Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat dewasa ini


diikuti kegiatan kota yang makin berkembang menimbulkan dampak adanya
kecenderungan buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi Menurut
Kodoatie (2005) jumlah dan laju penduduk perkotaan yang cenderung meningkat
mengakibatkan sistem infrastruktur yang ada menjadi tidak memadai,
karena penyediaannya lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan
penduduk. Hasilnya kota menjadi tempat yang tidak nyaman.Peningkatan volume
dan keragaman sampah pada hakekatnya adalah beban masyarakat karena
berbagai dampak negatif yang mungkin timbul akibat keberadaan sampah yang
tidak dikelola, pada akhirnya akan dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena itu,
permasalahan sampah sudah menjadi hal yang ahrus diperhatikan oleh
pemerintahan. Salvato (1982) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang
termasuk dalam kegiatan pengelolaan sampah, yaitu: pewadahan sampah
(storage), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan
(transport), pengolahan (processing); dan pembuangan akhir (disposal).Hartono et
al (2000)

Volume sampah yang besar dan beranekaragam jenisnya jika tidak


dikelola dengan baik dan benar sangat berpotensi menimbulkan berbagai
permasalahan lingkungan yang kompleks dan serius, antara lain: 1) pencemaran
air oleh “lindi” (leachate) yang keluar dari tumpukan sampah dan mengalir
menuju badan perairan ataupun meresap ke dalam tanah; 2) pencemaran udara
karena adanya gas metana (CH4), salah satu jenis gas rumah kaca, yang keluar
dari tempat penimbunan akhir sampah akibat proses penguraian bahan organik
secara anaerobik; 3) sampah merupakan habitat bagi berkembangnya bakteri
patogen tertentu seperti Salmonella typhosa, Entamoeba coli, Escherichia coli,
Vibrio cholera, Shigella dysentriae, Entamoeba histolytica, dan lain-lain yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia; 4) menurunkan nilai estetika
lingkungan; dan 5) mengurangi kenyamanan lingkungan. Menurut Kholil, Et al
(2008) bahwa Variabel yang terkait langsung dengan sistim pengelolaan sampah
di dalam kota terdiri dari beberapa aspek yaitu : aspek kelembagaan, aspek teknik
operasional yang berkelanjutan, aspek pembiayaan yang memadai, aspek
penerapan peraturan hukum dan aspek dukungan peran serta masyarakat. Jika
rata-rata timbulan sampah 2,5 liter/orang/hari atau 900 liter pertahun. Bila
penduduk kota 100.000 maka timbulan sampah setahun adalah 900.000 meter3.
Hal ini bila ditumpuk pada lahan seluas 5000 m2 akan mencapai ketinggian 450
meter atau setra gedung 150 tingkat.Teknik operasional pengelolaan sampah kota
(Damanhuri, Padmi, 2010 ) meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan
Pewadahan sampah, Pengumpulan sampah, Pemindahan sampah, Pengangkutan
sampah, Pengolahan sampah, dan Pembuangan (sekarang : pemroresan ) akhir
sampah.

Kegiatan pemilihan dan daur ulang semaksimal mungkin dilakukan sejak


dari pewadahan sampah sampai dengan pembuangan akhir sampah. Teknik
operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri atas kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan
melakukan pemilihan sejak dari sumbernya. Pengelolaan sampah B3 rumah
tangga dikelolah secara khusus sesuai aturan yang berlaku. Kegiatan pemilihan
dapat pula dilakukan pada kegiatan pengumpulan pemindahan. Kegiatan
pemilihan dan dau ulang diutamakan di sumber (Damanhuri, Padmi, 2010 )Tanpa
adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program
pengelolaan sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan
kepada masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam
kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat kepada tingkah laku yang
sesuai dengan tujuan program itu. Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi
dua (2) kelompok besar yaitu : (1) Sampah dari pemukiman, atau sampah rumah
tangga. (2) Sampah dari non- pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga,
seperti dari pasar, daerah komersial, dan sebagainya. Sampah dari kedua jenis
sumber ini (1 dan 2) dikenal sebagai sampah domestik. Sedangkan sampah non-
domestik adalah sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga,
misalnya limbah dari proses industri. Bila sampah domestik ini berasal dari
lingkungan perkotaan, dalam bahasa inggris dikenal sebagai municipal solid waste
(MSW). Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam pengelolaan sampah kota di
Indonesia, sumber sampah kota dibagi berdasarkan Permukiman atau rumah
tangga dan sejenisnya, Pasar, Kegiatan komersial seperti pertokoan, Kegiatan
perkantoran, Hotel dan restoran, Kegiatan dari institusi seperti industri, rumah
sakit, untuk sampah yang sejenis sampah permukiman, Penyapuan jalan, dan
Taman-taman. Kadang dimasukan pula sampah dari sungai atau drainase air
hujan, yang cukup banyak dijumpai. Sampah dari masing-masing sumber tersebut
dapat dikatakan mempunyai karakteristik yang khas sesuai dengan besaran dan
variasi aktivitasnya. Demikian juga timbulan (generatioan) sampah masing-
masing sumber tersebut bervariasi satu dengan yang lain, (Damanhuri, Padmi,
2010 )

Sampah yang membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah


terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian
pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan,
pembuangan, maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat
menghasilkan bau tidak enak, seperti amoniak dan asam-asam volatil lainnya.
Selain itu, dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan
sejenisnya, yang dapat membahayakan keselamatan bila tidak ditangani secara
baik. Penumpukan sampah penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu
dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses
dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi.
Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas bahan-
bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Sampah kering (refuse)
sebaiknya didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk
memusnakannya, seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga
memerlukan penanganan lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran
udara yang bermasalah, khususnya bila mengandung plastik PVC. Kelompok
sampah ini dikenal pula sebagai sampah kering, atau sering pula disebut sebagai
sampah anorganik,(Damanhuri, Padmi, 2010 ) Kota kendari dengan jumlah
penduduk pada tahun 2016 sebesar 335.899 jiwa, meliputi 28.541
rumah tangga (Berdasarkan data Badan Puasat Statistik)/ (BPS). Dengan
kepadatan penduduk 54 jiwa/km2 akan menghasilkan timbunan sampah dengan
volume yang tidak sedikit. Dengan jumlah penduduk tersebut timbunan sampah
kota kendari dapat diasumsikan dengan menggunakan faktor pendekatan teoritis
yakni sebanyak 763.326 m3 per hari dengan berat sampah dihasilkan 150.000,15
kg sampah/hari atau sama dengan 150 ton sampah per hari. Dari volume
timbunan sampah tersebut sekitar 50% sampai 75% merupakan sampah organik
(sampah basah) dan sisanya merupakan sampah anorganik (sampah kering)
yang apabila dikelola dengan baik dapat didaur ulang atau dimanfaatkan
kembali.) Dalam upaya mengantisipasi masalah persampahan terutama masalah
kebersihan dan lingkungan hidup akibat belum tertata dan terbinanya penanganan
sampah mulai dari tingkat rumah tangga dan lingkungan sampai ke TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kebersihan
Pertamanan dan Pemakaman Kota Kendari diketahui bahwa warga Kota Kendari
memproduksi sampah 700,00 m3(Asrun, antarasultra.com). Meliputi sampah
organik dan anorganik. Dari total angka tersebut, yang mampu diangkut ke
Tempat Pembuangan Akhir oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman
Kota Kendari berkisar 70%, sehingga 30% sisanya tidak terangkut, hal tersebut
diungkapkan Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota
Kendari, Drs Agus Abdullah saat menjadi narasumber dalam diskusi masalah
persampahan yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kendari di
Taman Srigading (11/2). Tidak terangkutnya semua sampah tersebut ke TPA
menurut agus karena disebabkan armada angkutan sampah milik instansi yang
dipimpinnya sangat terbatas yaitu 24 truk , sementara objek atau luas operasi
sangat luas.Dari sejumlah pasar yang ada di Kota Kendari diperoleh data produksi
sampah yaitu, untuk Pasar Baru Wua-wua perharinya menghasilkan 30 m3
sampah sedangkan yang terangkut hanya 12 m3 per hari. Pasar Sentral Kota
memproduksi 35 m3 perhari yang terangkut 17 m3 per hari, sedangkan
sianya18 m3 per hari tak terangkut. Pasar Anduonohu memproduksi 15m3 per
hari terangkut 8 m3 per hari dan Pasar Lapulu 8 m3 per hari yang terangkut
keseluruhannya. Jumlah penduduk kota yang tak sebanding dengan Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) yang tersedia di tiap wilayah meliputi
pemukiman warga serta industri dan lain-lain. Akibat dari keadaan itu sampah
dibuang secara serampangan dengan tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.
Akibatnya dari hari ke hari kondisi tersebut menimbulkan ketidaknyamanan di
sejumlah sudut Kota Kendari. Laju pertumbuhan jumlah penduduk terus
melonjak tajam. Tahun 2003 penduduk yang ada berjumlah 222.000 jiwa,
di tahun 2005 mencapai 241.000 jiwa, dan tahun 2016 sebesar 335.899 jiwa.
Sebuah mobil sampah hanya mampu melayani 1000 jiwa, demikian halnya
dengan TPS yang ada berjumlah 2000 unit, (Data Pemkot Kendari, 2005).

Pembiayaan pengelolaan sampah saat ini pada umumnya hanya meliputi


pembiayaan operasional dan pemeliharaan. Itupun tidak memadai untuk pelayanan
minimal. Seharusnya kebijakan terkait dengan sistim pembiayaan meliputi
pembiayaan sistim, keputusan tentang tarif jasa pelayanan dan orientasi
pembiayaan (cost recovery). Di Kota Kendari besarnya tarif retribusi sampah
ditentukan oleh Pemerintah Kota melalui Peraturan Daerah Kota Kendari No. 5
Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Kota Kendari tentang Kebersihan No. 4 Tahun
1996. Berkenaan dengan penentuan tarif retribusi kebersihan, masyarakat
sebagai obyek yang terkena dampak kebijakan belum dimintai pendapatnya
mengenai berapa sesungguhnya tarif retribusi yang bersedia dibayarkan guna
mendukung kegiatan pengolahan sampah, yang salah satunya terkait dengan
pengelolaan sampah berkelanjutan. Keberlanjutan merupakan rangkaian peristiwa
di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain yang meliputi perkembangan,keberlanjutan/kesinambungan
pengulangan dan perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


Sumber energi terbarukan perlu digalakkan untuk keberlanjutan
ketersediaan energi. Pemerintah diharapkan melakukan program konversi bahan
bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG).

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Gas Methane

Gas metana merupakan bagian dari senyawa hidrokarbon dan merupakan


komponen utama gas alam. Gas ini adalah jenis gas yang tidak memiliki warna
dan bau. Tetapi, karena alasan keamanan, maka metana ditambahkan bau
belerang. Hal ini agar mudah untuk diketahui jika terjadi kebocoran pada gas.
Sebagai zat gas, metana tidak mudah terbakar. Tetapi, bila konsentrasinya sebesar
5 sampai 15% di udara, maka gak ini dapat terbakar. Adapun metana yang
berbentuk cair tidak mudah terbakar, kecuali juga diberi tekanan yang tinggi
sebesar 4 sampai 5 atmosfer.
Gas metana merupakan gas yang mudah ditemui karena berada di sekitar
kita. Adapun beberapa tempat dimana kita bisa menemukan gas tersebut,
diantaranya adalah :

1. Gas elpiji yang kita gunakan untuk memasak sehari-hari merupakan gas
yang mengandung metana.
2. Metana juga dapat ditemukan pada hewan, tepatnya pada kotorannya.
Hewan-hewan yang kotorannya mengandung metana, antara lain adalah
sapi, kambing, domba, babi, dan unggas.
3. Selain kotoran hewan, kotoran manusia juga mengandung metana.
4. Metana bisa juga ditemukan pada sampah-sampah organik setelah terjadi
perombakan oleh bakteri-bakteri.
5. Metana bisa muncul dari proses pembakaran yang dilakukan pada rawa-
rawa.

2.2 Pemanfaatan Gas Methane


Terdapat dampak gas metana pada kehidupan manusia, baik itu dampak
baik maupun dampak buruk. Adapun dampak baik dari gas ini, yaitu sebagai
bahan bakar pengganti dari bahan bakar fosil. Hal ini karena bahan bakar fosil
telah memiliki jumlah yang semakin sedikit di muka bumi. Dampak baik atau
positif dari gas ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sebagai bahan bakar untuk kompor

Salah satu cara untuk dapat menghasilkan metana dengan mudah adalah
dengan melakukan rekayasa pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Hal tersebut
dilakukan di tempat-tempat tertutup yang memiliki sedikit oksigen atau tidak ada
sama sekali. Proses ini biasa disebut dengan fermentasi anaerobik. Fermentasi
anaerobik merupakan proses pengolahan makanan oleh bakteri tanpa oksigen dan
menghasilkan gas metana. Gas ini nantinya bisa digunakan sebagai bahan bakar
alternatif, seperti generator. Generator bisa dimanfaatkan sebagai penghasil daya
listrik dan bisa juga sebagai bahan bakar kompor gas.

2. Sebagai bahan bakar kendaraan

Gas metana mampu menghasilkan panas yang sangat banyak sehingga bisa
digunakan sebagai bahan bakar. Gas ini merupakan sumber bahan bakar yang
lebih baik dibandingkan dengan bensin dan solar. Hal tersebut karena bahan bakar
dari metana tersebut lebih ramah lingkungan.

3. Sebagai bahan pembuat pupuk

Karena salah satu sumber dari gas metana adalah kotoran hewan. Dari hal
ini maka kotoran yang telah hilang gasnya bisa digunakan sebagai pupuk organik.
Adapun keunggulan dari pupuk yang terbuat dari kotoran tersebut adalah pupuk
ini baik bagi tumbuhan. Hal ini karena mengandung protein, selulose, dan lainnya
yang tidak termasuk pupuk kimia.

4. Sebagai bahan pembuat ban


Terdapat unsur karbon hasil dari pembakaran yang tidak sempurna pada gas
metana yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat ban.

5. Sebagai pembangkit tenaga listrik

Dalam proses mikrobiologi, sampah organik bisa menghasilkan metana. Gas


ini selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti untuk
penerangan, penggerak mesin, dan juga daya listrik. Metana akan dialirkan
melalui inlet generator untuk menghasilkan sumber-sumber tersebut.

Namun, ada pula dampak negatif dari gas ini, yaitu sebagai penyebab
terjadinya perubahan iklim yang berupa pemanasan bumi. Hal ini terjadi karena
metana mengandung emisi gas rumah kaca 23 kali lebih berbahaya dibandingkan
dengan karbondioksida. Dampak dari perubahan iklim yang sebagian besar
disebabkan oleh metana adalah semakin panasnya suhu di kutub utara dan selatan.
Selain hal-hal tersebut, dampak lain metana bisa terjadi pada orang yang terkena
paparan gas ini. Dampak tersebut yaitu orang yang terkena paparan gas ini akan
merasa mual, sakit kepala, dan detak jantung lebih cepat. Selanjutnya juga akan
merasakan masalah kognitif yaitu mudah lupa atau hilangnya memori, pusing,
penglihatan kabur, gelisah, lesu, dan lainnya. Paparan gas ini bisa terjadi dengan
cara inhalasi yaitu ketika memasuki sebuah gedung yang dekat dengan saluran
pembuangan sampah. Selain itu, paparan gas metana juga bisa terjadi melalui
sentuhan gas dari kotoran atau tempat-tempat semacam lubang sampah.

Adanya dampak bahaya dari gas ini membuat banyak orang berpikir untuk
menguranginya. Tapi, sayangnya gas ini tidak dapat dikurangi karena terbentuk
secara alami oleh alam. Meski tidak bisa dikurangi keberadaannya, namun
produksi metana bisa dikurangi. Adapun langkah pengurangan produksi metana
yaitu dengan mengubahnya menjadi biogas. Terlebih pada kotoran hewan yang
16% mengeluarkan gas ke atmosfer. Maka dari itu, langkah yang bisa dilakukan
untuk pengurangan produksi gas metana salah satunya adalah mengubah kotoran
hewan menjadi biogas.
2.3 Pengertian Biogas

Biogas adalah gas yang mudah terbakar dan dihasilkan oleh aktifitas
anaerob atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran
hewan dan sampah organik, limbah domestik (rumah tangga), sampah
biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.
sistem biogas sederhana. Disamping itu di daerah yang banyak industri
pemrosesan makanan antara lain tahu, tempe, ikan pindang atau brem bisa
menyatukan saluran limbahnya ke dalam system biogas. Sehingga limbah industri
tersebut tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Hal ini memungkinkan karena
limbah industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Jenis bahan organik yang diproses sangat mempengaruhi produktifitas
sistem biogas disamping parameter-parameter lain seperti tempratur digester, pH,
tekanan dan kelembaban udara. Salah satu cara menentukan bahan organik yang
sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem Biogas adalah dengan mengetahui
perbandingan Karbon (C) dan Nitrogen (N) atau disebut rasio C/N. Beberapa
percobaan yang telah dilakukan oleh ISAT menunjukkan bahwa aktifitas
metabolisme dari bakteri methanogenik akan optimal pada nilai rasio C/N sekitar
8-20.
Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan
untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan
sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah
buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada
batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon
dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting
dalam manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih
berbahaya dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh
fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil.
Saat ini, banyak negara maju meningkatkan penggunaan biogas yang
dihasilkan baik dari limbah cair maupun limbah padat atau yang dihasilkan dari
sistem pengolahan biologi mekanis pada tempat pengolahan limbah.
Gas landfill adalah gas yang dihasilkan oleh limbah padat yang dibuang di
landfill. Sampah ditimbun dan ditekan secara mekanik dan tekanan dari lapisan
diatasnya. Karena kondisinya menjadi anaerobik, bahan organik tersebut terurai
dan gas landfill dihasilkan. Gas ini semakin berkumpul untuk kemudian perlahan-
lahan terlepas ke atmosfer. Hal ini menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan
ledakan, pemanasan global melalui metana yang merupakan gas rumah kaca, dan
material organik yang terlepas (volatile organic compounds) dapat menyebabkan
(photochemical smog).
Dalam beberapa kasus, gas landfill mengandung siloksan. Selama proses
pembakaran, silikon yang terkandung dalam siloksan tersebut akan dilepaskan dan
dapat bereaksi dengan oksigen bebas atau elemen-elemen lain yang terkandung
dalam gas tersebut. Akibatnya akan terbentuk deposit (endapan) yang umumnya
mengandung silika (SiO2) atau silikat (SixOy) , tetapi deposit tersebut dapat juga
mengandung kalsium, sulfur belerang, zinc (seng), atau fosfor. Deposit-deposit ini
(umumnya berwarna putih) dapat menebal hingga beberapa millimeter di dalam
mesin serta sangat sulit dihilangkan baik secara kimiawi maupun secara mekanik.
Pada internal combustion engines (mesin dengan pembakaran internal),
deposit pada piston dan kepala silinder bersifat sangat abrasif, hingga jumlah yang
sedikit saja sudah cukup untuk merusak mesin hingga perlu perawatan total pada
operasi 5.000 jam atau kurang. Kerusakan yang terjadi serupa dengan yang
diakibatkan karbon yang timbul selama mesin diesel bekerja ringan. Deposit pada
turbin dari turbocharger akan menurukan efisiensi charger tersebut.
Stirling engine lebih tahan terhadap siloksan, walaupun deposit pada
tabungnya dapat mengurangi efisiensi.
2.4 Karakteristik kimia dan ikatan

Metana adalah molekul tetrahedral dengan empat ikatan C-H yang


ekuivalen. Struktur elektroniknya dapat dijelaskan dengan 4 ikatan orbital
molekul yang dihasilkan dari orbital valensi C dan H yang saling melengkapi.
Energi orbital molekul yang kecil dihasilkan dari orbital 2s pada atom karbon
yang saling berpasangan dengan orbital 1s dari 4 atom hidrogen.

Pada suhu ruangan dan tekanan standar, metana adalah gas yang tidak
berwarna darn tidak berbau.[5] Bau dari metana (yang sengaja dibuat demi alasan
keamanan) dihasilkan dari penambahan odoran seperti metanathiol atau
etanathiol. Metana mempunyai titik didih −161 °C (−257.8 °F) pada tekanan 1
atmosfer. Sebagai gas, metana hanya mudah terbakar bila konsentrasinya
mencapai 5-15% di udara. Metana yang berbentuk cair tidak akan terbakar kecuali
diberi tekanan tinggi (4-5 atmosfer).

a. Reaksi kimia

Reaksi-reaksi utama pada metana adalah pembakaran, pembentukan ulang


uap menjadi syngas, dan halogenasi. Secara umum, reaksi metana sulit dikontrol.
Oksidasi sebagian menjadi metanol, misalnya, merupakan reaksi yang agak sulit
untuk dilakukan karena reaksi kimia yang terjadi tetap membentuk karbon
dioksida dan air meskipun jumlah oksigen yang tersedia tidak mencukupi. Enzim
metana monooksigenase dapat digunakan untuk memproduksi metanol dari
metana, tetapi karena jumlahnya yang terbatas maka tidak dapat digunakan dalam
reaksi skala industri.

b. Reaksi asam-basa

Seperti hidrokarbon lainnya, metana adalah asam yang sangat lemah. Nilai
pKa-nya pada DMSO diperkirakan 56. Metana tidak dapat dideprotonasi dalam
larutan, tetapi konjugat basanya dengan metillitium sudah diketahui. Protonasi
dari metana dapat dibuat dengan cara mereaksikannya dengan asam super
sehingga menghasilkan CH5+, terkadang disebut ion metanium.

c. Pembakaran

Pada reaksi pembakaran metana, ada beberapa tahap yang dilewati. Hasil
awal yang didapat adalah formaldehida (HCHO atau H2CO). Oksidasi
formaldehid akan menghasilkan radikal formil (HCO), yang nantinya akan
menghasilkan karbon monoksida (CO):

CH4 + O2 → CO + H2 + H2O

H2 akan teroksidasi menjadi H2O dan melepaskan panas. Reaksi ini


berlangsung sangat cepat, biasanya bahkan kurang dari satu milisekon.

2 H2 + O2 → 2 H2O

Akhirnya, CO akan teroksidasi dan membentuk CO2 sambil melepaskan


panas. Reaksi ini berlangsung lebih lambat daripada tahapan yang lainnya,
biasanya membutuhkan waktu beberapa milisekon.

2 CO + O2 → 2 CO2

Hasil reaksi akhir dari persamaan diatas adalah:

CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O (ΔH = −891 kJ/mol (dalam kondisi temperatur dan
tekanan standar))

Reaksi dengan halogen

Metana bereaksi dengan halogen maka reaksi kimianya adalah:

CH4 + X2 → CH3X + HX
dimana X adalah atom halogen: fluorin (F), klorin (Cl), bromin (Br), atau
iodin (I). Mekanisme untuk proses ini dinamakan halogenasi radikal bebas. Reaksi
dimulai dengan radikal Cl· menempel pada metana untuk menghasilkan CH3·,
keduanya bergabung dan membentuk metil klorida (CH3Cl). Reaksi lainnya akan
menghasilkan diklorometana (CH2Cl2), kloroform (CHCl3), dan karbon
tetraklorida (CCl4). Energi yang diperlukan untuk reaksi ini dapat melalui radiasi
ultraviolet atau pemanasan.

d. Penggunaan

Metana digunakan dalam proses industri kimia dan dapat diangkut sebagai
cairan yang dibekukan (gas alam cair, atau LNG). Ketika dalam bentuk cairan
yang dibekukan, metana akan lebih berat daripada udara karena gas metana yang
didinginkan akan mempunyai massa jenis yang lebih besar, . Metana yang berada
pada suhu ruangan biasa akan lebih ringan daripada udara. Gas alam, yang
sebagian besar adalah metana, biasanya didistribusikan melalui jalur pipa.

Bahan bakar

Metana adalah salah satu bahan bakar yang penting dalam pembangkitan
listrik, dengan cara membakarnya dalam gas turbin atau pemanas uap. Jika
dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, pembakaran metana
menghasilkan gas karbon dioksida yang lebih sedikit untuk setiap satuan panas
yang dihasilkan. Panas pembakaran yang dihasilkan metana adalah 891 kJ/mol.
Jumlah panas ini lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar hidrokarbon
lainnya, tetapi jika dilihat rasio antara panas yang dihasilkan dengan massa
molekul metana (16 g/mol), maka metana akan menghasilkan panas per satuan
massa (55,7 kJ/mol) yang lebih besar daripada hidrokarbon lainnya. Di banyak
kota, metana dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah dan digunakan untuk
pemanas rumah dan kebutuhan memasak. Metana yang dialirkan di rumah ini
biasanya dikenal dengan gas alam. Gas alam mempunyai kandungan energi 39
megajoule per meter kubik, atau 1.000 BTU per kaki kubik standar.
Metana dalam bentuk gas alam terkompresi digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan dan telah terbukti juga sebagai bahan bakar yang lebih ramah
lingkungan daripada bahan bakar fosil lain macam bensin dan diesel.[12]

e. Produksi

Di alam, metana diproduksi oleh alam dalam proses yang disebut


metanogenesis. Proses yang memiliki beberapa tahap ini digunakan oleh beberapa
mikroorganisme sebagai sumber energi. Reaksi bersihnya adalah:

CO2 + 8 H+ + 8 e- → CH4 + 2 H2O

Tahapan akhir dari proses ini dikatalis oleh enzim metil-koenzim M


reduktase. Metanogenesis merupakan salah satu bentuk respirasi anaerob yang
digunakan oleh organisme yang menempati tempat pembuangan akhir, hewan
pemamah biak, dan rayap.

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apakah beberapa tanaman juga
termasuk dalam emisi metana.

f. Proses industri

Metana dapat diproduksi dengan hidrogenasi karbon dioksida dalam proses


Sabatier. Metana juga merupakan hasil sampaing hidrogenasi karbon monoksida
dalam proses Fischer-Tropsch. Teknologi ini dipakai dalam skala industri untuk
memproduksi molekul yang rantainya lebih panjang dari metana.

g. Keberadaan

Metana ditemukan dan diisolasi oleh Alessandro Volta antara tahun 1776
dan 1778 ketika ia mempelajar gas rawa dari Danau Maggiore. Metana
merupakan komponen utama pada gas alam, sekitar 87% dari volume. Saat ini,
metana dihasilkan dari ekstraksi di ladang gas alam. Gas alam pada level dangkal
(tekanan rendah) dibentuk oleh dekomposisi anaerob beberapa substansi organik
dan membentuk metana dari dalam, jauh dari permukaan bumi. Secara umum,
sedimen ini terkubur jauh di dalam dan karena mengalami suhu dan tekanan
tinggi, maka terbentuk gas alam.

Metana biasanya diangkur melalui jalur pipa dalam bentuk gas alam atau
juga dengan pengangkut LNG bila dibawa dalam bentuk cair, hanya beberapa
negara saja yang mengangkutnya memakai truk.

1. Sumber alternatif

Selain ladang gas, metode alternatif untuk mendapatkan metana adalah


melalui biogas yang dihasilkan oleh fermentasi substansi organik, misalnya pupuk
kandang, limbah cair, tempat pembuangan sampah, pada kondisi anaerob (tanpa
oksigen). Penanaman padi juga menghasilkan metana dalam jumlah besar selama
pertumbuhannya. Metana hidrat/klarat merupakan salah satu sumber masa depan
metana yang potensial. Saat ini, hewan ternak adalah penyumbang 16% emisi
metana dunia ke atmosfer. Beberapa penelitian telah menemukan beberapa cara
untuk mengurangi metana yang dihasilkan oleh hewan pemamah biak. Sebuah
studi yang paling baru pada tahun 2009 menyebutkan bahwa 51% emisi gas
rumah kaca global dihasilkan oleh siklus hidup dan rantai pengiriman produk
ternak, termasuk semua daging, susu dan produk samping lainnya, dan proses
pengangkutan mereka.

2. Di atmosfer Bumi
Metana di atmosfer

Konsentrasi metana tahun 2011 pada lapisan atas troposfer bumi


Metana terbentuk dekat permukaan bumi, terutama karena aktivitas
mikroorganisme yang melakukan proses metanogenesis. Gas ini kemudian
terbawa ke stratosfer oleh udara yang naik di iklim tropis. Konsentrasi metana di
udara sebenarnya sudah dapat dikontrol secara alami-tapi karena banyak aktivitas
manusia yang menghasilkan metana maka sekarang membuat gas ini menjadi
salah satu gas rumah kaca, penyebab pemanasan global. Secara alami, metana
bereaksi dengan radikal hidroksil. Metana memiliki waktu "hidup" sekitar 10
tahun,[21] baru setelah itu akan hilang dengan berubah menjadi karbon dioksida
dan air.

Metana juga berpengaruh terhadap rusaknya lapisan ozon. Sebagai


tambahan, ada sejumlah besar metana dalam bentuk metana klarat di dasar laut
dan kerak bumi. Sebagian besar metana ini dihasilkan oleh proses metanogenesis.

Pada tahun 2010, kandungan metana di Arktik diperkirakan 1850 nmol/mol,


2 kali lebih tinggi jika dibandingkan sampai 400.000 tahun sebelumnya. Pada
sejarahnya, konsentrasi metana di atmosfer bumi berkisar antara 300 dan 400
nmol/mol selama periode glasial/zaman es dan 600-700 nmol/mol pada periode
interglasial. Level konsentrasi metana ini bahkan bertambah jauh lebih besar
daripada penambahan karbon dioksida.

Metana di atmosfer bumi merupakan salah satu gas rumah kaca yang utama,
dengan potensi pemanasan global 25 kali lebih besar daripada CO2 dalam periode
100 tahun,). Hal ini berarti, emisi metana lebih mempunyai efek 25 kali lipat
daripada emisi karbon dioksida dengan jumlah yang sama dalam periode 100
tahun. Metana mempunyai efek yang besar dalam jangka waktu pendek (waktu
"hidup" 8,4 tahun di atmosfer), sedangkan karbon dioksida mempunyai efek kecil
dalam jangka waktu lama (lebih dari 100 tahun). Konsentrasi metana di atmosfer
sudah meningkat 150% dari tahun 1750 dan menyumbang 20% efek radiasi yang
dihasilkan gas rumah kaca secara global. Biasanya, metana yang dihasilkan dari
tempat pembuangan akhir akan dibakar sehingga dihasilkan CO2 daripada metana,
karena gas ini lebih berbahaya untuk ozon. Belakangan ini, metana yang
dihasilkan dari penambangan batu bara telah berhasil digunakan untuk
membangkitkan listrik.

h. Keamanan

Metana tidak beracun, tetapi sangat mudah terbakar dan dapat menimbulkan
ledakan apabila bercampur dengan udara. Metana sangat reaktif pada oksidator,
halogen, dan beberapa senyawa lain yang mengandung unsur halogen. Metana
juga bersifat gas asfiksian dan dapat menggantikan oksigen dalam ruangan
tertutup. Asfiksia dapat terjadi apabila konsentrasi oksigen di udara berkurang
sampai di bawah 16% volume, karena kebanyakan orang hanya dapat
mentoleransi pengurangan kadar oksigen sampai 16% tanpa merasa sakit. Gas
metana dapat masuk ke dalam interior sebuah gedung yang dekat dengan tempat
pembuangan akhir dan menyebabkan orang didalamnya terpapar metana.
Beberapa gedung telah dilengkapi sistem keamanan dibawah basement mereka
untuk secara aktif menghisap gas metana ini dan membuangnya keluar gedung.
BAB III
PEMBAHASAN

Gas metana merupakan bagian dari senyawa hidrokarbon dan merupakan


komponen utama gas alam. Gas ini adalah jenis gas yang tidak memiliki warna
dan bau. Gas metan yang kita amati berasal dari tumpukan sampah yang ditimbun
menggunakan tanah urung dengan kedalaman 4 meter apabila lebih dalam lagi
akan lebih baik. Sampah yang dapat menghasilkan gas metan merupakan sampah
yang telah ditimbun kurang lebih 1 bulan. Sedangkan proses pengambilan gas
metan dari tumpukan sampah tersebut terlihat sangat sederhana. Yakni berupa
instalasi pipa-pipa berukuran kecil dan sedang. Prosesnya diawali dari
pengambilan gas metan dari sumber (sampah) dengan cara menancapkan pipa
kecil ke sampah pada kedalaman sekitar 4 meter.
Kemudian mengatur suhu sampah dengan menyiram air yang disalurkan
melalui pipa. Lalu, gas yang terambil mengalir ke sistem pemisah gas yang berupa
pipa terminal utama. Kemudian gas yang mengalir dipisah melalui pipa pemisah
terdiri dari 3 buah pipa menjulang ke atas dengan ketinggian sekitar 5 meter. Di
sini, akan dipisahkan antara gas metan dengan air. Gas metan hasil pengambilan
dialirkan ke pengguna. Sedangkan air masuk ke tempat penampungan kecil yang
kemudian dibuang. Berikut alur pemanfaatan gas metan TPA Puuwatu:
Pipa dikonekkan menjadi 1 arah sampai ke rumah tempat mesin. Berikut gambar :

Setelah sampai ke rumah mesin gas mentahan diolah menjadi gas metana yang
kemudian di manfaatkan men

Anda mungkin juga menyukai