Anda di halaman 1dari 114

A D A N A RA K

G AR CA
NA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Kementerian Keuangan Republik Indonesia
AR A D A N A RA K
N AG CA

Laporan Tahunan 2010

Direktorat Jenderal Pajak


www.pajak.go.id

Kementerian Keuangan Republik Indonesia


Berkarya dengan Hati,
Melangkah dengan PasTI

Upaya
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Direktorat Jenderal Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam reformasi birokrasi
Laporan Tahunan 2010

Kantor Pusat dan memenangkan kembali


hati masyarakat.
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 40-42
Jakarta Selatan 12190
Telepon : (021) 5250208, 5251609, 5262880
Faksimile : (021) 5251245

Call Center/Kring Pajak : (021)500200


e-mail : pengaduan@pajak.go.id
1

Sebagai institusi pemerintah yang bertugas menghimpun


dana masyarakat untuk penyelenggaraan negara,
DJP terus melanjutkan reformasi birokrasi yang merupakan
langkah PasTI dalam mengemban kepercayaan masyarakat.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


2

VISI
Menjadi institusi pemerintah yang
menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme
yang tinggi.

MISI
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan
undang-undang perpajakan yang mampu
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

NILAI
Profesionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi,
kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral,
yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


3

Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk
menunjang tugas dan pekerjaan.

Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan
memerhatikan aturan dan norma yang berlaku.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


4 Sambutan
Direktur Jenderal Pajak

Mochamad Tjiptardjo Direktur Jenderal Pajak

Pada tahun 2010 DJP meluncurkan


program perbaikan jangka pendek
(crash program) yang difokuskan pada
9 bidang yang sifatnya prioritas.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga DJP dapat
5
menjalankan tugas mengamankan penerimaan negara di tahun 2010. Penerimaan
pajak yang berhasil dikumpulkan DJP pada tahun 2010 mencapai Rp569,02 triliun
atau 93,88% dari target APBN-P, dan tumbuh sebesar 15,07% dibandingkan realisasi
tahun sebelumnya. Hasil tersebut cukup baik mengingat pada tahun yang sama DJP
menghadapi tiga masalah utama yaitu menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
sebagai akibat mencuatnya pemberitaan kasus-kasus penyalahgunaan wewenang oleh
oknum pegawai DJP, masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak, dan menurunnya
motivasi pegawai.

Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, khususnya untuk mengatasi masalah


menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat dan motivasi pegawai, pada tahun 2010 DJP
meluncurkan program perbaikan jangka pendek dan jangka menengah (crash program)
yang difokuskan pada 9 bidang yang sifatnya prioritas, yaitu (1) tata nilai dan budaya
kerja, (2) pemeriksaan, (3) keberatan, (4) banding, (5) ekstensifikasi, (6) pengawasan
kepatuhan, (7) sumber daya manusia, (8) teknologi informasi dan komunikasi, serta (9)
organisasi.

Sejalan dengan pelaksanaan crash program di atas, pada tahun 2010 DJP menjalankan
program internalisasi tata nilai dan budaya kerja yang diberi tajuk DJP Maju, PasTI!.
Program tersebut merupakan program pembangkitan motivasi dan penguatan integritas
pegawai dengan menjadikan nilai-nilai DJP sebagai pedoman perilaku. Nilai-nilai DJP,
yaitu Profesionalisme, Integritas, Teamwork, dan Inovasi, atau disingkat menjadi PasTI,
merupakan inti dari budaya yang dikembangkan DJP.

Kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan oleh DJP pada tahun 2010 yaitu berperan
aktif dalam rangka pengalihan PBB perdesaan dan perkotaan dan BPHTB kepada
pemerintah daerah, serta dimulainya pelaksanaan kebijakan VAT Refund for Tourist, yaitu
pelayanan pengembalian PPN yang telah dibayar atas barang bawaan yang dibawa
keluar negeri untuk orang pribadi pemegang paspor luar negeri. Pelaksanaan VAT Refund
for Tourist dimulai pada tanggal 1 April 2010 seiring berlakunya Undang-Undang PPN dan
PPnBM Nomor 42 Tahun 2009.

Di tahun 2010, DJP melakukan ekstensifikasi berupa penambahan wajib pajak terdaftar
yang cukup signifikan mencapai 3.201.014 wajib pajak, terdiri dari 3.019.396 wajib
pajak orang pribadi, 151.771 wajib pajak badan, dan 29.847 wajib pajak bendahara.
Penambahan ini diharapkan dapat meletakkan fondasi perpajakan di masa mendatang.

Peran serta aktif DJP dalam komunitas perpajakan internasional dilakukan dengan
mengikuti beberapa kegiatan yang berskala internasional antara lain yaitu melakukan
pembentukan perjanjian pertukaran informasi perpajakan/tax information exchange
agreement (TIEA) di London, serta mengikuti the Sixth Meeting of the OECD FTA di Istanbul,
OECD Global Forum on Development di Paris, dan Global Forum Meeting on Tranparency
and Exchange of Information for Tax Purpose di Singapura.

Untuk Indonesia yang lebih baik, di tahun yang akan datang DJP optimis mampu
mengemban amanah menghimpun penerimaan pajak negara, melewati tantangan dan
rintangan yang mendera, serta berusaha merebut kembali kepercayaan masyarakat.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Direktur Jenderal Pajak

Mochamad Tjiptardjo

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


6 Pimpinan DJP
Profil Direktur Jenderal, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, dan
Tenaga Pengkaji

Mochamad Tjiptardjo
Direktur Jenderal Pajak

Djonifar Abdul Fatah


Sekretaris Direktorat Suryo Utomo Achmad Sjarifuddin Alsah
Jenderal Pajak Direktur Peraturan Perpajakan I Direktur Peraturan Perpajakan I I

Otto Endy Panjaitan Pontas Pane Hartoyo


Direktur Pemeriksaan dan Plt. Direktur Intelijen dan Direktur Ekstensifikasi dan
Penagihan Penyidikan Penilaian

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


7

Mochamad Tjiptardjo
Direktur Jenderal Pajak
Menjabat Direktur Jenderal Pajak sejak 28 Juli 2009. Gelar Sarjana Ilmu Keuangan Jurusan Pajak Umum
diperolehnya dari Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1979 dan gelar Master of Arts in Economic
diperolehnya dari Williams College Massachussets, Amerika Serikat pada tahun 1984.

Djonifar Abdul Fatah


Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak
Menjabat Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak sejak 28 April 2009. Gelar Sarjana Ilmu Keuangan Jurusan
Pajak Umum diperolehnya dari Institut Ilmu Keuangan pada tahun 1980 dan gelar Master of Arts in
Economic diperolehnya dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, pada tahun 1984.

Suryo Utomo
Direktur Peraturan Perpajakan I
Menjabat Direktur Peraturan Perpajakan I sejak 6 April 2010. Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi dari Universitas Diponegoro pada tahun 1992 dan gelar Master of Business Taxation dari
University of Southern California, Amerika Serikat, pada tahun 1998.

Achmad Sjarifuddin Alsah


Direktur Peraturan Perpajakan II
Menjabat Direktur Peraturan Perpajakan II sejak 28 April 2009. Beliau merupakan alumnus Institut Ilmu
Keuangan pada tahun 1980, alumnus University of Illinois, Amerika Serikat, pada tahun 1986, dan alumnus
University of Bloomington, Amerika Serikat, pada tahun 1992 dengan gelar Doctor of Philosophy in
Management.

Otto Endy Panjaitan


Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
Menjabat Direktur Pemeriksaan dan Penagihan sejak 12 Mei 2010. Beliau memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Jurusan Akuntansi dari Universitas Sumatera Utara pada tahun 1980 dan gelar Master of Business
Administration dari Saint Louis University, Amerika Serikat, pada tahun 1989.

Pontas Pane
Plt. Direktur Intelijen dan Penyidikan
Menjabat Plt. Direktur Intelijen dan Penyidikan sejak 9 Oktober 2009. Beliau merupakan alumnus Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara pada tahun 1988 dan alumnus Program Magister Manajemen dari
Universitas Krisnadwipayana pada tahun 2007.

Hartoyo
Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian
Menjabat Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian sejak 16 Juni 2008. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen diperolehnya dari Universitas Mulawarman pada tahun 1982 dan gelar Master of Business
Property diperolehnya dari University of South Australia pada tahun 1992.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


8

Catur Rini Widosari


Direktur Keberatan dan Banding
Menjabat Direktur Keberatan dan Banding sejak 6 April 2010. Beliau
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Sriwijaya Palembang
pada tahun 1989 dan gelar Master of Business Taxation dari University of
Southern California, Amerika Serikat, pada tahun 1998.

Sumihar Petrus Tambunan


Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan
Menjabat Direktur Potensi, Kepatuhan dan Penerimaan sejak 28 Desember
2006. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi diperolehnya dari
Universitas Sumatera Utara pada tahun 1978. Kemudian gelar Master of
Arts in Economic dan gelar Doctor of Philosophy in Economics diperolehnya
dari University of Colorado, Amerika Serikat, masing-masing pada tahun
1984 dan 1987.

Moh. Iqbal Alamsjah


Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat
Menjabat Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat sejak
6 April 2010. Beliau merupakan alumnus Program Diploma IV Keuangan
Spesialisasi Akuntan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1988.
Gelar Master of Economics in Public Finance and Tax Policy diraihnya dari
Vanderbilt University, Amerika Serikat, pada tahun 1997, dan gelar Doktor
Manajemen Bisnis diperolehnya dari Universitas Padjadjaran pada tahun
2007.

Yoyok Satiotomo
Direktur Teknologi Informasi Perpajakan
Menjabat Direktur Teknologi Informasi Perpajakan sejak 6 April 2010. Beliau
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen dari Universitas
Krisnadwipayana pada tahun 1986 dan gelar Master of Art in Business and
Commerce dari Keio University, Jepang, pada tahun 1999.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


9

Wahju Karya Tumakaka


Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur
Menjabat Direktur Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya
Aparatur sejak 12 Mei 2010. Beliau merupakan alumnus Program Diploma
IV Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1987
dan alumnus Master of Public Administration Program Harvard University,
Amerika Serikat, pada tahun 1995.

Hario Damar
Direktur Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi
Menjabat Direktur Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi sejak
18 Juni 2009. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen diperolehnya dari
Universitas Krisnadwipayana pada tahun 1988 dan gelar Master of Business
Administration diperolehnya dari University Of New Brunswick, Kanada,
pada tahun 1996. Kemudian Program Doktoral Manajemen Sistem Informasi
di Asahi University, Jepang, diselesaikannya pada tahun 2003.

Robert Pakpahan
Direktur Transformasi Proses Bisnis
Menjabat Direktur Transformasi Proses Bisnis sejak 28 Desember 2006.
Beliau merupakan alumnus Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi
Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada tahun 1987. Gelar Doctor
of Philosophy in Economics diperolehnya dari University of North Carolina at
Chapel Hill, Amerika Serikat, pada tahun 1998.

Eddy Marlan
Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak
sejak 28 April 2009. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi diperolehnya
dari Universitas Padjadjaran pada tahun 1980 dan gelar Master of Business
Administration diperolehnya dari Case Western Reserve University, Amerika
Serikat, pada tahun 1989. Kemudian beliau menyelesaikan Program Doktoral
Ilmu Akutansi Manajemen di Technology University of the Philippines,
Filipina, pada tahun 1999.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


10

Gusti Nyoman Putera


Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan Perpajakan
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan Perpajakan sejak 12 Mei
2010. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi dan gelar Magister Sains
diperolehnya dari Universitas Gajah Mada masing-masing pada tahun 1979
dan 1998.

Estu Budiarto
Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya
Manusia
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan dan Penertiban Sumber Daya
Manusia sejak 6 April 2010. Beliau merupakan alumnus Program Diploma
IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pada
tahun 1990. Kemudian gelar Master of Business Administration in Finance
diperolehnya dari University Of Rochester, Amerika Serikat, pada tahun
1993.

Bambang Tri Muljanto


Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum Perpajakan
Menjabat Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum
Perpajakan sejak 12 Mei 2010. Gelar Sarjana Hukum diperolehnya dari
Universitas Indonesia pada tahun 1986 dan gelar Master of Business
Administration diperolehnya dari Saint Louis University, Amerika Serikat,
pada tahun 1992.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


11

Daftar Kepala Kantor Wilayah DJP dan


Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

1. Amri Zaman Kepala Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar


2. Riza Noor Karim Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus
3. Muhammad Haniv Kepala Kantor Wilayah DJP Nanggroe Aceh Darussalam
4. Yusri Natar Nasution Kepala Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I
5. Harta Indra Tarigan Kepala Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara II
6. Nirwan Tjipto Kepala Kantor Wilayah DJP Riau dan Kepulauan Riau
7. Peni Hirjanto Kepala Kantor Wilayah DJP Sumatera Barat dan Jambi
8. Pandu Bastari Kepala Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan dan Kepulauan
Bangka Belitung
9. Rizal Admeidy Kepala Kantor Wilayah DJP Bengkulu dan Lampung
10. Herry Sumardjito Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat
11. Ichwan Fachruddin Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Barat
12. Sutrisno Ali Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan
13. Ramram Brahmana Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur
14. Djalintar Sidjabat Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Utara
15. Sigit Priadi Pramudito Kepala Kantor Wilayah DJP Banten
16. Dedi Rudaedi Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I
17. Taufieq Herman Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat II
18. Sakli Anggoro Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah I
19. Dicky Hertanto Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II
20. Djangkung Sudjarwadi Kepala Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa Yogyakarta
21. Suharno Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I
22. Erwin Silitonga Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Timur II
23. Ken Dwijugiasteadi Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III
24. Hubertus Agus Wuryantoro Kepala Kantor Wilayah DJP Kalimantan Barat
25. Agus Hudiyono Kepala Kantor Wilayah DJP Kalimantan Selatan dan Tengah
26. Bambang Is Sutopo Kepala Kantor Wilayah DJP Kalimantan Timur
27. Angin Prayitno Aji Kepala Kantor Wilayah DJP Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara
28. Bambang Basuki Kepala Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo,
dan Maluku Utara
29. Zulfikar Thahar Kepala Kantor Wilayah DJP Bali
30. Adjat Djatnika Kepala Kantor Wilayah DJP Nusa Tenggara
31. Singal Sihombing Kepala Kantor Wilayah DJP Papua dan Maluku
32. Kismantoro Petrus Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


12 Peristiwa Penting 2010
1
Januari
Mulai berlakunya Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, yang antara 11
lain mengatur pengalihan
PBB-Perdesaan dan Perkotaan Maret 22-24
sebagai Pajak Daerah per Mahkamah Konstitusi menolak
tanggal 31 Desember 2013
dan pengalihan BPHTB sebagai
permohonan uji materiil
Undang-Undang Pajak
Maret
Perundingan pembentukan
Pajak Daerah paling lama satu Penghasilan [Pasal 4 ayat (2),
Persetujuan Penghindaran Pajak
tahun sejak berlakunya undang- Pasal 7 ayat (3), Pasal 14 ayat (1),
Berganda antara Indonesia dan
undang dimaksud. (7), Pasal 17 ayat (2), huruf a, c, d,
Serbia yang dilaksanakan di
Pada tanggal ini juga mulai Pasal 17 ayat (3), Pasal 17 ayat (7),
Jakarta.
berlaku penurunan tarif PPh Pasal 19 ayat (2), Pasal 21 ayat (5),
Badan menjadi 25% yang Pasal 22 ayat (1) huruf c, Pasal 22
berlaku sejak tahun pajak 2010. ayat (2), dan Pasal 25 ayat (8)]. 29-31
10-12 Maret
Perundingan Perjanjian
Februari Pertukaran Informasi
Perundingan pembentukan Perpajakan/Tax Information
Persetujuan Penghindaran Pajak Exchange Agreement (TIEA)
Berganda antara Indonesia dan antara Indonesia dengan Jersey,
Hongkong yang dilaksanakan di Guernsey, dan Isle of Man yang
Hongkong. dilaksanakan di London.

19 17 20
Februari Maret Mei
Penandatanganan Kontrak Penyampaian SPT Pajak Presiden RI Susilo Bambang
Kinerja Kemenkeu - One antara Penghasilan Orang Pribadi Yudhoyono melantik Agus D.W.
Menteri Keuangan dengan Tahun Pajak 2009 oleh Martowardojo sebagai Menteri
seluruh pejabat eselon I di Presiden RI Susilo Bambang Keuangan menggantikan
lingkungan Kementerian Yudhoyono dan jajaran Sri Mulyani Indrawati.
Keuangan yang dilaksanakan di Kabinet Indonesia Bersatu II
Kementerian Keuangan, Jakarta. di Kantor Pusat DJP, Jakarta. 28
20 Mei
Malam penganugerahan The
Maret Best Contact Center 2010 di
Hotel Bumi Karsa Jakarta yang
Penandatanganan Kontrak
diselenggarakan oleh Indonesia
Kinerja Kemenkeu - Two
Contact Center Association.
antara Direktur Jenderal Pajak
Kring Pajak 500200 mendapat
dengan seluruh pejabat eselon
penghargaan platinum dalam
23 II di lingkungan DJP yang
kategori The Best Agent
dilaksanakan di Kantor Pusat DJP,
Februari Jakarta.
Inbound Contact Center dan
penghargaan silver dalam
Penandatanganan Kesepakatan kategori Supervisor Contact
Bersama antara DJP dan Center untuk contact center
Kepolisian RI tentang Penegakan dengan kapasitas di bawah 100
Hukum di Bidang Perpajakan. seat.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


13

9
Juni 27
Perundingan TIEA antara
Indonesia dan Bermuda yang
dilaksanakan di Bermuda. September
Perundingan TIEA antara
Indonesia dan San Marino yang
13 dilaksanakan di San Marino.

Juli 8
Perundingan pembentukan
Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda antara Indonesia dan Desember
Laos yang dilaksanakan di Laos. Perundingan TIEA antara
Indonesia dan Costa Rica yang
dilaksanakan di Costa Rica.
16
21-23
Juli 10
Penandatanganan Nota Desember
Kesepahaman antara Mahkamah Desember Perundingan renegosiasi
Agung, Komisi Yudisial, dan Perundingan TIEA antara Persetujuan Penghindaran Pajak
Kementerian Keuangan tentang Indonesia dan Cayman Islands Berganda antara Indonesia
Pembinaan dan Pengawasan yang dilaksanakan di Cayman dan India yang dilaksanakan di
Hakim Pengadilan Pajak. Islands. Jakarta.

22 13
Juli Desember
Penandatanganan Kontrak Perundingan TIEA antara
Kinerja Kemenkeu - Two yang Indonesia dan Bahamas yang
telah disempurnakan. dilaksanakan di Bahamas.

15-17
31
Desember Desember
Perundingan renegosiasi
Persetujuan Penghindaran Pajak Batas akhir pengenaan Fiskal
Berganda antara Indonesia dan Luar Negeri sesuai amanat
Jepang yang dilaksanakan di Undang-Undang PPh.
Jakarta.
18
Agustus
Deklarasi pencanangan nilai-nilai
organisasi DJP Maju, PasTI-
Profesional, Integritas, Teamwork,
Inovasi yang dilaksanakan
serentak oleh unit kantor DJP di
seluruh Indonesia.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


14

PROFESIONALISME
mutlak diterapkan
sebagai komitmen
dalam menghimpun
penerimaan negara

Semangat profesionalisme senantiasa

diwujudkan dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat dan

menjadikan bangsa yang mandiri

dalam pembiayaan pembangunan.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


15

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


16 Selayang Pandang
DJP

ORGANISASI

Tugas DJP sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/ Organisasi DJP terbagi
PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan adalah
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
atas unit kantor pusat
perpajakan. Dalam mengemban tugas tersebut, DJP menyelenggarakan dan unit kantor
fungsi:
operasional.
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan; dan
e. pelaksanaan administrasi DJP.

Organisasi DJP terbagi atas unit kantor pusat dan unit kantor operasional.
Kantor pusat terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal, direktorat, dan
jabatan tenaga pengkaji. Unit kantor operasional terdiri atas Kantor Wilayah
DJP (Kanwil DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan, Penyuluhan,
dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), dan Pusat Pengolahan Data dan Dokumen
Perpajakan (PPDDP).

Organisasi DJP, dengan jumlah kantor operasional lebih dari 500 unit
dan jumlah pegawai lebih dari 32.000 orang yang tersebar di seluruh
penjuru nusantara, merupakan salah satu organisasi besar yang ada dalam
lingkungan Kementerian Keuangan. Segenap sumber daya yang ada tersebut
diberdayakan untuk melaksanakan pengamanan penerimaan pajak yang
beban setiap tahunnya semakin berat.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


17

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


18 Bagan Organisasi DJP
Direktorat Jenderal Pajak

Sekretariat
Tenaga Pengkaji (TP)
Direkorat Jenderal
TP Bidang Pelayanan Perpajakan
TP Bidang Ekstensifikasi & Intensifikasi Pajak
TP Bidang Pengawasan & Penegakan Hukum Perpajakan
TP Bidang Pembinaan & Penertiban SDM

Direkorat Kantor Wilayah (Kanwil) Pusat Pengolahan Data &


Direktorat Peraturan Perpajakan I Kanwil DJP Wajib Pajak Besar Dokumen Perpajakan
Direktorat Peraturan Perpajakan II Kanwil DJP Jakarta Khusus
Direktorat Pemeriksaan & Kanwil DJP Nanggroe Aceh Darussalam
Penagihan Kanwil DJP Sumatera Utara I
Direktorat Intelijen & Penyidikan Kanwil DJP Sumatera Utara II
Direktorat Ekstensifikasi & Kanwil DJP Riau & Kepulauan Riau
Penilaian Kanwil DJP Sumatera Barat & Jambi
Direktorat Keberatan & Banding Kanwil DJP Sumatera Selatan & Kepulauan
Direktorat Potensi, Kepatuhan, & Bangka Belitung
Penerimaan Kanwil DJP Bengkulu & Lampung
Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, Kanwil DJP Jakarta Pusat
& Hubungan Masyarakat Kanwil DJP Jakarta Barat
Direktorat Teknologi lnformasi Kanwil DJP Jakarta Selatan
Perpajakan Kanwil DJP Jakarta Timur
Direktorat Kepatuhan Internal Kanwil DJP Jakarta Utara
& Transformasi Sumber Daya Kanwil DJP Banten
Aparatur Kanwil DJP Jawa Barat l
Direktorat Transformasi Teknologi Kanwil DJP Jawa Barat II
Komunikasi & Informasi Kanwil DJP Jawa Tengah I
Direktorat Transformasi Proses Kanwil DJP Jawa Tengah II
Bisnis Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta
Kanwil DJP Jawa Timur I
Kanwil DJP Jawa Timur II
Kanwil DJP Jawa Timur III
Kanwil DJP Kalimantan Barat
Kanwil DJP Kalimantan Selatan & Tengah
Kanwil DJP Kalimantan Timur
Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat &
Tenggara
Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah,
Gorontalo, & Maluku Utara
Kanwil DJP Bali
Kanwil DJP Nusa Tenggara
Kanwil DJP Papua & Maluku

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan


Konsultasi Perpajakan (KP2KP)

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tugas Unit dan Jabatan di Kantor Pusat DJP 19
Sekretariat Direktorat Jenderal Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kepada semua unsur di DJP.
Direktorat Peraturan Perpajakan I Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang peraturan KUP, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, PPN
dan PPnBM, serta PTLL, dan PBB dan BPHTB.
Direktorat Peraturan Perpajakan II Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
teknis di bidang peraturan PPh, perjanjian dan kerjasama
perpajakan internasional, bantuan hukum, pemberian bimbingan
dan pelaksanaan bantuan hukum, dan harmonisasi peraturan
perpajakan.
Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang pemeriksaan dan penagihan pajak.
Direktorat Intelijen & Penyidikan Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang intelijen dan penyidikan pajak.
Direktorat Ekstensifikasi & Penilaian Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang ekstensifikasi dan penilaian perpajakan.
Direktorat Keberatan & Banding Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang keberatan dan banding.
Direktorat Potensi, Kepatuhan & Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
Penerimaan di bidang potensi, kepatuhan, dan penerimaan.
Direktorat Penyuluhan, Pelayanan & Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
Hubungan Masyarakat di bidang penyuluhan, pelayanan dan hubungan masyarakat.
Direktorat Teknologi Informasi Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
Perpajakan di bidang teknologi informasi perpajakan.
Direktorat Kepatuhan Internal & Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi
Transformasi Sumber Daya Aparatur teknis di bidang kepatuhan internal dan transformasi sumber daya
aparatur.
Direktorat Transformasi Teknologi Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
Komunikasi & Informasi di bidang transformasi teknologi komunikasi dan informasi.
Direktorat Transformasi Proses Bisnis Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang transformasi proses bisnis.
Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi & Mengkaji dan menelaah masalah di bidang ekstensifikasi dan
Intensifikasi Pajak intensifikasi pajak, serta memberikan penalaran pemecahan
konsepsional secara keahlian.
Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan & Mengkaji dan menelaah masalah di bidang pengawasan dan
Penegakan Hukum Perpajakan penegakan hukum perpajakan, serta memberikan penalaran
pemecahan konsepsional secara keahlian.
Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan & Mengkaji dan menelaah masalah di bidang pembinaan dan
Penertiban Sumber Daya Manusia penertiban sumber daya manusia, serta memberikan penalaran
pemecahan konsepsional secara keahlian.
Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan Mengkaji dan menelaah masalah di bidang pelayanan perpajakan,
Perpajakan serta memberikan penalaran pemecahan konsepsional secara
keahlian.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tugas unit Kanwil DJP adalah melaksanakan koordinasi, bimbingan, pengendalian,

20 analisis, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas KPP, serta penjabaran kebijakan dari
kantor pusat. Unit ini dapat dibedakan atas:
a. Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus yang berlokasi di
Jakarta; dan
b. Kanwil DJP selain Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta Khusus
yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Unit KPP mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan


pengawasan kepada wajib pajak. Unit ini dapat dibedakan berdasarkan segmentasi
wajib pajak yang diadministrasikannya, yaitu:
a. KPP Wajib Pajak Besar, khusus mengadministrasikan wajib pajak besar nasional;
b. KPP Madya, khusus mengadministrasikan wajib pajak besar regional dan wajib
pajak besar khusus yang meliputi badan dan orang asing, penanaman modal
asing, serta perusahaan masuk bursa; dan
c. KPP Pratama, menangani wajib pajak lokasi.

Untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang tidak


terjangkau oleh KPP maka pelaksanaan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi
perpajakan dilaksanakan oleh unit KP2KP.

Jenis Jumlah
Kanwil DJP 31
KPP Wajib Pajak Besar 4
KPP Madya 28
KPP Pratama 299
KP2KP 207
PPDDP 1
Jumlah 570

Satu-satunya unit pelaksana teknis (UPT) DJP saat ini adalah PPDDP. Unit yang
berlokasi di Jakarta ini mempunyai tugas melaksanakan penerimaan, pemindaian,
perekaman, dan penyimpanan dokumen perpajakan dengan memanfaatkan
teknologi informasi perpajakan.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


21

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


22 Kinerja

Organisasi modern menuntut adanya tugas dan peranan yang jelas bagi setiap Kinerja DJP dapat dilihat
unit organisasi dan individu dalam mencapai tujuan yang selaras dengan visi
dan misi organisasi. Sejalan dengan hal tersebut, sejak tahun 2007 DJP telah dari empat perspektif yaitu
menerapkan manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC). Dengan stakeholder perspective,
manajemen kinerja berbasis BSC, kinerja DJP tidak hanya dilihat dari stakeholder
perspective saja, yaitu yang terkait dengan penerimaan pajak, tetapi juga dilihat
customer perspective,
dari tiga perspektif lainnya, yaitu customer perspective, internal process perspective, internal process
dan learning and growth perspective. Dari empat perspektif tersebut, ditentukanlah
perspective, dan learning
sasaran-sasaran strategis yang harus dicapai untuk masing-masing perspektif, dan
untuk mengukur keberhasilan capaian masing-masing sasaran strategis tersebut and growth perspective.
ditentukan beberapa indikator kinerja yang merupakan indikator kinerja utama
(IKU).

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


INDIKATOR KINERJA UTAMA

23
Dalam peta strategi DJP tahun 2010 telah ditetapkan 15 sasaran strategis (SS)
dan 29 IKU beserta targetnya yang merupakan kontrak kinerja antara Menteri
Keuangan dengan Direktur Jenderal Pajak.

Diagram Peta Strategi DJP Tahun 2010


Stakeholder
Perspective

Masyarakat SS-1 SS-2 Terwujudnya


DPR Penerimaan pajak Kepercayaan masyarakat masyarakat sadar
Pemerintah negara yang optimal yang tinggi dan peduli pajak

SS-3
Perspective

SS-4
Customer

Tingkat kepuasan
Wajib Pajak yang Tingkat kepuasan
Wajib Pajak Wajib Pajak yang
tinggi atas pelayanan
perpajakan tinggi

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAYANAN PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM


Internal Process Perspective

SS-8
SS-6 Peningkatan penggalian SS-10
Peningkatan kualitas potensi berbasis mapping, Optimalisasi pelaksanaan
SS-5
pelayanan profil dan benchmark penagihan
Peningkatan efektivitas
pembuatan dan
penyempurnaan
peraturan di bidang SS-7
SS-9 SS-11
perpajakan Peningkatan efektivitas
Peningkatan efektivitas Peningkatan efektivitas
sosialisasi dan
pemeriksaan penyidikan
kehumasan

ORGANISASI TEKNOLOGI INFORMASI ANGGARAN SDM


KOMUNIKASI
Growth Perspective

SS-12 SS-13 SS-15


Learning &

Pengembangan sistem TIK SS-14 Pembentukan SDM


Penyempurnaan organisasi
yang terintegrasi sesuai Pengelolaan anggaran yang yang berintegritas dan
sesuai kebutuhan yang
dengan kebutuhan optimal dan efisien berkompetensi tinggi
dinamis

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Pencapaian IKU-Kontrak Kinerja DJP Tahun 2010

24
No. IKU Target Realisasi Capaian

Stakeholder Perspective
1. Persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak (tanpa PPh Migas) 22,58% 15,07% 66,74%
2. Persentase realisasi penerimaan pajak (termasuk PPh Migas) 100% 94,92% 94,92%
3. Persentase realisasi penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 11,9% 11,3% 94,96%
4. Indeks tingkat kepercayaan masyarakat dari hasil survei 77 66 85,71%
5. Indeks persepsi korupsi untuk DJP dari lembaga survei independen 3,1 N/A -
Customer Perspective
6. Persentase jumlah wajib pajak yang komplain 0,21% 0,0084% 4,01%
7. Persentase jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar terhadap jumlah kepala
keluarga 28% 28,19% 100,68%
8. Persentase penyampaian SPT Tahunan PPh 57,50% 58,16% 101,15%
Internal Business Process Perspective
9. Persentase penyelesaian usulan pembuatan dan penyempurnaan Peraturan
Pemerintah (PP)dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 100% 105,56% 105,56%
10. Persentase penyelesaian pembuatan dan penyempurnaan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak (Perdirjen) 100% 138,71% 138,71%
11. Indeks kepuasan wajib pajak atas pelayanan perpajakan dari hasil survei pada:
a. KPP Wajib Pajak Besar 78 78 100%
b. KPP Madya 75 N/A -
c. KPP Pratama 70 71 101,43%
12. Persentase realisasi pelayanan tepat waktu 95% 96,10% 101,16%
13. Indeks kepuasan masyarakat atas sosialisasi perpajakan dan kegiatan 70 66 94,29%
kehumasan
14. Persentase realisasi sosialisasi dan kehumasan 100% 128,73% 128,73%
15. Persentase pembuatan mapping 100% 100% 100%
16. Persentase pembuatan profil wajib pajak 100% 100,23% 100,23%
17. Persentase pembuatan benchmark per sektor/subsektor 100% 118,75% 118,75%
18. Persentase realisasi penyelesaian pemeriksaan 75% 132,75% 177,00%
19. Efisiensi pemeriksaan 1:10,61 1:16,54 155,89%
20. Persentase pencairan piutang pajak 20% 27,87% 139,35%
21. Persentase wajib pajak yang menggunakan Pasal 44B Undang-Undang KUP 5% 8,70% 174,00%
22. Persentase hasil penyidikan yang diserahkan ke Kejaksaan 30% 49,25% 164,17%
Learning and Growth Perspective
23. Persentase penyelesaian penyempurnaan organisasi 100% 100% 100%
24. Persentase penyelesaian Standard Operating Procedures (SOP) terhadap SOP 100% 145,38% 145,38%
yang harus diperbaharui/dibuat
25. Persentase penyelesaian pembangunan dan pengembangan modul sistem 100% 100% 100%
informasi yang dapat dikaitkan dengan rencana strategi DJP
26. Persentase penyerapan DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran) 85% 77,26% 90,89%
27. Persentase kesesuaian kompetensi pegawai terhadap kompetensi jabatan 80% 82,28% 102,85%
28. Persentase jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja 3,29% 3,31% 100,61%
29. Persentase jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berat atau sedang 0,303% 0,192% 63,37%

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Penjelasan atas pencapaian target IKU Kontrak Kinerja DJP tahun 2010 diuraikan
sebagai berikut.
25
1. Target pertumbuhan realisasi penerimaan tahun 2010 tidak tercapai
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi, mengalami pertumbuhan negatif sebesar
12,31%. Hal ini disebabkan pada tahun sebelumnya terdapat program
Sunset Policy yang memberikan kesempatan kepada wajib pajak untuk
membetulkan SPT Tahunan PPh tahun-tahun sebelumnya yang kurang
dibayar dengan mendapatkan fasilitas bebas dari sanksi administrasi.
Program Sunset Policy tersebut memberikan peningkatan penerimaan PPh
Pasal 25/29 Orang Pribadi pada tahun 2009 secara signifikan;
b. PPh Fiskal Luar Negeri mengalami pertumbuhan negatif sebesar 63,91%,
yang disebabkan adanya pemberlakuan ketentuan bebas fiskal bagi wajib
pajak Orang Pribadi yang telah memiliki NPWP;
c. PPh Pasal 21 hanya tumbuh sebesar 5,97% karena adanya kenaikan
batasan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp13.200.000 menjadi
Rp15.840.000 dan terdapat perubahan ketentuan perundang-undangan
yang mengakibatkan tidak ada lagi setoran kurang bayar dari SPT Tahunan
PPh Pasal 21 di tahun 2010;
d. PPh Pasal 22 hanya tumbuh sebesar 8,57%, karena tidak tercapainya
penyerapan anggaran tahun 2010 dan menurunnya tingkat produksi rokok
tahun 2010 dari 284 miliar batang rokok menjadi 261 miliar batang rokok;
dan
e. PPh Pasal 23 hanya tumbuh sebesar 1,76%, karena adanya penurunan
tarif PPh Pasal 23 terutama terhadap sewa dan penggunaan harta, serta
penurunan pembagian dividen dari beberapa perusahaan dengan tujuan
untuk ekspansi usaha dan investasi.
2. Target penerimaan pajak tahun 2010 tidak tercapai, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
a. penerimaan PPh Pasal 21 hanya mencapai Rp55,18 triliun atau 89,61% dari
rencana. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan PTKP dan terdapat
perubahan ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan tidak
ada lagi setoran kurang bayar dari SPT Tahunan PPh Pasal 21 di tahun 2010;
b. penerimaan PPh Pasal 22 hanya mencapai mencapai Rp4,74 triliun
atau 87,20% dari rencana. Hal ini disebabkan karena tidak tercapainya
penyerapan anggaran tahun 2010 dan menurunnya tingkat produksi rokok
tahun 2010;
c. penerimaan PPh Pasal 23 hanya mencapai Rp16,32 triliun atau 81,73%
dari rencana. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan tarif PPh Pasal
23 terutama terhadap sewa dan penggunaan harta, serta penurunan
pembagian dividen dari beberapa perusahaan dengan tujuan untuk
ekspansi usaha dan investasi;
d. penerimaan PPh Final hanya mencapai Rp40,12 triliun atau 95,29% dari
rencana. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga 2010 (6,5%) relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga 2009 (8,75% -
6,75%);

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


e. penerimaan PPh Fiskal Luar Negeri hanya mencapai Rp11,47 miliar atau

26 28,98% dari rencana. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah


kepemilikan NPWP dan berlakunya ketentuan bebas fiskal bagi wajib pajak
orang pribadi yang memiliki NPWP;
f. penerimaan PPN Dalam Negeri hanya mencapai Rp133,84 triliun atau
83,68% dari rencana. Hal ini disebabkan karena tidak tercapainya
penyerapan anggaran tahun 2010;
g. penerimaan PPN Impor hanya mencapai Rp84,16 triliun atau 93,43% dari
rencana. Hal ini antara lain disebabkan karena terjadi penurunan terhadap
kebutuhan bahan baku produksi yang harus diimpor.
3. Target tax ratio adalah sebesar 11,9%, angka ini didapat dari perbandingan
antara rencana penerimaan perpajakan sebesar Rp743,3 triliun dan PDB
menurut APBN-P 2010 sebesar Rp6.246,5 triliun. Sesuai data dari BPS, realisasi
PDB Indonesia 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp6.422,9 triliun (Berita
Resmi Statistik BPS Nomor .12/02/Th.XIV, 7 Februari 2011), sehingga capaian
penerimaan perpajakan dibandingkan dengan PDB adalah sebesar 11,3%.
4. Capaian indeks hasil survei atas kepercayaan masyarakat terhadap institusi
adalah 66 atau pencapaian 85,71% dari indeks yang ditargetkan. Tingkat
kepercayaan masyarakat mengalami penurunan drastis sebagai akibat adanya
kasus penyalahgunaan wewenang oleh oknum pegawai DJP.
5. Tidak ada indeks persepsi korupsi tahun 2010 yang diterbitkan oleh lembaga
survei independen Transparency International Indonesia (TII) sebagaimana
yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.
6. Jumlah wajib pajak yang mengajukan pengaduan sampai dengan akhir tahun
2010 adalah sebesar 1.341 atau 0,0084% dari jumlah wajib pajak terdaftar awal
tahun 2010, dari target maksimal sebesar 0,21%.
7. Persentase jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar terhadap jumlah kepala
keluarga tahun 2010 adalah sebesar 28,19%, melebihi target yang ditetapkan
sebesar 28%. Jumlah wajib pajak orang pribadi terdaftar sampai dengan
akhir tahun 2010 adalah 16.880.649 dari jumlah kepala keluarga sebanyak
59.882.448. Tercapainya target tersebut dikarenakan:
a. keberhasilan pelaksanaan ekstensifikasi di masing-masing Kanwil DJP/KPP;
b. meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memiliki NPWP seiring dengan
diberlakukannya amandemen UU PPh terkait dengan:
1) penerapan tarif PPh lebih tinggi bagi wajib pajak yang tidak memiliki
NPWP;
2) pembebasan Fiskal Luar Negeri terhadap orang pribadi yang memiliki
NPWP,
c. adanya kewajiban kepemilikan NPWP dalam rangka pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan;
d. adanya himbauan Menteri Keuangan kepada para pensiunan yang memiliki
penghasilan di atas PTKP untuk memiliki NPWP.
8. Jumlah wajib pajak terdaftar yang wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh
tahun 2010 sebanyak 14.101.933. Target penyampaian SPT Tahunan PPh tahun
2010 adalah 57,50% dan realisasinya adalah sebesar 58,16% yang berarti
capaian kinerjanya mencapai 101,15% dari target.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


27

Kojib - Maskot DJP

9. Jumlah Rancangan PP dan Rancangan PMK yang harus dibuat atau


disempurnakan selama Tahun 2010 adalah 72. Penyelesaian Rancangan PP dan
Rancangan PMK sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 76 atau mencapai
105,56% dari target yang terdiri dari 18 PP dan 58 PMK.
10. Jumlah rancangan Perdirjen yang harus dibuat atau disempurnakan selama
setahun adalah 31, sedangkan jumlah penyelesaian rancangan Perdirjen
sampai dengan akhir tahun 2010 mencapai 43 atau mencapai 138,71% dari
target.
11. Capaian indeks hasil survei terhadap tingkat kepuasan wajib pajak atas
pelayanan perpajakan pada KPP Wajib Pajak Besar adalah 78 atau mencapai
100% dari target dan pada KPP Pratama adalah 71 atau mencapai 101,43% dari
target.
12. Dari sejumlah 3.000.491 permohonan wajib pajak atas 16 layanan unggulan
ditargetkan 95% memenuhi jangka waktu layanan unggulan. Realisasi jumlah
permohonan wajib pajak yang diproses memenuhi jangka waktu layanan
unggulan adalah 96,10% atau mencapai 101,16% dari target.
13. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga independen (Nielsen)
terhadap tingkat efektivitas sosialisasi dan kehumasan, sebanyak 66%
responden menjadi sadar dan patuh dalam membayar pajak (to be aware and
obey on paying taxes).
14. Realisasi kegiatan sosialisasi dan kehumasan sampai dengan akhir tahun 2010
mencapai 10.298 kegiatan dari target yang ditetapkan sebesar 8.000 kegiatan,
sehingga capaiannya adalah sebesar 128,73%.
15. Sampai dengan akhir tahun 2010 seluruh KPP (331 kantor) sudah menyelesaikan
mapping, sehingga capaiannya adalah sebesar 100%.
16. Target pembuatan profil wajib pajak untuk tahun 2010 adalah 327.868 yaitu
berdasarkan jumlah seluruh wajib pajak untuk KPP Wajib Pajak Besar, KPP
di lingkungan Kanwil Khusus, dan KPP Madya, serta 1000 wajib pajak KPP
Pratama. Sampai dengan akhir tahun 2010 telah diselesaikan 328.638 atau
100,23% dari rencana profil wajib pajak yang harus diselesaikan.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


17. Pada tahun 2010 telah dibuat benchmark atas 95 sektor usaha dari target IKU

28 sebanyak 80 sektor usaha, sehingga capaiannya adalah sebesar 118,75%.


18. Realisasi penyelesaian pemeriksaan tahun 2010 adalah 64.988 laporan
hasil pemeriksaan (LHP) yang terdiri atas pemeriksaan khusus 3.100 LHP,
pemeriksaan rutin 42.307 LHP, dan pemeriksaan tujuan lain 19.581 LHP,
sedangkan target 48.954 LHP sehingga realisasinya adalah 132,75%.
19.
Efisiensi pemeriksaan merupakan perbandingan antara biaya audit/
pemeriksaan dengan realisasi penerimaan dari hasil pemeriksaan. Efisiensi
pemeriksaan tahun 2010 sebesar 1:16,54 yang berarti mencapai 155,88% dari
target sebesar 1:10,61. Realisasi penerimaan dari hasil pemeriksaan adalah
sebesar Rp11,33 triliun, sedangkan biaya auditnya adalah Rp685,05 miliar.
20. Realisasi IKU persentase pencairan piutang pajak tahun 2010 adalah 27,87%
atau sebesar 139,35% dari target sebesar 20%. Jumlah pencairan piutang pajak
sampai dengan akhir tahun 2010 adalah Rp22,56 triliun dari target Rp16,40
triliun, sedangkan jumlah piutang pajak awal tahun adalah Rp49,99 triliun.
21. Pada tahun 2010 realisasi wajib pajak yang menggunakan Pasal 44B Undang-
Undang KUP untuk dilakukan penghentian penyidikan dengan melunasi
utang pajak yang kurang dibayar dan ditambah dengan denda sebesar empat
kali jumlah pajak yang kurang dibayar, adalah sebesar 8,70% dari jumlah wajib
pajak yang disidik. Realisasi tersebut berarti mencapai 174% dari target yang
ditentukan.
22. Jumlah penyidikan yang dilaksanakan pada tahun 2010 adalah 67 penyidikan.
Dari jumlah penyidikan tersebut sebanyak 33 berkas atau 49,25% telah
diserahkan ke kejaksaan, dari target 30%. Dengan demikian capaiannya adalah
sebesar 164,17% dari target.
23. Tahun 2010 telah disampaikan empat usulan penyempurnaan organisasi
atau mencapai 100% dari target. Usulan penyempurnaan organisasi tersebut
meliputi:
a. pembentukan KPP Wajib Pajak Besar Orang Pribadi;
b. pembentukan KPP Madya Orang Pribadi;
c. pembentukan UPT Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan; dan
d. pembentukan UPT Pusat Layanan Informasi dan Keluhan.
24. Penyelesaian SOP sampai dengan akhir tahun 2010 meliputi 189 SOP, terdiri
dari 85 SOP revisi dan 104 SOP baru. Adapun jumlah tersebut hanya untuk SOP
yang menjadi bisnis inti DJP, tidak termasuk SOP dari kegiatan pendukung.
25. Tahun 2010 DJP teleh menyelesaikan pembangunan dan pengembangan
modul sebanyak 19 buah atau mencapai 100% dari target.
26. Total realisasi anggaran belanja netto dengan tidak memperhitungkan
pemberian imbalan bunga kepada wajib pajak berjumlah Rp2,996 triliun
atau 77,26% dari total pagu anggaran belanja senilai Rp3,878 triliun. Dengan
demikian capaiannya adalah 90,89% dari target yang ditetapkan.
27. Berdasarkan hasil assessment pegawai, sampai dengan tahun 2010 jumlah
pejabat yang memiliki job person match lebih dari 70% mencapai 82,28%,
melebihi target yang ditetapkan sebesar 80%.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


28. Persentase jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja tahun 2010 adalah
3,31%, di mana target yang ditetapkan adalah 3,29%. Karena polarisasi IKU
29
dimaksud adalah stabilized maka capaian tersebut termasuk dalam kategori
baik.
29. Pada tahun 2010 terdapat 63 pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat
berat maupun sedang berdasarkan PP 30 Tahun 1980 atau 0,192% dari jumlah
pegawai DJP. Hasil tersebut lebih baik dari target yang ditetapkan yaitu sebesar
0,303%.

PENERIMAAN PAJAK

Memasuki tahun 2010, perkembangan perekonomian global dan domestik


mengalami tekanan yang cukup berat. Hal ini dipicu antara lain oleh adanya tren
peningkatan harga minyak internasional yang mendorong naiknya harga-harga
komoditas secara simultan.

Untuk mengantisipasi dampak negatif dari kenaikan harga-harga tersebut,


pemerintah memutuskan untuk melakukan perubahan pada APBN 2010 sejalan
dengan situasi perkembangan perekonomian. Beberapa faktor penting yang
mempengaruhi perubahan tersebut antara lain adalah:
a. pencapaian realisasi tahun 2009;
b. perkembangan ekonomi dunia; dan
c. perubahan asumsi makro 2010, terutama inflasi, nilai tukar rupiah dan harga
minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP).

Tabel Asumsi Indikator Ekonomi Makro Tahun 2010

Rencana 2010
Asumsi Makro Realisasi 2009 Realisasi 2010
APBN APBN-P
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,60 5,50 5,80 6,10
Inflasi (%) 2,78 5,00 5,30 6,96
Tingkat Bunga SBI rata-rata
3 bulan (%) 7,60 6,50 6,50 6,57
Nilai Tukar (Rp/US$1) 10.408,00 10.000,00 9.200,00 9.087,00
ICP (US$/barel) 61,60 65,00 80,00 79,39
Lifting (juta barel/hari) 0,952 0,965 0,965 0,95

Setelah dilakukannya perubahan/penyesuaian terhadap APBN 2010 maka target


penerimaan DJP tanpa PPh Migas sebesar Rp606,12 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 22,58% jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2009.
Target penerimaan termasuk PPh Migas sebesar Rp661,50 triliun atau meningkat
sebesar 21,48% dari realisasi tahun 2009.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Diagram Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2009,

30 Target Penerimaan Pajak APBN Tahun 2010, dan


Target Penerimaan Pajak APBN-P Tahun 2010

700

600

500
triliun rupiah

400
494,49

611,22

606,12

544,53

658,25

661,50
300

200

100

0
Penerimaan Tanpa PPh Migas Penerimaan Dengan PPh Migas

Realisasi 2009 Target APBN 2010 Target APBN-P 2010

Untuk dapat merealisasikan target penerimaan pajak tersebut, pemerintah akan


tetap melanjutkan penerapan kebijakan pemberian stimulus fiskal di bidang
perpajakan terutama untuk:
a. meningkatkan daya beli masyarakat;
b. menjaga daya tahan dunia usaha dalam menghadapi krisis global; dan
c. meningkatkan daya saing usaha dan industri.

Realisasi penerimaan pajak neto DJP tanpa PPh Migas tahun 2010 sebesar Rp569,02
triliun tumbuh sebesar Rp74,52 triliun atau 15,07% dibandingkan realisasi
penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp494,49 triliun. Realisasi tersebut mencapai
93,88% dari rencana APBN-P 2010 sebesar Rp606,12 triliun. Sementara realisasi
penerimaan pajak neto DJP termasuk PPh Migas tahun 2010 sebesar Rp627,89
triliun dengan pertumbuhan sebesar Rp83,36 triliun atau 15,31% dibandingkan
realisasi penerimaan pajak tahun 2009 sebesar Rp544,5 trilun. Realisasi tersebut
mencapai 94,92% dari rencana APBN-P 2010 sebesar Rp661,50 triliun.

Pertumbuhan realisasi penerimaan per jenis pajak dijelaskan sebagai berikut.


a. PPh Nonmigas mencapai Rp297,86 triliun atau tumbuh sebesar Rp30,29 triliun
(11,32%) dibandingkan dengan penerimaan 2009 sebesar Rp267,57 triliun.
b. PPN dan PPnBM mencapai Rp230,58 triliun atau tumbuh sebesar Rp37,51 triliun
(19,43%) dibandingkan dengan penerimaan 2009 sebesar Rp193,07 triliun.
c. PBB mencapai Rp28,58 triliun atau tumbuh sebesar Rp4,31 triliun (17,76%)
dibandingkan dengan penerimaan 2009 sebesar Rp24,27 triliun.
d. BPHTB mencapai Rp8,03 triliun atau tumbuh sebesar Rp1,57 triliun (24,18%)
dibandingkan dengan penerimaan 2009 sebesar Rp6,46 triliun.
e. Pajak Lainnya mencapai Rp3,97 triliun atau tumbuh sebesar Rp0,86 triliun
(27,42%) dibandingkan dengan penerimaan 2009 sebesar Rp3,11 triliun.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Diagram Perbandingan Realisasi Penerimaan DJP Tahun 2009 dan 2010

700 31
600

500
triliun rupiah

400

494,49

569,02

544,53

627,89
300

200

100

0
Penerimaan Tanpa Penerimaan Dengan
PPh Migas PPh Migas

Realisasi 2009 Realisasi 2010

Diagram Proporsi Penerimaan Per Jenis Pajak Tahun 2010

0,63%
1,28%
4,55% 9,38% PPh Nonmigas
PPN & PPnBM
PBB
47,44%
BPHTB
36,72%
Pajak Lainnya
PPh Migas

Diagram Perbandingan Realisasi Penerimaan Tahun 2009,


Target Penerimaan Tahun 2010, dan Realisasi Tahun 2010 per Jenis Pajak

700

600

500
triliun rupiah

306,84
297,86

400
262,96
267,57

230,58

300
193,07

200
58,87
55,38
50,04
24,27
25,32
28,58

100
6,46
7,16
8,03

3,11
3,84
3,97

0
PPh PPN & PBB BPTHB Pajak PPh Migas
Nonmigas PPnBM Lainnya

Realisasi 2009 Target 2010 Realisasi 2010

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Kinerja Penerimaan Pajak Tahun 2005 2010

32
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,60 6,30 6,01 4,55 6,10
Inflasi (%) 6,80 6,60 11,06 2,78 6,96
Rencana Penerimaan Tanpa
PPh Migas (triliun Rp) 333,02 395,25 480,88 528,35 606,12
Rencana Penerimaan dengan
PPh Migas (triliun Rp) 371,70 432,52 534,53 577,39 661,50
Realisasi Penerimaan Tanpa
PPh Migas (triliun Rp) 314,86 382,22 494,08 494,49 569,02
Realisasi Penerimaan dengan
PPh Migas (triliun Rp) 358,05 426,23 571,10 544,53 627,89
Surplus (Shortfall) Penerimaan
Tanpa PPh Migas (triliun Rp) (18,16) (13,03) 13,20 (33,87) (37,10)
Surplus (Shortfall) Penerimaan
dengan PPh Migas (triliun Rp) (13,65) (6,29) 36,57 (32,86) (33,61)
Pertumbuhan dari faktor
ekonomi
(pertumbuhan alami) (%) 12,78 13,32 17,73 7,45 13,48
Pertumbuhan Penerimaan
Tanpa PPh Migas (%) 19,56 21,39 29,27 0,08 15,07
Pertumbuhan Penerimaan
dengan PPh Migas (%) 20,01 19,04 33,99 (4,65) 15,31
Peningkatan Kinerja
Penerimaan DJP Tanpa
PPh Migas (Extra Effort) (%) 6,78 8,08 11,53 (7,37) 1,59
Peningkatan Kinerja
Penerimaan DJP dengan
PPh Migas (Extra Effort) (%) 7,23 5,73 16,26 (12,11) 1,82

PRESTASI UNIT KERJA

1. Unit dengan Kinerja Penerimaan Pajak Terbaik

Pada tahun 2010 DJP kembali melakukan penilaian atas kinerja penerimaan yang
dicapai oleh seluruh unit kerja vertikalnya yaitu KPP dan Kanwil. Penilaian atas
kinerja penerimaan tersebut dihitung dari kinerja pertumbuhan penerimaan dan
pencapaian target penerimaan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan
semangat dan motivasi kepada seluruh pegawai DJP dalam usaha untuk
mengamankan target penerimaan pajak yang menjadi tugas masing-masing unit.

Penilaian atas kinerja penerimaan dibagi menjadi tiga bagian yaitu kinerja Kanwil
DJP, kinerja KPP penentu penerimaan, dan kinerja KPP Pratama.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Unit dengan Kinerja Penerimaan Pajak Terbaik Tahun 2010

33
Peringkat Unit Kerja
Kanwil DJP KPP Penentu KPP Pratama
Penerimaan
1 Kanwil DJP Wajib Pajak KPP Badan Usaha Milik KPP Pratama Jakarta
Besar Negara Setiabudi Dua
2 Kanwil DJP Sumatera KPP Penanaman Modal KPP Pratama Medan
Selatan dan Kep. Bangka Asing Dua Belawan
Belitung
3 Kanwil DJP Kalimantan KPP Wajib Pajak Besar KPP Pratama Jakarta
Barat Dua Cilandak
4 Kanwil DJP Banten KPP Penanaman Modal KPP Pratama Sidoarjo
Asing Tiga Selatan
5 Kanwil DJP Jakarta Barat KPP Penanaman Modal KPP Pratama Kayu Agung
Asing Empat
6 Kanwil DJP Jawa Barat II KPP Wajib Pajak Besar KPP Pratama Palembang
Satu Ilir Timur
7 Kanwil DJP Bengkulu dan KPP Madya Bekasi KPP Pratama Baturaja
Lampung
8 Kanwil DJP Jakarta Utara KPP Madya Tangerang KPP Pratama Singosari
9 Kanwil DJP Jawa Tengah I KPP Madya Semarang KPP Pratama Lahat
10 Kanwil DJP Bali KPP Perusahaan Masuk KPP Pratama Jakarta
Bursa Setiabudi Tiga

2. Kantor Pelayanan Percontohan

Kementerian Keuangan setiap tahun menyelenggarakan kegiatan penilaian kinerja


pelayanan publik yang dinamakan Pemilihan Kantor Pelayanan Percontohan.
Kegiatan ini dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari penyeleksian terhadap
kantor-kantor pelayanan di tingkat eselon I kemudian dilanjutkan dengan
pemilihan pemenang Kantor Pelayanan Percontohan tingkat Kementerian
Keuangan.

Penilaian kinerja pelayanan publik dihitung dari beberapa unsur antara lain
sistem dan prosedur, SDM, sarana, dan prasarana kantor. Metode penilaian yang
digunakan meliputi observasi langsung, wawancara terhadap pimpinan dan staf
kantor, pengumpulan data sekunder seperti pengaduan masyarakat, dan survei
melalui penyebaran kuesioner kepada masyarakat/pengguna layanan.

Tabel Unit Pemenang Seleksi KPP Percontohan Tingkat DJP Tahun 2010

Peringkat Unit
1 KPP Madya Sidoarjo
2 KPP Pratama Jakarta Setiabudi Tiga
3 KPP Madya Makassar
4 KPP Pratama Biak

Untuk kegiatan Kantor Pelayanan Percontohan Tahun 2010 tingkat Kementerian


Keuangan, KPP Madya Sidoarjo ditetapkan sebagai pemenang ketiga.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


34 Kapita Selekta
Kegiatan

PENANAMAN NILAI-NILAI ORGANISASI DAN PEMBANGUNAN BUDAYA DJP

Agar dapat melaksanakan tugas pengumpulan penerimaan pajak secara lebih DJP Maju, PasTI!
optimal, DJP dituntut untuk selalu melakukan perbaikan sehingga dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, termasuk untuk meningkatkan
merupakan program
kemampuan dalam mengumpulkan penerimaan pajak. Untuk menjawab pembangkitan motivasi
tantangan tersebut, DJP telah meluncurkan dan melaksanakan program Reformasi
Perpajakan yang dimulai pada tahun 2002.
dan penguatan integritas
pegawai.
Namun demikian, kasus penyalahgunaan wewenang oleh oknum pegawai DJP
yang terjadi pada tahun 2010, yang diikuti dengan sorotan tajam dari berbagai
pihak, telah menyebabkan runtuhnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
institusi DJP. Selanjutnya, semangat dan kepercayaan diri pegawai dalam
melaksanakan tugas juga menurun. Hal-hal tersebut, Secara langsung maupun

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


tidak langsung, tentu saja dapat mengganggu kinerja DJP dalam mencapai target
penerimaan pajak yang telah ditetapkan.
35
Menyadari hal tersebut di atas, pada tahun 2010 DJP meluncurkan program
perbaikan jangka pendek (crash program) yang difokuskan pada sembilan bidang
yang sifatnya prioritas, antara lain yaitu perbaikan tata nilai dan budaya kerja
institusi.

Pengembangan budaya DJP yang bersumber dari nilai-nilai organisasi DJP, yaitu
Profesionalisme, Integritas, Teamwork, dan Inovasi (PasTI) menjadi satu hal yang
harus diprioritaskan. Program internalisasi nilai organisasi yang diberi tajuk DJP
Maju, PasTI! digulirkan pada tahun 2010. Program tersebut merupakan program
pembangkitan motivasi dan penguatan integritas pegawai dengan menjadikan
nilai-nilai DJP sebagai pedoman perilaku.

Sebagai bagian dalam program tersebut, pada tanggal 18 Agustus 2010,


seluruh pegawai DJP secara serentak telah mendeklarasikan untuk senantiasa
mengamalkan nilai-nilai organisasi dalam setiap pelaksanaan tugas. Program
tersebut merupakan suatu pernyataan kepada publik bahwa pegawai DJP adalah
pegawai yang bermartabat dan akan selalu menjaga martabatnya dengan bekerja
sesuai dengan ketentuan.

Pada tahun 2010 DJP bekerja sama dengan Australia Indonesia Partnership for
Economic Governance (AIPEG) mulai merumuskan grand design dan blueprint
pembangunan budaya DJP. Selain itu, inisiatif penanaman nilai-nilai DJP juga
dilakukan dengan memasukkan materi nilai-nilai DJP pada acara pembekalan
pegawai baru yang masuk ke DJP, dalam setiap pendidikan dan pelatihan, serta
acara-acara lainnya sebagai pengingat bagi para pegawai DJP.

PERAN DJP DALAM PENGALIHAN PBB-PERDESAAN DAN PERKOTAAN DAN


BPHTB

Sesuai ketentuan Pasal 182 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD), Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri
Dalam Negeri diamanatkan untuk mengatur tahapan persiapan pengalihan PBB-
Perdesaan dan Perkotaan (P2) sebagai Pajak Daerah dalam waktu paling lambat
31 Desember 2013, serta mengatur tahapan persiapan pengalihan BPHTB sebagai
Pajak Daerah dalam waktu paling lama satu tahun sejak berlakunya undang-
undang dimaksud.

Dalam rangka mempersiapkan pengalihan pengelolaan PBB-P2 dan BPHTB ke


pemerintah kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
PDRD maka diterbitkan:
1. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 186/
PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 tanggal 18 Oktober 2010 tentang
Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB; dan
2. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 213/
PMK.07/2010 dan Nomor 58 Tahun 2010 tanggal 30 November 2010 tentang
Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 Sebagai Pajak Daerah.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


36

Peran DJP dalam proses pengalihan di atas antara lain yaitu:


1. mengoordinasikan penugasan seluruh unit di lingkungannya untuk
melaksanakan persiapan pengalihan PBB-P2 dan BPHTB ke pemerintah daerah,
untuk menjamin pelaksanaan persiapan maupun pengalihan wewenang
pemungutan PBB-P2 dan BPHTB dapat berjalan dengan baik; dan
2. menyusun kompilasi peraturan pelaksanaan, SOP, data piutang, data
pendukung, struktur, tugas, dan fungsi organisasi DJP terkait pemungutan
PBB-P2 dan BPHTB untuk diserahkan ke pemerintah daerah sebagai bahan
acuan dalam menyusun Peraturan Daerah/Peraturan Kepala Daerah terkait
PBB-P2 dan BPHTB.

Selain itu, untuk mendukung proses peralihan BPHTB dan PBB-P2, DJP telah
menyelenggarakan Training of Trainer Pengalihan BPHTB dan PBB-P2 kepada
seluruh Kanwil DJP dan KPP Pratama. Kanwil DJP dan KPP Pratama nantinya
akan bertugas memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada pemerintah daerah
setempat. Upaya lain yang dilaksanakan DJP adalah menyiapkan Aplikasi Pembaca
yang digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan BPHTB bagi pemerintah
daerah dan melaksanakan asistensi pelaksanaan pengelolaan BPHTB di pemerintah
daerah.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


SKEMA PENGEMBALIAN PPN KEPADA ORANG PRIBADI PEMEGANG PASPOR
LUAR NEGERI
37
Seiring dengan berlakunya Undang-Undang PPN dan PPnBM Nomor 42 Tahun
2009 dan dalam rangka menarik minat turis asing untuk berkunjung dan berbelanja
di Indonesia, pada tanggal 1 April 2010 Indonesia memberlakukan pelayanan
pengembalian PPN yang telah dibayar atas barang bawaan yang dibawa keluar
negeri untuk orang pribadi pemegang paspor luar negeri. Kebijakan ini dikenal
juga dengan nama VAT Refund for Tourists. Barang yang PPN-nya dimintakan
pengembalian harus dibeli dari toko retail yang telah ditunjuk oleh DJP dan nilai
PPN-nya minimal sebesar Rp500.000.

Pada tahap awal, tempat pelayanan VAT Refund for Tourists ditetapkan di 2 bandara
yaitu Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai, sementara toko retail yang
berpartisipasi berjumlah 5 toko di Jakarta dan 3 toko di Bali.

Dengan banyaknya permintaan dari masyarakat maka jumlah toko retail yang
ditunjuk menjadi tempat pelayanan VAT Refund for Tourists juga terus bertambah.
Sampai dengan akhir tahun 2010 jumlah toko retail yang ditunjuk adalah 40 toko,
dengan perincian 20 toko di Jakarta, 10 toko di Bali, dan 10 toko di Yogyakarta.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


38

Menjunjung tinggi
INTEGRITAS
menuju aparatur
yang terpercaya

Peningkatan kompetensi aparatur

negara dengan tetap memegang

teguh kredibilitas merupakan kunci

untuk memberikan kualitas prima

dalam pelayanan dan meraih kembali

kepercayaan masyarakat.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


39

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


40 Manajemen Sumber Daya
Aparatur

PROFIL SDM

Jumlah pegawai DJP sampai dengan akhir tahun 2010 adalah 32.741 orang Cetak Biru MSDM
dengan sebaran berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, tingkat pendidikan,
dan golongan sebagaimana dapat dilihat pada diagram-diagram berikut ini.
diharapkan dapat
menjadi pedoman dalam
Diagram Sebaran Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
penyusunan kebijakan,
pengawasan, maupun
implementasi kebijakan
24,78%
SDM untuk melangkah
Pria menuju tujuan organisasi.
Wanita
75,22%

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


41

Diagram Sebaran Pegawai Berdasarkan Kelompok Usia


9.000
8.000 7.741
7.000
6.000 5.536
5.240 5.235
5.000
4.000
3.000 2.953
2.595 2.599
2.000
1.000 607
235
0
< 21 21-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 > 55

Diagram Sebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan


12.000
11.220

10.000

8.000
7.222

6.000 5.311
4.837
4.067
4.000

2.000

47 37
0
s.d. SMA D1 D2 D3 D4/S1 S2 S3

Diagram Sebaran Pegawai Berdasarkan Golongan


3,97% 0,02%

Golongan I
56,47% 39,54% Golongan II
Golongan III
Golongan IV

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


MANAJEMEN SDM

42
Dalam rangka menciptakan pegawai yang berkinerja prima dengan tingkat
kompetensi tinggi, tingkat integritas tinggi, dan budaya yang kuat, serta
menghasilkan tingkat kepuasan pegawai yang tinggi, DJP tengah menyusun Cetak
Biru Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang memetakan komponen-
komponen dalam manajemen SDM dalam 3 perspektif yaitu Sumber Daya Internal,
Proses Fungsi Internal, dan Stakeholder dengan metode Balanced Scorecard (BSC).
Cetak Biru MSDM ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua unit yang
terkait dengan penyusunan kebijakan, pengawasan, maupun implementasi
kebijakan SDM untuk melangkah menuju tujuan organisasi. Dengan demikian
efektivitas dan efisiensi masing-masing program, serta penyelarasan program
yang satu dengan lainnya dapat dilakukan.

Pembangunan SDM khususnya pembentukan budaya bukanlah hal yang dapat


dengan mudah dan cepat dilakukan. Pengembangan sistem dan infrastruktur yang
tercakup dalam Cetak Biru MSDM bukan satu-satunya elemen yang dipergunakan
dalam proses pembentukan budaya yang diinginkan. Perlu elemen-elemen
yang lain yang harus saling mendukung untuk dapat membangun SDM, seperti
kepemimpinan yang mampu menjadi role model, proses edukasi yang konsisten
dan pemilihan serta penggunaan strategi komunikasi yang tepat.

Kebijakan pembangunan SDM dalam Cetak Biru MSDM sudah didasarkan pada
peran SDM sebagai aset yang harus dijaga, diayomi, dilindungi dan dicukupi
kebutuhannya sehingga mampu memberikan output berupa kinerja terbaik
serta loyalitas pada institusi, dan bukan sebagai beban insitusi dengan berbagai
permasalahannya.

Program Pengembangan MSDM yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2010


adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan Infrastruktur dan Sistem MSDM DJP

Konsep Pengembangan Infrastruktur dan Sistem MSDM DJP pada dasarnya


dilakukan untuk mendukung upaya DJP dalam mencapai visi, misi dan tujuan,
yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan arah dan pedoman pengembangan
manajemen SDM berbasis kinerja dan kompetensi, yaitu untuk membentuk SDM
yang memiliki integritas, kompetensi dan kinerja tinggi.

Konsep Pengembangan Infrastruktur dan Sistem MSDM DJP meliputi:


a. pengembangan organisasi SDM (organization development);
b. perencanaan SDM (workforce planning);
c. rekrutmen dan seleksi (selection and recruitment);
d. administrasi data kepegawaian (personal data administration);
e. pelatihan dan pengembangan (tranining and development);
f. manajemen kinerja (performance management);
g. manajemen karir (carrier management); dan
h. kompensasi dan benefit (compensation and benefit).

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2. Pengembangan Sistem Informasi MSDM

43
Menyadari arti penting sebuah sistem informasi sebagai fondasi untuk
terwujudnya budaya organisasi, sejak tahun 2008 DJP telah mengembangkan
sebuah Sistem Informasi MSDM yang merupakan bagian integral dari enterprise
resources system yang dinamai Sistem Informasi Keuangan, Kepegawaian dan
Aktiva (SIKKA). Sistem informasi yang pada awalnya ditujukan untuk membentuk
serangkaian informasi kepegawaian dalam format Lembar Kepegawaian ini pada
tahun 2010 telah dikembangkan menjadi suatu sistem yang melaksanakan proses
bisnis kepegawaian. Sistem ini juga mampu untuk menghasilkan Decision Support
System kepegawaian yang mampu untuk menyajikan informasi yang akurat dan
valid guna pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen SDM di DJP seperti manajemen
kinerja, manajemen karir sampai dengan melaksanakan fungsi komunikasi internal
antara pegawai DJP dengan manajemen SDM. Prioritas utama pengembangan
SIKKA tahun 2010 adalah mengembangkan modul berbasis workflow. Uji coba
modul Diklat Pegawai dan Cuti Tahunan telah diimplementasikan pada tahun
2010, sementara modul berbasis workflow lainnya akan diimplementasikan pada
tahun 2011.

Dengan menggunakan modul berbasis workflow, seluruh pegawai dan pejabat Unit
Pelaksana Kepegawaian (UPK) dapat langsung menunaikan hak dan kewajibannya
di bidang kepegawaian secara otomatis sesuai dengan kewenangannya masing-
masing.

SIKKA memberi nilai tambah berupa peningkatan layanan di bidang administrasi


SDM karena sistem ini mendukung desentralisasi beberapa proses administrasi
SDM yang selama ini tersentralisasi di kantor pusat.

Dengan dikembangkannya SIKKA-Kepegawaian menjadi sebuah infrastruktur


manajemen SDM, pengambilan keputusan dalam tata kelola SDM sebagai aset
utama organisasi diharapkan akan terfokus untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi.

3. Kajian Organisasi SDM DJP

Sejalan dengan pengembangan infrastruktur dan sistem MSDM DJP, dirasakan


perlunya dilakukan suatu evaluasi atas struktur organisasi SDM DJP yang ada saat
ini. Hal ini dirasa perlu mengingat semakin banyaknya proses bisnis yang akan
dibangun melalui Cetak Biru MSDM, namun struktur organisasi SDM yang ada saat
ini tidak atau belum bisa mendukung implementasi seluruh proses bisnis tersebut.
Kajian terhadap pengembangan organisasi SDM pada tahun 2010 telah dimulai
dengan fokus perubahan pada struktur dan fungsi organisasi SDM di kantor pusat
dan Kanwil DJP.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


4. Employee Engagement Survey

44
Employee Engagement Survey (EES) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
komitmen pegawai DJP terhadap kondisi lingkungan kerja, pengembangan diri,
dan persepsi terhadap DJP secara keseluruhan. Selain itu, EES akan dipergunakan
sebagai salah satu sarana untuk melakukan penilaian atas tingkat kepuasan
pegawai yang menjadi salah satu sasaran strategis di bidang MSDM. Dengan
mengetahui tingkat komitmen pegawai dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
selanjutnya akan dapat ditentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

Hasil dari pelaksanaan survei tersebut adalah:


a. jumlah responden yang mengisi survei adalah sebanyak 15.711 pegawai. Dari
jumlah tersebut, responden yang mengisi lengkap sebanyak 14.575 pegawai;
b. tingkat komitmen pegawai DJP menurut survei tersebut adalah engaged
sebesar 76,06%, passively engaged sebesar 18,75%, dan actively disengaged
sebesar 5,19%.

PENGEMBANGAN KAPASITAS SDM

Dalam rangka menjamin keselarasan dengan perkembangan dan dinamika


organisasi, arah dan kebijakan pengembangan kapasitas SDM berfokus pada:
a. customer needs, terutama unit pelayanan yang merupakan ujung tombak DJP;
b. program strategis organisasi seperti penanaman nilai-nilai organisasi;
c. fungsi SDM yang menunjang penerimaan pajak, kepatuhan dan pelayanan
prima; dan
d. penyempurnaan infrastruktur pengembangan kapasitas pegawai seperti
Learning Management System (LMS).

Tujuan strategis pengembangan kapasitas adalah peningkatan profesionalisme


melalui pembangunan pegawai yang memiliki kompetensi tinggi. Sasaran
pengembangan kapasitas berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan yaitu
mewujudkan pegawai yang kompeten melalui pengembangan kapasitas yang
efektif dan budaya belajar yang tinggi.

Langkah-langkah yang telah dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan


strategis pengembangan kapasitas adalah sebagai berikut.

1. Assessment Kompetensi Pegawai

DJP telah melaksanakan Assessment Center sebagai suatu bentuk penilaian


kompetensi perilaku bagi eselon IV untuk jabatan struktural dan supervisor untuk
jabatan fungsional. Data assessment berupa profil kompetensi digunakan untuk
perencanaan karir serta proses penyusunan mutasi jabatan berdasar nilai Job
Person Match (JPM) yaitu kesesuaian antara level kompetensi dengan Standar
Kompetensi Jabatan (SKJ). Selain itu, hasil Assessment Center juga dipergunakan
sebagai bahan pengembangan pegawai berbasis kompetensi untuk mengurangi
gap kompetensi sehingga pegawai dapat ditempatkan sesuai kompetensinya.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Dalam rangka pengembangan Assessment Center, DJP telah melaksanakan
beberapa kegiatan yaitu:
45
a. penetapan Standar Kompetensi Jabatan Eselon IV;
b. penetapan Kamus dan Standar Kompetensi Jabatan Bidang Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Sedangkan untuk Kamus Kompetensi Perpajakan
dan assessment-nya masih dalam proses pengembangan; dan
c. pengembangan metode dan alat ukur (tools) assessment.

Assessment untuk pejabat eselon II dan III telah dilaksanakan oleh Kementerian
Keuangan. Sedangkan assessment untuk pejabat eselon IV dan supervisor
dilaksanakan oleh DJP dengan jumlah peserta sampai dengan akhir tahun 2010
sebanyak 1.559 pegawai.

2. Peningkatan Kapasitas Pegawai

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan pegawai DJP mengalami


perkembangan yang cukup signifikan, baik dari segi jumlah pelatihan, jumlah
peserta, cakupan peserta maupun dari segi kualitas penyelenggaraan. Pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan berbasis kompetensi diselenggarakan untuk
menunjang tugas dan fungsi pegawai atau unit kerja serta didesain dengan
pendekatan Adult Learning Principles (ALP).

Peningkatan kapasitas pegawai dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, yaitu:


a. program peningkatan kapasitas pegawai yang diselenggarakan oleh DJP,
terutama yang terkait dengan materi teknis perpajakan dan operasional
pelaksanaan tugas, sebanyak 174 jenis program peningkatan kapasitas
pegawai dengan peserta sejumlah 18.430 pegawai;
b. pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan (BPPK) sebanyak 154 jenis pendidikan dan pelatihan
dengan jumlah peserta sejumlah 9.578 pegawai DJP;
c. pelatihan di luar negeri yang dilakukan bekerja sama dengan lembaga dan
negara donor seperti OECD, JICA/NTA Japan, AIPEG/ATO Australia, dan IMF; dan
d. pengembangan pegawai dengan mengirim pegawai tugas belajar untuk
melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi baik di dalam
maupun di luar negeri.

3. On-the-Job Training (OJT)

On-the-Job Training (OJT) adalah pelatihan atau pembimbingan yang dilakukan


oleh pegawai senior di tempat kerja yang dimaksudkan untuk memberikan
wawasan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada pegawai yang baru
menerima penugasan.

Pengembangan kegiatan OJT dimulai pada tahun 2009, dan berlangsung hingga
tahun-tahun mendatang dengan fokus kegiatan pada pengembangan modul
OJT untuk fungsi pekerjaan (job role) yang terkait langsung dengan pencapaian
penerimaan pajak dan pelayanan wajib pajak. Sampai dengan tahun 2010 telah
dicapai hasil pengembangan OJT, antara lain:

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


46

a. OJT bagi pegawai baru (CPNS) diperuntukkan bagi 707 peserta yang berasal dari
lulusan DIII STAN Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil survei secara online terhadap
440 peserta, 323 orang (73,41%) menyatakan puas terhadap pelaksanaan OJT
tersebut;
b. pengembangan sistem, modul materi dan pembuatan dasar hukum
pelaksanaan OJT bagi Fungsional Pemeriksa dan Penelaah Keberatan yang
langsung diujicobakan dan diikuti kurang lebih oleh 1.500 pejabat fungsional
baru dan 126 Penelaah Keberatan baru.

4. e-Learning

Pengembangan e-learning selain dimaksudkan untuk menunjang program


peningkatan kompetensi dan pengembangan kapasitas pegawai, juga akan
memudahkan dalam proses pemetaan kompetensi pegawai dan analisis
kebutuhan pelatihannya.

Hal-hal yang telah dilakukan selama tahun 2010 antara lain:


a. pengembangan modul interaktif Simulasi Sidang Banding dan Gugatan dan
Modul Implementasi BSC guna melengkapi modul-modul yang sudah ada;
b. penyusunan matriks levelling assessment perpajakan (sebagai kamus
kompetensi perpajakan) dan pengembangan bank soal perpajakan;
c. penetapan Blueprint Pengembangan dan Implementasi e-learning DJP tahun
2010 2014 sebagai acuan atau dasar bagi implementasi dan pengembangan
e-learning di masa yang akan datang.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


5. Program Peningkatan Kemampuan Pembimbingan (Coaching Skill)

47
Program Peningkatan Kemampuan Pembimbingan diselenggarakan untuk
menunjang pelaksanaan evaluasi kinerja terhadap pelaksana sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 190/PMK.01/2008 tentang Pedoman
Penetapan, Evaluasi, Penilaian, Kenaikan dan Penurunan Jabatan dan Peringkat
Bagi Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan Departemen Keuangan. Melalui
pelatihan ini, para manajer (pejabat eselon IV dan pejabat fungsional pemeriksa
pajak yang menduduki jabatan sebagai ketua kelompok atau ketua tim) dibekali
dengan coaching and leadership skills, sehingga para manajer tersebut dapat
memaksimalkan kinerja pegawai dengan cara memberdayakan dan meningkatkan
motivasi pegawai yang selanjutnya akan memberikan pengaruh positif terhadap
pencapaian kinerja organisasi.

Program Peningkatan Kemampuan Pembimbingan (coaching and leadership skills)


tahun 2010 dilaksanakan dengan metode training of trainers (ToT) dalam tiga
tahapan yang diikuti seluruh pejabat eselon IV dan ketua kelompok fungsional
pemeriksa pajak. Selain itu, telah dilakukan juga pelatihan coaching for culture
and managing conflict untuk pejabat eselon III sebagai pilot project untuk model
pelatihan sejenis bagi seluruh eselon III yang direncanakan akan dilakukan pada
tahun 2011.

PEMBINAAN DAN PENEGAKAN DISIPLIN

Pembinaan dan penegakan disiplin pegawai DJP sebagai upaya dari penanaman
nilai-nilai organisasi dan pembangunan budaya DJP dilaksanakan melalui inisiatif-
inisiatif sebagai berikut.

1. Pembangunan Sistem Kepatuhan Internal Menuju Terciptanya Praktik Good


Governance

Untuk menciptakan suatu tata kelola yang baik dengan menerapkan prinsip-
prinsip good governance, DJP senantiasa berusaha mengembangkan kegiatan
dan kebijakan untuk membangun sistem kepatuhan internal. Beberapa kegiatan
yang dilaksanakan DJP, baik yang bersifat rutin maupun yang baru dilaksanakan di
tahun 2010, antara lain yaitu:
a. pengembangan sistem whistleblowing melalui pembuatan saluran pengaduan
internal bagi pegawai DJP baik melalui e-mail maupun telepon dan
pengoperasian sarana pengaduan dari masyarakat melalui call center (Kring
Pajak 500200) dan e-mail pengaduan@pajak.go.id;
b. pemberdayaan sistem pengawasan melekat dari atasan kepada bawahan
sesuai ketentuan kepegawaian yang berlaku;
c. penerapan manajemen risiko di setiap unit pemilik risiko di DJP agar bisa
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dan lebih siap dalam
menghadapi ketidakpastian;
d. pengawasan pelaporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN). Jumlah pegawai DJP yang wajib menyampaikan LHKPN pada tahun
2010 adalah 5.420 pegawai dengan tingkat kepatuhan sekitar 96,35%;

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


e. pelaksanaan pengujian kepatuhan yang hasilnya berupa rekomendasi

48 perbaikan terhadap berbagai sistem dan prosedur;


f. pembentukan Tim Kepatuhan Internal di lingkungan Kanwil DJP, dengan
pertimbangan perlunya dilakukan upaya serius untuk meningkatkan efektivitas
fungsi pencegahan dan penindakan atas pelanggaran kode etik pegawai DJP
serta pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan masing-masing
Kanwil DJP;
g. penyusunan prosedur penanganan dini terhadap Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan DJP yang terkait dengan proses pemeriksaan perkara pidana dan/
atau diduga melakukan pelanggaran disiplin. Ketentuan tersebut dibuat dalam
rangka deteksi dini untuk mengetahui ada tidaknya dugaan pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh PNS;
h. mengampanyekan secara masif program anti korupsi melalui website internal,
poster, banner, flyer dan media lainnya. Usaha tersebut telah mendapatkan
penilaian dari KPK dalam Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) dengan skor
tertinggi dibanding unit lainnya, yaitu 9,82. Komponen penilaian promosi
anti korupsi merupakan salah satu komponen dalam PIAK yang merupakan
program untuk menilai inisiatif unit utama dalam melakukan langkah nyata
dalam pemberantasan korupsi dan peningkatan kualitas layanannya. Dari 13
instansi pemerintah/lembaga yang dinilai, di antaranya terdapat unit eselon I
di lingkungan Kementerian Keuangan dan DJP menduduki urutan 4.

Tabel Hasil Penilaian Inisiatif Anti Korupsi Tahun 2010

No Unit Organisasi Nilai PIAK


1 Ditjen Perbendaharaan, Kementerian Keuangan 8,99
2 Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan 8,86
3 Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan 8,38
4 Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan 8,18
5 Pemerintahan Kota Yogyakarta 7,88
6 Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan
Perikanan 7,77
7 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam LK), Kementerian Keuangan 7,65
8 Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK),
Kementerian Keuangan 7,23
9 Badan Kebijaksanaan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan 7,16
10 Sekretariat Jenderal, Kementerian Kelautan dan Perikanan 6,69
11 Ditjen Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan 6,34
12 Sekretariat Jenderal, Kementerian Perhubungan 6,25
13 Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan 6,16

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2. Penegakan Disiplin

49
Dalam rangka pembinaan dan penegakan disiplin pegawai, DJP melaksanakan
investigasi internal dan pemeriksaan terhadap pelanggaran kode etik dan/
atau pelanggaran disiplin pegawai, serta merekomendasikan pembinaan dan
penjatuhan hukuman disiplin.

Dalam rangka penegakan disiplin terhadap pegawai, pada tahun 2010 DJP telah
memproses penjatuhan hukuman disiplin dan pembinaan sebagai berikut.

Tabel Pembinaan dan Penjatuhan Hukuman Disiplin Tahun 2010

No Jenis Jumlah
Jumlah Pembinaan
1 Surat Peringatan I 395
2 Surat Peringatan II 79
3 Surat Peringatan III 32
Subtotal Peringatan 506
Jumlah Hukuman Disiplin
1 Hukuman Disiplin Ringan 61
2 Hukuman Disiplin Sedang 33
3 Hukuman Disiplin Berat 30
4 Pemberhentian Sementara (skorsing) 16
Jumlah Hukuman Disiplin 140
Total Pembinaan dan Hukuman Disiplin 646

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pegawai yang dilakukan pembinaan
dan/atau dijatuhi hukuman disiplin adalah sebesar 1,97% dari jumlah seluruh
pegawai DJP. Persentase ini diharapkan dapat terus menurun dari tahun ke tahun,
seiring dengan konsistensi penegakan hukuman disiplin yang dilakukan.

PENATAAN ORGANISASI

Sehubungan dengan telah diselesaikannya proses modernisasi di seluruh unit


DJP pada akhir tahun 2008, pada tahun 2009 mulai dilakukan evaluasi organisasi
melalui evaluasi proses bisnis administrasi perpajakan DJP. Hasil evaluasi organisasi
meliputi usulan penyempurnaan struktur organisasi pada tingkat kantor pusat
DJP dan PPDDP, serta usulan pembentukan unit contact center yang menyatukan
operasional in-bound call center dan out-bound call center yang selama ini masing-
masing dikelola oleh unit eselon II yang berbeda.

Cakupan wilayah layanan PPDDP selama ini hanya meliputi pengolahan SPT
Masa PPN dan SPT Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi untuk KPP di provinsi
DKI Jakarta. Pada tahun 2010 DJP melakukan uji coba perluasan cakupan wilayah
layanan pengolahan SPT oleh PPDDP yang meliputi KPP di lingkungan Kanwil DJP
Banten, Kanwil DJP Jawa Barat I, dan Kanwil DJP Jawa Barat II. Untuk menampung
beban kerja akibat pertambahan jumlah wajib pajak karena adanya kebijakan
Sunset Policy, pada tahun 2010 DJP juga mempersiapkan pendirian unit sejenis

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


PPDDP di luar Jakarta, yaitu Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan

50 (KPDDP) di Makassar dan Jambi. Konsep ketentuan organisasi dan tata kerja KPDDP
telah disusun di tahun 2010 yang akan disampaikan ke Kementerian Keuangan
dan selanjutnya dibahas bersama dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.

Terkait rencana pengalihan pengelolaan BPHTB dan PBB Perdesaan dan Perkotaan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan Undang-Undang tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, telah disusun konsep perubahan struktur, tugas pokok dan
fungsi kantor pusat, Kanwil DJP, dan KPP, serta perubahan SOP yang terkait dengan
pengelolaan PBB dan BPHTB.

Adapun sektor pertambangan, perkebunan, dan perhutanan (termasuk di


dalamnya sektor khusus seperti jalan tol) tetap dikelola oleh DJP. Sehubungan
dengan jalan tol yang melintasi beberapa daerah, selama ini administrasi
perpajakan terkait pengelolaan PBB-nya dilakukan oleh beberapa KPP. Hal ini
dapat menimbulkan multitafsir, sehingga perlu ditetapkan KPP mana yang berhak
untuk mengadministrasikan objek pajak jalan tol tersebut. Selanjutnya diatur, KPP
yang wilayah kerjanya memiliki bagian terbesar dari objek pajak tersebut adalah
yang berhak mengadministrasikan objek pajak jalan tol.

Beberapa dinamika terbaru terkait dengan pengalihan fungsi penyusunan


kebijakan perpajakan ke Badan Kebijakan Fiskal, pembentukan Unit Layanan
Pengadaan sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, juga telah dilakukan kajian dan
penyusunan konsep dasar.

Dengan mulai mengerucutnya konsep perubahan struktur kantor pusat DJP, fokus
evaluasi organisasi perlu dilanjutkan ke penyempurnaan struktur instansi vertikal
DJP secara menyeluruh, khususnya terkait metodologi dan tools pengolahan data.

Sebagai input dasar bagi evaluasi organisasi maka pada tahun 2010 dibangun
sistem informasi manajerial untuk 331 KPP dan 31 kantor wilayah yang mampu
menampilkan informasi tentang kinerja penerimaan, potensi kantor atau wilayah,
serta kapasitas internal kantor.

Selanjutnya disusun kuesioner tentang potret organisasi ditinjau dari kerangka


atau konsep 7S McKinsey (shared values, structure, strategy, system, skill, staff, and
style/aspiration) dan juga kuesioner terkait SOP. Kedua hal tersebut memberikan
dasar bagi pengambilan keputusan terkait evaluasi organisasi.

Pengolahan data hasil evaluasi organisasi akan dilakukan dengan bantuan


informasi teknologi yang bertujuan terdokumentasikannya dengan baik dalam
suatu sistem aplikasi tentang evaluasi organisasi.

Pengolahan data hasil evaluasi organisasi akan dilakukan dengan bantuan


teknologi informasi yang bertujuan agar hasil evaluasi dapat terdokumentasikan
dengan baik dalam suatu sistem aplikasi.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


MANAJEMEN RISIKO

51
Risiko adalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan
yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Manajemen Risiko
adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi
ketidakpastian. Tujuan penerapan Manajemen Risiko antara lain adalah agar
organisasi mampu mengantisipasi dan menangani risiko secara efektif dan efisien.

Pada tahun 2009, Manajemen Risiko mulai diterapkan di lingkungan DJP dengan
melakukan pilot project pada 16 unit eselon II sebagai Unit Pemilik Risiko (UPR).
Pada tahun 2010, penerapan Manajemen Risiko diperluas dengan menambah
jumlah unit eselon II yang wajib menerapkan Manajemen Risiko sebanyak 7 UPR.
Dengan demikian, sampai dengan tahun 2010, 23 unit eselon II telah menerapkan
Manajemen Risiko. Direncanakan pada tahun 2011 seluruh UPR di lingkungan DJP
dapat menerapkan Manajemen Risiko di lingkungan masing-masing.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kompetensi pegawai yang terlibat


secara langsung dalam penerapan Manajemen Risiko, pada tahun 2010 juga telah
dilakukan peningkatan kapasitas pegawai di bidang Manajemen Risiko, yang
bekerja sama dengan lembaga di luar DJP termasuk BPPK yaitu:
a. Workshop Manajemen Risiko;
b. Workshop Enterprise Risk Management.

Untuk membantu proses penerapan Manajemen Risiko di unit eselon II, kantor
pusat DJP juga melakukan asistensi dan konsultansi baik secara formal maupun
informal kepada seluruh UPR di DJP.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


52 Reformasi Kebijakan
Perpajakan

Dengan diselesaikannya paket perubahan tiga undang-undang perpajakan, Reformasi kebijakan


yaitu Undang-Undang KUP pada tahun 2007, Undang-Undang PPh pada tahun
2008, dan terakhir Undang-Undang PPN dan PPnBM pada tahun 2009, reformasi perpajakan tahun
kebijakan perpajakan tahun 2010 berfokus pada pembuatan dan penyempurnaan 2010 difokuskan
aturan pelaksanaan dari Undang-Undang PPh yang belum terselesaikan dan
pembuatan serta penyempurnaan aturan pelaksanaan dari Undang-Undang
pada pembuatan dan
PPN dan PPnBM. Selain itu, reformasi kebijakan perpajakan difokuskan juga pada penyempurnaan aturan
persiapan pengalihan BPHTB dan PBB Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak
pelaksanaan dari Undang-
Daerah.
Undang PPh dan Undang-
KETENTUAN PERPAJAKAN DI BIDANG KUP Undang PPN dan PPnBM.
Selama tahun 2010 telah diterbitkan beberapa ketentuan, baik dalam bentuk
peraturan baru maupun penyempurnaan atas peraturan-peraturan yang telah ada.
Ketentuan tersebut antara lain mengatur mengenai:

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


1. penyesuaian terhadap ketentuan mengenai tanggal jatuh tempo pembayaran
dan penyetoran PPN, karena adanya ketentuan mengenai batas waktu
53
pembayaran dan penyetoran PPN berdasarkan Pasal 15A UU PPN, yaitu paling
lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT
Masa PPN disampaikan;
2. pengaturan prosedur penerbitan kembali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan/atau
Surat Tagihan Pajak (STP);
3. pengaturan mengenai tata cara pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak dan/
atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, perubahan data dan pemindahan
wajib pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak;
4. penyempurnaan ketentuan mengenai bentuk formulir Surat Setoran Pajak;
5. penyempurnaan ketentuan mengenai bentuk dan isi Nota Penghitungan, Surat
Ketetapan Pajak (skp) dan STP;
6. pengaturan tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang berkaitan dengan
Surat Penetapan Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPTNP) atau Surat Penetapan
Kembali Tarif dan/atau Nilai Pabean (SPKTNP), Keputusan Keberatan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali; dan
7. pengaturan tata cara pelaksanaan pengembangan dan analisis Informasi, Data,
Laporan, dan Pengaduan.

KETENTUAN PERPAJAKAN DI BIDANG PPh

Beberapa ketentuan peraturan pelaksanaan di bidang PPh telah diterbitkan dan


disempurnakan selama tahun 2010, yang antara lain mengatur tentang:
1. pengurangan penghasilan bruto, meliputi:
a. zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib serta tata cara
pembebanannya;
b. sumbangan penanggulangan bencana nasional, sumbangan penelitian dan
pengembangan, sumbangan fasilitas pendidikan, sumbangan pembinaan
olahraga, dan biaya pembangunan infrastruktur sosial;
c. biaya promosi; dan
d. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih;
2. cara menghitung PPh dalam hubungan istimewa, meliputi:
a. penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia;
b. penetapan wajib pajak sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian
saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk
untuk maksud demikian (special purpose company) yang mempunyai
hubungan istimewa dengan pihak lain dan terdapat ketidakwajaran
penetapan harga; dan
c. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara
wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa;

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


3. pelunasan pajak dalam tahun berjalan, meliputi:

54 a. tata cara pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus;
b. tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas dividen yang
diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri;
c. tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas bunga simpanan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
d. tata cara dan prosedur pemungutan PPh Pasal 22 sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain;
e. penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan pelunasan PPh dalam tahun
berjalan; dan
f. pelaksanaan pengenaan PPh Pasal 25 bagi wajib pajak baru, bank, sewa guna
usaha dengan hak opsi, badan usaha milik daerah, wajib pajak masuk bursa,
dan wajib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat
laporan keuangan berkala termasuk wajib pajak orang pribadi;
4. materi lainnya, meliputi:
a. biaya operasi yang dapat dikembalikan dan perlakuan PPh di bidang usaha
hulu minyak dan gas bumi;
b.
penetapan organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat
perwakilan organisasi internasional yang tidak termasuk subjek PPh
c. tarif pemotongan dan pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang
menjadi beban APBN atau APBD;
d. tata cara pemotongan PPh Pasal 21 bagi pejabat negara, PNS, anggota TNI,
anggota Polri, dan pensiunannya atas penghasilan yang menjadi beban
APBN atau APBD;
e. tata cara penerbitan Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh atas bunga
deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia yang
diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan;
f. pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang
bagi wajib pajak luar negeri;
g. tata cara permohonan dan penetapan masa manfaat yang sesungguhnya
atas harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan; dan
h. tata cara pelaporan penerimaan dividen, penghitungan besarnya pajak yang
harus dibayar, dan pengkreditan pajak sehubungan dengan penetapan saat
diperolehnya dividen oleh wajib pajak dalam negeri atas penyertaan modal
pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya
di bursa efek.

KETENTUAN PERPAJAKAN DI BIDANG PPN DAN PPnBM

Sehubungan dengan telah diundangkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun


2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
PPN dan PPnBM yang berlaku sejak tanggal 1 April 2010, maka telah diterbitkan
beberapa peraturan pelaksanaan yang telah diamanatkan oleh undang-undang
tersebut agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Selain itu ada juga beberapa kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka untuk
lebih memberikan kepastian hukum dalam rangka pelaksanaan pemungutan,
55
penyetoran dan pelaporan PPN. Kebijakan perpajakan terkait dengan PPN yang
diterbitkan selama tahun 2010 yaitu:
1. penambahan objek PPN, yaitu atas ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud
dan ekspor Jasa Kena Pajak dikenai PPN dengan tarif 0%;
2. PPN atas penyerahan Jasa Kena Pajak yang dibatalkan, baik seluruhnya
maupun sebagian, dapat dikurangkan dari PPN yang terutang dalam Masa
Pajak terjadinya pembatalan;
3. penyesuaian pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan dalam
menghitung PPN yang harus disetor (Deemed Pajak Masukan);
4. pembayaran kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan barang
modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian bagi
Pengusaha Kena Pajak yang mengalami gagal berproduksi;
5. pemberian restitusi pembayaran pajak dengan cara pengembalian
pendahuluan tanpa melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu kepada
Pengusaha Kena Pajak tertentu yang mempunyai kriteria risiko rendah;
6. orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing) dapat meminta
kembali PPN yang telah dibayar atas barang bawaan yang dibawa keluar
negeri melalui bandar udara tertentu;
7. pengaturan Pengusaha Kena Pajak tidak dikenai sanksi apabila menerbitkan
Faktur Pajak tanpa mengisi:
a. identitas pembeli; atau
b. identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran;
8. pendefinisian ulang Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran;
9. pemberlakuan formulir baru SPT Masa PPN 1111 dan SPT Masa PPN 1111 DM;
10. penunjukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak dan Gas
Bumi dan Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan
Sumber Daya Panas Bumi untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan PPN
dan PPnBM, serta tata cara pemungutan, penyetoran, dan pelaporannya;
11. batasan dan tata cara pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri;
12. penerbitan beberapa penegasan mengenai perlakuan PPN atas:
a. jasa angkutan umum di jalan;
b. kegiatan usaha perbankan;
c. sewa guna usaha dengan hak opsi dan sale and lease back;
d. penyerahan Barang Kena Pajak dan hak atas Barang Kena Pajak yang
berada di luar Daerah Pabean;
e. retur Barang Kena Pajak atau pembatalan Jasa Kena Pajak atas Faktur Pajak
yang tidak mencantumkan identitas pembeli;
f. jasa perdagangan; dan
g. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud/Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean.
13. prosedur pemusatan tempat PPN terutang cukup dengan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis oleh Pengusaha Kena Pajak kepada Kepala
Kanwil dengan tembusan kepada Kepala KPP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat-tempat PPN terutang yang akan dipusatkan;

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


14. penambahan bukan objek PPN yang meliputi:

56 a. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak
yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak;
b. daging, telur, susu, sayuran, dan buah-buahan segar;
c. barang dan jasa yang sudah merupakan objek pengenaan Pajak Daerah;
d. jasa di bidang keuangan,
15. perubahan ketentuan saat penyetoran dan pelaporan PPN yaitu:
a. penyetoran PPN dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak, sebelum SPT Masa PPN disampaikan;
b. SPT Masa PPN disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak.

KETENTUAN PERPAJAKAN DI BIDANG PBB DAN BPHTB

Beberapa ketentuan perpajakan di bidang PBB dan BPHTB yang diterbitkan tahun
2010 antara lain mengatur mengenai:
1. pengaturan terkait Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB serta Pengalihan PBB
Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah;
2. penyempurnaan Klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak Bumi untuk objek pajak Sektor
Perkebunan, Sektor Perhutanan, dan Sektor Pertambangan;
3. pengaturan mengenai tata cara pengajuan dan penyelesaian permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi BPHTB, dan pengurangan
atau pembatalan Surat Ketetapan BPHTB atau Surat Tagihan BPHTB, yang tidak
benar;
4. pengaturan mengenai Nomor Objek Pajak PBB, yang merupakan nomor
identitas objek PBB yang bersifat unik, tetap, dan standar;
5. pengaturan pelimpahan wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada Kepala
Kanwil DJP atas penyelesaian pengajuan keberatan PBB, penyelesaian
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PBB yang
seharusnya tidak terutang, dan permintaan pengurangan denda administrasi
PBB;
6. pengaturan mengenai pengenaan PBB Sektor Perkebunan; dan
7. pengaturan mengenai tata cara penatausahaan PBB Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi.

FASILITAS PERPAJAKAN

Beberapa kebijakan fasilitas di bidang perpajakan di tahun 2010 adalah:


1. pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan bagi wajib
pajak yang melakukan penanaman modal baru yang merupakan industri
pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai
tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta
memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional;
2. pemberian fasilitas dibebaskan dari pemungutan pajak dalam rangka
impor kepada kontraktor atas impor barang yang digunakan dalam operasi
perminyakan pada kegiatan eksplorasi dan kegiatan eksploitasi;

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


57

3. pengurangan penghasilan neto sampai dengan 30%, penyusutan dan


amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian sampai dengan sepuluh
tahun, dan pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak
luar negeri sampai dengan 10% bagi wajib pajak yang melakukan kegiatan
pemanfaatan sumber energi terbarukan;
4. pemberian fasilitas dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas impor
barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam keadaan terpasang maupun
terlepas, tidak termasuk suku cadang, yang diperlukan oleh pengusaha di
bidang pemanfaatan sumber energi terbarukan;
5. pemberian pembebasan PPN atas kapal yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, atau yang diserahkan kepada dan
digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional terhitung sejak tanggal
1 Januari 2001 sampai dengan 20 Oktober 2010;
6. PPh Ditanggung Pemerintah atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang diterima atau diperoleh masyarakat yang terkena
luapan lumpur Sidoarjo untuk tahun anggaran 2010; dan
7. sumbangan penanggulangan bencana nasional, sumbangan penelitian dan
pengembangan, sumbangan fasilitas pendidikan, sumbangan pembinaan
olahraga, dan biaya pembangunan infrastruktur sosial dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


58 Penegakan Hukum

Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak dalam Tiga bentuk penegakan
memenuhi kewajiban perpajakan, DJP melakukan upaya peningkatan pelayanan
dan pengawasan kepada wajib pajak. Selain dua hal tersebut, upaya DJP lainnya hukum perpajakan yang
adalah melalui kegiatan penegakan hukum. dilakukan oleh DJP, yaitu
Terdapat tiga bentuk penegakan hukum yang dilakukan oleh DJP, yaitu melalui
pemeriksaan, penagihan,
pemeriksaan, penagihan, dan penyidikan. Selain memberikan dampak pada dan penyidikan.
peningkatan kepatuhan sukarela wajib pajak, tindakan penegakan hukum ini
juga diharapkan dapat memberikan dampak jangka pendek berupa kontribusi
terhadap penerimaan pajak. Oleh karena itu, tindakan penegakan hukum harus
dilakukan secara terukur, konsisten, dan profesional. Pelaksanaan penegakan
hukum yang demikian, akan meminimalkan kemungkinan terjadinya sengketa
antara wajib pajak dengan DJP.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


PEMERIKSAAN

59
Pemeriksaan merupakan tindakan awal penegakan hukum yang dilakukan oleh
DJP. Tindakan pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak atau untuk tujuan lain dalam rangka pelaksanaan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan ditujukan untuk menguji kebenaran pengisian SPT wajib pajak sehingga
akan menghasilkan surat ketetapan pajak. Sedangkan pemeriksaan tujuan lain
dilakukan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan
tertentu, seperti dalam rangka penentuan daerah terpencil untuk pemberian
fasilitas perpajakan, penentuan saat produksi komersial dalam pemberian fasilitas
perpajakan, dan pertukaran informasi dengan negara lain. Pemeriksaan untuk
tujuan lain bukan dimaksudkan untuk menerbitkan surat ketetapan pajak, tetapi
lebih untuk kepentingan pelayanan tertentu kepada wajib pajak.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dilaksanakan berdasarkan hasil analisis risiko atas profil wajib pajak atau
berdasarkan hasil analisis informasi, data, laporan, dan pengaduan (IDLP), yang
mengindikasikan adanya ketidakpatuhan wajib pajak. Selain itu, pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan juga dilakukan dalam hal terdapat permohonan restitusi
oleh wajib pajak.

Untuk mengukur kinerja pemeriksaan, DJP menggunakan dua pendekatan, yaitu


pendekatan kuantitas penyelesaian pemeriksaan dan kualitas hasil pemeriksaan.
Kinerja pemeriksaan dengan pendekatan kuantitas diukur berdasarkan
realisasi penyelesaian pemeriksaan dibandingkan dengan target penyelesaian
pemeriksaan. Sedangkan kinerja pemeriksaan dengan pendekatan kualitas diukur
dengan menghitung kontribusi kegiatan pemeriksaan terhadap penerimaan
nasional, yaitu membandingkan antara nilai refund discrepancy ditambah realisasi
penerimaan dari hasil pemeriksaan dengan realisasi penerimaan nasional. Refund
discrepancy merupakan jumlah pajak yang bisa dipertahankan oleh pemeriksa atas
permohonan pengembalian (restitusi) yang disampaikan oleh wajib pajak melalui
SPT Tahunan/Masa. Sementara realisasi penerimaan pajak dari hasil pemeriksaan
dihitung dari pembayaran atas surat ketetapan pajak dalam kurun waktu sebelum
dilakukannya tindakan penagihan.

Pada tahun 2007 realisasi penyelesaian pemeriksaan mencapai 68.017 laporan hasil
pemeriksaan (LHP) dan mengalami penurunan drastis menjadi 21.178 LHP pada
tahun 2008 karena adanya Sunset Policy. Selanjutnya kinerja realisasi penyelesaian
pemeriksaan kembali naik menjadi 69.195 LHP pada tahun 2009. Dalam tahun
2010, realisasi penyelesaian pemeriksaan mencapai 64.988 LHP.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Diagram Perkembangan Realisasi Penyelesaian Pemeriksaan

60
80.000

68.017 69.195
70.000
64.988
Jumlah Penyelesaian Pemeriksaan

60.000 12,70%

9,91%
50.000
9,52%
40.000
7,13%
30.000
21.178
20.000

10.000

0
2007 2008 2009 2010
Rasio Jumlah Pemeriksa Pajak dengan Total Pegawai DJP

Jumlah Pemeriksa Pajak


2007 2008 2009 2010
2.226 orang 3.098 orang 3.031 orang 4.159 orang*
*) Tidak termasuk Pemeriksa Pajak yang menjadi Penyidik

Informasi Kinerja Pemeriksaan Lainnya Tahun 2010

Realisasi Penerimaan Nasional Rp569,02 triliun


Target Penerimaan dari Hasil Pemeriksaan Rp9 triliun
Realisasi Penerimaan dari Hasil Pemeriksaan Rp9,05 triliun
Refund Discrepancy Rp7,43 triliun
Pemindahbukuan Rp2,28 triliun
Total Hasil Pemeriksaan Rp16,48 triliun
Persentase Kontribusi Pemeriksaan terhadap Penerimaan Nasional* 2,90%
Persentase Realisasi Penerimaan terhadap Target Penerimaan dari Hasil
Pemeriksaan* 100,56%
Jumlah Pemeriksa 4.159
Rata-rata Pemeriksa Rp4,51 miliar
*) tidak memperhitungkan angka Pemindahbukuan

Kinerja pemeriksaan selama tahun 2010 dicapai melalui upaya dan strategi sebagai
berikut.
1. Penyempurnaan beberapa peraturan di bidang pemeriksaan antara lain:
a. kebijakan pemeriksaan mengenai penjaminan kualitas pemeriksaan khusus;
b. kebijakan mengenai standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan;
c. kebijakan pemeriksaan mengenai pedoman penyusunan rencana
pemeriksaan (audit plan) untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan; dan

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


d. tata cara pengembangan dan analisis IDLP dan petunjuk teknis
pelaksanaannya sebagai acuan bagi para analis IDLP dalam pelaksanaan
61
tugas.
2. Peningkatan kemampuan/keahlian SDM terkait teknik dan metode
pemeriksaan melalui penyelenggaran pelatihan atau workshop pemeriksaan
secara intensif, seperti workshop pemeriksaan pajak dan In House Training for
Tackling International Tax Avoidance.
3. Pengendalian mutu pemeriksaan melalui review atas hasil pemeriksaan dan
peer review atas proses pelaksaan pemeriksaan unit pelaksana pemeriksaan.
4. Pengadaan dan pengembangan sistem dan infrastruktur pendukung
pemeriksaan seperti:
a. pembangunan aplikasi desktop pemeriksaan, yaitu aplikasi yang digunakan
untuk mengadministrasikan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh
fungsional pemeriksa pajak; dan
b. pengembangan Aplikasi Laporan Pemeriksaan Pajak, yaitu aplikasi yang
digunakan untuk merekam data administrasi pemeriksaan dan menghasilkan
informasi mengenai pelaksanaan pemeriksaan baik dari segi kuantitas,
kualitas, atau informasi kinerja individu fungsional pemeriksa pajak.
5. Pelaksanaan kerja sama pemeriksaan dengan BPKP yang bernaung dalam suatu
Tim Optimalisasi Penerimaan Negara dan kerja sama pemeriksaan dalam satu
wadah yaitu Komite Pemeriksaan Bersama DJP-DJBC.

PENANGANAN TRANSFER PRICING

OECD memberikan definisi transfer pricing sebagai the price charged by a company
for goods, services or intangible property to a subsidiary or other related company.
Dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
seringkali ditemukan praktik-praktik transfer pricing yang kurang sehat dan
mengindikasikan adanya penggunaan transfer pricing sebagai sarana menghindari
pajak (tax avoidance).

Terkait dengan hal tersebut, sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-
Undang PPh, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak
yang mempunyai hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa. Dalam rangka menjalankan amanat undang-undang tersebut, maka
perlu dirumuskan langkah-langkah guna menangani persoalan transfer pricing.
Langkah-langkah yang telah, sedang, dan akan terus dilakukan DJP meliputi:
1. pengembangan sumber daya manusia untuk mengelola persoalan transfer
pricing;
2. pemberian technical assistance untuk unit-unit di DJP yang melakukan
pengawasan, pemeriksaan, atau pemrosesan keberatan dan banding pajak;
3. pengadaan infrastruktur pendukung, seperti database pembanding dan
industrial report;
4. pemberian sosialisasi dan komunikasi dengan berbagai pihak seperti konsultan
pajak, asosiasi perusahaan, akademisi, dan para hakim pengadilan pajak;
5. penyiapan dan penyempurnaan peraturan; dan

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


6. program penegakan hukum melalui pengawasan dan pemeriksaan.

62
Sampai pertengahan 2009, masih sedikit pegawai yang mempunyai skill and
knowledge di bidang transfer pricing sehingga kualitas law enforcement di bidang
tersebut rendah. Pada tahun 2010, kemampuan penanganan transfer pricing
pegawai ditingkatkan melalui penyelenggaraan Diklat Pengantar Transfer Pricing
dan Diklat Multinational Enterprise Audit.

Sampai dengan akhir tahun 2010, intensitas penggunaan transfer pricing sebagai
sarana penghindaran pajak relatif tinggi. Pada tahun 2009 terdapat 40 kasus yang
membutuhkan technical assistance dari kantor pusat DJP ke unit vertikal. Pada
tahun 2010 terdapat 37 kasus yang membutuhkan technical assistance baik pada
level pemeriksaan, keberatan, maupun banding yang diajukan oleh wajib pajak.

Perusahaan multinasional di Indonesia, yang merupakan Foreign Direct Investment


(FDI), memiliki karakteristik sebagai cost center (contract dan toll manufacturing).
Untuk melakukan pencarian pembanding atas perusahaan dengan karakteristik
tersebut dengan menggunakan database pembanding yang dimiliki DJP,
seringkali dialami kesulitan karena mayoritas perusahaan-perusahaan yang berada
di dalam database tersebut adalah fully fledged manufacturing. Oleh karena itu,
untuk menjamin penerimaan negara dan memberikan kepastian hukum bagi para
investor, DJP sedang melakukan kajian atas peraturan terkait safe harbour yang
mencerminkan tingkat pengembalian yang wajar untuk perusahaan-perusahaan
yang memiliki karakteristik sebagai cost center tersebut.

PENYIDIKAN

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan


yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi
serta menemukan tersangkanya. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan DJP yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan juga merupakan upaya penegakan


hukum terakhir yang dimiliki DJP sesuai amanat undang-undang. Keberhasilan
penyidikan sangat bergantung dari pengembangan dan analisis IDLP yang
kemudian ditindaklanjuti dengan pemeriksaan bukti permulaan.

Selama tahun 2010, DJP telah menyelesaikan 462 pemeriksaan bukti permulaan
dan 67 di antaranya diusulkan untuk ditingkatkan ke penyidikan.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Diagram Usul Penyidikan Tahun 2010

63
9%
11% (6)
Penerbit Faktur Pajak Bermasalah
(7)
Pengguna Faktur Pajak Bermasalah
43%
(29) Penggelapan Omzet
28% Bendahara Pemotong Tidak Menyetor
(19) Lain-lain
9%
(6)

Untuk memperkuat kegiatan penyidikan, sepanjang tahun 2010 DJP telah


melakukan beberapa kali kegiatan kerja sama dan koordinasi dengan beberapa
instansi yang terkait dengan kegiatan penegakan hukum, sebagai berikut.
1. Pihak Kepolisian RI, dalam bentuk:
a. koordinasi dalam kegiatan penangkapan dan penahanan, dukungan
pengamanan dalam kegiatan penggeledahan dan penyitaan, serta
dukungan dalam membawa saksi dan tersangka;
b. ikut serta dalam pertemuan tahunan Tim Interpol;
c. pelaksanaan penandatanganan nota kesepahaman antara DJP dan
Kepolisian RI dalam Penegakan Hukum di Bidang Perpajakan; dan
d. pemberian bantuan tenaga pengajar pada Diklat Sespim Kepolisian RI
Angkatan 50 Tahun 2010.
2. Pihak Kejaksaan, dalam bentuk:
a. koordinasi dalam kegiatan pencegahan terhadap tersangka; dan
b. pemberian bantuan tenaga pengajar pada Diklat Teknis Tindak Pidana
Khusus Angkatan I Tahun 2010, Diklat Wira Intelijen Angkatan I dan III Tahun
2010, dan Diklat Terpadu Hakim dan Jaksa Tahun 2010.
3. Pihak PPATK, dalam bentuk:
a. ikut serta dalam acara peluncuran buku Kajian Domestik Sektor Organisasi
Niir Laba di Indonesia dan seminar nasional Transparansi dan Akuntabilitas
Sektor Nonprofit Organisation di Indonesia pada tanggal 7 Juli 2010; dan
b. ikut serta dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang.
4. Instansi penegak hukum lainnya, dalam bentuk:
a. pengiriman wakil DJP sebagai pembicara pada kegiatan ceramah dan
diskusi perpajakan kepada para anggota Satuan Tugas Intelijen Ekonomi
Badan Intelijen Negara pada tanggal 7 Januari 2010; dan
b. ikut serta dalam sosialisasi bela negara yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pertahanan RI.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Kinerja Penyidikan Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010

64
No. Keterangan 2007 2008 2009 2010
I. Berkas Diserahkan ke Kejaksaan
A Berkas telah P-19 0 24 19 14
Kerugian Negara (Rp) 0 1,412 triliun 162 miliar 233 miliar
Tersangka 0 13 16 12

B Berkas telah P-21 17 11 24 19


Kerugian Negara (Rp) 514 miliar 131 miliar 329 miliar 509 miliar
Tersangka 21 11 18 16
II. Berkas Sudah Divonis
Jumlah sudah divonis 8 13 18 13
Kerugian Negara (Rp) 100 miliar 463 miliar 288 miliar 409 miliar
Denda Pidana (Rp) 6,8 miliar 115 miliar 633 miliar 301 miliar
Terdakwa 9 17 14 11

PENAGIHAN

Tindakan penagihan merupakan upaya DJP untuk mencairkan tunggakan


pajak sebagai akibat dari adanya ketetapan pajak yang tidak dibayar oleh wajib
pajak pada saat jatuh tempo. Fokus kebijakan tahun 2010 adalah pembenahan
administrasi data dan informasi piutang pajak dan pencapaian target pencairan
tunggakan pajak nasional.

1. Administrasi Penagihan

Pembenahan administrasi data dan informasi piutang pajak dilakukan dengan


penataan berkas wajib pajak, penyempurnaan laporan rutin penagihan,
rekonstruksi dan pemetaan data piutang pajak, pengawasan migrasi berkas wajib
pajak pindah, dan pengawasan ketetapan mulai tahun pajak 2008. Khusus untuk
kegiatan pengawasan ketetapan mulai tahun pajak 2008, dilaksanakan untuk
mengantisipasi tidak terpantaunya:
a. nilai piutang yang disetujui namun belum dilunasi oleh wajib pajak pada saat
jatuh tempo; dan/atau
b. nilai piutang yang tidak disetujui dan belum dilunasi oleh wajib pajak pada saat
jatuh tempo pengajuan upaya hukum, dalam hal wajib pajak tidak mengajukan
upaya hukum.

2. Strategi Penagihan

Strategi penagihan tahun 2010 untuk menunjang peningkatan realisasi pencairan


piutang pajak dilakukan melalui bedah piutang terhadap 100 penunggak pajak
terbesar. Dari 100 penunggak pajak terbesar tersebut, penagihan difokuskan
kepada wajib pajak yang memiliki piutang pajak mendekati daluwarsa dan wajib
pajak yang tidak kooperatif. Terhadap wajib pajak tidak kooperatif dilakukan
penyitaan atas harta kekayaan wajib pajak yang tersimpan pada bank, pencegahan,
dan penyanderaan.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Untuk mendukung upaya penagihan, DJP melakukan pengawasan secara intensif
dan melaksanakan hak mendahulu atas piutang pajak terhadap wajib pajak yang
65
dinyatakan pailit, bubar, atau likuidasi, dengan melakukan koordinasi dengan
kurator, likuidator, orang atau badan yang ditugasi melakukan pemberesan.

3. Pencairan Piutang Pajak

Target pencairan piutang pajak selama tahun 2010 dibedakan menjadi dua
yaitu target pencairan untuk piutang PPh dan PPN serta target pencairan untuk
piutang PBB dan BPHTB. Target pencairan piutang PPh dan PPN secara nasional
ditetapkan berdasarkan saldo awal piutang pajak tahun 2010 setelah dikurangi
dengan cadangan piutang, dengan memperhitungkan pencapaian IKU tahun
2009 dan perkiraan penambahan piutang pajak pada tahun berjalan. Sedangkan
target pencairan piutang PBB dan BPHTB ditetapkan minimal 85% dari saldo awal
piutang.

Target pencairan piutang pajak tahun 2010 ditetapkan sebesar Rp16,4 triliun dan
realisasi pencairan piutang pajak sebesar Rp22,56 triliun atau mencapai 137,56%
dari target.

Tabel Pencairan dan Saldo Piutang Per Jenis Pajak Tahun 2010
(miliar rupiah)

Jenis Pajak Pencairan Saldo Piutang

PPh Pasal 25 Orang Pribadi 79,40 1.011,93


PPh Pasal 25 Badan 5.570,40 14.375,14
PPh Pasal 21 254,15 1.266,41
PPh Pasal 22 15,87 483,96
PPh Pasal 23 517,67 2.203,94
PPh Pasal 26 702,16 1.707,43
PPh Pasal 4 ayat (2) 183,38 756,66
PPN 10.244,18 13.758,55
PPnBM 41,59 279,74
Bunga Penagihan 811,87 2.016,03
Pajak Tidak Langsung Lainnya 4,44 2,24
PBB Sektor Perdesaan 482,57 1.617,43
PBB Sektor Perkotaan 2.224,28 9.391,43
PBB Sektor Perkebunan 700,92 388,20
PBB Sektor Perhutanan 218,85 617,95
PBB Sektor Pertambangan Nonmigas 269,51 154,75
PBB Sektor Pertambangan Migas - 3.875,04
BPHTB 240,51 101,22
Jumlah 22.561,77 54.008,06

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


66

Wujudkan
kinerja optimal
dengan
TEAMWORK
yang solid

Suatu keberhasilan tentunya

tidak terlepas dari penerapan strategi

yang jitu dan kerja sama yang

kompak dari setiap lini anggotanya.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


67

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


68 Ekstensifikasi dan
Intensifikasi

Target penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. DJP DJP mendapat
sebagai otoritas perpajakan, mendapat tanggung jawab untuk mengamankan
target penerimaan pajak agar kesinambungan pembangunan dapat berjalan. tanggung jawab untuk
Upaya DJP dalam mencapai target penerimaan di antaranya adalah memperluas mengamankan target
basis subjek dan objek pajak (ekstensifikasi) serta penggalian potensi pajak
(intensifikasi).
penerimaan pajak
agar kesinambungan
EKSTENSIFIKASI
pembangunan dapat
1. Perluasan Basis Subjek Pajak berjalan.

Pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi tahun 2010 dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pemberi kerja/bendahara
pemerintah dan pendekatan properti.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Sasaran utama ektensifikasi melalui pendekatan pemberi kerja/bendahara
pemerintah adalah karyawan yang meliputi pemegang saham, komisaris, direksi,
69
staf serta PNS dan pejabat negara. Sedangkan sasaran utama ekstensifikasi melalui
pendekatan properti adalah orang pribadi yang memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas objek PBB dengan tetap memperhatikan syarat objektif
dan syarat subjektif untuk diberikan NPWP.

Kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan selama tahun 2010 menghasilkan


penambahan wajib pajak sebanyak 3.201.014 wajib pajak, terdiri dari 3.019.396
wajib pajak orang pribadi, 151.771 wajib pajak badan, dan 29.847 wajib pajak
Bendahara.

Penambahan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan tersebut antara lain
dikarenakan:
a. pengaturan mengenai kewajiban memiliki NPWP dalam rangka pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan; dan
b. himbauan yang disampaikan melalui PT Taspen (Persero) kepada para
pensiunan yang memiliki penghasilan di atas PTKP untuk memiliki NPWP.

Perkembangan jumlah wajib pajak terdaftar selama lima tahun terakhir


sebagaimana tercantum dalam diagram berikut ini.

Diagram Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2006-2010


25

20 0,47
1,76
0,44
15 1,61
Jutaan

0,39
10 1,48 16,88
0,36
13,86
0,33 1,34
5 8,81
1,23
5,43
3.25
0
2006 2007 2008 2009 2010

Orang Pribadi Badan Bendahara

2. Perluasan Basis Objek Pajak melalui Pendataan

Perluasan basis objek pajak dilakukan melalui kegiatan pendataan yaitu kegiatan
pemeliharaan dan pembentukan data objek dan subjek PBB yang terdapat dalam
Sistem Informasi Manajemen Objek Pajak (SISMIOP) dan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Tujuan dari kegiatan pendataan adalah menciptakan basis data objek
dan subjek PBB yang akurat dan up to date sehingga dapat tercipta pengenaan
pajak yang lebih adil dan merata, peningkatan pokok ketetapan, peningkatan
tertib administrasi, dan peningkatan penerimaan PBB serta dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Diagram Jumlah Objek PBB Terdaftar Tahun 2006-2010

70 120

100,16 103,56
100 93,56 97,17
90,97 89,09
83,26
80 77,23
69,46
64,05
Jutaan

60

40

20

0
2006 2007 2008 2009 2010

Objek Pajak Objek Pajak SISMIOP

Keterangan: Data per akhir tahun, 31 Desember tahun yang bersangkutan

Diagram Jumlah Peta Digital Tahun 2006-2010

90

80 75,80 77,03
74,15
71,72 71,77
70

60

50
Ribuan

40 38,80
35,42
31,17
30 24,94
20 18,37

10

0
2006 2007 2008 2009 2010

Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan Digital

Keterangan: Data per akhir tahun, 31 Desember tahun yang bersangkutan

INTENSIFIKASI

Kebijakan dan strategi intensifikasi dalam rangka penggalian potensi dan


pengawasan yang dilaksanakan selama tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. penggalian potensi penerimaan dari wajib pajak orang pribadi baru;
2. penggalian potensi berbasis profil, antara lain dari:
a. seluruh wajib pajak pada KPP Wajib Pajak Besar dan KPP di lingkungan
Kanwil DJP Jakarta Khusus;
b. seluruh wajib pajak orang pribadi pada KPP Wajib Pajak Besar Orang
Pribadi;
c. seluruh wajib pajak pada KPP Madya;
d. seribu wajib pajak pada KPP Pratama;
e. wajib pajak retailer/orang pribadi pengusaha tertentu;

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


f. optimalisasi penggalian pajak dari wajib pajak Bendahara; dan
g. high rise building.
71
3. penggalian potensi menggunakan Aplikasi Optimalisasi Pemanfaatan Data
Perpajakan (OPDP);
4. program law enforcement terhadap wajib pajak potensial yang telah dihimbau/
counseling namun tidak memanfaatkan Sunset Policy dilakukan pemeriksaan,
penagihan, atau penyidikan;
5. peningkatan kepatuhan melalui kebijakan penurunan tarif serta sosialisasi dan
edukasi kepada wajib pajak baru/wajib pajak yang telah memanfaatkan Sunset
Policy;
6. penggalian potensi sektor tertentu, antara lain pertambangan, perkebunan,
dan industri pengolahan; dan
7. pembinaan wajib pajak orang pribadi potensial melalui pemberian apresiasi
terhadap 1000 wajib pajak yang telah menyampaikan SPT Tahunan PPh.

Lebih jauh mengenai penggalian potensi berbasis profil, sebagai kelanjutan


kegiatan dari tahun sebelumnya, pada tahun 2010 DJP kembali melakukan
penetapan Rasio Total Benchmarking terhadap 95 Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
wajib pajak. Penetapan Rasio Total Benchmarking pertama kali pada tahun 2009
terhadap 20 KLU wajib pajak.

Masih dalam lingkup intensifikasi, khususnya di bidang PBB, pada tahun 2010 telah
dilakukan juga usaha meningkatkan kualitas Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) melalui:
1. pembuatan dan penyempurnaan program aplikasi Form Data Masukan sektor
perkebunan dalam rangka tertib administrasi data perkebunan;
2. penyusunan konsep pengembangan aplikasi SISMIOP sektor pertambangan
dan perhutanan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan objek pajak
sektor tersebut;
3. penilaian individu objek PBB potensial yang meliputi objek khusus seperti
PLTU sebanyak 4 objek, dan tambang emas serta PLTA masing-masing 1 objek;
4. pelaksanaan exercise valuation untuk bahan penyusunan petunjuk teknis
penilaian dengan jumlah 5 objek yaitu pertambangan timah, batubara, emas,
bauksit dan nikel;
5. analisis Assessment Sales Ratio (ASR) bumi untuk mengevaluasi NJOP bumi
terhadap harga transaksi pasar. ASR terhadap NJOP bumi tahun 2010 adalah
86,06% yang artinya rata-rata penerapan NJOP bumi adalah 86,06% dari harga
pasar tahun 2010;
6. penyesuaian NJOP bangunan terhadap nilai pasar (Analisis ASR bangunan)
untuk menjaga keseimbangan NJOP bangunan. ASR NJOP bangunan tahun
2010 adalah sebesar 81%, dengan demikian rata-rata penerapan NJOP
bangunan sudah mencapai 81% dibandingkan harga pasar bangunan tahun
2010;
7. penyeimbangan NJOP antarwilayah untuk menjaga akuntabilitas dan keadilan
penerapan NJOP, melalui:
a. koordinasi analisis keseimbangan NJOP jalan tol dan jalur pipa gas yang
melintasi beberapa kabupaten/kota dan provinsi; dan
b. analisis keseimbangan NJOP antarkawasan terbangun.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


72 DJP dalam
Pergaulan Internasional

Peran serta aktif DJP dalam komunitas perpajakan internasional antara lain DJP berperan aktif dalam
dilakukan dengan mengikuti kegiatan yang berskala internasional yang
diselenggarakan di Indonesia dan di negara lain, baik sebagai peserta maupun menjalin kerja sama dan
sebagai penyelenggara. Pada tahun 2010, selain berhasil menjalin kerja sama menggiatkan pertukaran
baru dengan beberapa otoritas pajak negara lain, DJP juga berhasil melakukan
perundingan dalam rangka persetujuan penghindaran pajak berganda.
informasi antarnegara
untuk meningkatkan citra
Indonesia.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

73
Selama tahun 2010, DJP telah melakukan lima kali perundingan P3B dengan
negara mitra. Sebanyak tiga kali perundingan untuk pembentukan P3B baru dan
dua kali perundingan renegosiasi P3B lama, telah berhasil dilaksanakan. Rincian
pelaksanaan perundingan P3B sepanjang tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Indonesia - Hongkong (Hongkong, 10-12 Februari 2010);
2. Indonesia - Serbia (Jakarta, 22-24 Maret 2010);
3. Indonesia - Laos (Laos, 13-16 Juli 2010);
4. Indonesia - Jepang (Jakarta, 15-17 Desember 2010);
5. Indonesia - India (Jakarta, 21-23 Desember 2010).

Dengan demikian, sampai dengan akhir tahun 2010 Indonesia telah memiliki
jaringan P3B yang berlaku efektif dengan 59 negara di dunia.

Dalam rangka memberikan kepastian dalam penerapan P3B, pada tahun 2010
DJP juga menerbitkan beberapa ketentuan baik yang baru maupun yang sifatnya
penyempurnaan dari ketentuan yang telah ada, yaitu:
1. tata cara penerapan P3B untuk lebih memberikan kepastian hukum terutama
bagi para pemotong/pemungut pajak dalam penerapan P3B;
2. pencegahan penyalahgunaan P3B sehingga P3B hanya dapat dimanfaatkan
oleh penduduk Indonesia dan penduduk dari negara mitra P3B yang
sebenarnya berhak;
3. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara
wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
4. tata cara pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedur/MAP) yang diatur dalam dalam P3B;
5.
Kesepakatan Harga Transfer (Advance Pricing Agreement/APA) untuk
memberikan sarana kepada wajib pajak, DJP dan/atau otoritas pajak negara
lain dalam pembentukan kesepakatan harga transfer (APA).

PERSETUJUAN DAN PELAKSANAAN PERTUKARAN INFORMASI PERPAJAKAN

Pembentukan Perjanjian Pertukaran Informasi Perpajakan atau yang biasa


disebut dengan Tax Information Exchange Agreement (TIEA) merupakan tindak
lanjut dari komitmen Pemerintah Indonesia berdasarkan hasil pertemuan para
pimpinan negara-negara G20 di London pada bulan April 2009, yang menyepakati
penerapan standar transparansi informasi di bidang keuangan. DJP juga telah
melakukan inisiasi revisi pasal pertukaran informasi dengan beberapa negara
mitra P3B Indonesia guna memenuhi standar OECD.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Dalam rangka pembentukan TIEA dengan negara bukan mitra P3B (non tax treaty)

74 yang dikategorikan oleh OECD sebagai yurisdiksi yang menjadi pusat kedudukan
kegiatan finansial dunia dengan tarif pajak penghasilan rendah (low income tax
jurisdictions), DJP sepanjang tahun 2010 telah melaksanakan perundingan TIEA
dengan delapan negara dan yurisdiksi yaitu:
1. Jersey (London, 29 Maret 2010);
2. Guernsey (London, 30 Maret 2010);
3. Isle of Man (London, 31 Maret 2010);
4. Bermuda (Bermuda, 9 Juni 2010);
5. San Marino (San Marino, 27 September 2010);
6. Costa Rica (Costa Rica, 8 Desember 2010);
7. Cayman Islands (Cayman Island, 10 Desember 2010);
8. Bahamas (Bahama, 13 Desember 2010).

DJP juga secara aktif telah melakukan pertukaran informasi dengan negara-negara
mitra P3B. Informasi yang dipertukarkan antara lain terkait kebenaran status
hukum, status kepemilikan saham, substansi transaksi keuangan, serta kasus-kasus
transfer pricing.

PARTISIPASI DJP DALAM FORUM INTERNASIONAL

Partisipasi aktif DJP dalam forum internasional selama tahun 2010 adalah sebagai
berikut:

1. The Sixth Meeting of the Organization Economic Cooperation and


Development (OECD) Forum on Tax Administration (FTA)

FTA adalah salah satu badan kerja dari OECDs Committee on Fiscal Affairs (CFA)
yang dibentuk pada bulan Juli tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan dialog
antar negara terkait dengan praktik administrasi perpajakan yang baik. DJP hadir
dan aktif berperan serta dalam forum dialog tersebut.

Sidang FTA ke-6 dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 September 2010 di Istanbul,
Turki. Hal-hal yang dibahas dalam sidang tersebut adalah:
a. joint audit, meliputi kerangka hukum yang dapat menjadi dasar anggota FTA
bekerja sama dalam memeriksa masalah perpajakan wajib pajak serta Joint
Audit Guidelines yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk melakukan
joint audit; dan
b. kode etik antara bank dan institusi perpajakan yang dibangun berdasarkan
prinsip-prinsip sebagaimana tercantum dalam laporan FTA Study into the Role
of Tax Intermediaries (2008) dan Building Transparent Tax Compliance by Banks
(2009).

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2. OECD Global Forum

75
Selama tahun 2010, DJP secara aktif berpartisipasi dengan mengirimkan
perwakilan pada beberapa OECD Global Forum sebagai berikut.
a. OECD Global Forum on Development yang diselenggarakan di Paris, Perancis
pada tanggal 28 Januari 2010 dengan tema Domestic Resource Mobilisation for
Development: the Taxation Challenge. Dalam forum tersebut pimpinan sidang
menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari lima negara di
dunia yang sukses dalam melaksanakan reformasi perpajakan.
b. Global Forum Meeting on Transparency and Exchange of Information for Tax
Purposes, yang diselenggarakan di Singapura pada tanggal 29-30 September
2010. Agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah pembahasan Annual
Assessment and Related Issue.

Dalam rangka menguji legal framework guna memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh OECD Global Forum, akan dilakukan proses assessment terhadap
DJP selaku institusi perpajakan di Indonesia.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


3. OECD Seminar

76
DJP bekerja sama dengan OECD mempunyai program rutin tahunan berupa
pelatihan kepada pegawai DJP dengan topik tax treaty, international tax, dan
transfer pricing. Pelatihan yang diselenggarakan DJP dan OECD selama tahun 2010
yaitu:
a. Tax treaty Negotiations Seminar (15 19 Maret 2010 di Jakarta), dengan
narasumber dari OECD Secretariat dan Netherlands MoF;
b. Transfer Pricing Advanced Level Seminar (19 23 Juli 2010 di Jakarta), dengan
narasumber dari OECD, ATO, dan Kementerian Keuangan Jerman; dan
c. Tax Treaty - Policy and Drafting Seminar (29 November 3 Desember 2010
di Jakarta), dengan narasumber dari Sekretariat OECD dan Kementerian
Keuangan Australia.

KEGIATAN NEGARA/LEMBAGA DONOR

Sebagaimana beberapa tahun terakhir, komunitas donor secara aktif melakukan


asistensi teknis untuk mendukung reformasi perpajakan yang dijalankan oleh
DJP. Pihak donor terdiri dari negara donor dan lembaga donor. Lembaga donor
adalah suatu lembaga non-pemerintah berskala internasional seperti IMF, World
Bank, AusAID, dan JICA yang memberikan bantuan kepada DJP. Negara donor
adalah suatu unit kantor/departemen dalam pemerintahan seperti US Treasury,
Australian Taxation Office, dan Swedish Tax Agency, yang melakukan kerja sama
bilateral dengan DJP.

Sejak tahun 2006, terdapat delapan pihak donor yang secara aktif terlibat dalam
proses reformasi pada DJP. Kedelapan negara/lembaga donor dimaksud adalah:
1. International Monetary Fund (IMF);
2. World Bank;
3. Technical Assistance Management Facility - AusAID (TAMF-AusAID);
4. United States Department of the Treasury (US Treasury);
5. Australian Taxation Office (ATO);
6. Swedish International Development Agency - Swedish Tax Agency (SIDA - STA);
7. Japan International Cooperation Agency (JICA); dan
8. Korean International Cooperation Agency (KOICA).

Secara umum, asistensi pihak donor dibiayai oleh hibah (grant). Bentuk asistensi
dapat berupa, antara lain:
1. asistensi teknis oleh individual long-term advisor /resident advisor;
2. asistensi teknis oleh individual short-term advisor/expert;
3. jasa konsultasi oleh perusahaan konsultan;
4. training/seminar/workshop di dalam maupun di luar negeri; dan
5. comparative study/benchmarking ke negara lain.

Pendanaan (funding source, disbursement plan, funding allocation) pada umumnya


dikelola oleh instansi donor masing-masing yang terkait (donor executed). Seleksi
atau pemilihan atas technical advisor, tenaga ahli, dan konsultan umumnya
dilakukan oleh pihak donor terkait.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


1. International Monetary Fund (IMF)

77
Kegiatan asistensi IMF di DJP dilakukan dalam bentuk penempatan resident advisor
IMF, supervisi yang dilakukan oleh Fiscal Affair Department IMF dari Washington,
dan kunjungan-kunjungan jangka pendek oleh beberapa tenaga ahli administrasi
perpajakan.

Kegiatan proyek IMF sejak 2006 didanai oleh Pemerintah Kanada (Canadian
International Development Agency - CIDA). Pendanaan CIDA yang selama
beberapa tahun ini telah membiayai asistensi teknis IMF berakhir pada tanggal 31
Maret 2010.

Untuk selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2010, kegiatan asistensi IMF
didukung oleh sumber pendanaan dari Pemerintah Jepang dan Public Financial
Management - Multi Donor Trust Funds (PFM MDTF). Perubahan skema pendanaan
membuat IMF tidak lagi menempatkan resident advisor di Indonesia.

PFM MDTF yang dikelola oleh World Bank ini digunakan untuk melanjutkan
asistensi berupa evaluasi atas operasional KPP Pratama dan KPP WP Besar Orang
Pribadi sedangkan pendanaan dari Pemerintah Jepang digunakan untuk kegiatan
lainnya. Selain itu, asistensi juga dilakukan dalam mengembangkan National
Audit Training Program, menyediakan pelatihan di bidang penagihan pajak, serta
mereview program investigasi dan kepatuhan internal.

2. The World Bank

Selain mendukung Project for Indonesian Tax Administration Reform (PINTAR), World
Bank juga berperan dalam pengelolaan hibah yang termasuk dalam kerangka
PFM MDTF, yang didanai oleh Uni Eropa dan Pemerintah Belanda. Hibah tersebut
digunakan untuk: (1) persiapan program PINTAR; dan (2) program pendukung
PINTAR berupa jasa konsultasi di bidang criminal investigation, independent bid
evaluation, change management, dan knowledge management.

3. Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG) AusAID

AIPEG merupakan lembaga bentukan pemerintah Australia. Lembaga ini dibentuk


dengan latar belakang adanya krisis ekonomi yang dramatis sehingga Pemerintah
Republik Indonesia memerlukan bantuan teknis di bidang economic governance.
AIPEG memberikan layanan konsultasi penyusunan kebijakan sektor publik dan
pelaksanaan program yang konsisten dengan agenda reformasi Pemerintah
Indonesia.

Program AIPEG ini dijadwalkan akan diselenggarakan selama enam tahun


yang difokuskan pada leadership, penguatan institusi, monitoring dan evaluasi,
Government Partnership Fund (GPF), dan gender issue.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Pada 22 April 2010, diadakan Inception Workshop antara DJP dan AIPEG guna

78 membahas rencana kerjasama DJP-AIPEG untuk tahun 2010-2011. Dari hasil


workshop tersebut dihasilkan Laporan Inception Workshop yang berisi tentang
AIPEG Work Plan 2010-2011 yang diselaraskan dengan Rencana Strategis DJP
tahun 2010-2011. Rencana kerja kegiatan DJP-AIPEG untuk periode Januari 2010
s.d. Juni 2011 terdiri dari:
a. pengembangan program call center;
b. pengembangan strategi dan kerangka SDM;
c. pengembangan kapasitas dalam bidang hukum;
d. survei wajib pajak;
e. IT mentorship;
f. kepatuhan dan investigasi internal;
g. modeling dan benchmarking penerimaan pajak;
h. culture strategy development; dan
i. asistensi dalam data clean up.

4. Office of Technical Assisstance (OTA) US Department of the Treasury

Sampai dengan tahun 2010, kegiatan asistensi US Department of the Treasury


secara garis besar adalah:
a. asistensi lanjutan dalam rencana implementasi data processing center;
b. asistensi lanjutan dalam e-filing; dan
c. asistensi dalam implementasi Internal Management Document control system.

Program asistensi US Treasury berakhir pada tahun 2010 dan belum ada
kesepakatan mengenai program kegiatan kerjasama periode selanjutnya.

5. Australian Taxation Office (ATO)

Selama beberapa tahun terakhir, DJP dan ATO telah berbagi kemitraan dalam
pengembangan kapasitas melalui pertukaran keahlian dan pengetahuan di
bidang administrasi perpajakan. Kerjasama DJP dan ATO merupakan kerjasama
bilateral khusus antara dua organisasi serupa di bawah skema GPF.

GPF merupakan bagian dari Australia - Indonesia Partnership for Reconstruction


and Development (AIPRD) yang berfokus pada program-program bantuan di
sektor pemerintahan untuk jangka waktu lima tahun (Maret 2005 s.d. Maret 2010).

Jenis kerja sama yang dilakukan oleh DJP dan ATO meliputi:
a. Kegiatan Multilateral
ATO mengadakan forum internasional yang diselenggarakan di Australia dan
dihadiri oleh wakil-wakil institusi perpajakan dari berbagai negara. Forum ini
diadakan beberapa kali dalam setahun dengan topik yang berbeda.
b. Bantuan Bilateral.
ATO berbagi pengetahuan dan keahlian dalam bentuk lokakarya/seminar dan
bantuan teknis lain yang diberikan kepada DJP oleh pejabat ATO yang diadakan
di Indonesia atau di Australia selama periode waktu tertentu.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


6. Swedish International Development Agency (SIDA) dan Swedish Tax Agency
(STA)
79
Sebagai kelanjutan kerjasama dari tahun-tahun sebelumnya, asistensi teknis oleh
STA didanai oleh SIDA dilakukan pada 4 bidang utama, yaitu:
a. computerized audit;
b. manajemen pemeriksaan;
c. cash economy; dan
d. penyempurnaan koordinasi antara kantor pusat dengan Kanwil DJP dalam
rangka pembuatan rencana pemeriksaan nasional.

Sampai dengan tahun 2010, belum ada kesepakatan mengenai kelanjutan kegiatan
kerjasama antara STA/SIDA dengan DJP untuk periode selanjutnya.

7. Japan International Cooperation Agency (JICA)

Pada bulan Desember 2009 diadakan penandatanganan Record of Discussion dan


Minutes of Meeting yang berisi tentang rencana kegiatan kerjasana DJP-JICA untuk
2010-2014 dengan nama Project On Modernization of Tax Administration (Phase II).
Dalam proyek dimaksud, kegiatan asistensi JICA di DJP yang dilakukan meliputi:
a. pengembangan kapasitas SDM (e-learning, OJT, dan assessment pegawai);
b. penagihan;
c. investigasi; dan
d. keberatan dan banding.

Selain melaksanakan proyek di atas, JICA juga memberikan bantuan dalam


pengembangan kapasitas SDM berupa pemberian beasiswa bagi para pegawai
DJP untuk mengikuti program S2/S3 dan short course di Jepang.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


80

Raih
prestasi dengan
INOVASI

Untuk meningkatkan pelayanan

terhadap masyarakat, DJP selalu

mencari cara-cara baru yang terbaik

pada upaya pengelolaan dalam

menghimpun sumber pemasukan

negara.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


81

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


82 Layanan, Sosialisasi,
Edukasi, dan Kehumasan

Tahun 2010 reformasi perpajakan yang telah dimulai sejak tahun 2002 mendapat Penyempurnaan atas
ujian berat. Beberapa kasus terkait perpajakan yang melibatkan oknum pegawai
DJP telah menggerus tingkat kepercayaan masyarakat. Sebagai akibat munculnya kegiatan pemberian
berbagai kasus tersebut, sebagian masyarakat mempertanyakan pelaksanaan layanan sosialisasi,
reformasi perpajakan yang selama ini telah diterima positif oleh masyarakat.
edukasi, dan
Untuk mengatasi masalah menurunnya kepercayaan masyarakat serta dalam kehumasan dilakukan
rangka meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran masyarakat
DJP salah satunya
(wajib pajak) untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya, di tahun 2010
DJP melakukan penyempurnaan atas kegiatan pemberian layanan, sosialisasi, untuk meningkatkan
edukasi, dan kehumasan, dengan uraian sebagai berikut. kepercayaan masyarakat.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


LAYANAN UNGGULAN PERPAJAKAN

83
Salah satu komitmen DJP dalam upaya meningkatkan kepastian pelayanan kepada
masyarakat adalah dengan menetapkan layanan unggulan. Komitmen tersebut
diwujudkan melalui penambahan jumlah layanan unggulan yang pada tahun
sebelumnya ditetapkan sebanyak 8 layanan menjadi 16 layanan pada tahun 2010.

Tabel Daftar Layanan Unggulan DJP Tahun 2010

Jenis Layanan
1. Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP Tepat Waktu
2. Penyelesaian Permohonan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Tepat
Waktu
3. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
Tepat Waktu
4. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak Tepat Waktu
5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Penetapan PPh, PPN, dan PPnBM
Tepat Waktu
6. Penyelesaian Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22
Impor Tepat Waktu
7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB Tepat Waktu
8. Pendaftaran Objek Pajak Baru dengan Penelitian Kantor Tepat Waktu
9. Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek PBB Tepat Waktu
10. Penyelesaian Permohonan SKB Pemotongan PPh Pasal 23 Tepat Waktu
11. Penyelesaian Permohonan SKB Pemotongan PPh atas Bunga Deposito
dan Tabungan Serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana
Pensiun yang Pendiriannya telah Disahkan oleh Menteri Keuangan Tepat
Waktu
12. Penyelesaian Permohonan SKB PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak
atas Tanah dan/atau Bangunan Tepat Waktu
13. Penyelesaian Permohonan SKB PPN atas Barang Kena Pajak Tertentu Tepat
Waktu
14. Penyelesaian Permohonan Keberatan PBB Tepat Waktu
15. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi Tepat Waktu
16. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan
Pajak yang Tidak Benar Tepat Waktu

LAYANAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK

1. Keberatan, Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan

Kinerja penyelesaian keberatan, pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan


pembatalan ketetapan pajak nasional pada tahun 2010, baik karena permohonan
maupun secara jabatan adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Penyelesaian Pembetulan, Keberatan, Pengurangan, Penghapusan, dan
Pembatalan Ketetapan Per Jenis Pajak Tahun 2010
84
Jenis Layanan PPh PPN/PPnBM PBB BPHTB Total
Pembetulan 805 558 6.762 7 8.132
Keberatan 2.090 3.101 7.331 2 12.524
Pengurangan Pokok - - 17.435 1 17.436
Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi
Administrasi 4.595 4.961 1.550 59 11.165
Pengurangan atau
Pembatalan SKP 961 891 4.837 43 6.732
Pengurangan atau
Pembatalan STP 567 486 0 56 1.109
Pembatalan Hasil
Pemeriksaan Pajak/SKP
Hasil Pemeriksaan 9 18 0 1.736 1.763
Jumlah 9.027 10.015 37.915 1.904 58.561

Secara umum terdapat 6 penyebab permasalahan banyaknya penolakan berkas


keberatan Wajib Pajak oleh kantor pusat ataupun Kanwil DJP, yaitu:
a. wajib pajak belum memahami ketentuan perpajakan mengenai tata cara
perosedur dan persyaratan pengajuan keberatan;
b. wajib pajak belum memahami dan mengerti mengenai ketentuan perpajakan
atas koreksi fiskal yang dilakukan oleh pemeriksa;
c. jawaban konfirmasi dari pihak ketiga (eksternal DJP) sampai dengan keputusan
keberatan diterbitkan belum diterima;
d. wajib pajak tidak meminjamkan dokumen-dokumen secara lengkap sampai
surat keputusan keberatan diterbitkan;
e. adanya multitafsir dari suatu ketentuan; dan
f. lemahnya pengawasan proses penyelesaian keberatan dan evaluasi atas
keputusan keberatan.

Permasalahan di atas mengakibatkan wajib pajak merasa diperlakukan tidak adil


dalam proses penyelesaian keberatan. Untuk itu, DJP telah menetapkan berbagai
program solusi yang harus dilaksanakan di internal DJP maupun dikoordinasikan
dengan pihak terkait, antara lain:
a. menyelenggarakan pelatihan kemampuan komunikasi (soft competency) dan
kemampuan teknis kepada Penelaah Keberatan;
b. menyediakan informasi tentang kumpulan uraian penelitian atas permohonan
keberatan yang telah selesai melalui pembentukan knowledge-based
keberatan;
c. membangun sistem informasi manajemen keberatan;
d. menyempurnakan SOP tentang pengawasan fungsi keberatan;
e. mengedukasi wajib pajak melalui sosialisasi secara langsung maupun melalui
media lainnya; dan
f. harmonisasi peraturan pelaksanaan perundang-undangan, khususnya yang
bersifat teknis sehingga tidak ada lagi peraturan yang menimbulkan multitafsir
atau bahkan saling bertentangan.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2. Banding dan Gugatan ke Pengadilan Pajak

85
Pengajuan banding atau gugatan ke Pengadilan Pajak yang telah diputuskan
oleh Majelis Hakim dan telah diterima putusannya oleh DJP selama tahun 2010
berjumlah 2.806 putusan dengan rincian sebagai berikut.

Tabel Distribusi Putusan Banding dan Gugatan Berdasarkan Amar Putusan


yang Diterima DJP selama Tahun 2010

Amar Putusan Banding Gugatan Jumlah


Menolak 268 214 482
Mengabulkan Sebagian 728 11 739
Mengabulkan Seluruhnya 792 162 954
Membatalkan 40 52 92
Tidak Dapat Diterima 226 225 451
Menambah 2 0 2
Membetulkan Salah Tulis/Hitung 65 10 75
Dihapus dari Daftar Sengketa 3 6 9
Jumlah 2.124 682 2.806

Secara umum, permasalahan pokok dalam Banding dan Gugatan sebagai berikut.
a. Tidak dapat dilaksanakannya Putusan Pengadilan Pajak oleh KPP.
Hal ini disebabkan karena objek sengketa bukan merupakan ketetapan
pajak, tetapi merupakan produk hukum dari Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai. Akibatnya adalah wajib pajak tidak mendapatkan haknya berupa
pengembalian pajak.
b. Majelis tetap memperhitungkan dokumen yang tidak diberikan wajib
pajak saat pemeriksaan dan keberatan namun baru disampaikan pada saat
persidangan.
Hal ini disebabkan karena belum sejalannya ketentuan dalam Pasal 26A
Undang-Undang KUP dengan ketentuan dalam Pasal 78 Undang-Undang
Pengadilan Pajak sehingga koreksi pemeriksa dibatalkan karena uji bukti di
persidangan.
c. Lemahnya kemampuan litigasi petugas DJP dalam beracara di persidangan.
Hal ini mengakibatkan petugas masih belum optimal dalam berargumen
untuk meyakinkan Majelis.
d. Data tentang permohonan hingga penyelesaian banding dan gugatan tidak
sinkron dengan DJP.
Tidak adanya aplikasi administrasi dan database yang terkoneksi antara
DJP dan Pengadilan Pajak menjadi penyebab utama dari permasalahan ini
sehingga tahap-tahap persiapan persidangan yang harus dilakukan oleh DJP
sebagai pihak Terbanding/Tergugat menjadi tidak maksimal.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Beberapa strategi yang dibuat oleh DJP untuk mengatasi permasalahan dalam

86 proses Banding dan Gugatan di atas, antara lain:


a. harmonisasi peraturan yang disusun DJP dengan pihak eksternal seperti DJBC
dan Pengadilan Pajak;
b. peningkatan kemampuan litigasi dari petugas sidang melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan maupun in-house training;
c. pembentukan tim tetap dengan keahlian tertentu untuk mewakili DJP atas
kasus-kasus tertentu;
d. permintaan kepada Pengadilan Pajak untuk menyampaikan berita acara
persidangan;
e. meminta pengefektifan kembali fungsi Majelis Kehormatan Hakim. Secara
lebih konkrit, program solusi yang diperlukan adalah penyampaian laporan
tertulis kepada Majelis Kehormatan Hakim pada Pengadilan Pajak tentang
Keputusan Hakim yang tidak cermat di Pengadilan; dan
f. sinkronisasi data antara DJP dan Pengadilan pajak melalui aplikasi yang
terhubung antara DJP dan Pengadilan Pajak.

3. Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung

Pengajuan Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung oleh DJP disampaikan dalam


bentuk Memori PK. Atas Peninjauan Kembali ke Mahkamah Agung yang diajukan
oleh wajib pajak, DJP wajib menjawab dalam bentuk Kontra Memori PK. Selama
tahun 2010, DJP telah melakukan pengajuan Memori PK berjumlah 829 dan Kontra
Memori PK berjumlah 185 dengan perincian sebagai berikut.

Diagram Pengajuan Peninjauan Kembali (PK) dan Kontra Peninjauan


Kembali (Kontra PK) ke Mahkamah Agung Tahun 2010

500
464
450

400
354
350

300

250

200

150
86 97
100

50
11 2
0
Memori PK Kontra Memori PK

PPh PPN PBB/BPHTB

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Dalam tahun 2010, DJP menerima Putusan Peninjauan Kembali dari Mahkamah
Agung berjumlah 235 putusan. Distribusi Putusan Peninjauan Kembali dari
87
Mahkamah Agung berdasarkan asal pemohon dan jenis amar putusan dapat
disampaikan sebagai berikut.

Diagram Distribusi Putusan Peninjauan Kembali (PK) dari Mahkamah Agung


berdasarkan Asal Pemohon dan Amar Putusan yang Diterima DJP selama
Tahun 2010

160
139
140

120

100
89
80

60

40

20
6
1
0
Pemohon PK: DJP Pemohon PK: wajib pajak

Mengabulkan Menolak

LAYANAN PENANGANAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN PAJAK

DJP selaku institusi publik dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai
ketentuan peraturan perpajakan dapat digugat di Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tata Usaha Negara, Pengadilan Niaga, Mahkamah Agung, dan Mahkamah
Konstitusi.

Diagram Penanganan Perkara di Luar Pengadilan Pajak Selama Tahun 2010

4
3

8 Gugatan Perbuatan Melawan


Hukum/Keberatan/Perlawanan
7 Banding
39
Kasasi
Peninjauan Kembali
Uji Materiil

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Diagram Perkara yang Ditangani oleh Badan Peradilan
di Luar Pengadilan Pajak
88
3 1

Pengadilan Negeri
17
26 Pengadilan Tata Usaha Negara
Pengadilan Niaga
Mahkamah Agung
14 Mahkamah Konstitusi

LAYANAN INFORMASI DAN PENGADUAN KRING PAJAK 500200

Dalam tahun 2010, layanan informasi dan pengaduan melalui Kring Pajak 500200
terus ditingkatkan kualitas layanannya. Keberadaan layanan informasi Kring Pajak
500200 telah membantu masyarakat memperoleh informasi perpajakan secara
cepat, mudah dan akurat. Di sisi lain, sebagai institusi yang menerapkan prinsip-
prinsip good governance, DJP juga memberikan saluran bagi masyarakat wajib
pajak untuk menyampaikan pengaduan terkait layanan yang diberikan.

Peningkatan kualitas layanan informasi Kring Pajak 500200 ditingkatkan melalui


penyempurnaan aplikasi Tax Knowledge Base untuk memutakhirkan peraturan
maupun informasi perpajakan yang akan digunakan oleh petugas layanan (agent).

Tabel Kinerja Layanan Informasi Kring Pajak 500200 Tahun 2010

Panggilan Terjawab
Bulan Panggilan Masuk
Jumlah %
Januari 36.454 21.192 58%
Februari 35.889 16.089 45%
Maret 60.040 36.805 61%
April 36.184 29.890 83%
Mei 21.253 19.678 93%
Juni 20.525 19.560 95%
Juli 22.973 19.189 84%
Agustus 22,152 20.123 91%
September 16.110 14.979 93%
Oktober 20.875 19.369 93%
November 22.285 20.467 92%
Desember 24.792 21.244 86%
Jumlah 339.532 258.585 76%

Layanan pengaduan Kring Pajak 500200 atau yang juga dikenal dengan nama
Pusat Pengaduan Pajak terus mengalami pembenahan manajemen penanganan
pengaduan, termasuk menyempurnakan Sistem Informasi Pengaduan Pajak (SIPP).

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Kinerja Penanganan Pengaduan Melalui Kring Pajak 500200
Tahun 2010
89
Panggilan Terjawab
Bulan Panggilan Masuk
Jumlah %
Januari 1.003 575 57%
Februari 1.058 581 55%
Maret 1.649 1.185 72%
April 1.205 837 69%
Mei 722 543 75%
Juni 682 542 79%
Juli 787 535 68%
Agustus 768 613 80%
September 602 485 81%
Oktober 563 508 90%
November 619 519 84%
Desember 670 469 70%
Jumlah 9.039 7.392 81,78%

Prestasi yang membanggakan telah ditorehkan oleh Kring Pajak 500200 dengan
memperoleh dua penghargaan pada acara bergengsi The Best Contact Center
Indonesia 2010 yang diselenggarakan oleh Indonesia Contact Center Association.
Penghargaan yang diperoleh meliputi penghargaan platinum (pemenang
pertama) dalam kategori The Best Agent Inbound Contact Center dan penghargaan
silver (pemenang ketiga) dalam kategori Supervisor Contact Center untuk contact
center dengan kapasitas kurang dari 100 seat.

SOSIALISASI DAN EDUKASI PERPAJAKAN

Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran wajib


pajak untuk memenuhi hak dan kewajiban perpajakannya, kegiatan sosialisasi dan
edukasi mutlak diperlukan. Dalam tahun 2010 pelaksanaan kegiatan sosialisasi
tidak dilakukan secara masif mempertimbangkan kondisi sosial sebagai akibat
terjadinya beberapa kasus oleh oknum pegawai DJP. Kegiatan sosialisasi tahun
2010 lebih menitikberatkan untuk menjaga wajib pajak yang ada tetap patuh untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kegiatan sosialisasi difokuskan kepada
asosiasi-asosiasi dan bendahara pemerintah yang diharapkan tidak terpengaruh
dengan berbagai isu/rumor miring DJP.

Kegiatan sosialisasi dan edukasi yang dilaksanakan selama tahun 2010, adalah
sebagai berikut.
1. Talkshow radio interaktif, bertujuan memberikan pengetahuan perpajakan
melalui media radio, yang dikemas melalui dialog interaktif untuk memudahkan
pendengar memahami perpajakan secara detail dan menyeluruh.
2. Live report (kegiatan peliputan perpajakan), dimaksudkan memberikan
informasi kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai kegiatan yang
diadakan oleh DJP seperti adanya sosialisasi ketentuan terbaru, pojok pajak,
kampanye sadar pajak dan meningkatkan citra positif DJP di masyarakat.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


3. Penyuluhan melalui media televisi nasional, Airport TV Bandara Internasional

90 Soekarno-Hatta melalui media airport TV, neon box stand TV, dan neon box
public TV.
4. Penerbitan buku cerita anak, bertujuan mendidik anak usia sekolah (6 s.d.
12 tahun) untuk memahami manfaat dan pentingnya pajak bagi diri dan
keluarganya, serta masyarakat dan negara.
5. Penerbitan dan penyebaran buku, booklet, dan leaflet dengan berbagai tema
di bidang perpajakan.
6. Pembuatan situs online katalog buku perpustakaan DJP (Online Public Acces
Catalogue).
7. Pembuatan video instruksional perpajakan sehubungan dengan pengalihan
BPHTB dan persiapan pengalihan PBB dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah.

KEHUMASAN

Fokus utama bidang kehumasan DJP pada tahun 2010 menitikberatkan pada
program atau kegiatan dalam rangka mengembalikan citra atau kepercayaan
publik terhadap DJP karena adanya beberapa pelanggaran oleh pegawai.

Berbagai upaya dalam rangka meningkatkan citra dan kepercayaan publik


terhadap DJP diuraikan sebagai berikut.
1. Publikasi atas pemberitaan positif tentang DJP secara intens.
Kegiatan ini bertujuan mengimbangi pemberitaan di media massa, baik
cetak maupun elektronik yang seringkali menyudutkan DJP. Dengan kegiatan
tersebut diharapkan publik dapat melihat sisi positif DJP. Kegiatan publikasi
dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu:
a. penyelenggaraan talkshow Ngobrol Santai Bersama Wartawan (Ngobras)
setiap Jumat bertempat di Media Center;
b. pelatihan untuk wartawan yang dilaksanakan secara bulanan dan
triwulanan;
c. mengajak para wartawan untuk berkunjung dan melihat langsung aktivitas
di KPP atau Media Tour;
d. penerbitan siaran pers dan penyelenggaraan konferensi pers;
e. penayangan iklan layanan masyarakat DJP di media cetak, media televisi
dan radio, serta media online;
f. penayangan iklan layanan masyarakat di bioskop, kereta api, dan billboard
bandara; dan
g. publikasi opini pegawai DJP di surat kabar atau penulisan buku perpajakan.
2. Penyuluhan saat kunjungan mahasiswa atau pelajar.
Kegiatan ini bertujuan memberikan informasi perpajakan sejak dini kepada
para mahasiswa atau pelajar yang melakukan kunjungan atau praktik kerja
lapangan di DJP. Dengan informasi dan praktik langsung di DJP, maka
diharapkan terbentuk pemahaman yang baik pula tentang DJP.
3. Penyebaran informasi perpajakan kepada pihak internal dan eskternal.
Informasi kegiatan kepada internal disebarkan melalui sarana e-Magazine
yaitu majalah elektronik yang diterbitkan setiap bulan. Sedangkan informasi
perpajakan untuk masyarakat disampaikan melalui situs www.pajak.go.id.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Siaran Pers DJP Tahun 2010

91
Tanggal Materi
1 Februari Penjelasan tentang Penunggak Pajak Terbesar
1 April Pemberlakuan UU PPN dan PPnBM, Fasilitas Pengembalian
PPN kepada Turis Asing, Penerimaan SPT Tahunan PPh dan
Perkembangan Penanganan Pegawai yang Melanggar Kode
Etik dan Disiplin PNS
3 Juni Penerimaan Pajak Periode 1 Januari s.d 31 Mei 2010 dan Kinerja
Lainnya
4 Juni DJP akan segera Melimpahkan Kasus Dugaan Tindak Pidana
Perpajakan PT PHS ke Kejaksaan
18 Agustus Pencanangan Nilai-nilai Organisasi DJP Menuju Suksesnya
Reformasi Jilid II
17 September Penegakan Hukum di DJP
1 Oktober DJP Tambah 22 Toko Pengembalian PPN bagi Turis Asing
4 Oktober Dana Bos Tidak Kena PPh Pasal 22
11 Oktober Penerimaan Pajak sampai dengan 30 September 2010, Crash
Program dan Kebijakan Pemindahan Fungsi Pembuat Peraturan
Perpajakan
21 Oktober a. DJP buka Saluran bagi Whistle Blower
b. Zakat Menjadi Pengurang Pajak
25 Oktober DJP Berlakukan Bebas Fiskal Luar Negeri
26 Oktober DJP Bebaskan Pajak Impor Kapal
10 November a. Survei Integritas KPK: DJP Telah Memenuhi Standar
b. DJP Lakukan Koreksi Transfer Pricing
11 November Perkembangan Penerimaan Pajak 2010
16 November Diberitakan Media, Pegawai Pajak Diperiksa
22 November DJP Pertegas Kriteria Bebas PPN untuk Angkutan Umum
25 November a. Memorandum of Understanding antara DJP dengan Direktorat
Jenderal Aplikasi Telematika tentang Integrasi NPWP di
Sistem e-Pengadaan
b. Penerimaan Pajak sampai dengan 15 November 2010
29 November a. KPK: DJP Peroleh Skor Tertinggi Kode Etik
b. Pengumuman KPK tentang PIAK (Penilaian Inisiatif Anti
Korupsi) Tahun 2010
29 November DJP Perjelas Perlakuan PPN atas Usaha Bank Umum
30 November DJP Berdayakan Tax Center di Universitas
8 Desember DJP Perjelas Kedudukan Pajak Warteg
29 November DJP Launching Elektronik (e-SPT)
10 Desember DJP Tegaskan Terapkan Kode Etik
13 Desember Undangan Workshop Palsu Mengatasnamakan Dirjen Pajak
21 Desember VAT Refund Kini Hadir di Yogyakarta
22 Desember Pukul 00.00 Tanggal 1 Januari 2011 Bebas Fiskal Luar Negeri
23 Desember Satu Tersangka Kasus Pajak Asian Agri Diserahkan ke Kejaksaan
30 Desember Memorandum of Understanding antara DJP dengan Institut
Akuntan Publik Indonesia tentang Perumusan Standar dan
Prosedur Audit Terkait Insentif yang Akan Diberikan Kepada
Wajib Pajak

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


92 Proses Bisnis danTeknologi
Informasi dan Komunikasi

PENYEMPURNAAN PROSES BISNIS

1. Penyempurnaan dan Pembakuan Standard Operating Procedures Penyempurnaan proses


Pada tahun 2010 DJP kembali melakukan penyempurnaan atas Standard Operating bisnis dan teknologi
Procedures (SOP) DJP. Penyempurnaan SOP ini dilakukan sejalan dengan perubahan informasi dan komunikasi
proses bisnis di DJP sebagai dampak dari perubahan aturan yang menjadi dasar
pelaksanan tugas.
dilakukan untuk
meningkatkan kinerja
Sampai dengan akhir tahun 2010, DJP telah membakukan sebanyak 769 SOP untuk
organisasi dan pelayanan
tingkat kantor pusat, 259 untuk tingkat kantor wilayah, 315 SOP untuk tingkat KPP,
51 SOP untuk tingkat KP2KP, dan 131 SOP untuk tingkat PPDDP. kepada wajib pajak.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


2. Fiskal Luar Negeri

93
Dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 25 ayat (8) Undang-Undang PPh, pada
tanggal 1 Januari 2008 memberlakukan ketentuan bagi wajib pajak orang pribadi
Dalam Negeri yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak
ke luar negeri wajib membayar pajak Fiskal Luar Negeri.

Kewajiban membayar Fiskal Luar Negeri berakhir pada tanggal 31 Desember 2010
sesuai dengan ketentuan UU PPh Pasal 25 ayat (8a). Dengan demikian, mulai tahun
2011 DJP tidak lagi memberikan layanan Fiskal Luar Negeri.

3. Pelaksanaan Kawasan Bebas (Free Trade Zone) Batam, Bintan dan Karimun

Dengan ditetapkannya kawasan Batam, Bintan, dan Karimun sebagai Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Kawasan Bebas) oleh pemerintah,
maka seluruh penyerahan BKP dan JKP ke dan/atau di Pulau Batam, Bintan, dan
Karimun, sesuai batas-batas koordinat yang ditetapkan, tidak terutang PPN atau
PPN dan PPnBM.

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan di lapangan dan pengawasan


atas pemasukan BKP di Kawasan Bebas, pada tahun 2010 DJP menerbitkan
ketentuan tata cara endorsement, perekaman, pemberkasan dan analisis
dokumen pemberitahuan pabean di kawasan bebas dan menerbitkan aturan
pelaksanaan mengenai penegasan atas pelaksanaan pemberian persetujuan atas
pemberitahuan pemasukan/pengeluaran barang transaksi tertentu.

4. Drop Box SPT

Salah satu bentuk strategi inovasi terbaru dalam pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh DJP adalah dengan penyediaan tempat khusus penerimaan
SPT Tahunan yang disebut Drop Box SPT yang ditempatkan di KPP, KP2KP, pusat
perbelanjaan, pusat bisnis, kantor-kantor pemerintah seperti kelurahan dan
kecamatan serta lokasi strategis lainnya.

Drop Box dikembangkan guna mengantisipasi tiga permasalahan dalam proses


penerimaan dan pengolahan SPT Tahunan PPh yaitu:
a. meningkatnya jumlah wajib pajak yang berdampak pada meningkatnya
jumlah SPT Tahunan PPh;
b. mengantisipasi terjadinya antrian saat wajib pajak menyampaikan SPT
Tahunannya; dan
c. meningkatkan pelayanan dan memberikan kemudahan kepada wajib pajak.

Sejak tahun 2009 wajib pajak dapat menyampaikan SPT Tahunannya secara
langsung melalui Drop Box SPT di lokasi mana saja. Hal ini memberikan keleluasaan
kepada wajib pajak, karena tidak harus menyampaikan SPT Tahunan di KPP tempat
Wajib Pajak terdaftar tetapi dapat disampaikan di tempat yang terdekat dengan
aktivitas harian mereka.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Pelaksanaan penerimaan SPT Tahunan dengan metode Drop Box pada tahun

94 2009 mendapatkan banyak pujian dari berbagai pihak dan masyarakat termasuk
wajib pajak. Bahkan pernah menjadi salah satu topik editorial di salah satu harian
nasional. Banyaknya pujian ini menjadi pertimbangan utama untuk kembali
menerapkan Drop Box SPT pada tahun 2010 dengan lebih baik dan disempurnakan
dari sisi prosedur dan aplikasinya yang tentunya bertujuan untuk lebih memberikan
kepuasan bagi seluruh wajib pajak dalam penyampaian SPT Tahunan PPh.

5. Formulir SPT Tahunan PPh Format PDF Isian

Pengisian SPT Tahunan PPh selama ini dilakukan secara manual dengan tulisan
tangan. Banyak wajib pajak merasa kesulitan dalam mengisi dan menghitung
kewajiban perpajakannya. Melihat hal ini dan juga telah banyak digunakan di
negara-negara lain, DJP mengeluarkan formulir SPT Tahunan PPh Format PDF
Isian. Mulai tahun 2010, untuk penyampaian SPT Tahunan Tahun Pajak 2009, wajib
pajak dapat memanfaatkan fasilitas formulir SPT Tahunan PPh Format PDF Isian
dengan mengunduhnya di situs www.pajak.go.id atau meminta ke KPP. Banyak
kemudahan dan insentif yang ditawarkan baik kepada wajib pajak maupun bagi
DJP sendiri.

Kelebihan SPT Tahunan Format PDF Isian

Bagi Wajib Pajak Bagi DJP


Kemudahan pengisian Sebagai alat sosialisasi yang menarik
Kalkulasi otomatis sehingga dapat Mudah dibaca dibandingkan dengan tulisan
dihindari adanya kesalahan penghitungan tangan
Mudah diedit Dapat dikemas ke dalam CD/disket yang dapat
berisi berbagai jenis SPT Tahunan.
Mudah diperoleh melalui situs Efisiensi dan menghindari pemborosan kertas
www.pajak.go.id untuk pencetakan formulir SPT
Dapat diisi menggunakan acrobat reader Hasil cetakan SPT (format dan isian) relatif tidak
dan sejenisnya yang dapat diunduh secara berubah sehingga mengurangi kesalahan proses
gratis di internet. pemindaian di PPDDP.
Dapat diunggah di www.pajak.go.id sehingga
wajib pajak dapat mengunduh sendiri.

6. Formulir SPT Tahunan Diambil Sendiri

Mulai tahun 2010, KPP tidak lagi mengirimkan formulir SPT Tahunan kepada
setiap wajib pajak baik orang pribadi maupun badan. Namun wajib pajak diminta
mengambil sendiri SPT Tahunan PPh di tempat-tempat yang telah ditentukan
seperti di KPP, KP2KP, lokasi-lokasi Drop Box SPT, Pojok Pajak, Mobil Pajak dan lokasi
lain yang strategis dan mudah dijangkau oleh wajib pajak. Dasar pemikiran adanya
kebijakan ini adalah sebagai berikut.

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


a. Berdasarkan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang KUP, wajib pajak mengambil
sendiri SPT di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau
95
mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
b. Keberagaman jenis formulir SPT menyebabkan KPP kesulitan untuk
mengirimkan jenis formulir SPT yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing wajib pajak. Saat ini terdapat tiga jenis formulir yang dapat digunakan
oleh wajib pajak orang Pribadi yaitu formulir 1770, 1770 S, dan 1770 SS serta
untuk wajib pajak badan terdapat dua jenis formulir yaitu 1770 dan 1770 $.
Apabila KPP mengirimkan semua jenis formulir SPT ke setiap wajib pajak baik
orang pribadi maupun badan maka beban administratif akan tinggi terkait
pencetakan formulir SPT padahal kemungkinan banyak SPT yang mungkin
terbuang dan wajib pajak menjadi bingung untuk menentukan jenis SPT yang
akan diisi.
c. Kebijakan ini diharapkan memberikan edukasi kepada wajib pajak dan
meningkatkan pemahaman wajib pajak terhadap perpajakan menumbuhkan
antusiasme dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Hal ini dapat terjadi
karena kebijakan ini juga diikuti dengan kebijakan sosialisasi perpajakan
dengan leaflet, brosur dan konsultasi langsung terhadap wajib pajak mengenai
jenis-jenis formulir SPT dan masing-masing kegunaannya.

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

1. Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Tata kelola TIK adalah suatu kerangka kerja yang mengatur dan mengelola
keseluruhan proses perencanaan, realisasi, operasional harian, pengamanan,
kelangsungan layanan, dan evaluasi internal penyelenggaraan TIK DJP melalui
jalur kepemimpinan yang tegas dan transparan.

a. Kebijakan dan Pedoman Tata Kelola TIK


Dalam rangka memberikan acuan yang jelas bagi terbentuknya Tata Kelola TIK,
DJP telah melakukan review, perbaikan, dan penyusunan kebijakan beserta
pedoman pengelolaan yang terkait dengan Tata Kelola TIK DJP. Kebijakan dan
pedoman yang telah disahkan selama tahun 2010 meliputi:
1) Kebijakan Tata Kelola TIK;
2) Kebijakan Layanan Sistem Informasi;
3) Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi;
4) Kebijakan Peningkatan Keamanan Data pada Basis Data SIDJP, SIPMOD,
dan SISMIOP;
5) Pedoman User Name Account;
6) Pedoman Akses Pihak Ketiga;
7) Pedoman Pengelolaan Permintaan Layanan TIK dan Katalog Layanan TIK;
8) Pedoman Pengelolaan Gangguan Layanan TIK; dan
9) Pedoman Pengelolaan Problem Layanan TIK.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


b. Pelaksanaan Evaluasi Teknologi Informasi

96 Dalam rangka meningkatkan kualitas sistem informasi, DJP senantiasa


melakukan evaluasi tata kelola TI. Evaluasi secara menyeluruh atas tata kelola
TI dilaksanakan pada tahun 2009 yang menghasilkan program perbaikan dan
optimalisasi tata kelola TI berupa 189 rekomendasi yang dijadwalkan untuk
dilaksanakan dalam kurun waktu periode 20102012.

Pada tahun 2010, DJP telah selesai melaksanakan 97 rekomendasi dan sedang
memproses penyelesaian 31 rekomendasi. Sedangkan 61 rekomendasi lainnya
akan dilaksanakan pada periode 20112012.

Sebagai bagian dari evaluasi tata kelola TI, di tahun 2010 DJP melaksanakan
evaluasi atas pelaksanaan Kebijakan Internet dan Intranet DJP, aplikasi
Approweb, dan pemantauan kinerja SIDJP yang hasilnya akan dijadikan dasar
untuk menentukan target kinerja aplikasi yang disusun dalam kegiatan data
clean up.

c. Cetak Biru TIK DJP


Pada tahun 2010 DJP telah menetapkan Cetak Biru TIK DJP tahun 2010-2014.
Cetak Biru TIK ini akan digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan
sistem informasi sekaligus sebagai instrumen strategis bagi pimpinan dalam
pelaksanaan kegiatan dan pengendalian investasi TIK.

2. Pengembangan Sistem dan Infrastruktur TIK

Dalam upaya untuk peningkatan kualitas pelayanan dan pengawasan terhadap


wajib pajak melalui profiling serta peningkatan kinerja secara umum, DJP
melakukan pengembangan sistem dan infrastruktur yang meliputi:
a. Pengembangan Sistem Perpajakan
Pada tahun 2010, pengembangan sistem perpajakan yang dilaksanakan oleh
DJP meliputi:
1) perancangan Enterprise Architecture (EA) untuk baseline PPDDP dan e-filing
sebagai piloting project pembangunan EA DJP yang akan dimulai tahun
2011;
2) pengembangan aplikasi SIDJP dan SIPMod dilakukan terhadap modul
penagihan, modul perekaman SPT Tahunan PPh Badan Rupiah dan Dollar
2009, modul SPT Tahunan OP, modul Drop Box, modul monitoring e-SPT/e-
filing dan modul pendukung untuk KPDDP, dan penyesuaian aplikasi dan
modul sehubungan dengan perubahan NIP menjadi 18 digit; dan
3) pengembangan aplikasi pendukung yang meliputi aplikasi pada Mobil
Pajak dan KP2KP, Multimedia Super Corridor, Approweb, loader e-SPT , e-SPT
PPN 1111 dan PPN 1111 DM, dan loader perekaman lokal.
b. Pengembangan Human Resource Management Information System (HRMIS)
Sistem ini menjadi bagian dari Sistem Informasi Kepegawaian, Keuangan, dan
Aktiva (SIKKA) . Pengembangan aplikasi ini meliputi :
1) pengembangan aplikasi berbasis workflow;
2) document management dan dossier management system;

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


97

3) modelling aplikasi yang terdiri dari beberapa modul antara lain workload
analysis, standar kompetensi jabatan, pengukuran kinerja, assesment
center, survey online, dan indesk; dan
4) modul-modul pendukung HRMIS yaitu authentification services, pertukaran
data dengan Kementerian Keuangan, monografi, dan evaluasi kinerja.

c. Pengembangan Infrastruktur
Untuk meningkatkan kinerja dan kapasitas infrastruktur, serta meremajakan
perangkat yang telah obsolete, DJP melakukan hal-hal antara lain:
1) pemenuhan kebutuhan lisensi untuk server development pengolahan
dokumen (KOFAX), lisensi untuk penambahan agent untuk inbound call
center (AVAYA), lisensi untuk basis data Oracle Real Application Cluster;
2) penambahan hardware SIKKA;
3) penyempurnaan infrastruktur jaringan komunikasi data DJP;
4) penyempurnaan infrastruktur MPN untuk peningkatan kinerja, keamanan,
dan pelayanan sistem MPN;
5) penyempurnaan infrastruktur PPDDP untuk memaksimalkan kinerja
PPDDP;
6) penambahan kapasitas komputer dan sarana pendukung lainnya yang
membantu kelancaran pekerjaan;
7) penyempurnaan perangkat lunak pendukung untuk kebutuhan
pemeriksaan pajak dan IT Project Management; dan
8) pemanfaatan teknologi virtualisasi untuk mengoptimalkan perangkat.

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


98 Data Statistik
Tabel Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2006-2010

Tahun
Kriteria
2006 2007 2008 2009 2010
Wajib Pajak Orang Pribadi 3.251.753 5.431.689 8.807.666 13.861.253 16.880.649
Wajib Pajak Bendahara 327.258 360.782 392.509 441.986 471.833
Wajib Pajak Badan 1.226.279 1.344.552 1.481.924 1.608.337 1.760.108
Total 4.805.290 7.137.023 10.682.099 15.911.576 19.112.590

Tabel Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Tahun 2006-2010

Pertumbuhan 2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
2009-2010 Target %
WP Terdaftar 1) 4.358.014 4.805.290 7.137.023 10.682.099 15.911.576 48,96% - -
WP Terdaftar
Wajib SPT 2) 3.871.823 4.231.117 6,341,828 9.996.620 14.101.933 41,07% - -
SPT Tahunan
PPh 3) 1.240.571 1.278.290 2.097.849 5.413.114 8.202.309 51,53% 8.108.611 101,16%
Rasio
Kepatuhan 4) 32,04% 30,21% 33,08% 54,15% 58,16% 7,41% 57,50% 101,16%
Catatan:
1) Jumlah wajib pajak terdaftar (terdiri dari wajib pajak badan, wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak bendahara, pusat
dan cabang) pada 1 Januari tahun bersangkutan.
2) Jumlah wajib pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh (wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi dengan status
pusat) pada 1 Januari tahun bersangkutan.
3) Jumlah SPT Tahunan PPh (semua tahun pajak) yang diterima DJP s.d 31 Desember.
4) Rasio kepatuhan adalah perbandingan jumlah SPT Tahunan PPh terhadap wajib pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh.

Tabel Pertumbuhan Wajib Pajak yang Melaporkan dengan e-SPT Tahun 2006-2010

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010


Jumlah WP 12.345 29.301 43.897 58.880 61.651

Tabel Pertumbuhan Wajib Pajak yang Menggunakan e-Filing Tahun 2006-2010

Uraian 2006 2007 2008 2009 2010


Jumlah WP 688 1.357 1.619 2.427 4.941

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


99

Tabel Pertumbuhan Jumlah SPT yang Dilaporkan dengan e-SPT Tahun 2006-2010

Jenis SPT 2006 2007 2008 2009 2010


SPT Masa PPh Pasal 21/26 57.396 89.933 95.710 184.886 254.378
SPT Masa PPh Pasal 22 3.148 4.611 5.017 6.347 4.467
SPT Masa PPh Pasal 23/26 36.532 53.051 64.983 97.137 127.076
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) 20.802 30.448 37.135 59.190 77.297
SPT Masa PPh Pasal 15 1.894 2.987 3.437 5.020 5.839
SPT Masa PPN dan PPnBM 66.509 207.138 313.673 492.602 519.535
SPT Masa PPN Pemungut 1.276 78 132 1.197 1.123
SPT Masa Pedagang Eceran 27 7 10 38 7
SPT Tahunan PPh Pasal 21 6.672 8.323 7.421 2 0
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 209 962 260 1.343 0
SPT Tahunan PPh Badan 8.248 9.806 9.380 18.094 43
Jumlah 202.713 407.344 537.158 865.856 989.765

Tabel Pertumbuhan Jumlah SPT yang Dilaporkan dengan e-Filing Tahun 2006-2010

Jenis SPT 2006 2007 2008 2009 2010


SPT Masa PPh Pasal 21 3.185 7.912 9.667 18.605 40.072
SPT Masa PPh Pasal 22 24 100 123 249 352
SPT Masa PPh Pasal 23 1.422 2.507 4.085 7.183 16.883
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 433 992 1.839 4.409 14.498
SPT Masa PPh Pasal 15 55 95 147 180 229
SPT Masa PPN 1195 3.245 7.333 6.621 10.240 14.108
SPT Masa PPN 1107 Pemungut 0 0 0 0 25
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 4 - 5 6 401
SPT Tahunan PPh Pasal 21 289 376 186 0
SPT Tahunan PPh Badan 11 44 79 377 248
Jumlah 8.668 19.359 22.752 41.249 86.816

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010

100 Realisasi
APBN-P 2010 (triliun rupiah)
Jenis Pajak Pertumbuhan
(triliun rupiah)
2010 2009
PPh Non Migas 306,84 297,86 267,57 11,32%
PPN dan PPnBM 262,96 230,58 193,07 30,54%
PBB 25,32 28,58 24,27 17,76%
BPHTB 7,16 8,03 6,46 24,18%
Pajak Lainnya 3,84 3,97 3,11 27,42%
Penerimaan DJP Tanpa PPh Migas 606,12 569,02 494,49 15,07%
PPh Migas 55,38 58,87 50,04 17,64%
Penerimaan DJP Dengan PPh Migas 661,50 627,89 544,53 15,31%

Tabel Perbandingan Penerimaan Pajak DJP dan Belanja Negara Tahun 2006-2010

Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010


I. Penerimaan Pajak DJP Tanpa
PPh Migas (triliun rupiah) 315,01 381,37 494,09 494,49 569,02
II. Penerimaan Pajak DJP dengan
PPh Migas (triliun rupiah) 358,20 425,37 571,11 544,53 627,89
III. Belanja Negara (triliun rupiah) 667,13 757,65 985,99 777,98 1.126,15
IV. Perbandingan I : III (%) 47,22 50,34 50,11 63,56 50,53
V. Perbandingan II : III (%) 53,69 56,14 57,92 69,99 57,76
Sumber : laporan DJPBN, Data Pokok APBN, www.fiskal.depkeu.go.id

Tabel Peranan Penerimaan Pajak terhadap Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2001-2009

Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak


Penerimaan
DJP Tanpa DJP dengan Peranan Peranan
Dalam Negeri
Tahun PPh Migas PPh Migas (%) (%)
(triliun rupiah)
(triliun rupiah) (triliun rupiah)
(1) (2) (3) (4) = (1) : (3) (5) = (2) : (3)
2001 135,48 158,58 300,60 45,07 52,75
2002 158,85 176,32 298,53 53,21 59,06
2003 185,69 204,66 340,93 54,47 60,03
2004 215,70 238,64 403,10 53,51 59,20
2005 263,39 298,54 493,92 53,33 60,44
2006 315,01 358,20 636,15 49,52 56,31
2007 381,37 425,37 706,11 54,01 60,24
2008 494,09 571,11 979,31 50,45 58,32
2009 494,49 544,53 847,09 58,37 64,28
2010 569,02 627,89 990,50 57,45 63,39
Sumber : laporan DJPBN, Data Pokok APBN, www.fiskal.depkeu.go.id

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Penerimaan Per Jenis Pajak Tahun 2001 2010
(triliun rupiah)
101
Pendapatan atas Jumlah
PPh PPN & PBB & Pajak Lainnya Jumlah Tanpa Termasuk
Tahun PPh Migas
Nonmigas PPnBM BPHTB & Pendapatan PPh Migas dengan
Imbalan Bunga PPh Migas
2001 71,36 55,86 6,66 1,59 23,10 135,47 158,57
2002 84,47 65,24 7,99 1,47 17,03 159,17 176,20
2003 96,05 76,76 10,91 1,65 18,78 185,37 204,15
2004 111,95 87,56 14,67 1,83 22,95 216,01 238,96
2005 140,39 101,30 19,61 2,05 34,98 263,35 298,33
2006 165,64 123,03 23,90 2,29 43,19 314,86 358,05
2007 194,74 155,19 29,55 2,74 44,01 382,22 426,23
2008 250,48 209,64 30,93 3,03 77,02 494,08 571,10
2009 267,57 193,07 30,73 3,11 50,04 494,49 544,53
2010 297,86 230,58 36,61 3,97 58,87 569,02 627,89

Tabel Tax Ratio Tahun 2001 2010

Tahun
No Uraian
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
a Pajak Pusat (triliun
rupiah) 185,54 210,09 242,04 280,56 347,03 409,20 490,99 658,70 619,92 743,33
1. Pajak Dalam
Negeri 175,97 199,51 230,93 267,82 331,79 395,97 470,05 622,36 601,25 720,76
2. Pajak
Perdagangan
Internasional 9,57 10,58 11,11 12,74 15,24 13,23 20,94 36,34 18,67 22,56
b Pajak Daerah
(triliun rupiah) 10,73 14,55 12,09 23,10 24,21 25,72 29,46 38,04 35,93 47,68
c Penerimaan SDA
(triliun rupiah) 85,67 64,76 67,51 91,54 110,47 167,47 132,89 224,46 138,96 164,73
d Pajak Pusat +
Pajak Daerah 196,27 224,64 254,13 303,66 371,24 434,92 520,45 696,74 655,85 791,01
e Pajak Pusat +
Pajak Daerah +
Penerimaan SDA 281,94 289,40 321,64 395,20 481,71 602,39 653,34 921,20 794,81 955,73
f PDB Atas Dasar
Harga Berlaku
(triliun rupiah) 1.449,40 1.610,00 2.045,90 2.273,10 2.784,30 3.365,90 3.950,90 4.948,70 5.603,90 6.422,90
g Tax Ratio I Pajak
Pusat (a : f ) 12,80% 13,05% 11,83% 12,34% 12,46% 12,16% 12,43% 13,31% 11,06% 11,57%
h Tax Ratio II Pajak
Pusat+Daerah
(d : f ) 13,54% 13,95% 12,42% 13,36% 13,33% 12,92% 13,17% 14,08% 11,70% 12,32%
i Tax Ratio III Pajak
Pusat+Daerah+
SDA (e : f ) 19,45% 17,98% 15,72% 17,39% 17,30% 17,90% 16,54% 18,62% 14,18% 14,88%
Sumber : Data Pokok APBN 2001-2011 Kementerian Keuangan Republik Indonesia, DJPK, BPS

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Diagram Penerimaan Pajak Tahun 2009-2010 per-Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)

102 220

195.492
200

180

160.275
160

140
triliun rupiah

120

83.649
100

68.882
80

60.614
60.018
60

33.642
33.725
29.821

29.884
40

23.586
21.067

19.763
20.104

13.490
13.683
14.085

10.359
9.371

9.721
8.950
20
6.541

3.933
1.863
2.041

3.854

2.691
1.329

3.202

2.525
0.901
0.104

1.267

0.001
0.001
0.079

0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q X

2009 2010

Keterangan:
Kode Kelompok KLU
A pertanian, perburuan, dan kehutanan
B perikanan
C pertambangan dan penggalian
D industri pengolahan
E listrik, gas, dan air
F konstruksi
G perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, sepeda motor, serta barang-barang
keperluan pribadi dan rumah tangga
H penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
I transportasi, pergudangan, dan komunikasi
J perantara keuangan
K real estat, usaha persewaan, dan jasa perusahaan
L administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib
M jasa pendidikan
N jasa kesehatan dan kegiatan sosial
O jasa kemasyarakatan, sosial, dan kegiatan lainnya
P jasa perorangan
Q badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya
X kegiatan yang belum jelas batasannya

Tabel Kondisi Basis Data Objek PBB Tahun 2006-2010

Jumlah Jumlah SISMIOP Peta Digital


Tahun Desa/ Objek Pajak Desa/ % Objek Pajak % Desa/ %
Kelurahan Kelurahan Kelurahan
2006 71.724 90.972.987 38.917 54,3 64.046.203 70,4 18.374 25,6
2007 71.766 93.560.990 41.746 58,2 69.459.676 74,2 24.935 34,7
2008 74.147 97.173.501 47.958 64,7 77.230.806 79,5 31.172 42,0
2009 75.800 100.157.307 51.688 68,2 83.262.201 83,1 35.420 46,7
2010 77.033 103.562.165 55.281 71,8 89.088.086 86,0 38.798 50,4
Keterangan : Data per akhir tahun, 31 Desember tahun yang bersangkutan

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Jumlah Penyelesaian Sengketa Pajak Tahun 2009-2010

PPh PPN PBB BPHTB


103
Keterangan
2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010
Pembetulan 1.089 805 361 558 8.832 6.762 109 7
Keberatan 2.802 2.090 2.444 3.101 8.503 7.331 91 2
Pengurangan Pokok - - - - 28.731 17.435 1.460 1
Pengurangan atau
Penghapusan
Sanksi Administrasi 3.308 4.595 2.901 4.961 - - - -
Pengurangan Sanksi - - - - 2.123 1.550 19 59
Pengurangan atau
Pembatalan SKP 1.284 961 827 891 3.225 4.837 11 43
Pengurangan atau
Pembatalan STP 235 567 123 486 9 - 6 56
Pembatalan Hasil
Pemeriksaan
Pajak/SKP Hasil 2 9 4 18 - - - 1.736
Pemeriksaan
Jumlah 8.720 9.027 6.660 10.015 51.423 37.915 1.696 1.904

Tabel Kinerja Pemeriksaan dengan Pendekatan Kuantitas Tahun 2010

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Jumlah Target Persentase


Rutin Khusus Tujuan Lain Penyelesaian (SP2) Penyelesaian Penyelesaian
(1) (2) (3) (4)= (2)+(3) (5) (6)=(4):(5)
42.307 3.100 19.581 64.988 48.954 132,75%

Tabel Perkembangan Tunggakan dan Pencairan PPh dan PPN/PPnBM Tahun 2006-2010
(triliun rupiah)
Tahun Saldo Awal Penambahan Pencairan Pengurangan Saldo Akhir
2006 25,79 18,80 11,57 15,80 28,78
2007 28,78 16,82 11,88 18,28 27,32
2008 27,32 27,39 11,26 16,37 38,34
2009 38,34 24,32 16,58 22,84 39,82
2010 39,82 56,06 18,43 57,99 37,86

Tabel Perkembangan Tunggakan dan Pencairan PBB/BPHTB Tahun 2006-20110


(triliun rupiah)
Tahun Saldo Awal Penambahan Pencairan Pengurangan Saldo Akhir
2006 3,43 1,14 0,45 0,77 3,80
2007 3,80 17,87 0,89 17,74 3,92
2008 3,92 4,63 1,35 1,72 6,83
2009 6,83 15,27 1,79 11,93 10,18
2010 10,18 22,27 4,16 16,30 16,15

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Komposisi Pegawai DJP Tahun 2010

104
Golongan
Jabatan Jumlah
I II III IV

Eselon I 1 - - - 1
Eselon II 48 - - - 48
Eselon

Eselon III 517 - - 22 495


Eselon IV 3.974 - - 3.477 497
Account Representative 5.203 - 1.073 4.128 2
Penelaah Keberatan 624 - 17 607 -
Struktural

Bendaharawan 530 - 493 37 -


Juru Sita 648 - 345 303 -
Non Eselon

Operator Console 749 - 716 33 -


Pegawai Diperbantukan 1.155 - 616 539 -
Pegawai Tugas Belajar 685 - 563 120 2
Pelaksana 13.586 6 8.007 5.560 13
Petugas UP Restitusi PPN 11 - 11 - -
Petugas UPFLN 86 - 66 20 -
Pemeriksa Pajak Madya 218 - - - 218
Pemeriksa Pajak Muda 965 - - 944 21
Pemeriksa Pajak

Pemeriksa Pajak Pelaksana 942 - 927 15 -


Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan 521 - 3 518 -
Pemeriksa Pajak Penyelia 86 - - 85 1
Pemeriksa Pajak Pertama 1.763 - 4 1.759 -
Penilai PBB Madya 1 - - - 1
Penilai PBB Muda 54 - - 54 -
Penilai PBB
Fungsional

Penilai PBB Pelaksana 107 - 105 2 -


Penilai PBB Pelaksana Lanjutan 70 - - 70 -
Penilai PBB Penyelia 56 - - 56 -
Penilai PBB Pertama 81 - - 81 -
Pranata Komputer Muda 2 - - 2 -
Pranata Komputer

Pranata Komputer Pelaksana 8 - - 8 -


Pranata Komputer Pelaksana Lanjutan 19 - - 19 -
Pranata Komputer Penyelia 1 - - 1 -
Pranata Komputer Pertama 26 - - 26 -
Medis 4 - - 2 2
Jumlah 32.741 6 12.946 18.488 1.301

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


105
Jenis Kelamin Pendidikan

Pria Wanita s.d. SMA D1 D2 D3 D4/S1 S2 S3

1 - - - - - - 1 -
47 1 - - - - 2 39 7
453 64 1 - - 1 47 451 17
3.309 665 305 4 18 101 1.650 1.886 10
3.708 1.495 277 152 2 1.546 2.671 555 -
429 195 - - - 126 360 138 -
360 170 96 294 - 57 83 - -
634 14 281 165 - 54 146 2 -
720 29 26 506 - 148 69 - -
621 534 20 - - 608 525 2 -
568 117 - 268 - 298 112 7 -
9.162 4.424 4.171 3.413 6 2.799 3.000 195 2
11 - - 7 - 4 - - -
85 1 24 21 - 27 14 - -
171 47 - - - 1 119 98 -
885 80 2 - - - 529 433 1
865 77 4 - - 807 130 1 -
491 30 8 2 1 401 107 2 -
75 11 31 3 - 37 12 3 -
1.647 116 - 2 - 55 1.482 224 -
- 1 - - - - 1 - -
53 1 - - - - 31 23 -
103 4 5 - 1 91 10 - -
66 4 30 - 2 33 5 - -
54 2 29 - 17 9 1 - -
61 20 - - - - 76 5 -
1 1 - - - - 2 - -
7 1 - - - 5 3 - -
16 3 - - - 11 8 - -
1 - - - - 1 - - -
24 2 - - - 2 22 2 -
- 4 1 - - - 3 - -
24.628 8.113 5.311 4.837 47 7.222 11.220 4.067 37

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Tabel Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai oleh DJP Tahun 2010
106
Jumlah Jumlah
No. Nama Pendidikan dan Pelatihan No. Nama Pendidikan dan Pelatihan
Peserta Peserta
1. Aanwijing Database Clean Up 30 40. IHT Kegiatan Usaha di Bidang
2. Advance Level OECD Transfer Pricing 30 Telekomunikasi 67
3. Assesment Center 803 41. IHT Kelapa Sawit 35
4. Assesment Center 144 42. IHT Legal Drafting 30
5. Briefing Assessor Assessment Center 25 43. IHT Manajemen Pemasaran Kebijakan
Publik 25
6. Cascading Renstra Eselon III dan IV 160
44. IHT Panas Bumi 60
7. CISA Review Audit 10
45. IHT Pelatihan Teknis Perpajakan 277
8. Coaching and Leadership Skill 32
46. IHT Pelayanan Prima 70
9. Coaching Skills For Leaders 24
47. IHT Pembuatan Proposal Studi ke
10. Diklat Account Representative I-IV 458
Luar negeri 60
11. Diklat Cert. Fraud Examiner 100
48. IHT Perpajakan atas Usaha Jasa
12. Diklat Communication and Konstruksi 110
interpersonal skills gelombang III 30
49. IHT Project Management 25
13. Diklat e-Audit tingkat Dasar 25
50. IHT Proses Bisnis ilmu Hukum Tanah,
14. Diklat e-Auditor 50 Tinjauan Aspek Legalitas 100
15. Diklat e-Auditor Tk. Dasar Angk.I 25 51. IHT Proses Bisnis Perdagangan 95
16. Diklat Hukum Kontrak Internasional 30 52. IHT Proses Bisnis Real Estate,
17. Diklat Internal Audit 19 Apartemen dan Ruko 95
18. Diklat Internal Audit (Eselon) 5 53. IHT Proses BisnisTanah 100
19. Diklat Investigasi 32 54. IHT PSAK 50 dan 55 75
20. Diklat Keadaan Darurat 57 55. IHT Public Speaking &
Communication Skill 24
21. Diklat KKS Migas 40
56. IHT Sektor Perbankan 23
22. Diklat Managing Service 25
57. IHT Sosialisasi Benchmarking 100
23. Diklat Manajemen Pengawasan dan
Konsultasi 90 58. IHT Tax Revenue Forecasting PKP 30
24. Diklat MNE 30 59. IHT tentang PSAK 50 dan 55 80
25. Diklat Personal Branding 25 60. Internalisasi dan Penguatan
Nilai-Nilai Organisasi Kasi PDI di
26. Diklat Pertambangan K3S Migas 45 Jabodetabek 95
27. Diklat PPNS 80 61. Internalisasi dan Penguatan Nilai-
28. Diklat Proses Bisnis Kelapa Sawit 35 Nilai Organisasi Kasi Pelayanan di
29. DIklat VAT Return 27 Jabodetabek 95

30. Forum Account Representative dan 62. Internalisasi dan ToT UU PPN dan
Pengawasan dan Konsultasi 100 PPnBM 161

31. IDLP Lanjutan 50 63. Internalisasi Kasi Ekstensifikasi


Perpajakan 70
32. IHT Advance Bussiness Process 35
64. Internalisasi Nilai-nilai Org DJP 707
33. IHT Analisa Laporan Keuangan 420
65. Interview Course 55
34. IHT CISA Review 15
66. Internasional Tax Seminar 105
35. IHT Coaching and Leadership Skill 15
67. Investigator Internal 60
36. IHT Communication Skill 100
68. Kebijakan Publik dari Perspektif
37. IHT Direktorat Keberatan dan Hukum dan Kemasyarakatan 60
Banding 150
69. Konsinyering Cetak Biru TIK 112
38. IHT Drilling Migas 30
70. Leadership Training VII 38
39. IHT Kegiatan Usaha di Bidang 145
Pertambangan Mineral & Batubara 71. OJT CPNS DJP D III Akun 275

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


107
Jumlah Jumlah
No. Nama Pendidikan dan Pelatihan No. Nama Pendidikan dan Pelatihan
Peserta Peserta
72. OJT Pemeriksa Pajak Tahap I 1548 105. Peningkatan Kompetensi Dasar
73. OJT Penelaah Keberatan 124 Investigasi 68

74. Pelatihan ACL Intermediate Level 15 106. Penyegaran dan Ujian Sertifikasi PBJ 250

75. Pelatihan Balanced Scorecard 20 107. Placement Test 45

76. Pelatihan Communication and 108. Rakernas Penyuluhan, Pelayanan dan


Interpersonal Skill Gelombang I 27 Hubungan Masyarakat 272

77. Pelatihan Communication and 109. Rapat Evaluasi Pengolahan SPT di


Interpersonal Skill Gelombang II 30 PPDDP 430

78. Pelatihan e-SPT 60 110. Rapat Koordinasi Terbatas Kanwil DJP


Jakarta Barat 95
79. Pelatihan IDLP 110
111. Seminar on Mineral Resources 79
80. Pelatihan Kemampuan Presentasi
dengan Power Point 25 112. Seminar Perpajakan Internasional 103

81. Pelatihan Kesekretariatan 29 113. Seminar Sehari Kesetaraan Gender 50

82. Pelatihan Legal Drafting 25 114. Seminar Transfer Pricing JICA 49

83. Pelatihan Manajemen Ekstensifikasi 115. Sosialisasi LHKPN 363


Perpajakan 30 116. Sosialisasi Perpres 54 Tahun 2010 di
84. Pelatihan Master of Ceremony 20 Kementerian Keuangan 160

85. Pelatihan Otomasi Balanced 117. Sosialisasi PMK Nomor 190 99


Scorecard (BSC) 30 118. Sosialisasi PP Nomor 53 Tahun 2010 75
86. Pelatihan Penyusunan SOP 30 119. Sosialisasi & Simulasi Pengisian SPT
87. Pelatihan Petugas Ekstensifikasi 30 PPh OP 10

88. Pelatihan Sertifikasi Profesi SDM 45 120. Sosialisasi ALPP 725

89. Pelatihan SIDJP 21 121. Sosialisasi BSC 90

90. Pelatihan Teknik Pembuatan Notulen 122. Sosialisasi Draf Aturan Pelaksanaan
Rapat 30 UU PPN dan PPnBm 170

91. Pelatihan Training Need Analysis 30 123. Sosialisasi e-Procurement 54

92. Pembahasan Hasil Analisis Beban 124. Sosialisasi LHKPN 363


Kerja 50 125. Sosialisasi PBB Tanah dan Bangunan 110
93. Pembahasan Modul Pemeriksaan 30 126. Sosialisasi Penggunaan Perangkat
94. Pembahasan Permasalahan Bidang Multimedia Infocus Wireless 26
Kepegawaian 23 127. Sosialisasi Pepres PBJ 325
95. Pembekalan Eselon III 67 128. Sosialisasi Perdirjen Nomor PER-41/
96. Pembekalan Eselon III Baru 68 PJ/2008 70

97. Pemeriksaan BPK 18 129. Sosialisasi PMK Nomor 213/


PMK.07/2010 50
98. Pengarahan Bagi Penerima Beasiswa
S2 91 130. Sosialisasi PP Korupsi 52

99. Pengarahan Lulusan D IV STAN 131. Sosialisasi PP Nomor 53 Tahun 2010


Akademik 09-10 70 untuk Kanwil se-Indonesia 63

100. Pengarahan Lulusan DIV TA 132. Sosialisasi proses penyelesaian


2008/2009 55 keberatan 75

101. Penguatan Integritas Kasi PDI se-DKI 95 133. Sosialisasi Rencana Strategis 2010
Kanwil DJP Jakarta Barat 70
102. Penguatan Integritas Kasi Pelayanan
se-DKI 95 134. Sosialisasi Seleksi Penerimaan
Widyaiswara 110
103. Penilaian Usaha 1 & 2 35
135. Sosialisasi UU PPN 1544
104. Penilaian Usaha P3 & P4 26
136. Surat Utang Negara 100

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Jumlah Jumlah
No. Nama Pendidikan dan Pelatihan No. Nama Pendidikan dan Pelatihan
108 Peserta Peserta
137. Tax Treaty 17 156. Workshop e-Auditor 30
138. Tax Treaty Negotiation 12 157. Workshop Hukum Kebijakan Publik 17
139. Teknik Investigasi KPK Gel. 1 dan 2 30 158. Workshop Intelijen dan Penyidikan 25
140. Teknik Monitoring dan Evaluasi 43 159. Workshop Kelapa Sawit 120
141. ToT Bank Data Nilai Pasar Properti 38 160. Workshop Learning & Development 55
142. ToT DJP Maju Pasti 133 161. Workshop Modul Coaching and
143. ToT Perdagangan Umum dan Leadership 24
Perdagangan Eceran 100 162. Workshop Organizational Alignment 42
144. Training Instalasi Aplikasi PAP3D 79 163. Workshop Penagihan 41
145. Transfer Pricing 58 164. Workshop Penyempurnaan
146. Transfer Pricing Tingkat Pengantar Kurikulum STAN 25
bagi Direktorat Keberatan dan 165. Workshop Penyusunan Materi DJP
Banding 60 Maju PasTI 54
147. Transformational Change Leadership 166. Workshop Penyusunan Modul Fungsi
Eselon II 47 Pemeriksaan 20
148. Workshop Internalisasi dan 167. Workshop Performance Appraisal 99
Persiapan ToT Program Penguatan 168. Workshop Personal Scorecard 80
Integritas dan Modernisasi Jilid II 65
169. Workshop PINTAR 130
149. Workshop ABK 90
170. Workshop Review Penagihan Piutang
150. Workshop Batu bara 120 Pajak Tahun 2010 376
151. Workshop Benchmarking tahap III 40 171. Workshop TNA 50
152. Workshop Buku Berkah 49 172. Workshop Transaksi Derivatif
153. Workshop Capacity Buliding 24 Angkatan II 30
154. Workshop Cybercrime 110 173. Workshop TTKI 35
155. Workshop dan Validasi Materi OJT 25 174. Workshop Ekspor Impor 30
Penelaah Keberatan Jumlah 18.430

Tabel Kinerja Layanan Informasi dan Pengaduan Kring Pajak Tahun 2009 2010

Keterangan 2009 2010 Peningkatan


Panggilan Masuk 339.640 349.860 3,01%
Panggilan Terjawab 224.911 265.977 18,26%

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Tabel Daftar Jaringan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)/Tax Treaty Indonesia

No Negara Saat Berlaku Efektif No Negara Saat Berlaku Efektif 109


1. Algeria 01-01-2001 31. Pakistan 01-01-1991
2. Australia 01-07-1993 32. Philippines, The 01-01-1983
3. Austria 01-01-1989 33. Poland 01-01-1994
4. Bangladesh 01-01-2007 34. Portugal 01-01-2008
5. Belgium 01-01-1975 35. Qatar 01-01-2008
-Renegosiasi 01-01-2002
6. Brunei Darussalam 01-01-2003 36. Romania 01-01-2000
7. Bulgaria 01-01-1993 37. Russia 01-01-2003
8. Canada 01-01-1980 38. Saudi Arabia 01-01-1989
-Renegosiasi 01-01-1999
9. Czech 01-01-1997 39. Seychelles 01-01-2001
10. China 01-01-2004 40. Singapore 01-01-1992
11. Denmark 01-01-1987 41. Slovak 01-01-2002
12. Egypt 01-01-2003 42. South Africa 01-01-1999
13. Finland 01-01-1990 43. Spain 01-01-2000
14. France 01-01-1981 44. Sri Lanka 01-01-1995
15. Germany 01-01-1992 45. Sudan 01-01-2001
16. Hungary 01-01-1994 46. Sweden 01-01-1990
17. India 01-01-1988 47. Switzerland 01-01-1990
-Renegosiasi 01-01-2010
18. Italy 01-01-1996 48. Syria 01-01-1999
19. Japan 01-01-1983 49. Taiwan 01-01-1996
20. Jordan 01-01-1999 50. Thailand 01-01-1983
-Renegosiasi 01-01-2004
21. Korea, Republic of 01-01-1990 51. Tunisia 01-01-1994
22. Korea, Democratic 01-01-2005 52. Turkey 01-01-2001
Peoples Republic of
23. Kuwait 01-01-1999 53. U.A.E 01-01-2000
24. Luxembourg 01-01-1995 54. Ukraine 01-01-1999
25. Malaysia 01-01-1987 55. United Kingdom 01-01-1976
-Renegosiasi 01-09-2010 -Renegosiasi 01-01-1995
26. Mexico 01-01-2005 56. United States 01-02-1991
-Renegosiasi 01-02-1997
27. Mongolia 01-01-2001 57. Uzbekistan 01-01-1999
28. Netherlands 01-01-1971 58. Venezuela 01-01-2001
-Renegosiasi 01-06-1994
-Renegosiasi II 01-01-2004
29. New Zealand 01-01-1989 59. Vietnam 01-01-2000
30. Norway 01-01-1991

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


Neraca DJP Per 31 Desember 2010 dan 2009

110 Jumlah Kenaikan (Penurunan)


Nama Perkiraan
2010 2009 Jumlah %
ASET
ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 1.277.176.465 932.612.895 344.563.570 36,94
Kas Lainnya dan Setara Kas 40.184.358 6.546.697 33.637.661 513.81
Piutang Pajak 54.008.060.540.425 49.999.727.823.996 4.008.332.716.429 8,01
Piutang Bukan Pajak 0 132.694.979 (132.694.979) (100,00)
Bagian Lancar Tagihan Tuntutan
Perbendaharaan/Tuntutan 44.721.008 53.764.428 (9.043.420) (16,82)
Uang muka belanja 23.473.296.830 31.475.685.667 (8.002.388.837) (25,42)
Persediaan 157.533.976.337 113.685.538.106 43.848.438.231 38,56
JUMLAH ASET LANCAR 54.190.429.895.423 50.146.014.666.768 4.044.415.228.655 8,06
ASET TETAP
Tanah 5.930.351.833.426 5.868.476.257.110 61.875.576.316 1,05
Peralatan dan Mesin 3.637.649.330.564 3.365.861.808.418 271.787.522.146 8,07
Gedung dan Bangunan 4.070.559.428.972 4.011.871.869.277 58.687.559.695 1,46
Jalan. Irigasi dan Jaringan 38.898.478.900 39.396.538.649 (498.059.749) (1,26)
Aset Tetap Lainnya 4.845.377.060 188.941.009.001 (184.095.631.941) (97,43)
Konstruksi Dalam Pengerjaan 370.523.105.948 257.182.867.791 113.340.238.157 44,06
JUMLAH ASET TETAP 14.052.827.554.870 13.731.730.350.246 321.097.204.624 2,33
ASET LAINNYA
Tagihan Tuntutan Perbendaharaan /
Tuntutan Ganti Rugi 89.375.000 222.122.700 (132.747.700) (59,76)
Aset Tak Berwujud 188.707.143.719 182.006.260.959 6.700.882.760 3,68
Aset Lain-lain 99.136.744.568 75.856.127.457 23.280.617.111 30,69
JUMLAH ASET LAINNYA 287.933.263.287 258.084.511.116 29.848.752.171 11,56
JUMLAH ASET 68.531.190.713.580 64.135.829.528.130 4.395.361.185.450 6,85
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang kepada Pihak Ketiga 34.057.833.871 18.736.859.944 15.320.973.927 81,76
Utang Kelebihan Pembayaran
Pendapatan 325.301.427.558 294.292.169.306 31.009.258.252 10,53
Pendapatan Diterima di Muka 11.500.000 0 11.500.000 0,00
Uang Muka dari KPPN 1.277.176.465 932.612.895 344.563.570 36,94
Pendapatan Yang Ditangguhkan 12.649.358 6.546.697 6.102.661 93,21
JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 360.660.587.252 313.968.188.842 46.692.398.410 14,87
JUMLAH KEWAJIBAN 360.660.587.252 313.968.188.842 46.692.398.410 14,87
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang 54.008.105.261.434 50.031.389.969.070 3.976.715.292.364 7,94
Cadangan Persediaan 157.533.976.337 113.685.538.106 43.848.438.231 38,56
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran Utang Jangka -359.331.726.429 -313.029.029.250 (46.302.697.179) 14,79
Barang/Jasa Yang Harus Diterima 23.473.296.829 0 23.473.296.829 0,00
Barang/Jasa Yang Harus Diserahkan -11.500.000 0 (11.500.000) 0,00

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


Jumlah Kenaikan (Penurunan)
111
Nama Perkiraan
2010 2009 Jumlah %
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 53.829.769.308.171 49.832.046.477.926 3.997.722.830.245 8,02
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 14.052.827.554.870 13.731.730.350.246 321.097.204.624 2,33
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya 287.933.263.287 258.084.511.116 29.848.752.171 11,56
JUMLAH EKUITAS DANA INVESTASI 14.340.760.818.157 13.989.814.861.362 350.945.956.795 2,50
JUMLAH EKUITAS DANA 68.170.530.126.328 63.821.861.339.288 4.348.668.787.040 6,81
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS DANA 68.531.190.713.580 64.135.829.528.130 4.395.361.185.450 6,85

Tabel Realisasi Belanja Netto Menurut Jenis Belanja Tahun Anggaran 2010

No Jenis Belanja Pagu Realisasi %


1. Belanja Pegawai 1.230.963.284.000 1.226.814.761.318 99,66
2. Belanja Barang 1.958.308.123.000 1.427.222.820.437 72,88
3. Belanja Modal 688.778.849.000 342.263.019.585 49,69
4. Jumlah (1+2+3) 3.878.050.256.000 2.996.300.601.340 77,26
5. Pembayaran Bunga Utang (SPM-IB) 0 1.321.487.211.977 -
6. Jumlah (4+5) 3.878.050.256.000 4.317.787.813.317 111,34

Tabel Realisasi Belanja Netto Menurut Jenis Belanja Tahun Anggaran 2010 dan 2009

No Jenis Belanja 2010 2009 % Naik (Turun)


1. Belanja Pegawai 1.226.814.761.318 1.115.143.378.425 10,01
2. Belanja Barang 1.427.222.820.437 1.227.887.774.568 16,23
3. Belanja Modal 342.263.019.585 648.461.556.590 (47,22)
4. Jumlah (1+2+3) 2.996.300.601.340 2.991.492.709.583 0,16
5. Pembayaran Bunga Utang (SPM-IB) 1.321.487.211.977 1.056.807.330.401 25,05
6. Jumlah (4+5) 4.317.787.813.317 4.048.300.039.984 6,66

Berkarya dengan Hati, Melangkah dengan PasTI


112

Laporan Tahunan 2010 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 4 PENEGAKAN HUKUM 58
PIMPINAN DJP 6 Pemeriksaan 59
PERISTIWA PENTING 2010 12 Penanganan Transfer Pricing 61
SELAYANG PANDANG DJP 16 Penyidikan 62
KINERJA 22 Penagihan 64
Indikator Kinerja Utama 23 EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI 68
Penerimaan Pajak 29 Ekstensifikasi 68
Prestasi Unit Kerja 32 Intensifikasi 70
KAPITA SELEKTA KEGIATAN 34 DJP DALAM PERGAULAN INTERNASIONAL 72
Penanaman Nilai-Nilai Organisasi dan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) 73
Pembangunan Budaya DJP 34 Persetujuan dan Pelaksanaan Pertukaran
Peran DJP dalam Pengalihan PBB-Perdesaan dan Informasi Perpajakan 73
Perkotaan dan BPHTB 35 Partisipasi DJP dalam Forum Internasional 74
Skema Pengembalian PPN Kepada Orang Pribadi Kegiatan Negara/Lembaga Donor 76
Pemegang Paspor Luar Negeri 37
LAYANAN, SOSIALISASI, EDUKASI, DAN 82
MANAJEMEN SUMBER DAYA APARATUR 40 KEHUMASAN
Profil SDM 40 Layanan Unggulan Perpajakan 83
Manajemen SDM 42 Layanan Penyelesaian Sengketa Pajak 83
Pengembangan Kapasitas SDM 44 Layanan Penanganan Perkara di Luar Pengadilan
Pembinaan dan Penegakan Disiplin 47 Pajak 87
Penataan Organisasi 49 Layanan Informasi dan Pengaduan Kring Pajak
Manajemen Risiko 51 500200 88

REFORMASI KEBIJAKAN PERPAJAKAN 52 Sosialisasi dan Edukasi Perpajakan 89

Ketentuan Perpajakan di Bidang KUP 52 Kehumasan 90

Ketentuan Perpajakan di Bidang PPh 53 PROSES BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN 92
KOMUNIKASI
Ketentuan Perpajakan di Bidang PPN dan PPnBM 54
Penyempurnaan Proses Bisnis 92
Ketentuan Perpajakan di Bidang PBB dan BPHTB 56
Teknologi Informasi dan Komunikasi 95
Fasilitas Perpajakan 56
DATA STATISTIK 98
TIM PENYUSUN LAPORAN TAHUNAN DJP 2010

Pengarah : Direktur Jenderal Pajak, Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak


Ketua : Kepala Bagian Organta
Materi & Naskah : Darmawan, Reko Anjariadi, Agus Kuncara, Agus Joko Purwanto, Harri Andria, Wahyu Winardi, Nugroho Hari Prasetyo,
Muh. Tunjung Nugroho, Niken Evi Suryani, Adi Prana Pribadi, Hendro Kusumo Bagaskoro, M. Dahlan Saleh,
Yudi Asmara Jaka Lelana, Eko Budihartono, Sri Marjati, Priyo Hernowo, Tetik Nurhayati, Sunarko, Mira Roosmaya Dewi
Editor : Muchamad Arifin, Olina Rizki Arizal, Jerry Fadlinsyah, I Putu Sudiana, Ali Zainal Abidin, Dhamar Fitri Setiati
Pencetakan & Distribusi : Wolly Febriend, Muslim Indra Rifai, Yuwono Aji Satyo
Sekretariat : Leonardi Chandra Wibawa, Nurmansyah, Muhammad Setiawan, Slamet Rianto, Fitri Mardiana

Anda mungkin juga menyukai