Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR FORMAT TUGAS MANDIRI (LTM)

Topik:
Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas di Indonesia
Disususn untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1
Dosen pengampu: Ani Auli Ilmi, S.kep.,M.kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom
Rasdiyanah, S.kep.,M.kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom
Oleh :

ADE NOVIRA: 70300117033

Program studi Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2019
A. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas di Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke 16, yaitu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang sangat ditakuti oleh masyarakat.
Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah
kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui singapura dan
mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut
pemerintah belanda melakukan upaya upaya kesehatan masyarakat. (Dedi,dkk,
2013)

Gubernur jendral deandels pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan
dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
tingkat kematian bayi yang tinggi. Akan tetapi, upaya ini tidak berlangsung lama
karena langkahnya tenaga pelatih kebidanan. Hingga pada tahun 1930, program ini
dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat
persalinan.Kemudian pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara
cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.tersebut dilaksanakan kembali (Hariza,
2011)

Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter
bleeker kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer di Indonesia. Sekolah ini dikenal
dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten ) atau sekolah
pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah dokter kedua di
Surabaya dengan nama NIAS (Nedeland Indische Arsten School). Pada tahun 1947,
STOVIA berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah
tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga
dokter dalam mengembangkan kesehatan masyarakat (Arsita, 2011)

Pada tahun 1922, pes masuk ke Indonesia. Tahun 1933, 1934, dan 1935
terjadilah endemi di beberapa tempat terutama di pulau Jawa. Kemudian pada tahun
1935 dilakukan program pemberantasan pes dengan melakukan penyemprotan DDT
terhadap rumah-rumah penduduk, dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun
1941 sebanyak 15 juta orang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925,
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan pengamatan
terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto
pada saat itu. Dari pengamatan dan analisanya tersebut disimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat,
di kebun, selokan, sungai, bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air
minum juga dari sungai tersebut. Selanjutnya, diambil suatu kesimpulan bahwa
kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduknya. Oleh sebab
itu, untuk hasil memulai kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah
upaya percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan. Hingga saat ini usaha Hydrich dianggap sebagai awal kesehatan
masyarakat di Indonesia (Arsita, 2011)

Memasuki jaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan


kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung
(Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y.Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya
dikenal dengan Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.
Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia,
kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas
(Arsita, 2011)

Pada tahun 1956, dimulailah kegiatan pengembangan kesehatan sebagai


bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada saat ini pula
didirikanlah Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) oleh dr. Y. Sulianti sebagai
proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat
pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Proyek ini di
samping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam
pengelolaan program kesehatan. Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan
terpadu ini terpilih delapan desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu Inderapura
(Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman Jawa Tengah),
Godean (DIY), Mojosari Jawa Timur), Kesiman (Bali), dan Barabai (Kalimantan
Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem pusat sekarang ini
(Ani, 2017)
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada saat itu, dibahas konsep puskesmas yang
dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada Konsep Bandung dan
Proyek Bekasi. Kesimpulan dari seminar ini adalah disepakatinya Sistem Puskesmas
yang terdiri dari Tipe A, B, dan C. Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut,
Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di
Indonesia. Akhirnya, pada tahun 1968, dalam rapat kerja kesehatan
nasional,dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (departemen kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati
sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan, di kota madya, atau kabupaten. Pada tahun 1969,
sistem puskesmas hanya disepakati dua saja, yaitu Tipe A dan Tipe B. Tipe A dikelola
oleh dokter, sedangkan Tipe B hanya dikelola oleh paramedis. Dengan adanya
perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada tahun 1979 tidak diadakan
perbedaan puskesmas Tipe A atau Tipe B, hanya ada satu tipe puskesmas yang
dikepalai oleh dokter. Selanjutnya, puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti
manajerial yang lain, yakni microplanning untuk perencanaan dan lokakarya
pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim. Akhirnya, pada tahun
1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan berkembangnya program
paket terpadu kesehatan dan Keluarga Berencana (di Posyandu). Puskesmas
mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan Posyandu di
wilayah kerjanya masing- seorang mini untuk masing . Puskesmas di sepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif
secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,dalam wilayah kerja kecamatan
atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten. (Ani , 2017)

Adapun Sejarah perkembangan Keperawatan di Indonesia memiliki tiga


periode ,antara lain :

1. Periode Pertama (1882)


Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan untuk
melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan
terjangkit penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja perkebunan
tersebut. Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri Rockefeller
Foundation).
2. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks Genzonhei
(DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di bidang preventif
dan kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan masing-masing berjalan
sendiri.
3. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana kesehatan
masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif. Pelaksanaannya
diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat, dipimpin oleh dr. H. A. Patah.
Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat, yang kemudian
berkembang menjadi konsep Puskesmas.
B. Perkembangan Keperawatan Kesehata Komunitas di Indonesia
1. Pasca Perang Kemerdekaan
Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan) kuratif,
serta lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
“tiap-tiap warga Negara berak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah”.
3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh carea
(PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
a. Pendekatan kesistem
b.Pendekatan kemasyarakat
c. Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
d.Peran serta masyarakat
e. Menekankan pada pendekatan promotive & preventiv
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi,
anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelanggarakan posyandu
ditiap desa
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca Krida,
Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjenlang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yng semua menganut paradigm
sakit menjadi paradigm a sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa ini adalah
“Indonesia Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut
a. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b.Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan terjangkau
d.Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan

Dari sejarah tentang evolusi riset keperawatan bahwa keperawatan komunitas


baru muncul pada masa sekarang. Namun,kita dapat melihat bagaimana perbedaan
paradigm yang di pakai keperawatan komunitas pada masa lalu dan sekarang.Pada
masa lalu dimana paradigm yang digunakan adalah paradigm sakit,yaitu tindakan
berperan pada tindakan kuratif.Pada masa sekarang paradigma sakit sudah bergeser
pada paradigma sehat,di mana upaya promotif dan preventif lebih ditekankan dari
pada upaya kuratif.Tujuannya adalah tidak lain untuk menumbuhkan kemandirian
kepada masyarakat ,sehingga upaya perawatan komunitas baik dulu maupun
sekarang sesuai dengan standar keilmuan. Pada masa masing-masing dan dapat
memuaskan penerima upya perawatan tersebut jika ingin dikatakan bermutu dan
berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan,perbedaan
pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan,perbedaan pendidikan serta
pergeseran paradigm dari sakit menjadi sehat dapat mempengaruhi perbedaan
keperawatan komunitas saat dulu dan sekarang (Ani, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, Hariza.(2011) Ilmu Kesehatan Masyarakat.Nuha Medika : Yogyakarta


Alamsyah, Dedi dan Muliawati, Ratna. 2013. Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Auli,Ilmi Auli.2017. Buku Dasar Keperawatan Komunitas.Pusaka Almaida.Gowa
Eka, Arsita Prasetyawati. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika.Nuha Medika
INSTRUMEN EVALUASI

1. Form Penilaian Lembar Tugas Mandiri (LTM) - Individu

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelas/Semester :
Topik :

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai Nilai


1. Isi dari LTM
a. Menjawab pertanya/masalah
b. Masalah dibahas dengan dalam
50
c. Penggunaan teori yang tepat dan jelas
d. Terkait antar topik dan pembahasan
e. Tidak plagiarisme
2. Alur Penulisan
a. Mudah dipahami
20
b. Saling terkait antara paragraf
c. Saling terkait antar tema
3. Format penulisa
a. Memperhatikan kaidah penulisan dan EYD
10
b. Penulisan menggunakan format APA
c. Kerapihan penulisan
4. Penggunaan refensi
a. Referensi jelas (teksbook/buku wajib maksimal 10
tahun terakhir dan jurnal maksimal 5 tahun terakhir)
10
b. Jumlah referensi yang digunakan
c. Penggunaan referensi lain seperti berita online, data
statistik, sumber harus tepat dan jelas.
5. Waktu pengumpulan
10
Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
Total Nilai 100

Catatan :
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
.....................................
Tanggal
Dikumpulkan : Dosen Pengampu :

Tanda Tangan : ............................................

Anda mungkin juga menyukai