1. Definisi
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini
tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah
bagian ujung tulang panjang, terutama lutut ( Price, 2008)
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas
(ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut merupakan
daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatanpertumbuhan yang terbesar. Meskipun
demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh di tulang lainnya ( Price, 2008).
Osteosarkoma merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling
fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan
mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama
kali berobat ( Smeltzer. 2001).
Osteosarkoma adalah tumor tulang ganas yang berasal dari sel primitif pada regio
metafisis tulang panjang orang berusia muda. (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor
tulang ganas yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada
masa remaja. Tumor ini sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit ini
terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak diketahui. Bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan ( Smeltzer.
2001).
2. Etiologi
Etiologi osteosarcoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam
faktor predisposisi sebagai penyebab osteosarcoma. Adapun faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
a. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah
terjadinya injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai
penyebab utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah
jarang menyebabkan osteosarcoma.
b. Ekstrinsik karsinogenik
c. Karsinogenik kimia
d. Virus
e. Keturunan ( genetik ).
3. Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berawal pada sumsum tulang (myeloma) dari jaringan
sel tulang (sarcoma) sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limfe, hati dan ginjal
sehingga dapat mengakibatkan adanya pengaruh aktifitas hematopeotik sumsum tulang
yang cepat pada tulang sehingga sel-sel plasma yang belum matang/tidak matang akan
terus membelah terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
b. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin
juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu di lima pasien dengan osteosarkoma
dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam
multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum
menyebar ke paru-paru.
d. Berulang
b. Pemeriksaan Obyektif
1) Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa
serta adanya pelebaran vena.
2) Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas.
3) Adanya tanda-tanda inflamasi.
4) Pemeriklsaan TTV klien.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiografi
6. Gambaran Klinis
a. Nyeri dan/ atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi
semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit)
b. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
c. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya
pelebaran vena
d. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.
7. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma,
Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada,
mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut. Keoterapi diberikan
pre operatif dan post operatif Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil
cukup efektif untuk osteosarkoma adalah:doxorubicin (Adriamycin¨), cisplatin
(Platinol¨), ifosfamide (Ifex¨), mesna (Mesnex¨), danmethotrexate dosis tinggi
(Rheumatrex¨). Protokol standar yang digunakan adalahdoxorubicin dan
cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai
terapiinduksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat
ditambah dengan fosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini,
dengan dosis yang intensif,terbukti memberikan perbaikan terhadap survival
rate sampai 60 Ð 80%.
b. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam
operasi suatuosteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan
melakukan rekonstrusinya kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan
dari ektermitas merupakan salah satu keberhasilan dalam melakukan operasi.
Dengan memberikan kemoterapi preoperative (induction = neoadjuvant
chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas (limb-sparing
resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman danmudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari
penderitaosteosarkoma.7 Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan
survival rate antaraoperasi amputasi dengan limb-sparingresection.17
Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage tidak dapat
atautidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor,
terjadi kehilangancukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga
memerlukan kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas
tersebut.Biasanya untuk rekonstruksi digunakanendo-prostesis dari methal.18-
20 Prostesis ini memberikan stabilitas fiksasi yang baik sehingga penderita
dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara cepat, memberikan
stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik
danmemuaskan. Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi
postoperasinyadibanding dengan menggunakan bone graft.
c. Follow-Up Post-Operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada
sebelumoperasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan
pengawasan terhadap kekambuhan tumor secara local maupun adanya
metastase, dan komplikasi terhadapproses rekonstruksinya. Biasanya
komplikasi yang terjadi terhadap rekonstruksinyaadalah: longgarnya prostesis,
infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan fisik secara rutinpada tempat
operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya kekambuhan
maupunadanya metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal
ekstremitasnya maupunpada paru-paru merupakan hal yang harus dikerjakan.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3bulan dalam 2 tahun pertama post opersinya,
dan setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.