OLEH:
KELOMPOK 1
E1A118001 ST FAUZIAH NURAINI.A E1F118010 ANISA
E1A118007 SUSTRIYANI E1F118001 AL ADHIM MUHAMMAD DARS HATS
E1A118016 MAYURA ADITYA E1F118003 YUSRIL IRMAWAN
E1A118002 ADRIANSYAH ADIPUTRA E1F118004 LA ODE AMIN SHABRIN
E1A118003 KEVIN ABDULLAH ALRASYID E1F118005 SYAHRIL RAMADHAN
E1A118004 MUZAMMIL MAKMUR E1F118006 LA ODE REFORMASI
E1A118005 AYATUL MUFARIDUN AMAL E1F118007 MUHAMAD RAIS
E1A118006 RAMDAN E1G118005 NELPIAN
E1A118008 MUSMULIADI E1G118010 NUR AINI AISYAH
E1A118009 LA ODE YUDI ARYANTO E1G118001 MUHAMMAD ARIF FAJAR AMANU
E1A118010 RAHIM E1G118002 YUSRIANTO
E1A118011 USTON E1G118003 INDRAWAN SAPUTRA
E1F118002 WAODE RILANI M E1G118004 MUHAMAD LUKMAN HAKIM
E1F118008 SAVILDA E1G118006 RIKI WAHYU
E1F118009 YULI RAHMAN
SEPTEMBER 2018
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Kimia Rekayasa mengenai Tanah dan Besi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada teman-teman kelompok yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN 5
BAB II PEMBAHASAN 8
A. Pengertian, Komposisi dan Proses Terbentuknya Tanah 6
B. Sistem Klasifikasi Tanah 8
C. Pemadatan tanah 10
D. Pengertian Besi 11
E. Jenis-Jenis dan Unsur kimia pada Besi 11
F. Proses Pembuatan Besi 13
A. KESIMPULAN 16
B. SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
4
C. TUJUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tanah
Pengertian tanah menurut Sitanala Arsyad (1989) adalah suatu benda
alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, dan gas
yang mempunyai sifat serta perilaku yang dinamis. Tanah berasal dari hasil
pelapukan bahan anorganik (batuan) dan bahan organik (sisa tumbuhan dan
binatang). Pelapukan itu terjadi karena panas matahari, hujan, dan angin. Selain
itu pelapukan juga dapat terjadi karena meleburnya batu-batuan oleh panas
yang terjadi di dalam litosfer.
2. Komposisi Tanah
Tanah merupakan kumpulan benda-benda alam yang berada di permukaan
bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, dan terdiri atas bahan mineral, bahan
organik, air, dan udara. Perubahan jumlah terhadap salah satu bahan akan
memengaruhi jumlah bahan lain. Bahan organik dan anorganik adalah komposisi
padat, sedangkan udara dan air mengisi pori-pori tanah.
Tanah terdiri atas empat komponen yaitu: mineral (45%), bahan organik
(5%), air (20- 30%), dan udara (20-30%). Di Indonesia terdapat bermacam-
macam jenis tanah. Perbedaan jenis tanah di Indonesia disebabkan oleh:
a. penyinaran matahari yang berbeda,
b. ada tidaknya tumbuhan penutup tanah,
c. relief, hal ini menyebabkan terdapatnya perbedaan variasi iklim
meskipun di daerah yang sama, dan
d. curah hujan yang berbeda-beda.
6
3. Proses Terbentuknya Tanah
Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat anorganik yang
mengalami pelapukan. Berubahnya batuan menjadi butir-butir tanah disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
a. pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari,
b. pemadatan dan tekanan pada sisa-sisa zat organik akan mempercepat
terbentuknya batuan,
c. batuan yang sudah retak dan proses pelapukan yang dipercepat oleh air,
d. binatang-binatang kecil seperti cacing tanah, rayap, dan sebagainya yang
membuat lubang dan mengeluarkan zat-zat yang dapat menghancurkan
batuan, dan
e. akar tumbuh-tumbuhan dapat menerobos dan memecah batu-batuan menjadi
hancur menjadi butiran-butiran tanah.
7
Pelapukan yang terjadi pada batuan atau sisa-sisa jasad kehidupan pada
proses terbentuknya tanah dapat berlangsung secara tiga macam sebagai berikut.
a. Khemik atau kimiawi, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh pengaruh
bahan kimia yang larut dalam air. Adanya reaksi kimia pada zat yang
terkandung dalam air menyebabkan batuan mengalami penghancuran.
b. Fisik atau mekanis, yaitu pelapukan yang disebabkan oleh faktor
perubahan cuaca yaitu peristiwa pemanasan pada siang hari dan
pendinginan pada malam hari, sehingga lambat laun batuan mengalami
penghancuran.
c. Organik atau biologis, yaitu pelapukan yang disebabkan karena adanya
tumbuhan yang hidup di atas batuan, misalnya lumut. Batuan yang
ditumbuhi lumut lama kelamaan akan mengalami pelapukan, sehingga
hancur dan menjadi butir-butir tanah.
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini berbagai macam, karena
banyak negara menggunkan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh
negara tersebut. Di Indonesia saja sekarang ini paling sedikit dikenal tiga sistem
klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah
Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika Serikat). Ketiga sistem klasifikasi
tanah ini memiliki kekurangan dan kelebihan jika diaplikasikan ke tanah-tanah di
Indonesia, sehingga pada KONGRES X HITI (Desember 2011) disepakati akan
dibentuk Sistem Klasifikasi Tanah Nasional yang diharapkan akan dapat mewakili
sifat-sisat tanah yang tersebar di Indonesia.
Sistem klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh, Amerika Serikat dengan
nama Soil Taxsonomy (USDA, 1975, 1999) menggunakan enam kategori yaitu
Ordo, SubOrdo, Great group, Subgroup, Family, dan Seri. Sistem ini merupakan
sistem yang benar–benar baru baik mengenai cara–cara penamaan (tata nama)
8
maupun definisi–definisi mengenai horison–horison penciri ataupun sifat–sifat
penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis–jenis tanah.
2. Sistem FAO/UNESCO
Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta skala 1:5.000.000 oleh
FAO/UNESCO. Untuk ini telah dikembangkan suatu sistem klasifikasi dengan
dua kategori. Kategori yang pertama kurang lebih setara dengan kategori great
group, sedangkan kategori kedua mirip dengan subgroup dalam sistem Taksonomi
Tanah USDA. Kategori yang lebih tinggi dan lebih rendah dari kedua kategori
tersebut tidak dikembangkan.
Sistem klasifikasi tanah yang berasal dari Pusat Penelitian Tanah Bogor dan telah
banyak dikenal di Indonesia adalah sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem
ini mirip dengan sistem Amerika Serikat terdahulu (Baldwin, Kellog, dan Throp,
1938; Thorp dan Smith, 1949) dengan beberapa modifikasi dan tambahan.
Dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem Amerika Serikat
yang baru (Soil Taxosonomy, USDA, 1975), sistem tersebut telah ppuka
mengalami penyempurnaan. Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi
9
jenis–jenis tanah (great group) dan macam tanah (subgroup). Dengan perubahan–
perubahan definisi tersebut maka disamping nama–nama tanah lama yang tetap
dipertahankan dikemukakanlah nama–nama baru yang kebanyakan mirip dengan
nama–nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang sifat–sifat pembedanya digunakan
horison–horison penciri seperti yang dikemukakan oleh USDA dalam Soil
Taxosonomy (1975) ataupun oleh FAO/UNESCO dalam Soil Map of the World
(1974).
C. Pemadatan tanah
Menaikan kekuatannya.
Memperkecil daya rembesan airnya.
Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.
Untuk mendapatkan suatu kepadatan tertentu makin tebal lapisan yang akan
dipadatkan, maka diperlukan alat pemadat yang makin berat. Untuk mencapai
kepadatan tertentu maka pemadatan harus dilaksanakan lapis demi lapis
bergantung dari jenis tanah dan alat pemadat yang dipakai, misalnya untuk tanah
lempung tebal lapisan 15 cm, sedangkan pasir dapat mencapai 40 cm.
Bila kadar air tanah rendah, tanah tersebut sukar dipadatkan, jika kadar air
dinaikkan dengan menambah air, air tersebut seolah-olah sebagai pelumas antara
butiran tanah sehingga mudah dipadatkan tetapi bila kadar air terlalu tinggi
10
kepadatannya akan menurun. Jadi untuk memperoleh kepadatan maximum,
diperlukan kadar air yang optimum. Untuk mengetahui kadar air optimum dan
kepadatan kering maximum diadakan percobaan pemadatan dilaboratorium yang
dikenal dengan :
3. Alat Pemadat
D. Pengertian Besi
Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum) dan
nomor atom 26. Merupakan logam dalam deret transisi pertama. Ini adalah unsur
paling umum di bumi berdasarkan massa, membentuk sebagian besar bagian inti
luar dan dalam bumi. Besi adalah unsur keempat terbesar pada kerak bumi.
Kelimpahannya dalam planet berbatu seperti bumi karena melimpahnya produksi
akibat reaksi fusi dalam bintang bermassa besar, di mana produksi nikel-56 (yang
meluruh menjadi isotop besi paling umum) adalah reaksi fusi nuklir terakhir yang
bersifat eksotermal. Akibatnya, nikel radioaktif adalah unsur terakhir yang
diproduksi sebelum keruntuhan hebat supernova. Keruntuhan tersebut
menghamburkan prekursor radionuklida besi ke angkasa raya.
11
E. Jenis-Jenis dan Unsur kimia pada Besi
1. Jenis-Jenis Besi
Besi mentah atau Pig iron yang mengandungi 4% – 5% karbon
dengan sejumlah bendasing seperti belerang, silikon dan fosforus.
Kepentingannya adalah ia merupakan perantaraan daripada bijih besi
kepada besi tuang dan besi waja.
Besi tuang (Cast iron) mengandungi 2% – 3.5% karbon dan
sejumlah kecilmangan. Bendasing yang terdapat di dalam besi mentah
yang dapat memberikan kesan buruk kepada sifat bahan, seperti belerang
dan fosforus, telah dikurangkan kepada tahap boleh diterima. Ia
mempunyai takat lebur pada julat 1420–1470 K, yang lebih rendah
berbanding dua komponen utamanya, dan menjadikannya hasil pertama
yang melebur apabila karbon dan besi dipanaskan serentak. Sifat
mekanikalnya berubah-ubah, bergantung kepada bentuk karbon yang
diterap ke dalam aloi. Besi tuang 'putih' mengandungi karbon dalam
bentuk cementite, atau besi karbida.
Besi karbon mengandung antara 0.5% dan 1.5% karbon, dengan
sejumlah kecil mangan, belerang, fosforus, dan silikon.
Besi tempa (Wrought iron) mengandung kurang daripada 0.5%
karbon. Ia keras, mudah lentur, dan tidak mudah dilakurkan berbanding
dengan besi mentah. Ia mempunyai sejumlah kecil karbon, beberapa
persepuluh peratus. Jika ditajamkan menjadi tirus, ia cepat kehilangan
ketajamannya.
Besi aloi (Alloy steel) mengandungi kandungan karbon yang
berubah-ubah dan juga logam-logam lain, seperti kromium, vanadium,
molibdenum, nikel, tungsten dsb.
Besi oksida (III) digunakan dalam penghasilan storan magnetik
dalam komputer. Ia sering dicampurkan dengan bahan lain, dan
mengekalkan ciri-ciri mereka dalam larutan.
12
2. Unsur Kimia Pada Besi
Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor atom
besi, Fe, 26
Deret kimia
logam transisi Golongan, Periode, Blok 8, 4, d
Penampilan metalik mengkilap keabu-abuan Massa atom 55,845(2) g/mol
Konfigurasi elektron [Ar] 3d6 4s2 Jumlah elektron tiap kulit 2, 8, 14, 2
1. Mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik. Karena memiliki
ikatan ganda dan ikatan kovalen logam.
2. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat teroksidasi
membentuk besi (III) oksida hidrat.(Cotton,1989 :462).
1. Peleburan Besi
Peleburan besi dilakukan dalam suatu alat yang disebut blast furnace (tungku
sembur) dengan tinggi 40 m dan lebar 14 m dan terbuat dari batu bata yang tahan
panas tinggi. Bahan yang dimasukkan dalam tanur ini ada tiga macam, yaitu bijih
besi yang dikotori pasir (biasanya hematit), batu kapur (CaCO3) untuk mengikat
kotoran (fluks), dan karbon (kokas) sebagai zat pereduksi.
Suhu reaksi sangat tinggi dan tekanan tanur sekitar 1 – 3 atm gauge, sehingga besi
mencair dan disebut besi gubal (pig iron). Besi cair pada umumnya langsung
diproses untuk membuat baja, tetapi sebagian ada juga yang dialirkan ke dalam
cetakan untuk membuat besi tuang (cast iron) yang mengandung 3 – 4 % karbon
dan sedikit pengotor lain, seperti Mn, Si, P. Besi yang mengandung karbon sangat
rendah (0,005 – 0,2%) disebut besi tempa (wrought iron).
13
Batu kapur berfungsi sebagai fluks, yaitu untuk mengikat pengotor yang bersifat
asam, seperti SiO2 membentuk terak. Reaksi pembentukan terak adalah sebagai
berikut. Mula-mula batu kapur terurai membentuk kalsium oksida (CaO) dan
karbon dioksida (CO2).
Terak ini mengapung di atas besi cair dan harus dikeluarkan dalam selang waktu
tertentu.
Teknologi pengolahan besi gubal (pig iron) menjadi baja secara murah dan cepat
diperkenalkan oleh Henry Bessemer (1856), tetapi sekarang sudah tidak
digunakan lagi. William Siemens tahun 1860 mengembangkan tungku terbuka
(open herth furnace), dan sekarang tungku yang banyak digunakan adalah tungku
oksigen.
Berbagai jenis zat ditambahkan pada pengolahan baja yang berguna sebagai
“scavangers” (pengikat pengotor), terutama untuk mengikat oksigen dan nitrogen.
Scavangers yang terpenting adalah aluminium, ferosilikon, feromangan, dan
14
ferotitan. Zat tersebut bereaksi dengan nitrogen atau oksigen yang terlarut
membentuk oksida yang kemudian terpisah ke dalam terak.
Untuk mencegah perkaratan pada baja dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu:
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cair, dan gas yang mempunyai sifat serta perilaku yang dinamis.
Tanah terdiri atas empat komponen yaitu: mineral (45%), bahan organik (5%), air
(20- 30%), dan udara (20-30%). Pada dasarnya tanah berasal dari batuan atau zat
anorganik yang mengalami pelapukan. Di Indonesia saja sekarang ini paling
sedikit dikenal tiga sistem klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan
oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika
Serikat). Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul / mengolah).
Besi adalah unsur kimia dengan simbol Fe (dari bahasa Latin: ferrum) dan
nomor atom 26. Adapun jenis-jenis besi yakni besi mentah, besi tuang, besi
karbon, besi tempa, Besi aloi (Alloy steel), Besi oksida (III). Proses peleburan
besi ada dua yakni peleburan besi dan peleburan ulang besi.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Dorin, Henry. 1987. Chemistry The Study of Matter. USA: Allyn & Balcon
Soepardi,Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Institut Pertanian Bogor
17