G AR CA
NA
Upaya
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam reformasi birokrasi
Laporan Tahunan 2010
VISI
Menjadi institusi pemerintah yang
menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme
yang tinggi.
MISI
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan
undang-undang perpajakan yang mampu
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
NILAI
Profesionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi,
kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral,
yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.
Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk
menunjang tugas dan pekerjaan.
Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan
memerhatikan aturan dan norma yang berlaku.
Segala puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga DJP dapat
5
menjalankan tugas mengamankan penerimaan negara di tahun 2010. Penerimaan
pajak yang berhasil dikumpulkan DJP pada tahun 2010 mencapai Rp569,02 triliun
atau 93,88% dari target APBN-P, dan tumbuh sebesar 15,07% dibandingkan realisasi
tahun sebelumnya. Hasil tersebut cukup baik mengingat pada tahun yang sama DJP
menghadapi tiga masalah utama yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
sebagai akibat mencuatnya pemberitaan kasus-kasus penyalahgunaan wewenang oleh
oknum pegawai DJP, masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak, dan menurunnya
motivasi pegawai.
Sejalan dengan pelaksanaan crash program di atas, pada tahun 2010 DJP menjalankan
program internalisasi tata nilai dan budaya kerja yang diberi tajuk DJP Maju, PasTI!.
Program tersebut merupakan program pembangkitan motivasi dan penguatan integritas
pegawai dengan menjadikan nilai-nilai DJP sebagai pedoman perilaku. Nilai-nilai DJP,
yaitu Profesionalisme, Integritas, Teamwork, dan Inovasi, atau disingkat menjadi PasTI,
merupakan inti dari budaya yang dikembangkan DJP.
Kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan oleh DJP pada tahun 2010 yaitu berperan
aktif dalam rangka pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan dan BPHTB kepada
pemerintah daerah, serta dimulainya pelaksanaan kebijakan VAT Refund for Tourist, yaitu
pelayanan pengembalian PPN yang telah dibayar atas barang bawaan yang dibawa
keluar negeri untuk orang pribadi pemegang paspor luar negeri. Pelaksanaan VAT Refund
for Tourist dimulai pada tanggal 1 April 2010 seiring berlakunya Undang-Undang PPN dan
PPnBM Nomor 42 Tahun 2009.
Di tahun 2010, DJP melakukan ekstensifikasi berupa penambahan wajib pajak terdaftar
yang cukup signifikan mencapai 3.201.014 wajib pajak, terdiri dari 3.019.396 wajib
pajak orang pribadi, 151.771 wajib pajak badan, dan 29.847 wajib pajak bendahara.
Penambahan ini diharapkan dapat meletakkan fondasi perpajakan di masa mendatang.
Peran serta aktif DJP dalam komunitas perpajakan internasional dilakukan dengan
mengikuti beberapa kegiatan yang berskala internasional antara lain yaitu melakukan
pembentukan perjanjian pertukaran informasi perpajakan/tax information exchange
agreement (TIEA) di London, serta mengikuti the Sixth Meeting of the OECD FTA di Istanbul,
OECD Global Forum on Development di Paris, dan Global Forum Meeting on Tranparency
and Exchange of Information for Tax Purpose di Singapura.
Untuk Indonesia yang lebih baik, di tahun yang akan datang DJP optimis mampu
mengemban amanah menghimpun penerimaan pajak negara, melewati tantangan dan
rintangan yang mendera, serta berusaha merebut kembali kepercayaan masyarakat.
Mochamad Tjiptardjo
Mochamad Tjiptardjo
Direktur Jenderal Pajak
Mochamad Tjiptardjo
Direktur Jenderal Pajak
Menjabat Direktur Jenderal Pajak sejak 28 Juli 2009. Gelar Sarjana Ilmu Keuangan Jurusan Pajak Umum
diperolehnya dari Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1979 dan gelar Master of Arts in Economic
diperolehnya dari Williams College Massachussets, Amerika Serikat pada tahun 1984.
Suryo Utomo
Direktur Peraturan Perpajakan I
Menjabat Direktur Peraturan Perpajakan I sejak 6 April 2010. Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi dari Universitas Diponegoro pada tahun 1992 dan gelar Master of Business Taxation dari
University of Southern California, Amerika Serikat, pada tahun 1998.
Pontas Pane
Plt. Direktur Intelijen dan Penyidikan
Menjabat Plt. Direktur Intelijen dan Penyidikan sejak 9 Oktober 2009. Beliau merupakan alumnus Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara pada tahun 1988 dan alumnus Program Magister Manajemen dari
Universitas Krisnadwipayana pada tahun 2007.
Hartoyo
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian
Menjabat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian sejak 16 Juni 2008. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen diperolehnya dari Universitas Mulawarman pada tahun 1982 dan gelar Master of Business
Property diperolehnya dari University of South Australia pada tahun 1992.
Yoyok Satiotomo
Direktur Teknologi Informasi Perpajakan
Menjabat Direktur Teknologi Informasi Perpajakan sejak 6 April 2010. Beliau
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen dari Universitas
Krisnadwipayana pada tahun 1986 dan gelar Master of Art in Business and
Commerce dari Keio University, Jepang, pada tahun 1999.
Hario Damar
Direktur Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi
Menjabat Direktur Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi sejak
18 Juni 2009. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen diperolehnya dari
Universitas Krisnadwipayana pada tahun 1988 dan gelar Master of Business
Administration diperolehnya dari University Of New Brunswick, Kanada,
pada tahun 1996. Kemudian Program Doktoral Manajemen Sistem Informasi
di Asahi University, Jepang, diselesaikannya pada tahun 2003.
Robert Pakpahan
Direktur Transformasi Proses Bisnis
Menjabat Direktur Transformasi Proses Bisnis sejak 28 Desember 2006.
Beliau merupakan alumnus Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi
Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1987. Gelar Doctor
of Philosophy in Economics diperolehnya dari University of North Carolina at
Chapel Hill, Amerika Serikat, pada tahun 1998.
Eddy Marlan
Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak
sejak 28 April 2009. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi diperolehnya
dari Universitas Padjadjaran pada tahun 1980 dan gelar Master of Business
Administration diperolehnya dari Case Western Reserve University, Amerika
Serikat, pada tahun 1989. Kemudian beliau menyelesaikan Program Doktoral
Ilmu Akutansi Manajemen di Technology University of the Philippines,
Filipina, pada tahun 1999.
Estu Budiarto
Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya
Manusia
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya
Manusia sejak 6 April 2010. Beliau merupakan alumnus Program Diploma
IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada
tahun 1990. Kemudian gelar Master of Business Administration in Finance
diperolehnya dari University Of Rochester, Amerika Serikat, pada tahun
1993.
19 17 20
Februari Maret Mei
Penandatanganan Kontrak Penyampaian SPT Pajak Presiden RI Susilo Bambang
Kinerja Kemenkeu - One antara Penghasilan Orang Pribadi Yudhoyono melantik Agus D.W.
Menteri Keuangan dengan Tahun Pajak 2009 oleh Martowardojo sebagai Menteri
seluruh pejabat eselon I di Presiden RI Susilo Bambang Keuangan menggantikan
lingkungan Kementerian Yudhoyono dan jajaran Sri Mulyani Indrawati.
Keuangan yang dilaksanakan di Kabinet Indonesia Bersatu II
Kementerian Keuangan, Jakarta. di Kantor Pusat DJP, Jakarta. 28
20 Mei
Malam penganugerahan The
Maret Best Contact Center 2010 di
Hotel Bumi Karsa Jakarta yang
Penandatanganan Kontrak
diselenggarakan oleh Indonesia
Kinerja Kemenkeu - Two
Contact Center Association.
antara Direktur Jenderal Pajak
Kring Pajak 500200 mendapat
dengan seluruh pejabat eselon
penghargaan platinum dalam
23 II di lingkungan DJP yang
kategori The Best Agent
dilaksanakan di Kantor Pusat DJP,
Februari Jakarta.
Inbound Contact Center dan
penghargaan silver dalam
Penandatanganan Kesepakatan kategori Supervisor Contact
Bersama antara DJP dan Center untuk contact center
Kepolisian RI tentang Penegakan dengan kapasitas di bawah 100
Hukum di Bidang Perpajakan. seat.
9
Juni 27
Perundingan TIEA antara
Indonesia dan Bermuda yang
dilaksanakan di Bermuda. September
Perundingan TIEA antara
Indonesia dan San Marino yang
13 dilaksanakan di San Marino.
Juli 8
Perundingan pembentukan
Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda antara Indonesia dan Desember
Laos yang dilaksanakan di Laos. Perundingan TIEA antara
Indonesia dan Costa Rica yang
dilaksanakan di Costa Rica.
16
21-23
Juli 10
Penandatanganan Nota Desember
Kesepahaman antara Mahkamah Desember Perundingan renegosiasi
Agung, Komisi Yudisial, dan Perundingan TIEA antara Persetujuan Penghindaran Pajak
Kementerian Keuangan tentang Indonesia dan Cayman Islands Berganda antara Indonesia
Pembinaan dan Pengawasan yang dilaksanakan di Cayman dan India yang dilaksanakan di
Hakim Pengadilan Pajak. Islands. Jakarta.
22 13
Juli Desember
Penandatanganan Kontrak Perundingan TIEA antara
Kinerja Kemenkeu - Two yang Indonesia dan Bahamas yang
telah disempurnakan. dilaksanakan di Bahamas.
15-17
31
Desember Desember
Perundingan renegosiasi
Persetujuan Penghindaran Pajak Batas akhir pengenaan Fiskal
Berganda antara Indonesia dan Luar Negeri sesuai amanat
Jepang yang dilaksanakan di Undang-Undang PPh.
Jakarta.
18
Agustus
Deklarasi pencanangan nilai-nilai
organisasi DJP Maju, PasTI-
Profesional, Integritas, Teamwork,
Inovasi yang dilaksanakan
serentak oleh unit kantor DJP di
seluruh Indonesia.
PROFESIONALISME
mutlak diterapkan
sebagai komitmen
dalam menghimpun
penerimaan negara
ORGANISASI
Tugas DJP sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/ Organisasi DJP terbagi
PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan adalah
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
atas unit kantor pusat
perpajakan. Dalam mengemban tugas tersebut, DJP menyelenggarakan dan unit kantor
fungsi:
operasional.
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan; dan
e. pelaksanaan administrasi DJP.
Organisasi DJP terbagi atas unit kantor pusat dan unit kantor operasional.
Kantor pusat terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal, direktorat, dan
jabatan tenaga pengkaji. Unit kantor operasional terdiri atas Kantor Wilayah
DJP (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), dan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen
Perpajakan (PPDDP).
Organisasi DJP, dengan jumlah kantor operasional lebih dari 500 unit
dan jumlah pegawai lebih dari 32.000 orang yang tersebar di seluruh
penjuru nusantara, merupakan salah satu organisasi besar yang ada dalam
lingkungan Kementerian Keuangan. Segenap sumber daya yang ada tersebut
diberdayakan untuk melaksanakan pengamanan penerimaan pajak yang
beban setiap tahunnya semakin berat.
Sekretariat
Tenaga Pengkaji (TP)
Direkorat Jenderal
TP Bidang Pelayanan Perpajakan
TP Bidang Ekstensifikasi & Intensifikasi Pajak
TP Bidang Pengawasan & Penegakan Hukum Perpajakan
TP Bidang Pembinaan & Penertiban SDM
20 analisis, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas KPP, serta penjabaran kebijakan dari
kantor pusat. Unit ini dapat dibedakan atas:
a. Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus yang berlokasi di
Jakarta; dan
b. Kanwil DJP selain Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus
yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Jenis Jumlah
Kanwil DJP 31
KPP Wajib Pajak Besar 4
KPP Madya 28
KPP Pratama 299
KP2KP 207
PPDDP 1
Jumlah 570
Satu-satunya unit pelaksana teknis (UPT) DJP saat ini adalah PPDDP. Unit yang
berlokasi di Jakarta ini mempunyai tugas melaksanakan penerimaan, pemindaian,
perekaman, dan penyimpanan dokumen perpajakan dengan memanfaatkan
teknologi informasi perpajakan.
Organisasi modern menuntut adanya tugas dan peranan yang jelas bagi setiap Kinerja DJP dapat dilihat
unit organisasi dan individu dalam mencapai tujuan yang selaras dengan visi
dan misi organisasi. Sejalan dengan hal tersebut, sejak tahun 2007 DJP telah dari empat perspektif yaitu
menerapkan manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC). Dengan stakeholder perspective,
manajemen kinerja berbasis BSC, kinerja DJP tidak hanya dilihat dari stakeholder
perspective saja, yaitu yang terkait dengan penerimaan pajak, tetapi juga dilihat
customer perspective,
dari tiga perspektif lainnya, yaitu customer perspective, internal process perspective, internal process
dan learning and growth perspective. Dari empat perspektif tersebut, ditentukanlah
perspective, dan learning
sasaran-sasaran strategis yang harus dicapai untuk masing-masing perspektif, dan
untuk mengukur keberhasilan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut and growth perspective.
ditentukan beberapa indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama
(IKU).
23
Dalam peta strategi DJP tahun 2010 telah ditetapkan 15 sasaran strategis (SS)
dan 29 IKU beserta targetnya yang merupakan kontrak kinerja antara Menteri
Keuangan dengan Direktur Jenderal Pajak.
SS-3
Perspective
SS-4
Customer
Tingkat kepuasan
Wajib Pajak yang Tingkat kepuasan
Wajib Pajak Wajib Pajak yang
tinggi atas pelayanan
perpajakan tinggi
SS-8
SS-6 Peningkatan penggalian SS-10
Peningkatan kualitas potensi berbasis mapping, Optimalisasi pelaksanaan
SS-5
pelayanan profil dan benchmark penagihan
Peningkatan efektivitas
pembuatan dan
penyempurnaan
peraturan di bidang SS-7
SS-9 SS-11
perpajakan Peningkatan efektivitas
Peningkatan efektivitas Peningkatan efektivitas
sosialisasi dan
pemeriksaan penyidikan
kehumasan
24
No. IKU Target Realisasi Capaian
Stakeholder Perspective
1. Persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak (tanpa PPh Migas) 22,58% 15,07% 66,74%
2. Persentase realisasi penerimaan pajak (termasuk PPh Migas) 100% 94,92% 94,92%
3. Persentase realisasi penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 11,9% 11,3% 94,96%
4. Indeks tingkat kepercayaan masyarakat dari hasil survei 77 66 85,71%
5. Indeks persepsi korupsi untuk DJP dari lembaga survei independen 3,1 N/A -
Customer Perspective
6. Persentase jumlah wajib pajak yang komplain 0,21% 0,0084% 4,01%
7. Persentase jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar terhadap jumlah kepala
keluarga 28% 28,19% 100,68%
8. Persentase penyampaian SPT Tahunan PPh 57,50% 58,16% 101,15%
Internal Business Process Perspective
9. Persentase penyelesaian usulan pembuatan dan penyempurnaan Peraturan
Pemerintah (PP)dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 100% 105,56% 105,56%
10. Persentase penyelesaian pembuatan dan penyempurnaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak (Perdirjen) 100% 138,71% 138,71%
11. Indeks kepuasan wajib pajak atas pelayanan perpajakan dari hasil survei pada:
a. KPP Wajib Pajak Besar 78 78 100%
b. KPP Madya 75 N/A -
c. KPP Pratama 70 71 101,43%
12. Persentase realisasi pelayanan tepat waktu 95% 96,10% 101,16%
13. Indeks kepuasan masyarakat atas sosialisasi perpajakan dan kegiatan 70 66 94,29%
kehumasan
14. Persentase realisasi sosialisasi dan kehumasan 100% 128,73% 128,73%
15. Persentase pembuatan mapping 100% 100% 100%
16. Persentase pembuatan profil wajib pajak 100% 100,23% 100,23%
17. Persentase pembuatan benchmark per sektor/subsektor 100% 118,75% 118,75%
18. Persentase realisasi penyelesaian pemeriksaan 75% 132,75% 177,00%
19. Efisiensi pemeriksaan 1:10,61 1:16,54 155,89%
20. Persentase pencairan piutang pajak 20% 27,87% 139,35%
21. Persentase wajib pajak yang menggunakan Pasal 44B Undang-Undang KUP 5% 8,70% 174,00%
22. Persentase hasil penyidikan yang diserahkan ke Kejaksaan 30% 49,25% 164,17%
Learning and Growth Perspective
23. Persentase penyelesaian penyempurnaan organisasi 100% 100% 100%
24. Persentase penyelesaian Standard Operating Procedures (SOP) terhadap SOP 100% 145,38% 145,38%
yang harus diperbaharui/dibuat
25. Persentase penyelesaian pembangunan dan pengembangan modul sistem 100% 100% 100%
informasi yang dapat dikaitkan dengan rencana strategi DJP
26. Persentase penyerapan DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran) 85% 77,26% 90,89%
27. Persentase kesesuaian kompetensi pegawai terhadap kompetensi jabatan 80% 82,28% 102,85%
28. Persentase jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja 3,29% 3,31% 100,61%
29. Persentase jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berat atau sedang 0,303% 0,192% 63,37%
PENERIMAAN PAJAK
Rencana 2010
Asumsi Makro Realisasi 2009 Realisasi 2010
APBN APBN-P
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,60 5,50 5,80 6,10
Inflasi (%) 2,78 5,00 5,30 6,96
Tingkat Bunga SBI rata-rata
3 bulan (%) 7,60 6,50 6,50 6,57
Nilai Tukar (Rp/US$1) 10.408,00 10.000,00 9.200,00 9.087,00
ICP (US$/barel) 61,60 65,00 80,00 79,39
Lifting (juta barel/hari) 0,952 0,965 0,965 0,95
700
600
500
triliun rupiah
400
494,49
611,22
606,12
544,53
658,25
661,50
300
200
100
0
Penerimaan Tanpa PPh Migas Penerimaan Dengan PPh Migas
Realisasi penerimaan pajak neto DJP tanpa PPh Migas tahun 2010 sebesar Rp569,02
triliun tumbuh sebesar Rp74,52 triliun atau 15,07% dibandingkan realisasi
penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp494,49 triliun. Realisasi tersebut mencapai
93,88% dari rencana APBN-P 2010 sebesar Rp606,12 triliun. Sementara realisasi
penerimaan pajak neto DJP termasuk PPh Migas tahun 2010 sebesar Rp627,89
triliun dengan pertumbuhan sebesar Rp83,36 triliun atau 15,31% dibandingkan
realisasi penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp544,5 trilun. Realisasi tersebut
mencapai 94,92% dari rencana APBN-P 2010 sebesar Rp661,50 triliun.
700 31
600
500
triliun rupiah
400
494,49
569,02
544,53
627,89
300
200
100
0
Penerimaan Tanpa Penerimaan Dengan
PPh Migas PPh Migas
0,63%
1,28%
4,55% 9,38% PPh Nonmigas
PPN & PPnBM
PBB
47,44%
BPHTB
36,72%
Pajak Lainnya
PPh Migas
700
600
500
triliun rupiah
306,84
297,86
400
262,96
267,57
230,58
300
193,07
200
58,87
55,38
50,04
24,27
25,32
28,58
100
6,46
7,16
8,03
3,11
3,84
3,97
0
PPh PPN & PBB BPTHB Pajak PPh Migas
Nonmigas PPnBM Lainnya
32
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,60 6,30 6,01 4,55 6,10
Inflasi (%) 6,80 6,60 11,06 2,78 6,96
Rencana Penerimaan Tanpa
PPh Migas (triliun Rp) 333,02 395,25 480,88 528,35 606,12
Rencana Penerimaan dengan
PPh Migas (triliun Rp) 371,70 432,52 534,53 577,39 661,50
Realisasi Penerimaan Tanpa
PPh Migas (triliun Rp) 314,86 382,22 494,08 494,49 569,02
Realisasi Penerimaan dengan
PPh Migas (triliun Rp) 358,05 426,23 571,10 544,53 627,89
Surplus (Shortfall) Penerimaan
Tanpa PPh Migas (triliun Rp) (18,16) (13,03) 13,20 (33,87) (37,10)
Surplus (Shortfall) Penerimaan
dengan PPh Migas (triliun Rp) (13,65) (6,29) 36,57 (32,86) (33,61)
Pertumbuhan dari faktor
ekonomi
(pertumbuhan alami) (%) 12,78 13,32 17,73 7,45 13,48
Pertumbuhan Penerimaan
Tanpa PPh Migas (%) 19,56 21,39 29,27 0,08 15,07
Pertumbuhan Penerimaan
dengan PPh Migas (%) 20,01 19,04 33,99 (4,65) 15,31
Peningkatan Kinerja
Penerimaan DJP Tanpa
PPh Migas (Extra Effort) (%) 6,78 8,08 11,53 (7,37) 1,59
Peningkatan Kinerja
Penerimaan DJP dengan
PPh Migas (Extra Effort) (%) 7,23 5,73 16,26 (12,11) 1,82
Pada tahun 2010 DJP kembali melakukan penilaian atas kinerja penerimaan yang
dicapai oleh seluruh unit kerja vertikalnya yaitu KPP dan Kanwil. Penilaian atas
kinerja penerimaan tersebut dihitung dari kinerja pertumbuhan penerimaan dan
pencapaian target penerimaan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan
semangat dan motivasi kepada seluruh pegawai DJP dalam usaha untuk
mengamankan target penerimaan pajak yang menjadi tugas masing-masing unit.
Penilaian atas kinerja penerimaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu kinerja Kanwil
DJP, kinerja KPP penentu penerimaan, dan kinerja KPP Pratama.
33
Peringkat Unit Kerja
Kanwil DJP KPP Penentu KPP Pratama
Penerimaan
1 Kanwil DJP Wajib Pajak KPP Badan Usaha Milik KPP Pratama Jakarta
Besar Negara Setiabudi Dua
2 Kanwil DJP Sumatera KPP Penanaman Modal KPP Pratama Medan
Selatan dan Kep. Bangka Asing Dua Belawan
Belitung
3 Kanwil DJP Kalimantan KPP Wajib Pajak Besar KPP Pratama Jakarta
Barat Dua Cilandak
4 Kanwil DJP Banten KPP Penanaman Modal KPP Pratama Sidoarjo
Asing Tiga Selatan
5 Kanwil DJP Jakarta Barat KPP Penanaman Modal KPP Pratama Kayu Agung
Asing Empat
6 Kanwil DJP Jawa Barat II KPP Wajib Pajak Besar KPP Pratama Palembang
Satu Ilir Timur
7 Kanwil DJP Bengkulu dan KPP Madya Bekasi KPP Pratama Baturaja
Lampung
8 Kanwil DJP Jakarta Utara KPP Madya Tangerang KPP Pratama Singosari
9 Kanwil DJP Jawa Tengah I KPP Madya Semarang KPP Pratama Lahat
10 Kanwil DJP Bali KPP Perusahaan Masuk KPP Pratama Jakarta
Bursa Setiabudi Tiga
Penilaian kinerja pelayanan publik dihitung dari beberapa unsur antara lain
sistem dan prosedur, SDM, sarana, dan prasarana kantor. Metode penilaian yang
digunakan meliputi observasi langsung, wawancara terhadap pimpinan dan staf
kantor, pengumpulan data sekunder seperti pengaduan masyarakat, dan survei
melalui penyebaran kuesioner kepada masyarakat/pengguna layanan.
Tabel Unit Pemenang Seleksi KPP Percontohan Tingkat DJP Tahun 2010
Peringkat Unit
1 KPP Madya Sidoarjo
2 KPP Pratama Jakarta Setiabudi Tiga
3 KPP Madya Makassar
4 KPP Pratama Biak
Agar dapat melaksanakan tugas pengumpulan penerimaan pajak secara lebih DJP Maju, PasTI!
optimal, DJP dituntut untuk selalu melakukan perbaikan sehingga dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, termasuk untuk meningkatkan
merupakan program
kemampuan dalam mengumpulkan penerimaan pajak. Untuk menjawab pembangkitan motivasi
tantangan tersebut, DJP telah meluncurkan dan melaksanakan program Reformasi
Perpajakan yang dimulai pada tahun 2002.
dan penguatan integritas
pegawai.
Namun demikian, kasus penyalahgunaan wewenang oleh oknum pegawai DJP
yang terjadi pada tahun 2010, yang diikuti dengan sorotan tajam dari berbagai
pihak, telah menyebabkan runtuhnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
institusi DJP. Selanjutnya, semangat dan kepercayaan diri pegawai dalam
melaksanakan tugas juga menurun. Hal-hal tersebut, Secara langsung maupun
Pengembangan budaya DJP yang bersumber dari nilai-nilai organisasi DJP, yaitu
Profesionalisme, Integritas, Teamwork, dan Inovasi (PasTI) menjadi satu hal yang
harus diprioritaskan. Program internalisasi nilai organisasi yang diberi tajuk DJP
Maju, PasTI! digulirkan pada tahun 2010. Program tersebut merupakan program
pembangkitan motivasi dan penguatan integritas pegawai dengan menjadikan
nilai-nilai DJP sebagai pedoman perilaku.
Pada tahun 2010 DJP bekerja sama dengan Australia Indonesia Partnership for
Economic Governance (AIPEG) mulai merumuskan grand design dan blueprint
pembangunan budaya DJP. Selain itu, inisiatif penanaman nilai-nilai DJP juga
dilakukan dengan memasukkan materi nilai-nilai DJP pada acara pembekalan
pegawai baru yang masuk ke DJP, dalam setiap pendidikan dan pelatihan, serta
acara-acara lainnya sebagai pengingat bagi para pegawai DJP.
Sesuai ketentuan Pasal 182 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD), Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri
Dalam Negeri diamanatkan untuk mengatur tahapan persiapan pengalihan PBB-
Perdesaan dan Perkotaan (P2) sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat
31 Desember 2013, serta mengatur tahapan persiapan pengalihan BPHTB sebagai
Pajak Daerah dalam waktu paling lama satu tahun sejak berlakunya undang-
undang dimaksud.
Selain itu, untuk mendukung proses peralihan BPHTB dan PBB-P2, DJP telah
menyelenggarakan Training of Trainer Pengalihan BPHTB dan PBB-P2 kepada
seluruh Kanwil DJP dan KPP Pratama. Kanwil DJP dan KPP Pratama nantinya
akan bertugas memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pemerintah daerah
setempat. Upaya lain yang dilaksanakan DJP adalah menyiapkan Aplikasi Pembaca
yang digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan BPHTB bagi pemerintah
daerah dan melaksanakan asistensi pelaksanaan pengelolaan BPHTB di pemerintah
daerah.
Pada tahap awal, tempat pelayanan VAT Refund for Tourists ditetapkan di 2 bandara
yaitu Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai, sementara toko retail yang
berpartisipasi berjumlah 5 toko di Jakarta dan 3 toko di Bali.
Dengan banyaknya permintaan dari masyarakat maka jumlah toko retail yang
ditunjuk menjadi tempat pelayanan VAT Refund for Tourists juga terus bertambah.
Sampai dengan akhir tahun 2010 jumlah toko retail yang ditunjuk adalah 40 toko,
dengan perincian 20 toko di Jakarta, 10 toko di Bali, dan 10 toko di Yogyakarta.
Menjunjung tinggi
INTEGRITAS
menuju aparatur
yang terpercaya
kepercayaan masyarakat.
PROFIL SDM
Jumlah pegawai DJP sampai dengan akhir tahun 2010 adalah 32.741 orang Cetak Biru MSDM
dengan sebaran berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan,
dan golongan sebagaimana dapat dilihat pada diagram-diagram berikut ini.
diharapkan dapat
menjadi pedoman dalam
Diagram Sebaran Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
penyusunan kebijakan,
pengawasan, maupun
implementasi kebijakan
24,78%
SDM untuk melangkah
Pria menuju tujuan organisasi.
Wanita
75,22%
10.000
8.000
7.222
6.000 5.311
4.837
4.067
4.000
2.000
47 37
0
s.d. SMA D1 D2 D3 D4/S1 S2 S3
Golongan I
56,47% 39,54% Golongan II
Golongan III
Golongan IV
42
Dalam rangka menciptakan pegawai yang berkinerja prima dengan tingkat
kompetensi tinggi, tingkat integritas tinggi, dan budaya yang kuat, serta
menghasilkan tingkat kepuasan pegawai yang tinggi, DJP tengah menyusun Cetak
Biru Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang memetakan komponen-
komponen dalam manajemen SDM dalam 3 perspektif yaitu Sumber Daya Internal,
Proses Fungsi Internal, dan Stakeholder dengan metode Balanced Scorecard (BSC).
Cetak Biru MSDM ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua unit yang
terkait dengan penyusunan kebijakan, pengawasan, maupun implementasi
kebijakan SDM untuk melangkah menuju tujuan organisasi. Dengan demikian
efektivitas dan efisiensi masing-masing program, serta penyelarasan program
yang satu dengan lainnya dapat dilakukan.
Kebijakan pembangunan SDM dalam Cetak Biru MSDM sudah didasarkan pada
peran SDM sebagai aset yang harus dijaga, diayomi, dilindungi dan dicukupi
kebutuhannya sehingga mampu memberikan output berupa kinerja terbaik
serta loyalitas pada institusi, dan bukan sebagai beban insitusi dengan berbagai
permasalahannya.
43
Menyadari arti penting sebuah sistem informasi sebagai fondasi untuk
terwujudnya budaya organisasi, sejak tahun 2008 DJP telah mengembangkan
sebuah Sistem Informasi MSDM yang merupakan bagian integral dari enterprise
resources system yang dinamai Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan
Aktiva (SIKKA). Sistem informasi yang pada awalnya ditujukan untuk membentuk
serangkaian informasi kepegawaian dalam format Lembar Kepegawaian ini pada
tahun 2010 telah dikembangkan menjadi suatu sistem yang melaksanakan proses
bisnis kepegawaian. Sistem ini juga mampu untuk menghasilkan Decision Support
System kepegawaian yang mampu untuk menyajikan informasi yang akurat dan
valid guna pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen SDM di DJP seperti manajemen
kinerja, manajemen karir sampai dengan melaksanakan fungsi komunikasi internal
antara pegawai DJP dengan manajemen SDM. Prioritas utama pengembangan
SIKKA tahun 2010 adalah mengembangkan modul berbasis workflow. Uji coba
modul Diklat Pegawai dan Cuti Tahunan telah diimplementasikan pada tahun
2010, sementara modul berbasis workflow lainnya akan diimplementasikan pada
tahun 2011.
Dengan menggunakan modul berbasis workflow, seluruh pegawai dan pejabat Unit
Pelaksana Kepegawaian (UPK) dapat langsung menunaikan hak dan kewajibannya
di bidang kepegawaian secara otomatis sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.
44
Employee Engagement Survey (EES) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
komitmen pegawai DJP terhadap kondisi lingkungan kerja, pengembangan diri,
dan persepsi terhadap DJP secara keseluruhan. Selain itu, EES akan dipergunakan
sebagai salah satu sarana untuk melakukan penilaian atas tingkat kepuasan
pegawai yang menjadi salah satu sasaran strategis di bidang MSDM. Dengan
mengetahui tingkat komitmen pegawai dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
selanjutnya akan dapat ditentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Assessment untuk pejabat eselon II dan III telah dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan. Sedangkan assessment untuk pejabat eselon IV dan supervisor
dilaksanakan oleh DJP dengan jumlah peserta sampai dengan akhir tahun 2010
sebanyak 1.559 pegawai.
Pengembangan kegiatan OJT dimulai pada tahun 2009, dan berlangsung hingga
tahun-tahun mendatang dengan fokus kegiatan pada pengembangan modul
OJT untuk fungsi pekerjaan (job role) yang terkait langsung dengan pencapaian
penerimaan pajak dan pelayanan wajib pajak. Sampai dengan tahun 2010 telah
dicapai hasil pengembangan OJT, antara lain:
a. OJT bagi pegawai baru (CPNS) diperuntukkan bagi 707 peserta yang berasal dari
lulusan DIII STAN Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil survei secara online terhadap
440 peserta, 323 orang (73,41%) menyatakan puas terhadap pelaksanaan OJT
tersebut;
b. pengembangan sistem, modul materi dan pembuatan dasar hukum
pelaksanaan OJT bagi Fungsional Pemeriksa dan Penelaah Keberatan yang
langsung diujicobakan dan diikuti kurang lebih oleh 1.500 pejabat fungsional
baru dan 126 Penelaah Keberatan baru.
4. e-Learning
47
Program Peningkatan Kemampuan Pembimbingan diselenggarakan untuk
menunjang pelaksanaan evaluasi kinerja terhadap pelaksana sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman
Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat
Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan. Melalui
pelatihan ini, para manajer (pejabat eselon IV dan pejabat fungsional pemeriksa
pajak yang menduduki jabatan sebagai ketua kelompok atau ketua tim) dibekali
dengan coaching and leadership skills, sehingga para manajer tersebut dapat
memaksimalkan kinerja pegawai dengan cara memberdayakan dan meningkatkan
motivasi pegawai yang selanjutnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
pencapaian kinerja organisasi.
Pembinaan dan penegakan disiplin pegawai DJP sebagai upaya dari penanaman
nilai-nilai organisasi dan pembangunan budaya DJP dilaksanakan melalui inisiatif-
inisiatif sebagai berikut.
Untuk menciptakan suatu tata kelola yang baik dengan menerapkan prinsip-
prinsip good governance, DJP senantiasa berusaha mengembangkan kegiatan
dan kebijakan untuk membangun sistem kepatuhan internal. Beberapa kegiatan
yang dilaksanakan DJP, baik yang bersifat rutin maupun yang baru dilaksanakan di
tahun 2010, antara lain yaitu:
a. pengembangan sistem whistleblowing melalui pembuatan saluran pengaduan
internal bagi pegawai DJP baik melalui e-mail maupun telepon dan
pengoperasian sarana pengaduan dari masyarakat melalui call center (Kring
Pajak 500200) dan e-mail pengaduan@pajak.go.id;
b. pemberdayaan sistem pengawasan melekat dari atasan kepada bawahan
sesuai ketentuan kepegawaian yang berlaku;
c. penerapan manajemen risiko di setiap unit pemilik risiko di DJP agar bisa
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dan lebih siap dalam
menghadapi ketidakpastian;
d. pengawasan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN). Jumlah pegawai DJP yang wajib menyampaikan LHKPN pada tahun
2010 adalah 5.420 pegawai dengan tingkat kepatuhan sekitar 96,35%;
49
Dalam rangka pembinaan dan penegakan disiplin pegawai, DJP melaksanakan
investigasi internal dan pemeriksaan terhadap pelanggaran kode etik dan/
atau pelanggaran disiplin pegawai, serta merekomendasikan pembinaan dan
penjatuhan hukuman disiplin.
Dalam rangka penegakan disiplin terhadap pegawai, pada tahun 2010 DJP telah
memproses penjatuhan hukuman disiplin dan pembinaan sebagai berikut.
No Jenis Jumlah
Jumlah Pembinaan
1 Surat Peringatan I 395
2 Surat Peringatan II 79
3 Surat Peringatan III 32
Subtotal Peringatan 506
Jumlah Hukuman Disiplin
1 Hukuman Disiplin Ringan 61
2 Hukuman Disiplin Sedang 33
3 Hukuman Disiplin Berat 30
4 Pemberhentian Sementara (skorsing) 16
Jumlah Hukuman Disiplin 140
Total Pembinaan dan Hukuman Disiplin 646
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pegawai yang dilakukan pembinaan
dan/atau dijatuhi hukuman disiplin adalah sebesar 1,97% dari jumlah seluruh
pegawai DJP. Persentase ini diharapkan dapat terus menurun dari tahun ke tahun,
seiring dengan konsistensi penegakan hukuman disiplin yang dilakukan.
PENATAAN ORGANISASI
Cakupan wilayah layanan PPDDP selama ini hanya meliputi pengolahan SPT
Masa PPN dan SPT Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi untuk KPP di provinsi
DKI Jakarta. Pada tahun 2010 DJP melakukan uji coba perluasan cakupan wilayah
layanan pengolahan SPT oleh PPDDP yang meliputi KPP di lingkungan Kanwil DJP
Banten, Kanwil DJP Jawa Barat I, dan Kanwil DJP Jawa Barat II. Untuk menampung
beban kerja akibat pertambahan jumlah wajib pajak karena adanya kebijakan
Sunset Policy, pada tahun 2010 DJP juga mempersiapkan pendirian unit sejenis
50 (KPDDP) di Makassar dan Jambi. Konsep ketentuan organisasi dan tata kerja KPDDP
telah disusun di tahun 2010 yang akan disampaikan ke Kementerian Keuangan
dan selanjutnya dibahas bersama dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
Terkait rencana pengalihan pengelolaan BPHTB dan PBB Perdesaan dan Perkotaan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, telah disusun konsep perubahan struktur, tugas pokok dan
fungsi kantor pusat, Kanwil DJP, dan KPP, serta perubahan SOP yang terkait dengan
pengelolaan PBB dan BPHTB.
Dengan mulai mengerucutnya konsep perubahan struktur kantor pusat DJP, fokus
evaluasi organisasi perlu dilanjutkan ke penyempurnaan struktur instansi vertikal
DJP secara menyeluruh, khususnya terkait metodologi dan tools pengolahan data.
Sebagai input dasar bagi evaluasi organisasi maka pada tahun 2010 dibangun
sistem informasi manajerial untuk 331 KPP dan 31 kantor wilayah yang mampu
menampilkan informasi tentang kinerja penerimaan, potensi kantor atau wilayah,
serta kapasitas internal kantor.
51
Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan
yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Manajemen Risiko
adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian. Tujuan penerapan Manajemen Risiko antara lain adalah agar
organisasi mampu mengantisipasi dan menangani risiko secara efektif dan efisien.
Pada tahun 2009, Manajemen Risiko mulai diterapkan di lingkungan DJP dengan
melakukan pilot project pada 16 unit eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR).
Pada tahun 2010, penerapan Manajemen Risiko diperluas dengan menambah
jumlah unit eselon II yang wajib menerapkan Manajemen Risiko sebanyak 7 UPR.
Dengan demikian, sampai dengan tahun 2010, 23 unit eselon II telah menerapkan
Manajemen Risiko. Direncanakan pada tahun 2011 seluruh UPR di lingkungan DJP
dapat menerapkan Manajemen Risiko di lingkungan masing-masing.
Untuk membantu proses penerapan Manajemen Risiko di unit eselon II, kantor
pusat DJP juga melakukan asistensi dan konsultansi baik secara formal maupun
informal kepada seluruh UPR di DJP.
54 a. tata cara pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus;
b. tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas dividen yang
diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri;
c. tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
d. tata cara dan prosedur pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain;
e. penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan pelunasan PPh dalam tahun
berjalan; dan
f. pelaksanaan pengenaan PPh Pasal 25 bagi wajib pajak baru, bank, sewa guna
usaha dengan hak opsi, badan usaha milik daerah, wajib pajak masuk bursa,
dan wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat
laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi;
4. materi lainnya, meliputi:
a. biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan PPh di bidang usaha
hulu minyak dan gas bumi;
b.
penetapan organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat
perwakilan organisasi internasional yang tidak termasuk subjek PPh
c. tarif pemotongan dan pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
menjadi beban APBN atau APBD;
d. tata cara pemotongan PPh Pasal 21 bagi pejabat negara, PNS, anggota TNI,
anggota Polri, dan pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban
APBN atau APBD;
e. tata cara penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh atas bunga
deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
f. pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
bagi wajib pajak luar negeri;
g. tata cara permohonan dan penetapan masa manfaat yang sesungguhnya
atas harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan; dan
h. tata cara pelaporan penerimaan dividen, penghitungan besarnya pajak yang
harus dibayar, dan pengkreditan pajak sehubungan dengan penetapan saat
diperolehnya dividen oleh wajib pajak dalam negeri atas penyertaan modal
pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya
di bursa efek.
Beberapa ketentuan perpajakan di bidang PBB dan BPHTB yang diterbitkan tahun
2010 antara lain mengatur mengenai:
1. pengaturan terkait Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB serta Pengalihan PBB
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah;
2. penyempurnaan Klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak Bumi untuk objek pajak Sektor
Perkebunan, Sektor Perhutanan, dan Sektor Pertambangan;
3. pengaturan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi BPHTB, dan pengurangan
atau pembatalan Surat Ketetapan BPHTB atau Surat Tagihan BPHTB, yang tidak
benar;
4. pengaturan mengenai Nomor Objek Pajak PBB, yang merupakan nomor
identitas objek PBB yang bersifat unik, tetap, dan standar;
5. pengaturan pelimpahan wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada Kepala
Kanwil DJP atas penyelesaian pengajuan keberatan PBB, penyelesaian
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB yang
seharusnya tidak terutang, dan permintaan pengurangan denda administrasi
PBB;
6. pengaturan mengenai pengenaan PBB Sektor Perkebunan; dan
7. pengaturan mengenai tata cara penatausahaan PBB Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi.
FASILITAS PERPAJAKAN
Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak dalam Tiga bentuk penegakan
memenuhi kewajiban perpajakan, DJP melakukan upaya peningkatan pelayanan
dan pengawasan kepada wajib pajak. Selain dua hal tersebut, upaya DJP lainnya hukum perpajakan yang
adalah melalui kegiatan penegakan hukum. dilakukan oleh DJP, yaitu
Terdapat tiga bentuk penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP, yaitu melalui
pemeriksaan, penagihan,
pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan. Selain memberikan dampak pada dan penyidikan.
peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak, tindakan penegakan hukum ini
juga diharapkan dapat memberikan dampak jangka pendek berupa kontribusi
terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu, tindakan penegakan hukum harus
dilakukan secara terukur, konsisten, dan profesional. Pelaksanaan penegakan
hukum yang demikian, akan meminimalkan kemungkinan terjadinya sengketa
antara wajib pajak dengan DJP.
59
Pemeriksaan merupakan tindakan awal penegakan hukum yang dilakukan oleh
DJP. Tindakan pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan ditujukan untuk menguji kebenaran pengisian SPT wajib pajak sehingga
akan menghasilkan surat ketetapan pajak. Sedangkan pemeriksaan tujuan lain
dilakukan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan
tertentu, seperti dalam rangka penentuan daerah terpencil untuk pemberian
fasilitas perpajakan, penentuan saat produksi komersial dalam pemberian fasilitas
perpajakan, dan pertukaran informasi dengan negara lain. Pemeriksaan untuk
tujuan lain bukan dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak, tetapi
lebih untuk kepentingan pelayanan tertentu kepada wajib pajak.
Pada tahun 2007 realisasi penyelesaian pemeriksaan mencapai 68.017 laporan hasil
pemeriksaan (LHP) dan mengalami penurunan drastis menjadi 21.178 LHP pada
tahun 2008 karena adanya Sunset Policy. Selanjutnya kinerja realisasi penyelesaian
pemeriksaan kembali naik menjadi 69.195 LHP pada tahun 2009. Dalam tahun
2010, realisasi penyelesaian pemeriksaan mencapai 64.988 LHP.
60
80.000
68.017 69.195
70.000
64.988
Jumlah Penyelesaian Pemeriksaan
60.000 12,70%
9,91%
50.000
9,52%
40.000
7,13%
30.000
21.178
20.000
10.000
0
2007 2008 2009 2010
Rasio Jumlah Pemeriksa Pajak dengan Total Pegawai DJP
Kinerja pemeriksaan selama tahun 2010 dicapai melalui upaya dan strategi sebagai
berikut.
1. Penyempurnaan beberapa peraturan di bidang pemeriksaan antara lain:
a. kebijakan pemeriksaan mengenai penjaminan kualitas pemeriksaan khusus;
b. kebijakan mengenai standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan;
c. kebijakan pemeriksaan mengenai pedoman penyusunan rencana
pemeriksaan (audit plan) untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan; dan
OECD memberikan definisi transfer pricing sebagai the price charged by a company
for goods, services or intangible property to a subsidiary or other related company.
Dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
seringkali ditemukan praktik-praktik transfer pricing yang kurang sehat dan
mengindikasikan adanya penggunaan transfer pricing sebagai sarana menghindari
pajak (tax avoidance).
Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-
Undang PPh, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa. Dalam rangka menjalankan amanat undang-undang tersebut, maka
perlu dirumuskan langkah-langkah guna menangani persoalan transfer pricing.
Langkah-langkah yang telah, sedang, dan akan terus dilakukan DJP meliputi:
1. pengembangan sumber daya manusia untuk mengelola persoalan transfer
pricing;
2. pemberian technical assistance untuk unit-unit di DJP yang melakukan
pengawasan, pemeriksaan, atau pemrosesan keberatan dan banding pajak;
3. pengadaan infrastruktur pendukung, seperti database pembanding dan
industrial report;
4. pemberian sosialisasi dan komunikasi dengan berbagai pihak seperti konsultan
pajak, asosiasi perusahaan, akademisi, dan para hakim pengadilan pajak;
5. penyiapan dan penyempurnaan peraturan; dan
62
Sampai pertengahan 2009, masih sedikit pegawai yang mempunyai skill and
knowledge di bidang transfer pricing sehingga kualitas law enforcement di bidang
tersebut rendah. Pada tahun 2010, kemampuan penanganan transfer pricing
pegawai ditingkatkan melalui penyelenggaraan Diklat Pengantar Transfer Pricing
dan Diklat Multinational Enterprise Audit.
Sampai dengan akhir tahun 2010, intensitas penggunaan transfer pricing sebagai
sarana penghindaran pajak relatif tinggi. Pada tahun 2009 terdapat 40 kasus yang
membutuhkan technical assistance dari kantor pusat DJP ke unit vertikal. Pada
tahun 2010 terdapat 37 kasus yang membutuhkan technical assistance baik pada
level pemeriksaan, keberatan, maupun banding yang diajukan oleh wajib pajak.
PENYIDIKAN
Selama tahun 2010, DJP telah menyelesaikan 462 pemeriksaan bukti permulaan
dan 67 di antaranya diusulkan untuk ditingkatkan ke penyidikan.
63
9%
11% (6)
Penerbit Faktur Pajak Bermasalah
(7)
Pengguna Faktur Pajak Bermasalah
43%
(29) Penggelapan Omzet
28% Bendahara Pemotong Tidak Menyetor
(19) Lain-lain
9%
(6)
64
No. Keterangan 2007 2008 2009 2010
I. Berkas Diserahkan ke Kejaksaan
A Berkas telah P-19 0 24 19 14
Kerugian Negara (Rp) 0 1,412 triliun 162 miliar 233 miliar
Tersangka 0 13 16 12
PENAGIHAN
1. Administrasi Penagihan
2. Strategi Penagihan
Target pencairan piutang pajak selama tahun 2010 dibedakan menjadi dua
yaitu target pencairan untuk piutang PPh dan PPN serta target pencairan untuk
piutang PBB dan BPHTB. Target pencairan piutang PPh dan PPN secara nasional
ditetapkan berdasarkan saldo awal piutang pajak tahun 2010 setelah dikurangi
dengan cadangan piutang, dengan memperhitungkan pencapaian IKU tahun
2009 dan perkiraan penambahan piutang pajak pada tahun berjalan. Sedangkan
target pencairan piutang PBB dan BPHTB ditetapkan minimal 85% dari saldo awal
piutang.
Target pencairan piutang pajak tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp16,4 triliun dan
realisasi pencairan piutang pajak sebesar Rp22,56 triliun atau mencapai 137,56%
dari target.
Tabel Pencairan dan Saldo Piutang Per Jenis Pajak Tahun 2010
(miliar rupiah)
Wujudkan
kinerja optimal
dengan
TEAMWORK
yang solid
Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. DJP DJP mendapat
sebagai otoritas perpajakan, mendapat tanggung jawab untuk mengamankan
target penerimaan pajak agar kesinambungan pembangunan dapat berjalan. tanggung jawab untuk
Upaya DJP dalam mencapai target penerimaan di antaranya adalah memperluas mengamankan target
basis subjek dan objek pajak (ekstensifikasi) serta penggalian potensi pajak
(intensifikasi).
penerimaan pajak
agar kesinambungan
EKSTENSIFIKASI
pembangunan dapat
1. Perluasan Basis Subjek Pajak berjalan.
Pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi tahun 2010 dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pemberi kerja/bendahara
pemerintah dan pendekatan properti.
Penambahan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan tersebut antara lain
dikarenakan:
a. pengaturan mengenai kewajiban memiliki NPWP dalam rangka pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan; dan
b. himbauan yang disampaikan melalui PT Taspen (Persero) kepada para
pensiunan yang memiliki penghasilan di atas PTKP untuk memiliki NPWP.
20 0,47
1,76
0,44
15 1,61
Jutaan
0,39
10 1,48 16,88
0,36
13,86
0,33 1,34
5 8,81
1,23
5,43
3.25
0
2006 2007 2008 2009 2010
Perluasan basis objek pajak dilakukan melalui kegiatan pendataan yaitu kegiatan
pemeliharaan dan pembentukan data objek dan subjek PBB yang terdapat dalam
Sistem Informasi Manajemen Objek Pajak (SISMIOP) dan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Tujuan dari kegiatan pendataan adalah menciptakan basis data objek
dan subjek PBB yang akurat dan up to date sehingga dapat tercipta pengenaan
pajak yang lebih adil dan merata, peningkatan pokok ketetapan, peningkatan
tertib administrasi, dan peningkatan penerimaan PBB serta dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak.
70 120
100,16 103,56
100 93,56 97,17
90,97 89,09
83,26
80 77,23
69,46
64,05
Jutaan
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010
90
80 75,80 77,03
74,15
71,72 71,77
70
60
50
Ribuan
40 38,80
35,42
31,17
30 24,94
20 18,37
10
0
2006 2007 2008 2009 2010
INTENSIFIKASI
Masih dalam lingkup intensifikasi, khususnya di bidang PBB, pada tahun 2010 telah
dilakukan juga usaha meningkatkan kualitas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) melalui:
1. pembuatan dan penyempurnaan program aplikasi Form Data Masukan sektor
perkebunan dalam rangka tertib administrasi data perkebunan;
2. penyusunan konsep pengembangan aplikasi SISMIOP sektor pertambangan
dan perhutanan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan objek pajak
sektor tersebut;
3. penilaian individu objek PBB potensial yang meliputi objek khusus seperti
PLTU sebanyak 4 objek, dan tambang emas serta PLTA masing-masing 1 objek;
4. pelaksanaan exercise valuation untuk bahan penyusunan petunjuk teknis
penilaian dengan jumlah 5 objek yaitu pertambangan timah, batubara, emas,
bauksit dan nikel;
5. analisis Assessment Sales Ratio (ASR) bumi untuk mengevaluasi NJOP bumi
terhadap harga transaksi pasar. ASR terhadap NJOP bumi tahun 2010 adalah
86,06% yang artinya rata-rata penerapan NJOP bumi adalah 86,06% dari harga
pasar tahun 2010;
6. penyesuaian NJOP bangunan terhadap nilai pasar (Analisis ASR bangunan)
untuk menjaga keseimbangan NJOP bangunan. ASR NJOP bangunan tahun
2010 adalah sebesar 81%, dengan demikian rata-rata penerapan NJOP
bangunan sudah mencapai 81% dibandingkan harga pasar bangunan tahun
2010;
7. penyeimbangan NJOP antarwilayah untuk menjaga akuntabilitas dan keadilan
penerapan NJOP, melalui:
a. koordinasi analisis keseimbangan NJOP jalan tol dan jalur pipa gas yang
melintasi beberapa kabupaten/kota dan provinsi; dan
b. analisis keseimbangan NJOP antarkawasan terbangun.
Peran serta aktif DJP dalam komunitas perpajakan internasional antara lain DJP berperan aktif dalam
dilakukan dengan mengikuti kegiatan yang berskala internasional yang
diselenggarakan di Indonesia dan di negara lain, baik sebagai peserta maupun menjalin kerja sama dan
sebagai penyelenggara. Pada tahun 2010, selain berhasil menjalin kerja sama menggiatkan pertukaran
baru dengan beberapa otoritas pajak negara lain, DJP juga berhasil melakukan
perundingan dalam rangka persetujuan penghindaran pajak berganda.
informasi antarnegara
untuk meningkatkan citra
Indonesia.
73
Selama tahun 2010, DJP telah melakukan lima kali perundingan P3B dengan
negara mitra. Sebanyak tiga kali perundingan untuk pembentukan P3B baru dan
dua kali perundingan renegosiasi P3B lama, telah berhasil dilaksanakan. Rincian
pelaksanaan perundingan P3B sepanjang tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Indonesia - Hongkong (Hongkong, 10-12 Februari 2010);
2. Indonesia - Serbia (Jakarta, 22-24 Maret 2010);
3. Indonesia - Laos (Laos, 13-16 Juli 2010);
4. Indonesia - Jepang (Jakarta, 15-17 Desember 2010);
5. Indonesia - India (Jakarta, 21-23 Desember 2010).
Dengan demikian, sampai dengan akhir tahun 2010 Indonesia telah memiliki
jaringan P3B yang berlaku efektif dengan 59 negara di dunia.
Dalam rangka memberikan kepastian dalam penerapan P3B, pada tahun 2010
DJP juga menerbitkan beberapa ketentuan baik yang baru maupun yang sifatnya
penyempurnaan dari ketentuan yang telah ada, yaitu:
1. tata cara penerapan P3B untuk lebih memberikan kepastian hukum terutama
bagi para pemotong/pemungut pajak dalam penerapan P3B;
2. pencegahan penyalahgunaan P3B sehingga P3B hanya dapat dimanfaatkan
oleh penduduk Indonesia dan penduduk dari negara mitra P3B yang
sebenarnya berhak;
3. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara
wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
4. tata cara pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedur/MAP) yang diatur dalam dalam P3B;
5.
Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement/APA) untuk
memberikan sarana kepada wajib pajak, DJP dan/atau otoritas pajak negara
lain dalam pembentukan kesepakatan harga transfer (APA).
74 yang dikategorikan oleh OECD sebagai yurisdiksi yang menjadi pusat kedudukan
kegiatan finansial dunia dengan tarif pajak penghasilan rendah (low income tax
jurisdictions), DJP sepanjang tahun 2010 telah melaksanakan perundingan TIEA
dengan delapan negara dan yurisdiksi yaitu:
1. Jersey (London, 29 Maret 2010);
2. Guernsey (London, 30 Maret 2010);
3. Isle of Man (London, 31 Maret 2010);
4. Bermuda (Bermuda, 9 Juni 2010);
5. San Marino (San Marino, 27 September 2010);
6. Costa Rica (Costa Rica, 8 Desember 2010);
7. Cayman Islands (Cayman Island, 10 Desember 2010);
8. Bahamas (Bahama, 13 Desember 2010).
DJP juga secara aktif telah melakukan pertukaran informasi dengan negara-negara
mitra P3B. Informasi yang dipertukarkan antara lain terkait kebenaran status
hukum, status kepemilikan saham, substansi transaksi keuangan, serta kasus-kasus
transfer pricing.
Partisipasi aktif DJP dalam forum internasional selama tahun 2010 adalah sebagai
berikut:
FTA adalah salah satu badan kerja dari OECDs Committee on Fiscal Affairs (CFA)
yang dibentuk pada bulan Juli tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan dialog
antar negara terkait dengan praktik administrasi perpajakan yang baik. DJP hadir
dan aktif berperan serta dalam forum dialog tersebut.
Sidang FTA ke-6 dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 September 2010 di Istanbul,
Turki. Hal-hal yang dibahas dalam sidang tersebut adalah:
a. joint audit, meliputi kerangka hukum yang dapat menjadi dasar anggota FTA
bekerja sama dalam memeriksa masalah perpajakan wajib pajak serta Joint
Audit Guidelines yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk melakukan
joint audit; dan
b. kode etik antara bank dan institusi perpajakan yang dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagaimana tercantum dalam laporan FTA Study into the Role
of Tax Intermediaries (2008) dan Building Transparent Tax Compliance by Banks
(2009).
75
Selama tahun 2010, DJP secara aktif berpartisipasi dengan mengirimkan
perwakilan pada beberapa OECD Global Forum sebagai berikut.
a. OECD Global Forum on Development yang diselenggarakan di Paris, Perancis
pada tanggal 28 Januari 2010 dengan tema Domestic Resource Mobilisation for
Development: the Taxation Challenge. Dalam forum tersebut pimpinan sidang
menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari lima negara di
dunia yang sukses dalam melaksanakan reformasi perpajakan.
b. Global Forum Meeting on Transparency and Exchange of Information for Tax
Purposes, yang diselenggarakan di Singapura pada tanggal 29-30 September
2010. Agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah pembahasan Annual
Assessment and Related Issue.
Dalam rangka menguji legal framework guna memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh OECD Global Forum, akan dilakukan proses assessment terhadap
DJP selaku institusi perpajakan di Indonesia.
76
DJP bekerja sama dengan OECD mempunyai program rutin tahunan berupa
pelatihan kepada pegawai DJP dengan topik tax treaty, international tax, dan
transfer pricing. Pelatihan yang diselenggarakan DJP dan OECD selama tahun 2010
yaitu:
a. Tax treaty Negotiations Seminar (15 19 Maret 2010 di Jakarta), dengan
narasumber dari OECD Secretariat dan Netherlands MoF;
b. Transfer Pricing Advanced Level Seminar (19 23 Juli 2010 di Jakarta), dengan
narasumber dari OECD, ATO, dan Kementerian Keuangan Jerman; dan
c. Tax Treaty - Policy and Drafting Seminar (29 November 3 Desember 2010
di Jakarta), dengan narasumber dari Sekretariat OECD dan Kementerian
Keuangan Australia.
Sejak tahun 2006, terdapat delapan pihak donor yang secara aktif terlibat dalam
proses reformasi pada DJP. Kedelapan negara/lembaga donor dimaksud adalah:
1. International Monetary Fund (IMF);
2. World Bank;
3. Technical Assistance Management Facility - AusAID (TAMF-AusAID);
4. United States Department of the Treasury (US Treasury);
5. Australian Taxation Office (ATO);
6. Swedish International Development Agency - Swedish Tax Agency (SIDA - STA);
7. Japan International Cooperation Agency (JICA); dan
8. Korean International Cooperation Agency (KOICA).
Secara umum, asistensi pihak donor dibiayai oleh hibah (grant). Bentuk asistensi
dapat berupa, antara lain:
1. asistensi teknis oleh individual long-term advisor /resident advisor;
2. asistensi teknis oleh individual short-term advisor/expert;
3. jasa konsultasi oleh perusahaan konsultan;
4. training/seminar/workshop di dalam maupun di luar negeri; dan
5. comparative study/benchmarking ke negara lain.
77
Kegiatan asistensi IMF di DJP dilakukan dalam bentuk penempatan resident advisor
IMF, supervisi yang dilakukan oleh Fiscal Affair Department IMF dari Washington,
dan kunjungan-kunjungan jangka pendek oleh beberapa tenaga ahli administrasi
perpajakan.
Kegiatan proyek IMF sejak 2006 didanai oleh Pemerintah Kanada (Canadian
International Development Agency - CIDA). Pendanaan CIDA yang selama
beberapa tahun ini telah membiayai asistensi teknis IMF berakhir pada tanggal 31
Maret 2010.
Untuk selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2010, kegiatan asistensi IMF
didukung oleh sumber pendanaan dari Pemerintah Jepang dan Public Financial
Management - Multi Donor Trust Funds (PFM MDTF). Perubahan skema pendanaan
membuat IMF tidak lagi menempatkan resident advisor di Indonesia.
PFM MDTF yang dikelola oleh World Bank ini digunakan untuk melanjutkan
asistensi berupa evaluasi atas operasional KPP Pratama dan KPP WP Besar Orang
Pribadi sedangkan pendanaan dari Pemerintah Jepang digunakan untuk kegiatan
lainnya. Selain itu, asistensi juga dilakukan dalam mengembangkan National
Audit Training Program, menyediakan pelatihan di bidang penagihan pajak, serta
mereview program investigasi dan kepatuhan internal.
Selain mendukung Project for Indonesian Tax Administration Reform (PINTAR), World
Bank juga berperan dalam pengelolaan hibah yang termasuk dalam kerangka
PFM MDTF, yang didanai oleh Uni Eropa dan Pemerintah Belanda. Hibah tersebut
digunakan untuk: (1) persiapan program PINTAR; dan (2) program pendukung
PINTAR berupa jasa konsultasi di bidang criminal investigation, independent bid
evaluation, change management, dan knowledge management.
Program asistensi US Treasury berakhir pada tahun 2010 dan belum ada
kesepakatan mengenai program kegiatan kerjasama periode selanjutnya.
5. Australian Taxation Office (ATO)
Selama beberapa tahun terakhir, DJP dan ATO telah berbagi kemitraan dalam
pengembangan kapasitas melalui pertukaran keahlian dan pengetahuan di
bidang administrasi perpajakan. Kerjasama DJP dan ATO merupakan kerjasama
bilateral khusus antara dua organisasi serupa di bawah skema GPF.
Jenis kerja sama yang dilakukan oleh DJP dan ATO meliputi:
a. Kegiatan Multilateral
ATO mengadakan forum internasional yang diselenggarakan di Australia dan
dihadiri oleh wakil-wakil institusi perpajakan dari berbagai negara. Forum ini
diadakan beberapa kali dalam setahun dengan topik yang berbeda.
b. Bantuan Bilateral.
ATO berbagi pengetahuan dan keahlian dalam bentuk lokakarya/seminar dan
bantuan teknis lain yang diberikan kepada DJP oleh pejabat ATO yang diadakan
di Indonesia atau di Australia selama periode waktu tertentu.
Sampai dengan tahun 2010, belum ada kesepakatan mengenai kelanjutan kegiatan
kerjasama antara STA/SIDA dengan DJP untuk periode selanjutnya.
Raih
prestasi dengan
INOVASI
negara.
Tahun 2010 reformasi perpajakan yang telah dimulai sejak tahun 2002 mendapat Penyempurnaan atas
ujian berat. Beberapa kasus terkait perpajakan yang melibatkan oknum pegawai
DJP telah menggerus tingkat kepercayaan masyarakat. Sebagai akibat munculnya kegiatan pemberian
berbagai kasus tersebut, sebagian masyarakat mempertanyakan pelaksanaan layanan sosialisasi,
reformasi perpajakan yang selama ini telah diterima positif oleh masyarakat.
edukasi, dan
Untuk mengatasi masalah menurunnya kepercayaan masyarakat serta dalam kehumasan dilakukan
rangka meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
DJP salah satunya
(wajib pajak) untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya, di tahun 2010
DJP melakukan penyempurnaan atas kegiatan pemberian layanan, sosialisasi, untuk meningkatkan
edukasi, dan kehumasan, dengan uraian sebagai berikut. kepercayaan masyarakat.
83
Salah satu komitmen DJP dalam upaya meningkatkan kepastian pelayanan kepada
masyarakat adalah dengan menetapkan layanan unggulan. Komitmen tersebut
diwujudkan melalui penambahan jumlah layanan unggulan yang pada tahun
sebelumnya ditetapkan sebanyak 8 layanan menjadi 16 layanan pada tahun 2010.
Jenis Layanan
1. Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP Tepat Waktu
2. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Tepat
Waktu
3. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
Tepat Waktu
4. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak Tepat Waktu
5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan PPh, PPN, dan PPnBM
Tepat Waktu
6. Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22
Impor Tepat Waktu
7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB Tepat Waktu
8. Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Kantor Tepat Waktu
9. Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB Tepat Waktu
10. Penyelesaian Permohonan SKB Pemotongan PPh Pasal 23 Tepat Waktu
11. Penyelesaian Permohonan SKB Pemotongan PPh atas Bunga Deposito
dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana
Pensiun yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan Tepat
Waktu
12. Penyelesaian Permohonan SKB PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan Tepat Waktu
13. Penyelesaian Permohonan SKB PPN atas Barang Kena Pajak Tertentu Tepat
Waktu
14. Penyelesaian Permohonan Keberatan PBB Tepat Waktu
15. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Tepat Waktu
16. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan
Pajak yang Tidak Benar Tepat Waktu
85
Pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak yang telah diputuskan
oleh Majelis Hakim dan telah diterima putusannya oleh DJP selama tahun 2010
berjumlah 2.806 putusan dengan rincian sebagai berikut.
Secara umum, permasalahan pokok dalam Banding dan Gugatan sebagai berikut.
a. Tidak dapat dilaksanakannya Putusan Pengadilan Pajak oleh KPP.
Hal ini disebabkan karena objek sengketa bukan merupakan ketetapan
pajak, tetapi merupakan produk hukum dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Akibatnya adalah wajib pajak tidak mendapatkan haknya berupa
pengembalian pajak.
b. Majelis tetap memperhitungkan dokumen yang tidak diberikan wajib
pajak saat pemeriksaan dan keberatan namun baru disampaikan pada saat
persidangan.
Hal ini disebabkan karena belum sejalannya ketentuan dalam Pasal 26A
Undang-Undang KUP dengan ketentuan dalam Pasal 78 Undang-Undang
Pengadilan Pajak sehingga koreksi pemeriksa dibatalkan karena uji bukti di
persidangan.
c. Lemahnya kemampuan litigasi petugas DJP dalam beracara di persidangan.
Hal ini mengakibatkan petugas masih belum optimal dalam berargumen
untuk meyakinkan Majelis.
d. Data tentang permohonan hingga penyelesaian banding dan gugatan tidak
sinkron dengan DJP.
Tidak adanya aplikasi administrasi dan database yang terkoneksi antara
DJP dan Pengadilan Pajak menjadi penyebab utama dari permasalahan ini
sehingga tahap-tahap persiapan persidangan yang harus dilakukan oleh DJP
sebagai pihak Terbanding/Tergugat menjadi tidak maksimal.
500
464
450
400
354
350
300
250
200
150
86 97
100
50
11 2
0
Memori PK Kontra Memori PK
160
139
140
120
100
89
80
60
40
20
6
1
0
Pemohon PK: DJP Pemohon PK: wajib pajak
Mengabulkan Menolak
DJP selaku institusi publik dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
ketentuan peraturan perpajakan dapat digugat di Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tata Usaha Negara, Pengadilan Niaga, Mahkamah Agung, dan Mahkamah
Konstitusi.
4
3
Pengadilan Negeri
17
26 Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Niaga
Mahkamah Agung
14 Mahkamah Konstitusi
Dalam tahun 2010, layanan informasi dan pengaduan melalui Kring Pajak 500200
terus ditingkatkan kualitas layanannya. Keberadaan layanan informasi Kring Pajak
500200 telah membantu masyarakat memperoleh informasi perpajakan secara
cepat, mudah dan akurat. Di sisi lain, sebagai institusi yang menerapkan prinsip-
prinsip good governance, DJP juga memberikan saluran bagi masyarakat wajib
pajak untuk menyampaikan pengaduan terkait layanan yang diberikan.
Panggilan Terjawab
Bulan Panggilan Masuk
Jumlah %
Januari 36.454 21.192 58%
Februari 35.889 16.089 45%
Maret 60.040 36.805 61%
April 36.184 29.890 83%
Mei 21.253 19.678 93%
Juni 20.525 19.560 95%
Juli 22.973 19.189 84%
Agustus 22,152 20.123 91%
September 16.110 14.979 93%
Oktober 20.875 19.369 93%
November 22.285 20.467 92%
Desember 24.792 21.244 86%
Jumlah 339.532 258.585 76%
Layanan pengaduan Kring Pajak 500200 atau yang juga dikenal dengan nama
Pusat Pengaduan Pajak terus mengalami pembenahan manajemen penanganan
pengaduan, termasuk menyempurnakan Sistem Informasi Pengaduan Pajak (SIPP).
Prestasi yang membanggakan telah ditorehkan oleh Kring Pajak 500200 dengan
memperoleh dua penghargaan pada acara bergengsi The Best Contact Center
Indonesia 2010 yang diselenggarakan oleh Indonesia Contact Center Association.
Penghargaan yang diperoleh meliputi penghargaan platinum (pemenang
pertama) dalam kategori The Best Agent Inbound Contact Center dan penghargaan
silver (pemenang ketiga) dalam kategori Supervisor Contact Center untuk contact
center dengan kapasitas kurang dari 100 seat.
Kegiatan sosialisasi dan edukasi yang dilaksanakan selama tahun 2010, adalah
sebagai berikut.
1. Talkshow radio interaktif, bertujuan memberikan pengetahuan perpajakan
melalui media radio, yang dikemas melalui dialog interaktif untuk memudahkan
pendengar memahami perpajakan secara detail dan menyeluruh.
2. Live report (kegiatan peliputan perpajakan), dimaksudkan memberikan
informasi kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai kegiatan yang
diadakan oleh DJP seperti adanya sosialisasi ketentuan terbaru, pojok pajak,
kampanye sadar pajak dan meningkatkan citra positif DJP di masyarakat.
90 Soekarno-Hatta melalui media airport TV, neon box stand TV, dan neon box
public TV.
4. Penerbitan buku cerita anak, bertujuan mendidik anak usia sekolah (6 s.d.
12 tahun) untuk memahami manfaat dan pentingnya pajak bagi diri dan
keluarganya, serta masyarakat dan negara.
5. Penerbitan dan penyebaran buku, booklet, dan leaflet dengan berbagai tema
di bidang perpajakan.
6. Pembuatan situs online katalog buku perpustakaan DJP (Online Public Acces
Catalogue).
7. Pembuatan video instruksional perpajakan sehubungan dengan pengalihan
BPHTB dan persiapan pengalihan PBB dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah.
KEHUMASAN
Fokus utama bidang kehumasan DJP pada tahun 2010 menitikberatkan pada
program atau kegiatan dalam rangka mengembalikan citra atau kepercayaan
publik terhadap DJP karena adanya beberapa pelanggaran oleh pegawai.
91
Tanggal Materi
1 Februari Penjelasan tentang Penunggak Pajak Terbesar
1 April Pemberlakuan UU PPN dan PPnBM, Fasilitas Pengembalian
PPN kepada Turis Asing, Penerimaan SPT Tahunan PPh dan
Perkembangan Penanganan Pegawai yang Melanggar Kode
Etik dan Disiplin PNS
3 Juni Penerimaan Pajak Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2010 dan Kinerja
Lainnya
4 Juni DJP akan segera Melimpahkan Kasus Dugaan Tindak Pidana
Perpajakan PT PHS ke Kejaksaan
18 Agustus Pencanangan Nilai-nilai Organisasi DJP Menuju Suksesnya
Reformasi Jilid II
17 September Penegakan Hukum di DJP
1 Oktober DJP Tambah 22 Toko Pengembalian PPN bagi Turis Asing
4 Oktober Dana Bos Tidak Kena PPh Pasal 22
11 Oktober Penerimaan Pajak sampai dengan 30 September 2010, Crash
Program dan Kebijakan Pemindahan Fungsi Pembuat Peraturan
Perpajakan
21 Oktober a. DJP buka Saluran bagi Whistle Blower
b. Zakat Menjadi Pengurang Pajak
25 Oktober DJP Berlakukan Bebas Fiskal Luar Negeri
26 Oktober DJP Bebaskan Pajak Impor Kapal
10 November a. Survei Integritas KPK: DJP Telah Memenuhi Standar
b. DJP Lakukan Koreksi Transfer Pricing
11 November Perkembangan Penerimaan Pajak 2010
16 November Diberitakan Media, Pegawai Pajak Diperiksa
22 November DJP Pertegas Kriteria Bebas PPN untuk Angkutan Umum
25 November a. Memorandum of Understanding antara DJP dengan Direktorat
Jenderal Aplikasi Telematika tentang Integrasi NPWP di
Sistem e-Pengadaan
b. Penerimaan Pajak sampai dengan 15 November 2010
29 November a. KPK: DJP Peroleh Skor Tertinggi Kode Etik
b. Pengumuman KPK tentang PIAK (Penilaian Inisiatif Anti
Korupsi) Tahun 2010
29 November DJP Perjelas Perlakuan PPN atas Usaha Bank Umum
30 November DJP Berdayakan Tax Center di Universitas
8 Desember DJP Perjelas Kedudukan Pajak Warteg
29 November DJP Launching Elektronik (e-SPT)
10 Desember DJP Tegaskan Terapkan Kode Etik
13 Desember Undangan Workshop Palsu Mengatasnamakan Dirjen Pajak
21 Desember VAT Refund Kini Hadir di Yogyakarta
22 Desember Pukul 00.00 Tanggal 1 Januari 2011 Bebas Fiskal Luar Negeri
23 Desember Satu Tersangka Kasus Pajak Asian Agri Diserahkan ke Kejaksaan
30 Desember Memorandum of Understanding antara DJP dengan Institut
Akuntan Publik Indonesia tentang Perumusan Standar dan
Prosedur Audit Terkait Insentif yang Akan Diberikan Kepada
Wajib Pajak
93
Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 25 ayat (8) Undang-Undang PPh, pada
tanggal 1 Januari 2008 memberlakukan ketentuan bagi wajib pajak orang pribadi
Dalam Negeri yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak
ke luar negeri wajib membayar pajak Fiskal Luar Negeri.
Kewajiban membayar Fiskal Luar Negeri berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
sesuai dengan ketentuan UU PPh Pasal 25 ayat (8a). Dengan demikian, mulai tahun
2011 DJP tidak lagi memberikan layanan Fiskal Luar Negeri.
3. Pelaksanaan Kawasan Bebas (Free Trade Zone) Batam, Bintan dan Karimun
Salah satu bentuk strategi inovasi terbaru dalam pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh DJP adalah dengan penyediaan tempat khusus penerimaan
SPT Tahunan yang disebut Drop Box SPT yang ditempatkan di KPP, KP2KP, pusat
perbelanjaan, pusat bisnis, kantor-kantor pemerintah seperti kelurahan dan
kecamatan serta lokasi strategis lainnya.
Sejak tahun 2009 wajib pajak dapat menyampaikan SPT Tahunannya secara
langsung melalui Drop Box SPT di lokasi mana saja. Hal ini memberikan keleluasaan
kepada wajib pajak, karena tidak harus menyampaikan SPT Tahunan di KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar tetapi dapat disampaikan di tempat yang terdekat dengan
aktivitas harian mereka.
94 2009 mendapatkan banyak pujian dari berbagai pihak dan masyarakat termasuk
wajib pajak. Bahkan pernah menjadi salah satu topik editorial di salah satu harian
nasional. Banyaknya pujian ini menjadi pertimbangan utama untuk kembali
menerapkan Drop Box SPT pada tahun 2010 dengan lebih baik dan disempurnakan
dari sisi prosedur dan aplikasinya yang tentunya bertujuan untuk lebih memberikan
kepuasan bagi seluruh wajib pajak dalam penyampaian SPT Tahunan PPh.
Pengisian SPT Tahunan PPh selama ini dilakukan secara manual dengan tulisan
tangan. Banyak wajib pajak merasa kesulitan dalam mengisi dan menghitung
kewajiban perpajakannya. Melihat hal ini dan juga telah banyak digunakan di
negara-negara lain, DJP mengeluarkan formulir SPT Tahunan PPh Format PDF
Isian. Mulai tahun 2010, untuk penyampaian SPT Tahunan Tahun Pajak 2009, wajib
pajak dapat memanfaatkan fasilitas formulir SPT Tahunan PPh Format PDF Isian
dengan mengunduhnya di situs www.pajak.go.id atau meminta ke KPP. Banyak
kemudahan dan insentif yang ditawarkan baik kepada wajib pajak maupun bagi
DJP sendiri.
Mulai tahun 2010, KPP tidak lagi mengirimkan formulir SPT Tahunan kepada
setiap wajib pajak baik orang pribadi maupun badan. Namun wajib pajak diminta
mengambil sendiri SPT Tahunan PPh di tempat-tempat yang telah ditentukan
seperti di KPP, KP2KP, lokasi-lokasi Drop Box SPT, Pojok Pajak, Mobil Pajak dan lokasi
lain yang strategis dan mudah dijangkau oleh wajib pajak. Dasar pemikiran adanya
kebijakan ini adalah sebagai berikut.
Tata kelola TIK adalah suatu kerangka kerja yang mengatur dan mengelola
keseluruhan proses perencanaan, realisasi, operasional harian, pengamanan,
kelangsungan layanan, dan evaluasi internal penyelenggaraan TIK DJP melalui
jalur kepemimpinan yang tegas dan transparan.
Pada tahun 2010, DJP telah selesai melaksanakan 97 rekomendasi dan sedang
memproses penyelesaian 31 rekomendasi. Sedangkan 61 rekomendasi lainnya
akan dilaksanakan pada periode 20112012.
Sebagai bagian dari evaluasi tata kelola TI, di tahun 2010 DJP melaksanakan
evaluasi atas pelaksanaan Kebijakan Internet dan Intranet DJP, aplikasi
Approweb, dan pemantauan kinerja SIDJP yang hasilnya akan dijadikan dasar
untuk menentukan target kinerja aplikasi yang disusun dalam kegiatan data
clean up.
3) modelling aplikasi yang terdiri dari beberapa modul antara lain workload
analysis, standar kompetensi jabatan, pengukuran kinerja, assesment
center, survey online, dan indesk; dan
4) modul-modul pendukung HRMIS yaitu authentification services, pertukaran
data dengan Kementerian Keuangan, monografi, dan evaluasi kinerja.
c. Pengembangan Infrastruktur
Untuk meningkatkan kinerja dan kapasitas infrastruktur, serta meremajakan
perangkat yang telah obsolete, DJP melakukan hal-hal antara lain:
1) pemenuhan kebutuhan lisensi untuk server development pengolahan
dokumen (KOFAX), lisensi untuk penambahan agent untuk inbound call
center (AVAYA), lisensi untuk basis data Oracle Real Application Cluster;
2) penambahan hardware SIKKA;
3) penyempurnaan infrastruktur jaringan komunikasi data DJP;
4) penyempurnaan infrastruktur MPN untuk peningkatan kinerja, keamanan,
dan pelayanan sistem MPN;
5) penyempurnaan infrastruktur PPDDP untuk memaksimalkan kinerja
PPDDP;
6) penambahan kapasitas komputer dan sarana pendukung lainnya yang
membantu kelancaran pekerjaan;
7) penyempurnaan perangkat lunak pendukung untuk kebutuhan
pemeriksaan pajak dan IT Project Management; dan
8) pemanfaatan teknologi virtualisasi untuk mengoptimalkan perangkat.
Tahun
Kriteria
2006 2007 2008 2009 2010
Wajib Pajak Orang Pribadi 3.251.753 5.431.689 8.807.666 13.861.253 16.880.649
Wajib Pajak Bendahara 327.258 360.782 392.509 441.986 471.833
Wajib Pajak Badan 1.226.279 1.344.552 1.481.924 1.608.337 1.760.108
Total 4.805.290 7.137.023 10.682.099 15.911.576 19.112.590
Pertumbuhan 2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
2009-2010 Target %
WP Terdaftar 1) 4.358.014 4.805.290 7.137.023 10.682.099 15.911.576 48,96% - -
WP Terdaftar
Wajib SPT 2) 3.871.823 4.231.117 6,341,828 9.996.620 14.101.933 41,07% - -
SPT Tahunan
PPh 3) 1.240.571 1.278.290 2.097.849 5.413.114 8.202.309 51,53% 8.108.611 101,16%
Rasio
Kepatuhan 4) 32,04% 30,21% 33,08% 54,15% 58,16% 7,41% 57,50% 101,16%
Catatan:
1) Jumlah wajib pajak terdaftar (terdiri dari wajib pajak badan, wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak bendahara, pusat
dan cabang) pada 1 Januari tahun bersangkutan.
2) Jumlah wajib pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh (wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi dengan status
pusat) pada 1 Januari tahun bersangkutan.
3) Jumlah SPT Tahunan PPh (semua tahun pajak) yang diterima DJP s.d 31 Desember.
4) Rasio kepatuhan adalah perbandingan jumlah SPT Tahunan PPh terhadap wajib pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh.
Tabel Pertumbuhan Wajib Pajak yang Melaporkan dengan e-SPT Tahun 2006-2010
Tabel Pertumbuhan Jumlah SPT yang Dilaporkan dengan e-SPT Tahun 2006-2010
Tabel Pertumbuhan Jumlah SPT yang Dilaporkan dengan e-Filing Tahun 2006-2010
100 Realisasi
APBN-P 2010 (triliun rupiah)
Jenis Pajak Pertumbuhan
(triliun rupiah)
2010 2009
PPh Non Migas 306,84 297,86 267,57 11,32%
PPN dan PPnBM 262,96 230,58 193,07 30,54%
PBB 25,32 28,58 24,27 17,76%
BPHTB 7,16 8,03 6,46 24,18%
Pajak Lainnya 3,84 3,97 3,11 27,42%
Penerimaan DJP Tanpa PPh Migas 606,12 569,02 494,49 15,07%
PPh Migas 55,38 58,87 50,04 17,64%
Penerimaan DJP Dengan PPh Migas 661,50 627,89 544,53 15,31%
Tabel Perbandingan Penerimaan Pajak DJP dan Belanja Negara Tahun 2006-2010
Tabel Peranan Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2001-2009
Tahun
No Uraian
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
a Pajak Pusat (triliun
rupiah) 185,54 210,09 242,04 280,56 347,03 409,20 490,99 658,70 619,92 743,33
1. Pajak Dalam
Negeri 175,97 199,51 230,93 267,82 331,79 395,97 470,05 622,36 601,25 720,76
2. Pajak
Perdagangan
Internasional 9,57 10,58 11,11 12,74 15,24 13,23 20,94 36,34 18,67 22,56
b Pajak Daerah
(triliun rupiah) 10,73 14,55 12,09 23,10 24,21 25,72 29,46 38,04 35,93 47,68
c Penerimaan SDA
(triliun rupiah) 85,67 64,76 67,51 91,54 110,47 167,47 132,89 224,46 138,96 164,73
d Pajak Pusat +
Pajak Daerah 196,27 224,64 254,13 303,66 371,24 434,92 520,45 696,74 655,85 791,01
e Pajak Pusat +
Pajak Daerah +
Penerimaan SDA 281,94 289,40 321,64 395,20 481,71 602,39 653,34 921,20 794,81 955,73
f PDB Atas Dasar
Harga Berlaku
(triliun rupiah) 1.449,40 1.610,00 2.045,90 2.273,10 2.784,30 3.365,90 3.950,90 4.948,70 5.603,90 6.422,90
g Tax Ratio I Pajak
Pusat (a : f ) 12,80% 13,05% 11,83% 12,34% 12,46% 12,16% 12,43% 13,31% 11,06% 11,57%
h Tax Ratio II Pajak
Pusat+Daerah
(d : f ) 13,54% 13,95% 12,42% 13,36% 13,33% 12,92% 13,17% 14,08% 11,70% 12,32%
i Tax Ratio III Pajak
Pusat+Daerah+
SDA (e : f ) 19,45% 17,98% 15,72% 17,39% 17,30% 17,90% 16,54% 18,62% 14,18% 14,88%
Sumber : Data Pokok APBN 2001-2011 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, DJPK, BPS
102 220
195.492
200
180
160.275
160
140
triliun rupiah
120
83.649
100
68.882
80
60.614
60.018
60
33.642
33.725
29.821
29.884
40
23.586
21.067
19.763
20.104
13.490
13.683
14.085
10.359
9.371
9.721
8.950
20
6.541
3.933
1.863
2.041
3.854
2.691
1.329
3.202
2.525
0.901
0.104
1.267
0.001
0.001
0.079
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q X
2009 2010
Keterangan:
Kode Kelompok KLU
A pertanian, perburuan, dan kehutanan
B perikanan
C pertambangan dan penggalian
D industri pengolahan
E listrik, gas, dan air
F konstruksi
G perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, sepeda motor, serta barang-barang
keperluan pribadi dan rumah tangga
H penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
I transportasi, pergudangan, dan komunikasi
J perantara keuangan
K real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan
L administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib
M jasa pendidikan
N jasa kesehatan dan kegiatan sosial
O jasa kemasyarakatan, sosial, dan kegiatan lainnya
P jasa perorangan
Q badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
X kegiatan yang belum jelas batasannya
Tabel Perkembangan Tunggakan dan Pencairan PPh dan PPN/PPnBM Tahun 2006-2010
(triliun rupiah)
Tahun Saldo Awal Penambahan Pencairan Pengurangan Saldo Akhir
2006 25,79 18,80 11,57 15,80 28,78
2007 28,78 16,82 11,88 18,28 27,32
2008 27,32 27,39 11,26 16,37 38,34
2009 38,34 24,32 16,58 22,84 39,82
2010 39,82 56,06 18,43 57,99 37,86
104
Golongan
Jabatan Jumlah
I II III IV
Eselon I 1 - - - 1
Eselon II 48 - - - 48
Eselon
1 - - - - - - 1 -
47 1 - - - - 2 39 7
453 64 1 - - 1 47 451 17
3.309 665 305 4 18 101 1.650 1.886 10
3.708 1.495 277 152 2 1.546 2.671 555 -
429 195 - - - 126 360 138 -
360 170 96 294 - 57 83 - -
634 14 281 165 - 54 146 2 -
720 29 26 506 - 148 69 - -
621 534 20 - - 608 525 2 -
568 117 - 268 - 298 112 7 -
9.162 4.424 4.171 3.413 6 2.799 3.000 195 2
11 - - 7 - 4 - - -
85 1 24 21 - 27 14 - -
171 47 - - - 1 119 98 -
885 80 2 - - - 529 433 1
865 77 4 - - 807 130 1 -
491 30 8 2 1 401 107 2 -
75 11 31 3 - 37 12 3 -
1.647 116 - 2 - 55 1.482 224 -
- 1 - - - - 1 - -
53 1 - - - - 31 23 -
103 4 5 - 1 91 10 - -
66 4 30 - 2 33 5 - -
54 2 29 - 17 9 1 - -
61 20 - - - - 76 5 -
1 1 - - - - 2 - -
7 1 - - - 5 3 - -
16 3 - - - 11 8 - -
1 - - - - 1 - - -
24 2 - - - 2 22 2 -
- 4 1 - - - 3 - -
24.628 8.113 5.311 4.837 47 7.222 11.220 4.067 37
30. Forum Account Representative dan 62. Internalisasi dan ToT UU PPN dan
Pengawasan dan Konsultasi 100 PPnBM 161
74. Pelatihan ACL Intermediate Level 15 106. Penyegaran dan Ujian Sertifikasi PBJ 250
90. Pelatihan Teknik Pembuatan Notulen 122. Sosialisasi Draf Aturan Pelaksanaan
Rapat 30 UU PPN dan PPnBm 170
101. Penguatan Integritas Kasi PDI se-DKI 95 133. Sosialisasi Rencana Strategis 2010
Kanwil DJP Jakarta Barat 70
102. Penguatan Integritas Kasi Pelayanan
se-DKI 95 134. Sosialisasi Seleksi Penerimaan
Widyaiswara 110
103. Penilaian Usaha 1 & 2 35
135. Sosialisasi UU PPN 1544
104. Penilaian Usaha P3 & P4 26
136. Surat Utang Negara 100
Tabel Kinerja Layanan Informasi dan Pengaduan Kring Pajak Tahun 2009 2010
Tabel Realisasi Belanja Netto Menurut Jenis Belanja Tahun Anggaran 2010
Tabel Realisasi Belanja Netto Menurut Jenis Belanja Tahun Anggaran 2010 dan 2009
Ketentuan Perpajakan di Bidang PPh 53 PROSES BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN 92
KOMUNIKASI
Ketentuan Perpajakan di Bidang PPN dan PPnBM 54
Penyempurnaan Proses Bisnis 92
Ketentuan Perpajakan di Bidang PBB dan BPHTB 56
Teknologi Informasi dan Komunikasi 95
Fasilitas Perpajakan 56
DATA STATISTIK 98
TIM PENYUSUN LAPORAN TAHUNAN DJP 2010