Oleh
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat saat ini , informasi memiliki
peranan yang sangat penting sebagai penunjang kemajuan di segala bidang. Tanpa informasi, suatu
perusahaan atau organisasi tidak akan dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan atau
organisasi dengan baik. Oleh karena itu, untuk menunjang kegiatan operasional yang baik dan teratur,
maka diperlukan suatu sistem yang terkomputerisasi.
Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) merupakan suatu lembaga pemerintah yang memiliki
tugas pokok dalam memberikan pelayanan pertanahan pada masyarakat baik dalam pembuatan
sertifikat maupun administrasi lainnya. Berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 586 Bandung. Dengan
sistem pelayanan pendaftaran sertifikat yang telah berjalan, BPN kota Bandung telah melaksanakan
tugasnya sebagai lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah dalam melakukan administrasi pertanahan
untuk masyarakat.
Akan tetapi, suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa stigma pelayanan pertanahan yang
dimiliki oleh masyarakat seperti pelayanan yang berbelit-belit dan memakan waktu terlalu lama
menjadi suatu permasalahan yang dapat menyebabkan tidak maksimalnya pelayanan administrasi
pertanahan yang diberikan oleh BPN Kota Bandung. Stigma tersebut muncul karena pada sistem yang
saat ini sedang berjalan masih terdapat beberapa masalah yang belum teratasi.
Pada sistem yang berjalan, BPN kota Bandung menggunakan sistem loket dimana pada sistem
tersebut mengharuskan seorang warganegara yang ingin mendaftarkan tanahnya dan ingin memiliki
sertifikat tanah tersebut mendatangi loketloket yang ada dan telah ditentukan oleh pihak BPN.
Misalkan, untuk mendapatkan sertifikat tanah sebelumnya pemohon diharuskan untuk mendatangi
loket II dengan mengisi formulir permohonan untuk memperoleh dokumen, kemudian pemohon
harus mendatangi loket III untuk melakukan pembayaran administrasi, dilanjutkan dengan
mendatangi loket IV untuk mengupdate data dan menerima dokumen. Oleh karena itu, proses
pelayanan pendaftaran sertifikat membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaian
prosesnya.
Sistem yang berjalan juga memiliki penyimpanan data yang tidak terorganisir dengan baik
menyebabkan terjadinya data duplikat atau berulang pada data pemohon maupun data dokumen
lainnya. Permasalahan diatas menyebabkan sulitnya untuk mengetahui data pemilik tanah yang sah
sehingga pelayanan yang diberikan oleh pihak BPN kota Bandung menjadi terganggu.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah yang ditemukan, juga dengan batasan masalah yang telah
ditentukan maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana sistem informasi pengelolaan tanah di BPN Kota Bandung yang saat ini sedang
bejalan
Bagaimana sistem informasi yang diusulkan untuk mengatasi masalah yang ada pada sistem
pengelolaan tanah yang saat ini sedang berjalan.
Bagaimana Perancangan program aplikasi sistem informasi pengelolaan tanah.
A. Sertifikat Tahah
Menurut PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, sertifikat ialah surat tanda bukti hak atas
tanah dan bangunan. Sertifikat sendiri dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) lewat
kantor pertanahan masing-masing wilayah. Biasanya, sertifikat dicetak dua rangkap: satu rangkap
disimpan di kantor BPN sebagai buku tanah, dan satu rangkap dipegang seseorang sebagai tanda bukti
kepemilikan atas tanah dan bangunan. Arsip buku tanah tercantum data detail mengenai tanah,
mencakup data fisik maupun data yuridis, contohnya luas, batas-batas, dasar kepemilikan, dan data
pemilik.
Sementara itu, data fisik tanah dalam Surat Ukur yang terlampir dalam sertifikat hanya berupa ukuran
luas dan tidak melampirkan ukuran lainnya secara detail. Selain itu, data bangunan juga tidak
dicantumkan dalam sertifikat. Keterangan yang tercantum hanya tertera jika di atas tanah tersebut
terdapat bangunan.
Sertifikat tanah terdiri dari beberapa jenis, antara lain sertifikat Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
Bangunan (HGB), dan Sertifikat Hak Milik (SHM). Adapun, untuk SHM hanya diperuntukkan untuk
warga Negara Indonesia. Sementara HGU dan HGB diperbolehkan dimiliki oleh warga asing, namun
dalam jangka waktu tertentu.
Membuat sertifikat tanah sebenarnya adalah perkara mudah, namun memang cukup memakan
waktu. Untuk itu, Anda harus bersabar. Jika bisa, dalam mengurus sertifikat tanah dilakukan sendiri
oleh pemilik tanah. Hal tersebut seharusnya lebih ekonomis atau menekan biaya pengeluaran. Adapun
langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat sertifikat tanah, antara lain:
e. Menyiapakan Dokumen
Pemohon harus menyiapkan dan melampirkan dokumen-dokumen yang menjadi syarat. Tentunya,
syarat ini perlu disesuaikan dengan asal hak tanah. Adapun, syarat-syaratnya mencakup:
c. Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK);
Selain itu, mungkin Anda mungkin berkeinginan membuat sertifikat tanah atau girik. Sertifikat ini
berasal dari tanah yang berasal dari warisan atau turun-temurun dari kakek nenek yang mungkin
belum disahkan dalam sertifikat. Untuk itu, Anda bisa membuatkan sertifikat dengan melampirkan:
Akta jual beli tanah, Fotokopi KTP dan KK, Fotokopi girik yang dimiliki, Dokumen dari kelurahan atau
desa, seperti Surat Keterangan Tidak Sengketa, Surat Keterangan Riwayat Tanah, dan Surat
Keterangan Tanah secara Sporadik.
Pembahasan
1. Formulir pendaftaran
2. Persetujuan
1. Formulir pendaftaran
2. Tanda terima
3. Status Dokumen
5. Sertifikat tanah
2. Dokumen Persyaratan:
- Identitas diri
- Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan SPPT PBB
4. Bukti pembayaran
Pemohom perlu menyesuaikan lokasi BPN sesuai dengan wilayah tanah berada. Di BPN, belilah
formulir pendaftaran. Anda akan mendapatkan map dengan warna biru dan kuning. Buatlah janji
dengan petugas untuk mengukur tanah.
Setelah pengukuran tanah, pemohon akan mendapatkan data Surat Ukur Tanah. Serahkanlah untuk
melengkapi dokumen yang telah ada. Setelah itu, Anda hanya perlu bersabar menunggu
dikeluarkannya surat keputusan. Anda akan dibebankan BEA Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB)
sembari menunggu sertifikat tanah Anda terbit. Lama waktu penerbitan ini kurang lebih setengah
hingga satu tahun lamanya. Kadangkala, Anda perlu memastikan kepada petugas BPN kapan sertifikat
tanah Anda jadi dan dapat diambil.
BAB 3 PEMBAHASAN DAN ANALISA
BAB 4 KESIMPULAN