Anda di halaman 1dari 15

ISSN : 2406 – 7415

E-ISSN : 2655 – 9919


JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS (SFA):


PENGUKURAN EFISIENSI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (DJP) DALAM
PENGELOLAAN DANA PAJAK

Ratna Herawati 1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Imam Bonjol No.207, Pendrikan Kidul, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang
E-mail: rathna.hiera@dsn.dinus.ac.id

Risanda A. Budiantoro 2)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Imam Bonjol No.207, Pendrikan Kidul, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang

Amalia Nur Chasanah 3)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Imam Bonjol No.207, Pendrikan Kidul, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang

ABSTRACT

This study aims to measure technical efficiency and identify factors that affect efficiency of Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) (consists of 33 DJP’s Regional Offices and one DJP’s Head Office) in managing tax funds on
receipt. Data that we use are time unbalanced panel data from 2012 until 2019. The input variables used are
total assets and operational costs, while the output variables are the receipt of pajak funds. Using stochastic
frontier analysis, this study has successfully identified that total assets and operational costs had a a positive
and significant effect on receipt of pajak funds. Overall, technical efficiency in receipt of pajak funds of DJP are
found to be 86,63 percent, which means there are about 13,36 percent that can still be optimized.

Keywords : Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Stochastic Frontier Analysis, Technical Efficienc

PENDAHULUAN Direktorat Jenderal Pajak (DJP)


Latar Belakang merupakan salah satu unit kerja
Di Indonesia, pajak merupakan Pemerintah pusat dengan level eselon I
sumber pendapatan negara yang paling terbesar di Indonesia, sebagai organisasi
besar, dengan target di tahun 2018 sebesar yang berperan sebagai pusat penerimaan
1.618,1 triliun (Kemenkeu, 2018), dengan terbesar, DJP bertanggung jawab terhadap
proporsi yang cukup besar ini muncul terkumpulnya lebih dari 85,4%
realitas bahwa pemerintah masih penerimaan negara, berupa pajak (APBN,
menjadikan pajak sebagai pendapatan 2018). Selama ini, kinerja DJP dan unit-
utama negara dan sebagai instrumen fiskal unit vertikalnya seringkali hanya diukur
dalam mengambil langkah perbaikan berdasarkan ukuran pencapaian realisasi
ekonomi dengan cara membuat peraturan penerimaan pajak maupun
yang tepat, melakukan pemungutan pajak pertumbuhannya, ukuran capaian
secara benar dan melakukan pengawasan, penerimaan pajak tersebut cenderung bias
meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa (Setiyaji dan Amir 2005).
peran dari sektor pendapatan lainnya juga Pada tahun 2017, pasca diterbitkannya
sangat diperlukan (Kader et al. 2015). Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Keuangan, tuntutan akan peningkatan

88
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

penerimaan pajak, peningkatan kesadaran DJP, Maka dari itu dibutuhkan sebuah
dan kepatuhan wajib pajak serta analisis efisiensi, untuk menentukan
diperlukannya perbaikan-perbaikan dan strategi yang tepat guna untuk
perubahan dalam segala aspek perpajakan meningkatkan kinerja DJP dalam
menjadi alasan utama dilakukan reformasi menjalankan perannya sebagai organisasi
perpajakan. Reformasi perpajakan tersebut pengelola pajak.
berupa penyempurnaan terhadap kebijakan
perpajakan dan sistem administrasi
perpajakan sehingga dalam penerapannya
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan LANDASAN TEORI
wajib pajak. Konsep modernisasi
adminitrasi perpajakan pada prinsipnya Pajak
merupakan suatu pola sistem adminitrasi Pajak adalah kontribusi wajib kepada
yang dapat mengubah pola pikir dan negara yang terutang oleh orang pribadi
perilaku aparat serta tata nilai nilai yang atau badan yang bersifat memaksa
dianut organisasi sehingga diharapkan berdasarkan undang-undang, dengan tidak
dapat menjadikan Direktorat Jenderal mendapat imbalan secara langsung dan
Pajak (DJP) menjadi institusi yang digunakan untuk keperluan negara bagi
profesional dan memiliki citra baik di sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU
masyarakat. Sehingga, dibutuhkan ukuran No.6 Tahun 1983 tentang KUP
kinerja alternatif yang mampu memenuhi sebagaimana telah diubah dengan UU No.
unsur daya banding (comparability), yang 16 Tahun 2009). Menurut Ahmadi (2006),
tetap relevan digunakan dalam menilai menyatakan bahwa pajak adalah suatu
kinerja administrasi perpajakan, salah satu sumbangan paksaan dari peorangan
ukuran kinerja tersebut adalah ukuran kepada pemerintah untuk membiayai
kinerja efisiensi (OECD, 2013, 2015). pengeluaran yang berkaitan dengan
Sadjiarto (2000) mengungkapkan, kepentingan orang banyak (umum) tanpa
informasi kinerja efisiensi sangat ditunjukan keuntungan khusus.
dibutuhkan baik oleh internal Pemerintah
maupun stakeholdernya, masyarakat Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
sebagai stakeholder dan pengguna layanan Direktorat Jenderal Pajak menetapkan
dan barang publik, untuk menilai empat tujuan strategis dalam rangka
akuntabilitas dan pertanggungjawaban mewujudkan visi dan misi DJP, yaitu: (a)
pemerintah atas penggunaan sumber daya, Peningkatan pelayanan perpajakan; (b)
seperti sumber daya alam, pajak, tenaga Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak
kerja dan sebagainya, dalam menyediakan melalui pengawasan dan penegakan
layanan dan barang publik, termasuk DJP. hukum; (c) Peningkatan efektivitas dan
Pemerintah menggunakan informasi efisiensi organisasi melalui reformasi dan
efisiensi dalam rangka pengambilan modernisasi; (d) Peningkatan
keputusan, seperti alokasi sumber daya, profesionalisme dan integritas sumber
keputusan untuk melanjutkan, atau daya manusia. Keempat tujuan strategis
menghentikan suatu program atau kegiatan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan
(Mahsun, 2014) atau keputusan pemberian eksternal dan internal. Tujuan eksternal
reward dan punishment (Mardiasmo, mengarahkan perhatian kepada Wajib
2009). Mengingat pentingnya menilai Pajak meliputi peningkatan pelayanan
kinerja sebuah organisasi dalam hal ini perpajakan dan peningkatan kepatuhan
89
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

Wajib Pajak melalui pengawasan dan 2. Efisiensi ekonomis (konteks


penegakan hukum. Sedangkan tujuan makroekonomi)
internal mengarahkan kepada Konsep efisiensi ekonomi memiliki
pengembangan sumber daya internal DJP cakupan yang lebih luas
meliputi peningkatan efektivitas dan dibandingkan dengan konsep
efisiensi organisasi melalui reformasi dan efisiensi teknis. Perusahaan harus
modernisasi dan peningkatan dapat menentukan tingkatan input
profesionalisme dan integritas sumber dan output yang digunakan untuk
daya manusia. Pengembangan sumber mengoptimalkan tujuan ekonomi
daya internal meliputi pengembangan (minimalisasi biaya atau
organisasi, proses bisnis, teknologi maksimalisasi keuntungan).
informasi, anggaran, dan SDM. Efisiensi dapat diukur, dinilai dan
dianalisis dengan menggunakan suatu
Teori Efisiensi pendekatan, baik pendekatan parametrik
Efisiensi merupakan ukuran maupun pendekatan nonparametrik
efektivitas yang menghasilkan (Hjalmarsson et al. 1996). Dalam
peminimalisiran waktu, tenaga, dan penelitian ini, penulis menggunakan
keterampilan yang terbuang (Archer metode parametrik yang melibatkan
2010). Dalam hal ini efisiensi selalu variabel input dan output dengan nilai
berkaitan dengan adanya variabel input yang beragam serta bersifat stochastic,
dan output sehingga efisiensi diartikan yaitu Stochastic Frontier Analysis (SFA)
sebagai rasio input dan output. Terdapat dengan fungsi translog kemudian
tiga faktor yang menyebabkan terjadinya diestimasi regresi Ordinary Least Square
efisiensi, antara lain (Permono dan dan menggunakan maximum likelihood
Darmawan 2000): estimator.
1. Apabila dengan input yang sama Beberapa penelitian sebelumnya,
dapat menghasilkan output yang terkait perhitungan efisiensi pada sektor
lebih besar perpajakan di berbagai otoritas perpajakan
2. Dengan input yang lebih kecil dapat pada berbagai negara, seperti: Thirtle et al.
menghasilkan output yang sama (2000) yang melakukan pengukuran
besar efisiensi otoritas perpajakan di 15 negara
3. Dengan input yang lebih besar dapat bagian India dengan Data Envelopment
mengahasilkan output dengan Analysis (DEA), 1980-1992, hasilnya
persentase yang lebih besar menunjukkan Rata-rata skor technical
Secara sederhana efisiensi dibagi dua, efficiency menunjukkan skor 0,99 dengan
yaitu (Bauer, et al. 1998): rata-rata peningkatan tahunannya sebesar
1. Efisiensi Teknis (konteks 3,96 persen. Moesen dan Persoon (2002)
mikroekonomi) yang melakukan perhitungan efisiensi dari
Adanya hubungan teknis antara 289 kantor pajak di Belgia dengan Data
variabel input dan output yang Envelopment Analysis (DEA) hasilnya
digunakan dalam proses produksi. menunjukkan besaran skor technical
Dengan menggunakan efisiensi efficiency sebesar 0,88. Barros (2007) yang
teknis perusahaan diharapkan meneliti efisiensi teknis dan efisiensi
mampu menghasilkan outut yang alokatif dari 41 unit kantor pajak di
maksimal dengan penggunaan input Portugal dengan rata-rata skor sebesar
yang tersedia. 0,891. Triantoro dan Subroto (2016)
90
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

melakukan perhitungan efisiensi di 10 ln (Q1) = 1 2


KPP di Kantor Wilayah Jawa Timur III, ............................ (2)
2012-2014 hasilnya menunjukkan bahwa Keterangan :
skor technical efficiency menunjukkan Q1 = Penerimaan dana pajak
0,944. P1 = Beban operasional
P2 = Total aset
Hipotesis Penelitian Ut = faktor acak yang dapat
Adapun hipotesis penelitian untuk dikendalikan (inefisiensi)
periode pengamatan 2012-2016 adalah: Vt = faktor acak yang tidak
1. Beban operasional diduga memiliki dapat dikendalikan
pengaruh positif terhadap Dari persamaan 3.2 diatas maka P1
penerimaan dana pajak, 2012-2019 dan P2 menunjukkan variabel input yang
2. Total aset diduga memiliki pengaruh digunakan pada DJP pada periode tertentu
positif terhadap penerimaan dana dalam penelitian ini, sedangkan Qn
pajak, 2012-2019 menunjukkan kuantitas output dalam
penelitian ini pada Direktoral Jenderal
Pajak pada periode tertentu.
METODE PENELITIAN
Variabel Output
Model Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan
Melihat penelitian sebelumnya yang satu variabel output, yaitu:
sudah pernah dilakukan dan dengan
melakukan penyesuaian yang dianggap Penerimaan Dana Pajak Neto
akan memberikan hasil yang diharapkan Penerimaan dana pajak neto
untuk dapat menjelaskan efisiensi pada merupakan total keseluruhan dana pajak
DJP dalam pengelolaan dana pajak. yang telah berhasil dihimpun dari para
Penelitian ini menggunakan metode wajib pajak dalam periode tertentu.
paramterik SFA dengan pendekatan fungsi Penerimaan dana pajak adalah
produksi. Sehingga, berpengaruh terhadap penjumlahan dari Pendapatan PPh Migas,
penentuan variabel input dan output yang Pendapatan PPh Non-Migas, Pendapatan
digunakan. Hal yang mendasari PPN, Pendapatan PPnBM, Pendapatan
pendekatan ini dengan Pajak Bumi dan Bangunan, Pendapatan
mempertimbangkan fungsi dari DJP Pajak Lainnya, dan Pendapatan Bunga
sebagai instansi yang mengelola dana Penagihan Pajak. Besaran penerimaan
pajak secara efisien. Bentuk umum dari pajak dapat diperoleh dari laporan
metode SFA dengan fungsi produksi keuangan tahunan yang secara berkala
dituliskan sesuai dengan fungsi produksi diterbitkan oleh DJP yang bersangkutan
Cobb-Douglas, ditunjukkan pada selama rentang periode pengamatan.
Persamaan 3.1 berikut:
ln (Qn) = 1 2 Variabel Input
................................... (1) Dalam penelitian ini, terdapat dua
Dengan memasukan variabel input variabel input yang digunakan antara lain:
dan output ke dalam fungsi produksi
Cobb-Douglas maka persamaan dapat Beban Operasional
ditulis kembali pada persamaan 3.2 Beban operasional merupakan biaya
berikut: langsung yang digunakan untuk kebutuhan
91
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

operasional perusahaan. Berdasarkan yang berkaitan dengan efisiensi pengelola


objek studi yang digunakan ini ialah DJP, dana pajak nasional.
maka yang menjadi beban operasionalnya
semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk Tabel 1. DJP yang digunakan sebagai
keperluan yang menunjang kegiatan objek penelitian
manajemen lembaga dalam pengelolaan
pajak, antara lain: Belanja Pegawai, Kode Kanwil DJP Lokasi
Belanja Barang, dan Belanja Modal. 1 Kanwil DJP Aceh Banda Aceh
Besaran beban operasional dapat diperoleh 2 Kanwil DJP Medan
dari laporan keuangan tahunan pada Sumatera Utara I
laporan arus kas yang secara berkala 3 Kanwil DJP Pematang
diterbitkan oleh DJP yang bersangkutan Sumatera Utara II Siantar
selama rentang periode pengamatan. 4 Kanwil DJP Riau Pekanbaru
dan Kepulauan
Riau
5 Kanwil DJP Padang
Total Aset Sumatera Barat
Total aset merupakan keseluruhan aset dan Jambi
yang dimiliki oleh DJP baik aset lancar, 6 Kanwil DJP Palembang
aset tetap dan aset lainnya. Total aset dapat Sumatera Selatan
diperoleh dari laporan keuangan tahunan dan Babel
pada laporan posisi keuangan yang secara 7 Kanwil DJP Lampung
berkala diterbitkan oleh DJP yang Bengkulu dan
bersangkutan selama rentang periode Lampung
pengamatan. 8 Kanwil DJP Jakarta
Jakarta Pusat
9 Kanwil DJP Jakarta
Jenis dan Sumber Data Jakarta Barat
Objek penelitian yang digunakan 10 Kanwil DJP Jakarta
dalam penelitian ini merupakan instansi Jakarta Selatan
resmi pemerintah yang tugas dan 11 Kanwil DJP Jakarta
fungsinya melakukan pengelolaan dana Jakarta Timur
pajak, yaitu Direktorat Jenderak Pajak 12 Kanwil DJP Jakarta
(terdiri atas 33 Kantor Wilayah DJP dan Jakarta Utara
Kantor Pusat DJP) (lihat Tabel 1). 13 Kanwil DJP Jakarta
Pemiihan objek penelitian ini dengan dasar Jakarta Khusus
pertimbangan bahwa 33 Kantor Wilayah 14 Kanwil DJP Serang
DJP ini berperan penting dalam Banten
melaksanakan teknis operasional 15 Kanwil DJP Jawa Bandung
pengelolaan dana pajak di daerah. Barat I
Sedangkan untuk jenis data yang 16 Kanwil DJP Jawa Bekasi
digunakan adalah data sekunder yang Barat II
diperoleh dari laporan keuangan DJP yang 17 Kanwil DJP Jawa Semarang
dipublikasikan secara berkala dalam Tengah I
rentang periode 2012-2019 (data 18 Kanwil DJP Jawa Surakarata
unbalanced panel) dan literatur lainnya Tengah II
92
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

19 Kanwil DJP D.I. Yogyakarta menentukan nilai efisiensi dalam


Yogyakarta penerimaan dana pajak.
20 Kanwil DJP Jawa Surabaya
Timur I Uji Kriteria Statistik
21 Kanwil DJP Jawa Sidoarjo Uji Signifikansi Parameter Individual
Timur II (Uji Statistik T)
22 Kanwil DJP Jawa Malang Pengujian signifikansi untuk
Timur III mengetahui pengaruh setiap variabel bebas
23 Kanwil DJP Pontianak terhadap variabel terikat yang digunakan,
Kalimantan Barat sebagai berikut:
24 Kanwil DJP Banjarmasin 1. Apabila t hitung lebih besar daripada t
Kalimantan tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Selatan dan Artinya variabel bebas secara
Tengah individual berpengaruh signifikan
25 Kanwil DJP Balikpapan terhadap variabel terikat.
Kalimantan Timur 2. Apabila t hitung lebih kecil daripada t
26 Kanwil DJP Makassar tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Sulawesi Selatan, Artinya variabel bebas secara
Barat dan individual tidak berpengaruh signifikan
Tenggara terhadap variabel terikat.
27 Kanwil DJP Manado
Sulawesi Utara,
Tengah dan
Maluku Utara Koefisien Determinasi (r2)
28 Kanwil DJP Bali Denpasar Tingkat goodness of fit dari garis regresi
29 Kanwil DJP Nusa Mataram yang sesuai dengan data akan digunakan
Tenggara untuk mengetahui seberapa baik sebuah
30 Kanwil DJP Papua Jayapura garis regresi sampel sesuai dengan
dan Maluku datanya. Nilai dari r-square akan selalu
31 Kanwil DJP Wajib Jakarta berada di antara 0 dan 1. Semakin
Pajak Besar mendekati 1, semakin besar kemampuan
32 Kanwil DJP variabel bebas untuk menjelaskan perilaku
Jakarta
Jakarta Selatan II variabel terikat. Nilai r-square
33 Kanwil DJP Jawa memberikan informasi mengenai proporsi
Bogor
Barat III variasi dari variabel terikat yang dijelaskan
34 Instansi Pusat Jakarta oleh variabel-variabel bebas sehingga
Sumber: DJP (2019) memberikan ukuran sependapatan
operasionala menyeluruh mengenai variasi
Alat Analisis dari variabel yang mempengaruhi variasi
Pada penelitian ini penulis dari variabel lainnya.
menggunakan data time series yang
analisisnya dengan alat bantu berupa
software Microsft Excel untuk pengolahan Uji SFA
data, EViews 8 untuk menentukan estimasi Setelah persamaan regresi sudah
permodelan, dan Frontier 4.1 untuk ditetapkan maka selanjutnya akan
dilakukan pengukuran efisiensi pada DJP
93
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

dengan menggunakan metode SFA yang Tabel 2. Hasil regresi


menggunakan program Frontier 4.1. Hasil N Model
Variabel
nilai efisiensi yang muncul berbentuk skor o OLS MLE
dari rentang 0-1. Artinya semakin Penerimaan dana
mendekati satu maka akan semakin efisien pajak
DJP tersebut, begitu juga sebaliknya jika (ln_penerimaan_pa
nilai SFA mendekati 0 maka akan semakin jak)
tidak efisien DJP tersebut. 1 -
0.41193*
Konstanta 0.7960
**
59
(0.8085
HASIL PENELITIAN DAN Prob (0.7949)
)
PEMBAHASAN Beban oprasional
1.0976 0.25473
(ln_beban_oprasio
Hasil Regresi 47 *** ***
2 nal)
Metode estimasi regresi penelitian ini (0.0000
mengunakan OLS yang diolah dengan Prob (0.2311)
)
EViews 4.1. Untuk hasil estimasi model Total Aset 0.1066 0.11025*
OLS dengan variabel terikat penerimaan (ln_total_aset) 91 * **
3
dana pajak (lihat Lampiran 1) (0.0779
Prob (0.1102)
menghasilkan nilai r-square sebesar )
0,984376 atau 98,43 persen. Artinya 0.9843
R2 -
persentase pengaruh beban operasional 5 76
6 0.9801
dan total aset terhadap penerimaan dana Adj R2 -
04
pajak sebagai variabel terikat sebesar
230.419
98,43 persen, atau variasi variabel bebas 7 F
9 ***
-
yang digunakan dalam model mampu (0.0000
menjelaskan sebesar 98,43 persen variabel Prob -
)
terikat, sedangkan sisanya hanya sebesar 1.6434
1,57 persen dipengaruhi dari variabel lain 8 Durbin /Watson -
92
di luar model estimasi. 9
Sigma-squared - 0.69203
Model estimasi tersebut akan 10 Gamma - 0.92233
digunakan untuk pengolahan selanjutnya Std. Error of
- 0.07493
pada Frontier 4.1 untuk mencari nilai Gamma
efisiensi yang dihasilkan DJP. Nilai Log likelihood
11 - -2.15208
efisiensi juga diperkirakan dengan estimasi function
12
maximum-likelihood untuk technical effect Mean efficiency - 0.86732
dari model OLS yang dipakai. Hasil Ket: * Signifikan pada 10 persen
estimasi stochastic frontier model dengan ** Signifikan pada 5 persen
OLS dan MLE sedikit mengalami *** Signifikan pada 1 persen
perbedaan. Terdapat variabel yang
memiliki pengaruh signifikan pada Permodelan Penerimaan Dana Pajak
estimasi OLS, namun berpengaruh tidak Berdasarkan hasil yang ditunjukkan
signifikan pada model estimasi MLE. pada Tabel 2 bahwa hubungan antara
Secara lengkap hasil estimasi OLS dan beban operasional dan total aset terhadap
MLE digambarkan pada Tabel 2, berikut: penerimaan dana pajak pada DJP, 2012-

94
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

2019 dapat dianalisis dengan persamaan Variabel total aset berpengaruh positif
berikut: dan signifikan terhadap penerimaan dana
pajak Hasil statistik two tailed variabel
ln_penerimaan_pajakit = 0.41193 + total aset nilainya lebih kecil dari df 162
0.25473 ln_beban_operasionalit + pada level signifikansi satu persen yang
0.11025 ln_total_asetit + Ut - Vt (3) menunjukkan nilai 2,6065. Sehingga,
dapat diambil kesimpulan total aset
Berdasarkan hasil estimasi nilai berpengaruh signifikan terhadap
maximum likelihood pendekatan SFA penerimaan dana pajak. Untuk arah
yang diolah dengan menggunakan Frontier hubungan antara variabel total aset dengan
4.1, maka didapatkan model dengan nilai penerimaan dana pajak dapat dilihat dari
gamma sebesar 0,92233 dengan standar nilai koefisiennya yang bernilai 0,11025,
erorr 0,07493. Artinya nilai koefisien dari angka tersebut dapat diinterpretasikan
gamma yang mendekati satu bahwa hubungan antara total aset dengan
mengindikasikan bahwa variasi eror lebih penerimaan dana pajak adalah hubungan
banyak dipengaruhi oleh faktor random yang searah (positif). Karena apabila total
lainnya. Hasil dari koefisien gamma ini aset meningkat sebesar satu persen maka
menunjukkan bahwa faktor random selain nilai penerimaan dana pajak akan
variabel independen dan inefisiensi teknis meningkat sebesar 0,80 persen ceteris
lebih mendominasi variasi eror. Untuk paribus.
menentukan tingkat signifikansinya
variabel yang digunakan dengan Pengukuran Technical Efficiency
membandingkan t-ratio dibandingkan Penerimaan Dana Pajak
dengan t-tabel dengan uji two tailed, Setelah dilakukannya estimasi, Tabel
dengan hasil sebagai berikut: 3 dan Gambar 1 menunjukkan secara
Variabel beban operasional lengkap hasil pengukuran skor technical
berpengaruh positif dan signifikan efficiency untuk penerimaan dana pajak,
terhadap penerimaan dana pajak. Hasil 2012-2019. Pengukuran efisiensi dengan
statistik two tailed variabel beban metode parametrik ini akan menghasilkan
operasional nilainya lebih kecil dari df 162 skor technical efficiency dengan skala 0-1.
pada level signifikansi satu persen yang Hasil yang memiliki skor satu maka
menunjukkan nilai 2,6065. Sehingga, menunjukkan semakin efisien DJP dalam
dapat diambil kesimpulan beban penerimaan dana pajak, vise versa.
operasional berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan dana pajak. Untuk Tabel 3. Skor technical efficiency DJP
arah hubungan antara variabel beban menurut wilayah, 2012-2019 (persen)
operasional dengan penerimaan dana pajak
dapat dilihat dari nilai koefisiennya yang K Nam 2 2 2 2 2 2 2 2
bernilai 0,25473, dari angka tersebut dapat o a 0 0 0 0 0 0 0 0
diinterpretasikan bahwa hubungan antara d Kan 1 1 1 1 1 1 1 1
beban operasional dengan penerimaan e wil 2 3 4 5 6 7 8 9
dana pajak adalah hubungan yang searah 8 8 8 8 8 8 8 8
(positif). Karena apabila beban operasional Kan 7. 5. 7. 5. 5. 5. 4. 4.
meningkat sebesar satu persen maka nilai 1
wil 1 2 4 2 4 5 2 8 5
penerimaan dana pajak akan meningkat 3 7 7 6 6 0 6 3
0,255 persen, ceteris paribus. 2 Kan 8 8 8 8 8 8 8 8
95
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

wil 2 5. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 8. 13 3 3 6 6 7 3 7 1
6 0 1 1 0 6 9 2 4 7 6 8 1 7 7 8
4 9 1 4 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 7. 5. 7. 7. 6. 6. 6.
wil
Kan 7. 7. 5. 5. 5. 4. 4. 3. 4 1 1 6 1 1 7 7 7
3 14
wil 3 3 3 4 5 5 6 1 5 3 9 1 0 2 9 8 7
2 2 6 3 5 3 0 7 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 7. 7. 7. 5. 5. 5. 5.
wil
Kan 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 5 2 1 1 1 4 8 4 1
4 15
wil 4 1 1 1 1 2 2 2 2 0 4 6 9 6 0 6 2
9 6 5 8 1 0 1 2 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 7. 7. 7. 5. 5. 5. 5.
wil
Kan 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 6 2 1 1 1 4 7 4 0
5 16
wil 5 6 6 5 6 6 6 6 6 0 4 6 0 7 7 2 7
3 3 8 1 3 2 2 2 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 7. 7. 7. 5. 5. 5. 5.
wil
Kan 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7 0 1 1 1 4 7 4 1
6 17
wil 6 1 1 1 1 1 2 2 2 8 1 0 2 1 6 3 0
0 2 6 6 8 0 2 4 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 5. 5. 5. 7. 6. 6. 6.
wil
Kan 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 8 0 6 5 6 0 1 1 1
7 18
wil 7 5 4 5 4 6 5 5 5 7 2 9 1 7 9 9 9
5 7 6 7 1 7 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 1 7. 5. 5. 7. 5. 5. 5. 5.
wil
Kan 8. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 9 2 7 8 2 4 6 4 2
8 19
wil 8 5 5 5 5 5 5 5 5 4 7 0 2 8 8 7 7
3 4 4 5 7 7 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 2 5. 7. 7. 7. 5. 6. 6. 6.
wil
Kan 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 0 4 0 1 1 4 4 4 4
9 20
wil 9 1 0 1 1 0 1 1 0 7 7 0 2 8 6 7 7
2 8 0 5 8 0 0 9 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 2 5. 7. 7. 7. 5. 6. 6. 6.
Kan wil
1 8. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 8. 1 6 0 0 1 5 4 4 4
wil 21
0 5 5 5 5 5 5 5 5 3 7 7 0 8 7 6 6
10
0 3 4 4 2 4 5 5 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 2 7. 5. 5. 5. 7. 6. 6. 6.
Kan wil
1 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 2 0 6 4 6 0 1 1 1
wil 22
1 1 1 1 1 1 2 2 2 9 2 7 2 7 6 6 6
11
4 1 3 6 9 0 1 3 8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
8 8 8 8 8 8 8 8 2 7. 7. 7. 5. 5. 5. 4. 4.
Kan wil
1 7. 7. 7. 7. 8. 8. 8. 8. 3 2 2 2 5 5 0 5 0
wil 23
2 2 2 2 2 4 2 4 7 6 6 6 3 7 4 3 2
12
2 0 0 2 7 2 7 2 Kan 8 8 8 8 8 8 8 8
2
1 Kan 8 8 8 8 8 9 9 9 wil 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7.
4
3 wil 8. 8. 9. 9. 9. 0. 0. 1. 24 0 1 1 1 1 2 2 2

96
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

7 1 0 6 8 0 3 5
8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
2 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7.
wil
5 1 1 1 2 2 2 2 2
25
7 7 7 2 1 3 4 6
8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
2 7. 7. 7. 7. 5. 5. 5. 5.
wil
6 0 0 0 1 3 7 3 0
26
8 8 9 1 6 2 8 4
8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
2 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5.
wil
7 6 6 5 5 4 4 4 4
27
0 1 7 8 7 8 5 3
8 8 8 8 8 8 8 8
Kan
2 7. 5. 5. 5. 5. 4. 4. 4.
wil
8 3 5 5 5 5 8 5 1
28 Gambar 1. Perkembangan technical
6 6 5 7 8 5 0 4
8 8 8 8 8 8 8 8 efficiency DJP menurut wilayah, 2012-
Kan 2016 (persen)
2 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5.
wil
9 5 5 5 4 5 5 5 4
29 Dari hasil perhitungan skor technical
4 5 1 7 5 0 0 9
8 8 8 8 8 8 8 8 efficiency penerimaan dana pajak DJP
Kan menunjukkan bahwa selama rentang
3 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7. 7.
wil periode penelitian, 2012-2019 tidak
0 1 1 0 0 1 0 0 0
30 terdapat nilai efisiensi yang sempurna
2 3 9 7 2 9 8 8
8 8 8 9 8 9 9 9 dengan skor satu. Ketimpangan yang tidak
Kan terlalu besar atas efisiensi DJP, 2012-2019
3 8. 9. 9. 0. 9. 0. 1. 1.
wil dalam penerimaan dana pajak (lihat
1 5 6 8 8 6 7 0 4
31 Gambar 1). Hal ini dapat dilihat dari rata-
6 6 3 1 9 3 7 1
8 8 8 8 8 8 8 8 rata keseluruhan rentang skor technical
Kan efficiency maksimum sebesar 90,22 persen
3 6. 6. 6. 7. 7. 7. 7. 7.
wil di Kanwil DJP Wajib Pajak Besar dan
2 4 4 4 1 1 3 6 8
32 minimum sebesar 82,83 persen di Instansi
0 0 0 4 7 9 2 5
Pusat. Jika dilihat secara keseluruhan
8 8 8 8 8 8 8 8
Kan technical efficiency DJP dalam penerimaan
3 6. 6. 6. 5. 5. 5. 5. 4.
wil dana pajak sebesar 86,63 persen, yang
3 4 4 4 6 4 2 0 7
33 berarti masih terdapat 13,36 persen
0 0 0 2 9 9 3 7
technical inefficiency dalam pengelolaan
Insta 8 8 8 8 8 8 8 8
DJP yang dapat dioptimalkan untuk
3 nsi 5. 3. 3. 3. 3. 2. 1. 1.
mencapai nilai efisiensi yang sempurna.
4 Pusa 1 0 0 0 0 2 7 3
t 3 5 5 8 2 1 9 7

97
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

si 0% 9% 4% %
Nilai rata-rata technical efficiency
sebesar, artinya technical efficiency DJP,
2012-2019 mencapai 86,634 persen.
Dengan kata lain, masih ada 13,366
persen peluang yang bisa dioptimalkan
untuk mencapai tingkat operasional yang
paling efisien. Periode yang paling
efisien bagi DJP dalam pengelolaan
penerimaan dana pajak ditunjukkan pada
2012 di Kanwil DJP Wajib Pajak Besar
dengan nilai technical efficiency sebesar
90,219 persen. Sedangkan periode yang
paling tidak efisien ditunjukkan pada 2019
di Instansi Pusat dengan nilai technical
efficiency sebesar 81,370 persen. Untuk
distribusi nilai technical efficiency
digambarkan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Distribusi nilai technical


efficiency
Nilai Frekuens Persentas Kategor
Efisiens i e i
i
NTE < 7 20,59 Tidak
85,62 % efisien
85,62 % 10 29,41
≤ NTE Kurang
Gambar 2. Skor rata-rata technical < efisien
efficiency dan technical inefficiency 86,31%
DJP menurut wilayah, 2012-2019 86,31 % 7 20,59
≤ NTE Cukup
Setelah memperoleh hasil skor < 87,17 efisien
technical efficiency, maka kita akan %
mengetahui statistik deskriptif atas hasil NTE ≥ 10 29,41
Efisien
perhitungan technical efficiency (lihat 87,17 %
Tabel 4) yang terdiri atas nilai minimum, TOTAL 34 100
nilai maksimum, rata-rata dan standar
deviasi DJP dalam penerimaan dana pajak Pengelompokan nilai technical
yang digunakan. efficiency dilakukan dengan membaginya
menjadi empat kategori dengan
Tabel 4. Statistik deskriptif nilai menggunakan persentil kuartile ± standar
efisiensi SFA deviasi, antara lain:
Min Max Mean Std. 1. Nilai technical efficiency < 85,62
Deviatio persen adalah DJP dalam penerimaan
n dana pajak dengan kategori tidak
Efisien 81,37 90,21 86,63 1.3472 efisien

98
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

2. Nilai technical efficiency antara 85,62 Jakarta Khusus; Kanwil DJP Wajib Pajak
persen – 86,31 persen adalah DJP Besar) yang beroprasi secara efisien.
dalam penerimaan dana pajak dengan
kategori kurang efisien
3. Nilai technical efficiency antara 86,31
persen – 87,17 persen adalah DJP Pembahasan
dalam penerimaan dana pajak dengan Perhitungan efisiensi yang
kategori cukup efisien ditunjukkan dari skor technical eficiency
4. Nilai technical efficiency ≥ 87,17 secara rata-rata maupun keseluruhan objek
persen adalah DJP dalam penerimaan penelitian yang diamati ini sudah
dana pajak dengan kategori efisien menunjukkan hasil yang relatif baik.
Tentunya hal ini mendukung rencana
Dengan klasifikasi tersebut, maka strategis atau master plan dari DJP yang
terdapat tujuh Kanwil DJP atau sebesar sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
20,59 persen (Instansi Pusat; Kanwil DJP Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
Bali; Kanwil DJP Sumatera Utara II; 95/PJ/2015 merupakan dokumen
Kanwil DJP Nusa Tenggara; Kanwil DJP perencanaan yang berisi visi, misi, nilai,
Sulawesi Utara, Tengah dan Maluku tujuan, sasaran, strategi, program, dan
Utara; Kanwil DJP Bengkulu dan indikator kinerja Direktorat Jenderal Pajak
Lampung; Kanwil DJP Sumatera Barat untuk periode lima tahun mendatang (lihat
dan Jambi) yang beroprasi secara tidak Gambar 3). Penyusunan rencana strategis
efisien, 10 Kanwil DJP atau 29,41 persen ini memberikan petunjuk atas pelaksanaan
(Kanwil DJP Jawa Barat III; Kanwil DJP program-program dari DJP yang
Aceh; Kanwil DJP Kalimantan Barat; diharapkan mampu untuk menghimpun
Kanwil DJP D.I. Yogyakarta; Kanwil DJP penerimaan pajak yang efisien melalui
Jawa Timur III; Kanwil DJP Jawa Tengah tingkat kepatuhan wajib pajak yang tinggi.
II; Kanwil DJP Sulawesi Selatan, Barat Peta strategis merupakan gambaran
dan Tenggara; Kanwil DJP Jawa Tengah I; atas hubungan kausalitas antara sasaran
Kanwil DJP Jawa Barat II; Kanwil DJP yang ingin dicapai dengan strategi
Jawa Barat I) yang beroprasi secara kurang pencapainnya. Sasaran strategis ini terdiri
efisien, tujuh Kanwil DJP atau 20,49 dari: sumber daya manusia yang
persen (Kanwil DJP Jawa Timur I; Kanwil kompetitif, organisasi dan transformasi
DJP Jawa Timur II; Kanwil DJP Banten; yang handal, sistem informasi manajemen
Kanwil DJP Jakarta Selatan II; Kanwil yang terintegrasi dan pelaksaan anggaran
DJP Papua dan Maluku; Kanwil DJP yang optimal. Dalam proses
Jakarta Barat; Kanwil DJP Kalimantan pelaksanaannya ini mendukung proses
Selatan dan Tengah) yang beroprasi cukup yang terdiri atas pelayanan prima,
efisien dan terdapat 10 Kanwil DJP atau peningkatan efektivitas penyuluhan,
29,41 persen (Kanwil DJP Jakarta Timur; peningkatan efektivitas kehumasan
Kanwil DJP Sumatera Selatan dan Babel; peningkatan ekstensifikasi perpajakan,
Kanwil DJP Riau dan Kepulauan Riau; peningkatan pengawasan wajib pajak,
Kanwil DJP Kalimantan Timur; Kanwil peningkatan efektivitas pemeriksaan,
DJP Sumatera Utara I; Kanwil DJP Jakarta peningkatan efektivitas penegakan hukum,
Utara; Kanwil DJP Jakarta Selatan; dan peningkatan kehandalan data.
Kanwil DJP Jakarta Pusat; Kanwil DJP Selanjutnya proses tersebut ditunjang
dengan pemenuhan layanan publik yang
99
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

diharapkan menghasilkan tingkat


kepatuhan wajib pajak yang tinggi
sehingga dapat mengoptimalkan
penerimaan pajak. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan


pembahasan yang telah diuraikan
mengenai tingkat efisiensi pengelolaan
dana pajak DJP pada 2012-2019, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
Hasil estimasi antara metode OLS dan
MLE yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan perbedaan. Berdasarkan
hasil dari OLS dan MLE beban
operasional dan total aset terhadap
penerimaan dana pajak baik secara parsial
maupun keseluruhan sama-sama
menunjukkan hubungan yang positif dan
signifikan, hanya saja level signifikansinya
berbeda.
Hasil efisiensi rata-rata penerimaan
dana pajak DJP, 2012-2019 dengan
menggunakan metode parametrik (SFA)
sebesar 86,634 persen. Artinya masih
terdapat 13,366 persen peluang yang dapat
dioptimalkan untuk mencapai tingkat
efisiensi operasional DJP secara penuh.
DJP yang paling efisien dalam kegiatan
operasionalnya yaitu Kanwil DJP Wajib
Pajak Besar (Jakarta) dengan nilai
technical efficiency sebesar 90,22 persen.
Sedangkan Instansi Pusat (Jakarta)
menjadi DJP yang paling tidak efisien
beroprasi dengan nilai technical efficiency
sebesar 82,84 persen.
Guna mengoptimalkan potensi yang
dimiliki oleh DJP sehingga nilai efisiensi
Sumber : Laporan keuangan DJP (2016) DJP dalam pengelolaan dana pajak dapat
Gambar 3 : Peta Strategi DJP meningkat maka seluruh kantor DJP
khususnya yang memiliki nilai technical
efficiency dengan rentang yang tidak
efisien harus lebih memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi penerimaan dana pajak,
berdasarkan hasil diketahui bahwa nilai
100
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

efisiensi penerimaan dana pajak Kader, Muhamad Kubrajaya, Harijanto


dipengaruhi oleh beban operasional. Sabijono, & Heince R.N. Wokas.
Sehingga variabel beban operasional ini (2015). “Pengaruh Penerapan
dapat menjadi fokus internal bagi DJP Elektronik Surat Pemberitahuan (e-
dalam lebih meningkatkan efisiensinya. SPT) terhadap Efisiensi Pengisian
Serta dapat menggunakan hasil Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib
pengukuran efisiensi tersebut sebagai salah Pajak di Kecamatan Sario Kota
satu pertimbangan dalam usulan Manado”. Jurnal Berkala Ilmiah
pemberian reward (penghargaan) bagi unit Efisiensi. 15(4), 63-73.
kerja yang telah berkinerja dengan baik. Mahsun, M. (2014). Pengukuran Kinerja
Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor
DAFTAR PUSTAKA Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta.
Ahmadi. (2006). Perlindungan Hukum Moesen, W., and Persoon, A. (2002).
Bagi Wajib Pajak Dalam “Measuring and Explaining the
Penyelesaian Sengketa Pajak. Cet.1. Productive Efficiency of Tax
Bandung: PT. Refika Aditama. Offices: A Non-parametric Best
Archer, Timothy Scott (2010). The Practice Frontier Approach”.
Efficiency Theory: Improving Tijdschrift Voor Economie En
Society by Eliminating Wasteful Management, 47(3), 399–416.
Programs, Restructuring the OECD. (2013). Government at a Glance
Economy, and Fixing Education. 2013. OECD Publishing.
New York: CreateSpace Independent Permono, Iswardono S. dan Darmawan
Publishing Platform (2000) “Analisis Efisiensi Industri
http://www.theefficiencytheory.com/ Perbankan di Indonesia (Studi kasus
The_Efficiency_Theory.pdf Bank-bank Devisa di Indonesia
Barros, C. P. (2007). Technical and Tahun 1991 – 1996)”. Journal of
Allocative Efficiency of Tax Offices: Indonesian Economy and Business,
A Case Study. International Journal 15 (1)
of Public Sector Performance Sadjiarto, A. (2000). Akuntabilitas dan
Management, 1(1), 41–61. Pengukuran Kinerja Pemerintahan.
Bauer, Paul W., Allen N. Berger, Gary D Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Ferrier, and Humphrey, David B. 2(2), 138–150.
(1998). “Consistency Conditions for Setiyaji, G., & Amir, H. (2005). Evaluasi
Regulatory Analysis of Financial Kinerja Sistem Perpajakan
Institutions: A Comparison of Indonesia. Jurnal Ekonomi Univ
Frontier Efficiency Methods”, Indonusa Eka Unggul, 1, 1-13.
Financial Services Working Paper, Thirtle, C., Shankar, B., Chitkara, P.,
02/97, Federal Reserve. Chatterjee, S., & Mohanty, M. S.
Hjalmarsson, L., Kumbhakar, S. C., & (2000). Size does matter: Technical
Heshmati, A. (1996). DEA, DFA and scale efficiency in Indian state
and SFA: A Comparison. Journal of tax jurisdictions. Review of
Productivity Analysis, 7(2-3), 303– Development Economics, 4(3), 340–
327. 352.
101
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
ISSN : 2406 – 7415
E-ISSN : 2655 – 9919
JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS KRISNADWIPAYANA
DOI: http://dx.doi.org/10.35137/jabk.v8i1.469 Volume 8 Nomor 1 (Januari – April) 2021

102
Copyright (c) 2021 Ratna Herawati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Anda mungkin juga menyukai