Anda di halaman 1dari 17

PASTA

Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat serbuk. Karena merupakan
salep yang tebal, keras dan tidak meleleh pada suhu badan maka digunakan sebagai salep
penutup atau pelindung. (buku farmasetika, prof. Drs. Moh. Anief, Apt.)

Menurut farmakope Indonesia edisi ke-3 adalah sediaan berupa masa lembek yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang
berbentuk serbuk dalam jumlah besar denngan vaselin atau paravin cair atau dengan bahan dasar
tidak berlemak yang dibuat dengan Gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik,
atau pelindung.
Sedangkan menurut farmakope Indonesia edisi ke-4 adalah sediaan semi padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical.
Pastes are stiff preparations containing a high proportion of finely powdered solids such
as zinc oxide and starch suspended in an ointment. they are used for circumscribe lesions such as
those with occur in lichen simplex, chronic eczema, or psoriasis. they are less occlusive than
ointments and can be used to protect inflamed, lichenified, or excoriated skin. (British National
Formulary Bag-2)
Menurut DOM, Pasta adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran
dilatan yang penting. Ketika digunakan, pasta memiliki nilai yield tertentu dan tahan untuk
mengalir meningkat dengan meningkatnya gaya pada penggunaan. Pasta biasanya disiapkan
dengan menambahkan sejumlah serbuk yang tidak larut yang signifikan (biasanya 20% atau
lebih) pada basis salep konvensional sehingga akan merubah aliran plastis dari salep menjadi
aliran dilatan.
Menurut Scoville’s , Pasta terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental
dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan
lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan.
Menurut Prescription, Pasta terbagi menjadi dua kelas seperti sediaan salep untuk
penggunaan luar. Pasta berlemak seperti pasta ZnO dan pasta tidak berlemak mengandung
gliserin dengan pektin, gelatin, tragakan dan lain-lain. Pasta biasanya sangat kental atau kaku dan
kurang berlemak dibandingkan dengan salep dimana bahan-bahan serbuk seperti pati, ZnO dan
kalsium karbonat pada basisnya memiliki bagian yang tinggi.
Sehingga secara umum pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang digunakan secara topikal. Biasanya mengandung serbuk sampai 50%
hingga pasta lebih kaku dan kental dan kurang berminyak dibandingkan salep. Pasta tidak
melebur pada suhu tubuh dan memberi perlindungan berlebih pada daerah dimana pasta
digunakan.

2.2 Karakteristik Pasta


 Daya adsorbs pasta lebih besar
 Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
Sehingga cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
 Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Memiliki persentase bahan padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung
bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %

2.3 Kelebihan Pasta


 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut
dengan tendensi mengeluarkan cairan
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja
local
 Konsentrasi lebih kental dari salep
 Daya adsorpsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan
sediaan salep.

2.4 Kekurangan Pasta


 Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta
pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis
Dapat menyebabkan iritasi kulit

2.5 Cara Absorbsi Pasta


a. Penetrasi
Penetrasi pasta ke dalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila
kulit utuh maka cara utama untuk penetrasi masuk umumnya melalui lapisan epidermis lebih
baik dari pada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relatif
lebih cepat karena luas permukaan epidermis 100 sampai 1000 kali lebih besar dari rute lainnya
Stratum korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi
obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui
penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi interseluler (antar sel),
penetrasi transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus)

b. Disolusi

Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta mulai masuk ke dalam


larutan dari bentuk padatnya atau suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam pelarut. Dalam sistem biologis pelarut obat dalam media aqueous merupakan
bagian penting sebelum kondisi absorpsi sistemik. Supaya partikel padat terdisolusi molekul
solut pertama-tama harus memisahkan diri dari permukaan padat, kemudian bergerak menjauhi
permuk aan memasuki pelarut.

c. Difusi

Difusi adalah suatu proses perpindahan massa molekul suatu zat yang dibawa oleh
gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran
molekul melalui suatu batas, misalnya membran polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar
dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah
perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membran sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul
obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

2.6 Basis atau Pembawanya

Pada dasarnya basis yang digunakan dalam formulasi sediaan pasta tidak jauh berbeda
dengan basis yang digunakan dalam formulasi sediaan salep, yaitu:

a. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
Tidak diabsorbsi oleh kulit
Inert
Tidak bercampur dengan air
Daya adsorbsi air rendah
Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air dan meningkatkan
absorbsi obat melalui kulit.
Dibagi menjadi 5, yaitu : Soft paraffin, Hard paraffin, Liquid paraffin, Paraffin substitute,
paraffin ointment
Contoh : vaselin, White Petrolatum/paraffin, White Ointment

b. Basis Absorbsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
Terbagi :
Non emulsi co, basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak . Terdiri
atas : Wool fat, wool alcohols, beeswax and cholesterol.
Emulsi A/M co, terdiri atas : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

c. Larut Air
Misalnya PEG (polyethylene Glycol) yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air
dan meningkatkan penyebaran obat. Bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pygmen dan
higroskopis (mudah menguap), sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian
sediaan pasta.
d. Air-misibel, misalnya salep beremulsi.

2.7 Formulasi sediaan/komponen di dalam formula.

Pada umumnya sekitar 50% dari pasta adalah zat padat (serbuk) sehingga lebih kental
dari salep. Formula, komponen , dan komposisi yang terkandung dalam pasta berbeda
bergantung pada jenis pasta tersebut.

1. Pasta berlemak
Pasta berlemak merupakan suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk).
Sebagai baha n dasar salep digunakan vaselin dan paraffin cair. Bahan tidak berlemak
seperti Glycerinum, Mucylago atau sabun biasa digunakan untuk antiseptik atau pelindung kulit.
Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan dan pelepasan cairan berair yang tidak
normal di kulit. Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding jumlah serbuk padatnya, maka
untuk menghomogenkan lemak-lemak tersebut harus dilelehkan terlebih dahulu.
Contoh resep sediaan pasta berlemak :
- Acidi salicylici Zinc Oxydy Pas (F.N 1978)
R/ Acidi Salicylici 2
Zinci Oxydi 25
Amyli Tritici 25

- Pasta Zinci Oxydi


R/ Zyncy Oxydi 25
Amily Tratici 25
Vaselin Flavi 50
Pada Zinc Oxyda dibuat dengan cara menggerus kemudian mencampurkan 25% dari
masing-masing Zinc Oxyda dan Amylum dengan Vaselin putih. Hasil produksi ini berupa salep
yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh serta mampu mengabsorbsi upa air jenuh lebih
besar dan biasa digunakan sebagai astringen dan pelindung. Pasta juga sering digunakan menjadi
pembawa untuk bahan obat lainnya.

- Resorcinoly Sulfuricy Pasta


R/ Resorcinoli 5
Sulfur 5
Zinci Oxydi 40
Cetramacologi 1000 3
Cetostearyakoholi 12
Paraffin Liquid 10
Vaselin Flavi Ad 100
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan ternyata lebih menyerap dibandingkan
dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas terhadap air. Pasta ini
cenderung menyerap sekresi seperti serum dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
yang lebih rendah dari salep. Oleh karena itu, pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung
membentuk karat, mengelembung dan mengeluarkan cairan.

2. Pasta kering
Mengandung ± 60% zat padat (serbuk).
Contoh resep pasta kering :
- R/ Bentonit 1
Sulf Praecip 2
Zinci Oxydi 10
Talci 10
Icthamoli 0,5
Glycerini
Aquae aa 5
s.ad.us.ext

3. Pasta pendingin
Merupakan campuran serbuk minyak lemak dan cairan berair dikenal dengan salep 3
dara.

Contoh resep :
- R/ Zinci Oxyde
Olei Olivie
Calcii Hydroxidi Solutio aa 10

4. Pasta Detifriciae (Pasta Gigi)


Merupakan campuran kental terdiri dari serbuk dan Glycerinum yang digunakan untuk
pembersih gigi. Pasta gigi yang digunakan sekarang ini adalah pasta gigi triaminsolon yang
merupakn preparat antiinflamasi yang dipakai secara topikal pada mukosa di selaput gigi.

2.8 Metoda pembuatan skala lab dan industri


Pembuatan Skala labor.
Umumnya pasta dibuat dengan cara yang sama dengan salep. Tetapi, bahan untuk
menggerus dan mengahluskan digunakan untuk membuat komponen serbuk menjadi lembut,
bagian dari dasar ini sering digunakan lebih banyak daripada minyak mineral sebagai cairan
untuk melembutkan pasta. Untuk bahan dasar yang berbentuk setengah padat, dicairkan terlebih
dahulu, setelah itu baru kemudian dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas agar lebih
tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta dilakukan dengan dua metode :
1. Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata
tercapai.
2. Peleburan
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan meleburkannya secara
bersamaan, kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang
mengental setelah didinginkan dan diaduk.
Bahan dasar pasta :
vaselin, lanolin, adepslanae, unguentum simplex, minyak lemak dan parafin liquidum.
Pembuatan :
bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan
padat dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Contoh pembuatan pasta dalam skala labor
Pembuatan pasta pendingin
Contoh resep :
R/ Zinci Oxyde
Olei Olivie
Calcii Hydroxidi Solutio aa 10

Cara pembuatan :
Gerus serbuk Zinci Oxyde lalu ayak dengan ayakan no. 100. Setelah itu tambahkan dalam mortir
Aqua Calcis dan campur baik-baik. Setelah itu tambahkan minyaknya sekaligus, diaduk baik-
baik sampai diperoleh masa yang homogen.
Tipe emulsi yang terjadi A/M, untuk penstabilan sebagian minyak kira-kira 3% diganti dengan
Cera alba. Penggerusan jangan lama-lama, karena dapat terjadi pecahnya emuls.
Penstabilan dapat dilakukan pula dengan penambahan Acidum Oleinicum crudum (1 tetes per 5
gram minyak) dicampur dulu pada minyak. Pada pencampuran dengan Aqua Calcis akan
terbentuk sabun Ca-Oleat, yang akan menstabilkan emulsi A/M, setelah itu ditambah ZnO dan
dicampur baik-baik.

Pembuatan skala industri


 Penentuan bahan yang berkualitas
 Tes sterilisasi awal
 Sterilisasi terminal dari pasta
 Filtrasi agar jenih
 Pengerjaan penampilan
 Penggunaan LAF
 Uji stabilitas obat
 Tonisitas
 Viscositas
 Pengemasan
 Pemeriksaan hasil dengan teliti
Peralatan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan semi padat untuk skala kecil
(laboratorium) maupun untuk skala besar (industri) pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya
pada kapasitas alatnya, pada skala laboratorium kapasitas peralatannya lebih kecil.

Dalam praktek yang lebih sederhana,


 Pembuatan sediaan semipadat dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang umum
terdapat di laboratorium seperti beaker glass, mortir, steamper, spatula, sumber panas, penangas
air, cawan porselin, dan hand homogenizers.
 Dalam skala yang lebih besar, dapat menggunakan stirrers, agitators, heating kettles,
homogenizers, electric mortar and pestle dan colloid mills.

2.9 Evaluasi sediaan.


1) Pengamatan organoleptis
Pemerian dilakukan pada bentuk, warna,bau, dan suhu lebur.
2) Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan
pasta bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan
tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga pasta yang dihasilkan
mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Alat yg biasanya
digunakan pada uji homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup.
Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat
lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 0 C.
1. Letakan 0,5 gram sediaan pada obyek glass
2. Tutup dengan obyek glass yang lain
3. Amati homogenitasnya menggunakan lup.
3) Uji Viskositas
Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin
tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Nilai viskositas dipengaruhi oleh zat pengental,
surfaktan yang dipilih, proporsi fase terdispersi dan ukuran partikel.

4) Uji Stabilitas Fisik


Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam
batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. (Dirjen POM,1995)
Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap bahan obat
yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama
dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas
kadaluarsa , cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994).
Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur
dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui
analisis kimia.
5) Pemeriksaan konsistensi
Penetrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kekerasan
semisolid.
6) Pengukuran diameter globul rata-rata
Pengukuran diameter globul rata-rata dilakukan menggunakan mikroskop optik dengan
perbesaran 100x.
7) Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar dapat dilakukan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
8) Keseragaman sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keragaman
bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung
dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung
zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih , dari bobot satuan sediaan.
Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan
keseragaman kandungan (Dirjen POM, 1995).
9) pH
Harga pH merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai,
yang telah dibakukan sebagaimana mestinya , yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit
pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca,
dan elektroda pembanding yang sesuai.

2.10 Perbedaan Pasta dengan Salep :


 Persentase bahan padat lebih besar, sehingga menjadi kental dan kaku disbanding salep.
 Daya adsorbs pasta lebih besar (karena persentase bahan padatnya lbh tinggi)
 Lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
 Cocok untuk luka akut.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.

http://ilmuresepkuersa98.blogspot.com/2015/09/pasta.html
2.1 Definisi
Pasta merupakan sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang
ditujukan untuk pemakaian luar/ topikal. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat
yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan
dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Pasta ini serupa dengan
salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk), suatu salep tebal, karena merupakan
penutup atau pelindung bagian kulit yang diolesi. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung
kulit.
2.2 Bahan Dasar Pasta
Bahan dasar pasta yang sering dipakai adalah vaselin, lanolin, adeps lanae, ungt.
Simplex, minyak lemak dan paraffin liquidum yang sudah atau belum bercampur dengan sabun.
Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air misalnya pasta Na-
karboksimetilselulosa (Na-CMC). Kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya Zn-oksida,
merupakan salep yang padat, kaku, tidak meleleh pada suhu tubuh, berfungsi sebagai lapisan
pelindung pada bagian yang diolesi.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pda selaput lendir agar memperoleh efek lokal
(misal, pasta gigi triamsinolon asetonida). Pasta hamamelidis saponata atau hazeline snow (C. M.
N) sebetulnya bukan termasuk pasta tetapi krim.
2.3 Karakteristik Pasta
Karakteristik dari sediaan pasta yaitu meliputi:
 Daya absorbsi pasta lebih besar.
 Sering digunakan untuk mengabsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
 Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
 Konsistensi lebih kenyal dari unguentum.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum.
 Memiliki presentase bahan padat lebih besar daripada salep yaitu mengandung bahan serbuk
(padat) antara 40%-50%.
2.4 Basis Pasta
1. Basis hidrokarbon, karakteristik:
 Tidak diabsorpsi oleh kulit
 Inert
 Tidak tercampur dengan air
 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan
hidrasi sehingga meningkatkan absorbsi obat melalui kulit.
2. Basis absorpsi
Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah air dan larutan air.
3. Larut air
Contoh: PEG
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pasta
Kelebihan pasta:
 Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut dengan tendensi
mengeluarkan cairan.
 Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal.
 Konsentrasi lebih kental dari salep.
 Daya absorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan
salep.
Kekurangan Pasta:
 Tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu.
 Dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis.
 Dapat menyebabkan iritasi kulit.
2.6 Evaluasi Sediaan Pasta
Untuk mengetahui kestabilan sediaan pasta, perlu dilakukan beberapa pengujian, yakni:
1. Organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan pancaindra untuk
mendiskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya
kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau). (Anonim, 2000).
2. pH, prinsip uji derajat keasaman (pH) yakni berdasarkan pengukuran aktivitas ion hidrogen
secara potensiometri/ elektrometri dengan menggunakan pH meter (Anonim, 2004). Caranya
pengujian klik.
3. Viskositas, viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin
tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya (Martin et al., 1993). Caranya pengujian klik.
4. Penghamburan/ daya sebar, uji penghamburan diartikan sebagai kemampuan untuk disebarkan
pada kulit. Penentuannya dilakukan dengan Extensometer. Caranya yakni salep dengan volume
tertentu dibawa ke pusat antara dua lempeng gelas, lempeng sebelah atas dalam interval waktu
tertentu dibebani oleh peletakan dari anak timbang. Permukaan penyebaran yang dihasilkan
dengan menaiknya pembebanan menggambarkan suatu karakteristik untuk daya hambur (Voigt,
1994).
5. Resitensi panas, uji ini untuk mempertimbangkan daya simpan suatu sediaan salep atau gel
dalam daerah iklim dengan perubahan suhu (tropen) nyata dan terus menerus. Caranya yakni
salap dalam wadah tertutup diulang dan ditempatkan dalam pertukaran kontinue suhu yang
berbeda-beda (misalnya 20 jam pada 370C dan 4 jam pada 400C) dan ditentukan waktunya
(Voigt, 1994).
2.7 Monografi Bahan
1. Gelatin, Gelatinum (FI III 265)
 Pemerian: Lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, bau
dan rasa lemah.
 Kelarutan: Jika direndam dalam air mengembang dan menjadi lunak, berangsur-rangsur
menyerap air 5 sampai 10 kali bobotnya. Larut dalam air panas dan jika didinginkan terbentuk
gudir, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam
campuran gliserol P dan air, jika dipanaskan lebih mudah larut, larut dalam asetat.
 Identifikasi: Larutan encer membentuk endapan dengan larutan trinitrofenol P, dengan larutan
tanin P dan dengan larutan kromtrioksida. Tidak membentuk endapan dengan asam lain, dengan
larutan encer tawas, dengan timbal asetat P dan dengan larutan besi (III) klorida.
 Khasiat: Zat tambahan.
2. Aqua, Aqua Destilata, Air Suling (FI III 96)
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik,
jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah, dapat memadat membentuk massa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai kurang lebih 20o.
 Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak lemak menguap.
 Identifikasi: Panaskan pada kalium bisulfat terjadi uap merangsang, jika dibakar dengan sedikit
natrium tetra borat diatas nyala hijau.
 Khasiat: Zat tambahan, antimikroba, kelembaban.
3. Gliserin, Gliserol, Glycerolum (FI III 271)
 Pemerian: Cairan seperti sirop, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat
higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
 Identifikasi: Panaskan dengan kalium bisulfat terjadi uap merangsang. Jika dibakar dengan
sedikit natrium tetraborat di atas nyala api terjadi nyala hijau.
 Khasiat: Zat tambahan, antimikroba, kelembapan.
4. Klindamisin, Clindamycini (FI IV 234)
 Pemerian: Serbuk hablur, putih, praktis putih, tidak berbau, stabil di udara dan cahaya.
 Kelarutan: Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida, metanol.
 Khasiat: Antibiotik.
5. Zincy Oxyd, Zink Oxyda (FI III 636)
 Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa,
lambat laun menyerap CO2 dalam udara.
 Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida.
 Identifikasi: Panaskan dengan kuat zat akan berwarna kuning jika didinginkan hilang
 Khasiat: Antiseptik lokal.
6. Acid Salicyl (FI III hal. 56 dan FI IV hal. 51)
 Pemerian: Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus, atau serbuk hablur halus putih, rasa
agak manis, tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis berwarna putih dan tidak berbau. Jika
dibuat dari metil salisil alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah
mirip mentol.
 Kelarutan: Sukar larut dalam air, benzena, mudah larut dalam etanol, eter, larut dalam air
mendidih.
 Khasiat: Antifungi, keratolitik.
7. Amy Tritici, Pati Gandum (FI IV 109)
 Pemerian: Serbuk sangat halus, putih.
 Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
 Identifikasi: Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 gr dalam 50 ml air, dinginkan
terbentuk larutan kanji ancer, campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi di atas
dengan 0,05 iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul
pada pendinginan.
 Khasiat: Zat tambahan, penyekat.
7. Vaselin Flava, Vaselin Kuning (FI III 633)
 Pemerian: Masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat
dilebur dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Tidak berbau hampir tidak berasa.
 Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, dalam eter, dan
dalam eter minyak tanah.
 Khasiat: Zat tambaahan, basis.

BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1 Formula
3.1.1 Resep I

Dr. Selfia

SIP: 091/ KOD/ DU/ II/ 1998


Jln. Roro No. 01 Nganjuk

Malang, 230513

R/ Gelatin 2g
Aqua 4g
Gliserin 2,5 g
Clindamisin 1,5 g
s.u.e
Pro: Mona

Alamat: Jln. Progo No. 9

(Ilmu Resep Syamsuni, 78)


R/ Gelatin 20
Aqua 40
Gliserin 25
Zinci Oxyd 15
Modifikasi:
R/ Gelatin 2g
Aqua 4g
Gliserin 2,5 g
Clindamisin 1,5 g

3.1.2 Resep II

Dr. Rendy
SIP: 08/ DU/ 2004
Jln. Bunga Merah No. 38
Malang, 230513

R/ Acid Salicyl 0,2 g


Zinci Oxyd 2,5 g
Amy Tritici 2,5 g
Vas. Flava 3g
m.f pasta

Pro: Mona
Alamat: Jln. Progo No. 09

FMS hal. 113:


R/ Acid Salicyl 2
ZnO 25
Amy Tritici 25
Vas. Flava 100
m.f pasta
3.2 Alat dan Bahan
 Mortir + stamper.
 Serbet + tisue.
 Timbangan dan anak timbangan.
 Gelas ukur.
 Kertas perkamen.
 Sendok tanduk.
 Sudip.
 Etiket.
 Beaker glass.
3.3 Perhitungan Bahan
 Resep I
1. Gelatin = 2 g/ 100 x 10 = 0,2 g = 200 mg.
2. Aqua = 4 g/ 100 x 10 = 0,4 g = 0,4 ml.
3. Gliserin = 2,5 g/ 100 x 10 = 0,25 g = 250 mg.
4. Clindamisin = 1,5 g/ 100 x 10 = 0,15 g = 150 mg.
 Resep II
1. Acid Salicyl = 2/100 x 10 g = 0,2 g = 200 mg.
2. Zinci Oxyd = 25/ 100 x 10 g = 2,5 g.
3. Amilum Tritici = 25/ 100 x 10 g = 2,5 g.
4. Vas. Flava = 10 g – (2+2,5+2,5) g.
= 10 g – 7 g = 3 g.

3.4 Prosedur Pembuatan


 Resep I
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan .
2. Ditimbang gelatin dan aqua di campur dan di biarkan hingga mengembang di dalam cawan,
kemudian dipanaskan di atas penangas air hingga gelatin larut.
3. Ditimbang clindamisin, dilarutkan dengan sedikit air, sisihkan.
4. Ditimbang gliserin, masukkan ke no 3, aduk ad homogen.
5. Hasil campuran no. 2 yang telah larut tambahkan ke campuran no 4, aduk ad homogen,
6. Dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan dan diberi etiket.
 Resep II
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Setarakan timbangan.
3. Ditimbang acid salicyl ditetesi spiritus fortior, digerus sampai halus, sisihkan.
4. Ditimbang vas. flava, kemudian digerus dalam mortir panas.
5. Dimasukkan no. 2 ke dalam no. 3.
6. Ditimbang amilum triciti, dimasukkan kedalam no.4, gerus ad homogen.
7. Ditimbang ZnO, kemudian diayak dengan ayakan no. B40 digerus ad homogen ke dalam no. 5.
8. Dimasukkan dalam wadah dan beri etiket.

http://selfiamona.blogspot.com/2013/10/formulasi-dan-teknologi-sediaan-semi_725.html

Anda mungkin juga menyukai