Ikanku Hilang
Pajakku Melayang
Kejahatan Overview Rencana
Pajak di Sektor Aksi BEPS Ke-8:
Perikanan “Hard to Value
Intangibles”
Perpajakan
Menikmati Sektor
Summer Perikanan
Course & Tur di Tangkap di
Kota Leiden Indonesia
Reformasi
Pendidikan Pajak
sebagai Kunci
Keberhasilan
Penerimaan
Pajak yang
Berkesinambungan
insideCONTENT Edisi 35 | Oktober 2015
3 InsideGREETINGS
14 TaxENLIGHTENMENT
40 InsideLIBRARY
42
44
NewsflashDOMESTIC
NewsflashINTERNATIONAL
InsideHEADLINE
Kejahatan Pajak di Sektor Perikanan
6
46 InsideEVENT
Seminar Eksklusif: Hadapi Pemeriksaan Pajak &
Transfer Pricing Bersama DDTC
52 InsideEVENT
In-house Training Unilever: Pentingnya
16
‘Membaca’ Tax Treaty
InsideReview
55 InsideEVENT
Company Visit DDTC: Solusi Mahasiswa saat
Perpajakan Sektor
Perikanan Tangkap di Indonesia
Haus Transfer Pricing
53 InsideEVENT
Jentera: Sekolah Pembaru Hukum
57 Students’CORNER
Beneficial Ownership Berkaitan dengan Capital
Gain, Mungkinkah?
61
64
Students’CORNER
Spektakulernya Indonesian Tax Festival 2015
InsideSOLUTION
InsideOPINION
Reformasi Pendidikan Pajak sebagai
Kunci Keberhasilan Penerimaan Pajak
yang Berkesinambungan
22
67 TaxTRAVELING
Menikmati Summer Course &
Tur di Kota Leiden
70
34
InsideINTERMEZZO
InsideREVIEW
Overview Rencana Aksi BEPS Ke-8:
“Hard to Value Intangibles”
insidegreetings
Komunitas pajak yang terhormat,
Jika kita telusuri kembali, bangsa
Indonesia pernah mencapai abad keemasan
sebagai negara maritim ketika dibawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit, Sriwijaya
serta kerajaan lainnya yang terkenal sebagai
‘penguasa laut’. Kala itu bangsa Indonesia
dapat menguasai ekonomi dan perdagangan
PEMIMPIN UMUM
global dengan memanfaatkan wilayah
Darussalam
lautnya yang begitu luas dan memiliki posisi
strategis. WAKIL PEMIMPIN UMUM
Danny Septriadi
Namun, zaman kejayaan itu kini
bagaikan hilang dihempas badai. Indonesia KOORDINATOR PELAKSANA
kini dihadapkan dengan berbagai tindak B. Bawono Kristiaji
kejahatan di sektor perikanan yang tentunya
PEMIMPIN REDAKSI
juga menjadi persoalan di banyak negara, Gallantino F.
salah satunya seperti yang dibahas dalam InsideHEADLINE edisi kali ini yaitu
tax crime in fishery. Dalam praktiknya, proses bisnis di sektor perikanan REDAKSI
Anggi Tambunan
memang sangat rentan, terbukti dengan masih banyaknya celah-celah kriminal Awwaliatul Mukarromah
yang digunakan oleh para pelaku usaha perikanan untuk menghindari pajak. Cindy Kikhonia Febby
Tapi apa daya, otoritas pajak sendiri seringkali tidak mempunyai pemahaman Denia Endriani
yang baik mengenai aktivitas ekonomi di sektor perikanan, yang menyebabkan Dienda Khairani
Rinan Auvi Metally
potensi dari sektor perikanan luput dari pengenaan pajak yang seharusnya Romy Afandi
dilakukan. Tati Pertiwi
Isu mengenai tindak kejahatan pajak di sektor perikanan menjadi menarik
untuk diangkat pada edisi kali ini, mengingat pemahaman atas proses bisnis DESAIN & ILUSTRASI
di sektor perikanan perlu dilakukan sebagai awal dalam menentukan langkah- Robet
langkah strategis menghadapi tindak kejahatan pajak di sektor perikanan. Tati Pertiwi
Tidak hanya itu, pada edisi kali ini pembaca juga akan disuguhi kajian-kajian KEUANGAN
menarik dan berbobot yang tentunya akan mengasah daya nalar pembaca Dewi Permatasari
dalam menjelajah perpajakan di Indonesia. Seperti pembahasan mengenai
PEMASARAN
pentingnya reformasi pendidikan pajak sebagai kunci penerimaan pajak yang Eny Marliana
berkesinambungan dalam rubrik InsideOPINION yang ditulis oleh Darussalam.
Selain itu, terdapat pula artikel oleh Samsul Arifin yang juga mengangkat REKENING BANK
BCA KCP Ruko Artha Gading
mengenai perpajakan di sektor perikanan tangkap di Indonesia dan artikel yang
A/C: 8400031020
ditulis oleh Cindy Kikhonia Febby mengenai overview rencana aksi BEPS Ke-8. A/N: PT Dimensi Internasional Tax
InsideTax juga menyajikan rubrik-rubrik menarik yang sayang untuk
ALAMAT REDAKSI
dilewatkan. Seperti rubrik InsideSolution yang tentunya senantiasa berbagi ilmu Menara Satu Sentra Kelapa Gading
terkait kasus yang seringkali dihadapi oleh pembaca, rubrik TaxTRAVELING di Lantai 6 (Unit #0601 - #0602 - #0606)
mana Anggi Tambunan akan berbagi pengalamannya di negeri kincir angin, Jl. Bulevar Kelapa Gading LA3 No. 1
serta rubrik-rubrik lainnya seperti berbagai liputan event dan kuis berhadiah Summarecon, Kelapa Gading,
Jakarta Utara, Indonesia 14240
menarik yang tentunya sangat sayang untuk dilewatkan.
+6221 2938 5758
Redaksi mengajak pembaca sekalian untuk berkontribusi secara aktif di
dunia perpajakan Indonesia. Untuk itu, redaksi selalu membuka kesempatan +6221 2938 5759
bagi para pembaca untuk menyalurkan buah pemikiran dalam bentuk tulisan insidetax@dannydarussalam.com
kepada redaksi. Akhir kata, selamat membaca InsideTax, dan mari mulai
dannydarussalam.com/insidetax
gerakan reformasi perpajakan!
InsideTax
- Gallantino F. -
Diterbitkan oleh:
Follow us on @DDTCIndonesia
Kini Majalah InsideTax tersedia di:
Pasang Aplikasi Majalah Indonesia di handphone atau tablet anda melalui Google Play
Store atau Apple Store secara GRATIS. Lalu cari majalah dengan kode Inside(spasi)Tax
INFORMASI KERJASAMA DAN PEMASANGAN
IKLAN
Untuk kerjasama dan pemasangan iklan Anda dapat menghubungi:
Dienda atau Eny, 021 29385758 atau 021 29385759 (fax) atau
dengan mengirimkan e-mail ke:
marketing.insidetax@dannydarussalam.com
A
Direktorat Jenderal Pajak membagi
pemajakan ke dalam 21 kategori
kelompok lapangan usaha. Sektor
perikanan termasuk dalam kategori > Pertanian
Kehu
Perikanan
8,64%
Kontribusi Sektor Perikanan
Terhadap Perpajakan
Perpajakan
(Triliun rupiah)
2012 2013 2014
Tani, Hutan
dan Perikanan
15,80 15,12 15,94 Pertumbuhan PDB Perik
Perikanan 0,10 0,09 0,16 Triwulan I Tahun 2015
Total 980,5 1.077.3 1.246,1
2,46%
Terhadap PDB
PDB (Triliun rupiah)
2012 2013 2014
Tani, Hutan
1.193,45 1.310,43 1.446,72
dan Perikanan
Perikanan 255,37 291,78 340,34
Kontribusi PDB Perikanan
Total 8.230,92 9.087,27 10.094,92
Triwulan I Tahun 2015
Sumber: Nota Keuangan APBN (2015), Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) & Direktorat Jenderal Pajak (2015)
AHE”
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau yang
211 km persegi dan zona perairan darat seluas 5.400 km persegi. Dengan kekayaan
taxenlightenment
dua terbesar di dunia pada tahun 2011. Selama beberapa tahun terakhir, Produk
businya masih sangat minim terhadap penerimaan negara. Tax ratio sektor
utanan
%
Tax Ratio Sektor Perikanan
Periode
2012 2013 2014
Tani, Hutan dan Perikanan 1,32% 1,15% 1,10%
Pemilik KPI
Total NPWP 987
4964 Pemilik KPI
Non-NPWP881
Kapal Penangkap Ikan
(KPI) terdaftar di
Kementerian Kelautan
dan Perikanan
insidereview
Sumber: Direktorat Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan Direktorat Jenderal Pajak (2015)
dilakukan otoritas pajak belum efektif ikan pun memenuhi kriteria objek pajak pada kategori usaha tertentu akan
dan sistem pajak yang berlaku tidak sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat ditanggung oleh pemerintah. PPh
sepenuhnya sesuai dengan nature dari (1) UU PPh. Pasal 21 ditanggung pemerintah
usaha perikanan tangkap. untuk karyawan usaha perikanan
1. Aspek Pajak Penghasilan tangkap (ABK dan nahkoda) dengan
Menurut Wudianto, nilai potensi
perikanan 344 triliun rupiah a. Penghasilan Usahawan jumlah penghasilan bruto kurang
hanya berasal dari data resmi yang Selama tahun 2010 sampai dari 5 juta rupiah dalam sebulan.
teridentifikasi oleh Kementerian dengan 2013 WP (usahawan) Secara umum, ABK tidak terutang
Kelautan dan Perikanan (KKP), dipajaki dengan tarif umum yang PPh Pasal 21.
sedangkan masih ada potensi yang berdasarkan ketentuan Pasal 17 2. Aspek Pajak Pertambahan Nilai
tidak “didaratkan” di pelabuhan UU PPh. Mulai tahun 2014, Hasil tangkapan berupa ikan dan
resmi milik KKP maupun Pemerintah bagi usahawan yang peredaran hewan laut lainnya merupakan Barang
Daerah.4 Potensi perikanan tangkap usahannya kurang dari 4,8 miliar Kena Pajak (BKP) sebagaimana diatur
sesungguhnya jauh lebih besar dari rupiah, dapat menggunakan tarif dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
angka ini. Selain itu, masih ada PPh Final sebesar 1% sesuai dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dalam
persoalan lain perikanan tangkap yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46 Pasal 3A UU PPN juga diatur bahwa
illegal fishing dan transhipment. Tahun 2013 (selanjutnya disebut pengusaha perikanan tangkap yang
Penulis membatasi kajian hanya PP-46). Berdasarkan Keputusan melakukan penyerahan BKP lebih
pada sektor perikanan tangkap Dirjen Pajak Nomor 536 Tahun dari batas tertentu wajib melaporkan
(tidak membahas sektor perikananan 2000 (selanjutnya disebut KEP- usahanya untuk dikukuhkan sebagai
budidaya) dan bertujuan untuk 536), usahawan perikanan tangkap Pengusaha Kena Pajak, yang juga
mengidentifikasi kendala pemajakan, diperkenankan menggunakan diperkuat dengan ketentuan dalam
mengenali potensi pajak dari sektor Norma Penghitungan Penghasilan Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan
perikanan tangkap, dan memberikan Neto (NPPN). Tarif NPPN bagi Nomor 31 Tahun 2008 (selanjutnya
rekomendasi model pemajakan yang usahawan adalah adalah 25% disebut PMK-31).
lebih sesuai dengan nature usaha untuk 10 ibukota propinsi, 23%
untuk kota propinsi lainnya, dan Namun, dalam PMK-31, hasil
perikanan tangkap. perikanan tangkap dikategorikan
22% untuk daerah lainnya.
sebagai BKP tertentu yang dibebaskan
Aspek Pajak Sektor Perikanan b. Penghasilan Karyawan (Anak dari PPN. Kelompok BKP tertentu atau
Buah Kapal) dianggap strategis yang mendapat
Perikanan tangkap adalah salah
satu kelompok lapangan usaha dalam Sementara itu, penghasilan fasilitas pembebasan PPN di antaranya
bidang perpajakan. Orang pribadi karyawan atau Anak Buah Kapal adalah hasil pertanian, sebagaimana
atau badan yang menjalankan usaha (ABK) tidak termasuk ke dalam ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
perikanan tangkap (selanjutnya disebut potensi pajak sektor perikanan Pemerintah No. 7 Tahun 2007. Salah
usahawan), memenuhi syarat subjek karena penghasilan yang kurang satunya adalah ikan yang merupakan
pajak dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- dari batasan Penghasilan Tidak produk dari perikanan tangkap.5
Undang Pajak Penghasilan (UU Kena Pajak (PTKP). Dari temuan Singkatnya, ketika ikan diambil
PPh). Usahawan yang menjalankan penulis, diketahui bahwa gaji ABK dari sumbernya (laut) oleh nelayan
usaha perikanan tangkap dianggap Kapal Penangkap Ikan (KPI) Long terbebas dari PPN. Lalu, ketika nelayan
memenuhi persyaratan subjektif dan Line (Tuna) adalah Rp50.000/hari, menjual ke pedagang pengumpul juga
objektif, sehingga wajib mendaftarkan dengan periode pembayaran diterima dibebaskan dari PPN, selanjutnya
diri untuk memperoleh Nomor Pokok setiap kapal mendarat (selama 3-9 pedagang pengumpul menjual ke
Wajib Pajak (NPWP). Penghasilan yang bulan). Sedangkan untuk kapal- supermarket besar juga bebas PPN,
diperoleh dari kegiatan penangkapan kapal jenis tertentu, ada pula yang dengan catatan selama produk yang
menggunakan sistem bagi hasil. dijual masih berupa ikan utuh.
Lebih lanjut, berdasarkan Peraturan
4. Hasil wawancara Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. selaku Menteri Keuangan Nomor 43 Tahun
Peneliti Utama Balitbang Kementerian Kelautan dan 5. Gunadi, Panduan Komprehensif PPN (Jakarta: PT.
Perikanan. 2009, pajak penghasilan pekerja Multi Utama Consultindo, 2013), 280.
Tahun Pajak
Penerimaan Pajak
2010 2011 2012 2013 2014
KPP Pratama Pekalongan
Sebelum penelitian (1) 572,22 496,96 550,59 1.017,64 1.005,32
Hasil penelitian (2) 1.545,68 3.338,87 2.802,28 4.859,24 4.908,27
Tax Gap (3=2-1) 973,46 2.841,91 2.251,69 3.841,60 3.902,95
Persen Tax Gap (4=2/1) 270% 672% 509% 478% 488%
KPP Pratama Cirebon
Sebelum penelitian (1) 11,34 15,94 11,29 12,20 220,11
Hasil penelitian (2) 76,29 2.500,04 3.586,81 5.623,96 2.010,66
Tax Gap (3=2-1) 64,95 2.484,10 3.575,52 5.611,76 1.790,55
Persen Tax Gap (4=2/1) 673% 15.683% 31.765% 46.099% 913%
Classification Classification
appropiate certainly
seharusnya terutang dengan pajak yang penerimaan pajak. Rata-rata perbedaan dasar yang kuat dan berawal dari
sukarela dibayar. Setelah mendapatkan selisih tersebut mencapai lebih dari kondisi nyata yang ada dan sesuai
hasil penelitian potensi pajak yang 500%. Artinya, potensi penerimaan dengan kebutuhan Indonesia. Atas
seharusnya dibayarkan oleh usahawan pajak masih dapat ditingkatkan dasar tersebut, penulis mencoba
perikanan tangkap, maka dapat melebihi realisasi saat ini. mengevaluasi kondisi sektor perikanan
dibandingkan penerimaan pajak yang tangkap dengan menggunakan kriteria
telah terealisasi dengan potensi pajak Evaluasi Model Pemajakan “10 Prinsip Pajak yang Baik” menurut
tersebut. Parameter yang digunakan AICPA. Lalu, dengan menggunakan
Guna mengetahui nilai dari suatu
adalah penerimaan pajak sebelum alat bantu aplikasi NVIVO 10, penulis
realisasi kinerja kebijakan pajak saat
dilakukan penelitian yang diperoleh mencoba menjabarkan evaluasi model
ini, maka diperlukan suatu evaluasi.9
dari Direktorat Potensi, Kepatuhan dan pemajakan sektor perikanan tangkap.
Dengan tergambarnya kondisi kebijakan
Penerimaan Ditjen Pajak dibandingkan Model ini adalah gambaran atas kondisi
pajak saat ini maka rekonstruksi
dengan perhitungan PPh terutang WP sektor perikanan tangkap saat ini
kebijakan pajak dapat mempunyai
menurut penelitian ini. Pada Tabel 4 (Lihat Gambar 1).
dapat disampaikan bahwa, terdapat Berikut merupakan hasil evaluasi
selisih mencolok antara realisasi 9. Titi Muswati Putranti, Rekonstruksi Kebijakan kondisi sektor perikanan tangkap
penerimaan pajak dengan potensi Insentif Pajak Menuju Industri Rendah Karbon (Depok:
dengan menggunakan prinsip pajak
Universitas Indonesia, 2014), 197.
“T
dilakukan pembinaan (konseling). WP Perikanan Tangkap belum bisa
erdapat Melalui konseling, para WP sektor mengurangi selisih pembayaran
selisih perikanan tangkap mengaku pajak, sebab pembayaran pajak
kesulitan jika pembayaran harus dilakukan dengan sukarela,
mencolok mengikuti ketentuan PPh Pasal 17 bukan dengan dipungut oleh
antara realisasi yang mengharuskan ada setoran pemungut pajak, sehingga tingkat
penerimaan setiap bulannya.11 kepatuhan rendah dan penerimaan
2. Biaya dalam memungut pajak minimum. Penerimaan negara
pajak dengan dari perikanan tangkap berupa
adalah biaya terendah baik bagi
potensi WP maupun otoritas pajak. pajak dan penerimaan negara
penerimaan Penulis berhasil menemukan biaya bukan pajak (PNBP). Penerimaan
pemungutan pada usahawan pajak bertumpu pada pendapatan
pajak. Rata- WP, sehingga apabila WP tidak
perikanan tangkap adalah minimum,
rata perbedaan sebab hanya mencakup perhitungan melakukan pekerjaan penangkapan
ikan, maka penerimaan pajak turun.
selisih tersebut omzet dan biaya usaha. Selain itu,
Namun negara tetap mendapat
pada sektor perikanan tangkap,
mencapai lebih peraturan pajak yang relevan penerimaan yaitu dari PNBP.
dari 500%. adalah PP-46 dengan tarif pajak 5. KEP-536 menyebutkan bahwa
Artinya, potensi 1% dari peredaran usaha. Dari NPPN untuk usahawan sektor
kondisi saat ini di lapangan, aturan perikanan tangkap adalah 25%,
penerimaan tersebut cukup sederhana sehingga 23% dan 22%. Hal ini sudah
pajak masih usahawan dapat memahami sesuai dengan perhitungan analisis
dapat peraturan tersebut dengan baik. penghasilan dan beban usaha
yang dilakukan penulis. Dari hasil
ditingkatkan 3. Efek dari penerapan suatu aturan
analisis, dapat ditemukan bahwa
pajak tidak boleh mempengaruhi
melebihi keputusan WP untuk melakukan rata-rata beban operasional KPI
realisasi saat atau tidak melakukan transaksi adalah 76,2%12, sehingga margin
laba sebelum pajak dari kegiatan
ini.” usaha tersebut. Kondisi di
penangkapan ikan cukup besar
lapangan, WP membayar dengan
jumlah minimum, sebab jika harus yaitu 24,8%. Meskipun potensi
membayar dengan jumlah sesuai penerimaan pajak WP lebih besar
dengan peraturan perpajakan, maka dari penerimaan pajak saat ini,
akan mempengaruhi keputusan namun ada potensi resistensi jika
menurut AICPA. usaha usahawan. Contohnya, otoritas pajak menggunakan NPPN
usahawan perikanan tangkap sebagai dasar pemungutan pajak.
1. Berdasarkan prinsip keadilan,
pengenaan pajak kepada pengusaha memiliki 4-5 KPI, jika membayar 6. Saat ini, WP dengan peredaran
perikanan tangkap telah memenuhi pajak sesuai dengan tarif dalam usaha kurang dari 4,8 miliar rupiah
unsur keadilan dalam pemerataan PP-46, akan ada kemungkinan WP akan dikenakan pajak dengan tarif
beban pajak.10 Pada sektor perikanan menjual salah satu KPI nya yang 1%, sedangkan jika lebih dari di atas
tangkap, WP mengetahui jumlah berukuran paling kecil atau yang 4,8 miliar rupiah akan mengikuti
pajak yang harus dibayar, namun paling rugi sebagai efisiensi usaha. ketentuan sebagaimana Pasal 17
kepatuhan membayar pajak masih 4. Dari kondisi di lapangan saat ini, UU PPh. Dengan skema PP-46,
rendah. Hal ini disebabkan karena WP merasa banyak pungutan di usahawan dengan peredaran usaha
sifat dari penghasilan yang dibayar laut. Pungutan tersebut bersifat kurang dari batasan yang telah
sendiri (self-assesment), bukan pungutan liar, sehingga mengurangi ditentukan per tahun dikenakan
pajak yang dipungut (withholding pendapatan WP. Hal ini berakibat tarif tunggal 1% dari peredaran
tax). Usahawan perikanan tangkap WP tidak dapat membayar pajak usaha. Skema ini sangat bagus
belum mendapat perhatian khusus sejumlah yang seharusnya dibayar. untuk saat ini karena margin laba
dari otoritas pajak, sehingga Usahawan mengetahui bahwa perikanan tangkap lebih dari 20%.
pembayaran pajak tidak dilakukan usaha perikanan tangkap yang Dengan menggunakan tarif ini, tidak
pada saat paling baik bagi WP. dilakukan menimbulkan pajak ada alasan bagi usahawan untuk
“O
cenderung menurunkan kepatuhan
Konstruksi pajak. Selain itu, tarif pajak tunggal, toritas
Usahawan perikanan tangkap perlu menurut Fischer berpengaruh positif
pajak
peraturan tersendiri yang lebih sesuai kepada kepatuhan pajak.14
sebaiknya
dengan nature usahanya, sebagaimana Penulis menutup dengan
penulis coba sandingkan dengan usaha memperkuat
memberikan beberapa rekomendasi
sektor (jasa) konstruksi.13 Hal ini karena sebagai berikut. Pertama, otoritas pajak pencarian data di
karakteristik usaha perikanan tangkap sebaiknya memperkuat pencarian data sektor perikanan
serupa dengan jasa konstruksi dalam di sektor perikanan tangkap. KPP dapat tangkap. KPP
hal berikut: mengajukan permintaan data produksi dapat mengajukan
1. Kemudahan bagi WP. Penghasilan per kapal di pelabuhan setempat.15 permintaan data
yang diperoleh bernilai besar, Kedua, objek pajak perikanan tangkap
produksi per kapal
rata-rata di atas 1 miliar rupiah relatif sederhana yaitu penghasilan
dari kegiatan penangkapan ikan, maka di pelabuhan
per tahun. Hal ini sejalan dengan
prinsip simplicity. otoritas pajak lebih mudah melakukan setempat.”
sosialisasi ketentuan pajak penghasilan
2. Saat terutang pajak. Jangka waktu
kepada usahawan. Sebab penghasilan
perolehan penghasilan perikanan
sebagai subjek pajak lebih mudah
tangkap 3 sampai 4 bulan sekali,
dipahami dan diterima dibandingkan
hal ini serupa dengan usaha jasa
dengan pajak lainnya. Potensi pajak
konstruksi yang mendapatkan
sektor perikanan tangkap dapat lebih
penghasilan berdasarkan termin.
mudah tergali apabila petugas otoritas
Pemungutan pajak bersifat final
pajak memahami proses bisnis usaha
pada saat diperolehnya pembayaran
penangkapan ikan. Terakhir, adanya
sejalan dengan prinsip convenience
peraturan pemerintah yang khusus
in payment.
untuk usaha perikanan tangkap, hal
3. Menjaga iklim usaha tetap kondusif. ini bertujuan untuk menyederhanakan
Adanya ketidakpastian dalam usaha pemahaman usahawan. Model
perikanan tangkap. Perolehan hasil pemajakan perikanan tangkap dapat
tangkapan sangat dipengaruhi oleh mengikuti ketentuan pada aturan
cuaca, angin, dan ombak. Sehingga pajak final bagi penghasilan atas jasa
tidak jarang nelayan tidak mendapat konstruksi. IT
REFORMASI
PENDIDIKAN PAJAK
DARUSSALAM
SEBAGAI KUNCI
Managing Partner di
DANNY DARUSSALAM Tax
Center. Menyandang gelar LL.M
KEBERHASILAN
Int.Tax dari European Tax College
(Tilburg University Belanda
dan KU Leuven Belgia) dan S2
PENERIMAAN
Ilmu Administrasi Perpajakan
Universitas Indonesia. PAJAK YANG
BERKESINAMBUNGAN
D
ewasa ini, Pemerintah Indonesia
semakin bergantung kepada
penerimaan perpajakan sebagai
sumber pembiayaan pembangunan
negara. Di periode 1970-an, proporsi
pendapatan dari sektor perpajakan
hanyalah sebesar ±40%, namun kini
telah mencapai ± 85%. Ketergantungan
yang tinggi tersebut tidak dapat
dilepaskan dari tidak mampunya
sumber-sumber pendapatan lain
terutama dari sektor perdagangan
internasional untuk migas dan juga
hibah sebagai penopang pendapatan,
atau dengan kata lain tidak lagi
sustainable. Liberalisasi perdagangan,
menurunnya cadangan minyak, serta
lesunya aktivitas negara donor menjadi
faktor-faktor yang mendorong semakin
pentingnya sumber pembiayaan dalam
negeri melalui pajak.
Pertanyaannya adalah seberapa
siapkah Indonesia dalam membiayai
dalam sektor pajak. Kesiapan sumber seperangkat aturan, jargon-jargon atau
pembangunannya dari uang pajak?
daya manusia bisa menjamin prasyarat sosialisasi yang masif, namun terletak
Jawaban atas hal tersebut tentu saja
terbentuknya masyarakat pajak (tax pada bagaimana sistem pendidikan
dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu
society) yang cerdas dan kritis, yang pajak dapat membentuk hal tersebut.1
(i) aspek internal yang bisa dikendalikan
memiliki keinginan untuk berpartisipasi Sistem pendidikan pajak yang baik
pemerintah mulai dari kebijakan
dalam pembangunan, serta mengetahui tidak hanya menghasilkan sumber daya
pajak, peraturan (hukum) pajak,
hak-hak dan kewajiban mereka dalam manusia yang melek pajak, namun
administrasi pajak, tingkat kepatuhan,
perpajakan. Dengan demikian, visi juga ahli-ahli di bidang pajak yang
kelembagaan otoritas pajak, maupun
pembiayaan pembangunan yang
(ii) aspek eksternal yang tidak dapat
berdikari (berdiri di atas kaki sendiri)
dikendalikan oleh pemerintah misalnya 1. Banyak negara berkembang, saat ini mulai
bukan lagi sebagai suatu utopia semata. mengembangkan upaya edukasi pajak dalam rangka
kondisi perekonomian dunia. Walau menjamin setting lingkungan yang mendukung
demikian, terdapat satu elemen yang Kuantitas dan kualitas sumber daya penerimaan pajak yang berkesinambungan. Lihat OECD,
seringkali luput dari observasi kita, manusia dalam area perpajakan pada Building tax Culture, Compliance and Citizenship: A
Global Source Book of Taxpayer Education (Paris: OECD
yaitu kesiapan sumber daya manusia hakikatnya bukan hanya terbentuk dari Publishing, 2015).
X
“Jalur 1” 2008 (lihat Gambar 6)
“Ijazah Formal” -- b.3. Berdasarkan PMK-229
“Jalur 2”
di bidang Perpajakan Tahun 2014 juncto PMK-111
“Ijin Praktek Konsultan
yang diterbitkan oleh Tahun 2014 (lihat Gambar 7)
Pajak”
lembaga pendidikan
yang diterbitkan oleh Dari Gambar 2-7 dapat ditarik
negeri atau swasta yang
Dirjen Pajak kesimpulan bahwa lulusan perpajakan
dipersamakan dengan dari perguruan tinggi tidak diberi
negeri prioritas untuk bisa menjadi kuasa
Wajib Pajak dibandingkan dengan
lulusan non-pajak. Bahkan dalam
PMK-229 Tahun 2014, bagi karyawan
“Jalur 2A” yang akan menjadi kuasa Wajib Pajak
“Sertifikasi Konsultan “Jalur 2B” di tempatnya bekerja, lulusan D III
Pajak” “Pensiunan Pegawai pajak disetarakan dengan lulusan
yang diselenggarakan Ditjen Pajak” brevet dari suatu lembaga kursus
oleh IKPI perpajakan. Akan tetapi, dalam PMK-
111 Tahun 2014, lulusan S1 di bidang
perpajakan bisa mendapatkan Sertifikat
Konsultan Pajak secara langsung tanpa
melalui ujian, tetapi sebatas Tingkat
Gambar 5 - Saat berlakunya UU KUP Tahun 2007 Berdasarkan PP 80 A. Untuk itu perlu perubahan regulasi
Tahun 2007 sebagaimana diganti dengan PP 74 tahun 2011 tentang kuasa Wajib Pajak yang bisa
mendorong perguruan tinggi untuk
mengembangkan jurusan perpajakan.
“Kuasa”
Usulan penulis terkait dengan hal
untuk menjalankan hak dan kewajiban ini adalah menempatkan lulusan
perpajakan perpajakan perpajakan dari suatu perguruan tinggi,
dengan suatu persyaratan tertentu,
untuk dapat langsung mendaftarkan
“Jalur 1” diri menjadi kuasa wajib tanpa ujian
“Ijazah Formal” sertifikasi (jalur otomatis). Namun,
“Jalur 2” agar tidak terjadi monopoli dari lulusan
di bidang Perpajakan
“Ijin Praktek Konsultan bidang perpajakan, maka lulusan
yang diterbitkan oleh
Pajak” non-perpajakan dari perguruan tinggi
perguruan tinggi negeri tetap bisa menjadi kuasa Wajib Pajak
yang diterbitkan oleh
atau swasta dengan melalui jalur penyetaraan. Sedangkan
Dirjen Pajak
status terakreditasi A untuk pensiunan pegawai pajak, dapat
sekurang kurangnya D III menjadi kuasa Wajib Pajak dari jalur
penghargaan. Usulan tersebut dapat
dirangkum dalam Gambar 8.
“B
mempengaruhi, misalkan dalam hal tinggi bergantung atas staf pengajar
pelaporan keuangan, perencanaan yang berasal dari otoritas, sehingga anyak pihak
pajak yang agresif baik yang materi kuliah minim perspektif dari melupakan
diperkenankan maupun tidak, hingga sudut pandang non-pemerintah.51 peranan
menjaga terpenuhinya goal secara Oleh karena itu, ada baiknya jika
penting dari dunia
bisnis (laba) maupun secara tata perguruan tinggi harus ‘berburu’ dan
kelola yang baik (kepatuhan pajak).48 membuka peluang yang luas bagi staf pendidikan pajak.
Singkatnya, muatan kode etik dan pengajar dari berbagai profesi serta Pendidikan dapat
corporate governance menjadi salah bidang keilmuan. Kualitas pengajar merubah mindset
satu elemen yang harus dimasukkan harus dijaga dan ditingkatkan dengan serta tax morale
dalam kurikulum perguruan tinggi di program pengembangan keilmuan bagi masyarakat,
bidang pajak. Jika tidak, ahli pajak mereka. Mereka juga harus dituntut
sehingga dengan
justru akan memanfaatkan informasi untuk selalu melakukan inovasi dan
asimetri yang ada di dalam sektor penelitian dengan didukung oleh demikian dapat
pajak Indonesia dan menciptakan biaya fasilitas, remunerasi, serta ketersediaan menciptakan
kepatuhan yang lebih tinggi.49 dana riset yang sangat memadai. masyarakat melek
pajak. Pendidikan
E. Staf Pengajar dan Fasilitas Penutup pajak juga penting
Penunjang di Perguruan Tinggi
Banyak cara atau terobosan yang untuk mencetak
Atas karena sifatnya mudah bisa dipergunakan untuk mencapai ahli-ahli pajak
berubah-ubah antar waktu, akses penerimaan pajak yang berkualitas dan yang nantinya
informasi mengenai hukum pajak berkesinambungan. Walau demikian,
dapat berkiprah
mutlak dimiliki. Di sinilah suatu banyak pihak melupakan peranan
ketersediaan data indikator perpajakan, penting dari dunia pendidikan pajak. dalam membentuk
hukum pajak di berbagai negara, Pendidikan dapat merubah mindset sistem perpajakan
putusan pengadilan pajak dan berbagai serta tax morale masyarakat, sehingga yang ideal.”
literatur tentang pajak menjadi sangat dengan demikian dapat menciptakan
penting. Hal ini agar kajian dan diskusi masyarakat melek pajak. Pendidikan
mengenai kesesuaian suatu peraturan pajak juga penting untuk mencetak
dengan konteks waktu dan yurisdiksi ahli-ahli pajak yang nantinya dapat
semakin kaya dan tidak berhenti di berkiprah dalam membentuk sistem
titik tertentu. Perguruan tinggi perlu perpajakan yang ideal.
untuk setidak-tidaknya berlangganan Terdapat dua hal yang mendorong
database perpajakan dan juga jurnal- permintaan pendidikan pajak, yaitu: (i) Jalan baru tersebut bisa dimaknai
jurnal internasional yang kredibel.50 lingkungan perpajakan Indonesia kini dalam berbagai hal. Pertama,
Investasi atas kepemilikan informasi telah berubah drastis dan (ii) prospek mempelajari perpajakan tidak bisa lagi
akan membentuk perguruan tinggi pasar tenaga kerja ahli pajak. Masalahnya terkotak-kotak berdasarkan masing-
sebagai garda terdepan pusat kajian adalah apakah perguruan tinggi masing disiplin ilmu, mempelajari
pajak. Indonesia bisa menangkap perubahan pajak tidak lagi sekedar mempelajari
Selain itu, komponen yang tidak ini bisa sebagai suatu peluang untuk ketentuan perpajakan domestik saja.
kalah pentingnya adalah kuantitas mendirikan dan/atau mengembangkan Sudah saatnya mempelajari pajak
dan kualitas staf pengajar. Ini mungkin program studi perpajakan yang berbeda dengan pendekatan multi disiplin ilmu,
menjadi persoalan yang cukup serius dengan program studi perpajakan studi perbandingan dengan negara
mengingat supply dari ahli pajak yang yang ada selama ini, yaitu yang masih lain, dan menelaah kasus-kasus pajak.
bergerak di bidang akademis sangatlah berorientasi kepada ”teknis perhitungan” Selain itu, perguruan tinggi juga harus
dan ”terbatas pada ruang lingkup memegang teguh nilai-nilai etika,
ketentuan perpajakan domestik”. Tanpa corporate governance, berbasis riset dan
48. Mihir A. Desai dan Dhammika Dharmapala, “Tax and
Corporate Governance: An Economic Approach”, dalam adanya suatu ‘jalan baru’ pendidikan menjunjung tinggi kerangka keilmuan.
Wolfgang Schon (ed.), Tax and Corporate Governance pajak di perguruan tinggi, peluang Seluruh hal tersebut harus didukung
(Berlin: Springer, 2008), 13-30.
49. Lihat B. Bawono Kristiaji, “Asymmetric Information
tersebut akan diambil oleh lembaga oleh ketersediaan staf pengajar yang
and Its Impact on Tax Compliance Cost in Indonesia: A pendidikan non-formal. berkualitas serta infrastruktur yang
Conceptual Approach,” DDTC Working Paper No 0113
(2013). berupa akses data, literatur, perbaikan
50. Contohnya adalah: Bulletin for International 51. Terutama karena di masa lalu ahli pajak banyak remunerasi, dan juga dana riset. IT
Taxation, Intertax, Journal of Public Finance, British dihasilkan dari sekolah yang dikhususkan untuk menjadi
Tax Review, dan sebagainya. pegawai pemerintah (STAN).
CARA PENGIRIMAN ARTIKEL DI INSIDETAX DAN KRITERIANYA 2 Setiap artikel yang masuk akan Redaksi seleksi terlebih dahulu.
Kemudian artikel yang terpilih akan Redaksi review seperlunya tanpa
1 Artikel yang dapat Anda kirimkan yaitu:
menghilangkan makna atau maksud yang ingin Anda sampaikan.
• InsideREVIEW: tulisan dengan tema yang sangat dibebaskan
namun mendalam, baik pajak domestik maupun internasional, 3 Kriteria penilaian artikel yang dimuat yaitu orisinalitas dan belum
tetapi mengutamakan tema-tema (isu) yang sedang hangat pernah dipublikasikan di media lainnya, kedalaman analisis dan referensi
di dunia perpajakan dengan disertai sumber referensinya yang digunakan, struktur dan gaya penulisan, serta aktual dan bermanfaat.
(Insentif: Rp750.000,-);
4 Format tulisan:
• InsideREGULATION: tulisan berupa telaah kritis penulis terhadap
dengan tema mengikuti perkembangan terkini (update) peraturan • Huruf times new roman 11 pt; spasi 1,15; dan margin normal.
perpajakan di Indonesia atau peraturan yang menarik untuk dibahas • Jumlah kata:
dengan disertai sumber referensinya. (Insentif: Rp750.000,-);
- 2.500 hingga 3.500 untuk InsideREVIEW & InsideREGULATION
• InsideSTORIETTE: tulisan berisi cerita pendek bertemakan pajak.
Biasanya diangkat dari pengalaman penulis atau dapat juga - 750 hingga 1250 untuk InsideSTORIETTE
bersifat fiksi. (Insentif: Rp350.000,- + Merchandise); - 1000 hingga 2000 untuk Students’CORNER poin (a)
• Students’CORNER: (a) tulisan berupa opini mahasiswa atas suatu - maksimum 750 untuk Students’CORNER poin (b)
isu perpajakan yang sedang hangat (Insentif: Rp350.000,- plus
Merchandise) atau (b) Ulasan liputan event perpajakan yang • Artikel dikirimkan dalam format Ms.Word Document (doc atau docx)
diselenggarakan oleh mahasiswa dan InsideTax sebagai media • Sertakan identitas, foto diri, dan nomor telfon yang dapat kami
partner. (Insentif: Rp150.000,- + Merchandise). hubungi.
“S
saat transaksi afiliasi dilakukan yang
diperkirakan dapat mempengaruhi tersebut baru memasuki tahap
harga yang disepakati oleh pihak-pihak pengembangan secara sebagian; ering terjadi
independen. 2. intangibles tersebut tidak kesulitan untuk
Sedangkan dalam perspektif diantisipasi eksploitasinya secara menentukan
the arm’s length outcome-testing komersial sampai dengan beberapa nilai kewajaran suatu
approach atau pendekatan ex-post, WP tahun; intangibles pada saat
menerapkan prinsip kewajaran setelah 3. intangibles yang bukan termasuk transaksi berlangsung.
transaksi afiliasi dilakukan. Tujuannya HTVI namun terkait satu sama Valuasi sebuah
adalah untuk menguji kewajaran hasil lain dengan pengembangan aset
dari harga transfer yang telah diterapkan.
intangibles pada saat
intangibles lain yang termasuk
Dalam perspektif ini, informasi yang dengan kategori HTVI; transaksi berlangsung
digunakan untuk menguji kewajaran sifatnya sangat tidak
4. intangibles yang sebenarnya
hasil harga transfer adalah informasi
diantisipasti untuk dieksploitasi pasti, kemudian
mengenai transaksi pembanding yang muncul pertanyaan
namun baru diketahui pada saat
tersedia pada saat surat pemberitahuan bagaimana nilai
transfer intangibles tersebut.
(SPT) dipersiapkan. Informasi tersebut
dapat berupa informasi yang berkaitan Intangibles yang termasuk ke kewajaran akan
dengan hasil dari transaksi pembanding dalam kategori-kategori tersebut dapat ditentukan. Dalam
yang mempunyai ruang lingkup periode menciptakan informasi asimetris antara konteks transfer
waktu yang sama dengan dilakukannya WP dan administrasi pajak, karena pricing, pertanyaan
transaksi yang sedang dianalisis atau administrasi pajak akan mengalami tersebut akan
informasi yang tersedia sebelum kesulitan dalam rangka melakukan
verifikasi basis nilai kewajaran yang
terjawab melalui
transaksi afiliasi dilakukan.
diterapkan ketika dilakukannya pendekatan yang
Apakah yang Dimaksud dengan perpindahan/transfer intangibles mengacu kepada apa
HTVI?3
tersebut oleh WP kepada pihak yang dilakukan oleh
afiliasinya. Hal tersebut mengakibatkan pihak independen
HTVI mencakup harta tidak beberapa kesulitan bagi pihak ketika dalam
berwujud (intangibles) atau hak administrasi pajak dalam analisis
(right) dari suatu intangibles, di mana transfer pricing. Pertama ketika
kondisi yang sama
ketika ditransfer dalam transaksi melakukan penilaian risiko untuk tujuan dihadapkan pada
intra-grup dihadapkan pada beberapa transfer pricing. Kedua, kesulitan penentuan nilai
kondisi yaitu: (i) Tidak ditemukannya dalam mengevaluasi keandalan kewajaran intangibles.”
pembanding (ii) Terdapat keterbatasan informasi yang digunakan sebagai
dalam memprediksi cash flow di masa basis harga/nilai bagi WP. Terakhir,
mendatang atau keterbatasan dalam kesulitan dalam mempertimbangkan
memperkirakan pendapatan di masa apakah intangibles yang ditransfer
mendatang (future income) yang tersebut dinilai terlalu rendah (under
berasal dari transfer suatu intangibles, value) atau bahkan terlalu tinggi (over
atau juga keterbatasan asumsi yang value) jika dibandingkan dengan harga
digunakan dalam melakukan penilaian wajar (arm’s length price), sampai
(valuasi) intangibles yang dapat dengan diketahui nilai/harga pada saat
menyebabkan ketidakpastian. Sebagai intangibles tersebut ditransfer setelah
beberapa tahun.
3. Public Discussion Draft BEPS Action 8: Hard To
Value Intangibles, 4 Juni 2015 – 18 Juni 2015.
“D
perspektif negara selain OECD terkait
arm’s length standard8.
dengan valuasi intangibles serta
istilah yang dipergunakan dalam hal White Paper menjelaskan tentang engan
mekanisme koreksi yang dilakukan. kedua metode tersebut dengan demikian,
menyatakan bahwa penyesuaian yang meskipun
The Arm’s Length Standard VS dilakukan secara periodik diperlukan pembuktian secara
dalam rangka merefleksikan perubahan ex-post memberikan
The Commensurate with Income
substansial terhadap income yang
Standard (Amerika Serikat) informasi yang relevan
dihasilkan dari suatu intangibles. Lebih
Di Amerika Serikat, valuasi lanjut, penyesuaian secara berkala/ bagi pihak administrasi
suatu intangibles dilakukan dengan periodik adalah konsisten dengan pajak dalam rangka
pendekatan harga wajar (arm’s length prinsip arm’s length standard, karena mempertimbangkan
principle) atau dengan pendekatan pihak independen akan melakukan kesesuaian dengan
nilai yang “sepadan” dengan besarnya penyesuaian terhadap perubahan yang penentuan nilai/
penghasilan (the commensurate of memengaruhi tingkat keuntungan
harga di awal (ex-
income), hal ini juga menimbulkan yang disebabkan oleh adanya transfer
pendapat yang saling bersebrangan. Di intangibles. Hal ini menimbulkan ante), dalam kondisi
dalam US Sec 482, disebutkan: problematika terhadap pernyataan di mana WP dapat
“... In the case of any transfer (or yang telah disebutkan sebelumnya. mendemonstrasikan
license) of intangibles property . . . the Pada akhirnya, Departement of mengenai peristiwa/
income with respect to such transfer Treasury mengeluarkan regulasi terkait perkembangan
or license shall be commensurate dengan valuasi intangibles, disebutkan yang terjadi yang
with the income attributable to the bahwa arm’s length standard dijadikan mempengaruhi nilai/
intangibles.”6 sebagai standar untuk menjadi basis
harga sehingga terjadi
Perdebatan antara prinsip arm’s dalam setting price melalui penggunaan
metode tertentu. Regulasi tersebut perbedaan nilai/
length standard dan the commensurate harga pada kondisi
with income dimulai ketika timbulnya memberikan pengecualian dalam
penolakan prinsip arm’s length standard kasus di mana tidak diperlukan adanya ex-ante dan ex-post,
yang dianggap bahwa pihak independen penyesuaian jika transfer intangibles maka dalam kasus
tidak akan melakukan kesepakatan termasuk ke dalam kriteria: ini tidak diperlukan
yang sama dengan yang dilakukan oleh 1. Tersedia pembanding internal, yang adanya koreksi
pihak afiliasi.7 Dilatarbelakangi oleh secara substansi sama, sehingga (adjustment) harga
perdebatan tersebut, Department of metode CUT dapat diterapkan;
ex-ante oleh pihak
Treasury melakukan studi mengenai 2. Tersedia pembanding, walaupun
intercompany pricing yang dituangkan
administrasi pajak
bukan pembanding exact, namun berdasarkan justifikasi
dalam White Paper. Dalam White memiliki kondisi yang dapat
Paper tersebut menyebutkan bahwa, diperbandingkan, maka dapat
pertimbangan
faktanya pencarian pembanding dipergunakan; tersebut.”
dalam penentuan kewajaran suatu
intangibles adalah sulit, sehingga 3. Metode selain CUT bisa digunakan
untuk menciptakan solusi atas dengan menggunakan fakta
masalah ini, Department of Treasury pendukung;
mengimplementasi prinsip the 4. Terdapat peristiwa tidak terduga bersifat objektif melalui mekanisme
commensurate with income melalui (extraordinary events). dan pendekatan yang jelas serta
pendekatan yang disebut basic arm’s
konsisten dengan penerapan arm’s
length return method (BALRM) dan Penutup length principle. Kemudian juga
pendekatan profit split dalam BALRM.
Finalisasi Rencana Aksi BEPS diharapkan finalisasi draf tersebut tidak
Oleh karena kedua pendekatan
ke-8 terkait HTVI diharapkan akan memberikan celah atau kelonggaran
tersebut digunakan pada saat tidak
lebih fokus kepada panduan dalam kepada pihak tertentu agar ketika
ditemukannya pembanding, sedangkan
menentukan nilai kewajaran HTVI yang diterapkan, rencana awal aksi ke-8
ini dapat memberikan kepastian bagi
6. IRC 482 (2011) semua pihak yaitu WP maupun pihak
7. Marc M. Levey dan Stanley C. Ruchelman, 8. Bibiana A. Cruz Martinez, “The Arm’s Length Standard administrasi pajak sebagaimana
“Section 482-The Super Royalty Provisions Adopt the Vs. The Commensurate With Income Standard: Transfer
Commensurate Standard,” The Tax Lawyer 41 No.3 Pricing Issues in The Valuation of Intangible Assets,”
tujuan awalnya ketika rencana aksi ini
(1988). UPR Business Law Journal Vol.2 (2011). dirumuskan oleh G20/OECD. IT
Judul buku: Tax Design Issues Worldwide Editor: Geerten Michielse & Victor Thuronyi
Penerbit: Wolters Kluwer Law & Business Tahun terbit: 2015 Jumlah halaman: 299
B
uku ini dapat dianggap sebagai berkembang. Financial Reporting Standards (IFRS),
kelanjutan dari salah satu karya Terdapat dua bab yang menarik dapat dipergunakan dalam penataan
terbaik Victor Thuronyi, yaitu untuk dibaca secara mendalam. Salah hukum pajak penghasilan. Harris
“Tax Law Design & Drafting”. Jika satunya yang ditulis oleh Thuronyi membahas penggunaan IFRS yang
dalam buku sebelumnya Thuronyi sendiri, yaitu tentang pro dan kontra dipakai di berbagai perusahaan baik
membahas mengenai perkembangan dari penerapan pajak atas pengeluaran di dalam maupun di luar Uni Eropa
peraturan pajak dari perspektif hukum tambahan (Supplemental Expenditure menciptakan sebuah panduan umum
perbandingan, buku berjudul “Tax Tax/SET). Pada bab ini, Thuronyi yang dapat digunakan sebagai alat
Design Issues Worldwide” ini berisi berpendapat bahwa penerapan SET bantu dalam sistem perpajakan.
rangkaian artikel yang disampaikan merupakah hal yang pantas untuk Dan meskipun terdapat perbedaan
pada saat berlangsungnya konferensi dicoba dalam kondisi tertentu. Salah fundamental antara akuntansi dan
yang membahas persoalan pajak satu alasan penerapan SET adalah pajak, metode pencatatan atau
terkini di negara-negara berkembang. untuk meningkatkan performa dari pembukuan akuntasi merupakan
Konferensi yang diselenggarakan di Pajak Penghasilan (PPh). Pada negara sumber informasi utama yang dapat
Washington DC pada awal tahun 2014 berkembang, penerapan sistem berguna untuk perhitungan basis pajak.
lalu ini, dibawakan oleh para ahli withholding atas pajak penghasilan Secara keseluruhan, buku yang
terkemuka dalam tax legal drafting. dinilai kurang efektif. Karena, bersifat kontemporer ini akan
Konferensi tersebut juga diadakan seharusnya pajak penghasilan dapat mengantarkan pembaca untuk
dalam rangka pengakhiran masa kerja menjangkau wajib pajak kaya dan memahami isu terkini terkait
Thuronyi yang telah bekerja selama memajaki penghasilannya dengan tarif bagaimana mendesain pajak. Selain
lebih dari 20 tahun di Departemen (progresif) yang memperhitungkan itu, terdapat bab mengenai pertukaran
Hukum IMF sebagai kepala penasihat konsumsi dari wajib pajak. informasi di negara berkembang,
bidang perpajakan (pajak). allowances for corporate equity dan
Menurut Thuronyi, penerapan SET
Dengan adanya konsekuensi akan memberikan kesempatan untuk lainnya. Penjelasan dari buku ini
potensi pajak hilang akibat krisis melampaui ketergantungan suatu bersifat praktis dan menjelaskan secara
keuangan global dan masifnya praktik negara atas sistem withholding dan ringkas mengenai permasalahan yang
penghindaran pajak yang mendunia, dapat menyerap potensi pajak lebih ada dalam desain-desain sistem pajak.
berbagai negara dan organisasi besar yang selama ini tidak dapat Akan lebih baik apabila pembaca turut
internasional kini dalam proses terserap dengan baik. Di negara dengan menyertakan buku “Tax By Design”, “Tax
pemilihan desain pajak yang paling rata-rata pendapatan yang lebih tinggi, Reform in The 21 Century” dan “The
sesuai untuk diterapkan di negara pajak penghasilan dapat diterapkan Elgar Guide to Tax System” ke dalam
masing-masing. Atau dengan kata lain, secara adil dan baik. Namun, dengan daftar bacaan untuk memperdalam
keadaan ini mendorong berlangsungnya penerapan SET, penerimaan yang sudah referensi dan memperluas cakrawala
reformasi perpajakan di berbagai baik tersebut akan lebih terpelihara, pembaca dalam memahami desain
belahan dunia. bahkan dapat meningkatkan performa sistem pajak di dunia. Seluruh buku
Bersama dengan Michielse, Thuronyi pajak penghasilan tanpa meningkatkan tersebut dapat pembaca temukan di
menjadi editor dari berbagai artikel yang tarifnya. perpustakaan DANNY DARUSSALAM
mengupas secara mendalam isu-isu Tax Center yang terletak di bilangan
Berikutnya, bab yang ditulis oleh Kelapa Gading, Jakarta Utara.
kebijakan pajak terkini. Mulai dari isu
IT
Keep going
international...
Memberikan sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang perpajakan, merupakan komitmen yang selalu
dipegang teguh oleh DANNY DARUSSALAM Tax Center (DDTC).
Pesan e-book
sekarang!
The
Law Reviews
e-Book and PDF
The Tax Disputes and
Litigation Review
Editor: Simon Whitehead,
Joseph Hage Aaronson LLP
Edition 3
David Hamzah Damian Compatible with computers, laptops, iPads, Kindle, smartphones and other e-Reading devices.
Partner for Tax Compliance & Litigation Services
DANNY DARUSSALAM Tax Center
The link will direct you to a registration page where you will be asked to provide your name, organisation and e-mail
address. After completing the registration, you will receive an e-mail containing information for the download.
www.TheLawReviews.co.uk
insidenewsflash
DOMESTIC
Pajak Deposito Bagi Eksportir Dipangkas
- kontan.co.id -
Cadangan devisa yang semakin tergerus, kian mengkhawatirkan pemerintah Indonesia. Demi mendorong peningkatan
cadangan devisa, pemerintah, BI dan OJK berencana untuk memberikan insentif bagi pengusaha yang menyimpan dana hasil
ekspornya lebih lama di perbankan Indonesia. Pemerintah akan memberikan diskon atas pajak deposito yang bersumber dari
dana hasil ekspor yang disimpan di bank dalam negeri dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah tidak merinci berapa besar
diskon pajak yang akan diberikan, namun pemerintah mengatakan bahwa semakin lama dana itu tinggal di dalam negeri,
maka akan semakin besar potongan pajak yang bakal diterima.
Saat ini bunga deposito, tabungan dan diskonto Bank Indonesia dikenakan pajak final sebesar 20%. Kebijakan pemberian
diskon ini dilakukan sebagai lanjutan dari aturan kewajiban menyertakan Letter of Credit (L/C) dalam setiap aktifitas ekspor.
Menurut Menteri Keuangan RI, Bambang Brodjonegoro, L/C diberlakukan supaya hasil ekspor dapat masuk ke perbankan
lokal, dan pemberian diskon ini dilakukan supaya dana tersebut menetap lebih lama. Namun, Ekonom Bank Central Asia
David Sumual mengingatkan bahwa pemberian insentif pajak ini bisa menjadi solusi yang kurang tepat, apalagi saat ini
pemerintah tengah dihadapkan pada ancaman penurunan penerimaan pajak. IT
Beli Rumah dan Apartemen di Atas Rp 10 M Kena Pajak Barang Mewah 20%
- Detik Finance -
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan merevisi aturan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Rencananya
hunian mewah dan apartemen yang dikenakan PPnBM untuk konsumen yang membeli pada harga di atas 10 miliar rupiah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, kebijakan ini merupakan bagian dari paket kebijakan
ekonomi “September 1” yang dirancang oleh pemerintah. Khususnya untuk mendorong sektor properti di dalam negeri di
tengah perlambatan ekonomi.
Kebijakan ini dilakukan sebagai insentif bagi sektor properti yang intinya bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
sektor properti. Pemerintah akan melakukan revisi peraturan mengenai batas PPnBM untuk hunian apartemen di atas
10 miliar rupiah. Besaran PPnBM yang dikenakan nantinya adalah sebesar 20%. Aturan mengenai sudah dalam proses
finalisasi, dan ditargetkan akan diterapkam dalam waktu dekat. Dengan kata lain, bila kebijakan ini sudah berlaku, hanya
hunian dan apartemen yang di atas 10 miliar rupiah saja yang akan dikenakan PPnBM sebesar 20%. IT
- kontan.co.id -
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak masih meminta Otoritas Jasa Keungan (OJK) agar mau membuka data nasabah
perbankan. Ditjen Pajak beralasan bahwa pembukaan data ini dilakukan dalam rangka menerapkan ketentuan pertukaran
informasi pajak (exchange of information) antarnegara yang akan berlaku pada akhir 2017.
Seperti yang sudah diketahui, keterbukaan informasi perbankan memang telah menjadi kesepakatan negara-negara
OECD dan G20. OECD juga telah meluncurkan panduan resmi kerja sama pertukaran informasi tersebut. Kerja sama ini
direncanakan akan diadopsi oleh negara-negara anggota OECD pada 2018 mendatang. Dalam kerja sama ini, Ditjen Pajak
hanya berperan sebagai perantara pemberi data. Indonesia bersama sebagian negara anggota G20 sepakat mengadopsi lebih
awal ketentuan keterbukaan informasi perpajakan ini, sehingga penerapannya menjadi lebih cepat, yaitu pada akhir 2017.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Sigit Priadi Pramudito mengatakan, pemerintah saat ini masih melakukan pembicaraan
dengan OJK terkait pembukaan data perbankan. Pembicaraan terus dilakukan karena sistem perbankan Indonesia memang
tertutup sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Perbankan. Walau demikian, Sigit mengaku akan ada mekanisme lain
mengenai pembukaan data perbankan oleh otoritas pajak. Tanpa mengatakan secara detail, Sigit menuturkan adanya
kemungkinan OJK menerbitkan payung hukum tersendiri. IT
INTERNATIONAL
IBEC Serukan Reformasi Pajak Irlandia Secara Besar-besaran
-tax-news.com-
Seminar Eksklusif:
Hadapi Pemeriksaan
Pajak & Transfer Pricing
Bersama DDTC
Pemeriksaan pajak merupakan langkah yang dilakukan oleh otoritas luas, DDTC menyelenggarakan
agenda pemerintah yang dilakukan pajak belakangan ini juga menunjukkan seminar eksklusif bertajuk “Strategi
sebagai salah satu upaya untuk semakin meningkatnya fokus otoritas Mempersiapkan dan Menghadapi
meningkatkan penerimaan pajak. Untuk pajak atas isu transfer pricing dan Pemeriksaan Pajak dan Transfer Pricing”
mencapai target penerimaan, otoritas peningkatan frekuensi pemeriksaannya. pada Rabu (09/09/2015) lalu. Acara
pajak melakukan perluasan cakupan Sebagai wujud dedikasi DANNY ini diharapkan dapat mempersiapkan
pemeriksaan dan mengembangkan DARUSSALAM Tax Center (DDTC) peserta yang hadir dalam menghadapi
strategi pengamanan penerimaan untuk memberikan edukasi di bidang pemeriksaan pajak dan transfer pricing.
dengan pemeriksaan serta peningkatan perpajakan kepada masyarakat Peserta yang tentunya merupakan
kepatuhan. Tidak hanya itu, berbagai Wajib Pajak, harus memahami strategi
Beneficial Ownership,
Sebuah Konsep Hukum?
M
akna yang ‘saklek’ nampaknya “Selama lebih dari 30 tahun setelah
sukar diberikan untuk konsep
beneficial ownership (BO) dan
diperkenalkan dalam OECD Model,
menjadi perdebatan panjang dalam konsep beneficial ownership masih sering
kancah hukum pajak internasional. diperdebatkan.”
Oleh karena itu, Selasa (22/09/2015) - Adolfo Martin Jimenez, “Beneficial Ownership: Current Trends,”
lalu, DANNY DARUSSALAM Tax Center World Tax Journal (Februari 2010) -
(DDTC) kembali mengadakan seminar
yang kali ini bertajuk “Treaty Shopping
and Beneficial Ownership Concept in Seminar dimulai dengan tax planning yang baik dengan risiko
Tax Treaties”. Mengangkat tema ini, pembahasan materi mengenai sejarah pemeriksaan yang kecil untuk kegiatan
tax expert DDTC yang diwakili oleh terbentuknya konsep BO oleh para bisnis mereka. Tidak hanya itu, peserta
Yusuf W. Ngantung (Senior Manager pembicara. Peserta yang terdiri dari juga disuguhkan dengan perkembangan
of International Tax/Transfer Pricing manajer, bendahara, tax analyst, terkini terkait dengan OECD Discussion
Services), Ganda C. Tobing (Senior staf pajak dari berbagai perusahaan Draft of Beneficial Owner, BEPS
Manager of International Tax/Tax dan mahasiswa terlibat aktif dalam Action Plan dan perundingan perjanjian
Compliance & Litigation Services) seminar kali ini. Seminar ini dirancang terbaru antara Indonesia dan salah satu
dan Anggi P.I. Tambunan (Manager of sedemikian rupa agar tidak hanya negara partner tax treaty.
Tax Compliance & Litigation Services) paham mengenai konsep BO dan treaty Salah satu fenomena berkaitan
berbagi ilmu kepada para peserta shopping, tetapi juga agar para peserta dengan konsep BO adalah fenomena
seminar. nantinya mampu menggunakan skema treaty shopping, yaitu suatu skema
- Dienda Khairani -
T
opik mengenai transfer pricing (DDTC) secara konsisten memberikan para pengajar. Seluruh sesi pertemuan
seakan tidak pernah habis kesempatan seluas-luasnya bagi dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul
untuk dibicarakan. Ketentuan semua pihak untuk mempelajari dan 09.30-15.30 WIB, kecuali untuk ujian
transfer pricing terus bergerak menuju mendalami konsep dan praktik transfer yang dilaksanakan pukul 09.30-12.00
arah perubahan guna mengikuti pricing baik di tingkat internasional WIB.
perkembangan struktur bisnis yang maupun domestik, salah satunya Di sesi pertama, para peserta
semakin dinamis dan kompleks. melalui program Transfer Pricing (TP) diperkenalkan mengenai konsep dan
Dengan demikian, perkembangan ilmu Course. kerangka dasar ilmu transfer pricing
mengenai transfer pricing mau tidak Pada periode 8 Agustus-5 September serta tren terkini terkait perkembangan
mau pada akhirnya perlu dipelajari 2015 lalu, DDTC kembali menggelar TP isu transfer pricing yang penting untuk
dan dipahami secara mendalam dan Course (Batch 7). Kursus ini diikuti oleh diketahui. Selain itu disampaikan pula
kontinu, terutama bagi para stakeholder 23 peserta. Dalam periode kurang lebih mengenai prinsip arm’s length dan
di bidang perpajakan. satu bulan, kursus ini dibagi menjadi gambaran analisis transfer pricing.
Perhatian pada isu transfer 4 sesi pertemuan untuk penyampaian Di sesi kedua, Untoro Sejati (Senior
pricing pun semakin meningkat, materi dan 1 sesi pertemuan khusus Manager of Transfer Pricing Services
baik dari sisi otoritas pajak maupun untuk ujian para peserta (paper DDTC) mengulas secara mendalam
wajib pajak itu sendiri. Untuk itulah, examination) terkait dengan materi- mengenai konsep kesebandingan
DANNY DARUSSALAM Tax Center materi yang sudah disampaikan oleh (comparability) dan pengukuran
- Awwaliatul Mukarromah -
training yang diisi olehnya pada Jumat tax treaty dapat mudah dipahami. -Dienda Khairani-
(11/09/2015) lalu di Graha Unilever, Dalam in-house training kali ini,
Jakarta. turut hadir direktur dan manajer beserta
Acara ini berlangsung dari pukul para staf bagian perpajakan PT Unilever
- Perkumpulan Prakarsa -
S
eperti kata tokoh terkemuka dunia
yang sukses mengubah kehidupan
di Afrika Selatan, Nelson Mandela
menyerukan bahwa pendidikan
merupakan senjata paling powerful
dalam mengubah dunia. Mengejar
pendidikan tidak melulu melalui
pendidikan formal. Bahkan, mengikuti
kegiatan di luar kampus seperti ikut
organisasi, kita dapat menemukan
banyak ilmu baru. Temukan, ikuti, atau
ciptakanlah organisasi yang haus akan
ilmu.
Rabu (16/09/2015) lalu, DANNY
DARUSSALAM Tax Center (DDTC)
dikunjungi oleh salah satu organisasi
yang haus akan ilmu perpajakan
terutama dalam bidang transfer pricing.
Berlatar belakang ketidakpuasan
akan ilmu transfer pricing yang
diperoleh di universitas, organisasi
mahasiswa independen yang bernama
D’Generation of Tax dari Fakultas
Ekonomi Universitas Trisakti ini
memilih company visit dalam rangka
pelatihan transfer pricing ke DDTC
untuk memuaskan keinginan mereka
menambah ilmu transfer pricing. mendapat pengenalan mengenai riuh. Seluruh pertanyaan yang
Dimulai dari pukul 09.00 WIB definisi transfer pricing, mengapa dilontarkan para pembicara mampu
hingga tengah hari, 25 mahasiswa terjadi abuse of transfer pricing, dijawab peserta dengan baik. Tidak
anggota D’Generation of Tax yang aplikasi arm’s length principle untuk heran jika D’Generation of Tax berinisiatif
dipimpin oleh ketua pelaksana Virman menilai kewajaran transaksi, serta dalam mengajukan kunjungan dalam
Dwi Prasetyo, diberi suguhan mengenai langkah-langkah analisis dalam transfer rangka mengenal transfer pricing
transfer pricing. Acara dibuka dengan pricing document (TP Doc) oleh salah ke DDTC karena ketertarikan para
pengenalan DDTC, lalu dilanjutkan satu Transfer Pricing Specialist DDTC, mahasiswa ini memang sudah sangat
oleh B. Bawono Kristiaji (Partner Tax Adzka Fikri Fadhilah. besar. DDTC dengan bangga dan senang
Research & Training Services). Pria Untuk menghangatkan penutupan hati membagikan ilmu tersebut kepada
yang akrab disapa Aji ini menjelaskan kunjungan ini, DDTC mengadakan para penerus masa depan perpajakan
mengenai latar belakang munculnya kuis tanya jawab berhadiah buku Indonesia. IT
isu dan gambaran umum mengenai “Membatasi Kekuasaan untuk - Tati Pertiwi -
transfer pricing. Setelah penjelasan Pengenaan Pajak” terbitan DDTC dan
dari Aji, D’Generation of Tax juga membuat suasana menjadi semakin
Jentera:
Sekolah Pembaru Hukum
S
enin (14/09/2015) pagi,
merupakan hari bersejarah bagi
Sekolah Tinggi Hukum atau STH
Indonesia Jentera. Berlokasi di Puri
Imperium (Kuningan, Jakarta), STH
Indonesia Jentera menyelenggarakan
Sidang Terbuka Penyambutan
Mahasiswa Baru dan Pembukaan
Tahun Akademik 2015- 2016. STH
Indonesia Jentera didirikan pada 1
Juli 2011 oleh Yayasan Studi Hukum
dan Kebijakan Indonesia atau YSHK,
sebuah organisasi nirlaba yang memiliki
pandangan mengenai pentingnya
pembaruan (reformasi) hukum yang
mendasar di Indonesia.
Sidang Terbuka ini dibuka oleh Dr.
Yunus Husein, S.H., LLM. selaku Ketua
STH Indonesia Jentera dengan tiga
ketukan palu. Salah satu agenda sidang
adalah pembacaan laporan proses dan
hasil seleksi penerimaan mahasiswa
baru. Proses seleksi mahasiswa tahun
akademik 2015-2016 dilakukan
selama bulan April - September,
melalui empat jalur penerimaan, yaitu
beasiswa Jentera, beasiswa Integritas,
beasiswa Munir Said Thalib, dan jalur
umum. Dari 80 calon mahasiswa
yang mengikuti proses seleksi, terpilih
20 mahasiswa yang diharapkan akan
menjadi representasi pembaruan
hukum di masa mendatang. Kesamaan mahasiswa akan dihadapkan dengan tahun mengabaikan sistem hukum.
visi yang dimiliki oleh Jentera dan lingkungan yang akan mendorong dan Seharusnya hukum dan ekonomi
DANNY DARUSSALAM Tax Center menginspirasi terjadinya upaya-upaya dapat maju bersama-sama mengatasi
(DDTC) dalam berkontribusi untuk pembaruan hukum. Ketiga, ikatan masalah yang ada. Intinya adalah
kemaslahatan negeri, membuat DDTC program magang yang dirancang percepatan pembaruan hukum dan
tidak sungkan untuk menjadi salah satu khusus bersama firma-firma hukum mahasiswa Jentera harus melanjutkan
donor bagi mahasiswa terpilih tersebut. ternama di Indonesia. optimisme ini.
Yunus Husein, dalam pidato Setelah perkenalan Jentera, sidang Singkat cerita, adanya Jentera
singkatnya bercerita tentang tiga hal dilanjutkan dengan orasi ilmiah dari dimaksudkan menjadi ruang
yang membedakan Jentera dengan Prof. Mardjono Reksodiputro selaku bertemu yang inspiratif untuk
sekolah hukum lainnya di Indonesia. salah satu senat yang hadir. Melalui berbagi pengetahuan, ide, gagasan,
Pertama, metode belajar yang unik dan orasinya, Prof. Mardjono menyatakan dan pengalaman antara akademisi,
diyakini akan mendorong mahasiswa tidak adanya kepastian hukum di komunitas hukum, dan juga komunitas
untuk lebih aktif tidak hanya di Indonesia ternyata memang menjadi lain, baik yang terkait langsung maupun
dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. masalah utama. Ketidakpastian ini tidak langsung dengan bidang hukum.
Kedua, keberadaan Jentera di antara disebabkan oleh politik pembangunan IT
komunitas pembaru hukum. Di Jentera, ekonomi yang selama kurang lebih 30 - Gallantino Farman -
B
enjamin Franklin pernah berkata,
“In this world, nothing can
be said to be certain, except
death and taxes”. Namun, benarkah
kepastian di dunia ini hanya kematian
dan pajak? Menurut saya tidak. Ada
satu lagi sebuah kepastian di dunia ini,
yaitu perubahan. Ya, perubahan adalah
keniscayaan. Manusia berubah menjadi
tua dan dewasa, lingkungan sekitar
juga dapat berubah, teknologi berubah
menjadi semakin maju, apa saja pasti
berubah. Tak terkecuali perubahan
pada dunia perpajakan internasional.
Pada awalnya, konsep beneficial
ownership hanya muncul pada Pasal
10, 11, 12 OECD Model yaitu atas
penghasilan berupa dividen, bunga, dan
royalti. Namun, wacana penambahan
lingkup konsep beneficial ownership
yang memasukkan capital gain mulai
mengemuka. Terdapat perbedaan
pendapat tentang hal itu. Perdebatan
dalam menginterpretasikan beneficial
ownership saja belum reda, kini shopping2; (ii) terdapat negara yang terjadi di India.
perdebatan apakah capital gain layak sudah memasukkan capital gain dalam Alasan pertama, konsep beneficial
dimasukkan dalam konsep beneficial konsep beneficial ownership pada tax ownership pada awalnya memang
ownership menambah rumitnya dunia treaty; dan (iii) terdapat penyelesaian dibuat untuk mencegah penyalahgunaan
perpajakan internasional. kasus terkait capital gain menggunakan tax treaty melalui treaty shopping.
konsep beneficial ownership. Salah Karena tidak dimasukkan dalam
Capital Gain dalam Konsep satu kasus yang berhubungan dengan konsep beneficial ownership, transaksi
Beneficial Ownership? hal ini adalah kasus Aditya Birla Nuvo yang berkaitan dengan capital gain
Ltd v. DDIT High Court of Bombay yang berpotensi disalahgunakan melalui
Setidaknya ada 3 alasan kenapa
capital gain seharusnya dimasukkan treaty shopping. Dalam OECD Model
dalam konsep beneficial ownership,
manfaat tax treaty, namun menggunakan individu lain dan UN Model, diatur bahwa capital
atau badan hukum lain sehingga dapat memperoleh
yaitu: (i) transaksi yang berkaitan manfaat tax treaty yang tidak tersedia secara langsung gain dipajaki hanya di salah satu
dengan capital gain berpotensi 2. Suatu skema untuk mendapatkan fasilitas penurunan negara kontrak. Potensi dilakukannya
tarif pemotongan pajak (withholding taxes) yang
dijadikan treaty abuse1 melalui treaty disediakan oleh suatu perjanjian penghindaran pajak
treaty shopping terjadi jika capital
berganda atau tax treaty oleh subjek pajak yang tidak gain adalah objek pajak bertarif rendah
berhak untuk mendapatkan fasilitas penurunan tarif atau bahkan tidak dipajaki di negara
1. Situasi dimana seseorang yang tidak berhak atas pemotongan pajak tersebut
“A
(ABNL) v. DDIT High Court of Bombay. ownership pada tax treaty. Walaupun
Idea (sebelumnya bernama dalam OECD Model dan UN Model da 3 alasan
Birla Communication Ltd) bergabung konsep beneficial ownership masih kenapa
dalam joint venture agreement (JVA) terbatas pada penghasilan berupa
dengan AT&T Wireless Service Inc. dividen, bunga, dan royalti, namun
capital gain
(US) yang dimiliki oleh AT&T Corp. -walaupun tidak banyak- terdapat seharusnya dimasukkan
(US) pada tahun 1995. Berdasarkan negara yang memasukkan capital gain dalam konsep
JVA tersebut, AT&T mengakuisisi 49% dalam konsep beneficial owner pada beneficial ownership,
saham Idea, dan Birla Group memiliki aturan tax treaty yang mereka buat. yaitu: (i) transaksi yang
51% saham. Salah satunya tax treaty Singapura- berkaitan dengan
Berdasarkan JVA tersebut, saham Israel. Pada pasal 13 ayat (6) tax
treaty tersebut, menyebutkan “Gain
capital gain berpotensi
di Idea dapat diakui oleh AT&T-US dijadikan treaty
dan Birla Group baik dengan nama derived by a resident of a Contracting
mereka sendiri atau melalui “permitted State from the alienation of any abuse melalui treaty
transferee”, yaitu anak perusahaan property other than that referred to shopping; (ii) terdapat
dari para pelaku JVA. Berdasarkan in paragraphs 1, 2, 3 and 4, shall be negara yang sudah
hal itu, 49% saham Idea dimiliki oleh taxable only in the Contracting State memasukkan capital
AT&T-Mauritius (permitted transferee of which the alienator is a resident, if
that resident is the beneficial owner of
gain dalam konsep
dari AT&T-US) dan 51% saham dimiliki beneficial ownership
oleh ABNL (permitted transferee dari the property from which the capital
Birla Group). Pada tahun 2000, Tata gain are derived”. pada tax treaty;
Cellular Ltd. (milik Tata Group of India) Capital gain yang diatur di dalamnya dan (iii) terdapat
memutuskan untuk bergabung dengan sesuai dengan pasal 13 ayat (1), (2), penyelesaian kasus
JVA. Pada tahun 2004, AT&T-US (3), dan (4), yaitu yang berhubungan terkait capital gain
berubah nama menjadi New Cingular dengan pemindahtanganan menggunakan konsep
Wireless Service (NCWS) setelah harta tak bergerak, keuntungan beneficial ownership.”
diakuisisi oleh Cingular Wireless LCC, dari pemindahtanganan saham,
USA. NCWS memutuskan untuk keluar pemindahtanganan harta bergerak
dari joint venture pada tahun 2005. bagian dari properti bisnis Bentuk Usaha
Berdasarkan perjanjian, saham milik Tetap (BUT), dan pemindahtanganan
NCWS harus ditawarkan dulu ke pihak kapal atau pesawat. Dimasukkannya OECD Model dan UN Model.
lain dalam joint venture. Birla dan Tata capital gain dalam konsep beneficial
setuju mengambil alih saham NCWS ownership menunjukkan bentuk kehati- Menurut Prof. Phillip Baker,
sebesar 300 juta dolar, dibagi dua hatian Singapura dan Israel akan identifikasi beneficial owner dari capital
sama rata. adanya treaty abuse. Terbukti, dengan gain relatif sedikit lebih sulit. Sulit bagi
absennya konsep beneficial ownership semua otoritas pajak, terutama yang
Masalah muncul akibat keluarnya berada di negara-negara berkembang
NCWS, yang otomatis membuat AT&T- atas capital gain dalam tax treaty India
dan Mauritius, dapat memunculkan karena mereka memiliki jumlah
Mauritius keluar dari joint venture. staf terlatih yang lebih sedikit untuk
Berdasarkan tax treaty India dan kasus Aditya Birla Nuvo Ltd v. DDIT
High Court of Bombay. mengatasi masalah tersebut.3 Pendapat
Mauritius, hak perpajakan sehubungan itulah yang mungkin menjadi alasan
dengan capital gain yang timbul dari Lalu, bagaimana dengan Indonesia? kenapa Indonesia tidak memasukkan
pemindahtanganan saham suatu Konsep beneficial ownership di capital gain dalam aturan beneficial
perusahaan diberikan kepada negara Indonesia diatur dalam Surat Edaran ownership. Walaupun lebih banyak
tempat tinggal, dan Mauritius memilih Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/ negara yang belum memasukkan
untuk tidak memajaki capital gain. PJ.34/2005. Dalam peraturan tersebut capital gain dalam konsep beneficial
Atas hal tersebut, Birla dan Tata tidak disebutkan bahwa “beneficial owner” ownership, namun adanya tax treaty
melakukan pemotongan pajak atas adalah pemilik yang sebenarnya dari Singapura-Israel yang mengatur hal
capital gain. Padahal diketahui bahwa penghasilan berupa dividen, bunga tersebut membuktikan bahwa hal
AT&T-Mauritius dimiliki oleh NCWS dan/atau royalti baik Wajib Pajak tersebut dapat diaplikasikan.
USA. Di sanalah terjadi potensi treaty Orang Pribadi maupun Wajib Pajak
abuse, jika capital gain tidak masuk Badan, yang berhak sepenuhnya untuk Alasan terakhir, capital gain
dalam konsep beneficial ownership. menikmati secara langsung manfaat seharusnya masuk dalam konsep
Itulah alasan pertama seharusnya penghasilan-penghasilan tersebut. beneficial ownership karena sudah
capital gain dimasukkan dalam konsep Tidak ada capital gain di sana.
3. Economic and Social Council, Progress Report of
beneficial ownership. Indonesia masih menganut konsep Subcommitee on ImproperUse of Tax Treaties: 20
Alasan kedua adalah terdapat beneficial ownership sesuai dengan Oktober 2008 to 24 Oktober 2008, International
Organizations’ Documentation IBFD
“S
dalam hukum domestik India tidak capital gain tidak ditemukan dalam tax
mencantumkan capital gain dalam treaty India - Mauritius maupun dalam ejak
konsep beneficial ownership, namun OECD Model dan UN Model. Apapun pertama kali
faktanya, dalam penyelesaian kasus kritik tersebut, faktanya adalah konsep ditampilkan
tersebut Pengadilan Tinggi Bombay beneficial ownership diperkenalkan di
memfokuskan pada aspek beneficial OECD Model untuk mengatasi kasus-
dalam OECD
ownership. Salah satu keputusan kasus treaty shopping melalui agen Model pada tahun
pengadilan atas kasus tersebut adalah atau nominee dalam kasus dividen, 1977, konsep
AT&T-Mauritius sebagai permitted bunga, dan royalti. Tidak ada alasan beneficial ownership
transferee terikat oleh JVA dan tidak mengapa konsep yang sama tidak dapat telah mengalami
bisa mandiri menjalankan haknya diterapkan dalam konteks capital gain, perjalanan yang
yang mengalir dari saham yang setidaknya dalam kasus agen murni
dialokasikan dalam namanya. Semua atau nominee seperti dalam kasus ini.
sangat panjang.”
hak-hak tersebut berada pada hak
di AT&T-USA. Hal itu menunjukkan Penutup
bahwa AT&T-Mauritius bukanlah
Sejak pertama kali ditampilkan
beneficial owner dari capital gain
dalam OECD Model pada tahun 1977,
atas pemindahtanganan saham yang
konsep beneficial ownership telah
dilakukan oleh NCWS.
mengalami perjalanan yang sangat
Dari ketiga alasan tersebut, alasan
Berdasarkan bukti-bukti yang panjang. Dinamisnya dunia perpajakan
bahwa transaksi yang berkaitan dengan
diperoleh dari penelaahan terhadap internasional dengan berbagai kasus
capital gain berpotensi mengakibatkan
JVA, dapat ditemukan fakta bahwa treaty shopping membuat konsep
treaty abuse menjadi alasan paling
perusahaan US-lah yang telah tersebut berkembang, bukan lagi
kuat kenapa capital gain harus
berinvestasi di India dan melakukan hanya mengakomodasi untuk dividen,
dimasukkan dalam konsep beneficial
penjualan saham yang memunculkan bunga, dan royalti, namun mulai
ownership. Alasan tersebut diperkuat
capital gain di India. Atas fakta muncul wacana untuk diperluas lagi,
dan dibuktikan dengan adanya negara
tersebut, dinilai bahwa adanya entitas khususnya yang berhubungan dengan
yang mengaplikasikan aturan tentang
Mauritius hanyalah sebagai ‘alat’ capital gain. Alasannya yaitu transaksi
hal tersebut dan bahkan sudah ada
untuk menghindari pembayaran pajak yang berkaitan dengan capital gain
bukti penyelesaian kasus sehubungan
di India. Oleh karena itu, pengadilan berpotensi dijadikan treaty abuse
dengan hal tersebut. Bagi otoritas pajak
tinggi memutuskan bahwa tax treaty melalui treaty shopping, terdapat
Indonesia, munculnya kasus beneficial
India - Mauritius tidak berlaku dalam negara yang sudah memasukkan
ownership berkaitan dengan capital
kasus ini. capital gain dalam konsep beneficial
gain ini dapat membukakan mata
Putusan pengadilan tersebut ownership pada tax treaty, dan terdapat
dan mempersiapkan diri menghadapi
pun menuai kontra. Terdapat kritik penyelesaian kasus terkait capital
potensi-potensi baru penyalahgunaan
yang menyoroti penggunaan kondisi gain menggunakan konsep beneficial
tax treaty.
IT
ownership.
Referensi
Sengupta, DP. “Aditya Birla Nuvo Ltd v. DDIT High Court of Bombay” Dalam Beneficial Ownership
Recent Trends, Michael Lang. Amsterdam. IBFD Publication, 2013
Economic and Social Council, Progress Report of Subcommitee on ImproperUse of Tax Treaties: 20
Oktober 2008 to 24 Oktober 2008, International Organizations’ Documentation IBFD
Tax Treaty Singapura – Israel
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.34/2005 tentang Petunjuk Penetapan Kriteria
Beneficial Owner Sebagaimana Tercantum Dalam Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Antara
Indonesia Dengan Negara Lainnya
ANDRA SUPRIATNA
Mahasiswa Akuntansi
(HIMATANSI) Universitas
Malikussaleh
NAC:
H
impunan Mahasiswa Akuntansi
Universitas Malikussaleh
(Himatansi Unimal) merupakan
suatu organisasi sebagai wahana untuk Saluran Kreatifitas
Mahasiswa Aceh
menyalurkan kreativitas kemahasiswaan
yang berdasarkan aspek pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat.
Bertujuan untuk melengkapi tri dharma
perguruan tinggi, yang memandang
luas perencanaan, penetapan, satu agenda reformasi di bidang penanya, dan penyerahan cendera mata
dan pelaksanaan suatu isu atau perpajakan di Indonesia yang masih dan piagam kepada para narasumber.
permasalahan dan perkembangan menuai kontroversi dan pro-kontra. Tax Kesimpulan yang diambil dari acara
dalam dunia akuntansi, Himatansi amnesty merupakan salah satu bentuk panel diskusi adalah bahwa penerapan
Unimal mengadakan suatu program terobosan dalam rangka peningkatan tax amnesty apabila diterapkan di
kegiatan bertaraf nasional bernama penerimaan negara dari sektor pajak yg Indonesia akan memberikan dampak
National Accounting Clinic (NAC) yang sekaligus upaya ekstensifikasi. Namun, positif yaitu meningkatnya pendapatan
diselenggarakan setiap tahunnya secara di sisi lain tax amnesty juga memiliki negara yang berasal dari pajak dan
berkesinambungan sejak tahun 2010. aspek ketidakadilan. dapat digunakan dalam APBN. Namun
Rangkaian kegiatan NAC yang ke- Untuk membahas tema ini, NAC terlepas dari itu untuk mempersiapkan
IV yang dimulai pada 14 september menghadirkan narasumber Benny kebijakan tax amnesty ini pemerintah
2015. Dalam kesempatan kali ini Gunawan Ardiansyah (Peneliti bersama dengan pihak-pihak terkait
dibuka oleh Perwakilan Gubernur Aceh Bidang Kebijakan Fiskal Kementrian harus membentuk payung hukum dan
yang diwakilkan oleh Abu Bakar, SH Keuangan) Muzzakir (BPKP Aceh), peraturan yang kuat agar kebijakan tax
bertempat di Aula GOR ACC Cunda Azhari, Samuel Chandra Sitompul dan amnesty ini tidak menjadi permainan
Universitas Malikussaleh. Acara ini Antonius (ketiganya berasal dari KPP pihak-pihak yang ingin memanfaatkan
mengangkat isu perpajakan yang Pratama Lhokseumawe). Diskusi panel untuk kepentingan pribadi, serta perlu
masih banyak menuai kontroversi, pro- narasumber yang berhubungan dengan sosialisasi menyeluruh agar program ini
kontra dan perdebatan, dengan tema dunia perpajakan ini memuat suatu tidak terkesan dirahasiakan.
“Implementasi Penerapan Tax Amnesty: hasil berupa manfaat, tantangan dan Kemudian dalam rangkaian kegiatan
Manfaat, Tantangan, dan Solusinya”. solusi dalam penerapan tax amnesty yang sama dihari kedua, bekerjasama
di Indonesia. Adapun dialog yang dengan Radio Republik Indonesia
Sebagai salah satu agenda dihadiri sekitar 400 lebih peserta ini
reformasi perpajakan yang dicanangkan (RRI) dalam menggelar dialog interaktif
berlangsung meriah, terutama saat di PRO 2 RRI Kota Lhokseumawe
pemerintah Indonesia adalah melakukan penampilan tim panduan suara dan tari
ekstensifikasi dan intensifikasi dengan narasumber Andra Supriatna
Himatansi mengisi kegiatan ini. (Ketua Himatansi Unimal), Budi
perpajakan. Hal ini berkaitan dengan
upaya peningkatan penerimaan negara Setelah sesi diskusi dengan para Sulaiman (Ketua HMJ AKS UIN-SU),
dari sektor pajak yang sekaligus upaya narasumber, acara dilanjutkan dengan T. Darul Qutni (DPN Ikatan Mahasiswa
peningkatan jumlah subyek dan obyek sesi tanya jawab yang menggambarkan Akuntansi Indonesia). Dialog ini juga
pajak. Wacana implementasi kebijakan tingginya antusias para peserta yang membahas wacana dan isu mengenai
yang berkaitan dengan pengampunan hadir dan dilanjutkan pemberian tax amnesty dan tanggapan mengenai
pajak (tax amnesty) merupakan salah bingkisan hadiah menarik bagi para penerapan tax amnesty di Indonesia. IT
SPEKTAKULERNYA
INDONESIAN TAX FESTIVAL 2015
T
harus menjawab soal-soal perpajakan
ahun ini, Sekolah Tinggi para finalis mendapat ujian tulis secara pada tiap pos yang telah disediakan;
Akuntansi Negara (STAN) kembali individu yang terdiri dari 60 soal dan Rolling Rounds di mana para finalis
menyelenggarakan kegiatan pilihan ganda dalam 60 menit waktu mengerjakan soal rekonsiliasi Surat
perpajakan yang bernama Indonesian pengerjaan. Kedua, Tax Tic para finalis Pemberitahuan Badan Usaha Tetap
Tax Festival 2015. Sebelumnya mengerjakan 5 soal kasus tentang (SPT BUT). Pada babak final ini enam
telah dilakukan seleksi regional yang isu perpajakan secara berkelompok. tim terpaksa harus tersisih, yaitu 1 tim
dilaksanakan di 10 kota besar di Terakhir, sesi The Last Bee di mana para Universitas Indonesia, 1 tim Universitas
Indonesia yakni Balikpapan, Denpasar, finalis menuliskan jawaban pertanyaan Trisakti, 3 tim Universitas Brawijaya, 1
Medan, Jakarta, Pekanbaru, Palembang,
RATE CARD
(in IDR ‘000)
ITEMS SIZE (PIXEL) OPTION RATE/EDITION REMARKS
COVER
Static Ads & Hyperlink 2,500 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
COVER (inside front cover) -
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30” and Max Size
Full Page Banner 3,000
Hyperlink 5 MB
INSIDE PAGE
FRONT PAGE (after Static Ads & Hyperlink 1,750 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
greetings and before
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
headline) - Full Page Banner 2,500
Hyperlink 5 MB
ANY PAGE (after headline) - Static Ads & Hyperlink 1,500 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
Full Page Banner
1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
2,250
Hyperlink 5 MB
ANY PAGE (after headline) - Static Ads & Hyperlink 750 PSD / JPG / PNG / PDF / INDD / AI
Half Page Banner 1240x1712 pixel Static Ads With Video & FLV / F4V / MPEG4 Max duration 30" and Max Size
1,250
Hyperlink 5 MB
Price do not include VAT and other charges (if any). Discount continuous folding position 15% - 30%.
CONTACT PERSON
Eny / Dienda - 021 2938 5758
InsideTax
Edisi 27 | Januari
2015
InsideTa
Edisi 28
| February
2015
x
AJAKAN
hi-TAXnolog
Pelayanan IT Ditjen
y
Pajak Non-Stop MEDIA TR
24/7 Pengembangan EN PERP
AJAKAN
IT sebagai Efek J
bagi Pen er
unggaka
Upaya Strategis
Peningkatan
Performa
Administrasi
Gijzeling
Akankah
: Pajak
Pajak Memberi
Menelaah Efek Jer
a Meningka
Mendoro dan tka
BEPS Action
Kepatu
ng Kepatu n
Plan 10 dan Dengan IT, han? han
Administrasi dengan
Implikasinya
Pajak Menjadi Gijzeling
Bagi
Indonesia Lebih
Sederhana Gijzeling
,
Apa Kat
a
Dunia
Usaha? Berbagi
Berburu Ilmu
Bersama
Pengetahu an DDTC
Transfer Pricin Rangkaian
g
ke Negeri Harmonisasi Penyelesa
“Paman Sam” Perpajakan di Sengke ian
ta
Uni Eropa: Beban dalam
Pajak Efektif Transfer MAP:
Pricing Benarka
h
Ata
Perselisih si
an
dengan
Kesepa
katan?
d. barang cinderamata;
Menikmati
Summer Course
M
erupakan sebuah pengalaman Relief & Non-Discrimination”, Prof. para ahli, doktrin-doktrin hukum dan
yang luar biasa untuk dapat Stef Van Weeghel dari University sumber-sumber akademis lainnya. Hal
menggali pengetahuan of Amsterdam untuk “Beneficial ini memungkinkan para peserta melihat
mengenai pajak internasional dan Ownership and Tax Treaty Anti- permasalahan dan pencarian akan
transfer pricing langsung dari universitas Avoidance Provisions”, Hans Pijl solusi semakin komprehensif.
ternama di Eropa. Mengambil waktu di dari The Universities of Lausanne Program ini diikuti oleh peserta dari
tengah-tengah musim panas di bulan terkait “Advanced issues on Business berbagai belahan dunia khususnya
Juli, tepatnya pada tanggal 6-24 Juli Profit Taxation Under Tax Treaties”, Eropa dan Amerika Selatan. Dua
2015, Universitas Leiden melalui Giammarco Cottani dari Italian Revenue minggu pertama dari course
International Tax Center membuka Agency untuk “Transfer Pricing Issues” tersebut, saya menjadi satu-satunya
kelas summer course dengan 3 topik dan Stefano Simontacchi untuk “Arm’s peserta dari Indonesia. Kendati
pembahasan yang dibagi per minggu Length Principle and Traditional demikian, antusiasme dalam belajar
yaitu: principle of international Transaction Methods”. dan mengikuti program yang ada
taxation, advance topic of international Hal menarik yang saya temui dari mempererat hubungan di antara para
taxation dan transfer pricing. summer course ini adalah program peserta, khususnya terkait topik-topik
Seluruh program digagas oleh ini sangat berbeda dengan program- yang bersifat advance dan update,
Profesor Kees Van Raad selaku Direktur program pembelajaran mengenai seperti misalkan BEPS dan perubahan-
International Tax Center. Sharing international taxation dan transfer perubahan dalam OECD commentaries.
knowledge dilakukan oleh para pricing yang pernah saya ikuti
pengajar dengan reputasi internasional, sebelumnya. Secara umum, setiap Menjelajah Kota Leiden
di mana Kees Van Raad sendiri yang materi dibawakan dengan sangat
Selain mengikuti program kursus,
mengasuh topik di hampir seluruh menarik dan memicu para peserta
ada juga welcome dinner yang diadakan
minggu awal, terutama terkait topik secara aktif terlibat dalam diskusi.
setiap Senin untuk menyambut
“Five Fundamentals Rules on Tax Selain itu, program ini mengajak peserta
para peserta kursus yang kemudian
Treaty Application & Triangular Case”, untuk tidak hanya berkiblat pada OECD
dilanjutkan dengan tur dalam kota.
Alexander Rust dari Vienna University Model ataupun Commentaries semata,
Pada minggu pertama, welcome dinner
membawakan topik “Double Taxation melainkan juga mengacu pada pendapat
diadakan di salah satu restoran di Kota
Indonesia, yaitu Multatuli atau Douwes diperoleh di sini disebut dengan Blue - Anggi Tambunan -
Dekker. Delf. Tentunya tidak hanya keramik
Mendatar:
4: Suatu kawasan dengan batas-batas
tertentu di wilayah pabean Indonesia yang
didalamnya diberlakukan ketentuan khusus
di bidang kepabeanan.
3 4
6: Klausul yang mengatur tentang prosedur
yang digunakan oleh kedua negara untuk 5
Hadiah:
Merchandise menarik dan pulsa senilai Rp50ribu dari DDTC untuk 3 (tiga)
orang pemenang.
“Gagal Mancing ”