Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan Makalah Tender Pekerjaan Konstruksi dalam waktu
yang telah diberikan. Makalah ini saya susun untuk menyelesaikan tugas Etika
Profesi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Dalam penulisan Makalah ini, saya menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Edi Usman, S.T., M.T. yang telah membantu demi kelancaran penulisan
makalah ini. Kemungkinan masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna lebih
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya sekali lagi saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang ikut membantu selesainya penulisan makalah ini. Semoga ada manfaatnya
bagi yang memerlukan.

Makassar, April 2019

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lelang atau tender adalah penawaran pekerjaan kepada Kontraktor
atau Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi
dan dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu tahapan yang mutlak harus
dilalui dalam proses pemilihan penyedia barang dan jasa pemerintah
adalah tahapan pembukaan dokumen penawaran. Acara pembukaan
dokumen penawaran dilakukan secara resmi dalam suatu acara yang
disaksikan oleh semua peserta lelang karena dokumen tersebut merupakan
penentu dalam persaingan pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah.
Acara pembukaan penawaran selalu menjadi perhatian semua peserta
lelang karena dalam acara inilah panitia pengadaan barang/jasa pemerintah
membeberkan seluruh data-data yang terdapat dalam setiap dokumen
penawaran kepada seluruh peserta lelang.

Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat dalam dokumen


penawaran peserta lainnya, maka secara tidak langsung para peserta lelang
dapat mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dalam melakukan proses
evaluasi dokumen penawaran tersebut. Dengan demikian proses
penentuan pemenang lelang menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan.
Karena itulah, meskipun tidak ada kewajiban untuk hadir dalam acara
pembukaan penawaran, setiap peserta lelang selalu berusaha untuk hadir
dalam acara tersebut. Tata cara pembukaan dokumen, siapa saja yang
diperkanankan hadir, serta dokumen apa saja yang harus dibuka pada acara
tersebut telah diatur dalam Peraturan Presiden R.I nomor 54 tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pemasaran merupakan suatu fungsi yang meliputi sejumlah aktivitas
dalam menukarkan jasa perusahaan konstruksi untuk keuntungan
ekonomis. Menurut konsep pemasaran modern, fokus aktivitas tersebut
adalah pelelangan, dan mengalir kembali kepada kontraktor yang
kemudian dapat merencanakan cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Penawaran bersaing (competitive bidding) adalah jenis lain dari pricing
dalam istilah pemasaran. Dalam penawaran bersaing, setiap penawar pada
suatu kontrak tertentu harus menyerahkan semua dokumen penawaran
yang masih dapat dipertanggungjawabkan (lowest, responsive, dan
responsible) sebagai pertimbangan untuk memenangkan tender tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Pelelangan ?
2. Bagaimana cara melakukan pelelangan ?
3. Apa saja kecurangan yg terjadi pada saat pelelangan?
4. Apa saja sanksi bagi pihak yang terlibat kecurangan dalam tender?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pelelangan
2. Untuk mengetahui cara melakukan pelelangan
3. Untuk mengetaui kecurangan yg terjadi pada saat pelelangan
4. Untuk mengetahui sanksi bagi pihak yang terlibat kecurangan dalam
tender?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pelelangan
Pelelangan dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang / jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat
diantara penyedian barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan
metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak –
pihak yang terkait secara taat sehingga terpilih penyedia terbaik ( Wulfram I.
Ervianto, manajemen proyek konstruksi hal 49 )

B. Kecurangan dalam pelelangan


 PEMBERIAN SUAP / SOGOK ( BRIBERY )
Pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas, dan janji untuk
melakukan suatu perbuatan yang akan berakibat membawa untung terhadap
diri sendiri atau pihak lain, yang akan yang berhubungan dengan jabatan
yan dipegangnya pada saat itu.
 PENGGELAPAN ( EMBEZZLEMENT )
Perbuatan mengambil tanpa hak oleh seseorang yang telah diberi
kewenangan, untuk mengawasi dan bertanggung jawab penuh terhadap
barang milik negara, oleh pejabat publik maupun swasta.
 PEMALSUAN ( FRAUD )
Suatu tindakan atau perilaku untuk mengelabui orang lain atau
organisasi, dengan maksud untuk keuntungan dan kepentingan dirinya
sendiri maupun orang lain.
 PEMERASAN ( EXTORTION )
Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang
atau barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat public
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti
dengan ancaman fisik ataupun kekerasan.
 PENYALAHGUNAAN JABATAN ATAU WEWENANG ( ABUSE OF
DISCRETION )
Mempergunakan kewenangan yang dimiliki, untuk melakukan
tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau
perseorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap kelompok atau
perseorangan lainnya.
 PILIH KASIH ( FAVORITISME )
Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan
keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama, dan golongan yang bukan
kepada alasan objektif, seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga,
profesionalisme kerja.
 MENERIMA KOMISI ( COMMISION )
Pejabat publik yang menerima sesuatu yang bernilai, dalam bantuan
uang, saham, fasilitas, barang, dll, sebagai syarat untuk memperoleh
pekerjaan atau hubungan bisnis dengan pemerintah.
 NEPOTISME ( NEPOTISM )
Tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota
partai politik yang sepaham, dalam penunjukkan atau pengangkatan staf,
panitia pelelangan atau pemilihan pemenang lelang.
 KONTRIBUSI atau SUMBANGAN ILEGAL ( ILLEGAL
CONSTRIBIMON )
Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang
berkuasa pada waktu itu menerima sejumlah dana sebagai suatu kontribusi
dan hasil yang dibebankan kepada kontrak-kontrak pemerintah.
 PERTENTANGAN KEPENTINGAN/MEMILIKI USAHA SENDIRI
( INTERNALTRADING )
Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi
atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang
dimilikinya untuk memenangkan kontrak pemerintah
C. Sangsi kecurangan saat pelelangan
Sesuai Pasal 47 UU No. 5/1999, KPPU berwenang untuk menjatuhkan
sanksi administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan pasal 22,
berupa:
1. perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti
menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha
tidak sehat dan atau merugikan masyarakat (pasal 47 ayat (2) butir c);
dan/atau
2. penetapan pembayaran ganti rugi ( pasal 47 ayat (2) butir f); dan/ atau
3. pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah) (pasal 47 ayat (2) butir g).
Terhadap pelanggaran pasal 22 juga dapat dikenakan hukuman pidana
pokok sebagaimana diatur dalam pasal 48 UU No. 5/1999 berupa:
1. pidana denda serendah-rendahnya Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 (lima)
bulan (pasal 48 ayat (2)).
2. pidana denda serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan setinggi-tingginya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau
pidana kurungan pengganti denda selama- lamanya 3 (tiga) bulan (pasal 48
ayat (3)), dalam hal pelaku usaha dan/atau menolak menyerahkan alat bukti
yang diperlukan dalam penyelidikan dan/atau pemeriksaan atau menolak
diperiksa, menolak memberikan informasi yang diperlukan dalam
penyelidikan dan/atau pemeriksaan, atau menghambat proses penyelidikan
dan/atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) dan
(2).
Terhadap pidana pokok tersebut, juga dapat dijatuhkan pidana tambahan
terhadap pelanggaran pasal 22 sebagaimana diatur dalam Pasal 49 UU No.
5/1999 berupa:
1. pencabutan izin usaha, atau
2. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau
komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-lamanya 5 (lima)
tahun, atau
3. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya
kerugian pada pihak lain.
Terhadap persekongkolan dalam tender yang melibatkan Pegawai atau
Pejabat Pemerintah (PNS atau yang diperbantukan pada BUMN, BUMD, atau
Swasta), maka untuk menegakkan hukum persaingan KPPU menyampaikan
informasi tentang persekongkolan tersebut kepada atasan Pegawai atau Pejabat
bersangkutan atau Kejaksaan, maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
untuk mengambil tindakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai