Anda di halaman 1dari 8

PAPER

Psikologi Komunikasi
“Konsep Teori Behavioristik”

DI SUSUN OLEH (KELOMPOK 2):


 Ali Permana (14-70-201-267)
 Defy Resiana Ulfy (14-70-201-273)
 Diah Ayu Rosita (14-70-201-280)
 Ekka Puji Astutik (14-70-201-281)
 Maria Rossy Mistika (14-70-201-293)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI (KELAS P2K.A)


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2016
Teori Behavioristik
Ilmuwan komunikasi yang mensupport teori behaviorisme adalah Jhon B.
Watson (1878-1958). Watson juga disebut sebagai Bpk. behaviorisme, ia
mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam
diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut
sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Dalam
teori ini semua perilaku termasuk tindak balasan atau yang dikenal dengan respon
itu semua disebabkan dari adanya stimulus (rangsangan), pernyataan tersebut kita
bisa menyimpulkan bahwa kalau suatu rangsangan telah diamati & diketahui
maka respon dari seseorang akan mudah dan bisa diprediksikan, dari setiap
perilaku dapat kita pelajari melalui hubungan rangsangan dan juga respon.
Teori Behavior ini merupakan sebuah teori perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi sebuah aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Sampai akhirnya
aliran behavioristik ini menjadi sebuah teori yang dikarenakan adanya sebuah
stimulus dan respons. Teori behavioristik ini lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena perilaku manusia adalah hasil dari pembelajaran yang sudah
dipelajarinya.
Teori behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman.Dalam teori ini pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo
Mechanicus).
Konsepsi Manusia berdasarkan Teori Behavioristik
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme (yang
menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar dan tidak tampak).
Konsep teori ini menganalisis perilaku yang tampak saja, yang dapat diukur,
dilukiskan dan diramalkan.
Belajar itu sendiri berarti perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh
lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakan manusia itu baik
atau jelek, rasional atau emosional, teori ini hanya mangetahui bagaimana
perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Yang dapat diamati dari teori
ini hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru
(stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya perubahan tungkah
laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting adalah faktor penguatan.
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan
suatu bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan
(dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.

Ciri-ciri dari konsep teori behavioristik:


1. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil
2. Bersifat mekanistis
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan
6. Mementingkan mekanisme hasil belajar
7. Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier,
konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau
mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang berpengaruh yang
mempengaruhi proses belajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Prinsip – prinsip teori behavioristik yang banyak diterapkan dalam dunia


pendidikan meliputi :
1. Menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku.
2. Menggunakan prinsip penguatan, yaitu untuk mengidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran dan untuk mengarahkan kondisi agar peserta
didik dapat mencapai peningkatan yang diharapkan.
3. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
4. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran

Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi


menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan tes tulis. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru,
hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
Contoh dari Teori Bahavioristik
1. Contoh kasus dalam pembelajaran musik yang menggunakan pendekatan teori
behavioristik.
Ketika seorang guru ingin mengajarkan bagaimana mengajarkan tangga
nada kepada muridnya, ia akan mengamati terlebih dahulu bagaimana keadaan
fisik jari murid-muridnya dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh tiap murid
dengan sikap berjarak. Guru akan berfikir ia sebagai subjek dan murid-murid
adalah sebagai objek. fakta netral harus dimiliki oleh sang guru dalam
menghadapi muridnya. Sebuah pemikiran yang bersih dari unsur- unsur
subjektifnya. Ditahap ini materi-materi pembelajaran akan diberikan sebagai
bentuk stimulus dari guru terhadap muridnya. Guru akan menjelaskan dan
mencotohkan tentang bagaimana musik rangkaian sebab-akibat dalam
pengajaran akan didapatkan sebagai hasil. Rangkaian sebab (pemberian
stimulus) - akibat ini akan menghasilkan sebuah respon dari murid dimana
respon ini akan membentuk sebuah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pembelajaran. Teori-teori tersebut akan dipraktekkan secara instrumental dan
universal di kelas-kelas selanjutnya.

Dalam kasus ini guru memberikan sebuah stimulus berupa materi-materi


pengajaran dan mengharapkan akan mendapatkan sebuah respon yang berupa
perubahan tingkah laku dari murid-muridnya. Perubahan tingkah laku dalam
bentuk dari ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mempraktekkan
pelajaran yang diberikan berubah menjadi mampu untuk mempraktekkannya.
Guru tidak melihat bagaimana proses murid-murid mencerna materi
pengajaran, guru hanya melihat bagaimana hasil akhir yang diperoleh.

2. Contoh kasus seorang siswa yang beranjak dari SMP menuju SMA yang
diinginkannya
Jono baru saja beranjak dari SMP menuju SMA. Ia masuk ke SMA yang
terkenal sebagai SMA yang dihuni oleh orang-orang kelas atas. Padahal ia
berasal dari keluarga yang tergolong menengah kebawah. Awalnya orang tua
Jono tidak memperbolehkan Jono masuk kesekolah tersebut karena takut Jono
terpengaruh gaya hidup mereka. Namun paksaan Jono yang yang sedemikian
rupa membuat orang tuanya luluh juga. Setelah beberapa lama berada
disekolah itu, Jono seperti mengalami diskriminasi karena ia tidak pernah mau
untuk ikut bermain dengan teman-temannya saat ia diajak. Sedikit demi sedikit,
Ia mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh. Namun lama
kelamaan, ia mulai merasa kesepian. Bahkan, teman-temannya senang sekali
mengerjai Jono. Perilaku teman-temannya mulai membuat Jono tidak fokus.
Prestasi belajar mulai menurun. Ini membuat Jono selalu stress.
Keadaan seperti ini mulai mengubah Jono. Jono yang selama ini selalu
rendah hati mulai merasa harus seperti teman-temannya. Akhirnya muncul juga
keinginan untuk bermain dengan teman-teman. Ia mencuri uang orang tuanya
untuk bisa berpenampilan seperti teman-temannya. Keadaan hidup seperti ini
membuat ia tak nyaman. Ia ingin sekali tidak seperti ini, namun itu hanya
tinggal keinginan saja. Ketakutan akan dikucilkan membuat ia tetap
menjalankan kebiasaan buruk ini.

Pada kasus diatas terdapat aspek behavioristik yang merupakan proses


perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berwujud
perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (inert
behavior). Perubahan perilaku yang diperoleh dari hasil biasanya bersifat
permanen; dalam arti bahwa perubahan perilaku akan bertahan dalam waktu
relatif lama, sehingga pada suatu waktu perilaku tersebut dapat digunakan
untuk merespon stimulus yang sama atau hampir sama. Perubahan perilaku
tersebut dapat diperoleh melalui proses pembiasaan. Pembiasaan merupakan
pemerolehan satu pola tingkah laku yang baru setelah seseorang atau kelompok
orang dibiasakan atau mengalami proses pembiasaan. Namun demikian tidak
semua perubahan perilaku merupakan perwujudan dari hasil belajar, karena ada
perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kegiatan belajar.
Kesimpulan
Behavioristik memiliki arti sebagai tingkah laku yang terbentuk karena
adanya proses stimulus dan respons. Menurut pandangan teori behavioristik,
pembelajaran merupakan penguasaan respons dari lingkungan yang dikondisikan.
Pembelajaran dicapai melalui respons yang berulang – ulang dan pemberian
penguatan. Peserta didik mempelajari pola yang terbentuk secara perlahan – lahan
dari respons tersebut. Salah satu tokoh yang disebut sebagai bapak Behaviorisme
yaitu Watson (1878-1958). Teori Behavioristik sangat penting bagi peserta didik
karena teori ini telah memberikan banyak konstribusi bagi pengembangan teori
belajar dan pembelajaran peserta didik baik di sekolah maupun luar sekolah.
Referensi

Rakhmat, Jalaluddin (2011). Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya

http://robert-rober.blogspot.co.id/2012/01/konsep-dasar-teori-teori-belajar.html
Teori Behavioristik, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 19:43

http://vioranova.blogspot.com/
Behaviorisme, diakses pada tanggal 20 Oktober 2016 pukul 19:40

Anda mungkin juga menyukai