Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, yaitu penyakit yang
berkaitan dengan sistem reproduksi. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi
pada sistem reproduksi wanita adalah tumor ovarium. Tumor ovarium
berdasarkan histopatologinya ada yang bersifat neoplastik dan non-neoplastik.
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi
cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional
karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan
sewaktu ovulasi. Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia
produktif. Insiden yang sering terjadi yaitu pada wanita usia 30 – 54 tahun. Kista
ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium.
Menurut WHO (2015), tumor ganas atau kanker merupakan pertumbuhan
sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang
kemudian dapat menyerang bagian tubuh dan menyebar ke organ lain. Insidensi
kanker ovarium sekitar 3% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker. Kanker ovarium pada umum
dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus
kanker ovarium dijumpai pada wanita usia di atas 50 tahun.
The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2016,
sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.240 wanita
akan meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kematian
pada kanker ovarium jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis kanker sistem
genitalia perempuan lainnya.
Menurut data Statistics by Country for Ovarian Cancer (2011), angka
kejadian kanker ovarium di Indonesia adalah 20.426 kasus dari 238.452.952

1
populasi. Di Indonesia sekitar 25 - 50% kematian wanita usia subur disebabkan
oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit
sistem reproduksi misalnya kista ovarium. Menurut penelitian terdahulu oleh
Rosna Dewi yang dilakukan di RSUP Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2005,
kanker ovarium termasuk kanker alat kandungan pada wanita terbanyak kedua
setelah kanker serviks.
Kanker ovarium biasanya tidak menimbulkan gejala dan keluhan pada
stadium awal (silent killer). Hal ini menyebabkan sulitnya mendeteksi penyakit
ini. Studi Systematic Review menyatakan bahwa progonosis yang lebih baik
dapat dicapai pada pasien tumor ovarium apabila dirujuk dan didiagnosis sedini
mungkin, sehingga dapat segera diberikan penanganan yang tepat. Pemeriksaan
klinis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan ginekologi,
pemeriksaan ultrasonografi (USG), dan pemeriksaan tambahan lainnya dapat
dilakukan agar tercapai prognosis tumor ovarium yang lebih baik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Maternitas pada
profesi Ners dan diharapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami
tentang kista ovarium dan dapat membuat asuhan keperawatan maternitas
pada klien dengan kista ovarium.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian kista ovarium
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi kista ovarium
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang manifestasi klinik kista
ovarium
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan kista ovarium
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada
kista ovarium

2
f. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi dan pathway kista
ovarium
g. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komplikasi pada kista ovarium
h. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien
dengan kista ovarium
i. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada klien
dengan kista ovarium
j. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan kista ovarium
k. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan
kista ovarium

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium
yang dijumpai paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista
lutei, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalangi masuknya kepala kedalam
panggul. (Winjosastro, et all, 2011)

2. Etologi
Kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dan
epithelium ovarium. Dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidakseimbangan hormon esterogen dan
progesteron diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epithelium yang
berkurang di dalam korteks.
2) Kista fungsional
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler di antara siklus mentruasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
b) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesteron setelah ovulasi.
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.

4
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
1) Kistoma ovari simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam
kista.
2) Kistadenoma ovari musinosum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama
yang pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen yang lain.
3) Kistodenoma ovari serosum : berasal dari epitel permukaan
ovarium (germinal ovarium)
4) Kista endrometreid : belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endemetroid.
5) Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses
patogenesis.
Pada kemailan yang dijumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16
minggu) karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim (dr. Ida
Ayu)

3. Manifestasi Klinik
Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan fisik, tanpa
gejala (asimtomatik).
Mayoritas penderita tumor tidak menunjukkan adanya gejala sampai
periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada
saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh
adanya ketidakteraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah, rasa sebah pada
perut dan timbul benjolan di perut.

5
Pada umumnya kista adenoma ovari serosim tidak mempunyai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena ovarium pun
dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu, warna
kista putih keabu-abuan. Ciki khas kista ini adalah potensi perturmbuhan
papiler kedalam rongga kosta sebesar 0% dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5% isi kista cair kuning dan kadang-kadang coklat karena campuran
darah. Tidak jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaannya penuh
dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

4. Penatalaksanaan
Pengobatan kista ovarium bisanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat. Kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.
Sekitar 80% lesi yang terjadi pada wanita berusia 29 tahun dan yang lebih
muda adalah jinak, setelah 50 tahun hanya 50% yang jinak. Perawatan pasca
operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa
dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian.
Penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista
yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat.
Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan memberikan
gurita abdomen yang ketat. (Smeltzer, C. Suzzane)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan
kemungkinan adanya kanker/kista.
b. Ultrasound/CT scan : membantu mengidentifikasi ukuran/lokasi massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.

6
d. Hitung darah lengkap.
e. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrothoraks.

6. Patofisiologi dan Pathway


Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi
dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan

7
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-
kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini.

8
Pathway
Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Cistoma Ovari Histerektomi

Kurang informasi Pembesaran ovarium Coverektomi, Kistektomi


Kurang pengetahuan Rupture ovarium
Resiko perdarahan
Ansietas

Gangguan perfusi jaringan


Komplikasi peritonis

Peritonitis Metabolisme menurun Luka operasi


Hipolisis asam laktat Diskontinuitas
kelebihan jaringan
Resiko perdarahan
Gangguan metabolisme

Defisit perawatan diri

Nyeri Post d’entri

Resiko cidera Resiko infeksi

Reflek menelam dan muntah Nervus Anasthes

Peristaltic usus menurun


Resiko aspirasi

Konstipasi Absorbsi air dikolon

9
7. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
2) Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba
fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan
torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma,
TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di

10
kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam
dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa
dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang,
setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
3) Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa
kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat, serta data penanggung jawab
b. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa
di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.

11
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
4) Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak
mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
e. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea.
f. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
1) Kepala
a) Hygiene rambut
b) Keadaan rambut
2) Mata
a) Sklera : ikterik/tidak
b) Konjungtiva : anemis/tidak
c) Mata : simetris/tidak
3) Leher
a) Pembengkakan kelenjer tyroid
b) Tekanan vena jugolaris.

12
4) Dada
5) Pernapasan
a) Jenis pernapasan
b) Bunyi napas
c) Penarikan sela iga
6) Abdomen
a) Nyeri tekan pada abdomen.
b) Teraba massa pada abdomen.
7) Ekstremitas
a) Nyeri panggul saat beraktivitas.
b) Tidak ada kelemahan.
8) Eliminasi, urinasi
a) Adanya konstipasi
b) Susah BAK
g. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
h. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
i. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium
tersebut sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya
diangkat maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin
hamil/punya keturunan.
j. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri.

13
k. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
1) Pemeriksaan Hb
2) Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit
(komplikasi peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan
histerektomi
b. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan reflek muntah,
penurunan tingkat kesadaran (tindakan efek anasthesi)
c. Konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus
d. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera fisik (luka post operasi)
e. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya kuman, trauma jaringan
(luka operasi)
f. Defisit perawatan diri
g. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait
penyakit (komplikasi peritonitis) dan efek samping terkait
perdarahan histerektomi
NOC
1) Blood lose severity
2) Blood coagulation
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada hematuria dan hematemesis
2) Kehilangan darah yang terlihat
3) Tekanan darah dalam batas normal sistole dan diastole
4) Tidak ada perdarahan pervagina dan distensi abdominal

14
5) Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal
6) Palsma, PT, PTT, dalam batas normal
Intervensi :
1) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
2) Monitor nilai lab 9koagulasi) yang meliputi PT, PTT,
trombositidentifikasi penyebab perdarahan
3) Monitor status cairan yang meliputi intake dan output
4) Monitor vital sign
5) Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh : emesis, faces,
urine, residu lambung, dan drainase luka
b. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan reflek muntah,
penurunan tingkat kesadaran (tindakan efek anasthesi)
NOC
1) Respiratory status : ventilation
2) Aspiration control
3) Swallowing status
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat bernapas dengan mudah, tidak irama, frekuensi
pernapasan normal
2) Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan
mampu melakukan oral hygiene
3) Jalan napas paten, mudah bernapas, tidak merasa tercekik dan tidak
ada suara napas abnormal
Intervensi :
1) Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan
2) Monitor status jalan napas
3) Haluskan obat oral sebelum pemberian, jika ada
4) Hindari makanan jika masih terdapat residu
5) Cek nasogastrik sebelum makan

15
c. Kontispasi berhubungan dengan peristaltic usus
NOC :
1) Bowel elemination
2) Hydration
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan bentuk fases lunak setiap 1-3 hari
2) Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
3) Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
4) Fases lunak dan berbentuk
Intervensi :
1) Monitor tanda dan gejala kostipasi
2) Monitor bising usus
3) Monitor fases : frekuensi, konsistensi, dan volume
4) Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi kosntipasi
5) Dukung intake cairan
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian laksatif, jika diperlukan
d. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera fisik (luka post
operasi)
NOC :
1) Pain level
2) Pain control
3) Comfort level
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
myeri).

16
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
4) Observasi vital sign
5) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya kuman, trauma
jaringan (luka operasi)
NOC :
1) Immune status
2) Knoeledge : infection control
3) Risk control
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumlah leukost dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1) Instruksikan kepada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
2) Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan
3) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4) Pertahankan lingkungan aseptik dalam pemasangan alat
5) Tingkatkan intake nutrisi
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik bila perlu

17
7) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
8) Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
9) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
f. Defisit perawatan diri
NOC :
1) Self care status
2) Self care : dressing
3) Activity tolerance
4) Fatigue level
Kriteria Hasil :
1) Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar dan aktifitas
perawatan pribadi secara mendiri dengan atau tanpa alat bantu
2) Mampu untuk mengenakan pakaian dan berhias sendiri secara
mandiri atau tanpa alat bantu
3) Mampu mempertahankan kebersihan pribadi dan penampilan yang
rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Intervensi :
1) Pantau peningkatan dan penurunan kekampuan untuk berpakaian
dan melakukan perawatan rambut
2) Sediakan pakaian pasien pada tempat yang mudah di jangkau
(disamping tempat tidur)
3) Pertahankan privasi pasien daat berhias
4) Bantu pasien untuk menaikan, mengancingkan, dan meresleting
pakaian, jika diperlukan
g. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit
NOC
1) Anxiety self control
2) Anxiety level
3) Coping

18
Kriteria Hasil :
1) Klien mempu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
3) Vital sign dalam batas normal
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang mneyenangkan
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
4) Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
5) Identifikasi tingkat kecemasan
6) Bantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
8) Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
9) Berikan obat

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

No. Reg : 00172917


Tanggal Masuk RS : Minggu, 15 September 2019
Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 16 September 2019
Waktu Pengkajian : Jam 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Paviliun Aster

I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
A. Identitas Klien : (Data Subjektif )
BIODATA ISTRI SUAMI

Nama Ny. I Tn. J

Umur 44 tahun 55 tahun

Suku bangsa Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia

Agama Islam Islam

Pendidikan SMP SMP

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Golongan darah A A

No. Medrec 00172917 -

Diagnosa Medis Kista Ovarium -

No.Telp/Hp 081287817766 -

Status Perkawinan Menikah Menikah

Alamat Rumah Selapajang Jaya RT. Selapajang Jaya RT.


004/04, Neglasari 004/04, Neglasari

20
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan merasa takut dengan operasi yang akan dilakukan
2. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pada tanggal 15 September 2019 pasien datang ke Poli Kebidanan
dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak ± 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit, terdapat massa pada abdomen. Setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, pasien di diagnosa kista ovarium dan akan
direncanakan operasi pada tanggal 17 September 2019. Sebelumnya
pasien pernah dilakukan kuret pada Juni 2018 karena perdarahan,
sebelum dilakukan kuret pasien mengatakan menstruasi kurang lancar
dan adanya nyeri saat haid, setelah dilakukan kuret menstruasi menjadi
lancar dan tidak ada nyeri saat haid. Pasien memiliki riwayat hipertensi
sejak 1 tahun yang lalu.

C. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu


1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, asma, dan lainnya.
2. Riwayat Penyakit Menular
Pasien mengatakan bahwa pasien dan keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, dan
lainnya.
Riwayat Social Ekonomi
a. Satus perkawinan : Menikah
b. Umur istri waktu menikah : 30 tahun
Lamanya pernikahan : 14 tahun
c. Umur suami waktu menikah : 41 tahun
Lamanya pernikahan : 14 tahun
d. Untuk istri pernikahan yang ke : 2 (dua)

21
e. Untuk suami pernikahan yang ke : 2 (dua)
f. Kehidupan seksual : Tidak teratur
g. Frekuensi : Pasien mengatakan sebelum
sakit kehidupan seksualnya teratur 1x/minggu tetapi selama sakit
sejak 3 bulan yang lalu pasien dan suami tidak pernah melakukan
hubungan seksual dikarenakan saat berhubungan seksual pasien
mengeluh sakit pada vagina.
Riwayat Menstruasi
a. Menarchea pada usia : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 15 hari
d. Dismenorchea : Pasien mengatakan mengalami
dismenorche saat menstruasi
e. Keputihan : Pasien mengatakan tidak mengalami
keputihan
f. Gatal : Pasien mengatakan tidak merasakan gatal
pada vagina
g. Berbau : Pasien mengatakan tidak berbau pada
vagina
h. Dysparenia : Pasien mengatakan saat berhubungan
seksual pasien mengeluh sakit pada vagina
h. Perdarahan kontak : Pasien mengatakan tidak mengalami
perdarahan kontak
Riwayat KB Terakhir
Pasien mengatakan selama menikah tidak pernah memakai alat
kontrasepsi apapun.

D. Riwayat Persalinan yang Lalu


Pasien mengatakan selama pernikahan pertama dan kedua belum di karuniai
anak.

22
E. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
a. Makan
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan jenis makanan
yang bervariasi seperti nasi sebanyak 2 centong, sayur, dan lauk
pauk. Tidak ada keluhan apapun saat makan, tidak ada pantangan
maupun alergi terhadap makanan tertentu. Pasien juga tidak
mengkonsumsi suplemen apapun.
b. Minum
Pasien mengatakan minum air putih ± 6-7 gelas per hari.
Terkadang pasien minum teh tawar pada pagi hari.
2. Pola Eliminasi
a. BAB
Pasien mengatakan tidak ada perubahan BAB sebelum dan
selama sakit, pasien BAB 1 kali sehari dengan warna feses kuning
kecoklatan, konsistensi lunak, dan bau khas feses. Tidak ada
keluhan apapun saat BAB.
b. BAK
Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi ± 5-6 kali sehari
dengan warna urine kuning jernih, bau khas urine dan tidak ada
keluhan apapun saat BAK.
3. Pola Istirahat / Tidur
a. Tidur Siang
Pasien mengatakan tidak pernah tidur siang karena saat siang
hari pasien menjaga warung yang berada di depan rumah.
b. Tidur Malam
Pasien mengatakan tidur malam selama ± 6-7 jam mulai pukul
22.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB atau 05.00 WIB.
c. Keluhan tidur
Tidak ada keluhan apapun yang mengganggu tidur.

23
4. Personal Hygiene
a. Mandi
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari.
b. Ganti Pakaian Dalam
Pasien mengatakan ganti pakaian dalam 2 kali sehari saat
mandi pagi dan sore hari.
c. Jenis Pakaian
Pasien mengatakan saat dirumah lebih suka memakai daster
atau memakai baju kaos.
d. Perawatan Gigi
Pasien mengatakan gosok gigi 2 kali sehari pada saat mandi
pagi dan sore hari.
e. Perawatan Payudara
Pasien mengatakan membersihkan payudara saat mandi.
f. Vulva Hygiene
Pasien mengatakan selalu membersihkan genetalia setelah
BAK, BAB, dan saat mandi.
5. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dirumah seperti ibu rumah
tangga lainnya yaitu mengurus suami dan pasien juga menjaga warung
yang berada didepan rumahnya.

F. Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif )


1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/190 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Suhu : 34,4 °C
d. Respirasi : 18 x/menit

24
3. Kepala
a. Rambut
Rambut tampak bersih, distribusi merata, tidak mudah rontok.
b. Mata
Pasien tidak memiliki rabun jauh maupun rabun dekat dengan
visus 6/6, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
edema pada kelopak mata, reaksi pupil kanan dan kiri mengecil
terhadap cahaya, pergerakan bola mata sejajar.
c. Telinga
Bentuk simetris kiri dan kanan, telinga bersih tidak tampak ada
penumpukan serumen, dapat mendengar suara bisikan perawat,
dapat mendengar suara gesekan jari yang dilakukan perawat.
d. Hidung
Hidung tampak bersih dan fungsi penciuman baik masih
mampu membedakan bau.
e. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir berwarna merah muda sedikit
coklat, tidak ada stomatitis, gusi berwarna merah muda, tidak ada
pembengkakan maupun perdarahan pada gusi, tidak ada karies gigi,
tidak ada gigi yang berlubang, tidak ada gigi yang ompong, dan
pasien juga tidak menggunakan gigi palsu.
4. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.
5. Dada
Pergerakan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, bunyi nafas
vesikuler tidak ada bunyi nafas tambahan, terdengar suara S1 dan S2
pada jantung, irama jantung teratur. Bentuk payudara simetris, putting
susu menonjol, tidak ada pembengkakan atau benjolan pada payudara,
dan tidak ada nyeri tekan pada payudara.

25
6. Perut
Tidak ada luka bekas operasi dan luka parut. Saat di palpasi
abdomen bagian kanan atas teraba keras.
7. Ekstremitas Atas
Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat edema, kuku
jari tampak bersih dan pendek.
8. Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat edema, tidak
terdapat varices, kuku jari tampak bersih dan pendek, dan reflek patella
postif.
9. Pemeriksaan Genetalia
Vagina tidak terdapat pembengkakan, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, tidak terdapat hemoroid, tidak terdapat keputihan, keluar cairan
berwarna coklat dan tidak berbau.

G. Data Psikologis
1. Status Emosi
Emosi pasien stabil, pasien tampak cemas dan banyak beratnya
tentang penyakit dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
2. Pola Koping
Pasien berusaha menenangkan diri dengan mengobrol dengan
pasien lain atau dengan perawat.
3. Pola Komunikasi
Pasien tampak kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik
menggunakan bahasa Indonesia
4. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang istri dan dirinya
belum memiliki anak.

26
b. Peran Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu rumah tangga.
c. Ideal Diri
Pasien berharap menjadi istri yang baik serta mampu
membahagiakan keluarganya.
d. Harga Diri
Pasien mengatakan sedih karena sampai saat ini belum
dikaruniai seorang anak.
e. Identitas Diri
Pasien adalah seorang wanita berusia 44 tahun dan seorang istri
bagi suaminya.

H. Data Social
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga serta tetangga di sekitar
rumah sangat baik. Pasien juga sering mengobrol dengan pasien lainnya
yang satu kamar dengannya. Respon pasien terhadap dokter, bidan, dan
tenaga kesehatan lainnya juga kooperatif.

I. Data Spiritual
Pasien beragama Islam, selalu menjalankan shalat 5 waktu setiap
harinya. Pasien selalu berdo’a kepada Allah SWT untuk kelancaran
operasinya, pasien juga selalu berserah diri kepada Allah SWT untuk
kesehatan dirinya. Pasien percaya kepada Allah SWT dan dokter serta bidan
dapat membantu dalam proses penyembuhan penyakitnya.

27
J. Data Penunjang
Tanggal 15 September 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
IMUNO-SEROLOGI
HEPATITIS
HbsAg (Rapid) Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV (Screening) Negatif Negatif

Tanggal 17 September 2019


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,8 g/dl 11,7 - 15,5
Lekosit 19,62 x10^3/ul 3,60 – 11,00
Hematokrit 33 % 35 – 47
Trombosit 316 x10^3/ul 140 - 440

Tanggal 18 September 2019


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,7 g/dl 11,7 - 15,5
Lekosit 13,94 x10^3/ul 3,60 – 11,00
Hematokrit 32 % 35 – 47
Trombosit 305 x10^3/ul 140 - 440

K. Data Therapi
Obat Injeksi :
1. Cefotaxime 2 x 1 gr
2. Ranitidine 2 x 50 mg
3. Asam tranexamat 3 x 500 mg

28
Obat oral :
1. Cefadroxile 2x 500 mg
2. Kalnex 3 x 500 mg
Obat Parenteral :
1. Ringer Laktat + Keterolac 30 mg/8 jam

2. Analisa Data
PRE OPERASI
No. Data Interpretasi Data Masalah

1. DS : kurang pengetahuan Ansietas


1. Pasien mengatakan mengenai penyakitnya
takut mengalami
kegagalan dalam
tindakan operasi Ketidakmampuan pasien
2. Pasien juga menggunakan mekanisme
mengatakan bahwa koping
ini merupakan
operasi pertama
yang akan dialami Berdampak pada kesehatan
pasien fisiknya

DO :
1. Pasien tampak Pasien merasa terancam
cemas
2. Pasien tampak
gelisah Ansietas
3. Pasien selalu
menanyakan hal
yang sama
4. TTV :
a. TD : 130/80
mmHg
b. N : 92 x/menit
c. S : 35,8 °C
d. RR : 18 x/menit

29
2. DS : Tingkat pendidikan Kurang
1. Pasien mengatakan Pengetahuan
tidak tau tentang
kista ovarium Kurang sarana informasi

DO :
1. Pasien tampak Informasi yang minimal
bingung saat
ditanya
2. Pasien tidak bisa Kurang pengetahuan
menjawab
pertanyaan
mengenai
penyakitnya
3. Pasien selalu
menanyakan
mengenai
penyakitnya

POST OPERASI
No. Data Interpretasi Data Masalah

1. DS : Kista ovarium Nyeri akut


1. Pasien mengatakan
nyeri di perut
bagian kanan atas Laparatomi histerektomi total
seperti terasa perih
seperti disayat-
sayat dan panas Luka operasi
dengan skala 5 (1-
10) nyeri dirasakan
pada saat ambulasi Diskontinuitas jaringan
dan nyeri akan
menghilang apabila
istirahat nyeri Nyeri akut
hilang timbul
berlangsung selama
10 menit

30
DO :
1. Pasien telah
dilakukan operasi
laparatomi
histerektomi total
2. Terdapat luka
post operasi di
abdomen
3. Pasien tampak
meringis
kesakitan
4. Skala nyeri 5 (0-
10)
5. TTV :
a. TD : 130/80
mmHg
b. N : 92 x/ menit
c. S : 35,8 °C
d. RR : 18 x/ menit
2. DS : Kista ovarium Resiko infeksi
1. Pasien mengatakan
nyeri pada luka
post operasi Laparatomi histerektomi total

DO :
1. Terdapat luka post Luka operasi
operasi di abdomen
2. Luka tampak
ditutupi oleh kassa Diskontinuitas jaringan
3. Kassa tampak
kering dan bersih
4. TTV : Port d’entri
a. TD : 130/80
mmHg
b. N : 92 x/menit Resiko infeksi
c. S : 35,8 °C
d. RR : 18 x/menit

31
3. DS : Laparatomi histerektomi total Hambatan
1. Pasien mengatakan mobilitas fisik
nyeri saat bergerak
2. Pasien mengatakan Luka operasi
takut untuk miring
kiri dan kanan
3. Pasien mengatakan Diskontinuitas jaringan
belum mampu
untuk berjalan dan
duduk terlalu lama Merangsang tubuh
mengeluarkan protaglandin,
DO : histamine, serotonin
1. Pasien tampak
lemah
2. Pasien tampak Impuls dikirim ke thalamus
meringis saat korteks serebri
bergerak
3. Pasien tampak
dibantu oleh Nyeri
keluarga dalam
bergerak
4. Aktivitas pasien Kelemahan fisik
tampak terbatas

Hambatan mobilitas fisik

II. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


PRE OPERASI
1. Ansietas
2. Kurang pengetahuan
POST OPERASI
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Resiko infeksi

32
III. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI
Diagnosis Perencanaan
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Ansietas Setelah dilakukan 1. Pahami 1. Untuk mengetahui
tindakan perspektif pasien tingkat
keperawatan terhadap situasi kekhawatiran
selama 1 x 24 jam stress pasien terhadap
diharapkan cemas tindakan
berkurang atau histerektomi
teratasi. Dengan 2. Jelaskan 2. Dengan
kriteria hasil : mekanisme menjelaskan
1. Pasien dapat tindakan tindakan
mengungkapkan histerektomi histerektomi,
ketidak cemasan pasien mengerti
2. Pasien tampak lebihmengenai dan
tenang siap dalam
3. Pasien dapat menghadapi
melakukan tindakan operasi
teknik untuk 3. Ajarkan teknik 3. Tarik nafas dalam
mengontrol relaksasi non dapat mengurangi
cemas farmakologi kecemasan dan
4. TTV dalam (tarik nafas membuat lebih
batas normal dalam) rileks
4. Tingkatkan 4. Untuk mengurangi
mekanisme perasaan cemas
koping ibu yang
efektif
5. Beri support 5. Dukungan yang
sistem pada terus menerus akan
pasien membantu pasien
mengurangi
kecemasan/rasa
takut ke tingkat
yang dapat diatasi
2. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mempermudah
pengetahuan tindakan pengetahuan dalam memberikan
keperawatan pasien mengenai penjelasan pada

33
selama 1 x 30 Kista ovarium pasien
menit diharapkan 2. Berikan 2. Pemberian
pengetahuan pendidikan pendidikan
tentang kista kesehatan kepada kesehatan kepada
ovarium pasien kista pasien dapat
meningkat. Dengan ovarium dan meningkatkan
kriteria hasil : histerektomi pengetahuan
1. Pasien 3. Evaluasi respon 3. Mengulang hal-hal
menyatakan pasien dan yang telah
pemahaman tanyakan kembali disampaikan
mengenai kista setelah diberi sebelumnya serta
ovarium dan pendidikan mengetahui apakah
histerektomi kesehatan pasien sudah
2. Pasien dapat paham tau tidak
menjelaskan dengan yang telah
kembali 50% disampaikan
dari materi yang
telah
disampaikan

POST OPERASI
Diagnosis Perencanaan
No Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi skala 1. Mengidentifikasi
tindakan nyeri kebutuhan dan
keperawatan intervensi yang
selama 2 x 24 jam tepat
diharapkan nyeri 2. Berikan posisi 2. Membantu pasien
berkurang atau nyaman menjadi rileks dan
hilang. Dengan dapat mengurangi
kriteria hasil : rasa nyeri
1. Pasien 3. Ajarkan teknik 3. Teknis nafas dalam
mengatakan relaksasi nafas dapat membantu
tidak nyeri/nyeri dalam memberikan rasa
berkurang nyaman dan
2. Pasien tampak mengurangi rasa
rileks nyeri

34
3. Skala nyeri 4. Kolaborasi dalam 4. Profenid
1-2 (1-10) pemberian obat suppositoria 100mg
antiinflamasi: merupakan obat
Profenid yang digunakan
suppositoria 100 untuk meredakan
mg 3 x 1 gejala nyeri pasca
operasi
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Mengetahui sejauh
mobilitas fisik tindakan kemampuan mana tingkat
keperawatan mobilitas pasien ketergantungan
selama 2 x 24 jam pasien
diharapkan . 2. Bantu pasien 2. Agar ADL pasien
dengan kriteria dalam memenuhi tetap terpenuhi
hasil : ADL
1. Melaporkan 3. Anjurkan pasien 3. Agar tidak terjadi
adanya mobilitas secara kekakuan otot dan
peningkatan bertahap melatih pasien
mobilitas untuk memenuhi
2. Melakukan ADL secara
aktivitas secara mandiri dengan
mandiri perlahan
3. Melakukan 4. Anjurkan 4. Keterlibatan
perpindahan keluarga untuk keluarga dapat
atau ambulasi membantu ADL membantu pasien
miring kanan pasien dalam pemenuhan
dan kiri, ADL
berjalan
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Observasi adanya 1. Mengetahui secara
tindakan tanda-tanda dini terjadinya
keperawatan infeksi infeksi
selama 2 x 24 jam 2. Observasi TTV 2. Peningkatan suhu
diharapkan tidak dapat
terjadi infeksi pada mengidentifikasi
luka. Dengan adanya infeksi
kriteria hasil : 3. Observasi jumlah 3. Leukosit yang
1. Tidak terdapat leukosit terlalu tinggi bisa
tanda-tanda menunjukkan
infeksi proses infeksi
2. Balutan tampak yang sedang

35
bersih dan berlangsung
kering 4. Lakukan 4. Untuk menjaga
3. TTV dalam perawatan luka kebersihan luka
batas normal agar tidak terjadi
4. Leukosit dalam infeksi
batas normal 5. Kolaborasi 5. Cefotaxime 1 gr
dengan dokter IV line merupakan
dalam pemberian obat antibiotik
obat antibiotik: yang bekerja
Cefotaxime 2 x 1 dengan
gram melalui IV menghentikan
line pertumbuhan
bakteri sehingga
dapat mengobati
berbagai macam
infeksi.

IV. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI


FORMATIF
PRE OPERASI
Tanggal/ Diagnosa Tindakan
No. Jam Keperawatan Keperawatan Paraf
1. Senin,
16/09/2019

10.00 WIB I 1. Memahami perspektif pasien terhadap


situasi stress
Hasil : Pasien merasa takut dengan
operasi yang akan dilakukan karena
operasi ini merupakan operasi
pertama baginya

10.05 WIB I 2. Memberi support sistem pada pasien


Hasil : Pasien meminta do’a agar
operasinya berjalan dengan lancar

10.06 WIB I 3. Mengajarkan teknik relaksasi non

36
farmakologi (tarik nafas dalam)
Hasil : Pasien dapat mempraktekkan
kembali teknik relaksasi nafas dalam

10.10 WIB II 4. Memberikan pendidikan kesehatan


kepada pasien kista ovarium dan
histerektomi
Hasil : Pasien tampak fokus
mendengarkan dan pasien
mengatakan sudah paham mengenai
kista ovarium dan tindakan
pembedahannya.

10.20 WIB II 5. Mengevaluasi respon pasien dan


tanyakan kembali setelah diberi
pendidikan kesehatan
Hasil : Pasien dapat menyebutkan
tanda dan gejala kista dan dapat
menjelaskan apa itu histerektomi

37
POST OPERASI
17 September 2019 Jam: 15.00 WIB

Tanggal / Diagnosa Tindakan


No. Jam Keperawatan Keperawatan Paraf
1. Selasa,
17/09/2019

15.00 WIB III 1. Mengobservasi TTV


Hasil : TD: 120/70 mmHg, N: 80
x/menit, S: 36,2 °C, RR: 18 x/menit

15.35 WIB I 2. Mengobservasi skala nyeri


Hasil : VAS: skor nyeri 5/10

15.35 WIB I 3. Berkolaborasi dalam memberikan


Ringer Laktat + Keterolac 30 mg/8
jam dan obat Paracetamol 1000 mg
Hasil : Obat diberikan melalui
IVFD

15.36 WIB III 4. Mengobservasi jumlah leukosit


Hasil : Dari hasil lab menunjukkan
jumlah leukosit pasien 13,94
x10^3/ul

15.37 WIB III 5. Mengobservasi adanya tanda-tanda


infeksi
Hasil : Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi

15.38 WIB III 6. Mengobservasi keadaan luka


Hasil : Luka masih tertutup oleh
perban bersih

15.40 WIB I 7. Menganjurkan pasien untuk


melakukan teknik relaksasi nafas
dalam saat nyeri terasa
Hasil : Pasien mengikuti anjuran

38
dengan melakukan tarik nafas
dalam saat nyeri terasa

15.45 WIB I 8. Memberikan posisi nyaman


Hasil : Pasien nyaman dengan
posisi supine

16.00 WIB II 9. Membantu pasien dalam memenuhi


ADL mengganti diapers
Hasil : ADL pasien terpenuhi

16.01 WIB II 10. Menganjurkan keluarga untuk


membantu ADL pasien mengganti
diapers
Hasil : Pasien selalu ditemani oleh
suami atau saudaranya untuk
membantu pasien

22.00 WIB I 11. Berkolaborasi dalam memberikan


obat Profenid supposutoria 100 mg
Hasil : Obat diberikan melalui anus

22.00 WIB I 12. Berkolaborasi dengan dokter dalam


memberikan obat Cefotaxime 2 x 1
gram
Hasil : Obat diberikan melalui
IVFD

22.10 WIB III 13. Melatih pasien mobilitas secara dini


dan bertahap
Hasil : Pasien tampak meringis saat
mencoba untuk ambulasi miring
kanan dan kiri

22.10 WIB I 14. Menganjurkan pasien untuk


melakukan teknik relaksasi nafas
dalam saat nyeri terasa
Hasil : Pasien mengikuti anjuran
dengan melakukan tarik nafas

39
dalam saat nyeri terasa

22.35 WIB I 15. Berkolaborasi dalam memberikan


Ringer Laktat + Keterolac 30 mg/8
jam
Hasil : Obat diberikan melalui
IVFD
2. Rabu,
17/09/2019

07.30 WIB III 1. Mengobservasi TTV


Hasil : TD: 120/70 mmHg, N: 82
x/menit, S: 36,2 °C, RR: 20 x/menit

07.35 WIB I 2. Mengobservasi skala nyeri


Hasil : VAS skor nyeri 2/10

07.36 WIB II 3. Memberikan posisi nyaman


Hasil : Pasien nyaman dengan
posisi semi fowler

08.00 WIB I 4. Berkolaborasi dalam memberikan


obat Asam tranexamat 500 mg per
oral
Hasil : Obat telah diberikan melalui
oral

08.00 WIB I 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam


memberikan obat Cefadroxile 500
mg per oral
Hasil : Obat telah diberikan melalui
oral

08.10 WIB I 6. Mengobservasi adanya tanda-tanda


infeksi
Hasil : Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi

08.12 WIB III 7. Mengobservasi keadaan luka

40
Hasil : Perban tampak sedikit kotor

08.13 WIB III 8. Mengobservasi perawatan luka


Hasil : Luka tampak bersih dan
ditutupi dengan perban

08.15 WIB II 9. Membantu pasien dalam memenuhi


ADL
Hasil : ADL pasien terpenuhi

08.20 WIB II 16. Memantau kemampuan mobilitas


pasien
Hasil : Pasien masih takut untuk
duduk dan berjalan

10.00 WIB II 10. Memantau kemampuan mobilitas


pasien
Hasil : Pasien sudah dapat duduk
dan berjalan perlahan ke kamar
mandi secara mandiri

13.00 WIB II 11. Membantu pasien dalam memenuhi


ADL
Hasil : ADL pasien terpenuhi

15.00 WIB II 12. Menganjurkan pasien mobilitas


secara dini dan bertahap
Hasil : Pasien mengatakan sudah
bisa berjalan ke kamar mandi

22.00 WIB I 13. Berkolaborasi dengan dokter dalam


memberikan obat Cefotaxime 2 x 1
gram
Hasil : Obat telah diberikan melalui
oral

41
3. Kamis,
19/09/2019

08.00 WIB III 1. Mengobservasi TTV


Hasil : TD: 120/70 mmHg, N: 82
x/menit, S: 36,2 °C, RR: 20
x/menit

08.00 WIB III 2. Berkolaborasi dengan dokter dalam


memberikan obat Cefadraxile 500
mg
Hasil : Obat telah diberikan melalui
oral

09.00 WIB I 3. Melakukan perawatan luka


Hasil : Luka tampak bersih dan
ditutupi dengan perban

V. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI SUMATIF


PRE OPERASI
Tanggal / Diagnosa Catatan
Jam Keperawatan Perkembangan Paraf
Selasa, I S:
17/09/2019 1. Pasien mengatakan sudah siap untuk operasi
pada hari ini
08.00 WIB 2. Pasien juga mengatakan sudah tidak
khawatir dengan proses operasi nanti

O:
1. Pasien tampak lebih tenang
2. TTV : TD : 110/82 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 °C
RR : 20 x/menit

42
A:
Masalah teratasi

P:
Lanjutkan intervensi

I:
1. Beri support sistem pada pasien
2. Anjurkan pasien untuk lakukan teknik
relaksasi nafas dalam saat merasa cemas
kembali
3. Berikan dukungan spiritual kepada pasien
Senin, II S:
16/09/2019 Pasien mengatakan sudah memahami tentang kista
ovarium dan tindakan pembedahannya.
10.25 WIB
O:
1. Pasien tampak fokus mendengarkan apa
yang disampaikan
2. Pasien tidak tampak bingung
3. Pasien dapat menyebutkan tanda dan gejala
kista ovarium dan dapat menjelaskan apa itu
histerektomi

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan

POST OPERASI
Tanggal/ Diagnosa Catatan Paraf
Jam Keperawatan Perkembangan

Kamis, I S:
19/09/2019
1. Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
09.00 pada perutnya dengan skala 2 (0-10)
2. Pasien mengatakan dapat mengontrol nyeri

43
dengan teknik nafas dalam jika nyeri terjadi
O:
1. Pasien terlihat tenang dan relaks
2. Pasien terlihat nyaman
3. Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
Rr : 19 x/menit
S : 36,00C

A:
Masalah teratasi

P:
Lanjutkan intervensi

I:
1. Instrusikan kepada pasien untuk mengontrol
nyeri dengan teknik nafas dalam jika terjadi
nyeri
2. Anjurkan pasien untuk meminum obat tepat
waktu
Kamis, II S:
19/09/2019 Klien mengatakan sudah tidak lemas dan
seluruh tubuh sudah dapat digerakan
09.00 WIB
O:
Klien tampak berjalan-jalan dan melakukan
aktfitas secara mandiri
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
I:
1. Anjurkan pasien melakukan aktifitas
Kamis, III S:
19/09/2019
1. Pasien mengatakan sudah merasa lebih relaks
dan tenang
2. Pasien mengatakan nyaman

44
09.00 WIB O:
1. Pasien terlihat nyaman dan tenang
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi sistenik
3. Vital sign : TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 36,00C

A:
Masalah teratasi

P:
Lanjutkan intervensi

I:
1. Anjurkan pasien untuk menjaga keberihan area
luka operasi
2. Anjurkan pasien untuk meminum obat tepat
waktu
3. Pasien diperbolehkan pulang

45
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan menyajikan pembahasan dari Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan pada kasus Ny.I dengan diagnosa Kista Ovarium. Dari asuhan
yang dilakukan pada tanggal 16 September 2019 ditemukan beberapa diagnosis yang
sama dengan teori namun ada juga yang tidak termasuk dalam diagnosis yang kami
ambil. Berikut adalah diagnosis yang sesuai dengan teori :
1. Nyeri akut
2. Ansietas
3. Kurang Pengetahuan
4. Hambata Mobilitas Fisik
5. Resiko Infeksi
Namun, ada beberapa diagnosis yang berdasarkan teori dapat muncul namun
pada saat kami kaji tidak muncul seperti :
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait penyakit (komplikasi
peritonitis) dan efek samping terkait perdarahan histerektomi
Pada saat pengkajian kami tidak mendapatkan data yang mendukung untuk
diangkatnya masalah tersebut karena dalam 1 x 24 jam pasien tidak ditemukan
adanya komplikasi pasca operasi. Menurut NANDA (2016) kriteria dari
pengambilan diagnosis resiko perdarahan apabila ada hematuria dan
hematemesis, Kehilangan darah yang terlihat, Tekanan darah tidak dalam batas
normal, Hemoglobin dan hematrokrit tidak dalam batas normal.
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan reflek muntah, penurunan
tingkat kesadaran (tindakan efek anasthesi)
Pada saat pengkajian kami tidak mendapatkan data yang mendukung untuk
diangkatnya masalah tersebut karena pasca operasi kondisi dan kesadaran pasien
stabil yang ditandai dengan vital sign dalam batas normal. Menurut NANDA
(2016) kriteria diambilnya diagnosis dari resiko aspirasi diantaranya pasien tidak

46
dapat bernafas dengan mudah,irama dan frekuensi nafas abnormal,pasien tidak
mampu menelan dan terdapat suara nafas yang abnormal.
3. Konstipasi berhubungan dengan peristaltic usus
Pada saat pengkajian kami tidak mendapatkan data yang mendukung untuk
diangkatnya masalah tersebut dan dari medis pun tidak ada intervensi. Menurut
NANDA (2016) dapat diangkat diagnosis konstipasi apabila pasien mengalami
keluar darah merah dari feses, perubahan pola dfekasi,distensi abdomen, rasa
rektal penuh, dan keletihan umum.
4. Defisit perawatan diri
Pada saat pengkajian tidak ditemukan data bahwa pasien defisit dalam
personal hygiene,karena baik sebelum maupun sesudah pasien operasi selalu
menjaga kebersihannya. Menurut NANDA (2016) dapat diangkat diagnosis
defisit perawatan diri apabila pasien tidak memiliki kemampuan untuk
mandi,makan,berhias dan toileting.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan tumor ovarium yang
dijumpai paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista lutei, tumor
ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin dalam rahim
atau dapat menghalangi masuknya kepala kedalam panggul. Kista ovarium
dibagi menjadi 2 yaitu kista non neoplasma dan kista neoplasma.

B. Saran
Mahasiswa/I keperawatan diharapkan secara aktif untuk membaca dan
meningkatkan keterampilan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kista ovarium.

48

Anda mungkin juga menyukai