Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II
“HIDROCEPHALUS”

DOSEN PENGAMPU : Ns.RISCHA HAMDANESTI, M. Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. BAIQ MAZIZA ADAWIACH M. (1710105081)
2. CINDY NOVRITA MALKAM (1710105082)
3. ELSA SHINTIA PARAMITA (1710105048)
4. RIAN ANTONI (17101050105)
5. RIDIA YULIASTI (1710105063)
6. SENTIA WIDIA P. (17101050109)
7. UMMIYATI LATIFA (1710105073)
8. YOLANDA DWI PUTRI (1710105077)

PRODI KEPERAWATAN V B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyusun makalah ini berdasarkan dengan judul Hidrocephalus.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat membaca dan mempelajari
tentang Keperawatan Anak.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Padang, 08 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................ 2
2.1 Pengertian................................................................................. 2
2.2 Etiologi .................................................................................... 2
2.3 Manifestasi klinis..................................................................... 3
2.4 Anatomi fisiologi...................................................................... 4
2.5 Patofisiologi.............................................................................. 5
2.6 WOC......................................................................................... 7
2.7 Komplikasi................................................................................
2.7 Penatalaksanaan medis............................................................. 8
2.8 Pemeriksaan penunjang............................................................ 10
BAB III ASKEP TEORITIS...............................................................
3.1..................................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan
intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan
konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus
kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan.
Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah
pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada
gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari cara mencegah dan
menanggulangi masalah hidrosefalus dengan student center learning berupa
pembuatan makalah dan diskusi antar teman di kelas.

1.2.Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
b) Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan penyakit Hidrosefalus pada anak.
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hidrosefalus.

1
BAB II
KONSEP TEORITIS

2.1. Pengertian
Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel
serebral, ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural. (NANDA, NIC-NOC, 2012).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009).
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral,
ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006).
Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang
tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem
Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan
cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular (nining,2008).
2.2. Etiologi
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA,
NIC-NOC, 2012) adalah:
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii merupakan penyebab yang paling sering pada
bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama
sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala
Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.

2
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan
akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama
ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa
posterior.
e. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah
3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Neoplasma

2.3. Manifestasi klinis


Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam
NANDA, NICNOC , 2012 :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang
dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya,
kelopak mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat

3
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

2.4. Anatomi dan Fisiologi


Ruangan cairan serebrospinal mulai terbentuk pada minggu kelima masa
embrio, terdiri dari sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruangan
subaraknoid yang meliputi seluruh susunan saraf. Cairan serebrospinal yang
dibentuk di dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke peredaran
darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat. Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subarachnoid
adalah melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah
lateral ventrikel IV15.

Gambar 2.5.1 Intracranial hydrodynamics represented as a circuit diagram with a parallel pathway
of CSF flow and cerebral blood flow.

Sebagian besar cairan serebrospinalis yang dihasilkan oleh pleksus koroidalis


di dalam ventrikel otak akan mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III,
kemudian melalui akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Dari sana likuor mengalir
melalui foramen Magendi dan Luschka ke sisterna magna dan rongga
subarachnoid di bagian cranial maupun spinal. Penyerapan terjadi melalui vilus
arakhnoid yang berhubungan dengan sistem vena seperti sinus venosus
serebral8
praoth.

4
Meskipun mekanisme absorbsi cairan liquor terganggu, tingkat penyerapan
tidak akan mengalami peningkatan, ini merupakan mekanisme hidrosefalus
progresif. Papilloma pleksus khoroideus yang merupakan kondisi patologis
dimana terjadi gangguan pada proses absorbsi sehingga terjadi akumulasi cairan
liqour.8 Ketika penyerapan terganggu, upaya untuk mengurangi pembentukan
cairan serebrospinal tidak cenderung memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
volume16.

2.5. Patofisiologi
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi
(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system
ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar,
menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal.
White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan
dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina
di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

5
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi
sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi.

6
2.6. WOC
Infeksi
Perdarahan

Perlekatan meningen

Fibrosis Liptomeninge Kelainan kongenital Obliterasi Subasakhnoid

Hidrocefalus

Kepala membesar CSS Berlebih Peningkatan TIK

Penekanan saraf lokal Gangguan aliran darah ke otak

Kulit meregang hingga tipis Sekresi prostaglin,


Gangguan perfusi
Atau pasien tidak dapat bergerak bradikinin
jaringan serebral

Nyeri
Kerusakan
mobilisasi

Imobilisasi aktivitas Saraf tertekan (N. Vagus, glosofaringeal, faciallis)

Krisis pada keluarga Mual/muntah Anoreksia

Kekurangan
cairan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Kurang pengetahuan Kurang info
Kecemasan

7
2.7. Kompilkasi
a) Peningkatan TIK
b) Kerusakan otak
c) Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
d) Emboli otak
e) Obstruksi vena kava superior
f) Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
g) Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
h) Kematian
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)
a) Peningkatan TIK
b) Pembesaran kepala
c) kerusakan otak
d) Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
e) Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
f) Kerusakan jaringan saraf
g) Proses aliran darah terganggu

2.8. Penatalaksanaan medis


Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live
sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan
dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan
dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis
dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid
(diamox) yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal.

8
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
 Drainase ventrikule-peritoneal
 Drainase Lombo-Peritoneal
 Drainase ventrikulo-Pleural
 Drainase ventrikule-Uretrostomi
 Drainase ke dalam anterium mastoid
 Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
 Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
 Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2
macam terapi pintas / “ shunting “:
a) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
b) Internal
 CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :

9
▪ Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
▪ Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
▪ Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
▪ Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
 Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.
Teknik Shunting:
1) Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan
setinggi foramen Monroe.
2) Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS
untuk dilakukan analisis.
3) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma
(Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di
distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan
membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm,
H2O.
4) Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan
ke dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna
(dengan thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
5) Ventriculo-Peritneal Shunt
Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak,
memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun
badan anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang sering

10
terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi,
keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS,

2.9.Pemeriksaan Penunjang
Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel
dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma,
kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
1) EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
2) Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
3) MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur
otak tanpa kena radiasi

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali


dengan pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.
3.1. PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan
3. Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
 Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 Adanya Pembesaran kepala.
 Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat
jelas.
2. Palpasi :
 Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3. Pemeriksaan Mata :
 Akomodasi.
 Gerakan bola mata. - Luas lapang pandang - Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

12
C. Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
1. Peningkatan sistole tekanan darah.
2. Penurunan nadi / Bradicardia.
3. Peningkatan frekwensi pernapasan.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial.
2. Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala berhubungan dengan
ketidak mampuan bayi dalam mengerakan kepala akibat peningkatan
ukuran dan berat kepala
3. Potensial komplikasi peningkatan tekanan intrakranial berhubungan
dengan akumulasi cairan serebrospinal.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tua tentang penyakit
anaknya.

3.3.INTERVENSI KEPERAWATAN

13
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan
intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga
terbagi dalam dua bagian yaitu :
A. Hidrochepalus komunikan
B. Hidrochepalus non-komunikan
Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga
terbagi dalam dua bagian, yaitu :
A. Kongenital
B. Di dapat Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan
secara pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan
kesehatan pada masing-masing rumah sakit.

14

Anda mungkin juga menyukai