Anda di halaman 1dari 169

Laporan Kinerja

Direktorat Jenderal Pajak

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak

Rencana kerja
Capaian kinerja organisasi
Jl. Jend. Gatot Subroto No. Kav. 40 - 42 Realisasi anggaran
Senayan, Kebayoran Baru Evaluasi internal
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12190
Telp. (021) 5250208, 5251609
Laporan Kinerja
Direktorat Jenderal Pajak
Nomor 466/KMK.01/2015, serta Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Pajak
Tahun 2015-2019 sebagaimana telah
ditetapkan dalam Keputusan Direktur
Nilai Kinerja Organisasi Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ/2015.

102.63%
Jenderal Pajak Tahun 2019 mencapai
102,63%. Selama tahun 2019 Direktorat
Jenderal Pajak telah melaksanakan
Nilai Kinerja Organisasi berbagai program dan kegiatan
sebagaimana tertuang dalam Peta
Strategi Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2019 yang diterjemahkan dalam Kontrak
Kinerja Direktur Jenderal Pajak Tahun
Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat 2019 yang terdiri dari 22 Indikator
Jenderal Pajak merupakan perwujudan Kinerja Utama (IKU). LAKIN Direktorat
pertanggungjawaban atas kinerja Jenderal Pajak akan menjabarkan
pencapaian visi dan misi Direktorat perbandingan antara realisasi
SURYO UTOMO Jenderal Pajak pada Tahun Anggaran 2019. pencapaian IKU tahun 2019 dengan
Direktur Jenderal Pajak Penyusunan LAKIN Direktorat Jenderal kontrak kinerja tahun 2019, serta
Pajak mengacu pada Peraturan Pemerintah beberapa kinerja lainnya yang telah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan dicapai oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Presiden Republik Indonesia Dalam situasi dan kondisi
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem perekonomian yang fluktuatif dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dinamis, tugas pengelolaan keuangan
Peraturan Menteri Pendayagunaan negara, khususnya di bidang fiskal
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi merupakan sebuah tantangan besar.
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Walaupun demikian, Direktorat Jenderal
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Pajak senantiasa berupaya untuk
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan mengatasi segala tantangan tersebut,
Kinerja Instansi Pemerintah, Rencana sehingga tugas yang diemban dapat
Strategis Kementerian Keuangan Tahun diselesaikan sesuai dengan harapan
2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan masyarakat.
dalam Keputusan Menteri Keuangan
vi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan


atas keberhasilan atau pun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan
secara berkala (Mardiasmo, 2006:3). Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan
secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan.

Laporan Kinerja (LAKIN) merupakan 3. penyusunan norma, standar, prosedur


alat penilai kinerja secara kuantitatif dan dan kriteria di bidang perpajakan;
sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan 4. pemberian bimbingan teknis dan
tugas dan fungsi menuju terwujudnya good supervisi di bidang perpajakan;
governance, yang didasarkan pada 5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi
peraturan perundang-undangan yang dan pelaporan di bidang perpajakan;
berlaku dan kebijakan yang transparan. 6. pelaksanaan administrasi Direktorat
LAKIN DJP Tahun 2019 memiliki tujuan Jenderal Pajak; dan
utama sebagai pertanggungjawaban atas 7. pelaksanaan fungsi lain yang
pencapaian Rencana Strategis DJP tahun diberikan oleh Menteri Keuangan.
2015-2019 maupun Perjanjian Kinerja 2019.
Tugas dan fungsi DJP dilaksanakan
DJP merupakan salah satu instansi dalam pencapaian visi DJP yang
pemerintah yang mempunyai peran ditetapkan, yaitu: “Menjadi institusi
penting dalam penerimaan negara. penghimpun penerimaan negara yang
Organisasi DJP memiliki jumlah kantor terbaik demi menjamin kedaulatan dan
operasional lebih dari 500 unit kantor dan kemandirian negara” dengan
lebih dari 45.000 pegawai yang tersebar di memperhatikan misi DJP yaitu “Menjamin
seluruh penjuru tanah air. DJP merupakan penyelenggaraan negara yang berdaulat
Unit Eselon I terbesar di Kementerian dan mandiri dengan:
Keuangan. • mengumpulkan penerimaan
berdasarkan kepatuhan pajak
LAKIN DJP merupakan perwujudan sukarela yang tinggi dan
tugas sebagai perumus dan pelaksana penegakan hukum yang adil;
kebijakan dan standardisasi teknis di • pelayanan berbasis teknologi
bidang perpajakan, dalam modern untuk kemudahan
penyelenggaraan fungsi : pemenuhan kewajiban perpajakan;
1. perumusan kebijakan di bidang • aparatur pajak yang berintegritas,
perpajakan; kompeten, dan profesional; dan
2. pelaksanaan kebijakan di bidang • kompensasi yang kompetitif
perpajakan; berbasis sistem manajemen
kinerja.

LAPORAN KINERJA
vii

Seiring dengan berjalannya reformasi birokrasi, DJP menerapkan sistem Balance


Scorecard (BSC) sebagai alat manajemen kinerja. Pengukuran kinerja dalam BSC
merupakan hasil suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
telah diidentifikasikan untuk tercapainya sasaran strategis dan tujuan organisasi ditetapkan
dalam Kontrak Kinerja. Penjabaran Sasaran Strategis DJP tahun 2019 yang terbagi menjadi
empat perspektif terlihat pada tabel berikut:

Tabel Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kemenkeu-One
Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2019

Sasaran Strategis Kode IKU Uraian IKU

Stakeholder Perspective
Penerimaan pajak negara yang 1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak
optimal

Customer Perspective
Pelayanan publik yang prima 2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJP
Kepatuhan wajib pajak yang 3a-CP Persentase kepatuhan WP Badan dan OP
tinggi Non Karyawan
3a1-CP Persentase tingkat kepatuhan formal WP
Badan dan OP Non Karyawan
3a2-CP Persentase WP Badan dan OP Non
Karyawan yang melakukan pembayaran

Internal Process Perspective


Perumusan kebijakan yang 4a-N Indeks efektivitas peraturan perpajakan
berkualitas
Penyuluhan, pelayanan dan 5a-N Persentase efektivitas kegiatan
kehumasan yang efektif penyuluhan
5b-N Persentase tindak lanjut pengaduan
pelayanan perpajakan tepat waktu
5c-N Tingkat efektivitas kehumasan
Ekstensifikasi perpajakan yang 6a-N Persentase WP baru hasil ekstensifikasi
optimal yang melakukan pembayaran
Pengawasan wajib pajak yang 7a-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan joint
efektif program
7b-N Persentase penyelesaian permintaan
penjelasan atas data dan/atau keterangan
Pemeriksaan dan penagihan 8a-N Persentase penyelesaian pemeriksaan
yang efektif 8b-N Persentase pencairan piutang pajak
Penyidikan yang efektif 9a-N Persentase hasil penyidikan yang telah
dinyatakan lengkap oleh kejaksaan (P21)

LAPORAN KINERJA
viii

Penangangan putusan 10a-N Persentase jumlah putusan yang


banding/gugatan WP yang mempertahankan objek banding/gugatan di
optimal pengadilan pajak
Pengendalian mutu yang efektif 11a-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah
ditindaklanjuti
Data perpajakan yang optimal 12a-N Persentase data eksternal teridentifikasi

Learning and Growth Perspective


SDM yang kompeten 13a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan
13b-N Persentase proses penempatan talent
pada jabatan target
Organisasi yang fit for purpose 14a-CP Indeks Integritas Organsasi
14a1-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap
kriteria ZI WBK
14a2-CP Indeks Persepsi Integritas
14b-CP Persentase penyelesaian program
Transformasi Digital
Sistem manajemen informasi 15a-CP Tingkat downtime sistem TIK
yang andal
Pengelolaan anggaran yang 16a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran
berkualitas

Target Indikator Kinerja Utama (IKU) DJP Tahun 2019 sebagaimana tertuang dalam
dokumen Kontrak Kinerja Direktur Jenderal Pajak Tahun 2019 Nomor: 3/KK/2019 sebagian
besar tercapai dengan baik. Dari 16 Sasaran Strategis dan 22 IKU Kemenkeu-One DJP,
sebanyak 20 IKU berstatus hijau dan 2 IKU berstatus kuning serta tidak terdapat IKU
berstatus merah.

LAPORAN KINERJA
ix

Secara rinci data target dan realisasi IKU Kemenkeu-One DJP tahun 2019 dapat
disajikan sebagaimana tabel berikut:
Tabel Target dan Realisasi IKU Kemenkeu-One Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2019

Kode Sasaran Strategis/ Indeks


Target Realisasi
SS/IKU Indikator Kinerja Utama Capaian
Stakeholder Perspective (25%) 21,11%
1 Penerimaan pajak negara yang optimal 84,44%
1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak 100 % 84,44% 84,44%
Customer Perspective (15%) 15,54%
2 Pelayanan publik yang prima 103,73%
2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJP 4,29 4,45 103,73%
3 Kepatuhan wajib pajak yang tinggi 103,47%
3a-CP Persentase kepatuhan WP Badan dan OP Non 60% 62,08% 103,47%
Karyawan
3a1-CP Persentase tingkat kepatuhan formal WP 70% 72,52% 103,60%
Badan dan OP Non Karyawan
3a2-CP Persentase WP Badan dan OP Non Karyawan 50% 51,64% 103,28%
yang melakukan pembayaran
Internal Process Perspective (30%) 32,98%
4 Perumusan kebijakan yang berkualitas 104,51%
4a-N Indeks efektivitas peraturan perpajakan 8,2 8,57 104,51%
5 Penyuluhan, pelayanan dan kehumasan yang efektif 113,26%
5a-N Persentase efektivitas kegiatan penyuluhan 65% 84,74% 120%
5b-N Persentase tindak lanjut pengaduan 85% 100% 117,65%
pelayanan perpajakan tepat waktu
5c-N Tingkat efektivitas kehumasan 80 85,82 107,28%
6 Ekstensifikasi perpajakan yang optimal 109,79%
6a-N Persentase WP baru hasil ekstensifikasi yang 100% 109,79% 109,79%
melakukan pembayaran
7 Pengawasan wajib pajak yang efektif 112,83%
7a-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan joint 80% 84,52% 105,65%
program
7b-N Persentase penyelesaian permintaan 100% 131,20% 120%
penjelasan atas data dan/atau keterangan
8 Pemeriksaan dan penagihan yang efektif 117,98%
8a-N Persentase penyelesaian pemeriksaan 100% 115,96% 115,96%
8b-N Persentase pencairan piutang pajak 75% 94,84% 120%
9 Penyidikan yang efektif 120%
9a-N Persentase hasil penyidikan yang telah 65% 107,46% 120%
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)
10 Penanganan putusan banding/gugatan WP yang optimal 98,88%

LAPORAN KINERJA
x

Kode Sasaran Strategis/ Indeks


Target Realisasi
SS/IKU Indikator Kinerja Utama Capaian
10a-N Persentase jumlah putusan yang 41% 40,54% 98,88%
mempertahankan objek banding/gugatan di
pengadilan pajak
11 Pengendalian mutu yang efektif 106,14%
11a-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah 90% 95,53% 106,14%
ditindaklanjuti
12 Data perpajakan yang optimal 105,92%
12a-N Persentase data eksternal teridentifikasi 65% 68,85% 105,92%
Learning and Growth Perspective (30%) 33,00%
13 SDM yang kompeten 103,64%
13a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi 94% 94,97% 101,03%
standar kompetensi jabatan
13b-N Persentase proses penempatan talent pada 80% 85% 106,25%
jabatan target
14 Organisasi yang fit for purpose 116,39%
14a-CP Indeks Integritas Organisasi 92,5 104,32 112,78%
14a1-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap 100
kriteria ZI WBK (30
124,16% 120%
unit
kerja)
14a2-CP Indeks Persepsi Integritas 85 88,3 104,27%
14b-CP Persentase penyelesaian program
80% 97,56% 120%
Transformasi Digital
15 Sistem manajemen informasi yang andal 120%
15a-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,10% 0,0031% 120%
16 Pengelolaan anggaran yang berkualitas 100,03%
16a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 95,03% 100,03%
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 102,63%

DJP selau mendorong inovasi dan terobosan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pelayanan baik di internal maupun eksternal. Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak
juga dijadikan referensi terhadap beberapa manjemen yang dikembangkan untuk dapat
diterapkan di beberapa kementerian. Keberhasilan DJP tahun 2019 juga ditunjukkan dari
beberapa achievement dan penghargaan, diantaranya adalah Platinum Medal of Asia Pacific
Contact Center Manager Award, First Runner Up The Best CCI 2019.

Hasil evaluasi berupa rekomendasi dari Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan


dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi atas
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) menjadi dasar
pertimbangan untuk perbaikan kebijakan, proses bisnis dan manajemen sistem terkait
pengelolaan kinerja.

LAPORAN KINERJA
1

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ 1
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 5
Latar Belakang ................................................................................................................................. 7
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi DJP............................................................................................... 8
Peran Strategis ................................................................................................................................ 9
Struktur Organisasi DJP ............................................................................................................... 10
Sistematika Pelaporan .................................................................................................................. 14
BAB II PERENCANAAN KINERJA .................................................................................................... 15
Rencana Strategis .......................................................................................................................... 17
Prioritas Nasional dan Proyek Unggulan ................................................................................... 22
Refinement Kontrak Kinerja ......................................................................................................... 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................................................. 33
Capaian Kinerja Organisasi .......................................................................................................... 35
Realisasi Anggaran ...................................................................................................................... 137
Evaluasi ......................................................................................................................................... 153
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 155
Galeri Foto ..................................................................................................................................... 162
Lampiran ....................................................................................................................................... 165

LAPORAN KINERJA
2

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Destination Statement Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019 ......................... 18


Tabel 2. 2 Penjabaran Sasaran Strategis ....................................................................................... 19
Tabel 2. 3 Proyek Pendukung Prioritas Nasional 2019 ................................................................. 22
Tabel 2. 4 Proyek Unggulan DJP ...................................................................................................... 23
Tabel 2. 5 Perbandingan Target IKU tahun 2018 dan 2019 ............................................................ 28
Tabel 2. 6 Keterkaitan IKU pada Renstra, Renja dan Kontrak Kinerja DJP ............................... 30

Tabel 3. 1 Nilai Kinerja Organisasi Direktorat Jenderal Pajak .................................................... 34


Tabel 3. 2 Perbandingan Capaian IKU 2017 s.d. 2019 ..................................................................... 38
Tabel 3. 3 Perbandingan Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Target Jangka
Menengah .......................................................................................................................... 38
Tabel 3. 4 Jenis Layanan ................................................................................................................... 44
Tabel 3. 5 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019........................................................ 46
Tabel 3. 6 Perbandingan Hasil Survei tahun 2018 dan 2019 ......................................................... 47
Tabel 3. 7 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019 ........................................................ 52
Tabel 3. 8 Tabel Rekapitulasi Penghitungan Survei Efektivitas Peraturan tahun 2019 ........... 56
Tabel 3. 9 Perbandingan Target dan Realisasi IKU tahun 2018 dan 2019 ................................... 59
Tabel 3. 10 Komposisi SDM ............................................................................................................... 62
Tabel 3. 11 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019 ....................................................... 63
Tabel 3. 12 Jumlah Peserta Penyuluhan 2017-2019 ....................................................................... 64
Tabel 3. 13 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019 ...................................................... 67
Tabel 3. 14 Perbandingan Realisasi IKU 2017 s.d. 2019 ................................................................. 70
Tabel 3. 15 Daftar Rekapitulasi Tingkat Efektivitas Kehumasan per Kantor Wilayah: ............. 71
Tabel 3. 16 Rincian Perhitungan Realisasi ...................................................................................... 73
Tabel 3. 17 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019 ........................................................................ 74
.Tabel 3. 18 Perhitungan Realisasi IKU Joint Program 2019 ........................................................ 77
Tabel 3. 19 Rincian Realisasi Komponen Joint Audit ..................................................................... 79
Tabel 3. 20 Capaian Tagihan Joint Audit 2018 ................................................................................ 80
Tabel 3. 21 Target, Realisasi, dan Capaian Joint Audit 2016-2019................................................ 80
Tabel 3. 22 36 Penugasan LJA .......................................................................................................... 80
Tabel 3. 23 Rincian Realisasi Komponen Joint Investigasi .......................................................... 81
Tabel 3. 24 Capaian Effort Joint Investigasi 2019 .......................................................................... 82
Tabel 3. 25 Laporan Joint Investigasi .............................................................................................. 82
Tabel 3. 26 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019 ....................................................................... 83
Tabel 3. 27 Perbandingan Target IKU dengan Target Jangka Menengah................................... 84
Tabel 3. 28 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019 ..................................................... 88
Tabel 3. 29 Rencana Aksi .................................................................................................................. 88
Tabel 3. 30 Target, Realisasi dan Capaian Persentase Penyelesaian Pemeriksaan ............... 89
Tabel 3. 31 Target IKU Persentase Pencairan Piutang Pajak Tahun 2015-2019 ........................ 91
Tabel 3. 32 Perkembangan Capaian IKU Persentase Pencairan Piutang Pajak ....................... 92
Tabel 3. 33 Rencana Aksi .................................................................................................................. 95
Tabel 3. 34 Komposisi SDM .............................................................................................................. 99
Tabel 3. 35 Rincian Pelaksanaan Anggaran ................................................................................. 100
Tabel 3. 36 Perbandingan Realisasi IKU 2017 s.d. 2019 ............................................................... 101

LAPORAN KINERJA
3

Tabel 3. 37 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2017 - 2019 ....................................................... 105


Tabel 3. 38 Rencana Aksi ................................................................................................................ 105
Tabel 3. 39 Perbandingan Realisasi IKU 2016-2018 ..................................................................... 109
Tabel 3. 40 Perbandingan Realisasi IKU 2018 dan 2019 .............................................................. 110
Tabel 3. 41 Rencana Aksi ................................................................................................................. 110
Tabel 3. 42 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019 ..................................................................... 113
Tabel 3. 43 Rencana Aksi ................................................................................................................ 114
Tabel 3. 44 Rincian Realisasi IKU 2019.......................................................................................... 117
Tabel 3. 45 Rencana Aksi ................................................................................................................ 118
Tabel 3. 46 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019 ..................................................................... 127
Tabel 3. 47 Perbandingan Realisasi IKU dengan Target Jangka Menengah ........................... 128
Tabel 3. 48 Rincian Realisasi per triwulan ................................................................................... 130
Tabel 3. 49 Tabel Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017-2019 ............................................... 136
Tabel 3. 50 Rincian Realisasi per Jenis Belanja .......................................................................... 136
Tabel 3. 51 Realisasi Anggaran berdasarkan Program dan Kegiatan tahun 2019 .................. 137

LAPORAN KINERJA
4

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 3. 1 11 Aspek Layanan .......................................................................................................... 43

Grafik 3. 1 NKO DJP 2015-2019.......................................................................................................... 35


Grafik 3. 2 Persentase Perbandingan Capaian IKU....................................................................... 35
Grafik 3. 3 Data Responden Menurut Klasifikasi Umur ................................................................ 44
Grafik 3. 4 Indeks Kepuasan Layanan DJP per Kota .................................................................... 45
Grafik 3. 5 Profil Responden Survei ................................................................................................ 55
Grafik 3. 6 Hasil Survei Efektivitas Peraturan tahun 2019 ........................................................... 57
Grafik 3. 7 Perbandingan Realisasi Penyerapan terhadap Pagu Anggaran 2018 dan 2019... 137

LAPORAN KINERJA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tugas dan Fungsi
Peran Strategis
Struktur Organisasi
Sistematika Pelaporan

BAB 01
FREEPIK.COM
7

Latar Belakang

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menjelaskan fokus APBN 2019 adalah
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Indonesia memiliki peluang untuk keluar dari
negara berpenghasilan menengah (middle income trap) dengan memperhatikan tiga kendala.
Pertama pembangunan infrastruktur, kedua SDM, dan ketiga penguatan institusi. Untuk dapat
mendukung strategi pemerintah tersebut, reformasi keuangan negara di bidang pendapatan
diarahkan agar dapat memperkuat dan memperluas basis penerimaan negara untuk
mendukung kemandirian APBN. Sumber: www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Keuangan, maka setiap instansi di


merupakan instansi pemerintah setingkat lingkungan Kementerian Keuangan
eselon I di lingkungan Kementerian diwajibkan untuk membuat pelaporan
Keuangan yang melaksanakan tugas kinerja sebagaimana diatur dalam
dalam perumusan dan melaksanakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
kebijakan dan standardisasi teknis di 239/PMK.09/2016 tentang Evaluasi atas
bidang perpajakan di Indonesia. Sebagai Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
instansi pemerintah yang melaksanakan Instansi Pemerintah di Lingkungan
tugas di bidang administrasi perpajakan, Kementerian Keuangan.
Direktorat Jenderal Pajak mengemban Laporan ini merupakan laporan
tugas untuk mengamankan Anggaran berkala yang disusun DJP sebagai wujud
Pendapatan dan Belanja Negara terutama pertanggungjawaban dan akuntabilitas
pada sektor penerimaan perpajakan. kepada seluruh stakeholder. Penyusunan
Upaya peningkatan tax ratio di tahun Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat
2019 diupayakan oleh Pemerintah dengan Jenderal Pajak mengacu pada Peraturan
tetap mempertimbangkan kapasitas Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
perekonomian nasional dan Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
perkembangan usaha mikro, kecil, dan Pemerintah, Peraturan Presiden Republik
menengah (UMKM). Di samping itu, Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang
pemberian insentif fiskal untuk kegiatan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
ekonomi strategis akan Pemerintah, dan Peraturan Menteri
diimplementasikan oleh Pemerintah untuk Pendayagunaan Aparatur Negara dan
mengakselerasi kegiatan investasi dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
ekspor yang dapat mendorong tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
peningkatan pendapatan negara. Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Komposisi Penerimaan Perpajakan pada Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
postur Pendapatan Negara mencapai Pemerintah, Rencana Strategis
Rp1.577,56 triliun berdasarkan APBN Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019
Tahun 2019. sebagaimana telah ditetapkan dalam
Dalam rangka pertanggungjawaban Keputusan Menteri Keuangan Nomor
pencapaian kinerja dan pelaksanaan 466/KMK.01/2015, serta Rencana Strategis
anggaran suatu instansi pemerintah, serta Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019
untuk mewujudkan tata kelola sebagaimana telah ditetapkan dalam
pemerintahan yang baik (good Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
governance) di lingkungan Kementerian 95/PJ/2019.

LAPORAN KINERJA
8

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi DJP

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.01/2019 tentang Perubahan


Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, maka kedudukan, tugas dan fungsi DJP adalah sebagai berikut.

1. Kedudukan
Direktorat Jenderal Pajak dipimpin oleh Direktur Jenderal Pajak yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

2. Tugas Pokok
Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, DJP menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang perpajakan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perpajakan;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perpajakan;
f. pelaksanaan administrasi DJP; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

LAPORAN KINERJA
9

Peran Strategis

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang


berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan, dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan ke depan.
Kesembilan agenda prioritas disebut Nawa Cita. Agenda Pembangunan Nasional (Nawa Cita)
yang terkait dengan tugas dan fungsi DJP adalah Nawa Cita (7). “Mewujudkan Kemandirian
Ekonomi dengan Menggerakkan Sektor-Sektor Strategis Ekonomi Domestik.”

Gambar 1.1 Grafik 1 Porsi Penerimaan Perpajakan pada APBN

Sumber: Nota Keuangan APBN 2019


Pada tahun 2019, asumsi dasar Peran penerimaan negara pada sektor
ekonomi makro mengalami dinamika yang perpajakan semakin penting dan strategis
disebabkan oleh beberapa aspek. Secara dalam menunjang kemandirian
lebih rinci, dalam ceteris paribus dapat pembiayaan negara. Hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut: disebabkan oleh menurunnya peran
1. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh penerimaan negara dari sektor minyak
pada pendapatan negara. Meningkatnya dan gas bumi. Lifting migas secara spesifik
aktivitas ekonomi mempengaruhi mempengaruhi beberapa komponen
penerimaan perpajakan, diantaranya Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam
Pajak Penghasilan (badan usaha APBN. Saat ini DJP berperan dalam
maupun orang pribadi), Pajak menghimpun penerimaan sebesar lebih
Pertambahan Nilai (PPN), cukai, serta dari 70% (persen) dari total penerimaan
pajak perdagangan Internasional. dalam negeri. (Sumber: kemenkeu.go.id/
2. Kenaikan tingkat inflasi berpengaruh bukuinformasi APBN 2019)
pada penerimaan negara dari PPh DJP memiliki tugas dalam
nonmigas, PPN, PBB, dan pajak lainnya. merumuskan dan melaksanakan
3. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap kebijakan dan standardisasi teknis di
dolar Amerika Serikat berpengaruh bidang perpajakan. Tugas yang diemban
pada sisi pendapatan PPh migas dan DJP tersebut membuat DJP berperan
penerimaan pajak perdagangan besar dalam pelaksanaan pemerintahan.
internasional.

LAPORAN KINERJA
10

Struktur Organisasi DJP

Organisasi DJP terdiri dari unit Kantor Pusat, unit Kantor Operasional, dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT). Kantor Pusat terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat,
dan jabatan Tenaga Pengkaji. Unit kantor operasional terdiri dari Kantor Wilayah DJP (Kanwil
DJP), Kantor Pelayanan Pajak (KPP), dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP).

DJP, dengan jumlah kantor 4. Direktorat Pemeriksaan dan


operasional lebih dari 500 unit dan jumlah Penagihan, merumuskan serta
pegawai lebih dari 45.000 orang yang melaksanakan kebijakan dan
tersebar di seluruh penjuru nusantara, standardisasi teknis di bidang
merupakan organisasi terbesar dalam pemeriksaan dan penagihan
lingkup Kementerian Keuangan. Segenap perpajakan.
sumber daya yang ada tersebut 5. Direktorat Penegakan Hukum,
diberdayakan untuk melaksanakan merumuskan serta melaksanakan
pengamanan penerimaan pajak yang kebijakan dan standardisasi teknis di
beban setiap tahunnya semakin bidang penegakan hukum
bertambah. perpajakan.
6. Direktorat Ekstensifikasi dan
Organisasi Kantor Pusat DJP terdiri Penilaian, merumuskan serta
atas Sekretariat Direktorat Jenderal, melaksanakan kebijakan dan
Direktorat, dan Tenaga Pengkaji setara standardisasi teknis bidang
Pejabat Eselon II. Adapun tugas unit dan ekstensifikasi dan penilaian
jabatan yang ada di Kantor Pusat DJP perpajakan.
adalah sebagai berikut. 7. Direktorat Keberatan dan Banding,
1. Sekretariat Direktorat Jenderal, merumuskan dan melaksanakan
melaksanakan koordinasi kebijakan dan standardisasi di
pelaksanaan tugas serta pembinaan bidang keberatan dan banding.
dan pemberian dukungan administrasi 8. Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
kepada semua unsur di lingkungan Penerimaan, merumuskan serta
DJP. melaksanakan kebijakan dan
2. Direktorat Peraturan Perpajakan I, standardisasi di bidang potensi,
merumuskan serta melaksanakan kepatuhan, dan penerimaan.
kebijakan dan standardisasi teknis di 9. Direktorat Penyuluhan,
bidang peraturan KUP, Penagihan Pelayanan,dan Hubungan
Pajak dengan Surat Paksa, PPN, Masyarakat, merumuskan serta
PPnBM, PTLL, dan PBB. melaksanakan kebijakan dan
3. Direktorat Peraturan Perpajakan II, standardisasi teknis di bidang
merumuskan serta melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan
kebijakan dan standardisasi teknis di hubungan masyarakat.
bidang peraturan PPh, advokasi, 10. Direktorat Data dan Informasi
pemberian bimbingan dan Perpajakan, merumuskan serta
pelaksanaan advokasi, dan melaksanakan kebijakan dan
harmonisasi peraturan perpajakan.

LAPORAN KINERJA
11

standardisasi teknis di bidang data penertiban sumber daya manusia,


dan informasi perpajakan. serta memberikan penalaran
11. Direktorat Kepatuhan Internal dan pemecahan konsepsional secara
Transformasi Sumber Daya Aparatur, keahlian.
merumuskan serta melaksanakan 19. Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan
kebijakan dan standardisasi Perpajakan, mengkaji dan menelaah
kepatuhan internal dan transformasi masalah di bidang pelayanan
sumber daya aparatur. perpajakan, serta memberikan
12. Direktorat Teknologi Informasi dan penalaran pemecahan konsepsional
Komunikasi, merumuskan serta secara keahlian.
melaksanakan kebijakan dan
standardisasi teknis di bidang DJP memiliki Kantor Wilayah yang
teknologi informasi dan komunikasi. tersebar di seluruh Indonesia. Tugas unit
13. Direktorat Transformasi Proses Kanwil DJP adalah melaksanakan
Bisnis, merumuskan serta koordinasi, bimbingan teknis,
melaksanakan kebijakan dan pengendalian, analisis, dan evaluasi, serta
standardisasi teknis di bidang penjabaran kebijakan serta pelaksanaan
transformasi proses bisnis. tugas di bidang perpajakan berdasarkan
14. Direktorat Perpajakan Internasional, perundang-undangan.
merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di Direktorat Jenderal Pajak
bidang perpajakan internasional. melakukan pemecahan wilayah kerja
15. Direktorat Intelijen Perpajakan, sesuai KEP-167/PJ/2018 tentang Penera-
merumuskan serta melaksanakan pan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai
kebijakan dan standardisasi teknis di Operasi (SMO) Instansi Vertikal DJP pada
bidang intelijen perpajakan. tanggal 1 Oktober 2018, sehingga total
16. Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi seluruh Kanwil DJP adalah 34 unit. Unit ini
dan Intensifikasi Pajak, mengkaji dan dapat dibedakan atas:
menelaah masalah di bidang 1. Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan
ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, Kanwil DJP Jakarta Khusus yang
serta memberikan penalaran berlokasi di Jakarta; dan
pemecahan konsepsional secara 2. Kanwil DJP selain Kanwil DJP Wajib
keahlian. Pajak Besar dan Kanwil DJP Jakarta
17. Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan Khusus yang lokasinya tersebar di
dan Penegakan Hukum Perpajakan, seluruh wilayah Indonesia.
mengkaji dan menelaah masalah di
bidang pengawasan dan penegakan Sebagai perpanjangan tangan kantor
hukum perpajakan, serta memberikan wilayah, DJP memiliki total 352 unit KPP.
penalaran pemecahan konsepsional Unit KPP mempunyai tugas melaksanakan
secara keahlian. penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan
18. Tenaga Pengkaji Bidang Pembinaan kepada wajib pajak. KPP dapat dibedakan
dan Penertiban Sumber Daya berdasarkan segmentasi wajib pajak dan
Manusia, mengkaji dan menelaah wilayah yang diadministrasikannya, yaitu:
masalah di bidang pembinaan dan

LAPORAN KINERJA
12

1. KPP Wajib Pajak Besar, khusus mengadministrasikan wajib pajak besar nasional;
2. KPP Madya, khusus mengadministrasikan wajib pajak besar regional dan wajib pajak
besar khusus yang meliputi badan dan orang asing, penanaman modal asing, serta
perusahaan masuk bursa; dan
3. KPP Pratama, menangani Wajib Pajak lokasi.
Untuk menjangkau masyarakat yang berada di daerah terpencil (remote) yang tidak
terjangkau oleh KPP, maka pelaksanaan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan
dilaksanakan oleh unit Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).
Jumlah KP2KP yang tersebar diseluruh Indonesia sebanyak 204 unit.
Selain unit kantor pelayanan, DJP juga memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT). Unit
Pelaksana Teknis (UPT) terdiri atas:
1. Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP) setingkat Eselon II;
2. Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (KPDDP) Makassar;
3. Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (KPDDP) Jambi;
4. Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan (KLIP).

LAPORAN KINERJA
13

Struktur Organisasi DJP


Direktur Jenderal

Sekretariat Direktorat Jenderal Tenaga Pengkaji


• Bidang Pelayanan Perpajakan
• Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Perpajakan
• Bidang Pengawasan dan Penegakan Hukum
Perpajakan
• Bidang Pembinaan dan Penertiban SDM

Direktorat Kantor Wilayah Unit Pelaksana Teknis


• Kanwil DJP Wajib Pajak Besar
• Direktorat Peraturan • Pusat Pengolahan Data dan
• Kanwil DJP Jakarta Khusus
Perpajakan I Dokumen Perpajakan
• Kanwil DJP Aceh
• Direktorat Peraturan • Kanwil DJP Sumatera Utara I (PPDDP)
Perpajakan II • Kanwil DJP Sumatera Utara II • Kantor Pengolahan Data
• Direktorat Pemeriksaan & • Kanwil DJP Riau dan Dokumen Perpajakan
• Kanwil DJP Kepulauan Riau
Penagihan (KPDDP) Makassar
• Kanwil DJP Sumatera Barat & Jambi
• Direktorat Penegakan Hukum • Kantor Pengolahan Data
• Kanwil DJP Sumatera Selatan &
• Direktorat Ekstensifikasi & Kepulauan Bangka Belitung dan Dokumen Perpajakan
Penilaian • Kanwil DJP Bangkulu & Lampung (KPDDP) Jambi
• Kanwil DJP Banten
• Direktorat Keberatan & • Kantor Layanan Informasi
• Kanwil DJP Jakarta Pusat
Banding dan Pengaduan (KLIP)
• Kanwil DJP Jakarta Utara
• Direktorat Potensi, • Kanwil DJP Jakarta Barat
Kepatuhan, dan Penerimaan • Kanwil DJP Jakarta Timur

• Direktorat Penyuluhan, • Kanwil DJP Jakarta Selatan I


• Kanwil DJP Jakarta Selatan II
Pelayanan, dan Hubungan
• Kanwil DJP Jawa Barat I
Masyarakat • Kanwil DJP Jawa Barat II
• Direktorat Data dan Informasi • Kanwil DJP Jawa Barat III

Perpajakan • Kanwil DJP Jawa Tengah I


• Kanwil DJP Jawa Tengah II
• Direktorat Kepatuhan Internal
• Kanwil DJP DI Yogyakarta
dan Transformasi Sumber
• Kanwil DJP Jawa Timur I
Daya Aparatur • Kanwil DJP Jawa Timur II
• Direktorat Teknologi informasi • Kanwil DJP Jawa Timur III
• Kanwil DJP Kalimantan Barat
dan Komunikasi
• Kanwil DJP Kalimantan Selatan & Tengah
• Direktorat Transformasi
• Kanwil DJP Kalimantan Timur dan Utara
Proses Bisnis • Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat, dan
• Direktorat Perpajakan Tenggara

Internasional • Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah,


Gorontalo, dan Maluku Utara
• Direktorat Intelijen
• Kanwil DJP Bali
Perpajakan • Kanwil DJP Nusa Tenggara
• Kanwil DJP Papua & Maluku

Kantor Pelayanan Pajak

KP2KP

LAPORAN KINERJA
14

Sistematika Pelaporan

Sistematika penyajian LAKIN Direktorat Jenderal Pajak tahun 2019 adalah sebagai
berikut:

Ringkasan Eksekutif, yang menguraikan B. Realisasi Anggaran


secara singkat tentang tujuan dan sasaran Pada Sub Bab ini diuraikan realisasi
yang akan dicapai beserta hasil anggaran yang digunakan dan yang telah
capaiannya. digunakan untuk mewujudkan kinerja
organisasi sesuai dengan dokumen
Bab I. Pendahuluan Perjanjian Kinerja.
Pada Bab ini diuraikan secara singkat
tentang latar belakang penyusunan LAKIN; C. Kinerja Lain-Lain
kedudukan, tugas, dan fungsi DJP; peran Pada Sub Bab ini diuraikan inisiatif,
strategis; struktur organisasi DJP; serta inovasi, penghargaan/hadiah/award,
sistematika pelaporan. achievement, DJP .

Bab II. Perencanaan Kinerja D. Evaluasi


Pada Bab ini diuraikan penjelasan rinci Pada Sub Bab ini diuraikan evaluasi
mengenai rencana strategis, prioritas internal atas pelaksanaan rencana
nasional serta perencanaan kinerja dan strategis, program, kegiatan, dan
penetapan kinerja. Selain itu, juga anggaran. Selain itu diuraikan juga
diuraikan pelaksanaan refinement pelaksanaan reviu pengelolaan kinerja
Kontrak Kinerja Kemenkeu-One tahun dan evaluasi implementasi SAKIP di
2019 dan pengukuran kinerja organisasi. lingkungan DJP.

Bab III. Akuntabilitas Kinerja Bab IV. Penutup


A. Capaian Kinerja Organisasi Pada Bab ini diuraikan tentang
Pada Sub Bab ini disajikan capaian kinerja keberhasilan dan kegagalan pencapaian
organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran yang ditetapkan, permasalahan
sasaran strategis organisasi sesuai dan kendala, serta strategi pemecahan
dengan hasil pengukuran kinerja langkah-langkah perbaikan untuk tahun
organisasi. mendatang.

Lampiran
Galeri foto Kegiatan Pengelolaan Kinerja

LAPORAN KINERJA
PERENCANAAN
KINERJA
Rencana Strategis
Prioritas Nasional
Rencana Kerja Tahun 2019
Refinement Kontrak Kinerja Tahun 2019
Pengukuran Kinerja

BAB 02
FREEPIK.COM
17

Rencana Strategis

Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan unit organisasi


sebagai bentuk penjabaran tugas pokok dan fungsi dari organisasi. Renstra DJP disusun
untuk jangka menengah (periode lima tahun). Renstra DJP Tahun 2015-2019 memuat visi,
misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, serta target kinerja dan kerangka pendanaan DJP untuk tahun 2015-2019.

Penyusunan Renstra Tahun DJP


2015-2019 mengacu pada 1. Visi Direktorat Jenderal Pajak
dokumen-dokumen perencanaan di level
Kementerian Keuangan dan Nasional, Sesuai Rencana Strategis Direktorat
meliputi Rencana Pembangunan Jangka Jenderal Pajak Tahun 2015-2019, Visi
Menengah Nasional Tahun 2015-2019, DJP adalah “Menjadi Institusi
Rencana Strategis Kementerian Keuangan Penghimpun Penerimaan Negara
Tahun 2015-2019, Rencana Strategis DJP yang Terbaik demi Menjamin
Tahun 2015-2019. Sesuai dengan tugas dan Kedaulatan dan Kemandirian
fungsi DJP yang mendukung pencapaian Negara”.
Nawacita Nasional khususnya tema serta
arah kebijakan dan strategi nasional pada Kalimat Visi DJP berupaya
Nawacita VII, yaitu “Program peningkatan mendukung Visi Pemerintah
dan pengamanan penerimaan pajak”. berdasarkan Nawa Cita yaitu
“Terwujudnya Indonesia yang
Secara umum Renstra DJP Tahun Berdaulat, Mandiri, dan
2015-2019 memuat: Berkepribadian Berlandaskan
1) Profil DJP; Gotong Royong”. Kalimat visi dalam
2) Visi dan Misi DJP serta Renstra DJP tersebut menegaskan
Nilai-nilai Kementerian bahwa segala strategi yang
Keuangan; dituangkan dalam dokumen Renstra
3) Arah Kebijakan Kementerian DJP ditujukan untuk mensukseskan
Keuangan; Visi dan Misi Pemerintah.
4) Arah Kebijakan DJP;
5) Tujuan dan Destination 2. Misi Direktorat Jenderal Pajak
Statement DJP;
6) Sasaran Strategis dan Indikator Misi merupakan jalan yang
Utama; ditentukan untuk menuju masa
7) Inisiatif Strategis dan Program depan. Misi DJP menunjukkan
Strategis; mengapa DJP diperlukan di
8) Kerangka Regulasi, Kerangka Indonesia serta apa yang dilakukan
Kelembagaan, dan Kerangka oleh DJP sesuai dengan bidang
Pendanaan; dan tugasnya.
9) Lembaran Strategis. Sesuai dengan tugas dan fungsi DJP,
Misi DJP adalah:

LAPORAN KINERJA
18

” Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:


• mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang
tinggi dan penegakan hukum yang adil;
• pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan
kewajiban perpajakan;
• aparatur pajak yang berintegritas, kompeten, dan profesional; dan
• kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja”.

Untuk mencapai visi dan melaksanakan misi tersebut di atas, ditetapkanlah


tujuan, sasaran strategis, inisiatif strategis dan program strategis.

3. Penetapan Tujuan, Sasaran, dan Inisiatif


Tujuan yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana juga
diamanatkan dalam Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2015-2019 adalah
optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan. Tujuan ini
kemudian dituangkan dalam Destination Statement Direktorat Jenderal Pajak Tahun
2015-2019 sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Destination Statement Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2015-2019

Indikator 2015 2016 2017 2018 2019


Tax Ratio* 13,2% 14,2% 14,6% 15,2% 16%
Penerimaan 1.294 T 1.512 T 1.737 T 2.007 T 2.329 T
Pajak
SPT melalui 2 Juta 7 Juta 14 Juta 18 Juta 24 Juta
e-Filing
Jumlah WP 32 Juta 36 Juta 40 Juta 42 Juta 44 Juta
terdaftar
* termasuk 1% pajak daerah
Sumber : Rencana Strategis DJP, Salinan KEP-95/PJ/2015

DJP menetapkan Arah Kebijakan Tahun 2015-2019 sebagai berikut:


• Tahun 2015 : Pembinaan Wajib Pajak;
• Tahun 2016 : Penegakan Hukum;
• Tahun 2017 : Rekonsiliasi;
• Tahun 2018 : Sinergi Instansi Pemerintah, Lembaga, Asosiasi, dan Pihak lain (ILAP);
• Tahun 2019 : Kemandirian APBN

LAPORAN KINERJA
19

Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pajak dalam kurun waktu 2015-2019 dijabarkan
dalam beberapa Inisiatif Strategis. Penjabaran Sasaran Strategi tersebut adalah se-
bagai berikut:
Tabel 2. 2 Penjabaran Sasaran Strategis

No. Sasaran Strategis Inisiatif Strategis Unit in Charge


1. Penerimaan pajak yang (Berdasarkan teori Balanced Scorecard, Sasaran
optimal Strategis yang berada di Stakeholder Perspective,
merupakan hasil (outcome) dari satu atau lebih inisiatif
strategis yang dilakukan pada Internal Process
Perspective dan Learning and Growth Perspective,
sehingga tidak ada inisiatif strategis dan UIC-nya)
2. Pemenuhan layanan (Berdasarkan teori Balanced Scorecard, Sasaran
publik Strategis yang berada di Customer Perspective,
merupakan output dari satu atau lebih inisiatif strategis
3. Kepatuhan wajib pajak yang dilakukan pada Internal Process Perspective dan
yang tinggi Learning and Growth Perspective, sehingga tidak ada
inisiatif strategis dan UICnya)
4. Pelayanan prima a. Migrasi wajib pajak e-Filing TIP*, TTKI, TPB,
P2Humas
(nama Dit. TIP & Dit.
TTKI telah diubah
menjadi DIP & TIK,
PMK-
87/PMK.01/2019)
b. Secara drastis P2Humas*, TPB, TTKI
meningkatkan kapasitas
call center
c. Ekspansi fungsionalitas P2Humas*, TIP, TTKI
website
5. Peningkatan efektivitas d. Meluncurkan strategi P2Humas*, Indik, P2,
penyuluhan dan komunikasi terpadu KITSDA
kehumasan (nama Dit. Indik telah
diubah menjadi Dit.
Intel Perpajakan,
PMK-
234/PMK.01/2015)
6. Peningkatan e. Menjangkau ekonomi EP*
ekstensifikasi informal melalui
perpajakan pendekatan end-to-end
f. Penajaman ekstensifikasi EP*,TIP. TTKI, PKP,
Wajib Pajak TPB, Setditjen
7. Peningkatan g. Memperbaiki segmentasi Setditjen*, KITSDA,
pengawasan wajib pajak dan model penjangkauan TPB, TTKI, TIP
Wajib Pajak

LAPORAN KINERJA
20

No. Sasaran Strategis Inisiatif Strategis Unit in Charge


h. Membenahi sistem PP I*, TPB, TTKI, TIP,
administrasi PPN PKP
i. Menyusun model PKP*, Setditjen, P2,
manajemen kepatuhan TIP, TTKI, TPB, EP, KB
Wajib Pajak berbasis risiko
(Compliance Risk
Management)
j. Meningkatkan intensifikasi PKP*, TIP. PP I, PP II,
pengumpulan pajak TPB, EP, KITSDA,
Setditjen, KB,
P2Humas
8. Peningkatan efektivitas k. Meningkatkan efektivitas P2*, TIP, TTKI,
pemeriksaan pemeriksaan Setditjen, KITSDA
9. Peningkatan efektivitas l. Memastikan kualitas dan P2*, KB, Indik, PP1,
penegakan hukum konsistensi penegakan PP2, TIP, TTKI
hukum (nama DIt. Indik telah
diubah menjadi Dit.
Penegakan Hukum
PMK-
234/PMK.01/2015)
m Meningkatkan efektivitas P2*, TTKI, TPB
. penagihan
n. Penegakan Hukum Secara Indik*, P2Humas, P2,
Selektif untuk Memberikan PP I, PP II
Efek Jera kepada Wajib
Pajak (blokir rekening,
pencegahan ke luar negeri,
penyanderaan/gijzeling, dan
penyidikan)
10. Peningkatan kehandalan o. Secara sistematis P2Humas*, PP I, TPB,
data melibatkan pihak ketiga TTKI, TIP, P2, Indik,
untuk data, penegakan , dan EP
penjangkauan wajib pajak
p. Menyempurnakan KPP TIP*, Setditjen, TPB,
P2Humas, TTKI,
KITSDA, PP I, PP II

11. Organisasi dan r. Penguatan Organisasi Setditjen*, KITSDA,


transformasi yang TPB
handal
*merupakan unit pengampu utama
Sumber: Rencana Strategis DJP 2015-2019

LAPORAN KINERJA
21

4. Program

Program didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan nyata, sistematis, dan terpadu


yang dilaksanakan dalam rangka kerja sama dengan masyarakat untuk mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Program yang dilaksanakan oleh DJP pada
tahun 2019 adalah “Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak”.

Program tersebut teknis, evaluasi dan


dilaksanakan dengan dukungan pelaksanaan di bidang analisis
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan evaluasi penerimaan
(DIPA) 015 Tahun Anggaran 2019 perpajakan;
sebesar Rp 7.163.333.483.000,- j. Perumusan kebijakan di bidang
Secara teknis program tersebut PPN, PBB, BPHTB, KUP, PPSP,
dijabarkan menjadi 19 kegiatan. dan Bea Meterai
Kegiatan-kegiatan DJP sesuai k. Perumusan kebijakan di bidang
program di atas antara lain sebagai PPh;
berikut: l. Perencanaan, pengembangan,
a. Peningkatan pelayanan serta dan evaluasi di bidang teknologi,
efektivitas penyuluhan dan komunikasi dan informasi;
kehumasan; m. Pembinaan penyelenggaraan
b. Pembinaan, pemantauan dan perpajakan dan penyelesaian
dukungan teknis di bidang keberatan di bidang perpajakan
teknologi, komunikasi dan di daerah;
informasi perpajakan; n. Pelaksanaan penyuluhan,
c. Pelaksanaan reformasi proses pelayanan, pengawasan dan
bisnis; konsultasi perpajakan di daerah;
d. Peningkatan pelaksanaan o. Pengelolaan data dan dokumen
ekstensifikasi perpajakan; perpajakan;
e. Peningkatan efektivitas kegiatan p. Dukungan manajemen dan
intelijen perpajakan; dukungan teknis lainnya DJP;
f. Peningkatan layanan di bidang q. Pelaksanaan kegiatan layanan
penyelesaian keberatan dan informasi umum perpajakan dan
banding; pengelolaan pengaduan;
g. Peningkatan, pembinaan dan r. Peningkatan kegiatan
pengawasan SDM, dan penyidikan; dan
pengembangan organisasi; s. Perumusan kebijakan dan
h. Peningkatan efektivitas standardisasi perpajakan
pemeriksaan, dan optimalisasi internasional.
pelaksanaan penagihan;
i. Perumusan kebijakan,
standardisasi dan bimbingan

LAPORAN KINERJA
22

Prioritas Nasional dan Proyek Unggulan

Prioritas Nasional
Rencana Kerja Pemerintah tahun 5. Stabilitas Keamanan Nasional dan
2019 dijabarkan ke dalam 5 (lima) Prioritas Kesuksesan Pemilu Prioritas Nasional
Nasional (PN) yang meliputi: didukung oleh Proyek Pendukung
1. Pembangunan Manusia melalui Prioritas Nasional.
Pengurangan Kemiskinan dan Prioritas Nasional diterjemahkan
Peningkatan Pelayanan Dasar; lebih lanjut dalam Program Program Pri-
2. Pengurangan Kesenjangan oritas, untuk kemudian didetilkan kembali
Antarwilayah melalui Penguatan ke dalam kegiatan-kegiatan Prioritas
Konektivitas dan Kemaritiman; serta dijabarkan dalam bentuk Proyek Pri-
3. Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan oritas Nasional yang akan didukung oleh
Penciptaan Lapangan Kerja melalui Proyek Pendukung Pro-PN pada setiap
Pertanian, Industri, Pariwisata, dan Kementerian/Lembaga terkait.
Jasa Produktif Lainnya; Pada tahun 2019 Proyek
4. Pemantapan Ketahanan Energi, Pendukung Prioritas Nasional yang terkait
Pangan, dan Sumber Daya Air; serta dengan tugas dan fungsi DJP sebagai
berikut:

Tabel 2. 3 Proyek Pendukung Prioritas Nasional 2019

Proyek Anggaran
No PN PP KP Proyek PN Output
Pendukung (Ribuan)

1 Stabilitas Kepastian Pelaksanaan Pelaksanaan Core Tax 2 287.971.802


Keamanan Hukum e- percepatan System Modul
Nasional dan Government tata kelola
dan Reformasi yang dan
Kesuksesan Birokrasi terintegrasi manajemen
Pemilu e-
Government
yang
terintegrasi
Sumber : www.bappenas.go.id/Materi Pemutakhiran RKP tahun 2019

Core Tax System dalam sistem inti perpajakan (core tax system)
Pembaruan Sistem Administrasi dan sumber daya informasi dalam rangka
Perpajakan adalah membangun Sistem mendukung administrasi perpajakan yang
Teknologi Informasi Perpajakan dengan efektif, efisien dan memiliki fleksibilitas
platform teknologi baru yang meliputi yang tinggi.

LAPORAN KINERJA
23

Proyek Unggulan
Pada tahun 2019 terdapat Proyek Unggulan Kementerian Keuangan yang diampu
oleh Direktorat Jenderal Pajak terkait dengan tugas dan fungsi DJP sebagai berikut:
Tabel 2. 4 Proyek Unggulan DJP
No. Unit/Proyek Definisi Output Anggaran UIC
(Ribuan)

1 Inklusi Program Inklusi Kesadaran Pajak 2 MoU 1.172.782 Dit.P2


Kesadaran dalam Kurikulum Pendidikan Humas
Perpajakan merupakan program jangka
dalam panjang untuk menyiapkan generasi
Kurikulum emas Indonesia yang sadar dan taat
Pendidikan pajak. Selain itu, untuk Grand
Nasional Strategy Edukasi Perpajakan
Pembinaan terhadap Wajib Pajak
merupakan amanah Undang-
Undang yang harus dilaksanakan.
2 Joint Program Optimalisasi penerimaan melalui 2 Dokumen 171.248 Dit.
DJP-DJBC sinergi DJP-DJBC untuk TPB
peningkatan kepatuhan, efektifitas 1 Dokumen 462.914 Dit.
pengawasan dan efisiensi PKP
pelayanan wajib pajak yang
merupakan pengguna jasa
kepabeanan dan cukai.
3 Implementasi Inisiatif ini berisi sekumpulan 1 Dokumen 363.708 Dit.
Kebijakan kegiatan strategis yang dijabarkan TPB
Integrasi data dalam beberapa program reformasi
Keuangan di bidang peraturan perpajakan
berbasis untuk membuat peraturan yang
Single Identity lebih efektif, efisien, dan adil untuk
Number (SIN) memperkuat struktur
perekonomian Indonesia.
4 Penyusunan Project ini bertujuan untuk 1 Pedoman 482.434 Dit. PP
Kebijakan di menangani semakin Pemeriksaan
bidang berkembangnya perubahan pola
Penanganan ekonomi masyarakat dari
Transaksi perekonomian tradisional ke
Ekonomi ekonomi digital dimana termasuk di
Digital dalamnya adalah e-commerce,
penggunaan uang elektronik,
penggunaan Intelectual Property
(IP) dari Ekonomi Digital, dan lain
sebagainya. Disamping itu, dengan
semakin berkembangnya sektor
ekonomi digital, akan memberikan
efek bagi yang lain seperti semakin
berkembangnya teknologi
informasi, pola hidup masyarakat
dan lain sebagainya. Dengan

LAPORAN KINERJA
24

semakin berkembangnya ekonomi


digital, maka potensi penerimaan
pajak dari sektor tersebut tentu
semakin meningkat pula.
5 Refinement CRM adalah sebuah framework 1 Dokumen 1.703.040 Dit.
Compliance kepatuhan pajak berbasis Konsep PKP
Risk manajemen risiko yang terdiri dari Refinement
Management proses identifikasi, asessment,
analisis, prioritisasi, menentukan
treatment dan evaluasi yang
berjalan secara sistematis dan
berkesinambungan.
6 Refinement Sistem Informasi Manajemen Data 1 Dashboard 506.908 Dit.
SIMDK Pusat Keuangan Pusat dan Daerah yang PKP
dan Daerah terintegrasi, komprehensif, dan end
to end serta meningkatkan sinergi
pengawasan internal untuk
pengawasan penerimaan
perpajakan atas belanja
pemerintah.
7 Penyusunan Menyediakan kerangka desain 2 Dokumen 812.500 Dit.
Kebijakan pemanfaatan data dengan PKP
Arsitektur dan mengidentifikasi, memastikan
Proses kualitas data, memetakan,
Analisis Data menyandingkan data internal dan
Perpajakan eksternal dan menyediakannya
dalam sistem informasi perpajakan
sehingga menghasilkan data yang
handal dan akurat untuk
dimanfaatkan dalam melakukan
penggalian potensi dan pengawasan
terhadap Wajib Pajak.
8 Penyusunan Membenahi sistem administrasi 1 Regulasi 170.079 Dit.
Kebijakan PPN untuk segmen Business to PP I
terkait Customer (B2C) melalui
Implementasi implementasi Cash Receipt System
Cash Receipt (CRS) pada Pengusaha Kena Pajak
System sektor ritel yang bertujuan untuk
mengoptimalkan penerimaan PPN
melalui upaya peningkatan
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
sektor ritel tersebut.

Sumber : www.kemenkeu.go.id/rencana-kerja-kementerian-keuangan/

LAPORAN KINERJA
25

Refinement Kontrak Kinerja

Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi
yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah, untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian Kinerja DJP merupakan
suatu janji kinerja yang akan diwujudkan selaku penerima amanah dari Menteri Keuangan.
Perjanjian Kinerja tahun 2019 Direktorat Jenderal Pajak berpedoman pada visi dan misi
Presiden, Renstra, Renja dan peraturan terkait pengelolaan kinerja. Peta Strategi DJP tahun
2019 adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Peta Strategi DJP tahun 2019

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
26

Dari peta tersebut tergambar bahwa 3) IKU “Persentase penyelesaian


jumlah Sasaran Strategis (SS) ada permintaan penjelasan atas data
sebanyak 16 (enam belas) SS dan dan/atau keterangan”
diidentifikasikan menjadi Indikator Kinerja Kegiatan pengawasan atas kepatuhan
Utama (IKU) sebanyak 22 (dua puluh dua) berupa permintaan penjelasan atas
IKU. Sasaran Strategis tersebut saling data dan/atau keterangan dimulai
berkaitan satu sama lain sehingga dengan penerbitan Surat Permintaan
diharapkan dapat menopang pencapaian Penjelasan atas Data dan/atau Ket-
Visi DJP. erangan (SP2DK) s.d. penerbitan
Tahun 2019, agar tercapainya SS Laporan Hasil Permintaan Penjelasan
yang lebih optimal, DJP melakukan atas Data dan/atau Keterangan
penyempurnaan pada beberapa IKU. (LHP2DK)
Penyempurnaan (refinement) IKU 4) IKU “Persentase penyelesaian
dilakukan agar pengukuran kinerja pemeriksaan”
semakin baik dari tahun ke tahun, melalui Kepatuhan pemenuhan kewajiban
perubahan ruang lingkup/reformulasi IKU perpajakan sesuai dengan peraturan
dan Target IKU, penetapan IKU baru, dan perundang-undangan yang berlaku
penghapusan IKU, sampai diterbitkan LHP.
1. Perubahan ruang lingkup/reformulasi 5) IKU “Persentase rekomendasi BPK
IKU yang telah ditindaklanjuti”
Reformulasi IKU meliputi perluasan Penyelesaian rekomendasi adalah
ruang lingkup pengukuran IKU serta temuan yang telah selesai
penajaman formula pengukuran IKU ditindaklanjuti terhadap
sehingga lebih menggambarkan SS. temuan/rekomendasi BPK
2. Penetapan IKU baru sebagaimana action plan dengan
IKU baru yang ditetapkan dalam timeframe yang ditetapkan
rangka mengukur proses bisnis dan pemerintah.
resources DJP yang selama ini belum 6) IKU “Persentase proses penempatan
terakomodasi dalam Kontrak Kinerja DJP. talent pada jabatan target”
Adapun rincian IKU baru adalah sebagai Penetapan Talent untuk Jabatan
berikut: Administrator (Eselon III), Jabatan
1) IKU “Persentase tindak lanjut Pengawas (Eselon IV) dan Eselon V
pengaduan pelayanan perpajakan melalui proses Manajemen Talenta.
tepat waktu” 7) IKU “Indeks Integritas Organsasi”
Pengaduan terkait pelayanan Indeks Intergitas Organisasi diperoleh
perpajakan dalam Sistem Informasi dari rata-rata nilai pemenuhan ZI-WBK
Pengaduan Pajak. di tingkat eselon 1.
2) IKU “Persentase keberhasilan 8) IKU “Persentase penyelesaian
pelaksanaan joint program” program Transformasi Digital”
Joint program merupakan salah satu Enterprise Architecture (EA) sebagai
program sinergi perpajakan dengan jembatan menuju Transformasi Digital
unit lain mencakup joint analysis, joint Kemenkeu, yang dilaksanakan secara
audit, joint collection, joint terus menerus sejalan dengan
investigation dan joint proses bisnis perkembangan Teknologi Informasi
dan IT. dan Komunikasi (Misi Kemenkeu 4.0)

LAPORAN KINERJA
27

Penghapusan IKU 6) IKU “Persentase rekomendasi


BPK atas LK BA 15 yang telah
1) IKU “Persentase penyampaian
ditindaklanjuti”
SPT melalui e-Filing”
Pada tahun 2018 IKU tersebut
IKU tersebut merupakan salah
merupakan cascading peta dari
satu tujuan DJP yang tertuang
Kemenkeu-Wide untuk ditetapkan
pada Rencana Strategi DJP 2014-
pada unit eselon I dalam rangka
2019. Pada tahun 2019, target IKU
mendukung pencapaian kinerja
sudah melampaui target Renstra.
unit eselon I dan Kementerian. Un-
Pada tahun 2019 IKU tersebut
tuk tahun 2019, sesuai Nota Dinas
diturunkan ke Kemenkeu-Two.
Direktur Jenderal Pajak
2) IKU “Persentase himbauan SPT
ND-33/PJ/2019, merupakan IKU
yang selesai ditindaklanjuti”
mandatory ke Subdit Investigasi
IKU tersebut merupakan salah
Internal dan Bagian Keuangan.
satu indikator kinerja DJP yang
7) Persentase implementasi inisiatif
tertuang pada Rencana Strategi
RBTK
DJP 2014-2019.
Pada tahun 2018 IKU tersebut
3) IKU “Audit Coverage Ratio”
cascading peta dari Kemenkeu-
IKU tersebut merupakan salah
Wide untuk ditetapkan pada unit
satu indikator kinerja DJP yang
eselon I dalam rangka mendukung
tertuang pada Rencana Strategi
pencapaian kinerja unit eselon I
DJP 2014-2019.
dan Kementerian.
4) IKU “Persentase keberhasilan
8) IKU “Tingkat pemenuhan unit kerja
pelaksanaan joint audit”
terhadap kriteria ZI WBK”
IKU ini diubah menjadi iku joint
Sesuai Kontrak Kinerja Direktur
program. Pelaksanaan joint audit
Jenderal Pajak No-3/KK/2019
termasuk dalam joint program.
bahwa IKU tingkat pemenuhan
5) IKU “Persentase rekomendasi
unit kerja terhadap kriteria ZI WBK
BPK atas LKPP dan LKBUN yang
ditetapkan menjadi Sub IKU pada
telah ditindaklanjuti”
IKU “Indeks Integritas Organisasi”
Pada tahun 2018 IKU tersebut
9) IKU “Persentase kapabilitas tata
merupakan cascading peta dari
kelola TIK”
Kemenkeu-Wide untuk ditetapkan
Pada tahun 2018 IKU tersebut
pada unit eselon I dalam rangka
cascading peta dari Kemenkeu-
mendukung pencapaian kinerja
Wide untuk ditetapkan pada unit
unit eselon I dan kementerian
eselon I dalam rangka mendukung
sesuai nota dinas Direktur
pencapaian kinerja unit eselon I
Jenderal Pajak nomor
dan Kementerian. Sesuai Kontrak
ND-33/PJ/2019, untuk tahun 2019
Kinerja Direktur TIK nomor :
IKU ini dimandatkan ke
12.01/PJ/2019 IKU tersebut
Subdirektorat Investigasi Internal
ditetapkan pada Kemenkeu-Two
Direktorat KITSDA dan Bagian
Direktur TIK.
Keuangan Sekretariat Direktorat
Jenderal.

LAPORAN KINERJA
28

Dari hasil Refinement telah dihasilkan IKU Direktur Jenderal Pajak yang dituangkan
dalam Kontrak Kinerja K-One tahun 2019 dan ditandatangai antara Direktur Jenderal Pajak
bersama Menteri Keuangan. Pada K-One DJP tahun 2019 terdapat beberapa IKU baru dan
penyesuaian berupa kenaikan target dengan tujuan peningkatan kinerja organisasi, sebagai
berikut.
Tabel 2. 5 Perbandingan Target IKU tahun 2018 dan 2019

Kode Sasaran Strategis/IKU Target Target


SS/IKU 2018 2019

Stakeholder Perspective
1 Penerimaan pajak negara yang optimal
1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak 100% 100%

Customer Perspective
2 Pelayanan publik yang prima
2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJP 4,23 4.29
3 Kepatuhan wajib pajak yang tinggi
3a-CP Persentase kepatuhan WP Badan dan OP Non 55% 60%
Karyawan
3a1-CP Persentase tingkat kepatuhan formal WP Badan dan 65% 70%
OP Non Karyawan
3a2-CP Persentase WP Badan dan OP Non Karyawan yang 45% 50%
melakukan pembayaran

Internal Process Perspective

4 Perumusan kebijakan yang berkualitas


4a-N Indeks efektivitas peraturan perpajakan 8 8,2
5 Penyuluhan, pelayanan dan kehumasan yang efektif

5a-N Persentase efektivitas kegiatan penyuluhan 60% 65%


5b-N Persentase tindak lanjut pengaduan pelayanan - 85%
perpajakan tepat waktu
5c-N Tingkat efektivitas kehumasan 80 80
6 Ekstensifikasi perpajakan yang optimal
6a-N Persentase WP baru hasil ekstensifikasi yang 100% 100%
melakukan pembayaran
7 Pengawasan wajib pajak yang efektif
7a-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan joint program - 80%

7b-N Persentase penyelesaian permintaan penjelasan - 100%


atas data dan/atau keterangan
8 Pemeriksaan dan penagihan yang efektif
8a-N Persentase penyelesaian pemeriksaan - 100%

LAPORAN KINERJA
29

8b-N Persentase pencairan piutang pajak 66% 75%


9 Penyidikan yang efektif
9a-N Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan 60% 65%
lengkap oleh kejaksaan (P21)
10 Penangangan putusan banding/gugatan WP yang
optimal
10a-N Persentase jumlah putusan yang mempertahankan 40% 41%
objek banding/gugatan di pengadilan pajak

11 Pengendalian mutu yang efektif


11a-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah - 90%
ditindaklanjuti
12 Data perpajakan yang optimal
12a-N Persentase data eksternal teridentifikasi 64% 65%

Learning and Growth Perspective


13 SDM yang kompeten
13a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar 94% 94%
kompetensi jabatan
13b-N Persentase proses penempatan talent pada jabatan - 80%
target
14 Organisasi yang fit for purpose
14a-CP Indeks Integritas Organsasi - 92,5
14a1-CP Tingkat pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI 100% 100%
WBK (30 Unit
kerja)
14a2-CP Indeks Persepsi Integritas - 85
14b-CP Persentase penyelesaian program Transformasi - 80%
Digital
15 Sistem manajemen informasi yang andal
15a-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,35% 0,1%
16 Pengelolaan anggaran yang berkualitas
16a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 95%

LAPORAN KINERJA
30

Penyusunan IKU memperhatikan keterkaitan antara Kontrak Kinerja, Renja dan


Renstra, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2. 6 Keterkaitan IKU pada Renstra, Renja dan Kontrak Kinerja DJP

No Sasaran Strategis IKU


Kontrak Kinerja Renja Renstra
1 Penerimaan pajak Persentase realisasi Persentase Realisasi Persentase
negara yang optimal penerimaan pajak Penerimaan Pajak realisasi
penerimaan pajak
terhadap target
2 Pelayanan publik Indeks kepuasan Indeks Kepuasan Indeks kepuasan
yang prima publik atas layanan Publik atas Layanan pengguna layanan
DJP DJP DJP
3 Kepatuhan wajib Persentase Persentase tingkat Persentase
pajak yang tinggi kepatuhan WP kepatuhan formal tingkat kepatuhan
Badan dan OPNK WP Badan dan OPNK formal WP

4 Perumusan Indeks efektivitas Indeks efektivits -


kebijakan yang peraturan Peraturan
berkualitas perpajakan
5 Penyuluhan, Persentase Persentase Tingkat efektivitas
pelayanan dan efektivitas kegiatan efektivitas kegiatan penyuluhan
kehumasan yang penyuluhan penyuluhan
efektif
Persentase tindak Persentase tindak -
lanjut pengaduan lanjut pengaduan
pelayanan pelayanan
perpajakan tepat perpajakan
waktu
Tingkat efektivitas Tingkat efektivitas Tingkat efektivitas
kehumasan kehumasan kehumasan
6 Ekstensifikasi Persentase WP baru Persentase WP Baru Persentase wP
perpajakan yang hasil ekstensifikasi hasil ekstensifikasi baru hasil
optimal yang melakukan yang melakukan ekstensifikasi
pembayaran pembayaran yang melakukan
pembayaran
7 Pengawasan wajib Persentase - -
pajak yang efektif keberhasilan
pelaksanaan joint
program
Persentase - -
penyelesaian
permintaan
penjelasan atas data
dan/atau keterangan

LAPORAN KINERJA
31

8 Pemeriksaan dan Persentase Tingkat Efektifitas Tingkat efektivitas


penagihan yang penyelesaian Pemeriksaan pemeriskaan
efektif pemeriksaan
Persentase Persentase -
pencairan piutang pencairan piutang
pajak pajak
9 Penyidikan yang Persentase hasil Persentase hasil Persentase hasil
efektif penyidikan yang penyidikan yang penyidikan yang
telah dinyatakan dinyatakan lengkap telah dinyatakan
lengkap oleh oleh Kejaksaan (P21) lengkap oleh
kejaksaan (P21) kejaksaan (P21)
10 Penangangan Persentase jumlah Persentase Jumlah -
putusan putusan yang Putusan yang
banding/gugatan WP mempertahankan Mempertahankan
yang optimal objek Objek Banding /
banding/gugatan di Gugatan di
pengadilan pajak Pengadilan Pajak
11 Pengendalian mutu Persentase Persentase Jumlah -
yang efektif rekomendasi BPK Rekomendasi Hasil
yang telah Pengujian Kepatuhan
ditindaklanjuti Internal yang
Ditindaklanjuti
12 Data perpajakan Persentase data - Persentase data
yang optimal eksternal eksternal
teridentifikasi teridentifikasi
13 SDM yang kompeten Persentase pejabat Persentase pejabat Persentase
yg telah memenuhi yang telah pejabat yang telah
Standar Kompetensi memenuhi standar memenuhi SKJ
Jabatan (SKJ) kompetensi jabatan
(SKJ)
Persentase proses - Persentase
penempatan talent proses
pada jabatan target penempatan talent
pada jabatan
target
14 Organisasi yang fit Indeks Integritas - -
for purpose Organsasi
15 Sistem manajemen Tingkat downtime Tingkat downtime -
informasi yang andal sistem TIK sistem TIK

16 Pengelolaan Persentase kualitas Persentase Kualitas -


anggaran yang pelaksanaan Pelaksanaan
berkualitas anggaran Anggaran

LAPORAN KINERJA
32

Pengukuran Kinerja Organisasi

Sesuai Keputusan Menteri penghitungan indeks capaian IKU


Keuangan Nomor KMK 467/KMK.01/2014 untuk setiap jenis polarisasi.
tentang Pengelolaan Kinerja, tahapan c. Nilai Sasaran Strategi (NSS)
akhir dari pengelolaan kinerja adalah Merupakan hasil perhitungan Nilai
proses penilaian, monitoring dan evaluasi Sasaran Strategi (NSS), dilakukan
kinerja. Nilai Kinerja Organisasi (NKO) dengan mengonsolidasikan seluruh
diperoleh dengan menghitung data target indeks capaian IKU dalam suatu SS
dan realisasi IKU yang tersedia. dengan memperhitungkan bobot
Untuk mendapatkan NKO, perhitungan tertimbang IKU. Bobot IKU
dilaksanakan dengan tahapan sebagai mencerminkan tingkat kualitas dan
berikut: validitas IKU.
a. Realisasi IKU d. Nilai Perspektif
Merupakan hasil perhitungan raw data Merupakan nilai yang menunjukkan
berdasarkan formula didalam manual konsolidasi dari seluruh NSS dalam
IKU. satu perspektif.
b. Indeks Capaian IKU e. NKO
Merupakan hasil perhitungan Indeks Merupakan konsolidasi dari seluruh
Capaian IKU, dilakukan dengan Nilai Perspektif atau seluruh realisasi
membandingan antara realisasi IKU dalam satu Peta Strategi. Perhi-
dengan target berdasarkan formula tungan NKO mengacu pada Kontrak
kInerja yang ditetapkan.

LAPORAN KINERJA
AKUN TABILI TAS
KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal


Pajak tahun 2019 dapat dilihat dari capaian Nilai Kinerja
Organisasi (NKO), dengan cara membandingkan antara
target dan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada
masing-masing perspektif. NKO Direktorat Jenderal
Pajak tahun 2019 adalah sebesar 102.63. Nilai tersebut
berasal dari capaian kinerja pada masing-masing
perspektif sebagaimana tampak pada tabel berikut.

BAB 03
Selama tahun 2019, dari 22 IKU Direktorat
Jenderal Pajak, terdapat 20 IKU berstatus hijau, 2 IKU
berstatus kuning. dan tidak terdapat IKU yang berstatus
merah.
Tabel 3.1 Nilai Kinerja Organisasi
Direktorat Jenderal Pajak
FREEPIK.COM

PERSPEKTIF BOBOT NILAI

STAKEHOLDER 25% 21,11%

CUSTOMER 15% 15,54%

INTERNAL PROCESS 30% 32,98%

LEARNING AND GROWTH 30% 33,00%

NILAI KINERJA ORGANISASI 102,63%


35

Capaian Kinerja Organisasi


Pada tahun 2019 terdapat beberapa penajaman IKU melalui reformulasi IKU dan
penetapan target yang lebih menantang dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, terdapat
beberapa IKU baru yang dirumuskan untuk lebih mendukung pencapaian Sasaran Strategis.
Perubahan ini mempunyai dampak terhadap capaian kinerja organisasi DJP.
Perkembangan NKO DJP dari tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat digambarkan
sebagaimana grafik berikut:

Grafik 3. 1 NKO DJP 2015-2019

105.37
103.42
102.63
100.97

95.77

2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Secara keseluruhan, NKO 2019 mencapai 102.63 lebih rendah dibandingkan NKO tahun
2018 sebesar 103.42. Pada tahun 2019, dari 22 IKU DJP, terdapat 20 IKU berstatus hijau (90.9%)
dan 2 IKU berstatus kuning (9.1%) serta tidak terdapat IKU yang berstatus merah.
Grafik 3. 2 Persentase Perbandingan Capaian IKU

9.1%

90.9%

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
36

Capaian IKU untuk setiap Sasaran Strategis adalah sebagai berikut:


Stakeholder Perspective
Sasaran Strategis 1: Penerimaan pajak negara yang optimal
1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode IKU Nama IKU Target Realisasi Kinerja

1a-CP Persentase realisasi penerimaan pajak 100% 84,44% 84,44%

• Deskripsi Sasaran Strategis penerimaan DTP, Penerimaan PBB,


Optimalisasi penerimaan paojak dan PPh Migas, dikurangi SPMKP dan
sesuai target APBN atau APBN-P SPMIB. Pengambilan data penerimaan
setiap tanggal 7 bulan berikutnya
• Definisi IKU setelah triwulan berakhir.
Target penerimaan pajak Realisasi penerimaan pajak
tergambar dalam APBN atau APBN-P. bruto adalah jumlah realisasi
Angka target penerimaan pajak penerimaan pajak melalui Modul
diperoleh dari angka resmi yang Penerimaan Negara (MPN),
diterbitkan Kementerian Keuangan, penerimaan pajak dalam mata uang
tercermin dalam aplikasi penerimaan asing, penerimaan pajak yang
pajak yang ditetapkan. dibukukan secara manual, ditambah
Realisasi penerimaan pajak Pemindahbukuan (Pbk) Terima,
adalah realisasi penerimaan pajak dikurangi Pbk Kirim. Target
netto yaitu jumlah penerimaan bruto Penerimaan Pajak adalah target yang
SSP dari MPN, SPM, penerimaan valas, telah ditetapkan dalam APBN/APBNP.

• Formula IKU
Realisasi Penerimaan Pajak
Capaian Penerimaan Pajak =
Target Penerimaan Pajak

• Realisasi IKU • Analisis terkait Capaian IKU


Jenis Konsolidasi Periode IKU Pemerintah dihadapkan pada
ini adalah Take Last Known Value tantangan eksternal dalam mencapai
dengan target triwulanan. target penerimaan APBN 2019.
Berdasarkan hasil monitoring pada Sehingga, APBN diharapkan lebih
Aplikasi Online Monitoring Sistem efisien dan efektif. Selain situasi
Perbendaharaan dan Anggaran geopolitik, dinamika perekonomian
Negara (OMSPAN) per tanggal 13 global terutama perang dagang antar
Januari 2020, diketahui bahwa negara berimbas pada kinerja
realisasi penerimaan pajak pada tahun perekonomian domestik. Hal ini sangat
2019 adalah Rp1.332,06 Triliun atau berpengaruh terhadap penerimaan
84.44% dari target yang telah Indonesia.
ditetapkan sebesar Rp1.577,56 Triliun. Dikutip dari Nota Keuangan dan
RAPBN 2019, IMF dalam rilis World
Economic Outlook pertumbuhan

LAPORAN KINERJA
37

ekonomi global di tahun 2019 stagnan fasilitas perpajakan, seperti


disertai laju volume perdagangan penurunan tarif Pajak Penghasilan
dunia yang diperkirakan melambat. (PPh) bagi Usaha Mikro, Kecil dan
Sepanjang periode Januari s.d. Menengah (UMKM) dari sebelumnya 1%
Desember 2019, Direktorat Jenderal menjadi 0,5%, pemberian fasilitas tax
Pajak mampu mengumpulkan pen- holliday dan tax allowance, dan pro-
erimaan pajak Rp1.332,06 Triliun atau gram percepatan restitusi. Dampak
84,44% dari target APBN yaitu sebesar dari program percepatan restitusi
Rp1.577,56 Triliun. Capaian realisasi cukup memberikan tekanan pada pen-
penerimaan pajak untuk tahun 2019 erimaan. Restitusi bulanan sepanjang
memang lebih rendah dibandingkan tahun 2019 rata-rata menunjukkan
dengan capaian tahun 2018 yaitu peningkatan dibandingkan dengan ta-
92,23%, namun masih lebih tinggi hun 2018. Hanya pada triwulan III men-
dibandingkan tahun 2015 dan 2016, galami penurunan dengan penurunan
masing-masing sebesar 81,61% dan terbesar di bulan November. Secara
81,96%. Melemahnya kondisi ekonomi keseluruhan restitusi tahun 2019 men-
global, belum membaiknya harga ko- capai Rp 143,97 Triliun atau tumbuh
moditas pertambangan dan hasil double digits hingga 21,11%.
sawit, dan penurunan volume • Analisis Program yang Menunjang
transaksi perdagangan internasional Keberhasilan Pencapaian Kinerja
sepanjang tahun 2019 di bawah Kegiatan-kegiatan yang
bayang-bayang perang dagang dan menunjang pencapaian IKU Persen-
konflik geopolitik telah mengakibatkan tase realisasi penerimaan
perlambatan pertumbuhan ekonomi pajak tahun 2019 adalah:
nasional dan memberikan tekanan 1. Optimalisasi ekstensifikasi wajib
pada aktivitas ekspor-impor In- pajak berkualitas.
doneisa. 2. Penguatan penyuluhan dan
Sementara itu nilai impor Indo- pelayanan wajib pajak.
nesia secara kumulatif untuk periode 3. Peningkatan dan pengawasan
Januari – November 2019 sebesar USD kepatuhan formal dan material
156,22 miliar, atau turun 9,88% Wajib Pajak.
dibandingkan periode yang sama ta- 4. Peningkatan efektivitas penagi-
hun 2018. Kondisi ini memberikan han.
tekanan terhadap basis 5. Optimalisasi pelaksanaan
penerimaan pajak, yang mengakibat- pendataan dan penilaian dalam
kan kinerja penerimaan pajak tahun ini rangka penggalian potensi pajak.
mengalami perlambatan. Kinerja per- 6. Pelaksanaan penegakan hukum
tumbuhan penerimaan pajak tahun pidana pajak dan peningkatan
2019 sebesar 1,48%, pertumbuhan ter- mutu pemeriksaan.
sebut lebih rendah dibandingkan tahun 7. Pemanfaatan data AEoI dan akses
lalu, yang mampu tumbuh double dig- informasi keuangan.
its hingga 14,10% di tahun 2018. 8. Tindak lanjut atas data joint analy-
Di sisi lain, untuk menjaga sta- sis DJP-DJPK-DJBC.
bilitas ekonomi pemerintah juga
menggulirkan kebijakan pemberian

LAPORAN KINERJA
38

9. Optimalisasi pemanfaatan data 2. Pengawasan berbasis segmen-


berbasis MoU (BI, BIN, Ditjen AHU, tasi: WP prioritas, HWI dan grup
Ditjen Imigrasi) usahanya, pelaku usaha ekonomi
10. Optimalisasi pengawasan wajib digital, OP pekerja bebas, pelaku
pajak melalui Aplikasi CRM Fungsi UMKM, pengawasan kepatuhan
Pengawasan. pemungutan pajak pusat dan dae-
• Analisis atas Pelaksanaan Rencana rah meliputi kerjasama denga KL
Aksi atau Mitigasi Risiko yang Telah dan Pemda (pengawasan benda-
Disusun Dalam Penapaian Kinerja hara, perluasan KSWP, perjanjian
Dalam upaya pencapaian tar- kerjasama), pengawasan kepatu-
get IKU Persentase realisasi pen- han PPN.
erimaan pajak tahun 2019, telah 3. Peningkatan kepatuhan sukarela
disusun beberapa Rencana Aksi atau melalui edukasi dan Humas yang
Mitigasi Risiko, antara lain: efektif, pelayanan yang mudah
1. Meningkatkan effort dari ek- dan berkualitas.
stensifikasi, pengawasan, 4. Penyusunan peta potensi pajak
pemeriksaan dan penagihan, berdasarkan sektor dan wilayah.
pemeriksaan bukti permulaan
dan penyidikan.

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2017 s.d. 2019


Perbandingan Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Realisasi Kinerja Dua Tahun
Sebelumnya terlihat dalam table berikut:
Tabel 3. 2 Perbandingan Capaian IKU 2017 s.d. 2019

Tahun 2017 2018 2019


Target 1.283,57 1.424,00 1.577,56
Realisasi 1.151,03 1.315,51 1332,06
Capaian 89.67% 92.23% 84.44%
Dari target penerimaan pajak dalam APBN 2019 sebesar Rp1.577,56 triliun, penerimaan
pajak sampai dengan Desember 2019 mencapai 1332,06 triliun, yaitu sebesar 84,44% dari
target. Persentase capaian penerimaan pajak tahun 2019 ini menurun dibandingkan dengan
capaian periode yang sama di tahun 2018, yaitu sebesar 92,23%.
3. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Target Jangka Menengah
Perbandingan Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Target Jangka Menengah terlihat
dalam table berikut:
Tabel 3. 3 Perbandingan Realisasi Capaian IKU Tahun 2019
dengan Target Jangka Menengah

Nama Indikator Kinerja Utama (IKU) Dok. Perencanaan 2019 Kinerja 2019
Target Target Target Realisasi
Renstra DJP RPJMN Konkin
Persentase realisasi penerimaan pajak 100% 100% 100% 84.44%
• Analisis dan Penjelasan Kenaikan/Penurunan Pertumbuhan per Jenis Pajak

LAPORAN KINERJA
39

Penerimaan pajak tahun 2019 mencapai Rp1.332,06 triliun, atau 84,44% dari target
APBN 2019 sebesar Rp1.577,56 triliun. Pertumbuhan penerimaan mencapai 1,43% atau
lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2018 yang tumbuh 14,10%.
Tekanan utama penerimaan pajak pada periode ini berasal dari: (i) restitusi yang
meningkat 21,11%; (ii) moderasi harga komoditas di pasar global sehingga pertumbuhan
penerimaan dari sektor pertambangan dan sawit menurun; (iii) normalisasi aktivitas
impor; dan (iv) masih terbatasnya ekspansi sektor manufaktur yang tercermin pada nilai
PMI 49,5 di bulan Desember. Beberapa jenis pajak utama mengalami kontraksi namun
masih mampu tumbuh meskipun di bawah tahun 2018, antara lain PPh Pasal 21 tumbuh
10,17%, PPh Pasal 25/29 Badan tumbuh 1,07%, dan PPN Dalam Negeri tumbuh 3,71%. Akan
tetapi terdapat jenis pajak utama yang tumbuh negatif seperti pada PPN Impor yang tum-
buh -8,13%, PPh 22 Impor tumbuh -1,94% dan PPh 26 tumbuh -6,65%.

a. PPh Pasal 21 sementara sektor Perdagangan


Realisasi penerimaan PPh menunjukkan perlambatan dengan
Pasal 21 mencapai Rp148,63 triliun pertumbuhan 1,4%.
atau 101,97% dari target APBN 2019
sebesar Rp145,76 triliun dan c. PPh Pasal 22 Impor
tumbuh 10,17%, lebih lambat jika Realisasi penerimaan PPh
dibandingkan tahun 2018 yang Pasal 22 Impor mencapai Rp53,66
mampu tumbuh 14,56%. triliun atau 78,61% dari target APBN
Pertumbuhan ini ditopang oleh 2019 sebesar Rp68,26 triliun dan
pertumbuhan sektor-sektor utama tumbuh -1,94% jauh lebih rendah
seperti Adm. Pemerintahan (3.4%), dibandingkan dengan tahun 2018
Industri Pengolahan (5,5%), dan yang mampu tumbuh 26,80%.
Jasa Keuangan (13,8%). Perlambatan pertumbuhan
Pertumbuhan PPh Pasal 21 menjadi penerimaan PPh Pasal 22 Impor ini
salah satu indikator tingkat sejalan dengan menurunnya laju
utilisasi tenaga kerja yang secara pertumbuhan impor Indonesia
umum masih cukup baik di tahun selama tahun 2019 yang mengalami
2019. Perbaikan kondisi pertumbuhan negatif setiap
ketenagakerjaan juga tercermin bulannya. Moderasi nilai impor juga
pada kenaikan tingkat upah dan berlaku untuk komponen-
menurunnya tingkat pengangguran komponen di dalamnya. Secara
di tahun 2019 sektoral setoran PPh Pasal 22
Impor didominasi oleh Industri
b. PPh Pasal 22 Pengolahan yang mengalami
Realisasi penerimaan PPh penurunan dengan pertumbuhan
Pasal 22 mencapai Rp18,94 triliun -9,2% dan sektor Perdagangan
atau 83,40% dari target APBN 2019 yang tumbuh terbatas pada 4,56%.
sebesar Rp22,71 triliun dan tumbuh
5,19%, lebih lambat dibandingkan
tahun 2018 yang tumbuh sebesar
11,35%. Pertumbuhan terutama
ditopang oleh sektor Industri
Pengolahan dan Pengadaan Listrik
yang tumbuh 11,5% dan 3,8%,

LAPORAN KINERJA
40

d. PPh Pasal 23 dibandingkan tahun 2018. Setoran


Realisasi penerimaan PPh terbesar berasal dari Sektor Jasa
Pasal 23 mencapai Rp42,40 triliun Keuangan yang hanya tumbuh
atau 87,41% dari target APBN 2019 0,92% diikuti Industri Pengolahan
sebesar Rp48,50 triliun dan 7,65%. Adapun realisasi sektor
tumbuh 6,69%. Pertumbuhan ini Pertambangan terpuruk dengan
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan -21,79%.
pertumbuhan tahun 2018 sebesar
16,86%. Secara sektoral g. PPh Pasal 26
penerimaan terbesar berasal dari Realisasi penerimaan PPh
Industri Pengolahan yang tumbuh Pasal 26 mencapai Rp54,94 triliun
-5,0%, diikuti Pertambangan yang atau 66,62% dari target APBN 2019
tumbuh 2.1% dan Perdagangan yang sebesar Rp82,47 triliun dan
tumbuh 14,8%. tumbuh -6,65% lebih rendah dari
tahun 2018 yang mampu tumbuh
e. PPh Pasal 25/29 OP 15,58%. Pertumbuhan negatif ini
Realisasi penerimaan PPh disebabkan oleh menurunnya PPh
Pasal 25/29 OP mencapai Rp11,23 Pasal 26 atas Dividen (tumbuh
triliun atau 102,80% dari target -13,5%) akibat melambatnya
APBN 2019 sebesar Rp10,92 triliun pertumbuhan laba korporasi tahun
dan tumbuh 19,38% hampir sama 2018. Setoran dividen secara
dengan pertumbuhan 2018 yang keseluruhan merupakan
mencapai 20,50%. Pertumbuhan ini kontributor terbesar PPh Pasal 26
ditopang oleh positifnya (kontribusi 35%), sehingga dampak
pertumbuhan setoran masa dan penurunannya sangat
tahunan sebesar 12,89% dan mempengaruhi kinerja PPh Pasal
18,48%. Secara sektoral, PPh Pasal 26. Meskipun demikian, setoran
25/29 OP didominasi oleh sektor PPh Pasal 26 atas Bunga, Royalti
Kegiatan Jasa Lainnya sebesar dan Jasa mengalami pertumbuhan
Rp8,58 triliun, dengan pertum- yang cukup baik masing-masing
buhan 20,7% dan sektor sebesar 34,5%, 3,6%, dan 8,1%.
Perdagangan sebesar Rp1,34
triliun dengan pertumbuhan 15,4%. h. PPh Final
Realisasi penerimaan PPh
f. PPh Pasal 25/29 Badan Final mencapai Rp124,54 triliun
Realisasi penerimaan PPh atau 90,36% dari target APBN 2019
Pasal 25/29 Badan mencapai sebesar Rp137,83 triliun dan tum-
Rp256,74 triliun atau 82,41% dari buh 7,86% hampir sama dengan
target APBN 2019 sebesar Rp311,55 pertumbuhan tahun 2018 sebesar
triliun dan dengan pertumbuhan 8,61%. Jasa konstruksi menunjuk-
1,07%, jauh melambat dibandingkan kan peningkatan sebesar 9,02% se-
tahun 2018 yang mampu tumbuh jalan dengan peningkatan PDB
hingga 21,98%. Secara sektoral, nominal Konstruksi. PPh Final atas
penerimaan sektor utama Diskonto Bunga Obligasi dan Per-
menunjukkan perlambatan sewaan Tanah dan Bangunan

LAPORAN KINERJA
41

mampu tumbuh double digit j. PPN Impor


masing-masing sebesar 15,86% Realisasi penerimaan PPN
dan 11,68%. Namun, pertumbuhan Impor mencapai Rp171,25 triliun
PPh Final ini tertahan oleh atau 76,69% dari target APBN 2019
penurunan setoran WP Bruto sebesar Rp223,30 triliun dan
Tertentu (PP23) yang tumbuh tumbuh -8,13% jauh dibandingkan
-15,38%, penurunan setoran Uplift tahun 2018 yang tumbuh hingga
dan Pengalihan Participating 25,07%. Sejalan dengan kinerja PPh
Interest Usaha Bidang Hulu Migas Pasal 22 Impor, PPN Impor juga
yang tumbuh -76,17% dan mencatat perlambatan, bahkan
peningkatan restitusi sebesar pertumbuhan negatif karena
515,34%. penurunan volume dan nilai impor
di tahun 2019 yang salah satunya
i. PPN DN akibat kebijakan pembatasan
Realisasi penerimaan PPN impor berdasarkan Peraturan
DN mencapai Rp346,31 triliun atau Menteri Keuangan nomor
84,33% dari target APBN 2019 110/PMK.010/2018. Secara sektoral,
sebesar Rp410,69 triliun dan kinerja PPN Impor terbesar
tumbuh 3,71%, lebih rendah dari berasal dari Industri Pengolahan
tahun 2018 yang tumbuh 6,23%. yang tumbuh -9,0% dan
Perlambatan ini salah satunya Perdagangan yang tumbuh -5,9%.
disebabkan oleh peningkatan
restitusi yang mencapai 25,03% k. PPnBM DN
akibat kebijakan percepatan Realisasi penerimaan
restitusi berdasarkan Peraturan PPnBM DN mencapai Rp10,47
Menteri Keuangan Nomor triliun atau 69,40% dari target
39/PMK.03/2018. Jika dilihat secara APBN 2019 sebesar Rp15,09 triliun
bruto, yaitu dengan mengeluarkan dan tumbuh -18,17% semakin
restitusi dari perhitungan, maka melambat bila dibandingkan
pertumbuhan PPN DN adalah pertumbuhan tahun 2018 yang
sebesar 6,58%. Positifnya mencapai -3,75%. Secara sektoral
pertumbuhan bruto ini juga terlihat realisasi PPnBM DN didominasi
dari baiknya pertumbuhan setoran oleh Industri Pengolahan terutama
Masa, yang merupakan kontributor Industri Kendaraan Bermotor yang
terbesar, sebesar 8,32%. Secara mencapai Rp10,25 triliun, dengan
sektoral, realisasi PPN DN pertumbuhan -15,61%.
didominasi oleh sektor Pertumbuhan negatif pada PPnBM
Perdagangan yang tumbuh 3,59% DN disebabkan oleh penurunan
diikuti Industri Pengolahan yang penjualan jenis mobil, termasuk di
tumbuh -3,1%. dalamnya penjualan mobil yang
terutang PPnBM.

LAPORAN KINERJA
42

l. PPnBM Impor n. Pajak Lainnya


Realisasi penerimaan Realisasi penerimaan Pajak
PPnBM Impor mencapai Rp4,73 Lainnya mencapai Rp7,69 triliun
triliun atau 76,65% dari target atau 89,32% dari target APBN 2019
APBN 2019 sebesar Rp6,17 triliun sebesar Rp8,60 triliun dan tumbuh
dan tumbuh 15,04% lebih baik 15,99%, lebih baik dibandingkan
dibandingkan tahun 2018 yang tahun 2018 yang tumbuh -1,62%.
hanya tumbuh 8,21%. Secara Peningkatan penerimaan ini salah
sektoral, realisasi terbesar berasal satunya disebabkan oleh lonjakan
dari Sektor Perdagangan, setoran Bunga Penagihan yang
khususnya perdagangan mobil dan tumbuh hingga 202,41%. Sementara
sepeda motor yang mencapai itu, setoran terbesar pajak lainnya
Rp3,97 triliun dengan pertumbuhan yaitu Penjualan Benda Meterai dan
23,1% Pertumbuhan positif PPnBM Bea Meterai tumbuh melambat
impor disebabkan oleh pergerakan masing-masing sebesar 3,47% dan
aktfitas impor mobil (CBU). 0,32%, lebih rendah dari tahun 2018
dimana keduanya berada pada
m. PBB level 7%.
Realisasi penerimaan PBB
mencapai Rp21,17 triliun atau
110,84% dari target APBN 2019
sebesar Rp19,10 triliun dan tumbuh
8,90%, melambat dibandingkan
tahun 2018 yang tumbuh 15,94%.

LAPORAN KINERJA
43

Customer Perspective
Sasaran Strategis 2: Pelayanan publik yang prima
1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode IKU Nama IKU Target Realisasi Kinerja

2a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJP 4,29 4,45 103,73%

• Deskripsi Sasaran Strategis


Ultimate goal Reformasi Birokrasi Kemenkeu adalah peningkatan kualitas dan
perbaikan citra pelayanan publik. Dengan pencapaian tujuan utama tersebut, diharapkan
pula tingkat kepuasan layanan Kemenkeu kepada masyarakat sebagai pengguna layanan
atau stakeholders menjadi semakin baik. Setidaknya, harapan pihak yang dilayani
terpenuhi oleh pelayanan yang diberikan lebih baik atau bahkan memberikan nilai tambah.
Untuk memenuhi kepuasan pengguna layanan atau stakeholders dan sejalan dengan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, maka
dalam penyelenggaraan pelayanan harus berasaskan: kepentingan umum, kepastian
hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, profesionalisme, partisipatif,
persamaan perlakuan, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan, ketepatan waktu dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkuan. Untuk
mengetahui tingkat kepuasan layanan, maka penyelenggara wajib melakukan evaluasi
terhadap kinerja pelayanan secara berkala dan berkelanjutan. Sebelas aspek layanan
yang menjadi objek survei tergambar sebagai berikut:

Gambar 3. 1 11 Aspek Layanan

Sumber: Laporan hasil survei kepuasan pengguna layanan Kemenkeu RI 2019

LAPORAN KINERJA
44

• Definisi IKU

Tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana kualitas pelayanan Kementerian


Keuangan kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kemenkeu atau stakeholders
lainnya adalah melalui survei kepuasan pengguna layanan. Kementerian Keuangan
berperan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Data capaian
diperoleh dari survei yang diselenggarakan oleh Sekretariat Jenderal c.q. Biro Organta
bekerjasama dengan Tim Peneliti independen dengan output berupa Indeks Kepuasan
Pengguna Layanan Kementerian Keuangan. Lingkup survei adalah pengguna layanan
atau stakeholders dan jenis layanan yang diberikan oleh Kementerian Keuangan.

Tabel 3. 4 Jenis Layanan


No. Jenis layanan yang disurvei
1 Pelayanan permohonan Surat Keterangan Fiskal (SKF) wajib pajak
2 Pelayanan permohonan pemindahbukuan (Pbk)
3 Pelayanan penyelesaian permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
4 Pelayann pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
Sumber: Laporan hasil survei kepuasan pengguna layanan Kemenkeu RI 2019

• Formula IKU
Indeks Hasil Survei.

Berikut data responden menurut klasifikasi umur:


Grafik 3. 3 Data Responden Menurut Klasifikasi Umur

USIA
>60 <20
51-60

41-50 20-30

31-40

Sumber: Laporan hasil survei kepuasan pengguna layanan Kemenkeu RI 2019

LAPORAN KINERJA
45

• Realisasi IKU dari 10 September 2019 – 10 Oktober


Untuk mengukur kepuasan 2019.
pengguna layanan, Kementerian Indeks Kepuasan Publik atas
Keuangan melakukan Survei Kepuasan Layanan DJP tahun 2019 mencapai
Pengguna Layanan terhadap unit angka 4,45 dari target 4,29 (skala 5),
eselon I yang memiliki unit kerja sehingga capaiannya secara persen-
pelayanan di berbagai daerah, tase sebesar 103,73%. Kesimpulan
termasuk DJP yang memiliki 204 hasil survei adalah semua aspek
Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan layanan DJP yang disurvei memiliki in-
Konsultasi Perpajakan (KP2KP), 352 deks kepuasan lebih dari 4 (empat),
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang artinya capaian atas indeks kepuasan
tersebar pada 34 Kantor Wilayah layanan DJP sudah baik dan memenuhi
(Kanwil) di seluruh Indonesia. Survei kepuasan pengguna layanan. Hasil
dilakukan di enam kota besar, yakni survei Indeks Kepuasan Layanan DJP
Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, terlihat pada grafik berikut:
Balikpapan dan Batam selama 30 Hari

Grafik 3. 4 Indeks Kepuasan Layanan DJP per Kota

Sumber : Laporan hasil survei kepuasan pengguna layanan Kemenkeu RI 2019

• Analisis terkait capaian IKU Direktorat Jenderal Anggaran,


Survei Kepuasan Pengguna Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat
Layanan Kemenkeu dilakukan pada 6 Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat
(enam) kota yaitu Medan, Batam, Jenderal Perbendaharaan Negara,
Jakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara,
Makasar pada 11 unit eselon I, meliputi Direktorat Jenderal Pengelolaan

LAPORAN KINERJA
46

Pembiayaan dan Risiko, Sekretariat pelayanan dari masa ke masa.


Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Pelayanan yang semakin baik
Badan Pendidikan dan Pelatihan diharapkan dapat memberikan stigma
Keuangan. Jumlah responden survei positif di mata konsumen, dalam hal ini
DJP sebanyak 480 responden. para Wajib Pajak. Program atau
kegiatan yang telah dilaksanakan oleh
• Analisis terkait penggunaan sumber Direktorat Jenderal Pajak sepanjang
daya tahun 2019 guna mendukung capaian
Indeks Kepuasan Publik atas IKU Indeks Kepuasan Publik atas
Layanan DJP adalah besaran yang Layanan DJP tersebut adalah sebagai
diperoleh dari hasil survei. Dalam hal berikut:
ini, Direktorat Jenderal Pajak, dan a. Menyusun kebijakan-kebijakan
seluruh Eselon I se-Kementerian untuk mempermudah Wajib Pajak
Keuangan bekerja sama dengan dalam mendapatkan pelayanan
Universitas Gajah Mada. terbaik, seperti PER-07/PJ/2019
tentang Tata Cara Penyampaian
• Anggaran Pengaduan Pelayanan Perpajakan;
Anggaran yang digunakan dalam b. Menyempurnakan aplikasi yang
pelaksanaan Survei Kepuasan digunakan oleh Wajib Pajak dalam
Pengguna Layanan Kementerian menjalankan kewajiban
Keuangan Tahun Anggaran 2019 perpajakannya;
dibebankan pada DIPA Kementerian c. Otomasi layanan permohonan SKF
Keuangan. dan SKD melalui laman pajak.go.id;
d. Memberikan pelayanan terbaik
• Analisis program yang menunjang kepada Wajib Pajak/Masyarakat;
keberhasilan pencapaian kinerja: e. Tanggapan dalam menindaklanjuti
Sebagai sebuah organisasi keluhan/aduan Wajib
publik yang mengedepankan Pajak/Masyarakat dengan rata-
pelayanan, DJP dituntut untuk rata penyelesaian pengaduan
berproses memperbaiki kinerja melalui SIPP dalam 12 hari kerja.

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Realisasi Kinerja Dua
Tahun Sebelumnya:
Tabel 3. 5 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019

Realisasi Realisasi Realisasi Tahun


Nama IKU Tahun 2017 Tahun 2018 2019

Indeks Kepuasan Publik 4,27 4,32 4,45


atas Layanan DJP
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Realisasi kinerja pada tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2017 dan 2018. Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2018, realisasi Indeks
Kepuasan Publik atas Layanan DJP mengalami peningkatan sebesar 0,13 dari tahun
2018.

LAPORAN KINERJA
47

Terdapat sebelas aspek layanan menurut UU No 25 Tahun 2009 yang menjadi objek
survei, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 3. 6 Perbandingan Hasil Survei tahun 2018 dan 2019

No Aspek Layanan 2018 2019 Selisih


1 Keterbukaan/kemudahan akses 4.26 4.33 0.07
informasi
2 Informasi layanan 4.31 4.40 0.09
3 Kesesuaian prosedur dengan 4.34 4.48 0.14
ketentuan yang ditetapkan
4 Sikap pegawai 4.38 4.53 0.15
5 Kemampuan dari ketrampilan pegawai 4.27 4.40 0.13
6 Lingkungan pendukung 4.34 4.49 0.15
7 Akses terhadap kantor layanan 4.33 4.47 0.14
8 Waktu penyelesaian layanan 4.22 4.37 0.15
9 Pembayaran biaya sesuai
aturan/ketentuan yang ditetapkan
10 Penganaan sanksi/denda atas
pelanggaran terhadap ketentuan
layanan
11 Keamanan lingkungan dan layanan 4.41 4.59 0.18
Sumber : Laporan hasil survei kepuasan pengguna layanan Kemenkeu RI 2019

Indeks kepuasan pengguna Pemenuhan layanan publik salah


layanan DJP pada tahun 2019 mencapai satunya diukur dengan IKU Indeks
skor 4,45 (baik) dari skala pengukuran kepuasan pengguna layanan. DJP
1 (satu) sampai dengan 5 (lima) yang selalu berupaya untuk meningkatkan
artinya telah memenuhi kepuasan kualitas layanan dari tahun ke tahun.
pengguna layanan. Target IKU Indeks kepuasan pengguna
Aspek layanan yang memiliki layanan tahun 2019 meningkat tajam
kinerja terbaik adalah: dibandingkan dengan target tahun
1. Keamanan lingkungan dan layanan 2017. Dengan melihat tren peningkatan
4.59; Indeks Kepuasan Pengguna Layanan
2. Sikap pegawai 4.53; tahun 2017-2019 mulai 4,27 pada tahun
3. lingkungan pendukung 4.49; 2017, 4.32 pada tahun 2018 sampai
4. Keseuaian prosedur dengan dengan 4.45 pada tahun 2019, maka
ketentuan 4.48; diproyeksikan pencapaian Indeks
Kepuasan Pengguna Layanan DJP
Salah satu sasaran strategis pada tahun berikutnya juga dapat
pada Renstra DJP tahun 2018 dan 2019 meningkat memenuhi target yang
adalah pemenuhan layanan publik. ditetapkan.

LAPORAN KINERJA
48

• Upaya menunjang pencapaian kinerja


Upaya-upaya yang dilakukan pada tahun 2019 untuk menunjang pencapaian
kinerja antara lain melalui program/kegiatan sebagai berikut:
1) Sosialisasi peraturan terkait pelayanan perpajakan kepada unit vertikal
pelaksanaan pelayanan;
2) Koordinasi pelaksanaan pemberian layanan dengan unit vertikal;
3) Peningkatan fungsi Tax Knowledge Base (TKB);
4) Implementasi PER-27/PJ/2016 tentang Standardisasi Pelayanan pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) dimulai dari bimbingan teknis kepada para Kepala Seksi
Pelayanan dan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, workshop kepada para
Front Liner dan Account Representative Pengawasan dan Konsultasi I, piloting
project di KPP dan pembuatan video instruksional pemberian layanan;
5) Penyelenggaraan pemberian informasi publik;
6) Optimalisasi tindak lanjut pengaduan pelayanan perpajakan;
7) Bimbingan teknis pengaduan kepada unit vertikal untuk menyeragamkan
pelaksanaan pemberian layanan di KPP;
8) Bimbingan teknis pelayanan dan bimbingan konsultasi;
9) Monitoring dan evaluasi layanan DJP;

LAPORAN KINERJA
49

Sasaran Strategis 3: Kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
3a-CP Persentase kepatuhan WP Badan dan 60,00% 62,08% 103,47%
OPNK
3a1-CP Persentase Tingkat Kepatuhan Formal 70% 72,52% 103,60%
WP Badan dan OPNK
3a2-CP Persentase WP Badan dan OPNK yang 50% 51,64% 103,28%
melakukan pembayaran

Persentase kepatuhan WP Badan dan penyampaian Surat Pemberitahuan


OP Non Karyawan terdiri dari 2 (dua) (SPT) Tahunan PPh baik WP Badan
aspek pengukuran yaitu: maupun WP Orang Pribadi (Non
Karyawan). Indikator Kinerja Utama
1. Persentase tingkat kepatuhan yang diukur adalah rasio kepatuhan
formal Wajib Pajak Badan dan OP penyampaian SPT Tahunan dengan
Non Karyawan membandingkan antara jumlah
penyampaian SPT Tahunan dengan
• Deskripsi Sasaran Strategis: jumlah WP terdaftar yang wajib
Meningkatkan kepatuhan dalam menyampaikan SPT Tahunan (Badan
pendaftaran dan penyampaian SPT maupun OP Non Karyawan), dengan
Tahunan (kepatuhan formal) serta status domisili/pusat (kode status
pembayaran wajib pajak. NPWP 000) yang mempunyai
kewajiban menyampaikan SPT
• Deskripsi IKU: Tahunan PPh, tidak termasuk
Persentase tingkat kepatuhan bendahara, joint operation,
formal Wajib Pajak Badan dan OP Non cabang/lokasi, WP berstatus Kantor
Karyawan adalah perbandingan antara Perwakilan (Representative Office),
jumlah SPT Tahunan PPh Badan dan WP yang hak pengenaan
OP Non Karyawan yang diterima perpajakannya ada di negara mitra
selama tahun 2019 (tidak termasuk Persetujuan Penghindaran Pajak
pembetulan SPT Tahunan PPh) dengan Berganda (P3B), WP Penghasilan
jumlah WP Badan dan OP Non Tertentu sesuai dengan pasal 2 huruf a
Karyawan Terdaftar Wajib SPT Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Tahunan PPh per 31 Desember tahun 183/PMK.03/2007, WP Non Efektif, dan
2018; sejenis lainnya yang dikecualikan atau
Kepatuhan formal yang dimaksud tidak mempunyai kewajiban
dalam IKU ini adalah pemenuhan menyampaikan SPT Tahunan PPh.

• Formula IKU:

Jumlah total SPT Tahunan PPh yang disampaikan WP Badan dan OP Non
Karyawan X 100%
Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan terdaftar Wajib SPT Tahunan PPh

LAPORAN KINERJA
50

• Realisasi IKU: • Deskripsi Sasaran Strategis:


Pencapaian IKU telah melebihi Meningkatkan kepatuhan
target yang telah ditetapkan, namun dalam pendaftaran dan
belum optimal dalam mendukung penyampaian SPT Tahunan
pencapaian target penerimaan pajak (kepatuhan formal) serta
tahun 2019. Pada tahun 2019, realisasi pembayaran wajib pajak.
rasio kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan Badan dan OP Non Karyawan • Deskripsi IKU:
sebesar 72,52% dari target yang telah Persentase WP Badan dan OP
ditetapkan sebesar 70%. Rasio Non Karyawan yang melakukan
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan pembayaran adalah persentase
Badan dan OP Non Karyawan tahun proporsional antara jumlah WP
2019 naik dibandingkan dengan tahun Badan dan OP non karyawan yang
2018 (realisasi kepatuhan melakukan pembayaran dengan
penyampaian SPT Tahunan Badan dan jumlah WP Badan dan OP non
OP Non Karyawan tahun 2018 sebesar karyawan yang melakukan
69,30%). pembayaran dengan jumlah
Jumlah SPT Tahunan PPh 1770 dan tertentu.
1771 yang disampaikan oleh Wajib WP Badan dan OP Non
Pajak sampai dengan triwulan IV tahun Karyawan terdaftar wajib SPT
2019 adalah 3.257.567 SPT dari Tahunan PPh adalah WP Badan dan
4.514.765 jumlah Wajib Pajak Badan OP Non Karyawan dengan status
dan OP Non Karyawan Wajib SPT domisili/pusat (kode status NPWP
Tahunan, atau mencapai 72,52%. 000) yang mempunyai kewajiban
menyampaikan SPT Tahunan PPh,
• Analisis terkait capaian IKU: tidak termasuk bendahara, joint
Target IKU telah tercapai tetapi operation, cabang/lokasi, WP
kepatuhan WP tergolong masih berstatus Kantor Perwakilan
rendah. Hal ini disebabkan antara lain (Representative Office), WP yang
karena pengawasan yang belum hak pengenaan perpajakannya ada
optimal dalam menjangkau Wajib di negara mitra Persetujuan
Pajak wajib melaporkan SPT, belum Penghindaran Pajak Berganda
optimalnya tindak lanjut atas data (P3B), WP Penghasilan Tertentu
prioritas pengawasan penyampaian sesuai dengan pasal 2 huruf a
SPT, masih terdapat pembayaran pajak Peraturan Menteri Keuangan
di bawah nominal tertentu, Nomor 183/PMK.03/2007, WP Non
terbatasnya edukasi dan penyuluhan Efektif, dan sejenis lainnya yang
yang terkait pada kepatuhan WP serta dikecualikan atau tidak mempunyai
Layanan KSWP (Konfirmasi Status kewajiban menyampaikan SPT
Wajib Pajak) yang belum Tahunan PPh.
terimplementasi secara luas. Pembayaran dengan jumlah
tertentu yang dimaksud adalah
2. Persentase WP Badan dan OPNK pembayaran yang dilakukan WP
yang melakukan pembayaran Badan dan OP Non Karyawan
dengan batasan minimal

LAPORAN KINERJA
51

pembayaran sebesar Rp100.000 pajak pada tahun yang sama, maka


(seratus ribu rupiah). Terhadap dihitung sebagai satu realisasi WP
satu WP Badan atau OP Non Badan atau OP Non Karyawan yang
Karyawan yang melakukan melakukan pembayaran.
pembayaran dua atau lebih jenis
• Formula IKU:
60% X Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran
Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran
+
40% X Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan yang melakukan pembayaran
dengan jumlah tertentu
Jumlah WP Badan dan OP Non Karyawan terdaftar wajib SPT Tahunan

• Realisasi IKU: Wajib Pajak Wajib SPT, belum


Pencapaian IKU telah melebihi optimalnya tindak lanjut atas data
target yang telah ditetapkan, prioritas pengawasan
namun belum optimal dalam penyampaian SPT, masih ada
mendukung pencapaian target pembayaran pajak di bawah
penerimaan pajak tahun 2019. nominal tertentu, terbatasnya
Pada tahun 2019, realisasi edukasi dan penyuluhan yang
persentase jumlah WP Badan dan berkontribusi pada kepatuhan WP
OP Non Karyawan yang melakukan Wajib SPT serta Layanan KSWP
pembayaran pada triwulan IV (Konfirmasi Status Wajib Pajak)
tahun 2019 sebesar 51,64% atau yang belum terimplementasi
mencapai target yang ditetapkan secara luas.
yaitu sebesar 50%.
Jumlah Wajib Pajak Badan dan • Analisis atas pelaksanaan rencana
OP Non Karyawan yang melakukan aksi atau mitigasi resiko:
pembayaran sampai dengan Sistem pengawasan perpajakan
triwulan IV tahun 2019 adalah terhadap kepatuhan Wajib Pajak
2.305.558 Wajib Pajak dari belum optimal karena kapasitas
4.514.765 jumlah Wajib Pajak DJP baik terkait dengan SDM, IT,
Badan dan OP Non Karyawan Wajib maupun organisasi belum mampu
SPT Tahunan. Pembayaran pajak menjangkau seluruh WP, belum
mayoritas berasal dari setoran tersedia informasi yang
masa (KJS 100). menampilkan tingkat kepatuhan
Wajib Pajak, Wajib Pajak belum
• Analisis terkait capaian IKU: menjalankan kewajiban
Target IKU telah tercapai tetapi perpajakannya sesuai dengan
kepatuhan WP tergolong masih peraturan yang berlaku serta
rendah. Hal ini disebabkan antara layanan perpajakan belum
lain karena pengawasan yang menjangkau seluruh WP.
belum optimal dalam menjangkau

LAPORAN KINERJA
52

2. Perbandingan realisasi IKU Persentase kepatuhan WP Badan dan OP Non Karyawan


selama 3 tahun (2017-2019) adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 7 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Realisasi Realisasi


Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
3a-CP Persentase Kepatuhan WP Badan 62,89% 59,57% 62,08%
dan OPNK
3a1-CP Persentase Tingkat Kepatuhan 62,89% 68,55% 72,52%
Formal WP Badan dan OPNK
3a2-CP Persentase WP Badan dan OPNK - 50,59% 51,64%
yang melakukan pembayaran
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Peningkatan Persentase Pengampunan Pajak baik dari
Kepatuhan WP Badan dan OPNK Tim Kantor Pusat DJP maupun
disebabkan antara lain oleh di kantor reguler.
pertumbuhan alami WP yang 3. Penerbitan NDR-30/PJ.08/2019
melaksanakan kewajibannya tentang Strategi Pengawasan
secara sukarela serta efek dari Wajib Pajak Tahun Pajak 2019.
pengawasan yang dilakukan oleh 4. Pengoptimalan pemanfaatan
DJP terhadap WP. Upaya yang Data WP TLTD (Tidak Lapor
dilakukan untuk meningkatkan Terdapat Data).
kepatuhan WP yaitu: 5. Pemanfaatan data-data melalui
1. Melakukan pengawasan Approweb dengan model
dengan cara pemantauan data- Manajemen Kepatuhan Wajib
data sebagai berikut: Pajak Berbasis Risiko (CRM)
a. WP OP dan Badan yang tahun pada unit vertikal.
sebelumnya menyampaikan 6. Monitoring dan evaluasi atas
SPT tetapi sampai dengan jatuh tindak lanjut data prioritas
tempo penyampaian SPT belum pengawasan yang telah
menyampaikan SPT. diturunkan pada Appportal
b. WP OP dan Badan yang tidak DJP. Informasi ini disampaikan
meyampaikan SPT sampai pada setiap rapat koordinasi
dengan jatuh tempo dan kunjungan ke beberapa
penyampaian SPT tetapi Kanwil DJP.
terdapat data transaksi (WP 7. Mendorong WP yang telah
TLTD). mengikuti program TA untuk
c. WP OP dan Badan peserta Tax menyampaikan SPT dan
Amnesty yang sampai dengan melakukan pembayaran
jatuh tempo penyampaian SPT dengan melakukan penelitian
belum menyampaikan SPT. terhadap data-data yang ada
2. Pembentukan Tim Satgas sebagai upaya peningkatan Tax
pemantauan SPT dan Laporan Base pasca TA.
Penempatan Harta

LAPORAN KINERJA
53

8. Monitoring dan evaluasi 9. Mengembangkan program


kegiatan pengawasan terpadu kegiatan penyuluhan
pembayaran Masa terhadap dan edukasi.
WP dengan kontribusi 10. Melaksanakan Bimtek dan
penerimaan sebesar 90% dari Evaluasi implementasi KSWP
penerimaan nasional dan WP (Konfirmasi Status Wajib
lainnya. Informasi ini Pajak) terkait beberapa
disampaikan pada setiap rapat layanan publik pada unit
koordinasi dan kunjungan ke vertikal DJP dan K/L atau
beberapa Kanwil DJP. pemda.

3. Rencana Aksi
Adapun rencana aksi yang akan dilakuklan adalah sebagai berikut:

Rekomendasi Rencana Aksi UIC Periode Pelaksanaan

Direktorat PKP Jan 2020


1) Penerbitan Nota Dinas tentang
Strategi Pengawasan Wajib
Pajak Tahun Pajak 2020 dan
Penyusunan WP Wajib SPT 2020.
2) Optimalisasi pengawasan
KPP Jan-Des 2020
kepatuhan Wajib Pajak berbasis
data melalui Approweb dan
Appportal.
3) Pembentukan Tim Satgas untuk
KPDJP/Kanwil/KPP Jan-April 2020
monitoring dan evaluasi
pemantauan SPT dari Tim
Kantor Pusat DJP maupun di
Unit Vertikal DJP .
4) Pelaksanaan Program terpadu
Kanwil/KPP Jan-Des 2020
kegiatan penyuluhan dan
edukasi.
5) Percepatan pembenahan
Direktorat PKP / Jan-Mar 2020
pengukuran kinerja pemenuhan
Bagian Organta/
kepatuhan formal dan
Direktorat TIK
pembayaran WP.
6) Perluasan implementasi KSWP
Jan-Jun 2020
sesuai dengan target.
Tim KSWP
7) Pembenahan basis data WP
Jan-Des 2020
terutama WP UMKM .
KPDJP/Kanwil/KPP

LAPORAN KINERJA
54

Internal Process Perspective


Sasaran Strategis 4: Perumusan kebijakan yang berkualitas
1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
4a-N Indeks efektivitas peraturan perpajakan 8.2 8.57 104,51%

• Deskripsi Sasaran Strategis memberikan kesempatan kepada Kantor


Peraturan perpajakan yang efektif Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Wilayah
dilakukan untuk mendukung kegiatan (Kanwil) DJP dalam memberikan masukan
operasional Direktorat Jenderal Pajak terhadap peraturan perpajakan sehingga
(DJP) dalam rangka menunjang pen- diharapkan dapat lebih meningkatkan
erimaan pajak negara yang optimal dan efektivitas peraturan perpajakan.
meningkatkan kepastian hukum bagi pihak Penilaian atas kinerja birokrasi
eksternal (Wajib Pajak, Asosiasi, dll) mau- publik antara lain menggunakan indikator-
pun internal DJP yang terkait dengan per- indikator yang melekat pada birokrasi
aturan perpajakan. seperti efisiensi dan efektivitias, pada DJP
melekat pada efektivitas peraturan
• Deskripsi IKU: perpajakan. Dengan dilaksanakannya
Dalam rangka melaksanakan survei tersebut diharapkan dapat
ketentuan sebagaimana diatur dalam diperoleh informasi terkait dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor efektivitas atas peraturan yang telah terbit
467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan dan diberlakukan, serta harapan
Kinerja di Lingkungan Kementerian stakeholders sebagai dasar pengambilan
Keuangan dan Keputusan Direktur kebijakan yang berkualitas.
Jenderal Pajak Nomor 105/PJ/2012 IKU Indeks Efektivitas Peraturan
tentang Pengelolaan Kinerja di merupakan IKU Direktur Jenderal Pajak
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang di-cascade ke 3 (tiga) direktorat yaitu
terkait kinerja organisasi Direktorat Jen- Direktorat Peraturan Perpajakan I,
deral Pajak dalam memenuhi sasaran Direktorat Peraturan Perpajakan II, dan
strategis pada stakeholder perspective Direktorat Perpajakan Internasional.
yang diampu oleh Direktorat Peraturan Sehubungan dengan hal tersebut, maka
Perpajakan I, Direktorat Peraturan Perpa- ketiga direktorat membuat satu survei
jakan II dan Direktorat Perpajakan Inter- yang memuat perwakilan peraturan dari
nasional yaitu Perumusan Kebijakan yang masing-masing direktorat penerbit
berkualitas dengan Indikator Kinerja peraturan, dengan Direktorat Peraturan
Utama (IKU) Indeks Efektivitas Peraturan. Perpajakan II sebagai koordinator
Survei efektivitas peraturan pelaksananya. Peraturan yang dilakukan
perpajakan merupakan survei dalam survei adalah peraturan yang diterbitkan
rangka mengukur tingkat kepuasan atau berlaku mulai triwulan IV tahun sebe-
stakeholder atas peraturan perpajakan lumnya sampai dengan triwulan III tahun
yang terbit, dan memenuhi pencapaian IKU berjalan.
Indeks Efektivitas Peraturan Perpajakan
yang merupakan IKU Direktur Jenderal • Fornula IKU
Pajak. Survei ini dilaksanakan untuk Indeks Hasil Survei, dengan skala 1-10.

LAPORAN KINERJA
55

Metode yang digunakan dalam • Objek Survei


rangka mengukur indeks efektivitas Pertanyaan survei terdiri dari 2
peraturan adalah dengan menggunakan (dua) bagian yaitu pertanyaan tertutup
kuesioner kepada para pengguna sejumlah 9 (sembilan) pertanyaan dan
peraturan yaitu fiskus di lapangan. Survei pertanyaan terbuka sejumlah 3 (tiga)
dilakukan melalui aplikasi Sistem pertanyaan, mencakup hal-hal terkait
Informasi Kepegawaian dan Keuangan efektivitas suatu peraturan yang bertujuan
(SIKKA) pada tanggal 2 Desember 2019 agar data yang diperoleh lebih
sampai dengan 13 Desember 2019. representatif.
Responden survei terdiri dari pegawai di
Kanwil (Kepala Kanwil, Kepala Bidang, • Realiasi IKU
Kepala Seksi Bimbingan, Pelayanan, dan Populasi pada survei kali ini adalah
Konsultasi, Kepala Seksi Keberatan, seluruh pegawai DJP yaitu 44.632 dengan
Banding, dan Pengurangan, Penelaah sampel sejumlah 21.115 pegawai kriteria
Keberatan, dan Fungsional Pemeriksa) tertentu yang tersebar pada KPP dan
dan KPP (Kepala Kantor, Kepala Seksi Kanwil DJP di seluruh Indonesia.
Pelayanan, Kepala Seksi Pengawasan dan Responden yang mengisi survei sebanyak
Konsultasi, Account Representative (AR), 7.639 responden, dengan menggunakan
Fungsional Pemeriksa, dan Fungsional Rumus Slokin, jumlah populasinya 44.632,
Penilai. Hasil Survei dinyatakan dalam tingkat kesalahan (sampling error)
bentuk Indeks Hasil Survei Kepuasan sebesar 5%, jumlah sampelnya minimal
Stakeholder. Indeks dinyatakan dalam 396,45. Maka sampel yang digunakan
angka 1 s.d.10. sejumlah 7.639 telah memenuhi syarat

Grafik 3. 5 Profil Responden Survei


Penelaah Keberatan Kepala Bidang
Penilai PBB 3% 1%
2%
Kepala Seksi Kepala Seksi
17%
Account Representative
Pemeriksa Pajak
26% Pemeriksa Pajak

Penilai PBB

Kepala Bidang
Account
Representative Penelaah Keberatan
51%

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak


Perhitungan hasil survei dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office
Professional Plus Excel Tahun 2013. Data hasil survei disegmentasi berdasarkan peraturan.
Rincinan perhitungannya adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA
56

Tabel 3. 8 Tabel Rekapitulasi Penghitungan Survei Efektivitas Peraturan tahun 2019

No Peraturan Responden Skor PIC

1 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 5138 8,58 Direktorat


KEP-271/PJ/2018 Tentang Kebijakan Peraturan
Perpajakan Sehubungan dengan Bencana Perpajakan
Alam Gempa Bumi dan Tsunami di Wilayah I
Donggala, Palu, dan Sekitarnya.
2 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 5046 8,53
PER-12/PJ/2019 Tentang Tata Cara Penerbitan
Surat Keterangan Pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean atas Impor yang Merupakan
Pemasukan Barang yang Digunakan untuk
Kegiatan Pemanfaatan Jasa Kena Pajak.
3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: PMK- 4493 8,58
120/PMK.03/2019 Tentang Tata Cara Pengajuan
dan Penyelesaian Permintaan Kembali Pajak
Pertambahan Nilai Barang Bawaan Orang
Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri.
4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 3550 8,54
PER-08/PJ/2019 Tentang Tata Cara Pemberian,
Penyesuaian, dan Penghapusan Nomor Obyek
Pajak Pajak Bumi dan Bangunan.
5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 5560 8,61 Direktorat
PER-03/PJ/2019 Tentang Tata Cara Pemberian Peraturan
Surat Keterangan Fiskal. Perpajakan
6 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 5489 8,56 II
PER-09/PJ/2019 Tentang Tata Cara
Pencabutan dan Pembatalan Surat Keterangan
Pajak Penghasilan.
7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: 3810 8,58 Direktorat
PER-24/PJ/2018 Tentang Tata Cara Pertukaran Perpajakan
Informasi Secara Spontan Dalam Rangka Internasion
Melaksanakan Perjanjian Internasional. al
8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: PMK- 3742 8,56
49/PMK.03/2019 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Prosedur Persetujuan Bersama.
9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 5290 8,54
PMK.192/2018 Tentang Pelaksanaan
Pengkreditan Pajak atas Penghasilan dari
Luar Negeri.
Rata-rata 4680 8,57

LAPORAN KINERJA
57

IKU Indeks Efektivitas Peraturan pada tahun 2019 memiliki target 8,2. Dari hasil
survei, diperoleh nilai total 8,57 sehingga telah mencapai target yang ditetapkan. Hasil
rata-rata peraturan yang diterbitkan oleh Direktorat Peraturan Perpajakan I adalah sebesar
8,59, Direktorat Peraturan Perpajakan II sebesar 8,59, dan Direktorat Perpajakan
Internasional sebesar 8,56.
Grafik 3. 6 Hasil Survei Efektivitas Peraturan tahun 2019

PMK.192/PMK.03/2018 8.54

PMK-49/PMK.03/2019 8.56

PER-24/PJ/2018 8.58

PER-09/PJ/2019 8.56

PER-03/PJ/2019 8.61

PER-08/PJ/2019 8.54

PMK-120/PMK.03/2019 8.58

PER-12/PJ/2019 8.53

KEP-271/PJ/2018 8.58

8.48 8.50 8.52 8.54 8.56 8.58 8.60 8.62

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak


pekerjaan sehari-hari dalam rangka
Dalam rangka menjalankan tugas mengumpulkan penerimaan pajak. Pada
pokok Direktorat Jenderal Pajak, yaitu dasarnya efektivitas digunakan untuk
menyelenggarakan perumusan dan menunjukan tingkat keberhasilan suatu
pelaksanaan kebijakan di bidang pajak usaha atau kegiatan dalam rangka
sesuai dengan ketentuan peraturan pe- mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
rundang-undangan, diperlukan sasaran Efektivitas peraturan perpajakan
program/kegiatan yang memiliki indikator merupakan gambaran dari kemampuan
kinerja agar hasilnya dapat terukur dan organisasi dalam menerbitkan peraturan
menunjang pencapaian tujuan Direktorat untuk mencapai tujuan yang telah
Jenderal Pajak. Perumusan kebijakan ditetapkan, yakni jumlah penerimaan pajak
yang berkualitas dengan IKU Indeks efek- yang telah direncanakan. Dengan demikian
tivitas peraturan target ditetapkan 8,2 indeks efektivitas peraturan perpajakan
(skala 1-10). merupakan ukuran yang dapat digunakan
untuk menilai kualitas atas kebijakan yang
Perumusan kebijakan yang ditetapkan.
berkualitas dapat terlihat dari efektivitas
atas peraturan perpajakan yang telah Hasil penghitungan survei
diterbitkan dan diterapkan dalam diperoleh nilai 8,57 (skala 1-10) yang

LAPORAN KINERJA
58

merupakan hasil yang baik dan telah • Kendala pada pelaksanaan survei:
melebihi target yang telah ditetapkan. Sur- Peraturan yang dilakukan survei
vei tahun 2019 tidak jauh berbeda dengan meliputi peraturan perpajakan yang
survei yang dilaksanakan pada tahun 2018. disusun oleh setiap subdirektorat
Sebelumnya, IKU Indeks Efektivitas konseptor peraturan di ketiga direktorat
Peraturan Perpajakan masing-masing di- pemilik IKU. Peraturan tersebut yang
ampu oleh Direktur Peraturan Perpajakan diterbitkan dalam kurun waktu triwulan
I, Direktur Peraturan Perpajakan II, dan ke-IV tahun 2018 sampai dengan triwulan
Direktur Perpajakan Internasional. ke-III tahun 2019. Selain itu, tidak semua
Kemudian mulai tahun 2018, IKU tersebut peraturan memiliki responden atau
di-cascade menjadi IKU Direktur Jenderal pemakai yang sama, di antaranya adalah
Pajak yaitu IKU Indeks Efektivitas peraturan Direktorat Perpajakan
Peraturan. Internasional yang memiliki responden
khusus misalnya di KPP dan Kanwil
Oleh karena itu, mulai tahun 2018, tertentu, sehingga diperlukan pertanyaan
survei dilaksanakan bersama oleh ketiga awal yang berfungsi sebagai filter bagi
direktorat tersebut dengan Subdirektorat setiap peraturan yang disurvei.
Harmonisasi Peraturan Perpajakan
sebagai unit pelaksananya. Obyek yang Hambatan lain yang dihadapi
disurvei meliputi seluruh peraturan dalam pencapaian IKU adalah beragamnya
perpajakan di bidang PPh, KUP, Penagihan peraturan yang menjadi objek pengukuran
Pajak, PPN dan PPn BM, BM, PBB, BPHTB, serta penyelenggaraan survei yang
yang diterbitkan oleh ketiga direktorat bersamaan dengan survei lain yang dil-
tersebut. Hal tersebut berdampak pada akukan Direktorat Jenderal pajak. Hal ini
perubahan mendasar atas hampir seluruh dapat menyebabkan respon yang
komponen kuesioner. diperoleh dari responden cenderung bias
dan kurang menunjukkan hasil yang
Hasil yang diperoleh pada tahun diharapkan. Untuk menghadapi tantangan
2019 nilainya melebihi target, dapat tersebut survei didesain agar dapat
disimpulkan bahwa fiskus telah meringankan beban responden ketika
memberikan penilaian yang baik atas mengisi kuesioner. Pertanyaan kuesioner
efektivitas peraturan yang telah dibuat sejelas dan sesingkat mungkin dan
diterbitkan. Efektivitas tersebut antara lain pertanyaan pada masing-masing
tercermin dari kemudahan akses dan peraturan dibuat seragam.
ketersediaan peraturan secara lengkap
dan memadai, kemudahan pemahaman Untuk mengatasi kendala dalam
atas isi peraturan, kemudahan dalam penyelenggaraan survei secara
mengimplementasikan peraturan tersebut bersamaan, diputuskan untuk
dalam pekerjaan sehari-hari, peraturan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
tersebut masih relevan dengan proses Kepegawaian, Keuangan dan Aktiva
bisnis saat ini, serta apakah peraturan (SIKKA) DJP sehingga masing-masing
tersebut adil bagi WP dan menunjang responden dapat dengan mudah mengikuti
kebijakan pemerintah dalam rangka survei pada waktu yang telah ditentukan.
meningkatkan investasi.

LAPORAN KINERJA
59

• Rencana Aksi

Tindak lanjut yang diharapkan dari bermanfaat. Selain itu, telah ditetapkan
pengukuran kinerja ini adalah rumusan bahwa Survei Efektivitas Peraturan Tahun
peraturan yang lebih optimal sehingga 2020 akan dilakukan tidak hanya kepada
meningkatkan kepastian hukum bagi Wajib pihak internal, namun juga pihak
Pajak maupun bagi pegawai yang bertugas eksternal. Hal ini tentu saja merupakan
menerapkan aturan tersebut. Untuk kegiatan baru dengan tantangan yang
mencapai tujuan dari IKU tersebut, perlu lebih bervariasi lagi. Sinergi dan
adanya pemahaman pegawai di KPP koordinasi dengan pihak terkait terutama
maupun Wajib Pajak terhadap peraturan Direktorat P2Humas yang telah
perpajakan terkait. Direktorat Perpajakan berpengalaman dalam melaksanakan
Internasional telah melakukan tindakan survei kepada pihak eksternal harus lebih
preventif berupa diseminasi peraturan- ditingkatkan serta efisiensi dan efektifitas
peraturan perpajakan internasional ke teknis pelaksanaan dan pengolahan data
hampir seluruh kanwil DJP di Indonesia hasil survei, sehingga hasil yang akan
Kedepannya, akan dilakukan diperoleh tetap baik. Berbagai tantangan
evaluasi dan koreksi atas pelaksanaan dan hambatan yang terjadi dalam
survei tahun 2019 sehingga pada tahun penyusunan maupun pelaksanaan survei
selanjutnya survei dapat dilaksanakan ini akan menjadi pembelajaran dalam
dengan lebih efektif dan efisien, terutama melaksanakan survei untuk tahun
dalam penyusunan kuesioner, instruksi di selanjutnya, sehingga diharapkan hasil
SIKKA, serta diharapkan fitur-fitur yang yang akan dicapai dapat lebih baik lagi.
terdapat pada SIKKA dapat lebih

2. Perbandingan dengan realisasi tahun 2018 dan 2019


Perbandingan capaian IKU tahun 2018 dan 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 9 Perbandingan Target dan Realisasi IKU tahun 2018 dan 2019

IKU 2018 (Kemenkeu-Two) 2019 (Kemenkeu-One-Two)


Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Indeks efektivitas 8,00 8,47 105,91% 8,20 8,57 104,51%
peraturan

Realisasi tahun 2019 adalah sebesar 8,57 dan dengan capaian 104,51% yang
mencerminkan tingkat kepuasan pemangku kepentingan yang cukup tinggi. Realisasi tahun
2019 mengalami kenaikan dibandingkan realisasi tahun 2018 yaitu 8,47. Meskipun target 2019
telah tercapai, namun capaian realisasi tahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2018 yang sebesar 105,91.

LAPORAN KINERJA
60

Sasaran Strategis 5: Penyuluhan, pelayanan dan kehumasan yang efektif


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
5a-N Persentase efektivitas kegiatan 65,00% 84,74% 120%
penyuluhan
5b-N Persentase tindak lanjut pengaduan 85% 100% 117,65%
pelayanan perpajakan tepat waktu
5c-N Tingkat efektivitas kehumasan 80 85,82 107,28%

Persentase efektivitas kegiatan untuk Kanwil DJP dan KPP Non


penyuluhan Pratama, minimal 30 kali dalam se-
tahun untuk KPP Pratama dan minimal
• Deskripsi Sasaran Strategis 24 kali dalam setahun untuk KP2KP).
Peningkatan sosialisasi/penyulu- Kegiatan penyuluhan dibagi menjadi
han tentang hak dan kewajiban perpa- dua jenis, yaitu:
jakan serta pemberitaan dan informasi 1. Kegiatan sosialisasi atau pemberian
positif mengenai perpajakan yang informasi perpajakan kepada
dapat menumbuhkan pengertian Wajib masyarakat dan Wajib Pajak
Pajak terhadap masalah-masalah (WP)/kuasa WP, seperti:
perpajakan. Kehumasan yang efektif a) sosialisasi peraturan/kebijakan
adalah pelaksanaan kegiatan kehu- perpajakan;
masan termasuk penyampaian infor- b) sosialisasi kesadaran pajak; dan
masi perpajakan kepada masyarakat c) sosialisasi atas permintaan pihak
dalam rangka membangun reputasi lain.
Direktorat Jenderal Pajak dan men- 2. Kegiatan penyuluhan yang diperhi-
dukung upaya peningkatan kepatuhan tungkan berkontribusi terhadap pe-
wajib pajak. rubahan perilaku yang dilakukan
secara tersegmentasi antara lain
• Definisi IKU kepada:
Kegiatan penyuluhan merupakan a) WP non registrant (belum ter-
upaya dan proses memberikan infor- daftar);
masi perpajakan untuk menghasiIkan b) WP baru;
perubahan pengetahuan,keterampi- c) WP Tidak Bayar Tidak Lapor
lan,dan sikap masyarakat, dunia (TBTL);
usaha, aparat serta lembaga d) WP terdaftar Tidak Lapor Ter-
pemerintah maupun non pemerintah dapat Data (TLTD); dan
agar terdorong untuk paham, sadar, e) WP tertentu dengan tujuan pen-
peduIi dan berkontribusi dalam ingkatan kepatuhan.
meIaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rencana kegiatan penyuluhan
ditetapkan pada awal periode oleh
masing-masing unit kerja selama se-
tahun (minimal 20 kali dalam setahun

LAPORAN KINERJA
61

Adapun ketentuan terkait penyuluhan, o Jumlah WP yang hadir dibuktikan


antara lain: dengan presensi yang direkam pada
o Rasio kegiatan penyuluhan merupa- aplikasi Pengawasan Kegiatan
kan perbandingan antara jumlah re- Penyuluhan Perpajakan (PKP2).
alisasi kegiatan penyuluhan ter- o Perubahan perilaku dilihat dari per-
hadap total rencana kegiatan ilaku sebelum dilakukan penyulu-
penyuluhan sebagaimana han dengan sesudah dilakukan
dimaksud pada angka 1 dan 2. Real- penyuluhan yang dimonitor melalui
isasi kegiatan penyuluhan yang aplikasi Pengawasan Kegiatan
dapat diakui sebagai realisasi ada- Penyuluhan Perpajakan (PKP2).
lah maksimal sebesar rencana o Kanwil DJP Wajib Pajak Besar,
kegiatan penyuluhan. Kanwil DJP Khusus dan KPP selain
o Rasio perubahan perilaku merupa- KPP Pratama yang sesuai basis
kan perbandingan antara jumlah WP data tidak terdapat WP yang me-
yang merlukan penyuluhan untuk
berubah perilaku terhadap jumlah diubah perilakunya, maka IKU ini
WP yang menghadiri kegiatan diukur hanya dari persentase real-
penyuluhan pada angka 2 saja. isasi kegiatan penyuluhan terhadap
o Rasio perubahan perilaku ditetap- rencana kegiatan penyuluhan yaitu
kan minimal sebesar 30% dari sebesar bobot 50% dan dianggap
jumlah WP yang menghadiri tercapai.
kegiatan penyuluhan. o Kanwil DJP, menghitung IKU ber-
o Direktorat P2Humas, menghitung dasarkan akumulasi kegiatan
IKU berdasarkan akumulasi dan/atau perilaku dari seluruh unit
kegiatan dan/atau perilaku dari se- kerja di bawahnya.
luruh unit kerja Kanwil DJP. o Petunjuk kegiatan penyuluhan
o Jumlah realisasi dan rencana mengacu pada Surat Petunjuk
kegiatan berdasarkan data dari ap- Kegiatan Penyuluhan Perpajakan.
likasi Pengawasan Kegiatan
Penyuluhan Perpajakan (PKP2);

• Formula IKU
Realisasi Kegiatan
X 100% X 50%
Rencana Kegiatan
+
Wajib Pajak Perubahan Perilaku
X 50%
Peserta yang hadir

• Realisasi IKU perubahan perilaku sesuai kriteria


Realisasi diperoleh dari seluruh yang ditetapkan.
pelaksanaan kegiatan penyuluhan
perpajakan yang dilakukan di seluruh • Analisis terkait capaian IKU
unit kerja vertikal DJP sepanjang Ta- DJP mampu mencapai target
hun 2019 ditambah dengan realisasi pelaksanaan seluruh kegiatan
Wajib Pajak yang mengalami penyuluhan perpajakan. Dari 38.538

LAPORAN KINERJA
62

kegiatan penyuluhan yang dil- Oktober 2019 dan Pajak Bertutur pada
aksanakan sepanjang Tahun 2019, DJP bulan November 2019.
memberikan penyuluhan perpajakan
kepada sebanyak 543.822 peserta • Analisis terkait penggunaan sumber
(Wajib Pajak/Calon Wajib Pajak) dan daya
berhasil membuat peserta berubah Pelaksanaan kegiatan penyuluhan
perilaku (daftar/bayar/lapor) sebesar perpajakan dilaksanakan oleh Tim
392.264 Wajib Pajak. Penyuluh Perpajakan yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh unit kerja
• Upaya dan solusi yang telah dilakukan DJP. Berikut rincian Tim Penyuluh
untuk mencapai target Perpajakan seluruh unit kerja DJP
Menyelenggarakan Rapat Koordi- yang ditetapkan pada Tahun 2019
nasi Bimbingan Penyuluhan pada bulan

Tabel 3. 10 Komposisi SDM

No Jabatan Tim Jumlah Pegawai


1 Penanggung Jawab 399
2 Ketua 406
3 Wakil Ketua 29
4 Sekretaris 406
5 Ketua Subtim Materi 376
6 Ketua Subtim Sarana dan Prasarana 402
7 Anggota Subtim Materi 2.073
8 Anggota Subtim Sarana dan Prasarana 2.007
9 Kelompok Tenaga Penyuluh 9.873
Total 15.971
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah Wajib Pajak terdaftar per 31 Penyuluhan perpajakan ditujukan


Desember 2019 adalah sebesar untuk peningkatan kesadaran perpa-
41.996.743. Sementara minimal target jakan, peningkatan pengetahuan
kegiatan penyuluhan yang ditetapkan perpajakan dan peningkatan kepatu-
adalah 30 kegiatan untuk KPP han perpajakan. Sementara fokus
Pratama, 24 kegiatan untuk KP2KP dan penyuluhan adalah Calon Wajib Pajak
20 kegiatan untuk Kanwil DJP/KPP Masa Depan, Calon Wajib Pajak Poten-
Non Pratama, termasuk pelaksanaan sial, Wajib Pajak Baru, dan Wajib Pajak
Business Development Service (BDS) Terdaftar.
terhadap Wajib Pajak UMKM yang di-
targetkan minimal 2 kali dalam se- Berdasarkan data-data tersebut di
tahun, namun tidak termasuk kegiatan atas, maka kegiatan penyuluhan mem-
penyuluhan atas undangan/kegiatan iliki effort yang sangat besar sehingga
pendukung. penambahan pegawai dalam Tim
Penyuluh Perpajakan menjadi diper-
lukan.

LAPORAN KINERJA
63

• Anggaran o Kanwil DJP melakukan monitoring


Porsi anggaran kegiatan penyuluhan dan evaluasi sebanyak minimal 2
ditetapkan pada unit kerja DJP mas- kali dalam setahun terhadap se-
ing-masing. luruh unit kerja di wilayah ker-
janya.
• Analisis program/kegiatan yang o Melaksanakan Rapat Koordinasi
menunjang keberhasilan atau me- Bimbingan Penyuluhan pada bulan
nyebabkan kegagalan pencapaian Oktober 2019.
kinerja: Pada dasarnya, penyuluhan
o Pelaksanakan kegiatan penyulu- dilakukan untuk memberikan
han telah terencana setiap awal ta- sosialisasi dan edukasi mengenai
hun dengan jenis dan tema perpajakan, baik hak maupun
penyuluhan disesuaikan menurut kewajiban Wajib Pajak. Namun,
Nota Dinas Direktur P2Humas No- rendahnya pengetahuan dan
mor ND-187/PJ.09/2019 tanggal 14 keterampilan perpajakan oleh Wajib
Februari 2019 hal Petunjuk Ke- Pajak menjadi tantangan bagi segenap
bijakan Edukasi dan Penyuluhan aparatur pajak untuk meningkatkan
Perpajakan Tahun 2019. kuantitas maupun kualitas penyuluhan
sehingga tingkat pemahaman Wajib
• Analisis atas pelaksanaan rencana Pajak semakin baik.
aksi atau mitigasi risiko yang telah
disusun dalam pencapaian kinerja: Data yang bisa ditampilkan hanya
o Kantor Pusat DJP melakukan mon- tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
itoring dan evaluasi kegiatan karena memiliki karakteristik yang
penyuluhan perpajakan setiap bu- sama yaitu telah memperhitungkan
lan, triwulan dan semester melalui komponen perubahan perilaku
aplikasi Pengawasan Kegiatan
Penyuluhan Perpajakan (PKP2).

2. Perbandingan realisasi IKU tahun 2017 s.d. tahun 2019

Tabel 3. 11 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Tahun Realisasi Tahun Realisasi Tahun


2017 2018 2019
Persentase Efektivitas 83,03% 81,87% 84,74%
Kegiatan Penyuluhan
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Pada Tahun 2017, IKU Efektifitas perubahan perilaku. Berikut ini capaian
Kegiatan Penyuluhan mengalami jumlah peserta penyuluhan perpajakan
perubahan formula perhitungan yang mengalami perubahan perilaku
dengan adanya penambahan target (daftar/bayar/lapor).

LAPORAN KINERJA
64

Tabel 3. 12 Jumlah Peserta Penyuluhan 2017-2019

410000
400000
390000
380000
370000
360000
350000
340000
330000
320000
310000
Jumlah WP

2017 2018 2019

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Pada Tahun 2017, DJP memiliki untuk meningkatkan capaian kinerja


basis data perpajakan yang besar tahun 2019
sebagai dasar sasaran penyuluhan .
untuk tujuan perubahan perilaku 3. Rencana Aksi tahun berikutnya atas
dengan target sebesar 55%. Adanya IKU Efektifitas Kegiatan Penyuluhan
program Tax Amnesty juga menambah
basis data perpajakan. Sehingga 1) Pengembangan CRM Penyuluhan
realiasasi pada tahun tersebut dilakukan melalui kerja sama
sebesar 83,03%. Kemudian pada tahun antara Direktorat P2Humas,
2018, target mengalami kenaikan Direktorat PKP, Direktorat TPB dan
menjadi sebesar 60% sementara basis Direktorat DIP.
data perpajakan masih belum banyak 2) Pengembangan aplikasi
bertambah sehingga realisasi pada penyuluhan sangat perlu
tahun tersebut mengalami penurunan dilaksanakan segera supaya
menjadi sebesar 81,87%. Pada Tahun sesuai dengan kebijakan
2019, target mengalami kenaikan penyuluhan terkini serta dapat
menjadi sebesar 65% dan DJP mulai dilakukan monitoring dan evaluasi
menyiapkan peta kepatuhan melalui secara lebih terintegrasi dan
Compliance Risk Management (CRM) akurat.
Penyuluhan yang dapat digunakan 3) Penyusunan kebijakan penyuluhan
sebagai bahan daftar sasaran perlu penyesuaian sejalan dengan
penyuluhan, sehingga realisasi pelaksanaan program inklusi
menjadi naik menjadi sebesar 84,74%. kesadaran pajak.
4) Penyusunan grand desain edukasi
Penyusunan kebijakan edukasi dan penyuluhan dapat menjadi acuan
penyuluhan perpajakan yang lebih dalam pelaksanaan kegiatan
handal dan pengembangan edukasi dan penyuluhan
Compliance Risk Management (CRM) perpajakan di masa depan.
Penyuluhan dilakukan sebagai upaya

LAPORAN KINERJA
65

Persentase tindak lanjut pengaduan pelayanan perpajakan tepat waktu


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU untuk Tahun 2019
Nama IKU Target Realisasi Indeks Capaian IKU
Persentase Tindak Lanjut Pengaduan 85% 100% 117,65
Pelayanan Perpajakan Tepat Waktu

• Deskripsi Sasaran Strategis Perpajakan, yang sudah diinput ke


dalam Sistem Informasi Pengaduan
Pemberian pelayanan sesuai Pajak dan telah berstatus closed pada
dengan standar dan prosedur yang akhir periode penghitungan IKU.
ditetapkan, menghasilkan output Jumlah pengaduan pelayanan
layanan yang dapat dimanfaatkan oleh perpajakan yang diterima adalah
customer, dan sesuai kebutuhan Wajib jumlah pengaduan yang diterima pada
Pajak. Peningkatan sosialisasi/ periode semester I dan II tidak
penyuluhan tentang hak dan kewajiban termasuk pengaduan yang jangka
perpajakan serta pemberitaan dan waktu penyelesaiannya melebihi
informasi positif mengenai perpajakan periode penghitungan IKU.
yang dapat menumbuhkan pengertian Jangka waktu penyelesaian
Wajib Pajak terhadap masalah- pengaduan adalah sebagaimana
masalah perpajakan. Kehumasan yang dimaksud dalam Surat Edaran Direktur
efektif adalah pelaksanaan kegiatan Jenderal Pajak mengenai Tata Cara
kehumasan termasuk penyampaian Pengelolaan Pengaduan Pelayanan
informasi perpajakan kepada Perpajakan
masyarakat dalam rangka membangun Contoh 1:
reputasi Direktorat Jenderal Pajak dan Unit penindak lanjut menerima
mendukung upaya peningkatan distribusi pengaduan pada tanggal 17
kepatuhan wajib pajak. Juni 2019, maka pengaduan tersebut
tidak termasuk dalam perhitungan IKU
• Definisi IKU : tindaklanjut pengaduan Semester I.
Jumlah pengaduan pelayanan Contoh 2:
perpajakan yang ditindaklanjuti tepat Unit penindak lanjut menerima
waktu adalah jumlah pengaduan distribusi pengaduan pada tanggal 9
terkait pelayanan perpajakan, Desember 2019, maka pengaduan
sebagaimana diatur dalam Peraturan tersebut termasuk dalam perhitungan
Direktur Jenderal Pajak yang IKU tindaklanjut pengaduan Semester I
mengatur tentang Tata Cara tahun 2020.
Penyampaian Pengaduan Pelayanan

• Formula IKU

Jumlah pengaduan pelayanan perpajakan yang ditindaklanjuti tepat waktu


X 100%
Jumlah pengaduan pelayanan perpajakan yang diterima

LAPORAN KINERJA
66

• Realisasi IKU Pelayanan Perpajakan Tepat Waktu


Realisasi Persentase Tindak Lanjut Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp0. Hal
Pengaduan Pelayanan Perpajakan ini dikarenakan telah digunakannya
Tepat Waktu tahun 2019 mencapai aplikasi Sistem Informasi Pengaduan
angka 100 dari target 85, sehingga Pajak (SIPP) untuk menindaklajuti
capaiannya sebesar 117,65%. pengaduan yang masuk.
Persentase Tindak Lanjut
Pengaduan Pelayanan Perpajakan • Analisis program/kegiatan yang
Tepat Waktu sebesar 117.65% di atas menunjang keberhasilan atau
menunjukkan bahwa DJP sangat menyebabkan kegagalan pencapaian
memperhatikan keluhan/aduan kinerja:
masyarakat/Wajib Pajak dan responsif Program atau kegiatan yang telah
dalam menindaklanjuti keluhan/aduan dilaksanakan oleh Subdirektorat
tersebut. Pelayanan Perpajakan sepanjang
tahun 2019 guna mendukung capaian
• Analisis terkait capaian IKU IKU Persentase Tindak Lanjut
Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Perpajakan
Pengaduan Pelayanan Perpajakan Tepat Waktu tersebut adalah sebagai
Tepat Waktu tahun 2019 sebesar 100% berikut:
meningkat dibandingkan tahun a. Menerbitkan Peraturan Direktur
sebelumnya yaitu sebesar 99,50%. Hal Jenderal Pajak nomor PER-
ini dikarenakan Direktorat Jenderal 07/PJ/2019 tentang Tata Cara
Pajak sangat memperhatikan setiap Penyampaian Pengaduan
kasus pengaduan yang diteruskan ke Pelayanan Perpajakan;
unit terkait. Diskripsi IKU tindak lanjut b. Menerbitkan Surat Edaran Direktur
pengaduan yang memperhitungkan Jenderal Pajak nomor SE-
waktu tindak lanjut, sehingga selalu 11/PJ/2019 tentang Tata Cara
berkoordinasi dengan unit yang Pengelolaan Pengaduan Pelayanan
diadukan apakah sudah selesai Perpajakan;
menindaklanjuti atau terdapat kendala. c. Melakukan kegiatan Workshop
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan
• Analisis terkait penggunaan sumber Perpajakan dan Bimbingan Teknis
daya Pengelolaan Pengaduan Pelayanan
Persentase Tindak Lanjut Perpajakan kepada para Kepala
Pengaduan Pelayanan Perpajakan Seksi Pelayanan baru dan Kepala
Tepat Waktu adalah sumber daya Seksi Bimbingan Pelayanan dan
manusia yang berkaitan langsung Konsultasi baru;
dengan hasil tindak lanjut pengaduan d. Melakukan kegiatan Blindtour
yang dilakukan oleh unit yang Pengaduan ke unit yang sering/ada
diadukan. kasus pengaduan;
e. Secara intensif berkoordinasi
• Analisis terkait penggunaan anggaran dengan unit yang diadukan/unit
Anggaran yang digunakan secara terkait baik Direktorat, Kantor
langsung dalam pencapaian IKU Wilayah DJP dan/atau Kantor
Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Pelayanan Pajak dengan

LAPORAN KINERJA
67

menggunakan media telepon dan tidak tersampaikannya informasi


media komunikasi lainnya; perpajakan kepada pemangku
f. Meningkatkan komunikasi internal kepentingan dengan level risiko
pegawai DJP melalui acara Forum rendah dan pemberitaan negatif
Komunikasi Pejabat Eselon III, tentang DJP di media massa dengan
Forum Komunikasi Pejabat Eselon level risiko tinggi. Pengendalian yang
Eselon IV, dan Forum Diskusi dilakukan terhadap risiko tidak
Kepala Seksi Kerjasama dan tersampaikannya informasi
Hubungan Masyarakat Kantor perpajakan kepada pemangku
Wilayah DJP. kepentingan yaitu dengan menerbitkan
• Analisis atas pelaksanaan rencana surat Direktur P2Humas mengenai
aksi atau mitigasi risiko yang telah Pedoman Kehumasan dan terhadap
disusun dalam pencapaian kinerja: risiko pemberitaan negatif tentang DJP
di media massa dengan menggunakan
Berdasarkan profil dan peta risiko SOP menyatakan keberatan atau
Direktorat Jenderal Pajak, menyampaikan hak jawab kepada
peningkatan efektivitas kehumasan media atau pihak lain
memiliki dua risiko kejadian, yaitu

2. Perbandingan antara realisasi kinerja tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua tahun
sebelumnya
Tabel 3. 13 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Tahun Realisasi Tahun Realisasi Tahun


2017 2018 2019
Persentase Tindak Lanjut 95,33 99,50 100
Pengaduan Pelayanan
Perpajakan Tepat Waktu
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Realisasi kinerja pada tahun 2019 disebabkan semakin lancarnya


mengalami peningkatan dibandingkan komunikasi internal DJP dan semakin
tahun 2017 dan 2018. Jika dibandingkan tanggapnya unit kerja dalam
dengan realisasi tahun 2018, menindaklanjuti pengaduan serta
Persentase Tindak Lanjut Pengaduan semakin meningkatnya kualitas
Pelayanan Perpajakan Tepat Waktu layanan yang diberikan DJP kepada
mengalami peningkatan sebesar 0,50 Wajib Pajak sehingga secara jumlah
yaitu dari 99,50 pada tahun 2018 kasus pun menurun drastis dari tahun
menjadi 100 pada tahun 2019. Hal ini ke tahun.

LAPORAN KINERJA
68

• Tingkat efektivitas kehumasan


1. Perbandingan antara target dengan realisasi dan capaian IKU untuk tahun 2019
Nama IKU Target Realisasi Indeks Capaian IKU
Tingkat efektivitas kehumasan 80 85,82 107,28%

iklan/berita. Dengan proporsi pembobo-


• Deskripsi Sasaran Strategis: tan, awareness iklan/berita sebesar
40%, awareness tema iklan/berita sebe-
Kehumasan yang efektif adalah sar 30%, dan pemahaman tema
pelaksanaan kegiatan Kehumasan ter- iklan/berita sebesar 30%. Dari tiga aspek
masuk penyampaian informasi perpa- tersebut, aspek awareness iklan/berita
jakan kepada masyarakat dalam rangka memiliki persentase tertinggi yaitu
membangun reputasi Direktorat Jen- sebesar 100, selanjutnya aspek pema-
deral Pajak dan mendukung upaya pen- haman tema iklan/berita sebesar 82,25,
ingkatan kepatuhan Wajib Pajak. dan aspek terendah yaitu awareness
tema iklan/berita sebesar 70,47.
• Definisi IKU: Capaian tingkat efektivitas kehu-
masan sebesar 85,82 di atas menunjuk-
Tingkat efektivitas adalah besaran kan bahwa pesan yang disampaikan DJP
yang diperoleh dari hasil survei pela- melalui media kehumasan semakin
yanan, penyuluhan, dan kehumasan. dipahami dan dinilai efektif oleh
Lingkup survei adalah kualitas kegiatan masyarakat.
kehumasan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. • Analisis terkait capaian IKU:
Responden merupakan sampel Tingkat Efektivitas Kehumasan ta-
Wajib Pajak dari masing-masing hun 2019 sebesar 85,82 meningkat
Kanwil/KPP yang disurvei mengenai cukup signifikan dibandingkan tahun
kegiatan kehumasan Direktorat Jen- sebelumnya yaitu sebesar 3,95 poin. Hal
deral Pajak. Kegiatan survei dikoordi- ini dikarenakan media informasi yang
nasikan oleh Direktorat Jenderal Pajak sering dikonsumsi oleh masyakat ada-
dengan melibatkan lembaga survei in- lah TV sebesar 81,65% dan media sosial
dependen. sebesar 71,06%. Hal ini menunjukan
bahwa publikasi informasi perpajakan
• Formula IKU : Indeks Hasil Survei. melalui media komunikasi tersebut telah
sesuai dengan media informasi yang
• Realisasi IKU : dikonsumsi oleh masyarakat.

Tingkat efektivitas kehumasan ta-


hun 2019 mencapai angka 85,82 dari tar-
get 80, sehingga capaiannya secara per-
sentase sebesar 107,28%. Tingkat efek-
tivitas kehumasan dibentuk dari tiga
aspek, antara lain awareness
iklan/berita, awareness tema
iklan/berita, dan pemahaman tema

LAPORAN KINERJA
69

• Analisis terkait penggunaan sumber program DJP yang akan dikampa-


daya: nyekan kepada masyarakat;
c. Melakukan kegiatan publikasi pro-
Tingkat efektivitas kehumasan gram-program DJP di berbagai
adalah besaran yang diperoleh dari hasil media massa;
survei. Dalam hal ini, Direktorat d. Melakukan image branding ter-
Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan hadap pimpinan DJP terkait hub-
Masyarakat bekerjasama dengan sur- ungan media;
veyor independen. Berdasarkan e. Menyelaraskan rencana dan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) Survei kegiatan antara Kantor Pusat dan
Kepuasan Pelayanan dan Efektivitas Kanwil DJP dalam acara Rapat
Penyuluhan dan Kehumasan Direktorat Kerja dan Koordinasi Khusus Bi-
Jenderal Pajak Tahun 2019, sumber daya dang P2Humas;
yang digunakan sebagai berikut: f. Meningkatkan komunikasi internal
• Sumber daya manusia: dengan program-program tatap
- Tenaga Ahli: Pemimpin Proyek 1 muka dengan pegawai DJP melalui
orang, Ahli Manajemen Survei 1 acara Forum Komunikasi Pejabat
orang, Ahli Statistik 1 orang, dan Ahli Eselon III, Forum Komunikasi Pe-
Teknologi Informasi 1 orang. jabat Eselon Eselon IV, dan Forum
- Tenaga Pendukung: Supervisor 6 Diskusi Kepala Seksi Kerjasama
orang, Team Leader 28 orang, Data dan Hubungan Masyarakat Kantor
Processor 7 orang, dan Interviewer Wilayah DJP.
167 orang. g. Mengelola media internal sebagai
• Anggaran: sarana informasi dan publikasi
Anggaran yang digunakan dalam program DJP seperti situs internal,
pelaksanaan Survei Kepuasan Pela- INTAX (e-magazine DJP), baliho in-
yanan, dan Efektivitas Penyuluhan dan ternal, pemanfaatan intercom, dan
Kehumasan DJP Tahun Anggaran 2019 media dalam ruang lainnya;
sebesar Rp2.514.224.000. h. Menjalin hubungan baik dengan
• Analisis program/kegiatan yang menun- para pimpinan redaksi media
jang keberhasilan atau menyebabkan massa mainstream melalui
kegagalan pencapaian kinerja: kegiatan temu Direktur Jenderal
Program atau kegiatan yang telah Pajak dengan para pemimpin
dilaksanakan oleh Subdirektorat Hub- redaksi media;
ungan Masyarakat Perpajakan sepan- i. Menjalin hubungan baik dengan
jang tahun 2019 guna mendukung ca- para insan media melalui kegiatan
paian IKU tingkat efektivitas kehumasan media gathering, media visit, dan
tersebut adalah sebagai berikut: kegiatan media relation lainnya;
a. Menyusun roadmap kehumasan j. Menggelar rapat koordinasi editor
DJP untuk melihat stakeholders situs seluruh Kantor Wilayah DJP
mapping dalam mengomunikasi- untuk menyusun langkah strategi
kan program-program DJP; publikasi perpajakan di situs pajak;
b. Menyusun materi komunikasi hasil k. Berkontribusi di berbagai pameran
karya tim kreatif DJP untuk dengan mendirikan stan/booth da-
lam event yang diselenggarakan

LAPORAN KINERJA
70

oleh lembaga pemerintah dan/atau


pihak lainnya; dan Berdasarkan profil dan peta risiko
l. Menyelenggarakan program Direktorat Jenderal Pajak, peningkatan
pengembangan SDM di bidang ke- efektivitas kehumasan memiliki dua
humasan berupa berbagai kegiatan risiko kejadian, yaitu tidak ter-
workshop yang meliputi desain, sampaikannya informasi perpajakan
penulisan artikel, materi komu- kepada pemangku kepentingan dengan
nikasi, analisis berita dan teknik level risiko rendah dan pemberitaan
penulisan jurnalistik, penyusunan negatif tentang DJP di media massa
media plan, pengelolaan berita, dengan level risiko tinggi. Pengendalian
penulisan konten situs DJP, jurnal- yang dilakukan terhadap risiko tidak ter-
istik investigatif, media handling sampaikannya informasi perpajakan
dan public relations, serta pengi- kepada pemangku kepentingan yaitu
riman pegawai ke berbagai event dengan menerbitkan surat Direktur
seminar, workshop, dan pelatihan P2Humas mengenai Pedoman Kehu-
yang diselenggarakan oleh pihak masan dan terhadap risiko pemberitaan
luar. negatif tentang DJP di media massa
dengan menggunakan SOP menyatakan
keberatan atau menyampaikan hak ja-
• Analisis atas pelaksanaan rencana aksi wab kepada media atau pihak lain.
atau mitigasi risiko yang telah disusun
dalam pencapaian kinerja:
Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua
tahun sebelumnya:
Tabel 3. 14 Perbandingan Realisasi IKU 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Tahun Realisasi Tahun Realisasi Tahun


2017 2018 2019
Tingkat efektivitas kehumasan 83,03 81,87 85,82
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Realisasi kinerja pada tahun 2019 peningkatan sebesar 3,95 yaitu dari 81,87
mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2018 menjadi 85,82 pada
tahun 2017 dan 2018. Jika dibandingkan tahun 2019. Hal ini disebabkan telah
dengan realisasi tahun 2018, tingkat dilakukannya penyempurnaan terhadap
efektivitas kehumasan mengalami strategi komunikasi.

LAPORAN KINERJA
71

Tabel 3. 15 Daftar Rekapitulasi Tingkat Efektivitas Kehumasan per Kantor Wilayah:

No. Kanwil DJP Indeks Efektivitas Kehumasan


1 Aceh 86.54
2 Bali 78.75
3 Banten 85.20
4 Bengkulu dan Lampung 82.56
5 D.I. Yogyakarta 81.48
6 Jakarta Barat 88.22
7 Jakarta Khusus 88.79
8 Jakarta Pusat 85.03
9 Jakarta Selatan I 87.78
10 Jakarta Selatan II 88.08
11 Jakarta Timur 88.79
12 Jakarta Utara 89.55
13 Jawa Barat I 86.62
14 Jawa Barat II 87.19
15 Jawa Barat III 89.08
16 Jawa Tengah I 87.41
17 Jawa Tengah II 86.13
18 Jawa Timur I 87.58
19 Jawa Timur II 88.36
20 Jawa Timur III 81.71
21 Kalimantan Barat 83.89
22 Kalimantan Selatan dan Tengah 87.28
23 Kalimantan Timur dan Utara 82.15
24 Kepulauan Riau 90.45
25 Nusa Tenggara 86.25
26 Papua dan Maluku 83.44
27 Riau 83.47
28 Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara 83.96
29 Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Malut 87.46
30 Sumatera Barat dan Jambi 86.96
31 Sumatera Utara I 82.24
32 Sumatera Utara II 82.64
33 Sumatera Selatan dan Kep. Bangka Belitung 83.84
34 Wajib Pajak Besar 93.75
Indeks Nasional DJP 85.82

LAPORAN KINERJA
72

Sasaran Strategis 6: Ekstensifikasi perpajakan yang optimal


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
6a-N Persentase WP baru hasil ekstensifikasi 100,00% 109.79% 109.79%
yang melakukan pembayaran

• Deskripsi Sasaran Strategis 2. WP Badan dan OP Non Karyawan yang


terdaftar satu tahun sebelum tahun
Meningkatkan efektivitas kegiatan berjalan;
ektensifikasi dengan menambah jumlah 3. WP Badan dan OP Non Karyawan
Wajib Pajak terdaftar melalui peningkatan Tidak Lapor dan Tidak Bayar (TLTB) .
kepatuhan Wajib Pajak baru, kegiatan Target WP Baru yang melakukan
extra effort ekstensifikasi, himbauan pembayaran adalah jumlah Wajib Pajak
Wajib Pajak baru, pendataan dan yang tediri dari:
pemetaan, penilaian, pengenaan dan kerja 1. 20% dari WP Badan yang terdaftar
sama serta koordinasi untuk mendukung tahun berjalan;
penerimaan. 2. 50% dari WP OP Non Karyawan yang
terdaftar tahun berjalan;
• Definisi IKU 3. 30% dari WP Badan yang terdaftar
satu tahun sebelum tahun berjalan;
Realisasi WP Baru yang melakukan 4. 60% dari WP OP Non Karyawan yang
pembayaran adalah jumlah WP Baru yang terdaftar satu tahun sebelum tahun
melakukan pembayaran/penyetoran berjalan; dan
dalam satu tahun pajak yang terdiri dari: 5. 3% dari WP Badan dan OP Non
1. WP Badan dan OP Non Karyawan yang Karyawan TLTB.
terdaftar tahun berjalan;

• Formula IKU
Realisasi WP Baru yang melakukan pembayaran

Target WP Baru yang melakukan pembayaran

• Realisasi IKU pembayaran pada tahun 2019 bila


dibandingkan dengan tahun 2018
1. Target WP Baru yang melakukan sebesar 58,87%;
pembayaran Triwulan IV Tahun 2019 3. Realisasi pengawasan kepatuhan
sebesar 1.146.378 WP dengan pembayaran WP Baru mengalami
realisasi sebesar 1.258.632 WP atau kenaikan bila dibandingkan dengan
capaian 109,79%; masa yang sama pada tahun 2018,
2. Terjadi penurunan WP OP NK sebesar 24,10%.
terdaftar 2018 yang melakukan

LAPORAN KINERJA
73

• Analisis terkait capaian IKU:

Kepatuhan WP OPNK terdaftar 2018 3. Melakukan Bimbingan Teknis Ap-


tidak tercapai karena sulitnya menjaga likasi dan Strategi Ekstensifikasi
komunikasi dengan WP di tahun kedua. Tahun 2019 di 7 Lokasi bagi seluruh
Terdapat WP yang hanya membayar Kepala Seksi Ekstensifikasi dan
pada saat melakukan pendaftaran Penyuluhan di seluruh Indonesia,
kemudian berhenti melakukan 4. Melakukan Sosialisasi Aplikasi dan
pembayaran. Strategi Ekstensifikasi Tahun 2019
Beberapa rencana aksi yang telah untuk seluruh Kepala Seksi Bimb-
dilaksanakan dalam rangka ingan Ekstensifikasi,
optimalisasi capaian IKU antara lain: 5. Menurunkan data WP terdaftar 2018
1. Menurunan Daftar Sasaran Ek- yang tidak ada pembayaran dan
stensifikasi melalui Aplikasi, pelaporan di tahun 2019 (NDR-
2. Menurunan Data TLTB-TD (Tidak La- 28/PJ.06/2019 tanggal 25 Juni 2019)
por dan Tidak Bayar Terdapat Data),
Tabel 3. 16 Rincian Perhitungan Realisasi
Rincian Pencapaian 2019
WP Terdaftar 2018 WP Terdaftar 2019 TLTB (OPNK Total
dan Badan)
Badan OP NK Badan OP NK
Target (100%) (30% x (60% x (20%x (50% x (3% x 1.146.378
217.487 826.640 239.799 1.021.271 889.469 WP)
WP) WP) WP) WP)
65.246 495.984 47.96 510.636 26.536
Realisasi Q4 (122,26%) (43,24%) (136,89%) (167,52%) (163,38%) (109,79%)
(realisasi 79.698 214.449 65.651 855.42 43.354 1.258.632
/target)
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

• Analisis terkait penggunaan sumber Ekstensifikasi masih belum merata di


daya tiap-tiap KPP, sehingga capaian IKU
belum merata.
Kegiatan pengawasan kepatuhan
pembayaran WP Baru menjadi • Analisis program/kegiatan yang
tanggung jawab Seksi Ekstensifikasi menunjang keberhasilan atau
dan Penyuluhan pada Kantor Pelayanan mempengaruhi pencapaian kinerja:
Pajak Pratama, dan diawasi oleh Kantor Kegiatan utama yang mendukung
Wilayah DJP. pencapaian kegiatan ini adalah
Sumber Daya Manusia utama pada penurunan data WP yang berhenti
kegiatan ini adalah Account melakukan pembayaran dan WP TLTB
Representative pada Seksi yang terdapat data.
Ekstensifikasi dan Penyuluhan. Akan
tetapi jumlah dan kemampuan AR

LAPORAN KINERJA
74

• Analisis atas pelaksanaan rencana aksi dimulai penyusunan petunjuk teknis


atau mitigasi risiko yang telah disusun pelaksanaan pengumpulan data
dalam pencapaian kinerja: lapangan, dimana dengan adanya
Salah satu rencana aksi petunjuk kegiatan ini diharapkan dapat
penanganan risiko yang telah disusun meningkatkan penguasaan data
pada tahun 2019 adalah penyampaian lapangan KPP dan juga meningkatkan
daftar WP 2018 yang belum pernah kinerja pengawasan terhadap WP di
melakukan pembayaran/pelaporan, wilayahnya. Akan tetapi petunjuk teknis
dimana penurunan data ini dapat belum dapat diselesaikan pada tahun
membantu KPP dalam melakukan 2019 karena banyaknya masukan yang
pengawasan WP Baru. diterima dan pembahasan belum
• Rencana aksi lain yang antara lain memasuki tahap akhir, sehingga
Penyusunan strategi, bimbingan kegiatan ini belum dapat terlaksana di
teknis aplikasi, dan monitoring dan tahun 2019 dan belum dapat mendukung
evaluasi kinerja yang diharapkan dapat pencapaian IKU WP Baru hasil
membantu meningkatkan kinerja unit ekstensifikasi yang melakukan
vertikal. Selain itu pada tahun 2019 telah pembayaran.

2. Perbandingan antara realisasi capaian IKU tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua
tahun sebelumnya:
Tabel 3. 17 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019

Nama IKU Realisasi 2017 Realisasi 2018 Realisasi 2019


WP Baru Hasil Ekstensifikasi 93.87% 116.20% 109.79%
yang Melakukan Pembayaran
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Pada tahun 2017, IKU WP baru hasil pengawasan pembayaran, serta


ekstensifikasi yang melakukan menyebabkan banyaknya WP tahun
pembayaran mengalami perubahan kedua yang berhenti melakukan
pada tahun 2018, dimana pada tahun pembayaran. Capaian pada tahun 2017
sebelumnya (2017) IKU ini bernama juga tidak maksimal diakibatkan
Persentase WP Badan dan OP Non banyaknya WP Badan yang baru
Karyawan yang terdaftar tahun berjalan mendaftar belum beroperasi sehingga
dan WP TLTB yang melakukan belum melakukan pembayaran.
pembayaran. Pada manual IKU tahun Atas dasar inilah rumusan IKU
2017 realisasi IKU adalah WP Non pada tahun 2018 mengalami perubahan,
Karyawan dan Badan terdaftar pada dimana jenis WP yang diawasi adalah
tahun 2017 dan WP WTLB yang WP OP NK dan Badan baik yang
melakukan pembayaran dan target terdaftar tahun pertama, tahun kedua
adalah 80% dari total WP OP NK dan maupun TLTB. Target IKU juga
Badan terdaftar dan 1% dari WP TLTB. mengalami perubahan dimana target
Akan tetapi dengan rumusan ini, WP dari masing-masing jenis WP memiliki
terdaftar tahun kedua luput dari persentase yang berbeda. Capaian IKU

LAPORAN KINERJA
75

pada tahun 2018 adalah 1.014.211 WP kenaikan sebesar 24,10% atau sebanyak
melakukan pembayaran dari target 244.421 WP.
872.806 WP atau sebesar 116,20%. Dari total realisasi tersebut, jenis
Pada tahun 2019, target mengalami WP dengan jumlah WP yang melakukan
kenaikan dikarenakan persentase pembayaran terbanyak adalah WP OP
target pada jenis WP tertentu yang NK yang terdaftar tahun 2019 sebanyak
dibuat semakin menantang bila 855.420 WP. Sebaliknya WP OP NK
dibandingkan tahun sebelumnya, dan terdaftar tahun 2018 mengalami
juga jumlah WP terdaftar tahun berjalan penurunan jumlah yang melakukan
yang semakin besar. Target pada tahun pembayaran dari 657.716 WP pada tahun
2019 naik sebesar 31,34% atau sebanyak 2018 menjadi 214.449 WP pada tahun
273.572 WP bila dibandingkan tahun 2019, atau turun sebesar 67,39%.
2018. Realisasi juga mengalami

3. Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi


Menurunkan DSE yang berasal dari ILAP dan Data Internal
Finalisasi draft Surat Edaran Dirjen Pajak tentang Pengumpulan Data Lapangan (Visit)
Penyempurnaan Aplikasi SIDJP NINE Modul Ekstensifikasi (sesuai SE-14/PJ/2019).

Untuk meningkatkan jumlah WP yang dioptimalkan dengan penyelesaian


melakukan pembayaran, WP yang baru Surat Edaran Dirjen Pajak tentang
terdaftar harus merupakan WP yang Pengumpulan Data Lapangan.
berpotensi sehingga WP tersebut Penyelesaian SE diharapkan dapat
memiliki kemampuan membayar pajak menambah kuantitas dan kualitas data
secara berkesinambungan. Untuk potensi perpajakan. Selain itu data yang
meningkatkan kualitas WP Baru, dikumpulkan dari lapangan diharapkan
dibutuhkan data yang berkualitas juga dapat membantu pengawasan
sebagai bahan pembentukan Daftar terhadap WP Baru dan WP TLTB
Sasaran Ekstensifikasi (DSE). Pada sehingga dapat meningkatkan
tahun 2020 sumber DSE dari data ILAP kepatuhan pembayaran dan pelaporan
diharapkan lebih mencerminkan WP.
potensi WP sehingga dapat menambah Rencana aksi lainnya adalah
WP yang berkualitas. Selain itu akan penyempurnaan Aplikasi SIDJP NINE
diturunkan DSE dari data internal. Modul Ekstensifikasi (sesuai SE-
Selain meningkatkan kualitas data, 14/PJ/2019), sebagai alat pengawasan
diharapkan penguasaan wilayah dapat WP Belum terdaftar.

LAPORAN KINERJA
76

Sasaran strategi 7: Pengawasan Wajib Pajak yang efektif


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
7a-CP Persentase keberhasilan pelaksanaan 80,00% 84,52% 105,65%
joint program
7b-N Persentase penyelesaian permintaan 100% 131,20% 120%
penjelasan atas data dan/atau
keterangan

Persentase keberhasilan pelaksanaan joint program


• Deskripsi Sasaran Strategis • Definisi IKU
Pengawasan adalah proses Joint program merupakan salah
memastikan tugas dan fungsi telah satu program sinergi perpajakan dengan
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. ruang lingkup mencakup joint analysis,
Pengawasan Wajib Pajak yang efektif joint audit, joint collection, joint investiga-
merefleksikan upaya organisasi untuk tion dan joint proses bisnis dan IT.
mewujudkan pengawasan terhadap Wajib Parameter pengukuran IKU terdiri dari:
Pajak yang tepat guna sehingga dapat
mencapai target yang diharapkan. 1. Persentase keberhasilan pelaksa-
Pengendalian mutu adalah proses naan 3 Pokja joint program (bobot
dilakukannya upaya mengawasi, 20%), meliputi:
mengamati, mengecek dengan cermat, 1) joint analysis, parameter pen-
memantau pekerjaan maupun laporan gukuran:
agar sesuai dengan ketentuan/peraturan • Persentase penyelesaian
yang berlaku. Peningkatan pengendalian Joint Analysis (bobot 50%)
mutu merefleksikan upaya organisasi • Success rate (bobot 50%)
untuk mewujudkan good governance dan
akuntabilitas internal. 2) joint audit
Organisasi yang dinamis adalah Parameter pengukuran:
organisasi yang mampu senantiasa a. Nilai penyelesaian penu-
beradaptasi dan berubah ke arah yang gasan (bobot 20%)
lebih baik. Ketidakpastian lingkungan b. Nilai hasil audit dengan
akibat perkembangan zaman menuntut ukuran keberhasilan sebe-
pengendalian mutu yang optimal terhadap sar 0,7% dari omzet atau
aktivitas organisasi. Continuous dilakukan penegakan
improvement akan mewujudkan hukum (bobot 50%)
penyempurnaan standar baku c. Realisasi penagihan joint
pelaksanaan tugas dan fungsi yang fit-for- audit (bobot 30%)
purpose sehingga mampu mendukung
terciptanya kinerja organisasi secara
efektif dan efisien.

3) joint investigation;

LAPORAN KINERJA
77

Parameter pengukuran: penyelesaian peraturan pen-


• Persentase kevalidan in- dukung terkait joint proses bisnis
formasi yang diberikan dan IT. Parameter pengukuran:
(bobot 20%) • Penyusun regulasi (bobot
• Persentase efektivitas an- 50%)
alisasi informasi atas WB • Pelaksanaan integrasi data
targetting (bobot 30%) kepabeanan dan cukai
• Persentase kualitas tin- dengan data perpajakan
daklanjut analisa WB tar- (bobot 50%)
getting (bobot 50 %)
3. Jumlah penerimaan negara dari
2. Persentase keberhasilan pelaksa- joint program (bobot 30%)
naan joint proses bisnis dan IT
(bobot 50%)
Persentase Keberhasilan
Pelaksanaan joint proses bisnis
dan IT. Diukur melalui indeks

• FORMULA IKU
Rata-rata Penyelesaian 3 Pokja Joint Program X 20%
+
Penyelesaian Joint Proses Bisnis dan IT X 50%
+
Peneriman Joint Program X 30%

• Realisasi IKU a. Penyebab keberhasilan secara


Capaian IKU keberhasilan penugasan umum
joint program adalah sebesar 84,52%, Capaian IKU joint program
melebihi target sebesar 80%. Capaian terutama pada persentase keberhasilan
terdiri dari: pelaksanaan joint proses bisnis dan IT s.d
1. Komponen I (Presentase keber- Q4 telah melampaui 100% dan telah
hasilan pelaksanaan 3 Pokja joint pro- disusun regulasi serta dokumen
gram) dengan capaian 87,45%; pelaksanaan piloting integrasi Dokumen
2. Komponen II (Presentase keber- Perpajakan dan Dokumen Kepabeanan
hasilan pelaksanaan joint proses dan Cukai pada empat tema yaitu impor,
bisnis dan IT) dengan capaian 100%; kawasan berikat, ekspor, dan cukai.
3. Komponen III (Presentase pen- Secara umum pelaksanaan IKU
erimaan negara dari joint program) masih sesuai dengan apa yang direncana-
dengan capaian 27,84 T dari target 50 kan/ditargetkan, namun kinerja dan
T atau sebesar 56,78%. sinergi antara DJP-DJBC-DJA masih ha-
rus dioptimalkan di tahun berikutnya
• Analisis terkait capaian IKU:
.Tabel 3. 18 Perhitungan Realisasi IKU Joint Program 2019

LAPORAN KINERJA
78

Kegiatan Realisasi Bobot Perhitungan % Total


Realisasi Komponen
1 Joint Analysis, Joint Audit, Joint Investigation 20.00% 17.49%
a Joint Analysis
i Persentase 61.55% 50% 30.75%
penyelesaian Joint
Analysis
ii Success Rate 81.43% 50% 40.72%
Total Joint Analysis 71.49%
b Joint Audit
i Nilai Penyelesaian 100% 20% 20.00%
Tugas
ii Nilai hasil audit dengan 85.00% 50% 42.50%
ukuran keberhasilan
sebesar 0,7% dari omzet
atau dilakukan pene-
gakan hukum
iii Realisasi penagihan 82.76% 30% 24.83%
Joint Audit
Total Joint Audit 87.33%
c Joint Investigation
i Persentase kevalidan 89.47% 20% 17.89%
informasi yang
diberikan
ii Persentase efektivitas 100.00% 30% 30.00%
analisis informasi atas
WB targetting
iii Persentase kualitas 89% 50% 45.83%
tindak lanjut analisa WB
targetting
Total Joint Investigation 93.72%
Total Rata-rata Komponen 1 87.45%
2 Joint Proses Bisnis dan Teknologi Informasi 50.00% 50.00%
a Penyusun regulasi 100.00% 50.00% 50.00%
b Pelaksanaan Integrasi 100.00% 50.00% 50.00%
data kepabeanan dan
cukai dengan data
perpajakan
Total Joint Proses Bisnis dan Teknologi Informasi/ 100.00%
Komponen 2
3 Penerimaan Joint 56.78% 100.00% 56.78% 30.00% 17.03%
Program 2019
Total Realisasi Penerimaan Joint Program/Komponen 3 56.78%

GRAND TOTAL REALISASI IKU JOINT PROGRAM 84.52%

LAPORAN KINERJA
79

• Analisis terkait capaian joint analysis • Analisis terkait capaian Joint Audit.

Terdapat beberapa kendala terkait Kegiatan joint audit merupakan salah


tindak lanjut Daftar Sasaran Analisis Ber- satu dari beberapa kegiatan joint program,
sama antara lain: yakni program sinergi antara Direktorat
a. Aspek data Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal
Data DJP dan DJBC belum terintegrasi Bea dan Cukai. joint audit antara
sehingga masih terdapat kemung- Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat
kinan kesalahan data (salah kurs, Jenderal Bea dan Cukai adalah kegiatan
data tidak lengkap dll), sehingga ter- pemeriksaan pajak, audit kepabeanan,
jadi kesalahan penghitungan potensi dan/atau audit cukai yang dilakukan
awal bersama-sama antara pemeriksa pajak
b. Aspek aplikasi dan auditor bea dan cukai terhadap Wajib
Belum ada aplikasi khusus untuk Pajak/Auditee yang telah ditentukan oleh
mengawasi tindak lanjut WP DSAB Komite Joint Audit.
sehingga monitoring tidak optimal joint audit antara Direktorat
c. Aspek koordinasi Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal
• Koordinasi pertukaran data dan Bea dan Cukai dilaksanakan dalam rangka:
analisis data dalam rangka 1. Mengoptimalkan penerimaan negara
kegiatan joint analysis DJP-DJBC dan penegakan hukum di bidang
tingkat wilayah belum berjalan perpajakan, kepabeanan, dan/atau
secara optimal. cukai; dan
• Belum ada Kanwil yang memenuhi 2. Menguji kepatuhan pemenuhan
standar formal tentang penetapan kewajiban perpajakan, kepabeanan,
DSAB tingkat wilayah sesuai dan/atau cukai baik untuk tahun
dengan Keputusan Bersama DJP- berjalan maupun untuk tahun-tahun
DJBC nomor KEP-195/PJ/2018 sebelumnya yang ditetapkan oleh
Komite Joint Audit.

Target IKU Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit tahun 2019 adalah 80%.
Capaian IKU sampai dengan bulan Desember 2019 adalah sebesar 87,33 % sebagaimana
dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. 19 Rincian Realisasi Komponen Joint Audit
KOMPONEN BOBOT TARGET Q4 REALISASI
KOMPONEN
Penyelesaian Laporan Joint Audit 20% 80% 100%

Keberhasilan Joint Audit 50% 85%

Realisasi penagihan Joint Audit 30% 82,76%

Keberhasilan Pelaksanaan Joint Audit 87,33%


Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
80

Komponen IKU Penyelesaian Laporan Joint Audit diukur dengan rasio laporan joint
audit yang diselesaikan tepat waktu sebagai dasar pertanggungjawaban pelaksanaan joint
audit kepada Ketua Komite Joint Audit. Periode bulan Januari s.d Desember 2019 telah
diselesaikan 14 (empat belas) laporan joint audit sebagai salah satu komponen penghitungan
IKU Joint Audit (Penyelesaian Laporan Joint Audit).

Sedangkan keberhasilan joint audit dihitung dari nilai pajak, bea dan cukai yang
dihasilkan oleh joint audit berdasarkan nilai tambah bayar. Selama periode tahun 2019,
tagihan yang dihasilkan melalui kegiatan joint audit (yang telah selesai laporan joint audit)
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 20 Capaian Tagihan Joint Audit 2018

Tahun Total Omset Objek Joint Audit Nilai Tagihan Pajak dan Bea Cukai

2018 Rp 96,887,641,492,221 Rp 976,417,845,169


Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Sejak tahun 2016, IKU Joint Audit selalu mencapai target yang ditetapkan. Realisasi
dan capaian tiga tahun terakhir disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3. 21 Target, Realisasi, dan Capaian Joint Audit 2016-2019

Tahun Target Realisasi Capaian


2016 88,2% 104,78% 118,80%
2017 60% 78,08% 130%
2018 80% 80,07% 100,08%
2019 80% 87,33% 109%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Untuk tahun 2019, dari total tagihan sebesar Rp976.417.845.169, sebesar
Rp1.199.761.796.802 (termasuk tagihan tahun sebelumnya yang dibayar pada tahun 2019) telah
dibayar oleh Wajib Pajak.
Sampai dengan periode Desember 2019, Tim Pelaksana Joint Audit telah
menyelesaikan 14 Laporan Joint Audit (LJA) dari total 36 penugasan. Ke-36 penugasan
tersebut terdiri atas 5 penugasan carry over tahun 2018, 24 penugasan 2018 tingkat pusat,
dan 7 penugasan tingkat vertikal. Dengan demikian, total penugasan joint audit antara
Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang masih harus
diselesaikan adalah sebanyak 22 penugasan sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3. 22 36 Penugasan LJA

NO URAIAN JUMLAH
1 Carry over 2018 5
2 Sprin kja tingkat pusat terbit 2019 24
3 Sprin kja tingkat vertikal terbit 2019 7
4 Penyelesaian lja 14
5 Penugasan yang belum selesai 22
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
81

Dari 22 penugasan joint audit yang sesuai dengan peraturan bahwa penyidi-
belum diselesaikan tersebut terdapat 3 kan di bidang perpajakan hanya dapat dil-
penugasan yang diterbitkan pada tahun akukan oleh penyidik pajak tetapi atas
2017 dan 2 penugasan pada tahun 2018. pelaksanaannya mulai dari pemanfaatan
Monitoring penyelesaian penugasan Informasi, Data, Laporan dan Pengaduan
dilakukan dengan rapat pembahasan (IDLP) atas tindak pidana di bidang ekspor,
progress report sebanyak sembilan kali impor, minuman mengandung etil alkohol
selama tahun 2019. Progress report (MMEA) dan cukai dari Diretorat Jenderal
dilaksanakan setiap bulan atau sewaktu- Bea dan Cukai sampai dengan pelaksa-
waktu sesuai dengan kebutuhan. naan kegiatan Pemeriksaan Bukti Permu-
Dibandingkan kegiatan joint audit laan meminta bantuan tenaga ahli dari
tahun 2018 yang menyelesaikan 34 (tiga Diretorat Jenderal Bea dan Cukai. Se-
puluh empat) LJA dan memiliki carry over baliknya, IDLP atas tindak pidana di bidang
sebanyak 5 penugasan, kegiatan joint audit perpajakan dapat menjadi IDLP bagi Dire-
tahun 2019 menyelesaikan sebanyak 14 torat Jenderal Bea dan Cukai untuk dil-
LJA dan menyisakan carry over sejumlah akukan penindakan dan penyidikan dan
22 (dua puluh dua) penugasan. Seluruh dapat meminta tenaga ahli dari Diretorat
penugasan telah memasuki tahap Jenderal Pajak.
Pembahasan Hasil Pemeriksaan (SPHP). Joint Investigasi antara Direktorat
• Analisis terkait capaian Joint Investi- Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal
gasi Bea dan Cukai dilaksanakan dalam rangka:
Kegiatan joint investigasi 1. Mengoptimalkan penerimaan negara
merupakan program sinergi antara dan penegakan hukum di bidang
Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat perpajakan, kepabeanan, dan/atau
Jenderal Bea dan Cukai, mencakup cukai; dan
kegiatan penegakan hukum atas tindak pi- 2. Melakukan penegakan hukum atas tin-
dana di bidang perpajakan serta dak pidana di bidang perpajakan,
kepabeanan dan cukai. Kegiatan joint in- kepabeanan, dan/atau cukai baik untuk
vestigasi dilakukan melalui Surat Perintah tahun berjalan maupun untuk tahun-
Pemeriksaan Bukti Permulaan atau Penyi- tahun sebelumnya,
dikan di masing-masing instansi karena
Target IKU Persentase Keberhasilan Pelaksanaan Joint Investigasi tahun 2019 adalah
80%. Capaian IKU sampai dengan bulan Desember 2019 adalah sebesar 93,72 % sebagaimana
dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. 23 Rincian Realisasi Komponen Joint Investigasi

KOMPONEN BOBOT TARGET REALISASI


KOMPONEN Q4
Kevalidan informasi yang diberikan 20% 80% 17.89%

Efektivitas analisa informasi atas WB targetting 30% 30%

Kualitas tindaklanjut analisa WB targetting 50% 45.83%

Keberhasilan Pelaksanaan Joint Investigasi 93,72%


Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
82

Komponen IKU Kualitas tindak lanjut analisa WB targetting diukur dengan rasio
Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagai dasar pertanggungjawaban pelaksanaan
joint investigasi. Selama bulan Januari s.d Desember 2019 telah diselesaikan 9 (sembilan)
Laporan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebagai salah satu komponen penghitungan IKU
Joint Investigasi (penyelesaian Laporan Joint Investigasi).
Sedangkan keberhasilan joint investigasi dihitung dari nilai pajak, bea dan cukai yang
dihasilkan oleh joint investigasi berdasarkan nilai setoran pajak dengan Kode Jenis Setoran
(KJS) 500 dan 510. Selama periode tahun 2019, penerimaan pajak atas kegiatan joint investi-
gasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 24 Capaian Effort Joint Investigasi 2019

No Fokus Kegiatan Jumlah WP Penerimaan


1 Wajib Pajak Data CEISA 17 Rp 9.319.371.278
2 Wajib Pajak Ekspor Konsolidator 2 Rp1.789.687.851
3 Wajib Pajak HP 12 Rp3.378.021.283
4 Wajib Pajak Emas 1 Rp905.243.125
5 Wajib Pajak Batubara 1 Rp5.396.001.875
6 Wajib Pajak MMEA 1 Rp11.357.570
7 Wajib Pajak Importir Indentor 2 Rp7.931.606.975
8 Wajib Pajak Cukai Rokok 5 Rp10.909/488.285
9 Pengembangan terkait Ekspor Impor 3 Rp50.041.276.991
10 Pembetulan terkait Ekspor Impor 21 Rp116.525.011.317
TOTAL 65 Rp206.207.066.550
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Sampai dengan periode Desember 2019, joint investigasi telah menyelesaikan sembilan
Laporan Joint Investigasi adalah saldo akhir joint investigasi s.d. 31 Desember 2019 yang ha-
rus diselesaikan sebagai berikut:
Tabel 3. 25 Laporan Joint Investigasi

No Fokus Kegiatan Jumlah WP


1 Wajib Pajak Data CEISA 58
2 Wajib Pajak Ekspor Konsolidator 9
3 Wajib Pajak HP 13
4 Wajib Pajak Emas 3
5 Wajib Pajak MMEA 1
6 Wajib Pajak Importir Indentor 2
7 Wajib Pajak Cukai Rokok 4
TOTAL 93
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak
Adapun rencana yang dilakukan untuk pelaksanaan joint investigasi di tahun 2020 ada-
lah melakukan penyelesaian saldo cary over tahun 2019 dan melakukan Lokakarya Bersama
Penanganan Pidana Perpajakan dan Kepabeanan DJP- DJBC.

LAPORAN KINERJA
83

• Analisa terkait Joint Proses Bisnis Jumlah pegawai yang selama


dan IT ini terlibat dalam Kegiatan Joint
Upaya dan solusi yang telah di Program sudah sesuai dengan jumlah
lakukan untuk mencapai target Joint pegawai yang dibutuhkan melibatkan
Proses Bisnis dan IT sehingga target sumber daya manusia di level Kantor
berhasil dicapai : Pusat DJP dan unit vertikal. Selain itu
1. Telah dilaksanakan Piloting Integrasi hasil pembahasan DSAB baik tingkat
Dokumen Pemberitahuan Impor pusat maupun vertikal dilaksanakan
Barang dengan Dokumen Perpajakan oleh para Account Representative
di Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
Besar Dua. 2. Anggaran
2. Telah disusun Laporan Piloting Untuk joint analysis pelaksa-
Integrasi Dokumen Pemberitahuan naan tindak lanjut DSAB sebagai ba-
Impor Barang dengan Dokumen gian dari kegiatan joint analysis mem-
Perpajakan iliki proses bisnis yang sama dengan
3. Telah disusun Laporan Progress data pemicu lainnya yang ditin-
Integrasi Dokumen Perpajakan dan daklanjuti dengan SE-39/PJ/2015 se-
Dokumen Kepabeanan di Kawasan hingga tidak ada anggaran khusus
Berikat dan di Bidang Cukai. yang dialokasikan. Namun demikian,
terdapat anggaran khusus untuk
• Analisis terkait penggunaan sumber melakukan rapat koordinasi dan mon-
daya: itoring. Selama ini tidak ada anggaran
1. Sumber Daya Manusia (SDM) khusus untuk pelaksanaan kegiatan
Joint Program.

2. Perbandingan antara capaian IKU tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua tahun
sebelumnya
Tabel 3. 26 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019

Nama Indikator Kinerja Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019


Utama (IKU) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Persentase keberhasilan N/A N/A N/A N/A 80% 84.52%
pelaksanaan joint program
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Persentase Keberhasilan Kemenkeu-One DJP mulai tahun 2019,


Pelaksanaan Joint Program menjadi sehingga IKU tersebut tidak memiliki
salah satu komponen Indikator Kinerja capaian historis di tahun sebelumnya..
Utama (IKU) yang tercantum dalam

LAPORAN KINERJA
84

3. Perbandingan antara realisasi capaian IKU Tahun 2019 dengan target jangka menengah
yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
Tabel 3. 27 Perbandingan Target IKU dengan Target Jangka Menengah

Nama Indikator Kinerja Utama Dokumen Perencanaan Kinerja


(IKU) Target Tahun Target Target Realisasi
2019 Renstra Tahun 2019 Tahun 2019
DJP RPJMN KK
Persentase keberhasilan - - 80% 84.52%
pelaksanaan joint program
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Tidak terdapat target jangka menengah terkait IKU Persentase Keberhasilan


Pelaksanaan Joint Program dalam dokumen perencanaan strategis.

4. Analisis atas Pelaksanaan Rencana Aksi atau Mitigasi Risiko yang telah disusun dalam
pencapaian kinerja
a. Joint Analysis
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
Analisis WP Eksportir dan Importir Pendalaman proses
bisinis WP Pusat Logistik
Berikat
Analisis WP lawan transaksi Kawasan Berikat Rekonsiliasi data
NPPBKC dan NPWP
Analisis data PNBP WP Pertambangan
Analisis data PNBP WP Perikanan
Pemblokiran WP yang tidak memenuhi syarat kepatuhan
formal
b. Joint Audit
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
Penyelesaian Carry Over atas 5 LHP dan 5 LJA
Penerbitan 24 SPRIN, 24 ST (DJBC) , dan 24 SP2 (DJP) telah Pelaksanaan dan
diselesaikan 24 LHA, 3 LHP, dan 3 LJA Penyelesaian
Pemeriksaan atas 2 ST
(DJBC) dan 21 SP2 (DJP)
Pelaksanaan Piloting Joint Audit di tingkat Vertikal atas 7 WP
telah diterbitkan 7 SPRIN, 7 ST (DJBC), dan 7 SP2 (DJP).
Selama periode 2019 telah diterbitkan 6 LHA, 1 DTS, 1 LHP dan
1 LJA
Evaluasi atas pelaksanaan audit dilaksanakan sebanyak 8
kali oleh Itjen dan 8 kali oleh Komite Joint Audit

Penerbitan Road Map Joint Audit 2019 - 2022 berdasarkan


KEP-375/PJ/2018 & KEP-395/BC/2018 tanggal 31 Des 2018

LAPORAN KINERJA
85

c. Joint Investigation
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
Pembentukan Tim Bersama DJP-DJBC di bidang intelijen dan
penegakan hukum
Pembahasan substansi, penyusunan draft dan penetapan
dasar hukum intelijen dan penegakan hukum bersama

Pemanfaatan LIIP dan NHI/NI oleh DJBC dan DJP


Implementasi Multidoor Investigation
d. Joint Collection
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
- Penyelesaian Keputusan
Bersama Joint Collection
DJP dan DJBC
e. Joint Proses Bisnis dan Teknologi Informasi
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
Identifikasi data/permasalahan probis existing atas Risk Engine FTZ
pengawasan dan pelayanan (1) registrasi reg pabean, (2)
Kawasan Berfasilitas, (3) Ekspor, (4) Impor, (5) Cukai

Desain proses bisnis baru: (1) Kawasan Berfasilitas; (2) Melakukan kajian untuk
Ekspor, (3) Impor, (4) Cukai penyusunan Proses
Bisnis dan Teknologi
Informasi
Implementasi probis baru: perizinan Reg
Pabean/TPB/NPPBKC (integrasi dengan OSS)
Melakukan pembahasan bersama probis dan IT
Pembahasan Rancangan Peraturan terkait integrasi proses
bisnis di internal Kemenkeu (PER-13 tentang Dokumen yang
Dipersamakan dengan Faktur Pajak)
f. Secondment
Sudah dilaksanakan Sedang dilaksanakan
Pembuatan Panduan Secondment
Penetapan Bidang Secondment
Penetapan Lokasi Secondment
Penetapan Kurikulum Secondment
Penunjukan Secondee
Pelaksanaan Monev Secondment
Mediasi dan Rekomendasi atas Implementasi Program
Sinergi
Evaluasi Pelaksanaan Secondment

LAPORAN KINERJA
86

Persentase penyelesaian permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan


1. Perbandingan antara target dengan realisasi dan capaian IKU tahun 2019
Nama IKU Target Realisasi Indeks Capaian IKU
Persentase Penyelesaian 100% 131.2% 120%
Permintaan Penjelasan Atas Data
dan/atau Keterangan (P4DK)

• Deskripsi Sasaran Strategis lebih kecil dari kompensasi LB/resti-


Pengawasan terhadap kewajiban tusi pada SPT normal;
perpajakan untuk meningkatkan kepatu- 5. Usulan pemeriksaan khusus yang di-
han Wajib Pajak setujui oleh Kepala KPP berupa:
a. Pemeriksaan khusus data konkret;
• Definisi IKU b. Pemeriksaan khusus berdasarkan
Permintaan penjelasan atas data analisis risiko satu atau beberapa
dan/atau keterangan merupakan salah jenis pajak; atau
satu kegiatan pengawasan atas kepatu- c. WP yang dianalisis dimasukkan da-
han Wajib Pajak dalam melakukan lam populasi Daftar Sasaran
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Pemeriksaan Pajak (DSPP) sesuai
Kegiatan permintaan penjelasan atas data SE-15/PJ/2018;
dan/atau keterangan dimulai dengan pen- 6. Diusulkan pemeriksaan bukti permu-
erbitan SP2DK dan ditindaklanjuti dengan laan oleh Kepala KPP; atau
penerbitan Laporan Hasil Permintaan 7. Wajib Pajak dapat menyanggah data
Penjelasan atas Data dan/atau Ket- DJP dengan menyampaikan bukti
erangan (LHP2DK). berupa dokumen pendukung yang
Jumlah LHP2DK yang selesai dilampirkan dalam berita acara
ditindaklanjuti adalah jumlah LHP2DK LHP2DK
yang diterbitkan pada tahun berjalan dan Jumlah LHP2DK dengan potensi
ditindaklanjuti dengan: akhir tertentu yang selesai ditindaklanjuti
1. Penyampaian SPT kurang bayar; adalah jumlah LHP2DK yang selesai ditin-
2. Penyampaian SPT pembetulan kurang daklanjuti yang memiliki potensi akhir
bayar; dengan nilai minimal tertentu. Jumlah tar-
3. Penyampaian SPT Tahunan pembetulan get dan potensi akhir dengan nilai minimal
dengan kompensasi kerugian menjadi tersebut ditetapkan oleh Kepala Kantor
lebih kecil dari kompensasi kerugian Wilayah DJP di masing-masing wilayah.
pada SPT normal; Direktorat PKP memberikan panduan
4. Penyampaian SPT Masa PPN pembetu- kepada Kantor Wilayah DJP untuk
lan dengan kompensasi LB/restitusi menetapkan jumlah target dan nilai mini-
mal tersebut.

LAPORAN KINERJA
87

• Formula IKU

Persentase P4DK = (60% x Capaian Kuantitas) + (40% x Capaian Kualitas)

Jumlah LHP2DK yang selesai ditindaklanjuti


Capaian Kuantitas Jumlah target LHP2DK dengan potensi akhir x 100%
tertentu yang selesai ditindaklanjuti

Jumlah LHP2DK dengan potensi akhir tertentu


yang selesai ditindaklanjuti
Capaian Kualitas x 100%
Jumlah target LHP2DK dengan potensi akhir
tertentu yang selesai ditindaklanjuti

• Realisasi IKU Namun demikian, diketahui bahwa


Jenis Konsolidasi Periode IKU ini LHP2DK yang diterbitkan masih
adalah Take Last Known dengan target didominasi oleh LHP2DK yang hanya
triwulanan. Berdasarkan hasil monitoring memenuhi kriteria kuantitas sebesar
pada Aplikasi Managerial Dashboard and 1.223.309 LHP2DK (dari total 1.978.723
Online Reporting (Mandor) per tanggal 2 LHP2DK yang telah diterbitkan sampai
Januari 2020, diketahui bahwa capaian dengan triwulan 4 tahun 2019 hanya
IKU ini pada tahun 2019 pada setiap 755.414 (38%) LHP2DK yang memenuhi
triwulan mencapai lebih dari 100%. Sampai aspek kualitas). Kondisi inilah yang
dengan triwulan IV 2019, diketahui bahwa mengindikasikan bahwa pencapaian
indeks capaian IKU ini adalah 131.2% atau target IKU P4DK tahun 2019 belum mampu
120% dari target yang telah ditetapkan mendukung pencapaian target
(mengingat nilai capaian riil (131.2%) penerimaan pajak secara optimal.
melebihi nilai capaian maksimum Diharapkan pada tahun 2020, pencapaian
sebagaimana diatur dalam manual IKU, IKU ini dapat terlaksana dengan lebih baik,
maka indeks capaian yang digunakan terutama atas aspek kualitas SP2DK dan
adalah 120%). LHP2DK.

• Analisis terkait Capaian IKU • Analisis Program/Kegiatan yang


Sebagaimana telah disebutkan, menunjang Keberhasilan/ Menyebab-
capaian IKU P4DK tahun 2019 melebihi kan Kegagalan Pencapaian Kinerja
target yang telah ditetapkan. Walaupun
terdapat perubahan yang cukup signifikan Kegiatan-kegiatan yang menun-
pada IKU ini, dimana tahun 2019 IKU ini jang keberhasilan pencapaian IKU P4DK
tidak hanya menghitung capaian tahun 2019 adalah:
penerbitan LHP2DK secara kuantitas saja, a. Bimbingan teknis penggalian potensi
namun juga aspek kualitas (LHP2DK yang pajak
memenuhi nilai potensi akhir tertentu), b. Penerapan program pengawasan
diketahui bahwa unit vertikal telah Wajib Pajak melalui Approweb
melakukan penyesuaian dengan baik Generasi 3
dalam pelaksanaan peraturan yang baru c. Penerbitan ND Dirjen Pajak Nomor
ini. ND-74/PJ/2019 tentang Strategi

LAPORAN KINERJA
88

Pengamanan Pencapaian Target Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak


Penerimaan Pajak dan Peningkatan Tahun 2019;
Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2019 e. Penerbitan modul penggalian potensi
d. Penerbitan ND Direktur PKP Nomor sektor ekonomi digital, jasa rumah
NDR-30/PJ/2019 tentang Strategi sakit, jasa perjalanan wisata, jasa
Pengawasan dalam Rangka pendidikan, jasa logistik, dan jasa
akomodasi pada Wikitax

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Realisasi Kinerja
Dua Tahun Sebelumnya

Tabel 3. 28 Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Realisasi Realisasi Tahun Y


Tahun Y-2 Tahun Y-1 (2019)
Persentase Penyelesaian Per- 158.89% 116.34% 131.2%
mintaan Penjelasan Atas Data
dan/atau Keterangan (P4DK)
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

3. Rencana Aksi yang akan dilaksanakan


Tabel 3. 29 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi Periode Pelaksanaan


1. Penyempurnaan Manual IKU P4DK (antara lain Januari-Maret 2020
perubahan bobot capaian kualitas menjadi 60% dan
kuantitas menjadi 40%)
2. Optimalisasi Pengawasan atas WP Strategis Januari-Desember 2020
3. Optimalisasi pemanfaatan data informasi keuangan Januari-Desember 2020
oleh tim analisis data informasi keuangan di KPDJP
maupun unit vertikal

4. Peningkatan pengawasan atas WP yang melakukan Januari-Maret 2020


Aggressive Tax Planning (Pelaksanaan analisis WP
grup berkoordinasi dengan Direktorat P2 , TIK, dan
DIP)
5. Optimaliasi penggalian potensi pajak berbasis Januari-Desember 2020
sektoral (contoh: Sektor Sumber Daya Alam, dan
Transaksi E-Commerce)
6. Peningkatan sinergi dengan instansi/Lembaga lain Januari-Desember 2020
dalam rangka optimalisasi penggalian potensi
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
89

Sasaran Strategis 8: Pemeriksaan dan Penagihan yang efektif


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
8a-N Persentase Penyelesaian Pemeriksaan 100,00% 115,96% 115,96%
8b-N Persentase pencairan piutang pajak 75,00% 94,84% 120%

Persentase Penyelesaian Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah pelaksanaan konversi yang mampu diselesaikan oleh


fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak da-
pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai lam satu tahun. Konversi adalah satuan
dengan peraturan perundang-undangan pengukuran penyelesaian pemeriksaan
yang berlaku. IKU ini merupakan IKU baru dengan memperhitungkan scoring ber-
di tahun 2019. IKU ini bertujuan untuk dasarkan ketepatan waktu penyelesaian
meningkatkan kepercayaan stakeholders pemeriksaan sebagaimana dimaksud da-
dan kepatuhan Wajib Pajak agar dapat lam manual IKU tersebut.
menunjang penerimaan negara melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) Per-
efektivitas tindakan pemeriksaan sentase Penyelesaian Pemeriksaan ber-
Rencana jumlah penyelesaian tujuan untuk meningkatkan kepercayaan
pemeriksaan ditentukan oleh Direktorat stakeholders dan kepatuhan Wajib Pajak
Jenderal Pajak UIC Direktorat agar dapat menunjang penerimaan negara
Pemeriksaan dan Penagihan dengan melalui efektivittas kegiatan pemeriksaan
mempertimbangkan usulan dari Unit yang mampu menimbulkan deterrent ef-
Pelaksana Pemeriksaan (UP2). fect. IKU ini pertama kali muncul pada Ta-
Persentase Penyelesaian hun 2019 sebagai substitusi atas IKU Audit
Pemeriksaan mengukur jumlah LHP Coverage Ratio (ACR).

Tabel 3. 30 Target, Realisasi dan Capaian Persentase Penyelesaian Pemeriksaan

Target Konversi LHP RiilLHP Tepat LHP Tidak Te- LHP Capaian
Waktu pat Waktu Konversi
Nasional 34,128 58,967 39,737 19,230 39,580 115.96%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan tabel diatas dapat waktu dengan total konversi 39.580 LHP
diketahui bahwa Target Penyelesaian Konversi. Untuk kepentingan validasi dan
Pemeriksaan secara konversi (Target keseragaman data, Direktorat Pemerik-
Konversi) sebesar 34.128 LHP konversi saan dan Penagihan menggunakan Ap-
secara nasional. Atas target tersebut, likasi Laporan Pemeriksaan Pajak (ALPP)
pada tahun 2019 dapat dicapai v.2 melalui menu IKU Persentase
penyelesaian pemeriksaan sebesar Penyelesaian Pemeriksaan.
115,96% dari target dengan rincian 58.967
LHP selesai (LHP Riil), 39.737 LHP selesai
tepat waktu, 19.230 LHP selesai tidak tepat

LAPORAN KINERJA
90

Beberapa tindakan yang telah mengoptimalkan kinerja penyelesaian


dilaksanakan pada Tahun 2019 yaitu: LHP dan penggalian potensi perpajakan di
wilayah kerjanya.
1. Penerbitan dan/atau penerapan
Rencana aksi yang akan dilakukan
regulasi terkait dengan rencana dan
untuk meningkatkan pencapaian IKU
strategi pemeriksaan sebagai berikut:
tersebut pada tahun 2020 antara lain:
a. Surat Edaran Direktur Jenderal
1. Melakukan evaluasi terhadap
Pajak Nomor SE-15/PJ/2018
kebijakan pemeriksaan eksisting
tentang Kebijakan Pemeriksaan.
sebagai bahan untuk perbaikan dan
b. Surat Direktur Pemeriksaan dan
penerbitan kebijakan pemeriksaan
Penagihan Nomor
yang lebih relevan dengan kondisi
S-681/PJ.04/2018 Hal Rencana,
lapangan saat ini.
Fokus, dan Strategi Pemeriksaan
2. Optimalisasi pemeriksaan dalam
Tahun 2018.
rangka menguji kepatuhan pemenuhan
c. Surat Direktur Pemeriksaan dan
kewajiban perpajakan melalui
Penagihan Nomor
updating kualitas DSPP sebagai bahan
S-392/PJ.04/2018 hal Pembagian
instruksi pemeriksaan khusus, salah
Target dan Pengukuran Kinerja
satunya melalui pemanfaatan
Pemeriksaan dan Penagihan.
Compliance Risk Management (CRM)
d. Surat Direktur Pemeriksaan dan
sebagaimana diatur melalui SE-
Penagihan Nomor
24/PJ/2019 tentang Implementasi
S-499/PJ.04/2018 hal Pedoman
Compliance Risk Management dalam
Penentuan Update Progres
Kegiatan Ekstensifikasi, Pengawasan,
Pemeriksaan.
Pemeriksaan, dan Penagihan di
2. Menerbitkan Instruksi Pemeriksaan
Direktorat Jenderal Pajak.
Khusus yang dilakukan dalam
3. Meningkatkan kualitas output komite
beberapa tahap, termasuk
perencanaan pemeriksaan terkait
memperkenalkan fungsi Komite
dengan instruksi pemeriksaan khusus.
Perencanaan Pemeriksaan dalam
4. Menerbitkan instruksi pemeriksaan
rangka meningkatkan kualitas bahan
khusus sesuai dengan ketentuan yang
baku pemeriksaan (DSPP).
berlaku.
3. Mengatur secara rinci strategi
5. Melakukan pembinaan dan koordinasi
pemeriksaan secara khusus pada KPP
dengan unit vertikal dalam
di Kanwil DJP Jakarta Khusus, Kanwil
pelaksanaan tugas dan fokus
DJP WP Besar, dan KPP Madya seluruh
pemeriksaan tahun 2020.
Indonesia (33 KPP Penentu
6. Optimalisasi Petugas Pemeriksa
Penerimaan) serta KPP Pratama.
Pajak.
4. Melakukan koordinasi serta
7. Menambahan jumlah Fungsional
monitoring dan evaluasi atas kegiatan
Pemeriksa Pajak.
pemeriksaan selama tahun 2019
8. Meningkatan kapasitas Fungsional
Tantangan yang dihadapi dalam
Pemeriksa Pajak melalui pemanfaatan
pencapaian IKU secara umum dipengaruhi
Aplikasi ANTARIKSA.
oleh tingkat produktifitas dan beban kerja
9. Implementasi aplikasi Desktop
pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak serta
Pemeriksaan.
manajemen Kepala UP2 dalam
• Perbandingan Target dan Capaian IKU

LAPORAN KINERJA
91

1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU


Kode Nama IKU Target Realisasi Indeks Ca-
paian IKU
8b-N Persentase pencairan piutang 75% 98,84% 120%
pajak

Persentase Pencairan Piutang Pajak kepercayaan stakeholder dan kepatuhan


Persentase Pencairan Piutang Pajak Wajib Pajak agar dapat menunjang tingkat
merupakan indikator kinerja untuk men- penerimaan yang optimal melalui pening-
gukur penerimaan perpajakan melalui katan pencairan piutang pajak.
pencairan terhadap piutang pajak ber- Berdasarkan Keputusan Menteri Keu-
dasarkan persentase saldo piutang out- angan Nomor 466/KMK.01/2015 tentang
standing melalui tindakan penagihan se- Rencana Strategis Kementerian Keuangan
bagaimana diatur di dalam UU Penagihan Tahun 2015-2019, Target IKU persentase
Pajak dengan Surat Paksa No 19 Tahun pencairan piutang pajak ditetapkan se-
2000. IKU persentase pencairan piutang bagai berikut:
pajak bertujuan untuk meningkatkan
Tabel 3. 31 Target IKU Persentase Pencairan Piutang Pajak Tahun 2015-2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019


Target 30% 30% 35% 35% 40%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Sesuai dengan Tabel I, target per-


sentase pencairan piutang pajak untuk ta- Target pencairan piutang pajak
hun 2019 ditetapkan sebesar 40%, namun sebesar 75%, trajectory target per triwulan
demikian target tersebut dilakukan ditetapkan yaitu 10% untuk triwulan I, 25%
penyesuaian menjadi 75% berdasarkan untuk triwulan II, 50% untuk triwulan III
Nota Dinas Direktur Jenderal Pajak Nomor dan 75% untuk triwulan IV. Realisasi pen-
ND-34/PJ/2019 tanggal 29 Januari 2019 hal cairan piutang pajak setiap triwulan selalu
Penyampaian Sasaran Strategis (SS), Indi- mencapai target. Realisasi terendah ter-
kator Kinerja Utama (IKU), Target IKU, dan jadi pada triwulan I (9,97%) dan realisasi
Manual IKU Kemenkeu-Two sampai tertinggi pada triwulan IV (94,84%).
dengan Kemenkeu-Five Unit Vertikal Ta- Secara keseluruhan, indeks ca-
hun 2019. Target pencairan piutang pajak paian rill pencairan piutang pajak tahun
dihitung 75% dari saldo piutang pajak out- 2019 adalah 126,45% atau 120% dengan re-
standing. Saldo piutang pajak outstanding alisasi sebesar 94,84% (Rp16,56 triliun)
adalah saldo piutang pajak awal tahun dari target sebesar 75% (Rp13,08 triliun).
dikurangi dengan piutang yang disisihkan. Jumlah pencairan piutang pajak tersebut
Jumlah piutang yang disisihkan adalah turut menyumbang pencapaian pen-
jumlah penyisihan piutang sesuai pera- erimaan extra effort keseluruhan
turan yang berlaku, termasuk piutang yang Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
daluwarsa dan piutang tidak dapat ditagih
karena sebab lainnya.

LAPORAN KINERJA
92

Tabel 3. 32 Perkembangan Capaian IKU Persentase Pencairan Piutang Pajak

8b-N Persentase pencairan piutang pajak


2017 2018 2019
Target 35% 66% 75%
Realisasi 65,78% 103,36% 98,84%
Capaian 187,95% 156,61% 126,45%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan Tabel diatas, capaian pencairan piutang pajak dari tahun 2017 ke tahun
2018 mengalami penurunan dari 187,95% di tahun 2017 menjadi 156,61% di tahun 2018. Semen-
tara itu, capaian pencairan piutang mengalami penurunan dari 156, 61% di tahun 2018 menjadi
126,45% di tahun 2019. Pencapaian pencairan piutang pajak yang terjadi selama kurun waktu
2017 hingga 2019 menunjukkan bahwa capaian kinerja Jurusita Pajak melalui tindakan
penagihan yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan penagi-
han yang selama ini dilakukan diharapkan dapat memberikan deterrent effect bagi Wajib Pa-
jak untuk lebih patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Hambatan yang terjadi dalam pen- Lelang, Pencegahan hingga


capaian IKU pencairan piutang pajak ada- Penyanderaan. Dalam rangka
lah: meningkatkan pencairan piutang pajak,
a) Penentuan Prioritas Penagihan yang Jurusita harus meningkatkan kualitas
belum tepat tindakan penagihan pajaknya seoptimal
Untuk melaksanakan tindakan penagihan mungkin sesuai alur tindakan penagihan.
yang efektif, sampai saat ini Jurusita me-
merlukan daftar Prioritas Penagihan. Be- c) Profilling Wajib Pajak/Penanggung
lum ada tools yang tepat untuk menen- Pajak yang masih belum optimal
tukanPrioritas Penagihan. KPP dan Salah satu faktor penentu tindakan
Kanwil DJP masih menentukan Prioritas penagihan pajak optimal dan tepat
Penagihan berdasar pada Manajemen sasaran adalah dilakukannya profiling
Risiko berdasarkan SE-29/PJ/2012 ten- Wajib Pajak/Penanggung Pajak secara
tang Kebijakan Penagihan Pajak yang kini optimal. Profilling yang belum optimal
sudah kurang relevan untuk digunakan. khususnya terkait dengan identitas dan
Tools berupa CRM terus dilakukan upaya keberadaan Wajib Pajak/Penanggung Pa-
pembenahan karena baru diluncurkan jak serta harta kekayaan yang dimiliki oleh
pada akhir tahun 2019. Wajib Pajak/Penanggung Pajak mengaki-
batkan tindakan penagihan pajak yang dil-
b) Belum optimalnya kualitas tindakan akukan tidak tepat sasaran dan belum op-
penagihan timal. Hal ini mengakibatkan pencairan
Tindakan penagihan pajak didesain dengan piutang pajak belum maksimal.
tujuan agar Wajib Pajak melunasi utang
pajaknya, yang dimulai sejak penerbitan d) Kualitas produk hukum pemeriksaan
Surat Teguran, pemberitahuan Surat yang masih belum berkualitas
Paksa, penerbitan Surat Perintah Penagihan merupakan kelanjutan proses
Melakukan Penyitaan, Pemblokiran, penegakan hukum terhadap Wajib Pajak

LAPORAN KINERJA
93

setelah dilakukannya proses Pajak yang masih baru atau belum lama
pemeriksaan. Belum optimalnya kualitas dilantik.
produk hukum pemeriksaan
mengakibatkan proses hukum terhadap g) Mutasi Jurusita Pajak menjelang akhir
Wajib Pajak belum final (Wajib Pajak tahun
mengajukan keberatan ataupun banding) Adanya mutasi Jurusita Pajak pada
sehingga menyebabkan proses penagihan saat-saat menjelang akhir tahun
ditangguhkan sampai proses hukum mengakibatkan terganggunya kinerja
terhadap Wajib Pajak mempunyai putusan penagihan pada unit-unit vertikal
hukum yang tetap (inkracht). Hal ini dikarenakan terdapat kekosongan
mengakibatkan pencairan piutang pajak Jurusita Pajak pada beberapa unit vertikal
belum maksimal. dan memerlukan waktu untuk proses
penggantian Jurusita Pajak tersebut. Hal
e) ketertiban administrasi penagihan tersebut mengakibatkan proses pencairan
yang belum optimal piutang pajak menjadi belum maksimal.
Pengadministrasian tindakan penagihan
mulai dari penerbitan Surat Paksa (SP) h) Kerjasama dalam rangka penagihan
hingga Surat Perintah Melakukan pajak dengan internal maupun
Penyitaan (SPMP) sudah dilakukan secara eksternal masih belum maksimal
case management dalam SIDJP. Namun Dalam pelaksanaan tindakan
pembuatan proses Berita Acara Penyitaan penagihan pajak, DJP sering kali
hingga Penyanderaan masih belum dapat melibatkan berbagai pihak baik itu dari
dilakukan secara case management. internal maupun eksternal. Kerjasama
f) Keterbatasan kuantitas dan kualitas yang terjalin dengan baik akan membuat
Jurusita Pajak prosedur yang dilaksanakan akan mudah
Jumlah Jurusita Pajak di tiap KPP tidak untuk dilaksanakan. Namun beberapa
merata sehingga masih terdapat KPP yang kendala masih sering terjadi
belum memenuhi jumlah minimal Jurusita karena belum adanya persepsi yang sama
Pajak. Kekurangan jumlah Jurusita Pajak antara DJP dengan pihak lain (terutama
berpengaruh pada jumlah tindakan beberapa bank yang kurang responsif
penagihan yang dilakukan. Lebih jauh terhadap upaya pemblokiran dan
lagi, jabatan Jurusita Pajak mempunyai pemindahbukuan).
peran sangat penting dalam meningkatkan
pencairan tunggakan pajak, namun Atas hambatan yang telah terjadi,
demikian hingga kini belum ada perlakuan telah dilakukan beberapa upaya sebagai
khusus bagi Jurusita Pajak. Padahal berikut:
jabatan tersebut memiliki risiko jabatan a. Penggunaan tools Compliance Risk
yang tinggi, bahkan hingga Management (CRM) dalam menen-
mempertaruhkan nyawa, sebagaimana tukan Prioritas Objek Penagihan
terjadi pada kasus Parada Toga Compliance Risk Management (CRM)
Fransriano Siahaan, Jurusita Pajak KPP merupakan tools yang dikembangkan
Pratama Sibolga. Di samping itu, belum oleh Direktorat Potensi, Kepatuhan
semua Jurusita Pajak memiliki kualitas dan Penerimaan (PKP) yang digunakan
sesuai harapan. Kompetensi teknis meru- untuk memetakan Wajib Pajak
pakan hal krusial terutama bagI Jurusita berdasarkan risiko, yaitu risiko tinggi,

LAPORAN KINERJA
94

risiko sedang ataupun risiko rendah. efektivitas tindakan penagihan, KPP


Dari hasil tools ini Jurusita dapat dan Kanwil DJP diminta untuk
menentukan prioritas pencairan melakukan validasi atas data piutang,
piutang pajak atau prioritas tindakan identifikasi dan profiling Wajib Pajak
penagihan yang harus dilaksanakan. dan/atau Penanggung Pajak,
Kategorisasi risiko Wajib Pajak melakukan kegiatan penelusuran aset,
ditentukan dari beberapa variabel, melakukan upaya soft collection
antara lain dari kemampuan secara persuasif kepada Wajib Pajak
membayar, jumlah utang pajak, histori Pajak dan/atau Penanggung Pajak
perilaku kepatuhan data pembayaran sesuai dengan Surat Direktur Jenderal
pajak, dan lain sebagainya. Pajak Nomor S-20/PJ/2018 hal
Penegasan atas Pelaksanaan Pem-
b. Akses AHU online-DJP untuk blokiran, Pencegahan dan
memvalidasi susunan pengurus yang Penyanderaan serta Surat Direktur
menjadi penanggung pajak Pemeriksaan dan Penagihan Nomor
Berdasarkan pasal 35A ayat (1) S-234/PJ.04/2018 hal Optimalisasi
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Tindakan Penagihan sebagai Tindak
tentang Ketentuan umum dan Tata Lanjut Surat Direktur Jenderal Pajak
Cara Perpajakan, instansi lain Nomor S-20/PJ/2018 perihal
berkewajiban untuk memberikan Penegasan atas Pelaksanaan
informasi terkait dengan perpajakan Pemblokiran, Pencegahan dan
kepada DJP. Penyanderaan.
Selama ini DJP dan Ditjen Admin- Selain itu, untuk
istrasi Hukum Umum (AHU) Kemen- mengoptimalkan pelaksanaan
kumham telah melaksanakan per- pemblokiran, telah disampaikan
tukaran data dan informasi. Hal terse- kepada Kepala Kanwil DJP dan KPP
but diperkuat oleh Kesepakatan Ber- data dan/atau informasi rekening
sama antara DJP dan Ditjen AHU Ke- perbankan Wajib Pajak terkait
menkumham tentang Pemanfaatan Automatic Exchange of Financial
Database Ditjen AHU Online dalam Account Information (AEOI) melalui
rangka Mendukung Penerimaan Nota Dinas Rahasia Direktur
Negara Nomor KEP-216/PJ/2014 dan Pemeriksaan dan Penagihan Nomor
AHU.TI.01.04-2 TAHUN 2014. Aplikasi NDR-808/PJ.04/2019 tanggal 30
AHU online-DJP merupakan salah satu Oktober 2019 hal Penyampaian Data
bentuk hasil kerja sama antara Ditjen dan/atau Informasi Rekening
AHU dengan DJP. Melalui aplikasi ter- Perbankan Wajib Pajak terkait
sebut, Jurusita Pajak dapat memvali- Automatic Exchange of Financial
dasi struktur pengurus dengan melihat Account Information (AEOI) dan
akta pendirian terakhir sehingga dapat NDR-971/PJ.04/2019 tanggal 10
ditentukan kedudukan penanggung pa- Desember 2019 hal Penyampaian Data
jak untuk selanjutnya dapat dilakukan dan/atau Informasi Rekening
tindakan penagihan aktif. Perbankan Wajib Pajak terkait
AEOI.
c. Optimalisasi Tindakan Penagihan d. Kerjasama dengan pihak Kepolisian
Untuk memastikan kualitas dan terkait pendampingan penyanderaan

LAPORAN KINERJA
95

Dalam melaksanakan penyanderaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan


maupun tindakan penagihan lainnya Surat Paksa.
DJP bekerja sama dengan Kepolisian. f. Pelaksanaan asset tracing
Bentuk bantuan yang diberikan Pemanfaatan unit intelijen internal
Kepolisian kepada DJP dalam Direktorat Jenderal Pajak dalam
pelaksanaan tindakan penagihan rangka mencari keberadaan baik Wajib
adalah sebagai berikut: Pajak, Penanggung Pajak maupun
1) memastikan keberadaan harta kekayaan wajib pajak atau
penanggung pajak yang akan disan- penanggung pajak yang dapat dil-
dera; akukan tindakan penagihan pajak.
2) pendampingan pelaksanaan g. Peningkatan kompetensi teknis
penyanderaan penanggung pajak; Jurusita Pajak
3) pengamanan dalam melaksanakan Selama tahun 2019 Direkotrat
tindakan penagihan pajak. Pemeriksaan dan Penagihan
e. Kerjasama dengan Direktorat Jenderal menyelenggarakan pengembangan
Pemasyarakatan (Ditjen PAS) terkait kualitas Jurusita Pajak melalui
penyediaan tempat penyanderaan berbagai bimbingan teknis, In House
Dalam pelaksanaan penyanderaan Training, Forum Komunikasi
DJP berkoordinasi dengan Ditjen PAS Penagihan dan pelatihan lainnya.
dalam hal penyediaan tempat Kegiatan tersebut bertujuan untuk
penyanderaan. Penanggung Pajak meningkatkan pemahaman mengenai
yang disandera dititipkan di Rumah ketentuan, kendala dan strategi, serta
Tahanan/ Lembaga Pemasyarakatan kompetensi teknis yang terkait dengan
di lingkungan Ditjen PAS sesuai pelaksanaan tindakan penagihan
dengan Keputusan Bersama Menteri pajak. Selanjutnya, untuk
Keuangan dan Menteri Kehakiman dan meningkatkan kuantitas Jurusita
Hak Asasi Manusia Nomor Pajak, Direktur Pemeriksaan dan
294/KMK.03/2003, M-02.UM.09.01 Penagihan telah menyampaikan
Tahun 2003 tentang Tata Cara ND-657/PJ.04/2018 mengenai
Penitipan Penanggung Pajak yang Proyeksi Kebutuhan Jumlah JSPN
Disandera di Rumah Tahanan Negara Jangka Panjang.

2. Rencana aksi tahun berikutnya terkait dengan IKU pencairan piutang pajak antara lain
sebagai berikut
Tabel 3. 33 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi Periode Pelaksanaan


a. Finalisasi kebijakan penagihan pajak Jan - Des
b. Pemanfaatan data SE-16/PJ/2017 Jan - Des
c. Pemanfaatan data AEOI Jan - Des
d. Melakukan eskalasi permasalahan dan kendala dalam pelaksa- Jan - Des
naan penagihan
e. Mendorong pelaksanaan usulan penghapusan piutang dalu- Jan - Des
warsa
Secara rinci, rencana aksi adalah sebagai berikut:

LAPORAN KINERJA
96

a. Finalisasi kebijakan penagihan pajak d. Pemanfaatan Compliance Risk Man-


Finalisasi kebijakan penagihan pa- agement (CRM)
jak termasuk di dalamnya RPMK ten- Pemanfaatan CRM oleh KPP
tang tata cara pelaksanaan penagihan secara optimal dapat memberikan
pajak beserta peraturan pelaksa- arahan bagi Jurusita Pajak dalam
naannya diharapkan dapat mengopti- menentukan Wajib Pajak/Penanggung
malkan pelaksanaan tindakan penagi- Pajak yang akan dilakukan tindakan
han yang secara agregat dapat men- penagihan. CRM menyediakan fasilitas
goptimalkan pencairan piutang pajak. penentuan prioritas pencairan atau
prioritas tindakan.
b. Pemanfaatan data SE-16/PJ/2017
Pemanfaatan data sebagaimana e. Melakukan eskalasi permasalahan dan
diatur dalam Surat Edaran Direktur kendala dalam pelaksanaan penagihan
Jenderal Pajak Nomor SE-16/PJ/2017 Unit-unit vertikal diharapkan untuk
tanggal 14 Juli 2017 tentang Per- dapat melakukan eskalasi jika ter-
mintaan Informasi dan/atau Bukti atau dapat permasalahan dan kendala da-
Keterangan Terkait Akses Informasi lam pelaksanaan penagihan sedini
Keuangan untuk Kepentingan Peker- mungkin sehingga dapat didiskusikan
jaan dapat menjadi salah satu alat dan dan ditemukan solusi terkait dengan
media dalam mengoptimalkan pen- permasalahan dan kendala yang
cairan piutang pajak khususnya terkait dihadapi. Dengan demikian proses
dengan keperluan asset tracing milik pencairan piutang pajak dapat tetap
Wajib Pajak/Penanggung Pajak. berjalan secara optimal.

c. Pemanfaatan data Automatic Ex- f. Mendorong pelaksanaan usulan


change of Information (AEOI) penghapusan piutang daluwarsa
Dengan adanya data dan/atau in- Unit-unit vertikal diharapakan un-
formasi rekening Wajib Pajak terkait tuk dapat mengusulkan penghapusan
dengan AEOI, maka pelaksanaan tin- piutang pajak yang telah daluarsa se-
dakan penagihan khususnya pem- hingga atas piutang-piutang pajak
blokiran dapat menjadi lebih optimal yang telah dalursa tersebut tidak
karena Jurusita Pajak dapat tercermin dalam saldo outstanding
melakukan pemblokiran lebih tepat piutang sebagai dasar target pencairan
sasaran. Sehingga secara agregat piutang. Dengan demikian, saldo out-
dapat mendorong pencairan piutang standing piutang pajak akan mendekati
pajak. saldo yang secara nyata dapat ditagih.

LAPORAN KINERJA
97

Sasaran Strategis 9: Penyidikan yang efektif


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode IKU Nama IKU Target Realisasi Kinerja
9a-N Persentase hasil penyidikan yang telah 65,00% 107,46% 120%
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)

Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)
• Definisi IKU
Sebagaimana tercantum dalam Rangkaian tindakan penyidik
Rencana Strategis Direktorat Jenderal dituangkan dalam berkas penyidikan
Pajak Tahun 2015-2019, Direktorat yang diserahkan kepada
Penegakan Hukum memegang peran Jaksa/Penuntut Umum.Status P-21
penting dalam merumuskan serta adalah status dinyatakan lengkapnya
melaksanakan kebijakan dan berkas perkara pidana (dinyatakan
standarisasi teknis di bidang memenuhi syarat untuk proses
penegakan hukum perpajakan dengan selanjutnya) oleh Kejaksaan.
tujuan akhir memberikan efek jera Penyelesaian penyidikan sesuai
dengan prinsip keadilan terhadap Pasal 44B Undang-Undang KUP adalah
Wajib Pajak yang menghindari pajak, penghentian penyidikan tindak pidana
terutama terhadap Wajib Pajak yang di bidang perpajakan oleh Jaksa Agung
terindikasi melakukan kegiatan tindak atas permintaan Menteri Keuangan
pidana di bidang perpajakan melalui Untuk kepentingan penerimaan
upaya law enforcement. negara.
Salah satu kegiatan penting yang Saldo penyidikan awal tahun
dilakukan oleh DJP adalah proses adalah jumlah kasus penyidikan yang
kegiatan penyidikan terhadap WP yang masih dalam proses.Target hasil
terindikasi melakukan tindak pidana penyidikan yang dinyatakan lengkap
perpajakan. IKU ini bertujuan untuk oleh Kejaksaan (P-21) yang ditetapkan
meningkatkan upaya penegakan untuk setiap Kanwil ditentukan dengan
hukum melalui penyidikan yang efektif Nota Dinas DIrektur Jenderal Pajak
terhadap kasus tindak pidana UIC Direktur Penegakan Hukum
perpajakan untuk memberi efek jera dengan mempertimbangkan jumlah
(deterrent effect) bagi Wajib Pajak penyidik yang ada.
sehingga peraturan perpajakan dapat Setiap capaian P-21 untuk perkara
ditaati secara voluntarycompliance Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
Penyidikan tindak pidana di bidang diperhitungkan setara dengan 2
perpajakan adalah serangkaian capaian P-21. Selain diakui sebagai
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik penambahan extra effort, penghentian
untuk mencari serta mengumpulkan penyidikan sesuai Pasal 44B UU KUP
bukti yang dengan bukti itu membuat diperhitungkan sama dengan 1 capaian
terang tindak pidana di bidang P-21 dan disetarakan. Target P-21
perpajakan yang terjadi serta ditetapkan sebesar 65%.
menemukan tersangkanya.

LAPORAN KINERJA
98

• Formula IKU
Σ berkas perkara yang berstatus P-21 +
Σ perkara yang diselesaikan melalui pasal 44B UU KUP
x100%
Σ Target penyidikan yang dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)

• Analisis terkait capaian IKU

a. Penyebab keberhasilan kuantitas pencapaian IKU


Capaian IKU hasil penyidikan yang karena jenis penyidikan
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan tersebut bernilai 2x penyidikan
(P-21) pada tahun 2019 sebesar tindak pidana perpajakan.
107,46%. Capaian IKU P-21 tersebut
melebihi target yang telah b. Upaya dan solusi untuk mencapai
ditetapkan pada awal tahun. target
Beberapa faktor pendorong
penyelesaian tercapainya target P- Upaya-upaya yang dilakukan oleh
21 sebagai berikut: Direktorat Penegakan Hukum
- Penetapan target unit pelaksana untuk mencapai target IKU P-21
penyidikan secara tepat melalui selama tahun 2019 yang juga
konstanta yang didasarkan pada merupakan faktor pendorong
kondisi jumlah penyidik masing- keberhasilan pencapaian target P-
masing unit sehingga 21 tahun 2019 sebagai berikut:
keberhasilan pencapaian target - Mengadakan diklat Penyidik
P-21 dapat dilaksanakan dengan Pegawai Negeri Sipil pada bulan
baik. September 2019 dalam rangka
- Koordinasi yang intensif antara meningkatkan kualitas penyidik
PPNS, Korwas Bareskrim Polri, serta kuantitas P-21. Selain itu,
dan Pihak Kejaksaan untuk diklat Tindak Pidana Pencucian
membahas perkembangan, Uang Penyidik Pegawai Negeri
hambatan, dan tindak lanjut Sipil juga telah dilakukan pada
penyidikan tindak pidana di pertengahan tahun 2019 yang
bidang perpajakan untuk terbagi menjadi dua batch di
mempercepat penyelesaian Pusdiklat APU-PPT.
permasalahan yang terjadi. - Mengadakan focus group
- Mengintensifkan penyidikan discussion (FGD) antara DJP
selain tindak pidana perpajakan dengan Pusdiklat Pajak, Korwas
yaitu penyidikan Tindak Pidana PPNS, Kejaksaan, dan Makamah
Pencucian Uang dan Tindak Agung untuk mencapai suatu
Pidana Pertanggungjawaban kesepakatan pandangan pada
Korporasi. Penyidikan Tindak suatu unsur dalam penyidikan
Pidana Pencucian Uang dan yang mempermudah kegiatan
Tindak Pidana Pertanggungja- penyidikan di masa mendatang.
waban Korporasi mendukung

LAPORAN KINERJA
99

- Melakukan monitoring dan segera ditentukan serta


evaluasi ke beberapa Kantor dilaksanakan tindak lanjut yang
Wilayah DJP. tepat.
- Membantu perkembangan - Mengutamakan pemenuhan
penyidikan yang dilakukan oleh kegiatan penelusuran aset
Kantor Wilayah DJP di wilayah (asset tracing) dalam setiap
Daerah Khusus Ibukota Jakarta tindakan penyidikan tindak
selama bulan November- pidana.
Desember 2019. - Mengintensifkan penyidikan
- Koordinasi dengan Kejaksaan tindak pidana perpajakan yang
dan Kepolisian RI untuk berkaitan dengan Tindak Pidana
menangani tindak pidana Pencucian Uang dan Tindak
perpajakan dengan kasus Pidana Pertanggungjawaban
tersangka yang masuk dalam Korporasi.
Daftar Pencarian Orang untuk

• Analisis terkait penggunaan sumber daya

a. SDM yang digunakan


Jumlah SDM PPNS yang tersebar di seluruh Indonesia per 31 Desember 2019 yaitu:

Tabel 3. 34 Komposisi SDM

Jabatan Jumlah PPNS


PPNS Aktif 616
PPNS Struktural Aktif 86
Jumlah 702

PPNS Aktif merupakan PPNS berada di unit Pemeriksaan Bukti Permulaan


dan Penyidikan baik di Direktorat Penegakan Hukum maupun Kantor Wilayah DJP.
Sedangkan PPNS Struktural Aktif merupakan PPNS di unit Pemeriksaan Bukti Per-
mulaan dan Penyidikan, meliputi pejabat struktural baik di Direktorat Penegakan
Hukum maupun di Kantor Wilayah DJP (Kepala Kanwil, Kepala Bidang PPIP, dan
Kepala Seksi Admin Buperdik).

LAPORAN KINERJA
100

b. Anggaran
Keberhasilan pencapaian IKU P-21 sebagai output keluaran riil s.d. triwulan IV
Tahun 2019 telah diukur sesuai SE-35/PJ/2018 dengan rincian pelaksanaan anggaran
untuk UP3 Direktorat Penegakan Hukum sebagai berikut:
Tabel 3. 35 Rincian Pelaksanaan Anggaran

No Uraian Persentase Bobot Capaian


Realisasi/Pagu
1 Penyerapan atas Pagu Neto 120,00% 30% 43,90%
2 Capaian Keluaran Riil 109,88% 15% 20,10%
3 Hasil Efisiensi 100,00% 15% 18,29%
4 Konsistensi 89,31% 10% 10,89%
5 Revisi DIPA 100,00% 5% 6,10%
6 Penyelesaian Tagihan 100,00% 4% 4,88%
7 Data Kontrak 100,00% 3% 3,66%
Total 107,82%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Persentase kualitas pelaksanaan anggaran untuk mendukung program


Direktorat Penegakan Hukum pada tahun 2019 sebesar 107,82% dari target sebesar
95% sehingga capaian kualitas pelaksanaan anggaran sejumlah 113,50%.

• Analisis program/kegiatan yang bukti permulaan dan semester 2 fokus


menunjang keberhasilan atau untuk penyidikan.
menyebabkan kegagalan
pencapaian kinerja, meliputi: • Analisis atas pelaksanaan rencana
Secara keseluruhan, aksi atau mitigasi risiko yang telah
program/kegiatan yang telah disusun disusun dalam pencapaian kinerja.
untuk menunjang keberhasilan Rencana aksi dan mitigasi
pencapaian IKU P-21 dapat risiko dilakukan evaluasi dan
dilaksanakan dengan baik. Koordinasi monitoring setiap triwulanan. Rencana
dilakukan bukan hanya secara internal aksi yang telah dilakukan pada tahun
DJP namun juga secara eksternal. 2019 untuk memitigasi risiko yang
Pembagian waktu pelaksanaan setiap berkaitan dengan IKU P-21 yaitu mem-
kegiatan telah direncanakan dengan fokuskan tindakan penegakan hukum
baik sehingga tidak ada pelaksanaan atas pengguna faktur TBTS, penerbit
yang menumpuk pada suatu waktu faktur pajak dengan NPWP
saja. Tetapi pada praktiknya, puncak 00.000.000.0-000.000, dan SPT Lebih
kinerja pencapaian P-21 menumpuk di Bayar yang beresiko tinggi dengan ca-
akhir tahun. Hal ini dikarenakan PPNS paian sebesar 100%. Selain itu,
memiliki tugas melakukan pemerik- Direktorat Penegakan Hukum juga te-
saan bukti permulaan dan penyidikan lah melakukan rencana aksi berupa
yang pelaksanaannya sebagian besar koordinasi dengan Bareskrim, Ke-
dialokasikan dalam 2 semester, yaitu jaksaan Agung, dan PPATK dalam
semester 1 fokus untuk pemeriksaan pelaksanaan penyidikan Tindak Pidana

LAPORAN KINERJA
101

Pencucian Uang dengan capaian sebe- Secara keseluruhan, rencana aksi


sar 100%. Namun, terdapat rencana yang berkaitan dengan pencapaian IKU
aksi Direktorat Penegakan Hukum P-21 dapat dikatakan telah
yang belum maksimal terlaksana yaitu dilaksanakan oleh Direktorat
penyitaan aset yang terlihat masih Penegakan Hukum dengan baik.
menunjukkan capaian sebesar 88%.

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun Y dengan realisasi kinerja dua tahun
sebelumnya

Selama 3 (tiga) tahun sejak tahun 2017 s.d. 2019, capaian hasil penyidikan yang
telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P21) dan disetarakan melebihi target yang telah
ditetapkan. Perkembangan jumlah hasil penyidikan yang telah dinyatakan lengkap oleh
Kejaksaan (P21) dan disetarakan tahun 2017 s.d. 2019 dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 3. 36 Perbandingan Realisasi IKU 2017 s.d. 2019

Nama IKU Realisasi Realisasi Realisasi


Tahun Y-2 Tahun Y-1 Tahun Y
Persentase hasil penyidikan yang telah dinyatakan 115,52% 107,63% 107,46%
lengkap oleh Kejaksaan (P-21)

• Analisis sebab terjadinya penurunan berdasarkan jumlah penyidik masing-


capaian kinerja, meliputi: masing kantor wilayah.
Penetapan target P-21 baik untuk - Koordinasi yang intensif antara PPNS,
Kantor Wilayah maupun Direktorat Korwas Bareskrim Polri, dan Pihak
Penegakan Hukum setiap tahun Kejaksaan untuk membahas
ditetapkan oleh Direktorat Penegakan perkembangan, hambatan, dan tindak
Hukum. Meskipun secara persentase lanjut penyidikan.
kinerja pencapaian P-21 menurun - Koordinasi dengan kejaksaan dan
pada tahun Y-2 apabila dibandingkan kepolisian RI untuk menangani tindak
dengan tahun Y-1, namun secara pidana perpajakan dengan kasus
kuantitas, produksi atau jumlah tersangka yang masuk dalam DPO
pencapaian P-21 meningkat tiap untuk segera ditentukan serta
tahunnya, sehingga dapat dikatakan, dilaksanakan tindak lanjut yang tepat.
pencapaian P-21 setiap tahun - Memperluas modus penyidikan tindak
menunjukkan tren meningkat pidana perpajakan dengan
meskipun secara persentase mendukung pelaksanaan Tindak
menunjukkan tren menurun. Pidana Pencucian Uang dan Tindak
• Upaya dan solusi yang telah dilakukan Pidana Pertanggungjawaban
untuk menutup gap, meliputi: Korporasi dengan diiringi penyitaan
- Menetapkan target yang sesuai aset. Direktorat Penegakan Hukum
dengan kondisi masing-masing unit bertujuan untuk tidak hanya
pelaksana penyidikan melalui meningkatkan kuantitas P-21 namun
konstanta yang ditetapkan juga meningkatkan kualitas P-21 yang
dihasilkan.

LAPORAN KINERJA
102

3. Rencana aksi tahun berikutnya atas IKU “Persentase hasil penyidikan yang telah
dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan (P-21)

Rekomendasi Rencana Aksi Periode


Pelaksanaan
Rekomendasi A: Q1-Q4
Pelatihan bersama dengan MA, Kejaksaan, dan Polri
Rekomendasi B : Q1-Q4
Asistensi Penanganan TPP dan TPPU oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau
Badan (Pertanggungjawaban Korporasi)
Rekomenasi C : Q1-Q4
Publikasi hasil kegiatan penegakan hukum
Rekomendasi D : Q1-Q4
Penyempurnaan kegiatan TPP
Rekomendasi E : Q1-Q4
Corporate Crime Study Visit

Rencana aksi tahun 2020 disusun berdasarkan Rencana Strategis Direktorat


Jenderal Pajak 2020 – 2024 yang terletak pada Inisiatif Strategis 7: Penegakan Hukum
yang Adil Program A: Penyidikan Tindak Pidana Perpajakan WP OP atau Korporasi yang
dilanjutkan dengan Tindak Pidana Pencucian Uang. Rencana aksi tersebut juga disusun
untuk mengantisipasi kinerja baru Direktorat Penegakan Hukum dalam Peta Strategi
DJP yaitu persentase pemulihan kerugian pada pendapatan negara.

LAPORAN KINERJA
103

Sasaran Strategis 10: Penangangan putusan banding/gugatan WP yang optimal


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
10a-N Persentase jumlah putusan yang mem- 41,00% 40,54% 98,88%
pertahankan objek banding/gugatan di
pengadilan pajak

• Deskripsi Sasaran Strategis Jenderal Pajak dibandingkan dengan


Tugas Direktorat Keberatan dan total jumlah berkas putusan banding
Banding adalah merumuskan serta dan gugatan di Pengadilan Pajak yang
melaksanakan kebijakan dan diterima dalam periode tertentu
standarisasi teknis di bidang keberatan tersebut. Amar putusan Pengadilan
dan banding dan salah satu kegiatannya Pajak sesuai Pasal 80 ayat (1) Undang-
adalah menangani sengketa banding Undang Nomor 14 Tahun 2002 yaitu:
dan gugatan di Pengadilan Pajak. Dalam a) Menolak;
rangka mendukung sasaran strategis b) Mengabulkan sebagian atau
Direktorat Jenderal Pajak, maka salah seluruhnya;
satu sasaran strategis yang diemban c) Menambah Pajak yang harus
oleh Direktorat Keberatan dan Banding dibayar;
adalah mempertahankan objek d) Tidak dapat diterima;
banding/gugatan di Pengadilan Pajak. e) Membetulkan kesalahan tulis
Semakin banyak putusan yang dapat dan/atau kesalahan hitung;
dipertahankan secara tidak langsung dan/atau
akan mendukung pengamanan f) Membatalkan.
penerimaan pajak. Amar putusan Pengadilan Pajak
yang menjadi ruang lingkup dalam
• Definisi IKU kategori "memenangkan Direktorat
Dalam rangka mengukur Jenderal Pajak" yaitu menolak, tidak
pencapaian sasaran strategis dapat diterima, menambah pajak yang
peningkatan jumlah putusan yang harus dibayar" dan "dihapus dari daftar
mempertahankan objek sengketa" diberi bobot 1 (satu).
banding/gugatan di Pengadilan Pajak, Amar putusan "mengabulkan
ditetapkan Indikator Kinerja Utama sebagian" yang faktanya terdapat
(IKU) yaitu persentase jumlah putusan sebagian materi sengketa yang
yang mempertahankan objek permohonan Wajib Pajak ditolak oleh
banding/gugatan di Pengadilan Pajak. majelis hakim Pengadilan Pajak
Formula dari IKU tersebut adalah (Direktorat Jenderal Pajak
jumlah putusan Pengadilan Pajak yang memenangkan putusan.
amarnya memenangkan Direktorat

LAPORAN KINERJA
104

• Formula IKU
Jumlah amar putusan Pengadilan Pajak yang dipertahankan Direktorat Jenderal Pajak
Jumlah berkas putusan Pengadilan Pajak yang diterima

• Realisasi IKU : 40.54 % • Telah dilaksanakan pemberian


Capaian IKU Presentase jumlah masukan / feeding secara
putusan yang mempertahankan objek berkesinambungan kepada
banding/gugatan di pengadilan pajak direktorat terkait;
adalah sebesar 40.54%. Jumlah • Mengadakan Monitoring dan
realisasi ini dibawah target yang Evaluasi ke unit vertikal
ditetapkan yaitu 41%, sehingga nilai dibawah yaitu Kantor Wilayah
capaian atas IKU tersebut adalah yang ada di Indonesia, terutama
98,88%. untuk Kanwil yang merupakan
kantong sengketa;
• Analisis terkait capaian IKU, meliputi: • Untuk Direktorat P2 agar men-
a. Penyebab kegagalan tidak gadakan kualifikasi fungsional
tercapainya IKU pemeriksa sehingga SKP yang
▪ Banyaknya kasus koreksi ke- akan dihasilkan sesuai dengan
tentuan formal yang di- peraturan perundang-udangan
mentahkan oleh hakim (Nomor yang berlaku;
seri faktur pajak (NSFP) yang • Telah dilaksanakan kerjasama
diterbitkan sebelum tanggal dengan Pusdiklat Pajak dalam
jatah nomor seri dan SPT Masa rangka memberikan pema-
PPh 26 yang tidak ada DGT 1; haman perpajakan yang baik
▪ Perencanaan strategi kepada Hakim;
pemenangan kasus yang belum • Perbaikan dari kualitas
optimal; pemeriksaan dan perbaikan dari
▪ Kualitas Koreksi Pemeriksaan penyelesaian keberatan di Ting-
yang masih banyak menyalahi kat Kanwil;
aturan sehingga menyebabkan • Mengoptimalkan FGD/IHT/gelar
posisi Direktorat Jenderal Pajak kasus untuk kasus-kasus yang
di Pengadilan Pajak menjadi bersifat strategis;
lemah; • Peningkatan kapasitas kemam-
▪ Cara pandang Majelis Hakim puan beracara pada petugas
yang lebih mengedepankan sidang.
keadilan substantif, dan menga-
baikan fungsi peraturan pajak • Analisis terkait penggunaan sumber
yang lainya (menjaga ketertiban daya, meliputi:
dibidang administrasi perpa- a. Belum meratanya kemampuan dan
jakan) kapasitas Penelaah Keberatan
b. Jumlah berkas sengketa yang ter-
b. Upaya dan Solusi yang telah dan lalu banyak
akan dilakukan untuk mencapai tar-
get

LAPORAN KINERJA
105

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua
tahun sebelumnya
Tabel 3. 37 Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2017 - 2019

Uraian 2017 2018 2019


Jumlah Putusan 7.088 6.034 6763
Target 38% 40% 41%
Realisasi 51% 43,54% 40,54%
(pencabutan permohonan banding
/gugatan karena Tax Amnesty)
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Jumlah putusan Pengadilan Pajak atas banding dan gugatan mengalami kenaikan yaitu
dari 6034 Putusan di tahun 2018 menjadi 6.763 Putusan di tahun 2019. Namun, tingkat
kemenangan DJP pada tahun 2019 mengalami penurunan dibanding tahun 2018, yaitu dari
43,54%.menjadi sebesar 40,54%.
Menurunnya jumlah putusan yang mempertahankan objek banding/gugatan di Penga-
dilan Pajak yang disebabkan:
▪ Banyaknya kasus koreksi ketentuan formal yang dimentahkan oleh hakim (Nomor seri
faktur pajak (NSFP) yang diterbitkan sebelum tanggal jatah nomor seri dan SPT MASA
PPh 26 yang tidak ada DGT 1
▪ Perencanaan strategi pemenangan kasus yang belum optimal
▪ Kualitas Koreksi Pemeriksaan yang masih banyak menyalahi aturan sehingga me-
nyebabkan posisi Direktorat Jenderal Pajak di Pengadilan Pajak menjadi lemah
▪ Cara pandang Majelis Hakim yang lebih mengedepankan keadilan substantive, dan
mengabaikan fungsi peraturan pajak yang lainya (menjaga ketertiban dibidang admin-
istrasi perpajakan.)

3. Rencana Aksi tahun berikutnya atas IKU “Presentase jumlah putusan yang
mempertahankan objek banding/gugatan di pengadilan pajak”
Tabel 3. 38 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi Periode


Pelaksanaan
Membuat standar penyajian Surat Uraian Banding dan Surat 2020
Tanggapan Gugatan
Melaksanakan workshop untuk peningkatan kapasitas Penelaah 2020
Keberatan (communication skill dan negotiation skill)
Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi putusan banding 2020
(mirroring atas kasus berulang)
Melakukan bedah kasus-kasus strategis 2020
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
106

Sasaran Strategis 11: Pengendalian mutu yang efektif


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
IKU Target Realisasi Indeks Capaian
Persentase rekomendasi BPK 90% 95,53% 106,14%
yang telah ditindaklanjuti

• Deskripsi Sasaran Strategis tindak lanjut DJP atas seluruh


Peningkatan pengendalian mutu rekomendasi BPK yang diterima pada
merefleksikan upaya organisasi untuk periode November tahun sebelumnya
mewujudkan good governance dan sampai dengan Oktober tahun
akuntabilitas internal berjalan.

• Definisi IKU Rekomendasi meliputi:


Rekomendasi adalah saran a. rekomendasi dalam Laporan Hasil
perbaikan yang disampaikan oleh BPK Pemeriksaan Kinerja - koordinator
dan Inspektorat Jenderal (Itjen) tindak lanjut di Direktorat KITSDA
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK b. rekomendasi dalam Laporan Hasil
dan hasil pengawasan Itjen (termasuk Pemeriksaan PDTT (Pemeriksaan
rekomendasi dari IBI untuk melakukan dengan Tujuan Tertentu) - koordinator
pemeriksaan disiplin oleh atasan tindak lanjut di Direktorat KITSDA
langsung) yang harus ditindaklanjuti.
Yang dimaksud persentase Data rekomendasi BPK yang
rekomendasi yang ditindaklanjuti diterima pada periode November tahun
adalah progres tindak lanjut yang sebelumnya sampai dengan Oktober
dilakukan oleh unit Eselon II (sebagai tahun berjalan bersumber pada
auditee) atas rekomendasi BPK dan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK dan
Itjen. matriks tindak lanjut hasil
IKU ini terdiri dari dua sub IKU, yaitu: pemeriksaan BPK yang telah
1) IKU Persentase hasil pemeriksaan disepakati bersama penentuan unit in
BPK (pemeriksaan kinerja dan charge/UIC-nya.
pemeriksaan PDTT) yang telah Tindak lanjut hasil pemeriksaan
ditindaklanjuti; dan BPK dikategorikan sebagai tepat
2) IKU Persentase hasil pengawasan waktu dalam hal tindak lanjut
Insektorat Jenderal (policy pemeriksaan BPK disampaikan dan
recommendation /rekomendasi diterima oleh koordinator tindak lanjut
kebijakan dan rekomendasi DJP dalam jangka waktu maksimal 50
hukuman disiplin) yang telah hari setelah Laporan Hasil
ditindaklanjuti. Pemeriksaan (LHP) diterima oleh
Rekomendasi BPK yang telah Menteri Keuangan.
ditindaklanjuti adalah progress tindak
lanjut yang dilakukan oleh unit Eselon
II (sebagai auditee) terkait
rekomendasi BPK. Persentase
didasarkan pada tindak lanjut yang
disampaikan kepada koordinator

LAPORAN KINERJA
107

• Formula IKU Kendali atas tindak lanjut berupa


IKU Persentase rekomendasi hasil penyusunan uraian penelitian
pemeriksaan BPK yang tepat waktu sepenuhnya berada di bawah kendali
ditindaklanjuti (60%) + Persentase Direktorat KITSDA sehingga tindak
hasil pengawasan Itjen yang tepat lanjutnya relatif mudah dilakukan.
waktu ditindaklanjuti (40%) Tindak lanjut rekomendasi pembinaan
dapat terlaksana dengan baik karena
• Realisasi IKU kerja sama yang baik dari kepala unit
IKU tersebut terdiri dari tiga pegawai yang dibina untuk melakukan
komponen yakni tindak lanjut pembinaan kepada bawahannya yang
rekomendasi pada: terkait temuan sebagaimana Surat
1) LHP atas LKPP (proporsi 25%) Direktur Jenderal Pajak nomor S-
dengan realisasi sebesar 100%, 223/PJ/2015 tanggal 29 Juni 2015 hal
2) LHP atas BPK - LK BUN Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan dari
(proporsi 25%) dengan realisasi Aparat Pengawasan Fungsional terkait
sebesar 100%, dan Rekomendasi untuk Melakukan
3) LHP atas BPK - LK BA 015 Pembinaan. Tindak lanjut berupa
(proporsi 50%) dengan realisasi pemantauan dan pengujian juga dapat
sebesar 91,06%, terlaksana dengan baik dan lancar
karena unit yang dipantau bersikap
• Analisis terkait capaian IKU, meliputi: kooperatif dan segera menindaklanjuti
Pada tahun 2019, tindak lanjut rekomendasi yang diberikan.
DJP atas rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK atas laporan Secara umum, koordinasi dan
keuangan, baik LKPP, LK BUN komunikasi efektif baik dengan unit
maupun LK BA 015 dikoordinir oleh yang bertanggung jawab
Bagian Akuntansi dan Pelaporan menindaklanjuti rekomendasi maupun
Keuangan Sekretariat Direktorat dengan auditor merupakan kegiatan
Jenderal Pajak. Adapun Direktorat yang memiliki peran besar dalam
KITSDA berperan dalam: menunjang keberhasilan pencapaian
1) menindaklanjuti rekomendasi IKU ini sehingga kegiatan koordinasi
pembinaan, dan komunikasi tetap harus dilakukan
2) menyusun uraian penelitian secara intensif pada tahun berikutnya.
atas beberapa rekomendasi
yang diusulkan untuk
memperoleh status “Temuan
Pemeriksaan Tidak Dapat
Ditindaklanjuti”,
3) melakukan pemantauan atas
pelaksanaan proses bisnis
penagihan di unit vertikal, dan
4) melakukan pengujian atas
proses kegiatan pemeriksaan
kewajiban perpajakan wajib
pajak.

LAPORAN KINERJA
108

• Analisis terkait penggunaan sumber dan perbaikan bagi DJP dari aspek
daya, meliputi: peraturan, sistem maupun proses
Tindak lanjut atas rekomendasi bisnis di DJP agar dapat menunjang
BPK LKPP, LKBUN dan LK BA 015 kinerja di tatanan operasional yang
dilakukan oleh tim Evaluasi dan bermuara pada tercapainya target
Monitoring Tindak Lanjut Hasil penerimaan pajak. Pada pelaksanaan
Pemeriksaan BPK RI tahun 2019 pada tindak lanjut rekomendasi, Direktorat
Seksi Evaluasi Temuan Pemeriksaan KITSDA harus secara rutin dan kontinu
Eksternal Subdirektorat Investigasi melakukan monitoring, evaluasi dan
Internal Direktorat KITSDA yang koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
berjumlah 5 (lima) orang dengan Koordinasi dengan unit vertikal
didukung anggaran tindak lanjut hasil bertujuan memberikan pemahaman
pemeriksaan aparat pengawasan konsep nilai tambah dan perbaikan
sebesar Rp735.183.574,- yang terdiri dalam rekomendasi BPK tersebut,
dari: lebih dari sekedar tugas/beban kerja
1) Evaluasi Tindak Lanjut Hasil tambahan bagi unit vertikal. Selain itu
Pemeriksaan Aparat monitoring, evaluasi dan koordinasi
Pengawasan juga dilakukan untuk memantau
2) Koordinasi Tindak Lanjut Hasil penyelesaian rekomendasi, mengingat
Pemeriksaan Aparat beberapa rekomendasi BPK
Pengawasan membutuhkan memerlukan upaya
3) Pemantauan Tindak Lanjut Hasil yang cukup komprehensif, yakni
Pemeriksaan Aparat koordinasi antar instansi di jajaran
Pengawasan Direktorat Jenderal Pajak (KPDJP
Anggaran tersebut digunakan serta unit vertikal di seluruh wilayah
untuk evaluasi, koordinasi dan Indonesia) dan koordinasi dengan
pemantauan tindak lanjut seluruh hasil pihak lain di luar Direktorat Jenderal,
pemeriksaan aparat pengawasan sehingga membutuhkan waktu
termasuk Inspektorat Jenderal, penyelesaian tindak lanjut yang cukup
Komite Pengawas Perpajakan, Badan lama (lebih dari setahun). Koordinasi
Pengawasan Keuangan dan dengan BPK RI juga memegang porsi
Pembangunan (BPKP), Ombudsman besar dalam menunjang pencapaian
Republik Indonesia, tidak hanya untuk IKU tersebut untuk menyamakan
tindak lanjut rekomendasi BPK atas persepsi atas maksud dari
laporan keuangan sebagaimana IKU rekomendasi yang harus dilakukan
tersebut. DJP serta mengomunikasikan
tantangan-tantangan yang dihadapi
• Analisis program yang menunjang DJP dalam upaya tindak lanjut
keberhasilan pencapaian kinerja. rekomendasi BPK RI.
Kegiatan utama yang menunjang
keberhasilan pencapaian IKU tersebut
adalah monitoring, evaluasi dan
koordinasi. Rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK pada dasarnya
bertujuan memberikan nilai tambah

LAPORAN KINERJA
109

• Analisis atas pelaksanaan rencana pemeriksaan diterima. Kemudian


aksi atau mitigasi risiko yang telah dalam Pasal 26 ayat (2) diatur bahwa
disusun dalam pencapaian kinerja. “Setiap orang yang tidak memenuhi
Undang-Undang Nomor 15 Tahun kewajiban untuk menindaklanjuti
2004 (UU 15/2004) tentang rekomendasi yang disampaikan dalam
Pemeriksaan Pengelolaan dan laporan hasil pemeriksaan
Tanggung Jawab Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
memberi mandat kepada Badan 20 dipidana dengan pidana penjara
Pemeriksa Keuangan Republik paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
Indonesia (BPK RI) untuk melakukan bulan dan/atau denda paling banyak
pemeriksaan keuangan negara. Hasil Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
pemeriksaan BPK RI berupa laporan rupiah).”
hasil pemeriksaan pengelolaan Untuk mengurangi kemungkinan
keuangan negara yang diuraikan terjadinya risiko tindak lanjut pertama
dalam temuan pemeriksaan serta oleh auditee atas rekomendasi hasil
rekomendasi yang merupakan saran pemeriksaan BPK dilakukan tidak
perbaikan kepada pejabat dan/atau tepat waktu, telah selesai dilakukan
badan yang berwenang untuk (100%) rencana aksi penanganan risiko
melakukan perbaikan. Dalam Pasal 20 berupa melakukan asistensi kepada
ayat (2) dan (3) UU 15/2004 ditentukan Unit Terperiksa terkait tindak lanjut
kewajiban bahwa pejabat yang wajib rekomendasi APF, melakukan
menindaklanjuti rekomendasi dalam koordinasi dengan BPK terkait
laporan hasil pemeriksaan wajib penyampaian tindak lanjut secara
memberikan jawaban atau penjelasan manual dan melakukan koordinasi
selambat-lambatnya 60 (enam puluh) dengan Unit Terperiksa.
hari setelah laporan hasil

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun Y dengan realisasi kinerja dua tahun
sebelumnya

IKU “Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti” merupakan IKU baru,
yang merupakan penggabungan dari dua IKU tahun 2018 yaitu IKU “Persentase
penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN yang telah ditindaklanjuti” dan IKU
“Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LK BA 15 yang telah ditindaklanjuti.
History realisasi IKU “Persentase penyelesaian rekomendasi BPK atas LKPP dan LKBUN
yang telah ditindaklanjuti” adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 39 Perbandingan Realisasi IKU 2016-2018

Indikator Kinerja Utama Tahun Target Realisasi Capaian


Persentase penyelesaian 2016 49,00% 57,65% 117,64%
rekomendasi BPK atas LKPP dan 2017 75,00% 78,08% 104,11%
LKBUN yang telah ditindaklanjuti 2018 89% 95,46% 107,26%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
110

Jika dibandingkan realisasi tahun 2018 dengan tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 40 Perbandingan Realisasi IKU 2018 dan 2019

Indikator Kinerja Utama Tahun Target Realisasi Capaian


Gabungan IKU Persentase 2018 89% 92,81% 104,28%
Rekomendasi BPK atas LKPP –
LKBUN dan LK BA 15 yang Telah
Ditindaklanjuti
IKU Persentase rekomendasi BPK 2019 90% 95,53% 106,14%
yang telah ditindaklanjuti
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

3. Rencana Aksi tahun berikutnya


Tabel 3. 41 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi UIC Periode Pelaksanaan


Berkoordinasi dengan pihak internal 1. Setditjen Januari - Desember
dan eksternal DJP (pada 2. Dit KITDSA
Direktorat/unit pemilik 3. Unit Terkait
rekomendasi/APF) (auditee)
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Rencana aksi yang akan dilakukan untuk pencapaian kinerja tindak lanjut
rekomendasi BPK adalah koordinasi dengan berbagai pihak, antar lain:
a) Pihak internal DJP yaitu unit vertikal DJP maupun direktorat yang terkait
denganrekomendasi BPK.
b) Pihak eksternal DJP yaitu Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, Biro Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal,
Inspektorat Jenderal, BPK RI dan unit lain yang terkait dengan rekomendasi.
Opsi mitigasi risiko yang akan dilakukan pada tahun 2020 berupa pengurangan
dampak dalam hal risiko tindak lanjut pertama atas rekomendasi hasil pemeriksaan APF
tidak tepat waktu dengan berkoordinasi dengan Tim Bantuan Hukum pada Direktorat
Peraturan Perpajakan II.

LAPORAN KINERJA
111

Sasaran Strategis 12: Data perpajakan yang optimal


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode Nama IKU Target Realisasi Kinerja
IKU
12a-N Persentase data eksternal 65,00% 68,85% 105,92%
teridentifikasi

Dalam struktur organisasi Direktorat Data eksternal prioritas adalah data


Jenderal Pajak terdapat satu unit eksternal yang ditentukan sebagai
pelaksana teknis yang memiliki tugas prioritas dalam rangka peningkatan
sebagai unit pengolah data dari pihak pengawasan kepatuhan pemenuhan
ketiga yaitu Kantor Pengolahan Data kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh
Eksternal (KPDE). Sesuai Peraturan Men- masyarakat, baik dalam bentuk
teri Keuangan nomor PMK- intensifikasi dan/atau ekstensifikasi
87/PMK.01/2019 nama unit KPDE telah diu- perpajakan.
bah menjadi Direktorat Data dan Informasi Penentuan data prioritas dilakukan
Perpajakan. Tugas dan fungsi utama DIP pada awal tahun berdasarkan atas
adalah menyediakan data eksternal yang keputusan Direktur Data dan Informasi
siap untuk diolah lebih lanjut oleh unit Perpajakan.
kerja lainnya di Direktorat Jenderal Pajak Data Eksternal Prioritas Teridentifikasi
sebagai bahan penggalian potensi adalah data subjek pajak yang dapat
perpajakan. Untuk mempersiapkan data diyakini kebenaran identitasnya sesuai
eksternal yang handal, maka data dengan masterfile wajib pajak atau data
eksternal harus diidentifikasi subjeknya referensi yang dimiliki Direktorat Jenderal
terlebih dahulu. Pajak, sehingga atas subjek pajak (data)
tersebut dapat dilakukan tindakan
• Deskripsi Sasaran Strategis pengawasan lebih lanjut baik dalam
Optimalisasi data eksternal dalam bentuk intensifikasi dan/atau
rangka menghasilkan informasi ekstensifikasi perpajakan. Identitas yang
perpajakan yang akurat, lengkap, dan wajib untuk diperoleh kepastiannya adalah
konsisten dalam rangka menunjang NPWP dan/atau NIK (khusus untuk Subjek
kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Orang Pribadi) dan/atau nama
perpajakan. kantor pelayanan pajak yang bertanggung
jawab untuk melakukan upaya
• Definisi IKU pengawasan kepatuhan.
Data eksternal adalah data yang Data eksternal prioritas yang diterima
diterima dari instansi pemerintah, adalah data yang telah diterima oleh
lembaga, asosiasi dan pihak lain sesuai Subdirektorat Pengelolaan Data Eksternal
dengan PP Nomor 31 Tahun 2012 yang dan telah siap untuk dilakukan proses
rinciannya tercantum dalam PMK Nomor identifikasi (data dapat terbaca, tidak
228/PMK.03/2017 dan peraturan rusak, jelas dan lengkap sesuai dengan
perubahannya. ketentuan).

LAPORAN KINERJA
112

• Formula IKU: Realisasi data eksternal prioritas teridentifikasi x 100%


Data eksternal prioritas yang diterima

• Realisasi IKU penyampaian data dan informasi yang


Jumlah data eksternal prioritas yang berkaitan dengan perpajakan.
diterima tahun 2019 adalah 106.013.601 e. Melaksanakan PMK Nomor
baris data. Jumlah data eksternal prioritas 39/PMK.03/2017 mengenai tata cara
yang teridentifikasi tahun 2019 adalah pertukaran informasi berdasarkan
72.987.953 baris data. Sehingga realisasi perjanjian internasional.
IKU Persentase data eksternal f. Melaksanakan UU nomor 9 tahun 2017
teridentifikasi untuk tahun 2019 adalah tentang penetapan Perpu nomor 1
68,85%. Sehingga persentase capaian data tahun 2017 mengenai akses infomasi
teridentifikasi pada tahun 2019 adalah keuangan untuk kepentingan
105,92. perpajakan.
Persentase capaian data teridentifikasi g. Menjalankan PMK Nomor
pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan 70/PMK.03/2017 tentang peraturan
capaian tahun 2018 sebesar 101,44%. pelaksanaan dari Perpu nomor 1 tahun
2017.
• Analisis terkait penyebab keberhasilan
capaian IKU, meliputi: Sementara itu, tantangan yang
dihadapi dalam proses pencapaian target
Terdapat beberapa tindakan yang persentase data eksternal teridentifikasi
dilaksanakan dalam rangka mencapai ini antara lain:
target identifikasi data eksternal yaitu : a. Data yang diterima dari ILAP tidak
a. Melakukan penghimpunan data dan sepenuhnya sesuai dengan kamus
informasi sesuai dengan kamus data data, sehingga perlu dilakukan
dari Instansi, Lembaga, Asosiasi, dan koordinasi lebih lanjut dengan ILAP
Pihak Lain (ILAP) bersadasrkan PP agar data yang disampaikan sesuai
Nomor 31 tahun 2012. dengan kamus data.
b. Melakukan identifikasi data ILAP (data b. Terdapat data yang diterima yang
non keuangan) sesuai dengan kamus masih perlu dilakukan normalisasi
data. terlebih dahulu sebelum diolah lebih
c. Melakukan perbaikan atau lanjut.
penyempurnaan aplikasi matching c. Terdapat ILAP yang menyampaikan
data (DQS / Data Quality Service). datanya dalam bentuk hardcopy,
d. Melaksanakan PMK Nomor sehingga masih diperlukan upaya
16/PMK.03/2013 jo PMK Nomor untuk mengolah data tersebut agar
79/PMK.03/2013 jo PMK Nomor dapat diproses lebih lanjut.
95/PMK.03/2013 jo PMK Nomor
132/PMK.03/2013 jo PMK Nomor • Analisis terkait penggunaan sumber
191/PMK.03/2014 jo PMK Nomor daya
39/PMK.03/2016 jo PMK Nomor Jumlah sumber daya manusia yang
228/PMK.03/2017 tentang rincian jenis digunakan untuk mencapai target IKU
data dan informasi serta tata cara persentase data eksternal teridentifikasi
adalah 21 orang.

LAPORAN KINERJA
113

• Analisis program/kegiatan penunjang pengawasan dalam melakukan


a. Terdapat Formulir pengawasan identifikasi data eksternal lebih
data eksternal (FPDE) yang baik. Melakukan proses penelitian
berfungsi untuk mencatat tahapan atas pemadanan data dari
proses identifikasi suatu jenis data Dukcapil, sebagai upaya untuk
eksternal, sehingga proses menambah data referensi.

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua
tahun sebelumnya.
Tabel 3. 42 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019

Realisasi Realisasi
Nama IKU Realisasi Tahun 2017
Tahun 2018 Tahun 2019
Persentase data eksternal
63,55% 64,92 68.85%
teridentifikasi
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

• Analisis sebab terjadinya perubahan adalah 72.987.953 dari 106.013.601


realisasi IKU jumlah data eksternal prioritas
Jumlah ILAP prioritas yang yang diterima.
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak Perbedaan jumlah ILAP prioritas tiap
dari tahun 2017-2019 mengalami tahun memengaruhi jumlah data eksternal
perubahan. Tahun 2017 ILAP prioritas prioritas yang diterima dan Jumlah data
berjumlah 36 ILAP, tahun 2018 ILAP eksternal prioritas yang teridentifikasi.
prioriatas berjumlah 41 ILAP, dan tahun Meningkatnya persentase data
2019 ILAP prioritas berjumlah 36 ILAP. eksternal teridentifikasi pada tahun 2019
Atas perubahan jumlah ILAP prioritas disebabkan oleh beberapa hal,
tersebut, berpengaruh pula terhadap diantaranya adalah data yang disampaikan
jumlah data prioritas yang diterima dan ILAP telah disertai Nama dan Alamat yang
jumlah data prioritas yang teridentifikasi semakin bagus dan semakin sesuai
dari tahun 2017-2019. dengan masterfile Wajib Pajak yang
Jumlah data prioritas yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak,
teridentifikasi dari tahun 2017-2019 adalah kemampuan para pegawai dalam
sebagai berikut: melakukan pengolahan data
a. Jumlah data eksternal prioritas yang menggunakan tools aplikasi semakin
teridentifikasi di tahun 2017 adalah meningkat, serta komitmen para pegawai
156.209.568 dari 245.816.632 jumlah untuk meningkatkan kualitas serta
data eksternal prioritas yang diterima. kuantitas hasil matching data ILAP. Selain
b. Jumlah data eksternal prioritas yang itu, perbaikan atau penyempurnaan secara
teridentifikasi di tahun 2018 adalah berkala terus dilakukan untuk
274.435.909 dari 422.720.676 jumlah memaksimalkan kemampuan para
data eksternal prioritas yang diterima. pegawai dalam melakukan pengolahan
c. Jumlah data eksternal prioritas data agar diperoleh hasil yang lebih
yang teridentifikasi di tahun 2019 maksimal lagi.

LAPORAN KINERJA
114

3. Rencana Aksi

Tabel 3. 43 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencan Aksi Periode Pelaksanaan

a. Menjaga kualitas dan kuantitas hasil identifikasi data


eksternal menggunakan data referensi Dukcapil dan
masterfile yang mutakhir.
b. Melakukan optimalisasi sarana pendukung yang berupa
Q1-Q4 Tahun 2020
server dan aplikasi Data Quality Services (DQS).
c. Melakukan koordinasi dengan Seksi Penerimaan,
Penghimpunan, dan Pertukaran Data Eksternal agar dalam
pengiriman data dari ILAP sesuai dengan kamus data.
d. Training untuk meningkatan kemampuan SDM
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
115

Sasaran Strategis 13: SDM yang kompeten


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
IKU Target Realisasi Indeks Capaian
Persentase pejabat yang telah 94% 94,97% 101,03%
memenuhi standar kompetensi jabatan
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
• Deskripsi Sasaran Strategis
Pegawai berkinerja prima Sesuai PMK-219/PMK.01/2017
merupakan pegawai DJP yang tentang Penilaian Kompetensi
memiliki standar profesionalisme Manajerial melalui AC di
yang tinggi dengan indikatornya Lingkungan Kementerian
adalah semua pegawai memenuhi Keuangan, Standar Kompetensi
standar kompetensi jabatan, Jabatan merupakan daftar nama
pegawai DJP yang memiliki dan level kompetensi yang
keterikatan dan kebanggaan yang dipersyaratkan dalam suatu
tinggi terhadap organisasi, dan jabatan sesuai dengan kriteria
pegawai memiliki integritas yang yang telah ditetapkan.
tinggi. Dengan memiliki pegawai
yang berkinerja tinggi, diharapkan Butir 6 huruf a Surat Edaran
tujuan organisasi dapat tercapai. Menteri Keuangan Nomor SE-
109/MK.1/2010 tanggal 23 Maret
• Definisi IKU 2010 tentang Pemanfaatan AC di
Dalam rangka menentukan Lingkungan Kementerian
kesesuaian kompetensi pejabat Keuangan menyebutkan bahwa
dengan standar kompetensi yang nilai Job Person Match (JPM)
dipersyaratkan dalam jabatan, adalah kesesuaian antara level
dilaksanakan penilaian kompetensi kompetensi pejabat dengan
dalam bentuk Assessment Center Standar Kompetensi Jabatan
(AC) dengan menggunakan multi (SKJ).
assessor dan multi tools. Sasaran
prioritas adalah pejabat struktural Cara menghitung JPM adalah
di lingkungan DJP, mulai dari dengan menghtung persentase
Pejabat Eselon IV sampai dengan perbandingan level kompetensi
Pejabat Eselon II. Pelaksanaan AC pegawai dengan SKJ target. Nilai
Pejabat Eselon II dilaksanakan oleh JPM yang dipersyaratkan minimum
Biro SDM, sedangkan AC terhadap 70%.
Pejabat Eselon III dan IV
diselenggarakan oleh DJP. Tahun
2019, jumlah peserta AC
ditargetkan kurang lebih 1.400
pejabat.

LAPORAN KINERJA
116

• Formula IKU

Jumlah pegawai yang memiliki Job Person Match >74%


X 100%
Jumlah pegawai yang telah mengikuti Assessment Center

• Realisasi IKU
Sasaran Strategis SDM Keuangan, JPM merupakan salah
yang kompetitif diukur dengan satu pertimbangan dalam
menggunakan 1 (satu) Indikator perencanaan karir dan mutasi
Kinerja Utama yaitu IKU jabatan dengan JPM yang
Persentase pejabat yang telah dipersyaratkan minimum 74%.
memenuhi standar kompetensi Tujuan yang ingin dicapai adalah
jabatan. IKU ini bertujuan penyempurnaan sistem
menyempurnakan sistem penempatan pegawai berdasarkan
penempatan pegawai berdasarkan kompetensi dan ketersediaan
kompetensi dan tersedianya pejabat yang memiliki kompetensi
pejabat yang memiliki kompetensi sesuai jabatannya guna menunjang
sesuai jabatannya guna menunjang sistem manajemen SDM berbasis
terwujudnya sistem manajemen kinerja dan kompetensi.
SDM berbasis kinerja dan
kompetensi. Berdasarkan KMK Nomor
Pengukuran indikator ini 130/KMK.01/2013 tentang Penataan
adalah dengan cara Pegawai di Lingkungan
membandingkan jumlah pegawai Kementerian Keuangan bahwa
yang memiliki Job Person Match pemetaan pegawai dilakukan
(JPM) ≥ 74% dengan jumlah melalui pengukuran kompetensi/
pegawai yang telah potensi dan penilaian kinerja.
di-assess. JPM merupakan
kesesuaian antara level Konsekuensi yang dihadapi
kompetensi yang diperoleh dari DJP adalah harus menjamin
Assessment Center dengan kompetensi yang digunakan
Standar Kompetensi Jabatan sebagai dasar pemetaan pegawai
(SKJ). Standar Kompetensi adalah data yang valid dan
Jabatan adalah persyaratan merepresentasikan kondisi yang
perilaku, pengetahuan dan sebenarnya. Sehingga DJP perlu
keterampilan yang harus ada menjamin kualitas pelaksanaan
dalam suatu posisi jabatan untuk assessment center dengan
memastikan tugas-tugas jabatan mempersiapkan kamus
tersebut dapat dilaksanakan kompetensi, standar kompetensi
dengan baik. jabatan, metode dan tools
Mengacu pada Surat pelaksanaan assessment center,
Edaran Menteri Keuangan Nomor associate assessor, serta
SE-109/MK.1/2010 tentang melaksanakan assessment center
pemanfaatan Assessment Center bagi seluruh pegawai.
di lingkungan Kementerian

LAPORAN KINERJA
117

Tabel 3. 44 Rincian Realisasi IKU 2019

Level Jumlah Pejabat Mengikuti JPM JPM Pejabat Persentase


Jabatan Pejabat Assessment ≥ 74% < 74% Belum AC (%)
Eselon II 54 52 49 3 2 95,65%
Eselon III 613 613 546 63 0 89,34%
Eselon IV 4.524 4.205 4.030 175 319 95,84%
Jumlah 5.191 4.870 4.625 241 321 94,97%
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

• Analisis terkait capaian IKU,


meliputi: 2) upaya dan solusi yang dilakukan untuk
1) Penyebab adanya pejabat yang mencapai target
belum memenuhi ketentuan a) Mengadakan pelatihan berbasis
JPM minimal 74% diantaranya kompetensi untuk
adalah: mengembangkan kapasitas
a) Faktor individual: assessee pejabat, misalnya pelatihan
dalam keadaan sakit atau Leadership Development
kekhawatiran menghadapi Program (LDP) bagi pejabat
Assessment Center, eselon II dan III.
assessee masih memiliki b) Pelatihan LDP berbasis
kelemahan pada kompetensi bagi Pejabat Eselon IV
kompetensi tertentu, dan di setiap Kantor Wilayah DJP.
usia. c) Reviu Standar Kompetensi
b) Kualifikasi assessor dalam Jabatan untuk menyesuaikan
menggali kompetensi jenis dan level kompetensi untuk
assessee. jabatan baru dan/atau jabatan
c) Masih ada pejabat yang yang mengalami perubahan.
tidak memenuhi Standar d) Penyusunan dan reviu alat ukur
Kompetensi Jabatan yang Assessment Center, untuk
ditetapkan untuk setiap menjamin validitas tools yang
jabatan dan eselonnya, digunakan dalam pengukuran.
karena penempatan e) Melakukan koordinasi dengan
jabatan tidak sesuai dengan associate assessor Kementerian
kompetensi yang Keuangan dalam rangka
dimilikinya. penyampaian Laporan Hasil
d) Kurang tepat dalam Assessment Center (LHAC)
menentukan Standar sebagai dasar penyusunan
Kompetensi Jabatan pada Laporan Individual Assessment
jabatan tertentu. Center (LIAC).
e) Alat ukur yang digunakan f) Melakukan evaluasi assessor
masih memiliki celah dalam untuk dapat memilih dan
penggalian kompetensi menggunakan assesssor yang
untuk pelaksanaan. kompeten dalam menggali
kompetensi sampai memiliki

LAPORAN KINERJA
118

kualitas laporan yang sesuai j) Melaksanakan program Individual


diharapkan. Develpoment Program, IDP berisi
g) Mengadakan assessor meeting rencana tindakan pengembangan
untuk menyamakan persepsi kompetensi individu secara
assessor dan memiliki standar mandiri berupa aktivitas perilaku
menilai yang sama. tertentu untuk optimalisasi
h) Re-Assessment Center bagi pengembangan gap kompetensi
pejabat yang nilainya dibawah sebagai tindak lanjut dari
JPM dan Pejabat yang memiliki Assessment Center.
hasil Assessment yang sudah k) Melaksanakan monitoring dan
kadaluwarsa. evaluasi tentang pelaksanaan
i) Penyampaian hasil Assessment Assessment Center untuk
Center melalui SIKKA, sehingga mendapatkan saran dan masukan
tiap pegawai mengetahui profil dari unit terkait pelaksanaan
kompetensinya. Assessment Center.

2. Rencana Aksi tahun berikutnya

Tabel 3. 45 Rencana Aksi

Rekomendasi Rencana Aksi


a. Pelaksanaan reviu terhadap Kamus Kompetensi, Standar Kompetensi Jabatan, serta
metode dan tools sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
PMK-219/PMK.01/2017.
b. Melaksanakan Assessment Center bagi pejabat eselon IV yang belum memiliki hasil
Assessment Center.
c. Re-Assessment Center bagi pejabat eselon II, III dan IV yang memiliki nilai dibawah 74%.
d. Melakukan evaluasi rutin dan seleksi assessor.
e. Melaksanakan program coaching atasan langsung dengan menggunakan menu
Individual Development Plan di SIKKA dengan tujuan optimalisasi pengembangan gap
yang didapat dari hasil Assessment Center.
f. Pelatihan Leadership Development Program (LDP).
g. Mengadakan monitoring dan evaluasi terkait pelaksanaan Assessment Center.
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
119

Persentase proses penempatan talent pada jabatan target


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
IKU Target Realisasi Indeks Capaian
Persentase proses 80% 85% 106,25%
penempatan talent pada
jabatan target

• Deskripsi Sasaran Strategis f) Melindungi pegawai dari


Pengelolaan SDM berbasis intervensi politik dan dari
sistem merit merupakan sasaran tindakan semena-mena
strategis yang akan dicapai oleh
Unit Eselon I untuk mewujudkan Penerapan sistem merit Unit
pengelolaan SDM Kementerian Eselon I diukur melalui efektifitas
Keuangan secara terpadu pada pemanfaatan hasil dari
satu siklus pengelolaan SDM pengelolaan kinerja dan
berbasis prinsip-prinsip merit pengukuran kompetensi terhadap
sistem. pengelolaan SDM, selain itu juga
diukur melalui kesesuaian
Sistem Merit adalah kualifikasi pegawai terhadap
kebijakan dan Manajemen ASN kebutuhan organisasi dalam
yang berdasarkan pada kualifikasi, prinsip pengelolaan SDM.
kompetensi, dan kinerja secara
adil dan wajar dengan tanpa • Definisi IKU
membedakan latar belakang Persentase Proses
politik, ras, warna kulit, agama, Penempatan Talent pada Jabatan
asal usul, jenis kelamin, status Target adalah penyelesaian
pernikahan, umur, ataupun kondisi penetapan Talent untuk Jabatan
kecacatan Administrator (Eselon III), Jabatan
Implementasi Sistem Merit: Pengawas (Eselon IV) dan Eselon V
yang terdiri dari tahapan atas
a) Seleksi dan promosi secara kegiatan-kegiatan dalam proses
adil, objektif, dan kompetitif Manajemen Talenta yaitu
b) Menerapkan prinsip fairness Pemetaan Pejabat/pegawai,
c) Penggajian, reward and Seleksi Rekam Jejak dan
punishment berbasis kinerja Integritas, Seleksi Administrasi,
d) Standar integritas dan perilaku Konfirmasi Calon Talent,
untuk kepentingan publik Penetapan Talent, Pengembangan
e) Manajemen SDM secara efektif dan Evaluasi Talent, dan
dan efisien Penempatan Talent pada Jabatan
Target.

LAPORAN KINERJA
120

• Formula IKU:
Kegiatan Bobot UIC
Penetapan Aturan Manajemen Talenta Unit 15% Subdit PMK
Pemetaan Pejabat/Pegawai 10% Bag Mupang
Seleksi Rekam Jejak, Integritas, dan Administrasi 15% Bag P4 dan Subdit II
Konfirmasi Calon Talent 10% Bag Mupang
Forum Pimpinan 20% Baperjakat
Penetapan Talent 10% Bag Mupang
Pengembangan dan Evaluasi Talent 15% Subdit KPKP
Penempatan talent pada jabatan target 5% Bag Mupang

• Realisasi IKU
IKU “Persentase proses 1) memperbaiki sistem database
penempatan talent pada jabatan pengaduan,
target” merupakan indikator baru 2) melakukan evaluasi metode
di tahun 2019 yang merupakan IKU pengembangan talent yang
mandatory dari Kementerian telah dilaksanakan, dan
Keuangan. Pada Direktorat 3) menyusun metode
Jenderal Pajak. IKU ini diampu oleh pengembangan talent untuk
Sekretariat Direktorat Jenderal periode berikutnya.
Pajak dan Direktorat Kepatuhan
Internal dan Transformasi Sumber • Analisis program/kegiatan yang
Daya Aparatur. menunjang keberhasilan atau
Direktorat Jenderal Pajak menyebabkan kegagalan
telah menyelesaikan 7 dari 8 pencapaian kinerja,meliputi:
tahapan yang ada. Tahapan Penetapan aturan
Penetapan Aturan Manajemen Manajemen Talenta belum dapat
Talenta Unit belum dapat diselesaikan karena dinamisasi
diselesaikan hingga semester II yang terjadi dalam penyusunan
Tahun 2019. Peraturan Direktur Jenderal Pajak
tentang Manajemen Talenta, baik
• Analisis terkait capaian IKU, yang bersifat top down (masukan
meliputi: dari atasan) maupun bottom up
Selama tahun 2019, Direktorat (aspirasi dari bawah)
KITSDA telah melakukan upaya mengakibatkan penyesuaian
untuk menunjang keberhasilan berulang kali dibutuhkan dalam
IKU, antara lain: penetapan aturan manajemen
talenta.
2. Rencana Aksi tahun berikutnya
Rekomendasi Rencana Aksi UIC Periode Pelaksanaan
Penyelesaian Konsep PER Dirjen Direktorat KITSDA 2020

LAPORAN KINERJA
121

Sasaran Strategis 14: Organisasi yang fit for purpose


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
IKU Target Realisasi Indeks Capaian
Indeks Integritas Organsasi 92,5 104,32 112,78
• Tingkat pemenuhan unit kerja 100 124,16 120
terhadap kriteria ZI WBK
• Indeks Persepsi Integritas 85 88,63 104,27

• Deskripsi Sasaran Strategis


Organisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi dan
memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Kementerian Keuangan.
Dengan demikian organisasi beserta proses bisnis di dalamnya akan bersifat dinamis
dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan dinamika transformasi
kelembagaan Kementerian Keuangan.

• Definisi IKU
IKU ini merupakan IKU baru yang bertujuan mengukur integritas organisasi dalam
pemenuhan kriteria ZIWBK dan persepsi publik dan internal atas integritas Kemenkeu
berdasarkan penilaian Itjen.
IKU ini terdiri atas dua sub iku, yaitu:
1) IKU "Tingkat Pemenuhan unit Kerja terhadap Kriteria ZIWBK" sesuai standar
KemenPAN-RB dan
2) IKU "Indeks Persepsi Integritas" sesuai standar KPK.

• Formula IKU:
(50% x Capaian Tingkat Pemenuhan ZIWBK)
Indeks Integritas
= +
Organsasi
(50% x Capaian Persepsi Integritas)

• Realisasi IKU dipertahankan dari capaian


IKU Indeks Integritas Organisasi tahun sebelumnya yang juga
terdiri dari 2 komponen sub IKU 120%;
dengan penjelasan sebagai berikut:
1) IKU “Tingkat pemenuhan unit 2) IKU “Indeks Persepsi
kerja terhadap kriteria ZI WBK” Integritas” pada tahun 2019
pada tahun 2019 berhasil berhasil mendapat capaian
mendapat capaian 120% dengan 104,27% dengan realisasi 88,63
realisasi sebanyak 87 unit kerja dari target sebesar 85. Capaian
yang lolos penilaian ZI-WBK ini meningkat cukup signifikan
oleh Tim Penilai Kementerian dari tahun sebelumnya yang
dari target yang ditetapkan realisasinya 80,29 dengan
sebanyak 30 unit kerja. Capaian capaian 94,46.
ini merupakan capaian
maksimal yang dapat

LAPORAN KINERJA
122

• Analisis terkait capaian IKU, (KPDJP, Kanwil, KPP, dan


meliputi: UPT);
1) penyebab b) Telah diterbitkan ND
keberhasilan/kegagalan kepada seluruh unit kerja
Keberhasilan capaian IKU ini untuk melakukan
pada tahun 2019 didukung oleh internalisasi NNKK, kode
tercapainya 2 sub IKU yang etik, disiplin, dan
menjadi komponen pendukung pengendalian gratifikasi
IKU tersebut. Capaian masing- serta budaya organisasi
masing komponen sub IKU kepada pegawai di
Indeks Integritas Organisasi lingkungannya melalui ND-
telah sangat baik yaitu lebih 676/PJ.11/2019 , ND-
dari 100%. 760/PJ.11/2019, dan ND-
2) upaya yang dilakukan untuk 799/PJ.11/2019;
mencapai target c) Telah dilakukan kegiatan
Penilaian Unit Kerja ZI-WBK: Penguatan Integritas,
a) Penilaian telah selesai Pengendalian Gratifikasi
dilaksanakan dengan baik dan WBS pada kegiatan
di Tingkat Penilai Eselon I Rakorda, Pertemuan
maupun Tim Penilaian (Rakorsus/Rakornas) yg
Kementerian. Hasilnya diselenggarakan Direktorat
adalah 87 unit kerja lolos Teknis terkait, dan Diklat;
ZI-WBK dan 19 unit kerja d) Telah menerbitkan ND-
lolos WBBM. 478/PJ.11/2019 kepada
b) Koordinasi dengan Biro Direktur P2 Humas agar
Ortala Kemenkeu terkait melakukan koordinasi
Penilaian Tingkat Nasional. pemantauan di Tingkat
c) Melakukan pendampingan Kanwil terkait dengan
atas kunjungan penilaian Tindak lanjut ND-
Tim Kemenpan-RB ke 23 159/PJ/2018 sosialiasi
unit kerja. perubahan yang telah
Penilaian Persepsi Integritas: dilakukan DJP, mekanisme
a) Telah dilaksanakan pengaduan dan
Penguatan Kode Etik, pengendalian gratifikasi
Pengendalian Gratifikasi, kepada Wajib Pajak;
Whistleblowing System e) Pelaksanaan penguatan
DJP, sosialisasi Program integritas & penyuluhan
Internalisasi Corporate anti korupsi melalui
Value (ICV), Rencana kegiatan internalisasi
Pemantauan Tahunan (telah dilaksanakan 68
(RPT), Dan Asistensi kegiatan internalisasi
Pembangunan Zona selama tahun 2019).
Integritas Menuju Wilayah f) Melakukan pendampingan
Bebas dari Korupsi di kegiatan FGD atas hasil
seluruh unit kerja DJP survey oleh Itjen di 8 kota.

LAPORAN KINERJA
123

• Analisis terkait penggunaan Kepatuhan Internal,


sumber daya, meliputi: Dirketorat KITSDA.
1) SDM (jumlah yang digunakan, 2) Anggaran (jumlah yang
rencana penambahan, dll.) digunakan)
a) IKU “Tingkat pemenuhan Pencapaian IKU Indeks
unit kerja terhadap kriteria Integritas Organisasi didukung
ZI WBK” dapat tercapai oleh kegiatan asistensi one on
berkat peran serta seluruh one dan internalisasi yang
unit kerja peserta penilaian maksimal selama tahun 2019 di
yang telah melakukan seluruh Kanwil di lingkungan
pembangunan ZI-WBK di Direktorat Jenderal Pajak
unitnya; sehingga anggaran yang
b) Dalam rangka mendukung digunakan terutama berkaitan
unit kerja dalam dengan SPD. Sepanjang tahun
pembangunan ZIWBK, 2019, SPD yang dikeluarkan
Direktorat KITSDA sekitar Rp 546.000.000,00
khususnya Seksi • Analisis program/kegiatan yang
Internalisasi Kepatuhan menunjang keberhasilan atau
pada Subdirektorat menyebabkan kegagalan
Kepatuhan Internal dengan pencapaian kinerja,meliputi:
dibantu para Kepala Seksi 1) Pemenuhan IKU ZI-WBK dapat
dan Kepala Subdirektorat berhasil karena Direktorat
lain di lingkungan KITSDA KITSDA telah melaksanakan
telah melakukan asistensi asistensi one on one
one on one dan juga pembangunan ZI-WBK di
melakukan penilaian seluruh Kanwil, Direktorat, dan
(assessment) atas unit UPT;
kerja yang diusulkan; 2) Pemenuhan IKU Indeks
c) Dalam rangka mencapai Persepsi Integritas dapat
IKU “Indeks Persepsi berhasil karena Direktorat
Integritas”, Direktur KITSDA telah melakukan
KITSDA, Kasubdit internalisasi penguatan
Kepatuhan Internal, Kepala integritas secara terus-
Seksi dan Pelaksana Seksi menerus selama tahun 2019.
Internalisasi Kepatuhan Karena keberhasilan Tim
telah melakukan Penguatan Internalisasi Kepatuhan dan
Integritas, Pengendalian kerja sama pencegahan
Gratifikasi, Whistleblowing korupsi dengan KPK, tidak ada
System, dan penyuluhan kasus Operasi Tangkap Tangan
anti korupsi tahun 2019; terhadap pegawai DJP selama
d) Pendampingan FGD Survei tahun 2019. Keberhasilan
Indeks Persepsi Integritas pencapaian IKU ini juga
telah dilaksanakan oleh didukung oleh pengisian
Seksi Internalisasi LHKPN pegawai DJP yang
Kepatuhan, Subdit mencapai 100%.

LAPORAN KINERJA
124

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun dengan realisasi kinerja dua tahun
sebelumnya
IKU ini merupakan IKU baru pada tahun 2019 dengan 2 komponen sub IKU Tingkat
pemenuhan unit kerja terhadap kriteria ZI WBK dan Indeks Persepsi Integritas. Pada
tahun 2018 dua komponen tersebut merupakan IKU yang berdiri sendiri-sendiri.

3. Analisis peningkatan realisasi


Pada tahun 2019, DJP berhasil mempertahankan capaian IKU “Tingkat pemenuhan unit
kerja terhadap kriteria ZI WBK” pada tahun 2018 yang mencapai 120%. Hal ini didukung
oleh komitmen seluruh pimpinan di DJP dan unit kerja yang diusulkan dalam
pembangunan ZI-WBK, serta asistensi dan pendampingan yang dilakukan oleh Direktorat
KITSDA dari tahap penilaian Tingkat Eselon I sampai dengan Tingkat KemenPAN-RB.
Pada tahun 2019, realisasi IKU Indeks Persepsi Integritas sebesar 88,63 mengalami
kenaikan signifikan dari tahun 2018 yang sebesar 80,29 sehingga capaiannya pun
meningkat dari 94,46% menjadi 104,27%. Hal ini didukung program-program internalisasi
yang terus menerus dilakukan oleh DIrektorat KITSDA. Karena keberhasilan Tim
Internalisasi Kepatuhan dan kerja sama pencegahan korupsi dengan KPK, tidak ada
kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap pegawai DJP selama tahun 2019. Selain
itu, keberhasilan pencapaian IKU ini juga didukung oleh pengisian LHKPN pegawai DJP
yang mencapai 100%

4. Rencana Aksi tahun berikutnya

Rekomendasi Rencana Aksi


a. Melakukan Pengawasan pelaksanaan penguatan integritas di unit kerja DJP (melalui
Kanwil);
b. Sosialisasi Peraturan Direktur Jenderal tentang kode etik dan kode perilaku pegawai
DJP;
c. Melaksanakan penguatan integritas melalui kegiatan pemantauan kode etik &
program ICV, Rakorda, Rakornas/Rakorsus, Diklat, Pembekalan Es 3/Es 4
d. Asisitensi dan Pendampingan pd Unit Kerja utk penilaian WBK/WBBM

Penjelasan atas rencana aksi atau mitigasi risiko yang disusun untuk pencapaian kinerja:
- Dalam rangka menjaga persepsi integritas DJP dari sudut pandang pihak internal
maupun eksternal, Direktorat KITSDA akan terus melakukan sosialisasi dan
internalisasi kebijakan pengelolaan SDM, kepatuhan internal, dan budaya organisasi
secara menyeluruh dan berkelanjutan.
- Untuk mencapai target Tingkat Pemenuhan Unit Kerja atas Kriteria ZIWBK, Direktorat
KITSDA akan terus melakukan asistensi dan pendampingan baik pada tahap penilaian
Tingkat Eselon I, Kementerian Keuangan, maupun Kementerian PAN-RB.

LAPORAN KINERJA
125

Persentase penyelesaian program Transformasi Digital


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU

Nama Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Capaian


Persentase penyelesaian program 80% 97.56% 120%
Transformasi Digital
• Deskripsi Sasaran Strategis
Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu senantiasa beradaptasi dan
berubah ke arah yang lebih baik. Ketidakpastian lingkungan akibat perkembangan zaman
menuntut pengendalian mutu yang optimal terhadap aktivitas organisasi. Continuous
improvement akan mewujudkan penyempurnaan standar baku pelaksanaan tugas dan
fungsi yang fit-for-purpose, sehingga mampu mendukung terciptanya kinerja organisasi
secara efektif dan efisien.

• Definisi IKU
Transformasi Digital merupakan bagian dari Misi Kemenkeu yang sesuai dengan
perkembangan industri 4.0. Enterprise Architecture (EA) sebagai jembatan menuju
Transformasi Digital Kemenkeu, yang dilaksanakan secara terus menerus sejalan
dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penyusunan blueprint EA
dilakukan sampai dengan bulan Mei 2019, sejalan dengan hal dimaksud telah ditetapkan
end-state arsitektur proses bisnis dan sistem informasi dalam kerangka EA:

• Formula IKU

• Realisasi IKU : 97,56%

LAPORAN KINERJA
126

• Analisis terkait capaian IKU, meliputi : 8. Telah dilakukan permintaan


a. Penyebab keberhasilan/kegagalan pembuatan desain IT dalam
1. Masih terdapat data NPWP dan rangka joint proses bisnis di
data pembayaran yang Kawasan Berikat;
diragukan; 9. Telah dilaksanakan piloting
2. Perlu adanya manajemen single document PIB dengan
perubahan terhadap pengguna pembuatan SPT Masa PN di KPP
proses bisnis penyetoran pajak WP Besar;
dan pelaporan DTH/RTH 10. Telah dibahas rencana kerja joint
(Bendahara Pengeluaran proses bisnis di bidang Cukai
SKPD, PA/KPA SKPD, dan dengan pihak DJBC;
Kuasa BUD) yang mana 11. Telah dilaksanakan pembahasan
mekanisme penyetoran dan tentang hasil kajian proses bisnis
pelaporan pajak bergeser cukai pada Konsinyasi
menjadi secara elektronik; Pembahasan Rancangan PMK
3. Perlu keahlian khusus dalam Perubahan PMK PPN Hasil
penjaminan kualitas dan Tembakau dan Tindak Lanjut
manajemen proyek serta Hasil Secondment 2018;
manajemen perubahan dalam 12. Telah disusun draft Keputusan
tahap pengembangan dan Bersama DJP-DJBC tentang
implementasi integrated core Joint Collection dan dalam
tax system; proses co-sign;
13. Telah diajukan konsep
b. Upaya dan solusi yang telah di single/integrated document pada
lakukan untuk mencapai target Acara Finalisasi Joint Proses
1. Penyusunan desain SSI dan JPP; Bisnis di Kawasan Berikat Di
2. Pemetaan data/informasi Denpasar, 12 April 2019;
perpajakan dan non perpajakan 14. Telah terbit PMK-85/PMK.03/2019
SSI dan JPP; tentang Mekanisme Pengawasan
3. Penetapan parameter/risiko Pot/Put dan Penyetoran Pajak
perpajakan dan PNBP yang akan atas Belanja yang Bersumber
digunakan secara bersama-sama dari APBD;
dalam SSI dan JPP; 15. Telah dilaksanakan Secondment
4. Penetapan payung hukum pegawai DJP dan DJBC;
pembangunan SSI dan JPP; 16. Telah dilaksanakan nya Multidoor
5. Penyusunan kajian Investigation dan pemanfaatan
penggabungan DC/DRC DJP data bersama Data Intelijen, Data
dengan DC/DRC Pusintek; Penindakan dan Data Penyidikan
6. Telah dilaksanakan full oleh DJBC-DJP;
implementation proses 17. Telah ditetapkan KMK tentang
endorsement secara elektronik di Standar Dokumen Pengadaan
KPP Madya Batam; dan Standar Dokumen Kontrak
7. Telah dilakukan pembahasan Pengadaan Agen Pengadaan;
tentang rencana joint proses
bisnis di Kawasan Berikat;

LAPORAN KINERJA
127

18. Telah ditetapkan KMK tentang b. Anggaran


Tim Pengadaan Agen Kontrak Tahun Jamak (Multi Years
Pengadaan; Contract) Pembaruan Sistem Inti
19. Telah disusun Kerangka Acuan Administrasi Perpajakan telah
Kerja dan Rencana Umum disetujui oleh Menteri Keuangan;
Pengadaan untuk Procurement
Agent, System Integrator, • Analisis atas pelaksanaan rencana
Project Management and Quality aksi atau mitigasi risiko yang telah
Assurance, dan Change disusun dalam pencapaian kinerja :
Management; Terdapat beberapa risiko terhadap
20. Telah ditetapkan PMK tentang Pembaruan Sistem Inti
Pengadaan Sistem Informasi; Administrasi Perpajakan, antara
21. Telah ditetapkan KMK tentang lain:
PMK tentang Pengadaan Jasa 1. Kegagalan proses lelang,
Konsultansi Badan Usaha; dimitigasi dengan pengadaan
22. Telah ditetapkanKMK tentang Agen Pengadaan;
Pengadaan Sistem Informasi; 2. Kegagalan migrasi data dari
23. Telah ditetapkanKMK tentang sistem lama ke sistem yang
Pengadaan Jasa Konsultansi baru, dimitigasi dengan proses
Badan Usaha; migrasi bertahap dasi sistem
24. Telah ditetapkanKMK tentang lama ke sistem baru (Migrasi
Penetapan Penyedia sebagai A, B, dan C);
Agen Pengadaan; 3. Tidak terjaminnya
ketersediaan anggaran selama
• Analisis terkait penggunaan sumber proses Pembaruan Sistem Inti
daya: Administrasi Perpajakan (core
a. SDM tax administration system),
Jumlah sumber daya yang dimitigasi dengan penyusunan
tersedia kurang mencukupi serta Kontrak Tahun Jamak (Multi
tidak dialokasikan secara khusus Years Contract).
(fully dedicated);

2. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan realisasi kinerja dua
tahun sebelumnya

Tabel 3. 46 Perbandingan Realisasi IKU 2017-2019

Nama Indikator Kinerja Utama Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2018
(IKU)
Target Realisasi Target Realisasi Target Real-
isasi
Persentase penyelesaian N/A N/A N/A N/A 97.56% 120%
program Transformasi Digital
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
128

3. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU Tahun 2019 dengan Target Jangka
Menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis :

Tabel 3. 47 Perbandingan Realisasi IKU dengan Target Jangka Menengah


Nama Indikator Dokumen Perencanaan Kinerja
Kinerja Utama (IKU) Target Tahun 2019 Target Tahun Target Tahun Realisasi
Renstra DJP 2019 RPJMN 2019 KK
Persentase penyelesaian - - 80% 97.56%
program Transformasi
Digital
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
129

Sasaran Strategis 15: Sistem manajemen informasi yang andal


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU

Kode IKU Nama IKU Target Realisasi Kinerja

15a-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,1% 0,0031% 120%

Sistem Informasi Manajemen yang Downtime layanan TIK dihitung


andal akan terwujud dengan adanya berdasarkan hasil pemantauan
pengelolaan layanan TIK yang andal yaitu ketersediaan layanan dengan
dengan penyediaan dan pemenuhan menggunakan alat monitoring yang
layanan TIK, serta penyelesaian gangguan disepakati dan hasil penyelarasan dengan
layanan TIK kepada pengguna layanan TIK pelaporan SLA.
sesuai ketentuan yang disepakati pada Target IKU tahun 2019 mengalami
Katalog Layanan TIK, SLA, dan atau perubahan dari tahun 2018 yang semula
Business Impact Analysis (BIA). 0.35% menjadi 0,10%. Polarisasi data
Tingkat downtime sistem TIK adalah ditetapkan menggunakan minimize,
terhentinya layanan TIK Kementerian dimana semakin sedikit unplanned
Keuangan kepada pengguna/stakeholder downtime maka realisasi downtimenya
eksternal yang memiliki tingkat kritikalitas semakin rendah sehingga diharapkan
sangat tinggi yang disebabkan oleh layanan TIK Kementerian Keuangan
gangguan/terhentinya infrastruktur kepada pengguna/stakeholder eksternal
layanan TIK yang meliputi: Kelistrikan, in- yang memiliki tingkat kritikalitas sangat
ternet, intranet, Server/Operating System tinggi akan menjadi lebih baik. Tingkat
(OS), Aplikasi, dan/atau Database. downtime sistem TIK dilaporkan setiap
Layanan TIK dengan tingkat bulan ke Pusat Sistem Informasi dan
kritikalitas sangat tinggi ditentukan Teknologi Keuangan (PUSINTEK)
berdasarkan dampak terhadap menggunakan file kertas kerja yang
kelangsungan operasional organisasi dan disediakan oleh PUSINTEK.
dengan mempertimbangkan faktor-faktor Layanan TIK yang dijadikan sebagai
sebagai berikut: dasar perhitungan adalah sebagai berikut:
a. Potensi kerugian finansial; a. e-Filing;
b. Potensi tuntutan hukum; b. e-Billing,
c. Citra Kemenkeu; dan c. e-Bupot
d. Jumlah pengguna yang dirugikan. d. e-Registration,
Perhitungan downtime layanan tidak e. e-Faktur; dan
termasuk planned downtime, preventive f. situs www.pajak.go.id
maintenance, dan downtime di luar waktu Realisasi sampai dengan tahun 2019
layanan TIK. berakhir adalah sebesar 0,0031% tingkat
Layanan TIK yang didukung dengan downtime sistem TIK dengan target 0,10%
teknologi High Availability, perhitungan sehingga capaian sebesar 196,9 (maksimal
downtime menggunakan data yang paling pencapaian sebesar 120). Dari 6 aplikasi
rendah. Penentuan waktu ketersediaan yang di ukur pada tahun 2019, hanya situs
layanan TIK disesuaikan dengan pajak.go.id mengalami unplanned
karakteristik masing-masing layanan TIK. downtime pada bulan Maret 2019. Untuk

LAPORAN KINERJA
130

Aplikasi lain seperti e-Faktur, e- 3. mengadakan rapat Koordinasi


Registration, e-Bupot, e-filing dan e-Bliing dengan bagian umum untuk Per-
tidak mengalami unplanned downtime. baikan Part Panel Utama Tegangan
Kecuali pada jaringan kantor pengguna Rendah (PUTR) 1 (mengatur konfig-
terjadi downtime yang disebabkan urasi listrik input dan output)
terganggunya jaringan penggunan pada 4. melakukan Auto Switch ke UPS
bulan Agustus 2019. dan Genset
5. memberi instruksi Kerja ke Genset
Beberapa tindakan yang telah Backup On Manual
dilaksanakan dalam rangka menjaga 6. melaksanakan Pemantauan Panel
Tingkat downtime sistem TIK, seperti: dan Environment Data Center (DC)
1. melakukan penggantian Fuse ACB 7. melakukan Uji Fungsi Genset dan
Genset Utama oleh Building Man- PUTR1
agement (BM) Genset Utama 8. melakukan pemasangan Listrik
KPDJP Premium Service dari PLN
2. memberi instruksi Kerja ke BM
Genset Backup on manual, jika 5
menit tidak ada pasokan ke Panel

2. Perbandingan Antara Realisasi IKUTingkat Down Time Untuk Tahun 2019 Dengan
Realisasi Kinerja Dua Tahun sebelumnya

Sasaran Indikator Kinerja Realisasi


Program/Kegiatan
2017 2018 2019
Sistem manajemen Tingkat down time - - 0,0031%
informasi yang andal sistem TIK *)
*) IKU down time merupakan IKU baru di Dit. TIK terhitung Juli-Desember 2019 yang
sebelumnya merupakan IKU Dit. TIP.

Capaian realisasi pada tahun 2019 sebesar 0,0031% dan tidak dapat dibandingkan
dengan tahun 2017 dan tahun 2018 karena IKU down time TIK merupakan IKU baru yang ada
sejak Direktorat TIK beroperasi pada tanggal 8 Juli 2019. IKU ini sebelumnya merupakan IKU
Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan yang telah berubah menjadi direktorat baru yaitu
Direktorat Data dan Informasi Perpajakan.
Tabel 3. 48 Rincian Realisasi per triwulan
Q1 Q2 S1 Q3
s.d. Q3 Q4
Target 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10%
Realisasi 0.0012% 0.0007% 0.0006% 0.0046% 0.0041% 0.0031%

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

LAPORAN KINERJA
131

Sasaran Strategis 16: Pengelolaan anggaran yang berkualitas


1. Perbandingan antara Target dengan Realisasi dan Capaian IKU
Kode IKU Nama IKU Target Realisasi Kinerja
16a-N Persentase kualitas pelaksanaan anggaran 95% 95.03% 100.03%

• Deskripsi Sasaran Strategis kas, rekon LPJ Bendahara, pengembalian


Dana yang tersedia dalam SPM, retur SP2D, retur DIPA, pagu minus,
dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), dan dispensasi SPM. Penilaian IKU
harus dikelola sesuai rencana yang telah Persentase Kualitas Pelaksanaan
ditetapkan dan dapat Anggaran Kementerian Keuangan secara
dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan keseluruhan meliputi 70% komponen hasil
anggaran menggunakan prinsip hemat, dan 30% komponen proses.
efisien, dan tidak mewah dengan tetap
memenuhi output sebagaimana telah Masing-masing indikator tingkat
direncanakan dalam DIPA. Definisi IKU kualitas pelaksanaan anggaran:
1) Capaian Keluaran, dihitung dari output
• Formula IKU dan volume output dalam RKA-K/L sesuai
Dana yang tersedia dalam formula SMART dari DJA (PMK
dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA), No.214/PMK.02/2017). Hal ini dilakukan
harus dikelola sesuai rencana yang telah karena perhitungan Capaian Keluaran
ditetapkan dan dapat pada SMART dari DJA sudah
dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan memperhitungkan capaian Indikator
anggaran menggunakan prinsip hemat, Kinerja Output (Value for Money).
efisien, dan tidak mewah dengan tetap 2) Efisiensi, (modifikasi SMART DJA) di
memenuhi output sebagaimana telah mana nilai efisiensi diperoleh dengan
direncanakan dalam DIPA. asumsi bahwa minimal yang dicapai
Unsur yang diukur terdiri dari 2 Kementerian/Lembaga dalam rumus
komponen penilaian yaitu komponen hasil efisiensi sebesar -20% dan nilai paling
dan komponen proses. Komponen hasil tinggi sebesar 20%. Oleh karena itu, perlu
dinilai dari 4 indikator yaitu capaian dilakukan transformasi skala nilai
keluaran, efisiensi, konsistensi, dan efisiensi (NE) agar diperoleh skala nilai
penyerapan anggaran atas pagu netto, yang mencerminkan reward atas usaha
sedangkan komponen proses dinilai dari 10 efisiensi.
indikator yaitu penyelesaian tagihan, data 3) Konsistensi (modifikasi SMART DJA dan
kontrak, pengelolaan UP, perencanaan IKPA dari Ditjen Perbendaharaan), adalah

LAPORAN KINERJA
132

kesesuaian antara realisasi penarikan 8) Perencanaan Kas (Renkas), sesuai


dana bulanan belanja barang dan modal formula IKPA dari Ditjen Perbendaharaan,
dengan RPD bulanan belanja barang dan dihitung berdasarkan rasio Renkas yang
modal sesuai Lembar Ketiga DIPA. tepat waktu terhadap seluruh Renkas yang
Terdapat ketentuan batasan RPD, yaitu disampaikan ke KPPN.
revisi RPD dibatasi maksimal 1 kali per 9) Penyampaian LPJ, sesuai formula IKPA
triwulan, dan tidak merubah nilai dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung
konsistensi bulan sebelumnya. Dengan berdasarkan rasio LPJ tepat waktu
memberikan fleksibilitas revisi maksimal 1 terhadap seluruh LPJ yang disampaikan
kali per triwulan diharapkan tidak terjadi ke KPPN.
hasil perhitungan negatif (minus). 10) Pengembalian SPM, sesuai formula
4) Penyerapan Anggaran Atas Pagu Netto, IKPA dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung
adalah realisasi anggaran atas belanja berdasarkan rasio pengembalian SPM
barang dan belanja modal terhadap terhadap seluruh SPM yang diterbitkan
anggaran sebagaimana tercantum dalam K/L.
RKA-K/L dan DIPA, tidak termasuk self- 11) Retur SP2D, sesuai formula IKPA dari
blocking, hasil efisiensi Instruksi Menteri Ditjen Perbendaharaan, dihitung dengan
Keuangan (IMK), dan dana khusus (sesuai membandingkan jumlah retur SP2D
SE-35/2017). dengan jumlah SP2D yang terbit.
5) Penyelesaian Tagihan, sesuai formula 12) Revisi DIPA, sesuai formula IKPA dari
IKPA dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung Ditjen Perbendaharaan, dihitung
berdasarkan rasio penyelesaian tagihan berdasarkan jumlah revisi anggaran K/L
yang tepat waktu dibagi dengan seluruh per Satker (hanya revisi pagu tetap).
SPM LS Non Belanja Pegawai. 13) Pagu Minus, sesuai formula IKPA dari
6) Data Kontrak, sesuai formula IKPA dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung
Ditjen Perbendaharaan, dihitung berdasarkan persentase pagu minus
berdasarkan rasio data kontrak tepat terhadap pagunya.
waktu terhadap seluruh data kontrak yang 14) Dispensasi SPM, sesuai formula IKPA
disampaikan ke KPPN. dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung
7) Pengelolaan UP, sesuai formula IKPA berdasarkan rasio dispensasi SPM
dari Ditjen Perbendaharaan, dihitung terhadap seluruh SPM yang diterbitkan
berdasarkan jumlah GUP tepat waktu K/L.
dibagi seluruh record GUP.
• Realisasi IKU : 95,03%

LAPORAN KINERJA
133

• Analisis terkait Capaian IKU

Realisasi IKU ini terdiri atas 14 serta alokasi anggaran Core Tax System
indikator: Persentase Penyerapan tidak terserap dan tidak dapat dialihkan
anggaran atas Pagu Neto, Konsistensi, untuk memenuhi kebutuhan lainnya.
Revisi DIPA, Penyelesaian Tagihan, Secara keseluruhan, nilai IKU
Pengelolaan UP, Data Kontrak, Kesalahan Kualitas Pelaksanaan Anggaran DJP
SPM, Retur SP2D, Rencana Kas, periode s.d Triwulan IV TA 2019 adalah
Penyampaian LPJ, Pagu Minus, Dispensasi 95,03%, di mana capaian tersebut di atas
SPM, Efisiensi, dan Capaian Keluaran. target sebesar 95%, meskipun dalam
Terdapat 3 indikator yang upaya pencapaian IKU dimaksud terdapat
capaiannya belum optimal, yaitu beberapa kendala yang dihadapi antara
konsistensi, kesalahan SPM, dan lain Alokasi anggaran Core Tax System
penyerapan anggaran atas pagu neto. (COTS) sebesar 246,7 Miliar tidak terserap
Capaian indikator konsistensi belum karena adanya penyesuaian jadwal
optimal karena adanya deviasi yang relatif pelaksanaan pengadaan Procurement
besar antara RPD dan realisasi anggaran. Agent dan telah dilakukannya rekomposisi
SE-2/MK.1/2019 menegaskan revisi RPD anggaran sesuai dengan persetujuan
yang menjadi dasar penghitungan Menteri Keuangan terkait Multiyears
konsistensi sebanyak-banyaknya adalah 1 Contract nomor
(satu) kali per triwulan dan tidak dapat S-659/MK.01/2019 tanggal 5 September
diakumulasikan pada triwulan berikutnya 2019. Pada persetujuan tersebut alokasi
serta tidak mengubah capaian konsitensi COTS 2019 menjadi Rp0,. Berdasarkan
dalam penghitungan IKU pada triwulan hasil pembahasan dengan Bappenas
dan bulan-bulan sebelumnya. bahwa alokasi COTS 2019 tidak dapat
Capaian indikator kesalahan SPM dialihkan.
belum optimal karena masih terdapat Kendala-kendala tersebut di atas
kesalahan SPM yang dikembalikan dapat diminimalisasi dan dimitigasi
(ditolak) KPPN secara sistem serta dengan berbagai upaya telah dilakukan
besaran capaian tersebut merupakan oleh DJP dalam rangka pencapaian IKU
hasil konversi ke dalam kelompok nilai dimaksud di antaranya:
tertentu. Capaian indikator penyerapan 1. Melakukan monitoring kemajuan
anggaran atas pagu neto belum optimal pelaksanaan belanja modal di Ling-
karena tertundanya proses penyelesaian kungan DJP TA 2019 sesuai dengan
pagu minus belanja pegawai DJP TA 2019

LAPORAN KINERJA
134

ND-530/PJ.01/2019 tanggal 18 Feb 6. Melakukan identifikasi terhadap sisa


2019; anggaran yang diperkirakan tidak
2. Menginstruksikan satker untuk terserap untuk direalokasi ke Satker
segera mengumumkan Rencana lain (ND-956/PJ.01/2019 tanggal 8
Umum Pengadaan (RUP) TA 2019 April 2019);
sesuai dengan ND-2184/PJ.01/2018 7. Menginstruksikan satker untuk
tanggal 7 Desember 2018; segera melakukan percepatan
3. Menyelenggarakan Workshop Tata pelaksanaan PBJ (ND-
Cara Revisi Anggaran sesuai dengan 1025/PJ.01/2019 tanggal 15 April 2019);
UND-98/PJ.01/2019; 8. Menginstruksikan Satker untuk
4. Menerapkan kebijakan pelaksanaan melaksanakan evaluasi kinerja ang-
kegiatan Raker/Rakor lingkup KPDJP garan (ND-902/PJ.01/2019 tanggal 29
maupun Rakorgab antar kanwil Maret 2019 dan ND-1762/PJ.01/2019
sesuai dengan ND-602/PJ.01/2019; tanggal 25 Juni 2019);
5. Menginstruksikan satker untuk 9. Menginstruksikan satker untuk
melaksanakan Langkah-Langkah segera melakukan percepatan
Strategis Pelaksanaan Anggaran TA pelaksanaan PBJ (ND-
2019 sesuai dengan Nota Dinas 1025/PJ.01/2019 tanggal 15 April 2019);
Sekretaris Direktorat Jenderal nomor 10. Melakukan pembatasan kegiatan
ND-904/PJ.01/2019 tanggal 29 Mar yang tidak menunjang pencapaian
2019; penerimaan pajak TA 2019
(ND-309/PJ/2019 tanggal 28 Nov 2019)
2. Realisasi IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran dihitung berdasarkan SE-
2/MK.1/2019
• Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto
% Realisasi terhadap
Uraian Pagu Realisasi s.d. Q4
pagu
Pagu Bruto 7.163.333.483.000 6.891.463.347.152 96,20%
Faktor Pengurang
a. Belanja Pegawai 2.403.464.605.000 2.675.348.476.568 111,31%
b. Self Blocking - -
c. Hasil Efisiensi IMK 27.760.963.981 0,00%
d. Dana Khusus - -
Penyerapan Anggaran Neto 4.732.107.914.019 4.216.114.870.584 89,10%
Target Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto per Triwulan IV = 95,00%
Capaian Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto = 89,10% x 100%
95,00%
Capaian Penyerapan Anggaran atas Pagu Neto = 93,79%

LAPORAN KINERJA
135

• Efisensi IMK
Hasil Efisiensi IMK
Objek Efisiensi Langkah Efisiensi
(Rp)
1. Menerapkan kebijakan pelaksanaan kegiatan Raker/Rakor
a. Perjalanan Dinas 7.583.124.303
lingkup KPDJP maupun Rakorgab antar kanwil (ND-
602/PJ.01/2019 tanggal 25 Februari 2019).
b. Rapat Dalam Kantor -

c. Konsinyering/Paket Meeting - 2. Melakukan identifikasi terhadap sisa anggaran yang


diperkirakan tidak terserap untuk direalokasi ke Satker lain
d. Kudapan dan Makan Siang Rapat - (ND-956/PJ.01/2019 tanggal 8 April 2019).

e. Langganan Daya dan Jasa 5.064.934.015 3. Melakukan penghematan energi dan air dalam rangka Libur
Nasional Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriyah dan Cuti Bersama
Honorarium Tim, Narasumber, dan
f. - tahun 2019 (ND-1480/PJ.01/2019 tanggal 24 Mei 2019).
Kegiatan Lainnya
g. Belanja barang lainnya - 4. Mengimplementasikan efisiensi perjalanan dinas dalam
negeri, Rapat Dalam Kantor, dan Honorarium Jasa Profesi
h. Belanja Jasa - sesuai dengan Instruksi Menteri Keuangan Nomor
595/MK.01/2019 (ND-2139/PJ.01/2019 tanggal 24 Juli 2019).
i. Belanja Pemeliharaan 1.115.686.064
5. Melakukan pembatasan kegiatan yang tidak menunjang
j. Belanja Modal 13.997.219.599 pencapaian penerimaan pajak TA 2019 (ND-309/PJ/2019
tanggal 28 November 2019).
Total 27.760.963.981

Pagu belanja modal tidak termasuk alokasi belanja modal Core Tax System yang tidak
terserap karena adanya penyesuian jadwal pelaksanaan pengadaan Procurement Agent dan
telah dilakukannya rekomposisi anggaran sesuai dengan persetujuan Menteri Keuangan
terkait Multiyears Contract nomor S-659/MK.01/2019 tanggal 5 September 2019.
• Konsistensi antara Rencana Penarikan Dana dan Realisasi Anggaran
RA Konsistensi
Bulan RPD (RPD-RA) Konsistensi Bulanan
(Realisasi Penyerapan) Triwulanan
Januari 39.967.128.563 33.289.729.250 6.677.399.313 83,29%
Februari 157.397.577.672 174.247.449.352 16.849.871.680 89,29% 86,46%
Maret 332.333.803.195 288.396.578.811 43.937.224.384 86,78%
April 363.902.840.296 226.266.390.593 137.636.449.703 62,18%
Mei 361.748.373.144 400.625.896.257 38.877.523.113 89,25% 74,25%
Juni 266.313.154.272 189.946.212.752 76.366.941.520 71,32%
Juli 296.719.221.826 261.870.082.944 34.849.138.882 83,95%
Agustus 328.282.630.078 303.761.280.722 24.521.349.356 84,55% 83,72%
September 359.522.854.588 340.452.434.191 19.070.420.397 82,67%
Oktober 394.405.379.430 369.695.324.636 24.710.054.794 93,73%
November 841.178.578.349 767.489.340.192 73.689.238.157 91,24% 83,85%
Desember 1.263.797.844.102 841.441.733.097 422.356.111.005 66,58%
s.d. Desember = 82,40%

• Indikator Pelaksanaan Anggaran

Kode Nama Pengelolaan Data Kesalahan Retur Revisi Penyelesaian Pagu Dispensasi
No Ket Rekon LPJ Renkas
K/L K/L UP Kontrak SPM SP2D DIPA Tagihan Minus SPM

Nilai 96,00% 95,00% 80,00% 99,46% 100,00% 96,74% 96,46% 98,00% 94,79% 100,00%
DITJEN
1 1504 Bobot (%) 10% 15% 6% 6% 5% 15% 5% 5% 2% 2%
PAJAK
Nilai Akhir 9,60% 14,25% 4,80% 5,97% 5,00% 14,51% 4,82% 4,90% 2% 2%

LAPORAN KINERJA
136

3. Perbandingan antara Realisasi Capaian IKU tahun 2017 s.d. 2019

Tabel 3. 49 Tabel Perbandingan Realisasi IKU tahun 2017-2019

Nama IKU 2017 2018 2019


Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran 98,82% 94,70% 95,03%
Berdasarkan tabel di atas, apabila dibandingkan capaian IKU pada tahun 2018 dan 2019
terdapat kenaikan sebesar 0,33%. Pada awal Tahun Anggaran 2019 terdapat perubahan yang
cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada ketentuan dalam PMK Nomor
206/PMK.02/2018 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2019 yang ditetapkan pada 31
Desember 2018 sehingga perlu koordinasi dengan DJPbn, DJA, dan Inspektorat Jenderal
terkait penyamaan pemahaman atas PMK tersebut. Selanjutnya pada akhir TA 2019, DJP
berupaya untuk mengoptimalisasi anggaran dalam rangka penyelesaian pagu minus belanja
pegawai TA 2019 antara lain dengan mengimplementasikan IMK Nomor 595/MK.01/2019 dan
pembatasan kegiatan yang tidak menunjang pencapaian penerimaan pajak.
Tabel 3. 50 Rincian Realisasi per Jenis Belanja
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

Sisa Pagu
Anggaran Pagu 2019 Realisasi 2019 Realisasi 2018
No. 2019
Belanja
(Rp Jutaan) (Rp Jutaan) % % (Rp Jutaan)
1 Pegawai 2.403.465 2.675.348 111,31% 82,45% (271.883)
2 Barang 4.053.957 3.783.777 93,34% 60,34% 270.180
3 Modal 705.912 432.338 61,25% 11,33% 273.573
Total 7.163.334 6.891.463 96,20% 60,44% 271.870
4. Rencana Aksi tahun berikutnya atas Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran

Dalam Peta Strategis IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran berada pada
Perspektif Learning and Growth dan menjadi indikator dari pelaksanaan anggaran yang op-
timal. Capaian IKU tahun 2019 DJP mengindikasikan terwujudnya pelaksanaan anggaran yang
optimal yang dibuktikan dengan mayoritas tercapainya capaian keluaran pada 392 satuan
kerja DJP yang disertai dengan optimalisasi dan efisiensi anggaran. Namun demikian akan
menjadi perhatian DJP di masa yang akan datang terutama dalam hal kesesuaian rencana
penarikan dana dengan realisasi anggarannya serta perencanaan kas yang mendapat nilai
di bawah rata-rata sehingga diharapkan kualitas pelaksanaan anggaran DJP menjadi lebih
baik sesuai dengan Nota Dinas Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan nomor ND-
1560/SJ.1/2019 tanggal 11 Desember 2019 hal Tindak Lanjut Langkah-Langkah Strategis
Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2020.

LAPORAN KINERJA
137

Realisasi Anggaran

Realisasi penyerapan anggaran tahun 2018 untuk semua jenis belanja sebesar
6.935.284.934.982 triliun dari Pagu sebesar 7.163.333.483.000 Triliun atau mencapai 96.82%.
Realisasi ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 80350%. Realisasi
penyerapan terhadap pagu dalam periode 2018-2019 sebaimana terlihat dalam grafik berikut:

Grafik 3. 7 Perbandingan Realisasi Penyerapan terhadap Pagu Anggaran 2018 dan 2019

7600
Billions

7400

7200

7000

6800

6600

6400

6200
TA 2018 TA 2019

Pagu Realisasi

Sumber: Direktorat Jenderal Pajak


Sedangkan realisasi anggaran pada Direktorat Jenderal Pajak yang diklasifikasikan ber-
dasarkan program dan kegiatan di tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 51 Realisasi Anggaran berdasarkan Program dan Kegiatan tahun 2019

No Kode Program Pagu Realisasi %


(1) (2) (3) (4) (5) (5)/(4)
Program Peningkatan
1 12 dan Pengamanan 7,163,333,483,000 6,935,284,934,982 96.82%
Penerimaan Pajak

No. Kode Kegiatan Pagu Realisasi %


(1) (2) (3) (4) (5) (5)/(4)
Peningkatan Pela-
yanan serta Efektivi-
1 1655 29,258,763,000 25,411,692,187 86.85%
tas Penyuluhan dan
Kehumasan
Pembinaan, Peman-
2 1656 38,575,794,000 38,440,579,102 99.65%
tauan dan Dukungan

LAPORAN KINERJA
138

Teknis di Bidang
Teknologi, Komu-
nikasi dan Informasi
Perpajakan
Pelaksanaan Refor-
3 1657 10,858,720,000 9,937,223,249 91.51%
masi Proses Bisnis
Peningkatan Pelaksa-
4 1658 naan Ekstensifikasi 5,881,183,000 5,767,387,500 98.07%
Perpajakan
Peningkatan Efektivi-
5 1659 tas Kegiatan Intelijen 8,461,749,000 7,871,028,799 93.02%
Perpajakan
Peningkatan Pela-
yanan di Bidang
6 1660 13,092,764,000 12,884,984,016 98.41%
Penyelesaian Kebera-
tan dan Banding
Peningkatan, Pem-
binaan dan
7 1661 Pengawasan SDM, 20,731,565,000 19,246,916,360 92.84%
dan Pengembangan
Organisasi
Peningkatan Efektivi-
tas Pemeriksaan, dan
8 1662 13,818,336,000 13,204,612,666 95.56%
Optimalisasi Pelaksa-
naan Penagihan
Perumusan Ke-
bijakan, Standardisasi
dan Bimbingan
Teknis, Evaluasi dan
9 1663 7,694,512,000 6,906,088,561 89.75%
Pelaksanaan di Bi-
dang Analisis dan
Evaluasi Penerimaan
Perpajakan
Perumusan Kebijakan
di Bidang PPN, PBB,
10 1664 8,531,379,000 7,304,677,375 85.62%
BPHTB, KUP, PPSP,
dan Bea Materai
Perumusan Kebijakan
11 1665 8,062,730,000 7,189,472,606 89.17%
di Bidang PPh
Perencanaan,
Pengembangan, Eval-
12 1666 uasi, Pembinaan dan 575,900,506,000 311,165,788,216 54.03%
Dukungan Teknis di
Bidang Teknologi

LAPORAN KINERJA
139

Informasi dan Komu-


nikasi Perpajakan
Pembinaan Penye-
lenggaraan Perpa-
jakan dan
13 1667 881,658,077,000 845,460,377,177 95.89%
Penyelesaian Kebera-
tan di Bidang Perpa-
jakan di Daerah
Pelaksanaan Admin-
14 1668 istrasi Perpajakan di 3,924,943,636,000 4,027,764,956,026 102.62%
Daerah
Pengelolaan Data dan
15 1669 61,781,209,000 54,287,320,368 87.87%
Dokumen Perpajakan
Dukungan Manajemen
16 1670 dan Dukungan Teknis 1,496,241,865,000 1,490,090,756,732 99.59%
Lainnya DJP
Pelaksanaan Tata
Kelola dan Analisis
17 4235 3,524,816,000 2,779,636,101 78.86%
Data dan Informasi
Perpajakan
Pelaksanaan Kegiatan
Layanan Informasi
18 5236 Umum Perpajakan 17,235,630,000 17,724,316,060 102.84%
dan Pengelolaan Pen-
gaduan
Peningkatan Kegiatan
19 5879 17,428,190,000 15,408,427,964 88.41%
Penyidikan
Perumusan Kebijakan
dan Standardisasi
20 5880 19,652,059,000 16,438,693,917 83.65%
Perpajakan Inter-
nasional
7,163,333,483,000 6,935,284,934,982 96.82%

LAPORAN KINERJA
140

Kinerja Lain-lain

Selain pencapaian berupa kinerja yang memiliki indikator kinerja yang sudah
ditetapkan, Direktorat Jenderal Pajak juga berhasil meraih beberapa prestasi yang
membanggakan dalam berbagai bidang. Berikut beberapa prestasi yang telah diraih DJP
selama tahun 2019.
Unit Kerja
1. KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan
37 Unit kerja Direktorat
2. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Jenderal Pajak mendapatkan Besar
predikat Wilayah Bebas dari 3. KPP Pratama Jakarta Matraman
Korupsi WBK/Wilayag Birokrasi 4. Kantor Layanan Informasi dan Pengaduan
Bersih Melayani WBBM sebanyak 5. KPP Penanaman Modal Asing Empat
6. KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok
60 unit kerja dari Kementerian
7. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua
Pendayagunaan Aparatur Sipil 8. KPP Pratama Jakarta Menteng Satu
Negara dan Reformasi Birokrasi. 9. KPP Penanaman Modal Asing Satu
Penghargaan ini diserahkan 10. Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi
langsung oleh Wakil Presiden Sumber Daya Aparatur
11. KPP Madya Bekasi
Maaruf Amin didampingi oleh
12. KPP Pratama Ciawi
Menteri Pemberdayaan Apratur
13. KPP Pratama Cileungsi
Negara- Reformasi Birokrasi 14. KPP Pratama Soreang
pada tanggal9 Desember 2019. 15. KPP Pratama Karanganyar
Dalam kegiatan ini Menteri 16. KPP Pratama Kudus
Keuangan Sri Mulyani Indrawati 17. KPP Pratama Surabaya Gubeng
18. KPP Pratama Surabaya Karangpilang
menerima penghargaan
19. KPP Pratama Surabaya Wonocolo
pemimpin perubahan 20. KPP Pratama Sidoarjo Barat
berkomitmen tinggi dalam 21. KPP Pratama Banyuwangi
penerapan pembangunan Zona 22. KPP Madya Malang
Integritas (ZI) menuju WBK dan 23. KPP Pratama Banjarmasin Utara
WBBM. Daftrar unit kera yang 24. KPP Pratama Banjarbaru
25. KPP Pratama Tarakan
mendapatkan predikat
26. KPP Pratama Metro
WBK/WBBM adalah sebagai 27. KPP Pratama Majene
berikut: 28. KPP Pratama Bantaeng
29. KPP Pratama Watampone
30. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Selatan
31. KPP Pratama Medan Barat
32. KPP Madya Medan
33. KPP Wajib Pajak Besar I
34. KPP Wajib Pajak Besar II
35. KPP Pratama Sumbawa Besar
36. KPP Madya Semarang

LAPORAN KINERJA
141

Indonesia Helat Agenda Internasional Tahunan SGATAR 49

Direktorat Jenderal Pajak kembali perdagangan global telah direvisi menjadi


menjadi tuan rumah pertemuan tahunan 2,5% dari 3,4%. Trend penurunan ini
Study Group of Asian Tax Administration direfleksikan dengan penurunan Global
and Research (SGATAR) ke-49 di Purchasing Manager Index (PMI) untuk
Yogyakarta Oktober 2019. Sedikitnya 200 industri manufaktur yang menurun sejak
partisipan dari 17 yurisdiksi anggota April 2018. Namun, Indonesia masih dapat
SGATAR dan 14 organisasi internasional bertahan dalam kondisi ketidakpastian
tergabung dalam acara SGATAR Annual ekonomi global. Berdasarkan Data World
Meeting. Ada beberapa topik yang menjadi Bank per Juni 2019, pertumbuhan ekonomi
fokus pembahasan dalam grup Annual Indonesia masih stabil diangka 5,05%, dan
Meeting (HoD). Topik tersebut antara lain diproyeksikan akan meningkat menjadi
terkait dengan pemajakan digital, 5,2% pada tahun 2020. Pertumbuhan
perkembangan terkini terkait Foreign Direct Investment (FDI) meningkat
implementasi BEPS, serta perkembangan menjadi positif 9,6% pada kuartal kedua
reformasi perpajakan di masing-masing tahun 2019. Selain itu, pertumbuhan
yurisdiksi. Selain topik tersebut, tiga grup Domestic Direct Investment tinggi sebesar
lainnya telah melakukan diskusi secara 18,4%.
paralel dengan topik yang berbeda. Digitalisasi yang telah mengubah
Workgroup 1 berfokus pada masalah cara hidup manusia baik sebagai individu
transfer pricing, workgroup 2 berfokus maupun korporasi dengan adanya sharing
pada isu automatic exchange of economy. Proses Digitalisasi ini tentu saja
information, dan workgroup 3 membahas akan membawa tantangan risiko, sehingga
terkait digitalization on tax administration. SGATAR memiliki peran sarana
koordinasi, jembatan dialog antar
Ketua SGATAR Annual Meeting ke-
yurisdikasi, sarana berbagi, sebagai patok
49 menjelaskan proyeksi pertumbuhan
duga (benchmarking) dan pembaruan
GDP Global 3,5% pada tahun 2020. Angka
informasi sistem perpajakan terbaru di
tersebut lebih rendah 0,1% dari IMF World
masing-masing negara anggota.
Economic Outlook. Proyeksi volume

LAPORAN KINERJA
142

Auto Exchange Of Information


Data Pajak Terintegrasi
Sejak tahun
2018 pemerintah
Indonesia telah
bergabung dalam
kerja sama
internasional AEOI
(Auto Exchange Of
Information), yaitu
suatu sistem
pertukaran data wajib
pajak otomatis antar
negara yang
memungkinkan tiap
otoritas pajak bertukar nasabah mereka kepada DJP. Saat ini DJP
data wajib pajak secara periodik, telah memulai uji coba penanganan data
sistematis, dan berkesinambungan. tersebut dengan menyandingkan data
Berdasarkan data dari Global Forum on keuangan nasabah dengan data Surat
Transparency and Exchange of Pemberitahuan (SPT). Potensi pajak dari
Information for Tax Purposes yang selisih data tersebut akan ditindaklanjuti
diselenggarakan oleh Organisation of dengan kegiatan klarifikasi, imbauan, atau
Economic Cooperation and Development pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
(OECD) di Guangzhou China pada 2018, wajib pajak. Tingginya volume dan variasi
negara-negara yang telah menyatakan jenis data yang dihimpun, menjadi
bergabung dalam AEOI saat ini berjumlah tantangan tersendiri bagi DJP, agar dapat
146 negara. dimanfaatkan secara maksimal untuk
Ratusan data dari 55 negara telah kegiatan pelayanan, pengawasan
diterima DJP dalam bentuk Country by kepatuhan wajib pajak, dan penegakan
Country Report (CbC Report), yaitu salah hukum.
satu dokumen transfer pricing yang berisi DJP diharapkan mampu menjadi
alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, unit pengelola data yang andal di masa
dan aktivitas usaha dari seluruh anggota depan. Karena di dalamnya terdapat tim
grup usaha yang disajikan dalam tabulasi dari intelijen perpajakan, Compliance Risk
khusus sesuai dengan standar Management (CRM), arsitek data,
internasional dan akan dipertukarkan pengelola data warehouse, para analis
dengan otoritas pajak negara lain sesuai Center for Tax Analysis (CTA) untuk
merumuskan kebijakan, menyusun norma,
perjanjian internasional. Selain data dari
standar dan prosedur, melaksanakan
luar negeri, DJP juga terus menghimpun
kebijakan, dan memberikan bimbingan
data wajib pajak dari dalam negeri melalui
teknis dan evaluasi. Semakin baik
pertukaran data antar instansi terkait
kuantitas dan kualitas data yang dimiliki
kerjasama dengan pihak bank, pasar DJP, akan berkontribusi langsung
modal, perasuransian, dan lembaga jasa terhadap perbaikan tax ratio, tercapainya
keuangan lainnya untuk melaporkan data target penerimaan pajak.

LAPORAN KINERJA
143

Tax Min dan Duta Komunikasi sang pembawa pesan


Duta Komunikasi

Direktorat Jenderal Pajak menyelenggarakan workshop Duta Komunikasi Reformasi


Perpajakan dan In House Training Bincang Reformasi Taxmin pada November 2019. kegiatan
yang dilaksanakan untuk mendukung Reformasi Perpajakan Jilid III ini, dilakukan secara
komprehensif yang meliputi lima pilar yaitu organisasi, sumber daya manusia, teknologi
informasi dan basis data, proses bisnis, dan peraturan perundang-undangan. sebanyak 304
Duta komunikasi merupakan agen perubahan (change agent) dipilih dari seluruh unit kerja
yang ada di DJP yang telah menerima pengarahan dari tim profesional Coaching Indonesia.
Duta Komunikasi memiliki tujuan utama yaitu menjadi saluran komunikasi reformasi di
lingkungan internal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan memiliki tugas antara lain menjadi
sumber informasi, penghubung, panutan (role model) program Reformasi Perpajakan.

LAPORAN KINERJA
144

Taxmin
In house training Bincang Reformasi bersama Taxmin, yang dihadiri oleh para
pengelola akun jejaring sosial DJP. Media sosial mengambil peran penting sebagai kanal
pemasaran yang lebih efektif dibanding iklan di media elektronik, media cetak. Informasi dan
konten perpajakan langsung dihadirkan ke genggaman masyarakat. Selain itu, media sosial
juga dapat digunakan untuk menjaga reputasi dan persepsi Direktorat Jenderal Pajak yang
baik di mata publik.

DJP memiliki akun media sosial yang dikelola oleh Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan
Hubungan Masyarakat.
• Akun Instagram @DitjenPajakRI memiliki 152.105 followers,
• akun Twitter @DitjenPajakRI memiliki 135.806 followers,
• akun Facebook Direktorat Jenderal Pajak memiliki 225.037 fans,dan
• akun Youtube Direktorat Jenderal Pajak memiliki 13.115 subscribers.
Tidak hanya itu, DJP juga memiliki akun media sosial dari 595 instansi vertikal dan unit
pelaksana teknis.

TOP 5 Inovasi Aplikasi Pelayanan Malang Utara


Tuntutan Era Digital 4.0
dalam bidang pelayanan
masyarakat ialah pelayanan yang
mudah murah dan cepat, salah
satunya ialah pelayanan berbasis
teknologi modern. Pelayanan
classical (face to face) memliki
kelemahan antara lain waktu
pelayanan relatif lama, ruang
pelayanan kurang nyaman apabila
terjadi antrian pada tanggal-
tanggal tertentu, biaya akomodasi
yang relatif tinggi pada kantor-
kantor diluar daerah.

Apel Malang hadir dengan beberapa fitur-fitur berbasis online antara lain antrian
secara daring (online), konsultasi, informasi layanan, pelaporan dan pelacakan permohonan
perpajakan serta perhitungan nilai pajak terutang melalui aplikasi. Sampai saat ini, sudah
lebih dari 1000 pengguna mengunduh aplikasi Apel Malang pada Play Store dimana sangat
membantu wajib pajak baik disabilitas maupun wajib pajak lansia. (sumber: KPP Pratama
Malang Utara)

LAPORAN KINERJA
145

TOP 5 Inovasi Aplikasi E-Faktur

Aplikasi E-faktur DJP berhasil


menjadi TOP 5 Inovasi Pela-
yanan Unit Kerja Kemen-
terian Keuangan Tahun 2019.
Direktorat Jenderal Pajak
selalu melakukan inovasi
pelayanan perpajakan, hal ini
dilatarbelakangi beberapa
kondisi antara lain (1) Penya-
lahgunaan Faktur Pajak yang
diterbitkan oleh WP non PKP;
(2) Faktur terlambat terbit
atau bahkan tidak diterbit-
kan; (3) Faktur fiktif/faktur
ganda (tidak berdasarkan
transaksi sebenarnya/TBTS)
yang menyebabkan ren-
dahnya tingkat kepatuhan
dan penerimaan PPN tidak
optimal.
Tingginya beban administrasi faktur yang hampir seluruhnya dilakukan secara man-
ual, meningkatkan cost of compliance bagi WP dan cost of collection bagi DJP.
Konsep dasar transaksi e-Faktur pajak:
1. Permintaan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) melalui aplikasi e-Nofa;
2. Perekaman NSFP pada sistem WP;
3. Perekaman data faktur pada aplikasi oleh WP;
4. Validasi dan approval oleh sistem DJP;
5. (Opsional) Pencetakan faktur pajak;
6. Pelaporan SPT PPN.

Modul-modul aplikasi e-Faktur

Dokumen Lain
Faktur Pajak Faktur Pajak Retur Pajak Retur Pajak yang
SPT Administrasi
Keluaran Masukan Keluaran Masukan dipersamakan
dengan Faktur

Digital
Normal Normal Certificate dan
Normal Normal Keluaran Posting SPT Signature

User
Pengganti Pengganti
Management

Pembatalan Pembatalan Masukan Lapor SPT Enkripsi


Dekripsi dan
Pembatalan Pembatalan
Keamanan
Data

LAPORAN KINERJA
146

Dampak sejak diluncurkan:

1.Paperless 4.Keamanan

Mengubah perilaku bisnis wajib pajak dari Penggunaan Digital Certificate, Digital
yang semula paper based menjadi Signature, dan QR code untuk melakukan
paperless. Pengiriman faktur dapat validasi akan menjamin keabsahan faktur
dilakukan secara elektronik, sehingga pajak yang terbit.
mengurangi biaya operasional baik untuk
Pengembangan ke Depan
WP maupun DJP.
1.Cash Receipt System, yaitu sistem
2.Konektivitas
dengan konsep e-Faktur yang akan
Menghubungkan sistem administrasi digunakan untuk memproses transaksi
bisnis WP secara langsung ke dalam PPN retail (yang selama ini dilaporkan
sistem DJP, pengawasan lebih mudah dengan cara digunggung). Sistem ini akan
dilakukan. Selain itu, proses validasi yang ditempatkan pada PKP retail (misal:
terkoneksi dan cepat membuat tingkat Carrefour, Alfamart, pedagang Tanah
keyakinan WP atas faktur yang dibuat atau Abang).
diterima meningkat.
2.Digital Certificate akan
3.Integrasi Pelaporan diimplementasikan untuk aplikasi-aplikasi
perpajakan lainnya untuk meningkatkan
Pelaporan PPN melalui SPT dapat
keamanan dan validitas transaksi.
dilakukan secara otomatis dan sudah
(sumber:Teguh, Direktorat TIK)
diperhitungkan sebelumnya (pre-
populated) sehingga menyederhanakan
proses pelaporan keseluruhan.

LAPORAN KINERJA
147

Platinum Medal of Asia Pacific Contact Center Manager Award

Setiap tahun, ICCA yang merupakan


organisasi persatuan contact center
Indonesia mengadakan kompetisi untuk
institusi yang memiliki layanan kontak
pelanggan.

Yang berbeda dari tahun-tahun


sebelumnya, malam penganugerahan juga
mengumumkan pemenang kompetisi
Contact Center-Asia Pasific (CC-APAC).

Dalam ajang perlombaan dan juga


konferensi ini, Kring Pajak turut
mengirimkan delegasi dalam kategori
Manager Contact Center dan Contact
Center Innovation. Keduanya memperoleh
medali platinum.The Best Contact Center
Indonesia, yakni suatu ajang kompetisi
yang memberikan penghargaan bagi
praktisi contact center tingkat nasional di
Indonesia, yang mendapatkan pengakuan
secara internasional oleh Asia Pacific
Contact Center Association Leaders (APCCAL) yang diselenggarakan oleh ICCA (Indonesia
Contact Center Association) .

Kompetisi tersebut diikuti oleh berbagai perusahaan contact center di wilayah Asia-
Pasifik seperti dari Taiwan, Cina, Hongkong, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Kegiatan ini untuk saling berbagi pengalaman dan prestasi dalam pelayanan contact center
dari jenjang staf sampai dengan manager.

Contact Center Asia Pasific (CC-APAC) (Tingkat Nasional)

No. Prestasi Kategori Keterangan

1 Platinum Contact Center Manager (CC-APAC Award) Henny Setyawati

2 Contact Center Innovation (CC-APAC Award) Ario Bimo Pranoto

LAPORAN KINERJA
148

First Runner Up The Best CCI 2019

Kring Pajak 1500200 meraih menempatkan Kring Pajak sebagai pusat


penghargaan juara umum kedua dalam kontak terdepan untuk kategori institusi
ajang lomba insan contact center seluruh pemerintah.
Indonesia dengan mengumpulkan 37 “Kring Pajak mengikuti kegiatan
penghargaan dari berbagai kategori. tersebut sebagai upaya employee
Indonesia Contact Center engagement dan juga membawa nama
Assosiation (ICCA) memberikan baik institusi Direktorat Jenderal Pajak,”
penghargaan First Runner Up The Best kata Kepala Kantor Layanan Informasi
Contact Center Indonesia 2019 dari 52 dan Pengaduan (KLIP), Direktorat
perusahaan/instansi yang ikut dalam Jenderal Pajak Henny Setyawati.
malam penganugerahan Kompetisi The Menurut Henny, lomba ini tidak
Best Contact Center Indonesia (TBCCI) sekadar menjadi ajang pembuktian
2019 di Ballroom Hotel Shangri-La, kualitas diri peserta tapi juga menjadi
Jakarta momentum pembelajaran. “Ini karena ada
Dengan 37 kemenangan yang pembekalan tentang ilmu contact center
terdiri dari enam belas medali platinum, dan tempat bertukar pengalaman dengan
dua belas medali emas, empat medali contact center lain,”
perak, dan lima medali perunggu ini

LAPORAN KINERJA
149

Perlombaan: The Best Contact Center Indonesia 2019 (Tingkat Nasional)


No. Prestasi Kategori Keterangan
1 Platinum Corporate The Best Contact Center Operations KLIP DJP
2 The Best Technology Innovation KLIP DJP
3 The Best Digital Media KLIP DJP
4 Individu Best Of The Best Agent Gabriella Samosir
5 Best Of The Best Customer Service Ketriona Lenggo Geni
6 Best Of The Best Support Nitta Sestra Afdya
7 The Best Agent Inbound Large Fadhil Dwi Y
8 The Best Back Office Large Latif Margono
9 The Best Quality Assurance Large Ndaru Puspitarini
10 The Best Supervisor Large Abrian Ardedes
11 The Best Team Leader Outbound Atika Dian R
12 The Best Telemarketing Mirna Lisa W
13 Tim The Best Quality Teamwork Hery Hasiholan Sihombing
Tifara Ashari
14 The Best Reliability Teamwork Mutia Rani Wijayanti
Women Ulfa Gita Rusmala
15 Accuracy Teamwork Female Arini Lutfaka
Friska Salsabila
16 Gold Individu Best Of The Best Back Office Rio Hermawan
17 Best Of The Best Supervisor Tiurma Simorangkir
18 The Best Agent Digital Large Ti Apri Nadilla S Pane
19 The Best Agent English Anggel Liza Kusmia
20 The Best Agent Inbound Large Annisa M P
21 The Best Back Office Large Irvani Imaniar
22 The Best Customer Service Large Afrilia Rizki N
23 The Best Desk Collection Intan Nuzulan
24 The Best Quality Assurance Neyla Afida
25 The Best Team Leader Medium Sukirno Susilo
26 Tim The Best Accuracy Teamwork Men Muhammad Sihabudin
Rakadisti Ananda D
27 Silver Individu The Best Agent Digital Large Quarin Hadianita
28 The Best Customer Service Large Fahma Dia Ayum
29 Tim Reporting Teamwork Nandang Saputra
Gigih Aulia Prasandi
30 Business Process Teamwork Beriantika Pendra S
Hardi Muryadi
31 Bronze Individu Best Of The Best Team Leader Ramadhan Try A
32 Tim The Best Reliability Teamwork Men Untung Manullang
Rigar Tabah
33 The Best Reporting Teamwork Angga Jalutama
Wahyu Pebriansyah
34 The Best Smart Teamwork Fadhil Maulana
I Putu Yudistira P

LAPORAN KINERJA
150

KEGIATAN BENCHMARKING
contact center untuk instansi lain yang
Prestasi
membanggakan
yang diperoleh
oleh Kantor
Layanan Informasi
dan Pengaduan
DJP membuat
berberapa
Lembaga/Instansi
melakukan
benchmarking ke
KLIP DJP untuk
mendapatkan
pengalaman dan
ilmu contact
center yang dapat
diterapkan dalam rangka sedang mendirikan maupun
mengembangkan pelayanan terbaik mengembangkan contact center.
kepada Wajib Pajak/Masyarakat. Dalam kegiatan benchmarking ini
Sebagai contact center pemerintah terdapat simbiosis mutualisme antar
pertama dan terbesar saat ini, Kantor kedua institusi untuk bertukar
Layanan Informasi Informasi dan pengalaman dan ide dalam bidang contact
Pengaduan DJP beberapa kali menerima center. Kegiatan ini menunjukkan sinergi
kunjungan dari instansi lain dalam rangka antar institusi pemerintah dan
benchmarking layanan contact center menunjukkan komitmen kerja sama dalam
Kring Pajak 1500200. KLIP DJP berbagi memberikan layanan publik yang
pengalaman dan ilmu dalam bidang didasarkan prinsip good government.
KEGIATAN BENCHMARKING OLEH LEMBAGA/INSTANSI
KE KANTOR LAYANAN INFORMASI DAN PENGADUAN
TAHUN 2019
No Waktu Lembaga/Instansi Keterangan
1 Rabu, 20 Februari Lembaga Penjamin Pengelolaan Layanan
2019 Simpanan (LPS) Contact Center
2 Rabu, 24 Juli 2019 Direktorat Jenderal Pengelolaan Service Desk
Kekayaan Negara (DJKN)
3 Senin, 5 Agustus 2019 PT. Angkasa Pura II Pengelolaan Media Sosial
4 Rabu, 9 Oktober 2019 Badan Pengawas Obat dan Pengelolaan Layanan
Makanan Contact Center
5 Kamis, 7 November Badan Pengawas Obat dan Pengelolaan Layanan
2019 Makanan Contact Center

LAPORAN KINERJA
151

Click. Call. Counter.


Konsep Baru Pelayanan DJP

Era digital 4.0 menuntut sebuah Office (ATO), Internal Revenue Service
organisasi berkembang pesat. Interaksi (IRS), dan Her Majesty’s Revenue and
langsung antar manusia bertransformasi Customs (HMRC) telah terlebih dulu
dan keberadaan teknologi menggantikan berhasil mengusung konsep layanan
pola tersebut. Tingginya ketertarikan digital tersebut. Riset ATO pun
masyarakat untuk menggunakan IT menunjukkan bahwa biaya kepatuhan
berdampak pada seluruh aspek, termasuk Wajib Pajak untuk melakukan tatap muka
tuntutan terhadap digitalisasi layanan adalah 42 kali lebih besar daripada biaya
publik yang harus dikeluarkan untuk mengakses
layanan yang telah terdigitalisasi.
Begitu pula dengan Direktorat
Jenderal Pajak yang terus berupaya Konsep 3C telah diluncurkan
memperbaiki kinerjanya, terutama dalam secara resmi sejak Kick Off Meeting 3C
hal pelayanan. Konsep ini dikenal dengan beberapa waktu lalu di Novotel Bogor pada
istilah Click-Call-Counter (3C) yang Agustus 2019 dalam pembahasan blue
merupakan konsep customer centric dan print konsep 3C selama 5 tahun ke depan
e-government services untuk menjawab dari sisi IT, proses bisnis, linimasa,
kebutuhan pelanggan yang semakin organisasi, dan anggaran.
dependen terhadap teknologi.. Secara detail, konsep 3C
merupakan saluran pelayanan DJP yang
Inisiasi ini muncul setelah memberikan kemudahan Wajib Pajak
dilakukan perbandingan benchmark untuk mengakses informasi dan
layanan dengan negara lain. Benchmark mengajukan permohonan perpajakan
tersebut digunakan untuk mengevaluasi melalui kanal-kanal digital. Situs pajak
model layanan perpajakan yang ada di akan mengakomodasi berbagai kebutuhan
Indonesia. Sebagai contoh, Australian Tax Wajib Pajak terkait kelengkapan dan

LAPORAN KINERJA
152

kesederhanaan informasi, pembaruan Service delivery contact center


tampilan, fasilitas dwibahasa, kemudahan berfungsi sebagai pemberi informasi via
fitur search engine, dan yang paling utama telepon dan non telepon, layanan
adalah fitur Single Sign On (SSO). Melalui pengaduan, dan layanan administratif
fitur SSO ini, Wajib Pajak dimungkinkan perpajakan (back office). Sementara itu,
untuk melakukan transaksi di satu portal. fungsi tax collection contact center
Secara bertahap 152 layanan yang ada di sebagai pendorong dalam meningkatkan
DJP akan beralih dari manual menuju kepatuhan kewajiban pajak melalui
digital. Bahkan, Wajib Pajak kelak dapat tindakan soft collection sebelum
melakukan e-tracking atau penelusuran penagihan, preventive execution dan
terhadap posisi permohonan layanan yang layanan voice, SMS serta email blast.
sedang diajukan. Selain itu, Wajib Pajak Counter merupakan layanan
dapat memantau jumlah pembayaran dan administrasi di mana Wajib Pajak datang
utang pajak dalam satu portal. langsung ke Kantor Pelayanan Pajak
Melalui segmentasi layanan, Wajib (KPP) terdekat melalui appointment.
Pajak akan memperoleh jenis layanan Beberapa contoh permohonan yang
yang sesuai dengan klasifikasi jenis membutuhkan kehadiran langsung Wajib
subyek pajaknya. Situs pajak juga akan Pajak yaitu aktivasi e-Fin dan sertifikat
menampilkan fitur chatbot sebagai elektronik sebagai bentuk otentikasi dan
pelengkap live chat untuk membantu Wajib validasi atas permohonan.
Pajak memperoleh informasi perpajakan Selain itu, peran saluran Counter
yang paling sesuai dengan otomatis dan diperlukan dalam meningkatkan
cepat tanpa membutuhkan banyak Sumber kepatuhan Wajib Pajak, salah satunya
Daya Manusia untuk stand by di balik layar. dengan cara menjaring Wajib Pajak
Saluran kedua yang diharapkan menjadi dengan memanfaatkan Compliance Risk
andalan kelak adalah Call Center atau Management (CRM). Kegiatan edukasi
Kring Pajak. Ke depannya, Wajib Pajak hendaknya juga didukung oleh aplikasi
dapat mengajukan beragam permohonan pendukung edukasi yang dapat
layanan yang disampaikan melalui telepon dimanfaatkan oleh fungsional penyuluh
ke Contact Center. Bahkan, beberapa dalam melaksanakan tugas.
layanan yang diajukan melalui situs dan Melalui proyek besar Click-Call-
tidak bisa diselesaikan secara fully Counter yang telah mulai dirintis oleh DJP
automated, akan ditangani oleh Kring bersamaan dengan program reformasi
Pajak. pajak, diharapkan biaya kepatuhan
Peranan contact center yang menurun sehingga kepatuhan sukarela
semakin luas memicu adanya revitalisasi wajib pajak semakin meningkat. Dengan
peranan contact center yang berdampak demikian, pada akhirnya rasio pajak
pada kebutuhan atas restrukturisasi terdongkrak dan skor Indonesia dalam
organisasi pada Kantor Layanan dan Government e-Payments Adoption
Informasi Perpajakan (KLIP). Ranking (GEAR) meningkat lebih baik
Restrukturisasi tersebut dimulai dengan daripada Malia, India, Kenya, atau bahkan
konsep pemisahan fungsi contact center Rwanda (The Economist Intelligence Unit
yang terbagi menjadi dua yaitu service Ltd.) SUMBER: INTAX EDISI III 2019
delivery contact center dan tax collection
contact center.

LAPORAN KINERJA
153

Evaluasi

Hasil Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(SAKIP) pada Direktorat Jenderal Pajak

Bepedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 239/PMK.09/2016 tentang


Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di
Lingkungan Kementerian Keuangan dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
14/KMK.09/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi atas Implementasi SIstem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Keuangan, evaluasi
SAKIP dipandang perlu untuk memberikan rekomendasi perbaikan dan peningkatan kualitas
pengelolaan dan akuntabilitas kinerja yang lebih baik.

Evaluasi atas implementasi SAKIP pada DJP Tahun 2018 telah dilakukan oleh
Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Keuangan sesuai dengan Surat Tugas Inspektur
Jenderal Nomor ST-454/IJ/2019 tanggal 12 April 2019.(Daftar Hasil Evaluasi SIstem
AKuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah DJP Tahun 2019 terlampir)

Evaluasi atas penyelenggaraan SAKIP Direktorat Jenderal Pajak tahun 2018 telah
dilaksanakan pada tahun 2019 terhadap 4 komponen, yaitu perencanaan kinerja, pengukuran
kinerja, pelaporan kinerja dan pencapaian sasaran/kinerja organisasi. Nilai hasil evaluasi
atas implemenasi SAKIP Direktorat Jenderal Pajak tahun 2018 adalah sebesar 89.09 dengan
predikat A atau memuaskan, dengan rincian sebagai berikut:

No. Komponen Evaluasi Nilai Maksimal Nilai Perolehan


1 Perencanaan Kinerja 30,00 29,83
2 Pengukuran Kinerja 30,00 30,00
3 Pelaporan Kinerja 20,00 15,14
4 Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi 20,00 14,11
Jumlah 100,00 89,09

Hasil evaluasi tahun 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan nilai tahun
sebelumnya yaitu 91.78.

LAPORAN KINERJA
 

HALAMAN KOSONG
PENUTUP

BAB 04
FREEPIK.COM
157

Laporan Kinerja Direktorat sebagian juga ada yang masih berada di


Jenderal Pajak ini merupakan laporan bawah target. Hasil dari laporan kinerja
pertanggungjawaban atas pencapaian organisasi dapat dijadikan sebagai bahan
pelaksanaan visi dan misi Direktorat kajian untuk mengambil kebijakan bagi
Jenderal Pajak menuju good governance pemangku kepentingan untuk peningkatan
dengan mengacu pada Rencana Strategis kinerja DJP tahun yang akan datang.
DJP tahun 2015-2019. Penyusunan Target Indikator Kinerja Utama
Laporan Kinerja DJP berpedoman pada (IKU) DJP Tahun 2019 sebagaimana
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun tertuang dalam dokumen Perjanjian
2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Tahun 2019 sebagian besar
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan tercapai dengan baik. Dari 22 IKU
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Kemenkeu-One DJP, sebanyak 20 IKU
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas berstatus hijau dan 2 IKU berstatus
Kinerja Instansi Pemerintah, dan kuning, serta tidak terdapat IKU berstatus
Peraturan Menteri Pendayagunaan merah.
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Di tengah kondisi ekonomi nasional
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk dan global yang berfluktuatif DJP diminta
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan untuk mengumpulkan target penerimaan
Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan negara sebesar Rp1.680 triliun
Kinerja Instansi Pemerintah. berdasarkan APBN 2020.
Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Menghadapi tantangan tahun 2020,
Jenderal Pajak (DJP) tahun 2019 DJP akan selalu berupaya untuk
merupakan hasil evaluasi kinerja DJP mengamankan APBN terutama pada
selama satu tahun anggaran yang sektor penerimaan perpajakan. Kebijakan
berisikan tentang kegiatan pelaksanaan teknis pengamanan penerimaan pun telah
tugas di bidang administrasi dan kebijakan disusun dan didiseminasikan kepada
perpajakan yang tertuang dalam indikator seluruh entitas DJP agar semua unit
kinerja utama DJP. Hasil evaluasi tersebut memiliki visi misi yang sama dalam
diharapkan sebagai alat penilai kinerja memenuhi target penerimaan perpajakan.
kuantitatif yang menggambarkan DJP Kebijakan teknis perpajakan yang akan
secara transparan serta dapat diterapkan pada tahun 2020 adalah
menggambarkan pelaksanaan tugas dan sebagai berikut:
fungsi organisasi. Penyusunan LAKIN
sejalan dengan program Anggaran
Berbasis Kinerja dan Balanced Scorecard
atau Indikator Kinerja Utama dari program
dan kegiatan DJP.
Pencapaian kinerja organisasi
merupakan perwujudan atas perencanaan
dan pemenuhan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas. Akan tetapi akan
selalu ada faktor-faktor penghambat yang
dihadapi dalam kaitan pelaksanaan
pekerjaan. Sebagian indikator kinerja
dapat dipenuhi dengan baik tetapi

LAPORAN KINERJA
158

Fokus Kebijakan Teknis Perpajakan 2020


1. Kepatuhan Sukarela WP yang Tinggi
Edukasi dan Humas 1. Inklusi Kesadaran Pajak melalui pendidikan formal dan
yang Efektif non-formal:
a. Kerja sama dalam bidang pendidikan dengan memasuk-
kan mater perpajakan.
b. Memberikan materi edukasi, termasuk dalam penelitian
dan pengembangan.
c. Perluasan channel/kampanye inklusi perpajakan sep-
erti pengembangan microsite.
2. Kerja sama edukasi perpajakan melalui Konsultan Pajak,
Relawan Pajak, dan Platform Marketplace.
Pelayanan yang Mudah Pengembangan layanan melalui Click, Call, Counter (3C) untuk
dan Berkualitas beberapa jenis layanan, meliputi antara lain:
1. Layanan Online (Perubahan Data Express, Cetak Ulang
NPWP, Suket Jasa Luar Negeri, Suket PP 23,
Pengaktifan kembali WP NE, Pemberitahuan
Pembukuan Bahasa Inggris)
2. Back-end Office Contact Center (Perubahan Data WP
Badan dan OP, Permohonan WP NE untuk WP OP,
Pengaktifan Kembali WP NE untuk WP OP)
3. Layanan telepon dan non-telepon (Live chat, email,
socmed) Contact Center (Konfirmasi Kewajiban,
Pemberitahuan Informasi PKP, Konfirmasi Pelaporan
SPT Masa dan Tahunan, Konfirmasi Suket PP 23,
Referensi Data WP, Konfirmasi SKF)
Regulasi yang 1. Pembenahan regulasi yang tumpang tindih.
Berkepastian Hukum 2. Penguatan aturan existing.
3. Penegasan pada regulasi yang multi tafsir, antara lain meli-
puti:
a. Penyusunan UU Bea Materai.
b. Evaluasi atas pengenaan PPh Final atas sewa tanah dan
bangunan .
c. Pengaturan pemotongan PPh atas bunga pinjaman yang
diperoleh melalui penyedia jasa fintech.
d. Pembenahan aturan pengenaan PPh untuk cost recov-
ery bagi K3S Migas.
e. Barang kiriman tidak ada batasan, seluruhnya terutang
PPN.
f. Pengembangan regulasi untuk sektor digital economy.

LAPORAN KINERJA
159

g. Penyederhanaan pengenaan PPN dan penghapusan


batasan untuk pengusaha kecil untuk sektor retail,
barang pertanian, dan barang bekas.
h. Fasilitas bebas pengenaan materai (misal: untuk
dokumen penanganan bencana nasional.
i. Pengembangan Integrasi data BUMN dalam rangka
proforma SPT WP (Prepopulated).
2. Pengawasan Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Ekstensifikasi 1. Pengawasan Berbasis Teritorial.
2. Pengujian berdasarkan CRM, Data valid, Kewilayahan, dan
Sektoral atas seluruh WP di KPP Pratama dengan tujuan:
a. Memperluas basis perpajakan.
b. Mendorong kepatuhan sukarela.
Pengawasan 1. Pengawasan WP Prioritas.
2. Pengujian berbasis individu dan kepatuhan tuntas atas:
a. Seluruh WP (KPP LTO, Khusus, Madya).
b. WP kontributor 85% penerimaan di setiap KPP Pratama.
Pemeriksaan 1. Tunggakan pemeriksaan
2. Pemeriksaan rutin LB
3. Post-audit untuk Restitusi dipercepat
4. Pemeriksaan atas WP Prioritas
5. Pemeriksaan atas WP Non Prioritas
6. Pemilihan objek berdasarkan CRM
7. Perubahan cara kerja dari individual menjadi team work
8. Implementasi Desktop Pemeriksaan
Penegakan Hukum 1. Tindak lanjut pemeriksaan bukper
2. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Perpajakan (TPP) di-
lapisi dengan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
3. Membangun sistem pencegahan pidana pajak (Q2)
4. Penyempurnaan laboratorium forensik dan sertifikasi (Q2)
Penagihan Implementasi Kegiatan Penagihan berbasis IT (Q3):
1. Pencegahan
2. Pemblokiran
3. Lelang
4. Penyanderaan
3. Mendorong Kemudahan Investasi
Terobosan di Bidang Penyusunan Omnibus Law dan aturan pelaksanaannya yang
Regulasi melalui Omni- melingkup antara lain:
bus Law 1. Meningkatkan pendanaan investasi melalui penurunan
tariff
2. Sistem teritorial untuk penghasilan luar negeri
3. Penentuan Subjek Pajak Orang Pribadi
4. Mendorong kepatuhan WP dan Wajib bayar sukarela
5. Menciptakan keadaan iklim berusaha di dalam negeri
6. Pengaturan fasilitas dan UU Perpajakan

LAPORAN KINERJA
160

Fasilitas Perpajakan Pemberian insentif kepada Wajib Pajak melalui fasiltas perpa-
jakan meliputi antara lain:
1. Fasilitas mendukung investasi (contoh: Perluasan Tax
Holiday, Tax Allowance).
2. Fasilitas sektor pendidikan (contoh: Sisa Lebih
Lembaga Nirlaba, Super Deduction vokasi).
3. Fasilitas sektor sosial (contoh: deductible expense un-
tuk CSR, sumbangan, hibah).
4. Fasilitas lainnya (contoh: deductible expense untuk
kegiatan litbang).
5. Pengembangan kriteria Tax Holiday.
Proses Bisnis Layanan Pengembangan proses bisnis yang adaptif dan user friendly
yang User Friendly Ber- meliputi antara lain:
basis IT 1. Pengembangan Kemudahan pendaftaran secara el-
ektronik.
2. Pengembangan Kemudahan pembayaran dengan billing
secara otomatis.
3. Pengembangan Kemudahan pelaporan melalui
prepopulated SPT Masa PPN dan SPT Masa PPh Potput,
e-bupot, e-faktur.
4. Implementasi e-SPOP PBB.
5. Implementasi e-Keberatan.
6. Digitalisasi interaksi Wajib Pajak (online channel, multi-
channel services, Taxpayer Relationship Management).
7. Advance Analytics (Pemanfaatan predictive, prescrip-
tive, dan cognitive analytics menggunakan big data en-
vironment).
8. Otomasi Proses (Proses Validasi pembayaran pajak
atas transaksi tanah dan/atau bangunan.
9. Kolaborasi dan governpreneurship (Keterlibatan pihak
ketiga sebagai partner DJP dalam menyediakan layanan
perpajakan).
4. Pendukung Keberhasilan Program Renstra DJP
Organisasi Pembentukan organisasi yang adaptif berbasis kewilayahan
(territorial based) yang diwujudkan melalui antara lain:
1. Reorganisasi struktur kantor pusat DJP selaras dengan
aktivitas.
2. Pembentukan KPP Madya baru.
3. Pembentukan KPP Pratama berbasis kewilayahan (ter-
ritorial) Tipe A dan Tipe B.
4. Revitalisasi KLIP melalui pengembangan Click, Call,
Counter (3C).
Sumber Daya Manusia Pembangunan SDM yang profesional dan berintegritas meliputi
antara lain:
1. Pengembangan Karier

LAPORAN KINERJA
161

2. Pengembangan Kompetensi
3. Pengendalian Internal
4. D. Rekrutmen Pegawai Baru
IT dan Basis Data Pengembangan Sistem IT yang handal dan dapat dipercaya
Pengembangan Basis data yang handal dan dapat dipercaya
Proses Bisnis Pengembangan proses bisnis yang transparan dan ramping
meliputi pengembangan proses bisnis transisi menuju imple-
mentasi Core Tax contoh:
1. Taxpayer Account Modul Revenue Accounting System
2. Taxpayer Account Modul e-Profile
3. Compliance Risk Management (Sepanjang Tahun)
4. Unifikasi SPT Masa
5. Prepopulated Data SPT Tahunan OP
Regulasi Penyusunan regulasi yang adil dan berkepastian hukum, men-
dukung penerimaan dan perekonomian nasional meliputi an-
tara lain:
1. Pembangunan sistem/tata kelola regulasi yang tidak
tumpang tindih dan tidak multitafsir
2. Penyempurnaan Tata kelola dokumentasi peraturan
Regulasi yang 1. Pembenahan regulasi yang tumpang tindih, Penguatan
Berkepastian Hukum aturan existing, Penegasan pada regulasi yang multi
tafsir, antara lain meliputi:
2. Penyusunan UU Bea Materai
3. Evaluasi atas pengenaan PPh Final atas sewa tanah dan
bangunan
4. Pengaturan pemotongan PPh atas bunga pinjaman yang
diperoleh melalui penyedia jasa fintech
5. Pembenahan aturan pengenaan PPh untuk cost recov-
ery bagi K3S Migas
6. Barang kiriman tidak ada batasan, seluruhnya terutang
PPN
7. Pengembangan regulasi untuk sektor digital economy
8. Penyederhanaan pengenaan PPN dan penghapusan ba-
tasan untuk pengusaha kecil untuk sektor retail, barang
pertanian, dan barang bekas
9. Fasilitas bebas pengenaan materai
10. Pengembangan Integrasi data BUMN dalam rangka
proforma SPT WP (Prepopulated)

Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada
pimpinan dan seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi DJP. Laporan ini juga
menjadi bahan evaluasi untuk peningkatan pengelolaan kinerja DJP, serta dapat digunakan
sebagai bahan untuk merumuskan kebijakan ke depan.

LAPORAN KINERJA
162

Galeri Foto

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati melantik Suryo Utomo sebagai Direktur Jenderal
Pajak pada Acara Serah Terima Jabatan di Lingkungan Kementerian Keuangan

Rapat Pimpinan Kementerian Keuangan 2019

LAPORAN KINERJA
163

Dialog Kinerja Organisasi (DKO) Kemenkeu-One Tahun 2019

Penandatanganan Kontrak Kinerja Kemenkeu-Two & Kemenkeu-Three Tahun 2019

LAPORAN KINERJA
164

Peresmian Direktorat DIP dan Direktorat TIK

Arahan Direktur Jenderal Pajak pada Rapat Pimpinan Nasional

LAPORAN KINERJA

Anda mungkin juga menyukai