Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1
2
Semakin tinggi usia harapan hidup, maka semakin tinggi pula faktor resiko
terjadinya penyakit. Berdasarkan klasifikasi umur, mayoritas penderita hipertensi
adalah kelompok lansia yaitu mencapai angka 63,8% dari total penduduk usia >
75 tahun. Kondisi fisik lansia yang mengalami penurunan menyebabkan daya
tahan tubuh menurun sehingga rentan terkena penyakit akibat pengaruh dari luar
serta menurunya efisiensi mekanisme homeostatis. (Riskesdas, 2013). Selain itu
pada lansia terjadi penebalan dinding arteri yang disebabkan penumpukan zat
kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan menyempit dan menjadi
kaku yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Setiawan, Iwa,
Yunani & Kusniawati, 2014).
Intervensi yang tepat dan sering digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan
tehnik relaksasi. Proses tehnik relaksasi dapat menurunkan tekanan darah dimulai
ketika otak dalam kondisi rileks saat dilakukan terapi, kemudian otot polos
pembuluh darah arteri ikut dan diikuti dengan otot lain dalam tubuh yang ikut
berada dalam fase relaksasi. Efek dari fase relaksasi ini akan menekan sistem saraf
simpatis dan mengurangi kadar norepinefrin dan epinefrin dalam darah (Mils,
Catherine, J., 2012). Penurunan kedua hormon ini akan mengurangi kecepatan
pompaan jantung dan total peripheral resistance (TPR) sehingga tekanan darah
pun ikut menurun (Elzaky, 2011).
Salah satunya adalah relaksasi benson yang telah dibuktikan melalui penelitian
Sartika dan Kimantoro (2017) dimana terjadi penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi lansia dengan cara melakukan pengulangan kata positif secara
terus menerus hingga tubuh terasa rileks.
Pengulangan kata pada tehnik relaksasi Benson sama halnya seperti saat
seseorang sedang berdzikir. Dzikir adalah bagian dari kehidupan manusia
khususnya yang beragama islam dalam hal religiusitas terhadap Allah SWT.
Peningkatan spiritual dan religiusitas tentunya menjadi koping terbaik dalam
menghadapi stres dan kecemasan (Munawara, Januasti, D., Ruhyana, 2017).
Dzikir dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, baik itu saat sedang beraktifitas
maupun didalam sholat yang merupakan kewajiban setiap muslim. Salah satu
jenis relaksasi adalah relaksasi spiritual dimana sholat merupakan contoh bentuk
nyatanya. Berdasarkan konsep Islam cara terbaik untuk mencegah penyakit adalah
dengan meningkatkan intensitas dan kualitas sholat kepada Allah SWT yang akan
mengembalikan ketentraman bagi orang yang melakukanya. Hal ini sesuai dengan
hadits Rasulullah, saat beliau diterpa masalah dan kepenatan, beliau bersabda :
“ Tentramkanlah kita dengan shalat, wahai Bilal “ (HR Abu Dawud dan Ahmad
dalam Cahyani, H.F, 2014).
Sholat tanpa disadari dapat menjadi terapi aktifitas sekaligus terapi relaksasi yang
baik bagi kesehatan. Sholat mampu bertindak sebagai exercise dan merupakan
kumpulan aktivitas yang kompleks meliputi pikir, lisan dan fisik. Dari segi pikir,
keteraturan seseorang melaksanakan sholat dapat menurunkan rasa cemas. Do’a
yang dipanjatkan dapat menimbulkan efek relaksasi dan menjadikan tubuh dan
fikiran terasa damai, nyaman dan tenang. Sedangkan dari segi fisik, sendi tubuh
saat sholat akan bergerak aktif dan membantu melenturkan pembuluh darah
sehingga peredaran darah menjadi lancar. Sebuah studi menunjukkan bahwa pada
saat sholat denyut jantung berada dalam posisi terendah yaitu sekitar 72-73 kali
per menit sehingga sholat dapat berpengaruh terhadap tekanan darah seseorang
5
Khusyuk dalam sholat dapat diperoleh ketika fikiran benar-benar terpusat pada
Allah dan dalam suasana yang tenang dan nyaman. Karena salah satu syarat
relaksasi khususnya relaksasi spiritual adalah kondisi lingkungan yang dapat
membuat kita fokus seperti contohnya saat melakukan doa dimana fikiran kita
hanya tertuju kepada Maha Pencipta. Namun jenis relaksasi spiritual yang
melibatkan semua unsur dalam tubuh (lisan, pikiran dan fisik) adalah sholat
terutama sholat tahajud. Pada saat melakukan sholat tahajud berbagai aktifitas
terhenti sehingga suasana menjadi hening dan tenang sehingga secara otomatis
akan meningkatkan konsentrasi dan menurunkan ketegangan mental atau stres
(Kurniasih, 2013). Sholat tahajud terbukti berpengaruh sebagai terapi untuk
menurunkan tekanan darah. Dimana waktu pelaksanaan sholat tahajud yang
dilakukan malam hari dapat membuat pikiran rileks dan gerakan dalam sholat
berfungsi sebagai terapi untuk melatih otot jantung untuk melakukan pompaan
secara sikardian dan memungkinkan denyut nadi teratur sehingga tekanan darah
menjadi normal (Diyono, Musnidawati, 2018).
sebagian besar memang belum mengetahui bahwa sholat tahajud selain sebagai
sarana pendekatan diri kepada Allah SWT juga memiliki manfaat dari segi
kesehatan salah satunya sebagai terapi bagi pasien dengan Hipertensi agar tidak
timbul komplikasi yang lebih lanjut. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti
tertarik untuk mengambil tema penelitian dengan judul “HUBUNGAN
INTENSITAS SHOLAT TAHAJUD DENGAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA HIPERTENSI DI DESA BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL”