Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU TANAH

SIFAT KIMIA TANAH

Oleh:
KHT C
KELOMPOK 2

1. MUHLIS MUBARAK L 131 18


2. SEPRIANTO PARINDING L 131 18
3. AHMAD BASRI L 131 18
4. HIDAYAT MADENGKE L 131 18
5. SITI KHOFIFAH L 131 18
6. MOH FAUZAN L 131 18
7. MELISA L 131 18
8. SITI RAHMA L 131 18
9. FITRAH RAMADANI RUSLI L 131 18 230
10. MUH. RIFALDI L 131 18 231
11. MIFTAHUL INDAR MAHARANI L 131 18 232
12. DIANTI L 131 18 233

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah -
Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Penyusun juga panjatkan kehadiran Allah SWT karena hanya dengan kerido’an – Nya, makalah
dengan judul “MAKALAH SIFAT KIMIA TANAH” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu tanah di Fakultas Kehutanan pada
Universitas Tadulako. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen
pembimbing selaku dosen mata kuliah Ilmu tanah, dan kepada teman kelompok yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 13 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... 21


BAB I.............................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 5
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 6
A. DEFINISI TANAH ............................................................................................................................ 6
B. SIFAT KIMIA TANAH .................................................................................................................... 7
C. KANDUNGAN KIMIA DALAM TANAH ..................................................................................... 9
BAB III......................................................................................................................................................... 17
PENUTUP ................................................................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................. 17
B. SARAN ......................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah
satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur dan mengandung banyak
unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia
banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang
yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan
pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif
bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan
lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu diikuti oleh dampak
negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan
berkurangnya luas tanah pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia
atau makhluk hidup lain. Sama halnya dengan kegiatan pertambangan yang menyebabkan
kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan
pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama
pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar
di permukaan bumi. Pada saat penambangan, untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah
dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan
meninggalkan lahan bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan
perhatian yang serius karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut
mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak
tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup. Jika kita ingin
mengetahui tentang pencemaran tanah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
lingkungan tanah.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah itu definisi tanah?


2. Apa sifat kimia tanah?
3. Apa saja kandungan kimia dalam tanah?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui definisi tanah.


2. Untuk mengetahui sifat dan karakteristik kimia tanah,
3. Untuk mengetahui kandungan kimia dalam tanah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI TANAH
Tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari benda
padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara tanah. Tanah telah dikenal sejak awal
peradaban manusia terutama setelah manusia menggunakan tanah untuk bercocok tanam dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian tentang tanah mulai lebih jelas setelah para ahli
fisika-kimia dan geologi memberi batasan /definisi tentang tanah. Beberapa definisi tentang tanah
sebagai berikut.
1. BERZELIUS (1803), seorang ahli kimia Swedia mendefiniksikan tanah sebagai “
Laboratorium kimia alam dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia
berlangsung secara terang.” Disini tampak jelas bahwa tanah belum lagi dianggap
sebagai alat produksi pertanian melainkan tempat berlangsungnya segala reaksi kimia
yang terjadi di alam.
2. JUSTUS VON LIEBIG (1840) dari Jerman menyebut tanah sebagai tabung reaksi
dimana seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah merupakan
gudang persediaan mineral-mineral yang bersifat statis.
3. FALLUO (1871), ahli mineralogi Jerman memandang tanah tidak hanya sebagai
batubatuan tetapi juga bagian dari petografi (petros = batuan) pertanian. Tanah adalah
produk hancuran iklim (weather) yang bercampur dengan bahan organik.
4. DAVY (1913) dari Inggris mendefinisikan tanah sebagai “ Laboratorium yang
menyediakan unsur-unsur hara tanaman.”
5. WERNER (1918) berpendapat bahwa tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi
bahan padat kering terdiri atas bahan bumi berupa partikel-partikel kecil yang mudah
remah, sisa vegetasi dan hewan.
Selain kelima definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah
sebagai berikut: Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi
sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut
dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan
tanaman kehutanan.
Faraksi padat dari jenis tanah produktif terdiri dari kurang lebih 5% bahan organik dan 95%
bahan anorganik. Beberapa jenis tanah seperti tanah gambut dapat mengandung bahan organik
95% dan beberapa tanah lainnya ada yang hanya mengandung 1% bahan organik.

B. SIFAT KIMIA TANAH

a. Derajat keasaman

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut.
Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya
berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih
tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada
H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai
pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari
7 disebut asam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah
umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan
4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral
meskipun sebenarnya masih agak asam. Di daerah yang sangat kering kadangkadang pH
tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim
1991).

b. Kapasitas tukar kation


Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat
beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK tanah
dipengaruhi oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik
dan pengapuran serta pemupukan. Soepardi (1983) mengemukakan kapasitas tukar kation
tanah sangat beragam karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai dalam
tanah berbeda-beda pula.
Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana senyawa
anorganik dan logam mikro esensial menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika ion-ion logam
hara diserap oleh akar tanaman, ion hidrogen bertukar dengan ion-ion logam. Proses ini
karena adanya leaching dari kalsium, magnesium dan ion logam lainnya dari dalam tanah
oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung membuat tanah menjadi asam.
Ca2+ + 2CO2+ 2H2O 2H+ + Ca2+ + 2HCO3

Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah tanah akan cenderung menjadi basa
karena terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3 dalam tanah, sifat ini dapat dihilangkan
dengan cara dengan cara menambahkan aluminium dan besi sulfat yang akan melepaskan
asam dalam proses hidrolisis.
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6 H2O 2Fe(OH)3 + 6H+ + 3SO42-

Bisa juga dengan menambahkan belerang. Belerang yaqng ditambahkan ke dalam tanah

dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reksi pembentukan asam sulfat. S+1½

O2 + H2O 2H+ + SO42-

c. Kejenuhan basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan
tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kationkation
yang diserap. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat
disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid (Anonim 1991). Kejenuhan basa
selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan
dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan
basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan
basa antara 50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada
sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa dapat
dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50% (Anonim 1991).

C. KANDUNGAN KIMIA DALAM TANAH

1. Kandungan Makro dalam Tanah


a. Kandungan organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan
organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan
kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah
sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik
dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen. Agar
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses
dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik
mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.
Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi
tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.
b. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).Menurut
Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan
organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari nitrogen
udara, pupuk, dan air hujan.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya
terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga
membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi oleh
aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman atau
mikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada
lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut
(Hardjowigeno 2003). Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino,
lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah
dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2,
N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun
bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk
NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami
mineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut,
sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang
melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau
bertambah karena pengendapan.

c. Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan
merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan
(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam
tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor
organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik.
Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu
0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami
P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P
kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994)
jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya
kerdil.
d. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh
tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir
muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya.
Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang
dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar,
fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium
tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium.
Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau
tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad
renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam
tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium.
Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-
tanah organik mengandung sedikit kalium.

e. Kalsium
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari
kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan
batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu
aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
f. Magnesium
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa
hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada
daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari
kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
g. Belerang
Belerang dari dalam tanah diasimilasi oleh tanaman sebagai ion sulfat SO4-. Di
suatu daerah terjadi pencemaran SO2 d iatmosfer, maka belerang dapat diadsorpsi oleh
daun daun tanaman sebagai sulfur oksida. Kandungan SO2 yangcukup tinggi di atmosfer
dapat mematikan tanaman.

2. Kandungan Mikro dalam Tanah


Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi (Fe),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B) dan Klor(Cl).
a. Besi (Fe)
Besi (Fe) merupakan unsure mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+)
ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan
organik). Mineral Fe antara lain olivin, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk
khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan
adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang
terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat
dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami
defisiensi Fe. Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan
efisien. Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan
dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe
porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
• Catalase : H2O + H2O O2 + 2H2O
• Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O

Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme.
Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe
menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan
protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kadar asam amino
pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastik. Penurunan kadar pigmen dan
protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe dan juga akan mengakibatkan pengurangan
aktivitas semua enzim.

b. Mangan (Mn)
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+ seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap
dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan
lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang
satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa
oksida, karbonat dan silikat dengan nama pirolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)),
rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan
primer, terutama dalam bahan ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses
pelapukan batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit
(MnO2) dan manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai
2000 ppm.

c. Seng (Zn)
Zink diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis mungkin
diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)2. Di samping itu, Zn diserap dalam bentuk
kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat
daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam
tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida
(ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan
ZnSiO4). Fungsi Zn antara lain : pengaktif enim anolase, aldolase, asam oksalat
dekarboksilase, lesitimase, sistein desulfihidrase, histidin deaminase, super okside
demutase (SOD), dehidrogenase, karbon anhidrase, proteinase dan peptidase. Juga
berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang. Ketersediaan Zn
menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan
ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan
adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn
antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul
(resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap dalam bentuk
senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen diamine tetra acetate acid)
dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate acid). Dalam getah tanaman bik dalam
xylem maupun floem hampir semua Cu membentuk kompleks senyawa dengan asam
amino. Cu dalam akar tanaman dan dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks. Dalam
tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4 misalnya kalkosit (Cu2S),
kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4), luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit
[(Cu,Fe).12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO), malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit
[(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.
Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul
mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil, karotenoid,
plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase,
askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme
protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan
terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi /
kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda
kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai
daun lemah.
e. Molibden (Mo)
Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis
relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi
hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada
daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm. Umumnya tanah mineral cukup
mengandung Mo. Mineral lempung yang terdapat di dalam tanah antara lain molibderit
(MoS), powellit (CaMo)3.8H2O. Molibdenum (Mo) dalam larutan sebagai kation ataupun
anion. Pada tanah gambut atau tanah organik sering terlihat adanya gejala defisiensi Mo.
Walaupun demikian dengan senyawa organik Mo membentuk senyawa khelat yang
melindungi Mo dari pencucian air. Tanah yang disawahkan menyebabkan kenaikan
ketersediaan Mo dalam tanah. Hal ini disebabkan karena dilepaskannya Mo dari ikatan
Fe (III) oksida menjadi Fe (II) oksida hidrat.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase
dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai
kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi
pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun
tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun
umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga
kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.

f. Boron (B)
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar
antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat B(OH)4-. Boron
yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total boron dalam tanah. Boron
ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan
difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga
banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan
Al3+ dan atau Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin
(H2MgNaAl3(BO)2Si4O2)O20 yang mengandung 3 - 4% boron. Mineral tersebut terbentuk
dari batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang
mengandung boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit
(NaCaB5O9.8H2O) dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama
seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme asam
nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga berperan dalam
pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan
serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan
meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang
berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit. g. Klor (Cl)
Klor merupakan unsure yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan
dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun.
Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang
terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran
hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah
tercuci oleh air draiinase. Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara
Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah
keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan
osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion
lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting dan juga
berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tanah merupakan campuran dari berbagai mineral, bahan oraganik dan air yang dapat
mendukung kehidupan tanaman. Tanah umumnya mempunyai struktur yang lepas dan
mengandung bahan-bahan padat dan rongga-rongga udara. Bagian-bagian mineral dari tanah
dibentuk oleh batuan induk dari pelapukan secara fisik, kimia dan biologi. Susunan bahan organic
terdiri dari sisa-sisa biomas tanaman dari berbagai tingkat penguraian atau pembusukan.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung
kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur
tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh.
Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat,
tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.

B. SARAN

Untuk lebih memahami semua tentang tanah dan pencemaran tanah, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para
pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari
dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih Dr. M.Si.2004. Kimia Lingkungan. Andi:Yogyakarta.

Anonym. 2011. Sumber dan Komponen Bahan Pencemar Tanah(on line).word

Akademika Presindo: Jakarta. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2011/11/ pada


tanggal 11 april 2019

http://uisufp.blogspot.com/2012/09/pengertian-tentang-tanah.html pada tanggal 11 april 2019

Anda mungkin juga menyukai