Anda di halaman 1dari 76

Edisi 16 | Juli-Agustus 2013

Desain K elembaga an
Perluk ah Ditjen Pajak
Terpisah dari K emenk eu?

Quo Vadis Insentif Pajak di Indonesia


Informasi Asimetris dalam Administrasi BPHTB
ISSN: 1978-5836
Penemuan Hukum dalam Sengketa Perpajakan
9 771978 583 642
Rp 30.000 Adakah Jaminan Hak-hak WP dalam Konstitusi Kita?
insidecourt

Seluruh Redaksi Majalah InsideTax


Mengucapkan

Selamat Idul Fitri


1 Syawal 1434 H
Taqobbalallahu Minna Wa Minkum
Minal Aidin Wal Faizin
Mohon Maaf Lahir dan Batin

2 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidecourt
insideCONTENT 6
Edisi 16 | Juli-Agustus 2013

4 Inside Greetings
16 Inside Profile
Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.
InsideHeadline: Perlukah Ditjen Pajak
19 Inside Reader Terpisah dari KemenKeu?

20 Inside Reportase
Pergerakan Dunia Melawan Penghindaran Pajak 40
26 Newsflash Domestik
28 Inside Review
Benturan Hukum pada Pengenaan PPh Final Bagi
Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
InsideReview: Quo Vadis Insentif
33 Inside Event Pajak di Indonesia
Seminar Transfer Pricing Audit and Dispute
Resolutions

34 Inside Review 48
Adakah Jaminan Hak-hak Wajib Pajak dalam
Konstitusi Kita?

38 Tax Enlightenment
46 Newsflash International InsideCourt: Penemuan Hukum dalam
54 Inside Profile
Untoro Sejati
Sengketa Pajak

56 Inside Regulation 68
Perlakuan PPh untuk Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu

61 Inside Library
66 Inside Event - AFI
InsideReview: Informasi Asimetris
74 Inside Intermezzo dalam BPHTB
InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 3
INSIDEGREETINGS

Diterbitkan oleh: Komunitas Pajak yang terhormat,


DANNY DARUSSALAM Tax Center
PT Dimensi Internasional Tax Kami mengucapkan minal
aidin wal faizin, mohon maaf
PEMIMPIN UMUM lahir batin kepada seluruh
Darussalam pembaca. Semoga spirit Idul
Fitri memberikan kita semangat
WAKIL PEMIMPIN UMUM
dan kejernihan hati yang baru
Danny Septriadi
untuk bersama-sama membawa
kita kepada dunia perpajakan
PEMIMPIN REDAKSI
B. Bawono Kristiaji Indonesia yang lebih baik.

REDAKSI Pada edisi 16 ini, redaksi


Ganda Christian Tobing Inside Tax melontarkan wacana
Deborah mengenai desain kelembagaan
Toni Febriyanto administrasi perpajakan.
Hiyashinta Klise Mengapa? Di berbagai
negara, persoalan-persoalan pajak yang umum ditemui di berbagai
FOTOGRAFI DAN DESAIN negara, seperti: rendahnya rasio penerimaan pajak, tingginya angka
Ronny Fhyzar penggelapan pajak, buruknya pelayanan, hingga persoalan korupsi
di area administrasi pajak dianggap tidak dapat hanya diselesaikan
REKENING BANK dengan kebijakan yang sifatnya kasuistis dan parsial. Banyak literatur
BCA KCP Ruko Artha Gading empiris maupun teoritis yang menyatakan bahwa kendala penyelesaian
A /C: 8400031020 persoalan pajak justru terletak pada desain atau kerangka kelembagaan
A /N: PT Dimensi Internasional Tax administrasi perpajakan atau penerimaan secara umum. Artikel utama
dari Inside Tax kali ini akan mengupas tren bentuk kelembagaan
ALAMAT REDAKSI
administrasi perpajakan yang semi-otonom, keunggulan, kelemahan,
Menara Satu Sentra Kelapa Gading
dan juga diskusi mengenai bentuk yang ‘pas’ bagi Indonesia. Walau
Lantai 6 Unit #0601
demikian, wacana mengenai kelembagaan tersebut haruslah didalami
Jl. Bulevar Kelapa Gading L A3 No.1
Summarecon, Kelapa Gading lebih lanjut karena sifatnya yang kompleks dan menyangkut kemauan
Jakarta Utara 14240 politik.
Indonesia
www.dannydarussalam.com/insidetax Edisi ini padat karena didukung oleh artikel berbobot lainnya. Andy
Jayani, dalam tulisannya yang berjudul “Quo Vadis Insentif Pajak di
Indonesia” menyoroti kerap berganti-gantinya rezim insentif pajak
di Indonesia dan ketidakberhasilannya dalam menarik foreign direct
Edisi 16 | Juli-Agustus 2013

investment (FDI). Sedangkan Ifdal Kasim, mantan Ketua Komnas


HAM periode 2007 – 2012, memberikan topik fundamental yang
seringkali terlupa dalam kehidupan bernegara, yaitu tentang hak-hak
Perluk ah Ditjen Pajak
Desain K elembaga an
dasar Wajib Pajak. Topik perlakuan pemajakan atas ‘UMKM’ yang
Terpisah dari K emenk eu? sedang hangat, juga diangkat oleh Hadining Kusumastuti. Hal ini juga
dilengkapi oleh pembahasan isi regulasi dari meja redaksi mengenai
PP 46/2013 serta ketentuan turunannya, PMK 107/2013.

Selain itu, redaksi juga akan memberikan artikel-artikel menarik


Quo Vadis Insentif Pajak di Indonesia lainnya. Simak saja mengenai kajian metode penemuan hukum yang
dipergunakan dalam persidangan kasus sengketa transfer pricing,
Informasi Asimetris dalam Administrasi BPHTB
ISSN: 1978-5836
Penemuan Hukum dalam Sengketa Perpajakan
9 771978 583 642
Adakah Jaminan Hak-hak WP dalam Konstitusi Kita?
ataupun reportase mengenai upaya negara-negara dalam menghadapi
Rp 30.000

InsideTax | Edisi 15 | Mei-Juni 2013 1

4 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidegreetings
base erosion dan profit shifting.
Selain itu hasil wawancara dengan
Jaja Ahmad Jayus, anggota Komisi
Yudisial RI mengenai pengadilan
pajak di Indonesia juga sangat Informasi Berlangganan
perlu untuk dicermati. Terakhir,
kami juga memuat karya terbaik dan Pemasangan Iklan
pemenang lomba kuis Inside Tax
edisi 15, yakni artikel mengenai
informasi asimetris dalam konteks
Untuk berlangganan dan pemasangan iklan, Anda dapat
BPHTB oleh Ega Okli Roseptia. menghubungi:
Eny, 021 29385758, 021 29385759 (fax) atau dengan
Akhir kata, selamat menjelajahi mengirimkan e-mail ke:
luasnya dimensi perpajakan marketing.insidetax@dannydarussalam.com.
Indonesia. Semoga tercerahkan!
Inside Tax terbit dwibulanan setiap minggu ketiga.

͘ĂǁŽŶŽ<ƌŝƐƟĂũŝ Wartawan dan staf Majalah Inside Tax selalu dibekali


tanda pengenal dan tidak diperkenankan menerima atau
meminta imbalan dari narasumber.

DANNY DARUSSALAM Tax Center


(PT Dimensi Internasional Tax)
Menara Satu Sentra Kelapa Gading
Lantai 6 Unit #0601
Jl. Bulevar Kelapa Gading LA3 No. 1
Summarecon, Kelapa Gading
Jakarta Utara, 14240
Indonesia

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 5


insideheadline

Desain Kelembagaan Administrasi Perpajakan:


Perlukah Ditjen Pajak Terpisah
dari Kementerian Keuangan?
Darussalam, B. Bawono Kristiaji, dan Hiyashinta Klise1

“ E
1. Pendahuluan
fficiency of a tax system is not determined only
by appropriate legal regulation but also by the
efficiency and integrity of the tax administration.”
(Nicholas Kaldor, 1980)

Lalu apa yang dimaksud dengan


administrasi perpajakan? Administrasi
perpajakan tidak dapat dilepaskan
undang perpajakan.4 Oleh karena itu,
administrasi perpajakan mencakup
hal-hal yang berkaitan dengan
segala manajemen atau sistem kerja
dalam pelaksanaan ketentuan hukum
pajak, mulai dari memungut pajak,
pemberian sanksi, dan sebagainya.

Segala upaya untuk melakukan


Apa yang membuat suatu sistem administrasi perpajakan di suatu
pajak di suatu negara dianggap lebih dari segala ketentuan hukum pajak, negara pada umumnya diletakkan
efisien dari sistem pajak negara karena administrasi pajak merupakan pada suatu badan/lembaga (otoritas
lain? Menurut Kaldor, ketentuan atau kaitan antara ketentuan hukum pajak) yang diberikan kewenangan
peraturan perpajakan yang sesuai perpajakan dan bagaimana sistem oleh undang-undang, yang bertindak
saja tidaklah cukup atau mungkin pajak dapat bekerja. 3 Dengan kata sebagai administrator pajak yang
justru tidak berpengaruh banyak. Hal lain, administrasi pajak berfungsi bertugas untuk memfasilitasi sekaligus
yang lebih menentukan justru terletak untuk mengimplementasikan dan mendorong kepatuhan Wajib Pajak
pada seberapa efektif dan efisien menegakkan hukum pajak berdasarkan terhadap ketentuan perpajakan.5
administrasi pajak di suatu negara. 2 wewenang yang diberikan oleh undang-
4 Matthijs Alink dan Victor van Kommer, Handbook on
1 Darussalam adalah Managing Director DANNY Tax Administration (Amsterdam: IBFD, 2011), 87.
DARUSSALAM Tax Center; B. Bawono Kristiaji adalah 5 Pada dasarnya terdapat tujuh komponen
Partner, Tax Research and Training Service di DANNY 8: Reports on Taxation II (London: Holmes & Meier utama dari administrasi perpajakan, yaitu: (i) “tax
DARUSSALAM Tax Center; dan Hiyashinta Klise adalah Publishers, 1980). ministry” yang bertugas mengawasi, memprediksi,
Researcher, Tax Research and Training Service di DANNY 3 Charles Mansfield, “Tax Administration in dan menetapkan target penerimaan pajak; (ii) ”tax
DARUSSALAM Tax Center. Developing Countries: An Economic Perspective,” IMF department” yaitu otoritas pajak pada umumnya;
2 Nicholas Kaldor, Collected Economic Essays Vol. Working Paper No. 87/42, (1987). (iii) badan pengawas eksternal; (iv) pengadilan atau

6 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
Dengan demikian, segala sesuatu 2. Pentingnya Kerangka banyak dari reformasi perpajakan di
hal yang terkait dengan keberhasilan Kelembagaan dalam Reformasi berbagai negara justru gagal karena
administrasi pajak sangat dipengaruhi Perpajakan reformasi dilakukan tanpa adanya
pada seberapa baik performa otoritas reorganisasi administrasi pajak secara
pajaknya. Berhasil atau tidaknya Kebutuhan peningkatan efektivitas permanen dan perbaikan manajemen
ketentuan perpajakan maupun dan efisiensi administrasi perpajakan di dalam otoritas pajak.10 Hal ini
seberapa efisien atau tidaknya dilatarbelakangi oleh tuntutan untuk membuktikan bahwa kelembagaan
sistem perpajakan, suka atau tidak, meningkatkan penerimaan pajak guna memainkan peranan yang penting
ditentukan oleh lembaga otoritas menopang pembangunan ekonomi.7 dalam proses reformasi perpajakan.
pajak. Walau demikian, banyak dari negara- Apalagi, dalam kenyataannya hukum
negara di dunia (terutama negara- atau kebijakan pajak hanya dapat
Dewasa ini, model otoritas pajak negara berkembang) sulit untuk berfungsi dengan baik selama
yang berada dalam garis struktur memenuhinya, karena kapasitas administrasi pajak yang baik tersedia.11
tradisional (direktorat di bawah administrasi mereka yang masih
Kementerian Keuangan) semakin rendah. Beberapa otoritas pajak Dari perspektif keilmuan kebijakan
banyak ditinggalkan. Tren memisahkan bahkan tidak memiliki infrastruktur publik, manajemen, hingga ilmu
administrasi pajak dari Kementerian dan sumber daya manusia yang ekonomi, aspek kelembagaan dianggap
Keuangan mulai berkembang, memadai, untuk menjalankan fungsi sebagai kerangka yang mengatur
terutama pada dua dekade terakhir. dasar pemungutan pajak.8 Hal ini apa dan bagaimana fungsi ataupun
Berbagai negara telah membentuk masih diperburuk dengan adanya interaksi antaragen dalam arena
atau mentransformasi lembaga otoritas pajak yang berada dalam terkait. Lebih lanjut, kelembagaan
otoritas pajak menjadi sebuah kerangka pemerintahan yang lemah, di dapat merumuskan sistem yang dapat
lembaga yang lebih otonom sehingga mana terdapat praktik-praktik korupsi menjamin pengorganisasian agar
dikenal dengan nama otoritas pajak dan campur tangan politik sehingga setiap agen bekerja secara optimal dan
yang semi-otonom (Semi-Autonomous menimbulkan adanya tax gap.9 tidak melenceng dari koridor yang telah
Revenue Authority, selanjutnya disebut ditetapkan. Dengan demikian, tidak
SARA).6 Argumentasi utama dari ide Pada umumnya, pemerintah mengherankan jika reformasi pajak
perubahan tersebut berangkat dari di berbagai negara berusaha di berbagai negara mengikutsertakan
tujuan yang bermuara pada kebutuhan meminimalkan tax gap dengan upaya untuk menemukan bentuk
atas kecukupan penerimaan yang reformasi perpajakan. Sayangnya, kelembagaan administrasi perpajakan
berkesinambungan, perbaikan yang paling ideal. Pada banyak kasus,
pelayanan, serta perbaikan tata kelola 7 Administrasi pajak yang efektif dapat terlihat perubahan yang radikal pada otoritas
pemerintahan di sektor pajak. dari tingginya kepatuhan secara sukarela (voluntary
compliance) di antara beragam Wajib Pajak. Lihat 10 Fuentes Quintana, “The Organization of Tax
Pedrag Bejakovic, “Improving The Tax Administration in Administration in the CIAT Members Countries,” CIAT
Namun, apakah SARA dapat Transition Countries,” Institute for Public Finance Paper, 3. Review in 1985-1986, Technical Publication of the
menjamin tercapainya tujuan-tujuan 8 Christian von Haldenwang, Armin von Schiller, Inter-American Center of Tax Administrators, seperti
Melody Garcia, “Tax Collection in Developing Countries dikutip dari Glenn P. Jenkins, “Modernization of Tax
tersebut? Lebih lanjut lagi, sejauh – New Evidence on Semi-Autonomous Revenue Administrations: Revenue Boards and Privatization
mana ide mengenai pemisahan Agencies (SARAs),” (2012): 3. as Instruments for Change,” Bulletin for International
otoritas pajak dari struktur lembaga 9 Tax gap didefinisikan sebagai selisih antara potensi Taxation, (1994): 75.
Kementerian Keuangan perlu untuk pajak sesuai undang-undang pajak dengan pajak 11 Gagasan mengenai “tax administration is tax policy”
yang secara aktual dapat dikumpulkan. Lihat Rosario diungkapkan pertama kali oleh Milka Casanegra de
dipertimbangkan dan sesuai dengan G. Manasan, “Tax Administration Reform: (Semi-) Jantscher, “Administering the VAT,” dalam Value Added
konteks di Indonesia? Tulisan ini akan Autonomous Revenue Authority Anyone?,” Discussion Taxation in Developing Countries, ed. Malcolm Gillis, Carl
menjawab hal-hal tersebut, dengan Paper Series No. 2003-05, Philippine Institute for S. Shoup, dan Gerardo P. Sicat (Washington: World Bank,
Development Studies, (2003): 4. 1990).
sebelumnya mengkaji mengenai
pentingnya kerangka kelembagaan
dalam reformasi perpajakan,
karakteristik SARA, keunggulan dan
kelemahan, serta pengalaman di

“D
negara lain.
ewasa ini, model otoritas
lembaga yang ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa
pajak yang berada dalam garis
pajak; (v) lembaga kepolisian atau pengadilan pidana;
(vi) konsultan pajak; dan (vii) Wajib Pajak. Lihat Arindam struktur tradisional (direktorat
Das-Gupta, “Implications of Tax Administration for Tax
Design: A Tentative Assessment,” dalam The Challenge
of Tax Reform in A Global Economy, ed. James Alm, Jorge
di bawah Kementerian Keuangan)
Martinez-Vazquez, dan Mark Rider (New York: Springer,
2010), 366. Dalam tulisan ini, komponen yang disorot
semakin banyak ditinggalkan."
adalah tax department atau otoritas pajak atau badan
penerimaan yang berfungsi sebagai administrator.
6 Di beberapa literatur, sering juga disebut sebagai
Revenue Authority Model ataupun Unified Semi-
Autonomous Revenue Bodies.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 7


insideheadline
(iii) 8QLÀHG VHPLDXWRQRPRXV
body, di mana seluruh fungsi
administrasi perpajakan
Gambar 1 - Otonomi Pada Struktur Pemerintahan (termasuk juga fungsi
pendukung) merupakan tugas
badan tertentu. Pimpinan
Departemen Otoritas Pajak Lembaga Otonom Badan Usaha
Privatisasi
badan tersebut memberikan
Tradisional Semi Otonom & Badan Pengawas Milik Negara laporan secara berkala kepada
(SARA) Menteri yang ditunjuk.
(iv) 8QLÀHG VHPLDXWRQRPRXV
body with board. Sama dengan
Sumber: William Crandall, "Revenue Administration: Autonomy in Tax Administration XQLÀHG VHPLDXWRQRPRXV
and the Revenue Authority Model," IMF, (Juni 2010): 4. body, namun dengan
perbedaan bahwa badan
tersebut dipimpin oleh majelis/
dewan.
Keempat variasi tersebut dapat
pajak disarankan12 termasuk membuat penggajian, pengangkatan, pelatihan,
disederhanakan hanya menjadi dua
lembaga otoritas pajak menjadi sebuah hingga merumuskan kode etik
tipe: otoritas pajak yang berada
lembaga yang lebih otonom dengan internalnya.13
di bawah struktur organisasi
menjalankan sistem administrasi
Kementerian Keuangan dan otoritas
pajaknya secara profesional seperti
pajak yang memiliki otonomi yang
layaknya perusahaan. 3. Jenis Kelembagaan
lebih luas. Perbedaan antara keduanya
Administrasi Perpajakan dapat dilihat dari suatu spektrum
Perubahan ini tidaklah mudah.
yang memperlihatkan derajat kontrol
Menurut Jenkins, halangan utama Lalu, bagaimana bentuk ideal
pemerintah dalam setiap jenis
dari perubahan suatu administrasi modernisasi kelembagaan administrasi
lembaga pemerintahan nasional pada
perpajakan terletak pada kedudukannya perpajakan? Sebelum lebih jauh
Gambar 1.
sebagai bagian tidak terpisahkan dari mengkaji hal tersebut, penting untuk
pelayanan publik secara umum. Hal mengetahui terlebih dahulu variasi
Pada Gambar 1, dapat dilihat
ini menciptakan situasi rendahnya kerangka kelembagaan administrasi
semakin besarnya derajat sifat otonom
tingkat upah, kualifikasi staf yang pajak yang secara umum sudah dikenal.
masing-masing kerangka kelembagaan
lemah, pengangkatan staf atau pejabat Ditinjau dari derajat hubungan otoritas
yang berjalan seiring dengan
tergantung dari kedekatan politik, pajak dengan Kementerian Keuangan
berkurangnya intervensi pemerintah.
dan sebagainya. Seluruh hal tersebut (atau organisasi terkait lainnya yang
Otoritas pajak di berbagai negara
menciptakan rendahnya kepatuhan mengurus segala sesuatu tentang
pada umumnya hanya berada di area
pajak. Oleh karena itu, otoritas pajak sektor fiskal dan kebijakan ekonomi),
departemen tradisional (misalkan
harus direstrukturisasi sehingga terdapat empat variasi utama kerangka
Prancis, Kamboja, Indonesia, dan
mendapatkan suatu kemandirian yang kelembagaan. Keempat variasi ini
sebagainya) dan otoritas pajak yang
hampir serupa dengan bank sentral. merefleksikan perbedaan mendasar
semi-otonom (misalkan Kenya,
mengenai struktur politik maupun
Hong Kong, Amerika Serikat, dan
Usulan atas perubahan kerangka sistem administrasi publik di berbagai
sebagainya). Sedangkan bank
kelembagaan administrasi yang negara. Keempat variasi tersebut
sentral, badan usaha milik negara,
baik paling tidak, harus memiliki adalah:14
dan lembaga yang telah diprivatisasi
karakteristik sebagai berikut. Pertama,
memiliki derajat kemandirian
memiliki independensi keuangan, (i) Single directorate in ministry
RI ÀQDQFH Unit (direktorat) (otonomi) yang lebih besar dan tidak
artinya lembaga/badan baru tersebut
tunggal yang berada di ada satupun otoritas pajak yang
dapat mengalokasikan anggaran yang
bawah struktur Kementerian berada dalam karakterisasi tersebut.
sesuai, yang mana sebagian anggaran
Keuangan. Otoritas pajak harus tetap menjadi
tersebut dapat dipergunakan untuk
semi-otonom karena kekuasaan dan
insentif atau perbaikan teknologi (ii) Multiple directorates in
kewenangan dari otoritas pajak tidak
informasi. Kedua, lembaga/badan PLQLVWU\ RI ÀQDQFH Lebih
dari satu unit (direktorat) dapat dipisahkan dari kontrol dan
baru tersebut diberikan kewenangan
yang berada di bawah struktur akuntabilitas pemerintah yang terpilih.
administratif yang otonom serta
Kementerian Keuangan. Sehingga otoritas pajak tersebut akan
dapat merumuskan kebijakan dan
selalu menjadi institusi publik.
tujuan administrasinya. Terakhir,
lembaga/badan baru tersebut harus 13 Jenkins, Glen P., “Modernization of Tax SARA adalah terminologi yang
bertanggung jawab untuk mengelola Administrations: Revenue Boards and Privatization
merujuk kepada kerangka kelembagaan
sumber daya manusia secara internal. as Instruments for Change,” Bulletin for International
Taxation (1994): 76. dan tata kelola pemerintahan bagi
Hal ini dapat dilakukan lewat sistem
14 OECD, Tax Administration 2013: Comparative organisasi yang terlibat dalam
Information on OECD and Other Advanced and Emerging administrasi penerimaan, di mana
12 Rosario G. Manasan, Op.Cit. Economies (Paris: OECD Publishing, 2013), 25.

8 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
kerangka tersebut memberikan suatu
otonomi yang lebih besar dibandingkan
Gambar 2 – Perbedaan Kewenangan yang Dimiliki dalam Model SARA
dengan departemen/direktorat dalam
Kementerian.15 Pada dasarnya, kata dan Direktorat Kementerian Keuangan di Berbagai Negara
“otonom” dapat diartikan sebagai
kemandirian atau pemerintahan
sendiri. Dalam konteks administrasi Dapat menegosiasi tingkat gaji

publik, otonom(i) biasanya mengacu Dapat mengangkat/memberhentikan staf


pada sejauh mana suatu badan
atau lembaga pemerintahan mampu Turut menentukan kriteria pengangkatan
beroperasi secara independen dari
kerangka pemerintahan secara umum, Menentukan standar pelayanan
baik dalam bentuk hukum dan status,
Mengatur jenjang pekerjaan
pendanaan dan anggaran, keuangan,
sumber daya manusia, serta aspek Menentukan alokasi anggaran
administrasi.16 Sebagai lembaga
yang otonom dan berdiri sendiri, Mendesain struktur internal
SARA diharapkan dapat lebih fokus
Dapat membatalkan penalti/bunga
dalam menjalankan tugasnya, dapat
mengelola urusannya secara efektif, Membuat ketentuan pajak
bebas dari intervensi politik dalam
kegiatan sehari-harinya, serta dapat 0 50 100
menjalankan strategi pengelolaan Persen
sumber daya manusianya (SDM) secara
independen (mulai dari mengangkat, SARA Direktorat dalam Kementerian Keuangan
mempertahankan, memberhentikan,
sampai memotivasi SDM).17 Catatan: survei diadakan di 47 negara, dengan 31 negara menganut SARA dan 16 negara menganut
model direktorat dalam Kementerian Keuangan. Nilai persentase menunjukkan banyaknya otoritas
pajak yang memiliki kewenangan terkait.
Lalu sejauh mana perbedaan Sumber: OECD Tax Administration 2013: Comparative Information on OECD and Other Advanced and
derajat otonomi antara model SARA Emerging Economies (Paris: OECD Publishing, 2013), 30.
dan direktorat? Pada tahun 2012,
OECD telah melakukan survei
atau pendelegasian kewenangan atas di dalamnya masalah kepegawaian,
mengenai lembaga administrasi
berbagai hal pada dasarnya dapat pengadaan barang dan jasa, hingga
perpajakan di 47 negara, baik yang
diberikan, baik jika otoritas pajak sistem teknologi informasi. Dengan
tergabung atau di luar OECD. Dari
tersebut menganut model SARA demikian, model SARA diacu karena
survei tersebut, terlihat bahwa
maupun direktorat dalam Kementerian dimungkinkannya suatu kreasi
berbagai kewenangan yang berkaitan
Keuangan. Jadi, isu yang lebih penting pengorganisasian yang modern,
dengan fungsi administrasi perpajakan
bukanlah kedudukan otoritas pajak fleksibilitas administrasi internal,
ternyata lebih banyak diberikan jika
tersebut, namun (derajat) kewenangan dan sebagainya. Dengan demikian,
lembaga tersebut mengadopsi model
apa yang bisa diberikan.18 Penting hal ini menjelaskan mengapa
SARA dan bukan model direktorat/
untuk dicatat, bahwa pada saat kewenangan yang berkaitan dengan
departemen di bawah Kementerian
membangun kelembagaan administrasi fungsi administrasi pajak lebih banyak
Keuangan. Sebagai contoh, terdapat
perpajakan setiap pemerintahan dapat diberikan jika otoritas pajak menganut
77% model SARA di berbagai
merumuskan fungsi-fungsi apa yang model SARA.
negara diberikan kewenangan untuk
akan didelegasikan kepada lembaga
menegosiasi tingkat gaji. Kewenangan
tersebut. Variasi tersebut akhirnya Selain itu, dimungkinkannya
yang sama hanya dimiliki 25% dari
menentukan otonomi, akuntabilitas, kebebasan dalam pendelegasian
model direktorat di berbagai negara.
dan karakteristik kelembagaan yang fungsi dan kewenangan juga telah
dianut. menciptakan berbagai variasi model
Selain itu, perlu untuk diperhatikan
SARA. Akibatnya, model SARA di
bahwa pendelegasian fungsi-fungsi
Walau demikian, telah menjadi satu negara bisa jadi lebih otonom
15 Seperti diungkapkan oleh Kidd dan Crandall, “… suatu postulat bahwa bentuk model daripada model SARA di negara lain.
is simply a term to describe a governance regime for an direktorat tidak banyak memiliki Sebagai contoh, SARA di Kenya dan
organization engaged in revenue administration that
provides for more autonomy than that afforded a normal suatu otonomi yang besar, terutama Peru dianggap memiliki otonomi
department in an ministry.” karena sifat direktorat yang masih yang lebih besar daripada SARA di
16 William Crandall, "Revenue Administration: tunduk pada kerangka umum Meksiko.19 Bentuk SARA di beberapa
Autonomy in Tax Administration and the Revenue administrasi kementerian, termasuk negara juga seringkali tidaklah final
Authority Model," IMF, (Juni 2010): 2.
namun mengikuti kebutuhan fiskal
17 William Crandall dan Maureen Kidd, “Revenue
Administration: Autonomy in Tax Administration 18 Lihat Lampiran mengenai kewenangan yang antarwaktu.
and the Revenue Authority,” IMF Technical notes and didelegasikan kepada otoritas pajak di berbagai
manuals, (2010): 8. negara. 19 Ibid., 9.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 9


insideheadline
Tabel 1 - Alasan Diimplementasikannya SARA di Berbagai Negara Diadopsinya model SARA dalam
kelembagaan administrasi perpajakan
Rata-rata bermuara pada dua hal: efektivitas dan
Prioritas Alasan ranking efisiensi. 22 Hal serupa diungkapkan
Christian von Haldenwang, Armin
1 Lemahnya efektivitas administrasi perpajakan dan rendahnya 1,80
kepatuhan von Schiller, dan Melody Garcia23
bahwa dibandingkan dengan skema
2 Kebutuhan akan suatu katalis untuk memulai reformasi administrasi 2,73
perpajakan yang lebih luas
kelembagaan tradisional, SARA
memiliki efek positif berkelanjutan
3 Adanya kendala yang disebabkan oleh buruknya kebijakan 2,90
pada penerimaan negara. Hal ini
administrasi kepegawaian
disebabkan karena SARA mampu
4 Lemahnya komunikasi dan pertukaran data antarunit penerimaan 4,21 menjalankan fungsi dasar pemungutan
(bea cukai, PPN, dan sebagainya)
pajak lebih baik daripada model
5 Keinginan untuk menciptakan suatu unit khusus terpisah yang 4,54 otoritas pajak tradisional. Secara
bagus di dalam sektor publik
detail, berikut merupakan manfaat
6 Persepsi mengenai adanya intervensi secara politik maupun 4,55 dari dibentuknya SARA:24
intervensi kementerian
7 Tingginya angka korupsi 4,67 (i) Penggunaan sumber daya
publik yang lebih efisien melalui
Catatan: 17 negara responden yang telah mengadopsi SARA, misalkan: Meksiko, Kenya,
Kanada, Tanzania, Italia, dan sebagainya. Semakin besar angka ranking,
kemandirian atau otonomi
maka semakin alasan tersebut kurang menjadi alasan utama diadopsinya SARA. keuangan dan administrasi.
Sumber: Maureen Kidd dan William Crandall, "Revenue Authorities: Issues and Problems in
Evaluating Their Success," IMF Working Paper WP/06/240, (2006). (ii) Staf yang lebih kompeten,
disiplin, dan lebih berkualitas
karena adanya kebebasan
4. Argumen atas Otoritas atas hal yang dapat memicu cepatnya dalam pengangkatan,
Pajak yang Semi-Otonom keberhasilan reformasi administrasi pemberhentian, dan kebijakan
(Semi-Autonomous Revenue perpajakan yang lebih luas menjadi upah.
Authority/SARA) alasan tertinggi berikutnya. Hal ini
(iii) De-politisasi administrasi
dapat dipahami sebagai berikut. Dalam
pajak.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu kerangka kelembagaan yang
baru moral staf/pegawai biasanya lebih (iv) Peningkatan kredibilitas
mengubah suatu kedudukan dan
tinggi. Selain itu, budaya organisasi perpajakan dan pemerintah
kerangka kelembagaan administrasi secara umum.
perpajakan merupakan salah satu yang baru dapat melepaskan dari
bentuk reformasi pajak secara total. bayang-bayang kebobrokan lembaga (v) Peningkatan pelayanan
Totalitas tersebut biasanya berangkat yang sebelumnya. Hal ini juga sesuai terhadap Wajib Pajak dan
dari ketidakmampuan reformasi dengan argumen Delay, Devas, dan mengurangi biaya kepatuhan
Hubbard (1999), bahwa hal yang tidak Wajib Pajak.
perpajakan yang hanya bersifat
parsial dan hanya menyangkut kalah penting adalah adanya suatu (vi) Etos kerja yang lebih baik dan
kebijakan perpajakan. Dengan kata pencitraan mengenai “babak baru” perubahan budaya administrasi
lain, merekonstruksi kelembagaan yang menjanjikan dari perubahan ke arah yang lebih baik.
administrasi perpajakan seringkali kelembagaan. 21
(vii) Penghitungan yang
merupakan buah dari frustasinya komprehensif untuk semua
penyelenggara negara atas Alasan berikutnya, terletak pada penerimaan pajak.
ketidakmampuannya memperbaiki terbenturnya suatu upaya untuk
memperbaiki kebijakan kepegawaian (viii) Integrasi basis data pajak dan
kinerja pajak. 20 Wajib Pajak yang terkait.
otoritas pajak dengan suatu kerangka
Argumentasi mengenai pentingnya administrasi pegawai publik secara Seluruh manfaat-manfaat tersebut
mengadopsi SARA di berbagai negara umum (ranking: 2,90). Selain itu, merupakan prasyarat utama atas
biasanya berkisar pada kebutuhan alasan mengenai lemahnya komunikasi adanya administrasi perpajakan yang
atas upaya meningkatkan kepatuhan dan koordinasi antarunit yang efisien dan efektif. Padahal efektivitas
dan penerimaan pajak (lihat Tabel berkaitan dengan penerimaan hingga pemerintahan (administasi pajak)
1). Dari studi yang dilakukan oleh tingginya angka korupsi juga menjadi memiliki hubungan kausalitas yang
Kidd dan Crandall (2006) di 17 alasan-alasan diimplementasikannya positif terhadap penerimaan pajak.
negara yang menganut model SARA, SARA di berbagai negara. Hal ini
terlihat bahwa alasan atas lemahnya dapat dilihat pada Tabel 1. 22 Administrasi pajak yang efektif dapat terlihat
efektivitas administrasi perpajakan dari tingginya kepatuhan secara sukarela (voluntary
compliance) di antara beragam Wajib Pajak. Lihat
dan rendahnya kepatuhan menjadi hal Predrag Bejakovic, Op.Cit., 3.
yang utama (ranking: 1,80). Selain 23 Christian von Haldenwang, Armin von Schiller,
21 Simon Delay, Nick Devas, dan Michael Hubbard,
itu, argumen mengenai kebutuhan “Reforming Revenue Administration: Lessons from Melody Garcia, Op.Cit., 5.
Experience – A study for the International Development 24 Arthur Mann, “Are Semi-Autonomous Revenue
20 Wawancara dengan Prof. Jorge Martinez-Vazquez, Department,” School of Public Policy, University of Authorities the Answer to Tax Administration Problems
16 Agustus 2013. Birmingham, (Mei 1999). in Developing Countries? A Practical Guide,” (2004): 1.

10 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
Semakin efektif suatu pemerintahan Gambar 3 - Desain Kelembagaan Administrasi Perpajakan: Manfaat dari SARA
yang seringkali ditunjukkan dengan
kemampuan dan kapabilitas
otoritas pajak dalam memungut Departemen/
serta mengelola administrasi pajak Direktorat dalam
(misalkan dengan kemampuan Kementerian
Keuangan
audit, pelayanan yang lebih baik, Bebas dari intervensi
dan sebagainya), maka juga akan politik
meningkatkan penerimaan pajak. 25

Transformasi
Oleh karena itu, penting untuk dicatat
bahwa peningkatan penerimaan
pajak bukanlah tujuan langsung dari Perbaikan pelayanan
implementasi SARA; meningkatnya bagi Wajib Pajak
kepatuhan dan penerimaan pajak
justru merupakan konsekuensi logis Administrasi
dari semakin efektif dan efisiennya Badan perpajakan
Sumber daya manusia
administrasi pajak (lihat Gambar 3). penerimaan berkualitas yang efektif
yang semiotonom
dan efisien
Walau demikian, beberapa pihak
juga berpendapat bahwa SARA
justru dapat memberikan implikasi konsekuensi
Kapabilitas organisasi
yang buruk. Beberapa di antaranya logis
dan profesionalisme
adalah:26

(i) Membuat lembaga publik ini Penerimaan


menjadi terisolasi dan justru Responsif dan mampu dan kepatuhan
menjadi kurang efektif. mengikuti perubahan pajak
(ii) Menciptakan konflik inheren meningkat
dengan Kementerian Sumber: diolah oleh penulis
Keuangan.
(iii) Menciptakan konflik dengan (vii) Membentuk organisasi yang sebatas pada angka penerimaan pajak
lembaga sektor publik lain dan tidak perlu, karena sebenarnya semata. 27
menimbulkan persaingan. dapat ditingkatkan di dalam
(iv) Cenderung terlalu menekankan organisasi yang sudah ada di 5. Karakteristik SARA
pada pemungutan pajak bawah Kementerian Keuangan.
daripada reformasi administrasi Pro dan kontra atas manfaat Berikut merupakan karakteristik
mendasar dan luas, seperti SARA yang diterapkan di negara-
SARA pada dasarnya dapat dilihat
pengeluaran publik dan sistem negara Amerika Latin, Afrika, dan Asia
manajemen keuangan yang melalui pengalaman di berbagai
negara. Sayangnya, jumlah literatur Pasifik:28
lebih luas.
mengenai pro dan kontra keberhasilan
(v) Mengganggu perumusan SARA dalam meningkatkan kinerja 5.1. Kedudukan Hukum
kebijakan pajak, yang perpajakan, tidak cukup banyak.
merupakan tanggung jawab Pada umumnya, SARA memiliki
Sebagian besar literatur yang ada
mendasar dari Kementerian
berupaya merumuskan indikator- status hukum yang terpisah dari
Keuangan dan lembaga
legislatif. indikator yang sekiranya tepat untuk Kementerian Keuangan dan berhak
mengevaluasi kinerja perpajakan atas kepemilikan harta. Hak atas
(vi) Menciptakan “entitas super”. sebelum dan sesudah implementasi kepemilikan harta ini memperkuat
Tanpa kepemimpinan yang model SARA. Indikator yang manajerial otonomi dari sebuah otoritas
kuat dan jujur serta mekanisme pajak. Lebih lanjut lagi, legalitas SARA
dipergunakan dalam evaluasi tersebut
akuntabilitas yang baik, maka
pada umumnya masih memiliki pada umumnya haruslah berdasarkan
entitas tersebut cenderung
dapat menjadi lembaga yang kelemahan dalam mengukur secara 27 Misalkan saja, survei yang dilakukan oleh IRAS
menyalahgunakan kekuasaan kuantitatif implikasi diadopsinya di tahun 2011 yang menunjukkan adanya kepuasan
perpajakan dan menjadi SARA, terutama ketika hal yang pelayanan pajak yang mencapai 95%. Pada tahun 1992,
otoritas pajak Singapura berubah bentuk dari Inland
salah satu sumber korupsi hendak diukur berupa kinerja Revenue Department (IRD) menjadi Inland Revenue
pemerintah. kepegawaian, kultur, korupsi pajak, Authority of Singapore (IRAS). Pembentukan IRAS lebih
dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak didasarkan oleh suatu fleksibilitas untuk mengelola
25 B. Bawono Kristiaji, “Implikasi Shadow Economy sumber daya manusia dan keuangan agar lebih dapat
dan Efektivitas Pemerintahan terhadap Realisasi dan mengherankan jika studi mengenai memperbaiki pelayanan dalam area perpajakan. Lihat
Upaya Mengoptimalkan Penerimaan Pajak,” Tesis, tidak evaluasi dampak dari SARA biasanya Asian Development Bank. “Institutional Arrangements
dipublikasikan, Universitas Indonesia, 2013.
berupa survei mengenai persepsi for Tax Administration in Asia and the Pacific,” ADB
Governance Brief Issue 19, (2012): 6.
26 Arthur Mann, Op.Cit., 2.
publik atau cenderung disederhanakan 28 Rosario G. Manasan, Op.Cit., 4.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 11


insideheadline
diberikan kompensasi atas kinerja
berdasarkan formula yang dapat

B
erhasil atau tidaknya ketentuan dinegosiasikan. Biasanya, kompensasi
tersebut ditentukan atas dua kategori
perpajakan maupun seberapa formula. Kategori pertama berupa
efisien atau tidaknya sistem suatu persentase sebesar 1,65% dari
proyeksi penerimaan pajak yang dapat
perpajakan, suka atau tidak, ditentukan dikumpulkan di suatu periode fiskal.
Kategori kedua berdasarkan kinerja.
oleh lembaga otoritas pajak." Suatu bonus insentif akan diberikan
sebesar 2% dari selisih antara proyeksi
dan realisasi, jika realisasi berada di
atas proyeksi.31

5.4. Sistem Kepegawaian


otoritas parlemen, hal ini untuk lebih elemen semisal sektor swasta dapat
menjamin stabilitas dan legitimasi menjamin adanya kebijakan internal Ketersediaan sumber daya manusia
jangka panjang. 29 Walau demikian, yang lebih fleksibel sesuai dengan yang terlatih dan berkualitas adalah
dengan adanya otonomi tersebut, adanya kebutuhan atau perubahan faktor terpenting dalam mewujudkan
SARA belum tentu terpisah sama situasi ekonomi perpajakan. Kedua, efisiensi dari administrasi pajak.
sekali dengan struktural Kementerian anggota dewan dapat berfungsi Otonomi dalam sistem kepegawaian
Keuangan. SARA masih dapat berupa sebagai alat check and balance dari menciptakan beberapa keunggulan
organisasi eksternal yang berada pejabat yang berwenang, sehingga SARA, beberapa di antaranya: dapat
di bawah supervisi Kementerian hak-hak Wajib Pajak dapat terlindungi. lebih leluasa dalam mengangkat
Keuangan, misalkan seperti di Jepang Hal ini bisa dijumpai di Singapura dan sumber daya manusia yang lebih
dan Mongolia. Atau justru masih Malaysia. berkualitas dan profesional, mengatur
berada di bawah struktur Kementerian sistem upah pegawainya menjadi
Keuangan yang bersifat professional Jumlah anggota dewan direksi lebih kompetitif, memberikan
specialized unit, seperti di Vietnam. pada model BOD berbeda-beda insentif tambahan bagi pegawai
antarnegara. Sebagai contoh, jumlah berprestasi, serta memberi sanksi
5.2. Struktur Kepemimpinan anggota dewan di Hong Kong terdiri ataupun memberhentikan pegawai
dari 5 orang, meliputi: Kepala, yang berperilaku buruk. Remunerasi
Terdapat dua model kepemimpinan Komisioner, dan 3 orang yang berasal otoritas model SARA pada umumnya
pada SARA: model Chief Executive dari sektor swasta. Sedangkan, membaik. Remunerasi pegawai
Officer (CEO) dan model Board of dewan direksi di Singapura terdiri dapat ditetapkan dengan bermacam
Directors (BOD). Model CEO diadopsi atas 9 orang, meliputi: Komisioner acuan, misalkan dengan acuan upah
oleh sebagian besar negara-negara (Kepala), 2 permanent secretary, dan minimum pegawai negeri sipil seperti
Amerika Latin, sedangkan model 6 orang perwakilan sektor swasta di Guyana.
BOD lebih populer di Afrika dan (hukum, keuangan, sektor migas, dan
Asia. Pada model CEO, komisioner sebagainya). 5.5. Mekanisme dalam Menjamin
biasanya ditunjuk oleh Presiden atau Akuntabilitas
Menteri Keuangan dengan masa 5.3. Anggaran
jabatan tertentu. Sedangkan pada Otoritas pajak dikatakan memiliki
model BOD, Presiden atau Menteri Anggaran SARA pada umumnya akuntabilitas yang baik jika: (i)
Keuangan akan menunjuk seseorang berasal dari persentase tertentu terdapat kode etik bagi semua
untuk menjalankan mandat sebagai dari jumlah total pajak yang berhasil pegawai; (ii) terdapat audit internal
kepala yang berfungsi sebagai dipungut. Besaran persentase yang kuat untuk menegakkan kode
eksekutif dalam SARA, dan menjadi tersebut dapat saja ditetapkan oleh etik tersebut; (iii) menggunakan audit
bagian dari dewan direksi. Lebih lanjut Presiden atau melalui persetujuan eksternal yang independen; serta (iv)
lagi, di beberapa negara, perwakilan legislatif. Pemberian anggaran memiliki hubungan yang transparan
dari sektor publik dan swasta dapat berdasarkan persentase tertentu dari ke lembaga pemerintahan lainnya.
ditunjuk menjadi dewan direksi. total jumlah pajak yang dipungut Transformasi dari model direktorat
tersebut memungkinkan SARA untuk menjadi model SARA, biasanya juga
Pada model BOD, dewan direksi mengembangkan dan melaksanakan menyertakan elemen-elemen yang
biasanya hanya terlibat dalam sistem penganggaran dan perencanaan bisa menjamin akuntabilitas otoritas
manajerial namun tidak mengintervensi jangka panjang.30 pajak di masa mendatang.
kegiatan operasional sehari-hari.
Terdapat dua keuntungan struktur Hal ini dapat ditemui pada otoritas Lebih lanjut lagi, sebagian besar
kepemimpinan model BOD. Pertama, pajak di Singapura (Inland Revenue SARA menyampaikan laporan secara
adanya keterwakilan dari berbagai Authority of Singapore/IRAS) yang
31 Mukul G. Asher, “Tax Reform in Singapore,” ASIA
29 Arthur Mann, Op.Cit., 5. 30 Arthur Mann, Op.Cit.,7. Research Centre Working Paper No. 91, (Maret 1999): 15.

12 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
berkala kepada Menteri Keuangan Gambar 4 - Tingkat Produktivitas dan Kepatuhan atas Pajak Pertambahan
yang kemudian akan diteruskan Nilai di Peru, 1990 - 2003
kepada lembaga legislatif. Di sisi lain,
ada pula SARA yang memiliki akses
langsung untuk memberikan laporan SUNAT mulai
tahunan kepada legislatif. beroperasi secara penuh
50
6. Pengalaman Implementasi
SARA di Peru
40
Pada tahun 1988, lewat UU
No. 24829, Peru membentuk
Superintendencia Nacional de 30
Administracion Tributaria (SUNAT).
SUNAT merupakan institusi publik
yang terdesentralisasi dengan status 20
Produktivitas
fungsional, ekonomi, finansial, dan
administratif yang otonom. 32 SUNAT Kepatuhan
dibentuk dengan fungsi merumuskan 10
kebijakan, manajerial administrasi
internal, pemeriksaan, dan cara
pemungutan pajak. Selain itu, SUNAT 0
juga memiliki kewenangan untuk 1990 91 92 93 94 95 96 97 91 99 2000 01 02 03
mengajukan rumusan ketentuan
perpajakan. SUNAT dibentuk atas Sumber: dikutip dari Arthur Mann, Are Semi-Autonomous Revenue Authorities the Answer to Tax
adanya kebutuhan untuk mereformasi Administration Problems in Developing Countries? A Practical Guide, USAID Review for Fiscal Reform in
secara drastis administrasi pajak (di Support of Trade Liberalization project, (2004): 72 dan 73.
luar bea cukai). Reformasi tersebut
diperlukan untuk membenahi kondisi rata-rata pegawai negeri sipil lainnya. SUNAT, reformasi besar-besaran
lembaga administrasi pajak (General Semua posisi di SUNAT ditawarkan seperti itu tidak akan mungkin terjadi
Departement of Contribution yang kepada karyawan lama dan masyarakat dalam waktu yang singkat.
berada di dalam Kementerian luas dengan proses seleksi yang
Keuangan) yang saat itu sedang ketat dan kompetitif. Atas adanya Reformasi SUNAT membawa
terpuruk, memiliki kinerja yang buruk, pesangon dan tunjangan pensiun dampak yang positif bagi penerimaan
kelebihan pegawai, dan tingginya yang tinggi, staf administrasi pajak pajak di Peru. Secara keseluruhan
korupsi. dari lembaga sebelumnya berhasil rasio penerimaan pajak Peru naik,
dikurangi sebanyak seperempatnya. meskipun tidak terlalu cepat dan
SUNAT baru diimplementasikan Berbeda dengan SARA pada banyak dramatis. Keseluruhan rasio pajak
pada tahun 1990-1991, karena negara, SUNAT tidak memiliki Dewan (di luar social security contribution)
sempat terhalang oleh kekacauan Direksi (BOD). SUNAT dikelola oleh meningkat dari 11,99% di tahun
kondisi ekonomi dan politik di Peru Komite Administrasi (Comitéde Alta 1992 (tahun awal beroperasinya
(sekitar tahun 1985-1990). Pada Dirección) yang terdiri dari Inspektur, SUNAT secara penuh) sampai 14,24%
awalnya, SUNAT hanya menjalankan Deputi Inspektur, dan para kepala dari di tahun 1997. Hal ini tidak dapat
administrasi pemungutan PPh, PPN berbagai fungsional yang mandiri di dilepaskan dari dukungan politik yang
dan cukai.33 Namun, kini hampir dalam struktur organisasi. Selain itu, kuat dari Kantor Kepresidenan dan
seluruh jenis pajak kecuali untuk stabilitas dana untuk lembaga juga Kementerian Keuangan. Produktivitas
komponen pajak jaminan sosial (social terjamin. Sumber dana SUNAT berasal PPN dan tingkat kepatuhan PPN juga
security contribution) berada dalam dari 2% atas hasil pemungutan pajak, naik secara substansial (lihat Gambar
wilayah kewenangan SUNAT. 25% lelang properti dan 0,2% dari 4). Kedua hal ini penting, mengingat
pendapatan non-treasury. lebih dari sepertiga keseluruhan
SUNAT diberikan otonomi pendapatan pajak pemerintah pusat
untuk menetapkan sendiri sistem Pada akhir 1992 administrasi di Peru berasal dari PPN.
kepegawaiannya, dengan upah pajak Peru telah dirombak total,
pegawai yang jauh lebih besar dari termasuk elemen penting di dalamnya Pada Gambar 4, terlihat bahwa
seperti pembentukan struktur tingkat produktivitas PPN meningkat
32 Arthur Mann, Op.Cit.,14. organisasi baru, teknologi informasi dari 11,00% di tahun 1990 menjadi
33 Sedangkan pemungutan bea dilakukan oleh (TI), sistem kepegawaian, membentuk 36,73% di tahun 2003. 34 Tingkat
badan semi-otonom tersendiri bernama SUNAD (yang
kemudian berganti singkatan menjadi ADUANAS). struktur kepemimpinan menjadi lebih kepatuhan PPN meningkat dari
Baru pada tahun 2002 secara hukum ADUANAS kuat, dan perolehan dukungan politik.
diintegrasikan ke dalam SUNAT. Proses integrasi Dalam kasus Peru, jika tidak terdapat 34 Produktivitas PPN diperoleh dari
ADUANAS sendiri baru dilaksanakan pada pertengahan perbandingan jumlah pemungutan PPN dengan
tahun 2004. transformasi kelembagaan menjadi konsumsi Nasional bersih dibagi tarif PPN.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 13


insideheadline
Gambar 5 – Opini Mengenai Apakah Korupsi pada Pegawai Pajak Justru Lebih
Baik atau Buruk Setelah Reformasi Perpajakan: Peru dan Kawasan

60%

50%
Sangat Berkurang
40% Berkurang

Agak Berkurang
30%
Tidak Ada Perubahan

Agak Bertambah
20%
Bertambah

10% Sangat Bertambah

0%
Peru Meksiko Venezuela Bolivia

Sumber: Diolah dari penelitian Taliercio seperti dikutip oleh Rosario G. Manasan, “Tax Administration Reform: (Semi-) Autonomous
Revenue Authority Anyone?,” Discussion Paper Series No. 2003-05, Philippine Institute for Development Studies, (2003): 6.

10,83% di tahun 1990 menjadi Taliercio juga berpendapat justru faktor kelembagaan sudah
35,20% di tahun 2003. Jumlah bahwa dukungan dari sektor swasta sedemikian buruk untuk mencapai
Wajib Pajak yang terdaftar meningkat (komunitas bisnis dan akademisi) hal tersebut. Dengan demikian,
dari 895 ribu di tahun 1993 menjadi turut mempengaruhi penurunan segala kebijakan maupun improvisasi
1,8 juta di akhir tahun 1997 atau tingkat korupsi dan peningkatan administrasi perpajakan yang bersifat
meningkat lebih dari 2 kali lipat. pelayanan publik karena dukungan parsial tidak akan berpengaruh apa-
tersebut berhasil mempertahankan apa. SARA didorong atas situasi
Lalu bagaimana dengan dampak otonomi otoritas pajak di Peru dari putus asa dari penyelenggara negara
implementasi SARA pada pelayanan pengaruh pemerintah. Singkatnya, yang kemudian berinisiatif untuk
dan tingkat korupsi pajak? Penelitian Peru merupakan contoh sukses dari merombak kelembagaan pemungutan
yang dilakukan oleh Taliercio implementasi SARA. pajak secara total dan komprehensif.
(2001)35 atas Peru dan 3 negara Perombakan ini merupakan upaya
lain di kawasan Amerika (Meksiko, 7. Perlukah Re-Desain untuk mendapatkan suatu kondisi
Venzuela, Bolivia) menunjukkan Kelembagaan Administrasi “babak baru” serta sinyalemen politik
bahwa implementasi SARA di Peru Perpajakan Kita? atas upaya perbaikan administrasi
dapat secara efektif menurunkan perpajakan.
tingkat korupsi dan di sisi lain Pertanyaan selanjutnya adalah:
memperbaiki pelayanan administrasi apakah Indonesia perlu mengadopsi Di Indonesia situasi yang dapat
pajak. 36 Peru menunjukkan hasil model SARA bagi otoritas pajaknya? dianggap kronis tersebut sebenarnya
yang baik dalam penurunan tingkat Jawaban atas hal ini tidak mudah tidak terjadi. Kita seharusnya masih
korupsi dan peningkatan pelayanan karena harus ditelusuri dari apa tetap optimis dengan segala reformasi
publik, sedangkan tiga negara yang menjadi tujuan dan kebutuhan pajak yang telah berlangsung selama
lainnya, tidak ada perubahan tingkat pemerintah di sektor perpajakan serta satu dekade terakhir. Kisah sukses
korupsi, walaupun dari sisi pelayanan sejauh mana SARA dapat memfasilitasi mengenai Kring Pajak, dibangunnya
menunjukkan perubahan ke arah kebutuhan tersebut. Large Tax Officer (LTO), terus
(sedikit) lebih baik (Gambar 5 dan 6). meningkatnya realisasi penerimaan
Di banyak negara, SARA sering pajak, hingga interaktifnya situs
35 Penelitian oleh Taliercio (2000) seperti dikutip oleh kali berangkat dari situasi perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Rosario G. Manasan, Op.Cit,. 5-6.
yang sudah cukup kronis. Kronis menunjukkan bukti-bukti tersebut.
36 Survei dilakukan atas Wajib Pajak perusahaan-
dalam artian, ketika kebutuhan Jadi, jika tren perbaikan tersebut
perusahaan besar (WP besar), konsultan pajak
profesional, sektor swasta dan organisasi profesional penerimaan pajak tinggi namun sudah menunjukkan arah yang positif,
yang peduli terhadap masalah-masalah perpajakan.

14 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
Gambar 6 – Opini Mengenai Apakah Kualitas Pelayanan oleh Otoritas Pajak Lebih Baik atau Lebih
Buruk Setelah Reformasi Perpajakan: Peru dan Kawasan

60%

50%
Sangat Berkurang
40% Berkurang

Agak Berkurang
30%
Tidak Ada Perubahan

Agak Bertambah
20%
Bertambah

10% Sangat Bertambah

0%
Peru Meksiko Venezuela Bolivia

Sumber: Diolah dari penelitian Taliercio seperti dikutip oleh Rosario G. Manasan, “Tax Administration Reform: (Semi-) Autonomous
Revenue Authority Anyone?,” Discussion Paper Series No. 2003-05, Philippine Institute for Development Studies, (2003): 6.

apakah ide mengenai SARA perlu semakin stabilnya otonomi tersebut yang semi-otonom (SARA) di bawah
untuk dipertahankan? juga akan menciptakan kinerja struktur kementerian tidak dapat
perpajakan yang semakin membaik dimungkinkan karena benturan dengan
Jawabannya: ya. Fakta bahwa pula. Hal ini dikarenakan adanya suatu berbagai ketentuan administrasi
dalam 11 tahun terakhir, DJP hanya delegasi kewenangan yang lebih besar pemerintahan secara umum. Satu-
mampu 2 kali mencapai target kepada pimpinan otoritas pajak dapat satunya pilihan yang memungkinkan
penerimaan pajaknya penting untuk mempercepat reformasi perpajakan otonomi tersebut hanya dengan cara
dicermati.37 Memang betul bahwa secara berkesinambungan. 38 memisahkan DJP dari Kementerian
hingga saat ini tidak diketahui dengan Dengan demikian, ide mengenai Keuangan.
pasti bagaimana target penerimaan SARA hendaknya tidak dapat
pajak ditentukan, sehingga proyeksi dikesampingkan begitu saja. Dipisahkannya DJP dari
yang dilakukan semata-mata hanya Kementerian Keuangan juga dapat
mengacu pada proses pembicaraan Pertanyaan berikutnya, perlukah dilakukan bersamaan dengan
antara pemerintah dengan Dewan DJP terpisah dari Kementerian pembentukan suatu badan baru
Perwakilan Rakyat (DPR) saja. Namun, Keuangan? Jawabannya: ya. yang berfungsi sebagai administrasi
di sisi lain hal ini mengindikasikan Kebutuhan untuk memiliki penerimaan negara. Badan baru
adanya kelemahan kapasitas administrasi perpajakan yang efektif tersebut merupakan gabungan dari
administrasi perpajakan. dan efisien dapat diwujudkan dengan DJP dan Ditjen Bea dan Cukai. Walau
diberikannya kewenangan (otonomi) demikian, pemisahan tersebut harus
Selain itu, kajian empiris yang yang lebih luas bagi DJP, terutama dilakukan dengan beberapa syarat,
dilakukan oleh Taliercio (2004) pada hal-hal seperti kebijakan seperti: mekanisme akuntabilitas yang
memberikan suatu temuan penting, kepegawaian, alokasi anggaran, dan jelas, pembatasan kekuasan untuk
yakni semakin otonom otoritas pengorganisasian. Di beberapa negara pengenaan pajak, hingga komitmen
pajak maka biaya memungut lain, otonomi yang lebih luas tidak politik yang berkesinambungan.
pajak (collection cost) memiliki secara otomatis diartikan sebagai
kecenderungan yang semakin mengecil pemisahan otoritas (direktorat) pajak (Bersambung ke halaman 62)
atau semakin efisien. Lebih lanjut lagi, dari lembaga Kementerian Keuangan.
Namun, di Indonesia kelembagaan
37 Detikfinance. “Dirjen Pajak: Dalam 11 Tahun
Terakhir, Baru 2 Kali Target Pajak Tercapai,” 17 Juni 2013. 38 Lihat Robert Taliercio Jr. “Designing Performance:
Dapat diakses pada http://finance.detik.com/read/20 The Semi-Autonomous Revenue Authority Model in
13/06/17/112636/2275307/4/dirjen-pajak-dalam-11- Africa and Latin America,” World Bank Policy Research
tahun-terakhir-baru-2-kali-target-pajak-tercapai. Working Paper 3423, (2004).

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 15


insideprofile

“ N
etralitas hakim, ya itu kewajiban!”
Demikian ungkapan tegas
Bapak Jaja Ahmad Jayus, salah
satu anggota Komisi Yudisial RI, saat
diwawancarai mengenai Pengadilan
Pajak, oleh redaksi Inside Tax (31/7).

Peran Komisi Yudisial dalam


Peradilan Perpajakan Indonesia

K
omisi Yudisial (KY) adalah Jakarta (Pasal 3 Undang-Undang yang dilakukan KY pada tahun 2012,
lembaga Negara yang memiliki Nomor 14 Tahun 2002 tentang ia mengungkapkan perlunya dibentuk
wewenang dalam mengusulkan Pengadilan Pajak); Pengadilan Pajak di daerah-daerah
pengangkatan hakim agung dan lain di seluruh Indonesia yang tingkat
hakim ad hoc di Mahkamah (ii) hakim Pengadilan Pajak sengketanya tinggi.
mayoritas berasal dari pensiunan
Agung; serta wewenang lain dalam
atau yang akan pensiun dari
rangka menjaga dan menegakkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Dari sisi pelayanan, hal tersebut
kehormatan, keluhuran martabat, atau Direktorat Jenderal Bea dan akan memudahkan Pengadilan Pajak
dan perilaku hakim, termasuk Hakim Cukai (DJBC), serta; dan memperluas upaya penanganan
Pengadilan Pajak. sengketa pajak yang masuk.
(iii) pembinaan teknis peradilan bagi Sehingga penumpukkan sengketa di
Dalam wawancara dengan redaksi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Pengadilan Pajak, dapat dikurangi.
Inside Tax, pria yang menjabat Mahkamah Agung, sedangkan Lebih lanjut lagi, ia menegaskan
sebagai Ketua Bidang Sumber Daya pembinaan organisasi, bahwa penambahan jumlah
Manusia, Advokasi Hakim, Penelitian administrasi, dan keuangan Pengadilan Pajak tersebut tidak akan
dan Pengembangan ini menjelaskan dilakukan oleh Kementerian mengurangi efektivitas pengawasan
Keuangan.
bahwa Komisi Yusial terus menerus yang dilakukan KY, karena kantor-
melakukan riset mengenai model Perlunya Dibentuk Pengadilan kantor penghubung KY di setiap
pengawasan yang tepat terhadap Pajak di Banyak Daerah daerah telah siap menjalankan tugas
Pengadilan Pajak. Model ini penting pengawasan tersebut.
karena berbeda dengan pengadilan- Berkaitan dengan poin mengenai
pengadilan khusus lainnya, jumlah Pengadilan Pajak di “Komisi Yudisial punya
Pengadilan Pajak memiliki keunikan seluruh Indonesia, Bapak Jaja penghubung-penghubung di daerah,
tersendiri diantaranya: membandingkan dengan Pengadilan seperti yang sekarang sudah kita
Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) bentuk, ada di Sumatera Utara,
(i) Hanya ada satu Pengadilan Pajak Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
yang tersebar di beberapa tempat di
di seluruh Indonesia, yakni di Nusa Tenggara Barat, Surabaya (Jawa
Indonesia. Berdasarkan hasil riset

16 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideprofile
Timur), Semarang (Jawa Tengah).
Jadi gampang pengawasannya, kalau
seandainya Pengadilan Pajak juga
ada di daerah.”

Netralitas Hakim Pengadilan Pajak

Banyak Wajib Pajak (WP) menilai


bahwa masih eratnya hubungan
antara Pengadilan Pajak dengan
institusi Kementerian Keuangan
juga dapat mempengaruhi netralitas
hakim dalam memberi putusan.
Dalam hal ini Bapak Jaja menjawab,
walau di satu sisi, hakim Pengadilan
Pajak adalah mantan otoritas pajak,
dia tetap harus netral.

Di dalam proses persidangan,


netralitas dapat dilihat dari bagaimana
cara hakim memeriksa bukti-bukti
dan fakta-fakta yang dihadirkan
oleh para pihak yang bersengketa.
Indikator netralitas tersebut dapat
terlihat dari dipergunakannya prinsip
kode etik, sikap non-diksriminasi,
imparsialitas, dan profesionalitas.
Seluruhnya dapat dinilai berdasarkan
metodologi penelitian tertentu yang Hiyashinta dari Majalah Inside Tax (kiri), bersama Bapak Jaja Ahmad Jayus (kanan).
dijalankan oleh KY.
Sejak tahun 2012, KY 2012, dapat dikatakan tidak efektif.
Bapak Jaja melanjutkan bahwa
diikutsertakan menjadi panitia Hal ini disebabkan kasus yang
kesempatan menjadi hakim
seleksi dalam menyeleksi hakim- melibatkan integritas hakim sangat
Pengadilan Pajak sebenarnya
hakim Pengadilan Pajak, dengan jarang ditemui. Selama ini, kasus yang
terbuka luas untuk semua warga
panitia seleksi utamanya adalah terjadi di bidang perpajakan adalah
Negara Indonesia, tidak hanya bagi
Kementerian Keuangan di bawah sengketa antara Wajib Pajak dengan
Kementerian Keuangan (DJP atau
komando Sekjen dan Direktur SDM. pemungut pajak (DJP) bukan dengan
DJBC), namun sampai saat ini belum
Di tahun 2012 tersebut proses hakim Pengadilan Pajak. Namun,
ada orang-orang yang kompeten di
seleksi berlangsung sangat ketat. setelah kasus Gayus Tambunan
bidang pajak di luar kedua institusi
Dari puluhan pendaftar, hanya ada terjadi, pengawasan KY terhadap
tersebut yang tertarik untuk melamar.
satu yang diterima. Pengadilan Pajak ditingkatkan, juga
diantaranya dengan berkoordinasi
Seleksi Hakim Pengadilan Pajak Selain aspek integritas (termasuk dengan KPK (Komisi Pemberantasan
mencakup soal kode etik), proses Korupsi), agar kasus tersebut tidak
Dengan melihat fakta bahwa
seleksi juga memperhatikan aspek berimbas ke Pengadilan.
saat ini mayoritas hakim pajak
kapasitas calon hakim. Kapasitas
adalah mantan petugas pajak, KY
tersebut dinilai dari 3 kriteria, “Supaya (korupsi –red) jangan
harus bekerja keras dalam menjaga
yakni: tingkat pengetahuan atau sampai merembet ke pengadilannya,
netralitas hakim tersebut agar
penguasaan tentang perpajakan, Pengadilan Pajak dibentengi oleh
keadilan tetap terwujud. Dalam
penguasaan tentang hukum, dan kita secepatnya”
rangka mewujudkan hal itu, KY
penguasaan tentang Pengadilan
bersama Kementerian Keuangan
Pajak (dalam arti hukum acaranya). Terkait dengan integritas hakim,
dan Mahkamah Agung, telah
Proses yang sama juga dilakukan di pada kesempatan ini, tim Inside
membuat semacam memorandum
tahun 2013. Dari puluhan pendaftar, Tax juga menanyakan pendapatnya
of understanding (MOU) tentang
hanya 3 orang yang bisa diluluskan mengenai seorang hakim Pengadilan
pengawasan Pengadilan Pajak.
menjadi Hakim Pengadilan Pajak. Pajak yang baru-baru ini diberitakan
Dengan adanya MOU tersebut, KY
telah menerima gratifikasi dari pihak
tidak hanya turut serta dalam proses
Selain itu diakui pula oleh Bapak yang berperkara. Tindakan tersebut
pengawasan tetapi juga dalam
Jaja, bahwa pengawasan terhadap melanggar Surat Keputusan Bersama
proses seleksi.
Pengadilan Pajak sebelum tahun Mahkamah Agung (MA) dan Komisi

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 17


insideprofile
Biodata :
Yudisial (KY) 2009 huruf c butir 2 jo Nama : Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.
Peraturan Bersama MA-KY pasal 6 Tempat/Tanggal Lahir : Kuningan, 6 April 1965
ayat 2 huruf a, huruf c butir 2 angka
2.1.
Riwayat Jabatan :
Menurutnya, kasus ini baru x Anggota KY RI / Ketua Bidang Sumber Daya Manusia, Penelitian,
sampai ke Badan Pengawas MA Pengembangan dan Advokasi
dan belum sampai ke KY. Bapak x Dekan Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung (Periode
Jaja menyatakan bahwa pihaknya 2009-2010 dan 2010-2014)
akan tetap menindaklanjuti kasus x Assesor BAN PT untuk program sarjana (2008-2011)
tersebut, walau berdasarkan
pemberitaan, hakim tersebut sudah Riwayat Pendidikan :
diberi hukuman disiplin berupa x Doktor – Universitas Padjajaran (2007)
pembebasan jabatan oleh Mahkamah x Magister Hukum – Universitas Parahiyangan Bandung (2001)
Agung.
x S1 Hukum – Universitas Pasundan (1989)
Pengadilan Pajak Belum Menjadi
Badan Peradilan yang Utuh Agung. Di masa yang akan datang, persidangan. Selain mengawasi,
peran Kementerian Keuangan harus KY juga berperan dalam proses
Selanjutnya, berkaitan dengan betul-betul dilepaskan, dengan seleksi hakim pajak. Pengawasan
dualisme pembinaan terhadap konsekuensi-konsekuensi yang harus dan penyeleksian tersebut dilakukan
Pengadilan Pajak oleh dua lembaga siap dihadapi oleh Pengadilan Pajak, untuk memastikan agar hakim pajak
tinggi Negara yang berbeda (Yudikatif terutama dari segi sistem organisasi, bertindak dengan netral, memiliki
dan Eksekutif), menurut Bapak Jaja, administrasi dan keuangannya. integritas, dan bertindak sesuai
inilah yang belum jelas (clear). Hal ini dengan kode etik yang berlaku.
memang tidak terlepas dari sejarah “Intinya, konsep negara hukum
pembentukan Pengadilan Pajak itu, jika orang mau mencari keadilan Terkait Pengadilan Pajak,
tersebut. Pada mulanya, Pengadilan (karena bersengketa dengan idealnya badan tersebut menjadi
Pajak hanyalah salah satu divisi pemerintah) masa ke pemerintah badan yang lebih independen dengan
banding di DJP, namun kemudian lagi? Maka harus ada pihak ketiga memisahkan diri dari Kementerian
berubah menjadi Pengadilan. Itulah yang netral yaitu lembaga yudikatif.” Keuangan. Namun, untuk sampai
mengapa pembinaan organisasi, ke tahap itu, diperlukan kesiapan
administrasi, dan keuangannya Penutup dari berbagai pihak yang terkait.
masih dilakukan oleh Kementerian Selain independensi, lebih lanjut,
Keuangan. Secara umum dapat disimpulkan jumlah dari pengadilan pajak perlu
bahwa peran KY terkait Pengadilan ditingkatkan agar sengketa di tingkat
Jika ingin berubah bentuk Pajak sama seperti peran KY terhadap Pengadilan Pajak tidak semakin
menjadi badan peradilan yang pengadilan-pengadilan lainnya. KY menumpuk. IT
utuh, maka semua pembinaan berperan mengawasi hakim pajak
harus diserahkan ke Mahkamah baik di dalam maupun di luar proses

18 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereaders

Majalah Inside Tax menerima


artikel, berita, saran, surat U ntuk tema yang cukup berat mungkin bisa disajikan via
gambar karikatur, tabel, dan sebagainya, sehingga tidak
terlalu banyak tulisan yang dibaca.
pembaca, dan siaran pers terkait
dengan topik perpajakan. Materi
disertai identitas, alamat, serta Sindy Yuniasari
foto penulis dan dikirim ke Redaksi: PT Unilever Indonesia Tbk.
e-mail : Terima kasih atas
insidetax@dannydarussalam.com saran dan masukannya.

S emoga Inside Tax dapat menginformasikan dan


meng-update peraturan-peraturan terbaru dari
Direktorat Jenderal Pajak / Bea Cukai serta berita
terbaru mengenai sengketa perpajakan baik di dalam
maupun di luar negeri.

Hogie Anggara Gumilang


Redaksi:
Sekretariat Pengadilan Pajak
Terima kasih atas saran
dan masukannya. Informasi
mengenai update peraturan
terbaru ada dalam
pembahasan rubrik Inside
Regulation, sedangkan
analisis mengenai sengketa
H adirnya majalah Inside
Tax di tengah-tengah
terbatasnya media (dalam hal
perpajakan dibahas dalam ini dalam bentuk majalah)
rubrik Inside Court. perpajakan dirasa sangat
S aya ingin kasus-kasus
nyata International
Taxation di Indonesia
pas, mengingat semakin
berkembangnya dunia
perpajakan dengan pesat.
diperbanyak baik dalam
Karena selain membahas
bentuk pembahasan
maupun tanya jawab antara
pengasuh-penanya.
D itambahkan kolom untuk
lowongan kerja serta
dibukakan kesempatan
isu-isu terkini, majalah Inside
Tax juga mengusung rubrik
bagi penulis lepas misalnya yang membahas perpajakan
mahasiswa untuk dimuat internasional pada tiap
Inside Tax seharusnya
dalam suatu kolom. edisinya, sehingga majalah ini
diterbitkan minimal bulanan
cocok dibaca untuk kalangan
(12 x dalam 1 tahun), karena
Ariesta Hapsari praktisi maupun akademisi.
6 x dalam 1 tahun menurut
saya terlalu lama. TNT Express
Kalau boleh menyarankan,
tambah juga rubrik untuk
Maffeldy
Redaksi: tanya-jawab tentang masalah
PT. Saipem Indonesia
Terima kasih atas saran perpajakan dengan pembaca
dan masukannya. Kolom sehingga majalah Inside Tax
untuk lowongan kerja akan dapat semakin bermanfaat.
Redaksi: kami pertimbangan. Kami Sukses terus untuk majalah
Terima kasih atas juga membuka kesempatan Inside Tax.
saran dan masukannya. yang seluas-luasnya
Pembahasan kasus- bagi seluruh komunitas Team PajakMania
kasus nyata tentu saja pajak di Indonesia untuk
sangat tergantung turut berpartisipasi Redaksi:
dari ketersediaan dalam menuangkan buah Terima kasih atas saran
informasi dari pikirannya dalam bentuk dan masukannya. Rubrik
putusan Pengadilan tulisan artikel, dengan tanya-jawab tentang
Pajak. Kami akan melampirkan data identitas masalah perpajakan akan
mempertimbangkan diri & no telp ke email kami pertimbangkan untuk
untuk terbit 12x dalam redaksi: insidetax@ dimasukan dalam Inside
1 tahun. dannydarussalam.com Tax edisi selanjutnya.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 19


insidereportase

PERGERAKAN DUNIA MELAWAN


PENGHINDARAN PAJAK
Toni Febriyanto1

PENDAHULUAN dalam peraturan domestik maupun memperbaiki perekonomiannya


Perjanjian Penghindaran Pajak setelah krisis.
Dalam Inside Tax edisi Berganda (P3B) antarnegara.
sebelumnya, redaksi telah membahas Terlepas dari perbedaan
tentang tax haven dan dampak Berbeda dengan penggelapan pendapat tentang penghindaran
buruk dari penyalahgunaannya. pajak, besarnya kerugian akibat pajak yang diperbolehkan dan yang
Salah satu isu yang dibahas terkait penghindaran pajak lebih sulit tidak diperbolehkan, skema-skema
dengan isu penggelapan pajak atau diprediksi. Hal ini disebabkan definisi penghindaran pajak yang dirancang
tax evasion. Dengan memanfaatkan dari “kerugian” atas penghindaran oleh perusahaan multinasional
aturan kerahasiaan informasi dari pajak memang sulit ditentukan. Salah dengan melibatkan berbagai
tax haven, Wajib Pajak memiliki satu perkiraan atas kerugian akibat yurisdiksi tersebut kini sedang
kesempatan untuk tidak melaporkan penghindaran pajak dilontarkan mendapatkan sorotan dari berbagai
seluruh harta atau penghasilannya oleh Richard Murphy 2. Menurutnya, pihak. Salah satu perusahaan
dalam laporan pajak. Akan tetapi, jika dirata-rata, besarnya kerugian multinasional raksasa yang kini
negara tidak hanya dirugikan oleh akibat penghindaran pajak di Uni menjadi perhatian otoritas pajak
tax evasion saja karena Wajib Eropa sekitar EUR 150 miliar per adalah Google.
Pajak juga dapat melakukan tahun. Jumlah ini tentunya cukup
penghindaran pajak (tax avoidance) besar di saat kebanyakan negara- Dikutip oleh Businesweek 3,
dengan memanfaatkan celah-celah negara di wilayah tersebut sedang Google menggunakan suatu skema

2 Tax Research LLP, “Closing the European Tax 3 Bloomberg Businessweek Magazine, “The Tax
1 Toni Febriyanto adalah Tax Researcher, Tax Research Gap: Report for Group of the Progressive Alliance of Haven That’s Saving Google Billions”, Internet, dapat
and Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax Socialists & Democrats in the European Parliament,” diakses melalui: http://www.businessweek.com/
Center. (2012): 21. magazine/content/10_44/b4201043146825.htm

20 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereportase
kompleks yang membuatnya dapat sebesar GBP 474,2 miliar, dengan tahun 2012 lalu mengadakan
menghemat beban pajak sebesar peningkatan GBP 4,5 miliar dari audiensi dengan perwakilan dari
USD 3,1 miliar sejak tahun 2007. tahun sebelumnya. Tapi sebaliknya, ketiga perusahaan terkait. Dengan
Secara keseluruhan, dalam periode terdapat penurunan pendapatan dari melihat cakupan pasar mereka yang
tersebut, Google hanya membayar pajak penghasilan badan sebesar luas di Inggris, PAC berpendapat,
pajak sebesar 2,4% saja di GBP 6,3 miliar. Ditengarai, salah satu jumlah pajak yang dibayar ketiga
seluruh dunia. Padahal, tarif pajak penyebab pengurangan itu adalah perusahaan tersebut belum fair.
penghasilan badan di dua pasar penghindaran pajak yang dilakukan
terbesar Google (Amerika Serikat oleh perusahaan multinasional. Amerika Serikat
dan Inggris) masing-masing adalah Pemerintah Inggris mencurigai
40% dan 28%.4 perusahaan multinasional menyusun Di Amerika Serikat,
struktur untuk mengalirkan labanya investigasi terkait
Tak hanya Google, perusahaan dari Inggris ke yurisdiksi dengan tarif penghindaran pajak
multinasional lain seperti Amazon, pajak rendah. melibatkan sebuah raksasa teknologi,
Starbucks, Facebook, dan Apple juga Apple Inc 6 . Dalam skemanya, Apple
sedang disorot baik oleh otoritas Perusahaan multinasional yang memiliki tiga anak perusahaan
pajak maupun media. Perlawanan sedang disoroti di Inggris terkait yang tidak menjadi subjek pajak
dunia terhadap praktik penghindaran isu ini adalah Starbucks, Amazon, di manapun. Hal itu dilakukan
pajak juga ditunjukkan dengan dan Google. Sejak didirikan lima dengan memanfaatkan perbedaan
pergerakan global yang diinisiasi belas tahun lalu, Starbucks telah aturan dalam menetapkan status
oleh Organisation for Economic Co- membuka 735 outlet di Inggris dan subjek pajak (badan) antara AS dan
operation and Development (OECD) menghasilkan penjualan sebesar Irlandia. Irlandia menentukan status
dalam laporannya tentang Base lebih dari GBP 3 miliar. Namun, subjek pajak berdasarkan tempat
Erosion and Profit Shifting (BEPS) selama itu, pajak yang mereka bayar manajemen dan kontrol berada,
dan BEPS Action Plan. Bagian jumlahnya hanya GBP 8,6 juta saja. sedangkan AS menentukan status
selanjutnya dari reportase ini akan Bahkan, Starbucks tidak membayar subjek pajak berdasarkan tempat
memaparkan bagaimana negara- pajak sama sekali dalam tiga tahun pendiriannya. Apple mengklaim,
negara dunia menanggapi isu ini. terakhir. Amazon, yang pada tahun tempat manajemen efektif dari ketiga
2011 mencetak angka penjualan perusahaan tersebut tidak berada
buku dan compact disc (CD) sebesar di Irlandia, walaupun semuanya
PERKEMBANGAN ISU GBP 3,35 miliar di Inggris, hanya didirikan di sana.7
PENGHINDARAN PAJAK melaporkan beban pajak sebesar
GBP 1,8 juta. Di tahun yang sama, Anak perusahaan pertama, Apple
Google membayar pajak sebesar Operations International (AOI),
Investigasi Otoritas atas Skema GBP 6 juta dari penjualan sebesar
Pajak Perusahaan Multinasional GBP 395 juta.
Inggris. Tugasnya adalah mengawasi pengelolaan
keuangan publik di Inggris.
Dalam beberapa waktu Menanggapi hal tersebut, Public 6 Lebih lanjut mengenai struktur pajak Apple, lihat
terakhir, perpajakan internasional Account Committee (PAC) 5 pada Exibit 1a dari memorandum antara senat dan anggota
diramaikan oleh pemberitaan PSI tanggal 21 Mei 2013.
mengenai investigasi otoritas pajak 7 Berdasarkan Informasi yang diberikan pihak Apple
terhadap perusahaan multinasional 5 PAC merupakan komite yang dibentuk parlemen kepada PSI dalam dokumen APL-PSI-000241
seperti Apple, Starbucks, Google,
dan Amazon. Otoritas pajak yang
Total pajak yang dibayar Apple Sales International (ASI)
melakukan investigasi menganggap
di seluruh dunia, tahun 2009-2011
struktur pajak perusahaan-
perusahaan multinasional telah
membuat mereka membayar pajak
dengan jumlah yang tidak fair.
Berikut pembahasan mengenai hal
tersebut:

Inggris USD 38 MILIAR USD 21 JUTA


Laba sebelum Pajak Pajak yang dibayar
Pada periode 2011-
2012, HMRC memperoleh
pemasukan pajak

4 KPMG,”Corporate Tax Rates Table”, Internet, dapat


diakses melalui: http://www.kpmg.com/global/en/
services/tax/taxtools-and-resources/pages/corporate-
tax-rates-table.aspx

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 21


insidereportase
Europe (AOE) dan Apple Sales Apple yang berada di Irlandia hanya
International (ASI). ASI sendiri melakukan 1% saja dari kegiatan
merupakan anak perusahaan dari R&D dan mempekerjakan karyawan

O toritas pajak
yang melakukan
investigasi
menganggap struktur
pajak perusahaan-
AOE10. Keduanya memiliki perjanjian
CSA (cost sharing agreement)
dengan Apple Inc. Dalam perjanjian
tersebut, Apple Inc. memiliki hak
atas kekayaan intelektual terkait
sebanyak 3,5% saja dari total
seluruh karyawan Apple.

Melihat fakta-fakta tersebut,


Apple Inc. kini dituding telah
penjualan produk di AS, sedangkan memanfaatkan celah-celah
perusahaan AOE dan ASI memiliki hak atas pada peraturan pajak AS untuk
multinasional telah kekayaan intelektual sehubungan menghindari pajak. Diperkirakan,
membuat mereka dengan produk yang dijual di Eropa, jumlah pajak yang berhasil “dihemat”
membayar pajak dengan Timur Tengah, Afrika, India, dan dalam empat tahun terakhir adalah
Asia. USD 44 miliar, atau sekitar USD 10
jumlah yang tidak fair.” miliar per tahunnya.
ASI melaporkan pajaknya yang
berkaitan dengan operasionalnya Untuk melakukan Investigasi
didirikan di Irlandia tahun 1980 di Irlandia. Namun, jumlah pajak yang lebih mendalam terhadap
dengan saham yang seluruhnya yang dilaporkan sangatlah sedikit dugaan penghindaran pajak yang
dimiliki oleh Apple Inc. 8 AOI berfungsi jika dibandingkan dengan laba yang dilakukan Apple Inc., Permanent
sebagai perusahaan induk (holding diperoleh. Hal ini menimbulkan Subcommittee on Investigations
company) yang memiliki mayoritas pertanyaan apakah ASI melaporkan (PSI) Amerika Serikat mengadakan
perusahaan Apple di seluruh dunia. seluruh labanya atau hanya audiensi bertema “Offshore Profit
melaporkan laba yang berkaitan Shifting and the U.S. Tax Code
Di Irlandia, AOI tidak memiliki dengan konsumen Irlandia saja. (Apple Inc.)” dengan menghadirkan
pegawai dan tidak memiliki Tim Cook, Chief Executive Officer
bangunan kantor. Pengelolaannya Dalam periode 2009-2012, ASI Apple. Dalam audiensi tersebut,
sendiri dilakukan oleh tiga orang menghasilkan laba USD 74 miliar, PSI mempertanyakan struktur
yang merangkap sebagai karyawan di yang sebagian diantaranya ditransfer pajak Apple yang membuat mereka
perusahaan lain dari Apple Inc 9. Aset kepada AOE dalam bentuk dividen. membayar pajak dengan jumlah
dari perusahaan tersebut hanyalah Rincian pelaporan pajak ASI pada sangat sedikit.
berupa rekening bank di New York, 2009-2011 dapat dilihat dalam
sedangkan pencatatan akuntansi tabel berikut:
dilakukan oleh Service Perlawanan
Center di Texas. Karena
Tabel - Total pajak yang dibayar ASI Dunia terhadap
tidak menjadi subjek
pajak negara manapun,
di seluruh dunia, tahun 2009-2011 Penghindaran
(dalam USD)
AOI tidak melaporkan Pajak
pajaknya di AS, Irlandia,
atau negara lainnya 2011 2010 2009 Total
sejak 2009 hingga
OECD - BEPS Report dan
Laba Sebelum BEPS Action Plan
2012. Padahal, dalam 22 miliar 12 miliar 4 miliar 38 miliar
periode itu, perusahaan Pajak
Seperti yang telah
tersebut mencatat dijelaskan sebelumnya,
laba sebesar USD 30 Pajak 10 juta 7 juta 4 juta 21 juta
skema penghindaran pajak
miliar. Berdasarkan memungkinkan perusahaan
laporan keuangan % pajak 0,05% 0,06% 0,1% 0,06%
multinasional untuk
Apple, 30% laba bersih mengalirkan laba dari satu
Apple dihasilkan oleh Sumber: Laporan keuangan konsolidasi Apple11
negara ke negara lainnya
perusahaan ini. (yang umumnya memiliki
tarif pajak lebih rendah).
Anak perusahaan Apple lainnya Perlu diketahui bahwa 95% Aliran laba ini mengakibatkan
yang tidak memiliki status subjek dari kegiatan penelitian dan tergerusnya basis pemajakan (base
pajak adalah Apple Operations pengembangan (R&D) produk Apple erosion) dari negara tempat asal
dilakukan di AS dan dua pertiga tempat seharusnya laba itu dipajaki
8 Apple Inc. secara langsung memiliki 97% saham dari karyawan Apple berada di AS. dan berpindah (shifting) ke negara
AOI dan sisanya dimiliki melalui Apple UK dan Baldwin
Holdings Unlimited, nominee yang dibentuk di British
Sebagai perbandingan, perusahaan lain yang pada umumnya memiliki tarif
Virgin Islands, sebagai perwakilan dari Apple Inc. pajak lebih rendah. Meningkatnya
9 Gene Levoff dan Gary Wipfler, tinggal di California, 10 AOI memegang 99.99% saham AOE dan 0,001%
saham ASI; AOE memiliki 99.99% saham ASI.
perhatian OECD terhadap isu
menjabat sebagai direktur di Apple Inc. Sedangkan
Cathy Kearney, tinggal di Irlandia, menjabat sebagai 11 Exibit 1A dari memorandum antara senat dan
penghindaran pajak menandakan
direktur bagian Operasional di Eropa. anggota PSI tanggal 21 Mei 2013. bahwa isu ini tidak hanya dihadapi

22 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereportase
oleh negara-negara berkembang prinsip-prinsip pajak internasional secara digital, perusahaan
saja, tetapi juga negara-negara maju tidak lagi mampu menciptakan tidak hadir secara fisik di
yang notabene merupakan negara sistem perpajakan yang adil di era negara lain sehingga tidak
asal dari perusahaan multinasional globalisasi dan e-commerce seperti menimbulkan Bentuk Usaha
raksasa. sekarang ini. Tetap di negara lain tersebut;
ƒMengembangkan model P3B
Isu BEPS ini secara komprehensif Untuk menanggulangi BEPS, dan menyusun rekomendasi
dibahas oleh OECD dalam laporannya OECD kemudian membuat sebuah bagi ketentuan perpajakan
berjudul “Addressing BEPS” yang panduan atau strategi untuk domestik untuk menetralkan
diterbitkan tanggal 12 Februari memerangi BEPS dalam sebuah efek yang timbul dari hybrid
2013.12 Dalam BEPS Report, OECD “Action Plan”13. Action Plan instrument dan hybrid
entities;
menekankan bahwa perusahaan OECD pada dasarnya mendorong
multinasional -dengan berbagai negara-negara untuk secara global ƒMenyusun rekomendasi
skema penghematan pajaknya- bekerjasama agar perusahaan terkait ketentuan Controlled
seharusnya patuh pada aturan multinasional membayar pajak Foreign Company (CFC);
di tempat mereka menjalankan secara “fair”. Beberapa poin penting ƒMenyusun rekomendasi terkait
bisnisnya. yang direkomendasikan OECD dalam ketentuan pembebanan biaya
Action Plan tersebut adalah sebagai bunga;
Dalam laporan tersebut, OECD berikut:
ƒMengubah cara
memaparkan bagaimana BEPS penanggulangan harmful
menjadi sebuah ancaman serius ƒMengidentifikasi kesulitan- tax practices dengan lebih
terhadap penerimaan, kedaulatan, kesulitan yang timbul dalam memprioritaskan transparansi
dan keadilan dalam sistem menerapkan ketentuan dan substansi;
perpajakan. Ancaman tersebut perpajakan internasional
atas transaksi-transaksi yang ƒMengembangkan model P3B
berlaku untuk seluruh negara, baik
dilakukan secara digital dan menyusun rekomendasi
untuk negara anggota maupun bagi ketentuan perpajakan
(digital economy). Dengan
bukan. Untuk itu, OECD menekankan melakukan transaksi bisnis domestik dalam mencegah
pentingnya kerjasama lintas negara secara digital, misalnya penyalahgunaan P3B;
untuk memerangi skema-skema penjualan produk melalui
tersebut, karena penerapan skema ƒMengubah definisi Bentuk
internet, suatu perusahaan
Usaha Tetap;
penghindaran pajak yang dimiliki dapat menghindari pemajakan
perusahaan multinasional melibatkan di negara lain atas laba yang ƒMenyusun aturan yang lebih
banyak negara. Lebih lanjut, BEPS dihasilkan dari transaksi ketat terkait transfer aset
Report juga menyebutkan bahwa secara digital tersebut. Hal ini tidak berwujud;
disebabkan dalam transaksi
ƒMengembangkan aturan yang
12 OECD, “Addressing Base Erosion and Profit Shifting”, 13 OECD, “Action Plan on Base Erosion and Profit lebih ketat terkait transfer
2013. Shifting”, OECD Publishing, 2013. risiko dan alokasi modal yang

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 23


insidereportase
Tanggapan terhadap Penghindaran
Pajak dan BEPS Action Plan

B
G-20

EPS Action Plan terdiri Pada tanggal 19-21 Juli 2013,


negara-negara G20 mengadakan
dari 15 tindakan yang pertemuan di Moskow. Salah satu
topik yang dibahas dalam pertemuan
dapat berujung kepada tersebut adalah isu BEPS.14 Dalam
perubahan mendasar pada kesempatan tersebut, Angel Guria,
Sekjen OECD mempresentasikan
sistem pajak sejak 1920” BEPS Action Plan di hadapan para
perdana menteri dan gubernur bank
Sekjen OECD, Angel Gurria. sentral dari negara-negara G20.
Guria mengajak negara-negara
yang tergabung dalam G20 untuk
bersama-sama mendukung Action
Plan yang digagas OECD.
berlebihan (allocation of ƒMendorong mekanisme
excessive capital); penyelesaian sengketa
Presentasi Angel Guria disambut
perpajakan internasional yang
ƒMenyusun ketentuan transfer baik oleh seluruh anggota G20,
lebih efektif;
pricing atas transaksi- terutama Jerman, Inggris, Perancis,
transaksi yang memiliki risiko ƒMengembangkan instrumen dan Rusia. Secara tegas, mereka
yang tinggi; multilateral dalam mengatasi menginginkan standar itu diterapkan
isu-isu perpajakan oleh seluruh anggota G20 dalam dua
ƒMenyusun rekomendasi terkait
internasional.
pengumpulan dan analisis tahun. George Osborne, politikus
data yang berhubungan OECD terus berusaha Inggris bahkan menyebut OECD
dengan BEPS; memperkenalkan Action Plan Action Plan sebagai sebuah “langkah
ƒMendorong perusahaan tersebut ke seluruh dunia. Hal ini besar” agar perusahaan membayar
multinasional untuk disebabkan efektivitas Action Plan pajak yang terutang.
mengungkap struktur pajaknya tersebut akan tercapai apabila
kepada otoritas pajak; kerja sama dilakukan secara global, Di sisi lain, Siluanov, perwakilan
ƒMenyusun rekomendasi terkait bukan hanya oleh satu negara atau
dokumentasi transfer pricing; sekelompok negara saja. 14 Siaran pers Departemen Keuangan, Internet, dapat
diakses melalui: http://www.depkeu.go.id/ind/Data/
Siaran_Pers/G-20%2019-20%20Juli%202013.pdf

24 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereportase

dari Rusia menyatakan dukungannya melawan tax avoidance merupakan penghasilan dan bagaimana skema
untuk menerapkan juga Action Plan salah satu prioritas Inggris dalam transaksi yang digunakan untuk
di negara-negara selain G20. Lebih memimpin G8. Inggris ingin memperoleh penghasilan tersebut.
lanjut, dia memberikan catatan bahwa menyatukan negara-negara dengan Kewajiban pelaporan mendetail
penerapan Action Plan mengarah ekonomi terbesar di dunia termasuk tersebut diharapkan dapat membuat
kepada lahirnya rekomendasi AS, Jepang, Jerman, dan ditambah perusahaan multinasional lebih
terkait aturan tentang pembebanan dengan Uni Eropa untuk segera sulit memindahkan labanya (profit
suatu biaya, revisi aturan transfer mengambil tindakan. shifting).
pricing, aturan pajak yang lebih
ketat bagi pengelolaan laba dari Tak ketinggalan, isu mengenai Menurut negara-negara G8, yang
perusahaan asing (CFC), dan juga penghindaran pajak juga dibicarakan menjadi masalah bagi otoritas pajak
menanggulangi penggelapan pajak di antara negara-negara G8. Hal itu adalah perusahaan multinasional
dunia bisnis yang berkembang pesat, terlihat dari communique pertemuan tidak melaporkan di mana sebenarnya
seperti ekonomi digital. Sayangnya, G8 di Lough Erne.15 Memang, dalam laba mereka dihasilkan. Padahal,
negara anggota G20 yang lain justru pertemuan tersebut, negara-negara dengan mengetahui di mana laba
meragukan komitmen Rusia, karena G8 banyak membicarakan tentang tersebut dihasilkan, otoritas akan
mereka justru menganggap banyak penggelapan pajak, hukuman bagi lebih mudah mengidentifikasi
perusahaan Rusia yang didirikan pelanggarnya, dan bagaimana adanya profit shifting yang dilakukan
di luar negeri dengan tujuan untuk mereka ingin mendorong pertukaran oleh perusahaan-perusahaan
menghindari pajak. informasi. Namun, di antara multinasional.
berbagai hal tersebut, dibahas
Pertemuan negara-negara juga perkembangan isu perlawanan Di antara negara-negara anggota
G20 yang dihadiri oleh negara terhadap penghindaran pajak. G8 yang antusias mendukung
berkembang seperti India dan Cina Action Plan OECD adalah Jerman,
merupakan momentum bagi OECD Perhatian G8 terhadap isu sedangkan beberapa negara anggota
untuk menyebarluaskan rekomendasi ini salah satunya tercermin lainnya justru bersikap skeptis
terkait BEPS ke negara-negara non- pada sebuah kalimat di halaman tentang topik tersebut. Hal ini salah
anggota OECD. Dengan melibatkan pertama communique G8 yang satunya didorong oleh anggapan
negara-negara berkembang dalam berbunyi “kami akan bekerja untuk mereka tentang Inggris yang
G20, pernyataan OECD dalam BEPS menciptakan kerangka umum bagi ironisnya justru memiliki banyak
Report bahwa prinsip-prinsip pajak perusahaan multinasional untuk teritori yang dianggap sebagai tax
internasional tidak lagi mampu melaporkan kepada otoritas pajak haven, yaitu: Channel Islands,
menciptakan sistem perpajakan di mana mereka memperoleh Gibraltar, the Cayman Islands,
yang adil di era globalisasi dan penghasilan dan membayar British Virgin Islands. Selain itu,
e-commerce seperti sekarang ini pajaknya di seluruh dunia”. Kalimat mereka beranggapan bahwa sistem
menunjukkan perlunya revisi sistem ini menggambarkan bahwa ke pajak internasional yang dibuat lebih
perpajakan internasional dengan depannya perusahaan multinasional dari seabad lalu sangat sulit untuk
lebih melibatkan suara negara-negara harus melaporkan secara detail ke diubah. IT
berkembang dalam prosesnya. otoritas pajak tentang di negara
mana saja mereka memperoleh
G8
15 Policy paper, “2013 Lough Erne G8 Leaders’
Perdana Menteri Inggris, David Communiqué”, Internet, dapat diakses melalui: https://
Cameron, menyatakan bahwa www.gov.uk/government/publications/2013-lough-
erne-g8-leaders-communique

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 25


insidenewsflash
Awasi Rekening Bank Wajib Pajak,
Ditjen Pajak dan OJK Saling Tukar Data
FINANCE.DETIK.com
JAKARTA. Dalam rangka mewujudkan harmonisasi peraturan perundang-undangan di Sektor Jasa
Keuangan dan Perpajakan, Ditjen Pajak melakukan penandatangan nota kesepakatan bersama (MoU)
dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan adanya MoU ini, Ditjen Pajak dan OJK sepakat untuk saling
memberikan dukungan dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
Dukungan yang akan diberikan Ditjen Pajak kepada OJK meliputi:
pemberian data dan informasi berupa data indentitas wajib pajak, informasi
kepatuhan perpajakan, dan data mengenai hubungan kepemilikan pelaku
kegiatan di sektor jasa keuangan. Sedangkan, data dan informasi yang dapat
diberikan OJK kepada Ditjen Pajak meliputi data-data perpajakan bagi para
pelaku usaha jasa keuangan. Kemudian, OJK juga meminta Ditjen Pajak
dapat menugaskan pegawainya untuk membantu kebutuhan OJK. IT

Ditjen Pajak Kaji Insentif Ada PBB, Penerimaan Pajak


Pembebasan PPN Rusunami DKI Jakarta Terkatrol
Harian Kontan
Antara
JAKARTA. Perubahan sistem pemungutan Pajak
JAKARTA. Ditjen Pajak sedang mengkaji Bumi dan Bangunan (PBB) dari Pemerintah Pusat ke
aturan insentif pembebasan Pajak Pertambahan Pemerintah Daerah langsung mengatrol penerimaan
Nilai (PPN) bagi Rumah Susun Sederhana pajak di DKI Jakarta. Per semester I-2013, realisasi
Milik (Rusunami), dengan mempertimbangkan penerimaan pajak daerah di Jakarta mencapai Rp 10,08
kenaikan nilai jual Rusunami yang signifikan. triliun, naik dibandingkan dengan periode yang sama
Kepala Seksi Hubungan Eksternal Direktorat tahun sebelumnya yang senilai Rp 8 triliun.
Jenderal Pajak Chandra Budi menjelaskan Meskipun nilainya naik, secara persentase dari
kebijakan perpajakan ini dimaksudkan untuk target tahunan malah turun. Semester I-2013, realisasi
mendukung program pemerintah dalam penerimaan pajak hanya 45,98%, sedangkan setahun
memberikan sebelumnya mencapai 50,15%.
kesempatan Namun, Kepala Dinas Pelayanan Pajak Pemerintah
b
bagi masyarakat Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Iwan Setiawandi,
e k o n o m i menyatakan, realisasi penerimaan pajak akan makin
m
menengah ke besar memasuki semester II. Sebab, pada periode itu
b
bawah untuk terdapat batas waktu pembayaran pajak, yakni Pajak
m e m i l i k i Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
rrumah. Chandra yang jatuh tempo pada tanggal 28 Agustus 2013. IT
melanjutkan,
k a j i a n
kemampuan
e k o n o m i s
d
dan daya
beli masyarakat golongan ini akan tetap
dipertimbangkan, sebelum diambil keputusan
terkait penerapan aturan PPN Rusunami
terbaru. IT

26 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidenewsflash
Pembayaran Pajak UKM
Bisa Lewat ATM
KONTAN.co.id
JAKARTA. Direktorat Jenderal Pajak yang ingin
menggenjot pendapatan pajak masyarakat menempuh
berbagai cara untuk dapat memudahkan masyarakat
membayar pajaknya. Kali ini, Direktorat Jenderal Pajak
Pajak Bandara Diusulkan Naik ingin membuka layanan pembayaran pajak Usaha Kecil
Menengah (UKM) melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
REPUBLIKA.co.id perbankan.
Direktur Jenderal Pajak, Fuad Rahmany menyebut
JAKARTA. PT Angkasa Pura II (AP II) mengajukan saat ini pihaknya sudah melakukan pembicaraan serius
kenaikan pajak bandara (airport tax) tiga bandara dengan beberapa bank besar, seperti PT Bank Mandiri
di Indonesia. Ketiga bandara itu adalah Bandara Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Rakyat
Kualanamu Sumatera Utara, Bandara Sultan Syarif Indonesia Tbk. Namun, dari
Qasim II Pekan Baru, dan Bandara Raja Haji Fii 3 bank tersebut, baru Bank
Sabililah Tanjung Pinang. Mandiri yang sudah pasti dan
Sekretaris Perusahaan AP II Wasfan Widodo diperkirakan pelaksanaannya
mengatakan, pengajuan peningkatan tarif itu mulai September 2013.
untuk menyesuaikan dengan biaya perawatan dan Direktur Utama Bank
memaksimalkan pelayanan karena ketiga bandara itu Mandiri Budi Gunadi Sadikin
adalah bandara baru. menyatakan bahwa pihaknya
Direktur Utama AP II Tri S Sunoko menambahkan, diminta Direktorat Jenderal
pengajuan peningkatan tarif itu beragam. Bandara Pajak untuk secepat mungkin
Raja Haji Fii Sabililah Tanjung Pinang dari Rp 25 merealisasikannya. Budi
ribu menjadi Rp 40 ribu. Lalu, Bandara Sultan Syarif menambahkan, nasabah tak akan k kkena biaya
bi t k
untuk
Qasim II Pekan Baru dari Rp 30 ribu menjadi Rp pembayaran pajak UKM ini. Dana yang dibayarkan
50 ribu. Sedangkan, Bandara Kualanamu Sumatera nasabah tersebut pun langsung ditarik ke Direktorat
Utara akan dinaikkan menjadi Rp 100 ribu dari Jenderal Pajak, sehingga tak akan menimbulkan
sebelumnya Rp 35 ribu. IT tambahan dana mengendap di Bank Mandiri. IT

Tarik Investor Masuk


Insentif Pajak Ditebar
Harian Kontan
JAKARTA. Tren penurunan investasi ke Indonesia yang terjadi
selama dua tahun terakhir mulai meresahkan. Apalagi, tren ini
diperkirakan masih akan berlanjut di 2014.
Tak ingin investasi menukik tajam, mulai tahun depan,
pemerintah akan menebar insentif. Pertama, pemerintah akan
mempermudah persyaratan penerima insentif tax holiday dan tax
allowance. Kedua, pemerintah akan memberikan insentif ganda
bagi industri intermediate atau industri setengah jadi.
Saat ini, Kementerian Keuangan (Kemkeu) tengah merevisi
aturan main pemberian tax holiday dan tax allowance yang selama
ini diatur di Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 130 tahun
2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan
Pajak Penghasilan Badan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52
tahun 2011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman
Modal di Bidang Usaha Tertentu dan atau Daerah Tertentu. IT

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 27


insidereview

Benturan Hukum pada Pengenaan


PPh Final Bagi Sektor Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah
Hadining Kusumastuti1

“S istem perpajakan Indonesia tidak mengenal


istilah Pajak UMKM, namun batasan
peredaran bruto yang diberlakukan kepada
Wajib Pajak Tertentu tersebut dapat diadopsi
oleh pelaku UMKM.”

1. Pengantar yang Memiliki Peredaran Bruto


mengapa diperlukan suatu kebijakan
pajak tersendiri bagi sektor UMKM
serta analisis penerbitan PP No. 46
Tahun 2013 ini terhadap ketentuan
Pasal 4 Ayat (2) Huruf e, Pasal 14
Ayat (2), dan Pasal 31E Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.

Tertentu pada tanggal 13 Juni 2013 2. UMKM dalam Konsep


Rencana pemerintah untuk dan mulai berlaku efektif per 1 Juli Perpajakan
memberlakukan PPh Final bagi sektor 2013. Sistem perpajakan Indonesia
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tidak mengenal istilah Pajak UMKM, Sektor UMKM merupakan kegiatan
(UMKM) diwujudkan dengan namun batasan peredaran bruto yang usaha yang didominasi oleh sektor
diterbitkannya PP No. 46 Tahun diberlakukan kepada Wajib Pajak informal yang kegiatan usahanya
2013 tentang Pajak Penghasilan Tertentu tersebut dapat diadopsi sulit terdeteksi. Istilah seperti
atas Penghasilan dari Usaha yang oleh pelaku UMKM yang ketentuan “underground”, “grey”, “hidden”,
Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak klasifikasi usahanya diatur dalam “shadow” and “cash” economy
UU No. 20 Tahun 2008 tentang merupakan istilah yang seringkali
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. digunakan untuk mendefinisikan
1 Mahasiswi Magister Akuntasi, Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia. Tulisan ini merupakan pendapat Dengan segala pro dan kontra yang aktivitas ini. Indonesia sebagai
pribadi penulis. Kebenaran isi dan informasi dalam berkembang di masyarakat saat negara berkembang yang 98,9%
tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab
penulis.
ini, artikel ini membahas mengenai kegiatan usahanya didominasi oleh

28 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
sektor usaha skala mikro (Data
BPS Tahun 2006-2010) memiliki
potensi pajak dari sektor informal
Pelaku
yang cenderung berkembang di cash
economy tersebut. Namun, pada
Pelaku Usaha
kenyataannya tidak mudah untuk UMKM Sektor
memungut pajak dari sektor informal Informal
ini. Oleh karena itu, sektor informal
yang berkembang pada aktivitas
cash economy dikenal dengan istilah
Hard-to-Tax (HTT).

Pelaku UMKM merupakan


orang pribadi maupun badan yang Cash
masuk dalam kategori HTT. Hal
ini dikarenakan adanya kesadaran Economy
yang rendah untuk secara sukarela
mendaftarkan dirinya sebagai Wajib
Pajak. Meskipun kemudian mereka
sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak,
sulit bagi mereka untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya karena
mereka tidak memiliki pembukuan Hard
yang baik, sehingga memudahkan Presumptive
mereka untuk menyembunyikan Tax -to-
pendapatan yang sebenarnya. Oleh Tax
karena itu, cara yang tepat untuk
menghimpun penerimaan pajak
dari sektor HTT ini adalah dengan
menerapkan metode presumptive
tax, dengan alasan-alasan seperti
Meskipun menarik, tulisan ini mengalami benturan dengan
penyederhanaan (simplification),
tidak akan menelisik lebih jauh ketentuan pasal-pasal tersebut.
mengurangi beban dari lemahnya
mengenai kerangka teori dan
administrasi perpajakan, mengurangi
tinjauan empiris atas pemberlakuan 1) Ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Huruf e
biaya kepatuhan perpajakan bagi
presumptive tax di berbagai negara.
Wajib Pajak UMKM, serta upaya UU PPh sebagai Payung Hukum PP
Tulisan ini justru akan mengangkat
untuk meminimalkan tax avoidance No. 46 Tahun 2013
isu penting lain yang selama ini
ataupun tax evasion.2 Indikator
jarang didiskusikan mengenai PP
metode presumptive tax yang banyak
No. 46 Tahun 2013, yakni mengenai Pasal 4 Ayat (2) Huruf e UU PPh
diadopsi oleh berbagai negara untuk
adanya aspek kedudukan hukum menyatakan bahwa penghasilan
menghimpun penerimaan pajak dari
serta adanya benturan dengan tertentu lainnya dapat dikenai
sektor HTT ini adalah peredaran
ketentuan perpajakan lainnya. pajak bersifat final yang
bruto, sebagaimana dapat dilihat dari
ketentuannya diatur dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
atau berdasarkan Peraturan
Richard M. Bird dan Sally Wallace 3. PP No. 46 Tahun 2013 Pemerintah, pasal ini mengatur
dalam jurnalnya yang berjudul Is It
Ditinjau dari Ketentuan mengenai jenis-jenis penghasilan
Really Hard to Tax the Hard-to-Tax?
yang dapat dikenakan pajak
The Context and Role of Presumptive Undang-Undang No. 36 bersifat final. Dasar pengenaan
Taxes.3
Tahun 2008 tentang Pajak PPh Final yang diatur dalam
PP No. 46 Tahun 2013 adalah
Uraian di atas apabila dirangkum Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi dan
dapat dipahami melalui alur berikut
Badan yang melakukan kegiatan
ini: Beberapa hal perlu menjadi
usaha dengan peredaran bruto
perhatian sehubungan dengan
dalam satu tahun tidak melebihi
penerbitan PP ini ditinjau dari
Rp 4.800.000.000. Adapun
2 James Alm, et all, Taxing The Hard-To-Tax: Lessons ketentuan Undang-Undang No.
PP ini mengatur tentang Subjek
from Theory and Practice (The Netherlands: Elsevier B.V,
36 Tahun 2008 tentang Pajak
2004). PPh Final, dan bukan mengatur
Penghasilan (UU PPh) terutama
3 Richard M. Bird dan Sally Wallace, Is It Really tentang Objek PPh Final
Hard to Tax the Hard-to-Tax? The Context and Role of Pasal 4 Ayat (2) Huruf e, Pasal 14
sebagaimana diatur dalam Pasal
Presumptive Taxes (Canada: Joseph L. Rotman School of Ayat (2), dan Pasal 31E, karena
Management, 2003). 4 Ayat (2) Huruf e UU PPh.
pada pelaksanaannya PP ini akan

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 29


insidereview

Gambar 1 - Visualisasi Mengenai Benturan Antara Ketentuan


Pasal 14 Ayat (2) UU PPh dengan PP No. 46 Tahun 2013

SKEMA I : WPOP yang melakukan kegiatan usaha dan


pekerjaan bebas dengan peredaran bruto dalam satu tahun
kurang dari Rp. 4.800.000.000.

SKEMA III : WPOP yang melakukan kegiatan usaha


dengan peredaran bruto dalam satu tahun tidak melebihi
dari Rp. 4.800.000.000. Kecuali WPOP yang melakukan
kegiatan usaha di tempat yang berpindah-pindah atau di
tempat umum (pedagang asongan/kaki lima) dan WPOP
yang melakukan pekerjaan bebas.

Sumber: Pasal 14 Ayat (2) UU PPh dan PP No. 46 Tahun 2013

Dengan demikian, payung hukum dengan Skema III. metode penghitungan pajak
penerbitan PP ini tidak tepat dan administrasi perpajakan
apabila mengacu pada ketentuan Gambar 1 menunjukkan terdapat- yang lebih sederhana, jumlah
Pasal 4 Ayat (2) Huruf e UU PPh. nya benturan antara Skema pajak yang dibayarkan juga
I dengan Skema III, karena menjadi lebih kecil, sebagaimana
Subjek Pajak dari Skema III ini dapat dilihat pada ilustrasi
2) Benturan antara Ketentuan Pasal
merupakan bagian dari Subjek penghitungan pajak berikut ini:
14 Ayat (2) UU PPh dengan PP No. Pajak yang ketentuannya selama Ny. Ani adalah seorang ibu rumah
46 Tahun 2013 ini telah diatur dalam Pasal 14 tangga yang memiliki usaha salon
Ayat (2) UU PPh. Jika Skema III kecantikan di daerah Kebayoran
Gambar 1 di bawah ini ini diterapkan, tentu skema ini Baru, Jakarta Selatan. Omzet
memberikan visualisasi mengenai akan lebih menarik bagi Wajib salon beliau selama setahun
benturan antara ketentuan Pasal Pajak Orang Pribadi (WPOP) adalah Rp 1.200.000.000 (satu
14 Ayat (2) UU PPh yang diwakili yang melakukan kegiatan usaha miliar dua ratus juta rupiah),
dengan Skema I dengan PP No. jika dibandingkan dengan dengan rata-rata omzet perbulan
46 Tahun 2013 yang diwakili Skema I yang telah berlaku adalah sebesar Rp 100.000.000
selama ini. Karena selain (seratus juta rupiah).

PPh Terutang Setahun Berdasarkan Penghitungan Skema I :


Peredaran Bruto Setahun 1.200.000.000
Norma Perkiraan Penghasilan Netto (40% dari Peredaran Bruto setahun untuk kota Jakarta) 480.000.000
Penghasilan Kena Pajak 455.700.000
(Penghasilan Netto - PTKP TK/0)
PPh Terutang Setahun
5% x Rp. 50.000.000 2.500.000
15% x Rp. 200.000.000 30.000.000
25% x Rp. 205.700.000 51.425.000
PPh Terutang Setahun 83.925.000
PPh Terutang Setahun Berdasarkan Penghitungan Skema III :
Peredaran Bruto Sebulan 100.000.000
PPh final Sebulan (Tarif 1%) 1.000.000
PPh final Setahun 12.000.000
Selisih PPh Terutang antara Skema I dengan Skema III 71.925.000

30 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
Gambar 2 - Visualisasi Mengenai Benturan antara Ketentuan
Pasal 31E UU PPh dengan PP No. 46 Tahun 2013

SKEMA II : Wajib Pajak Badan dengan peredaran bruto


sampai dengan Rp 50.000.000.000,- dengan Penghasilan
Kena Pajak sampai dengan Rp. 4.800.000.000.

SKEMA III : Wajib Pajak Badan yang memiliki


peredaran bruto dalam satu tahun tidak
melebihi dari Rp. 4.800.000.000.

Sumber: Pasal 31E UU PPh dan PP No. 46 Tahun 2013

3) Benturan antara Ketentuan Pasal yang lebih sederhana, tidak ada usaha rata-rata PT ABC per bulan
kewajiban menyelenggarakan adalah sebesar Rp 200.000.000.
31E UU PPh dengan PP No. 46
pembukuan cukup dengan
Tahun 2013 pencatatan, jumlah pajak yang
dibayarkan juga menjadi lebih 4. Penutup
Ketentuan Pasal 31E UU PPh yang kecil, sebagaimana dapat dilihat
menyatakan bahwa Wajib Pajak pada ilustrasi penghitungan pajak Suatu kebijakan baru selalu
Badan Dalam Negeri dengan berikut ini: memunculkan pro dan kontra
peredaran bruto sampai dengan di masyarakat, tidak terkecuali
Rp 50.000.000.000 (mendapat kebijakan pengenaan PPh Final
PT ABC bergerak di bidang
fasilitas berupa pengurangan tarif bagi pelaku UMKM ini. Secara
usaha tekstil dengan Pendapatan
sebesar 50% dari tarif Pasal 17 konsep perpajakan, kebijakan
Usaha selama setahun sebesar
Ayat (1) Huruf b dan Ayat 2(a) PPh Final ini merupakan alternatif
Rp 2.400.000.000 dan
yang dikenakan atas Penghasilan metode pemungutan pajak yang
Penghasilan Kena Pajak sebesar
Kena Pajak dari bagian peredaran tepat bagi pelaku UMKM karena
Rp 240.000.000. 4 Pendapatan
bruto sampai dengan Rp selain administrasi perpajakan yang
4.800.000.000). Gambar 2 mudah bagi kedua belah pihak baik
memberikan visualisasi mengenai
4 Berdasarkan Data BI, untuk usaha skala dari sisi Wajib Pajak dan Petugas
menengah, 64,5% dari pengusaha tersebut
benturan antara ketentuan Pasal memiliki net margin sebesar 10%. Pajak. Kebijakan ini dapat menjadi
31E yang diwakili dengan Skema
II dengan PP No. 46 Tahun 2013
yang diwakili dengan Skema III.

Gambar 2 menunjukkan bahwa

“D
terdapat benturan antara Skema
II dengan Skema III, karena it i nj a u d a ri a s p e k
Subjek Pajak dari Skema III
ini merupakan bagian dari
l e g a l i ta s nya , ke b i j a ka n PPh
Subjek Pajak yang ketentuannya f i n a l ya n g ke te n tu a n nya
selama ini telah diatur dalam d i a tu r d a l a m PP N o . 4 6 Ta h u n
Pasal 31E. Jika Skema III ini
diterapkan, tentu skema ini 2013 i n i tu m p a n g t i n d i h
akan lebih menarik bagi Wajib d e n g a n ke te n tu a n Pa s a l 14 Aya t (2) d a n
Pajak Badan yang melakukan Pa s a l 31E U U PPh .”
kegiatan usaha jika dibandingkan
dengan Skema II yang telah
berlaku selama ini karena selain
metode penghitungan pajak
dan administrasi perpajakan

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 31


insidereview
PPh Terutang Setahun Berdasarkan Penghitungan Skema II :

Penghasilan Kena Pajak 240.000.000


PPh Terutang Setahun 30.000.000

PPh Terutang Setahun Berdasarkan Penghitungan Skema III :

Pendapatan Bruto Sebulan 200.000.000


PPh Terutang Sebulan 2.000.000
PPh Terutang Setahun 24.000.000

Selisih PPh Terutang antara Skema II dengan Skema III 6.000.000

sarana edukasi bagi pelaku UMKM


karena diharapkan dengan prosedur
dan struktur yang sederhana akan
meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak, mendorong pelaku UMKM
untuk melakukan formalisasi usaha,
sehingga kegiatan usaha mereka
terdeteksi oleh sistem administrasi
perpajakan. Ditegaskan pula dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh
OECD Development Co-Operation
Directorate 5 bahwa kompleksitas
peraturan perpajakan dan kerumitan
administrasi perpajakan di negara
berkembang yang dialami oleh
UMKM menjadi hambatan serius
dalam usaha untuk melakukan
formalisasi unit UMKM.

Namun, dalam menyusun suatu


kebijakan harus diperhatikan
aspek legalitasnya, terutama
ditinjau dari payung hukum yang
menjadi dasar diterbitkannya
suatu kebijakan dan menghindari
tumpang tindihnya peraturan yang
dapat membingungkan Wajib Pajak.
Tujuan dari diterbitkannya kebijakan
PPh Final ditinjau dari konsep
pemungutan pajak bagi sektor UMKM
adalah baik, namun apabila ditinjau
dari aspek legalitasnya, kebijakan
PPh Final yang ketentuannya diatur
dalam PP No. 46 Tahun 2013 ini
tumpang tindih dengan ketentuan
Pasal 14 Ayat (2) dan Pasal 31E UU
PPh. IT

5 Matthijs Alink dan Victor van Kommer, Handbook


on Tax Administration (The Netherlands: IBFD, 2011).

32 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
insideevent

Seminar
Transfer Pricing Audit and
Dispute Resolutions
Isu transfer pricing (TP) merupakan sebuah isu yang contoh, perkembangan di kawasan Oseania yang memiliki
dinamis, sejalan dengan perkembangan bisnis global yang pembaruan tentang ketentuan dokumentasi, benua Asia yang
berkembang pesat. Karena itulah, semua pihak yang terkait mengalami intensitas penggunaan APA yang meningkat, atau
dengan TP, baik itu akademisi, pelaku bisnis, praktisi, maupun bagaimana otoritas pajak di benua Afrika terus meningkatkan
regulator harus terus menerus memperbarui pengetahuannya kompetensinya terkait TP.
tentang TP. Berdasarkan hal tersebut, DANNY DARUSSALAM
Tax Center (DDTC), sebagai NQRZOHGJH EDVHG ÀUP Tidak hanya sampai di sana, peserta juga dibekali
yang berpengalaman di bidang pajak domestik maupun berbagai aspek praktis tentang TP, seperti bagaimana
internasional, berusaha untuk berbagi pengetahuan dan melakukan analisis FAR (Fungsi, Aset, dan Risiko),
pengalamannya di bidang TP dalam bentuk kursus maupun bagaimana memilih metode TP yang tepat, dan bagaimana
seminar. Salah satu seminar TP yang diadakan DDTC adalah melakukan comparability analysis. Lebih lanjut, peserta
seminar yang berjudul “Transfer Pricing Audit And Dispute juga mendapatkan pemaparan komprehensif tentang aspek-
Resolutions”. Seminar ini berlangsung pada tanggal 27 Juni aspek TP dari transaksi intragrup yang kini sedang banyak
2013 di training center DDTC, Kelapa Gading. digunakan oleh multinasional, seperti transaksi aset tidak
berwujud, jasa, serta pendanaan internal. Sebagai penutup,
Materi yang dipaparkan mengambil perspektif yang peserta disuguhi pandangan tentang bagaimana proses
digunakan tidak hanya dari Indonesia, namun juga disesuaikan sengketa yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kekuatan
dengan perkembangan global. Contoh penggunaan perspektif posisi Wajib Pajak.
domestik adalah pengkajian PMK No. 17/PMK.03/2013
untuk membahas Tatacara Pemeriksaan TP di Indonesia. Seminar ini dihadiri oleh para peserta yang berasal
Selain itu, terdapat pula bahasan mengenai update peraturan dari berbagai latar belakang. Dari mulai praktisi TP dari
domestik tentang pemeriksaan TP di Indonesia (PER-22 perusahaan multinasional hingga dari kalangan pemerintahan
Tahun 2013) terutama mengenai kelebihan, kelemahan, seperti Pusdiklat Pajak. Sedangkan pembicara dalam
dan implikasinya bagi Wajib Pajak. Lebih lanjut, tentang seminar ini merupakan orang-orang terpilih dari DDTC yang
penyelesaian sengketa, pemateri juga memaparkan PER-48 berpengalaman dalam mengkaji maupun menangani kasus-
Tahun 2010 tentang Mutual Agreement Procedure dan PER- kasus TP. IT
69 Tahun 2010 tentang Advanced Pricing Agreement.

Tentunya, pembahasan tentang topik-topik tersebut


tidak hanya ditinjau dari sudut pandang domestik, peserta
Kunjungi www.dannydarussalam.com untuk
juga disuguhi berbagai perkembangan mengenai guidelines
baik yang dikeluarkan oleh OECD maupun yang dikeluarkan informasi event dan seminar kami.
oleh UN. Tim pengajar juga memberikan insight tentang
perkembangan isu TP di dunia internasional. Sebagai

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 33


insidereview

Adakah Jaminan Hak-hak Wajib Pajak


dalam Konstitusi Kita?
Ifdhal Kasim1

“K o nstitusi merupakan norma hukum tertinggi, yang


mendasari pengaturan kekuasaan organ-organ
negara dan hak-hak warga negaranya. Undang-
undang di bawahnya tidak boleh bertentangan
dengan norma yang terdapat dalam konstitusi.”
1. Pengantar

Salah satu isu krusial yang


bergelut dengan usaha peningkatan
kesadaran Wajib Pajak untuk
secara sukarela membayar pajak.
harus kita letakkan dalam kerangka
konstitusi.
konstitusi
Seperti
merupakan
diketahui,

hukum tertinggi, yang mendasari


pengaturan kekuasaan
organ negara dan hak-hak warga
negaranya. Undang-undang
norma

organ-

bawahnya tidak boleh bertentangan


dengan norma yang terdapat dalam
di

jarang mendapat perhatian memadai Tulisan ini ingin mengajak pembaca konstitusi. Oleh karena itu, menjadi
dari kalangan ahli hukum adalah memperbincangkan isu yang relatif relevan apabila kita melihat apa
isu hak-hak Wajib Pajak, dan jarang diperdebatkan sebagai isu yang dikatakan dalam konstitusi
perlindungannya dalam sistem yang menyangkut kepentingan terkait dengan hak-hak Wajib Pajak.
hukum di Indonesia. Yang lebih publik, yaitu hak-hak Wajib Pajak Dalam kerangka tersebut, tulisan ini
sering mendapat perhatian yang luas dan perlindungannya. Tulisan ini mencoba mengeksplorasi apakah
tertuju pada isu kewajiban Wajib mencoba mengeksplorasi isu krusial konstitusi secara eksplisit menjamin
Pajak, dan bagaimana meningkatkan tersebut dalam kaitannya dengan hak-hak Wajib Pajak. Pembahasan
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak. isu perlindungan hak asasi manusia isu tersebut sangat penting dalam
Apalagi untuk negara kita yang masih pada umumnya. Sebab, konsep hak- upaya menempatkan hubungan
hak Wajib Pajak berhubungan sangat seimbang antara negara (yang berhak
erat dengan gagasan hak asasi menetapkan pajak) dan warga negara
1 Penulis adalah mantan Ketua Komisi Nasional Hak manusia. sebagai Wajib Pajak, sehingga
Asasi Manusia (2007-2012), sekarang Advokat pada
Publica Law Firm. Tulisan ini merupakan pendapat dapat menghindari penyalahgunaan
pribadi penulis. Kebenaran isi dan informasi dalam Pembahasan mengenai isu hak- kekuasaan oleh negara dan otoritas
tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab
penulis.
hak Wajib Pajak pertama-tama pajak dalam menarik pajak.

34 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
2. Hak Pengenaan Pajak dan terkuranginya hak atas kekayaan hak tersebut oleh negara. Tujuannya
individu atau warga negara. Dalam adalah untuk melindungi subjek
Perlindungan atas Wajib Pajak kaitannya dengan terkuranginya hak pajak dari penyalahgunaan
individu tersebut, kekuasaan negara kekuasaan oleh negara maupun oleh
Pembahasan kita mulai dengan
untuk mengenakan pajak perlu otoritas pajak. Pengaturan yang
melihat terlebih dahulu secara
pula dibatasi supaya tidak menjadi demikian ini di antaranya terlihat
umum hubungan antara pemungut
berlebihan. 5 Pembatasannya harus pada konstitusi Meksiko atau Italia.
pajak (negara) dan subjeknya (Wajib
dilakukan melalui hukum, yaitu Tanpa pembatasan, dikhawatirkan
Pajak). Pengenaan pajak merupakan
melalui persetujuan parlemen (DPR) akan terjadi “unfair taxation.”
hak negara yang ditetapkan oleh
yang merupakan representasi Wajib Pembatasan ini sangat erat
hukum, dan hak tersebut diperoleh
Pajak. Dengan demikian, pajak kaitannya dengan menyeimbangkan
dari pengakuan terhadap hak atas
sering membuat sensitif hubungan relasi antara penarik pajak (negara)
kekayaan individu. 2 Tanpa adanya
antara pemerintah dengan yang dan subjeknya (Wajib Pajak), dengan
pengakuan hak individual terhadap
diperintah. “The history of tax law memberi jaminan terhadap hak-hak
kekayaan, negara jelas tidak
is the history of the reconciliation Wajib Pajak.
mungkin menarik pajak. Namun
of the power of the state and the
di sisi yang lain, pengenaan pajak
rights of the subject,” demikian 3. Hak-hak Wajib Pajak
justru membatasi penikmatan
pengamatan Stebbings. 6 Maka
individu atas hak fundamental yang
hubungan antara kekuasaan negara Istilah ‘hak-hak Wajib Pajak’
diakui secara universal tersebut.
(yang berhak mengenakan pajak) sudah sering disinggung dalam
Tetapi, hubungan yang kontradiktif
dan subjeknya (yang berkewajiban bagian depan tulisan ini. Apa
ini diterima oleh individu, karena
membayar pajak) sedapat mungkin sesungguhnya yang kita maksudkan
negara memungutnya untuk
harus seimbang. ketika kita menggunakan istilah hak-
membiayai ketersediaan barang dan
jasa publik, yang juga akan kembali hak Wajib Pajak? Memang belum
Hampir semua negara saat ada definisi yang telah diterima
pada mereka. Pajak diterima sebagai
ini mencantumkan hak negara secara umum berkenaan dengan
“a sacrifice of part of the public
mengenakan pajak tersebut ke istilah tersebut. Tapi, salah satu
property … for the preservation of
dalam konstitusinya (UUD). definisi ini mungkin bisa kita jadikan
the whole.” 3 Dengan tepat Oliver
Tidak terkecuali Indonesia, hak titik awal untuk memahami istilah
Wendell Holmes, Jr., seorang
negara untuk mengenakan pajak tersebut, meskipun definisi tersebut
Hakim Agung Amerika yang terkenal
tercantum dalam Pasal 23A UUD menitikberatkan pada perlakuan
mengatakan, “taxes are what we pay
1945-perubahan. Tetapi bersamaan yang menyimpang dari otoritas pajak:
for civilized society”.4
dengan diaturnya hak negara untuk “written or unwritten rules that are
mengenakan pajak, diatur pula intended to protect taxpayers against
Jelas sekali, pengenaan pajak
pembatasan terhadap penggunaan tax levying by tax authorities, which
oleh negara berkorelasi dengan
tax levying could be illegal from the
5 Pengenaan pajak oleh negara harus berdasarkan point of view of taxpayers.” 7
persetujuan rakyatnya yang diwakili oleh wakil-
2 Duncan Bentley, Taxpayers’ Rights: Theory, Origin wakilnya di parlemen (DPR). “To demand that tax be
and Implementation (The Netherlands: Kluwer Law levied only with the consent of Parliament, that is by
International, 2007). legislation properly enacted imposing a tax, was an 7 Bogumil Brzezinski, “Taxpayer Rights; Some
3 Chantal Stebbings, The Victorian Taxpayer and essential rights, liberty and privilege of the English people,” Theoretical Issues,” dalam Nykiel dan Sek (ed.),
the Law; A Study in Constitutional Conflict (Cambridge: jelas Stebbings dengan mengacu pada sejarah Inggris. Protection of Taxpayer’s Rights: European, International
Cambridge University Press, 2009), 2. Lihat Chantal Stebbings, ibid. and Domestic Taw law Perspective (Warsawa: Wolters
4 Ibid. 6 Chantal Stebbings, ibid. Kluwer Polska, 2009).

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 35


insidereview
Tentu saja definisi di atas tidak mengatur tentang
mencakup penjelasan tentang administrasi pajak,
konsep hak-hak Wajib Pajak karena pemungutan,
terlalu sempit. Definisi di atas hanya dan mekanisme

K
menjelaskan perilaku menyimpang penegakannya. e kuasaan negara untuk
otoritas pajak dari aspek finansial Tercakup di mengenakan pajak perlu
saja. Padahal, aspek non- dalamnya baik pula dibatasi supaya
finansial dalam hubungan otoritas hukum material tidak menjadi berlebihan.
pajak dengan Wajib Pajak sering maupun hukum
mengemuka. Contohnya, sulitnya formal. Selain
Pembatasannya harus
mendapatkan informasi yang ditemukan di dilakukan melalui hukum, yaitu
diperlukan oleh Wajib Pajak dari dalam perundang- melalui persetujuan parlemen
otoritas pajak. Padahal, informasi u n d a n g a n , (DPR) yang merupakan representasi
tersebut diperlukan untuk mengambil secondary legal Wajib Pajak.”
keputusan yang tepat berkenaan rights juga
dengan keberlangsungan hidup atau terdapat di dalam
usahanya. Jadi, merumuskan definisi ranah hukum
hak-hak Wajib Pajak yang pas dan administrasi, yang
diterima sangat diperlukan. Hak- menyediakan hak-hak administratif pembahasan yang menjadi pokok
hak Wajib Pajak inilah yang menjadi utama dan juga hak-hak administratif tulisan ini: adakah jaminan hak-hak
objek perlindungan. sekunder. Ini kita temukan dalam Wajib Pajak dalam konstitusi kita?
regulasi-regulasi yang dibuat baik
Sekarang timbul pertanyaan, oleh Menteri Keuangan maupun oleh Marilah kita melihat apa yang
hak-hak apa saja yang tercakup otoritas pajak (Direktur Jenderal diatur dalam konstitusi (UUD) kita.
ke dalam hak-hak Wajib Pajak itu? Pajak). Karakteristik dari hak-hak ini Setelah reformasi di Indonesia, UUD
Duncan Bentley membantu kita tidak sekuat hak-hak yang ditemukan 1945 telah mengalami empat kali
menjawab pertanyaan ini dengan dalam perundang-undangan yang perubahan (amandemen). Sebelum
membuat klasifikasi hak-hak Wajib disahkan oleh parlemen (DPR). diubah, UUD 1945 dikenal sebagai
Pajak dalam bukunya yang terkenal, UUD yang “singkat” dan “supel”.
Taxpayers’ Rights. 8 Bentley membagi Klasifikasi yang dirumuskan Kini, walaupun UUD 1945 sudah
hak-hak Wajib Pajak ke dalam dua Bentley membantu kita menemukan tidak dapat lagi disebut “singkat
ketegori besar: primary legal rights hak-hak Wajib Pajak dalam berbagai dan supel”, karakteristik singkat dan
dan secondary legal rights. Menurut tingkat peraturan-perundangan dan supel itu masih sangat tampak dalam
Bentley, hak-hak legal utama bobot kekuatan pemberlakuannya. pengaturan mengenai pajak. Simak
(primary legal rights) tercantum Tentu saja yang memiliki bobot saja bunyi Pasal 23A ini: “Pajak dan
dan dijamin dalam konstitusi dan yang tinggi adalah hak-hak yang pungutan lain yang bersifat memaksa
perjanjian-perjanjian internasional. tercantum dalam primary legal untuk keperluan negara diatur
Yang tercakup dalam hak-hak ini, rights. Perlindungannya pun dengan dengan undang-undang”.9 Sangat
antara lain: hak atas kepemilikan, demikian sangat terkait dengan singkat dan supel! Tidak sedikitpun
hak untuk mendapatkan perlakuan status jaminan hak-hak tersebut di ada kekhawatiran di kalangan
adil, hak untuk mendapatkan dalam tingkat legislasi atau regulasi. perancang Perubahan Ketiga UUD
informasi, hak atas privasi, hak Hak-hak Wajib Pajak tersebut dapat 1945 akan penyalahgunaan yang
untuk mengajukan banding terhadap ditegakkan baik dengan mekanisme mungkin dilakukan oleh legislator.
putusan pengadilan pajak, dan legislatif maupun dengan mekanisme Pembuat undang-undang seperti
seterusnya. Perhatian utama dari administratif. Meskipun efektivitas mendapatkan cek kosong, terserah
primary legal rights ini adalah pada kedua mekanisme tersebut pada mereka bagaimana undang-
proses pembuatan hukum: apa yang masih belum sepenuhnya mampu undang itu mereka rumuskan.
membuat hukum pajak sebagai memberikan keadilan bagi Wajib Tidak ada prinsip yang digariskan
hukum yang valid? Pajak. oleh perancang UUD yang harus
diperhatikan pembuat undang-
Di sisi lain, hak-hak legal 4. Jaminan Hak-hak Wajib Pajak undang ketika menyusun undang-
sekunder (secondary legal rights) dalam Konstitusi Kita undang yang akan mengurangi
merupakan hak-hak Wajib Pajak yang hak-hak fundamental warga negara
Setelah melakukan pembahasan tersebut, yaitu hak atas kekayaan.
10
dirumuskan ke dalam undang-undang
setiap negara dan menyediakan terhadap hubungan antara pemungut
perlindungan bagi Wajib Pajak pajak (negara) dan subjeknya
9 Rumusan ini merupakan hasil dari Perubahan
Ketiga UUD 1945 yang tampak tidak berbeda dengan
dalam konteks bekerjanya hukum. (Wajib Pajak), dan diikuti dengan rumusan sebelum perubahan.
Hak-hak ini umumnya ditemukan pembahasan terhadap hak-hak 10 Prinsip-prinsip dalam pengenaan pajak menurut
dalam perundang-undangan yang Wajib Pajak dalam literatur yang Alley dan Bentley meliputi: equality and fairness,
certainty and simplicity, efficiency, neutrality, effectiveness
berkembang, kini kita tiba pada dan maintaining the balance. Lihat Bentley, Op. Cit; atau
8 Lihat Duncan Bentley, Op. Cit. lihat Darussalam dan Danny Septriadi, “Indonesian

36 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
Bandingkan dengan konstitusi Wajib Pajak ini jelas merupakan perlindungan hukum atau keadilan
Italia yang menggariskan prinsip kekurangan yang sangat fatal, dan menjadi kewajiban negara
‘ability-to-pay’ dalam pengenaan mengingat kedudukan konstitusi yang untuk memberikan perlindungan
pajak. Kita simak bunyinya berikut “superior to other laws”. Meskipun kepada Wajib Pajak. Tetapi alih-
ini: “everybody shall contribute to kekurangan ini masih bisa diatasi alih mengarah pada hubungan
public expenditures according to his dengan melengkapinya dengan timbal-balik yang demikian, yang
personal ability to pay.”11 perjanjian-perjanjian internasional, berkembang justru kekuasaan yang
khususnya perjanjian internasional terkonsentrasi di tangan pemegang
Pendelegasian kepada pembuat di bidang hak asasi manusia, yang hak pajak (negara). Akibatnya,
undang-undang untuk mengenakan memiliki kedekatan dengan hak-hak jaminan perlindungan terhadap
pajak tidak sepenuhnya salah. Wajib Pajak. hak-hak Wajib Pajak semakin sulit
Tetapi pendelegasian ini hendaknya untuk dikontrol. Keadaan ini jelas
disertai dengan ada prinsip yang Pengakuan terhadap hak-hak menyulitkan untuk membangun
tidak boleh dilampaui oleh pembuat Wajib Pajak baru kita temukan budaya voluntary compliance di
undang-undang. Misalnya yang dalam perundangan-undangan Indonesia.
terjadi dengan UU PPh tahun perpajakan. Hak-hak Wajib Pajak
2000, ketika pembuat undang- yang diatur dalam undang-undang 5. Penutup
undang (DPR) mendelegasikan perpajakan meliputi: (i) hak
kepada pemerintah untuk mengatur untuk mendapatkan pembinaan Pembahasan dalam tulisan ini telah
pengenaan pajak (menetapkan tax dan pengarahan dari fiskus; menunjukkan dengan gamblang,
base dan tax rate) atas tiga jenis (ii) hak untuk membetulkan Surat bahwa hak-hak Wajib Pajak belum
penghasilan yang telah ditentukan Pemberitahuan (SPT); (iii) hak untuk mendapat jaminan perlindungan secara
oleh undang-undang, dan juga memperpanjang waktu penyampaian konstitusional--karena itu tidak dapat
diberikan kekuasaan untuk mengatur SPT; (iv) hak untuk menunda atau ditarik daripadanya primary legal rights
pengenaan pajak atas “penghasilan mengangsur pembayaran pajak; (v) atas hak-hak Wajib Pajak (taxpayers
tertentu lainnya” di luar penghasilan hak memperoleh kembali kelebihan rights) di Indonesia. Hak-hak Wajib
yang telah ditentukan oleh undang- pembayaran pajak; dan (vi) hak Pajak terbatas pengakuannya pada
undang.12 Pendelegasian kekuasaan mengajukan keberatan dan banding. secondary legal rights, yang secara
menetapkan tax base dan tax Hak-hak ini merupakan hak legal terbatas tercantum dalam peraturan
rate kepada pemerintah jelas sekunder. Selain yang terdapat di perundangan, baik dalam bentuk
merupakan bentuk pengingkaran dalam regulasi-regulasi yang dibuat legislasi maupun dalam bentuk regulasi
terhadap kewenangan yang diberikan oleh otoritas pajak, baik merupakan (hak-hak administratif utama maupun
konstitusi kepada DPR. primary administrative rights hak-hak administratif sekunder).
maupun yang berupa secondary Untuk menyeimbangkan hubungan
Apalagi UUD 1945-Perubahan administrative rights. antara pemungut pajak (negara) dan
juga tidak mengatur secara eksplisit subjeknya (Wajib Pajak), kedudukan
berkenaan dengan hak-hak Wajib Dari pemaparan di atas menjadi Wajib Pajak perlu diperkuat dengan
Pajak. Fokus utama pengaturan jelas kiranya, bahwa hubungan meletakkan jaminan perlindungan hak-
dalam UUD 1945-Perubahan tertuju antara pemungut pajak (negara) dan haknya pada tingkat konstitusi. Tanpa
pada hak negara untuk memungut Wajib Pajak (warga negara) belum adanya perubahan terhadap pengakuan
pajak dan sama sekali tidak terbangun dalam hubungan yang terhadap hak-hak Wajib Pajak, mustahil
menyinggung apa pun berkaitan seimbang dan timbal-balik. Negara dilakukan pembatasan yang efektif
dengan kedudukan subjeknya, memegang hak untuk mengenakan terhadap hak negara dalam mengenakan
yaitu Wajib Pajak. Mengacu pada pajak, sementara Wajib Pajak pajak. IT
klasifikasi yang dibuat Bentley, berkewajiban membayar pajak sesuai
kita dapat mengatakan tidak ada kemampuannya (sesuai dengan
jaminan dalam bentuk ‘primary prinsip ‘ability-to-pay’). Oleh karena
legal rights’ atas Wajib Pajak di itu, Wajib Pajak berhak mendapatkan
Indonesia. Absennya perlindungan
konstitusional terhadap hak-hak

Constitutional Law 1945 and Taxation: A Proposal for


Amandment,” dalam Kapita Selekta Perpajakan, ed. John
Hutagaol, Darussalam, dan Danny Septriadi (Jakarta:
Salemba Empat, 2007), 299.
11 Carlo Romano, “National Report on Taxpayers
Protection in Italy,” dalam Nykiel dan Sek (ed.),
Protection of Taxpayer’s Rights: European, International
and Domestic Taw law Perspective (Warsawa: Wolters
Kluwer Polska, 2009).
12 Darussalam dan Danny Septriadi, Membatasi
Kekuasaan untuk Mengenakan Pajak (Jakarta: Grasindo,
2006), 1-10.
“P endelegasian kekuasaan menetapkan
tax base dan tax rate kepada
pemerintah jelas merupakan bentuk
pengingkaran terhadap kewenangan yang
diberikan konstitusi kepada DPR.”

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 37


SKEMA PENGHINDARAN PAJAK
PERUSAHAAN MULTINASIONAL

“Setiap perusahaan yang berpikir bahwa


mereka dapat terus menjual produknya di
Inggris dan menyusun skema pajak lintas
negara yang semakin kompleks untuk
mengurangi beban pajaknya, (maka)
mereka harus segera bangun dan 'mencium
aroma kopi' (sindiran kepada Starbucks).
Publik yang membeli produk mereka sudah
kehilangan kesabaran!” Konsumen Dunia
Uang hasil penjualan
produk dari luar AS
David Cameron, Perdana Menteri Inggris dialirkan ke anak
perusahaan kedua di
Irlandia.
“..Apple adalah salah
satu penghindar
pajak terbesar”

Anak Perusahaan (2)


Irlandia

John McCain, Senator AS

IRS (otoritas pajak AS) menuding Apple telah menghindari pajak


dengan jumlah besar. Mereka beranggapan, dengan sumber
Belanda
daya Apple yang besar di AS, seharusnya profit Apple yang P3B Irlandia Belanda
dipajaki di AS jumlahnya lebih besar. memungkinkan
transfer dana antar kedua negara
tersebut tidak dipotong pajak (withholding tax). Hal itu membuat
perusahaan dapat menghindari pajak dengan mengalirkan dananya
Data Keuangan melalui Belanda. Penghasilan dari perusahaan di Belanda dialirkan
kembali ke anak perusahaan (1) untuk kemudian dialirkan kembali ke
Apple, 2011 tax haven.

Apple di Apple di
Amerika Serikat Luar Amerika Serikat Sejak awal pendiriannya, profit Apple terus Namun, pajak yang dilaporkan justru semakin
Na
meningkat dari tahun ke tahun menurun
me
Jumlah Pegawai
US$2 triliun US$1,8 50%
72% 28%
triliun
Jumlah Toko Retail 40
68% 32% US$1,5 triliun

Jumlah Aset Jangka Panjang 30

54% 46% US$1 triliun


23%
20
Penjualan
39% 61% US$0,5 triliun
10
Alokasi Profit
30% 70%

38 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


taxenlightenment
"The double Irish and Dutch Sandwich"
Skema ini ramai diperbincangkan di dunia internasional karena disinyalir “Saya bangga dengan struktur
skema ini telah dipergunakan oleh berbagai perusahaan multinasional untuk (pajak) yang kami susun. Kami
menghemat pajaknya. melakukan itu berdasarkan insentif
yang disediakan oleh pemerintah
Konsumen di Amerika Serikat untuk operasi kami.”
Di AS, laba perusahaan dikenai pajak sebesar
35%. Tapi, laba tersebut dialirkan ke anak
perusahaanya di Irlandia sebagai royalti atas
paten. Sehingga, laba tersebut dipajaki dengan
tarif yang lebih rendah. Eric Schmidt, Google Executive Chairman

“....Karena membayar semua pajak yang


Pabrik harus kami bayar setiap dollarnya [...]
Kami tak hanya patuh terhadap hukum,
kami juga patuh terhadap spiritnya.”

Anak Perusahaan (1)


Irlandia
Dahulu, perusahaan multinasional membuat
Di Irlandia, status
subjek pajak bagi produknya pada sebuah perusahaan di Irlandia.
badan ditentukan oleh Sekarang, mereka lebih memilih Cina, Brazil,
lokasi manajemen. atau India untuk kemudian mengirimnya
Apabila sebuah langsung kepada pelanggan.
perusahaan didirikan di
Irlandia tapi
manajemennya berada
di tax haven, Pajak yang Dibayar
perusahaan tersebut
dianggap SPDN dari Perusahaan-perusahaan AS
tax haven. Sehingga, yang beroperasi secara global
hak pemajakan dari
profit perusahaan (per sektor)
tersebut ada di tax Komputer dan Elektronika 9%
haven, bukan Irlandia.
Keuangan 11%
Jasa 12% Tim Cook, CEO Apple

Pertanian 12%
Kimia 13%

Pakaian 15%

Produk kayu 17%


Real Estat 17% Secara global, perusahaan-
perusahaan AS di bidang
Peralatan 17% teknologi membayar pajak relatif
lebih sedikit jika dibandingkan
Tax Haven Percetakan 18%
Pada akhirnya, profit berlabuh sektor-sektor lainnya
di tax haven, yang tidak Konstruksi 22%
memungut pajak penghasilan
sama sekali
Penjualan Retail 23%
Makanan 23%
Tekstil 24%
Pertambangan 32%

Perbandingan total nilai penjualan dan pajak yang dibayar di Inggris (2008-2011)

Penjualan Penjualan Penjualan


559.441.400 954.426.109 1.555.810.993
Pajak/penjualan Pajak/penjualan Pajak/penjualan
0,25% 0,41% 0,32%

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 39


insidereview

QUO VADIS
Insentif Pajak di Indonesia

Andi Jayani1

1. Latar Belakang
“M
dalam konteks negara-negara maju
ayoritas pengamat di Cina berkesimpulan
kebijakan insentif pajak memegang
peranan penting dalam menarik FDI untuk
masuk.”

dengan infrastruktur ekonomi yang telah


terbentuk. Akan tetapi, bukti empiris
tahun 1980an ini terdiri dari empat
pilar utama, yaitu: (i) pembebasan
Pajak Penghasilan (PPh) dalam bentuk
Secara akademis terdapat silang
pendapat mengenai apakah insentif dari sejarah keberhasilan pembangunan tax holiday; (ii) penurunan tarif PPh
pajak berperan positif dalam menarik ekonomi Cina tampaknya memberikan (reduced of income tax rates); (iii)
investasi untuk masuk, khususnya perspektif yang berbeda. Berawal dari pengembalian pajak untuk penanaman
investasi asing langsung (Foreign Direct eksperimen fiskal pada tahun 1980 modal kembali dari keuntungan yang
Investment, selanjutnya disebut FDI). dengan membentuk kawasan ekonomi didapat (tax refund for reinvested
Konsensus yang diterima secara umum khusus (special economic zone, SURÀWV); dan (iv) insentif pajak
menganggap bahwa insentif pajak tidak selanjutnya disebut SEZ) di daerah- berbasiskan lokasi dan sektor industri
terbukti peranannya dalam menarik daerah miskin dan terbelakang, SEZ (WD[ LQFHQWLYHV XQGHU ORFDWLRQVSHFLÀF
FDI. Insentif pajak bahkan dianggap Shenzhen, Zhuhai, Shantou, dan Xiamen DQGLQGXVWU\VSHFLÀF).4
buruk, dalam tataran teoritis maupun yang dibentuk ternyata berhasil dalam
praktik. Buruk secara teoritis karena menarik FDI dalam jumlah yang cukup Terhitung sejak SEZ pertama kali
insentif pajak menyebabkan distorsi besar. Keberhasilan ini mendorong Cina dicanangkan, selama tiga dasawarsa
dalam keputusan berinvestasi. Buruk membuka SEZ-SEZ berikutnya yaitu di terakhir Cina telah berhasil menarik
dalam tataran praktik karena seringkali Hainan (1988) dan Kasghar (2011).3 masuk FDI sebesar USD 1,98 triliun.5
tidak efektif, tidak efisien serta rentan Implikasi dari derasnya arus investasi
terhadap penyalahgunaan dan korupsi.2 Selain itu, karakteristik rezim insentif asing tersebut juga dapat terlihat dari
pajak (tax incentive regimes) Cina pada meningkatnya PDB per kapita dari USD
Konsensus tersebut boleh jadi valid 3 Bertitik tolak dari keberhasilan ini, China melakukan
ekspansi pemberian insentif fiskal dengan membuka
1 Praktisi perpajakan di Jakarta. Tulisan ini daerah pengembangan ekonomi dan teknologi
merupakan pendapat pribadi penulis. Kebenaran isi (economic and technological development zones, 4 Andrew Halkyard dan Ren Linghui, “China’s Tax
dan informasi dalam tulisan sepenuhnya merupakan selanjutnya disebut -ETDZ) di 15 kota pesisir pantai, Incentive Regimes for Foreign Direct Investment: An
tanggung jawab penulis. mendirikan zona kawasan perdagangan bebas (free Eassonian Analysis,” (2008): 6.
2 Alex Easson dan Eric M. Zolt, “A Case for and Against trade zones, selanjutnya disebut -FTZ) dan kawasan 5 Data bersumber dari Bank Dunia, diambil dari
Tax Incentives,” World Bank Institute (2002): 1. industri eksklusif lainnya. http://data.worldbank.org/indicator.

40 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
201 pada tahun 1982 menjadi USD
6.091 pada tahun 2012.6

“T
Tidak dapat dipungkiri, bahwa
kesuksesan pembangunan ekonomi olak ukur yang realistis untuk menilai berhasil
Cina pada dasarnya merupakan
akumulasi dari berbagai faktor, seperti:
atau tidaknya rezim insentif pajak suatu negara
geografis, demografis, stabilitas politik, adalah dilihat dari kemampuannya dalam
dan sebagainya. Namun, mayoritas menarik investasi.”
pengamat di Cina berkesimpulan
kebijakan insentif pajak memegang
peranan penting dalam menarik FDI
untuk masuk.7 Dengan demikian,
kisah sukses pembentukan SEZ di Cina
merupakan bukti empiris nyata bahwa devisa (exemption of repratriation tax)9; empat tahun kemudian jenis tax holiday
paling tidak dalam konteks negara (iii) pembebasan pajak keuntungan yang tersebut kembali dihapus.14
berkembang, rezim insentif pajak yang ditanamkan kembali (exemption of tax
efektif dapat menjadi alat yang maha IRU UHLQYHVWHG SURÀWV); (iv) keringanan Pada tahun 2007, terbit PP No. 1
ampuh yang telah mentransformasi tarif pajak setelah masa tax holiday Tahun 2007 tentang fasilitas PPh untuk
sebuah negara yang berpendapatan berakhir (reduced of income tax penanaman modal di bidang-bidang
menengah ke bawah pada dekade rates); dan (v) penyusutan dipercepat usaha tertentu dan/atau di daerah-
1980-an untuk menjelma menjadi (accelerated depreciation). daerah tertentu (dikenal dengan sebutan
negara dengan perekonomian terbesar tax allowance). Kebangkitan kembali
kedua di dunia saat ini. Rezim perpajakan negara kita pada masa rezim insentif pajak ini mendapatkan
tersebut bahkan telah bergerak sangat sambutan yang baik dari dunia usaha.
Dalam kaitannya dengan rezim insentif maju dengan mencantumkan insentif Otoritas fiskal saat itu juga cukup
pajak di Tanah Air, menarik untuk perpajakan UU No. 1 Tahun 1967 tanggap. Dengan gerak cepat dalam
ditarik benang merah di manakah tersebut sebagai klausul tax sparing di kurun waktu kurang dari tiga bulan sejak
kita berada sekarang dan ke manakah dalam perjanjian penghindaran pajak pencanangan, diterbitkan peraturan
(quo vadis) kita akan menuju? Insentif berganda (P3B) dengan beberapa pelaksanaan untuk aplikasi permohonan
pajak yang dimaksudkan dalam tulisan negara, seperti: Denmark, Inggris, tax allowance.15 Pada perjalanannya PP
ini adalah insentif Pajak Penghasilan. Jepang, Norwegia, dan Swedia.10 No. 1 Tahun 2007 diubah dengan PP
Hal ini mengasumsikan bahwa pilihan No. 62 Tahun 2008 dan terakhir diubah
lokasi untuk berinvestasi dalam rantai Namun dalam perjalannya, rezim insentif lagi melalui PP No. 52 Tahun 2011.
suplai global pada umumnya tidak pajak di negara kita ternyata mengalami
mempertimbangkan pajak-pajak lainnya pasang surut. Tax holiday yang dibentuk Sayangnya euforia berlangsung sangat
seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN). pada tahun 1967 dihapus hanya tiga singkat dan segera menjadi titik balik.
tahun berselang yaitu pada tahun Pada tahun awal dicanangkan yaitu
1970.11 Pada gilirannya, reformasi tahun 2007 terdapat 52 aplikasi
2. Pasang Surut Rezim Insentif perpajakan melalui UU No. 7 Tahun tax allowance yang mendapatkan
Pajak di Indonesia 1983 bahkan menghapus sama sekali persetujuan.16 Suatu jumlah yang
insentif PPh yang tersisa. sebenarnya cukup baik sebagai
Walaupun baru mulai ramai awalan. Akan tetapi, pada tahun-tahun
diperbincangkan selama beberapa Rezim insentif pajak kemudian seolah berikutnya jumlah aplikasi tax allowance
tahun terakhir, sebenarnya insentif mendapatkan napas baru melalui yang disetujui merosot drastis menjadi
pajak di Indonesia sama sekali bukanlah UU Nomor 10 Tahun 199412 dengan hanya dibawah 10 persetujuan setiap
barang baru. Bahkan jauh sebelum disisipkannya pasal 31A yang mengatur tahunnya.17 Suatu jumlah yang sangat
Cina memulai eksperimen fiskalnya, pemberian beberapa insentif perpajakan. kecil apabila melihat lebih dari 200
Indonesia telah memiliki rezim insentif Selanjutnya, tax holiday kembali hidup sektor industri yang ditawarkan untuk
pajak yang cukup maju pada tahun dalam wujud PPh Badan Ditanggung mendapatkan fasilitas dan lebih dari
1967.8 Pemerintah.13 Namun seakan kembali 1.000 persetujuan FDI yang diterbitkan
mengulang sejarah, hanya berselang oleh BKPM setiap tahunnya.18
UU No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing pada zamannya 14 PP No. 148 Tahun 2000.
telah menawarkan insentif-insentif 15 PMK No. 16/PMK.07/2007 dan PER-67/PJ/2007. Saat
seperti: (i) pembebasan pajak perseroan 9 Pajak devisa sekarang adalah PPh Pasal 26.
ini PMK No. 16/PMK.07/2007 telah diperbaharui dengan
PMK No. 144/PMK.011/2012.
(tax holiday); (ii) pembebasan pajak 10 Lihat pada bagian “Elimination of DoubleTaxation” 16 Sebagaimana dikutip dari www.antaranews.com
6 Ibid. di dalam P3B Indonesia dengan negara-negara tersebut tanggal 30 November 2007.
7 Lin Jinyan, “Development and Tax Policy : Case 11 Melalui UU No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan 17 Jumlah permohonan tax allowance yang disetujui
Study of China,” CLPE Research Paper 3, no. 4 (2007): 43. dan Tambahan UU No. 1 Tahun 1967. berdasarkan keterangan dari BKPM.
8 Melalui UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman 12 UU Perubahan Kedua UU PPh. 18 Sebagaimana dikutip dari situs resmi BKPM (www.
Modal Asing. 13 PP No. 45 Tahun 1996. BKPM.go.id).

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 41


insidereview

Sejalan dengan redupnya pamor tax pajak untuk memajukan kegiatan amortisasi dipercepat; (iii)
allowance, pemerintah melanjutkan penelitian dan pengembangan.22 kompensasi kerugian lebih lama;
kembali eksperimentasi rezim insentif dan (iv) tarif PPh Pasal 26 yang
fiskal dengan menghidupkan kembali Perkembangan terakhir dari dinamika lebih rendah atas dividen;
pemberlakuan tax holiday untuk kedua rezim insentif fiskal kita yang menarik x fasilitas pembebasan/pengurangan
kalinya pada bulan Agustus 2011.19 untuk dicermati adalah pada tanggal PPh Badan (tax holiday) untuk
Berbeda dengan tax allowance yang 23 Agustus 2013 yang lalu pemerintah industri pionir.24 Insentif yang
berbasiskan sektor kegiatan usaha dan memasukkan program maksimalisasi ditawarkan adalah: (i) pembebasan/
lokasi, tax holiday ditargetkan untuk tax allowance dan tax holiday ke dalam pengurangan PPh antara 5 sampai
industri pionir tertentu. Selain itu, proses 4 paket kebijakan ekonomi sebagai dengan 10 tahun; dan (ii) diskon
persetujuan tax allowance berasaskan respons dalam mengatasi gejolak nilai tarif PPh Badan sebesar 50% untuk
kriteria sedangkan tax holiday diberikan tukar Rupiah dan merosotnya indeks dua tahun setelahnya;
cenderung berdasarkan diskresi. Sebagai harga saham.
catatan, setelah dua tahun berselang x fasilitas di Kawasan Perdagangan
dari pencanangan, baru dua perusahaan 3. Rezim Insentif Pajak Indonesia dan Ekonomi Terpadu (KAPET).25
yang memperoleh Keputusan Menteri Insentif yang ditawarkan adalah:
yang Berlaku Saat Ini (i) berbasiskan tax allowance; dan
Keuangan (KMK) untuk mendapatkan
tax holiday.20 Adapun perusahaan ketiga (ii) insentif PPN dan PPnBM tidak
Secara keseluruhan, rezim insentif pajak dipungut;
yang diberitakan telah memperoleh
Indonesia yang berlaku saat ini dapat
persetujuan, saat ini sedang menunggu x fasilitas di Kawasan Perdagangan
dirangkum sebagai berikut:
penetapan resmi melalui KMK.21 Bebas dan Pelabuhan Bebas
x fasilitas PPh (tax allowance) untuk (Free Trade Zone-FTZ),26 yaitu di
Di dalam pidato mengenai RAPBN 2014 bidang usaha tertentu (industry- Batam, Bintan dan Karimun.27
yang disampaikan di hadapan DPR VSHFLÀF EDVHG) dan/atau di
pada tanggal 16 Agustus 2013 yang daerah tertentu (UHJLRQEDVHG).23
24 Pasal 18 ayat (5) UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 30 PP
lalu, Presiden menyingung mengenai Insentif yang ditawarkan adalah: No. 94 Tahun 2010, dan PMK No. 130/PMK.011//2011.
akan adanya penyempurnaan kebijakan (i) pengurangan penghasilan 25 Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2000 jo PP No. 147
insentif perpajakan dan secara spefisik neto maksimal 30% dari jumlah Tahun 2000 dan KMK No. 200/KMK.04/2000 jo KMK No.
menyebutkan akan memberikan insentif penanaman modal; (ii) penyusutan/ 11/KMK.04/2001, terdapat 15 KAPET yang dibentuk
yaitu: Natuna; Biak; Batulicin; Samarinda - Sanga-sanga
- Muara Jawa - Balik Papan; Sanggau; Manado - Bitung;
22 Pidato Presiden Republik Indonesia pada Mbay; Parepare; Seram; Bima; Batui; Buton – Kolaka –
19 Melalui PMK No. 130/PMK.011/2011, Pedoman Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RAPBN Kendari; Bentano – Natarbora – Viqueque; Aliran sungai
Pelaksanaan Peraturan Menperin No. 93/M-IND/ Tahun Anggaran 2014 beserta Nota Keuangannya, Kahayan, Kapuas, Barito; dan Sabang.
PER/11/2011, dan Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun Jakarta 16 Agustus 2013. 26 Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2007 dan PP No. 2
2011. Tahun 2009 (dalam perkembangannya PP No. 2 Tahun
23 Berdasarkan Pasal 31A UU PPh, PP No. 01 Tahun
20 Sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian 2007 jo PP No. 62 Tahun 2008 jo PP No. 52 Tahun 2011 2009 dicabut dan digantikan oleh PP No. 10 Tahun
Perindustrian www.kemenperin.go.id. (untuk berbagai sektor industri), dan PMK No. 21/ 2012).
21 Sebagaimana dikutip dari Harian Bisnis Indonesia PMK.011/2010 (khusus untuk kegiatan pemanfaatan 27 Melalui PP No. 46 Tahun 2007 jo PP No. 5 Tahun
tanggal 1 Agustus 2013. sumber energi terbarukan). 2011, PP No. 47 Tahun 2007, dan PP No. 48 Tahun 2007

42 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
Insentif yang ditawarkan adalah: KAPET yang dibentuk terletak di
(i) tidak dipungut bea masuk; (ii) daerah terpencil di pedalaman, yang

D
bebas cukai; (iii) dibebaskan dari kurang mempunyai potensi ekonomi. itinjau dari
pengenaan PPN; dan (iv) tidak Memang benar bahwa 5 SEZ yang ‘amunisi’ yang
dipungut PPh Pasal 22; pertama dibentuk Cina juga adalah terlihat cukup
daerah terbelakang pada masa
x fasilitas di Tempat Penimbunan lengkap, rezim
pembentukannya. Akan tetapi, seluruh
Berikat dalam bentuk Kawasan
Berikat dan Kawasan Berikat Plus,
daerah tersebut terletak di pesisir pantai insentif pajak Indonesia
dan memiliki nilai potensi ekonomi seharusnya dapat
Gudang Berikat, Entrepot Untuk
yang tinggi karena berdekatan dengan
Tujuan Pameran, dan Toko Bebas menjadi senjata utama
Hongkong dan Taiwan, yang mana
Bea.28 Insentif yang ditawarkan
adalah: (i) penangguhan Bea
keduanya telah menjadi pusat ekonomi untuk bersaing dengan
Asia Timur pada dekade 1980-an. negara-negara lain dalam
Masuk; (ii) bebas cukai; (iii)
tidak dipungut PPN dan (iv) tidak menarik FDI. Akan tetapi
dipungut PPh Pasal 22; Kedua, rezim insentif pajak tidak
memiliki grand design terlihat dari kerap menilik jumlah FDI yang
x fasilitas di Kawasan Ekonomi Khusus diubahnya regulasi yang ada dalam
(KEK yang mirip dengan SEZ).29
masuk sebagai tolak ukur,
waktu yang singkat. Rezim insentif yang
Insentif yang diberikan adalah: (i) ada kerap berpindah fokus. Diawali dari tampaknya insentif pajak
fasilitas PPh; (ii) pengurangan PBB; tax holiday, lalu fokus pindah ke KAPET. belum dapat dikatakan
(iii) penangguhan Bea Masuk; (iv) Tak lama setelahnya menghidupkan
pembebasan cukai; (v) PPN dan
menjadi magnet investasi
kembali tax holiday, selanjutnya pindah
PPnBM tidak dipungut; serta (vi) ke tax allowance, ketidakpastian status yang kuat.
tidak dipungut PPh impor. Batam, pemberlakuan FTZ, wacana
KEK, dan yang terakhir untuk kedua
4. Permasalahan pada Rezim kalinya menghidupkan tax holiday.
Insentif Pajak Indonesia
Mempelajari perkembangan terakhir,
Ditinjau dari ‘amunisi’ yang terlihat pemerintah memasukkan program
cukup lengkap, rezim insentif pajak maksimalisasi tax allowance dan tax
Indonesia seharusnya dapat menjadi holiday ke dalam 4 paket kebijakan
senjata utama untuk bersaing dengan ekonomi sebagai respons atas
negara-negara lain dalam menarik FDI. permasalahan gejolak nilai tukar dan
Akan tetapi, menilik jumlah FDI yang merosotnya indeks harga saham.
masuk sebagai tolak ukur, tampaknya Padahal insentif fiskal bukanlah
insentif pajak belum dapat dikatakan instrumen tepat untuk meredam
menjadi magnet investasi yang kuat. gejolak ekonomi. Pada hari yang sama
Dalam kesempatan ini penulis mencoba diumumkannya paket tersebut yaitu
menganalisis beberapa kelemahan pada tanggal 23 Agustus 2013, kurs
yang ada di dalam rezim insentif pajak Rupiah dan indeks harga saham ditutup
Indonesia baik di dalam tataran desain melemah dari hari sebelumnya30. Rezim
kebijakan maupun di dalam pelaksanaan insentif fiskal sejatinya adalah paket
di lapangan. yang tidak terpisahkan dari kebijakan
jangka panjang penanaman modal.
Pertama, desain insentif pajak Indonesia Ketidakkonsistenan dalam kebijakan
kurang memperhitungkan realita yang insentif pajak pastinya akan direspons
ada dan faktor pendukung lainnya. negatif oleh para pelaku usaha.
Indonesia tercatat pernah membentuk
15 KAPET sekaligus hanya dalam kurun Ketiga, produk legislasi yang tidak
waktu dua tahun. Suatu langkah yang sempurna menimbulkan multitafsir
ambisius apabila dibandingkan dengan sehingga memicu ketidaksepahaman
pembentukan 5 SEZ di Cina dalam antara pelaku usaha dengan birokrasi
kurun waktu 8 tahun. pemerintahan dan antar birokrasi
pemerintahan sendiri. Sebagai contoh
Akan tetapi, ternyata sebagian besar terdapat redaksional di dalam Lampiran
PP No. 01 Tahun 2007 jo PP No.
28 PP No. 32 Tahun 2009.
62 Tahun 2008 jo PP No. 52 Tahun
29 Berdasarkan Pasal 31 UU No 25 Tahun 2007, UU
No. 39 Tahun 2009, dan PP No. 2 Tahun 2011 jo. PP No. 2011 yang tidak terumuskan dengan
100 Tahun 2012. Melalui PP No. 26 Tahun 2012 telah terinci. Misalkan, tidak terdapat
ditetapkan KEK Tanjung Lesung – Banten dan melalui
PP No. 29 Tahun 2012 telah ditetapkan KEK Sei Mangkei 30 Sebagaimana dikutip dari Harian Bisnis Indonesia
– Sumatera Utara. tanggal 24 Agustus 2013.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 43


insidereview
penjelasan untuk mengartikan frasa tidak sehat (unfair competition) bagi terhindar dari menerbitkan keputusan
kalimat seperti industri tekstil terpadu, para pelaku usaha. Bidang usaha yang yang tidak tepat. Alhasil, aplikasi yang
industri bubur kertas yang terintegrasi dimungkinkan untuk mendapatkan masuk cenderung untuk dikembalikan/
dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), insentif fiskal dibuka luas dan tidak ditolak.
industri baja terintegrasi proses kontinu, dibatasi hanya untuk jenis industri
dan sebagainya. Akibatnya pembuat yang belum ada di Indonesia. Selain Ketujuh, secara normatif persyaratan
keputusan membuat tafsir sepihak itu ketentuan batas minimum investasi tax allowance mudah dan memiliki
sehingga mengakibatkan banyaknya membuat pelaku usaha yang tidak prosedur ringkas. Persyaratan yang
aplikasi dari pelaku usaha yang memiliki sumber pendanaan besar diharuskan hanya fotokopi NPWP dan
dikembalikan/ditolak. tertutup peluangnya sama sekali untuk SP/IP33 BKPM beserta rinciannya.
mendapatkan insentif. Dengan demikian, Permohonannya adalah berbasiskan
Keempat, tax holiday memiliki dasar pelaku usaha besar yang mendapatkan prosedur (SURFHGXUDOEDVHG) dimana
hukum yang lemah. Berdasarkan insentif fiskal akan memiliki struktur pelaku usaha mengajukan aplikasi ke
konstitusi segala hal yang berkenaan biaya yang lebih kompetitif dan dapat BKPM dan selanjutnya oleh BKPM
dengan pajak diatur melalui undang- menekan pelaku usaha lama dan yang diteruskan ke Menteri Keuangan.
undang. UU Pajak Penghasilan lebih kecil.
tidak memberikan ruang sama yang Akan tetapi, pelaksanaannya ternyata
memungkinkan adanya tax holiday. Keenam, waktu yang diberikan peraturan tidak sesederhana itu. Frasa kalimat
Adapun pemberlakuan tax holiday perundangan untuk pemrosesan aplikasi ‘beserta rinciannya’ kerap dijadikan
dimunculkan dari satu frasa kalimat tax allowance selama 10 hari kerja32 pembenaran untuk meminta dokumen
di dalam UU Penanaman Modal yang adalah terlalu singkat. Walaupun tambahan yang sebenarnya tidak
diterjemahkan ke dalam Peraturan maksud dari ketentuan tersebut adalah berkaitan langsung dengan persyaratan
Pemerintah dan Peraturan Menteri untuk mengurangi waktu ketidakpastian yang telah diatur. Dokumen tambahan
Keuangan.31 yang dihadapi oleh pelaku usaha, yang kerap diminta diantaranya:
namun tekanan waktu (deadline laporan keuangan, data produksi,
Kelima, tax allowance dan tax holiday pressure) secara naluriah membuat para
33 Berdasarkan Peraturan Kepala BKPM No.12 Tahun
dapat menimbulkan dampak persaingan pengambil keputusan untuk mengambil 2009 Surat Persetujuan (SP) Penanaman Modal diubah
posisi aman (safety-player) agar menjadi Izin Prinsip (IP) Penanaman Modal. Selain itu,
31 Tidak konsistennya hal ini dapat dilihat pada frasa Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 sendiri telah
kalimat di dalam UU No. 25 Tahun 2007 Pasal 18 ayat (4) dicabut dan digantikan dengan Peraturan Kepala BKPM
dan ayat (5). 32 Pasal 2 ayat (3) PMK No. 16/PMK.03/2007. No. 5 Tahun 2013.

44 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview

Gambar 1 – Proses Aplikasi Tax Holiday

1 2 3
Menteri
Pelaku Menteri Komite
Perindustrian/
Usaha Keuangan Verifikasi
Kepala BKPM

6 4
konsultasi rekomendasi konsultasi

Presiden 5 Menteri
Keputusan Republik
Indonesia
Koordinator
Perekonomian

data pemasaran, data pinjaman, dan adalah berjumlah USD 106 miliar sehingga negara kita memiliki kisah
sebagainya. Terdapatnya permintaan sedangkan dalam kurun waktu yang sukses (success story) sebagai pijakan
dokumen dan data tambahan membuat hampir sama, jumlah FDI yang masuk ke untuk merumuskan bentuk baru
prosedur aplikasi menjadi panjang, tidak Cina adalah sebesar USD 1,98 triliun. 34 yang jauh lebih maju lagi. Berhasil
jelas, dan berputar-putar. atau tidaknya rezim insentif fiskal
Merujuk dari komparasi angka ini serta Indonesia akan sangat bergantung
Terakhir, proses aplikasi tax holiday melihat fakta tidak adanya grand design kepada kesamaan visi dan langkah dari
cenderung berbasiskan keleluasaan (berubah-ubahnya fokus dan regulasi), triumvirat35 penentu kebijakan.
kewenangan yang diberikan kepada di usianya yang sudah menginjak tahun
pegawai publik (GLVFUHWLRQ EDVHG). ke 45 rezim insentif pajak Indonesia Akhir kata, quo vadis insentif pajak
Tahapan yang harus dilalui di dalam tampaknya masih terus bergulat dalam di Indonesia? Waktulah yang akan
pemrosesan aplikasi cukup panjang upaya mencari bentuk sejatinya. membuktikan. IT
seperti yang dapat dilihat pada Gambar Sementara itu, para pemain lain di
1. Panjangnya prosedur aplikasi kawasan tampaknya sudah bergerak
dan kentalnya faktor diskresi akan maju dalam meredefinisikan rezim
menimbulkan tingginya ketidakpastian mereka dengan paket-paket insentif
dalam keberhasilan aplikasi. fiskal berbasiskan R&D, innovation
and technical risk, IP ownership, green
5. Kesimpulan incentives, dan sebagainya.

Tolak ukur yang realistis untuk menilai Kita semua tentunya berharap di tengah
berhasil atau tidaknya rezim insentif situasi ekonomi dunia yang sulit dan
pajak suatu negara adalah dilihat tingginya tingkat kompetisi dalam
dari kemampuannya dalam menarik menarik FDI, rezim insentif fiskal kita
investasi. Untuk sekedar perbandingan, paling tidak mampu untuk berkiprah
selama tiga dasawarsa terakhir, jumlah 35 Triumvirat rezim insentif pajak Indonesia adalah
tercatat FDI yang masuk ke Indonesia 34 Data bersumber dari Bank Dunia, diambil dari Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Kepala
http://data.worldbank.org/indicator. BKPM.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 45


insidenewsflash

INTERNASIONAL

Komite Penelaah
Pajak Afrika Selatan
Mulai Bekerja
TAX-NEWS.com

AFRIKA SELATAN. Menteri Keuangan Afrika Selatan,


Pravin Gordhan, telah mengumumkan komposisi dan
kerangka acuan Komite Penelaah Pajak (TRC) pada
bulan Februari tahun ini ketika sedang menyusun
Anggaran Negara Tahun 2013/14.

Tujuan dibentuknya Komite Penelaah Pajak adalah untuk mengevaluasi sistem pajak Afrika Selatan dengan
mengkaji tren pajak internasional, prinsip dan praktiknya, serta berbagai inisiatif dan pandangan internasional
dalam hal meningkatkan kepatuhan pajak sebagai upaya mengatasi tergerusnya basis pemajakan (tax base erosion).

Pemerintah berharap komite dapat memberikan perhatian khusus pada berbagai aspek perpajakan, termasuk
pemeriksaan basis pajak secara keseluruhan dan masalah beban pajak. Selain itu, komite diharapkan mampu
menganalisis secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang terkait rasio keseluruhan penerimaan pajak terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB), serta rasio dari tiga instrumen pajak terbesar (PPh OP, PPh Badan, dan PPN)
terhadap PDB.

Selain itu, komite juga akan mengkaji dampak dari sistem pajak terhadap promosi UKM, analisis biaya kepatuhan
pajak, kemungkinan perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan peraturan pajak, menelaah struktur pajak
perusahaan, modus penghindaran pajak, insentif pajak, serta mengkaji rata-rata tarif efektif PPh Badan di berbagai
sektor ekonomi. IT

Pemerintah Argentina Mengeliminasi Daftar Hitam Beberapa


a
Negara Tax Haven
Tax Notes International

ARGENTINA. Pemerintah Argentina menerbitkan Peraturan 589/2013 yang mencabutt


daftar hitam 88 yurisdiksi tax haven. Peraturan baru tersebut mengamandemen Peraturan
Pelaksana tentang Pajak Penghasilan, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan 1037/2000.

Peraturan baru ini memperkenalkan suatu standar baru dengan mempertimbangkan tingkat kooperatif suatu
negara dalam pertukaran informasi pajak. Standar baru akan diterapkan berdasarkan kasus per kasus dengan
pendekatan yang “dinamis”. Otoritas Pendapatan Argentina (ARS) akan mengelola daftar yurisdiksi yang bersedia
untuk melakukan pertukaran informasi pajak.

Peraturan 589/2013 menetapkan bahwa negara-negara yang telah menandatangani perjanjian dengan Argentina
harus memenuhi standar OECD Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi. Meskipun daftar baru
yurisdiksi yang kooperatif tersebut belum diterbitkan, diharapkan negara-negara yang telah menandatangani Tax
Information Exchange Agreement/TIEA (perjanjian pertukaran informasi perpajakan) dengan Argentina akan terdaftar
sebagai negara yang kooperatif. Negara-negara yang telah menandatangani TIEA dengan Argentina diantaranya
adalah: Andorra, Bermuda, Jersey, Guernsey, Monako, Isle of Man, Kepulauan Cayman, Bahama, San Marino, Kosta
Rika, Cina, Ekuador, India, dan Italia. IT

46 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidenewsflash
Cukai Rokok di Australia Naik
Reuters

AUSTRALIA. Para perokok di Australia resah. Ini buntut


kebijakan pemerintah menaikkan cukai rokok. Perdana
Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan pemerintah
menargetkan, pendapatan pajak tembakau naik hingga AUD 5,3 miliar
atau sekitar USD 4,7 miliar.

Kenaikan pajak rokok ini diharapkan menolong penerimaan negara


tahun fiskal 2016-2017. Dengan target penerimaan pajak sebesar
itu, kenaikan tarif cukai rokok di Australia akan sekitar 12,5%. Rudd
berencana, tarif cukai baru mulai diterapkan pada 1 Desember 2013.
Bendahara Pengelolaan Utang Australia Chris Bowen
mengatakan, kebijakan cukai rokok juga untuk mengurangi
tingkat penderita kanker.

Bowen memprediksi, kenaikan cukai akan meningkatkan


harga jual rokok. Saat ini, harga jual rokok di Australia AUD
20 per bungkus atau sekitar AUD 1 per batang. “Industri rokok
adalah sasaran paling mudah bagi pemerintah untuk menaikkan pajak,”
ujar Nick Economou, Pengamat Politik di Monash University Melbourne,
mengutip Bloomberg, Kamis (1/8). IT

P t
Portugal
l M
Memberlakuan
b l Aturan Otoritas Pusat Keuangan Qatar Akan
PPN Berbasis Kas Terbitkan Pedoman Transfer Pricing
Tax Notes International (Transfer Pricing Manual)
PORTUGAL. Pemerintah Portugal belum lama Tax Notes International
ini mengeluarkan beberapa upaya pajak untuk
mengurangi dampak dari langkah penghematan QATAR. Otoritas Pusat Keuangan
akibat adanya program dana talangan tahun Qatar (otoritas QFC) akan segera
2011. Program ini secara khusus bertujuan menerbitkan pedoman transferr
untuk mengatasi lonjakan tingkat pengangguran pricing baru yang menyediakan
di Portugal, yang sekarang mendekati angka 18 panduan dalam penerapan prinsip
persen. kewajaran dan kelaziman usaha
(arm’s length principle) atas
Upaya pajak tersebut antara lain berupa transaksi cross border ataupun transaksi domestik yang
pemberian kredit pajak bagi perusahaan dan insentif dilakukan oleh Wajib Pajak terdaftar dan pihak-pihak yang
untuk mempekerjakan orang-orang muda, dan juga berhubungan dengannya (associated parties).
aturan PPN baru berbasis kas bagi perusahaan
kecil. Aturan ini mengatur bahwa perusahaan kecil Pedoman ini merupakan pedoman transfer pricing
tidak akan diminta untuk membayar PPN sampai pertama yang akan diterbitkan oleh negara yang tergabung
mereka menerima pembayaran dari klien mereka. dalam Dewan Kerjasama Teluk (the Gulf Cooperation
Council) dan yang kedua di Timur Tengah setelah Mesir.
Aturan PPN baru ini akan berlaku pada 1 Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan fokus
Oktober 2013. Mekanisme baru ini bertujuan dari otoritas pajak di wilayah tersebut terhadap isu transfer
untuk memperlancar likuiditas perusahaan karena pricing.
biasanya mereka harus membayar PPN pada saat
mereka mengeluarkan faktur. Pedoman baru tersebut memberikan panduan tentang
aturan-aturan dasar tentang transfer pricing, kewajaran
Dari perspektif keadilan, aturan ini masuk transaksi keuangan dalam satu grup perusahaan,
akal. Namun dari tataran praktis, terdapat banyak pengalokasian laba oleh Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam
masalah yang dapat menghambat Wajib Pajak konteks thin capitalization, penggunaan database keuangan,
untuk mengaplikasikan aturan tersebut. Sedangkan dokumentasi transfer pricing, serta pemeliharaan catatan
dari sudut pandang birokrasi, aturan ini dinilai keuangan. Metode transfer pricing dalam pedoman baru ini
cukup rumit. IT mengacu pada OECD Transfer Pricing Guidelines. IT

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 47


insidecourt

Penemuan Hukum
dalam Sengketa
Perpajakan
Ganda Christian Tobing1

“A Judge must not alter the material of which the Act is woven but
he can and should iron out the creases. When a defect appears, a
Judge cannot simply fold his hands and blame the draftsman. He
must set to work on the constructive task of finding the intention
of the Parliament and then he must supplement the written word so as to
give force and life the intention of the Parliament.” (Lord Denning)

T
erdapat dua aspek pemeriksaan transfer pricing berupa pembayaran
perkara di Pengadilan Pajak, royalti kepada perusahaan afiliasi
yaitu aspek penerapan hukum di luar negeri atas penggunaan aset
dan aspek fakta-fakta yang tidak berwujud. 2 Putusan sengketa ini
mendasari terjadinya sengketa merupakan penegasan atas eksistensi
perpajakan. Kedua aspek pemeriksaan aliran penemuan hukum dalam praktik
perkara ini berfungsi untuk menunjukkan peradilan di pengadilan pajak Indonesia.
berkerjanya hukum pajak. Penerapan Selain itu, putusan ini juga mengingatkan
hukum pajak tidaklah mudah dilakukan, kembali tentang pentingnya penemuan
terutama ketika ketentuan yang ada hukum sebagai suatu terobosan untuk
hanya bersifat standar saja, bukan menembus kebuntuan dalam menerapkan
bersifat aturan yang detail, atau juga hukum. Pembahasan dalam artikel ini
ketika terdapat kekosongan hukum. terbatas hanya kepada argumentasi
Oleh karena itu, penerapan hukum pajak hukum yang dibangun oleh hakim yang
membutuhkan proses penemuan hukum dilandasi oleh proses penemuan hukum
untuk menentukan maksud dari pembuat yang dilakukannya. Pembatasan ini
undang-undang dalam ketentuan tertulis bertujuan untuk menekankan pentingnya
perundang-undangan. Dalam kondisi penemuan hukum dalam penerapan
demikian, peran seorang hakim diperlukan hukum pajak dan menunjukkan cara kerja
untuk menemukan hukum dengan penemuan hukum dalam menyelesaikan
melakukan interpretasi, konstruksi suatu sengketa perpajakan.
hukum, dan kemudian menerapkan
hukum yang ditemukan tersebut terhadap Fakta Sengketa
sengketa yang diadilinya.
Pemohon banding melakukan
Sengketa pajak yang diulas dalam pembayaran royalti kepada perusahaan
Inside Court edisi ini menguraikan afiliasi berdasarkan perjanjian
aspek penerapan hukum dalam sengketa penggunaan merek dagang dan know-
how serta technical assistance antara
1 Ganda Christian Tobing adalah Manager, Tax Research and
Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax Center. Saat ini
sedang mengambil program studi lanjutan (LL.M) di Viena
University of Economics and Business Administration, Austria, 2 Putusan Pengadilan Pajak No. Put. 45162/PP/M.
dengan beasiswa penuh dari DANNY DARUSSALAM Tax Center. XV/15/2013.

48 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidecourt

pemohon banding dengan perusahaan telah terbukti menggunakan merek Hakim juga menolak pendapat
afiliasi. Pembayaran royalti tersebut dagang tersebut pada barang yang argumen terbanding bahwa pemohon
kemudian dikoreksi oleh Direktorat diproduksi dan dijualnya. banding dan pemilik merek dagang
Jenderal Pajak (DJP/selanjutnya (penerima penghasilan royalti)
disebut dengan terbanding) dengan Putusan Pengadilan merupakan satu kesatuan sehingga
argumen intangible property tidak tidak diperlukan pembayaran royalti
dapat dibuktikan keberadaannya, Terkait dengan alasan terbanding dari pemohon banding kepada
tidak didukung bukti kepemilikan bahwa penggunaan merek perusahaan afiliasi pemegang
legal dan ekonomis, pemohon dagang tidak dapat dibuktikan merek dagang tersebut. Penolakan
banding dan perusahaan afiliasi keberadaannya, majelis hakim ini didasarkan pada pertimbangan
merupakan satu kesatuan sehingga dalam putusannya menyatakan, bahwa alasan satu kesatuan
tidak pantas membayar royalti penggunaan merek dagang tersebut bertentangan dengan
untuk sesuatu yang merupakan milik merupakan hal yang paling mudah konvensi internasional, melanggar
sendiri, dan Surat Pemberitahuan dibuktikan keberadaannya karena kesepakatan yang tertuang dalam
pemohon banding menunjukkan sifatnya yang kasat mata. Untuk Perjanjian Penghindaran Pajak
kerugian yang dialami oleh pemohon menemukan pengertian merek Berganda antara Indonesia dengan
banding yang disebabkan adanya dagang yang diperdebatkan dalam Jepang selaku negara domisili
biaya royalti atas penggunaan sengketa ini, hakim menggunakan perusahaan afiliasi pemilik merek
merek dagang dan know-how serta berbagai pengertian merek dagang dagang (selanjutnya disebut dengan
technical assistance. berdasarkan ketentuan internasional P3B), dan merupakan bentuk
dan domestik, antara lain, pengertian intervensi terbanding terhadap
Fakta dalam persidangan merek dagang berdasarkan perjanjian antara pemohon banding
menunjukkan merek dagang Agreement on Trade-Related Aspects dengan pemilik merek dagang yang
tersebut telah terdaftar di Direktorat of Intellectual Rights (TRIPS) dilindungi hukum.
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, dari World Intellectual Property
Kementerian Hukum dan HAM, Organization (WIPO), OECD Transfer Penolakan hakim atas argumen
dengan pemilik dari merek tersebut Pricing Guidelines, dan Undang- terbanding tersebut diawali dengan
adalah perusahaan afiliasi dari Undang Nomor 15 Tahun 2001 menggali pengertian royalti
pemohon banding. Diketahui juga tentang Merek. berdasarkan hukum dan konvensi
bahwa pemohon banding memang internasional. Ketentuan yang

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 49


insidecourt
kesatuan menyebabkan royalti tidak
dapat dibebankan sebagai biaya.

Dalam pertimbangannya atas


sengketa pembayaran royalti untuk
pemanfaatan merek dagang, hakim
berpendapat bahwa terbanding telah
melanggar ketentuan hukum publik
internasional tentang kesepakatan
internasional yang telah diadopsi oleh
Indonesia. Pendapat ini didasarkan
pada sumber hukum lain di luar
hukum pajak yaitu Pasal 26 Vienna
Convention on the Law of Treaties
dan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional mengenai
kewajiban untuk melaksanakan
perjanjian dengan itikad baik (good
faith atau pacta sunt servanda).

Terkait dengan alasan terbanding


bahwa pemanfaatan know-how
dipergunakan sebagai sumber dalam grup perusahaan multinasional dan technical assistance tidak
hukum adalah P3B, OECD dan UN dan menggunakan konsep entitas dapat dibuktikan keberadaannya,
Model Commentary, dan pengertian yang terpisah (separate entity) hakim menyatakan bahwa
royalti menurut hukum pajak Inggris sebagai norma pemajakan untuk perjanjian lisensi antara pemohon
dan Amerika Serikat. Hakim juga mengalokasikan hak pemajakan atas banding dan perusahaan afiliasi
mengikuti aturan dalam TRIPS dan laba usaha suatu perusahaan. terkait pemanfaatan know-how
peraturan perundang-undangan dilindungi oleh hukum nasional dan
Indonesia terkait HAKI yang Hakim menilai bahwa pendapat internasional. Hakim menggunakan
mengatur tentang batasan-batasan terbanding mengenai alasan satu pengertian know-how berdasarkan
pembayaran royalti atas penggunaan kesatuan sebagai alasan tidak OECD Model Commentary yang
hak atau perolehan hak untuk boleh dibebankannya pembayaran dipertegas kembali dalam OECD
menggunakan merek dagang. royalti kepada perusahaan afiliasi Transfer Pricing Guidelines, dan
merupakan bentuk intervensi Undang-Undang Nomor 30 Tahun
Mengacu pada ketentuan P3B, terbanding atas perjanjian perdata 2000 tentang Rahasia Dagang
hakim memperoleh pemahaman di antara dua entitas yang terpisah. sebagai acuan sumber hukum
bahwa dapat atau tidak dapatnya Perjanjian perdata ini seharusnya dalam menginterpretasikan maksud
royalti dibayarkan karena pemohon dihormati sebagai perjanjian pembuat undang-undang atas hukum
banding dan perusahaan afiliasi perdata internasional dan dilindungi yang berlaku untuk pembayaran
pemegang merek dagang merupakan oleh sumber hukum kebiasaan royalti yang dipersengketakan.
satu kesatuan hanya dapat internasional yaitu Unidroit Principles Hakim juga menyatakan bahwa
dibenarkan dalam hal pemohon of International Commercial pengertian know-how dalam OECD
banding merupakan Bentuk Usaha Contracts. Dalam pertimbangannya, Model dan OECD Transfer Pricing
Tetap dari perusahaan afiliasi hakim menyatakan bahwa prinsip Guidelines serupa maknanya dengan
pemegang merek dagang. Dengan kebebasan untuk melakukan pengertian rahasia dagang dalam
menggunakan Commentary dari kontrak (freedom of contract) sistem hukum di Indonesia.
OECD dan UN Model sebagai dasar dalam Unidroit Principles of
pertimbangan, hakim menyatakan International Commercial Contracts Selain itu, hakim juga
bahwa untuk tujuan perpajakan, anak yang juga sebanding maknanya menyatakan bahwa terbanding
perusahaan (subsidiary) merupakan dengan Pasal 1320 Kitab Undang- tidak dapat menunjukkan peraturan
entitas legal yang independen dan Undang Hukum Perdata Indonesia, yang melarang perusahaan yang
terpisah dari induk perusahaannya. sebagai prinsip dasar dalam mengalami kerugian untuk tidak
Untuk memperkuat argumen ini, konteks perjanjian perdagangan membayar royalti. Menurut
hakim menggunakan pendapat ahli internasional. Prinsip ini dilandasi hakim, tidak ada hubungan antara
Klaus Vogel mengenai “anti-single oleh norma dalam suatu perjanjian kewajiban membayar royalti dengan
entity”, dalam bukunya “On Double yaitu pacta sunt servanda. Hakim perhitungan rugi laba usaha.
Tax Conventions”, yang menyatakan menyimpulkan bahwa terbanding Pernyataan ini didasarkan pada
bahwa hukum pajak mengakui telah mengintervensi isi perjanjian pertimbangan bahwa rugi atau laba
independensi suatu perusahaan karena menyatakan hubungan satu suatu perusahaan sangat bergantung

50 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidecourt
pada manajemen dan strategi operasi yang bebas (vrije gebondenheid) yang dilakukan oleh lembaga yudisial
perusahaan. Di samping itu, standar untuk menerapkan hukum atas sebagai salah satu bagian dari organ
akuntansi yang berlaku juga tidak suatu perkara yang diadilinya. negara, termasuk kekeliruan dalam
mengatur tentang larangan untuk Artinya, dalam mengadili suatu menginterpretasikan suatu perjanjian
membayar royalti bagi perusahaan sengketa pajak, hakim tidak semata- internasional, merupakan tanggung
yang sedang mengalami kerugian mata mendasarkan putusannya jawab negara terhadap hukum
usaha. Walaupun hakim mengakui pada undang-undang perpajakan internasional. Tanggung jawab hakim
bahwa dapat saja suatu perusahaan saja, tetapi juga hukum lain yang sebagai bagian dari organ kekuasaan
rugi karena merek yang digunakan berlaku dalam masyarakat. Dengan negara tersebut ditunjukkan dengan
tidak memiliki dampak marketing demikian, hakim seharusnya tidak kewajibannya berdasarkan Pasal 4
yang kuat, namun alasan tersebut hanya berpegang pada argumentasi Undang-Undang Nomor 48 Tahun
tidak dapat digunakan sebagai dasar para pihak dalam sengketa saja, 4 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
untuk tidak membayar royalti. tetapi dapat meluaskan pencarian (selanjutnya disebut dengan UU
makna dan nilai hukum itu dalam Kekuasaan Kehakiman) untuk
Perlu diperhatikan bahwa bentuk proses penemuan hukum mengadili menurut hukum dan Pasal
terdapat perbedaan pendapat melalui interpretasi, konstruksi, atau 5 UU Kekuasaan Kehakiman untuk
(dissenting opinion) di antara majelis penalaran (argumentum) hukum. menggali, mengikuti, dan memahami
hakim dalam putusan ini. Namun
demikian, dari berbagai sumber
hukum dan pertimbangannya,
mayoritas hakim memutuskan untuk
membatalkan koreksi terbanding


karena dilakukan tanpa alasan
yang kuat dan tidak memperhatikan
ketentuan perundang-undangan
Dalam aliran penemuan hukum, hakim
maupun perjanjian di tingkat memiliki kebebasan yang terikat (gebonden
domestik maupun internasional,
terutama ketentuan P3B. vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije
gebondenheid) untuk menerapkan hukum
Komentar
atas suatu perkara yang diadilinya.”
Putusan pengadilan dalam
sengketa ini kental dengan
penggunaan berbagai sumber hukum
domestik dan internasional, baik
hukum pajak maupun ketentuan
hukum di luar area perpajakan, Namun, apakah tindakan hakim nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang digunakan sebagai sumber menggunakan berbagai sumber yang hidup di dalam masyarakat.
interpretasi dan konstruksi hukum hukum di luar ketentuan perpajakan
oleh hakim dalam pertimbangan dan melakukan penemuan hukum Pengertian “menurut hukum”
putusannya. Dalam pandangan dapat dibenarkan dan dilindungi oleh dalam UU Kekuasaan Kehakiman di
penulis, putusan ini merupakan sistem hukum di Indonesia? atas mengandung makna yang lebih
bentuk eksistensi aliran penemuan luas dari pada terminologi “menurut
hukum dalam praktik peradilan di Untuk memahami jawaban atas undang-undang”. 5 Terminologi
pengadilan pajak Indonesia. 3 pertanyaan ini, terlebih dahulu “menurut undang-undang” lebih
perlu diketahui bahwa tindakan membatasi kebebasan hakim.
Dalam aliran penemuan hukum, hakim tunduk kepada dan dilindungi Sebaliknya, terminologi “menurut
hakim memiliki kebebasan yang terikat oleh kekuasaan kehakiman yang hukum”, merupakan petunjuk
(gebonden vrijheid) dan keterikatan merupakan bagian dari kekuasaan bagi Hakim untuk melaksanakan
negara yang merdeka untuk kebebasan dan keleluasaan dalam
menyelenggarakan peradilan. Sebagai memutus suatu perkara berdasarkan
3 Dalam praktik peradilan, terdapat tiga aliran bagian dari organ kekuasaan negara, keadilan. Penggunaan terminologi
hukum, yaitu: (i) aliran legisme, yang berpendapat
bahwa hakim dalam memutus perkara hanya hakim juga mengemban tanggung “menurut hukum” juga dilatari
didasarkan pada undang-undang saja; (ii) aliran jawab negara terhadap hukum pemikiran bahwa tidak ada peraturan
freie rechtslehre, yang bertolak belakang dengan
aliran legisme, sehingga hakim dalam aliran ini
internasional. Mengacu pada Pasal perundang-undangan yang benar-
bebas menentukan atau menciptakan hukum; 4 Draft Article on Responsibility of benar lengkap, jelas, dan sempurna.
dan (iii) aliran penemuan hukum (rechtsvinding). R. States for Internationally Wrongful Karena itu, hakim harus mencari
Soeroso menyatakan Indonesia mempergunakan
aliran penemuan hukum, sehingga dalam memutus
Acts, setiap kekeliruan dan kelalaian dan menemukan hukum atas suatu
suatu perkara, hakim tidak hanya berpegang pada
undang-undang, tetapi juga hukum lain yang berlaku 4 Philippe Martin, “Courts and Tax Treaties in Civil 5 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah
di masyarakat. Lihat R Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Law Countries,” dalam Courts and Tax Treaty Law, ed. Pengantar (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2010),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 87-93. Guglielmo Maisto (Amsterdam: IBFD, 2007), 82. 53.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 51


insidecourt
peristiwa konkret yang diadilinya
dengan menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum yang
terbentuk di masyarakat. Hukum
yang dicari dan ditemukan oleh hakim
haruslah hukum yang mencerminkan
rasa keadilan masyarakat, sehingga
dengan begitu, hukum yang
ditemukan merupakan hukum yang
hidup di tengah-tengah masyarakat.

Kewajiban hakim untuk


menemukan hukum tersebut
dibenarkan oleh norma dalam Pasal
10 ayat (1) UU Kekuasaan Kehakiman
bahwa pengadilan dilarang menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus suatu perkara dengan dalih
bahwa hukum tidak ada atau kurang
jelas (asas ius curia novit). Ketiadaan pengadilan juga memuat pasal yang bersifat standar atau bukan
atau ketidakjelasan aturan hukum tertentu dari peraturan perundang- aturan yang detail.11 Baisthrocci
ini dapat disebabkan karena adanya undangan atau sumber hukum tak menyebut Pasal 9 tentang hubungan
kekosongan hukum, adanya aturan- tertulis yang dijadikan dasar untuk istimewa dan Pasal 12 tentang
aturan yang ada bersifat umum, mengadili. Hal ini diperkuat juga royalti sebagai contoh pasal dalam
atau peraturan perundang-undangan oleh norma dalam Pasal 38 Statute OECD Model yang bersifat standar.
yang tidak lengkap, konsisten, dan of the International Court of Justice Sifat standar ini dapat menyebabkan
sempurna. Dalam situasi adanya bahwa hakim harus menerapkan multiinterpretasi di antara Wajib
kekosongan peraturan perundang- sumber-sumber hukum internasional Pajak dan otoritas pajak atas suatu
undangan, hakim dituntut untuk sebagai dasar dalam memutus ketentuan yang dirancang oleh
mengisi kekosongan tersebut dengan suatu perkara yang berhubungan pembuat undang-undang. Sementara
melakukan konstruksi hukum. 6 dengan penerapan perjanjian itu, menurut mantan Hakim Agung
Sedangkan jika peraturan perundang- internasional. Dengan demikian, India, S.H. Kapadia, interpretasi
undangan yang ada ternyata tidak tindakan hakim dalam perkara ini merupakan permasalahan utama
atau kurang jelas, maka hakim untuk melakukan penemuan hukum dalam hukum pajak karena aturan
harus melakukan interpretasi hukum dengan menggunakan berbagai pajak yang ada tidak dirancang
agar maksud dari pembuat undang- sumber hukum merupakan langkah secara baik dan jelas.12 Oleh karena
undang dapat diimplementasi.7 yang tepat, dibenarkan, dan itu, dalam menghadapi permasalahan
Dalam konteks hukum internasional, dilindungi oleh hukum domestik dan dalam ketentuan perpajakan
hakim diminta untuk menerapkan internasional. tersebut, pengadilan memiliki
prinsip efektivitas atau ‘ut res ruang untuk mengkonstruksi atau
magis valeat quam pereat’, 8 dengan Lalu, bagaimana wujud proses menginterpretasi suatu ketentuan
menginterpretasikan suatu perjanjian penemuan hukum yang digunakan berdasarkan hal-hal strategis yang
secara keseluruhan sehingga oleh hakim dalam perkara ini? menjadi dasar pertimbangan bagi
ketentuan dalam perjanjian tersebut Sebagaimana telah disebut pengadilan untuk mengadili suatu
dapat memberikan pengaruh yang sebelumnya, penemuan hukum perkara.
semestinya atau sesuai dengan dapat dilakukan dengan interpretasi,
tujuan dari perjanjian tersebut. konstruksi, atau penalaran hukum.
Penemuan hukum ini, menurut 11 Lihat penjelasan lebih lanjut mengenai norma
hukum yang bersifat standar dan aturan dalam Eduardo
Penggunaan sumber hukum di Sudikno Mertokusumo,9 bertujuan Baisthrocci, “The Use and Interpretation of Tax Treaties
luar ketentuan perpajakan domestik untuk menentukan maksud dan in the Emerging World: Theory and Implications,”
ini juga dilindungi oleh norma tujuan dari pembuat undang- dalam British Tax Review, (2008): 385-388; Louis Kaplow,
“Rules versus Standards: An Economic Analysis,” dalam
dalam Pasal 50 UU Kekuasaan undang dalam peraturan perundang- Duke Law Journal, (1992); Lihat penjelasan lengkap
Kehakiman bahwa putusan undangan.10 Perlu diperhatikan mengenai arm’s length principle sebagai suatu norma
bahwa salah satu permasalahan yang hukum yang bersifat standar dalam B. Bawono Kristiaji,
“Keterbatasan Arm’s Length Principle,” dalam Transfer
6 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Penafsiran dan sering sekali timbul dari penerapan Pricing: Isu, Strategi, dan Panduan Praktis dalam
Konstruksi Hukum (Bandung: Penerbit Alumni, 2000),
12-13.
hukum pajak adalah banyaknya Perspektif Perpajakan Internasional, ed. Darussalam,

7 Sudikno Mertokusumo dan A. Pittlo, Bab-Bab


ketentuan dalam hukum pajak Danny Septriadi, dan B. Bawono Kristiaji (Jakarta: Danny
Darussalam Tax Center, 2013), 642-645.
tentang Penemuan Hukum (Yogyakarta: Citra Aditya 12 Hakim Agung S.H. Kapadia adalah mantan hakim
Bakti, 1993), 14. di Mahkamah Agung India yang mengadili banyak
8 Lihat M.K. Chaturvedi, “Pearls of Wisdom – A Study 9 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., 73. sengketa pajak, termasuk kasus Vodafone. Lihat www.
of Legal Maxims,” Internet, dapat diakses melalui www. 10 D.P Mittal, Interpretation of Statutes (New Delhi: business-standard.com. “Interpretation of Tax Laws in
icaivisakhapatnam.org, diakses pada 18 Juli 2013. Taxmann Alled Services, 2005), 617. India ‘main problem’,” diakses pada tanggal 16 Mei 2013.

52 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidecourt
Dalam perkara ini, setelah hakim mendefinisikan pengertian royalti, sebagai acuan utama sumber hukum
merumuskan peristiwa konkret namun untuk menerapkan hukum dibanding ketentuan domestik.
sengketa (das sein) atau mengurai tersebut ke dalam perkara ini,
duduk perkara, hakim selanjutnya hakim menggunakan ketentuan Demikian juga atas pengertian
mencari peraturan hukum (das sollen) P3B, OECD dan UN Model, dan know-how maupun merek dagang
yang akan diterapkan ke peristiwa perbandingannya dengan definisi yang tidak diatur dalam peraturan
tersebut dan kemudian memecahkan royalti dalam hukum pajak di negara perpajakan domestik. Ketiadaan
atau menyelesaikan sengketa lain. Perbandingan dengan sistem atau kekosongan pengertian know-
tersebut berdasarkan hubungan hukum lainnya ini dikenal sebagai how dalam peraturan perpajakan
antara peristiwa konkret dengan metode interpretasi komparatif, yang diisi hakim dengan mengkonstruksi
peraturan hukum. Pemecahan atau umumnya digunakan dalam hukum pengertian know-how berdasarkan
penyelesaian sengketa dilakukan internasional. ketentuan OECD Model dan OECD
dengan menempatkan beban Transfer Pricing Guidelines serta
pembuktian pada terbanding. Hal ini Selain itu, ketika hakim aturan undang-undang rahasia
dapat dilihat dari proses pengujian melakukan interpretasi atas suatu dagang di Indonesia. Konstruksi
atau pembuktian atas dalil-dalil peraturan perundang-undangan hukum ini ditunjukkan oleh hakim
yang disampaikan oleh terbanding dengan menghubungkan peraturan dalam kesimpulannya bahwa
berdasarkan hukum yang ditemukan tersebut dengan peraturan ketentuan OECD Model dan OECD
oleh hakim. perundang-undangan lainnya, maka Transfer Pricing Guidelines memiliki
hakim melihat hukum sebagai makna yang sama dengan aturan
Untuk dapat menetapkan satu kesatuan atau sebagai sistem undang-undang rahasia dagang
hubungan antara peristiwa konkret peraturan yang tidak berdiri di Indonesia. Sedangkan dalam
dengan peraturan hukum, maka sendiri. Metode interpretasi ini menghadapi kekosongan pengertian
peristiwa konkret tersebut terlebih dikenal dengan metode interpretasi merek dagang dalam peraturan
dahulu harus dikualifikasi atau sistematis, yang dalam perkara perpajakan domestik, sumber hukum
diterjemahkan ke dalam bahasa ini dapat ditunjukkan dengan yang digunakan oleh hakim untuk
hukum.13 Proses ini mutlak penggunaan peraturan perundang- melakukan penemuan hukum adalah
memerlukan penguasaan dan undangan lainnya oleh hakim untuk ketentuan perundang-undangan
pengetahuan tentang peraturan- menginterpretasikan suatu ketentuan domestik lainnya dan hukum
peraturan hukum yang relevan dan perpajakan yang tidak atau kurang kebiasaan internasional yang relevan
memenuhi kualifikasi secara yuridis. jelas. Sebagai suatu bagian dari dengan substansi merek dagang yang
Penguasaan dan pengetahuan sistem peraturan yang tidak berdiri dipersengketakan. Hasil interpretasi
hakim tentang peraturan-peraturan sendiri, interaksi antara ketentuan ini dapat diperlakukan sebagai norma
hukum tersebut ditunjukkan oleh perjanjian internasional dengan hukum16 atas pengertian know-
hakim dalam perkara ini dengan ketentuan domestik menimbulkan how dan merek dagang sehingga
penggunaan berbagai sumber hukum adanya hierarki sumber hukum. dapat digunakan sebagai bahan
sebagai sarana untuk melakukan Hierarki sumber hukum tersebut pertimbangan atas sengketa serupa
penemuan hukum. Sementara, dalam perkara ini diakui dan di masa yang akan datang. IT
sumber-sumber hukum yang dapat dinyatakan secara implisit oleh hakim
digunakan dalam penemuan hukum, dalam perkara ini ketika terlebih 16 DP Mittal, Op.Cit., 57.
antara lain: peraturan perundang- dahulu merujuk pada ketentuan P3B
undangan, hukum kebiasaan,
putusan hakim, dan doktrin.14 Dalam
konteks hukum pajak internasional,
sumber-sumber hukum yang dapat
digunakan di antaranya adalah
perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, prinsip hukum yang
berlaku secara umum, dan putusan
pengadilan serta pendapat ahli yang
telah terpublikasi.15

Contoh bentuk penemuan


hukum dalam putusan perkara
ini adalah pendefinisian royalti.
Walaupun ketentuan UU PPh telah

13 Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., 106-107.


14 Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum
(Yogyakarta: UII Press, 2006), 42.
15 Pasal 38 Statute of International Court of Justice.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 53


insideprofile

UNTORO SEJATI:
Pentingnya Kepastian Hukum dalam Transfer Pricing
Pada akhir Juli lalu, Redaksi Inside Pengalamannya didukung oleh PERKEMBANGAN TRANSFER
Tax berkesempatan berbincang- segudang pengetahuan yang ia PRICING DI INDONESIA
bincang dengan Untoro Sejati, salah dapatkan dari latar belakang pendidikan
satu pakar transfer pricing (TP) di dan berbagai kursus, baik domestik dan Pentingnya Kepastian Hukum
Indonesia, yang saat ini memegang mancanegara yang dia ikuti. Berikut
posisi Manager Transfer Pricing Services ringkasan dari perbincangan kami: TP Guidelines hanyalah kerangka
di DANNY DARUSSALAM Tax Center. acuan bagi negara-negara dalam
Sebagai seorang praktisi, dia telah Perkembangan TP = membuat ketentuan atas TP. Panduan
berpengalaman Perkembangan Dunia Bisnis ini sifatnya tidak mengikat, sehingga
m e n a n g a n i setiap negara tidak wajib untuk
berbagai macam Perbincangan diawali dengan menerapkannya. Untuk menjadi
kasus TP pertanyaan tentang bagaimana isu peraturan yang mengikat, panduan ini
yang tersebar TP dapat muncul dan berkembang. haruslah terlebih dahulu diadopsi ke
di berbagai Mengenai hal ini, Untoro menjelaskan aturan hukum masing-masing. Dengan
s e k t o r bahwa pada dasarnya, isu TP muncul demikian, walaupun panduan tersebut
industri. NDUHQD DGDQ\D WUDQVDNVL DÀOLDVL \DQJ terus menerus menyesuaikan diri
dilakukan multinational enterprises dengan perkembangan dunia bisnis,
(MNE). MNE selalu berusaha untuk penerapannya di tiap negara bisa
mencapai bentuk optimal dalam berbeda-beda.
menjalankan usahanya dalam rangka
memaksimumkan laba. Bentuk yang Menurut Untoro, di Indonesia
optimal ini selalu berubah-ubah dari permasalahan terkait peraturan TP yang
waktu ke waktu. penting untuk disoroti adalah lemahnya
kepastian hukum bagi Wajib Pajak.
Di masa lalu, MNE melakukan Kepastian hukum yang lemah tersebut,
ekspansi bisnis di berbagai negara disebabkan oleh sifat peraturan TP
dengan melakukan desentralisasi. di Indonesia yang belum jelas dan
Kini, MNE melakukan ekspansi tegas. Aturan-aturan tersebut sifatnya
dengan melakukan sentralisasi masih umum, sehingga berpotensi
berdasarkan fungsi. Ekspansi menimbulkan interpretasi yang berbeda-
bisnis tersebut sejalan dengan beda antara Wajib Pajak dan otoritas
perkembangan jenis dan isu pajak.
WUDQVDNVL DÀOLDVL \DQJ VHPDNLQ
kompleks. Contohnya, Lebih lanjut lagi, Untoro juga
penggunaan aset tidak mencontohkan tentang aplikasi prinsip
berwujud, transaksi jasa, atau kewajaran transaksi jasa dalam internal
struktur pembiayaan yang MNE. Aturan domestik TP Indonesia
rumit, yang dahulu jarang mengharuskan Wajib Pajak yang
sekali digunakan. Di sisi lain, melakukan transaksi jasa intragrup
negara memiliki kepentingan untuk membuktikan jasa tersebut
yang besar terhadap upaya benar-benar memberikan manfaat bagi
manipulasi TP terutama penerimanya. Namun, aturan tersebut
mengingat kemungkinan WLGDN VHFDUD VSHVLÀN PHQ\HEXWNDQ
terjadinya pergeseran laba yang apa saja yang diperlukan untuk
berdampak pada berkurangnya membuktikan kewajaran atas suatu
penerimaan pajak di suatu negara. transaksi (dokumen, laporan keuangan,
Penyesuaian dunia TP dengan dan sebagainya). Karena aturan TP tidak
dunia bisnis tercermin dari terus menyatakan secara detail apa saja yang
dilakukannya revisi ataupun perumusan dibutuhkan, Wajib Pajak perlu membuat
regulasi domestik di berbagai negara TP Documentation (TP Doc) dengan
dan panduan (acuan) internasional data-data yang relevan berdasarkan
mengenai TP1. interpretasinya sendiri.

1 Panduan (acuan) internasional yang secara umum Masalah akan muncul ketika terjadi
dikenal adalah yang dikeluarkan oleh OECD (OECD sengketa antara Wajib Pajak dengan
Transfer Pricing Guidelines) maupun UN (UN Manual on
otoritas pajak. Data-data yang menurut
Transfer Pricing).

54 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideprofile
Wajib Pajak relevan belum tentu Keterbatasan Sumber daya Memang, hakim yang menangani
dianggap relevan pula oleh otoritas sebuah sengketa adalah seseorang
pajak. Dampaknya, otoritas pajak Secara umum, Indonesia memiliki yang telah berpengalaman di dunia
bisa saja meminta data yang tidak permasalahan yang sama dengan pajak dan lebih bijaksana dalam
tersedia dalam TP Doc Wajib Pajak. negara berkembang lainnya, yaitu: mengambil keputusan. Namun, ilmu
Selain itu, karena aturannya tidak jelas, masih minimnya sumber daya TP merupakan ilmu dinamis yang
otoritas pajak menjadi terkesan berhak manusia yang paham mengenai TP. cepat berubah dan selalu mengikuti
menentukan sendiri interpretasi aturan Hal ini dapat dilihat misalnya dari perkembangan dunia bisnis yang pesat.
tersebut sesuai keinginannya. terkonsentrasinya pegawai pajak yang Dengan kata lain, penguasaan ilmu
memiliki pengetahuan tentang TP di bisnis dan perkembangan TP di ranah
Selain pada berbedanya interpretasi unit atau wilayah tertentu. Selain itu, global menjadi suatu keharusan.
dari masing-masing pihak, tidak adanya dukungan infrastruktur seperti database
kepastian hukum juga akan berdampak yang digunakan untuk pencarian Mempertimbangkan adanya
negatif kepada iklim investasi di pembanding pun hanya ada di pusat. peningkatan jumlah sengketa TP yang
Indonesia. Sebagai negara berkembang, Secara internal, DJP perlu memetakan masuk ke Pengadilan Pajak selama
Indonesia membutuhkan investasi dari area dan wilayah yang memiliki risiko beberapa tahun terakhir, ada baiknya
negara-negara asing. Kepastian hukum manipulasi TP yang besar. Informasi membentuk suatu Majelis yang secara
yang rendah mengakibatkan tingginya tersebut dapat kemudian ditindaklanjuti khusus menangani sengketa TP.
biaya kepatuhan bagi Wajib Pajak, dengan pembentukan tim khusus di Sebagai perbandingan, Untoro memberi
sehingga dapat membuat investor KPP-KPP tertentu yang dilengkapi contoh penyelesaian sengketa TP di
enggan untuk berinvestasi di Indonesia. dengan database pembanding sendiri India. Pengadilan Pajak India (Income
agar tidak perlu meminta terlebih dahulu Tax Appellate Tribunal – ITAT) memiliki
Aturan tentang TP haruslah dibuat ke pusat. Special Bench yang secara khusus
dengan lebih jelas dan tegas. Untoro dibentuk untuk menangani sengketa-
mencontohkan aturan TP tentang Pentingnya Pengetahuan Penegak sengketa TP. Mereka yang masuk di
restrukturisasi bisnis di Jerman. Hukum tentang Transfer Pricing dalam badan tersebut merupakan orang-
Ketika perusahaan multinasional akan orang yang benar-benar berkompeten di
melakukan restrukturisasi, regulasi Adanya perbaikan dari sisi hukum, bidang tersebut.
Jerman mengharuskan Wajib Pajak sumber daya manusia, dan infrastruktur
menghitung present value dari proyeksi di internal DJP diprediksi akan Kesimpulan
SURÀW bisnis mereka di masa depan. menciptakan jumlah sengketa yang
Present value dari bisnis yang akan semakin meningkat. Ketika Wajib Pajak Sebagai penutup, Untoro mengambil
dipindahkan kemudian dikenai exit dan otoritas pajak bersengketa, terdapat kesimpulan bahwa hukum dan
tax. Walaupun peraturan tersebut kemungkinan berlanjutnya sengketa pengetahuan tentang TP merupakan dua
menimbulkan banyak kontroversi, tapi tersebut ke tahap banding di Pengadilan elemen penting yang saling mendukung
bagi Wajib Pajak, kepastian tersebut Pajak. Namun, seringkali sengketa dalam dunia TP Indonesia. Hukum tidak
membuat mereka dapat memprediksi tersebut tidak terselesaikan dengan dapat ditegakkan dengan sempurna
keputusan investasinya di Jerman. tepat. Menurut Untoro, penyebabnya tanpa pengetahuan dan kompetensi.
adalah perbedaan interpretasi, fakta Di sisi lain, pengetahuan tanpa adanya
Sebagai tambahan, Untoro juga bisnis yang kompleks, serta penguasaan ketentuan yang jelas hanya akan
menyoroti masalah payung hukum keilmuan TP yang kurang mendalam, menciptakan sengketa interpretasi yang
dari aturan tentang dokumentasi TP. baik dari sisi Pemohon Banding (yang berlarut-larut. IT
Seperti kita ketahui, aturan mengenai kerap kali diwakilkan oleh Kuasa
dokumentasi TP diatur dalam PP Hukum Pemohon Banding), Terbanding,
No. 80 tahun 2010. Dalam peraturan maupun Hakim.
tersebut, disebutkan bahwa aturan
pelaksanaannya adalah Peraturan
Menteri Keuangan (PMK). Namun, PMK
yang dimaksud tidak pernah diterbitkan. Biodata
Justru, aturan mengenai dokumentasi
TP ini diatur dalam Peraturan Direktur
Nama : Untoro Sejati
Jenderal Pajak (PER-43/2010 dan PER-
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 5 Februari 1982
32/2011).
Riwayat Pendidikan : S1 Akuntansi dari Universitas Indonesia
Walau demikian, perkembangan
ketentuan TP sudah berada di jalan Kursus dan Seminar Internasional :
yang benar. Indikatornya adalah ƒ“Permanent Establishment Workshop”, diselenggarakan oleh IBFD di
terus diterbitkannya aturan-aturan Singapura (2011);
baru tentang TP dari waktu ke waktu. ƒ“Advanced Transfer Pricing Workshop”, diselenggarakan oleh IBFD,
Namun, tentunya, peraturan tersebut Amsterdam, The Netherlands (2012).
haruslah berupa aturan yang jelas, tidak
multitafsir, serta memiliki ladasan hukum 6HUWLÀNDVL   
yang kokoh. Dengan begitu, Wajib Pajak ƒ&HUWLÀHG3XEOLF$FFRXQWDQW &3$
mendapatkan kepastian hukum yang
lebih baik.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 55


insideregulation

Perlakuan PPh untuk


Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu

P
ada tanggal 13 Juni 2013 tahun 2009, sumbangsih realisasi 4.800.000.000,00 (empat
lalu, pemerintah menerbitkan penerimaan pajak pada sektor ini miliar delapan ratus juta
Peraturan Pemerintah Nomor hanya sekitar 0,5%. 2 rupiah) dalam 1 (satu) tahun
46 Tahun 2013 (PP 46/2013) tentang pajak.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Artikel ini membahas teknis
dari Usaha yang Diterima atau muatan regulasi yang terkandung Wajib Pajak yang memenuhi
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki dalam PP 46/2013 dan PMK kedua kriteria tersebut dikenai
Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan 107/2013, antara lain mengenai PPh Final sebesar 1% dari jumlah
ini mulai berlaku efektif sejak 1 gambaran umum ketentuan PPh peredaran bruto setiap bulan, untuk
Juli 2013. Berselang satu bulan, Final UMKM serta aturan teknis setiap tempat kegiatan usaha. Dalam
pemerintah menerbitkan peraturan pengenaan PPh Final UMKM. beleid ini yang dimaksud dengan
pelaksana dari PP 46/2013 yaitu peredaran bruto meliputi: peredaran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor bruto dari usaha, termasuk dari
1. Gambaran Umum usaha cabang, selain peredaran bruto
107 Tahun 2013 (PMK 107/2013)
yang diundangkan pada tanggal 6 Ketentuan PPh Final dari usaha yang atas penghasilannya
Agustus 2013. UMKM telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
PP 46/2013 memang tidak Secara garis besar, ketentuan
secara eksplisit menyebutkan secara PP 46/2013 mengatur Pajak Namun, tidak semua usaha yang
spesifik sektor mana yang menjadi Penghasilan (PPh) yang bersifat dijalankan oleh Wajib Pajak (dalam
sasaran pemajakannya. Namun, final atas penghasilan dari usaha hal ini para pelaku usaha UMKM)
berbagai diskusi dan pemberitaan yang diterima atau diperoleh Wajib dapat menggunakan aturan dalam
di media mengarahkan bahwa Pajak yang memiliki peredaran bruto PP 46/2013. Para pelaku usaha
tujuan dari PP 46/2013 ialah untuk tertentu. yang tidak tergolong Wajib Pajak
memajaki sektor Usaha Mikro, Kecil, yang dikenai PPh berdasarkan beleid
dan Menengah (UMKM). Alasan Berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) PP ini, diatur dalam Pasal 2 Ayat (3)
pemerintah mengatur perlakuan 46/2013, Wajib Pajak yang memiliki dan Ayat (4) PP 46/2013 beserta
pajak khusus untuk UMKM memang peredaran bruto tertentu adalah penjelasannya, yaitu sebagai berikut:
cukup beralasan karena potensi Wajib Pajak yang memenuhi dua
pajak dari sektor UMKM dinilai kriteria sebagai berikut: 1) Wajib Pajak Orang Pribadi
yang dalam usahanya
sangat besar. Berdasarkan data dari
1) Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan sarana atau
Kementerian Koperasi dan UKM prasarana yang dapat
tahun 2006-2012, jumlah UMKM atau Wajib Pajak Badan tidak
termasuk Bentuk Usaha Tetap dibongkar pasang, baik
mencapai 99% dari total unit usaha yang menetap maupun tidak
di Indonesia dan memiliki kontribusi (BUT); dan
menetap; dan menggunakan
terhadap Pendapatan Domestik 2) Menerima penghasilan sebagian atau seluruh tempat
Bruto (PDB) nasional hampir dari usaha, tidak termasuk untuk kepentingan umum
60%.1 Namun, mengacu data DJP penghasilan dari jasa yang tidak diperuntukkan bagi
sehubungan dengan pekerjaan tempat usaha atau berjualan.
bebas, dengan peredaran Misalnya: pedagang makanan
1 Data Kementerian Koperasi dan UKM 2013, bruto tidak melebihi Rp keliling, pedagang asongan,
Internet, dapat diakses melalui http://www.depkop.
go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=
warung tenda di trotoar, dan
category&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93, diakses 2 “Pajak UKM Mulai Berlaku,” Harian Kompas, 26 Juni sejenisnya;
pada tanggal 25 Juli 2013. 2013.

56 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideregulation
2) Wajib Pajak Badan yang contoh penentuan pengenaan PPh Surat Setoran Pajak, yang mendapat
belum beroperasi secara Final PP 46/2013. validasi dengan Nomor Transaksi
komersial; dan Penerimaan Negara, paling lama
3) Wajib Pajak Badan yang CV Permata memiliki usaha tanggal 15 bulan berikutnya setelah
memiliki peredaran bruto lebih produksi kain batik. Berdasarkan masa pajak berakhir. Apabila tanggal
dari Rp 4.800.000.000,00 pembukuan atau catatan pada 15 Februari 2014 jatuh pada hari
(empat miliar delapan ratus
tahun pajak 2013 (Januari 2013 Sabtu, penyetoran pajak paling
juta rupiah) dalam satu tahun
setelah beroperasi secara sampai dengan Desember 2013) lambat dapat dilakukan pada tanggal
komersial. CV Permata memperoleh peredaran 17 Februari 2014. Sementara
bruto sebesar Rp 4 miliar. Oleh itu, jatuh tempo pelaporan Surat
Selain itu, Pasal 12 PMK karena peredaran bruto CV Permata Pemberitahuan Masa PPh Final
107/2013 menegaskan bahwa pada tahun pajak 2013 tidak melebihi Januari ditentukan paling lama 20
ketentuan dalam beleid ini tidak Rp 4,8 miliar, atas penghasilan dari hari setelah masa pajak berakhir,
berlaku atas: usaha yang diterima oleh CV Permata atau dalam contoh ini pada tanggal
pada tahun 2014 dikenai PPh Final 20 Februari 2014.
1) Penghasilan dari usaha yang sebesar 1% dari peredaran bruto.
dikenai PPh Final berdasarkan Dengan demikian, jumlah peredaran Dalam hal peredaran bruto
peraturan perundang- bruto yang menjadi dasar bagi Wajib kumulatif Wajib Pajak CV Permata
undangan perpajakan Pajak untuk mengikuti aturan PPh pada suatu bulan telah melebihi
tersendiri (aturan PPh Final Final ini adalah peredaran bruto jumlah Rp 4,8 miliar dalam tahun
lain); dari usaha dalam 1 tahun pajak pajak 2014, CV Permata tetap dikenai
2) Penghasilan yang diterima terakhir sebelum tahun pajak yang tarif PPh Final 1% sampai dengan
atau diperoleh BUT; bersangkutan. akhir tahun pajak 2014. Misalkan CV
3) Penghasilan dari jasa Permata pada bulan Januari sampai
sehubungan dengan pekerjaan Dengan demikian, CV Permata dengan Oktober 2014 memperoleh
bebas. Misalnya: tenaga ahli
pada tahun pajak 2014 dikenai PPh peredaran bruto sebesar Rp 5
yang melakukan pekerjaan
bebas (pengacara, akuntan, Final berdasarkan peredaran bruto miliar, atas penghasilan dari usaha
dokter, dan lain-lain), untuk setiap bulannya. Misalkan pada yang diterima oleh CV Permata
pemain musik, bintang film, bulan Januari 2014, CV Permata sampai dengan bulan Desember
olahragawan, penceramah, memperoleh peredaran bruto sebesar 2014 (akhir tahun pajak 2014) tetap
agen asuransi, dan lain Rp 300 juta. PPh Final CV Permata dikenai tarif PPh Final 1%. Apabila
sebagainya; dan yang terutang pada bulan Januari jumlah peredaran bruto kumulatif
4) Penghasilan yang diterima 2014 adalah sebesar Rp 3 juta (1% Wajib Pajak CV Permata tahun
atau diperoleh dari luar x Rp 300 juta). CV Permata wajib pajak 2014 (Januari s.d Desember)
negeri. menyetorkan PPh Final tersebut mencapai Rp 6 miliar, maka mulai
ke kantor pos atau bank persepsi, tahun 2015 (tahun pajak berikutnya)
2. Aturan Teknis Pengenaan dengan menggunakan Surat Setoran CV Permata dikenai PPh berdasarkan
PPh Final UMKM Pajak atau sarana administrasi tarif umum UU PPh.
lainnya yang dipersamakan dengan

2.1 Aturan Pengenaan PPh Final 1%


Setidaknya, terdapat tiga
pertanyaan pokok terkait dengan
penerapan pengenaan PPh Final bagi
Wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu, yaitu:

1) Peredaran bruto tahun


manakah yang digunakan
sebagai dasar bahwa Wajib
Pajak harus mengikuti
ketentuan ini?;
2) Kapan tanggal jatuh tempo
penyetoran dan pelaporan
PPh atas penghasilan ini?;
dan
3) Kapan Wajib Pajak harus
beralih kembali kepada
ketentuan tarif umum UU
PPh?

Berikut ini penjelasan melalui


InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 57
insideregulation
2.2 Kredit Pajak dan Angsuran Pajak UMKM). Selain menjalankan usaha Tabel 1 - Kewajiban Pembayaran
bengkelnya, Tuan Afandi juga sukses PPh Tuan Afandi
Sebagaimana yang kita ketahui menjadi seorang konsultan pada
setiap penghasilan yang telah sebuah perusahaan otomotif. Jumlah Penghasilan bruto Rp 600.000.000
dikenai PPh Final tidak mengenal seluruh penghasilan yang diterima jasa konsultasi tahun
istilah kredit pajak, baik kredit pajak oleh Tuan Afandi pada tahun pajak 2014
dalam negeri (PPh Pasal 21, 22, 2014 sebagai berikut:
dan 23) maupun kredit pajak luar
Biaya kegiatan jasa Rp 200.000.000
negeri (PPh Pasal 24). Aturan dalam 1) Peredaran bruto dari bengkel
konsultasi tahun
Pasal 6 PMK 107/2013 menegaskan mobil dan askesoris mobil Rp
3,3 miliar; dan 2014
bahwa Wajib Pajak UMKM dapat
dibebaskan dari pemotongan dan/ 2) Biaya (Fee) jasa konsultasi
atau pemungutan PPh yang tidak sebesar Rp 600 juta. PTKP (K /2) Rp 30.375.000
final oleh pihak lain. Namun, untuk
mendapatkan pembebasan tersebut Total peredaran bruto Tuan Afandi Penghasilan Kena Rp 369.625.000
Wajib Pajak harus mengajukan pada tahun pajak 2014 adalah Pajak jasa konsultasi
permohonan Surat Keterangan Bebas sebesar Rp 3,9 miliar.
kepada Kepala KPP tempat Wajib
Pajak terdaftar. Dalam menentukan PPh dari PPh terutang jasa Rp 62.406.250
usaha yang dilakukan Tuan Afandi di konsultasi
Contoh, CV Elektronindo bergerak tahun 2015, atas penghasilan yang
di bidang penjualan dan servis diterima Tuan Afandi dikenai tarif Kredit Pajak: PPh Rp 37.406.250
barang-barang elektronik sejak tahun umum UU PPh dan juga tarif PPh Pasal 21 yang
2011. Berdasarkan pembukuannya yang bersifat final. Untuk pengenaan dipotong pihak lain
pada tahun 2013 CV Elektronindo PPh Final 1% yang menjadi dasar
memiliki peredaran bruto sebesar pengenaan pajak adalah peredaran PPh terutang Rp 25.000.000
Rp 2,5 miliar. Dengan demikian, bruto dari usaha bengkel dan
CV Elektronindo mulai Januari 2014 aksesoris mobil sebesar Rp 3,3 Angsuran PPh Rp 2.083.333
dikenai tarif PPh Final sebesar miliar. Sedangkan peredaran bruto Pasal 25 atas jasa
1% dari peredaran bruto setiap dari fee (imbalan) jasa konsultasi konsultasi
bulannya. Misalkan pada bulan sebesar Rp 600 juta yang termasuk (1/12 x Rp 25.000.000)
April 2014 CV Elektronindo menjual dalam lingkup jasa sehubungan
laptop sebanyak 20 buah ke BPK RI, dengan pekerjaan bebas dipotong
dengan nilai penjualan sebesar Rp PPh Pasal 21 berdasarkan tarif
200 juta. Atas pembelian tersebut umum UU PPh. kerugian, Wajib Pajak yang dikenai
Bendahara BPK RI melakukan PPh Final berdasarkan beleid ini dan
pemungutan PPh Pasal 22 sebesar Kewajiban pembayaran PPh Tuan menyelenggarakan pembukuan dapat
Rp 3 juta (1,5% x Rp 200 juta). Jika Afandi di tahun 2015 adalah sebagai melakukan kompensasi kerugian
CV Elektronindo pada Januari 2014 berikut: sampai dengan 5 tahun pajak
telah mendapatkan Surat Keterangan berturut-turut dengan penghasilan
Bebas dari pemotongan dan/atau 1) PPh sebesar 1% bersifat final yang tidak dikenai PPh Final. Namun
pemungutan PPh yang dikeluarkan dari peredaran bruto usaha
dengan syarat, kerugian tersebut
oleh KPP tempat CV Elektronindo bengkel mobil dan aksesoris
mobil, disetorkan setiap terjadi sebelum Wajib Pajak tersebut
terdaftar, atas pembelian laptop dikenai pajak berdasarkan beleid ini.
bulannya;
tersebut Bendahara BPK RI tidak Artinya, jika Wajib Pajak mengalami
lagi melakukan pemungutan PPh 2) Angsuran PPh Pasal 25
(Januari s.d Desember), kerugian pada suatu tahun pajak
Pasal 22. dikenakannya PPh Final berdasarkan
atas penghasilan dari jasa
konsultasi. Misalnya biaya dari beleid ini, kerugian tersebut tidak
Namun, masih tetap jasa konsultasi di tahun 2014 dapat dikompensasi lagi pada tahun
dimungkinkan bahwa mekanisme sebesar Rp 200.000.000 pajak berikutnya.
kredit pajak dan angsuran pajak dan PPh yang telah dipotong/
dapat digunakan oleh Wajib Pajak dipungut pihak lain di tahun Simak penjelasannya melalui
UMKM. Dengan syarat Wajib 2014 dari jasa konsultasi contoh perlakuan kompensasi
Pajak UMKM tersebut mempunyai sebesar Rp 37.406.250, kerugian berikut ini:
penghasilan lain selain dari usaha maka kewajiban angsuran
yang dikenai PPh Final berdasarkan PPh Pasal 25 di tahun 2015
PT Cahaya Kemilau bergerak di
beleid ini. Sebagai contoh, Tuan (lihat Tabel 1)
bidang usaha penjualan lampu hias.
Afandi yang berstatus Kawin dengan Berdasarkan pembukuan, diketahui
2 (dua) orang tanggungan memiliki hal-hal sebagai berikut (lihat Tabel
2.3 Kompensasi Kerugian
usaha bengkel mobil dan penjualan 2).
aksesoris mobil (Wajib Pajak Terkait dengan kompensasi

58 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideregulation
Tabel 2 - Pembukuan PT Cahaya Kemilau Contoh, PT Cakra Wijaya
menggunakan tahun kalender
Tahun Peredaran Bruto Laba (Rugi) sebagai tahun pajak. Terdaftar
sebagai Wajib Pajak sejak bulan
2012 Rp 3.500.000.000 (Rp 100.000.000) Agustus 2013. Peredaran bruto
selama bulan Agustus 2013
2013 (Januari-Juni) Rp 2.000.000.000 (Rp 60.000.000) sampai dengan Desember 2013
adalah Rp 500 juta.
2013 (Juli-Desember) Rp 3.000.000.000 (Rp 30.000.000)
Peredaran bruto tahun 2013 yang
2014 Rp 6.000.000.000 Rp 250.000.000 disetahunkan adalah: Rp 500
juta x 12/5 = Rp 1,2 miliar
Berdasarkan data tersebut, 2.4 Hal Khusus Terkait Peredaran
kerugian yang dialami PT Cahaya Bruto Karena peredaran bruto yang
Kemilau pada tahun pajak 2012 disetahunkan di tahun 2013
sebesar Rp 100 juta dapat dilakukan Mengenai hal khusus terkait tidak melebihi Rp 4,8 miliar,
kompensasi mulai dari tahun 2013 peredaran bruto sebagai dasar untuk atas penghasilan yang diperoleh
sampai dengan 2017. Jika pada Juli dapat dikenai Pajak Penghasilan yang di tahun 2014 dikenai PPh Final
2013 PT Cahaya Kemilau dikenai bersifat final diatur dalam ketentuan 1%.
PPh Final sebesar 1%, jangka waktu Pasal 10 PP 46/2013, yaitu sebagai
kompensasi kerugian sebesar Rp berikut: b. Wajib Pajak baru terdaftar pada
100 juta yang terjadi pada tahun tahun pajak yang sama dengan
pajak 2012 lalu tetap dihitung a. Tahun pajak sebelumnya kurang tahun berlakunya beleid ini pada
sampai dengan tahun pajak 2017. dari 12 (dua belas) bulan bulan sebelum bulan berlakunya
Selain itu, kerugian sebesar Rp 60 Penentuan peredaran bruto beleid ini
juta yang terjadi pada bulan Januari didasarkan pada jumlah
Penentuan peredaran bruto
2013 sampai dengan Juni 2013 peredaran bruto tahun pajak
didasarkan pada jumlah
juga dapat dilakukan kompensasi terakhir sebelum tahun pajak
pada tahun pajak berikutnya. Untuk peredaran bruto dari bulan saat
berlakunya beleid ini yang
membuktikannya PT Cahaya Kemilau Wajib Pajak terdaftar sampai
disetahunkan.
wajib melampirkan laporan laba rugi dengan bulan sebelum berlakunya
bulan Januari sampai dengan Juni
2013 dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan PPh 2013. Sedangkan,
kerugian yang terjadi pada bulan
Juli 2013 sampai dengan Desember
2013 yakni sebesar Rp 30 juta atau
dengan kata lain kerugian terjadi
setelah PT Cahaya Kemilau dikenai
PPh Final, kerugian tersebut tidak
dapat dikompensasikan pada tahun
pajak berikutnya.

Oleh karena jumlah peredaran


bruto PT Cahaya Kemilau pada
tahun pajak 2013 telah melebih
Rp 4,8 miliar, pada tahun 2014 PT
Cahaya Kemilau tidak lagi dikenai
PPh Final sebesar 1%, PT Cahaya
Kemilau kembali dikenai PPh sesuai
tarif umum UU PPh. Sementara itu,
penghasilan Kena Pajak PT Cahaya
Kemilau di tahun 2014 menjadi Rp
150 juta, angka ini diperoleh dari
laba fiskal tahun 2014 sebesar
Rp 250 juta dikurangi dengan
kompensasi kerugian tahun 2012
sebesar Rp 100 juta.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 59


insideregulation

Pedagang makanan keliling, warung tenda di trotoar,


pedagang asongan, dan sejenisnya tidak tergolong Wajib
Pajak yang dikenai PPh berdasarkan aturan PP 46/2013.

Peraturan Pemerintah ini yang 2014. Pada bulan September pajak akan mendorong UMKM agar
disetahunkan. 2014 tersebut CV Punakawan lebih patuh membayar pajak. Namun,
memperoleh peredaran bruto kemudahan tersebut menjadi tidak
Contoh, CV Leo Tekstil terdaftar sebesar Rp 20 juta. efektif apabila ternyata beban pajak
sebagai Wajib Pajak sejak bulan yang ditanggung masih memberatkan
Januari 2013. Jumlah peredaran Penghasilan bruto bulan Wajib Pajak. Sebaliknya, kemudahan
bruto selama 6 bulan (Januari September 2014 disetahunkan tersebut akan menjadi efektif
2013 sampai dengan Juni 2013) adalah: Rp 20 juta x 12/1 = Rp apabila pembebanan pajak telah
tersebut adalah Rp 500 juta. 240 juta. sesuai dengan kemampuan Wajib
Pajak untuk membayarnya (ability-
Peredaran bruto selama 6 bulan Karena penghasilan bulan to-pay).
yang disetahunkan adalah: Rp September 2014 (bulan pertama
800 juta x 12/6 = Rp 1,6 miliar. mulai terdaftar sebagai Wajib Mengutip pendapat Darussalam, 3
Karena peredaran bruto yang Pajak) yang disetahunkan tidak PP 46/2013 ini selayaknya
disetahunkan untuk 6 bulan melebihi Rp 4,8 miliar, atas diterapkan dalam jangka waktu
tersebut tidak melebihi Rp penghasilan yang diperoleh di sementara saja. Artinya, dalam
4,8 miliar, atas penghasilan tahun 2014 dikenai PPh Final konteks pemajakan, setelah tujuan
yang diperoleh mulai pada 1%. memasukkan UMKM ke dalam
bulan Juli 2013 sampai dengan sistem administrasi pajak berhasil,
Desember 2013 dikenai PPh 3. Kesimpulan dan Saran tentu akan lebih mudah bagi Dirjen
Final 1%. Pajak untuk melakukan pembinaan
Sektor UMKM memang perlu dan pengawasan. Nantinya,
c. Wajib Pajak baru terdaftar mendapatkan perhatian lebih dari apabila UMKM sudah tumbuh dan
otoritas pajak. Besarnya kesenjangan berkembang, pengenaan pajak
setelah berlakunya beleid ini,
antara kontribusi UMKM terhadap UMKM semestinya dikembalikan
untuk tahun pajak pertama lagi ke peraturan normal. Saat ini
PDB dengan kontribusi mereka
terhadap penerimaan pajak pemerintah boleh saja menagih
Penentuan peredaran bruto
mencerminkan betapa besar potensi haknya untuk memajaki UMKM.
didasarkan pada jumlah peredaran
pajak yang dapat digali. Untuk Namun, pemerintah juga tidak
bruto pada bulan pertama
itu, pemerintah memang perlu boleh lupa akan kewajibannya untuk
diperolehnya penghasilan dari
memasukkan sektor tersebut ke memajukan UMKM itu sendiri. IT
usaha yang disetahunkan.
dalam sistem pajak Indonesia.
Contoh, CV Punakawan Mebel
terdaftar sebagai Wajib Pajak Pemerintah tentu berharap
3 Harian Kompas, “Ditjen Pajak Akan Sensus UKM,”
baru pada bulan September pemberian kemudahan pungutan Kompas, 30 Juli 2013.

60 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidelibrary

Judul : Resolving Transfer Pricing Disputes: A Global Analysis


Editor : Eduardo Baistrocchi dan Ian Roxan
Penerbit : Cambridge University Press
Tahun Terbit : 2012

beg
begitu, pembaca dapat melihat pola Avi-Yonah, adanya transactional
dan perkembangan sengketa di net margin method dan profit split
berbagai negara.
be method, telah menggeser makna
Dalam mengkaji bagaimana arm’s length principle menjadi
hukum bekerja dalam kasus
h lebih luas dan berbeda dengan apa
ttransfer pricing, buku ini yang sebelumnya dikenal sebagai
menggunakan OECD Guidelines traditional arm’s length (hal. 3,
sebagai acuan utama (hal. 6). 69, dan 73). Kedua, mengenai
Hal ini terlihat dari adanya dimungkinkannya hypothetical arm’s
suatu indeks pencantuman length atau penentuan nilai arm’s
kasus-kasus sengketa transfer length, juga berasal dari suatu
pricing di berbagai dunia pembanding yang tidak nyata atau
yang disusun berdasarkan urutan
ya berupa dugaan (hipotesis). Hal ini

U
paragraf dalam OECD Guidelines
para dapat dilihat dari kasus di Jepang
2010. Buku ini juga tidak hanya
2010 (hal. 428-430), Jerman (hal. 209-
memaparkan mengenai kasus 214), dan Kanada (hal. 144-146).
ntuk sebuah literatur perpajakan, hukum pengadilan pajak di berbagai Hampir seluruh kasus penting
Resolving Transfer Disputes adalah negara saja, namun juga bagaimana dalam sengketa transfer pricing juga
buku yang sempurna. Paling tidak sengketa biasanya diselesaikan disajikan dalam buku ini. Misalkan
terdapat beberapa alasan mengapa (misalnya dengan advance pricing kasus klasik sengketa transfer
buku ini wajib untuk dibaca siapapun agreement). pricing periode 1960-an, Hofert
yang ingin mendalami isu transfer Isi buku ini pada dasarnya Case (hal. 124-126), kasus Unilever
pricing. Pertama, buku ini disusun tidaklah berbeda dengan buku di Kenya (hal. 823-825), hingga
oleh akademisi perpajakan global transfer pricing pada umumnya yang kasus dengan nilai sengketa tertinggi
yang telah berkecimpung dalam bermuara pada norma arm’s length sepanjang sejarah sengketa transfer
ranah transfer pricing. Editor buku principle. Menurut Baistrocchi, pricing, yaitu GlaxoSmithKline
ini, Basitrocchi dan Roxan, adalah arm’s length sebagai norma hukum (hal. 146-149). Isu prosedural
dosen hukum pajak di London yang bersifat standar pada dasarnya dan administratif yang terkait
School of Economics and Political tidak memiliki suatu patokan yang dengan sengketa transfer pricing
Science. Sedangkan para penulis jelas dan sulit untuk diikuti oleh juga dikupas secara mendalam, di
atau kontributor dari masing-masing Wajib Pajak. Berbeda dengan norma antaranya: kesuksesan penerapan
negara, namanya sudah tidak asing hukum yang bersifat aturan, standar advance pricing agreement di
lagi, seperti Toshio Miyatake, hanya dapat dinilai kebenarannya Australia (hal. 407-408, 412), safe
Andreas Oestreicher, Reuven S. ketika hal tersebut sudah terjadi (ex harbour di Singapura (hal. 510-511),
Avi-Yonah, Mukesh Butani, Richard post) dan tergantung dari otoritas dibentuknya dispute resolution panel
Vann, Jinyan Li, dan sebagainya. hukum menentukan putusannya (hal. di India (hal. 598), diperkenankannya
Keterlibatan mereka menciptakan 16-19). Oleh karena itu, penerapan compensating adjustment di Spanyol
alasan yang kedua, yaitu kualitas. arm’s length principle di berbagai (hal. 273), dan lain-lain.
Hal tersebut terlihat dari isi yang negara dapat dikaji dari putusan- Sebagai penutup, Baistrocchi
analitis, terstruktur dengan baik, putusan pengadilan atas sengketa mengajukan suatu perbandingan
serta komprehensif. transfer pricing. dan pemetaan pola perkembangan
Selain itu, cakupan buku ini Ditinjau dari konsep dasar yang sengketa transfer pricing di
sangat luas dan mendalam. Kata ada dalam ranah transfer pricing, berbagai negara hingga 2011. Dari
“global” yang terdapat dalam perdebatan mengenai penentuan perkembangan selama berpuluh-
judul buku ini ditunjukkan dengan nilai yang telah memenuhi syarat puluh tahun, sengketa transfer
penelusuran sengketa pada kurang arm’s length principle menarik pricing dapat ditelusuri mulai dari
lebih dua puluh negara yang untuk dicermati. Perdebatan evolusi arm’s length principle yang
tersebar di seluruh kawasan, mulai tersebut terutama terlihat dari dua tidak dapat dilepaskan perilaku
dari negara-negara Amerika Utara, hal. Pertama, makna arm’s length perusahaan multinasional dan
Asia-Pasifik, Eropa, BRIC, Timur principle dari metode transfer keterlibatan aset tidak berwujud
Tengah, hingga Afrika. Dengan pricing yang dipergunakan. Menurut (hal. 836, 840-864). IT

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 61


insideheadline

(Sambungan dari halaman 15) pecahnya lembaga yang bertanggung lainnya untuk memperoleh informasi
jawab pada penerimaan negara mengenai potensi pajak. Dengan
Ide mengenai terpisahnya DJP walau masih di bawah Kementerian kedudukan yang lebih tinggi tersebut
dari Kementerian Keuangan dapat Keuangan, yakni DJP dan Ditjen Bea pengelolaan administrasi serta
berangkat dari argumen agar Cukai. Terfragmentasinya direktorat implementasi kebijakan menjadi
masing-masing lembaga dapat fokus penerimaan tersebut mengakibatkan tidak berbelit-belit (debirokratisasi)
menjalankan tugasnya. Kementerian informasi mengenai potensi pajak sehingga dapat dilaksanakan dengan
Keuangan fokus kepada kebijakan menjadi tidak komprehensif dan lebih efisien dan efektif.
pembangunan ekonomi makro, tidak terintegrasi. Koordinasi
anggaran, perbendaharaan, dan antarlembaga menjadi sulit dilakukan. Berubahnya lanskap ekonomi,
tugas-tugas lainnya sebagaimana Dari sudut pandang ini, ide untuk khususnya arena perpajakan secara
diamanatkan dalam Undang-undang menggabungkan direktorat-direktorat cepat juga membutuhkan sumber daya
No. 17/2003 tentang Keuangan tersebut di dalam suatu SARA perlu manusia yang kompeten dan mampu
Negara. Sedangkan otoritas pajak untuk dipertimbangkan.40 beradaptasi dengan arah perubahan.
akan fokus pada penerimaan pajak, Tidak dapat dipungkiri bahwa otoritas
sebagai sektor vital penerimaan Lebih lanjut lagi, dengan kedudukan pajak membutuhkan staf profesional
negara yang potensinya belum banyak lebih tinggi (misalkan bertanggung yang ahli. Hal ini bisa diatasi secara
digali dan dioptimalkan. 39 jawab langsung kepada Presiden), cepat jika DJP memiliki kewenangan
badan baru tersebut dapat memiliki untuk mengangkat profesional yang
Dalam upaya memperluas otoritas yang lebih untuk berhubungan mampu menjawab tantangan tersebut.
basis pajak dan meningkatkan dengan lembaga-lembaga negara
kepatuhan Wajib Pajak, basis Jika memang akhirnya badan
data yang komprehensif mengenai 40 Sebagai contoh, Hungaria (di tahun 2011) dan baru dengan model SARA
Portugal (di tahun 2012) telah menggabungkan
informasi-informasi potensi pajak seluruh unit yang terkait dengan penerimaan negara tersebut diimplementasikan untuk
sangat diperlukan. Saat ini, upaya ke dalam satu badan khusus. Negara-negara tersebut menggantikan peran DJP dan Ditjen
membangun database mengenai meningkatkan otonomi otoritas pajaknya dan Bea dan Cukai, maka paling tidak
menggabungkan administrasi pajak dengan bea cukai
potensi pajak terbentur oleh terpecah- dalam satu badan, lihat OECD, OECD Tax Administration terdapat beberapa hal penting yang
2013: Comparative Information on OECD and Other perlu untuk dipertimbangkan.
39 Herry Setyawan, “Pajak dan Badan Penerimaan Advanced and Emerging Economies (Paris: OECD
Negara,” Kontan, 28 Februari 2012. Publishing, 2013), 13.

62 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
Kepemimpinan

Seperti telah dijelaskan


sebelumnya, terdapat 2 model
kepemimpinan dalam SARA yaitu:

“P
CEO dan BOD. Dalam kasus
Indonesia, akan lebih baik jika enting untuk dicatat bahwa
SARA tersebut dapat dipimpin oleh
dewan direksi (BOD) karena adanya peningkatan penerimaan pajak
keterwakilan dari sektor publik (baik
dari sektor bisnis, praktisi pajak, bukanlah tujuan langsung dari
hingga akademisi). Keterwakilan
tersebut akan merepresentasikan
implementasi SARA; meningkatnya
aspek demokrasi dalam administrasi kepatuhan dan penerimaan pajak justru
perpajakan, sehingga segala
keputusan atau kebijakan administrasi merupakan konsekuensi logis dari semakin
paling tidak memperhatikan aspek
yang tidak diskriminatif.
efektif dan efisiennya administrasi pajak."
Politik Ekonomi Perpajakan

Persoalan komitmen politik juga


sangat menentukan keberhasilan
implementasi SARA di Indonesia.
Pengalaman di Bolivia, Meksiko, mengenakan pajak tidak boleh bersifat Alangkah baiknya jika institusi yang
dan Venezuela menunjukkan bahwa tidak terbatas,42 atau dengan kata menyusun ketentuan perpajakan dan
tantangan yang dihadapi oleh lembaga lain kekuasaan untuk mengenakan institusi yang melaksanakannya harus
model SARA adalah politik (upaya pajak harus dibatasi (limits on dipisahkan.44 Hingga derajat tertentu,
kekuasaan) pemerintahan itu sendiri. the taxing power) melalui undang- lembaga baru tersebut haruslah hanya
Seringkali sifat otonom dalam hal undang.43 Dengan demikian, yang memiliki kekuasaan untuk menyusun
manajemen sumber daya manusia dan menjadi pertanyaan adalah: peraturan ketentuan administrasi dan tidak
pengupahan menyebabkan konflik dan pemajakan yang seperti apakah boleh diberikan kekuasaan untuk
kecemburuan dari lembaga lainnya. yang boleh didelegasikan kepada pengenaan pajak. Singkatnya, lembaga
Selain itu, campur tangan eksekutif pemerintah dan manakah yang harus administrasi model SARA tersebut
(Presiden) juga mempengaruhi. Contoh tetap berada di ranah legisatif (DPR)? dapat diimplementasikan selama
jelasnya, pada tahun 1998 Presiden prasyarat mengenai pembatasan
Caldera di Venezuela ingin membentuk Seperti kita ketahui, pengenaan kekuasannya harus jelas dan undang-
koalisi politik baru dengan kesepakatan pajak terhadap Wajib Pajak harus undang mengenai pengenaan pajak
untuk merestorasi kontrol kementerian sepengetahuan dan persetujuan DPR sudah cukup mendetail sehingga
atas otoritas pajak yang sebelumnya sebagai lembaga yang mewakili Wajib tidak perlu didelegasikan kepada
sudah bertransformasi menjadi model Pajak (rakyat) yang terkena beban pemerintah.
SARA.41 Oleh karena itu, jika SARA pajak tersebut. Saat ini, di Indonesia
akan diimplementasikan di Indonesia, masih terdapat ruang yang besar Akuntabilitas
penting untuk tersedianya konsensus atas pendelegasian kekuasaan untuk
dari seluruh elemen politik untuk mengatur pengenaan pajak terhadap Isu berikutnya mengenai
menjaga sifat otonomi dari otoritas pemerintah. Jika, nantinya DJP mekanisme akuntabilitas. Pengawasan
pajak di kemudian hari. akan dipisahkan dari Kementerian atas lembaga baru tersebut
Keuangan dan menjadi lembaga diperlukan sebagai perwujudan sistem
Pembatasan Kekuasaan yang lebih otonom, pada siapakah check and balance. Mekanisme ini
pelimpahan kekuasaan tersebut harus dapat saja diciptakan baik secara
Adanya otonomi yang semakin diberikan? Apakah nantinya lembaga internal maupun eksternal. Saat
besar juga dapat menciptakan baru tersebut dapat menetapkan ini seluruh perangkat internal dan
adanya entitas super yang sulit ketentuan pengenaan pajak seperti tax eksternal tersebut sebenarnya sudah
untuk dikontrol. Pertama-tama, base dan tax rate? ada, misalkan Inspektorat Jenderal
diperlukan pemahaman bahwa dalam Kementerian Keuangan, Direktorat
suatu negara yang demokratis dan Kepatuhan Internal dan Transformasi
berdasarkan hukum, kekuasaan untuk Sumber Daya Aparatur (KITSDA)
42 Phillipe Vitu, “Fiscal Constutionalism and the Basic dalam tubuh DJP, hingga hadirnya
of Law,” Asia Pacific Tax Bulletin, (1999): 407.
Komite Pengawas Perpajakan.
41 Presiden Caldera memperbolehkan intervensi 43 Darussalam dan Danny Septriadi, Membatasi
Kementerian Keuangan atas manajemen sumber daya Kekuasaan untuk Mengenakan Pajak: Tinjauan Akademis Walau demikian, dengan semakin
manusia dalam otoritas pajaknya. Lihat Rosario G. terhadap Kebijakan, Hukum, dan Administrasi Pajak di
Manasan, Op.Cit., 8. Indonesia (Jakarta: Grasindo, 2006), 2. 44 Ibid., 10.

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 63


insideheadline

“D itjen Pajak dapat saja dipisahkan dari Kementerian


Keuangan selama pembatasan kekuasan lembaga
baru tersebut harus jelas dan undang-undang
mengenai pengenaan pajak sudah cukup mendetail
sehingga tidak perlu didelegasikan kepada pemerintah."

besarnya sifat otonomi dalam SARA, tepat untuk perbaikan pelayanan mustahil diimplementasikan di masa
maka dibutuhkan institusi lain yang maupun pos-pos yang dianggap dapat mendatang.
juga diberikan kekuatan untuk bisa meningkatkan kinerja.
mengontrol dan mengawasi lembaga 8. Penutup
baru tersebut. Hal ini mungkin dapat Di Indonesia, kedua hal tersebut,
diwujudkan dengan memperkuat sumber anggaran berbasis kinerja serta Sebagai penutup, perlu diingat
Komite Pengawas Perpajakan agar kewenangan untuk mengalokasikan bahwa SARA bukanlah tujuan
dapat mengkaji permasalahan serta anggaran lebih baik dijadikan satu akhir tapi dapat menjadi sarana
memberikan rekomendasi yang terkait paket yang tidak terpisahkan karena untuk melaksanakan reformasi dan
dengan prosedur administrasi ataupun sifatnya yang saling memengaruhi. meningkatkan kinerja. SARA memang
kebijakan perpajakan, dan bukannya Sebagai contoh, jika kewenangan menyediakan platform pencapaian
pengawasan terhadap individu yang mengalokasikan anggaran diberikan efisiensi penyelenggaraan administrasi
menjalankan kebijakan perpajakan namun anggaran berbasis kinerja pajak, namun keberhasilannya belum
saja.45 tidak diberikan maka anggaran yang terjamin, karena komitmen politik yang
diberikan dapat saja dialokasikan kuat diperlukan dalam pembentukan
Anggaran pada hal-hal yang tidak produktif. dan pelaksanaannya.
Sebaliknya, jika anggaran berbasis
Isu mengenai anggaran terletak kinerja diaplikasikan tanpa adanya Dari berbagai literatur, terdapat
pada dua hal: basis penentuan kewenangan alokasi anggaran, maka empat simpulan mengenai SARA.
anggaran dan alokasi anggaran. SARA SARA dapat saja menemui hambatan Pertama, pembentukan SARA
di beberapa negara mendapatkan untuk dapat memenuhi target kinerja. hendaknya tidak dilihat sebagai
suatu anggaran khusus yang dihitung obat mujarab yang pasti manjur.
berdasarkan proyeksi penerimaan Sebagai catatan, insentif jika Pembentukan SARA dapat saja
maupun perhitungan kinerja. mencapai suatu kinerja tertentu menciptakan biaya yang besar, waktu
Pendanaan berbasis persentase sebenarnya telah diatur dalam Pasal yang tidak sebentar, serta belum
dianggap memiliki manfaat terutama 36D (1) Undang-undang Nomor menjamin perbaikan efektivitas
sebagai mekanisme yang memberikan 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan otoritas pajak. Kedua, sebelum
insentif kepada otoritas pajak untuk Umum dan Tata Cara Perpajakan, mempertimbangkan salah satu
meningkatkan penerimaan. Semakin “Direktorat Jenderal Pajak dapat desain kelembagaan administrasi
penerimaan meningkat, maka diberi insentif atas dasar pencapaian pajak, ada baiknya mengidentifikasi
anggaran dari otoritas pajak juga kinerja tertentu”. Pemberian insentif permasalahan dan kekurangan yang
semakin meningkat.46 Selain itu, akan ditetapkan lewat Anggaran berada dalam administrasi perpajakan
kewenangan untuk mengalokasikan Pendapatan dan Belanja Negara serta mempelajari reformasi dan
anggaran bisa dimanfaatkan secara (APBN) dan tata caranya akan modernisasi dari kasus negara lain.
diatur lewat Peraturan Menteri Hal ini agar mengelaborasi sejauh
45 Lihat Darussalam, “Peningkatan Kepatuhan Wajib
Pajak Melalui Komite Pengawas Perpajakan,” 2010. Keuangan.47 Dengan demikian, ruang mana SARA dapat menjadi jawaban
Dapat diakses pada http://www.ortax.org/ortax/?mod= untuk suatu kompensasi (insentif) permasalahan dan merupakan salah
issue&page=show&id=43&q=&hlm=1 berbasis kinerja pun bukan suatu yang satu aspek dari reformasi perpajakan.
46 Robert Taliercio Jr., “Designing Performance: The
Semi-Autonomous Revenue Authority Model in Africa 47 Hal ini diatur dalam Pasal 36D (2) dan (3) Undang-
Ketiga, komitmen politik merupakan
and Latin America,” World Bank Policy Research Working undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan suatu syarat penting dalam
Paper 3423, (2004): 8. Umum dan Tata Cara Perpajakan.

64 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideheadline
mencapai otoritas pajak yang efektif kuat dalam SARA, sehingga penyediaan infrastruktur SARA.
dan berkesinambungan. Terakhir, penyalahgunaan kekuasaan
(v) Pemberian dan pemeliharaan
pembentukan SARA yang tidak diiringi dan korupsi tidak terjadi.
otonomi untuk mengelola
dengan komitmen dan perencanaan (ii) Pengaturan hukum yang kuat sistem kepegawaian dan
matang mengenai reformasi yang mengatur hubungan pembiayaan.
perpajakan, tidak akan berhasil antara SARA dan lembaga
memperbaiki efektivitas sekaligus sektor publik lainnya (terutama
meningkatkan kepatuhan pajak.48 Kementerian Keuangan) Sekali lagi, jika digunakan secara
sehingga mencegah konflik efektif, maka kelembagaan model
Belajar dari pengalaman antarlembaga tersebut. SARA dapat menjadi katalisator untuk
di berbagai negara yang telah memungkinkan keberhasilan reformasi
(iii) Kemampuan dalam
mengimplementasikan SARA, kunci mendesain, menegakkan administrasi pajak yang lebih luas.
keberhasilan SARA ditentukan oleh: dan mengimplementasikan Lalu, seberapa siapkah Indonesia? IT
akuntabilitas internal dan
(i) Karakter, profesionalisme, eksternal, serta mekanisme
dan kepemimpinan yang anti-korupsi.

48 Crandall, William, dan Maureen Kidd, “Revenue


(iv) Pembiayaan yang memadai
Administration: A Toolkit for Implementing A Revenue untuk membiayai kegiatan
Authority,” IMF Technical Notes and Manuals, (April operasional SARA dan
2010).

Lampiran: Kewenangan yang Didelegasikan kepada Otoritas Pajak di Berbagai Negara, 2012

Membuat
Turut Mengangkat
Membuat Membatalkan Desain jenjang Menetapkan Negosiasi
Mengalokasikan menentukan dan mem-
Negara ketentuan penalti/ struktur dan me- standar tingkat
anggaran kriteria berhentikan
pajak bunga internal nempatkan pelayanan upah
rekrutmen staf
staf

Afrika Selatan^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Amerika Serikat^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Arab Saudi^^ ¥ X X ¥ X ¥ ¥ X X
Argentina^ ¥ X ¥ X ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Austria^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Cina^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Denmark^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
India^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Indonesia^^ ¥ ¥ X X ¥ ¥ ¥ X X
Israel^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Kanada^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Kolombia^ ¥ X X ¥ X ¥ ¥ ¥ X
Korea Selatan^ ¥ ¥ X ¥ X ¥ ¥ ¥ X
Malaysia^ ¥ ¥ ¥ ¥ X ¥ ¥ ¥ ¥
Portugal^^ ¥ ¥ X X X ¥ ¥ X X
Russia^ X ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Singapura^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Slovakia^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Turki^ ¥ ¥ ¥ X X ¥ X ¥ X
Yunani^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X

Catatan: ^) model SARA, ^^) model direktorat di bawah Kementerian Keuangan


Sumber: OECD, OECD Tax Administration 2013: Comparative Information on OECD and Other
Advanced and Emerging Economies (Paris: OECD Publishing, 2013), 29

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 65


insideevent

Berikut adalah nama-nama


susunan Dewan Pengurus
Pusat Asosiasi Fiskal
Indonesia (DPP AFI) periode
2012 – 2015:

Ketua Dewan Pembina:


Pelantikan Dewan Hary Tanoesoedibjo

Anggota Dewan Pembina:


Pengurus Pusat AFI Supramu Santosa, MBA
Ir. Hilmi Panigoro, MSc
Kandi Sofia S. Dahlan, MBA, Ph.D

A
sosiasi Fiskal Indonesia (AFI), pada hari Minggu (30/6) melaksanakan
pelantikan Dewan Pengurus Pusat periode 2012 – 2015 di Kirana Grand Ketua Dewan Penasehat:
Ballroom Hotel Kartika Chandra Jakarta. Termasuk yang dilantik diantaranya H. Bambang Soesatyo, SE, MBA
adalah pemimpin umum dan wakil pemimpin umum Inside Tax, Darussalam
dan Danny Septriadi. Anggota Dewan Penasehat:
H. Desmond J. Mahesa, SH, MH
Pelantikan yang bertema “Kemandirian Fiskal untuk Kemandirian Bangsa”,
bertujuan untuk mengarusutamakan pentingnya kemandirian fiskal dalam Henry Suparman
pengelolaan keuangan negara menuju kemandirian bangsa dan kesejahteraan rakyat.
AFI adalah organisasi profesi nirlaba yang tidak berafiliasi dengan ormas atau partai Ketua Dewan Pakar:
politik manapun (independen). Didirikan di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1996 Ir. H. I. Emir Moeis, MSc
atas prakarsa mahasiswa (dan alumni) Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Perpajakan Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Seperti tema yang diusung Ketua Umum:
dalam acara pelantikan tersebut, cita-cita untuk mewujudkan kemandirian fiskal Erwin Eka Kurniawan, SE, MSi
untuk mencapai kesejahteraan rakyat, melatarbelakangi pembentukannya.

Cita-cita tersebut dapat ditempuh dengan menciptakan dan membina para Wakil Ketua Umum:
intelektual-profesional-pengabdi yang bersinergi dengan pemerintah, termasuk Tatang B. Tamam, SE
merespons dan memberi masukan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah. Sehingga
menjadi tugas AFI dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas yang mampu Wakil Ketua Umum:
menelurkan kebijakan fiskal berkualitas dan pro rakyat. Danil Arif Iskandar, SH, LLM
Untuk menunaikan tugas itu, AFI memberikan ruang seluas-luasnya bagi
Sekretaris Jenderal:
peningkatan kualitas anggota, melalui seminar, diskusi terbatas, atau pelatihan. AFI
juga membuka saluran komunikasi dengan masyarakat agar kebijakan fiskal tetap
H. Rachmat R. Zubir, SE, MSi
membumi dengan kebutuhan masyarakat di samping menjalankan fungsi edukasinya
ke masyarakat. Bendahara Umum:
Dra. Ani Hadi Setyowati, MM, MSi
Setelah pengambilan sumpah / ikrar pelantikan dan penandatanganan berita
acara serah terima kepengurusan, acara dilanjutkan dengan pidato Ketua Umum DPP
AFI periode 2012-2015, Erwin Eka Kurniawan; sambutan Ketua Dewan Penasihat
AFI, H. Bambang Soesatyo, SE, MBA; serta orasi ilmiah “Kemandirian Fiskal untuk
Kemandirian Bangsa”, oleh Ketua Dewan Pembina Hary Tanoesoedibjo. IT

66 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insideevent
Kabid-Kabid Wasekjend-Wabendum Departemen-Departemen
Ketua Bidang Organisasi dan Wasekjend Bidang Organta: Dept. Hukum:
Keanggotaan: Budi Gunawan Sutomo, S.Th.I Catherine Putri, SH
Drs. Rinaldi Yusuf, SE.Ak, MSi Imansyah, SH
Wasekjend Bidang Diklat:
Ketua Bidang Pendidikan dan Ir. Sarjana Dept. Pembinaan Aparat Organisasi:
Pelatihan: Ahmad Muzakki, SPdI
DR. Adinur Prasetyo, SE.Ak, MSi Wasekjend Bidang Litbang: Harri Kismantau, S.S
Mohamad Nasokha, SE, MSi
Ketua Bidang Penelitian dan Dept. Rekruitmen:
Pengembangan: Wasekjend Bidang Humas dan Media: Abdurrohim Al-Bantany, SE
Revosia Eliaputra Sinaga, SE, MSi Ahmad Rivai, SE, MSi Arie Febriyanto, Amd. Par
Ahmad Buchori, SE
Ketua Bidang Humas dan Media: Wasekjend Bidang KKF:
Drs. H. Rukun Santoso, MM, MSi Saut Sahat P. Sitompul, S.Kom, MM Dept. Pendidikan Perpajakan:
Upang S.S., MSi
Ketua Bidang Kajian Kebijakan Fiskal: Wasekjend Bidang Hub Luar Negeri: Uki Hakim, SE, MSi
Darussalam, SE.Ak, MSi, LLM Int. Tax Antonius Budiman, MSi (*) Nasrullah, S.S.

Wakil Bendahara Umum: Dept. Workshop and Training:


J. Himawan Ali, SE, MSi M. A. Rauf Arham
Agus Mukholid, SE

Dept. Riset dan Studi:


John Piker Simamora, SE.Ak, MSi (*)
Aris Riantori Faisal, SE.Ak, M.Ak

Dept. Pengembangan Usaha:


Retno Indraswari, SE, MM
Drs. Topan

Dept. Pengabdian Masyarakat:


Puji Sarwomulyo, SE
Panjianto

Dept. Teknologi Informasi:


Reza Saleh, SE.Ak, M.Ak
Rifai Abdurrahman
Santosa, ST

Dept. Media:
Ani Natalia, SE, MEc
Fitri Ramadhani, S.I.Kom
Puput Mutiara, S.I.Kom

Dept. Sektor Industri,


Perdagangan, Jasa:
Danny Septriadi, SE, MSi, LLM Int. Tax
Sirmu, SE.Ak, MH

Dept. Sektor Migas dan Tambang:


Puryanto, BAc, SE, MM, MSi
Fadly Admiral Azier, SE

Dept. Kerjasama Luar Negeri:


Maya Budimaryati, SE. Ak, MSi
Ismail, SE.Ak, MSi

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 67


insidereview

Pada edisi 15, redaksi Inside Tax mengadakan lomba


menulis artikel tentang pajak, dengan beberapa topik
pilihan. Dari puluhan artikel yang masuk ke meja
redaksi, tulisan Saudara Ega Okti Roseptia dipilih
sebagai tulisan terbaik yang berhak memenangkan
hadiah dari Inside Tax. Tulisan ini mengangkat topik
informasi asimetris dalam konteks Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), terutama ketika
kewenangan memungut pajak tersebut berada dalam
wilayah administrasi Pemda. Tulisan ini kami sajikan
kepada pembaca Inside Tax dengan sedikit perubahan
yang dirasa perlu oleh redaksi.

Informasi Asimetris dalam Administrasi


Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB)
Ega Okli Roseptia1

“D engan adanya UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat mengakibatkan penerapan
peraturan yang tidak efektif dan
(PDRD), kini Pemda memiliki wewenang atas administrasi
tidak efisien.
pemungutan BPHTB. Sayangnya, Badan Pertanahan
Nasional (BPN) menerbitkan SE No 5 Tahun 2013 yang Produk-produk hukum di
menghilangkan keharusan dilakukannya Penelitian Surat Setoran Bea lingkungan Pemerintah Daerah
juga merupakan bentuk kontrak
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (SSB). Hal tersebut berpotensi
politik, namun ruang lingkupnya
menimbulkan informasi asimetris antara Pemda (pemungut pajak) lebih kecil dibandingkan undang-
dan Wajib Pajak dalam konteks administrasi pajak daerah.” undang. Apabila kita berbicara
masalah perpajakan, BPHTB adalah
Pendahuluan informasi asimetris. 2 Informasi salah satu contohnya. Sejak tahun
asimetris adalah suatu keadaan 2010, Pemerintah Pusat (Direktorat
Peraturan yang berlaku di dimana salah satu pihak menguasai Jenderal Pajak) secara berangsur-
masyarakat, termasuk undang- informasi lebih baik dari pada pihak angsur menyerahkan pengurusan
undang, merupakan salah satu yang lainnya. Keadaan tersebut dapat BPHTB dan PBB ke Pemerintah
bentuk dari suatu kontrak politik menciptakan persoalan moral hazard Daerah. Dengan penyerahan
antara rakyat dengan pemerintah. dan adverse selection, yang pada kepengurusan ini, dasar hukum yang
Dalam setiap pelaksanaan transaksi akhirnya berpotensi menimbulkan dipegang terkait pajak ini tentunya
atau kontrak, termasuk kontrak kerugian bagi pihak-pihak terkait. akan berbeda.
politik tersebut, tidak tertutup Apabila kita berbicara mengenai
kemungkinan timbulnya fenomena peraturan, maka informasi asimetris Terkait Peraturan Daerah (Perda)
yang mengatur BPHTB, sudah
2 Teori informasi asimetris pertama kali seharusnya Pemerintah Daerah
dikenalkan oleh Gorge Akerlof (1970) dan kemudian lebih mengetahuinya dibandingkan
1 Penulis adalah alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi dikembangkan oleh Joseph Stiglitz dan Michael
Negara (STAN) tahun 2012. Tulisan ini merupakan Spence. Lihat B. Bawono Kristiaji, Asymmetric dengan Wajib Pajak. Namun, seiring
pendapat pribadi penulis. Kebenaran isi dan informasi Information and Its Impact on Tax Compliance Cost in dengan berjalannya waktu dan
dalam tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab Indonesia: Conceptual Approach, Working Paper No:
berkembangnya teknologi, Wajib
penulis. 0113. Januari 2013. DANNY DARUSSALAM Tax Center.

68 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
Pajak dapat memperoleh informasi tanda bukti setoran pembayaran Pajak, disengaja maupun tidak.
mengenai peraturan perpajakan BPHTB pada kantor instansi yang Hal ini berlaku juga bagi BPHTB.
dengan mudah. Hal ini berdampak berwenang. Pengecekan tanda Kemungkinan terjadinya kesalahan
positif bagi Wajib Pajak, karena bukti setoran pembayaran BPHTB pasti ada. Pada praktiknya,
dengan begitu, tingkat informasi ini sering disebut dengan proses kesalahan-kesalahan yang sering
asimetris antara Wajib Pajak dan penelitian Surat Setoran BPHTB. terjadi dan ditemukan di lapangan
Pemerintah dapat dikurangi. Wajib adalah kesalahan dalam pengisian
Pajak saat ini, dapat dikatakan, Seberapa pentingkah proses ini? formulir Surat Setoran Pajak Daerah
mempunyai pengetahuan yang baik Sebelum membicarakan lebih jauh (SSPD), khususnya kesalahan dalam
dan berimbang mengenai peraturan- mengenai proses hal tersebut, akan pengisian nilai transaksi atau NJOP
peraturan perpajakan. lebih baik jika kita bahas mengenai (Nilai Jual Objek Pajak) tanah dan/
BPHTB terlebih dahulu. BPHTB atau bangunan. Kesalahan tersebut
Di sisi lain, dalam konteks merupakan pajak yang dikenakan dapat dikatakan sangat krusial
BPHTB, objek pajaknya adalah atas perolehan hak atas tanah karena berhubungan dengan jumlah
aset-aset yang dimiliki oleh Wajib dan bangunan. Jadi, yang menjadi pajak yang harus dibayarkan oleh
Pajak. Dengan demikian, Wajib objeknya adalah pemindahan Wajib Pajak.
Pajak lebih mengetahui informasi kepemilikan suatu hak atas tanah
mengenai objek pajak tersebut dan bangunan. Berbeda dengan PBB Wajib Pajak, tentunya ingin
dibandingkan dengan pegawai Dinas yang objeknya merupakan tanah dan membayar pajak dengan jumlah
Pendapatan, sebagai pengelola bangunan itu sendiri. seminimal mungkin. Untuk itu,
Pajak Daerah. Hal inilah yang dengan memanfaatkan kemungkinan
berpotensi menimbulkan informasi Sama halnya dengan perpajakan terjadinya kesalahan pengisian
asimetris antara Wajib Pajak dengan lain, BPHTB juga telah mengalami formulir SSPD, Wajib Pajak dapat
otoritas. Bukan tidak mungkin reformasi perpajakan. Seperti melakukan penghindaran pajak.
Wajib Pajak akan memanfaatkannya Pajak Penghasilan (PPh), sistem
untuk memanipulasi pelaporan dan pemungutan BPHTB telah dilakukan Proses Penelitian sebagai Alat
pembayaran BPHTB. secara self assessment. Pemerintah Pengawasan
memberikan kepercayaan kepada
BPHTB dan Surat Edaran BPN Wajib Pajak untuk menghitung, Meskipun sudah menerapkan
membayar, dan melaporkan sendiri sistem self assessment dengan peran
Pemerintah Daerah sudah jumlah pajak yang seharusnya aktif Wajib Pajak, bukan berarti
memiliki cara untuk mengantisipasi terutang. pemerintah tidak hanya tinggal diam.
informasi asimetris tersebut, yaitu Pemerintah juga tetap melakukan
dengan melakukan penelitian Sistem self assessment ini fungsi pengawasan agar pemenuhan
terhadap pembayaran BPHTB Wajib tentu tidak menutup kemungkinan kewajiban yang dilakukan oleh Wajib
Pajak sebelum melanjutkan ke terjadinya kesalahan dalam Pajak tetap sesuai dengan peraturan
proses pemindahan kepemilikan atas pemenuhan kewajiban Wajib yang berlaku. Dalam konteks BPHTB,
tanah dan bangunan tersebut ke
Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Namun, beberapa bulan yang lalu


terbit Surat Edaran Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik

D
Indonesia Nomor 5/SE/IV/2013
tentang Pendaftaran Hak atas Tanah alam angka 6 Surat Edaran Kepala
atau Pendaftaran Peralihan Hak atas
Tanah terkait dengan pelaksanaan
Badan Pertanahan Nasional
Undang-undang Nomor 28 Tahun Republik Indonesia Nomor 5/SE/
2009 tentang Pajak Daerah dan IV/2013, disebutkan bahwa dalam
Retribusi Daerah. Yang paling ramai rangka peningkatan pelayanan di bidang
mempersoalkan Surat Edaran ini pertanahan, bukti pembayaran pajak
adalah pihak Pemerintah Daerah, tidak dipersyaratkan pengecekan tanda
karena Surat Edaran ini memuat bukti setoran pembayaran BPHTB pada
ketentuan sehubungan dengan
proses validasi yang selama ini
kantor instansi yang berwenang.”
dilakukan oleh mereka. Dalam
angka 6 Surat Edaran tersebut,
disebutkan bahwa dalam rangka
peningkatan pelayanan di bidang
pertanahan, bukti pembayaran pajak
tidak dipersyaratkan pengecekan

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 69


insidereview
proses pengawasan ini dilakukan
dengan melakukan penelitian
Surat Setoran Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (bagi
Pemerintah Daerah yang sudah mulai
memungut BPHTB-nya sendiri, Surat
Setoran BPHTB diganti menjadi
Surat Setoran Pajak Daerah atau
SSPD).

Dalam prosesnya, setelah


mengisi formulir Surat Setoran
BPHTB atau SSPD, Wajib Pajak
harus melaporkannya terlebih
dahulu kepada Pemerintah Daerah,
dalam hal ini Dinas Pendapatan,
untuk dilakukan proses penelitian.
Setelah dilakukan proses penelitian,
Dinas Pendapatan memberikan
teraan “Telah Dilakukan Penelitian”
dan Wajib Pajak membawa berkas-
berkas tersebut ke BPN untuk
proses selanjutnya. BPN tidak akan
melanjutkan proses pengalihan hak teraan Dinas Pendapatan Daerah. dalam formulir SSPD; (iii) meneliti
tersebut apabila berkas-berkas yang Dengan demikian, setiap berkas kebenaran penghitungan BPHTB
dipersyaratkan tidak mendapatkan yang masuk ke BPN akan langsung yang disetor; dan (iv) kebenaran
teraan dari Dinas Pendapatan. diproses meskipun belum dilakukan besarnya transaksi yang dilakukan
proses penelitian. Secara tidak antara penjual dan pembeli objek
Saat BPHTB masih dikelola langsung, ini menjelaskan bahwa pajak, yang menjadi acuan dalam
oleh Direktorat Jenderal Pajak, Wajib Pajak diberi kebebasan yang penghitungan BPHTB dalam hal
dasar hukum proses penelitian ini sangat besar dalam melakukan transaksi jual beli.
adalah Peraturan Direktur Jenderal kewajiban perpajakannya karena
Pajak Nomor PER-16/PJ/2008 proses penelitian yang merupakan Memang, yang menjadi fokus
tentang Tata Cara Penelitian Surat alat pengawas kepatuhan Wajib masalah di sini adalah proses
Setoran Bea Perolehan Hak atas Pajak, secara tidak langsung, penelitian yang dilakukan oleh Dinas
Tanah dan Bangunan. Karena ditiadakan. Hal ini tentu saja Pendapatan Daerah. Pengalihan
saat ini pengelolaan BPHTB mulai menimbulkan protes dari pihak pengelolaan BPHTB dan PBB yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah selaku pihak dilakukan paling lambat akhir
proses penelitian tersebut masih yang mengelola BPHTB. tahun 2013 membuat Pemerintah
tetap dilaksanakan namun dasar Daerah menyiapkan kelengkapan
hukumnya berbeda, yaitu Peraturan Latar Belakang Dikeluarkannya yang diperlukan nantinya, termasuk
Daerah. Meskipun demikian, dalam Surat Edaran BPN Peraturan Daerahnya. Hal ini
praktiknya, Peraturan Direktur akan menyebabkan keberagaman
Jenderal Pajak Nomor PER-16/ Menurut Kepala BPN, Hendarman perlakuan pajaknya karena
PJ/2008 tetap dijadikan acuan oleh Supandji, penerbitan SE Nomor 5/ disesuaikan dengan peraturan
Pemerintah Daerah. Berdasarkan SE/IV/2013 tersebut bertujuan yang berlaku di masing-masing
uraian di atas, dapat kita ketahui untuk meningkatkan pelayanan di daerah. Meskipun demikian,
bahwa proses penelitian tersebut bidang pertanahan. Dengan adanya Pemerintah Pusat tetap menghimbau
sangat diperlukan oleh pemerintah Surat Edaran ini, validasi BPHTB kepada setiap daerah untuk
sebagai suatu alat pengawasan tidak diperlukan lagi, sehingga tetap mempertahankan kualitas
kepatuhan Wajib Pajak dalam cukup membuat pernyataan Pejabat pelayanannya. Agar setidaknya,
memenuhi kewajiban BPHTB-nya Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang kualitasnya sama dengan pelayanan
yang sudah menganut sistem self bersangkutan atau pemohon. yang diberikan oleh Direktorat
assessment. Jenderal Pajak.
Sebagai informasi, hal-hal yang
Dengan menilik angka 6 dari SE dilakukan saat melakukan proses Dasar hukum proses penelitian
No. 5/SE/IV/2013, berkas-berkas penelitian adalah: (i) mencocokan BPHTB saat masih dikelola oleh
terkait pengalihan hak ini tidak perlu NJOP bumi dan/atau bangunan yang Pemerintah Pusat adalah Peraturan
lagi melalui proses penelitian oleh dicantumkan dengan basis data Direktur Jenderal Pajak Nomor
Dinas Pendapatan Daerah terlebih PBB; (ii) menghitung kebenaran PER-16/PJ/2008 tentang Tata
dahulu dan tidak perlu mendapat penghitungan BPHTB yang tercantum Cara Penelitian Surat Setoran Bea

70 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
Perolehan Hak atas Tanah dan melakukannya sesuai dengan proses penelitian BPHTB yang
Bangunan. Pada Pasal 5 Ayat ketentuan di atas. Ikatan Pejabat membutuhkan jangka waktu yang
(1) Peraturan Direktur Jenderal Pembuat Akta Tanah (IPPAT) lebih lama dibandingkan dengan
Pajak tersebut menyebutkan banyak mengeluhkan lambannya yang dibutuhkan oleh Direktorat
bahwa KPPBB/KPP Pratama harus pelayanan pengurusan BPHTB, Jenderal Pajak, Wajib Pajak semakin
menyelesaikan Penelitian SSB dalam terutama pada proses penelitian. yakin bahwa Pemerintah Daerah
jangka waktu: Meskipun berdasarkan peraturan memang belum siap. Walaupun,
di daerah tersebut proses validasi alangkah tidak bijaksana apabila
a. paling lama 1 (satu) hari kerja BPHTB hanya memerlukan waktu kita menyamaratakan kualitas
sejak tanggal diterimanya SSB tujuh hari, faktanya, proses tersebut Pemerintah Daerah. Karena,
dalam hal tidak memerlukan memakan waktu sampai berbulan- tidak semua Pemerintah Daerah
Penelitian Lapangan SSB; bulan. Apabila dibiarkan begitu mempunyai kinerja yang kurang
b. paling lama 3 (tiga) hari kerja saja, pelayanan publik yang lambat bagus. Ada juga kinerja Pemerintah
sejak tanggal diterimanya akan menjadi preseden yang buruk Daerah yang sudah benar-benar siap
SSB dalam hal memerlukan bagi Pemerintah Daerah dan untuk mengelola BPHTB.
Penelitian Lapangan SSB; PPAT. PPAT, sebagai pihak yang
berhadapan langsung dengan Wajib Penelitian kebenaran besarnya
Dengan demikian, jika Pajak, seakan diadu domba dengan transaksi yang dilakukan oleh
pemerintah menghimbau untuk warga akibat lambannya proses penjual dan pembeli merupakan
tetap mempertahankan kualitas penelitian BPHTB, yang berakibat hal yang (dapat dikatakan) cukup
pelayanannya, jangka waktu terhambatnya proses pembuatan sulit untuk dilakukan dan menjadi
pelaksanaan proses penelitian BPHTB akta tanah. Proses penelitian tantangan tersendiri atau pekerjaan
yang dilakukan oleh Pemerintah yang lamban ini tentunya akan rumah yang harus dipecahkan
Daerah, setidaknya, harus sama memberikan cap yang negatif bagi oleh Dinas Pendapatan Daerah.
dengan peraturan tersebut. Apabila Pemerintah Daerah karena dianggap Dinas Pendapatan Daerah perlu
jangka waktu proses penelitiannya belum siap untuk mengelola BPHTB. mengadakan sosialisasi mengenai
jauh lebih lama akan mengakibatkan Pajak Daerah kepada masyarakat
terhambatnya proses pengalihan hak Sebelumnya, sekitar awal tahun guna meningkatkan kesadaran
tanah dan bangunan tersebut. 2011, banyak yang mempertanyakan membayar pajak sehingga dapat
kesiapan Pemerintah Daerah meminimalisasi kemungkinan
Pada kenyataannya, meskipun dalam pengelolaan BPHTB dan terjadinya ketidakjujuran dalam hal
sudah banyak Pemerintah Daerah PBB. Banyak yang menyangsikan pengisian besarnya harga transaksi.
yang telah memiliki Peraturan kualitas sumber daya manusia yang
Daerah mengenai proses penelitian dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Selain itu, Petugas Dinas
BPHTB, masih ada saja yang tidak Lebih lanjut, dengan melihat Pendapatan Daerah juga mengeluhkan

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 71


insidereview
pemasukan dari BPHTB sudah masuk
ke kas daerah, tetapi dari Pajak
Penghasilan. Dalam Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat
(2) Huruf d, atas penghasilan dari
transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan/atau
bangunan dikenakan pajak bersifat
final. Dengan dasar pengenaan NJOP
yang terdapat pada SSPD BPHTB.
Karena Wajib Pajak dapat mengisi
formulir SSPD BPHTB dengan bebas
tanpa perlu proses penelitian oleh
Dinas Pendapatan, Wajib Pajak
dapat mengatur sedemikian rupa
agar kewajiban membayar pajak
terutangnya jauh lebih kecil dari
seharusnya.

Masalah lain yang timbul


adalah adanya persepsi yang
keliru di kalangan masyarakat
kurangnya partisipasi dari Wajib kebenaran pelaporan pajaknya, bahwa kewajiban pembayaran
Pajak sehingga menghambat jalannya berbagai tindak kecurangan tersebut pajak, baik itu BPHTB maupun
proses penelitian BPHTB. Dalam tidak akan diketahui. Apabila hal Pajak Penghasilannya, merupakan
pelaksanaannya, petugas Dinas tersebut dibiarkan, dampaknya akan kewajiban bagi pembeli objek pajak.
Pendapatan Daerah dapat datang mempengaruhi penerimaan daerah Padahal, yang mempunyai kewajiban
langsung ke lokasi untuk mengecek tersebut. membayar Pajak Penghasilan atas
kebenaran BPHTB tersebut. Pada pengalihan hak tersebut adalah
kenyataannya, seringkali tanah dan Menurut Kepala Bidang PBB dan penjual objek pajak. Sehingga
bangunan yang dimiliki oleh Wajib Pendapatan Lain-lain Dispenda Kota terkadang bukti setoran PPh, yang
Pajak tersebut sudah mengalami Palembang, Sandra Amaniska Ariane, merupakan salah satu komponen
perubahan tapi tidak dilaporkan. seperti yang dikutip oleh Koran yang dilakukan proses penelitian
Selain itu, masalah lain yang dihadapi SINDO, dampak dikeluarkannya oleh Dinas Pendapatan Daerah, tidak
oleh petugas adalah sulitnya untuk Surat Edaran tersebut dipastikan dilampirkan karena belum dibayar
bertemu secara langsung dengan berdampak terhadap menurunnya oleh penjual objek pajak. Dengan
Wajib Pajak dan pihak-pihak terkait. pendapatan daerah. Menurutnya, tidak dipersyaratkannya proses
sampai bulan Mei 2013, pendapatan penelitian tersebut bukan tidak
Dampak dari Surat Edaran BPN dari sektor BPHTB di Palembang baru mungkin bahwa setiap transaksi
mencapai Rp 27 miliar dari target pengalihan hak tanah dan bangunan
Ditiadakannya proses penelitian penerimaan Rp 85 miliar. Apabila yang diproses di BPN, Pajak
ini akan sangat berpengaruh pada dibandingkan dengan periode yang Penghasilannya belum dibayarkan
potensi penerimaan di daerah sama tahun 2012, angka capaian sama sekali.
tersebut. Seperti yang disebutkan tersebut jauh menurun. Tahun
di atas, setelah dikeluarkannya 2012 dalam periode yang sama Sudah jatuh tertimpa tangga.
Surat Edaran tersebut, Wajib Pajak pendapatan BPHTB sudah mencapai Mungkin itulah peribahasa yang
dapat dikatakan bebas mengisi Rp 40 miliar dari target penerimaan cocok dengan kedaaan Kementerian
SPPD BPHTB sesuai kehendak 2012 sebesar Rp 80 miliar. Keuangan. Saat masih menjabat
hatinya. Wajib Pajak bahkan dapat sebagai Menteri Keuangan, Agus
mengisinya dengan nilai dibawah “Kebebasan tak terbatas” Martowardoyo pernah mengatakan
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena yang dimiliki oleh Wajib Pajak ini bahwa dirinya pesimis dengan
Pajak (NJOPTKP) yang berlaku sebenarnya tidak hanya berimbas pencapaian target penerimaan
di daerah tersebut agar pajak pada pendapatan daerah saja, tetapi negara dari sektor pajak sebesar Rp
terutangnya selalu nihil. Karena tidak juga pada penerimaan dari sektor 1.178,9 triliun. Apabila ditambah
ada proses penelitian sebagai sarana pajak Pemerintah Pusat. Tentu saja dengan dampak dikeluarkannya
bagi pemerintah untuk mengawasi hal ini bukan karena BPHTB, karena Surat Edaran ini, kemungkinan

72 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


insidereview
tidak tercapainya target penerimaan kewajiban perpajakannya dengan keleluasaan yang tak terbatas dan
negara akan semakin besar. Padahal, baik dan benar sesuai dengan dapat dikatakan diperbolehkan untuk
penerimaan dari sektor pajak ini ketentuan yang berlaku tanpa ada melakukan kecurangan-kecurangan
masih menjadi primadona dalam tindakan penghindaran pajak. Begitu dalam pembayaran pajaknya. Hal ini
membiayai APBN Indonesia. juga Wajib Pajak. Karena sudah tentunya berlawanan dengan harapan
melaksanakan kewajibannya, maka untuk mengikis timbulnya informasi
Perlu diketahui bahwa ekonomi adalah hal yang wajar jika Wajib asimetris. Dengan demikian, akan
Indonesia yang cukup baik ini ikut Pajak menuntut haknya. Menuntut timbul anggapan bahwa meskipun
mendorong pertumbuhan bisnis bahwa pembayaran yang telah BPN, Dinas Pendapatan Daerah, dan
properti di berbagai daerah. Hal ini dilakukan oleh mereka benar-benar Kementerian Keuangan merupakan
tentunya berbanding lurus dengan dipergunakan untuk pembangunan instansi pemerintah tetapi koordinasi
banyaknya pengalihan-pengalihan daerahnya. Keadaan yang dapat antara pihak tersebut sangatlah
hak atas tanah dan bangunan. dikatakan suatu simbiosis mutualisme kurang dan bahkan dapat dikatakan
Meskipun jumlah transaksinya tidak ini tentu saja tidak dapat terpenuhi saling sikut.
sebanyak transaksi terutang PPN, jika terdapat informasi asimetris.
namun dengan terus berkembangnya Untuk kepentingan kedua belah Jika latar belakang dikeluarkannya
bisnis properti dan besarnya pihak diperlukan upaya-upaya yang Surat Edaran ini adalah karena
transaksi terkait BPHTB ini biasanya bertujuan untuk mengikis informasi kelalaian Pemerintah Daerah yang
cukup besar, hal ini pastinya tidak asimetris dalam pelaksanaan terlalu lamban melakukan proses
hanya berpengaruh terhadap peraturan tersebut. penelitian, bukankah akan lebih baik
menurunnya penerimaan negara dan jika BPN membuat surat himbauan
penerimaan daerah. Berdasarkan uraian di atas, dapat kepada Pemerintah Daerah yang lalai
kita ketahui bahwa proses penelitian tersebut tanpa harus menghapus
Penutup ini merupakan komponen yang cukup proses penelitian? Yang menarik
penting karena merupakan alat sekarang adalah apakah langkah
Seperti yang telah disebutkan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak yang akan diambil oleh Pemerintah
sebelumnya, peraturan-peraturan oleh Pemerintah Daerah dan sebagai Daerah dan Kementrian Keuangan
yang berlaku, termasuk peraturan salah satu upaya yang dilakukan terhadap masalah ini? Apakah kedua
perpajakan, merupakan suatu untuk mengikis informasi asimetris. instansi ini hanya akan diam saja
bentuk kontrak politik antara Kurang tepat apabila alasan meskipun Penerimaan Negara dan
rakyat dan pemerintah. Idealnya dikeluarkannya Surat Edaran ini Penerimaan Daerah nyata-nyatanya
suatu kontrak dapat memuaskan adalah hanya untuk meningkatkan sudah menurun akibat Surat Edaran
masing-masing pihak terkait dalam pelayanan di bidang pertanahan yang tersebut?
transaksinya sesuai dengan harapan diberikan BPN saja. Surat Edaran
mereka. Pihak Pemerintah Daerah tersebut berdampak negatif terhadap Mari kita tunggu. IT

tentunya mengharapkan bahwa penerimaan negara dan penerimaan


semua Wajib Pajak melaksanakan daerah karena Wajib Pajak diberikan

Sumber :

1. B. Bawono Kristiaji, Asymmetric Information and Its Impact on Tax Compliance Cost in Indonesia: Conceptual
Approach, Working Paper No: 0113. Januari 2013. DANNY DARUSSALAM Tax Center.

2. http://korantransaksi.com/trans-nasional/validasi-bphtb-tidak-diperlukan-lagi/

3. http://www.radar-bekasi.com/?p=136308

4. http://utama.seruu.com/read/2013/05/20/164264/ippat-siap-beri-layanan-profesional-dalam-proses-
pendaftarantanah

5. http://www.beritabekasi.co/page/kanal/?id=3580&subid=1&kanal=bekasi&alias=Gandeng%20BPN,%20
Pemkab%20Bekasi%20Harap%20BPHTB%20Dapat%20Digenjot&page=detil

6. http://www.harianjogja.com/baca/2013/02/18/layanan-pengurusan-bphtb-lamban-sejumlah-ppat-dan-notaris-
mengadu-380247

7. http://iskandar-edi.blogspot.com/2013/05/realisasi-bea-perolehan-hak-atas-tanah.html

8. http://stanpajak.blogspot.com/2011/03/pengalihan-hak-pengelolaan-pajak-pbb.html

9. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/399128-menkeu-pesimis-target-pajak-2013-tercapai

InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 73


insideintermezzo
Ada Pakde,
Mon, saya sedang pokoknya dia
ada persoalan pajak sangat ahli!
nih. Kamu punya
WHPDQNRQVXOWDQ¬
ndak?
"ohh iya, iya,
hmm.. hmm..
oke !"

Di belakang
ruangan, konsultan
kedengarannya sih
Jadi begini Mas, sedang berdiskusi
persoalan dengan rekannya
saya..bla..bla..! (padahal lagi nanya
Pakde "Sebentar ya, Kring pajak*).
ditemani saya diskusikan *Kring Pajak
Mon dulu dengan tim meraih sejumlah
bertemu ahli saya." penghargaan di
ajang "The Best
teman Contact Center
MasMon yg 2013" dari
konsultan.
(ICCA).

Senang dapat
membantu
Wah, cepet Untung PakDe.
Gampang saja, konsultannya
banget persoalan PakDe jago ya mon.
masalahnya cukup diselesaikan Walau mahal,
selesai dengan bla..bla..bla persoalan
pajak saya
jadi cepat
selesai.

SUDOKU Panduan Praktis Dalam Perspektif Pajak


Internasional” yang akan diberikan secara
Pengumuman Pemenang
Lomba Menulis Artikel
gratis bagi 3 orang yang beruntung.
Inside Tax edisi 15:
2 9 3 7 Format Pengiriman
8 Subjek Email: “Jawaban Kuis Sudoku Selamat kepada Ega Okli
3 5 Inside Tax 16” Roseptia. Artikel saudara yang
Isi email: berjudul: “Informasi Asimetris
8 1 dalam Administrasi Bea
1. Nama Lengkap;
2 6 4 3 2. Scan identitas diri dalam bentuk file Perolehan Hak atas Tanah dan
5 9 pdf atau jpeg; Bangunan (BPHTB)” terpilih
3. Nama Organisasi / Instansi / menjadi artikel terbaik yang
4 8 dimuat dalam Inside Tax kali ini.
Perguruan Tinggi;
2 4. Alamat Lengkap; Pemenang berhak mendapatkan
3 6 9 2 5. Attachment jawaban kuis (bisa dalam hadiah berupa buku “Transfer
bentuk foto / scan jawaban, file Pricing: Ide, Strategi, dan
Ms.Word, atau Ms.Excel); dan Panduan Praktis Dalam Perspektif
Pembaca Inside Tax, Inside Pajak Internasional” serta
Intermezzo kali ini menghadirkan sebuah 6. Berikan komentar / kritik / saran
Anda untuk majalah Inside Tax. mendapatkan diskon 50% untuk
quiz sudoku berhadiah. Anda dapat salah satu kegiatan training yang
mengirimkan jawabannya via email ke Jawaban paling lambat kami terima diselenggarakan oleh DANNY
alamat: insidetax@dannydarussalam. pada hari Minggu, 13 Oktober 2013 DARUSSALAM Tax Center di tahun
com pukul 24.00 WIB. Pengumuman 2013. Hadiah akan segera kami
Tersedia buku terbaru kami yaitu pemenang akan kami tayangkan pada kirimkan ke alamat saudara.
“Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Inside Tax Edisi ke 17.

74 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013


Program Training & Seminar
DANNY DARUSSALAM Tax Center

Periode: September - Desember 2013


Berikut ini informasi mengenai program training & seminar yang akan diselenggarakan oleh
DANNY DARUSSALAM Tax Center periode September - Desember 2013:

No. Nama Kegiatan (Training) Waktu Kegiatan


1 Transfer Pricing Course - Executive Class Setiap Sabtu, 14 September s.d 19 Oktober 2013
2 Transfer Pricing Course - Regular Class Selasa & Kamis, 17 Oktober s.d 21 November 2013
3 International Taxation Course - Executive Class Setiap Sabtu, 9 November s.d 14 Desember 2013

No. Nama Kegiatan (Seminar) Waktu Kegiatan


1 Recent Developments in International Taxation Selasa, 24 September 2013
Transfer Pricing Recent Developments:
2 Selasa, 29 Oktober 2013
Global & Domestic
3 Cross-border VAT Selasa, 17 Desember 2013

Training: Executive Class Training: Regular Class

Biaya: Rp 6.000.000,- (sudah termasuk hand- Biaya: Rp 5.000.000,- (sudah termasuk


out, bahan materi ajar, snack dan makan hand-out, bahan materi ajar, makan malam,
siang, sertifikat, goodie bag) sertifikat,goodie bag)
Sabtu, 09.30 s.d 15.30 WIB Selasa & Kamis, 18.30 s.d 21.00 WIB
Periode belajar 1,5 bulan (4 sesi + 1 ujian) Periode belajar 1,5 bulan (8 sesi + 1 ujian)

Seminar:
Seluruh program training & seminar
diselenggarakan di Ruangan Training Center
Biaya: Rp 2.500.000,-
Fasilitas yang disediakan: seminar kit, updated DANNY DARUSSALAM Tax Center
hardcopy material, sertifikat, coffee break
dan makan siang, library access, dan fasilitas
modern pendukung lainnya Informasi & Pendaftaran (contact person):

Ms. Eny Marliana


Lokasi: Mobile : +62 815 898 0228
Menara Satu Sentra Kelapa Gading 6th floor Email : eny@dannydarussalam.com
(Unit #0601) Ms. Mita Ayu
Jl. Boulevard Kelapa Gading LA3 No.1 Mobile : +62 812 8041 4460
Summarecon Email : mita@dannydarussalam.com
Kelapa Gading, Jakarta Utara, 14240, Indonesia
InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 75
MILIKI SEGERA!

Testimonial
“I ni adalah buku pertama tentang transfer pricing
yang ditulis secara komprehensif dan mendalam.
Cakupan kajian yang seimbang antara aspek teoritis
“E konomi dunia yang semakin terintegrasi dan mengglobal
membuat risiko pemajakan berganda yang dihadapi
perusahaan multinasional akibat permasalahan Cross-
dan praktis yang diracik dengan berbagai tilikan border Transfer Pricing menjadi semakin besar. Hal yang
kasus menunjukkan bahwa buku ini dipersiapkan sama akan dihadapi pula oleh perusahaan-perusahaan di
dengan baik. Para penulisnya adalah para spesialis Indonesia yang berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan
yang berhasil memadukan kompetensi teknis dan multinasional. Pemahaman yang lengkap atas ketentuan
kemampuan artikulasi yang baik. Jika selama ini dan praktik Transfer Pricing baik yang berdimensi lokal
diskusi tentang transfer pricing lebih mirip mitos dan maupun internasional menjadi kunci untuk menghadapi
teka teki, maka buku ini berhasil memecahkannya. masalah tersebut. Buku Transfer Pricing terbitan DANNY
Aneka kompleksitas konsep dan istilah teknis disajikan DARUSSALAM Tax Center ini menjadi jawaban yang tepat.
dalam paparan yang jelas dan tuntas. Siapa pun yang Ya, buku inilah satu-satunya di Indonesia yang mengupas
sungguh-sungguh ingin memahami dan mendalami isu tuntas permasalahan Transfer Pricing mulai dari konsep
transfer pricing wajib memiliki dan membaca buku ini. sampai aspek-aspek teknis penerapannya. Saya yakin buku
Komunitas perpajakan Indonesia pun patut bersyukur ini akan menjadi bacaan wajib bagi praktisi perpajakan
atas hadirnya buku ini.” internasional di Indonesia.”

Yustinus Prastowo Dudi Wahyudi


Tax Partner, RSM AAJ Jakarta Widyaiswara, Pusdiklat Pajak

DANNY DARUSSALAM Tax Center


Info Pemesanan Hubungi: (PT Dimensi Internasional Tax)
Eny atau Mita Menara Satu Sentra Kelapa Gading, Lantai 6 Unit #0601
Phone: +6221 2938 5758 Jl. Bulevar Kelapa Gading LA3 No. 1, Summarecon
E-mail: service@dannydarussalam.com Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240, Indonesia
Subject: “Pre Order Buku TP” Phone: +62 21 2938 5758
Fax: +62 21 2938 5759
76 InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013
Website: www.dannydarussalam.com

Anda mungkin juga menyukai