Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“DIABETES MELITUS”

KELOMPOK 9

KELAS C4

ALDA SUNU 14120170067

ADYA FADHILAH 14120170129

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNUVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Diabetes Melitus”. Dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah epidemiologi penyakit
tidak menular serta teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
makalah kami.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari keterbatasan kemampuan dalam


pengetahuan, sehingga kami yakin makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kami telah
berusaha semaksimal mungkin dengan memanfaatkan bantuan dari berbagai sumber.

kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penyelesai tugas makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Makassar, 18 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................................. 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
A. Pengertian Diabetes Melitus ................................................................................................ 4
B. Klasifikasi Diabetes Melitus ................................................................................................ 4
C. Penyebab Diabetes Melitus .................................................................................................. 7
D. Gejala Diabetes .................................................................................................................... 8
E. Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus .................................................................... 10
F. Contoh Menu Sehari-Hari Bagi Penderita Diabetes .......................................................... 16
BAB III ......................................................................................................................................... 17
PENUTUP..................................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN .................................................................................................................. 17
B. SARAN .............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang prevalensinya


sangat tinggi di dunia selama lebih dari dua dekade (Singh, et al., 2012). Angka kejadian DM
cenderung meningkat setiap tahun . Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau
World Health Organization (WHO) DM telah diderita oleh sedikitnya 171 juta orang di dunia
dan menyebabkan kematian sebanyak 3,2 juta jiwa. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2030
akan ada peningkatan jumlah penderita diabetes sebesar 70% di negara maju dan 42% di negara
berkembang. Jadi, sekitar 17 tahun mendatang diestimasikan sekitar 366 juta orang di dunia akan
menderita DM (Biswas, 2006).

Wild, et al. (2004) dalam suatu penelitian tentang prevalensi global DM, melaporkan
bahwa sepuluh besar negara dengan prevalensi DM tertinggi pada tahun 2000 adalah India, Cina,
Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil, Italia dan Bangladesh. India, Cina
dan Amerika Serikat tetap menjadi top-three negara dengan prevalensi DM tertinggi di dunia
sejak tahun 1995 dan diprediksi pada tahun 2030 akan tetap berada pada posisi yang sama.
Indonesia, Bangladesh, Brazil, Jepang, dan Pakistan diprediksikan bahwa pada tahun 2030 juga
akan tetap berada di sepuluh besar. Sementara posisi Rusia dan Italia akan digantikan oleh
Filipina dan Mesir untuk tahun 2030.

Angka kejadian DM tidak hanya tinggi di negara maju tetapi juga negara berkembang,
seperti Indonesia (Biswas, 2006). Bahkan, WHO memprediksi pada abad ke-21 negara
berkembang akan menanggung beban berat atas epidemi DM karena lebih dari 70% pasien DM
terdapat di negara berkembang (Singh, et al.,2012). Seperti dipaparkan sebelumnya, Indonesia
merupakan negara keempat dengan prevalensi DM tertinggi di dunia. Jumlah masyarakat
Indonesia yang menderita DM pada tahun 2000 adalah sebesar 8,4 juta dan diestimasikan pada
tahun 2030 akan meningkat menjadi 21, 3 juta jiwa (Wild, et al., 2004). Di Negara berkembang
DM paling banyak terjadi pada kelompok usia 45-64 tahun, dimana pada usia ini seseorang

1
berada pada puncak produktifitas sehingga akan berdampak negatif terhadap negara (Mohan, et
al., 2005).

Penelitian di Indonesia termasuk Jakarta dan kota lainnya menunjukkan adanya


peningkatan. Peningkatan insidensi DM akan memengaruhi peningkatan kejadian komplikasi
kronik. Komplikasi kronik dapat terjadi khususnya pada penderita DM tipe 2 (Waspadji, 2009).

Peningkatan jumlah DM paling besar di Indonesia berada di Provinsi Sulawesi Selatan


yaitu sebesar 2,6%. Kasus diabetes atau biasa juga disebut sebagai kencing manis berkisar antara
1,0% sampai 6,1% yang tersebar di 25 kabupatenkota. Kasus kencing manis paling banyak
ditemukan di kabupaten/kota Tanah Toraja (6,1%), Makassar (5,3%) dan Luwu (5,2%).Diabetes
di Sulsel paling banyak ditemukan pada usia 55-74 (13,4%). Penyakit ini sudah mulai ditemukan
pada usia 15-24 (2%), lebih banyak pada perempuan (3,6%), banyak ditemukan pada tamatan
pendidikan D1-D3/PT (3,7%), pada wiraswasta (4,5%) dan terbanyak ditemukan di daerah
perkotaan (2,4%)(Marewa, 2013).

Penyakit DM disebut juga dengan the silent killer karena penyakit ini dapat menyerang
semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan
antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual,
luka sulit sembuh dan membusuk atau gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah,
stroke, dan sebagainya. Beberapa kasus, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan.9 Penyakit DM merupakan penyakit kronik yang tidak
dapat menyebabkan kematian secara langsung tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya
tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi
non-obat dan terapi obat.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Diabetes Melitus ?

2. Apa saja klasifikasi Diabetes Melitus ?

3. Apa penyebab Diabetes Melitus ?

4. Bagaimana gejala Diabetes Melitus ?

5. Bagaiamana komplikasi pada penderita Diabetes Melitus ?

6. Apa saja contoh makanan bagi penderita Diabetes Melitus ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Diabetes Melitus


2. Untuk mengetahui klasifikasi Diabetes Melitus
3. Untuk mengetahui penyebab Diabetes Melitus
4. Untuk mengetahui gejala Diabetes Melitus
5. Untuk mengetahui komplikasi pada penderita Diabetes Melitus
6. Untuk mengetahui contoh makanan bagi penderita Diabetes Melitus

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Melitus

Kata “diabetes” digunakan pertama kali pada abad kedua oleh ahli kesehatan bernama
Aretaeus Cappadocia. Saat itu, Aretaeus dan Celcus menggunakan istilah diabetes untuk orang
yang sering buang air kecil dan banyak minum. Diabetes Melitus berasal dari bahasa latin, yaitu
diabetes yang berarti penerusan, dan mellitus yang berarti manis. Sebelum memasuki abad ke-
17, kasus diabetes tidak banyak terjadi. Kemudian pada abad ke-17, Thomas Willis menemukan
lagi kasus dengan gejala urine yang terasa manis. Willis pun beranggapan bahwa jumlah kasus
ini akan terus meningkat. Diabetes mellitus pun dinyatakan sebagai penyakit pada tahun 1809
oleh John Rollo.
Diabetes mellitus atau DM merupakan penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah di dalam urine akibat terganggunya metabolisme karena produksi dan fungsi hormone
insulin tidak berjalan dengan seharusnya.
Seseorang dikatakan mengidap diabetes mellitus apabia pernah diagnosis DM dari dokter
atau mengalami gejala seperti mudah lapar, sering haus dan buang air kecil, berat badannya turun
drastis tanpa sebab, serta kadar gula darahnya di atas batas normal berdasarkan pemeriksaan.
Tingginya kadar gula darah dalam jangka waktu yang lama dapat merusak beberapa
system tubuh, seperti pembuluh darah jantung, ginjal, mata yang dapat mengakibatkan kebutaan,
gagal ginjal, kerusakan syaraf (stroke), hingga kematian. Kematian akibat penyakit ini cukup
besar, bahkan resiko kematiannya lebih besar dua kali lipat disbanding bukan penderita diabetes
mellitus.

B. Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes mellitus dibedakan menjadi dua yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2
Diabetes tipe 1 biasanya dialami sejak anak-anak. Sementara itu, diabetes tipe 2 kebanyakan
dialami oleh orang dewasa. Selain itu, diabetes mellitus juga sering dialami oleh ibu hamil. Jenis
diabetes ini disebut dengan diabetes gestasional.

4
1. Pre-Diabetes

Diabetes umumnya diawali dengan pre-diabetes. Penderita pre-diabetes yang tetap


menjalankan gaya hidup yang tidak sehat, dalam waktu 5-10 tahun kondisinya akan semakin
memburuk dan berubah menjadi diabetes. Stroke jantung juga dapat dipicu oleh pre-diabetes.
Di Indonesia, penderita pre-diabetes sebenarnya jauh lebih banyak dibanding penderita
diabetes sendiri. Seseorang termasuk kategori pre-diabetes apabila kadar gula darahnya sudah di
atas batas normal, namun belum mencapai batas dikatakan diabetes. Kadar gula puasa pada
penderita pre-diabetes sekitar 100-125 mg/dL, sedangkan normalnya <100 mg/dL.
Sama halnya dengan diabetes, pre diabetes juga sulit diketahui dari gejalanya. Pre-
diabetes ini sering ditemukan secara tidak sengaja. Dokter biasanya menyarankan orang yang
berusia diatas 40 tahun dan memiliki badan gemuk untuk mengecek gula darahnya.

2. Diabetes Tipe 1

Sebagian besar diabetes disebabkan oleh penurunan kerja organ tubuh karena penuaan
atau karena gaya hidup yang tidak sehat. Akan tetapi, diabetes tipe 1 disebabkan terjadinya
destruksi atau kerusakan sel beta karena reaksi autoimun. Selain itu, ada juga beberapa kasus
diabetes tipe ini yang tidak diketahui jelas penyebabnya.
Sistem kekebalan tubuh merusak sel-sel beta pankreas sehingga insulin tidak bisa lagi
diproduksi. Inilah yang menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh sehingga gula darah
meningkat (hiperglikemia). Pada keadaan hiperglikemia umumnya hormone pada diabetes tipe 1
glukagon malah meningkat. Kondisi ini memperparah keadaan pasien.
Hanya sekitar 5-10 penderita diabetes mellitus yang menderita tipe ini. Pasien diabetes
tipe ini umumnya masih berusia anak-anak atau remaja. Bertambahnya jumlah anak-anak yang
menderita diabetes bisa dikarenakan pola makan yang diberikan salah. Pemberian susu formula
dan makanan lainnya sebelum bayi berusia 6 bulan diketahui merupakan salah satu penyebab
diabetes pada anak dan remaja. Pemicu lainnya adalah adanya reaksi autoimun seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, infeksi enterovirus, dan keracunan makanan.
Gejala diabetes yang dialami pada anak-anak hampir sama dengan orang dewasa, yaitu
sering buang air kecil, tidak mampu mengontrol buang air kecil, mudah haus, berat badan turun
drastis, sering letih, nyeri pada bagian perut, kram otot, infeksi pada saluran kemih, perilaku

5
yang menyimpang, prestasi sekolah yang buruk, dan terkadang mengalami demam. Anak yang
mengalami diabetes juga sering mengalami hipoglikemia (gula darah rendah). Akibat
hipoglikemia ini, anak-anak jadi lebih agresif, lebih peka terhadap rangsangan, mudah sedih, dan
sangat nakal.
Tindakan yang wajib dilakukan oleh penderita diabetes tipe 1 adalah terapi insulin. Sebab
insulin sama sekali tidak dihasilkan pada penderita diabetes tipe 1. Jadi, pasien diabetes tipe 1
harus mendapatkan suntik insulin setiap hari. Apabila pasien diabetes tidak segera menerima
terapi insulin maka pasien tersebut bisa mengalami ketoasidosis diabetik.

3. Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes tipe ini paling sering kita temukan. Sekitar 90-95 % dari keseluruhan pasien
diabetes merupakan pengidap diabetes tipe 2. Berbeda dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe 2
umumnya dialami orang dewasa tetapi terkadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari
diabetes tipe 2 adalah insulin tidak dapat direspons dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh
tidak mau menerima glukosa yang dibawa insulin. Resistensi insulin ini yang akhirnya
menyebabkan kadar gula darah meningkat.
Lemak yang berlebihan pada orang obesitas ini yang biasanya mengakibatkan
terganggunya kerja insulin. Terbukti, sebagian besar pasien diabetes tipe 2 memilki berat badan
di atas normal. Oleh karena itu, dalam pengobatannya sangat mementingkan penerapan diet yang
tepat untuk mengurangi jumlah lemak yang menumpuk dalam tubuh dan juga membantu pasien
terhindar dari komplikasi.
Efek dari diabetes tipe 2 sama dengan diabetes tipe 1. Kadar gula dalam darah sama-sama
meningkat dan sel-sel tubuh kekurangan energi. Kadar gula darah yang terus menerus tinggi bisa
merusak pembuluh darah dan saraf, dan sering kali menyebabkan komplikasi seprti jantung,
stroke, kebutaan, penyakit ginjal, dan amputasi.

4. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes mellitus gestasional merupakan naiknya kadar gula darah sementara waktu pada
masa kehamilan, dan biasanya terdeteksi ketika usia kehamilan, dan biasanya terdeteksi ketika
uisa kehamilan sudah di atas 18 minggu. Kadar gula darahnya pun akan kembali normal setelah

6
melahirkan. Namun, ibu hamil yang menderita diabetes mellitus gestasional memilki resiko lebih
besar terkena diabetes di masa yang akan datang.
Apabila ibu hamil memiliki riwayat diabetes sebelum masa kehamilan maka kasus ini
tidak termasuk diabetes gestasional. Itu termasuk diabetes mellitus tipe 1 atau tipe 2, tergantung
dari penyebabnya.
Ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional biasanya akan melahirkan bayi besar
dengan berat badan hingga 4 kg atau lebih. Pre-eklampisa juga lebih banyak dialami ibu hamil
yang menderita diabetes. Dampak dari diabetes ini, persalinan akan lebih sulit, resiko keguguran,
kematian ibu akibat persalinan, dan kematian bayi setelah lahir akan lebih besar.
Diabetes gestasional disebabkan oleh terbentuknya hormone yang menimbulkan
resistensi insulin yang normal terjadi pada masa kehamilan (Tandra, 2008). Keadaan ini akan
meningkatkan gula darah dan lemak dalam tubuh pun lebih banyak yang dipecah. Akibatnya, ibu
hamil memilki kebutuhan kalori yang lebih banyak disbanding wanita tidak hamil. Ibu hamil
akan pun akan makan lebih banyak dari biasanya. Jika pola makan ibu hamil tidak dikontrol
dengan baik maka diabetes yang dialami akan semakin parah.
Ibu hamil boleh makan lebih banyak dari biasanya, namun pilihlah makanan-makanan
yang sehat, rendah gula, dan rendah lemak. Camilannya juga harus yang sehat seperti buah,
sayur, biskuit rendah gula, dan susu rendah kalori. Faktor-faktor yang menjadikan seseorang
lebih berisiko terkena diabetes gestasional ini :

1) Wanita yag pernah melahirkan bayi dengan berat badan lahir dari 4 kg
2) Memiliki berat badan yang berlebih saat sebelum hamil
3) Memiliki anggota keluarga dengan riwayat diabetes mellitus tipe 2
4) Berusia lebih dari 25 tahun.

C. Penyebab Diabetes Melitus

Ada dua kesalahan utama yang menyebabkan seseorang mengidap diabetes. Pertama,
karena mereka makan dalam porsi yang porsi yang besar dan suka ngemil makanan berkalori
tinggi. Porsi yang besar dan sering ngemil menyebabkan lemak terus menumpuk, dan akhirnya
insulin sulit memasukkan glukosa ke dalam sel tubuh kita. Pilihlah camilin yang sehat dan

7
berkalori rendah seperti buah. Hindari makanan camilan seperti cake, kue-kue basah, dan cokelat
secara berlebihan. Akibatnya, glukosa pun tetap berada didalam darah dan ada juga yang keluar
bersam urine. Kedua, karena mereka sering mengabaikan waktu makan. Metabolisme tubuh akan
terganggu jika kita mengacaukan jadwal makan. Setiap orang dianjurkan makan minimal tiga
kali. Pagi, siang, malam. Namun, banyak juga yang suka melewati sarapan pagi hanya karena
alas an tidak sempat waktunya. Padahal sarapan pagi itu sangat penting umtuk meningkatkan
energi kita ketika memulai aktivitas. Bisanya kalau kita tidak sarapan, kita akan merasa lemas
saat eraktivitas. Lalu kita akan makan dalam porsi yang berlebihan saat makan siang atau makan
malam. Inilah yang merusak kerja organ-organ dalam tubuh kita sehingga tidak mampu lagi
menjaga gula darah tetap normal.
Menurut American Diabetes Association (2007), factor resiko terjadinya diabetes di
antaranya yaitu turunan dari keluarga yang mengalami diabetes tipe 2, ras/etnik,
kegemukan/obesitas, kurangnya aktivitas fisik, pernah didiagnosis pre-diabetes, hipertensi
(tekanan darah ≥140/90mmHg), kolesterol yang tidak terkontrol, riwayat diabetes saat
kehamilan, pernah mengalami sindrom polikistik ovarium (gangguan keseimbangan hormonal
pada wanita), nutrisi yang masuk berlebihan (terutama karbohidrat dan lemak), terlalu sering
mengonsumsi kopi dan minuman berkafein lainnya, mengonsumsi zat besi, mengonsumsi
alcohol, jenis kelamin, merokok, sters, kurang tidur, dan kebiasaan mendengkur. Wanita yang
pernah melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4 kg, menderita penyakit hati (lever) yang
berat, seta mengonsumsi obat dari golongan kortikosteroid juga berisiko mengalami diabetes.
Obat golongan kortikosteroid biasa digunakan pada pasien penyakit asma, kulit, dan rematik.

D. Gejala Diabetes

Diabetes mellitus tidak dapat ditegakkan hanya dengan melihat gejala-gejala yang timbul.
Namun, gejala-gejala tersebut dapat dijadikan tahap awal dalam mendeteksi dan mencegah
diabetes. Untuk itu, American Institute for Preventive Medicine mentapkan standar gejala dari
diabetes sebagai berikut :

1. Berat badan yang berlebih atau obesitas


2. Rasa kantuk yang lebih sering datang
3. Buang air kecil terus-menerus
8
4. Merasakan haus dan lapar yang lebih sering
5. Berat bada turun drastis tanpa sebab yang jelas
6. Cepat lelah
7. Gula darah meningkat atau di atas batas normal
8. Mual dan muntah-muntah
9. Tekanan darahnya cepat naik
10. Ditemukan gula pada urine
11. Pandangan mata kurang jelas
12. Terasa gatal-gatal, terutama di sekitar kemaluan
13. Tidak merasakan apa pun (mati rasa) pada anggota tubuh bagian bawah
14. Adanya infeksi kulit, biasanya pada kaki.

Gejala diabetes mellitus di atas sebenarnya dibedakan menjadi dua, yakni gejala akut dan
gejala kronis

1) Gejala Akut

Gejala akut merupakan gejala klinis yang muncul tiba-tiba dan terjadi pada masa awal
penyakit. Pada penderita diabetes mellitus, gejala akut dijadikan sebagai patokan dalam
mendeteksi terjadinya diabetes. Gejala-gejalanya meliputi sering buang air kecil terutama pada
malam hari (poliuria), sering merasa lapar (poliphagia), dan cepat merasa haus (polidipsia).
Apabila gejala-gejala ini tidak segera ditangaani makan dapat menimbulkan gejala yang lebih
parah seperti mual, tidak nafsu makan, hingga koma diabetes. Koma diabetes adalah koma yang
terjadi pada penderita diabetes dengan kadar gula darah lebih dari 600mg/dL.

2) Gejala Kronik

Ada beberapa penderita diabetes yang tidak merasakan gejala akut terlebih dahulu,
namun langsung menyadarinya setelah merasakan gejala kronik. Gejala kronik umumnya akan
dirasakan setelah beberapa bulan atau tahun mengidap diabetes. Adapun gejala kronik yang
sering dialami, di antaranya penurunan berat badan drastis tanpa sebab yang jelas, kesemutan,
penglihatan kabur, dan gatal pada daerah kemaluan.

9
E. Komplikasi pada Penderita Diabetes Melitus

Beberapa komplikasi yang sering dialami penderita diabetes mellitus yang perlu di
waspadai yaitu :

1. Infeksi

Kekebalan tubuh penderita diabetes akan virus, jamur, dan bakteri lebih lemah
disbanding orang sehat pada umumnya. Pada gula darah yang melebihi 200g/dL, kekuatan sel
darah putih yang bertugas melawan serangan dari sumber infeksi menurun. Hal inilah yang
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi dan sulit sembuh. Bagian-bagian
tubuh yang sering terinfeksi diantaranya mulut, gusi, kulit, kaki, paru-paru, kandung kemih, dan
alat kelamin.

2. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan keadaan ketika menurunnya kadar gula darah. Seseorang


dikatkan hipoglikemia bila kadar gula darahnya kurang dari 50 mg/dL. Gejalanya berupa pusing,
gemetar,lemas, pucat, mudah tersinggung, pandangan berkunang-kunang serta buram atau gelap,
detak jantung meningkat, berkeringat dingin, tidak mampu konsentrasi, bicara tidak jelas, kejang,
dan bisa sampai kehilangan kesadaran. Jika tidak segera ditangani, sel-sel otak tidak
mendapatkan asupan energy sehingga menyebabkan kerusakan otak yang berakhir pada
kematian.
Hipoglikemia lebih banyak dialami ole penderita diabetes tipe 1, dan dapat terjadi 1-2
kali dalam seminggu. Hipoglikemia juga sering terjadi pada masa awal si penderita dideteksi
diabetes. Hipoglikemia bisa disebabkan oleh terlambat makan, kurangnya asupan makanan,
berlebihan dalam berolahraga, meminum alcohol, stress, mengalami gagal ginjal, turunnya berat
badan secara drastis setelah melahirkan atau sakit, mengonsumsi obat antidiabetes dalam dosis
lebih tinggi daripada yang dianjurkan, atau mengonsumsi obat lain yang memicu turunnya kadar
gula darah.
Hipoglikemia dibedakan menjadi empat stadium yaitu parasimpatis, gangguan otak
ringan, simpatis, dan gangguan otak berat.

10
3. Hiperglikemia Hiperosmolar Non-Ketosis (HHNK)

Hiperglikemia hiperosmolar non-ketosis ditandai dengan gejala khas seperti sering buang
air kecil, haus terus menerus, kram pada tungkai kaki, lemah, penurunan kesadaran dan kejang
bila kondisinya sudah berat. HHNK lebih banyak dialami penderita diabetes mellitus tipe 2.
Komplikasi ini membutuhkan penanganan segera karena dapat mengakibatkan kerusakan
berbagai organ tubuh dan juga kematian. Diketahui bahwa angka kematian penderita diabetes
dengan komplikasi HHNK 25-50% lebih tinggi daripada penderita diabetes dengan komplikasi
diabetik ketoasidosis.
Gula darah yang tinggi menyebabkan darah mengental, kemudian cairan sel banyak yang
tertarikk ke luar sel. Akibatnya, terjadi dehidrasi sel. Hal inilah yang menyebabkan penderita
diabetes lebih sering buang air kecil. Pada HHNK, tidak terjadi ketosis karena insulin masih bisa
mengontrol metabolism lemak dan protein.

4. Diabetik Ketoasidosis

Diabetik ketoasidosis lebih banyak terjadi pada anak-anak yang menderita diabetes tipe 1.
Penyebab utamanya adalah telatnya pemberian insulin atau karena dosis insulin yang kurang.
Pada dasarnya, diabetik ketoasidosis disebabkan oleh gangguan metabolism glukosa. Sel
tubuh tidak mendapatkan glukosa/energy yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-
hari , tubuhpun memecah lemak sehingga terbentuk badan keton dan asam lemak yang
menyebabkan darah menjadi lebih asam dari seharusnya. Badan keton ini digunakan sebagai
energy lalu dikeluarkan tubuh dalam bentuk karbondioksida ketika bernapas dan urine ketika
buang air kecil. Apabila badan keton yang dihasilkan terlalu banyak, ginjal dipaksa bekerja di
luar batasnya. Akhirnya, badan keton tersebut tidak dapat dikeluarkan dengan sempurna dan
kembali dalam darah. Badan keton ini yang menumpuk didalam darah disebut ketosis.

5. Kerontokan Rambut

Penderita diabetes yang tidak mengontrol penyakitnya dengan baik banyak mengalami
kerontokan sehingga rambutnya lama-kelamaan menjadi tipis. Jika diberikan perwatan dengan
memberikan vitamin E, vitamin C, beta karoten, mineral, dan obat penguat rambut maka dalam
waktu 2-3 bulan rambut rontok dapat berkurang.

11
6. Gangguan pada Indera Perasa

Pada penderita diabetes yang sudah menahun, indra perasanya akan mengalami
penebalan. Terkadang sampai mengganggu fungsi dari indra perasa itu sendiri. Ludah yang
dihasilkan juga lebih kental dari orang sehat sehingga mulutnya akan lebih mudah kering.

7. Masalah Gigi dan Gusi

Penderita diabetes mellitus rawan mengalami gangguan kesehatan mulut. Periodontium


atau jaringan yang mengikat gigi pada rahang menjadi rusak pada penderita diabetes.
Infeksi pada gusi juga sering terjadi. Air liur yang mengandung gula membuat bakteri
betah berkembang biak di rongga mulut. Gusi menjadi mudah bengkak dan berdarah. Akibatnya,
mulut penderita diabetes biasanyan mengeluarkan bau yang kurang sedap.

8. Retensio Urine

Retensio Urine merupakan keadaan ketika kantung kemih membengkak karena pasien
tidak mampu mengeluarkan urine secara normal. Sebaliknya, penderita diavetes juga dapat
mengalami gangguan pada urat sarafnya sehingga pasien tidak mampu mengontrol waktu
keluarnya urine. Akibatnya, pasien jadi sering ngompol.

9. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah mencapai lebih dari 140/90mmHg.
Pada penderita diabetes mellitus, hipertensi disebabkan oleh penebalan dinding pembuluh darah
akibat dari tingginya glukosa. Dinding pembuluh darah menjadi sempit. Oksigen dan zat-zat gzi
menjadi kesulitan memasuki jaringan-jaringan tubuh. Akibatnya, tekanan darah meningkat.

10. Gangguan Jantung

Gangguan jantumg yang biasa dialami oleh penderita diabetes adalah infark jantung.
Infark jantung merupakan keadaan ketika aliran darah menuju jantung tiba-tiba berhenti
sehingga menyebabkan matinya sel-sel jantung. Infark jantung ini sebenarnya diakibatkan oleh
gula darah yang tinggi merusak lapisan pembuluh darah sehingaga terbentuk plak. Hal ini
membuat jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup dan dapat memungkinkan
12
terjadinya kematian mendadak. Selain itu, resiko terjadinya stroke juga kebih besar dua kali lipat
setelah lima tahun menderita diabetes tipe 2.

11. Neuropati

Komplikasi neuropati atau kerusakan saraf merupakan komplikasi yang paling sering
dialami penderita diabetes. Kadar glukosa darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu
lama hingga 10 tahun atau lebih akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang menuju
saraf. Gejala gangguan saraf ini diantaranya kesemutan, terasa panas atau seperti ditusuk jarum,
terkadang telapak kakinya terasa tebal sehingga pasien meras berjalan di atas kasur.

12. Nefropati

Penderita yang mengalami diabetes dalam jangka waktu lama akan berisiko mengalami
kerusakan ginjal atau nefropati. Ada beberpa ciri dari penderita gagal ginjal, yakni wajah yan
pucat dan sembap, mual, badannya agak bengkak, sesak napas, hingga sering kali pingsan.
Gula darah yang tinggi mempersulit kerja ginjal untuk menyaring darah dan
mengeluarkan sisa-sisa zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Zat-zat sisa yang tidak bisa keluar dari
tubuh dapat mengganggu fungsi-fungsi organ yang lain. Akibat kerusakan pada ginjal juga,
protein yang seharusnya dipertahankan dalam tubuh justru keluar bersama urine. Pada kondisi
ini, kerja ginjal menjadi berat. Jika keadaan ini berlangsung lama, ginjal semakin lemah dan
penderita bisa mengalami gagal ginjal.

13. Penyakit Pembuluh Darah Perifer

Penderita diabetes yang sudah diagnosis selama 10 tahun atau lebih biasa mengidap
komplikasi ini. Pembuluh perifer merupakan pembuluh darah yang berada ditangan dan kaki.
Pada penderita yang mengalami komplikasi ini, denyut nadi pada pembuluh darah perifernya
akan terasa lemah atau bahkan tidak terasa sama sekali.

14. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetic merupakan gangguan mata karena adanya kerusakan pada retina.
Kadar gula darah yang tinggi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina. Kondisi ini

13
lebih banyak pada penderita diabetes yang sudah menahun. Sekitar 40-45% penderita diabetes
mengidap komplikasi ini. Beberapa tanda yang biasa muncul pada penderita retinopati diabetik :

1) Ada bintik-bintik seperti benda terapung di bidang penglihatan


2) Kurang jelas melihat pada malam hari
3) Ada titik gelap atau kosong pada pusat penglihatan
4) Lama-lama penglihatan menjadi kabur dan sulit mengenali warna

15. Katarak

Katarak biasa dialami oleh lansia yang sudah berusia di atas 60 tahun. Namun, pada
penderita diabetes katarak bisa terjadi lebih dini. Katarak ini ditandai dengan adanya selaput tipis
yang menutupi lensa mata. Gejalanya berupa pandangan menjadi berkabut dan kabur, warna
lensa mata kurang cerah, tampak bayang-bayang di depan matanya, dan bagian pupil mata
terlihat lebih putih atau abu-abu.

16. Glaukoma

Glaukoma disebabkan oleh meningkatnya tekanan cairan pada bola mata sehingga terjadi
kerusakan. Pandangan akan perlahan-lahan berkurang dan akhirnya menjadi buta. Penderita
diabetes yang mengalami glaukoma sering merasakan pusing dan sakit sektika pada matanya.
Bola mata juga cenderung lebih kering sehingga perlu diberikan obat tets mata.

17. Gangguan Hati

Gangguan hati juga sering ditemukan pada penderita diabetes. Gangguan hati yang
diaalami juga bermacam-macam, seperti perlemakan hati, sirosis hati, hepatitis B, atau hepatitis
C. Akan tetapi, yang paling sering dialami adalah perlemakan hati, terutama pada penderita
diabetes tipe 2 yang gemuk. Orang yang mengalami perlemakan hati biasanya akan merasakan
nyeri dan tidak nyaman pada perut bagian kanan serta merasa lelah dan lemas. Untuk mencegah
perlemakan hati, olahraga secara teratur sangat disarankan. Bisa juga dengan mengonsumsi
suplemen atau bahan-bahan tradisional seperti jahe dan kunyit.

14
18. Gangguan Saluran Cerna

Organ saluran cerna yang sering mengalami gangguan pada penderita diabetes adalah
lambung. Diabetes yang menahun menyebabkan lambung mnejadi lemah. Karena hal ini,
penderita diabetes akan merasa mual, perutnya terasa penuh dan kembung, makanan yang
dikonsumsi juga tidak dapat langsung dicerna, dan terkadang samapai menimbulkan sakit pada
uluh hati. Gejala-gejala tersebut akan hilang dalam 10-20 hari jika penderita diberikan perwatan
yang benar.
Organ pencernaan lain yang terganggu adalah usus. Gangguan pada usus ini berupa susah
buang air besar. Gejala yang ditimbulkan seperti diare tanpa mulas selama ±4-5 hari. Tinja yang
dikeluarkan banyak mengandung air. Diare lebih sering terjadi pada malam hari. Pasien diabetes
dengan komplikasi usus dapat diatasi dengan dengan menganjurkan pasien untuk banyak minum
air, banyak makan sayuran dan buah,melakukan olahraga secara tertur, serta jangan lupa minum
obat diabetes.

19. Gangguan Kulit

Penderita diabetes menahun juga terkadang mengalami gangguan kulit. Komplikasi ini
biasa disebut diabetes dermophaty. Gejalanya seperti munculnya bercak pada kulit. Gangguan
kulit ini sering disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Rasa gatal pada kulit juga biasa
dialami oleh penderita diabetes. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi darah yang buruk.

20. Ejakulasi Dini

Ejakulasi dini merupakan keadaan ketika sperma keluar lebih cepat daripada umumnya
Kondisi ini biasanya terjadi pada lansia yang kondisi fisiknya sudah menurun. Namun, penderita
diabetes yang masih berusia muda juga bisa mengalaminya. Ejakulasi dini bukan semata-mata
karena diabetes. Diketahui, sekitar 30-40% pria dewasa pernah mengalaminya.

21. Impotensi

Impotensi pada penderita diabetes disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi sehingga
memicu penyempitan pembuluh darah organ vital pria. Aliran darah menuju penis ikut
terganggu. Akibatnya, penderita akan gagal ereksi dan penisnya jadi lemah.

15
22. Gangguan Seksual pada Wanita

Wanita penderita diabetes sering mengeluh tidak nyaman saat berhubungan karena
karena organ vitalnya sudah tidak lagi licin. Cairan vagina yang dikeluarkan lebih sedikit
dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita diabetes. Makanya akan teras sakit dan tidak
nyaman ketika berhubungan. Selain itu infeksi pada organ vital juga lebih rentan terjadi.
Sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

F. Contoh Menu Sehari-Hari Bagi Penderita Diabetes

Setiap harinya, kita sangat dianjurkan makan tiga kali sehari. Walaupn penderita diabetes
perlu membatasi makannya, bukan berarti dia harus mengubah jadwal makannya. Jadwala
makan penderita diabetes sama seperti orang sehat pada umumnya, namun jenis dan jumlahnya
yang perlu diatur.

Pagi (Pukul 06.00-08.00) Siang (Pukul 12.00-14.00) Malam (Pukul 17.00-19.00)

Soy Sandwich Nasi Merah Nasi Merah

Jus Wortel Ayam Cincang Tumis Ginger Steam Fish

Pepes Tahu Teri Sayur Buncis

Sayur Asem Kedelai

Kudapan (Pukul 10.00) Kudapan (Pukul 16.00)

2 Nutty & Fruitty 1 Buah Apel

Cookies 1Gelas Susu Kedelai

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kata “diabetes” digunakan pertama kali pada abad kedua oleh ahli kesehatan bernama
Aretaeus Cappadocia. Saat itu, Aretaeus dan Celcus menggunakan istilah diabetes untuk
orang yanfg sering buang air kecil dan banyak minum. Diabetes Melitus berasala dari
bahasa latin, yaitu diabetes yang berarti penerusan, dan mellitus yang berarti manis.
Sebelum memasuki abad ke-17, kasus diabetes tidak banyak terjadi. Kemudian pada abad
ke-17, Thomas Willis menemukan lagi kasus dengan gejala urine yang terasa manis.
Willis pun beranggapan bahwa jumlah kasus ini akan terus meningkat. Diabetes mellitus
pun dinyatakan sebagai penyakit pada tahun 1809 oleh John Rollo.

2. Diabetes mellitus dibedakan menjadi dua yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2
Diabetes tipe 1 biasanya dialami sejak anak-anak. Sementara itu, diabetes tipe 2
kebanyakan dialami oleh orang dewasa. Selain itu, diabetes mellitus juga sering dialami
oleh ibu hamil. Jenis diabetes ini disebut dengan diabetes gestasional.

3. Ada dua kesalahan utama yang menyebabkan seseorang mengidap diabetes. Pertama,
karena mereka makan dalam porsi yang porsi yang besar dan suka ngemil makanan
berkalori tinggi. Porsi yang besar dan sering ngemil menyebabkan lemak terus
menumpuk, dan akhirnya insulin sulit memasukkan glukosa ke dalam sel tubuh kita.
Kedua, karena mereka sering mengabaikan waktu makan. Metabolisme tubuh akan
terganggu jika kita mengacaukan jadwal makan. Setiap orang dianjurkan makan minimal
tiga kali. Pagi, siang, malam.

4. Diabetes mellitus tidak dapat ditegakkan hanya dengan melihat gejala-gejala yang timbul.
Namun, gejala-gejala tersebut dapat dijadikan tahap awal dalam mendeteksi dan
mencegah diabetes. Untuk itu, American Institute for Preventive Medicine mentapkan
standar gejala dari diabetes sebagai berikut :Berat badan yang berlebih atau obesitas, rasa
kantuk yang lebih sering datang, buang air kecil terus-menerus, merasakan haus dan lapar
17
yang lebih sering, berat bada turun drastis tanpa sebab yang jelas, cepat lelah, gula darah
meningkat atau di atas batas normal, mual dan muntah-muntah, tekanan darahnya cepat
naik, ditemukan gula pada urine, pandangan mata kurang jelas, terasa gatal-gatal,
terutama di sekitar kemaluan, tidak merasakan apa pun (mati rasa) pada anggota tubuh
bagian bawah, adanya infeksi kulit, biasanya pada kaki.

5. Beberapa komplikasi yang sering dialami penderita diabetes mellitus yang perlu di
waspadai yaitu : Infeksi, hipoglikemia,hiperglikemia hyperosmolar non-ketosis (HHNK),
diabetic ketoasidosis, kerontokan rambut, gangguan indera perasa, masalah gigi dan gusi,
retensio urine, hipertensi, gangguan jantung, neuropati, nefropati, penyakit pembuluh
darah perifer, retinopati diabetik, katarak, galaukoma, gangguan hati, gangguan saluran
pencernaan, gangguan tulang, ejakulasi dini, impotensi, gangguan seksual pada wanita.

6. Setiap harinya, kita sangat dianjurkan makan tiga kali sehari. Walaupn penderita diabetes
perlu membatasi makannya, bukan berarti dia harus mengubah jadwal makannya.
Jadwala makan penderita diabetes sama seperti orang sehat pada umumnya, namun jenis
dan jumlahnya yang perlu diatur.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Medika, Bumi Tim.2017. Berdamai dengan Diabetes. Jakarta:Bumi Merdeka.

Binti Ida Umaya. 2017. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Dm Dengan Status Dm
Pada Pegawai Negeri Sipil Uin Alauddin Makassar Tahun.” Universitas Nusantara PGRI
Kediri 01(2014):1–7.

Diabetes, Abstrak, Penyakit Dm, Puskesmas Mamajang, Kota Makassar, Puskesmas Mamajang,
Kata Kunci, and Kadar Glukosa Darah. 2018. “Hubungan Upaya Penatalaksanaan DM
Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Mamajang
Kota Makassar The Relationship Management Efforts of DM with Blood Glucose Levels on
Type II Diabetes Mellitus Patients in the Mamajang Health Centers in Makassar City Nurul
Iffa Safitri , Ida Leida Maria , Rismayanti Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin.” 1–14.

Nur Lailatul Lathifah. 2017. “Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Melitus.” Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5
N(Mei 2017):231–39.

Rosyada, Amrina and Indang Trihandini. 2010. “Determinan Komplikasi Kronik Diabetes
Melitus Pada Lanjut Usia Determinan of Diabetes Mellitus Chronic Complications on
Elderly.” 395–401.

19

Anda mungkin juga menyukai