Desain K elembaga an
Perluk ah Ditjen Pajak
Terpisah dari K emenk eu?
4 Inside Greetings
16 Inside Profile
Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.Hum.
InsideHeadline: Perlukah Ditjen Pajak
19 Inside Reader Terpisah dari KemenKeu?
20 Inside Reportase
Pergerakan Dunia Melawan Penghindaran Pajak 40
26 Newsflash Domestik
28 Inside Review
Benturan Hukum pada Pengenaan PPh Final Bagi
Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
InsideReview: Quo Vadis Insentif
33 Inside Event Pajak di Indonesia
Seminar Transfer Pricing Audit and Dispute
Resolutions
34 Inside Review 48
Adakah Jaminan Hak-hak Wajib Pajak dalam
Konstitusi Kita?
38 Tax Enlightenment
46 Newsflash International InsideCourt: Penemuan Hukum dalam
54 Inside Profile
Untoro Sejati
Sengketa Pajak
56 Inside Regulation 68
Perlakuan PPh untuk Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
61 Inside Library
66 Inside Event - AFI
InsideReview: Informasi Asimetris
74 Inside Intermezzo dalam BPHTB
InsideTax | Edisi 16 | Juli-Agustus 2013 3
INSIDEGREETINGS
“ E
1. Pendahuluan
fficiency of a tax system is not determined only
by appropriate legal regulation but also by the
efficiency and integrity of the tax administration.”
(Nicholas Kaldor, 1980)
“D
negara lain.
ewasa ini, model otoritas
lembaga yang ditunjuk untuk menyelesaikan sengketa
pajak yang berada dalam garis
pajak; (v) lembaga kepolisian atau pengadilan pidana;
(vi) konsultan pajak; dan (vii) Wajib Pajak. Lihat Arindam struktur tradisional (direktorat
Das-Gupta, “Implications of Tax Administration for Tax
Design: A Tentative Assessment,” dalam The Challenge
of Tax Reform in A Global Economy, ed. James Alm, Jorge
di bawah Kementerian Keuangan)
Martinez-Vazquez, dan Mark Rider (New York: Springer,
2010), 366. Dalam tulisan ini, komponen yang disorot
semakin banyak ditinggalkan."
adalah tax department atau otoritas pajak atau badan
penerimaan yang berfungsi sebagai administrator.
6 Di beberapa literatur, sering juga disebut sebagai
Revenue Authority Model ataupun Unified Semi-
Autonomous Revenue Bodies.
Transformasi
Oleh karena itu, penting untuk dicatat
bahwa peningkatan penerimaan
pajak bukanlah tujuan langsung dari Perbaikan pelayanan
implementasi SARA; meningkatnya bagi Wajib Pajak
kepatuhan dan penerimaan pajak
justru merupakan konsekuensi logis Administrasi
dari semakin efektif dan efisiennya Badan perpajakan
Sumber daya manusia
administrasi pajak (lihat Gambar 3). penerimaan berkualitas yang efektif
yang semiotonom
dan efisien
Walau demikian, beberapa pihak
juga berpendapat bahwa SARA
justru dapat memberikan implikasi konsekuensi
Kapabilitas organisasi
yang buruk. Beberapa di antaranya logis
dan profesionalisme
adalah:26
B
erhasil atau tidaknya ketentuan dinegosiasikan. Biasanya, kompensasi
tersebut ditentukan atas dua kategori
perpajakan maupun seberapa formula. Kategori pertama berupa
efisien atau tidaknya sistem suatu persentase sebesar 1,65% dari
proyeksi penerimaan pajak yang dapat
perpajakan, suka atau tidak, ditentukan dikumpulkan di suatu periode fiskal.
Kategori kedua berdasarkan kinerja.
oleh lembaga otoritas pajak." Suatu bonus insentif akan diberikan
sebesar 2% dari selisih antara proyeksi
dan realisasi, jika realisasi berada di
atas proyeksi.31
60%
50%
Sangat Berkurang
40% Berkurang
Agak Berkurang
30%
Tidak Ada Perubahan
Agak Bertambah
20%
Bertambah
0%
Peru Meksiko Venezuela Bolivia
Sumber: Diolah dari penelitian Taliercio seperti dikutip oleh Rosario G. Manasan, “Tax Administration Reform: (Semi-) Autonomous
Revenue Authority Anyone?,” Discussion Paper Series No. 2003-05, Philippine Institute for Development Studies, (2003): 6.
10,83% di tahun 1990 menjadi Taliercio juga berpendapat justru faktor kelembagaan sudah
35,20% di tahun 2003. Jumlah bahwa dukungan dari sektor swasta sedemikian buruk untuk mencapai
Wajib Pajak yang terdaftar meningkat (komunitas bisnis dan akademisi) hal tersebut. Dengan demikian,
dari 895 ribu di tahun 1993 menjadi turut mempengaruhi penurunan segala kebijakan maupun improvisasi
1,8 juta di akhir tahun 1997 atau tingkat korupsi dan peningkatan administrasi perpajakan yang bersifat
meningkat lebih dari 2 kali lipat. pelayanan publik karena dukungan parsial tidak akan berpengaruh apa-
tersebut berhasil mempertahankan apa. SARA didorong atas situasi
Lalu bagaimana dengan dampak otonomi otoritas pajak di Peru dari putus asa dari penyelenggara negara
implementasi SARA pada pelayanan pengaruh pemerintah. Singkatnya, yang kemudian berinisiatif untuk
dan tingkat korupsi pajak? Penelitian Peru merupakan contoh sukses dari merombak kelembagaan pemungutan
yang dilakukan oleh Taliercio implementasi SARA. pajak secara total dan komprehensif.
(2001)35 atas Peru dan 3 negara Perombakan ini merupakan upaya
lain di kawasan Amerika (Meksiko, 7. Perlukah Re-Desain untuk mendapatkan suatu kondisi
Venzuela, Bolivia) menunjukkan Kelembagaan Administrasi “babak baru” serta sinyalemen politik
bahwa implementasi SARA di Peru Perpajakan Kita? atas upaya perbaikan administrasi
dapat secara efektif menurunkan perpajakan.
tingkat korupsi dan di sisi lain Pertanyaan selanjutnya adalah:
memperbaiki pelayanan administrasi apakah Indonesia perlu mengadopsi Di Indonesia situasi yang dapat
pajak. 36 Peru menunjukkan hasil model SARA bagi otoritas pajaknya? dianggap kronis tersebut sebenarnya
yang baik dalam penurunan tingkat Jawaban atas hal ini tidak mudah tidak terjadi. Kita seharusnya masih
korupsi dan peningkatan pelayanan karena harus ditelusuri dari apa tetap optimis dengan segala reformasi
publik, sedangkan tiga negara yang menjadi tujuan dan kebutuhan pajak yang telah berlangsung selama
lainnya, tidak ada perubahan tingkat pemerintah di sektor perpajakan serta satu dekade terakhir. Kisah sukses
korupsi, walaupun dari sisi pelayanan sejauh mana SARA dapat memfasilitasi mengenai Kring Pajak, dibangunnya
menunjukkan perubahan ke arah kebutuhan tersebut. Large Tax Officer (LTO), terus
(sedikit) lebih baik (Gambar 5 dan 6). meningkatnya realisasi penerimaan
Di banyak negara, SARA sering pajak, hingga interaktifnya situs
35 Penelitian oleh Taliercio (2000) seperti dikutip oleh kali berangkat dari situasi perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Rosario G. Manasan, Op.Cit,. 5-6.
yang sudah cukup kronis. Kronis menunjukkan bukti-bukti tersebut.
36 Survei dilakukan atas Wajib Pajak perusahaan-
dalam artian, ketika kebutuhan Jadi, jika tren perbaikan tersebut
perusahaan besar (WP besar), konsultan pajak
profesional, sektor swasta dan organisasi profesional penerimaan pajak tinggi namun sudah menunjukkan arah yang positif,
yang peduli terhadap masalah-masalah perpajakan.
60%
50%
Sangat Berkurang
40% Berkurang
Agak Berkurang
30%
Tidak Ada Perubahan
Agak Bertambah
20%
Bertambah
0%
Peru Meksiko Venezuela Bolivia
Sumber: Diolah dari penelitian Taliercio seperti dikutip oleh Rosario G. Manasan, “Tax Administration Reform: (Semi-) Autonomous
Revenue Authority Anyone?,” Discussion Paper Series No. 2003-05, Philippine Institute for Development Studies, (2003): 6.
apakah ide mengenai SARA perlu semakin stabilnya otonomi tersebut yang semi-otonom (SARA) di bawah
untuk dipertahankan? juga akan menciptakan kinerja struktur kementerian tidak dapat
perpajakan yang semakin membaik dimungkinkan karena benturan dengan
Jawabannya: ya. Fakta bahwa pula. Hal ini dikarenakan adanya suatu berbagai ketentuan administrasi
dalam 11 tahun terakhir, DJP hanya delegasi kewenangan yang lebih besar pemerintahan secara umum. Satu-
mampu 2 kali mencapai target kepada pimpinan otoritas pajak dapat satunya pilihan yang memungkinkan
penerimaan pajaknya penting untuk mempercepat reformasi perpajakan otonomi tersebut hanya dengan cara
dicermati.37 Memang betul bahwa secara berkesinambungan. 38 memisahkan DJP dari Kementerian
hingga saat ini tidak diketahui dengan Dengan demikian, ide mengenai Keuangan.
pasti bagaimana target penerimaan SARA hendaknya tidak dapat
pajak ditentukan, sehingga proyeksi dikesampingkan begitu saja. Dipisahkannya DJP dari
yang dilakukan semata-mata hanya Kementerian Keuangan juga dapat
mengacu pada proses pembicaraan Pertanyaan berikutnya, perlukah dilakukan bersamaan dengan
antara pemerintah dengan Dewan DJP terpisah dari Kementerian pembentukan suatu badan baru
Perwakilan Rakyat (DPR) saja. Namun, Keuangan? Jawabannya: ya. yang berfungsi sebagai administrasi
di sisi lain hal ini mengindikasikan Kebutuhan untuk memiliki penerimaan negara. Badan baru
adanya kelemahan kapasitas administrasi perpajakan yang efektif tersebut merupakan gabungan dari
administrasi perpajakan. dan efisien dapat diwujudkan dengan DJP dan Ditjen Bea dan Cukai. Walau
diberikannya kewenangan (otonomi) demikian, pemisahan tersebut harus
Selain itu, kajian empiris yang yang lebih luas bagi DJP, terutama dilakukan dengan beberapa syarat,
dilakukan oleh Taliercio (2004) pada hal-hal seperti kebijakan seperti: mekanisme akuntabilitas yang
memberikan suatu temuan penting, kepegawaian, alokasi anggaran, dan jelas, pembatasan kekuasan untuk
yakni semakin otonom otoritas pengorganisasian. Di beberapa negara pengenaan pajak, hingga komitmen
pajak maka biaya memungut lain, otonomi yang lebih luas tidak politik yang berkesinambungan.
pajak (collection cost) memiliki secara otomatis diartikan sebagai
kecenderungan yang semakin mengecil pemisahan otoritas (direktorat) pajak (Bersambung ke halaman 62)
atau semakin efisien. Lebih lanjut lagi, dari lembaga Kementerian Keuangan.
Namun, di Indonesia kelembagaan
37 Detikfinance. “Dirjen Pajak: Dalam 11 Tahun
Terakhir, Baru 2 Kali Target Pajak Tercapai,” 17 Juni 2013. 38 Lihat Robert Taliercio Jr. “Designing Performance:
Dapat diakses pada http://finance.detik.com/read/20 The Semi-Autonomous Revenue Authority Model in
13/06/17/112636/2275307/4/dirjen-pajak-dalam-11- Africa and Latin America,” World Bank Policy Research
tahun-terakhir-baru-2-kali-target-pajak-tercapai. Working Paper 3423, (2004).
“ N
etralitas hakim, ya itu kewajiban!”
Demikian ungkapan tegas
Bapak Jaja Ahmad Jayus, salah
satu anggota Komisi Yudisial RI, saat
diwawancarai mengenai Pengadilan
Pajak, oleh redaksi Inside Tax (31/7).
K
omisi Yudisial (KY) adalah Jakarta (Pasal 3 Undang-Undang yang dilakukan KY pada tahun 2012,
lembaga Negara yang memiliki Nomor 14 Tahun 2002 tentang ia mengungkapkan perlunya dibentuk
wewenang dalam mengusulkan Pengadilan Pajak); Pengadilan Pajak di daerah-daerah
pengangkatan hakim agung dan lain di seluruh Indonesia yang tingkat
hakim ad hoc di Mahkamah (ii) hakim Pengadilan Pajak sengketanya tinggi.
mayoritas berasal dari pensiunan
Agung; serta wewenang lain dalam
atau yang akan pensiun dari
rangka menjaga dan menegakkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Dari sisi pelayanan, hal tersebut
kehormatan, keluhuran martabat, atau Direktorat Jenderal Bea dan akan memudahkan Pengadilan Pajak
dan perilaku hakim, termasuk Hakim Cukai (DJBC), serta; dan memperluas upaya penanganan
Pengadilan Pajak. sengketa pajak yang masuk.
(iii) pembinaan teknis peradilan bagi Sehingga penumpukkan sengketa di
Dalam wawancara dengan redaksi Pengadilan Pajak dilakukan oleh Pengadilan Pajak, dapat dikurangi.
Inside Tax, pria yang menjabat Mahkamah Agung, sedangkan Lebih lanjut lagi, ia menegaskan
sebagai Ketua Bidang Sumber Daya pembinaan organisasi, bahwa penambahan jumlah
Manusia, Advokasi Hakim, Penelitian administrasi, dan keuangan Pengadilan Pajak tersebut tidak akan
dan Pengembangan ini menjelaskan dilakukan oleh Kementerian mengurangi efektivitas pengawasan
Keuangan.
bahwa Komisi Yusial terus menerus yang dilakukan KY, karena kantor-
melakukan riset mengenai model Perlunya Dibentuk Pengadilan kantor penghubung KY di setiap
pengawasan yang tepat terhadap Pajak di Banyak Daerah daerah telah siap menjalankan tugas
Pengadilan Pajak. Model ini penting pengawasan tersebut.
karena berbeda dengan pengadilan- Berkaitan dengan poin mengenai
pengadilan khusus lainnya, jumlah Pengadilan Pajak di “Komisi Yudisial punya
Pengadilan Pajak memiliki keunikan seluruh Indonesia, Bapak Jaja penghubung-penghubung di daerah,
tersendiri diantaranya: membandingkan dengan Pengadilan seperti yang sekarang sudah kita
Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) bentuk, ada di Sumatera Utara,
(i) Hanya ada satu Pengadilan Pajak Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan,
yang tersebar di beberapa tempat di
di seluruh Indonesia, yakni di Nusa Tenggara Barat, Surabaya (Jawa
Indonesia. Berdasarkan hasil riset
2 Tax Research LLP, “Closing the European Tax 3 Bloomberg Businessweek Magazine, “The Tax
1 Toni Febriyanto adalah Tax Researcher, Tax Research Gap: Report for Group of the Progressive Alliance of Haven That’s Saving Google Billions”, Internet, dapat
and Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax Socialists & Democrats in the European Parliament,” diakses melalui: http://www.businessweek.com/
Center. (2012): 21. magazine/content/10_44/b4201043146825.htm
O toritas pajak
yang melakukan
investigasi
menganggap struktur
pajak perusahaan-
AOE10. Keduanya memiliki perjanjian
CSA (cost sharing agreement)
dengan Apple Inc. Dalam perjanjian
tersebut, Apple Inc. memiliki hak
atas kekayaan intelektual terkait
sebanyak 3,5% saja dari total
seluruh karyawan Apple.
B
G-20
dari Rusia menyatakan dukungannya melawan tax avoidance merupakan penghasilan dan bagaimana skema
untuk menerapkan juga Action Plan salah satu prioritas Inggris dalam transaksi yang digunakan untuk
di negara-negara selain G20. Lebih memimpin G8. Inggris ingin memperoleh penghasilan tersebut.
lanjut, dia memberikan catatan bahwa menyatukan negara-negara dengan Kewajiban pelaporan mendetail
penerapan Action Plan mengarah ekonomi terbesar di dunia termasuk tersebut diharapkan dapat membuat
kepada lahirnya rekomendasi AS, Jepang, Jerman, dan ditambah perusahaan multinasional lebih
terkait aturan tentang pembebanan dengan Uni Eropa untuk segera sulit memindahkan labanya (profit
suatu biaya, revisi aturan transfer mengambil tindakan. shifting).
pricing, aturan pajak yang lebih
ketat bagi pengelolaan laba dari Tak ketinggalan, isu mengenai Menurut negara-negara G8, yang
perusahaan asing (CFC), dan juga penghindaran pajak juga dibicarakan menjadi masalah bagi otoritas pajak
menanggulangi penggelapan pajak di antara negara-negara G8. Hal itu adalah perusahaan multinasional
dunia bisnis yang berkembang pesat, terlihat dari communique pertemuan tidak melaporkan di mana sebenarnya
seperti ekonomi digital. Sayangnya, G8 di Lough Erne.15 Memang, dalam laba mereka dihasilkan. Padahal,
negara anggota G20 yang lain justru pertemuan tersebut, negara-negara dengan mengetahui di mana laba
meragukan komitmen Rusia, karena G8 banyak membicarakan tentang tersebut dihasilkan, otoritas akan
mereka justru menganggap banyak penggelapan pajak, hukuman bagi lebih mudah mengidentifikasi
perusahaan Rusia yang didirikan pelanggarnya, dan bagaimana adanya profit shifting yang dilakukan
di luar negeri dengan tujuan untuk mereka ingin mendorong pertukaran oleh perusahaan-perusahaan
menghindari pajak. informasi. Namun, di antara multinasional.
berbagai hal tersebut, dibahas
Pertemuan negara-negara juga perkembangan isu perlawanan Di antara negara-negara anggota
G20 yang dihadiri oleh negara terhadap penghindaran pajak. G8 yang antusias mendukung
berkembang seperti India dan Cina Action Plan OECD adalah Jerman,
merupakan momentum bagi OECD Perhatian G8 terhadap isu sedangkan beberapa negara anggota
untuk menyebarluaskan rekomendasi ini salah satunya tercermin lainnya justru bersikap skeptis
terkait BEPS ke negara-negara non- pada sebuah kalimat di halaman tentang topik tersebut. Hal ini salah
anggota OECD. Dengan melibatkan pertama communique G8 yang satunya didorong oleh anggapan
negara-negara berkembang dalam berbunyi “kami akan bekerja untuk mereka tentang Inggris yang
G20, pernyataan OECD dalam BEPS menciptakan kerangka umum bagi ironisnya justru memiliki banyak
Report bahwa prinsip-prinsip pajak perusahaan multinasional untuk teritori yang dianggap sebagai tax
internasional tidak lagi mampu melaporkan kepada otoritas pajak haven, yaitu: Channel Islands,
menciptakan sistem perpajakan di mana mereka memperoleh Gibraltar, the Cayman Islands,
yang adil di era globalisasi dan penghasilan dan membayar British Virgin Islands. Selain itu,
e-commerce seperti sekarang ini pajaknya di seluruh dunia”. Kalimat mereka beranggapan bahwa sistem
menunjukkan perlunya revisi sistem ini menggambarkan bahwa ke pajak internasional yang dibuat lebih
perpajakan internasional dengan depannya perusahaan multinasional dari seabad lalu sangat sulit untuk
lebih melibatkan suara negara-negara harus melaporkan secara detail ke diubah. IT
berkembang dalam prosesnya. otoritas pajak tentang di negara
mana saja mereka memperoleh
G8
15 Policy paper, “2013 Lough Erne G8 Leaders’
Perdana Menteri Inggris, David Communiqué”, Internet, dapat diakses melalui: https://
Cameron, menyatakan bahwa www.gov.uk/government/publications/2013-lough-
erne-g8-leaders-communique
Dengan demikian, payung hukum dengan Skema III. metode penghitungan pajak
penerbitan PP ini tidak tepat dan administrasi perpajakan
apabila mengacu pada ketentuan Gambar 1 menunjukkan terdapat- yang lebih sederhana, jumlah
Pasal 4 Ayat (2) Huruf e UU PPh. nya benturan antara Skema pajak yang dibayarkan juga
I dengan Skema III, karena menjadi lebih kecil, sebagaimana
Subjek Pajak dari Skema III ini dapat dilihat pada ilustrasi
2) Benturan antara Ketentuan Pasal
merupakan bagian dari Subjek penghitungan pajak berikut ini:
14 Ayat (2) UU PPh dengan PP No. Pajak yang ketentuannya selama Ny. Ani adalah seorang ibu rumah
46 Tahun 2013 ini telah diatur dalam Pasal 14 tangga yang memiliki usaha salon
Ayat (2) UU PPh. Jika Skema III kecantikan di daerah Kebayoran
Gambar 1 di bawah ini ini diterapkan, tentu skema ini Baru, Jakarta Selatan. Omzet
memberikan visualisasi mengenai akan lebih menarik bagi Wajib salon beliau selama setahun
benturan antara ketentuan Pasal Pajak Orang Pribadi (WPOP) adalah Rp 1.200.000.000 (satu
14 Ayat (2) UU PPh yang diwakili yang melakukan kegiatan usaha miliar dua ratus juta rupiah),
dengan Skema I dengan PP No. jika dibandingkan dengan dengan rata-rata omzet perbulan
46 Tahun 2013 yang diwakili Skema I yang telah berlaku adalah sebesar Rp 100.000.000
selama ini. Karena selain (seratus juta rupiah).
3) Benturan antara Ketentuan Pasal yang lebih sederhana, tidak ada usaha rata-rata PT ABC per bulan
kewajiban menyelenggarakan adalah sebesar Rp 200.000.000.
31E UU PPh dengan PP No. 46
pembukuan cukup dengan
Tahun 2013 pencatatan, jumlah pajak yang
dibayarkan juga menjadi lebih 4. Penutup
Ketentuan Pasal 31E UU PPh yang kecil, sebagaimana dapat dilihat
menyatakan bahwa Wajib Pajak pada ilustrasi penghitungan pajak Suatu kebijakan baru selalu
Badan Dalam Negeri dengan berikut ini: memunculkan pro dan kontra
peredaran bruto sampai dengan di masyarakat, tidak terkecuali
Rp 50.000.000.000 (mendapat kebijakan pengenaan PPh Final
PT ABC bergerak di bidang
fasilitas berupa pengurangan tarif bagi pelaku UMKM ini. Secara
usaha tekstil dengan Pendapatan
sebesar 50% dari tarif Pasal 17 konsep perpajakan, kebijakan
Usaha selama setahun sebesar
Ayat (1) Huruf b dan Ayat 2(a) PPh Final ini merupakan alternatif
Rp 2.400.000.000 dan
yang dikenakan atas Penghasilan metode pemungutan pajak yang
Penghasilan Kena Pajak sebesar
Kena Pajak dari bagian peredaran tepat bagi pelaku UMKM karena
Rp 240.000.000. 4 Pendapatan
bruto sampai dengan Rp selain administrasi perpajakan yang
4.800.000.000). Gambar 2 mudah bagi kedua belah pihak baik
memberikan visualisasi mengenai
4 Berdasarkan Data BI, untuk usaha skala dari sisi Wajib Pajak dan Petugas
menengah, 64,5% dari pengusaha tersebut
benturan antara ketentuan Pasal memiliki net margin sebesar 10%. Pajak. Kebijakan ini dapat menjadi
31E yang diwakili dengan Skema
II dengan PP No. 46 Tahun 2013
yang diwakili dengan Skema III.
“D
terdapat benturan antara Skema
II dengan Skema III, karena it i nj a u d a ri a s p e k
Subjek Pajak dari Skema III
ini merupakan bagian dari
l e g a l i ta s nya , ke b i j a ka n PPh
Subjek Pajak yang ketentuannya f i n a l ya n g ke te n tu a n nya
selama ini telah diatur dalam d i a tu r d a l a m PP N o . 4 6 Ta h u n
Pasal 31E. Jika Skema III ini
diterapkan, tentu skema ini 2013 i n i tu m p a n g t i n d i h
akan lebih menarik bagi Wajib d e n g a n ke te n tu a n Pa s a l 14 Aya t (2) d a n
Pajak Badan yang melakukan Pa s a l 31E U U PPh .”
kegiatan usaha jika dibandingkan
dengan Skema II yang telah
berlaku selama ini karena selain
metode penghitungan pajak
dan administrasi perpajakan
Seminar
Transfer Pricing Audit and
Dispute Resolutions
Isu transfer pricing (TP) merupakan sebuah isu yang contoh, perkembangan di kawasan Oseania yang memiliki
dinamis, sejalan dengan perkembangan bisnis global yang pembaruan tentang ketentuan dokumentasi, benua Asia yang
berkembang pesat. Karena itulah, semua pihak yang terkait mengalami intensitas penggunaan APA yang meningkat, atau
dengan TP, baik itu akademisi, pelaku bisnis, praktisi, maupun bagaimana otoritas pajak di benua Afrika terus meningkatkan
regulator harus terus menerus memperbarui pengetahuannya kompetensinya terkait TP.
tentang TP. Berdasarkan hal tersebut, DANNY DARUSSALAM
Tax Center (DDTC), sebagai NQRZOHGJH EDVHG ÀUP Tidak hanya sampai di sana, peserta juga dibekali
yang berpengalaman di bidang pajak domestik maupun berbagai aspek praktis tentang TP, seperti bagaimana
internasional, berusaha untuk berbagi pengetahuan dan melakukan analisis FAR (Fungsi, Aset, dan Risiko),
pengalamannya di bidang TP dalam bentuk kursus maupun bagaimana memilih metode TP yang tepat, dan bagaimana
seminar. Salah satu seminar TP yang diadakan DDTC adalah melakukan comparability analysis. Lebih lanjut, peserta
seminar yang berjudul “Transfer Pricing Audit And Dispute juga mendapatkan pemaparan komprehensif tentang aspek-
Resolutions”. Seminar ini berlangsung pada tanggal 27 Juni aspek TP dari transaksi intragrup yang kini sedang banyak
2013 di training center DDTC, Kelapa Gading. digunakan oleh multinasional, seperti transaksi aset tidak
berwujud, jasa, serta pendanaan internal. Sebagai penutup,
Materi yang dipaparkan mengambil perspektif yang peserta disuguhi pandangan tentang bagaimana proses
digunakan tidak hanya dari Indonesia, namun juga disesuaikan sengketa yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kekuatan
dengan perkembangan global. Contoh penggunaan perspektif posisi Wajib Pajak.
domestik adalah pengkajian PMK No. 17/PMK.03/2013
untuk membahas Tatacara Pemeriksaan TP di Indonesia. Seminar ini dihadiri oleh para peserta yang berasal
Selain itu, terdapat pula bahasan mengenai update peraturan dari berbagai latar belakang. Dari mulai praktisi TP dari
domestik tentang pemeriksaan TP di Indonesia (PER-22 perusahaan multinasional hingga dari kalangan pemerintahan
Tahun 2013) terutama mengenai kelebihan, kelemahan, seperti Pusdiklat Pajak. Sedangkan pembicara dalam
dan implikasinya bagi Wajib Pajak. Lebih lanjut, tentang seminar ini merupakan orang-orang terpilih dari DDTC yang
penyelesaian sengketa, pemateri juga memaparkan PER-48 berpengalaman dalam mengkaji maupun menangani kasus-
Tahun 2010 tentang Mutual Agreement Procedure dan PER- kasus TP. IT
69 Tahun 2010 tentang Advanced Pricing Agreement.
organ-
jarang mendapat perhatian memadai Tulisan ini ingin mengajak pembaca konstitusi. Oleh karena itu, menjadi
dari kalangan ahli hukum adalah memperbincangkan isu yang relatif relevan apabila kita melihat apa
isu hak-hak Wajib Pajak, dan jarang diperdebatkan sebagai isu yang dikatakan dalam konstitusi
perlindungannya dalam sistem yang menyangkut kepentingan terkait dengan hak-hak Wajib Pajak.
hukum di Indonesia. Yang lebih publik, yaitu hak-hak Wajib Pajak Dalam kerangka tersebut, tulisan ini
sering mendapat perhatian yang luas dan perlindungannya. Tulisan ini mencoba mengeksplorasi apakah
tertuju pada isu kewajiban Wajib mencoba mengeksplorasi isu krusial konstitusi secara eksplisit menjamin
Pajak, dan bagaimana meningkatkan tersebut dalam kaitannya dengan hak-hak Wajib Pajak. Pembahasan
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak. isu perlindungan hak asasi manusia isu tersebut sangat penting dalam
Apalagi untuk negara kita yang masih pada umumnya. Sebab, konsep hak- upaya menempatkan hubungan
hak Wajib Pajak berhubungan sangat seimbang antara negara (yang berhak
erat dengan gagasan hak asasi menetapkan pajak) dan warga negara
1 Penulis adalah mantan Ketua Komisi Nasional Hak manusia. sebagai Wajib Pajak, sehingga
Asasi Manusia (2007-2012), sekarang Advokat pada
Publica Law Firm. Tulisan ini merupakan pendapat dapat menghindari penyalahgunaan
pribadi penulis. Kebenaran isi dan informasi dalam Pembahasan mengenai isu hak- kekuasaan oleh negara dan otoritas
tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab
penulis.
hak Wajib Pajak pertama-tama pajak dalam menarik pajak.
K
menjelaskan perilaku menyimpang penegakannya. e kuasaan negara untuk
otoritas pajak dari aspek finansial Tercakup di mengenakan pajak perlu
saja. Padahal, aspek non- dalamnya baik pula dibatasi supaya
finansial dalam hubungan otoritas hukum material tidak menjadi berlebihan.
pajak dengan Wajib Pajak sering maupun hukum
mengemuka. Contohnya, sulitnya formal. Selain
Pembatasannya harus
mendapatkan informasi yang ditemukan di dilakukan melalui hukum, yaitu
diperlukan oleh Wajib Pajak dari dalam perundang- melalui persetujuan parlemen
otoritas pajak. Padahal, informasi u n d a n g a n , (DPR) yang merupakan representasi
tersebut diperlukan untuk mengambil secondary legal Wajib Pajak.”
keputusan yang tepat berkenaan rights juga
dengan keberlangsungan hidup atau terdapat di dalam
usahanya. Jadi, merumuskan definisi ranah hukum
hak-hak Wajib Pajak yang pas dan administrasi, yang
diterima sangat diperlukan. Hak- menyediakan hak-hak administratif pembahasan yang menjadi pokok
hak Wajib Pajak inilah yang menjadi utama dan juga hak-hak administratif tulisan ini: adakah jaminan hak-hak
objek perlindungan. sekunder. Ini kita temukan dalam Wajib Pajak dalam konstitusi kita?
regulasi-regulasi yang dibuat baik
Sekarang timbul pertanyaan, oleh Menteri Keuangan maupun oleh Marilah kita melihat apa yang
hak-hak apa saja yang tercakup otoritas pajak (Direktur Jenderal diatur dalam konstitusi (UUD) kita.
ke dalam hak-hak Wajib Pajak itu? Pajak). Karakteristik dari hak-hak ini Setelah reformasi di Indonesia, UUD
Duncan Bentley membantu kita tidak sekuat hak-hak yang ditemukan 1945 telah mengalami empat kali
menjawab pertanyaan ini dengan dalam perundang-undangan yang perubahan (amandemen). Sebelum
membuat klasifikasi hak-hak Wajib disahkan oleh parlemen (DPR). diubah, UUD 1945 dikenal sebagai
Pajak dalam bukunya yang terkenal, UUD yang “singkat” dan “supel”.
Taxpayers’ Rights. 8 Bentley membagi Klasifikasi yang dirumuskan Kini, walaupun UUD 1945 sudah
hak-hak Wajib Pajak ke dalam dua Bentley membantu kita menemukan tidak dapat lagi disebut “singkat
ketegori besar: primary legal rights hak-hak Wajib Pajak dalam berbagai dan supel”, karakteristik singkat dan
dan secondary legal rights. Menurut tingkat peraturan-perundangan dan supel itu masih sangat tampak dalam
Bentley, hak-hak legal utama bobot kekuatan pemberlakuannya. pengaturan mengenai pajak. Simak
(primary legal rights) tercantum Tentu saja yang memiliki bobot saja bunyi Pasal 23A ini: “Pajak dan
dan dijamin dalam konstitusi dan yang tinggi adalah hak-hak yang pungutan lain yang bersifat memaksa
perjanjian-perjanjian internasional. tercantum dalam primary legal untuk keperluan negara diatur
Yang tercakup dalam hak-hak ini, rights. Perlindungannya pun dengan dengan undang-undang”.9 Sangat
antara lain: hak atas kepemilikan, demikian sangat terkait dengan singkat dan supel! Tidak sedikitpun
hak untuk mendapatkan perlakuan status jaminan hak-hak tersebut di ada kekhawatiran di kalangan
adil, hak untuk mendapatkan dalam tingkat legislasi atau regulasi. perancang Perubahan Ketiga UUD
informasi, hak atas privasi, hak Hak-hak Wajib Pajak tersebut dapat 1945 akan penyalahgunaan yang
untuk mengajukan banding terhadap ditegakkan baik dengan mekanisme mungkin dilakukan oleh legislator.
putusan pengadilan pajak, dan legislatif maupun dengan mekanisme Pembuat undang-undang seperti
seterusnya. Perhatian utama dari administratif. Meskipun efektivitas mendapatkan cek kosong, terserah
primary legal rights ini adalah pada kedua mekanisme tersebut pada mereka bagaimana undang-
proses pembuatan hukum: apa yang masih belum sepenuhnya mampu undang itu mereka rumuskan.
membuat hukum pajak sebagai memberikan keadilan bagi Wajib Tidak ada prinsip yang digariskan
hukum yang valid? Pajak. oleh perancang UUD yang harus
diperhatikan pembuat undang-
Di sisi lain, hak-hak legal 4. Jaminan Hak-hak Wajib Pajak undang ketika menyusun undang-
sekunder (secondary legal rights) dalam Konstitusi Kita undang yang akan mengurangi
merupakan hak-hak Wajib Pajak yang hak-hak fundamental warga negara
Setelah melakukan pembahasan tersebut, yaitu hak atas kekayaan.
10
dirumuskan ke dalam undang-undang
setiap negara dan menyediakan terhadap hubungan antara pemungut
perlindungan bagi Wajib Pajak pajak (negara) dan subjeknya
9 Rumusan ini merupakan hasil dari Perubahan
Ketiga UUD 1945 yang tampak tidak berbeda dengan
dalam konteks bekerjanya hukum. (Wajib Pajak), dan diikuti dengan rumusan sebelum perubahan.
Hak-hak ini umumnya ditemukan pembahasan terhadap hak-hak 10 Prinsip-prinsip dalam pengenaan pajak menurut
dalam perundang-undangan yang Wajib Pajak dalam literatur yang Alley dan Bentley meliputi: equality and fairness,
certainty and simplicity, efficiency, neutrality, effectiveness
berkembang, kini kita tiba pada dan maintaining the balance. Lihat Bentley, Op. Cit; atau
8 Lihat Duncan Bentley, Op. Cit. lihat Darussalam dan Danny Septriadi, “Indonesian
Apple di Apple di
Amerika Serikat Luar Amerika Serikat Sejak awal pendiriannya, profit Apple terus Namun, pajak yang dilaporkan justru semakin
Na
meningkat dari tahun ke tahun menurun
me
Jumlah Pegawai
US$2 triliun US$1,8 50%
72% 28%
triliun
Jumlah Toko Retail 40
68% 32% US$1,5 triliun
Pertanian 12%
Kimia 13%
Pakaian 15%
Perbandingan total nilai penjualan dan pajak yang dibayar di Inggris (2008-2011)
QUO VADIS
Insentif Pajak di Indonesia
Andi Jayani1
1. Latar Belakang
“M
dalam konteks negara-negara maju
ayoritas pengamat di Cina berkesimpulan
kebijakan insentif pajak memegang
peranan penting dalam menarik FDI untuk
masuk.”
“T
Tidak dapat dipungkiri, bahwa
kesuksesan pembangunan ekonomi olak ukur yang realistis untuk menilai berhasil
Cina pada dasarnya merupakan
akumulasi dari berbagai faktor, seperti:
atau tidaknya rezim insentif pajak suatu negara
geografis, demografis, stabilitas politik, adalah dilihat dari kemampuannya dalam
dan sebagainya. Namun, mayoritas menarik investasi.”
pengamat di Cina berkesimpulan
kebijakan insentif pajak memegang
peranan penting dalam menarik FDI
untuk masuk.7 Dengan demikian,
kisah sukses pembentukan SEZ di Cina
merupakan bukti empiris nyata bahwa devisa (exemption of repratriation tax)9; empat tahun kemudian jenis tax holiday
paling tidak dalam konteks negara (iii) pembebasan pajak keuntungan yang tersebut kembali dihapus.14
berkembang, rezim insentif pajak yang ditanamkan kembali (exemption of tax
efektif dapat menjadi alat yang maha IRU UHLQYHVWHG SURÀWV); (iv) keringanan Pada tahun 2007, terbit PP No. 1
ampuh yang telah mentransformasi tarif pajak setelah masa tax holiday Tahun 2007 tentang fasilitas PPh untuk
sebuah negara yang berpendapatan berakhir (reduced of income tax penanaman modal di bidang-bidang
menengah ke bawah pada dekade rates); dan (v) penyusutan dipercepat usaha tertentu dan/atau di daerah-
1980-an untuk menjelma menjadi (accelerated depreciation). daerah tertentu (dikenal dengan sebutan
negara dengan perekonomian terbesar tax allowance). Kebangkitan kembali
kedua di dunia saat ini. Rezim perpajakan negara kita pada masa rezim insentif pajak ini mendapatkan
tersebut bahkan telah bergerak sangat sambutan yang baik dari dunia usaha.
Dalam kaitannya dengan rezim insentif maju dengan mencantumkan insentif Otoritas fiskal saat itu juga cukup
pajak di Tanah Air, menarik untuk perpajakan UU No. 1 Tahun 1967 tanggap. Dengan gerak cepat dalam
ditarik benang merah di manakah tersebut sebagai klausul tax sparing di kurun waktu kurang dari tiga bulan sejak
kita berada sekarang dan ke manakah dalam perjanjian penghindaran pajak pencanangan, diterbitkan peraturan
(quo vadis) kita akan menuju? Insentif berganda (P3B) dengan beberapa pelaksanaan untuk aplikasi permohonan
pajak yang dimaksudkan dalam tulisan negara, seperti: Denmark, Inggris, tax allowance.15 Pada perjalanannya PP
ini adalah insentif Pajak Penghasilan. Jepang, Norwegia, dan Swedia.10 No. 1 Tahun 2007 diubah dengan PP
Hal ini mengasumsikan bahwa pilihan No. 62 Tahun 2008 dan terakhir diubah
lokasi untuk berinvestasi dalam rantai Namun dalam perjalannya, rezim insentif lagi melalui PP No. 52 Tahun 2011.
suplai global pada umumnya tidak pajak di negara kita ternyata mengalami
mempertimbangkan pajak-pajak lainnya pasang surut. Tax holiday yang dibentuk Sayangnya euforia berlangsung sangat
seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN). pada tahun 1967 dihapus hanya tiga singkat dan segera menjadi titik balik.
tahun berselang yaitu pada tahun Pada tahun awal dicanangkan yaitu
1970.11 Pada gilirannya, reformasi tahun 2007 terdapat 52 aplikasi
2. Pasang Surut Rezim Insentif perpajakan melalui UU No. 7 Tahun tax allowance yang mendapatkan
Pajak di Indonesia 1983 bahkan menghapus sama sekali persetujuan.16 Suatu jumlah yang
insentif PPh yang tersisa. sebenarnya cukup baik sebagai
Walaupun baru mulai ramai awalan. Akan tetapi, pada tahun-tahun
diperbincangkan selama beberapa Rezim insentif pajak kemudian seolah berikutnya jumlah aplikasi tax allowance
tahun terakhir, sebenarnya insentif mendapatkan napas baru melalui yang disetujui merosot drastis menjadi
pajak di Indonesia sama sekali bukanlah UU Nomor 10 Tahun 199412 dengan hanya dibawah 10 persetujuan setiap
barang baru. Bahkan jauh sebelum disisipkannya pasal 31A yang mengatur tahunnya.17 Suatu jumlah yang sangat
Cina memulai eksperimen fiskalnya, pemberian beberapa insentif perpajakan. kecil apabila melihat lebih dari 200
Indonesia telah memiliki rezim insentif Selanjutnya, tax holiday kembali hidup sektor industri yang ditawarkan untuk
pajak yang cukup maju pada tahun dalam wujud PPh Badan Ditanggung mendapatkan fasilitas dan lebih dari
1967.8 Pemerintah.13 Namun seakan kembali 1.000 persetujuan FDI yang diterbitkan
mengulang sejarah, hanya berselang oleh BKPM setiap tahunnya.18
UU No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing pada zamannya 14 PP No. 148 Tahun 2000.
telah menawarkan insentif-insentif 15 PMK No. 16/PMK.07/2007 dan PER-67/PJ/2007. Saat
seperti: (i) pembebasan pajak perseroan 9 Pajak devisa sekarang adalah PPh Pasal 26.
ini PMK No. 16/PMK.07/2007 telah diperbaharui dengan
PMK No. 144/PMK.011/2012.
(tax holiday); (ii) pembebasan pajak 10 Lihat pada bagian “Elimination of DoubleTaxation” 16 Sebagaimana dikutip dari www.antaranews.com
6 Ibid. di dalam P3B Indonesia dengan negara-negara tersebut tanggal 30 November 2007.
7 Lin Jinyan, “Development and Tax Policy : Case 11 Melalui UU No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan 17 Jumlah permohonan tax allowance yang disetujui
Study of China,” CLPE Research Paper 3, no. 4 (2007): 43. dan Tambahan UU No. 1 Tahun 1967. berdasarkan keterangan dari BKPM.
8 Melalui UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman 12 UU Perubahan Kedua UU PPh. 18 Sebagaimana dikutip dari situs resmi BKPM (www.
Modal Asing. 13 PP No. 45 Tahun 1996. BKPM.go.id).
Sejalan dengan redupnya pamor tax pajak untuk memajukan kegiatan amortisasi dipercepat; (iii)
allowance, pemerintah melanjutkan penelitian dan pengembangan.22 kompensasi kerugian lebih lama;
kembali eksperimentasi rezim insentif dan (iv) tarif PPh Pasal 26 yang
fiskal dengan menghidupkan kembali Perkembangan terakhir dari dinamika lebih rendah atas dividen;
pemberlakuan tax holiday untuk kedua rezim insentif fiskal kita yang menarik x fasilitas pembebasan/pengurangan
kalinya pada bulan Agustus 2011.19 untuk dicermati adalah pada tanggal PPh Badan (tax holiday) untuk
Berbeda dengan tax allowance yang 23 Agustus 2013 yang lalu pemerintah industri pionir.24 Insentif yang
berbasiskan sektor kegiatan usaha dan memasukkan program maksimalisasi ditawarkan adalah: (i) pembebasan/
lokasi, tax holiday ditargetkan untuk tax allowance dan tax holiday ke dalam pengurangan PPh antara 5 sampai
industri pionir tertentu. Selain itu, proses 4 paket kebijakan ekonomi sebagai dengan 10 tahun; dan (ii) diskon
persetujuan tax allowance berasaskan respons dalam mengatasi gejolak nilai tarif PPh Badan sebesar 50% untuk
kriteria sedangkan tax holiday diberikan tukar Rupiah dan merosotnya indeks dua tahun setelahnya;
cenderung berdasarkan diskresi. Sebagai harga saham.
catatan, setelah dua tahun berselang x fasilitas di Kawasan Perdagangan
dari pencanangan, baru dua perusahaan 3. Rezim Insentif Pajak Indonesia dan Ekonomi Terpadu (KAPET).25
yang memperoleh Keputusan Menteri Insentif yang ditawarkan adalah:
yang Berlaku Saat Ini (i) berbasiskan tax allowance; dan
Keuangan (KMK) untuk mendapatkan
tax holiday.20 Adapun perusahaan ketiga (ii) insentif PPN dan PPnBM tidak
Secara keseluruhan, rezim insentif pajak dipungut;
yang diberitakan telah memperoleh
Indonesia yang berlaku saat ini dapat
persetujuan, saat ini sedang menunggu x fasilitas di Kawasan Perdagangan
dirangkum sebagai berikut:
penetapan resmi melalui KMK.21 Bebas dan Pelabuhan Bebas
x fasilitas PPh (tax allowance) untuk (Free Trade Zone-FTZ),26 yaitu di
Di dalam pidato mengenai RAPBN 2014 bidang usaha tertentu (industry- Batam, Bintan dan Karimun.27
yang disampaikan di hadapan DPR VSHFLÀF EDVHG) dan/atau di
pada tanggal 16 Agustus 2013 yang daerah tertentu (UHJLRQEDVHG).23
24 Pasal 18 ayat (5) UU No. 25 Tahun 2007, Pasal 30 PP
lalu, Presiden menyingung mengenai Insentif yang ditawarkan adalah: No. 94 Tahun 2010, dan PMK No. 130/PMK.011//2011.
akan adanya penyempurnaan kebijakan (i) pengurangan penghasilan 25 Berdasarkan PP No. 20 Tahun 2000 jo PP No. 147
insentif perpajakan dan secara spefisik neto maksimal 30% dari jumlah Tahun 2000 dan KMK No. 200/KMK.04/2000 jo KMK No.
menyebutkan akan memberikan insentif penanaman modal; (ii) penyusutan/ 11/KMK.04/2001, terdapat 15 KAPET yang dibentuk
yaitu: Natuna; Biak; Batulicin; Samarinda - Sanga-sanga
- Muara Jawa - Balik Papan; Sanggau; Manado - Bitung;
22 Pidato Presiden Republik Indonesia pada Mbay; Parepare; Seram; Bima; Batui; Buton – Kolaka –
19 Melalui PMK No. 130/PMK.011/2011, Pedoman Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RAPBN Kendari; Bentano – Natarbora – Viqueque; Aliran sungai
Pelaksanaan Peraturan Menperin No. 93/M-IND/ Tahun Anggaran 2014 beserta Nota Keuangannya, Kahayan, Kapuas, Barito; dan Sabang.
PER/11/2011, dan Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun Jakarta 16 Agustus 2013. 26 Berdasarkan UU No. 44 Tahun 2007 dan PP No. 2
2011. Tahun 2009 (dalam perkembangannya PP No. 2 Tahun
23 Berdasarkan Pasal 31A UU PPh, PP No. 01 Tahun
20 Sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian 2007 jo PP No. 62 Tahun 2008 jo PP No. 52 Tahun 2011 2009 dicabut dan digantikan oleh PP No. 10 Tahun
Perindustrian www.kemenperin.go.id. (untuk berbagai sektor industri), dan PMK No. 21/ 2012).
21 Sebagaimana dikutip dari Harian Bisnis Indonesia PMK.011/2010 (khusus untuk kegiatan pemanfaatan 27 Melalui PP No. 46 Tahun 2007 jo PP No. 5 Tahun
tanggal 1 Agustus 2013. sumber energi terbarukan). 2011, PP No. 47 Tahun 2007, dan PP No. 48 Tahun 2007
D
bebas cukai; (iii) dibebaskan dari kurang mempunyai potensi ekonomi. itinjau dari
pengenaan PPN; dan (iv) tidak Memang benar bahwa 5 SEZ yang ‘amunisi’ yang
dipungut PPh Pasal 22; pertama dibentuk Cina juga adalah terlihat cukup
daerah terbelakang pada masa
x fasilitas di Tempat Penimbunan lengkap, rezim
pembentukannya. Akan tetapi, seluruh
Berikat dalam bentuk Kawasan
Berikat dan Kawasan Berikat Plus,
daerah tersebut terletak di pesisir pantai insentif pajak Indonesia
dan memiliki nilai potensi ekonomi seharusnya dapat
Gudang Berikat, Entrepot Untuk
yang tinggi karena berdekatan dengan
Tujuan Pameran, dan Toko Bebas menjadi senjata utama
Hongkong dan Taiwan, yang mana
Bea.28 Insentif yang ditawarkan
adalah: (i) penangguhan Bea
keduanya telah menjadi pusat ekonomi untuk bersaing dengan
Asia Timur pada dekade 1980-an. negara-negara lain dalam
Masuk; (ii) bebas cukai; (iii)
tidak dipungut PPN dan (iv) tidak menarik FDI. Akan tetapi
dipungut PPh Pasal 22; Kedua, rezim insentif pajak tidak
memiliki grand design terlihat dari kerap menilik jumlah FDI yang
x fasilitas di Kawasan Ekonomi Khusus diubahnya regulasi yang ada dalam
(KEK yang mirip dengan SEZ).29
masuk sebagai tolak ukur,
waktu yang singkat. Rezim insentif yang
Insentif yang diberikan adalah: (i) ada kerap berpindah fokus. Diawali dari tampaknya insentif pajak
fasilitas PPh; (ii) pengurangan PBB; tax holiday, lalu fokus pindah ke KAPET. belum dapat dikatakan
(iii) penangguhan Bea Masuk; (iv) Tak lama setelahnya menghidupkan
pembebasan cukai; (v) PPN dan
menjadi magnet investasi
kembali tax holiday, selanjutnya pindah
PPnBM tidak dipungut; serta (vi) ke tax allowance, ketidakpastian status yang kuat.
tidak dipungut PPh impor. Batam, pemberlakuan FTZ, wacana
KEK, dan yang terakhir untuk kedua
4. Permasalahan pada Rezim kalinya menghidupkan tax holiday.
Insentif Pajak Indonesia
Mempelajari perkembangan terakhir,
Ditinjau dari ‘amunisi’ yang terlihat pemerintah memasukkan program
cukup lengkap, rezim insentif pajak maksimalisasi tax allowance dan tax
Indonesia seharusnya dapat menjadi holiday ke dalam 4 paket kebijakan
senjata utama untuk bersaing dengan ekonomi sebagai respons atas
negara-negara lain dalam menarik FDI. permasalahan gejolak nilai tukar dan
Akan tetapi, menilik jumlah FDI yang merosotnya indeks harga saham.
masuk sebagai tolak ukur, tampaknya Padahal insentif fiskal bukanlah
insentif pajak belum dapat dikatakan instrumen tepat untuk meredam
menjadi magnet investasi yang kuat. gejolak ekonomi. Pada hari yang sama
Dalam kesempatan ini penulis mencoba diumumkannya paket tersebut yaitu
menganalisis beberapa kelemahan pada tanggal 23 Agustus 2013, kurs
yang ada di dalam rezim insentif pajak Rupiah dan indeks harga saham ditutup
Indonesia baik di dalam tataran desain melemah dari hari sebelumnya30. Rezim
kebijakan maupun di dalam pelaksanaan insentif fiskal sejatinya adalah paket
di lapangan. yang tidak terpisahkan dari kebijakan
jangka panjang penanaman modal.
Pertama, desain insentif pajak Indonesia Ketidakkonsistenan dalam kebijakan
kurang memperhitungkan realita yang insentif pajak pastinya akan direspons
ada dan faktor pendukung lainnya. negatif oleh para pelaku usaha.
Indonesia tercatat pernah membentuk
15 KAPET sekaligus hanya dalam kurun Ketiga, produk legislasi yang tidak
waktu dua tahun. Suatu langkah yang sempurna menimbulkan multitafsir
ambisius apabila dibandingkan dengan sehingga memicu ketidaksepahaman
pembentukan 5 SEZ di Cina dalam antara pelaku usaha dengan birokrasi
kurun waktu 8 tahun. pemerintahan dan antar birokrasi
pemerintahan sendiri. Sebagai contoh
Akan tetapi, ternyata sebagian besar terdapat redaksional di dalam Lampiran
PP No. 01 Tahun 2007 jo PP No.
28 PP No. 32 Tahun 2009.
62 Tahun 2008 jo PP No. 52 Tahun
29 Berdasarkan Pasal 31 UU No 25 Tahun 2007, UU
No. 39 Tahun 2009, dan PP No. 2 Tahun 2011 jo. PP No. 2011 yang tidak terumuskan dengan
100 Tahun 2012. Melalui PP No. 26 Tahun 2012 telah terinci. Misalkan, tidak terdapat
ditetapkan KEK Tanjung Lesung – Banten dan melalui
PP No. 29 Tahun 2012 telah ditetapkan KEK Sei Mangkei 30 Sebagaimana dikutip dari Harian Bisnis Indonesia
– Sumatera Utara. tanggal 24 Agustus 2013.
1 2 3
Menteri
Pelaku Menteri Komite
Perindustrian/
Usaha Keuangan Verifikasi
Kepala BKPM
6 4
konsultasi rekomendasi konsultasi
Presiden 5 Menteri
Keputusan Republik
Indonesia
Koordinator
Perekonomian
data pemasaran, data pinjaman, dan adalah berjumlah USD 106 miliar sehingga negara kita memiliki kisah
sebagainya. Terdapatnya permintaan sedangkan dalam kurun waktu yang sukses (success story) sebagai pijakan
dokumen dan data tambahan membuat hampir sama, jumlah FDI yang masuk ke untuk merumuskan bentuk baru
prosedur aplikasi menjadi panjang, tidak Cina adalah sebesar USD 1,98 triliun. 34 yang jauh lebih maju lagi. Berhasil
jelas, dan berputar-putar. atau tidaknya rezim insentif fiskal
Merujuk dari komparasi angka ini serta Indonesia akan sangat bergantung
Terakhir, proses aplikasi tax holiday melihat fakta tidak adanya grand design kepada kesamaan visi dan langkah dari
cenderung berbasiskan keleluasaan (berubah-ubahnya fokus dan regulasi), triumvirat35 penentu kebijakan.
kewenangan yang diberikan kepada di usianya yang sudah menginjak tahun
pegawai publik (GLVFUHWLRQ EDVHG). ke 45 rezim insentif pajak Indonesia Akhir kata, quo vadis insentif pajak
Tahapan yang harus dilalui di dalam tampaknya masih terus bergulat dalam di Indonesia? Waktulah yang akan
pemrosesan aplikasi cukup panjang upaya mencari bentuk sejatinya. membuktikan. IT
seperti yang dapat dilihat pada Gambar Sementara itu, para pemain lain di
1. Panjangnya prosedur aplikasi kawasan tampaknya sudah bergerak
dan kentalnya faktor diskresi akan maju dalam meredefinisikan rezim
menimbulkan tingginya ketidakpastian mereka dengan paket-paket insentif
dalam keberhasilan aplikasi. fiskal berbasiskan R&D, innovation
and technical risk, IP ownership, green
5. Kesimpulan incentives, dan sebagainya.
Tolak ukur yang realistis untuk menilai Kita semua tentunya berharap di tengah
berhasil atau tidaknya rezim insentif situasi ekonomi dunia yang sulit dan
pajak suatu negara adalah dilihat tingginya tingkat kompetisi dalam
dari kemampuannya dalam menarik menarik FDI, rezim insentif fiskal kita
investasi. Untuk sekedar perbandingan, paling tidak mampu untuk berkiprah
selama tiga dasawarsa terakhir, jumlah 35 Triumvirat rezim insentif pajak Indonesia adalah
tercatat FDI yang masuk ke Indonesia 34 Data bersumber dari Bank Dunia, diambil dari Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Kepala
http://data.worldbank.org/indicator. BKPM.
INTERNASIONAL
Komite Penelaah
Pajak Afrika Selatan
Mulai Bekerja
TAX-NEWS.com
Tujuan dibentuknya Komite Penelaah Pajak adalah untuk mengevaluasi sistem pajak Afrika Selatan dengan
mengkaji tren pajak internasional, prinsip dan praktiknya, serta berbagai inisiatif dan pandangan internasional
dalam hal meningkatkan kepatuhan pajak sebagai upaya mengatasi tergerusnya basis pemajakan (tax base erosion).
Pemerintah berharap komite dapat memberikan perhatian khusus pada berbagai aspek perpajakan, termasuk
pemeriksaan basis pajak secara keseluruhan dan masalah beban pajak. Selain itu, komite diharapkan mampu
menganalisis secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang terkait rasio keseluruhan penerimaan pajak terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB), serta rasio dari tiga instrumen pajak terbesar (PPh OP, PPh Badan, dan PPN)
terhadap PDB.
Selain itu, komite juga akan mengkaji dampak dari sistem pajak terhadap promosi UKM, analisis biaya kepatuhan
pajak, kemungkinan perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan peraturan pajak, menelaah struktur pajak
perusahaan, modus penghindaran pajak, insentif pajak, serta mengkaji rata-rata tarif efektif PPh Badan di berbagai
sektor ekonomi. IT
Peraturan baru ini memperkenalkan suatu standar baru dengan mempertimbangkan tingkat kooperatif suatu
negara dalam pertukaran informasi pajak. Standar baru akan diterapkan berdasarkan kasus per kasus dengan
pendekatan yang “dinamis”. Otoritas Pendapatan Argentina (ARS) akan mengelola daftar yurisdiksi yang bersedia
untuk melakukan pertukaran informasi pajak.
Peraturan 589/2013 menetapkan bahwa negara-negara yang telah menandatangani perjanjian dengan Argentina
harus memenuhi standar OECD Forum Global tentang Transparansi dan Pertukaran Informasi. Meskipun daftar baru
yurisdiksi yang kooperatif tersebut belum diterbitkan, diharapkan negara-negara yang telah menandatangani Tax
Information Exchange Agreement/TIEA (perjanjian pertukaran informasi perpajakan) dengan Argentina akan terdaftar
sebagai negara yang kooperatif. Negara-negara yang telah menandatangani TIEA dengan Argentina diantaranya
adalah: Andorra, Bermuda, Jersey, Guernsey, Monako, Isle of Man, Kepulauan Cayman, Bahama, San Marino, Kosta
Rika, Cina, Ekuador, India, dan Italia. IT
P t
Portugal
l M
Memberlakuan
b l Aturan Otoritas Pusat Keuangan Qatar Akan
PPN Berbasis Kas Terbitkan Pedoman Transfer Pricing
Tax Notes International (Transfer Pricing Manual)
PORTUGAL. Pemerintah Portugal belum lama Tax Notes International
ini mengeluarkan beberapa upaya pajak untuk
mengurangi dampak dari langkah penghematan QATAR. Otoritas Pusat Keuangan
akibat adanya program dana talangan tahun Qatar (otoritas QFC) akan segera
2011. Program ini secara khusus bertujuan menerbitkan pedoman transferr
untuk mengatasi lonjakan tingkat pengangguran pricing baru yang menyediakan
di Portugal, yang sekarang mendekati angka 18 panduan dalam penerapan prinsip
persen. kewajaran dan kelaziman usaha
(arm’s length principle) atas
Upaya pajak tersebut antara lain berupa transaksi cross border ataupun transaksi domestik yang
pemberian kredit pajak bagi perusahaan dan insentif dilakukan oleh Wajib Pajak terdaftar dan pihak-pihak yang
untuk mempekerjakan orang-orang muda, dan juga berhubungan dengannya (associated parties).
aturan PPN baru berbasis kas bagi perusahaan
kecil. Aturan ini mengatur bahwa perusahaan kecil Pedoman ini merupakan pedoman transfer pricing
tidak akan diminta untuk membayar PPN sampai pertama yang akan diterbitkan oleh negara yang tergabung
mereka menerima pembayaran dari klien mereka. dalam Dewan Kerjasama Teluk (the Gulf Cooperation
Council) dan yang kedua di Timur Tengah setelah Mesir.
Aturan PPN baru ini akan berlaku pada 1 Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan fokus
Oktober 2013. Mekanisme baru ini bertujuan dari otoritas pajak di wilayah tersebut terhadap isu transfer
untuk memperlancar likuiditas perusahaan karena pricing.
biasanya mereka harus membayar PPN pada saat
mereka mengeluarkan faktur. Pedoman baru tersebut memberikan panduan tentang
aturan-aturan dasar tentang transfer pricing, kewajaran
Dari perspektif keadilan, aturan ini masuk transaksi keuangan dalam satu grup perusahaan,
akal. Namun dari tataran praktis, terdapat banyak pengalokasian laba oleh Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam
masalah yang dapat menghambat Wajib Pajak konteks thin capitalization, penggunaan database keuangan,
untuk mengaplikasikan aturan tersebut. Sedangkan dokumentasi transfer pricing, serta pemeliharaan catatan
dari sudut pandang birokrasi, aturan ini dinilai keuangan. Metode transfer pricing dalam pedoman baru ini
cukup rumit. IT mengacu pada OECD Transfer Pricing Guidelines. IT
Penemuan Hukum
dalam Sengketa
Perpajakan
Ganda Christian Tobing1
“A Judge must not alter the material of which the Act is woven but
he can and should iron out the creases. When a defect appears, a
Judge cannot simply fold his hands and blame the draftsman. He
must set to work on the constructive task of finding the intention
of the Parliament and then he must supplement the written word so as to
give force and life the intention of the Parliament.” (Lord Denning)
T
erdapat dua aspek pemeriksaan transfer pricing berupa pembayaran
perkara di Pengadilan Pajak, royalti kepada perusahaan afiliasi
yaitu aspek penerapan hukum di luar negeri atas penggunaan aset
dan aspek fakta-fakta yang tidak berwujud. 2 Putusan sengketa ini
mendasari terjadinya sengketa merupakan penegasan atas eksistensi
perpajakan. Kedua aspek pemeriksaan aliran penemuan hukum dalam praktik
perkara ini berfungsi untuk menunjukkan peradilan di pengadilan pajak Indonesia.
berkerjanya hukum pajak. Penerapan Selain itu, putusan ini juga mengingatkan
hukum pajak tidaklah mudah dilakukan, kembali tentang pentingnya penemuan
terutama ketika ketentuan yang ada hukum sebagai suatu terobosan untuk
hanya bersifat standar saja, bukan menembus kebuntuan dalam menerapkan
bersifat aturan yang detail, atau juga hukum. Pembahasan dalam artikel ini
ketika terdapat kekosongan hukum. terbatas hanya kepada argumentasi
Oleh karena itu, penerapan hukum pajak hukum yang dibangun oleh hakim yang
membutuhkan proses penemuan hukum dilandasi oleh proses penemuan hukum
untuk menentukan maksud dari pembuat yang dilakukannya. Pembatasan ini
undang-undang dalam ketentuan tertulis bertujuan untuk menekankan pentingnya
perundang-undangan. Dalam kondisi penemuan hukum dalam penerapan
demikian, peran seorang hakim diperlukan hukum pajak dan menunjukkan cara kerja
untuk menemukan hukum dengan penemuan hukum dalam menyelesaikan
melakukan interpretasi, konstruksi suatu sengketa perpajakan.
hukum, dan kemudian menerapkan
hukum yang ditemukan tersebut terhadap Fakta Sengketa
sengketa yang diadilinya.
Pemohon banding melakukan
Sengketa pajak yang diulas dalam pembayaran royalti kepada perusahaan
Inside Court edisi ini menguraikan afiliasi berdasarkan perjanjian
aspek penerapan hukum dalam sengketa penggunaan merek dagang dan know-
how serta technical assistance antara
1 Ganda Christian Tobing adalah Manager, Tax Research and
Training Services di DANNY DARUSSALAM Tax Center. Saat ini
sedang mengambil program studi lanjutan (LL.M) di Viena
University of Economics and Business Administration, Austria, 2 Putusan Pengadilan Pajak No. Put. 45162/PP/M.
dengan beasiswa penuh dari DANNY DARUSSALAM Tax Center. XV/15/2013.
pemohon banding dengan perusahaan telah terbukti menggunakan merek Hakim juga menolak pendapat
afiliasi. Pembayaran royalti tersebut dagang tersebut pada barang yang argumen terbanding bahwa pemohon
kemudian dikoreksi oleh Direktorat diproduksi dan dijualnya. banding dan pemilik merek dagang
Jenderal Pajak (DJP/selanjutnya (penerima penghasilan royalti)
disebut dengan terbanding) dengan Putusan Pengadilan merupakan satu kesatuan sehingga
argumen intangible property tidak tidak diperlukan pembayaran royalti
dapat dibuktikan keberadaannya, Terkait dengan alasan terbanding dari pemohon banding kepada
tidak didukung bukti kepemilikan bahwa penggunaan merek perusahaan afiliasi pemegang
legal dan ekonomis, pemohon dagang tidak dapat dibuktikan merek dagang tersebut. Penolakan
banding dan perusahaan afiliasi keberadaannya, majelis hakim ini didasarkan pada pertimbangan
merupakan satu kesatuan sehingga dalam putusannya menyatakan, bahwa alasan satu kesatuan
tidak pantas membayar royalti penggunaan merek dagang tersebut bertentangan dengan
untuk sesuatu yang merupakan milik merupakan hal yang paling mudah konvensi internasional, melanggar
sendiri, dan Surat Pemberitahuan dibuktikan keberadaannya karena kesepakatan yang tertuang dalam
pemohon banding menunjukkan sifatnya yang kasat mata. Untuk Perjanjian Penghindaran Pajak
kerugian yang dialami oleh pemohon menemukan pengertian merek Berganda antara Indonesia dengan
banding yang disebabkan adanya dagang yang diperdebatkan dalam Jepang selaku negara domisili
biaya royalti atas penggunaan sengketa ini, hakim menggunakan perusahaan afiliasi pemilik merek
merek dagang dan know-how serta berbagai pengertian merek dagang dagang (selanjutnya disebut dengan
technical assistance. berdasarkan ketentuan internasional P3B), dan merupakan bentuk
dan domestik, antara lain, pengertian intervensi terbanding terhadap
Fakta dalam persidangan merek dagang berdasarkan perjanjian antara pemohon banding
menunjukkan merek dagang Agreement on Trade-Related Aspects dengan pemilik merek dagang yang
tersebut telah terdaftar di Direktorat of Intellectual Rights (TRIPS) dilindungi hukum.
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, dari World Intellectual Property
Kementerian Hukum dan HAM, Organization (WIPO), OECD Transfer Penolakan hakim atas argumen
dengan pemilik dari merek tersebut Pricing Guidelines, dan Undang- terbanding tersebut diawali dengan
adalah perusahaan afiliasi dari Undang Nomor 15 Tahun 2001 menggali pengertian royalti
pemohon banding. Diketahui juga tentang Merek. berdasarkan hukum dan konvensi
bahwa pemohon banding memang internasional. Ketentuan yang
“
karena dilakukan tanpa alasan
yang kuat dan tidak memperhatikan
ketentuan perundang-undangan
Dalam aliran penemuan hukum, hakim
maupun perjanjian di tingkat memiliki kebebasan yang terikat (gebonden
domestik maupun internasional,
terutama ketentuan P3B. vrijheid) dan keterikatan yang bebas (vrije
gebondenheid) untuk menerapkan hukum
Komentar
atas suatu perkara yang diadilinya.”
Putusan pengadilan dalam
sengketa ini kental dengan
penggunaan berbagai sumber hukum
domestik dan internasional, baik
hukum pajak maupun ketentuan
hukum di luar area perpajakan, Namun, apakah tindakan hakim nilai-nilai hukum dan rasa keadilan
yang digunakan sebagai sumber menggunakan berbagai sumber yang hidup di dalam masyarakat.
interpretasi dan konstruksi hukum hukum di luar ketentuan perpajakan
oleh hakim dalam pertimbangan dan melakukan penemuan hukum Pengertian “menurut hukum”
putusannya. Dalam pandangan dapat dibenarkan dan dilindungi oleh dalam UU Kekuasaan Kehakiman di
penulis, putusan ini merupakan sistem hukum di Indonesia? atas mengandung makna yang lebih
bentuk eksistensi aliran penemuan luas dari pada terminologi “menurut
hukum dalam praktik peradilan di Untuk memahami jawaban atas undang-undang”. 5 Terminologi
pengadilan pajak Indonesia. 3 pertanyaan ini, terlebih dahulu “menurut undang-undang” lebih
perlu diketahui bahwa tindakan membatasi kebebasan hakim.
Dalam aliran penemuan hukum, hakim tunduk kepada dan dilindungi Sebaliknya, terminologi “menurut
hakim memiliki kebebasan yang terikat oleh kekuasaan kehakiman yang hukum”, merupakan petunjuk
(gebonden vrijheid) dan keterikatan merupakan bagian dari kekuasaan bagi Hakim untuk melaksanakan
negara yang merdeka untuk kebebasan dan keleluasaan dalam
menyelenggarakan peradilan. Sebagai memutus suatu perkara berdasarkan
3 Dalam praktik peradilan, terdapat tiga aliran bagian dari organ kekuasaan negara, keadilan. Penggunaan terminologi
hukum, yaitu: (i) aliran legisme, yang berpendapat
bahwa hakim dalam memutus perkara hanya hakim juga mengemban tanggung “menurut hukum” juga dilatari
didasarkan pada undang-undang saja; (ii) aliran jawab negara terhadap hukum pemikiran bahwa tidak ada peraturan
freie rechtslehre, yang bertolak belakang dengan
aliran legisme, sehingga hakim dalam aliran ini
internasional. Mengacu pada Pasal perundang-undangan yang benar-
bebas menentukan atau menciptakan hukum; 4 Draft Article on Responsibility of benar lengkap, jelas, dan sempurna.
dan (iii) aliran penemuan hukum (rechtsvinding). R. States for Internationally Wrongful Karena itu, hakim harus mencari
Soeroso menyatakan Indonesia mempergunakan
aliran penemuan hukum, sehingga dalam memutus
Acts, setiap kekeliruan dan kelalaian dan menemukan hukum atas suatu
suatu perkara, hakim tidak hanya berpegang pada
undang-undang, tetapi juga hukum lain yang berlaku 4 Philippe Martin, “Courts and Tax Treaties in Civil 5 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah
di masyarakat. Lihat R Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Law Countries,” dalam Courts and Tax Treaty Law, ed. Pengantar (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2010),
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 87-93. Guglielmo Maisto (Amsterdam: IBFD, 2007), 82. 53.
UNTORO SEJATI:
Pentingnya Kepastian Hukum dalam Transfer Pricing
Pada akhir Juli lalu, Redaksi Inside Pengalamannya didukung oleh PERKEMBANGAN TRANSFER
Tax berkesempatan berbincang- segudang pengetahuan yang ia PRICING DI INDONESIA
bincang dengan Untoro Sejati, salah dapatkan dari latar belakang pendidikan
satu pakar transfer pricing (TP) di dan berbagai kursus, baik domestik dan Pentingnya Kepastian Hukum
Indonesia, yang saat ini memegang mancanegara yang dia ikuti. Berikut
posisi Manager Transfer Pricing Services ringkasan dari perbincangan kami: TP Guidelines hanyalah kerangka
di DANNY DARUSSALAM Tax Center. acuan bagi negara-negara dalam
Sebagai seorang praktisi, dia telah Perkembangan TP = membuat ketentuan atas TP. Panduan
berpengalaman Perkembangan Dunia Bisnis ini sifatnya tidak mengikat, sehingga
m e n a n g a n i setiap negara tidak wajib untuk
berbagai macam Perbincangan diawali dengan menerapkannya. Untuk menjadi
kasus TP pertanyaan tentang bagaimana isu peraturan yang mengikat, panduan ini
yang tersebar TP dapat muncul dan berkembang. haruslah terlebih dahulu diadopsi ke
di berbagai Mengenai hal ini, Untoro menjelaskan aturan hukum masing-masing. Dengan
s e k t o r bahwa pada dasarnya, isu TP muncul demikian, walaupun panduan tersebut
industri. NDUHQD DGDQ\D WUDQVDNVL DÀOLDVL \DQJ terus menerus menyesuaikan diri
dilakukan multinational enterprises dengan perkembangan dunia bisnis,
(MNE). MNE selalu berusaha untuk penerapannya di tiap negara bisa
mencapai bentuk optimal dalam berbeda-beda.
menjalankan usahanya dalam rangka
memaksimumkan laba. Bentuk yang Menurut Untoro, di Indonesia
optimal ini selalu berubah-ubah dari permasalahan terkait peraturan TP yang
waktu ke waktu. penting untuk disoroti adalah lemahnya
kepastian hukum bagi Wajib Pajak.
Di masa lalu, MNE melakukan Kepastian hukum yang lemah tersebut,
ekspansi bisnis di berbagai negara disebabkan oleh sifat peraturan TP
dengan melakukan desentralisasi. di Indonesia yang belum jelas dan
Kini, MNE melakukan ekspansi tegas. Aturan-aturan tersebut sifatnya
dengan melakukan sentralisasi masih umum, sehingga berpotensi
berdasarkan fungsi. Ekspansi menimbulkan interpretasi yang berbeda-
bisnis tersebut sejalan dengan beda antara Wajib Pajak dan otoritas
perkembangan jenis dan isu pajak.
WUDQVDNVL DÀOLDVL \DQJ VHPDNLQ
kompleks. Contohnya, Lebih lanjut lagi, Untoro juga
penggunaan aset tidak mencontohkan tentang aplikasi prinsip
berwujud, transaksi jasa, atau kewajaran transaksi jasa dalam internal
struktur pembiayaan yang MNE. Aturan domestik TP Indonesia
rumit, yang dahulu jarang mengharuskan Wajib Pajak yang
sekali digunakan. Di sisi lain, melakukan transaksi jasa intragrup
negara memiliki kepentingan untuk membuktikan jasa tersebut
yang besar terhadap upaya benar-benar memberikan manfaat bagi
manipulasi TP terutama penerimanya. Namun, aturan tersebut
mengingat kemungkinan WLGDN VHFDUD VSHVLÀN PHQ\HEXWNDQ
terjadinya pergeseran laba yang apa saja yang diperlukan untuk
berdampak pada berkurangnya membuktikan kewajaran atas suatu
penerimaan pajak di suatu negara. transaksi (dokumen, laporan keuangan,
Penyesuaian dunia TP dengan dan sebagainya). Karena aturan TP tidak
dunia bisnis tercermin dari terus menyatakan secara detail apa saja yang
dilakukannya revisi ataupun perumusan dibutuhkan, Wajib Pajak perlu membuat
regulasi domestik di berbagai negara TP Documentation (TP Doc) dengan
dan panduan (acuan) internasional data-data yang relevan berdasarkan
mengenai TP1. interpretasinya sendiri.
1 Panduan (acuan) internasional yang secara umum Masalah akan muncul ketika terjadi
dikenal adalah yang dikeluarkan oleh OECD (OECD sengketa antara Wajib Pajak dengan
Transfer Pricing Guidelines) maupun UN (UN Manual on
otoritas pajak. Data-data yang menurut
Transfer Pricing).
P
ada tanggal 13 Juni 2013 tahun 2009, sumbangsih realisasi 4.800.000.000,00 (empat
lalu, pemerintah menerbitkan penerimaan pajak pada sektor ini miliar delapan ratus juta
Peraturan Pemerintah Nomor hanya sekitar 0,5%. 2 rupiah) dalam 1 (satu) tahun
46 Tahun 2013 (PP 46/2013) tentang pajak.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Artikel ini membahas teknis
dari Usaha yang Diterima atau muatan regulasi yang terkandung Wajib Pajak yang memenuhi
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki dalam PP 46/2013 dan PMK kedua kriteria tersebut dikenai
Peredaran Bruto Tertentu. Peraturan 107/2013, antara lain mengenai PPh Final sebesar 1% dari jumlah
ini mulai berlaku efektif sejak 1 gambaran umum ketentuan PPh peredaran bruto setiap bulan, untuk
Juli 2013. Berselang satu bulan, Final UMKM serta aturan teknis setiap tempat kegiatan usaha. Dalam
pemerintah menerbitkan peraturan pengenaan PPh Final UMKM. beleid ini yang dimaksud dengan
pelaksana dari PP 46/2013 yaitu peredaran bruto meliputi: peredaran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor bruto dari usaha, termasuk dari
1. Gambaran Umum usaha cabang, selain peredaran bruto
107 Tahun 2013 (PMK 107/2013)
yang diundangkan pada tanggal 6 Ketentuan PPh Final dari usaha yang atas penghasilannya
Agustus 2013. UMKM telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.
PP 46/2013 memang tidak Secara garis besar, ketentuan
secara eksplisit menyebutkan secara PP 46/2013 mengatur Pajak Namun, tidak semua usaha yang
spesifik sektor mana yang menjadi Penghasilan (PPh) yang bersifat dijalankan oleh Wajib Pajak (dalam
sasaran pemajakannya. Namun, final atas penghasilan dari usaha hal ini para pelaku usaha UMKM)
berbagai diskusi dan pemberitaan yang diterima atau diperoleh Wajib dapat menggunakan aturan dalam
di media mengarahkan bahwa Pajak yang memiliki peredaran bruto PP 46/2013. Para pelaku usaha
tujuan dari PP 46/2013 ialah untuk tertentu. yang tidak tergolong Wajib Pajak
memajaki sektor Usaha Mikro, Kecil, yang dikenai PPh berdasarkan beleid
dan Menengah (UMKM). Alasan Berdasarkan Pasal 2 Ayat (2) PP ini, diatur dalam Pasal 2 Ayat (3)
pemerintah mengatur perlakuan 46/2013, Wajib Pajak yang memiliki dan Ayat (4) PP 46/2013 beserta
pajak khusus untuk UMKM memang peredaran bruto tertentu adalah penjelasannya, yaitu sebagai berikut:
cukup beralasan karena potensi Wajib Pajak yang memenuhi dua
pajak dari sektor UMKM dinilai kriteria sebagai berikut: 1) Wajib Pajak Orang Pribadi
yang dalam usahanya
sangat besar. Berdasarkan data dari
1) Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan sarana atau
Kementerian Koperasi dan UKM prasarana yang dapat
tahun 2006-2012, jumlah UMKM atau Wajib Pajak Badan tidak
termasuk Bentuk Usaha Tetap dibongkar pasang, baik
mencapai 99% dari total unit usaha yang menetap maupun tidak
di Indonesia dan memiliki kontribusi (BUT); dan
menetap; dan menggunakan
terhadap Pendapatan Domestik 2) Menerima penghasilan sebagian atau seluruh tempat
Bruto (PDB) nasional hampir dari usaha, tidak termasuk untuk kepentingan umum
60%.1 Namun, mengacu data DJP penghasilan dari jasa yang tidak diperuntukkan bagi
sehubungan dengan pekerjaan tempat usaha atau berjualan.
bebas, dengan peredaran Misalnya: pedagang makanan
1 Data Kementerian Koperasi dan UKM 2013, bruto tidak melebihi Rp keliling, pedagang asongan,
Internet, dapat diakses melalui http://www.depkop.
go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=
warung tenda di trotoar, dan
category&id=118:data-umkm-2013&Itemid=93, diakses 2 “Pajak UKM Mulai Berlaku,” Harian Kompas, 26 Juni sejenisnya;
pada tanggal 25 Juli 2013. 2013.
Peraturan Pemerintah ini yang 2014. Pada bulan September pajak akan mendorong UMKM agar
disetahunkan. 2014 tersebut CV Punakawan lebih patuh membayar pajak. Namun,
memperoleh peredaran bruto kemudahan tersebut menjadi tidak
Contoh, CV Leo Tekstil terdaftar sebesar Rp 20 juta. efektif apabila ternyata beban pajak
sebagai Wajib Pajak sejak bulan yang ditanggung masih memberatkan
Januari 2013. Jumlah peredaran Penghasilan bruto bulan Wajib Pajak. Sebaliknya, kemudahan
bruto selama 6 bulan (Januari September 2014 disetahunkan tersebut akan menjadi efektif
2013 sampai dengan Juni 2013) adalah: Rp 20 juta x 12/1 = Rp apabila pembebanan pajak telah
tersebut adalah Rp 500 juta. 240 juta. sesuai dengan kemampuan Wajib
Pajak untuk membayarnya (ability-
Peredaran bruto selama 6 bulan Karena penghasilan bulan to-pay).
yang disetahunkan adalah: Rp September 2014 (bulan pertama
800 juta x 12/6 = Rp 1,6 miliar. mulai terdaftar sebagai Wajib Mengutip pendapat Darussalam, 3
Karena peredaran bruto yang Pajak) yang disetahunkan tidak PP 46/2013 ini selayaknya
disetahunkan untuk 6 bulan melebihi Rp 4,8 miliar, atas diterapkan dalam jangka waktu
tersebut tidak melebihi Rp penghasilan yang diperoleh di sementara saja. Artinya, dalam
4,8 miliar, atas penghasilan tahun 2014 dikenai PPh Final konteks pemajakan, setelah tujuan
yang diperoleh mulai pada 1%. memasukkan UMKM ke dalam
bulan Juli 2013 sampai dengan sistem administrasi pajak berhasil,
Desember 2013 dikenai PPh 3. Kesimpulan dan Saran tentu akan lebih mudah bagi Dirjen
Final 1%. Pajak untuk melakukan pembinaan
Sektor UMKM memang perlu dan pengawasan. Nantinya,
c. Wajib Pajak baru terdaftar mendapatkan perhatian lebih dari apabila UMKM sudah tumbuh dan
otoritas pajak. Besarnya kesenjangan berkembang, pengenaan pajak
setelah berlakunya beleid ini,
antara kontribusi UMKM terhadap UMKM semestinya dikembalikan
untuk tahun pajak pertama lagi ke peraturan normal. Saat ini
PDB dengan kontribusi mereka
terhadap penerimaan pajak pemerintah boleh saja menagih
Penentuan peredaran bruto
mencerminkan betapa besar potensi haknya untuk memajaki UMKM.
didasarkan pada jumlah peredaran
pajak yang dapat digali. Untuk Namun, pemerintah juga tidak
bruto pada bulan pertama
itu, pemerintah memang perlu boleh lupa akan kewajibannya untuk
diperolehnya penghasilan dari
memasukkan sektor tersebut ke memajukan UMKM itu sendiri. IT
usaha yang disetahunkan.
dalam sistem pajak Indonesia.
Contoh, CV Punakawan Mebel
terdaftar sebagai Wajib Pajak Pemerintah tentu berharap
3 Harian Kompas, “Ditjen Pajak Akan Sensus UKM,”
baru pada bulan September pemberian kemudahan pungutan Kompas, 30 Juli 2013.
beg
begitu, pembaca dapat melihat pola Avi-Yonah, adanya transactional
dan perkembangan sengketa di net margin method dan profit split
berbagai negara.
be method, telah menggeser makna
Dalam mengkaji bagaimana arm’s length principle menjadi
hukum bekerja dalam kasus
h lebih luas dan berbeda dengan apa
ttransfer pricing, buku ini yang sebelumnya dikenal sebagai
menggunakan OECD Guidelines traditional arm’s length (hal. 3,
sebagai acuan utama (hal. 6). 69, dan 73). Kedua, mengenai
Hal ini terlihat dari adanya dimungkinkannya hypothetical arm’s
suatu indeks pencantuman length atau penentuan nilai arm’s
kasus-kasus sengketa transfer length, juga berasal dari suatu
pricing di berbagai dunia pembanding yang tidak nyata atau
yang disusun berdasarkan urutan
ya berupa dugaan (hipotesis). Hal ini
U
paragraf dalam OECD Guidelines
para dapat dilihat dari kasus di Jepang
2010. Buku ini juga tidak hanya
2010 (hal. 428-430), Jerman (hal. 209-
memaparkan mengenai kasus 214), dan Kanada (hal. 144-146).
ntuk sebuah literatur perpajakan, hukum pengadilan pajak di berbagai Hampir seluruh kasus penting
Resolving Transfer Disputes adalah negara saja, namun juga bagaimana dalam sengketa transfer pricing juga
buku yang sempurna. Paling tidak sengketa biasanya diselesaikan disajikan dalam buku ini. Misalkan
terdapat beberapa alasan mengapa (misalnya dengan advance pricing kasus klasik sengketa transfer
buku ini wajib untuk dibaca siapapun agreement). pricing periode 1960-an, Hofert
yang ingin mendalami isu transfer Isi buku ini pada dasarnya Case (hal. 124-126), kasus Unilever
pricing. Pertama, buku ini disusun tidaklah berbeda dengan buku di Kenya (hal. 823-825), hingga
oleh akademisi perpajakan global transfer pricing pada umumnya yang kasus dengan nilai sengketa tertinggi
yang telah berkecimpung dalam bermuara pada norma arm’s length sepanjang sejarah sengketa transfer
ranah transfer pricing. Editor buku principle. Menurut Baistrocchi, pricing, yaitu GlaxoSmithKline
ini, Basitrocchi dan Roxan, adalah arm’s length sebagai norma hukum (hal. 146-149). Isu prosedural
dosen hukum pajak di London yang bersifat standar pada dasarnya dan administratif yang terkait
School of Economics and Political tidak memiliki suatu patokan yang dengan sengketa transfer pricing
Science. Sedangkan para penulis jelas dan sulit untuk diikuti oleh juga dikupas secara mendalam, di
atau kontributor dari masing-masing Wajib Pajak. Berbeda dengan norma antaranya: kesuksesan penerapan
negara, namanya sudah tidak asing hukum yang bersifat aturan, standar advance pricing agreement di
lagi, seperti Toshio Miyatake, hanya dapat dinilai kebenarannya Australia (hal. 407-408, 412), safe
Andreas Oestreicher, Reuven S. ketika hal tersebut sudah terjadi (ex harbour di Singapura (hal. 510-511),
Avi-Yonah, Mukesh Butani, Richard post) dan tergantung dari otoritas dibentuknya dispute resolution panel
Vann, Jinyan Li, dan sebagainya. hukum menentukan putusannya (hal. di India (hal. 598), diperkenankannya
Keterlibatan mereka menciptakan 16-19). Oleh karena itu, penerapan compensating adjustment di Spanyol
alasan yang kedua, yaitu kualitas. arm’s length principle di berbagai (hal. 273), dan lain-lain.
Hal tersebut terlihat dari isi yang negara dapat dikaji dari putusan- Sebagai penutup, Baistrocchi
analitis, terstruktur dengan baik, putusan pengadilan atas sengketa mengajukan suatu perbandingan
serta komprehensif. transfer pricing. dan pemetaan pola perkembangan
Selain itu, cakupan buku ini Ditinjau dari konsep dasar yang sengketa transfer pricing di
sangat luas dan mendalam. Kata ada dalam ranah transfer pricing, berbagai negara hingga 2011. Dari
“global” yang terdapat dalam perdebatan mengenai penentuan perkembangan selama berpuluh-
judul buku ini ditunjukkan dengan nilai yang telah memenuhi syarat puluh tahun, sengketa transfer
penelusuran sengketa pada kurang arm’s length principle menarik pricing dapat ditelusuri mulai dari
lebih dua puluh negara yang untuk dicermati. Perdebatan evolusi arm’s length principle yang
tersebar di seluruh kawasan, mulai tersebut terutama terlihat dari dua tidak dapat dilepaskan perilaku
dari negara-negara Amerika Utara, hal. Pertama, makna arm’s length perusahaan multinasional dan
Asia-Pasifik, Eropa, BRIC, Timur principle dari metode transfer keterlibatan aset tidak berwujud
Tengah, hingga Afrika. Dengan pricing yang dipergunakan. Menurut (hal. 836, 840-864). IT
(Sambungan dari halaman 15) pecahnya lembaga yang bertanggung lainnya untuk memperoleh informasi
jawab pada penerimaan negara mengenai potensi pajak. Dengan
Ide mengenai terpisahnya DJP walau masih di bawah Kementerian kedudukan yang lebih tinggi tersebut
dari Kementerian Keuangan dapat Keuangan, yakni DJP dan Ditjen Bea pengelolaan administrasi serta
berangkat dari argumen agar Cukai. Terfragmentasinya direktorat implementasi kebijakan menjadi
masing-masing lembaga dapat fokus penerimaan tersebut mengakibatkan tidak berbelit-belit (debirokratisasi)
menjalankan tugasnya. Kementerian informasi mengenai potensi pajak sehingga dapat dilaksanakan dengan
Keuangan fokus kepada kebijakan menjadi tidak komprehensif dan lebih efisien dan efektif.
pembangunan ekonomi makro, tidak terintegrasi. Koordinasi
anggaran, perbendaharaan, dan antarlembaga menjadi sulit dilakukan. Berubahnya lanskap ekonomi,
tugas-tugas lainnya sebagaimana Dari sudut pandang ini, ide untuk khususnya arena perpajakan secara
diamanatkan dalam Undang-undang menggabungkan direktorat-direktorat cepat juga membutuhkan sumber daya
No. 17/2003 tentang Keuangan tersebut di dalam suatu SARA perlu manusia yang kompeten dan mampu
Negara. Sedangkan otoritas pajak untuk dipertimbangkan.40 beradaptasi dengan arah perubahan.
akan fokus pada penerimaan pajak, Tidak dapat dipungkiri bahwa otoritas
sebagai sektor vital penerimaan Lebih lanjut lagi, dengan kedudukan pajak membutuhkan staf profesional
negara yang potensinya belum banyak lebih tinggi (misalkan bertanggung yang ahli. Hal ini bisa diatasi secara
digali dan dioptimalkan. 39 jawab langsung kepada Presiden), cepat jika DJP memiliki kewenangan
badan baru tersebut dapat memiliki untuk mengangkat profesional yang
Dalam upaya memperluas otoritas yang lebih untuk berhubungan mampu menjawab tantangan tersebut.
basis pajak dan meningkatkan dengan lembaga-lembaga negara
kepatuhan Wajib Pajak, basis Jika memang akhirnya badan
data yang komprehensif mengenai 40 Sebagai contoh, Hungaria (di tahun 2011) dan baru dengan model SARA
Portugal (di tahun 2012) telah menggabungkan
informasi-informasi potensi pajak seluruh unit yang terkait dengan penerimaan negara tersebut diimplementasikan untuk
sangat diperlukan. Saat ini, upaya ke dalam satu badan khusus. Negara-negara tersebut menggantikan peran DJP dan Ditjen
membangun database mengenai meningkatkan otonomi otoritas pajaknya dan Bea dan Cukai, maka paling tidak
menggabungkan administrasi pajak dengan bea cukai
potensi pajak terbentur oleh terpecah- dalam satu badan, lihat OECD, OECD Tax Administration terdapat beberapa hal penting yang
2013: Comparative Information on OECD and Other perlu untuk dipertimbangkan.
39 Herry Setyawan, “Pajak dan Badan Penerimaan Advanced and Emerging Economies (Paris: OECD
Negara,” Kontan, 28 Februari 2012. Publishing, 2013), 13.
“P
CEO dan BOD. Dalam kasus
Indonesia, akan lebih baik jika enting untuk dicatat bahwa
SARA tersebut dapat dipimpin oleh
dewan direksi (BOD) karena adanya peningkatan penerimaan pajak
keterwakilan dari sektor publik (baik
dari sektor bisnis, praktisi pajak, bukanlah tujuan langsung dari
hingga akademisi). Keterwakilan
tersebut akan merepresentasikan
implementasi SARA; meningkatnya
aspek demokrasi dalam administrasi kepatuhan dan penerimaan pajak justru
perpajakan, sehingga segala
keputusan atau kebijakan administrasi merupakan konsekuensi logis dari semakin
paling tidak memperhatikan aspek
yang tidak diskriminatif.
efektif dan efisiennya administrasi pajak."
Politik Ekonomi Perpajakan
besarnya sifat otonomi dalam SARA, tepat untuk perbaikan pelayanan mustahil diimplementasikan di masa
maka dibutuhkan institusi lain yang maupun pos-pos yang dianggap dapat mendatang.
juga diberikan kekuatan untuk bisa meningkatkan kinerja.
mengontrol dan mengawasi lembaga 8. Penutup
baru tersebut. Hal ini mungkin dapat Di Indonesia, kedua hal tersebut,
diwujudkan dengan memperkuat sumber anggaran berbasis kinerja serta Sebagai penutup, perlu diingat
Komite Pengawas Perpajakan agar kewenangan untuk mengalokasikan bahwa SARA bukanlah tujuan
dapat mengkaji permasalahan serta anggaran lebih baik dijadikan satu akhir tapi dapat menjadi sarana
memberikan rekomendasi yang terkait paket yang tidak terpisahkan karena untuk melaksanakan reformasi dan
dengan prosedur administrasi ataupun sifatnya yang saling memengaruhi. meningkatkan kinerja. SARA memang
kebijakan perpajakan, dan bukannya Sebagai contoh, jika kewenangan menyediakan platform pencapaian
pengawasan terhadap individu yang mengalokasikan anggaran diberikan efisiensi penyelenggaraan administrasi
menjalankan kebijakan perpajakan namun anggaran berbasis kinerja pajak, namun keberhasilannya belum
saja.45 tidak diberikan maka anggaran yang terjamin, karena komitmen politik yang
diberikan dapat saja dialokasikan kuat diperlukan dalam pembentukan
Anggaran pada hal-hal yang tidak produktif. dan pelaksanaannya.
Sebaliknya, jika anggaran berbasis
Isu mengenai anggaran terletak kinerja diaplikasikan tanpa adanya Dari berbagai literatur, terdapat
pada dua hal: basis penentuan kewenangan alokasi anggaran, maka empat simpulan mengenai SARA.
anggaran dan alokasi anggaran. SARA SARA dapat saja menemui hambatan Pertama, pembentukan SARA
di beberapa negara mendapatkan untuk dapat memenuhi target kinerja. hendaknya tidak dilihat sebagai
suatu anggaran khusus yang dihitung obat mujarab yang pasti manjur.
berdasarkan proyeksi penerimaan Sebagai catatan, insentif jika Pembentukan SARA dapat saja
maupun perhitungan kinerja. mencapai suatu kinerja tertentu menciptakan biaya yang besar, waktu
Pendanaan berbasis persentase sebenarnya telah diatur dalam Pasal yang tidak sebentar, serta belum
dianggap memiliki manfaat terutama 36D (1) Undang-undang Nomor menjamin perbaikan efektivitas
sebagai mekanisme yang memberikan 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan otoritas pajak. Kedua, sebelum
insentif kepada otoritas pajak untuk Umum dan Tata Cara Perpajakan, mempertimbangkan salah satu
meningkatkan penerimaan. Semakin “Direktorat Jenderal Pajak dapat desain kelembagaan administrasi
penerimaan meningkat, maka diberi insentif atas dasar pencapaian pajak, ada baiknya mengidentifikasi
anggaran dari otoritas pajak juga kinerja tertentu”. Pemberian insentif permasalahan dan kekurangan yang
semakin meningkat.46 Selain itu, akan ditetapkan lewat Anggaran berada dalam administrasi perpajakan
kewenangan untuk mengalokasikan Pendapatan dan Belanja Negara serta mempelajari reformasi dan
anggaran bisa dimanfaatkan secara (APBN) dan tata caranya akan modernisasi dari kasus negara lain.
diatur lewat Peraturan Menteri Hal ini agar mengelaborasi sejauh
45 Lihat Darussalam, “Peningkatan Kepatuhan Wajib
Pajak Melalui Komite Pengawas Perpajakan,” 2010. Keuangan.47 Dengan demikian, ruang mana SARA dapat menjadi jawaban
Dapat diakses pada http://www.ortax.org/ortax/?mod= untuk suatu kompensasi (insentif) permasalahan dan merupakan salah
issue&page=show&id=43&q=&hlm=1 berbasis kinerja pun bukan suatu yang satu aspek dari reformasi perpajakan.
46 Robert Taliercio Jr., “Designing Performance: The
Semi-Autonomous Revenue Authority Model in Africa 47 Hal ini diatur dalam Pasal 36D (2) dan (3) Undang-
Ketiga, komitmen politik merupakan
and Latin America,” World Bank Policy Research Working undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan suatu syarat penting dalam
Paper 3423, (2004): 8. Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Lampiran: Kewenangan yang Didelegasikan kepada Otoritas Pajak di Berbagai Negara, 2012
Membuat
Turut Mengangkat
Membuat Membatalkan Desain jenjang Menetapkan Negosiasi
Mengalokasikan menentukan dan mem-
Negara ketentuan penalti/ struktur dan me- standar tingkat
anggaran kriteria berhentikan
pajak bunga internal nempatkan pelayanan upah
rekrutmen staf
staf
Afrika Selatan^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Amerika Serikat^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Arab Saudi^^ ¥ X X ¥ X ¥ ¥ X X
Argentina^ ¥ X ¥ X ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Austria^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Cina^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Denmark^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
India^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Indonesia^^ ¥ ¥ X X ¥ ¥ ¥ X X
Israel^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
Kanada^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Kolombia^ ¥ X X ¥ X ¥ ¥ ¥ X
Korea Selatan^ ¥ ¥ X ¥ X ¥ ¥ ¥ X
Malaysia^ ¥ ¥ ¥ ¥ X ¥ ¥ ¥ ¥
Portugal^^ ¥ ¥ X X X ¥ ¥ X X
Russia^ X ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Singapura^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Slovakia^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥
Turki^ ¥ ¥ ¥ X X ¥ X ¥ X
Yunani^^ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ ¥ X
A
sosiasi Fiskal Indonesia (AFI), pada hari Minggu (30/6) melaksanakan
pelantikan Dewan Pengurus Pusat periode 2012 – 2015 di Kirana Grand Ketua Dewan Penasehat:
Ballroom Hotel Kartika Chandra Jakarta. Termasuk yang dilantik diantaranya H. Bambang Soesatyo, SE, MBA
adalah pemimpin umum dan wakil pemimpin umum Inside Tax, Darussalam
dan Danny Septriadi. Anggota Dewan Penasehat:
H. Desmond J. Mahesa, SH, MH
Pelantikan yang bertema “Kemandirian Fiskal untuk Kemandirian Bangsa”,
bertujuan untuk mengarusutamakan pentingnya kemandirian fiskal dalam Henry Suparman
pengelolaan keuangan negara menuju kemandirian bangsa dan kesejahteraan rakyat.
AFI adalah organisasi profesi nirlaba yang tidak berafiliasi dengan ormas atau partai Ketua Dewan Pakar:
politik manapun (independen). Didirikan di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1996 Ir. H. I. Emir Moeis, MSc
atas prakarsa mahasiswa (dan alumni) Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Perpajakan Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Seperti tema yang diusung Ketua Umum:
dalam acara pelantikan tersebut, cita-cita untuk mewujudkan kemandirian fiskal Erwin Eka Kurniawan, SE, MSi
untuk mencapai kesejahteraan rakyat, melatarbelakangi pembentukannya.
Cita-cita tersebut dapat ditempuh dengan menciptakan dan membina para Wakil Ketua Umum:
intelektual-profesional-pengabdi yang bersinergi dengan pemerintah, termasuk Tatang B. Tamam, SE
merespons dan memberi masukan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah. Sehingga
menjadi tugas AFI dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas yang mampu Wakil Ketua Umum:
menelurkan kebijakan fiskal berkualitas dan pro rakyat. Danil Arif Iskandar, SH, LLM
Untuk menunaikan tugas itu, AFI memberikan ruang seluas-luasnya bagi
Sekretaris Jenderal:
peningkatan kualitas anggota, melalui seminar, diskusi terbatas, atau pelatihan. AFI
juga membuka saluran komunikasi dengan masyarakat agar kebijakan fiskal tetap
H. Rachmat R. Zubir, SE, MSi
membumi dengan kebutuhan masyarakat di samping menjalankan fungsi edukasinya
ke masyarakat. Bendahara Umum:
Dra. Ani Hadi Setyowati, MM, MSi
Setelah pengambilan sumpah / ikrar pelantikan dan penandatanganan berita
acara serah terima kepengurusan, acara dilanjutkan dengan pidato Ketua Umum DPP
AFI periode 2012-2015, Erwin Eka Kurniawan; sambutan Ketua Dewan Penasihat
AFI, H. Bambang Soesatyo, SE, MBA; serta orasi ilmiah “Kemandirian Fiskal untuk
Kemandirian Bangsa”, oleh Ketua Dewan Pembina Hary Tanoesoedibjo. IT
Dept. Media:
Ani Natalia, SE, MEc
Fitri Ramadhani, S.I.Kom
Puput Mutiara, S.I.Kom
“D engan adanya UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat mengakibatkan penerapan
peraturan yang tidak efektif dan
(PDRD), kini Pemda memiliki wewenang atas administrasi
tidak efisien.
pemungutan BPHTB. Sayangnya, Badan Pertanahan
Nasional (BPN) menerbitkan SE No 5 Tahun 2013 yang Produk-produk hukum di
menghilangkan keharusan dilakukannya Penelitian Surat Setoran Bea lingkungan Pemerintah Daerah
juga merupakan bentuk kontrak
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (SSB). Hal tersebut berpotensi
politik, namun ruang lingkupnya
menimbulkan informasi asimetris antara Pemda (pemungut pajak) lebih kecil dibandingkan undang-
dan Wajib Pajak dalam konteks administrasi pajak daerah.” undang. Apabila kita berbicara
masalah perpajakan, BPHTB adalah
Pendahuluan informasi asimetris. 2 Informasi salah satu contohnya. Sejak tahun
asimetris adalah suatu keadaan 2010, Pemerintah Pusat (Direktorat
Peraturan yang berlaku di dimana salah satu pihak menguasai Jenderal Pajak) secara berangsur-
masyarakat, termasuk undang- informasi lebih baik dari pada pihak angsur menyerahkan pengurusan
undang, merupakan salah satu yang lainnya. Keadaan tersebut dapat BPHTB dan PBB ke Pemerintah
bentuk dari suatu kontrak politik menciptakan persoalan moral hazard Daerah. Dengan penyerahan
antara rakyat dengan pemerintah. dan adverse selection, yang pada kepengurusan ini, dasar hukum yang
Dalam setiap pelaksanaan transaksi akhirnya berpotensi menimbulkan dipegang terkait pajak ini tentunya
atau kontrak, termasuk kontrak kerugian bagi pihak-pihak terkait. akan berbeda.
politik tersebut, tidak tertutup Apabila kita berbicara mengenai
kemungkinan timbulnya fenomena peraturan, maka informasi asimetris Terkait Peraturan Daerah (Perda)
yang mengatur BPHTB, sudah
2 Teori informasi asimetris pertama kali seharusnya Pemerintah Daerah
dikenalkan oleh Gorge Akerlof (1970) dan kemudian lebih mengetahuinya dibandingkan
1 Penulis adalah alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi dikembangkan oleh Joseph Stiglitz dan Michael
Negara (STAN) tahun 2012. Tulisan ini merupakan Spence. Lihat B. Bawono Kristiaji, Asymmetric dengan Wajib Pajak. Namun, seiring
pendapat pribadi penulis. Kebenaran isi dan informasi Information and Its Impact on Tax Compliance Cost in dengan berjalannya waktu dan
dalam tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab Indonesia: Conceptual Approach, Working Paper No:
berkembangnya teknologi, Wajib
penulis. 0113. Januari 2013. DANNY DARUSSALAM Tax Center.
D
Indonesia Nomor 5/SE/IV/2013
tentang Pendaftaran Hak atas Tanah alam angka 6 Surat Edaran Kepala
atau Pendaftaran Peralihan Hak atas
Tanah terkait dengan pelaksanaan
Badan Pertanahan Nasional
Undang-undang Nomor 28 Tahun Republik Indonesia Nomor 5/SE/
2009 tentang Pajak Daerah dan IV/2013, disebutkan bahwa dalam
Retribusi Daerah. Yang paling ramai rangka peningkatan pelayanan di bidang
mempersoalkan Surat Edaran ini pertanahan, bukti pembayaran pajak
adalah pihak Pemerintah Daerah, tidak dipersyaratkan pengecekan tanda
karena Surat Edaran ini memuat bukti setoran pembayaran BPHTB pada
ketentuan sehubungan dengan
proses validasi yang selama ini
kantor instansi yang berwenang.”
dilakukan oleh mereka. Dalam
angka 6 Surat Edaran tersebut,
disebutkan bahwa dalam rangka
peningkatan pelayanan di bidang
pertanahan, bukti pembayaran pajak
tidak dipersyaratkan pengecekan
Sumber :
1. B. Bawono Kristiaji, Asymmetric Information and Its Impact on Tax Compliance Cost in Indonesia: Conceptual
Approach, Working Paper No: 0113. Januari 2013. DANNY DARUSSALAM Tax Center.
2. http://korantransaksi.com/trans-nasional/validasi-bphtb-tidak-diperlukan-lagi/
3. http://www.radar-bekasi.com/?p=136308
4. http://utama.seruu.com/read/2013/05/20/164264/ippat-siap-beri-layanan-profesional-dalam-proses-
pendaftarantanah
5. http://www.beritabekasi.co/page/kanal/?id=3580&subid=1&kanal=bekasi&alias=Gandeng%20BPN,%20
Pemkab%20Bekasi%20Harap%20BPHTB%20Dapat%20Digenjot&page=detil
6. http://www.harianjogja.com/baca/2013/02/18/layanan-pengurusan-bphtb-lamban-sejumlah-ppat-dan-notaris-
mengadu-380247
7. http://iskandar-edi.blogspot.com/2013/05/realisasi-bea-perolehan-hak-atas-tanah.html
8. http://stanpajak.blogspot.com/2011/03/pengalihan-hak-pengelolaan-pajak-pbb.html
9. http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/399128-menkeu-pesimis-target-pajak-2013-tercapai
Di belakang
ruangan, konsultan
kedengarannya sih
Jadi begini Mas, sedang berdiskusi
persoalan dengan rekannya
saya..bla..bla..! (padahal lagi nanya
Pakde "Sebentar ya, Kring pajak*).
ditemani saya diskusikan *Kring Pajak
Mon dulu dengan tim meraih sejumlah
bertemu ahli saya." penghargaan di
ajang "The Best
teman Contact Center
MasMon yg 2013" dari
konsultan.
(ICCA).
Senang dapat
membantu
Wah, cepet Untung PakDe.
Gampang saja, konsultannya
banget persoalan PakDe jago ya mon.
masalahnya cukup diselesaikan Walau mahal,
selesai dengan bla..bla..bla persoalan
pajak saya
jadi cepat
selesai.
Seminar:
Seluruh program training & seminar
diselenggarakan di Ruangan Training Center
Biaya: Rp 2.500.000,-
Fasilitas yang disediakan: seminar kit, updated DANNY DARUSSALAM Tax Center
hardcopy material, sertifikat, coffee break
dan makan siang, library access, dan fasilitas
modern pendukung lainnya Informasi & Pendaftaran (contact person):
Testimonial
“I ni adalah buku pertama tentang transfer pricing
yang ditulis secara komprehensif dan mendalam.
Cakupan kajian yang seimbang antara aspek teoritis
“E konomi dunia yang semakin terintegrasi dan mengglobal
membuat risiko pemajakan berganda yang dihadapi
perusahaan multinasional akibat permasalahan Cross-
dan praktis yang diracik dengan berbagai tilikan border Transfer Pricing menjadi semakin besar. Hal yang
kasus menunjukkan bahwa buku ini dipersiapkan sama akan dihadapi pula oleh perusahaan-perusahaan di
dengan baik. Para penulisnya adalah para spesialis Indonesia yang berafiliasi dengan perusahaan-perusahaan
yang berhasil memadukan kompetensi teknis dan multinasional. Pemahaman yang lengkap atas ketentuan
kemampuan artikulasi yang baik. Jika selama ini dan praktik Transfer Pricing baik yang berdimensi lokal
diskusi tentang transfer pricing lebih mirip mitos dan maupun internasional menjadi kunci untuk menghadapi
teka teki, maka buku ini berhasil memecahkannya. masalah tersebut. Buku Transfer Pricing terbitan DANNY
Aneka kompleksitas konsep dan istilah teknis disajikan DARUSSALAM Tax Center ini menjadi jawaban yang tepat.
dalam paparan yang jelas dan tuntas. Siapa pun yang Ya, buku inilah satu-satunya di Indonesia yang mengupas
sungguh-sungguh ingin memahami dan mendalami isu tuntas permasalahan Transfer Pricing mulai dari konsep
transfer pricing wajib memiliki dan membaca buku ini. sampai aspek-aspek teknis penerapannya. Saya yakin buku
Komunitas perpajakan Indonesia pun patut bersyukur ini akan menjadi bacaan wajib bagi praktisi perpajakan
atas hadirnya buku ini.” internasional di Indonesia.”