terkait yang dipertimbangkan baik oleh HWI
kebijakan dan ketentuan sendiri terkait HWI, masih ada faktor lain yang maupun adviser-nya dalam mengatur
pengelolaan HWI, mulai dari bagaimana menjadi penghalang bagi otoritas pajak strategi keuangan HWI.22 Ilustrasi
menentukan kriteria yang tergolong suatu negara. sederhananya, HWI memiliki kekayaan
HWI hingga bagaimana penggunaan dalam bentuk aset yang bernilai sangat
Alasan mengapa memajaki HWI
alokasi sumber daya manusia dalam tinggi seperti mobil mewah, yacht,
membutuhkan upaya lebih adalah
hal pengelolaan HWI. pesawat jet pribadi, dan koleksi barang
karena kompleksitas usaha mereka
antik yang nilainya jutaan bahkan
Bagaimana dengan Indonesia? yang meliputi bisnis dari hulu hingga
miliaran. Selain itu, HWI juga memiliki
Dalam hal ini Ditjen Pajak tidak hanya hilir dan kekayaannya yang terdiri dari
aset keuangan yang memiliki mobilitas
semata-mata melihat kekayaan dari berbagai jenis aset atau investasi. Hal
yang tinggi sebagaimana pemiliknya,
WP orang pribadi saja, tetapi juga ini merupakan salah satu faktor yang
sehingga sering berpindah dari satu
dengan statusnya sebagai pemilik harus diperhatikan dalam menggali
negara ke negara lainnya dan akan
grup bisnis besar atau konglomerasi. potensi pajak HWI.21 Faktor selanjutnya
berujung pada transaksi lintas-batas.
Oleh karena itu, kriteria utama HWI di
Indonesia yang ditangani oleh KPP WP 19. Lihat hasil wawancara mendalam dengan Suwarno, Perbedaan peraturan perpajakan
Besar IV (KPP HWI) pada prinsipnya
Kepala KPP Wajib Pajak Besar Empat, 17 April 2015. antara satu negara dengan negara
20. International Monetary Fund, “Current Challenges in
Revenue Mobilization Improving Tax Compliance 2015,” lainnya, dimanfaatkan oleh HWI agar
IMF Policy Papers, (April 2015).
17. OECD, Op.Cit, 54. 21. OECD, Engaging with High Net Worth Individuals
18. OECD, Op.Cit, 17. on Tax Compliance (Paris: OECD Publishing, 2009), 13. 22. Ibid., 21-22

10 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideheadline
Gambar 2 - Supply Chain Perencanaan Pajak yang Agresif

Fiduciary
Lawyer
2nd Supplier

Loan Counterparty
Financer Specialist
Adviser
1st Supplier

Arsitektur Tax Product (HWI)


Distributor

‘Scheme’ Distributor
Konsumen

KLIEN KLIEN KLIEN


Sumber: OECD, Engaging with High Net Worth Individuals on Tax Compliance (Paris: OECD Publishing, 2009), 30.

penghasilan atas transaksi lintas- HWI juga memiliki kesempatan untuk Dalam sebuah laporan investigasi
batas yang mereka peroleh dialihkan melakukan tax evasion (penggelapan oleh Senat di Amerika Serikat (AS) pada
ke yurisdiksi di mana tidak terdapat pajak) melalui penyembunyian aset tahun 2008, pengaturan keuangan
kegiatan usaha yang riil -ataupun jika di luar negeri sehingga tidak dapat yang modern yang ditawarkan oleh
ada, maka skalanya akan sangat kecil- diketahui oleh otoritas pajak di negara bank-bank di negara tax haven sebagai
sehingga menyebabkan tidak ada pajak domisili HWI tersebut. Seperti dikutip adviser para HWI dapat memfasilitasi
yang dibayar atau pajak yang dibayar dari International Monetary Fund, HWI melakukan tax evasion. Pengaturan
sangat kecil.23 Kesempatan melakukan penggelapan pajak akan berdampak keuangan ini dapat berupa pemberian
perencanaan pajak yang agresif ini langsung secara signifikan terhadap jasa keuangan dengan mengalihkan
juga dilakukan dengan mengeksploitasi penerimaan negara dan akan penghasilan (profit shifting), salah
celah pajak di beberapa negara tax menghilangkan rasa keadilan dalam satunya melalui pengelolaan investasi
haven. sistem perpajakan. HWI di offshore companies.
Namun tidak hanya melalui “Evasion by the best off can thus Para HWI ini adalah nasabah yang
penghindaran pajak yang agresif, have a significant direct impact on merupakan warga negara AS, yang
revenue as well as compromising the selama ini berhasil menyembunyikan
23. Darussalam dan Ganda C. Tobing, “Rencana Aksi perceived fairness of the tax system”24
Base Erosion Profit Shifting dan Dampaknya terhadap
Peraturan Pajak di Indonesia,” DDTC Working Paper, Revenue Mobilization Improving Tax Compliance 2015,”
No. 0714 (2014):3. 24. International Monetary Fund, “Current Challenges in IMF Policy Papers, (2015):26.

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 11


insideheadline
kekayaan yang mereka miliki dari otoritas -lebih dari 100 wajib pajak- untuk
pajak AS dan dianggap menggelapkan mengungkapkan segala transaksi yang
pajak dengan menyembunyikan aset dilakukan melalui rekening-rekening
yang dimilikinya di luar negeri (offshore di bank LGT. Seperti UBS, praktik
tax abuse). Akibatnya, AS kehilangan perencanaan keuangan yang dijalankan
penerimaan pajak dengan estimasi LGT juga dianggap melanggar hukum
sebesar USD 100 juta tiap tahunnya.25 AS karena merahasiakan kekayaan
Siapa saja HWI yang menjadi nasabahnya dari otoritas pajak AS.
nasabah bank-bank negara tax haven HWI yang menjadi nasabah LGT juga
ini? Siapa yang tidak kenal dengan Swiss membuka rekening baru atas nama
yang amat terkenal karena kerahasiaan yayasan (foundation) di Liechtenstein
banknya? Sepanjang tahun 2000- sebagai tempat money laundry atau
2009, salah satu bank terbesar di dunia pencucian uang yang tidak jelas
asal Swiss, Union Bank of Switzerland asal-usulnya. Lebih lanjut, advise
(UBS) merahasiakan kekayaan yang yang diberikan LGT bertujuan untuk
dimiliki oleh kira-kira 19.000 nasabah menyembunyikan beneficial owner dari
WHI berkewarganegaraan Amerika rekening tersebut.

“P
Serikat. Skandal penggelapan pajak Bahkan, LGT berhasil mengelabui
lainnya difasilitasi oleh Liechtenstein program Qualified Intermediary
Global Trust (LGT) yang merupakan (QI)27 yang dirancang pemerintah erlu
bank yang berlokasi di Liechtenstein. AS dengan menyembunyikan segala ditekankan
UBS dan LGT26 disebut-sebut jenis penghasilan nasabah HWI-nya bahwa
sebagai bank yang melakukan yang berada di offshore tax haven. pemahaman
pelanggaran terhadap hukum di AS Keberhasilan LGT di Liechtenstein tentang
‘mengamankan’ aset para nasabahnya
karena menggunakan bank secrecy perbedaan sistem
sebagai mantel terselubung bagi mencapai sebesar USD 7 juta dan lebih
dari 3000 offshore companies selama dan tarif pajak
nasabahnya untuk menghindari pajak, di berbagai
kabur dari kreditur, pencucian uang, tahun 2001-2002.
dan menentang putusan pengadilan. Berikut contoh ilustrasi dari
negara -termasuk
beberapa peristiwa sejarah praktek tax negara tax
Kisah ini berawal pada tahun 2008
di mana skandal pajak global yang evasion yang pernah dilakukan oleh haven- menjadi
dilakukan seluruh institusi/lembaga LGT dan nasabah HWI-nya. salah satu faktor
keuangan yang tergabung dalam James Albright Marsh28, seorang utama yang
LGT Grup, yaitu grup perusahaan kontraktor AS berdomisili di Florida dipertimbangkan
yang dimiliki oleh keluarga kerajaan berhasil menyembunyikan kekayaan baik oleh HWI
Liechtenstein dibuka ke publik. Praktik bernilai puluhan juta dolar selama maupun adviser-
tax evasion yang difasilitasi LGT yang 20 tahun lebih. Pada tahun 1980-
dilakukan dengan mengatur keuangan an, Marsh dibantu LGT mendirikan
nya dalam
nasabahnya dibeberkan oleh salah empat yayasan (foundation) dan mengatur strategi
seorang mantan pegawai di lembaga dicurigai mengalirkan dana ke yayasan keuangan HWI.”
trust Liechtenstein. Informasi ini tersebut dari sumber penghasilan yang
disebarkan ke berbagai otoritas pajak tidak dilaporkan di AS. Sampai pada
di belahan dunia. Otoritas pajak tahun 2007, jumlah kekayaan yang
Jerman berhasil mendapatkan sekitar terkumpul dari keempat yayasannya
600-700 nama wajib pajaknya yang tersebut mencapai nilai USD 49 juta.
diduga menggunakan rekening bank di Yayasan milik Marsh -yang
Liechtenstein untuk menyembunyikan merupakan warga negara AS- setuju
asetnya. Diduga sekitar USD 1,45 juta dengan LGT untuk tidak melaporkan
hilang dari penerimaan negara Jerman kepemilikan rekening bank asing
akibat bank secrecy yang diterapkan di
Liechtenstein ini. 27. Sebuah program yang dibuat oleh pemerintah AS
untuk mendorong institusi keuangan asing atau foreign
Seminggu setelah informasi tersebut financial institution (FFI) memberikan laporan terkait
dibocorkan ke publik, AS menyerukan transaksi dan pemotongan pajak atas penghasilan
kewajiban pada warga negaranya (investasi) yang diterima institusi keuangan tersebut
yang berasal dari AS. Institusi keuangan yang
menandatangani perjanjian ini sepakat untuk membuat
25. Carl Levin dan Norm Coleman, “Tax Haven Banks and laporan tersebut sebagai imbal balik untuk tidak
US Tax Compliance,” US Senate Report of Permanent diwajibkan mengungkapkan nama-nama nasabah non-
Subcommittee on Investigations, (2008):17. warga negara AS.
26. Ibid., 80 28. Carl Levin dan Norm Coleman, Op.Cit., 37-43

12 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideheadline
(foreign bank accounts) yang diatur bekerja di UBS. Kebijakan kerahasiaan Berganda yang ditandatangani AS.
dalam program QI. Justru, LGT yang bank milik Swiss dijadikan tameng oleh Selain itu, terhadap pengungkapan
ikut menandatangi program QI ini, Binkerfield dalam menyembunyikan aset atau kekayaan, kini AS berusaha
menyarankan agar Marsh memindahkan data dan informasi mengenai kekayaan untuk mewajibkan setiap warga
kepemilikan atas yayasan tersebut nasabahnya dari otoritas pajak AS negaranya untuk melaporkan rekening
kepada nasabah yang bukan warga untuk semua penghasilan yang keluar bank asing yang dimiliki, terutama
negara AS, yaitu scheme’ foundations masuk melalui rekening HWI tersebut. di offshore tax haven. Kewajiban
milik LGT tetapi tetap atas nama Marsh Namun pada tahun 2007, akibat pelaporan ini dikenal dengan Foreign
sebelum akhirnya terungkap. Setelah kecerobohan Olenicoff melaporkan Account Tax Compliance Act (FATCA).
Marsh meninggal, kini keluarganya surat pemberitahuan pajak tahunan,
terlibat dalam sengketa atas kekayaan Di samping itu, pada tahun 2009,
membuat otoritas pajak berhasil negara-negara yang tergabung dalam
sebesar USD 49 juta yang tak pernah mengungkapkan keberadaan rekening
diungkapkan ini dengan otoritas pajak G-20 merilis joint communique yang
bank di luar AS yang mengatasnamakan mendeklarasikan era kerahasiaan
AS. Olenicoff. Sehingga, otoritas pajak bank atau bank secrecy akan berakhir.
Contoh pelanggaran lainnya yang AS menuntut Olenicoff terkait harta Artinya, dunia perpajakan internasional
dipraktikkan LGT melalui nasabahnya, kekayaan yang selama ini diperoleh memasuki sebuah era baru, yaitu era
Michael Miskin29, seorang warga negara melalui penghasilan yang tidak transparansi.
Inggris yang mengklaim berdomisili dilaporkan yang selama ini mengalir
di Bermuda dan berbisnis di AS. Dari ke Swiss dan Liechtenstein. Tuntutan Pada tahun 2013, negara
hasil investigasi Senat, diketahui tersebut disertai dengan pemberian anggota G20 kembali berkomitmen
bahwa Miskin menjadi nasabah LGT sanksi dan hukuman pidana atas untuk menyusun standar pertukaran
dengan membuka deposit jutaan dolar penggelapan pajak. Pada tahun 2008, informasi secara otomatis (automatic
di awal 1990-an. Semua ini dilakukan Birkenfield mengakui telah melakukan EoI). Pernyataan dari negara anggota
tanpa diketahui oleh otoritas pajak dan tax evasion karena membantu Olenicoff G20 ini merupakan suatu kesepakatan
bahkan istrinya sendiri. Lalu, pada merahasiakan seluruh kekayaan internasional untuk menghentikan
tahun 1998 LGT membantu Miskin nasabahnya yang berada di offshore penggelapan pajak yang difasilitasi
untuk mendirikan yayasan yang serupa tax haven. oleh lembaga-lembaga keuangan di tax
dengan kasus Marsh sebelumnya dan haven dan menunjukkan perlawanan
Hasil investigasi lain yang dilakukan global atas praktik penggelapan pajak
membantu Miskin menyembunyikan oleh Senat di Amerika Serikat yang
kepemilikan condominium yang offshore (offshore tax evasion).
akhirnya meruntuhkan kerahasiaan
dibelinya di California. bank di Swiss adalah Credit Suisse Kesepakatan ini kemudian
Setelah semuanya terungkap pada Bank.31 Lebih dari 1800 bankir diwujudkan di tahun 2014 melalui
tahun 2003, Miskin menghilang ketika ditugaskan untuk mengelola aset penerbitan laporan standar pertukaran
digugat cerai oleh istrinya begitu berkas kekayaan milik HWI di Amerika Serikat. informasi secara otomatis. Dengan
perceraian dilaporkan. Ketika dipanggil Melalui layanan private banking-nya, standar pertukaran informasi secara
pengadilan Inggris, Miskin kalah Credit Suisse membantu HWI Amerika otomatis ini, suatu negara akan
mempertaruhkan harta ‘gono-gini’ Serikat dalam menyembunyikan memperoleh informasi secara otomatis
berupa condominium dan uang sebesar asetnya melalui berbagai offshore atas aset keuangan milik wajib pajak
USD 4,5 juta kepada mantan istrinya. companies di mana aset kekayaan HWI dalam negeri mereka yang ditempatkan
tersebut tidak diungkapkan ke otoritas di luar negeri. Dengan kata lain,
Kembali ke skandal bank UBS, melalui standar ini, aset keuangan
Igor Olenicoff30, seorang real estate pajak Amerika Serikat.
yang disembunyikan oleh HWI di luar
developer miliarder yang merupakan Dalam hasil investigasi ini, AS negeri akan diketahui oleh otoritas
warga negara AS dan berdomisili di memberikan beberapa rekomendasi pajak dari negara domisili HWI yang
Florida dan California. Olenicoff adalah untuk melawan skema perencanaan menyembunyikan aset tersebut.
nasabah UBS yang terkena hukuman pajak yang agresif atau offshore
karena melakukan tax evasion. tax abuse ini. Salah satu upaya
Penutup
Selama tahun 2001-2005, Olenicoff terbesar yang dicanangkan oleh AS
untuk melawan offshore tax abuse Pemajakan yang efektif atas
dibantu UBS membuka rekening di
ini dengan kesepakatan pertukaran HWI menjadi semakin penting bagi
bank UBS di Swiss dan Neue Bank
informasi perpajakan (Tax Information peningkatan penerimaan pajak dan
di Liechtenstein atas nama offshore
Exchange Agreements/TIEAs) selain menjadi penyokong yang lebih luas
companies. Informasi ini didapatkan
menggunakan mekanisme pertukaran bagi sistem perpajakan.32 Pengenaan
dari hasil pengakuan wealth adviser atau
informasi sebagaimana diatur dalam pajak atas HWI tidak dapat dipungkiri
mantan pegawai bank UBS itu sendiri,
Perjanjian Penghindaran Pajak memang menjadi bagian dari kelompok
yaitu Birkenfield. Birkenfield yang
pajak yang ‘hard to tax’, sehingga
mengatur keuangan Olenicoff selama
31. Carl Levin dan Norm Coleman, “Offshore Tax
Evasion: The Effort to Collect Unpaid Taxes on Billion 32. International Monetary Fund, “Current Challenges in
29. Ibid., 67-74. in Hidden Offshore Accounts,” US Senate Report of Revenue Mobilization Improving Tax Compliance 2015,”
30. Ibid., 104-109 Permanent Subcommittee on Investigations, (2014). IMF Policy Papers, (2015).

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 13


insideheadline
menjadi tantangan besar bagi otoritas tersebut sehingga dapat memudahkan belum atau sengaja tidak dilaporkan
pajak di berbagai negara. pertukaran informasi mengenai data- kepada otoritas pajak, maka tax
Ditjen Pajak yang telah mendirikan data keuangan HWI dan entitas yang amnesty dapat menjadi alternatif
KPP HWI (KPP WP Besar IV) sudah berada di bawah kontrolnya. solusi yang baik untuk mendorong HWI
membuktikan bahwa telah ada upaya Selain itu, perlu adanya perbaikan mengembalikan apa yang seharusnya
untuk meningkatkan penerimaan sistem informasi perpajakan, misalnya dikembalikan kepada negara.33 Tawaran
pajak dari kelompok HWI yang ada akses data perbankan dan pihak ketiga tax amnesty yang ditujukan kepada aset
di Indonesia. Namun, upaya tersebut yang memang dibutuhkan oleh Ditjen dan penghasilan yang tidak dilaporkan
tidaklah cukup sampai di fase pendirian Pajak sebagai data tambahan atau oleh Wajib Pajak dapat memfasilitasi
unit khusus HWI saja, masih banyak untuk melakukan crosscheck terhadap kepatuhan dalam jangka panjang dan
hal yang perlu ditingkatkan untuk data-data telah yang dimiliki, apalagi mendorong efisiensi dalam rangka
mengefektifkan dan mengoptimalkan dengan adanya standar keterbukaan peningkatan penerimaan pajak.34 IT

pajak HWI. informasi secara otomatis yang tengah


Salah satu kelemahan pelaksanaan berkembang dalam perpajakan global,
HWI saat ini di Indonesia adalah tentunya hal tersebut harus menjadi
terpisahnya pengawasan antara perhatian khusus bagi Ditjen Pajak.
HWI dan entitas bisnisnya, sehingga Saat ini, otoritas pajak di setiap
Ditjen Pajak tidak dapat memperoleh negara akan memasuki era transparansi
informasi yang komprehensif dan perpajakan global yang memberikan
valid mengenai data keuangan HWI. tantangan tersendiri bagi otoritas pajak.
Dalam hal ini, Ditjen Pajak dapat Isu tax amnesty untuk mengampuni
mencontoh otoritas pajak di Australia kewajiban pajak di masa lalu menjadi
yang melakukan pengawasan terhadap relevan untuk dipertimbangkan sebagai
HWI dan entitasnya dalam suatu jembatan transisi menuju era baru.
manajamen tunggal. Atau, setidaknya Seperti yang telah dibahas, HWI
terdapat kerja sama antara KPP HWI cenderung untuk melakukan tax
33. Darussalam,”Tax Amnesty: Upaya Transisi Menuju
Era Transparansi Perpajakan Global, ” InsideTax Edisi
dan KPP yang menangani badan- planning yang agresif serta memiliki 29, Maret 2015.
badan yang dikontrol oleh HWI banyak kekayaan yang mungkin saja
34. OECD, “Offshore Voluntary Disclosure: Comparative
Analysis, Guidance, and Policy Advice,” (2010): 11-12.

“H WI cenderung untuk melakukan tax planning yang agresif


serta memiliki banyak kekayaan yang mungkin saja belum
atau sengaja tidak dilaporkan kepada otoritas pajak,
maka tax amnesty dapat menjadi alternatif solusi yang baik
untuk mendorong HWI mengembalikan apa yang seharusnya
dikembalikan kepada negara.”

14 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideopinion

GLOBALISASI DAN BEBERAPA CATATAN


MENGENAI KEBIJAKAN
PAJAK INTERNASIONAL INDONESIA

G
lobalisasi telah mendorong Globalisasi dan Insentif Pajak
perspektif kebijakan pajak dari
Globalisasi ditandai atas beberapa
domestik ke internasional.
hal, salah satunya adalah arus jasa,
Artinya, kebijakan pajak suatu
barang, dan modal yang semakin
negara tidak bisa lagi dikaji dalam
tidak terbatas. Secara tidak langsung
ruang yang terisolasi, namun perlu
hal ini mempengaruhi jumlah dan
mempertimbangkan efek dari kebijakan
struktur penerimaan pajak di berbagai
pajak di negara lain maupun sebaliknya.
negara. Bagi perusahaan, globalisasi
DARUSSALAM Globalisasi juga telah membuat
telah memungkinkan mereka untuk
pemajakan atas korporasi (badan
Managing Partner, DANNY melakukan pengorganisasian bisnis
usaha) menjadi semakin sulit. Beberapa
DARUSSALAM Tax Center. dalam satu komando untuk tujuan
poin di bawah ini merupakan catatan
Menyandang gelar LL.M Int. bersama yaitu memaksimalkan laba
ringkas mengenai perkembangan
Tax dari European Tax College dan meminimalkan segala macam
terkini perpajakan internasional terkait
(Tilburg University Belanda biaya, termasuk biaya pajak (tax
dan KU Leuven Belgia) dan S2 dengan isu globalisasi dan kaitannya
expense). Globalisasi memungkinkan
Ilmu Administrasi Perpajakan dengan perumusan kebijakan pajak
mereka untuk memilih lokasi dan
Universitas Indonesia. internasional di Indonesia:
skema yang memberikan rate of return

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 15


insideopinion
yang tertinggi. Oleh karena itu, tidak hal yang menarik untuk diamati. Artinya, bisa saja suatu penghasilan
mengherankan adanya kompetisi Menurut data IMF, CDIS, per 2013 residen dari negara A yang berdomisili di
untuk menarik investasi ke dalam lima negara yang menjadi sumber B menjadi hak pemajakan pemerintah
masing-masing yurisdiksi. Kompetisi inward direct investment di Indonesia di negara A dan B. Adanya konflik
untuk mendapatkan modal (portfolio adalah: Singapura, Belanda, Jepang, atas hak pemajakan telah mendorong
investment maupun foreign direct Mauritius, dan United Kingdom. organisasi multilateral semacam: OECD
investment) telah menekan berbagai Memang benar bahwa kita telah dan UN untuk membuat semacam
negara untuk menurunkan tarif pajak sejak lama membina hubungan politik model perjanjian penghindaran pajak
korporasi (terutama di negara maju) dan ekonomi dengan negara-negara berganda (bilateral tax treaty). Model
ataupun pemberian insentif pajak tersebut. Namun, mengapa negara- UN -walaupun banyak mengadopsi
(negara berkembang). negara yang sering dikategorikan model OECD- dianggap lebih
Terkait Indonesia, pemerintah sebagai tax haven atau preferential tax cocok dipergunakan untuk negara-
telah memberikan rezim investasi regime seperti Singapura, Belanda, dan negara berkembang, karena adanya
pajak, mulai dari tax holiday, tax Mauritus adalah sumber investasi asing keberpihakan kepada hak atas source
allowance, pengembangan KAPET, terbesar? Jika kita perluas lagi hingga country (capital importing countries).
KEK, dan sebagainya. Hal yang sama 10 besar negara yang menanamkan Walau demikian, bagi negara
juga dilakukan oleh banyak negara modal ke Indonesia, maka kita dapat berkembang, pilihan tersebut bukanlah
berkembang, salah satunya Tiongkok. menemukan nama: Seychelles dan sesuatu yang menjadi fokus perhatian
Lalu, bagaimana tingkat kesuksesan British Virgin Island. mereka. Bagi negara berkembang,
insentif pajak dalam menarik investasi? Fakta yang sama juga dapat ditemui bilateral tax treaty lebih kepada upaya
Berbagai penelitian empiris yang jika melihat data di negara berkembang. untuk memberikan sinyal kepada dunia
dilakukan menyatakan bahwa insentif Investasi asing di negara-negara seperti internasional bahwa pemerintahan
akan semakin elastis terhadap investasi Tiongkok, India, Peru ataupun Filipina mereka pro terhadap investasi dan
jika prasyarat lain tersedia, misalkan bersumber terutama dari nama-nama: tunduk kepada ‘pola permainan’ yang
infrastruktur, potensi pasar, kestabilan Hong Kong, Panama, Cayman Island, telah dijadikan konsensus secara
politik, dan sebagainya. Swiss, Luxembourg, dan sebagainya. global. Atas nama investasi, maka tidak
Bagi banyak pihak, insentif pajak Jika ditelaah lebih lanjut, sepertinya mengherankan bahwa hingga kini telah
di negara berkembang (termasuk tidak terdapat substansi ekonomi yang lebih dari 2.000 tax treaties disepakati
Indonesia) ditenggarai tidak terlalu besar dari negara-negara tersebut. oleh negara berkembang, di mana
banyak berpengaruh sebagai faktor Di sisi lain, mereka justru seringkali sebagian besar di antaranya adalah
utama dan justru menjadi unnecessary menjadi tempat ‘persinggahan’ aliran tax treaties dengan capital exporting
tax expenditure. Oleh karena itu, dana global sebelum diinvestasikan ke countries (asymmetric tax treaty).
ada baiknya pemerintah tidak terlalu negara berkembang, terutama untuk Lalu, apakah manfaat dari tax
mengumbar ketentuan tentang insentif motivasi tax saving. treaties bagi Indonesia? Manfaat
pajak namun tetap fokus pada faktor- Oleh karena itu, data investasi utamanya mungkin hanya terbatas
faktor lain yang lebih elastis terhadap asing ini harusnya dapat dipahami pada sinkronasi kerangka pemajakan
investasi. sebagai indikasi adanya upaya untuk atas penghasilan-penghasilan yang
Walau demikian, jika memang arah melarikan pajak, baik dengan caranya lintas yurisdiksi. Namun, selain itu
kebijakan pemerintah tetap berpihak yang sederhana maupun dengan skema manfaat lebih banyak didapatkan oleh
pada insentif, rezim insentif pajak di yang semakin kompleks. Keterlibatan negara-negara maju (atau tax haven).
Indonesia juga harus mewaspadai preferential tax regime dalam global Saat ini, bilateral tax treaties justru
dua hal. Pertama, kestabilan rezim value chain perusahaan multinational banyak dimanfaatkan untuk treaty
insentif dibutuhkan oleh investor yang beroperasi di Indonesia harus shopping, yaitu upaya meminimalkan
sehingga ketentuan insentif haruslah dilihat sebagai risiko bagi penerimaan pajak dengan cara memanfaatkan
tidak banyak berubah-ubah, stabil, dan PPh Badan. Saat ini upaya memerangi treaty network yang dimiliki suatu
dapat diprediksi kepastiannya. Kedua, harmful tax competition oleh negara dengan negara lain, terutama
sebaiknya menghindari pemberian preferential tax regime sedang jika network tersebut juga melibatkan
insentif pajak yang berbasis diskresi, dibangun oleh OECD, lewat BEPS tax haven.
namun haruslah disaring dan diuji Action Plan 5. Indonesia, saat ini memiliki lebih
lewat sistem (rules vs. discretion). dari 60 Perjanjian Penghindran Pajak
Globalisasi dan Treaty Shopping Berganda (P3B) dengan negara lain.
Globalisasi dan Skema Masing-masing negara memiliki Suatu jumlah yang besar untuk negara
Investasi untuk Kepentingan suatu kedaulatan untuk menentukan berkembang. Untuk meminimumkan
sendiri sistem pajaknya (tax risiko treaty shopping, maka Indonesia
Pajak perlu melakukan renegoisasi P3B
sovereignty). Interaksi antar satu sistem
Terkait dengan data investasi asing dan kebijakan pajak antar negara telah untuk dapat memasukan Pasal yang
yang masuk ke Indonesia, terdapat menyebabkan adanya double taxation. menyangkut pembatasan penggunaan

16 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideopinion

kriteria atas aktivitas, jenis penghasilan, semakin mengecil. Penjelasan di atas


ataupun subject (transparent or non- juga telah menjawab tidak perlunya
transparent, misalkan). pertimbangan untuk menaikkan tarif
Upaya yang bisa dilakukan oleh PPh Badan demi mengejar target
semata.

“K
Indonesia dapat dilihat dari BEPS
Action Plan 2 yang sudah dirilis pada
ebijakan September 2014. Perlu juga diketahui Globalisasi dan Debt Equity
pajak suatu bahwa beberapa negara membedakan Ratio
negara antara tax avoidance yang dibenarkan Bagi perusahaan multinasional,
tidak bisa lagi (acceptable tax avoidance) dan tax adanya ketentuan bahwa pembayaran
dikaji dalam ruang avoidance yang tidak dapat dibenarkan bunga dapat menjadi pengurang
(unacceptable tax avoidance). Untuk pajak telah mendorong perilaku
yang terisolasi, itu, Indonesia perlu merumuskan
namun perlu untuk mendanai afiliasinya lebih
perbedaan antara unaccetable banyak menggunakan utang daripada
mempertimbangkan tax avoidance dan acceptable tax penyertaan modal (thin capitalization).
efek dari kebijakan avoidance. Di sisi lain, pembayaran dividen
pajak di negara tidak menjadi pengurang pajak.
lain maupun Globalisasi, Profit Shifting, dan Oleh karena itu, akan sangat
sebaliknya.” Isu Tarif Pajak menguntungkan jika komposisi utang
Skema tax avoidance yang paling semakin besar, terutama jika utang
popular adalah profit shifting strategies, tersebut ditempatkan di negara lokasi
yang pada umumnya bermuara afiliasi yang memiliki tarif pajak
pada 2 channels, yaitu: manipulasi tinggi (debt shifting). Distorsi ini sulit
transfer price dan debt shifting. Profit untuk dihilangkan secara unilateral
shifting strategies merupakan upaya (memperlakukan bunga dan dividen
P3B bagi mereka yang melakukan dengan sama), karena selama negara
penyimpangan dari tujuan diadakannya meminimalkan beban pajak dengan
cara mengalihkan laba perusahaan ke lain masih memiliki ketentuan tersebut,
P3B, yaitu Pasal tentang Limitation on Indonesia akan dirugikan.
Benefit (LoB). Walau demikian, penting perusahaan afiliasi yang berkedudukan
untuk dicatat bahwa renegosiasi di negara dengan tarif pajak yang lebih Walau demikian, terdapat usulan
P3B memang tidak mudah dan rendah (atau memaksimalkan beban di fundamental untuk menyeimbangkan
membutuhkan waktu yang panjang. tempat dengan tarif pajak yang lebih treatment pajak atas utang dan dividen
Saat ini, upaya untuk memasukkan tinggi). Dengan kata lain, profit shifting yaitu allowance on capital equity (ACE)
klasul tentang anti-treaty abuse juga strategies sensitif terhadap perbedaan dan comprehensive business income tax
disarankan oleh OECD, dalam BEPS tarif pajak. Berbagai penelitian empiris, (CBIT), yang lagi-lagi sangat tergantung
Action Plan 6. baik secara global, multinasional dari kemauan untuk koordinasi baik
Amerika, multinasional Jerman, dan antar negara maupun dengan sektor
Globalisasi dan International di EU telah memperlihatkan bahwa finansial. Komposisi utang swasta
semakin tinggi perbedaan tarif antara yang besar juga dapat mempengaruhi
Tax Avoidance satu negara dengan negara mitra, akan neraca pembayaran pemerintah
Di sisi lain, interaksi antar sistem menyebabkan laba yang dilaporkan ataupun kestabilan nilai rupiah. Bagi
perpajakan antarnegara juga telah oleh perusahan semakin kecil. Indonesia, upaya yang rasional dalam
menyebabkan adanya double non- mengatur praktik excessive debt (yang
Kini tarif PPh Badan di Indonesia
taxation ataupun tax avoidance. kemudian menjadi excessive interest
sebesar 25% dan telah diturunkan
Sebagian skema tax avoidance payment) adalah menciptakan aturan
dari level 30% (2008) dan 28%
merupakan base erosion strategies, penangkal sebagai disinsentif, atau thin
(2009). Angka ini masih di atas rata-
yaitu strategi meminimalkan beban capitalization rule. Indonesia, saat ini
rata dunia (23.6%) dan Asia (21.9%).
pajak dengan cara memanfaatkan tidak memiliki aturan tersebut.
Walau demikian, perlukah Indonesia
perbedaan ketentuan antarnegara,
menurunkan tarif PPh Badan-nya? Thin cap rule pada umumnya
seperti misalkan: hybrid mismatch
Jawabannya, tidak. Argumennya dapat berupa: ketentuan batas (rasio)
arrangement ataupun hybrid financial
adalah: selama masih ada preferential antara komposisi utang dengan modal,
instrument. Base erosion strategies
tax regime (terutama di kawasan ataupun mengacu pada komposisi yang
tidak sensitive terhadap perbedaan
ASEAN, yaitu Singapura); maka upaya dianggap ‘wajar/arm’s length (ALP)’.
tarif pajak (walaupun kadang juga
menurunkan tarif PPh Badan tidak Masing-masing memiliki kelemahan
dimanfaatkan). Hal ini memang sangat
akan berakibat banyak bagi upaya dan kelebihan. Debt to equity ratio
sulit dipecahkan secara unilateral, atau
menghambat pelarian laba, namun lebih memberikan kepastian dan biaya
tergantung dari koordinasi setiap negara
justru penerimaan pajak dari korporasi kepatuhan-administrasi yang rendah;
untuk merumuskan definisi ataupun

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 17


insideopinion
namun dianggap tidak adil karena setiap
sektor industri memiliki kebutuhan 70% dari perdagangan internasional dalam konteks transfer pricing juga
permodalan yang berbeda. Di sisi lain berasal dari transaksi afiliasi maka tidak hanya membicarakan masalah
upaya mengacu pada komposisi yang sudah sewajarnya transfer pricing substansi, namun juga mengusulkan
wajar justru dianggap lebih adil karena menjadi fokus bagi Indonesia. atas adanya format baru dokumentasi
merefleksikan situasi pasar, namun Pentingnya hal ini juga ditunjukkan transfer pricing, yaitu country-by-
memiliki biaya kepatuhan-administrasi oleh banyaknya action plan tentang country reporting (CbCR) dalam
yang lebih besar. transfer pricing dalam OECD BEPS BEPS Action Plan 13. Dokumentasi
project, yaitu empat. Tiga di antaranya transfer pricing adalah alat yang
Penelitian empiris yang dilakukan efektif untuk menangkal (disinsentif)
oleh Blouin, Huizinga, et.al (2014) di lebih kepada substansi persoalan di
transfer pricing, yaitu alokasi profit bagi profit shifting strategies via
54 negara telah menunjukkan bahwa manipulasi transfer pricing. Di sisi lain,
thin cap rules yang didasarkan pada yang lebih adil yang mengacu pada
value creation atas: substansi, risiko, dokumentasi juga memberikan biaya
DER lebih efektif dalam merubah yang tidak sedikit bagi Wajib Pajak
komposisi struktur pendanaan dan intangibles. Hal ini juga terutama
untuk menjawab berbagai sengketa (terutama karena prinsip ALP yang
perusahaan multinasional (utang lebih mensyaratkan pembanding).
berkurang). Urgensi untuk mengatur transfer pricing yang selama ini terjadi.
hal ini harus diwujudkan dalam bentuk Bagi Indonesia, usulan final yang akan CbCR pada dasarnya adalah bentuk
peraturan yang berdasarkan pada diajukan oleh OECD di September dokumentasi yang disinergikan dalam
suatu DER tertentu (bagi perusahaan 2015 nanti dapat dipergunakan grup dan melampirkan informasi
finansial mungkin DER bisa lebih sebagai acuan dalam merevisi berbagai mengenai aktivitas dan laba yang
tinggi), namun juga memperbolehkan ketentuan mengenai transfer pricing, dihasilkan oleh setiap entitas dalam
jika wajib pajak ingin membuktikan terutama dalam konteks barang tidak grup. CbCR berangkat dari ‘pemaksaan’
kewajaran komposisi pendanaannya berwujud. transparansi dari sisi perusahaan
melalui aplikasi arm’s length principle Selain itu, rekomendasi OECD juga multinasional. Bagi banyak otoritas
(model di Tiongkok). Hal lain yang akan mencakup juga atas perhitungan pajak, fakta mengenai aktivitas dan
perlu dipertimbangkan (efek samping) ALP atas produk komoditas yang laba afiliasi wajib pajak mereka sangat
dari peraturan ini adalah dapat selama ini belum jelas penerapannya. dibutuhkan untuk melihat seberapa
terganggunya rencana pemerintah Klausul safe harbor yaitu nilai rasio wajarkah laba yang didapat oleh wajib
untuk permodalan berbagai proyek margin ambang batas (bawah atau pajak mereka dalam supply chain grup
besar (baik publik maupun privat). Thin atas) dari suatu transaksi juga dapat perusahaan. Oleh karena itu, upaya
capitalization rule (interest limitation dipergunakan di Indonesia. Selama ini ini harus mendapat dukungan dari
rule) juga sedang dikaji oleh OECD terdapat beberapa persoalan terhadap pemerintah lewat ketentuan baru. Selain
dalam BEPS Action Plan 4. sulitnya untuk mencari pembanding, itu, juga perlu untuk memaksimalkan
padahal bisa saja transaksi afilasi yang alternative dispute resolution untuk
menekan sengketa yang ada.
Globalisasi dan Transfer Pricing dilakukan skemanya sederhana dan
nilainya kecil; adanya safe harbor akan
Persoalan profit shifting strategies Globalisasi, Kewajiban
memberikan kepastian bagi beberapa
berikutnya ada pada manipulasi transfer
pricing. Hal ini telah menjadi perhatian
industri atau transaksi tertentu. Disclosure untuk Skema Tax
OECD sejak lama. Saat ini Indonesia Walau demikian, hendaknya Planning dan Burden of Proof
dan hampir seluruh negara berkembang Indonesia tidak hanya melihat dari Adanya keinginan untuk membatasi
juga telah memiliki transfer pricing rule output OECD saja, namun juga melihat tax benefit yang didapatkan dari
(secara global hingga 2011 ada lebih output United Nations dalam project aktivitas penghindaran pajak juga
dari 70 negara telah memiliki ketentuan transfer pricing. UN memberikan dapat dilakukan dengan cara kewajiban
berbasis ALP dan 54 di antaranya perspektif negara berkembang, disclosure perencanaan pajak (tax
memiliki ketentuan atas kewajiban misalkan tentang bagaimana planning) perusahaan multinasional
transfer pricing documentation bagi menegakkan peraturan transfer pricing yang beroperasi di Indonesia. Hal ini
perusahaan multinasional). atau aplikasi arm’s length principle juga merupakan salah satu hal yang
(ALP) di tengah administrasi pajak sedang dikaji oleh OECD dalam BEPS
Banyak penelitian telah
yang masih belum sedemikian baik Action Plan 12. Walau demikian,
menyebutkan angka yang fantastis
serta upaya tidak terlalu membebani sebelum terdapat kewajiban disclosure
akibat dari manipulasi TP di berbagai
sektor bisnis di negara mereka. tersebut, definisi dan batasan mengenai
negara, termasuk Indonesia (misalkan
Christian Aid menyebutkan kerugian Kajian empiris yang dilakukan oleh apa yang dimaksud dengan: defensive
sebesar Rp 10 triliun bagi Indonesia Heckemeyer dan Overesch (2013), tax planning, aggressive tax planning,
selama 2005-2007). Walau demikian, membuktikan bahwa transfer pricing tax avoidance, abusive tax planning,
penting untuk dicatat bahwa studi- merupakan skema utama profit shifting ataupun tax saving dan tax benefit
studi tersebut tidak andal dan kurang perusahaan multinasional. perlu untuk diklarifikasikan lebih lanjut
kuat dalam metodologi estimasinya. dalam ketentuan yang lebih tinggi,
Untuk itu, OECD BEPS Action Plan
Terlepas dari hal tersebut, fakta bahwa misalkan dalam UU. Selain itu, dalam

18 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideopinion
sebenarnya memungkinkan adanya Kedua, adanya insentif pajak terutama
akses informasi yang lebih luas. Di bagi reinvestasi pada sektor-sektor
sisi lain, kebijakan tersebut juga telah yang berorientasi ekspor dan padat
membuat apa yang selama ini menjadi karya bisa jadi berpengaruh, namun
keunggulan dari preferential tax regime tidak berkelanjutan.
menjadi semakin berkurang. Tekanan Pengalaman di Amerika Serikat
global (maupun juga kompetisi antar dalam kebijakan repatriation tax

“D
offshore financial center dan juga holiday di tahun 2004 dapat dijadikan
ewasa ini risiko perekonomian negara tax haven contoh (pengenaan tarif hanya sebesar
yang sangat tergantung dari financial
kekuatan 5.25% jika dividen tidak dialirkan ke
sector) telah berhasil memaksa negara- luar). Pasca ketentuan tersebut terdapat
transparansi negara yang dikategorikan preferential
untuk tujuan lonjakan modal asing yang masuk,
tax regime untuk membuka ‘diri’. reinvestasi, dan dividen ditahan di
perpajakan
Ketiga -yang mana lebih tepat dalam. Namun, setelah 2005, neraca
rasanya jauh diletakkan dalam kategori domestik- pembayaran kembali ke pola semula.
mendominasi dewasa ini kekuatan transparansi Artinya, walau kebijakan ini cukup
kekuatan untuk tujuan perpajakan rasanya jauh dapat menarik dana asing (menahan
kerahasiaan mendominasi kekuatan kerahasiaan dana asing ke luar) dalam waktu singkat;
bank dan bank dan confidentiality. Berbagai namun, tidak bertahan lama. Kebijakan
negara telah memberikan suatu ini menimbulkan moral hazard di mana
confidentiality.”
kewenangan bagi otoritas pajak untuk mereka menunggu untuk kebijakan
dapat mengakses data nasabah bank selanjutnya. Ketiga, menahan repatriasi
demi tujuan perpajakan dan tetap dividen dalam bentuk insentif pajak
menghormati hak-hak wajib pajak juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan
(Darussalam, Kristiaji, dan Deborah, pajak negara di mana induk beroperasi,
2014). Saat ini, kemungkinan tidak misalkan adanya CFC rule.
terdeteksinya data kekayaan wajib
pajak yang disimpan di negara lain Globalisasi dan Kajian Dampak
juga semakin kecil terutama dengan Perpajakannya
fenomena pertama dalam poin
ini (pertukaran informasi). Walau Di Indonesia, kajian mengenai
demikian, kerjasama pertukaran kebijakan pajak internasional dan
informasi (global maupun lewat tax bagaimana dampaknya terhadap
konteks terjadinya aggressive tax treaty) seringkali hanya ‘manis di bibir’ perekonomian, perilaku perusahaan
planning yang transaksinya melibatkan dan belum banyak memberikan kisah multinasional, dan penerimaan pajak
negara-negara preferential tax regime sukses. masih jarang dilakukan. Padahal,
perlu untuk membuat aturan tentang mengacu pada poin-poin sebelumnya,
burden of proof berada di wajib pajak. hal tersebut sangat dibutuhkan. Apakah
Globalisasi dan Pemajakan atas
kita mengetahui pola penghindaran
Repratriasi Modal pajak di Indonesia? Bagaiman efek
Globalisasi dan Transparansi
Di tengah upaya untuk dari perubahan tarif pajak dalam
untuk Kepentingan Pajak mengendalikan neraca pembayaran kompetisi investasi serta komparasinya
Transparansi dalam konteks (defisit) dan juga nilai tukar rupiah, dengan ASEAN? Perlukah kita masuk
perpajakan internasional juga sedang pemerintah juga mengkaji ide untuk ke dalam yardstick competition?
menjadi isu. Terdapat tiga isu menahan repatriasi modal asing yang Bagaimana imbas penandatanganan
transparansi yang penting dicermati oleh biasanya dikembalikan dalam bentuk P3B, apakah lebih banyak merugikan
Indonesia. Pertama, adanya kerjasama dividen. Insentif pajak untuk reinvestasi atau menguntungkan? Pertanyaan-
ataupun forum antarnegara untuk dapat (yaitu pembebasan pajak dividen atau pertanyaan tersebut hanya segelintir
bertukar informasi antar otoritas pajak tax allowance) sudah sejak 2013 dari ketidaktahuan kita.
(Tax Information Exchange Agreement), diwacanakan oleh pemerintah, namun Di Indonesia, masih sangat jarang
misalkan atas kekayaan subjek pajak di baru pada Maret lalu diluncurkan. adanya pihak di luar pemerintah
suatu negara yang disimpan di negara Ada beberapa hal yang penting untuk yang peduli dengan isu kebijakan
lain. Kedua, terdapat upaya unilateral, diperhatikan oleh Pemerintah dalam pajak, terlebih isu kebijakan pajak
misal yang dilakukan Amerika Serikat hal ini. Pertama, repatriasi modal asing internasional. Untuk itu ke depan,
untuk mewajibkan setiap wajib pajak pada dasarnya bukan hanya elastis perlu untuk mendorong kajian-kajian
dalam negeri untuk melaporkan dana terhadap persoalan pajak (tax expense), yang menyangkut telaah kebijakan
yang disimpan di luar negeri (Foreign namun juga persoalan mengenai baik perpajakan internasional dan
Account Tax Compliance Act). buruknya ekspektasi usaha (kestabilan dampaknya dalam kontek penerimaan
Kedua contoh kebijakan tersebut politik, pasar, korupsi, dan sebagainya). pajak Indonesia. IT

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 19


insideevent

Mengejar Potensi Penerimaan Pajak

D
alam ruangan yang luas dan basis pajak, rendahnya tingkat trilun akan sulit tercapai setelah
megah, pada Kamis lalu kepatuhan Wajib Pajak, terbatasnya melihat kebijakan perpajakan yang
(09/04/2015) Badan Anggaran kuantitas dan kualitas otoritas pajak, akan ditempuh untuk mencapai
(Banggar) DPR RI menyelenggarakan terbatasnya anggaran yang disediakan target penerimaan pajak tersebut.
Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) untuk melakukan pemungutan pajak, Menurutnya, untuk mencapai
dengan mengangkat tema penerimaan dan terbatasnya data pendukung untuk penerimaan pajak tahun ini harus
pajak tahun 2015. Seperti yang pemeriksaan pajak. Banggar DPR RI disertai dengan extra effort. Dalam
kita ketahui, RDPU adalah sebuah mengundang dua pembicara yang diskusi ini, Darmin menyatakan salah
diskusi bersama yang dilakukan oleh sudah tidak asing lagi, yakni Darmin satu hal yang diperlukan adalah
pemerintah dengan publik (umum). Nasution dan Darussalam untuk adanya trust dari jajaran aparat pajak
Kali ini RDPU dilakukan bersama pakar mendapatkan wacana dan informasi dan wajib pajak. Selebihnya adalah
dan pengamat perpajakan., demi perbaikan kebijakan perpajakan soal sistem informasi dan metode
Pemerintah telah membuktikan Indonesia. pengumpulan pajak.
bahwa banyak potensi penerimaan Darmin Nasution, mantan Darussalam, pengamat
perpajakan yang masih bisa digali. Dirjen Pajak periode 2006-2009, perpajakan dan Managing Partner di
Namun, pemerintah memiliki memperkirakan target penerimaan DANNY DARUSSALAM Tax Center,
kelemahan utama seperti sempitnya pajak tahun 2015 sebesar Rp1.294 memaparkan tentang bagaimana

20 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideevent

Darmin Nasution saat membicarakan target penerimaan pajak 2015

mengejar potensi penerimaan di era


globalisasi. Dengan melihat kinerja
perpajakan selama ini, Darussalam
menjelaskan beberapa elemen
penyebab kebocoran penerimaan
pajak (tax gap), di antaranya profit
shifting dan aset yang disembunyikan
di luar negeri. Beranjak dari hal ini,
Darussalam memberikan usulan pada
pemerintah untuk mengikuti tren
perpajakan global dengan mengambil
kebijakan untuk memudahkan akses
informasi perbankan untuk tujuan
perpajakan. Terutama, melihat tren
global pertukaran informasi perpajakan
secara otomatis yang akan diterapkan
tidak lama lagi.
Selain itu, untuk mengatasi tax
gap, pemerintah perlu membangun
sistem perpajakan yang kompetitif
yang bercirikan kepastian hukum dan
kesederhanaan. Diharapkan, melalui
RDPU bersama pakar dan pengamat
pajak ini, pemerintah dan DPR dapat
menerapkan rekomendasi kebijakan
yang baik dan kongkret dalam
meningkatkan penerimaan negara
tanpa harus membebani masyarakat
dan mengganggu pertumbuhan
ekonomi. IT Darussalam

-Gallantino F.-

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 21


PAJAK HWI MASIH BISA
DIOPTIMALKAN
“H
WI biasanya
HERRU WIDIATMANTI adalah
seorang
public
figure, sehingga jika
pajak HWI diekspos
sedikit saja, maka
akan mengakibatkan
kegoncangan
di masyarakat,
sehingga untuk
mengoptimalkannya,
juga perlu dukungan
banyak pihak.”

22 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideprofile

M
engapa perlu ada perhatian khusus kepada HWI dan masih menerapkan metode tradisional
bagaimana menentukan WP yang masuk kategori HWI? yang melakukan pengawasan HWI dan
entitas secara terpisah.
Serta bagaimana praktik pengelolaan HWI di Indonesia
maupun di negara lain? Untuk menjawabnya, redaksi telah “Nampaknya di Indonesia, otoritas
pajak masih menerapkan metode
melakukan wawancara dengan Herru Widiatmanti, yang saat ini tradisional dengan melakukan
menjabat sebagai Widyaiswara Madya di Pusat Pelatihan dan pengawasan HWI dan entitasnya
Pendidikan (Pusdiklat) Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan secara terpisah. Semua itu memang
Keuangan (BPPK), Kementerian Keuangan. Berikut pemaparannya. tidak lepas dari berbagai kondisi yang
ada” tutur wanita lulusan magister (S2)
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
ini.
Salah satu upaya yang dilakukan Alasan-alasan itulah yang menyebabkan
oleh otoritas perpajakan di berbagai HWI sebaiknya diawasi secara khusus. Penentuan HWI
negara dalam mengoptimalkan “Pada umumnya HWI adalah
penerimaan pajak adalah dengan Menurut Widi, di antara negara-
pemilik konglomerasi, sehingga tentu negara yang telah menerapkan unit
mengelola pajak orang pribadi kaya akan membawa pengaruh kepada
(high wealth individual/HWI) secara khusus untuk menangani HWI,
masyarakat. Oleh karena itu, butuh diketahui sampai saat ini tidak ada
khusus. Hal tersebut ditunjukkan perhatian khusus dari otoritas pajak”
dengan adanya unit kerja khusus yang kriteria umum dalam menetapkan
tutur wanita kelahiran Cirebon, 14 WP mana yang akan masuk kategori
menangani Wajib Pajak (WP) yang Februari 1967 ini.
masuk kategori HWI. Begitu pula HWI. Namun, terdapat kriteria utama
dengan Indonesia, beberapa tahun menurut penelitian yang dilakukan
Pengelolaan HWI di Negara oleh Organization for Economic Co-
lalu Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak
telah mendirikan satu unit kantor yang Lain operative and Development (OECD),
khusus mengelola HWI di Indonesia. Saat ditanya mengenai bagaimana diantaranya mengenai batasan
Namun dalam perkembangannya, pengelolaan HWI di negara lain, Widi pendapatan dan/atau kekayaan dan
saat ini unit kantor tersebut tidak mencontohkan negara Australia. kriteria yang menunjukkan kompleksitas
hanya khusus menangani HWI, tetapi Otoritas perpajakan di negara lain masalah pajak, seperti variasi sumber
ditambah dengan WP Badan Usaha seperti Australian Taxation Office pendapatan dan isu-isu yang berkaitan
Milik Negara (BUMN) dari sektor jasa. (ATO), juga memberikan perhatian dengan perpajakan internasional.
khusus kepada HWI. Dalam praktiknya, Secara umum dapat dikatakan
Perhatian Khusus Kepada HWI bentuk pengelolaan HWI ini memang bahwa kombinasi dari faktor-faktor
memiliki berbagai variasi. Variasi tersebut dianggap relevan oleh
Widi menuturkan, terdapat
tersebut dalam arti apakah HWI dan masing-masing otoritas perpajakan
beberapa alasan mengapa HWI perlu
entitas yang terkait dengan mereka yang disesuaikan pula dengan kondisi
diberikan perhatian secara khusus oleh
dikelola secara terpisah atau dikelola masing-masing negara. Ada pendapat
otoritas pajak, di antaranya karena HWI
bersamaan dalam suatu manajemen yang mengatakan bahwa kriteria
memiliki kompleksitas proses bisnis
tunggal. seleksi HWI berdasarkan kekayaan
yang meliputi bisnis dari hulu hingga
ke hilir dan berbagai jenis investasi. ATO melalui task force-nya, dianggap relatif lebih stabil, namun
Selain itu, jumlah pajak yang mereka memperlakukan HWI dan entitas atau masih memiliki kelemahan seperti
bayarkan berpotensi memberikan perusahaannya sebagai satu kesatuan. terdapat kondisi di mana pengeluaran
kontribusi penerimaan pajak secara Hal tersebut sebenarnya berbeda dari rumah tangga dari HWI tersebut juga
signifikan. Begitu pula dengan adanya praktik tradisional yang berlaku, di tinggi, sehingga pada akhirnya tidak
perencanaan pajak yang saat ini mana WP orang pribadi dan badan masuk kategori orang kaya.
semakin agresif dan praktik-praktik diperlakukan sebagai WP yang terpisah. “Isu yang terkait penentuan
pencucian uang (money laundering) Praktik yang dilaksanakan oleh ATO batasan orang kaya ini menjadi penting
secara terselubung, menjadi alasan didasarkan pada argumen bahwa karena harus tepat ditetapkan untuk
lain mengapa otoritas pajak harus untuk memahami perilaku kepatuhan memastikan bahwa orang-orang yang
memberikan perhatian khusus kepada HWI membutuhkan pendekatan masuk ke dalam kriteria ini adalah
HWI. Dengan kompleksitas bisnis yang yang holistik, yang dalam analisisnya mereka yang akan difokuskan untuk
dimilikinya, HWI dapat saja melakukan menyertakan semua entitas yang terkait dilayani dan diawasi kewajiban dan
pengaturan keuangan yang canggih dengan WP tersebut. Pola yang sama hak pemajakannya.” tutur Widi.
dan mengeksploitasi celah pajak di tax juga diterapkan oleh sejumlah negara Dalam penerapannya di Indonesia,
haven country. HWI juga memberikan seperti Kanada, Prancis, Irlandia, kriteria penentuan HWI tersebut masih
peran penting bagi masyarakat umum Jepang, Selandia Baru dan Afrika berdasarkan berbagai sumber, misalnya
yang dapat memengaruhi integritas Selatan. Sedangkan beberapa negara kepemilikan beberapa perusahaan
sistem perpajakan secara keseluruhan. seperti Belanda, Inggris, dan Indonesia konglomerasi, dari besarnya jumlah

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 23


insideprofile
kekayaan yang dimiliki dan besarnya
pajak yang dibayarkan.

Implementasi Pengelolaan HWI


di Indonesia
Widi menuturkan, meskipun
belum melakukan penelitian secara
mendalam, namun berdasarkan
pengamatan, referensi, dan hasil
penelitian lainnya terkait HWI,
pengelolaan HWI di Indonesia dinilai
belum optimal. Hal tersebut mungkin
terjadi karena keterbatasan sumber
daya, dan ketersediaan serta ketepatan
data eksternal yang dimiliki.
Widi berpendapat, sebaiknya
HWI di Indonesia dikelola bersama
dalam satu manajemen pengelolaan
dengan entitas bisnisnya seperti yang
diterapkan di Australia, Perancis,
Kanada, Irlandia, Jepang, Selandia
Baru dan Afrika Selatan. Tentunya
dengan memperhatikan aspek ekonomi,
sosial dan budaya di Indonesia. Selain
itu, sebaiknya HWI pun dikelola secara
khusus di setiap wilayah sehingga
pendekatan kultural tersebut akan
lebih mengenai sasaran. Pengawasan
HWI di wilayah lebih kepada pantauan dukungan banyak pihak. yang ditandai dengan bisnis jasa di
kontribusi penerimaan pajaknya Kedua, kurangnya dukungan data Indonesia yang semakin meningkat.
pada wilayah kerja kantor yang eksternal. Walaupun ada Pasal 35 “Jumlah orang kaya semakin
mengadministrasikannya. Kendalanya Undang-Undang Ketentuan Umum banyak, jika HWI dikelola dengan
hingga saat ini adalah domisili WP dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) baik dan diberikan dukungan politik
dengan pusat bisnisnya terkadang dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 yang kuat, penerimaan negara akan
tidak sama, dan sumber daya untuk Tahun 2013 terkait pemberian data meningkat dan keadilan di masyarakat
mengelolanya juga terbatas. Hal- dan informasi, tapi aturan tersebut juga akan semakin terasa.” tutur Widi.
hal tersebut masih berupa pendapat faktanya masih lemah. Hambatan Untuk tahap awal, strategi dalam
pribadi, sehingga menurut Widi, masih ketiga adalah keterbatasan sumber mengoptimalkan penerimaan pajak dari
perlu diteliti dengan berbagai studi daya manusia (SDM). Menurut Widi, HWI adalah peningkatan kepatuhan
yang mendalam. perlu banyak orang yang didedikasikan dengan pendekatan persuasif. Artinya,
untuk HWI apabila yang dilakukan HWI tersebut diajak berdialog untuk
Pajak HWI Perlu Dioptimalkan adalah pendekatan secara personal. memikirkan permasalahan bangsa
Kompetensi pegawai pajak pun perlu dan pentingnya peran pajak dalam
Saat ini, dengan berbagai kendala
ditingkatkan, karena untuk mengelola memperbaiki permasalahan tersebut.
yang ada, penggalian potensi pajak
HWI perlu softskill dan pemahaman Widi yakin, jika hal tersebut dilakukan
dari HWI belum tergali secara optimal.
aturan yang memadai, seperti dengan baik dan sungguh-sungguh,
Menurut Widi, peranan pajak dari HWI
kemampuan komunikasi yang baik dan didukung data yang valid, serta
bagi penerimaan pajak sebetulnya
kemampuan menganalisis keuangan dilakukan dengan penuh integritas dan
masih dapat dioptimalkan. Namun,
bisnis yang kompleks. menjaga keadilan, maka peningkatan
terdapat beberapa hambatan yang akan
dihadapi dalam upaya mengoptimalkan Widi pun yakin bahwa jumlah orang kontribusi penerimaan pajak dari
penerimaan pajak dari HWI. Pertama, kaya di Indonesia semakin banyak. sektor ini akan meningkat tajam.
efek dari publikasi. HWI biasanya Hal tersebut dapat dilihat dari betapa Pendekatan yang humanis, dengan
adalah seorang public figure, sehingga laris manisnya penjualan mobil-mobil prinsip kesetaraan dan keadilan yang
jika pajak HWI diekspos sedikit mewah, apartemen, dan maraknya biro diramu dalam dialog komunikatif
saja, maka akan mengakibatkan perjalanan wisata elit yang ditujukan akan menghasilkan kontribusi untuk
kegoncangan di masyarakat, sehingga untuk pangsa pasar kaum “the kepentingan penerimaan pajak. IT

untuk mengoptimalkannya, juga perlu have”. Begitu pula dengan kalangan -Awwaliatul Mukarromah-
profesional yang juga semakin kaya,

24 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


INTENSIVE COURSE
TRANSFER PRICING – EXECUTIVE CLASS
BATCH 6

SPEAKERS
YUSUF W. NGANTUNG ROMI IRAWAN UNTORO SEJATI
Senior Manager of International Tax /
Partner for Transfer Pricing Services at Senior Manager of Transfer Pricing Services at
Transfer Pricing Services at
DANNY DARUSSALAM Tax Center DANNY DARUSSALAM Tax Center
DANNY DARUSSALAM Tax Center

VERONICA KUSUMAWARDANI
Assistant Manager of Transfer Pricing Services at
DANNY DARUSSALAM Tax Center

SEKAR TALENTA PRETTY WULANDARI DENIA ENDRIANI


Specialist of Transfer Pricing Services at Specialist of Transfer Pricing Services at Specialist of Transfer Pricing Services at
DANNY DARUSSALAM Tax Center DANNY DARUSSALAM Tax Center DANNY DARUSSALAM Tax Center

DATE AND TIME PLACE


9 May - 13 June 2015 DDTC – Training Center
Every Saturday Menara Satu Sentra Kelapa Gading
From 9.30 pm until 15.30 pm 6th Floor, Unit #0601
Duration 1 month: Jl. Bulevard Kelapa Gading LA3 No. 1
4 sessions + 1 exam
Kelapa Gading Jakarta Utara 14240

For Further Information


IDR 6.500.000 / person www.dannydarussalam.com/training-programs/intensive-course

Due to limited seating available (24 seats), we DDTCIndonesia


recommend that you register early to reserve your seat. @DDTCIndonesia
And get facilites including hand-out, reading materials,
DDTC
meals, certificate, goodie bag, library access, and others
modern supporting facility.
For further inquires please contact
Ms Eny Marliana
GET MEMBERSHIP
+62 815 898 0228
DISCOUNT!
http://dannydarussalam.com/ eny@dannydarussalam.com
membership-training-programs
Ms Indah Kurnia
+62 856 192 6643
indah@dannydarussalam.com
InsideTax | Edisi 30 | April 2015 25
PERLU ADA TRUST ANTARA
ORANG KAYA DAN OTORITAS
PAJAK
DRS. SUWARNO, MBA

“K epercayaan
bahwa semua
penerimaan
pajak benar-benar bisa
bermanfaat dalam
pembangunan, percaya
bahwa semua pihak
terbebas dari KKN,
dan mempercayai
masing-masing pihak
telah menjalankan
pemerintahan yang
bersih dan transparan.”

26 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideprofile

W
ajib Pajak (WP) yang tergolong kaya atau high wealth individual (HWI) menjadi
salah satu fokus tersendiri bagi otoritas pajak dalam hal pengelolaannya.
Terbukti dengan adanya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) khusus yang didirikan
beberapa tahun lalu untuk mengawasi dan mengelola HWI, meskipun saat ini tidak lagi
secara khusus mengelola HWI saja, tetapi juga menangani WP Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sekto jasa. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengelolaan HWI, redaksi
menemui Drs. Suwarno, MBA yang menjabat sebagai Kepala KPP WP Besar Empat.
Pria yang akrab disapa Suwarno ini menjabarkan mengenai peranan dan sedikit sejarah
mengenai asal mula pendirian KPP WP Besar Empat serta hal-hal lain terkait pengelolaan
HWI di Indonesia maupun di negara lain.

Asal Mula KPP WP Besar untuk mengurangi atau mengeleminasi contohnya, membentuk The High Net
Empat jumlah pajak yang seharusnya terutang. Worth Unit (HNWU) untuk mengelola
Tentunya hal itu sangat bertentangan WP HWI di mana konsep dan tujuannya
Suwarno menjelaskan, KPP WP dengan undang-undang, dan mungkin hampir sama dengan Indonesia
Besar Empat atau yang sebelumnya saja dapat menyebabkan pelakunya yaitu membangun hubungan dan
dikenal dengan sebutan High Wealth dikenakan sanksi kenaikan pajak dan/ pemahaman yang baik antara fiskus
Individual (HWI) Tax Office didirikan atau pidana. dengan WP, memberikan pelayanan
pada tanggal tanggal 1 April 2009 khusus dengan pendekatan proaktif dan
berdasarkan Peraturan Menteri Salah satu upaya yang dilakukan
KPP WP Besar Empat adalah dengan komprehensif terkait dengan kewajiban
Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009. perpajakannya.
KPP HWI didirikan sebagai salah satu melakukan himbauan pembetulan
tindak lanjut dari proses “modernisasi dan konseling apabila menurut Sedangkan, otoritas pajak Australia
administrasi perpajakan” yang analisis terdapat jumlah pajak yang membentuk High Wealth Individuals
digulirkan di lingkun gan Direktorat masih terutang. Sedangkan upaya Task Force yang konsep dan tujuan
Jendral (Ditjen) Pajak dan sebagai pemeriksaan pajak hanya dilakukan utamanya agak berbeda dengan KPP
wujud apresiasi pemerintah kepada para bila WP tidak memberikan respon yang WP Besar Empat, yaitu untuk menggali
WP Orang Pribadi yang memberikan memadai atas tindakan himbauan potensi penerimaan pajak karena
kontribusi pajak yang besar kepada dan konseling. Selain itu, terdapat persentase kenaikan pajak orang kaya
negara. Suwarno menjabarkan konsep juga pemeriksaan pajak yang bersifat jauh lebih rendah dibandingkan dengan
dan tujuan pembentukan KPP HWI top down (berdasarkan analisis yang kenaikan penghasilan dan/atau aset
meliputi empat hal, yaitu: dilakukan oleh Kantor Wilayah dengan yang dimilikinya. Selanjutnya, Perancis
Kantor Pusat Ditjen Pajak). Untuk melalui States and Tax Authorities tidak
1. Meningkatkan efektifitas dan upaya hukum yang lebih tegas yaitu membentuk institusi/unit khusus untuk
efisiensi pelayanan kepada WP pemeriksaan bukti permulaan dan menangani WP orang kaya, tetapi
Besar Orang Pribadi; penyidikan, hanya dilakukan apabila mereka lebih mengefektifkan peran dari
2. Meningkatkan pemahaman WP terdapat indikasi bahwa WP telah France-Anti Money Laundering untuk
Besar Orang Pribadi akan hak dan melakukan tindak pidana di bidang menangani adanya transaksi tidak
kewajiban perpajakannya; perpajakan. wajar yang dilakukan oleh HWI.
3. Meningkatkan pengawasan sesuai Terkait dengan perkembangannya,
dengan prisip good governance; dan Suwarno menjelaskan bahwa Kriteria Wajib Pajak HWI
4. Meningkatkan kepatuhan sukarela sejak WP golongan HWI tersebut Tujuan memasukkan kalangan
(voluntary compliance). diadministrasikan di KPP WP pengusaha menjadi WP dalam KPP WP
Besar Empat, jumlah penambahan Besar Empat adalah agar Ditjen Pajak
penerimaan pajaknya dapat terbilang bisa dengan mudah melacak kewajiban
HWI dan Penghindaran Pajak sangat signifikan. Sebelum mereka pajak dari kelompok-kelompok usaha
Mengenai keterkaitan antara masuk menjadi WP KPP HWI, dapat besar yang berada di bawah kendali
penghindaran pajak dengan HWI, dikatakan bahwa administrasi, WP pengusaha tersebut, serta dalam
Suwarno menjelaskan bahwa pelayanan, dan pengawasannya belum rangka menghubungkan dengan
penghindaran pajak dapat dibagi optimal. grup bisnisnya terkait pembagian
menjadi dua yaitu tax avoidance dan dividen atau penerimaan lainnya.
tax evasion. Tax avoidance merupakan Praktik di Negara Lain
Jadi pertimbangannya bukan semata-
upaya legal untuk mengurangi beban Hampir di setiap negara maju mata sebagai WP Orang Pribadi saja,
pajak dengan memanfaatkan grey area terdapat unit khusus yang dibentuk tetapi juga dengan statusnya sebagai
atau loopholes. Sedangkan tax evasion untuk menangani WP orang kaya. pemilik grup-grup bisnis besar. Dengan
merupakah upaya ilegal yang dilakukan Otoritas pajak Inggris (HMRC),

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 27


insideprofile
demikian, sebenarnya kriteria utama
WP yang dimasukkan ke dalam KPP
WP Besar Empat adalah jumlah aset
dan grup usahanya. Secara angka
batasannya adalah mereka yang
mempunyai aset di atas Rp 20 Miliar
dan mempunyai beberapa perusahaan.

Sistem Pengawasan di KPP WP


Besar Empat
Untuk dapat mencapai tujuannya,
Suwarno menjelaskan bahwa
pemilihan struktur organisasi yang
tepat merupakan hal yang sangat
penting untuk dipertimbangkan.
Apalagi dilihat dari misi utama Ditjen
Pajak untuk menjaga kontinuitas
pembiayaan pembangunan dari tahun
ke tahun, yang bahkan pada tahun
2014 kontribusi penerimaan dalam
APBN dari sektor pajak mencapai
80%. Target penerimaan tersebut
didistribusikan kepada 331 KPP di
seluruh Indonesia yang merupakan unit
eselon III yang berfungsi sebagai ujung
tombak penerimaan pajak.
Agar kinerja Ditjen Pajak dapat
berjalan optimal, maka diperlukan dan materialnya yang sangat tinggi “Alhamdulillah,” ucap Suwarno
penerapan pengawasan secara yaitu untuk tingkat penyampaian ketika ditanya mengenai realisasi
berjenjang dan juga terpusat. Dengan SPT rata-rata mencapai 97,5% dan penerimaan sampai bulan April 2015.
kata lain, struktur organisasi yang pertumbuhan penerimaan pajak yang “Hingga April 2015, penerimaan
diterapkan harus bersifat matriks, sangat signifikan. KPP Wajib Pajak Besar Empat telah
di mana KPP bertanggung jawab mencapai 43,28% dari total target
kepada kantor wilayah (Kanwil) Hal ini terjadi karena telah
terbentuknya kepercayaan (trust) antara Rp 75,7 triliun, sehingga diharapkan
kemudian Kanwil bertanggung target penerimaan tersebut dapat
jawab kepada Direktur Jenderal fiskus dan WP yang dijadikan fondasi
utama dalam pelaksanaan kerja setiap tercapai lebih dari 100% pada akhir
(Dirjen) Pajak. Sementara itu, dalam tahun 2015,” lanjut Suwarno.
mengorganisasikannya Dirjen Pajak harinya, sehingga stakeholder-nya
dibantu oleh para direktur yang berada dapat bersinergi satu sama lain dengan
baik. Sebagai bentuk penghargaannya, Mengoptimalkan Penerimaan
di kantor pusat Ditjen Pajak. KPP WP
Besar Empat dalam hal ini memiliki KPP WP Besar Empat dinobatkan Pajak dari HWI
status yang sama dengan KPP lainnya, sebagai juara keempat nasional Banyak sekali cara yang dilakukan
yaitu diawasi oleh kanwil terkait yaitu sebagai KPP terbaik yang bebas KKN dalam mengoptimalkan penerimaan
Kantor Wilayah Ditjen Pajak WP Besar. di Indonesia. pajak dari HWI. Salah satunya adalah
Secara khusus, menurut Suwarno, trust yang dibangun dan dipelihara
Pengelolaan KPP WP Besar kontribusi penerimaan KPP WP Besar secara terus menerus antara fiskus
Empat, Sudah Optimalkah? Empat yang di dalamnya termasuk dan WP. Metode lainnya yaitu dengan
penerimaan dari HWI dapat terbilang melakukan analisis kewajaran pajak
Suwarno menegaskan bahwa sangat signifikan, yaitu rata-rata yang dibayarkan oleh HWI selama
pengelolaan KPP WP Besar Empat mencapai 6-7% dari 331 KPP yang ada. ini, yaitu dengan pendekatan analisis
dapat terbilang berjalan dengan sangat Penerimaan pajak di KPP WP Besar kenaikan penghasilan dan/harta, serta
baik. Termasuk juga setelah KPP HWI Empat dari HWI semata-mata berasal pendekatan aspek biaya hidup. Namun
berubah menjadi KPP WP Besar Empat dari PPh Pasal 25/29 OP. Sementara, itu semua tidaklah cukup, karena
sejak 1 April 2012 dengan mendapat penerimaan pajak yang berasal dari Indonesia tidak mewajibkan WP untuk
tambahan tugas untuk mengelola withholding tax atas penghasilan yang menyampaikan nomor rekening bank
penerimaan pajak dari sebagian diperoleh HWI merupakan bagian dari dalam SPT tahunannya, sehingga
perusahaan BUMN. Hal itu tercemin penerimaan KPP tempat pemotong sebetulnya dalam hal ini yang terpenting
baik dalam tingkat kepatuhan formal pajak terdaftar. adalah bagaimana kita bisa meminta

28 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideprofile
data nasabah dari bank sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang
Bank Indonesia.
Selanjutnya, adanya pertukaran
data/informasi sebenarnya merupakan
senjata ampuh untuk menutup salah
satu kelemahan dari self assessment
system yang dianut oleh hampir di
setiap negara termasuk Indonesia.
Hal ini sebetulnya telah disadari
oleh pihak eksekutif dan yudikatif,
sehingga di dalam Pasal 35 Undang-
Undang KUP Tahun 2007 telah diatur
mengenai kewajiban pihak ketiga
untuk memberikan data kepada Ditjen
Pajak. Apabila hal ini dapat berjalan
dengan baik, maka tembok tebal yang
menghambat aliran data ke Ditjen Pajak
bisa dapat dieliminasi. Hal ini hanya
dapat dicapai apabila terdapat sinergi
dengan para stakeholder terkait, seperti
pihak fiskus, pembuat kebijakan,
wajib pajak, dan pihak-pihak lainnya.
Kepercayaan bahwa semua penerimaan
pajak benar-benar bisa bermanfaat
dalam pembangunan, percaya bahwa
semua pihak terbebas dari KKN, dan
mempercayai masing-masing pihak
telah menjalankan pemerintahan yang
bersih dan transparan.
Ditjen Pajak telah melakukan
kerja sama dengan banyak negara
dalam kaitannya dengan perpajakan
yang diwujudkan dalam bentuk tax
treaty. Disamping itu, dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajaknya
Ditjen pajak juga melakukan MOU
tentang pertukaran data/ informasi
perpajakan secara bilateral dengan
berbagai negara seperti Singapura,
Australia, Amerika, dan negara lainnya.
Hal ini juga terkait dengan kerja sama
tentang anti money laundering (AML),
di mana salah satu dapat disebabkan
dari kejahatan perpajakan (tax crimes).
Kerja sama ini menuntut pihak
counterpart memberikan data yang informasi perpajakan seperti dividend, Pribadi sebesar 75%. Apabila WP orang
diperlukan terkait dengan informasi capital gain, interest, atau yang kaya diberikan pilihan, apakah bersedia
perpajakan atas orang pribadi atau lainnya. Terakhir, Indonesia juga baru diterapkan tarif pajak tinggi seperti di
badan yang memperoleh penghasilan meratifikasi Tax Information Exchange Perancis, atau yang kedua memberikan
dari kedua belah pihak. Secara Agreements (TIEAs) dengan Guernsey, data nasabah secara sukarela atau
kelembagaan internasional, political Jersey, Bermuda dan Isle of Man yang akses data nasabah bisa diberikan ke
interest untuk melakukan kerja secara efektif berlaku sejak September Ditjen Pajak, maka dapat dipastikan
automatic exchange of information 2014. bahwa akan banyak sekali dari mereka
telah dimulai oleh OECD sejak 2012. Dengan upaya-upaya tersebut, yang setuju dengan pilihan yang kedua.
OECD menekankan bahwa pertukaran untuk saat ini Indonesia rasanya tidak IT

informasi tersebut dilakukan secara perlu seperti Perancis yang menetapkan -Dienda Khairani-
sistematis dan periodikal tentang tarif pajak tertinggi untuk PPh Orang

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 29


insidereview

Tinjauan Global atas Ketentuan


SafeSafe
Harbour
Harbour
dalam Transfer
dalam
Pricin
Transfer Pricin
g g
Pendahuluan
Pada tahun 2012, Komite Urusan
Fiskal (Committee on Fiscal Affairs)
Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD)
memublikasikan rancangan diskusi
safe harbour sebagai bagian dari revisi
OECD Transfer Pricing (TP) Guidelines.
Draf revisi ini meliputi pengajuan revisi
atas bagian safe harbour di Chapter IV
OECD TP Guidelines dan draf sample
memoranda of understanding atas
penerapan aturan bilateral berupa safe
harbour. Publikasi draf ini merupakan
bagian dari perluasan proyek OECD
dalam administrasi TP yang dimulai
pada tahun 2010.1
Survei pada tahun 2011 terkait
simplifikasi TP di negara-negara anggota
OECD dan non-OECD merupakan
awal mula proyek ini dimulai dan
PRETTY WULANDARI NURLITA DEWI RAMADHANI sebagai acuan untuk meninjau kembali
panduan yang mengatur safe harbour
Pretty Wulandari dan Nurlita Dewi Ramadhani sebagaimana yang tertera dalam
adalah Specialist (Transfer Pricing Services) di Chapter IV OECD TP Guidelines.2 Dari
DANNY DARUSSALAM Tax Center hasil survei tersebut, terdapat lima
upaya simplification measures antara
lain (Lihat Gambar 1):3
1. Transaksi yang dikecualikan dari
regulasi TP atau koreksi TP.
Contoh: Di Italia, safe harbour
diterapkan atas pembayaran
royalti sebesar 2% atau lebih dari
penjualan, di mana besaran royalti
tersebut adalah batas yang dapat
diterima oleh otoritas pajak.
2. Penyederhanaan metode TP, melalui
penerapan safe harbour.
Contoh: Di Australia, atas transaksi
PRETTY WULANDARI NURLITA DEWI RAMADHANI
Pretty Wulandari dan Nurlita Dewi Ramadhani 1. Caroline Silberztein, “OECD: Transfer Pricing Safe
Harbours,” International Transfer Pricng Journal (Maret-
adalah Specialist (Transfer Pricing Services) di April 2013).
DANNY DARUSSALAM Tax Center 2. Lihat http://bit.ly/1ONi6vC
3. OECD, Multi-Country Analysis of Existing Transfer
Pricing Simplification Measures (2012)

30 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidereview
jasa penunjang atau non-core Adanya revisi dari OECD Guidelines Definisi dan Konsep
services ditetapkan margin safe merupakan upaya untuk mengurangi
Pada revisi Section E dari OECD
harbour sebesar 7,5% - 10% bagi beban kepatuhan WP terkait dengan
TP Guideliness paragraf 4.94, safe
penerima jasa, dan 5% - 7,5% bagi TP Documentation (TP Doc).
harbour didefinisikan sebagai:
penyedia jasa. Pengenalan atas aturan safe harbour
juga merupakan langkah awal untuk “a provision that applies to a given
3. Pengecualian atau simplifikasi
memberikan kepastian hukum dan category and that relieves eligible
dalam dokumentasi TP.
mengurangi atau meminimalisasi kasus taxpayers from certain obligations
Contoh: Di India, atas transaksi litigasi TP sehingga dapat membangun otherwise imposed by the tax code
afiliasi < INR 10.000.000 atmosfir pajak yang lebih baik. Tak dapat by substituting exceptional, usually
dikecualikan dari kewajiban dipungkiri, penggunaan Arm’s Length simpler obligations.”
dokumentasi TP. Principle (ALP) memberikan kesulitan Safe harbour didefinisikan sebagai
4. Pembebasan atau pemberian tersendiri dalam penerapannya. Hal ini bentuk ketentuan yang memberikan
keringanan atas sanksi administrasi. tentu saja menambah beban bagi Wajib keringanan bagi WP atas transaksi
Pajak (WP) dalam mendokumentasikan tertentu dari kewajiban pemenuhan
Contoh: Di Kanada, atas TP
transaksi hubungan istimewa yang TP umumnya di suatu negara.
adjustment kurang dari 10% dari
dilakukannya dan meningkatnya Dari definisi tersebut safe harbour
laba kotor atau CAD 5.000.000
potensi timbulnya sengketa. Hal inilah dapat digambarkan sebagai kondisi
dikecualikan dari sanksi
yang merupakan alasan otoritas pajak transaksi afiliasi di mana: (i) terdapat
administrasi.
di berbagai negara untuk menerapkan transaksi yang dikecualikan dari
5. Penyederhanaan prosedur dan aturan safe harbour. cakupan ketentuan TP (dengan
penurunan biaya Advance Pricing
Pedoman baru pada safe harbour menentukan threshold atas suatu
Agreement (APA).
memberikan kesempatan bagi negara- transaksi); dan (ii) penyederhanaan
Contoh: Di Jerman, atas transaksi negara untuk: (i) meringankan pengaplikasian aturan TP. Secara
sebesar < EUR 5.000.000 pada pemenuhan kewajiban perpajakan bagi spesifik, persyaratan administratif atas
transaksi barang berwujud, dan atas WP; dan (ii) memberikan kepastian penerapan safe harbour akan berbeda
transaksi sebesar < EUR 500.000 yang lebih besar untuk transaksi yang dengan persyaratan administratif
pada transaksi jasa mendapatkan melibatkan WP dengan kondisi “lebih pada peraturan TP pada umumnya.
pengurangan biaya APA. sederhana”. Dengan demikian, hal Aturan safe harbour memungkinkan
Setahun setelah rancangan revisi tersebut menjadi acuan bagi negara- WP menerapkan metode yang lebih
safe harbour ini dipublikasikan, negara, khususnya negara berkembang, sederhana atau menerapkan aturan
pada tanggal 16 Mei 2013, OECD untuk merancang aturan TP yang khusus dalam metode TP.
menyetujui revisi atas Section E optimal dengan sumber daya yang
mengenai safe harbour pada Chapter tersedia dengan memfokuskan pada Faktor Pendukung Penerapan
IV OECD TP Guidelines4. Revisi bagian transaksi yang lebih berisiko (transaksi Safe Harbour
ini membahas usulan dan panduan dengan nilai atau porsi yang berada
Safe harbour diperkenalkan sebagai
bagi otoritas pajak dalam penerapan diluar ketentuan/ diluar threshold dari
sebuah cara yang dimungkinkan
safe harbour. safe harbour).5
untuk mengurangi beban administratif
pada WP dari penerapan ALP. Hal
4. Lihat www.oecd.org 5. Arun Kumar, Recent Trends and Prospects of Transfer
tersebut disuarakan WP pada berbagai
forum, seperti Committee of Experts
on International Cooperation in Tax
Gambar 1 – Jenis Simplification Measures di Berbagai Negara Matters yang diselenggarakan oleh
United Nations (UN).6 Terdapat tiga
alasan yang menjadi faktor pendukung
2 (3%

penerapan safe harbour antara lain:


5(

)
9%

6( Documentation 1. Meringankan persyaratan kepatuhan


)

10%
) bagi WP
Pricing
Penerapan ALP memerlukan
31 (54%) APA pengumpulan dan analisa data
TP Rule yang mungkin sulit dan mahal baik
) untuk WP maupun otoritas pajak.
4%
14(2 Penalty Pada beberapa kondisi, biaya yang

Pricing (New Delhi: Research India Press, 2011), 85.


6. Lihat https://www.pwc.com/en_GX/gx/tax/newsletters/
Sumber : OECD, Committee on Fiscal Affairs, Multi-Country Analysis of Existing Transfer Pricing Simplification Measures: 2012 Update tax-controversy-dispute-resolution/assets/pwc-oecd-
revised-safe-harbour-section.pdf

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 31


insidereview
dikeluarkan tidak sepadan dengan atas transaksi yang dilakukannya paling tepat diterapkan pada
besaran risiko yang ditanggung. akan diterima oleh otoritas pajak, transaksi dengan risiko rendah
Melalui penerapan safe harbour, dan minimnya kemungkinan dan diadopsi secara bilateral atau
kondisi tersebut dapat diminimalisir pemeriksaan. multilateral.
karena dibatasinya ruang lingkup 3. Otoritas pajak akan lebih fokus pada Mengacu pada laporan OECD
transaksi yang masuk dalam pemeriksaan transaksi yang berisiko mengenai survei penerapan
ketentuan safe harbour. di mana jumlah transaksinya berada penyederhanaan administrasi di
2. Memberikan kepastian bagi WP di luar threshold safe harbour. beberapa negara, terlihat bahwa
yang memenuhi persyaratan jika Dalam penerapannya, safe harbour ruang lingkup safe harbour biasanya
diterapkan secara terbatas hanya
pada transaksi tertentu atau jenis WP
tertentu, seperti : jasa dengan nilai
Gambar 2 – Ruang Lingkup Safe Harbour di Berbagai Negara tambah rendah (30%), pinjaman
(26%), WP usaha kecil dan menengah/
Lainnya UKM (22%), transaksi kecil (9%), dan
13% lainnya (13%).7 Lihat Gambar 2 untuk
lebih jelasnya.
Jasa dengan nilai
tambah rendah Sebagai contoh, transaksi yang
Transaksi 30% masuk ke dalam ruang lingkup safe
Kecil 9%
harbour dapat dilihat dalam Tabel 1.
Sebelumnya, konsep safe harbour
ini menuai kritikan karena secara
prinsip tidak terdapat suatu formula
perhitungan sederhana yang dapat
menangkap ataupun merefleksikan
UMKM 22% suatu kompleksitas dalam suatu
transaksi bisnis internasional.8
Pinjaman 26% Beberapa kelemahan yang mungkin
muncul dari penerapan safe harbour
antara lain:
1. Nilai yang ditentukan pada safe
Tabel 1 – Jenis Transaksi dalam Ruang Lingkup Safe Harbour harbour tidak mencerminkan prinsip
kewajaran atau ALP.
Jenis Transaksi Negara Ketentuan Safe harbour merupakan
Jasa dengan nilai Australia Jasa penunjang (non-core services) pertentangan antara penerapan ALP
tambah rendah dan kesederhanaan administrasi.
Pinjaman Australia Pinjaman hutang (loans) < USD 1.000.000 Sebagai contoh, memungkinkan
terjadi penyimpangan ALP ketika
Usaha kecil dan Australia Wajib Pajak dengan kriteria:
safe harbour diterapkan melalui
menengah
sejumlah ketentuan, namun secara
a. Laba kotor < AUD 250.000.000, atau
ALP, penerapan metode harus
b. Laba kotor > AUD 250.000.000, dan diterapkan berdasarkan kondisi
-- Transaksi afiliasi di luar negeri wajib pajak. Dalam aplikasinya
atas barang berwujud < AUD umumnya, safe harbour yang
150.000.000per tahun diterapkan bersifat opsional, WP
-- Transaksi afiliasi di luar negeri atas dapat memilih menggunakan aturan
penyediaan jasa < AUD 50 juta per umum ALP atau penerapkan safe
tahun harbour. Kondisi tersebut dapat
-- Transaksi afiliasi di luar negeri atas
barang tidak berwujud < AUD 10 7. Darussalam, Danny Septriadi, dan Bawono Kristiadji,
Transfer Pricing: Ide, Strategi dan Panduan Praktis
juta per tahun Perspektif Pajak Internasional (Jakarta: DANNY
Transaksi kecil India Nilai agregat dari transaksi afiliasi luar DARUSSALAM Tax Center)
8. Gareth Green, Transfer Pricing Manual (London: BNA
negeri < INR 10 Juta International, 2008) sebagaimana dikutip oleh Romi
Irawan dan Veronica Kusumawardani, “Perkembangan
Lainnya India Perbedaan antara ALP dan harga transfer Ranah Transfer Pricing Terkini” dalam Darussalam,
tidak melebihi dari persentase yang Danny Septriadi, dan Bawono Kristiadji, (eds) Transfer
ditentukan oleh otoritas pajak Pricing: Ide, Strategi dan Panduan Praktis Perspektif
Pajak Internasional (Jakarta: DANNY DARUSSALAM
Tax Center), 692

32 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidereview
menimbulkan kerugian tersendiri menerapkan safe harbour untuk mempengaruhi strategi penetapan
bagi sisi otoritas pajak. WP akan sejumlah tahun tertentu. harga atau laba korporasi. Sebagai
memilih aturan yang memberikan 2. Meningkatkan resiko adanya double transaksi yang melibatkan dua
keuntungan, antara penerapan taxation/double non taxation yurisdiksi, safe harbour dapat
ALP atau safe harbour. Untuk digunakan untuk mengurangi
itu, Section E merekomendasikan Dalam praktiknya, salah satu hutang pajak di suatu negara.
suatu bentuk pengendalian hal yang menjadi perhatian paling Penerapan safe harbour mendorong
dengan mengharuskan WP untuk penting adalah penerapan safe perusahaan multinasional untuk
memberitahu otoritas pajak sebelum harbour pada dunia internasional. melebihkan pendapatan pada
menggunakan atau berkomitmen Penerapan safe harbour dapat yurisdiksi dengan aturan safe

Tabel 2 – Jenis Transaksi dalam Ruang Lingkup Safe Harbour

Jenis Transaksi Rasio Safe Harbours


Jasa Intra-Group
1. Jasa pengembangan software (IT Development) Untuk transaksi dengan nilai < INR 5 Miliar (USD 82 Juta)
(contoh: aplikasi bisnis software dan pengembangan di tahun sebelumnya:
sistem informasi, penunjang sistem yang sudah ada, dan
lain sebagainya) •• Operating Profit Margin > 20% dari Operating
Expense
2. Jasa information technology enabled (ITES),
(contoh: back office operations, call center atau jasa Untuk transaksi dengan nilai > INR 5 Miliar (USD 82 Juta)
contact center, processing data, data mining, dan lain di tahun sebelumnya:
sebagainya) •• Operating Profit Margin > 20% dari Operating
Expense
3. Jasa Knowledge Processes Outsourcing (Jasa KPO Operating Profit Margin > 25% dari Operating Expense
(contoh: sistem geografis informasi, jasa human resources,
jasa engineering & design, dan lain sebagainya)
4. Kontrak Research & Development baik sepenuhnya Operating Profit Margin > 30% dari Operating Expense
maupun sebagian atas Pengembangan Software dengan
resiko yang tidak signifikan
(contoh: pengembangan teknologi informasi di level
sistem operasi, komunikasi software, dan lain sebagainya)
5. Kontrak Research & Development baik sepenuhnya Operating Profit Margin > 29% dari Operating Expense
maupun sebagian atas obat farmasi generik dengan
risiko tidak signifikan
Manufaktur Komponen Otomotif
6. Manufaktur dan ekspor komponen utama industri Operating Profit Margin > 12% dari Operating Expense
otomotif
7. Manufaktur dan ekspor komponen penunjang industri Operating Profit Margin > 8.5% dari Operating Expense
otomotif
Transaksi Intra-Group Financing oleh Perusahaan India yang mempunyai investasi di luar negeri
8. Pinjaman Intra-group kepada wholly owned subsidiary Tingkat suku bunga sama atau lebih besar dari base rate
(WOS) dimana jumlah pinjaman tersebut: di State Bank of India (SBI) tiap pada tanggal 30 Juni dari
tahun sebelumnya yang bersangkutan:
•• < INR 500 Juta (USD 8.2 Juta)
•• Plus 150 basis poin
•• > INR 500 Juta (USD 8.2 Juta)
•• Plus 300 basis poin
9. Corporate Guarantee Fee kepada wholly owned •• Commission Fee sebesar 2% atau lebih dari jumlah
subsidiary (WOS), dimana apabila jumlah yang yang dijaminkan.
dijaminkan sebesar:
•• Commission Fee sebesar 1.75% atau lebih dari jumlah
•• < INR 1 Miliar (USD 16.4 Juta) yang dijaminkan.
•• > INR 1 Miliar (USD 16.4 Juta) dan kredit rating
dari borrower yang terdaftar pada Securities and
Exchange Bond of India (SEBI) telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 33


insidereview
harbour yang lebih menguntungkan.Studi Komparatif pada Negara- Safe harbour tidak dapat
3. Sebagai alat dalam melakukan tax Negara yang Menerapkan Safe diterapkan pada jenis transaksi
planning, di mana WP akan memilah Harbour internasional kepada perusahaan
transaksi yang dilakukannya agar multinasional yang berlokasi di
Mekanisme safe harbour yang negara tertentu sebagaimana yang
masuk ke dalam kategori WP yang
diterapkan di banyak-negara bertujuan tertera dalam Section 94A ITA atau
mendapat fasilitas Safe Harbour.
untuk memberikan pengecualian dari di negara yang tanpa pengenaan
Jika safe harbour diterapkan untuk pemeriksaan TP dan untuk memberikan pajak ataupun dengan yang memiliki
transaksi "sederhana" atau "kecil", WP simplifikasi dalam penerapan metode tarif pajak rendah.
mungkin saja melakukan penyesuaian TP.
atau pemilahan agar transaksinya b. Singapura
Berikut ini adalah penjelasan
masuk ke dalam ranah transaksi Inland Revenue Authority of
tentang ketentuan safe harbour di
penerapan safe harbour. Pemilahan Singapore (IRAS) menerbitkan
beberapa negara yang menerapkan
tersebut dapat mengakibatkan peraturan mengenai safe harbour.
safe harbour: 9
transaksi tertentu yang mendapatkan Lihat Tabel 3 untuk deskripsinya.
perlakuan safe harbour yang mana a. India
transaksi tersebut tidak diantisipasi Dalam rangka untuk
sebelumnya oleh otoritas pajak ketika India, merupakan salah satu meminimalisir terjadinya pajak
safe harbour diterapkan. Tax planning negara yang dikenal di dunia berganda, ketika WP Singapura
dapat dilakukan melalui "Safe Harbour sebagai negara dengan pendekatan ingin menggunakan safe harbour,
Shopping" dengan mengarahkan agresif untuk transaksi TP, sehingga maka WP tersebut harus memiliki
transaksi tertentu ke negara-negara tak heran jika tingkat pemeriksaan dokumentasi yang mencakup
yang diidentifikasi memiliki aturan safe pajak di negara tersebut cukup deskripsi atas jasa yang diberikan,
harbour yang lebih menguntungkan. tinggi. Peraturan mengenai TP di alasan pemilihan metode untuk
Kekhawatiran ini sebagian besar India pertama kali diperkenalkan biaya alokasi, siapa saja pihak
dihindari dengan mengadopsi aturan pada tahun 2001, dan pada tahun afiliasi yang terlibat, manfaat yang
safe harbour secara bilateral atau 2009, konsep safe harbour rules diterima dari jasa yang diterima,
multilateral. diperkenalkan dalam Finance Act. dan detail penghitungan yang
Setelah penantian yang cukup digunakan.
4. Dapat menimbulkan isu dalam panjang, semenjak safe harbour
keadilan dan keseragaman Memang di Singapura, safe
diperkenalkan dalam Section 92CB harbour tidak diperlakukan sebagai
Dalam menerapkan aturan safe Indian Income Tax Act 1961 (ITA), suatu kewajiban yang harus
harbour, otoritas pajak sebaiknya akhirnya ketentuan yang mengatur dipatuhi dan belum pernah ada
melakukan penerapan safe harbour mengenai safe harbour diumumkan sengketa pajak di Singapura, baik
secara bilateral atau multilateral. pada tahun 2013. Lihat Tabel 2 yang menyatakan mendukung
Selain itu, pada Section E Revisi OECD untuk penjelasan mengenai jenis atau menolak penerapan dari
TP Guidelines mengenai safe harbour transaksi internasional yang masuk safe harbour. Namun, hal yang
menyebutkan bahwa perlu adanya ke dalam lingkup safe harbour di perlu diperhatikan adalah bahkan
kehati-hatian dalam penerapan safe India:10 sebelum adanya adaptasi Safe
harbour, sehingga wajib pajak yang Harbour Rules di Singapura,
sama akan mendapatkan perlakukan rasio 5% mark-up telah diakui
9. Ajit Kumar Jain. Is It Time to Anchor Intra Group
yang sama pula. Services in the Safe Harbour? International Trasfer oleh IRAS. Oleh karena itu, perlu
Pricing Journal, Volume 21 No.6 (October 2014)
10. Ibid.
diketahui apakah IRAS akan

Tabel 3 – Singapura

Tahun penerapan Safe Harbour 23 Februari 2009


Peraturan TP Guidelines untuk transaksi pinjaman dan jasa dengan pihak hubungan
istimewa
Lingkup Transaksi Jasa rutin sebagaimana yang tertera pada Lampiran A “TP Guidelines untuk
transaksi pinjaman dan jasa dengan pihak hubungan istimewa”. Aktivitas
yang diberikan oleh penyedia jasa ke pihak afiliasi, tidak boleh diberikan juga
kepada pihak ketiga.
Metode TP yang dipergunakan Cost plus method
Marjin Safe Harbour Biaya yang dikeluarkan untuk penyedia jasa ditambah 5% dari jasa rutin
sebagaimana yang tertera dalam Lampiran A “TP Guidelines untuk transaksi
pinjaman dan jasa dengan pihak hubungan istimewa”

34 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidereview
menerima penggunaan mark-up mengenai transaksi jasa inter- oleh penyedia jasa ke associated
jika kurang dari 5% oleh penyedia company, dimana WP dapat enterprise.
jasa di Singapura, apabila besaran memilih untuk menggunakan safe d. Selandia Baru
persentase tersebut telah ditentukan harbour (Lihat Tabel 4).
dengan tepat menggunakan analisis Semenjak penerapan safe Ketentuan tentang safe harbour
TP yang sesuai. harbour di Australia, sebagaimana di Selandia Baru IRD bertujuan
c. Australia tercantum dalam TR 1999/1, untuk meminimalisir biaya
dengan demikian menjadi hal yang kepatuhan, terutama apabila hal
Australian Taxation Office penting bagi WP untuk menentukan tersebut dapat dilakukan tanpa
(ATO) menerbitkan peraturan aktivitas jasa yang dapat dibiayakan menggunakan ALP. Inland Revenue
khusus perpajakan yaitu Taxation dan yang tidak dapat dibiayakan Department (IRD), otoritas pajak
Ruling (TR) 1999/1 yang mengatur dari seluruh jasa yang diberikan Selandia Baru, mengusulkan untuk

Tabel 4 – Australia

Tahun penerapan Safe Harbour Januari 2000


Peraturan Paragraf 557 – 567 pada Inland Revenue Transfer Pricing Guidelines
•• Jasa Penunjang (non-core services)
•• Aktivitas ini merupakan aktivitas yang tidak integral dengan laba yang
dihasilkan atau secara ekonomis tidak mempengaruhi aktivitas grup
Lingkup Transaksi
secara signifikan.
•• Batasan yang ditentukan atas biaya untuk jasa intra-grup adalah sebesar
NZD 600,000
Metode TP yang dipergunakan Cost plus method
•• Penerima jasa intra grup: dengan actual charge dan cost plus 7.5% - 10%
Marjin Safe Harbour
•• Penyedia jasa intra-grup: dengan actual charge dan cost plus 5% - 7.5%

Tabel 5 – Selandia Baru

Tahun penerapan Safe Harbour 1999


Peraturan Taxation Ruling 1999/1
•• Jasa Penunjang (non-core services)
Aktivitas jasa ini merupakan aktivitas yang tidak integral dengan laba yang
dihasilkan atau secara ekonomis tidak mempengaruhi secara signifikan
pada aktivitas grup multinasional. Wajib Pajak tetap harus menyiapkan
dokumentasi yang menjelaskan aktivitas jasa tersebut termasuk kedalam
kategori non-core services.
Lingkup Transaksi Contoh aktivitas ini adalah jasa administrasi, jasa personel, skema
manajemen remunerasi dan aktivitas overhead lainnya.
•• Kasus De minimis (De minimis cases)
Safe Harbour akan dapat diaplikasikan di situasi ini jika total biaya
langsung dan tidak langsung yang disediakan atau diperoleh atas jasa
intra-grup, relatif kecil yaitu kurang dari AUD 500,000 pada tahun akan
digunakannya safe harbor.
Metode TP yang dipergunakan Cost plus method
•• Penerima jasa intra-group: dengan actual charge dan cost plus 7.5%-10%
Marjin Safe Harbour
•• Penyedia jasa intra-group: dengan actual charge dan cost plus 5%-7.5%

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 35


insidereview
mengikuti (mengacu pada batasan beberapa sengketa antara WP Memang dalam penerapannya,
yang ditentukan atas biaya jasa dengan otoritas pajak, terkait safe harbour memiliki kelebihan dan
intra-grup) praktik administrasi yang kekeliruan dalam menginterpretasi. kelemahan. Demikian juga dalam
dilakukan di ATO untuk transaksi Dalam penerapan safe harbour yang adopsi dan penerapannya, safe
jasa. Deskripsinya dapat dilihat di menjadi salah satu perhatian adalah harbour harus mendapat pertimbangan
Tabel 5. perlunya keterlibatan otoritas pajak serius. Meski demikian, aturan ini tidak
Dengan adanya ketentuan negara lain untuk menentukan kebijakan boleh dikesampingkan dari aturan TP
mengenai safe harbour seperti yang TP pada perusahaan yang memilih suatu negara. Aturan tersebut harus
telah dijelaskan pada tabel diatas, menggunakan safe harbour. Hal ini disertai dengan perjanjian bilateral
maka jika semua perusahaan digunakan untuk mengidentifikasikan atau multilateral untuk menghindari
yang merupakan bagian dari transaksi yang berpotensi menimbulkan timbulnya konflik pajak internasional.
grup perusahaan multinasional ketidakkonsistenan dengan ALP. Selain itu, penerapan safe harbour
bermaksud untuk mengikuti Kegagalan akan hal tesebut dapat harus sejalan dengan penerapan ALP.
berdasarkan praktik administrasi memicu terjadinya transfer laba dari Dengan demikian, penerapan
yang ada, maka perusahaan- negara yang menggunakan ALP kepada safe harbour dapat meningkatkan
perusahaan tersebut harus negara yang menyediakan fasilitas safe tingkat kepatuhan WP, meningkatkan
menggunakan mark-up yang sama harbour. fleksibilitas, dan memberikan
atas jasa yang disediakan maupun kepastian tanpa menimbulkan pajak
diperoleh dari associated enterprise Rekomendasi berganda ketika aturan tersebut tidak
yang berada di negara yang sama. diterapkan secara seragam di kedua
Melihat pada seluruh penjelasan
Salah satu tantangan utama negara. Selain itu, aturan safe harbour
di atas, penerapan safe harbour
dalam pengadaptasian safe harbour seharusnya hanya memainkan peran
merupakan salah satu langkah yang
rules di Selandia Baru adalah terkait terbatas pada transaksi TP atau pada
perlu disambut baik oleh negara-
dengan penginterpretasian antara transaksi-transaksi tertentu karena
negara dalam rangka mengurangi atau
jasa utama dan jasa penunjang kelemahannya. IT

meminimalisir kasus litigasi TP dan


(core & non-core services). Hal untuk membangun atmosfir pajak yang
ini seringkali mengarahkan kepada lebih baik.

“D alam penerapan safe harbour


yang menjadi salah satu perhatian
adalah perlunya keterlibatan
otoritas pajak negara lain untuk menentukan
kebijakan TP pada perusahaan yang memilih
menggunakan safe harbour.”

36 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


RUMAH KEPEMIMPINAN

KONKRETPRENEUR
SEMINAR WIRAUSAHA | BAZAAR | KOMPETISI BISNIS | DOORPRIZE
Rebut HADIAH PULUHAN JUTA rupiah & dan DOORPRIZE Laptop, Smartphone, Dinar ,dll

Auditorium Fakultas Hukum UI, Depok | 25 April 2015

BATCH 1
Langkah Konkret
Bisnis Beromzet
Ratusan Juta -
Milyar Rupiah Ibnu Riyanto Gibran Huzaifah Andreas Senjaya Sigit Susilo Achmad Ferdiansyah
CEO Trusmi group CEO Cybreed CEO Badr Interactive Owner Mr. Brown.Co Founder Smart Stove
Green Flame

Auditorium Fakultas Hukum UI, Depok | 23 Mei 2015

BATCH 2
Sukses E-Commerce dan
Digital Marketing
Hasnul Suhaimi Achmad Dzaky Diajeng Lestari M. Maula Nurudin
CEO XL CEO bukalapak.com CEO hijup
. com Digital Strategic Afrakids

Auditorium Fakultas Hukum UI, Depok | 24 Mei 2015

BATCH 3
Social Entrepreneur,
Solusi Konkret
Mengatasi Kemiskinan Bayu Krisnamurthi Alfi Irfan Tatiek Kancaniati Goris Mustaqim
Komisaris PGN CEO AgriSocio FOUNDER tegal waru Founder Asgar
kreatif Foundation

Pendaftaran & Info lebih lanjut


konkretpreneur.com
Contact person
08996640040 (Fatin/Info Peserta) | 085966688186 (Diani/Info Bazaar & Sponsor)
insideevent

BelajarTax Treaty
di Kota Paris Van Java

S
ebagai pemimpin dalam industri kini melangkah menuju life science PT Bio Farma dengan berbagai lembaga
vaksin di Indonesia, PT Bio company yang berstandar internasional nasional maupun internasional, bahkan
Farma menjadi salah satu sehingga mampu bersaing di pasar turut berperan aktif sebagai President
andalan pemerintah dalam upaya global. Hal ini dibuktikan dengan Developing Countries Vaccine
mempersiapkan generasi yang sehat kepercayaan yang diberikan oleh Manufacturers Network.
dan bebas dari penyakit menular atau organisasi kesehatan dunia (WHO) Sejalan dengan upaya PT Bio Farma
mematikan. Dengan pengalaman kepada PT Bio Farma untuk memenuhi untuk memperluas jaringan distribusi
selama 125 tahun berkecimpung kebutuhan vaksin di lebih dari 127 di luar negeri dan juga meningkatnya
dalam industri vaksin, PT Bio Farma negara dan juga kerjasama yang dijalin kerjasama internasional dalam berbagai

38 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideevent

Beberapa peserta IHT, Bandung

kegiatan penelitian dan pengembangan pemahaman mendalam bagi sumber Afandi (Manager of Tax Compliance
serta produksi yang dijalin dengan daya manusia di PT Bio Farma dalam & Litigation Services) kepada peserta
lembaga-lembaga internasional, PT Bio mengaplikasikan Tax Treaties. yang berhasil memberikan pertanyaan
Farma mendapat tantangan untuk tetap Rangkaian acara IHT berjalan dan jawaban terbaik. Kemudian,
mematuhi ketentuan perpajakan. Oleh dengan antusias. Para peserta disuguhi pada hari kedua penyelenggaraan
karena itu, PT Bio Farma bekerjasama oleh materi aplikasi Tax Treaties yang IHT, Direktur Keuangan Bio Farma
dengan DANNY DARUSSALAM Tax disesuaikan dengan kebutuhan bisnis memberikan sambutan penutup
Center (DDTC) mengadakan kegiatan PT Bio Farma. Sebagai pemanis IHT, penyelenggaraan IHT ini dan diakhiri
In-House Training (IHT) tentang berbagai hadiah seperti buku, USB, dengan foto bersama peserta dan
“Konsep dan Aplikasi Tax Treaties” dan makanan ringan berupa coklat, pembicara. Tidak lupa, PT Bio Farma
pada hari Selasa dan Rabu (21-22 April dibagikan oleh tim pembicara dari DDTC dan DDTC saling memberikan apresiasi
2015) di kota tempat terselenggaranya yaitu, Ganda Christian Tobing (Senior melalui penyerahan plakat secara
Konferensi Asia Afrika (KAA), Bandung. Manager International Tax/Research simbolis.
IT

IHT ini bertujuan untuk memberikan and Training Services) dan Romy -Dienda Khairani-

Penyerahan Plakat secara simbolis oleh Romi Afandi kepada Direktur Keuangan PT Bio Farma

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 39


insidecourt

SENGKETA PENENTUAN SAAT


TERUTANG PPN ATAS EKSPOR
salah satu objek pajak PPN, yang memenuhi kapasitas kargo kapal. Pada
mana atas penyerahan ekspor tersebut saat jumlah barang telah memenuhi
wajib dibuatkan Pemberitahuan Ekspor kapasitas kargo kapal, barang baru
Barang (PEB) yang kedudukannya dapat diangkut ke dalam kapal
dipersamakan dengan Faktur Pajak. pengangkut dan barulah diterbitkan
Transaksi ekspor tidaklah semudah B/L. Dengan melihat mekanisme ekspor
dan sesederhana transaksi jual-beli tersebut, bisa saja terjadi kemungkinan
biasa. Agar dapat melakukan ekspor, tanggal yang tertera pada PEB akan
diperlukan proses yang cukup panjang. berbeda dengan tanggal yang tertera
Salah satu proses yang harus dilalui pada B/L.
RIYHAN JULI ASYIR adalah mengangkut barang yang akan Dalam praktiknya, sering terjadi
diekspor ke dalam kapal pengangkut. perbedaan pendapat mengenai
Specialist (Tax Compliance & Bukti yang akan diperoleh oleh eksportir pelaporan PEB. Ada yang menganggap
Litigation Services) di atas barangnya yang diangkut ke dalam PEB baru dapat dilaporkan pada
DANNY DARUSSALAM kapal disebut dengan Bill of Lading saat telah diterbitkan B/L, dan ada
Tax Center (B/L). Namun, terkadang barang yang juga yang berpendapat PEB harus
akan diekspor tidak akan langsung dilaporkan pada masa yang tertera di
dapat diangkut ke dalam kapal apabila tanggal PEB tanpa perlu menunggu B/L
barang yang diekspor tidak memenuhi terbit. Perbedaan tersebut terjadi akibat

S
alah satu instrumen kebijakan kapasitas kargo kapal, atau biasa perbedaan penafsiran dari masing-
fiskal dalam mendukung kegiatan disebut dengan istilah ekspor Less than masing pihak terhadap peraturan
ekspor adalah dengan pengenaan Container (LCL). perundang-undangan pajak yang
tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Mekanisme LCL yang dimaksud berlaku.
sebesar 0% atas ekspor Barang Kena adalah dengan mengirimkan barang Dalam tulisan ini, penulis mengkaji
Pajak (BKP) berwujud, ekspor BKP yang akan diekspor kepada konsolidator putusan Pengadilan Pajak yang
tidak berwujud, dan ekspor Jasa Kena untuk dapat digabungkan dengan memutus sengketa terkait perbedaan
Pajak (JKP). Penyerahan ekspor adalah barang lain yang sejenis sehingga masa penerbitan PEB dan B/L yang

40 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidecourt
berdampak pada kapan waktu yang bulan penerbitan B/L akan berbeda tersebut kepada Pengadilan Pajak
tepat dilakukannya pelaporan PEB. dengan tanggal dan bulan penerbitan
Putusan Pengadilan Pajak yang menjadi PEB. Putusan Pengadilan Pajak
kajian InsideCOURT kali ini adalah Penggugat melaporkan SPT Masa Dari Putusan Majelis Hakim dalam
Putusan Pengadilan Pajak Nomor PPN dengan status lebih bayar dan Putusan Pengadilan Pajak Nomor
Put. 56322/PP/M.XVB/99/2014 yang meminta untuk dilakukan restitusi. Put. 56322/PP/M.XVB/99/2014,
diputus pada tanggal 22 Oktober 2014. Atas SPT Masa PPN yang disampaikan Majelis Hakim mengabulkan seluruh
Penggugat yang menyatakan lebih gugatan Penggugat berdasarkan hasil
Fakta Kasus bayar tersebut, kemudian dilakukan pemeriksaan dan fakta-fakta yang
Penggugat dalam putusan ini pemeriksaan pajak. Berdasarkan disajikan di persidangan. Majelis Hakim
adalah perusahaan yang bergerak hasil pemeriksaan pajak, Tergugat berpendapat, aktivitas yang dilakukan
di bidang industri sepatu olahraga menerbitkan Surat Ketetapan Pajak oleh Penggugat dengan melaporkan
dengan orientasi ekspor. Lokasi Lebih Bayar (SKPLB) PPN Barang dan PEB yang berfungsi sebagai Faktur
kegiatan usaha Penggugat berada di Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Pajak setelah dilengkapi dengan
Kawasan Berikat sehingga Penggugat beserta dengan Surat Tagihan PPN B/L telah sesuai dengan ketentuan
memperoleh fasilitas Kawasan Barang dan Jasa. Tergugat mengenakan perundang-undangan yang berlaku.
Berikat. Untuk melakukan kegiatan sanksi berdasarkan Pasal 14 ayat (4) Dengan demikian pengenaan sanksi
ekspor, setiap pengeluaran BKP yang Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 yang dilakukan oleh Tergugat sebagai
dilakukan Penggugat dari Kawasan tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara akibat keterlambatan pelaporan Faktur
Berikat, wajib dibuatkan PEB, faktur Perpajakan (UU KUP) dan kemudian Pajak menjadi batal dan tidak dapat
penjualan (invoice), dan packing list. menerbitkan Surat Tagihan Pajak dipertahankan.
Pelaporan atas penjualan ekspor pada (STP) PPN dengan alasan Penggugat
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa terlambat melaporkan PEB yang Komentar
PPN dilakukan Penggugat setelah menurut Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-10/PJ./2010 Merujuk pada dasar hukum
mendapatkan B/L dari perusahaan
juncto. PER-67/PJ./2010, merupakan yang digunakan oleh Majelis Hakim
pengangkutan dan konsolidator karena
dokumen yang dipersamakan dengan Pengadilan Pajak, serta pendapat yang
Penggugat menggunakan mekanisme
Faktur Pajak. diutarakan Majelis Hakim Pengadilan
ekspor LCL.
Pajak dalam memutuskan sengketa,
Sebagai informasi, terdapat dua Tergugat berpendapat bahwa PEB maka fokus penulis dalam analisis
mekanisme pengangkutan barang yang telah diberikan persetujuan ekspor putusan ini adalah mengkaji lebih
untuk kegiatan ekspor yaitu ekspor Full oleh pejabat yang berwenang dari lanjut dasar hukum yang digunakan
Container (FCL) dan LCL. Apabila suatu Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Majelis Hakim Pengadilan Pajak
perusahaan melakukan ekspor FCL, Cukai dan dilampiri dengan invoice yang dalam menentukan kapan sebenarnya
maka BKP yang diekspor akan dapat merupakan satu kesatuan yang tidak pelaporan PEB dilakukan untuk
langsung dimuat di kapal sehingga terpisahkan dengan PEB merupakan memutuskan sengketa, yaitu Pasal 11
B/L akan dapat segera diterbitkan oleh dokumen yang kedudukannya Undang-Undang No. 42 Tahun 2009
perusahaan pengangkutan. dipersamakan dengan Faktur Pajak tentang Pajak Pertambahan Nilai (UU
yang wajib dibuat oleh Pengusaha Kena PPN) dan Pasal 2 ayat (2) Undang-
Apabila suatu perusahaan
Pajak (PKP) atas ekspor BKP berwujud. Undang No. 17 Tahun 2006 tentang
melakukan ekspor LCL, maka
Menurut Tergugat, karena Penggugat Kepabeanan (UU Kepabeanan).
mekanismenya adalah BKP yang akan
melaporkan PEB tidak sesuai dengan
diekspor terlebih dahulu dikirimkan Pasal 11 UU PPN berbunyi:
masa penerbitannya, maka layak untuk
ke konsolidator untuk digabungkan
dikenakan sanksi denda berdasarkan “Terutangnya pajak terjadi pada
dengan produk merek sejenis dari
Pasal 14 ayat (4) UU KUP. saat: ... c. Ekspor Barang Kena Pajak
pabrik-pabrik lain sehingga adanya
Oleh karena hal tersebut, Penggugat Berwujud;”
penggabungan tersebut akan memakan
waktu hingga lebih dari sebulan. mengajukan permohonan pembatalan Lebih lanjut diperjelas dengan
Selanjutnya, dengan adanya proses STP PPN. Untuk menjawab Pasal 2 ayat (2) UU Kepabeanan yang
penggabungan demikian tersebut, permohonan yang diajukan Penggugat, menyatakan bahwa:
maka B/L atas BKP tersebut baru akan Tergugat menerbitkan keputusan “Barang yang dimuat di Sarana
diterbitkan ketika proses penggabungan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Pengangkut untuk dikeluarkan dari
tersebut selesai dan seluruh produk berdasarkan Pasal 36 ayat (1) huruf c di Daerah Pabean dianggap telah
siap dikirim. Selain itu, pada saat mana bunyi keputusan tersebut adalah diekspor dan dianggap sebagai barang
barang telah selesai digabungkan dan menolak permohonan pengurangan ekspor”
siap diekspor, konsolidator juga akan atau pembatalan STP yang diajukan
oleh Penggugat serta mempertahankan Berdasarkan fakta persidangan dan
membuat Pemberitahuan Konsolidasi
jumlah pajak yang masih harus dibayar dasar hukum yang digunakan Majelis
Barang Ekspor (PKBE). Dengan adanya
dalam STP PPN. Penggugat kemudian Hakim untuk memutuskan sengketa,
mekanisme ekspor LCL ini, maka
mengajukan gugatan atas keputusan timbul pertanyaan: apakah pelaporan
terdapat kemungkinan tanggal dan

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 41


insidecourt
atas kegiatan ekspor, serta apa saja mengatur lebih lanjut mengenai saat
dokumen yang disyaratkan dalam terjadinya ekspor BKP. Oleh karenanya,
hukum pajak untuk dapat melakukan ketentuan mengenai saat terjadinya
kegiatan ekspor. ekspor dapat merujuk pada peraturan
Dalam Pasal 1 angka 11 UU PPN khusus lainnya. Dalam hal ini,
disebutkan bahwa: ketentuan mengenai saat terjadinya
ekspor ini, diatur sangat jelas dalam
”Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud UU Kepabeanan, tepatnya pada Pasal 2
adalah setiap kegiatan mengeluarkan ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut:
Barang Kena Pajak Berwujud dari
”Barang yang dimuat di Sarana

“S
dalam Daerah Pabean ke luar Daerah
Pabean.” Pengangkut untuk dikeluarkan dari
aat Daerah Pabean dianggap telah
terutangnya Lebih lanjut, dalam Pasal 1 diekspor dan dianggap sebagai barang
angka 14 UU Kepabeanan, ekspor ekspor.”
PPN
didefinisikan sebagai berikut:
atas ekspor Berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat
BKP berwujud ”Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan (2) UU Kepabeanan di atas, maka jelas
barang dari daerah pabean.”
adalah saat ketika barang yang akan diekspor telah
BKP berwujud Berdasarkan ketentuan di atas, dimuat di sarana pengangkutan dan
maka yang disebut dengan kegiatan siap dikeluarkan dari Daerah Pabean,
tersebut telah
ekspor BKP berwujud adalah kegiatan maka saat itulah barang dianggap
dimuat di sarana mengeluarkan BKP berwujud tersebut telah diekspor dan atas barang tersebut
pengangkut untuk dari dalam Daerah Pabean ke Luar disebut sebagai barang ekspor. Oleh
dikeluarkan dari Daerah Pabean. Dengan demikian, karenanya dapat disimpulkan bahwa
Daerah Pabean, suatu BKP berwujud dapat dikatakan saat terjadinya ekspor adalah saat
yang mana diekspor apabila BKP tersebut telah barang yang akan diekspor tersebut
dikeluarkan dari Daerah Pabean. Hal dimuat di sarana pengangkut.
hal tersebut
ini sebagaimana disebutkan dalam Untuk meyakini bahwa barang
dibuktikan Pasal 17 ayat (8) Peraturan Pemerintah yang akan diekspor telah benar-benar
dengan adanya Nomor 1 Tahun 2012 tentang dimuat di sarana pengangkutan, maka
B/L.” Pelaksanaan UU PPN sebagai berikut: diperlukan dokumen khusus yang dapat
”Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud membuktikan hal tersebut. Dokumen
sebagaimana dimaksud pada ayat yang menjadi bukti telah dimuatnya
(1) huruf f terjadi pada saat Barang barang ekspor ke sarana pengangkut
Kena Pajak dikeluarkan dari Daerah adalah dokumen pengangkutan.
Pabean.” Dalam kasus ini, karena pengangkutan
dilakukan melalui angkutan laut, maka
Bahwa penentuan saat terjadinya
dokumen pengangkutan yang menjadi
ekspor BKP sangat berhubungan dengan
bukti bahwa BKP memang benar-benar
penentuan kapan PPN terhutang atas
PEB yang dilakukan oleh Penggugat telah diekspor oleh Penggugat adalah
kegiatan ekspor BKP tersebut. Hal ini
pada masa diterbitkannya B/L telah B/L.
sebagaimana disebutkan dalam Pasal
sesuai dengan ketentuan peraturan 11 UU PPN sebagai berikut: B/L adalah dokumen yang berfungsi
perundang-undangan yang berlaku atau sebagai:
”Terutangnya pajak terjadi pada saat:
tidak? Berikut adalah analisis penulis
-- Tanda terima bahwa barang telah
atas pertanyaan tersebut: ...
dimuat di dalam sarana pengangkut
Pokok sengketa ini adalah c. Ekspor Barang Kena Pajak (kapal);
mengenai waktu pelaporan PEB Berwujud”. -- Bukti kepemilikan barang; dan
atas kegiatan ekspor yang dilakukan Dengan demikian, penentuan kapan -- Bukti adanya kontrak atau perjanjian
Penggugat. Menurut Tergugat, terdapat terjadinya ekspor BKP berwujud sangat pengangkutan barang melalui laut.
keterlambatan atas pelaporan PEB penting dalam menentukan kapan
yang dilakukan Penggugat sehingga Dengan demikian, Pengusaha
terutangnya PPN atas ekspor BKP
atas keterlambatan tersebut Penggugat Kena Pajak (PKP) yang melakukan
berwujud tersebut. Atau dengan kata
dikenakan sanksi administrasi yang ekspor baru diyakini telah benar-benar
lain, saat terutangnya PPN atas ekspor
ditagihkan melalui STP. melakukan ekspor BKP apabila PKP
BKP berwujud ditentukan pada saat
tersebut telah memiliki B/L, karena B/L
Waktu yang tepat untuk melaporkan BKP berwujud tersebut dikeluarkan
tersebut membuktikan ekspor benar-
PEB dapat diketahui apabila telah dari Daerah Pabean.
benar telah terjadi.
memahami apa definisi dari kegiatan Pada dasarnya, ketentuan dalam
ekspor, apa yang menjadi objek PPN Berdasarkan penjelasan di atas,
Undang-Undang Perpajakan, tidak

42 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidecourt
Gambar 1 – Penjelasan tentang Saat faktur penjualan, dan packing list saja, sebenarnya atau sesungguhnya, yaitu
Terutangnya PPN atas Ekspor BKP ternyata belum dapat membuktikan saat ekspor benar-benar telah terjadi.
bahwa kegiatan ekspor memang benar- Dari penjelasan di atas, dapat ditarik
Pasal 1 angka 11 UU PPN benar telah terjadi. Dengan demikian, kesimpulan bahwa pelaporan PEB
sangat tidak mungkin bagi Penggugat yang dilakukan oleh Penggugat yang
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
untuk melaporkan kegiatan ekspornya dilengkapi dan menggunakan tanggal
adalah:
Setiap kegiatan mengeluarkan Barang ketika B/L yang menjadi bukti utama B/L telah sesuai dengan ketentuan
Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah bahwa ekspor benar telah terjadi, belum peraturan perundang-undangan
Pabean ke luar Daerah Pabean didapatkan oleh Penggugat karena yang berlaku di Indonesia, baik dari
dengan tidak adanya B/L tersebut sisi perpajakan maupun dari sisi
Pasal 1 angka 14 UU Kepabeanan kebenaran atas kegiatan ekspor yang kepabeanan. Dengan demikian, tidak
dilakukan Penggugat belum dapat ada keterlambatan pelaporan PEB yang
Ekspor adalah: dibuktikan secara nyata. terjadi sebagaimana pendapat Tergugat
Kegiatan mengeluarkan barang dari
daerah pabean Dalam Pasal 13 ayat (9) UU PPN di dalam sengketa ini.
dan Penjelasannya disebutkan bahwa:
Pasal 11 UU PPN “(9) Faktur Pajak harus memenuhi Penutup
persyaratan formal dan material.” Ketentuan mengenai saat
Terutangnya pajak terjadi pada saat: ... terutangnya PPN dan waktu pelaporan
c. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Lebih lanjut, Penjelasan dari Pasal
13 ayat (9) UU PPN menyatakan PEB yang tepat agar memenuhi
bahwa: ketentuan sebagaimana diatur di dalam
Pasal 2 ayat (2) UU Kepabeanan ketentuan pajak maupun kepabeanan
“Faktur Pajak atau dokumen tertentu
sebenarnya sudah sangat jelas, yaitu
Barang yang dimuat di Sarana Pengangkut yang kedudukannya dipersamakan
pada masa terbitnya B/L sebagai
untuk dikeluarkan dari Daerah Pabean dengan Faktur Pajak memenuhi
dianggap telah diekspor dan dianggap dokumen yang harus disertakan
persyaratan material apabila berisi
sebagai barang ekspor bersama PEB. Hal ini terbukti dari hasil
keterangan yang sebenarnya atau
putusan dan pertimbangan hakim pada
sesungguhnya mengenai penyerahan
Dokumen yang Putusan Pengadilan yang telah memiliki
Barang Kena Pajak dan/atau
membuktikan kekuatan hukum tetap yang dibahas
penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor
oleh penulis pada InsideCOURT kali ini.
Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
BILL OF LADING (B/L) Walaupun demikian, faktanya sampai
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,
saat ini masih terdapat kasus serupa
Ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang
yang sedang berjalan di Pengadilan
Kena Pajak, atau pemanfaatan Jasa
Pajak. Hal ini membuktikan bahwa
Kena Pajak dan pemanfaatan Barang
1. Dokumen yang menjadi bukti kepastian hukum di Indonesia masih
Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
telah dimuatnya barang ekspor ke sangat lemah.
Daerah Pabean di dalam Daerah
sarana pengangkut; Pabean.” Selain itu, jika ketentuan terkait
2. Dokumen yang membuktikan bagaimana dan kapan waktu yang
Berdasarkan ketentuan di atas,
ekspor benar telah terjadi; tepat dalam pelaporan PEB sudah
maka PEB baru memenuhi persyaratan
sangat jelas dan otoritas pajak
3. Dokumen yang menunjukkan saat material apabila PEB tersebut berisi
menjalankan ketentuan itu dengan
terutangnya PPN. keterangan yang sebenarnya atau
benar, maka hal ini akan mendorong
sesungguhnya mengenai ekspor
semakin banyaknya pelaku usaha yang
BKP. Untuk membuktikan PEB yang
melakukan kegiatan ekspor yang pada
maka saat terutangnya PPN atas diterbitkan Penggugat telah berisi
akhirnya akan berdampak langsung
ekspor BKP berwujud adalah saat keterangan yang sebenarnya atau
pada perbaikan ekonomi Indonesia
BKP berwujud tersebut telah dimuat di sesungguhnya mengenai ekspor BKP
secara makro maupun mikro. IT

sarana pengangkut untuk dikeluarkan yang dilakukan Penggugat, salah


dari Daerah Pabean, yang mana hal satunya dibuktikan dengan adanya
tersebut dibuktikan dengan adanya B/L karena dokumen pengangkutan
B/L. Dengan demikian, tanpa adanya ini membuktikan dengan jelas bahwa
B/L maka ekspor BKP berwujud belum ekspor benar-benar telah terjadi.
dapat diyakini benar-benar telah terjadi. Dengan demikian, dilakukannya
pelaporan PEB ketika Penggugat telah
Pada faktanya, PEB yang telah menerima B/L sebagai bukti barang
didukung oleh B/L adalah dokumen telah dimuat di sarana pengangkutan,
yang dipersamakan dengan Faktur Pajak menunjukkan dengan jelas bahwa
yang telah memenuhi syarat formal Penggugat melaporkan kegiatan
dan material. Adanya dokumen PEB, ekspornya sesuai dengan kejadian yang

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 43


insideregulation

Kesempatan
Menghapus
Sanksi
Administrasi
Surat Ketetapan Pembetulan, Surat administrasi berupa bunga sesuai
Ketetapan Keberatan, Putusan Banding PMK-29 akan diberikan kepada WP
atau Putusan Peninjauan Kembali akan yang melunasi utang pajaknya sebelum
dikenai sanksi adminstrasi berupa tanggal 1 Januari 2016. Sedangkan
bunga sebesar 2% per bulan untuk utang pajak yang dimaksud adalah
seluruh masa dihitung dari tanggal utang pajak yang timbul sebelum
jatuh tempo sampai dengan tanggal tanggal 1 Januari 2015.
pelunasan atau tanggal diterbitkannya Pasal 3 dalam PMK-29 mengatur
Surat Tagihan Pajak (STP). ketentuan dan persyaratan yang
Pada tanggal 13 Februari 2015, harus dilengkapi oleh WP agar bisa
CINDY MIRANTI Pemerintah menetapkan Peraturan mendapatkan penghapusan sanksi
Menteri Keuangan Republik Indonesia bunga.
Mahasiswa Program Nomor 29/PMK.03/2015 Tentang Pertama, WP harus menyampaikan
Sarjana Ilmu Administrasi Penghapusan Sanksi Administrasi surat permohonan kepada Direktur
Fiskal, Universitas Indonesia Bunga yang Terbit Berdasarkan Pasal Jenderal (Dirjen) Pajak. Permohonan
19 Ayat (1) Undang-Undang Nomor penghapusan sanksi administrasi
6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan tersebut harus memenuhi 2 (dua)
Umum dan Tata Cara Perpajakan

S
ketentuan, yaitu:
anksi administrasi perpajakan Sebagaimana Telah Beberapa Kali
berupa pengenaan denda, Diubah Terakhir dengan Undang- 1. Utang pajak telah dilunasi oleh WP;
kenaikan, atau bunga dikenakan Undang Nomor 16 Tahun 2009 dan
kepada Wajib Pajak (WP) karena (selanjutnya disebut sebagai PMK-29). 2. Terdapat sisa sanksi administrasi
ketidakpatuhannya dalam memenuhi Kebijakan ini dibuat sebagai usaha dalam STP yang belum dibayar oleh
kewajiban administrasi perpajakan. meningkatkan penerimaan negara WP.
Berdasarkan pasal 19 ayat (1) Undang- dengan jalan memberikan stimulus
Kemudian, selain dua ketentuan
Undang Ketentuan Umum dan Tata berupa penghapusan sanksi bunga
tersebut, permohonan penghapusan
Cara Perpajakan (UU KUP), WP yang bagi WP dengan harapan WP segera
sanksi yang akan diajukan juga harus
terlambat melunasi jumlah pajak yang melunasi utang pajaknya.
memenuhi beberapa persyaratan
masih harus dibayar berdasarkan Surat
sebagai berikut:
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Penghapusan Sanksi
atau Surat Ketetapan Pajak Kurang 1. Satu permohonan untuk 1 (satu)
Bayar Tambahan (SKPKBT), serta Fasilitas penghapusan sanksi STP, kecuali dalam hal atas SKPKB

44 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideregulation
atau SKPKBT, Surat Keputusan dapat diberikan Ditjen Pajak atas Surat Penghapusan Sanksi Secara
Pembetulan, Surat Keputusan Permohonan Penghapusan Sanksi Jabatan
Keberatan, Putusan Banding atau Administrasi yang diajukan oleh WP,
Putusan Peninjauan Kembali yaitu: Pasal 6 PMK-29 mengatur
diterbitkan lebih dari 1 (satu) STP, bahwa selain melalui permohonan,
1. Ditjen Pajak menyampaikan penghapusan sanksi administrasi
maka 1 (satu) permohonan dapat Surat Pengembalian Permohonan
diajukan untuk lebih dari 1 (satu) berupa bunga juga dapat dilakukan
Penghapusan Sanksi Administrasi secara jabatan. Hal ini dapat dilakukan
STP;
Dalam Pasal 4 ayat (2) Ditjen Pajak apabila:
2. Diajukan secara tertulis dalam PMK-29 disebutkan bahwa
bahasa Indonesia; a. WP telah mengajukan 2 (dua) kali
permohonan akan dikembalikan permohonan penghapusan sanksi
3. Melampirkan bukti pelunasan uang apabila tidak memenuhi ketentuan administrasi; atau
pajak berupa Surat Setoran Pajak dan persyaratan permohonan
atau sarana administrasi lain yang penghapusan sanksi administrasi b. WP telah mengajukan permohonan
dipersamakan dengan Surat Setoran yang terdapat dalam Pasal 3 pengurangan atau penghapusan
Pajak; PMK-29. Setelah mendapatkan sanksi administrasi, tetapi jangka
Surat Pengembalian Permohonan waktu 3 (tiga) bulan untuk pengajuan
4. Disampaikan ke Kantor Pelayanan kedua kali telah terlampaui; dan
Pajak tempat WP terdaftar; dan Penghapusan Sanksi Administrasi,
WP masih dapat mengajukan c. Permohonan penghapusan sanksi
5. Ditandatangani oleh WP dan kembali permohonan penghapusan administrasi yang diajukan WP telah
dalam hal surat permohonan sanksi, kecuali WP telah memenuhi ketentuan yang berlaku.
ditandatangani bukan oleh WP, mengajukan permohonan sebanyak
surat permohonan tersebut harus 2 kali dan/atau jangka waktu 3 Komentar
dilampiri dengan surat kuasa (tiga) bulan untuk permohonan
khusus sebagaimana dimaksud Mengingat pajak adalah salah
kedua telah terlampaui.
dalam Pasal 32 ayat (3) UU KUP satu sumber penerimaan utama
2. Menerbitkan Surat Keputusan bagi Indonesia, kegiatan menggenjot
Setelah memenuhi ketentuan dan Pengurangan Sanksi Administrasi pelunasan utang pajak menjadi
persyaratan permohonan, maka Surat atau Surat Keputusan Penghapusan salah satu kegiatan yang penting
Permohonan Penghapusan Sanksi Sanksi Administrasi dilakukan oleh pemerintah. Sebagai
Administrasi yang akan diajukan WP
Apabila WP telah memenuhi suatu instrumen kebijakan di bidang
harus dibuat sesuai dengan contoh
ketentuan dan persyaratan perpajakan guna meningkatkan
format yang ada pada lampiran PMK-
permohonan penghapusan sanksi penerimaan negara, langkah
29.
administrasi maka Ditjen Pajak pemerintah menerbitkan PMK-29 ini
Melalui PMK-29 ini pemerintah akan menerbitkan Surat Keputusan layak diapresiasi.
memberikan kesempatan bagi WP Pengurangan Sanksi Administrasi PMK-29 sebenarnya merupakan
untuk dapat mengajukan permohonan atau Surat Keputusan Penghapusan kebijakan yang tidak hanya penting,
penghapusan sanksi administrasi Sanksi Administrasi. Surat Keputusan tetapi juga menguntungkan bagi kedua
sebanyak 2 (dua) kali. Ketentuan Pengurangan Sanksi Administrasi belah pihak, yaitu pemerintah dan
dan persyaratan untuk mengajukan diterbitkan apabila Ditjen Pajak WP. Apabila WP terdorong melunasi
permohonan penghapusan sanksi memutuskan untuk mengurangkan utang pajaknya, maka sesuai dengan
yang kedua tidak berbeda dengan atau menghapuskan sebagian tujuan diberlakukannya peraturan ini,
permohonan pertama, namun jumlah sanksi administrasi dalam pemerintah akan mendapat keuntungan
permohonan kedua hanya dapat STP. Sedangkan Surat Keputusan yaitu lebih cepat mendapatkan
diajukan paling lama 3 (bulan) sejak Penghapusan Sanksi Administrasi penerimaan dari pelunasan utang pajak
tanggal surat keputusan Dirjen Pajak diterbitkan apabila Ditjen Pajak tersebut. Di sisi lain, dengan adanya
atas permohonan yang pertama dikirim. memutuskan untuk menghapuskan PMK ini bagi WP, uang yang seharusnya
seluruh sanksi administrasi bunga digunakan untuk membayar sanksi
Tindak Lanjut Ditjen Pajak dalam STP tersebut, atau dalam administrasi, dapat dialihkan untuk
Terhadap Permohonan kata lain mengabulkan permohonan membiayai kegiatan usaha yang lebih
Penghapusan Sanksi penghapusan sanksi administrasi bersifat produktif.
yang diajukan WP. Demi menjamin
Selama WP sedang mengajukan Adanya PMK-29 ini sudah
kepastian bagi WP maka Surat
permohonan penghapusan sanksi seharusnya dimanfaatkan dengan baik
Keputusan Pengurangan Sanksi
administrasi, tindakan penagihan pajak oleh WP karena kesempatan untuk
Administrasi atau Surat Keputusan
atas STP akan ditangguhkan sampai mendapatkan penghapusan sanksi
Penghapusan Sanksi Administrasi
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak administrasi tentunya tidak datang
akan diterbitkan paling lama 6
memberikan respon atas permohonan secara berkala. IT

(enam) bulan sejak tanggal surat


tersebut. Jika dipetakan berdasarkan permohonan diterima.
PMK-29, terdapat 2 respon yang

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 45


insidenewsflash

DOMESTIC
Pengamat: Era Kerahasiaan Bank akan Berakhir pada 2018
Pengamat perpajakan dari DANNY DARUSSALAM Tax Center, Darussalam mengatakan pembukaan akses rekening bank
menjadi isu yang hangat belakangan ini. Meskipun telah dibatalkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-01/
PJ/2015 tentang Penyerahan Bukti Potong Pajak atas Bunga Deposito, namun era kerahasiaan bank untuk kepentingan
pajak dipastikan berakhir pada tahun 2018 mendatang.
Darussalam menjelaskan, Indonesia yang juga termasuk negara-negara anggota G20 dan OECD pada 2013 lalu telah
berkomitmen untuk saling bertukar informasi termasuk informasi dari perbankan demi kepentingan pajak. Contohnya, ketika
pemerintah Indonesia ingin mencari tahu berapa penghasilan orang Indonesia yang ada di bank Singapura, maka perbankan
Singapura pun mensyaratkan keterbukaan informasi. Masalahnya saat ini perbankan di Indonesia tidak bisa membuka
informasi rekening nasabah kecuali untuk penyidikan, pemeriksaan, dan penagihan pajak. Padahal, survei membuktikan
sudah ada 13 dari 37 negara yang memberikan informasi otomatis kepada otoritas pajak.
Darussalam berharap, Indonesia dapat segera menyusul kebijakan ini karena langkah ini menjadi salah satu cara untuk
menekan kebocoran penerimaan pajak, yang salah satunya berupa pengalihan dari aset yang disembunyikan di luar negeri.
Karena, berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan Global Financial Integrity, ada dana hampir Rp2.000 triliun yang
ditempatkan di negara-negara tax haven di luar Indonesia. IT

Ditjen Pajak Kejar WP Kaya Di Sumsel & Babel


Kanwil Ditjen Pajak Sumsel Babel memperkuat perburuan penerimaan pajak kepada WP kelas menengah atas yang
jumlahnya saat ini mencapai 89.000 WP dengan tingkat penghasilan di atas Rp500 juta. Potensi peningkatan penerimaan
pajak dari kelompok non karyawan termasuk dari kalangan profesional sangat tinggi kalau bisa dioptimalkan.
Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kanwil Ditjen Pajak Sumsel Babel, Fadjar Julianto,
mengatakan WP kelompok ini perlu dikejar karena tingkat kesadaran mereka yang masih rendah dengan persentasi kepatuhan
membayar pajak baru sekitar 12% di Sumatra Selatan dan 22% di Bangka Belitung.
Fadjar menjelaskan jumlah WP yang disebut non karyawan mencapai 89.000 WP dan mempunyai penghasilan di atas
Rp500 juta hingga miliaran rupiah per tahun. Menyikapi rendahnya kesadaran membayar pajak, Kanwil Ditjen Pajak Sumsel
Babel melakukan pendekatan sekaligus peringatan agar WP mematuhi kewajibannya. Program sosialisasi sudah mulai gencar
dilakukan dan berdampak pada sisi penerimaan pajak tahun ini. Pengejaran pajak kepada kelompok WP tersebut juga akan
disinkronisasi dengan rencana kebijakan reinventing policy pajak yang mirip kebijakan sunset policy (penghapusan sanksi
pajak) yang pernah diberlakukan Ditjen Pajak. Sekitar bulan Mei nanti kebijakan tersebut akan diluncurkan secara nasional.
IT

Insentif Pajak, Dewan Ingatkan Soal Aturan Main


Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mukhamad Misbakhun mendukung penuh rencana pemerintah
untuk menggenjot penerimaan dari sektor perpajakan.
Sebelumnya pemerintah mewacanakan kebijakan sunset policy jilid II dan tax amnesty (pengampunan pajak) dengan
harapan dapat menggenjot penerimaan pajak. Menurut Misbakhun, perlu ada landasan hukum konstitusional yang kuat
sehingga pemerintah dapat menjalankan kebijakan-kebijakan ini dengan baik. Sebab, jika tidak ada landasan hukum seperti
peraturan presiden atau undang-undang untuk sunset policy dan tax amnesty, maka banyak benturan wewenang yang
mungkin akan terjadi di masa depan.
Sebelumnya Dirjen Pajak Sigit Prio Pramudito mengatakan Ditjen Pajak juga tengah mengupayakan penerapan sunset
policy. Namun sampai saat ini payung hukumnya belum tersedia. Sigit mengatakan sunset policy yang akan diterapkan
berbeda dengan tahun 2008. Bedanya, tahun ini sunset policy bukan hanya sekedar sukarela seperti tahun 2008.
Misbakhun menambahkan, secara spesifik penyidik Ditjen Pajak belum memiliki kewenangan menelisik rekening nasabah
di bank dan mengakses informasi di BPK dan PPATK, kecuali penyidik kepolisian dan kejaksaan. Untuk itu, Misbakhun
menekankan pentingnya revisi dan penambahan kewenangan Ditjen Pajak dan pengaturan pungutan pajak yang lebih ajeg.
IT

46 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidenewsflash
Jokowi Diminta Beri Pengampunan Pajak Demi Tarik Rp2.000 Triliun
Pengampunan pajak atau tax amnesty merupakan fasilitas
yang diberikan untuk Wajib Pajak (WP) yang tidak taat
menunaikan kewajibannya. Maruarar Sirait, Anggota Komisi XI
DPR, mendorong pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
untuk menerapkan kebijakan ini demi menarik potensi dana yang
mencapai Rp2.000 triliun.
Maruarar mengatakan beberapa alasan pentingnya tax
amnesty di Indonesia. Pertama, adanya potensi sekitar Rp
2.000 triliun uang yang akan masuk. Uang tersebut adalah milik
orang Indonesia yang ditempatkan di Singapura, Malaysia, dan
sebagainya.
Kedua, tax amnesty perlu kepastian hukum. Perlu ada jaminan
bahwa pemberian tax amnesty juga berarti lepas dari pidana
pajak dan pidana umum.
Komisi XI DPR sedang berkomunikasi dengan MA (Mahkamah
Agung), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), BPKP (Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Kepolisian RI, dan Kejaksaan Agung
supaya ada kepastian hukum, baik pidana pajak maupun pidana umum, sehingga ada rasa aman bagi yang mengikuti
program ini.
Ketiga, adanya uang masuk yang membuat cadangan devisa meningkat. Jika cadangan devisa kuat maka Bank Indonesia
(BI) tidak perlu cemas menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah. Dampaknya, suku bunga acuan atau BI Rate bisa turun,
bunga kredit untuk menggerakkan iklim investasi, dan iklim usaha akan berjalan. Maruarar juga menegaskan kalau bunga
kredit, kredit investasi, kredit usaha di Indonesia saat ini masih sangat tinggi.
IT

Makam Komersial Bakal Dipajaki


IT

Sejatinya lahan pemakaman


merupakan lahan yang diperuntukkan
sebagai fungsi sosial. Lahan akan
menjadi terbatas bagi kalangan tertentu
saja ketika fungsinya berubah menjadi
komersial.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN), Ferry Mursyidan Baldan,
beranggapan fenomena tersebut harus
dicegah dengan cara menarik Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) pada lahan
makam komersial. Makam adalah objek
yang dibebaskan dari PBB. Logikanya,
makam tidak bisa bebas dari PBB
ketika makam jadi wilayah eksklusif
dengan banderol harga tertentu.
Menurut Ferry, jangan sampai warga yang bertempat tinggal di dekat wilayah makam tidak bisa dimakamkan di
wilayahnya sehingga lama-lama tersingkirkan. Hal ini berbahaya karena akan menjadi bom waktu atas sentimen yang
terbentuk di masyarakat.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Ferry berpikir untuk memberlakukan PBB pada lahan pemakaman komersial. Penarikan
pajak ini bukanlah upaya untuk meraih keuntungan. Ferry menegaskan, nilai PBB untuk makam komersial tidak seberapa
bagi negara. Dia hanya ingin tanah makam kembali pada fungsi asalnya.
PBB ini pasalnya akan dikenakan pada pengelola makam. Karena pengelola makam yang menarik biaya tertentu kepada
pengguna lahan. Penarikan PBB ini akan dibicarakan dengan Kementerian Keuangan sebagai pihak yang berwenang
mengurus pajak. IT

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 47


insidenewsflash

INTERNATIONAL
Mahkamah Agung Italia Menyetujui Pinjaman Tanpa Bunga
antar Perusahaan Afiliasi
- ibfd.org -
Mahkamah Agung Italia (Corte di Cassazione) telah memberikan
putusannya terhadap penerapan aturan transfer pricing untuk
memperbolehkan pinjaman tanpa bunga antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa. Dalam putusan mahkamah agung tersebut,
sebuah perusahaan Italia diperbolehkan memberikan pinjaman tanpa
bunga pada anak perusahaannya yang berada Luksemburg dan
Amerika Serikat. Perusahaan tersebut memberikan pinjaman tanpa
bunga pada afilisasinya agar dapat mengoptimalisasi sumber daya
bisnis dan mempertahankan pangsa pasar yang ada.
Sementara itu, menurut otoritas pajak Italia, seharusnya pinjaman
tanpa bunga ini diperlakukan sama seperti transaksi dengan pihak
independen atau dianggap sebagai pinjaman dengan bunga sesuai
dengan aturan yang ada pada undang-undang domestik perpajakan
Italia. Bahkan, otoritas pajak Italia menganggap pinjaman tanpa bunga
ini sebagai sesuatu yang tidak wajar jika dibandingkan transaksi yang
dilakukan di antara pihak-pihak independen.
Menurut pertimbangan hakim agung, transaksi pinjaman tanpa bunga ini bukanlah merupakan tindakan yang melanggar
hukum (unlawful or elusive conduct). Hal ini disebabkan tujuan dari pemilik perusahaan memberikan pinjaman tanpa bunga
pada anak perusahannya sebagai bala bantuan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. IT

OECD Rilis Draf Diskusi Rencana Aksi BEPS 11 & 12


- oecd.org -
Pada Maret dan April 2015, Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD) merilis draf diskusi terkait Rencana Aksi Base
Erosion and Profit Shifting (BEPS) yang dideklarasikan secara bersama-
sama oleh negara anggota OECD dan G20. Melalui draf diskusi yang
terbuka untuk umum ini, diharapkan akan memperoleh feedback bagi
OECD dalam merancang acuan bagi negara-negara yang telah sepakat
untuk mewajibkan pengungkapan perencanaan pajak yang agresif.
Kewajiban untuk mengungkapkan skema aggressive tax planning
merupakan Rencana Aksi BEPS ke-12. Menariknya, bagaimana OECD
akan mendefinisikan manfaat pajak serta transaksi yang dikategorikan
‘agresif’ terkait dengan upaya memonitor skema aggressive tax planning.
Dalam Rencana Aksi BEPS ke-12 ini, perlu diperhatikan juga aspek
perencanaan pajak yang berkonsekuensi terhadap penerimaan pajak
dari negara-negara yang berkomitmen dengan Rencana Aksi BEPS.
Berselang dua pekan, draf diskusi Rencana Aksi BEPS ke-11 dirilis
oleh OECD. Rencana Aksi BEPS ke-11 menjadi diskusi yang sejalan
dengan prinsip utama dari Rencana Aksi BEPS, yaitu transparansi.
Melalui draf ini OECD merekomendasikan sebuah metodologi untuk
memperoleh data perusahaan multinasional dalam upayanya mengukur
efek dari profit shifting dan tindak lanjutnya. Memang belum secara
eksplisit disebutkan oleh OECD, namun rekomendasi untuk Rencana
Aksi BEPS ke-11 ini akan sangat bergantung pada Rencana Aksi yang
ke-12. IT

48 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidenewsflash
28 Klub Sepak Bola Asal Inggris Dicurigai Menghindari Pajak
- theguardian.com-

Hasil penelitian Tax Justice Network (TJN) bersama tim


riset Guardian mengungkapkan bahwa 28 kesebelasan tim
sepakbola yang bermain di Inggris, ternyata dimiliki oleh pihak
asing. Di antaranya adalah Arsenal, Liverpool, Manchester
United & Manchester City, dan masih banyak lagi. Dalam
temuan ini disebutkan beberapa alasan mengapa klub-klub
tersebut dimiliki oleh orang pribadi atau perusahaan yang
terdaftar di luar Inggris. Lebih lanjut, pemilik atau pemegang
saham klub pun terdaftar di negara seperti Luksemburg,
Cayman Islands dan British Virgin Islands, bahkan di salah
satu negara bagian di Amerika Serikat yang dikenal sebagai
“tax haven”.
Struktur kepemilikan dari hampir sepertiga dari seluruh klub
yang ada di Inggris menyebabkan penyelenggara liga sepak
bola paling digemari di penjuru dunia ini, diduga membiarkan
praktik penghindaran pajak terjadi. Menurut TJN, kepemilikan
saham-saham klub sepak bola yang berada di offshore atau di
luar Inggris berpotensi besar terjadi tax avoidance ketika klub
tersebut dijual. Keuntungan yang diperoleh atas penjualan
klub tidak dapat dibebankan sebagai capital gain tax - saat
ini tarifnya 28%- apabila sahamnya dimiliki oleh orang yang
berada di luar negeri.
Selain itu, dengan skema perencanaan pajak seperti
pemberian pinjaman disertai bunga dari pemilik yang berada
di luar Inggris untuk klubnya, juga dapat menimbulkan tax
advantages bagi pemilik klub. Struktur kepemilikan klub yang berada tax haven patut dipertanyakan, menurut Robin Esterley
chief executive dari Supporters Direct, sebuah wadah komunitas dan supporter klub sepak bola yang awalnya dikelola oleh
pemerintah Inggris. “Ini merupakan peluang emas penghindaran pajak karena akan semakin tidak transparan, sehingga
dapat berdampak pada klub sepak bola dan kompetisi nantinya.” IT

Skandal Otoritas Pajak Brasil Kembali Mengguncang


-Economist.com-
Tim kementerian keuangan bersama kepolisian Brasil
mengemukakan bahwa puluhan perusahaan, termasuk industri
dan bank, kini tengah diselidiki terkait dugaan suap pajak. Sebesar
BRL 5,7 miliar diperkirakan masuk ke kantong otoritas pajak yang
terlibat suap. Dugaan suap ini terbongkar di saat Brasil masih
terguncang dengan skandal suap terbesar yaitu penggelembungan
proyek pembangunan yang melibatkan sebuah perusahaan
konstruksi dan perusahaan minyak ber-‘pelat merah’.
Skandal ini terjadi di dalam tubuh lembaga yang mengurus
sengketa perpajakan di Brasil, Conselho Administrativo de
Recursos Fiscais (CARF). Dari hasil penyelidikin tim, CARF
berhasil membuat majelis hakim pengadilan pajak menjatuhkan
putusan sesuai kehendak yang diinginkan puluhan perusahaan
berupa pengurangan utang pajak atau bahkan pembebasan pajak.
Sebagai imbal balik, pejabat-pejabat negara yang terlibat korupsi ini diberikan persenan kira-kira 1-10% dari nilai utang
pajak yang disengketakan. Penyuapan ini dibuat berkedok pembayaran jasa konsultasi dengan firma hukum palsu. Identitas
dari para pelaku dan penerima suap masih belum terungkap. Tetapi, media lokal setempat telah memberitakan bahwa ada
keterlibatan beberapa perusahaan raksasa atau multinasional di dalamnya. IT

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 49


insideevent

Transfer Pricing dalam Intra-Group Financing:


Teori dan Praktik dalam Sehari

I
su Transfer Pricing masih menjadi tersebut diperlakukan sebagai pinjaman Senior Manager of International
isu paling kontroversial di dunia di suatu negara sedangkan di negara Tax Services/Research and Training
perpajakan global. Hangatnya isu ini lain diperlakukan sebagai modal. Services di DDTC, Ganda C. Tobing
tidak berjalan sendiri. Ditemani dengan Menanggapi isu teraktual ini, DANNY sebagai pembicara pertama membuka
banyaknya teknik penghindaran pajak DARUSSALAM Tax Center (DDTC) seminar dengan menyampaikan isu
yang dikenal dengan strategi profit mempersembahkan sebuah seminar dan teknik penghindaran pajak melalui
shifting dan isu pengerosian basis yang bertema “Transfer Pricing Issues pembebanan biaya bunga yang eksesif
pemajakan suatu negara, cara yang on Intra-Group Financing”. Bertempat dan praktik pembatasan pembebanan
dilakukan pun tidaklah sedikit. Salah di training room DDTC pada hari Selasa biaya bunga yang diterapkan di berbagai
satunya yaitu dengan pembebanan (14/04/2015), seminar dihadiri oleh negara. Slide demi slide presentasi
biaya bunga yang berlebihan yang para praktisi pajak sampai dengan mengenai hal tersebut dipaparkan
dipadukan dengan teknik penghindaran analis pajak. Kebutuhan peserta akan secara apik. Dilanjutkan oleh Partner of
pajak melalui instrumen keuangan informasi seputar isu dilengkapi dengan Transfer Pricing Services DDTC, Romi
hybrid (hybrid financial instrument). tiga pembicara ahli di bidangnya dalam Irawan menjelaskan tentang konsep
Akibatnya, dalam suatu transaksi mengisi seminar kali ini. dan teori penerapan arm’s length
pembiayaan cross-border dengan principle untuk transaksi keuangan
menggunakan sebuah instrumen Sebelum masuk ke materi intra-grup. Interaksi tanya jawab dan
keuangan yang sama, instrumen pembahasan tentang transfer pricing, saling melengkapi begitu aktif terjadi

50 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insideevent

antara pembicara dan peserta.


Seminar satu hari yang berlangsung
selama 7 jam ini semakin mantap
karena dilengkapi dengan praktek
penerapan prinsip di dunia nyata

“W
dengan melakukan simulasi di sesi
terakhir. Sesi akhir diisi oleh pembicara
hat we know about transfer pricing of intra-group
ketiga yaitu Sekar Talenta, Specialist financing is that we don’t know enough. ”
Transfer Pricing di DDTC yang memang (Lorraine Eden, 2012)
secara khusus bergelut dengan
transaksi keuangan intra-grup. Dan
setelah seharian mengikuti seminar,
foto bersama menjadi penutup acara
seminar DDTC di bulan April 2015. IT

-Tati Pertiwi-

Ganda C. Tobing Romi Irawan Sekar Talenta

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 51


insidereview

Perjalanan Panjang Harmonisasi


PPh Badan di ASEAN
S
alah satu bentuk dari integrasi Dalam konteks ASEAN yang
ekonomi saat ini adalah eliminasi kini “menghangat” dengan upaya
berbagai faktor penghalang integrasinya, ASEAN Economic
(barrier) yang berpotensi menghambat Community 2015, berbagai diskursus
kegiatan ekonomi lintas negara. Barrier mengenai integrasi ketentuan
tersebut dapat berupa tax dan non- perpajakan mulai muncul. Diskursus
tax factor. Negara-negara anggota Uni mengenai integrasi ketentuan
Eropa percaya bahwa hanya dengan perpajakan tersebut sedikit banyak
suatu sistem yang menyeluruh sajalah mengadopsi CCCTB yang ada di Uni
permasalahan perpajakan di Uni Eropa Eropa. Prof. Jurgen Rulan, seorang
dapat diatasi. Common Consolidated ahli kebijakan luar negeri ASEAN dari
MARIA R.U.D. TAMBUNAN
Corporate Tax Base (CCCTB) adalah University of Freiburg 1 menekankan
Pengurus harian Tax Centre perwujudan dari integrasi ketentuan
Departemen Ilmu Administrasi perpajakan tersebut, meskipun masing- 1. Dalam kuliah umum “ASEAN and Indonesia Foreign
Policy: Domestic Discourses and Indonesian Images of
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik masing negara diberikan ruang untuk Regionalism” yang diselenggarakan oleh Departemen
Universitas Indonesia. mengatur struktur pajaknya. Namun, Hubungan Internasional Universitas Indonesia
menekankan bahwa setidaknya ada 3 hal penting yang
pengaturan tersebut diharapkan berada membedakan antara integrasi ekonomi Uni Eropa dan
dalam koridor kesepakatan. ASEAN, yaitu welfare, security dan democracy.

52 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidereview
bahwa bukanlah hal yang baik jika yang seluruhnya dapat diperhitungkan anggota negara ASEAN; (iv) liberalisasi
ASEAN di-Uni Eropa-kan. ASEAN dan sebagai biaya produksi; (v) ketentuan atas sektor finansial; (v) kesepakatan
Uni Eropa adalah dua hal berbeda mengenai pembayaran dana pensiun bersama terbukanya investasi
dan diselesaikan dengan pendekatan sesuai ketentuan IFRS (vi) kewajiban bagi sektor manufaktur, pertanian,
berbeda, termasuk masalah perpajakan. yang memiliki aspek hukum seperti kehutanan, pertambangan, dan jasa.
Penulis akan mengulas mengenai warranty; (vii) penghindaran pajak Berbeda dengan studi yang
overview ketentuan CCCTB secara berganda atas dividen. dilakukan oleh Pricewaterhouse Cooper,
umum dan studi mengenai upaya studi yang dilakukan oleh Nugroho
ASEAN menuju integrasi perpajakan. Upaya Menuju Corporate menyebutkan bahwa harmonisasi
Business Profit Tax di ASEAN? berbagai ketentuan termasuk pajak
Sekilas Common Consolidated penghasilan korporasi (Corporate
Berbagai studi menyebutkan bahwa
Corporate Tax Base di Uni pada dasarnya tidak terdapat indikasi Income Tax) di ASEAN bukanlah hal
Eropa yang cukup mengenai persaingan yang tidak mungkin, terutama ketika
pajak (tax competition) yang terjadi masing-masing negara anggota ASEAN
Ide awal adanya CCCTB pertama
di ASEAN2. Bahkan, dalam beberapa menyetujui untuk mengeliminasi tariff
kali diusulkan oleh European Comission
buletin internasional disebutkan barrier dan dengan menggunakan sudut
pada tahun 2011 setelah pembahasan
bahwa tidak terjadi persaingan pajak pandang bahwa pajak merupakan
panjang yang memakan waktu lebih
di ASEAN. Ditambah, indikasi menuju faktor penentu untuk melakukan
dari sepuluh tahun. CCCTB dirancang
harmful tax competition seperti investasi. Dengan demikian, Nugroho
untuk mengharmonisasi pajak langsung
yang diprediksikan oleh OECD pada menggunakan pajak atas business
(direct tax) bagi perusahaan yang
tahun 1998 belum terbukti untuk profit menjadi objek studi dalam
didirikan di kawasan regional ekonomi
saat ini3. Bentuk, pola, dan tujuan melakukan usulan desain Community
Uni Eropa agar terjadi kesamaan
penurunan tarif pajak korporasi di Corporate Business Profit Tax. Dalam
ketentuan dan prosedur untuk
Uni Eropa berbeda dengan di ASEAN. studinya, Nugroho berupaya menjawab
menghitung besarnya penghasilan
Dengan demikian, jika pada akhirnya dua pertanyaan besar: (i) berapa tarif
kena pajak. Pada dasarnya, sasaran
didengungkan upaya harmonisasi dan pajak efektif yang seharusnya di ASEAN
utama melakukan upaya harmonisasi
integrasi untuk mencegah terjadinya dengan konteks kawasan ekonomi
lebih ditujukan kepada perusahaan
harmful tax competition, tentu konsep regional? (ii) bagaimana ketentuan
multinasional atau grup perusahaan
yang diusung oleh ASEAN berbeda perpajakan di ASEAN untuk mencapai
yang melakukan usaha di regional Uni
dengan Uni Eropa, setidaknya untuk suatu level harmonisasi?
Eropa. Diharapkan, entitas ini patuh
kepada ketentuan perpajakan yang saat ini. Perlu ditekankan bahwa Uni Dalam upaya harmonisasi,
terbangun menjadi satu sistem. Eropa dalam perumusan integrasi komponen Corporate Income Tax (CIT)
ketentuan perpajakannya, yaitu CCCBT, yang menjadi fokus utama adalah tarif
Dengan adanya sistem CCCTB,
juga melewati pembahasan yang pajak, dasar pengenaan pajak, branch
perusahaan multinasional dapat
berulang kali. profit tax, dan insentif untuk investasi.
melakukan konsolidasi untuk
Dalam publikasinya, Berikut ringkasan singkat mengenai
perhitungan keuntungan maupun
Pricewaterhouse Cooper menyatakan struktur pajak di beberapa negara
kerugian dari seluruh entitas yang
bahwa konsep integrasi yang ASEAN:
melakukan kegiatan bisnis di Uni Eropa
berdasarkan suatu perhitungan khusus. ditekankan oleh negara anggota ASEAN 1. Indonesia, menganut worldwide
Beban pajak akan didistribusikan meliputi: (i) pengurangan tarif atas income, tarif pajak korporasi 25%,
secara proporsional dengan kegiatan perdagangan internasional fasilitas penurunan tarif 5% bagi
mempertimbangkan aset, tenaga sebelum dimulainya kawasan ekonomi perusahaan go public dengan total
kerja, dan destinasi penjualan. Dengan ASEAN atas barang-barang yang paid up capital 40% di bursa efek
adanya sistem ini, diharapkan barrier berasal dari anggota negara ASEAN; (ii) serta adanya fasilitas insentif pajak
dalam kegiatan ekonomi lintas negara pengurangan barrier atas penyerahan untuk investasi berupa penurunan
semakin minim dengan menetapkan jasa antar negara anggota ASEAN; tarif pajak, amortisasi dipercepat,
system “one-stop approach”. (iii) pemberian allowance yang lebih dan tax holiday.
tinggi bagi investor yang berasal dari 2. Malaysia, menganut territorial
Dalam penerapan CCCTB, beberapa
elemen penting yang harus diperhatikan system, tarif pajak korporasi 25%
dalam penentuan besar beban pajak 2. Berbagai studi menyebutkan bahwa pada dasarnya
menjadi 24% pada tahun 2016.
meliputi: (i) ketentuan mengenai tidak terjadi persaingan pajak di ASEAN. Studi awal Insentif pengurangan tarif 60%,
dilakukan oleh Tohari (2012), Tax Competition in ASEAN
depresiasi; (ii) penilaian atas persediaan yang diterbitkan oleh Asia Pacific Buletin dan Maria
70% dan 100% bagi industri pionir
dengan menggunakan metode weighted Tambunan (2014), Tax Competition in ASEAN: Is that dan prioritas hingga 5 tahun sejak
average cost; (iii) perhitungan biaya Existing, University of Rennes France dan diabstraksikan kegiatan operasional efektif berjalan.
dalam bentuk artikel, Apakah Terjadi Persaingan Pajak
produksi, di mana semua biaya secara di ASEAN? Diterbitkan oleh Indonesia Tax Review 3. Singapura, territorial system dengan
otomatis menjadi komponen biaya 3. Dalam OECD Report 1998 berjudul “Harmful Tax
Competition an Emerging Global Issue” diprediksikan remittance basis, sejak 2010 tarif
produksi; (iv) perhitungan biaya R&D bahwa tax competition akan menjadi suatu fenomena PPh Badan 17% menjadi 16% sejak
global.

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 53


insidereview
2015. Insentif tarif pajak negotiable pada akhirnya menimbulkan
hingga 0% terutama untuk industri permasalahan tersendiri;
prioritas. 2. Penentuan standar penghasilan
4. Filipina, menganut worldwide kena pajak (taxable income) dan
income, tarif pajak korporasi biaya (deductible expenses), pada
20% sejak 2013. Insentif bagi komponen ini diharapkan adanya
investor asing berupa penghapusan pendefinisian ruang lingkup jenis-
PPh Badan hingga 8 tahun dan jenis biaya yang dapat diakui
tambahan insentif jika berlokasi di sebagai pengurang penghasilan

“D
promotion zone. kena pajak;
5. Vietnam, tarif pajak korporasi terdiri 3. Kententuan mengenai pengenaan alam
dari; umum 25%, preferential withholding tax atas dividen yang
menentukan
25% (atas industri yang bergerak diterima oleh resident dan non-
di bidang kesehatan, pendidikan, resident; desain tarif
teknologi informasi dan infratruktur) pajak ASEAN,
4. Pemberian jenis-jenis insentif yang
dan tarif lainnya 10% prinsip netralitas
proporsional dengan suatu batasan
Dalam menentukan desain tarif maksimum. merupakan
pajak ASEAN, prinsip netralitas pedoman
merupakan pedoman utama sehingga Penutup utama sehingga
diupayakan untuk menghilangkan
Saat ini upaya harmonisasi pajak diupayakan
kemungkinan terjadinya harmful tax untuk
korporasi di ASEAN untuk mengadopsi
competition. Terdapat empat elemen
ketentuan Uni Eropa masih dalam menghilangkan
penting yang menjadi pertimbangan
untuk menciptakan suatu common
perjalanan panjang. Untuk menerapkan kemungkinan
harmonisasi, prinsip utama yang menjadi terjadinya
community regulation yaitu (i) adanya
dasar kesepakatan bersama adalah
persetujuan bersama mengenai suatu harmful tax
asas netralitas. Adanya asas netralitas
pengukuran beban pajak; (ii) adanya
dapat diawali dengan kesepakatan atas competition.”
persetujuan mengenai ketentuan
standarisasi ketentuan-ketentuan yang
business profit; (iii) adanya ketentuan
mempengaruhi pengenaan pajak seperti
bersama mengenai rumusan umum
prinsip pengenaan pajak, pendefinisian
kepentingan pemerintah dan wajib
teritorial, non-discrimination, dan
pajak; (iv) adanya ketentuan bersama
arm’s length principle. Kemudian, hal
mengenai prinsip pengenaan pajak
ini dapat diikuti dengan ketentuan yang
untuk ruang lingkup komunitas ekonomi
akhirnya mempengaruhi besar beban
ASEAN.
pajak seperti range tarif, penentuan
Namun, sebelum menerapkan penghasilan kena pajak, ruang lingkup
common tax regulation perlu dibuat beban dan ketentuan atas insentif
suatu kesepakatan terkait non-tax pajak.IT

base harmonization seperti ketentuan


mengenai prinsip pengenaan pajak,
pendefinisian territorial, non-
discrimination, arm’s length principle
dalam sebuah ASEAN Charter.
ASEAN Charter diharapkan menjadi
sebuah cikal bakal menjadi pedoman Referensi
dasar dalam langkah harmonisasi
selanjutnya. Deutsche Bank, (2007) One Europe, One Tax? Reports on European Integration, EU
Monitor Vol 49.
Untuk menciptakan suatu netralitas
European Comission (2011) Council Directive on a Common Consolidated Corporate
pengenaan pajak atas business profit, Tax Base
entitas yang berada dalam regional European Union Comission (2015) Taxation and Customs Union, Common Tax Base.
ASEAN sebaiknya mengikuti ketentuan Nugroho Adrianto Dwi (2010) ASEAN Towards the Establishment of a Community
yang meliputi: Corporate Business Profit Tax, Asia Pacific Tax Bulletin, International Bureau Fiscal
Documentation.
1. Tarif pajak korporasi, di mana saat ini
Rulan Jurgen, (2015) ASEAN and Indonesian Foreign Policy: Domestic Discourses
terjadi gap yang cukup lebar antara
and Indonesian Images of Regionalism, Departemen Hubungan Internasional
tarif pajak di Singapura dan negara Universitas Indonesia
lainnya. Namun, kesepakatan
untuk penetapan tarif maksimum

54 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


InsideTax | Edisi 30 | April 2015 55
student’scorner

Peresmian IFTAA Jawa Timur:


Prodi Perpajakan Universitas Brawijaya
Adakan Seminar Nasional Perpajakan
B
ekerjasama dengan Indonesian seminar ini adalah Kadarisman Hidayat
Fiscal and Tax Administration (Ketua Program Studi Perpajakan UB)
Association (IFTAA), Program yang membawakan materi tentang
Studi Perpajakan Universitas pertumbuhan ekonomi Indonesia
Brawijaya (UB) menyelenggarakan dalam konteks ekonomi global.
Seminar Nasional Perpajakan dengan Kadarisman menjelaskan pula bahwa
mengangkat tema “Base Erosion tax ratio Indonesia masih lebih rendah
and Profit Shifting (BEPS) dalam daripada rasio pajak rata-rata negara
Penerimaan Pajak, Pertumbuhan berpendapatan rendah, apalagi jika
Ekonomi, dan Kedaulatan Negara”, dibandingkan dengan rasio pajak rata-
Rabu (22/04/2015). Bertempat di rata negara berpendapatan menengah
aula salah satu gedung Fakultas Ilmu dan tinggi. Rendahnya tax ratio
CANDRA EKA PRASETYA Administrasi UB, seminar nasional disebabkan oleh salah satu faktor yang
perpajakan ini diselenggarakan sebagai menggerus penerimaan pajak (base
Mahasiswa S1 Program Studi
acara pembuka dalam Peresmian IFTAA erosion) di Indonesia, yaitu akibat
Perpajakan, Fakultas Ilmu
cabang Jawa Timur. praktik penghindaran pajak melalui
Administrasi,
Acara ini dimoderasi oleh Otto profit shifting.
Universitas Brawijaya
Budihardjo, salah satu tenaga pengajar Sesi berikutnya dibawakan oleh
UB yang mengupas kulit BEPS di awal Mampe Siagian (Pelaksana Seksi
seminar. Pembicara pertama dalam Perjanjian Amerika & Afrika, Direktorat

56 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


student’scorner
Peraturan Perpajakan II, Ditjen Pajak). ini berlangsung. Pada akhir seminar, Seusai seminar, acara dilanjutkan
Mampe menyampaikan mulai dari latar Otto selaku moderator memberikan dengan peresmian IFTAA Jawa Timur
belakang adanya BEPS, seberapa besar kesimpulan bahwa di era globalisasi yang ditandai dengan pemukulan
permasalahan BEPS, dan aksi apa yang sudah menjadi keniscayaan bagi gong oleh Inayati (Sekretaris
dapat dilakukan untuk mengatasinya, setiap negara, termasuk Indonesia, Departemen Keilmuan IFTAA). IFTAA
serta kaitannya dengan kedaulatan untuk terlibat di dalam kancah dunia merupakan organisasi keilmuan (dan
negara. Lalu, pembicara terakhir, Romi perpajakan internasional. Namun, di profesi) yang bersifat independen
Irawan (Partner of Transfer Pricing dalamnya harus ada beberapa hal dan kecendekiaan serta berfungsi
Services, DANNY DARUSSALAM Tax yang harus diperhatikan, seperti celah- sebagai wadah berhimpun adademisi
Center) menjelaskan tentang Rencana celah perpajakan yang ada dalam isu dan praktisi perpajakan. Organisasi
Aksi BEPS dan dampaknya terhadap BEPS. Perlu adanya dukungan yang ini memiliki tujuan untuk ikut
peraturan di Indonesia. “Terdapat 15 komprehensif, termasuk political memajukan dan mengembangkan ilmu
rencana aksi OECD atas BEPS, yang will dari Pemerintah Indonesia untuk administrasi fiskal dan perpajakan
mana action plan tersebut diharapkan mengatur dan mengimplementasikan serta memberikan penguatan learning
akan merubah standar perpajakan Rencana Aksi BEPS tersebut ke dalam outcome pendidikan perpajakan di
internasional,” jelas Romi. Lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang Indonesia. Alhasil, Kadarisman terpilih
Romi menjelaskan rencana aksi 8-10 berlaku di Indonesia. sebagai Ketua Umum IFTAA cabang
yang berkaitan dengan transfer pricing, Jawa Timur. IT

bahwa pada aksi ini dilakukan untuk


memperbaiki celah yang terdapat
pada sistem transfer pricing saat ini.
Terdapat tiga isu substantif pada area
transfer pricing yang ingin diatasi,
yaitu masalah aset tidak berwujud,
risiko, dan modal. Romi mengatakan
impikasi dari rencana aksi 8-10 adalah
perubahan dalam ketentuan transfer
pricing di Indonesia.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab yang menggambarkan tingginya
antusias dari para peserta yang hadir
serta pemberian bingkisan menarik
bagi penanya terbaik. Selama tiga jam
lebih seminar nasional perpajakan

Dari kiri ke kanan: Mampe Siagian, Romi Irawan, 4 orang peserta yang mendapat hadiah, Kadarisman Hidayat, Otto Budiharjo

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 57


student’scorner

TAXES 2015:
Menyambut Masyarakat Ekonomi
ASEAN
B
elajar melalui organisasi memang
merupakan salah satu cara
memperdalam suatu cabang ilmu
yang biasa dijalani oleh mahasiswa.
Himpunan Mahasiswa Akuntansi
Perpajakan (HIMA-AKP), Fakultas
Ekonomi, Universitas MH Thamrin
merupakan sebuah wadah yang
beranggotakan mahasiswa Akuntansi
Perpajakan kampus MH Thamrin untuk
menyalurkan aspirasi dan kreativitas
ANDITA APRIYANI NGAKAN MADE DWI. Y mahasiswa. Lebih lanjut, HIMA-AKP
juga berfungsi sebagai wadah untuk
Mahasiswa S1 Akuntansi meningkatkan kemampuan mahasiswa
Perpajakan, Fakultas Ekonomi dalam bidang akuntansi dan perpajakan,
Universitas MH. Thamrin serta memfasilitasi anggotanya baik
dalam bidang akademik maupun non
akademik.

58 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


student’scorner
Demi menunjang eksistensi
kampus MH Thamrin, HIMA-AKP
memiliki program tahunan bernama
Tax Accounting Exposes Economics
Science (TAXES). TAXES merupakan
program berbentuk seminar interaktif
yang terbuka untuk mahasiswa
maupun umum. Bertempat di Gedung
YTKI, Sabtu (18/04/2015) lalu,
HIMA-AKP menyelenggarakan TAXES
2015 dengan tema “Asean Economic
Community Challenge for Indonesia’s
Economics”.
Ternyata, kawasan bebas
perdagangan atau Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang rencananya akan
dijalankan di tahun 2015 ini masih
menjadi topik yang hangat di kalangan
generasi muda. Hal ini terbukti dari Yaheskiel Zebua Hidayat Amir
ramainya jumlah peserta yang datang
ke acara ini. Acara dibuka dengan riuh
tawa para peserta karena motivasi yang
diberikan oleh Yaheskiel Zebua (The
Youngest Certified Guerilla Marketing
Coach in the World). Sesi pembicara
pertama dibawakan oleh Rofikoh
Rokhim (akademisi dari FEUI) yang
membahas MEA jika dilihat dari aspek
ekonomi.
Kemudian dilanjutkan oleh
pembicara kedua, yakni Agung Nugroho
Soedibyo (Senior Partner di KPMG)
yang memaparkan bagaimana posisi
profesi akuntan ketika MEA datang.
Pembicara terakhir, Hidayat Amir
(Peneliti dari Badan Kebijakan Fiskal)
menjelaskan bagaimana dampak MEA
terhadap peraturan perpajakan di
Indonesia nanti. Dalam setiap sesinya,
peserta dilibatkan untuk melemparkan
pertanyaan pada masing-masing
pembicara dan penyerahan cendera
mata bagi beberapa penanya terbaik
dari pihak penyelenggara. Acara
semakin meriah dengan kehadiran
Ivan ‘Indonesian Idol’ sebagai penutup
seminar.
Melalui seminar tahunan ini,
diharapkan masalah pendidikan dan
pengembangan SDM di Indonesia dapat
menjadi kajian agar generasi muda saat
ini mampu bersaing dengan negara
lainnya yang tergabung dalam ASEAN,
khususnya mahasiswa akuntansi dan
perpajakan.IT

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 59


DANNY DARUSSALAM Tax Center Library

for your convenience, inform us


before coming. has more than 1.500 collection
contact: Ms. Eny +62 21 2938 5758 of books, journals, and
(ext. 143) international bulletins of
email: eny@dannydarussalam.com taxation

open for public: Monday


to Friday, from 9am until
free wi-fi
5pm

A place that Connect You With Worldwide Tax Knowledge


You can access, read, discover your ideas, and enjoy it beyond your expectation

You Are What You Read, aren’t You?


insidelibrary

B
uku ini menguraikan diskusi dalam yang konsisten dalam mengkonvergensi
kerangka perpajakan internasional aturan perpajakan dan mendorong
seiring dengan menguatnya posisi kerjasama multilateral. Avi-Yonah
dan peran negara-negara BRICS (Brazil, menyarankan agar struktur P3B yang
Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) ada saat ini diperbaiki dan disesuaikan
dalam politik ekonomi internasional. dengan pilihan kebijakan yang diadopsi
Editor buku ini yang juga merupakan oleh negara-negara BRICS. Pada bagian
akademisi perpajakan internasional, selanjutnya, disajikan perbandingan
Pasquale Pistone dan Yariv Brauner, kebijakan perpajakan internasional
mencoba menangkap perkembangan di negara-negara BRICS dan negara
tersebut dengan memilah konten buku berkembang lainnya seperti Turki, serta
ke dalam tiga bagian.Tentunya, sangat beberapa negara Afrika.
bermanfaat sebagai landasan bagi Pada bagian terakhir, diskusi
penelitian selanjutnya dalam ranah dalam buku ini menghadirkan analisis
kebijakan perpajakan internasional. institusional yang bersumber dari
Tsilly Dagan mengawali bagian hasil eksaminasi atas perbandingan
pertama diskusi dalam buku ini kebijakan perpajakan internasional
dengan mengadvokasi kerangka di negara-negara BRICS. Jeffrey
kebijakan perpajakan internasional, Owens membuka bagian ini dengan
yaitu kerjasama perpajakan secara menerangkan aspek politik ekonomi
multilateral (multilateral cooperation) dalam evolusi sistem perpajakan
dan kompetisi pajak (tax competition). internasional yang diakibatkan oleh
Dagan menggunakan game theory kehadiran negara-negara BRICS.
Judul Buku: dalam menjelaskan dilema dari Richard Vann kemudian mendiskusikan
BRICS and the Emergence of kerjasama multilateral dan berpendapat dampak dari perkembangan terkini
International Tax Coordination bahwa manfaat dari kerjasama terkait kontribusi negara-negara BRICS
multilateral merupakan bentuk retorika dalam pembagian hak pemajakan
yang berlebihan. Lebih lanjut, Dagan antara negara residen dan negara
menyatakan kerjasama multilateral sumber dalam P3B.
Editor: dapat membentuk kartel dalam dunia Pada dua bab selanjutnya,
Pasquale Pistone dan Yariv perpajakan yang dapat berdampak Alfredo Garcia Prats dan Jan de
Brauner pada prisoners’ dilemma bagi negara- Goede menguraikan dampak dan
negara yang tidak ikut di dalamnya. peran negara-negara BRICS dalam
Berbeda dengan pendapat beberapa mendukung kerjasama perpajakan yang
ahli perpajakan internasional lainnya diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-
Jumlah Halaman: (misalnya: Reuven Avi-Yonah dan Bangsa (PBB). Selanjutnya, Kim
523 Yariv Brauner), Dagan menyimpulkan Brooks menelaah kebijakan perpajakan
bahwa upaya kerjasama multilateral internasional di negara-negara BRICS
sebaiknya dimaknai secara hati-hati dan menyarankan agar negara-negara
karena dapat mengakibatkan inefisiensi BRICS berkoordinasi dalam menyusun
Penerbit: dan konsekuensi yang tidak berimbang agenda perpajakan internasional di
IBFD Publishing, 2015 diantara negara-negara yang melakukan masa yang akan datang. Setelah itu,
kerjasama. Menurut Dagan, kerangka Diane Ring mengeksplor kemungkinan
kebijakan perpajakan internasional dan pengaruh dari kerjasama
ini relevan bagi negara-negara BRICS diantara negara-negara BRICS dalam
untuk menegoisasikan posisi mereka membentuk suatu institusi atau
dalam institusi kerjasama multilateral organisasi perpajakan diantara mereka.
yang sudah ada atau membentuk suatu Pistone dan Brauner menutup
kerjasama multilateral baru dalam buku ini dengan menguji pilihan-
rangka menjamin kepentingan negara- pilihan kebijakan yang dapat diambil
negara BRICS. oleh negara-negara BRICS, seperti
Sebagai respon atas pendapat membentuk institusi kerjasama
Dagan, pada bab selanjutnya, perpajakan internasional yang eksklusif,
Reuven Avi-Yonah mempertahankan bergabung dengan OECD, berkerjasama
pendapatnya selama ini tentang secara terpisah dengan OECD seperti
Buku ini tersedia di Perpustakaan justikasi atas rezim perpajakan layaknya PBB, atau tidak melakukan
DANNY DARUSSALAM Tax Center
internasional (international tax regime) apa-apa. IT

dan kebijakan dalam rezim tersebut -Ganda C. Tobing-

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 61


insidetraveling

Belajar Pemajakan atas Merger


dan ‘Muter-muter’ di Negeri Kincir Angin

U
ntuk ketiga kalinya penulis
mendapatkan ilmu dan
pengalaman menakjubkan
dengan mengikuti program Human
Resource Development Program
(HRDP) dari DANNY DARUSSALAM
Tax Center (DDTC). Program ini
bertujuan meningkatkan kapabilitas
sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi, yang kilasannya dimuat
dalam rubrik ini pada edisi InsideTax
bulan lalu. Program HRDP ini, pertama
kali diikuti penulis pada tahun 2013,
yakni tax course tentang International
Taxation of Oil and Gas and Other
Mining Activities yang diselenggarakan
oleh International Bureau of Fiscal
Documentation (IBFD) di Singapura.
Tahun berikutnya, penulis
menghadiri summer course di Lisbon
(Portugal) yang membahas isu tentang
Base Erosion and Profit Shifting
(BEPS). Kemudian, di tahun ini
penulis kembali mengikuti tax course
yang diselenggarakan oleh IBFD di
Amsterdam bertajuk International
Tax Aspects of Mergers, Acquisition
& Corporate Finance selama tiga hari
pada akhir Maret lalu.
Penulis tertarik mengikuti kursus
ini karena berkaitan dengan topik yang
pernah diusung penulis dalam tesisnya
saat mengikuti program magister
yaitu mengenai merger. Dalam tesis
tersebut, penulis membahas mengenai
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
43/PMK.03/2008 tentang Penggunaan
Nilai Buku atas Pengalihan Harta Dalam
Rangka Merger. Tentunya, merger
dalam kursus kali ini cakupannya
lebih luas dari tesis Penulis. Peserta
kursus kebanyakan berasal dari otoritas
pajak dan para praktisi yang bekerja di
perusahaan multinasional.
Hari pertama, peserta kursus
disuguhi materi mengenai dampak
EU Law dan ECJ Decisions dalam
merger dan akuisisi (M&A) antar grup
perusahaan multinasional termasuk
Herjuno W. Aji saat di Madurodam Merger Directive dan Parent-Subsidiary
Directive. Selain itu, disampaikan juga

62 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidetraveling
mengenai strategi tax planning dalam
rangka akuisisi disertai anti-avoidance
rules di beberapa Negara Uni Eropa.
Hari berikutnya, peserta diberikan
materi mengenai tax due diligence
dalam rangka M&A. Mulai dari
penentuan ruang lingkup proses tax due
diligence hingga penyampaian temuan
selama proses tersebut, yang tentunya
akan mempengaruhi penawaran harga
dan sales and purchase agreement
(SPA) dalam M&A. Di hari terakhir,
kursus ini diisi dengan penyampaian
materi mengenai skema pembiayaan
M&A baik dengan penyertaan modal,
maupun dengan pinjaman beserta
dampak perpajakannya termasuk
penggunaan hybrid entities. Perpustakaan IBFD, Belanda

Satu hal lagi yang membuat penulis


takjub ketika mengikuti rangkaian
kursus ini yaitu saat jam istirahat,
penulis diberi kesempatan untuk
mendinginkan kepala di perpustakaan
IBFD yang terkenal akan kelengkapan
koleksi buku dan jurnalnya.
Berada di Negeri Bunga Tulip,
penulis menyempatkan diri untuk
”menghilang” di tengah kota, seperti
Amsterdam dan Den Haag. Di tengah
cuaca bersuhu rata-rata 5 derajat
Celsius, penulis berkesempatan
mengunjungi objek wisata seperti
Rijkmuseum, Madurodam, dan
Zaandam.
Rijkmuseum adalah museum seni
bersejarah di Amsterdam yang pada
tahun lalu untuk pertama kalinya
menyelenggarakan pameran hasil
guratan tangan pelukis lokal terhebat Herjuno W. Aji saat menonton pertandingan sepak bola di Amsterdam Arena
di abad ke-17, yakni Rembrandt.
Keunikan dari objek wisata yang
menyajikan replika tata ‘ibukota
hukum dunia’ dengan skala 1:25,
penulis temukan di Madurodam.
Berada dalam taman miniatur di Den
Haag ini, membuat penulis mengenal
Belanda melalui suatu cara yang begitu
mengejutkan.
Tidak lupa, penulis juga menyusuri
kanal-kanal di Negeri Kincir Angin ini
dengan perahu wisata dan menyaksikan
secara langsung pertandingan sepakbola
persahabatan antara Belanda melawan
Spanyol di Amsterdam Arena. Sungguh
pengalaman yang takkan terlupakan.
Terima kasih DDTC! IT

-Herjuno W. Aji.- Salah satu sisi kanal di Belanda yang ditelusuri Herjuno W. Aji

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 63


insidesolution
INTERNATIONAL TAX CASE

At the Disposal dalam Definisi


Bentuk Usaha Tetap
Bapak Sebastian, terima kasih atas adalah merupakan ”at the disposal” bagi
Oleh: pertanyaan yang disampaikan. seluruh partner-nya (walaupun dalam kondisi
DEBORAH Konsep ”at the disposal” sebagaimana partner-partner-nya tersebut tidak hadir pada
Senior Manager (Tax Compliance
and Litigation Services) Bapak maksudkan terdapat dalam definisi PE tempat tersebut).
DANNY DARUSSALAM Tax Center
deborah@dannydarussalam.com
sebagaimana tertuang dalam Pasal 5 ayat (1) Kasus ini pernah terjadi di Amerika Serikat,
Tax Treaty yang mengacu pada OECD Model. partnership yang memiliki kantor di Amerika
Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa suatu Serikat, dianggap memiliki PE. Alasannya
place of business harus merupakan ”at the adalah setiap partner dianggap memiliki
PERTANYAAN: disposal” dari suatu entitas usaha. kepentingan atas aset dan juga laba yang
Sebastian Martin diperoleh dari partnership yang dibentuk
Jakarta Namun demikian, konsep ”at the disposal”
ini dalam praktiknya masih sering menimbulkan (termasuk kantor di mana partnership tersebut
Tim InsideTax, melakukan kegiatan usahanya). Dengan
saya mohon diberikan ambiguitas. Hal ini dapat dilihat dari putusan
sedikit penjelasan pengadilan pajak di beberapa negara, di mana demikian, PE dari partnership tersebut
mengenai pengertian pengadilan pajak satu negara berbeda dengan adalah merupakan kantor dari setiap partner-
“at the disposal” dalam negara lainnya dalam menerjemahkan ”at the partner tersebut berada. Kasus serupa juga
definisi Permanent telah diputus oleh pengadilan pajak Belanda,
Establishment (PE). disposal” ini.
Terima kasih.
Kanada, Luksemburg, Jerman, Denmark, dan
Pada dasarnya, konsep ini berkembang Norwegia.
dari suatu pemikiran bahwa atas suatu tempat
yang tersedia di negara sumber penghasilan, Namun demikian, pendekatan tersebut
tidak selalu membentuk PE. Misalnya, ketika berbeda di negara-negara seperti: Korea,
Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN) yang memiliki Spanyol, dan Rusia. Di Spanyol, partner-
tempat tersebut tidak hadir di negara sumber partner (yang statusnya SPLN) dari suatu
penghasilan atau tidak melakukan kegiatan partnership, akan dipajaki atas penghasilan
usaha pada tempat yang tersedia di negara yang didapat di Spanyol melalui partnership
sumber penghasilan tersebut. yang terbentuk. Adapun bagaimana
memajakinya, ketentuannya mengikuti
Namun demikian, lain halnya bagi entitas ketentuan umum yang berlaku bagi suatu
usaha yang bersifat transparan, seperti SPLN yang melakukan usaha di Spanyol tanpa
partnership. Bisa saja, partnership yang melalui suatu PE. Sedangkan di Rusia, putusan
menggunakan suatu tempat yang terletak pengadilan pajak menyimpulkan bahwa
di negara sumber penghasilan, dapat perjanjian partnership atau perjanjian lainnya
menimbulkan terbentuknya PE. Hal ini dapat untuk melakukan kegiatan usaha bersama di
terjadi di beberapa negara tertentu, di mana Rusia, tidak serta merta menimbulkan dapat
otoritas pajak akan menganggap atas suatu menimbulkan PE. IT

tempat yang digunakan oleh partnership

Pembaca yang ingin berkonsultasi dapat mengirimkan pertanyaannya melalui email ke:
insidetax@dannydarussalam.com
dengan subjek “Ask Solution”, pertanyaan juga bisa ditanyakan melalui Twitter dengan direct message
atau mention:
@DDTCIndonesia
Redaksi berkomitmen untuk selalu memberikan solusi yang tepat, benar, dan andal atas segala problem
pajak Anda.
Bagi pembaca yang solusinya dimuat di setiap edisi InsideTax akan diberikan voucher diskon untuk
mengikuti DDTC Training Programs periode 2015.
insidesolution
TRANSFER PRICING CASE

Analisis Kesebandingan pada


Contract Manufacturing
Oleh:
SEKAR TALENTA
Terima kasih Bapak Pandu atas pertanyaan berada dalam tahapan bisnis yang sama
Specialist (Transfer Pricing Services) yang disampaikan kepada kami. dengan perusahaan Bapak. Perbedaan utilisasi
DANNY DARUSSALAM Tax Center
sekar@dannydarussalam.com Jika melihat dari fakta bahwa perusahaan kapasitas karena perbedaan dalam penyerapan
Bapak hanya memproduksi berdasarkan biaya tetap dapat memengaruhi laba operasi
pesanan dari pihak afiliasi namun harus perusahaan.
melakukan pengadaan bahan baku sendiri Guna meningkatkan kesebandingan
PERTANYAAN: dapat dikatakan bahwa perusahaan Bapak dengan perusahaan pembanding, dapat
Pandu merupakan contract manufacturing dengan dilakukan penyesuaian tingkat utilisasi
Jakarta asumsi tambahan perusahaan Bapak tidak kapasitas antara perusahaan pembanding
Dear Redaksi InsideTax, melakukan fungsi riset pengembangan dan dengan perusahaan Bapak. OECD Transfer
Pada kesempatan ini aktivitas pemasaran. Kerugian yang dialami Pricing Guidelines menyatakan bahwa
saya ingin menanyakan perusahaan bisa disebabkan oleh berbagai adjustment seperti utilisasi kapasitas bisa
mengenai analisis hal antara lain rugi karena perusahaan baru dipertimbangkan jika memang penyesuaian ini
kesebandingan untuk
beroperasi seperti kondisi dari perusahaan mampu meningkatkan kesebandingan antara
perusahaan tempat saya
bekerja yang merupakan Bapak, kondisi ekonomi yang sedang laba perusahaan pembanding dengan laba
manufaktur yang mengalami penurunan, ketidakefisienan perusahaan yang sedang diuji.
berproduksi berdasarkan perusahaan dan pengaruh umum industri Menurut Bilaney, penyesuaian tingkat
pesanan dari pihak
lainnya. utilisasi kapasitas untuk mendapatkan nilai
afiliasi namun harus
melakukan pengadaan Idealnya sebagai contract manufacturer laba yang disesuaikan dapat dilakukan dengan
bahan baku sendiri. yang hanya melakukan proses produksi 3 pendekatan yaitu pertama penyesuaian
Perusahaan ini berdiri
pada tahun 2012. berdasarkan pesanan tidak akan menerima biaya tetap berdasarkan kapasitas rata-rata
Selama beroperasi selalu pesanan penjualan jika diketahui bahwa perusahaan pembanding dengan asumsi nilai
mengalami kerugian, produksi tersebut nantinya tidak akan penjualan dan biaya variabel perusahaan yang
bagaimana analisis menghasilkan laba operasi. Namun yang diuji tidak berubah. Kedua, penyesuaian tingkat
kesebandingan yang
dapat dilakukan untuk perlu dicermati disini adalah apakah volume utilisasi kapasitas pihak yang diuji pada titik
kondisi rugi perusahaan produksi sudah bisa menyerap seluruh maksimum yaitu 100% dengan asumsi biaya
saya ini? Terima kasih. kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. tetap adalah konstan. Pendekatan ketiga yaitu
Tidak tercapainya kapasitas produksi bisa penyesuaian laba perusahaan pembanding
menyebabkan hasil dari penjualan tidak dapat dengan menyerap depresiasi di tingkat yang
menutupi biaya tetap (fixed cost) perusahaan sama dengan depresiasi pihak yang diuji.
sehingga menyebabkan kerugian. Perusahaan Demikian penjelasan dari saya semoga
pembanding yang diperoleh bisa saja tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. IT

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 65


insidesolution
DOMESTIC TAX CASE

Risiko Nomor Seri Faktur Pajak


Tidak Berurutan
Oleh: Terima kasih atas pertanyaan yang Berhubungan dengan penjelasan di
KHISI ARMAYA DHORA disampaikan kepada kami. atas, jika pada faktanya PKP menerbitkan
Assistant Manager (Tax
Compliance & Litigation Services) Dalam hal terjadi permasalahan Faktur Faktur Pajak dikarenakan tidak disengaja
DANNY DARUSSALAM Tax Center
khisi@dannydarussalam.com Pajak yang lompat atau terlewati, saya akan (karena kekhilafan) maka dalam hal risiko
menjabarkannya per tahun dikarenakan sebagaimana dijelaskan di atas telah terjadi,
terjadinya perubahan peraturan mengenai PKP dapat menempuh jalan untuk melakukan
penerbitan Faktur Pajak menyebabkan permohonan untuk mengurangkan atau
PERTANYAAN: perbedaan perlakuan pada masing-masing menghapuskan sanksi administrasi tersebut.
Raymon, tahun tersebut. Hal ini adalah sesuai dengan Pasal 36 ayat (1)
Jakarta huruf a Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Dear Tim Redaksi Tahun 2012 Tat Cara Perpajakan (UU KUP). Hal di atas
InsideTax, Dasar hukum mengenai penerbitan Faktur adalah dengan catatan bahwa PKP secara fakta
Saya ingin Pajak pada tahun 2012 adalah berdasarkan yang benar-benar terjadi memang melakukan
menanyakan mengenai pada PER-13/PJ/2010 jo PER-65/PJ/2010 karena kekhilafan dan dapat membuktikan hal
permasalahan Nomor
Faktur Pajak yang dan belum mengalami perubahan. Walaupun tersebut.
terlewati (lompat Nomor dikeluarkan PER-24/PJ/2012, namun Tahun 2013
Faktur Pajak) yang ketentuan tersebut tidak berlaku pada tahun
berbeda tahun pajak. ditetapkannya peraturan. Pada tahun 2013, tejadi perubahan
Apa yang harus saya ketentuan mengenai penerbitan Faktur Pajak
lakukan apabila nomor Sesuai dengan Lampiran III huruf A angka seiring diberlakukannya sistem pemberian
faktur pajak yang saya 5 PER/13/PJ/2010 jo PER-65/PJ/2010
buat terlewat satu atau nomor seri Faktur Pajak dari Kantor Pajak
dua nomor, sehingga
disebutkan secara jelas bahwa nomor urut Pratama (KPP) tempat PKP terdaftar per 1
menjadi tidak urut? pada Nomor Seri Faktur Pajak dan tanggal April 2013. Hal ini yaitu adalah sesuai dengan
Risiko perpajakan apa Faktur Pajak harus dibuat secara berurutan. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-
yang dapat timbul atas Dengan demikian, terjadinya nomor seri Faktur
terjadinya nomor Faktur 24/PJ/2012 jo PER-08/PJ/2013. Sesuai
Pajak yang terlewati
Pajak yang terlewati (lompat) dapat dikatakan dengan ketentuan tersebut, dalam Lampiran
(pada tiap tahun pajak salah dan tidak sesuai dengan ketentuan yang III huruf A angka 3, tidak disebutkan bahwa
2012 dan 2013) serta berlaku, sehingga hal ini dapat menimbulkan Faktur Pajak harus dibuat dengan Nomor Seri
bagaimana cara untuk risiko perpajakan, yaitu Pengusaha Kena Pajak
menghindari risiko yang berurutan, namun demikian ada batasan
tersebut?
(PKP) yang bersangkutan dapat dikenakan dalam peraturan tersebut mengenai Nomor
sanksi administrasi berupa denda sebesar Seri Faktur Pajak.
2% (dua persen) dari dasar pengenaan pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (4) Adapun batasan yang dimaksud tersebut
UU KUP. Pengenaan sanksi tersebut dapat yaitu adalah nomor seri Faktur Pajak yang
terjadi dikarenakan PKP dianggap tidak digunakan untuk penerbitan Faktur Pajak
mengisi Faktur Pajak secara lengkap. dalam tahun yang sama dengan 2 (dua) digit
tahun penerbitan yang tertera dalam nomor
Lebih lanjut, adapun cara untuk seri Faktur Pajak. Mengacu pada ketentuan
menghindari risiko tersebut (dalam hal ini tersebut, pada dasarnya dalam hal terjadinya
diasumsikan karena kekhilafan PKP) adalah lompat Nomor Seri, maka hal tersebut
dengan cara membuat berita acara yang adalah tidak menyalahi aturan yang berlaku.
dilaporkan ke kantor pajak yang menjelaskan Walaupun demikian, kami menyarankan
bahwa Nomor Seri Faktur Pajak yang terlompat bahwa terjadinya lompat nomor seri Faktur
tersebut tidak digunakan dan akan digunakan Pajak sebisa mungkin dihindari untuk
pada periode selanjutnya. Namun demikian, menghindari terjadinya perbedaan pendapat
untuk saat ini (tahun 2015) hal ini sulit dengan otoritas perpajakan dalam memahami
untuk dilakukan karena rentang waktu yang ketentuan tersebut.
lama antara tahun terjadinya nomor seri yang
lompat (Tahun 2011) dengan tahun ini. Demikian penjelasan dari saya. Semoga
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. IT

66 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


MEDIA
KIT
InsideTax Magazine publication could not be separated from our awareness of the presence of asymmetric information problems that
happen in around the taxation area in Indonesia. Asymmetric information in this context refers to the imbalance mastery of information among
stakeholders in taxation area. In macro level, the impact of asymmetric information seen from the lack effectiveness of tax policy, the high
rate of tax evasion, and also can lead toward corruption. In micro level, asymmetric information can lead to a different interpretation of the tax
regulation, high rates of tax disputes, and also create high compliance costs.
Therefore, InsideTax Magazine comes to provide enlightenment and education about domestic and international taxation trends to the public.
We are aware asymmetric information in taxation could not be eliminated entirely, and yet we are convinced that InsideTax Magazine as a
media can play a major role in reducing asymmetric information in taxation area.

RATE CARD
(in IDR ‘000)
ITEMS SIZE (PIXEL) OPTION RATE/EDITION REMARKS
COVER
Static Ads & Hyperlink 2,500 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
COVER (inside front cover) -
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30” and Max Size
Full Page Banner 3,000
Hyperlink 5 MB
INSIDE PAGE
FRONT PAGE (after Static Ads & Hyperlink 1,750 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
greetings and before
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
headline) - Full Page Banner 2,500
Hyperlink 5 MB

ANY PAGE (after headline) - Static Ads & Hyperlink 1,500 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
Full Page Banner
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
2,250
Hyperlink 5 MB

ANY PAGE (after headline) - Static Ads & Hyperlink 750 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
Half Page Banner 1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
1,250
Hyperlink 5 MB
Price do not include VAT and other charges (if any). Discount continuous folding position 15% - 30%.

CONTACT PERSON
Eny / Dienda - 021 2938 5758

InsideTax
Edisi 27 | Januari
2015

InsideTa
Edisi 28
| February
2015

MEDIA TREN PERP

x
AJAKAN

hi-TAXnolog
Pelayanan IT Ditjen
y
Pajak Non-Stop MEDIA TR
24/7 Pengembangan EN PERP
AJAKAN
IT sebagai Efek J
bagi Pen er
unggaka
Upaya Strategis
Peningkatan
Performa
Administrasi
Gijzeling
Akankah
: Pajak
Pajak Memberi
Menelaah Efek Jer
a Meningka
Mendoro dan tka
BEPS Action
Kepatu
ng Kepatu n
Plan 10 dan Dengan IT, han? han
Administrasi dengan
Implikasinya
Pajak Menjadi Gijzeling
Bagi
Indonesia Lebih
Sederhana Gijzeling
,
Apa Kat
a
Dunia
Usaha? Berbagi
Berburu Ilmu
Bersama
Pengetahu an DDTC
Transfer Pricin Rangkaian
g
ke Negeri Harmonisasi Penyelesa
“Paman Sam” Perpajakan di Sengke ian
ta
Uni Eropa: Beban dalam
Pajak Efektif Transfer MAP:
Pricing Benarka
h
Ata
Perselisih si
an
dengan
Kesepa
katan?

DOWNLOAD MEDIA PROFILE


insidestoriette

Antara Aku, Hadi dan NPWP

“Aku ingin buka usaha, Lang.” “Mengandalkan gaji saja tak cukup,
Hadi memijat keningnya kuat- Lang. Kamu tahu kan gimana beban
kuat. Kakinya berselonjor di atas hidup sekarang?” jawabnya memecah
bangku kayu warung Bu Surti yang keheningan setelah beberapa saat kami
sedang sepi pembeli siang ini. Kopi terdiam.
yang mengepulkan aroma harum di Hadi adalah seorang karyawan
depannya itu ternyata tak mampu untuk sebuah perusahaan swasta yang
membuat Hadi menyesapnya barang bergerak di bidang percetakan.
sekali. Tumben, biasanya pemuda dua Sebenarnya gajinya terbilang cukup
puluh lima tahun itu bisa menandaskan lumayan, namun posisinya sebagai
dua cangkir kopi sekaligus tiap kami tulang punggung keluarga dengan
MUHAMMAD ARIF melepas penat di warung seperti ini. menanggung orang tua serta tiga adiknya
RIZALDY yang masih sekolah, membuatnya
“Kenapa Had? Bukannya karyawan
seperti kamu gajinya sudah tinggi?” harus pintar-pintar memutar otak agar
Siswa SMA Negeri 1 balasku. biaya hidup keluarganya tercukupi.
Gresik “Lalu kamu rencana mau buka
Hadi menatapku lama. Tak
menjawab pertanyaanku. Matanya usaha apa, Di?”
yang cekung terlihat lelah. Layu. “Usaha kuliner gitu, Lang. Aku
sudah menyusun semua konsepnya,

68 InsideTax | Edisi 30 | April 2015


insidestoriette
tapi aku bingung..,” Hadi menggantung beberapa anak sekolah yang sedang ini memang seharusnya segera
kalimatnya. mengerjakan tugas mereka. Akhirnya, dibenahi. Rakyat mungkin sudah lelah
“Bingung kenapa?” tanyaku setelah mengantre selama lima belas menghadapi ribet dan lamanya dalam
penasaran. menit, kami mendapat komputer di membuat surat-surat atau dokumen
bilik tiga. penting seperti KTP, SIUP, dan lain-lain.
“Aku nggak punya modal usaha.” Namun, kita juga harus mengapresiasi
“Terus harus buka apa?” tanya Hadi
Aku mengulas senyum tipis. tak sabar setelah berada di depan usaha dan terobosan pemerintah
Kebingungan Hadi mengingatkanku monitor. selama ini untuk memberikan
pada beberapa tahun silam. Ah, kemudahan masyarakat dalam
aku juga pernah di posisi Hadi, ingin “Buka ereg.pajak.go.id terus pilih pembuatan dokumen penting tersebut,
membuka usaha namun bingung harus Daftar Baru,” tukasku memberi arahan salah satunya adalah membuat NPWP
mencari pinjaman ke mana. pada Hadi. berbasis internet alias pembuatan
Jemari Hadi sudah menari-nari di NPWP online. Selain memudahkan
“Kredit di Bank aja Di, kayak aku
atas keyboard komputer. Aku memandu masyarakat, cara ini juga secara tak
dulu,” jawabku memberi saran.
di sampingnya. Sebelumnya, aku juga langsung membuat masyarakat agar
Hadi mengerutkan keningnya, sudah memintanya untuk menscan tak gagap teknologi.
hingga kedua alisnya bertaut di pangkal KTP ataupun dokumen lain yang Beberapa bulan setelah mendapat
hidung. Belum ada sepatah kata pun diperlukan untuk mengisi form registrasi pinjaman dari bank, usaha Hadi
keluar dari bibirnya, namun helaan pembuatan NPWP nantinya. berkembang pesat. Dia membuka
napas panjangnya membuatku yakin
Setelah beberapa menit mengisi restoran yang menyajikan menu khas
jika ia sedang mempertimbangkan
dan mengikuti prosedur yang ada, dari Jawa Timuran. Salah satu resep
usulku masak-masak.
mulai mengisi data, mendapat nomer menunya ia peroleh dari Kakeknya
“Sebenarnya aku juga memikirkan verifikasi dari email, mengupload scan yang memang dulunya adalah penjual
solusinya ke arah sana. Tapi aku KTP dan lain-lain, Hadi sudah berada Soto Lamongan yang cukup terkenal di
lihat ada salah satu persyaratan pada akhir prosedur. “Semua data sudah daerahnya.
yang mengharuskan jika yang ingin terisi, kan?” tanyaku memastikan. “Wah… usahanya laris manis,
mengajukan kredit di bank harus punya
Hadi mengangguk. “Sudah.” nih,” godaku ketika mengunjungi
NPWP. Aku takut ngurusnya ribet dan
restorannya.
bayarnya mahal,” keluh Hadi. “Ya sudah kalau begitu klik tombol
‘kirim permohonan’.” Senyum bahagia merekah di wajah
Kepalaku naik turun mendengar
Hadi. “Alhamdulillah Lang,” ujarnya
ceritanya sembari meneguk sedikit teh Kursor mouse yang dijalankan
sembari mempersilakanku duduk. Tak
yang mulai dingin di gelasku. “Kenapa Hadi sudah terlihat menekan tombol
lama kemudian, rujak cingur dan dawet
harus takut ribet dan mahal kalau mau tersebut. Setelah itu, kami bergegas
ayu bertengger manis di depanku.
ngurus NPWP? Kan sekarang bisa lewat keluar warnet. Tak lebih dari sepuluh
online tanpa harus datang langsung ke menit waktu yang digunakan untuk Tanpa ampun, aku menandaskan
KPP? Gratis lagi,” timpalku santai. membuat NPWP. makanan itu dalam waktu singkat.
Makanan di restoran Hadi memang
Hadi mengerjap mendengar “Terus kartu NPWPnya gimana,
benar-benar enak. “Enak sekali
pernyataanku. Dia seperti tak percaya Lang?”
makanan di restoranmu, Di. Pantas
kata-kata yang baru saja meluncur “Ya nanti akan dikirim ke rumah saja ramai,” pujiku. “Eh tapi jangan
dari bibirku. “Kamu beneran? Aku lagi kamu.” lupa…”
serius loh, Lang.” Matanya menyipit,
seakan ingin mendapat kepastian. “Ongkos kirimnya gratis?” tanyanya Jeda dalam kalimatku memantik
lagi. rasa penasaran Hadi. “Jangan lupa
“Aku serius, Di.” Aku meletakkan
“Gratis… tis… tis…” apa?”
kembali gorengan yang tadinya ingin
kusantap. Beralih pada Hadi yang ada Senyum Hadi merekah. Binar “Jangan lupa bayar pajak.”
di depanku. di matanya yang tadi meredup “Ya nggak dong, Lang. Kan orang
“Kalau online gimana caranya?” kini mendadak kembali berbinar. bijak, taat pajak. Lagian aku juga ingin
Semangatnya kembali nyalang untuk berkontribusi untuk kemajuan negeri ini
Tanpa menjawab pertanyaannya, membuka usaha barunya. lewat pajak,” tukas Hadi cepat.
aku mengajaknya ke sebuah warung
internet yang letaknya tak jauh dari “Ternyata mudah banget ya Lang Ah, Hadi benar. Jika saja banyak
kampung kami, tentu saja setelah bikin NPWP. Dulu aku sempat ogah- masyarakat yang sadar untuk membayar
membayar semua makanan dan ogahan bikin, makanya rencana pajak, hal itu pasti membawa banyak
minuman yang kami pesan pada Bu usahanya masih kayak jalan di tempat. perubahan positif di negeri ini. Tak
Surti. Ya… kamu kan tahu gimana ribetnya lama, tawa kami pun berderai di sudut-
sistem birokrasi di negeri ini.” sudut restoran seiring cerita yang
Warnet dengan dominasi warna
Aku membenarkan ucapannya mengalir. Larut bersama matahari yang
biru itu riuh oleh suara anak-anak
dalam hati. Sistem birokrasi di negeri mulai luruh di kota kami. IT

yang sedang bermain game. Ada juga

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 69


insideintermezzo
Mon, sini deh.. “Untuk
Liat tuh, mengoptimalisasi Wah, memang
sekarang orang penerimaan pajak akan sebelumnya Ya bayar lah,
kaya bakal diincar dilakukan penggalian orang kaya Mon.. Masa
pajak tuh potensi penerimaan gak bayar ga kena
pajak dengan sasaran pajak, PakDe? pajak.
orang pribadi golongan
berpenghasilan tinggi.”

“Terserah Mas Mon”

Loh, terus Wah, kalo


kenapa baru gitu Mon
ada beritanya mau belanja Loh, kok Iya, mau
sekarang, dulu ah... malah ngabisin duit Terserah
PakDe? Begini Mon, mereka belanja?? tabungan, biar kamu deh
mau menggencarkan gak dikira Mon,
penerimaan pajak dari orang kaya!! bebaass..
orang-orang kaya di
dalam negeri.

Padahal tarif kita


kan progresif Clar, Apalagi kalau
harusnya orang kaya Betul, Jun! Tapi, kekayaannya di
masalahnya pemerin- Iya juga sih,
bayar pajak lebih mana-mana, susah gak gampang
gede dong! tah sulit dapat data deh Jun.
Tumben lo, orang kaya. ngelacaknya.
siang-siang gini
udah mikirin
negara aja.

Kenapa ya
penerimaan pajak He
gak pernah He
optimal? He

Bukan
Orang
Kaya
Padahal kontribusi pajak
dari mereka lumayan Weits! Udah dong, Meski gw bukan
gede, kan untuk kemajuan gw bayar pajak orang kaya, gw
negara ini juga. Kontribusi yang sesuai sama JUJUR dan PATUH Ampuuuun,
lu sendiri gimana? kekayaan gw kok! Yakin, Jun?? Lo kok! Clar!
bukannya suka Sini coba
nyimpen duit di liat dulu!
kaos kaki?
KUIS
WORDOKU
Pembaca Inside Tax Setia, InsideINTERMEZZO kali ini menghadirkan
Quiz Wordoku berhadiah. Jawaban dapat dikirim via email ke:
insidetax@dannydarussalam.com
Kalian bisa menemukan 12 kata atau lebih yang berhubungan dengan
pajak (dapat berupa istilah dan singkatan yang lazim digunakan baik dalam
Bahasa Indonesia maupun Inggris) dari huruf-huruf yang tersusun secara
Format Pengiriman:
acak ini. Jawaban dapat ditemukan pada sisi vertikal, horizontal, atupun
1. Nama lengkap dan foto diri diagonal (atas-bawah, bawah-atas, kanan-kiri, atau kiri-kanan). Temukan
2. Scan identitas diri dalam bentuk katanya, dan dapatkan hadiah menarik dari kami.
pdf/jpeg Yang dapat menemukan kata paling banyak dialah pemenangnya.
3. Asal instansi/organisasi/
perguruan tinggi
4. Alamat lengkap, nomor telepon Y S U Q Z R O F V X Z
yang bisa dihubungi, dan akun
twitter T N E M T S E V N I H
5. Attachment jawaban kuis (dalam
bentuk .docx/hasil scan) K O W Q F X N J K P A
6. Berikan komentar/kritik/saran T E F C K I E W K B K
Anda untuk InsideTax.
Jawaban paling lambat dikirimkan Z A P Y P E S S O P M
pada tanggal 22 Mei, pukul 00.00
WIB. P V X M B E U K P H J

Hadiah: J T U P E G T W A T Y
Merchandise menarik dari DDTC I B K T A N G I B L E
untuk 3 (tiga) orang pemenang.
H Q O P G Y O H D B C

F A K T U R E R W U W

J P I U S C F R X Y A

Pemenang Kuis TTS Edisi 29 Jawaban Quiz TTS Edisi 29:


Mendatar: Menurun:
Muhammad Raihan 1. APA 2. Advance Ruling
Ilmu Administrasi Fiskal 2013 5. Paten 3. ALP
Universitas Indonesia 7. CUP 4. MAP
“InsideTax merupakan majalah yang 9. Buoyancy 6. Traveling
sangat berkualitas bagi penikmat
dunia perpajakan. Jadi jangan 11. Insan 8. Ear Marking
lewatkan update-update terbaru dari 12. Gijzeling 10. Cukai
@mhraihan InsideTax untuk menambah wawasan
dan informasi mengenai isu-isu 15. PTKP 13. Importir
perpajakan terkini.” 17. PPN 14. SOP
18. GAAR 16. P3B
19. EFilling 20. IRS

InsideTax | Edisi 30 | April 2015 71

Anda mungkin juga menyukai